BAB III KOMUNITAS DAN LINGKUNGAN

advertisement
BAB III
KOMUNITAS DAN LINGKUNGAN
A.
Komunitas
Secara genetika, individu-individu adalah anggota dari suatu populasi setempat
dan secara ekologi mereka adalah anggota dari ekosistem. Bagian terbesar dari
ekosistem. Bagian terbesar dari ekosistem terdiri dari kumpulan tumbuhan dan hewan
yang bersama-sama membentuk satu masyarakat tumbuhan dan hewan yang disebut
dengan komunitas.suatu komunitas terdiri dari banyak jenis dengan berbagai macam
fluktuasi populasi dan interaksi satu dengan yang lainnya. Komunitas terdiri dari
berbagai organisme-organisme dan saling berhubungan pada satu lingkungan tertentu.
Kesatuan dari berbagai organisme itu dapat merupakan perwakilan misalnya dari jenisjenis tropis. Atau dapat juga dikatakan bahwa komunitas adalah sekelompok makhlukmakhluk hidup dari berbagai macam jenis yang hidup bersama pada suatu daerah.
Ringkasnya komunitas adalah seluruh yang hidup bersama ini sering disebut komunitas
biotik.
Masing-masingg organisme dalam suatu komunitas hidup di tempat tertentu di
antara organisme yang hidup dan yang mati serta sisa-sisanya. Organisme ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang tidak hidup yang disebut abiotik seperti
tanah, iklim, air. Tempat hidup satu organisme disebut habitat. Habitat berasal dari
bahasa latin yaitu habitare = bertempat tinggal.
Seorang ahli Frederick Clements (1900) mengatakan bahwa suatu komunitas
merupakan suatu organisme dengan jenis komposisi yang terbatas dan mempunyai
sejumlah kehidupan. Namun yang dianut oleh ahli-ahli ekologi sekarang adalah
pandangan yang mengatakan komunitas adalah merupakan suatu gabungan dari
beberapa organisme.
Organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan karena melalui prosesproses kehidupan yang saling berinteraksi. Lingkungan di sekitarnya sangat penting
karena dapat mempengaruhi kehidupan organisme. Jika organisme itu tidak dapat
menyesuaikan dengan lingkungannya, maka akan berakibat fatal bagi organisme itu.
Misalnya tanah penting untuk tumbuhan hidup karena mengandung mineral, juga
merupakan media bagi air dan sebagai tempat tumbuh akar. Sebaliknya tanah juga
dapat dipengaruhi oleh tumbuhan, dapat mengurangi jumlah mineral di dalam tanah
dengan akar-akar tanaman yang menembus tanah yang hanya mengandung beberapa
zat organik.
Penampilan komunitas biasanya tergantung pada komposisi struktural. Dalam hl
ini bagaimana bentuk tumbuhannya, bagaimana cara tumbuhnya vegetasi itu, apakah
merambat, berbentuk semak, tumbuhan yang tidak mempunyai zat kayu (herba), epifit,
atau Thallophyta (algae, lumut) dan sebagainya. Contohnya, ada pohon yang tumbuh
rindang berdaun lebar atau berdaun jarum, selalu hijau dan sebagainya.
Mempelajari komunitas dari sudut bentuk-bentuk kehidupan dapat membantu kita
untuk mengerti fungsi dari organisme itu dalam suatu komunitas. Dalam struktur
komunitas perlu dipelajari tentang jenis, bagaiman susunannya, bagaimana penyebaran
jenis tersebut dalam struktur komunitas, bagaimana jenis-jenis itu bersama-sama
membentuk komunitas sebagai suatu keseluruhannya. Dalam mempelajari komunitas
pertama-tama perlu dipelajari bentuk dan strukturnya, baru kemudian hubungannya
dengan lingkungan dan fungsinya.
Setiap jenis spesies mempunyai toleransi yang berbeda pada lingkungannya.
Komunitas yang saling menyatu satu sama lain, merupakan suatu rangkaian vegetasi.
Sebagai contoh (Otto sumawoto, 1983) di gunung-gunung yang ada di pulau Jawa
hidup burung berwarna hitam coklat yaitu burung anis (Tardus javanicus fumidus).
Di Gunung Pangrango burung ini hidupnya di puncak, sedangkan di gunung
Sundoro dan Sumbing hidupnya di tempat-tempat yang lebih rendah yang masih
ditumbuhi tumbuhan kawah. Burung ini hanya terdapat di gunung-gunung karena
makanan utamanya adalah buah-buahan yang bersal dari tumbuhan gunung.
Sedangkan untuk tempat bersarang burung ini memerlukan semak-semak, pakupakuan, herba lumut. Vegetasi tersebut sekaligus sebagai perlindungan dari gangguan
musuh-musuhnya serta dari pengaruh terhadap cuaca buruk.
Banyak lagi hewan lain yang hanya dapat hidup ditempat-tempat dengan syaratsyarat tertentu untuk hidupnya seperti burung walet, ikan air tawar dan kerbau, badak,
orang hutan. Demikian juga tumbuhan memerlukan tempat-tempat dan lingkungan yang
sesuai untuk hidup dan pertumbuhannya. Seperti pohon bakau hidup dipantai
berlumpur dan airnya tenang, terumbu karang hidup di laut yang bening dengan airnya
yang tenang dan sebagainya.
Banyak macam organisme yang telah diketahui syarat-syarat apa yang
diperlukannya untuk hidup. Berdasarkan apa yang telah diketahui mengenai organisme
hidup dapat dikatakan bahwa bagi setiap spesies harus dipenuhi syarat-syarat tertentu
untuk tempat hidupnya, dan lingkungannya. Ada organisme yang hanya dapat hidup di
suatu tempat, jika semua syarat-syarat dipenuhi. Tetapi ada juga organisme yang tidak
begitu terikat pada syarat-syarat tertentu dan dapat hidup di berbagai tempat yang
keadaannya agak berlainan.
Konsep komunitas penting di dalam praktek ekologi, sebab apa yang terjadi
dengan komunitas, akan dialami juga oleh organisme. Sehingga sering merupakan cara
yang terbaik untuk mengendalikan suatu organisme tertentu yaitu dengan cara
mengubah komunitasnya saja. Misalnya telah dibuktikan bahwa populasi burung puyuh
akan lebih baik dengan memelihara kounitas biotik tertentu atau dengan memanipulasi
faktor-faktor pebatas tertentu. Begitu pula dengan masalah gulma (tumbuhan
pengganggu) yang selalu dianggap mengganggu akan mudah diatasi dengan
mananam vegetasi yang mantap dan merupakan saingan dari gulma tersebut.
Komunitas Biotik
Di alam, garis besar penyebaran organisme akan segera dapat dilihat. Pola
penyebaran yang tidak jelaspun akan menjadi nyata, jika dipelajari dengan seksama.
Berbagai spesies yang memerlukan syarat lingkungan yang sama dan dalam beberapa
hal saling memerlukan, akan terdapat bersama-sama. Umpanya dalam suatu hutan
tropik tumbuhan yang memerlukan keadaan emerlukan keadaan lembap akan terdapat
bersama-sama dengan konsumen dan makhluk pembusuk yang hidupnya bergantung
kepada tumbuhan tadi. Berbagai spesies ada dalam hutan tropik ini pada umumnya
terdapat di daerah-daerah yang keadaannya berbeda. Demikian pula spesies yang
mempelajari tentang kelompok organisme yangg dengan jelas memperlihatkan
hubungan hidup bersama-sama ini disebut komunitas biotik.
Macam Komunitas
Di dalam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat
dibagi menjadi :
1. Komunitas Akuatik
Komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di
kolam.
2. Komunitas terestrial
Yaitu kelompok organisme yag terdapat di pekarangan, di padang rumput, di padang
pasir, di halaman kantor, di halaman sekolah, di kebun raya dan lain sebagainya.
Banyak komunitas dapat dikenal dengan mudah. Umpanya antara komunitas
hutan mangrove terdapat perbedaan yang jelas. Dalam komunitas yang berbeda,
terdapat konsumen dan makhluk pembusuk yang berbeda pula. Dengan demikian tipetipe komunitas mempunyai macam-macam organisme yang khas. Selain perbedaan
dalam komposisi ini terdapat pula perbedaan-perbedaan lain.
Sering terjadi spesies tumbuhan dan hewan dijumpai berulang kali dalam berbagai
komunitas dan menjalankan fungsinya agak berbeda. Kombinasi antara habitat tempat
suatu spesies hidup, dengan fungsi spesies dalam habitat tersebut memberikan
pengertian nicia (niche). Konsep nicia ini penting bagi seorang ahli ekologi, selain dapat
digunakan untuk meramalkan macam tumbuhan dan hewan yang dapat ditemuakan
dalam suatu komunitas, juga dapat dipakai menaksir kepadatan serta fungsinya pada
suatu musim. Kepadatan individu pada suatu populasi, langsung dikaitkan dengan
pengertian keanekaragaman. Istilah ini dapat diterapkan kepada berbagai bentuk, sifat,
dan ciri suatu komunitas. Misalnya keanekaragaman dalam pola penyebaran. Margalef
(1958) mengemukakan, bahwa untuk keanekaragaman komunitas perlu dipelajari
aspek keanekaragaman itu dalam organisasi komunitasnya, misalnya :
1. Mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesiesnya.
2. Menempatkan spesies tersebut ke dalam habitat dan nicinya.
3. Menentukan kepadatan relatifnya dalam habitatnya.
4. Menempatkan tiap individu ke dalam setiap habutatnya, dan menentukan fungsinya.
Dengan memperhatiakan keanekaragaman dalam komunitas dapat memperoleh
gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas itu. Hal itu dapat menunjukkan
tingkat kedewasaannya, sehingga keadaannya dapat menjadi lebih mantap.
Komunitas seperti halnya tingkat organisasi jasad hidup lain, mengalami serta
menjalani siklus hidup juga, artinya komunitas itu lahir, meningkat dewasa, dan
kemudian bertambah dewasa dan tua. Bedanya ialah komunitas secara alami tidak
pernah mati. Apabila komunitas lahir di atas bongkahan batu larva sebah gunung berapi
yang belum berapa lama meletus, permulaan sekali komunitas itu hanya berupa
tumbuhan pelopor seperti ganggang, lumut, kerak dan paku-pakuan. Tumbuhan
pelopor ini akan mengubah keadaan lingkungan sedemikian rupa, sehingga tumbuhan
dan hewan lan dapat pindah dan hidup di situ. Lama kelamaan komunitas itu akan
dikuasai oleh spesies yang dapat hidup unggul, stabil dan mandiri di dalamnya. Proses
semacam ini seluruhnya disebut suksesi, sedangkan komunitas yang sudah mencapai
kemantapan disebut komunitas yang sudah mencapai puncak atau klimas.
Tidak semua organisasi di dalam komunitas sama artinya atau pentingnya dalam
menentukan alam dan unsur-unsur seluruh komunitas. Dari ratusan atau ribuan
organisme yang mungkin terdapat dalam komunitas, relatif sedikit jenis saja atau
golongan jenis yang umumnya melakukan pengaruh pengendali utama berdasarkan
jumlahnya, besarnya produksi atau kegiatan lainnya.
Komunitas alami dapat memiliki jumlah jenis yang besar. Namun demikian hanya
sedikit jenis yang mengendalikan komunitas tersebut, dan jenis ini disebut jenis
dominan. Hal ini juga tidak menyatakan bahwa jenis yang lebih langka tidak penting.
Karena jenis langka ini menentukan diversitas (keanekaragaman), dan aspek struktur
komunitas. Pembuangan jenis dominan akan menimbulkan perubahan-perubahan
penting terhadap komunitas biotik dan lingkungan fisiknya seperti iklim mikro.
Umumnya jenis dominan itu adalah jenis-jenis yang di dalam golongan trofik
mempunyai produktivitas terbesar.
Nama Komunitas
Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat
komunitas tersebut. cara yang paling sederhana, pemberian nama itu dengan
menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti
padang rumput, padang pasir, hutan jati. Nama tersebut menunjukkan bentuk dan
wujud komunitas secara keseluruhannya.
Spesies dominan atau organisme yang memberi wujud khas kepada suatu
komunitas di mana terdapat satu atau dua jenis tumbuh-tumbuhan atau hewan dengan
jumlah yang banyak pada komunitas, dapat dipergunakan untuk nama komunitas itu.
Nama komunitas itu harus berarti sependek mungkin. Cara yang paling baik untuk
menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas dan
mantap. Dalam komunitas perairan, habitat fisik dapat juga digunakan misalnya
komunitas perairan, habitat fisik dapat juga digunakan misalnya komunitas padang
pasir, komunitas hamparan lumpur, komunitas perairan terbuka, atau komunitas pantai
pasir, ringkasnya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan :
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk-bentuk hidup ayau
indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan
Dipterocarphaceae. Dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan
sklerofil, di Indonesia hutan ini banyak terdapat di Flores. Dalam komunitas ini
banyak terdapat pohon Eucalyptus yang mempunyai sifat keras dan liat karena
mengandung skelofil.
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur,
komunitas pantai pasir, komunitas lautan dan sebagainya.
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tandafunsional misalnya tipe metabolisme
komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di
daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut
hutan hujan tropik.
B. Individu dan PopulasiI
Biosfer merupakan suatu sistem yang rumit. Sesungguhnya biosfer itu adalah
suatu pengertian, hanya dapat dibayangkan dalam pikiran kita. Pikiran tersebut disusun
dari hasil berbagai pengamatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Pengamatan
dilakukan satu per satu dari organisme sebagai Individu.
Individu
Individu berasal dari bahasa latin yaitu in berarti tidak, dividuus berarti dapat
dibagi. Misalnya seorang manusia, sebatang pohon, seekor kucing, seekor ayam dan
lain sebagainya. Individu itu dapat dilihat, dapat dihitung, atau diukur dan dapat dipakai
dalam percobaan-percobaan. Dari individu dapat dikumpulkan bermacam-macam data,
yang kemudian dari data itu dapat dipelajari tentang dunia kehidupan sebagai suatu
kesatuan.
Setiap individu melakukan proses hidup yang masing-masing berjalan terpisah
dan berbeda untuk setiap individu. Jadi setiap ekor kuda dalam kawanannya, tiap ekor
badak dalam kawanannya, tiap ekor ayam dalam kelompoknya, tiap batang pohon
cengkih dalam suatu perkebunan atau seekor burung elang dalam kelompoknya,
seekor tikus dalam kumpulannya, semua itu merupakan individu. Setiap individu yang
satu dengan yang lainnya dapat dibedakan. Sampai batas tertentu dapat ditunjukkan,
bahwa kehidupan timbul dari yang hidup, dan dunia kehidupan merupakan suatu rantai
yang tidak terputus oleh waktu. Namun demikian, setiap kehidupan juga terpisah dalam
bungkusan tersendiri. Bungkusan kehidupan inilah yang disebut dengan individu.
Populasi
Populasi berasal dari bahasa latin yaitu populus = rakyat, berarti penduduk.
Populasi dari suatu negara itu dimaksudkan adalah penduduk dari negara tersebut. Di
dalam pelajaran ekologi yang dimaksudkan dengan populasi adalh sekelompok individu
yang sejenis. Apabila kita membicarakan populasi, haruslah disebut jenis individu yang
dibicarakan, dengan menentukan batas-batas waktunya serta tempatnya.
Misalnya
populasi pohon jati pada tahun 1991 di perkebunan Purwakarta Jawa Barat atau
populasi pohon karet 1965 di perkebunan-perkebunan yang ada di Sumatera ataupun
populasi komodo pada tahun 1983 di pulau Komodo dan seterusnya. Jadi populasi
adalah kelompok kolektif organisme-organisme dari jenis yang sama yang menduduki
ruang atau tempat yang terbuka, dan memiliki pelbagai ciri atau sifat yang merupakan
milik yang unik dari kelompok dan tidak merupakan milik individu di dalam kelompok itu.
Sifat–sifat yang Dimiliki Populasi
Populasi mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Kerapatan atau kepadatan. Kerapatan lazim digunakan pada tumbuhan, sedangkan
kepadatan biasanya digunakan pada manusia. Misalnya kepadatan penduduk di
kota-kota.
2. Natalis (angka kelahiran).
3. Moralitas (angka kematian).
4. Penyebaran umur.
5. Potensi biotik.
6. Dispersi dan
7. Bentuk pertumbuhan dan perkembangan.
8. Mempunyai sifat-sifat
genetik
yang secara langsung berhubungan
dengan
ekologinya yaitu : beradaptasi, keserasian reproduktif, ketahanan (yakni probabilitas
meninggalkan keturunannya selama jangka waktu yang panjang).
Suatu individu dilahirkan, mati dan mempunyai umur, tetapi tidak mempunyai
angka kelahiran, angka kematian atau perbandingan umur. Secara garis besar sifatsifat yang ada pada populasi dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Sifat-sifat yang mengenai hubungan numerikal dan struktur.
2. Tiga sifat genetik umum.
Suatu populasi memmpunyai sifat-sifat atau benda-benda biologi, sifat-sifat atau
tanda-tanda kelompok yang unik. Populasi mempunyai sejarah hidup, memelihara diri
dan berkembang seperti apa yang dilakukan oleh organisme. Populasi mempunyai
organisasi dan struktur yang pasti dan dapat dijelaskan. Penggolongan spesies dan
populasi dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Menueut hubungan evolusi yaitu hubungan kekeluargaan antara macam-macam
spesies, atau hubungan keluarga melalui nenek moyang, cara ini dinamakan
taksonomi
2. Menurut hubungan saling mempengaruhi antara macam-macam organisme di dalam
komunitas.
Sifat-sifat populasi mengenai hubungan numerikal dan struktur yaitu : kerapatan
dan kepadatan,
kerapatan populasi adalah besarnya populasi dan hubungannya
dengan beberapa satuan ruangan. Umumnya dinyatakan sebagai jumlah individu atau
biomas populasi, per satuan areal atau volume misalnya 200 pohon per hektar. Dalam
pengkajian suatu populasi, kerapatan populasi merupakan suatu ciri utama. Pengaruh
populasi terhadap komunitas dan ekosistem, tergantung kepada jenis organisme itu dan
juga tergantung kepada jumlahnya atau kerapatan populasinya. Contohnya, seekor ikan
gabus di dalam 1 hektar kolam ikan mas yang akan mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap hasil akhir ikan mas tersebut sehingga tidak menjadi perhatian pemilik kolam
itu. Akan tetapi jika dalam 1 hektar kolam ikan mas terdapat 100 ekor ikan gabus,
dalam hal ini akan berpengaruh terhadap hasil akhir ikan mas itu. Kerapatan populasi
dapat dibedaakn sebagai berikut :
a. Kerapatan kotor (crude density), yaitu jumlah per satuan areal keseluruhannya.
b. Kerapatan ekologi atau kerpatan jenis yaitu jumlah per satuan ruangan habitat (ruang
atau tempat volume yang tersedia, yang benar-benar dapat diduduki oleh populasi).
Kerapatan populasi juga sering dipakai untuk mengetahui apakah populasi sedang
berubah (berkurang atau bertambah) pada suatu saat tertentu (biasanya dihubungkan
dengan waktu), seperti jumlah burung yang terlihat per jam. Kerapatan populasi itu juga
beragam dan mempunyai batas atas dan bawah yang pasti bagi besarnya populasi
yang diamati. Batas atas dari kerpatan populaasi ditentukan oleh arus energi
(produktifitas) di
dalam
ekosistem,
tingkat
tropik,
besarnya serta kecepatan
metabolisme organisme tersebut. sedangkan batas bawah tidak begitu jelas, tetapi di
dalam ekosistem yang mantap, mekanisme homeostasis bertindak menjaga kerapatan
organisme yang dominan atau umum di dalam batas-batas tertentu.
a. Natalis (kelahiran)
Kelahiran atau natalis adalah kemampuan yang inheren suatu populasi untuk
bertambah. Angka natalis adalah ekuivalen dengan kelahiran dalam pengkajian
terminologi pengkajian populasi manusia (demografi). Adanya produksi baru karena
dilahirkan ataupun karena pembelahan sel. Natalis ini menyatakan pertambahan
populasi dalam lingkungan yang sesuai atau spesifik. Angka kelahiran tidak merupakan
suatu tetapan yang selalu sama dari suatu populasi melainkan dapat bervariasi sesuai
dengan kedaan lingkungannya.
Natalis biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau laju ynag didapatkan dari
jumlah individu baru yang dihasilkan dibagi dengan waktu atau jumlah individu baru per
satuan waktu per satuan populasi, dapat dirumuskan sebagai berikut :
∆ Nn = produksi individu baru di dalam populasi
∆ Nn = B atau angka kelahiran
∆t
∆ Nn = b atau angka kelahiran per satuan populasi
N ∆t
N dapat berupa popuplasi seluruhnya atau hanya sebagian yang menghasilkan dari
populasi.
B adalah riap kelahiran umur untuk berbagai kelompok umur yang berbeda di dalam
populasi. Contohnya dalam pengkajian popolasi kelinci liar, dijumpai bahwa umur 1-2
tahun rata-rata menghasilkan lebih kurang 4 anak per tahun per betina.
∆ Nn adalah menyatakan individu-individu baru yang ditambahkan kepada populasi.
Angka kelhiran selalu positif atau sama dengan nol dan tidak pernah negatif.
∆ N adalah menyatakan penambahan bersih atau penurunan bersih di dalam populasi,
yang merupakan hasil tidak hanya dari natalis akan tetapi juga dari mortalitas
(kematian), emigrasi, imigrasi dan sebgainya. Laju tumbuh ini dapat negatif juga dapat
positif, karena populasi dapat menurun (berkurang) atau tetap dan bertambah.
Natalis maksimum (kadang-kadang disebut mutlak fisiologis) merupakan produksi
maksimum individu-individu baru secara toritis dalam keadaan yang ideal, di mana tidak
ada faktor-faktor fisiologi. Dan ini merupakan ketetapan untuk suatu populasi tertentu.
Untk keprluan praktis, natalis maksimum dapat disuga dengan metode-metode
percobaan. Misalnya hasil rata-rata biji tertinggiyang dicapai dalam suatu seri
percobaan suatu jenis tanaman, dalam kondisi yang lengkap, temperatur yang terbaik
serta pemupukan yang baik dapat diambil sebagai natalis maksimum. Natalis
maksimum ini dapat dipakai untuk :
1. Memberikan gambaran atau ukuran untuk membandingkan dengan natalis
sebenarnya (yang berwujud). Misalnya ada suatu pernyataan tentang natalis
populasi tikus misalnya 6 ekor untuk setiap tikus betina per tahun, ini berarti dapat
lebih bila kondisi lingkungan tikus itu sebaik mungkin.
2. Sebagai suatu ketetapan, dalam membentk persamaan-persamaan untuk mengukur
atau meramalkan kecepatan pertambahan di dalam suatu populasi.
b. Mortalitas (kematian).
Yang dimaksud dengan mortalitas adalah kematian individu-individu di dalam
populasi. Boleh dikatakan merupakan kebalikan dari natalitas. Angka mortalitas adalah
ekuivalen dengan angka kematian pada demografi manusia. Seperti natalitas,
mortalitas dapat dinyatakan sebagai individu yang mati di dalam kurun waktu tertentu.
Misalnya dalm waktu 20 tahun hilangnya 350 pohon tusam, tentunya dalam waktu itu
pohon tusam telah menjadi tua dan akhirnya mati. Jadi berkurangnya pohon setiap
satuan waktu inilah yang disebut mortalitas. Harus diingat bahwa mortalitas hanyalah
ciri dari populasi, bukan ciri individu, karena idividu hanya mati satu kali.
Mortalitas dari setiap populasi dan lingkungan beragam atau tidak selalu sama
atau tidak tetap. Mortalitas minimum adalah suatu tetapan dari suatu populasi, yang
menunjukkan dibawah keadaan yang ideal. Maksud sekalipun dalam keadaan yang
paling baik, individu-individu itu akan mati karena umur tua
yang ditentukan oleh
Longevitas fisiologi mereka, yang sering lebih besar daripada longevitas ekologi ratarata.
TABEL 1. Analisis interksi populasi dua jenis.
Tipe
1.
2.
3.
4.
Interaksi
Neutralisme
Persaingan, campur
tangan
secara
langsung
Persaingan,
dalam
penggunaan sumber
daya
Amensalisme
Spesies
00 00
-
+-
5.
Parasitisme
6.
Pemangsaan
7.
Komensalisme
Sifat umum daripada interaksi
++0
+0
-
00
tidak saling mempengaruhi
saling
menghambat
secara
langsung
saling menghambat secara tidak
langsung, bila sumber terbatas.
Populasi 1 dihambat, populasi 2
tidak dipengaruhi.
Populasi
1
adalah
parasit,
umumnya lebih kecil dari populasi
2, inangnya.
Populasi 1, predator umumnya
lebih besar dari mangsanya,
populasi 2.
Populasi 1, sebagai komensalisme
mendapat keuntungan sedangkan
8.
Protokooperasi
9.
Mutualisme
++
inangnya,
populasi
2
tidak
terpengaruh.
Saling menguntungkan keduanya,
tetapi tidak wajib.
Saling
menuntungkan
dan
merupakan kewajiban.
Keterangan tabel :
0 = menunjukan tidak ada interaksi yang nyata.
+ = menunjukkan ciri-ciri populasi lain selain pertumbuhan, hidupnya memperoleh
keuntungan.
- = menunjukkan pertmbuhan populasi dan sifat-sifat lain dihambatkan.
9. Mutualisme, pertumbuhan dan kehidupan dan kehidupan kedua populasi itu
mendapat keuntungan dan mereka saling membutuhkan.
Jelaslah bahwa dari segi pertumbuhan dan kehidupan atau hidupnya populasi,
interaksi ini meliputi segi positif, negatif atau nol. Semua interaksi populasi ini wajar
terjadi di alam atau di dalam komunitas dan mudah di pelajari. Untuk sepasang jenis
tertentu tipe interaksi ini dapat berubah di bawah keadaan yang berlainan atau selama
tahap-tahap dalam masa hidupnya.
Tipe 2 hingga 4 dapat diklasifikasikan sebagai integrasi negatif, sedangkan tipetipe 7 hingga 9 sebgai interaksi positif, 5 dan6 adalah positif dan negatif.
Jelasnya dua jenis dapat memperlihatkan hubungan parasitisme pada suatu saat,
komensalisme pada saat ini dan netral pada saat lain lagi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel, yang memperlihatkan analisis interaksi populasi dus jenis.
Interaksi negatif, persaingan intersoesifik.
Persaingan secara luas adalah memperebutkan sesuatu antar dua organisme.
Persaingan interspesifik adalah siatu interaksi antara dua atau lebih populasi yang
berlainan jenis, saling mempengaruhi secara nutrien, sinar matahari, air dan lain-lain.
Akibat persaingan memang sangat menarik dan telah banyak dipelajari, adalah
merupakan salah satu mekanisme seleksi alam. Persaingan iterspesifik dapat berakibat
penyesuaian keseimabangan antar dua jenis, atau dapat berakibat penggantian tempat
yang lainya. Yang penting untuk diketahui pula ialah bahwa interaksi negatif buakan
berarti merugikan untuk populasi tersebut. karena persaingan dan pemasangan akan
menurunkan laju pertumbuhan populasi, sehingga dapat meningkatkan laju seleksi
dalam berakibatkan penyesuaian diri yang baru dari keseimbangan.
Di dalam interaksi negatif, adakalanya suatu populasi membentuk senyawa yang
merugikan populasi yang menyainginya, seperti adanya antibiosis allelopati yang
dikeluarkan oleh tumbuhan. Yang mana hal ini merupakan pertahanan bagi populasi
tersebut dalam mempertahankan dirinya.
C. Lingkungan dan Hubungan Lingkungan Organime
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkunagn tidak sama
dengan habitat. Habitat adalah tempat di mana organisme atau komunitas organisme
hidup. Organisme terdapat di laut, di padang pasir, di hutan dan lain sebagainya. Jadi
habitat secara garis besar dapat dibagi menjadi habitat darat dan habitat air. Keadaan
lingkungan dari kedua habitat itu berlainan.
Setiap organisme, hidup dalam lingkungannya masing-masing. Begitu juga jumlah
dan kualitas organisme penghuni di setiap habitat tidka sama. Faktor-faktor yang ada
dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi sesama
faktor
tersebut,
sehingga
sulit
untuk
memisahkan
dan
mengubahnya
tanpa
mempengaruhi bagian lain dari lingkungan itu. Oleh karena itu untuk dapat memahami
struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan
tersebut. penggolongan itu dapat dibagi dua kategori yaitu :
1. Lingkungan abiotik seperti suhu, udara, cahaya atmosfer, hara mineral, air, tanah,
api.
2. Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan abiotik.
Hubungan Lingkungan dengan Organisme
Lingkungan merupakan ruang tiga dimensi, di dalam mana organisme merupakan
salah satu bagiannya. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubah-ubah setiap
saat. Perubahan dan perbedaan yang terjadi baik secara mutlak maupun relatif dari
faktor-faktor lingkungan terhadap tumbuh-tumbuhan akan berbeda-beda menurut
waktu, tempat dan keadaan tumbuhan itu sendiri.
Kehidupan sebetulnya adalah proses pertukaran energi antara organisme dan
lingkungan. Melalui tumbuhan hijau energi sinar matahari diikat dan diubah menjadi
energi kimia dalam bentuk senyawa gula. Sifat dan susunan tumbuhan sangat
dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Setiap bentuk dari organisme atau bagiannya
yang memungkinkan organisme itu hidup pada keadaan lingkungan tertentu disebut
adaptasi.
Adaptasi dimungkinkan oleh faktor-faktor keturunan atau gen. Gen itu menentukan
sifat potensial individu organisme. Organisme ini akan berkembang atau tidak
tergantung dari faktor-faktor lingkungan yang sesuai. Masing-masing gen memerlukan
keadaan lingkungan tertentu untuk dapat bekerja. Makin beraneka ragam keadaan
lingkungan
makin
beraneka
ragam
sifat
makhluk
hidup.
Mutasi
menambah
keanekaragaman dan daya penyesuaian diri terhadap lingkungan. Adaptasi dan seleksi
menyebabkan timbulnya evolusi yang melahirkan beribu-ribu jenis makhluk hidup di
dunia.
Jadi antara organisme dan lingkungan terjalin hubungan yang erat dan bersifat
timbal balik. Tanpa lingkungan organisme tidak mungkin ada, sebaliknya lingkungan
tanpa organisme, tidak berarti apa-apa. Di samping itu ada persyaratan dalam
mengatur kehidupan orgaisme yaitu :
1. Lingkungan itu harus dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kehidupan.
2. Lingkungan itu tidak dapat mempengaruhi hal yang bertentangan dengan kehidupan
organisme.
Banyak persyaratan dari organisme terhadap lingkungan agar mereka dapat hidup
terus. Suatu perkembangan terjadi selama masa evolusi. Adanya seleksi alam,
misalnya terhadap telur-telur ikan yang beribu-ribu itu dari ikan induknya, namun yang
dapat hidup terus hingga dewasa hanya beberapa ekor saja. Terlihat pada skema
representasi dari angka kematian ikan laut (Gambar 36). Hanya beberapa ikan yang
bertahan hingga dewasa dari 100 telur. Apa yang terjadi jika seleksi alam itu tidak
terjadi ? seperti ratu rayap dengan sekali bertelur saja akan dapat menaikkan jumlah
poplasi rayap dengan cepat untuk setiap detiknya, sedangkan peneluran akan terus
berlangsung secara luar biasa selama masa istirahat dari ratu rayap.
Begitu pula tiram binatang laut dapat menghasilkan 500 milion telur sekali
menelur. Jika semua telur itu berkembang menuju tiram-tiram dewasa dan semua
keturunannya hidup, maka sesudah generasi keempat kita dapat menemukan
tumpukan tiram-tiram seluas bumi selama 8 tahun. Demikian pula tumbuhan
mempunyai kemampuan berkembang biak secara cepat. Jika spora-spora atau biji-biji
yang disebarkan tumbuhan itu tumbuh semua menjadi dewasa, maka populasi
tumbuhan akan naik dengan luar biasa. Demikianlah seleksi alam selalu terjadi.
Jika makhluk hidup itu tidak dapt menyesuaikan diri denagn (perubahan)
lingkungannya maka ia akan mati. Banyak individu mati dalam usia muda. Pada
umumnya, sebagian besar individu-individu itu mati muda bukan karena cacat atau
kekurangan secara alami, akan tetapi adalah disebabkan oleh ketidakmampuan dalam
penyesuaian individu itu mempunyai cacat dari lahir, atau cacat bawaan.
Namun sering pula seleksi alam itu membawa kepunahan seperti pohon-pohon
Chesnust yang banyak sekali pada waktu dulu, konon orang-orang yang senang
berpiknik masuk hutan Chesnust sambil mengumpulkan buahnya yang dapat dimakan.
Tetapi karena serangan jamur antara tahun 1910 dan 1930 di negara-negara Timur
Laut telah memsnahkan hutan-hutan Chesnust sehingga sekarang sebatang pohon
Chesnust yang dapat dimakan buahnya merupakan suatu kelangkaan. Di samping itu
ada sejenis itik Labrador dan burung merpati yang suka berpindah-pindah menurut
musim telah punah sama sekali. Juga tidak banyak hewan dan tumbuhan yang telah
gagal menghadapi tantangan lingkungan. Begitu pula di Indonesia berapa banyak
tumbuhan dan hewan yang termasuk langka dan perlu dilindungi.
Sebagaimana aksi destruktif dari lingkungan itu, secara alami namun manusia
telah banyak menambah keparahan yang tak terhitung sejalan dengan kemajuan
peradaban. Sebenarnya manusia itu bukanlah perusak mutlak jika mereka mengerti
akan prinsip-prinsip ekologi, dalam memanfaatkan sumber-sumber alam. Sebaliknya
jika ditelaah tentang budi daya, pengembangan kehidupan hewan dan tumbuhan yang
begitu luas adalah berkat tangan manusia juga. Sayang sekali dalam pemanfaatan
sumber daya alam mereka sering kurang bijaksana.
Populasi hewan atau burung-burung telahdiburu secara besar-besaran hanya
untuk diambil bulu-bulunya. Padang-padang rumput dirusak, hutan-hutan dibabat habis.
Di samping pengrusakan pengrusakan vegetasi dan margasatwa secara langsung,
manusia
juga
menimbulkan
gangguan-gangguan
yang
menimbulkan
seperti
pencemaran serius terhadap danau-danau, sungai-sungai dan pelabuhan-pelabuhan.
Dan adanya kerusakan yang parah terhadap tanah serta cadangan-cadangan air tanah.
Semua hewan dan tumbuhan cenderung untuk tumbuh reproduksi dan mati,
sampai dikurangi oleh pengaruh lingkungan, faktor yang mula-mula menghentikan
pertumbuhan dan penyebaran dari organisme disebut faktor pembatas. Dan tidaklah
mudah untuk memilih faktor pembatas dan kadang-kadang dua faktor atau lebih
berpadu menjadi faktor pembatas.
Asas Faktor Pembatas
1. Hukum minimum Liebig
Untuk dapat bertahan dan hidup dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus
memiliki bahan-bahan yang penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembang biak. Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan keadaan.
Di bawah keadaan-keadaan mantap bahan yang penting yang tersedia dalam jumlah
paling dekat mendekati minimum yang diperlukan adalah merupakan pembatas. Hukum
ini dikembangkan oleh Justus van Liebig (1840).
2. Hukum toleransi Shelford
Kehadiran dan keberhasilan organisme tergantung kepada lengkapnya kebutuhan
yang diperlukan, termasuk unsur-unsur lingkungan yang kompleks. Ketiadaan dan atau
kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan atau kelebihan secara
kualitas atau kuantitatif daripada salah satu atau beberapa faktor yang mungkin
mendekati batas-batas toleransi organisme itu.
Suatu faktor atau beberapa faktor dikatakan penting apabila pada suatu waktu
tertentu faktor-faktor-faktor itu sangat mempengaruhi hidup dan perkembangan tumbuhtumbuhan, karena terdapat dalam batas minimum, maksimum dan optimum menurut
batas-batas toleransi dari tumbuhan tersebut. konsep ini dikemukakan oleh Shelford
(1913). Jadi tidak hanya terlalu sedikit saja sesutau itu merupakan faktor pembahas,
akan tetapi juga dalam keadaan terlalu banyak faktor itu juga merupakan pembatas
misalnya faktor-faktor panas, sinar, dan air. Jadi organisme memiliki maksimum,
minimum ekologi, dengan kisaran diantaranya merupakan batas-batas toleransi.
Telah diketahui bila suatu faktor pembatas dapat diatasi, maka akan timbul faktor
pembatas, lain. bilah salah satu dari faktor lingkungan kita ubah, perubahan ini akan
mempengaruhi atau mengubah komponen-komponen lain. contohnya, bila suhu udara
dalam rumah kaca dinaikkan 10o C maka udara di dalam rumah kaca akan
mengandung lebih banyak uap air. Tekanan uap air dari permukaan cairan dalam
ruangan akan bertambah, akibatnya laju penguapan akan meningkat. Hal ini juga akan
meningkatkan laju transpirasi sehingga absorpsi air akan naik pula. Kadar air tanah
menjadi berkurang, lebih banyak udara masuk ke dalam tanah dan menyebabkan tanah
menjadi semakin kering. Reaksi berantai ini dapat terjaadi berulang-ulang. Walaupun
pertumbuhan suatu individu organisme atau kelompok organisme dipengarushi oleh
fakto-faktor pembatas, namun tidak disangkal bahwa lingkungan benar-benar
merupakan suatu kumpulan dari macam-macam faktor yang saling berinteraksi. Jika
suatu faktor berubah maka hampir semua faktor lainnya ikut berubah.
Seorang ahli ekologi Jerman Friedsich (1927), menyatakan bahwa hubungan
antara komunitas dan lingkungannya bersifat helecoenotik. Ini berarti bahwa tidak ada
dinding pemisah antara lingkungan dengan organisme atau komunitas biologis yang
ada. Ekosistem beraksi sebagai satu keseluruhan, sulit untuk memisahkan satu faktor
atau satu organisme di dalam tanpa mengganggu komponen ekosistem lain. malahan
setiap organisme merupakan lingkungan dari organisme lain. kebutuhan dari suatu
populasi akan berubah dengan adanya faktor waktu atau suatu populasi akan berubah
dengan adanya faktor waktu atau masa atau seleksi alam di dalam siklus kehidupan
suatu organisme.
Dapat dilihat kurva dari tolerance range (jarak daya tahan), di mana setiap spesies
mempunyai tolerance range tertentu, yang dapat bertahan lama atau hidup terus dan
berfungsi. Dari kurva terlihat bahwa pada titik optimum populasi berfungsi paling efektif.
D. Suksesi
Suksesi adalah proses perubahn dalam komunitas yang berlangsung menuju ke
satu arah yag berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modfikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ni berakhir dengan sebuah kominitas
atau ekosistem yang disebut dengan klimaks. Dalam tingkat ini komunitas sudah
mengalami homoestatis. Menurut konsep mutakhir suksesi merupakan pergantian jenisjenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan
lingkungannya.
Suksesi dapat dibagi menjadi :
1. Suksesi primer
Bila ekosistem mengalami gangguan yang berat sekali, sehingga komunitas awal
(yang ada) menjadi hilang atau rusak total, menyebabkan di tempat tersebut tidak lagi
yang tertinggal dan akhirnya terjadilah habitat baru. Gangguan tersebut dapat terjadi
karena gangguan alam karena letusan gunung berapi, terjadinya tanah longsor atau
juga karena perbuatan manusia, seperti di daerah pertambangan, tepi jalan. Habitat
tersebut secara perlahan, searah namun pasti akan berkembang suatu komunitas
dalam waktu tertentu yang lama akan mencapai suatu klimaks. Proses ini disebut
suksesi primer.
2. Suksesi sekunder
Prosesnya sama dengan yang terjadi pada suksesi primer. Perbedaannya adalah
pada keadaan kerusakan ekosistem atau kondisi awal dari habitatnya. Ekosistem
tersebut mengalami gangguan, akan tetapi tidak total, masih ada komunitas yang
tersisa. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh kebakaran, kebanjiran ataupun oelh
tangan manusia. Contoh seperti tegalan-tegalan, padang alang-alang, semak belukar
bekas ladang, atau kebun-kebun yang ditinggal.
Sifat-sifat dan Susunan Atmosfer
Atmosfer yang sehat sangat diperlukan karena atmosfer berfungsi sebagai :
1. Selimut pelindung yang memelihara kehidupan di bumi.
2. Sumber CO2 yang dioerlukan dalam proses fotosintesis.
3. Sumber O2 yang diperlukan untuk pernapasan.
4. Pemberi nitrogen yang diperlukan dan dapat diikat atau fiksasi oleh tumbuhtumbuhan dan industri amonia.
5. Komponen dasar siklus hidrogis, dalam hal ini atmosfer mentransfer air dari lautan ke
daratan.
6. Pelindung utama karena atmosfer ini menyerap radiasi elektormagnetik dari sinar
matahari. Juga menyerap banyak sinar dari angkasa luar, sehingga dapat melindungi
benda-benda atau makhluk hidup.
7. Atmosfer penting dalam menjaga keseimbangan panas dari bumi.
8. Atmosfer menyerap radiasi infra merah yang dipancarkan kembali oleh bumi dalam
bentuk radiasi infra merah. Dalam hal ini atmosfer melakukan fungsi stabilitas panas
yang penting da mencegah suhu ekstrim yang terjadi pada planet dan bulan yang
tidak memiliki atmosfer.
Struktur atmosfer terdiri dari 5 lapisan : Ketinggian masing-masing lapisan sukar
ditentukan namun secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Troposfer : 0-10 km
2. Stratosfer : 10-40 km
3. Mesosfer : 40-70 km
4. Termosfer : 70-400 km
5. Ekosfer : 400 km ke atas
E. Ekosistem Pantai
Selain hutan mengrove ekosistem pantai lainnya yang dijumpai adalah :
1. Formasi pes-caprae, yaitu vegetasi pantai yang sedang mengalami proses
peninggian.
2. Formasi Barringtonia, yaitu vegetasi pantai yang sedang mengalami proses
pengikisan formasi.
3. Dunes.
4. Pantai yang berbatu-batu.
5. Hutan air payau.
Untuk lebih jelasnya dapat diketahui uraian berikut :
Formasi Pes-caprae
Pada formasi pes-caprae ditumbuhi oleh tipe vegetasi yang terdapat pada
tumpukan-tumpukan pasir yang mengalami proses peninggian di sepanjang pantai.
Vegetasi tersebut tumbuh menutupi pasir luas mulai dari batas yang terkena ombak
sampai ke pematang pantai yang berpasir. Formasi ini terdapat dihampir seluruh pantai
Indonesia dengan komposisi jenis tumbuhan yang hampir sama jenis tumbuhan yang
ada di situ adalah Ipomea pes-caprae, tergolong jenis tumbuhan menjalar dan
mempunyai bungan yang ungu. Nama formasi pes-caprea berasal dari jenis tumbuhan
ini. Tumbuhan ini termasuk salah satu dari sejumlah herba rendah, yang akarnya
mengikat pasir. Jenis lain yang sering ada yaitu di antaranya jenis polong Canavalia,
teki Cyperus penduculatus dan Cyperus stoloniferus, rumput-rumputan lainnya seperti
Thuarea involuta dan Spinifex littoralis yang berdau lancip. Jenis lainnya yaitu Vigna,
Vitek trifolia, Ishaemum muticum, Euphorbia atoto. Beberapa anggota Compositae
adakalanya dijumpai yaitu Launaca sarmontasa, Fimbristylis sericea, Cyperus
stoloniferus, Canavalia abtusiofolia, Triumfetta repens, vigna marina, Ipomoea carnosa,
Ipomoea denticulata, Ipomea littoralis.
Perbedaan jenis tersebut tergantung kepada asal daripada pasir yang berbeda
pula. Di daerah formasi pas-caprae sering dijumpai biji-biji, buah-buah atau kecambah
dari jenis vegetasi pantai yang terbawa arus. Kecambah dari formasi Barringtonia
seperti Terminalia, Calophyllum, Barringtonia. Pada pantai yang tua ditemukan cemara.
Tumbuhan yang ada formasi mempunyai perakaran yang dalam, memiliki
kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pasir yang sangat kering.
Jenis vegetasi ini juga toleran terhadap air asin, angin serta tanah yang miskin unsur
hara dan suhu tanah yang tinggi. Tumbuhan yang ada pada formasi pes-caprae
membutuhkan air tawar. Penyebarannya dengan biji yang sangat kecil serta
mempunyai rongga udara sehingga dapat mengapung dan disebarkan oleh air pasang.
Hamparan tumbuhan ini merupaakan perangkap bagi sampah-sampah atau daundaunan sehingga memungkingkan bagi hewan-hewan kecil untuk berlindung dan
bersembunyi.
Formasi Barringtonia
Di belakang formasi pes-caprae yang berbatu-batu dan batu karang bercampur
pasir ditumbuhi oleh jenis Barringtonia asiatica (putat laut) yang khas dan dominan,
dinamakan formasi Barringtonia. Formasi Barringtonia termasuk jenis circum tropik,
terdapat di daerah yang selalu basah da daerah semi arid. Formasi ini juga terdapat di
atas atau di balik daerah-daerah yang sedang mengalami proses pengikisan, karena
pergeseran pasir oleh ombak yang memukul pantai sehingga membentuk suatu dinding
pasir yang tingginya kira-kira ½-1 m. Formasi Barringtonia ditumbuhi oleh vegetasi yang
tahan terhadap siraman air asin, mampu hidup pada tanah miskin siraman air asin,
mampu hidup pada tanah miskin serta tahan kekeringan.
Formasi Barringtonia biasanya menempati areal yang tidak luas yaitu 25-5- M
pada daerah pantai yang landai dan akan berkurang luasnya di pantai yang terjal dan
berbatu-batu. Tipe hutan ini bergabung dengan hutan dataran rendah ke arah
pendalaman daro pantai tersebut.
Biji atau buah dari jenis-jenis anggota formasi Barringtonia umumnya memiliki
struktur yang sesuai untuk penyebaran dengan air. Jenis yang biasa dijumpai pada
formasi ini adalah : Ardisia elliptica (sejenis semak belukar yang besar dengan cabangcabang muda dan daun yang berwarna merah jambu, buah yang berbentuk sampan
dan terapung), Ardisia squamulosa, Barringtonia asiatica (pukat laut), Excoecaria
agallocha (buta-buta), caesalpinia beducella, Calophyllum inophyllum, Casuarina
equisetifolia (cemara), Cerbera sp., Cocod nucifera, Crinum asiaticum, Cycas rumphii,
Pandanus tectorius (pandan), Pandanus bidur, Pisonia grandis (sering menjadi jenis
dominan sehubungan dengan koloni burung), Pluche indica, Pongamia pinnata,
Premma corymbosa, Premma obtusifolia, Pemphis acidula, Planchonella abovata,
Terminilia
catappa
(ketapang),
Scaevola
taccada
(subang-subang),
Scaevola
Frutescens Desmodium umbellatum, Dodonae viscesa, Sophora tomentosa, Erythrina
variegata, Guettarda speciosa, Hernandia peltata (hapo-hapo), Hibiscus tiliaceus,
Morinda citrifolia, Ochrocarpus ovalifolius, Tacca leontopetaloide, Thespesia populena,
Tournefortia argentea, Wedelia biflora, Ximienia americana.
Pada pantai yang mundur atau pantai yang sudah mengalami abrasi, formasi pescaprae tidak dijumpai lagi. Vegetasi yang masih ada pada umumnya tumbuh menaungi
pantai dengan cabang-cabang yang besar merunduk ke arah laut. Bila pantai terus
mengalami erosi, pohon-pohon ini akan tumbang dan mati. Pada formasi ini banyak
sekali terdapat epiphyte (paku dan anggrek), terutama di daerah yang selalu basah,
bahkan adakalanya sampai mencapai tempat yang terkena ombak.
Pada formasi Barringtonia terdapat banyak sekali kayu yang dapat dimanfaatkan
oleh manusia, ini berakibat banyak sekali terdapat penebangan pohon secara besarbesaran. Adakalanya juga terdapat usaha perluasan untuk penanaman kelapa. Supaya
formasi
ini
berfungsi
Calophyllum
inophyllum(nyamplung),
Inocarpus
edulis,
Planchonella dan Pongamia tetap harus dapat dilestarikan.
Dune (Perbukitan Pasir)
Formasi ini terdapat di pantai-pantai berpasir yang luas, di pantai Utara Madura
terdapat beberapa kompleks dune, namun belum banyak diketahui tentang ekologinya.
Vegetasi pionir yang terdapat pada formasi ini termasuk anggota formasi pes-caprae.
Pada tingkat yang lebih mantap dijumpai jenis-jenis dari formasi Barringtonia. Pada
dune yang sudah mantap vegetasinya berupa masyarakat hutan yang bersifat klimatis
klimaks.
Pantai Berbatu-batu
Pantai berbatu-batu, dijumpai pada daerah pantai yang berbatu keras dan tahan
terhadap benturan ombak laut. Pada daerah yang dapat dicapai oleh air pasang
tertinggi, biasaanya dijumpai lorong pantai yang berikil. Batu pembentuk pantai tersebut
ada yang terdiri dari batu kapur tua seperti yang terdapat di Banda Aceh. Ada juga yang
terbuat dari batu vulkanik seperti yang terdaapat di sebelah Selatan Padang, yang
terdiri dari batu granit dan batu tertier terdapat di pulau Bintan, Anamabas, Natuna,
Tambelan, Bangka dan Belitung. Jenis vegetasi pada pantai ini tidak ada yang spesifik,
adakalanya dijumpai vegetasi jenis dari formasi Barringtonia seperti putat laut, cemara,
ketapang dan nyamplung yang melekat di batu-batu. Di tempat-tempat bagian atas
pantai yang kurang curam dan sedikit siraman air asin, muncul hutan alami.
Fauna pada pantai berbatu-batu terdiri dari banyak jenis seperti tiram-tiram, siput,
kepiting batu, ikan bleni. Dalam celah-celah atau gua-gua kecil pada jurang terjal yang
terbentuk dari batu kapur sering koloni burung kecil.
Hutan Air Payau
Hutan air payau dapat dijumpai ke arah daratan dai hutan mengrove dan
merupakan tempat tertinggi yang dapat dicapai air sungai di waktu pasang naik.
Biasanya terdapat di daerah-daerah pantai dengan batas pasir yang terbawa oleh
ombak dan terbentuk oleh arus laut.
Dibalik pasir pembatas terdapat lahan datar yang luas dan rendah. Bila sungaisungai meluap akan membentuk danau-danau pantai yang berawa-rawa. Pada habitat
ini dijumpai hutan air payau yang ditumbuhi oleh vegetasi yang dominan seperti nipah
(Nypa fructicans) adakalanya juga ditumbuhi oleh vegetasi dari formasi Barringtonia,
dan pes-caprae. Ada sejenis palm yang spesifik tumbuh pada hutan air payau yaitu
palem kurma (Phoenix paludosa).
F. Terumbu Karang dan Bakau (Mangrove)
Terumbu karang dan bakau (mangrove) merupakan du komunitas laut dangkal
yang sangat menarik dan khas di perairan tropika dan subtropika yang berperanan
dalam pembentukan pulau dan memperluas pantai. Terumbu karang membutuhkan laut
tenang yang bening sehingga dapat diterobos oleh cahaya matahari. Sedangkan bakau
membutuhkan laut yang tenang dan berlumpur.
Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan ekosistem lengkap dengan struktur tropik, yang
tersebar luas di perairan dangkal.pada terumbu karang terdapat produsen pertama
yang sangat banyak yaitu berupa ganggang. Ganggang ini melakukan proses
fotosintesis dengan cepat, di mana hasil proses fotosintesis tersebut sebagai sumber
bagi binatang karang. Sebaliknya ganggang memperoleh nutrien dari binatang karang
misalnya dalam bentuk kotoran. Begitulah seterusnya terjadi daur ulang mineral pada
ekosistem terumbu karang. Di sini dapat dijumpai hubungan kerja sama yang sangat
baik antara hewan dan tumbuh-tumbuhan di dalam kolam karang. Sejenis ganggang
yang disebut zooxamthalae hidup dalam jaringan polip karang (endozoic), sedangkan
lainnya hidup di sekitar atau di bawah dan di atas kerangka karang.
Terumbu dibangun dari kalsium karbonat oleh binatang karang (pylum
coelenterata). Peranan O2 yang dikeluarkan oleh proses fotosintesis ganggang sangat
membantu dalam pembentukan karang. Pembentukan kerangka karang tersebut akan
meningkatkan sepuluh kali lipat ditempat terang dibandingkan di tempat gelap. Begitu
pula apabila ganggang endozoic dipisahkan dari karangnya, maka pembentukan
kerangka karang itupun menjadi lambat. Jadi sesungguhnya terumbu karang adalah
terumbu karang-ganggang. Produktifitas terumbu karang sangat tinggi, rasio p/r
mendekati angka 1. Ini menunjukan bahwa terumbu secara keseluruhan mendekati
klimaks metabolik.
Jenis ganggang yang berperan
1. Ganggang endozoic, tergolong dinoflagellata, termasuk genus baru yang disebut
Symbiodinium. Ganggang ini terdapat di dalam endodern polip binatang karang.
2. Ganggang filamen yang kaya klorofil. Ganggang ibi memberikan warna yang kehijauhijauan pada masa karang yang hidup. Ganggang ini terjaring kedalam kerangka
karang hidup.
3. Ganggang kerangka (skeletal algae), termasuk anggota Cholorophyta (ganggangg
hijau).
Untuk melindungi dirinya binatang karang mengeluarkan banyak lendir. Lendir ini
akan mengikat bahan organik sehingga membentuk gumpulan-gumpulan merupakan
sumber makanan yang banyak mengandung gizi bagi konsumen lainnya.
Keistimewaan dari terumbu karang dalam hal daur ulang (siklus) mineral yang
efesien. Di situ terdapat kerja sama yang sangat baik antara tumbuhan (ganggang) dan
binatang karang. Yang perlu diteladani dalam pemanfaatan sumber daya semakin
langjah untuk memenuhi kebutuhan dunia. Namun ulah manusia juga terumbu karang
juga sudah banyak terganggu karena pencemaran. Tambahan lagi semakin meningkat
sejumlah predatornya yaitu mahkota duri binatang laut Acanthaster planci.
Mangrove
Ekosistem mangrove atau hutan bakau termasuk ekosistem pantai atau
komunitas bahari dangkal yang sangat menarik, yang terdapat pada perairan tropit dan
subtropit. Penelitian mengenai hutan mangrove lebih banyak daripada ekosistem pantai
lainnya. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang lebih spesifik jika dibandingkan
dengan ekosistem lainnya karena mempunyai vegetasi yang agak seragam, serta
mempunyai tajuk yang rata, tidak mempunyai lapisan tajuk dengan bentukan yang
khas, dan selalu hijau.
Mangrove menghendaki lingkungan tempat tumbuhan yang agak ekstrim yaitu
pembentuka air asin (salinitas air), berlumpur dan selalu tergenang, yaitu di daerah
yang berbeda dalam jangkauan pasang surut seperti di daerah delta, muara sungai
atau sungai-sungai pasang berlumpur. Sedangkan di pantai berpasir atau berbatu
ataupun karang berpasir tumbuhnya tidak akan baik. Begitu pula arus yang kuat,
misalnya sering dilewati manusia, seperti kapal motor akan dapat menghancurkan
hutan mangrove.
Pohon-pohon mangrove adalah halofit, artinya bahwa mangrove ini tahan akan
tanah yang mengandung garam dan genangan air laut. Adanya mangrove tumbuhan
ditempat yang lebih tinggi, sehingga akan mengalami masa tanpa genangan air laut.
Ada juga mangrove yang tumbuh di tempat yanglebih tinggi sehingga akan mengalami
masa tanpa digenangan air laut yang agak panjang. Namun beberapa pohon mangrove
dapat dijumpai di tepi sungai sekitar 100 km dari laut, walaupun pada permukaan air
dimana pohon itu tumbuh adalah air tawar, tetapi pada dasar sungai terdapat sairis air
asin (jasanul anwar dkk 1984).
Biji buah mangrove telah berkecambah sewaktu masih di pohonnya, jika jatuh ke
air lalu mengapung dan kemudian akan melekat di dasar perairan dangkal dengan
akar-akarnya yang sudah mulai berkembang. Dikatakan bahwa disaat akar mangrove
mulai melekat tersebut, pada saat itu merupakan awal dari proses pembentukan
sebuah pulau baru. Begitu pula pada saat air laut surut, dasar laut akan muncul, pada
situasi inipun pioner mengrove berkesepakatan untuk tumbuh.
Akar dari poho mangrove yang terbentuk cakram yang dapat mengurangi arus
pasang surut mengendapkan lumpur dan merupakan tempat anak-anak udang atau
ikan mencari makan sambil berlindung dari kejaran predatornya. Sejumlah pohon
mangrove mempunyai sistem perakaran yang istimewa. Seperti jenis rizophora
mempunyai akar jangkar yang panjang untuk mencegah tumbuhnya semain dekatnya.
Adapula yang mempunyai akar napas berbentuk pasak (akar yang muncul tegak
dipermukaan tanah) dari jenis sonneratia dan Avicennia serta adanya akar napas
berbentuk lutut dari jenis Bruquiera adalah untuk memberikan kesempatan bagi oksigen
untuk masuk kedalam sistem perakaran.
Zone hutan mangrove
Berdasarkan frekuensi air padang hutan mangrove dapat dibagi menjadi lima
bagian zone yang di tumbuhi oleh tepi-tepi vegetasi yang berbeda-beda sebagai berikut
1. Paling terdekat dengan laut yang didominasi oleh Avicenia dan Sonneratia.
2. Hutan pada substrat yang lebih tinggi yang didominasi oleh Bruguiera cylindrica,
hutan ini tumbuh pada liat yang cukup keras dan dicapai oleh beberapa air pasang
saja.
3. Lebih jauh dari pantai, yang didominasi oleh Rizophora.
4. Hutan bakau yang di dominasi oleh Bruguera parvitflora.
5. Hutan mangrove yang di dominasi oleh Bruguera gymnorrhiza.
Menurut Dafis (1940) hutan bakau tidak hanya penting bagi pelebaran pantai
kearah laut terbuka serta pembentuknya pulau-pulau akan tetapi penting sebagai
pelindung pantai terhadap erosi yang berlebihan akibat badai-badai tropik. Detritus dari
daun-daun bakau yang gugur sangat penting sebagai sumber energi bagi perikanan.
Yazanul Anwar (1984) mengemukakan bahwa penelitian tentang hutan mengrove di
Sumatera lebih banyak dilakukan daripada ekosistem lainnya. Dari jumlah 1.470.000 ha
hutan mangrove di Sumatera, lebih dari 60% terletak di Riau dan Sumatera Selatan.
Fungsi hutan Mangrove menurut Saenger et al (1981) dapat dikelompokan menjadi
fungsi fisik, fungsi biologi, dan fungsi ekonomi yang potensial.
Sebagai fungsi fisik yaitu untuk ;
1. Menjaga garis pantai agar tetap stabil.
2. Mempercepat perluasan lahan.
3. Melindungi pantai dan tebing sungai.
Fungsi Biologik meliputi :
1. Tempat benih-benih iakn, udang dan kerang-kerang dari lepas pantai.
2. Tempat bersarang burung-burung besar.
3. Sebagai habitat alami bagi banyak janis biota.
Fungsi ekonomi yang potensial antara lan ;
Lahan untuk tambak, tempat pembuatan garam
garam, tempat berekreasi,
memperoleh, balok.
Suatu ekosistem mangrove seyogianya :
1. Ditumbuhi oleh satu atau lebih pohon mangrove yang khas.
2. Setiap jenis yang tidak khas, tumbuh bersama jenis yang khas.
3. Biodata yang hidup di dalamnya, seperti hewan daratan atau laut, lumuk kerak,
cendawan, ganggang, bakteri dan lainnya baik yang menetap ayau sementara,
sekali-kali atau biasa, kenetulan atau khusus hidup didaerah tersebut.
4. Proses-proses yang penting untuk memeperthankan ekosistem ini baik yang ada di
daerah bervegetasi atau di luarnya.
5. Daerah terbuka atau berlumpur yang terletak di antara hutan sebenarnyadan laut.
Hutan mangrove tidak sama dengan hutan hujan. Begitu pula hutan mangrove ini
termasuk miskin jenisdan jenis mangrove tidak akan dijumpai pada hutan hujan. Paad
keadaan optimal, sepintas lalu hutan mangrove ini akan menyerupai hutan hujan.
Perbedaan hutan mangrove dengan hutan hujan sehubungan dengan :
1. Habitat. Mangrove terbatas pada daerah-daerah pantai berlumpur, sungai-sungai
pasang yang berlumpur, sungai-sungai pasang yang berlumpur dan sebagainya.
2. Komposisi. Mangrove miskin akan jenis, serta anggota-anggota mangrove tidak
pernah terdapat di dalam hutan hujan.
3. Struktur. Mangrove tidak mempunyai lapisan tajuk.
4. Fisiongnomi. Mangrove terlihat hampir seragam dan memiliki bentuakn yang khas.
Komposisi mangrove ini mempunyai batas yang khas. Batas tersebut disebabkan
oleh efek selektif dari tanah tersebut disebabkan oleh efek selektif dari tanah, kadar
garam, jumlah hari atau lamanya penggenangan, dalamnya penggenangan dan
kerasnya arus pasang surut. Urut-urutan komunitas bakau, di daerah terluar adalah,
Avicenia, atau Sonneratia terdapat pada endapan lumpur yang masih lunak atau
Rizophora pada tempat-tempat yang sudah lebih kuat, daerah tengah yaitu Bruguiera
caryophylloides,
Scyphiphora,
Lumnitzera.
Daerah
sebelah
dalam,
seringkali
merupakan daerah peralihan dengan daerah rawa berair tawar akan dijumpai Gerbera,
Oncosperma (Tjahjono, 1975).
G. Ekosistem Rawa
Ekosistem rawa dalam buku ini dapat dibagi menjadi :
Ekosistem Rawa Gambut
Ekosistem (hutan) gambut ditumbuhi oleh vegetasi yang spesifik atau yang
mempunyai ciri khas. Sama dengan halnya hutan rawa. Hutan gambut dan hutan rawa
sering disebut dengan hutan rawa saja. Daerah antara hutan gambut dan hutan rawa
disebut hutan bergambut. Di dalam daerah hutan bergambut terdapat elemen-elemen
hutan rawa dan hutan gambut.
Hutan rawa dan hutan gambut terdapat pada suatu daerah, dan biasanya hutan
gambut merupakan kelanjutan dari hutan rawa. Di samping itu terdapat perbedaan
antara hutan gambut dan hutan rawa yaitu : hutan gambut memiliki lapisan gambut,
yakni lapisna bahan organik yang tebal mencapai 1-2 m, sedangkan hutan rawa tebal
bahan organiknyalebih tipis yaitu sekitar 0,5 m. Kedua hutan ini selalu hijau, dan
mempunyai tajuk yang berlapis-lapis dengan berbagai jenis naun tak lengkap seperti
hutan hujan. Biasanya di dominasi oleh jenis-jenis dikotiledon dan ketinggian dapat
mencapai 30 m terutama sebeah tepinya. Semakin ketengah begetasi yang ada pada
hutan gambut, pohon-pohonnya semakin pendek. Ada kalanya dipusat hutan gambut
dimana lapisan gambut dapat mencapai 2m, seiring berbentuk hutan cebol.
Jenis vegetsi hutan gambut biasanya terdiri dari jenis palmae, pandanus,
podocarpus, dan beberapa wakil dari famili yang terdapat pada hutan hujan seperti
famili dipterocarpacae. PH habitat gambut biasanya sekitar 3,2 dan bersifat hampir
steril kemungkinan merupakan salah satu penyebab jumlah vegetasi yang ada dalam
hutan gambut tidak banyak, akan tetapi kebanyakan merupakan vegetasi yang khas.
Komposisi vegetasi yang ada pada hutan gambut sangat tergantung pada gambutnya.
Gambut adalah suatu tipe tanah yang dibentuk dari sisa-sisa tumbuhan (akar,
batang, dahan, ranting, daun dan lainnya) dan mempunyai kandungan bahan oraganik
yang snagat tinggi permukaan gambut seperti kerak yang berserabut, menutupi bagian
dalam yang lembab berisikan potongan-potongan kayu besar dan sisa-sisa tumbuhan
lainnya.
Yazanul
Anwar
dkk
(1984)
mengemukakan
bahwa
gambut
dapat
diklasifikasikan atas dua bentuk yaitu :
a. Gambut Ombrogen.
Gambut ombrogen adalah yang uumnya dijumpai. Banyak ditemui didekat pantai
dan kedalaman gambutnya mencapai 20 m. Air draenasenya sangat asam dan miskin
zat hara (oligotropit) terutama kalsium. Permukaan tanahnya lebih tinggi dari
permukaan air sungai dikelilingnya, dan tumbuhan yang tumbuh pada tanah ini
menggunakan zat hara dari tumbuhan itu sendiri, dari gambut dan dari air hujan.tidak
ada zat hara yang berasal dari sumber lainnya.
b.Gambut Topogen
Tipe gambut ini kurang umum dijumpai, bisanya dibentuk pada lekukan-lekukan
tanah. Tumbuha yang pada tanah ini mendapat zat haranya dari mineral, air sungai,
sisa tumbuhan dan air hujan. Gambut topogen terdapat di pantai-patai dibalik bukitbukit pasir dan daerah pedalaman dimana air draenase terhambat. Biasanya tebal
gambut ini sekitar 4 m. Gambut dan air draenasenya bersifat agak asam dan
mengandung zat hara yang relatif banyak (mesotrofik)
Ekosistem Rawa Air Tawar
Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering
digenangi air tawar yang kaya mineral dengan PH sekitar 6. Kondisi permukaan air
tidak selalu tetap, adakalanya naik atau adakalanya turun, bahkan suatu ketika dapat
pula mengering. Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh beragam jenis vegetasi.
Hal ini disebabkan oleh terdapatnya beragam jenis tanah pada berbagai ekosistem
rawa air tawar. Biasanya dalam ekosistem rawa air tawar tersebut tidak terdapat
banyak jenis. Jenis pohon cenderung berkelompok membentuk komunitas yang miskin
jenisnya.
Di beberapa daerah pada rawa-rawa tersebut ditumbuhi rumput, adapula yang
hanya ditumbuhi jenis pandan atau palem yang menonjol. Malah adapula menyerupai
hutan-hutan daratan rendah, dengan akar tunjang atau akar napas maupun seperti
penumpang pohon. Beberapa contoh seperti daun bento yang terletak diselatan gunung
7 dan dibarat laut danau kerinci dikelilingi oleh hutan rawa liar tawar. Cagar alam
waykambas yang terdapat dilampung ditetapkan untuk perlindungan untuk ekosistem
air tawar. Walaupun hutan rawa air tawar primer ditebang.
Beda hutan rawa air tawar dengan hutan rawa gambut pada rawa air tawar tidak
terdapat kandungan gambut yang tebal dan sumber airnya berasal dari air hujan dan air
sungai.
H. Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis (tropical rain forest atau mountain rain forest) sangat menarik
merupakan ekosistem yang klimaks klimatik. Tetumbuhan yang ada dalam hutan ini
tidak pernah menggugurkan daunnya, kondisinya sangat bervariasi ada yang sangat
berbunga, berbuah, dalam perkecambahan, atau berada dalam tingkatan kehidupan
sesuai dengan sifat atau kelakukan masing-masing jenis tumbuhan tersebut. hutan
hujan tropis memiliki vegetatif yang khas daerah tropis basah dan menutupi semua
permukaan daratan yang memiliki iklim panas, curah hujan cukup banyak serta terbagi
merata.
Pohon-pohon dari komunitas hutan hujan yang beraneka ragam, tingginya ratarata 46-55 m adakalanya secara individu dapat mencapai 92 m, dengan bentuk pohon
pada umumnya ramping-ramping. Tinggi pohon tidak sama, seringkali terdapat tiga
lapis pohon-pohon, tetapi kadang-kadang hanya dua lapis. Tetumbhan bawah pada
hutan hujan terdiri dari semak, terna dan sejumlah anakan serta kecambah-kecambah
dari pohon. Disamping itu hutan hujan memiliki tanaman memanjat dari pelbagai bentuk
dan ukuran, serta efipit yang tumbuh pada batang dan daun. Hutan hujan tropis sangat
berstratifikasi, secara garis besar membentuk tiga lapisan yaitu :
a. Pohon-pohon yang sangat menjulang tinggi
b. Lapisan tajuk yang membetuk lapisan permadani hijau yang berkesinambungan
dengan ketinggian 80-100 kaki.
c. Lapisan tumbuhan bawah.
Dalam masayarakat htan hujan dikenal adanya kelas-kelas atau golongangolongan ekologis yang disebut dengan synusia. Synisia merupakan golongan
tumbuhan-tumbuhan yang mempunyai life-form serupa, menduduki niche yang sama
dan memainkan peranan yang serupa dalam komunitasnya. Atau diakatakan pula
bahwa synisia adalah sekelompok tumbuhan yang mempunyai tuntutan pada habitat
yang serupa. Untuk jelasnya hutan hujan tropis mempunyai syniasia sebagai berikut :
I. Tumbuh-tumbuhan autotrop (berklorofil) :
1. Tumbuhan-tumbuhan yang secara mekanisme beridiri sendiri, disusun dalam
beberapa stratayaitu :
a. Pepohonan dan perdu
b. Terna
Pembagian strata ada lima yaitu staratum A terdiri dari pepohonan dengan ketinggian
sekitar 30 m-42 m. Startum B terdiri dari pepohonan dengan ketinggian sekitar 20 m27m. Stratum C, terdiri dari pepohonan dengan ketinggian sekitar 8 m-14 m. Stratum D
terutama terdiri dari jenis berkayu, namun banyak tergolong terna sering disebut
stratum semak. Stratum E adalah stratum tanah yang terdiri dari terna-terna atau
kecambah pepohonan.
2. Tumbuh-tumbuhan yang tidak dapat berdiri sendiri yaitu :
a. Tumbuh-tumbuhan memanjat.
b. Tumbuhan penceklik (strangler).
c. Epifit dan semi parasit
II. Tumbuh-tumbuhan heterotrof (tanpa berklorofol) yaitu :
a. saprofit
b. parasit
Hutan hujan tropis secara garis besar dapat dibagi menjadi hutan daratan
rendah, sub montane forest, montane forest, subalpine forest dan alfino forest.
Hutan hujan tropis berdasarkan habitatnya dapat dibagi menjadi beberapa zone,
yaitu :
1. Hutan daratan rendah.
2. Hutan daratan rendah lainnya.
3. Pegunungan bagian bawah (sub montane forest).
4. Hutan pegunungan bagian atas (Montane Forest).
5. Hutan Subalpine dan hutan alpine.
Hutan Daratan Rendah
Hutan yang terdapat pada daratan rendah dan bukit-bukit dengan ketinggian
600m di atas permukaan laut tipe vegetasi terkaya di daerah ekuatorial. Hutan ini
mempunyai tajuk yang tinngi berlapis-lapis dengan terdapat banyak strata di dalamnya,
dan
merupakan
suatu
ekosistem
tipe
klimaks
vegetasi
yang
mmpunyai
keanekaragaman (diversitas) sangat tinggi, kompleks dan paling menarik. Itulah
sebabnya mengapa hutan di daerah tropik terutama hutan daratan rendah, telah
banyak menarik perhatian dan pemikiran para ahli. Namun dibalik itu juga ternyata jenis
tumbuhan. Jenis herbivor ini telah berkembang sejalan dengan perkembangan dari
jenis tumbuhan tersebut dan mampu mengatasi cara-cara bagaimanapun dari
perlindungan fisik dan kimia yang dimiliki tumbuhan. Dampak yang diakibatkan herbivor
pada jenis pohon yang berlimpah atau yang menguasai suatu daerah mengurangi daya
bersaing jenis itu, sehingga jenis ynag kurang dipengaruhi herbivor dapat tumbuh terus.
Diduga bahwa kenaikan keanekaragaman lokal berhubung dengan sifat-sifat
tanah dan iklim mikro. Naik turunnya intensitas dan sudut penyinaran cahaya matahari,
curah hujan, suhu, dan pembagian hara antara tanah dan vegetasi adalah lebih besar
pada daerah terbuka di hutan tropik daripada di hutan daerah beriklim sedang. Hal ini
dikemukakan dengan beberapa alasan antara lain sebagai berikut : (Ricklefs dalam
Jazanul Anwar, 1984)
a. Biomossa yang besar di hutan tropik mengubah faktor-faktor, seperti banayknya
sinar, kelembapan, suhu dan keadaan lingkungan tang tetap, menjadi jumlah yang
lebih besar daripada hutan beriklim sedang yang memiliki biomasa yang kecil.
b. Perbandingan unsur hara pada vegetasi dengan unsur hara dalam tanah lebih besar
pada hutan tropik. Maka masuknya zat hara yang berasal dari pembusukan vegetasi
dari bagian-bagian pohon tumbang atau tumbuhan yang terimpit, ke dalam tanah
lebih besar di daerah tropik.
c. Pengaruh yang lebih cepat daun-daun yang gugur dan sisa-sisa bahan organik
lainnya di hutan-hutan tropik akan mempercepat pelepasan hara mineral dan sisa-
sisa organik pohon-pohon yang tumbang dan menaikkan pemasukan zat hara ke
dalam tanah.
d. Kandungan humus pada tanah-tanah hutan tropis lebih rendah daripada hutan
beriklim sedang walaupun kandungan haranya serupa. Kandungan humus
mempengaruhi daya untuk mempertahankan kelembapan tanah, serta stabilitas sifat
tanah yang lain, bila terjadi gangguan fisik yang lebih intensif di petak terbuka hutan.
e. Curah hujan yang lebih besar di daerah tropik menaikkan pencucian hara-hara
tertentu dari tanah yang terbuka, dan makin ke tangah hutan, pencucian hara
tersebut semakin tinggi.
f. Di daerah tropik, matahari lebih lama berada di atas kepala dan siang harinya yang
lebih panjang dibandingkan daerah beriklim sedang, sehingga cahaya matahari
mnerpa tanah daaerah terbuka hutan tropik lebih langsung daripada di hutan beriklim
sedang.
Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keanekaragaman keadaan lingkungan
yang lebih besar dari keadaan lingkungan untuk perkembangan benih di hutan tropik.
Jenis tumbuhan yang ada dalam hutan hujan tropis antara lain :
a. Menandai hutan-hutan Sumatera, Semananjung Malaysia, Kalimantan dan Filipina.
Dipterocarpaceae : dengan genusnya seperti Shorea, Nopea, Dipterocarpus,
Vatica,Dryobalanops, Eusideroxylon.
b. Kekayaan jenis hutan Irian Barat antara lain :
Intisia biyuga, Vitex copassus, Homalium footidum, Chrisophyllum roxburghii,
Terminalia complanava, Celtis spp, Buchanania macrocarpa, Crytocarya massoia,
Palaquium sp., Planchonella spp., Intsia palambanica, dracontomelum mangiforum,
Canarium spp, Adina multifola, Anisoptera spp., Koordersiodensron pinnatum,
Manilkara fasciculata, Mastixiodendron pachyclados, Azadirachta excelsa, Mimusops
elengi, Pericopsis mooniana. Alstonia scholaris, Pometia acuminata, P. Coriacea dan
Vatica papuana.
Hutan Dataran Rendah Lainnya
Hutan kerangas
Hutan ini dijumpai antara lain di pulau Bangka, pulau Belitung, kepulauan Lingga,
Natuna dan Sumbawa. Istilah kerangas dari bahasa Iban (daya) yang berarti lahan
yang sudah dihutankan dan tidak subur lagi.
Kondisi tanah dari ekosistem kerangas ini, biasanya terdiri dari silika dengan
struktur yang kasar, adakalanya PH bersifat asam dan mudah mengering. Tanah-tanah
pada hutan kerangas yang masih utuh, atau di bawah semak-semak padang, ditutupi
oleh bahan-bahan organik yang setengah membusuk dan berwarna coklat kehitaman.
Pada hutan kerangas biasanya hanya dibentk oleh suatu lapisan konopi yang seragam
dan rendah dari tajuk pohon-pohon muda dan kecil serta ramping. Pada ekosistem ini
jarang-jarang dijumpai vegetasi jenis pohon-pohon yang besar. Adakalanya dijumpai
jenis rotan gunung raksasa Plectocomia elongata. Juga dapat dijumpai tetumbuhan
merambat yang kecil dan halus atau epifit. Sedangkan pada dasar hutan biasanya
hanya dijumpai lumut daun dan kerak (Jazanul Anwar, dkk. 1984). Ciri-ciri hutan
kerangas banyak dijumpai pada ekosistem rawa gambut dan ekosistem gunung.
Vegetasi Padang
Padang merupakan ekosistem yang sangat miskin zat haranya, dan dianggap
sebagai hutan kerangas yang menurun mulutnya akibat kebakaran. Vegetasi padang
berupa semak belukar dengan ketinggian pohon biasanya sekitar 5m walaupun sekalisekali dijumpai ada yang sampai 25 m ketinggiannya atau penebangan. Tetumbuhan
yang sering dijumpai adalah sesapu (Baekia garcinia sp), kelat (Gelam melaleuca sp)
bintagor (Callophyllum sp, kandis (Garcinia sp) kelat (Syzygium sp), mahang
(Macaranga sp), balikangin (Mallotus spp), senduduk (melastoma spp), teka-teki seperti
Fimristylis sp, Rhyncospora sp, Xyris Microcephalaa dan lili (Dianella sp), semak
karamunting (Rodomyrius tomentosa), kantong semar (Nepenthes sp). Droseera
burmanii. Pada jenis epifit Dischidia sp, Mymecodia dan Hydnophytum terdapat kerja
sama yang baik dengan jenis serangga. Bila akar dari vegetasi ini dicabut maka akan
ditemukan semut di bawah akarnya. Jenis tumbuhan ini memberikan perlindungan
kepada semut, sebaliknya semutpun memberi makanan brupa kotoran dan sisa-sisa
makanannya kepada tumbuhan tersebut. kondisi tanah ekosistem ini, terdiri dari pasir
putih.
Hutan Bulian
Ekosistem ini mempunyai jenis yang didominasi oleh tumbuhan bulian
(Eusideroxylon zwageri) dan mempunyai keanekaragaman yang sangat rendah.
Keseimbangan tanpa gangguan hama.
Hutan Batu Kapur
Ekosistem batu kapur mempunyai pemandangan yang spesifik dan disebut
dengan karst. Habitat batu kapur ini dapat berbentuk bukit-bukit, setengah bola dan
berlekuk-lekuk bukit-bukit, setengah bola dan berlekuk-lekuk. Pada lekukan tersebut
biasanya terbentuk tanah latosol merah dan telah mengalami pencucian yang
mengandung kalsium, magnesium, Vegetasi yang tumbuh pada ekosistem batu kapur
keanekaragamannya rendah. Jenis vegetasinya adalah Dipteracarpaceae. Banyak
mempunyai jenis endemik, misalnya jenis palem Maxburrettia, Rhapis.
Gua
Gua biasanya terbentuk di daerah-daerah batu kapur. Terjadi karena air hujan
yang mengandung sedikit asam, melarutkan kapur, mangandung sedikit asam,
melrutkan kapur, mengalir melalui celah-celah di bawah tanah dan mengeruk dinding
celah yang makin lama makin besar sehingga berbentuk terowongan di dalam tanah
yang kita sebut dengan gua. Di dalam gua sering mengalir sungai kecil, adakalanya
aliran itu bukanlah air permukaan akan tetapi merpakan limbah dari aquifer, dan air
tersebut sehat untuk diminum. Di dalam gua juga adakalanya dijumpai Flowstene atau
stalagmit dan stalakit.
Gua sebagai habitat, kurang mendapat sinar matahari, sehingga tidak dapat
ditumbuhi
oleh
tumbuhan
hijau.
Biasanya
dijumpai
lumut
kerak
atau
jenis
mikroorganisme seperti bakteri atau ganggang biru-hijau. Hewan yang menghuni gua
makanannya tergantung dari luar. Beberapa jenis hewan gua dapat dibagi menjad :
1. Troglobit. Sejenis hewan gua yang tidak dapat hidup di luar gua.
2. Troglofil. Adalah jenis hewan gua yang dapat hidup dan berkembang biak di dalam
gua, tetapi juga dapat hidup di luar pada mikro habitat yang lembap dan gelap.
3. Troglozin. Hewan gua ini biasanya mencari makanan ke luar gua dan berlindung
serta berkembang biak di dalam gua.
Gua-gua yang terdapat di Indonesia mempunyai arti luas. Dapat untuk
kepentingan rekreasi karena mempunyai nilai estetika yang tinggi. Juga berguna untuk
IPTEK, seperti untuk kepentingan geologi. Keindahan gua yang terdapat di Indonesia
sudah dikenal bangsa Eropa sejak abad pertengahan ke-18. Ketika orang belanda
mengarungi Samudera Hindia, mereka sangat kagum pada pemandangan berbukit
sepanjang 8 km membentang sejak desa Adisana sampai desa Banyumudal di daratan
pantai Selatan pulau Jawa, yaitu di daerah Karst Karangbolongg terdapat sekitar 50
gua. Banyak sekali gua-gua yang terdapat di seluruh kepulauan Indonesia. Kondisi gua
tersebut ada yang sudah dipengaruhi oleh tangan manusia guna kepentingan
pariwisata, namun ada yang masih asli baik dekorasi gua (speleothem), maupun
kehidupan dalam gua (biospeleologi). Gua-gua tersebut dapat dikategorikan menjadi :
1. Gua yang dapat digunakan untuk komersial
2. Gua yang ekspedisi dan
3. Gua untuk diestarikan
Submontane Forest
Submuntane forest atau hutan pegunungan bagian bawah merupakan ekosisitem
yang terdapat pada ketinggian 600 m-1400 m di atas permukaan laut. Fisiognominya
menyerupai hutan hujan, hanya pohon-pohonya yang tumbuh lebih kecil. Begitu pula
komposisinya agak berbeda. Pada ekosistem ini biasanya kaya dengan jenis
Orchidaceae atau biasanya kaya dengan jenis Orchidaceae atau Pteridophyta. Di
samping itu pada umumnya duhuni oleh berbagai jenis tumbuhan antara lain dari famili
:
Annonaceae,
Durseraceae,
Bambusaceae,
Dipterocarpaceae,
Leguminoceae,
Meliaceae, Sapindaeceae, Apotaceae.
Montane Forest
Montane Forestatau hutan pegunungan bagian atas merupakan ekosistem yang
terdapat pada ketinggian 1400 m-3000 m. Fisiognomi tetumbuhannya tergantung
kepada ketinggian dan tipografi habitatnya. Komposisi botanik hutan ini lebih
menyerupai hutan di daerah iklim sedang. Pada habitat yang berbatu-batu ditumbuhi
vegetasi berbentu semak-semak rendah, atau pohon-pohon kecil, kerdil atau bercabang
rendah. Di samping itu adakalanya dijumpai jenis pohon conifer atau jenis vegetsi
berbunga. Beberapa jenis vegetasi dimaksud antara lain : Araucaria, Libocedrus,
Dacrydium, Phylladus, Eugenia, Calophyllum, Ericaceae, Leptospermum, Cuercus,
Rapancha, Schifflora, Myttaceae, Orchudaceae, Xanthmyrthus, Casuarina nodiflora.
Beberapa jenis bambu dapat pula dijumpai pada ekosistem ini. Biasanya vegetasi yang
tumbuh pada ekosistem ini tidak dapat merupakan satu kesatua, terpencar-pencar oleh
lapangan rumput atau semak.
Hutan Subalpin dan Alpin
Ekosistem subalpin ditandai oleh jenis hutan pegunungan yang lebih kecil.
Biasanya banayk dijumpai jenis endemik. Hal ini kemungkinan besar disebabkan
karena penyinaran ultra violet yang kuat, menyebabkan terjadinya mutasi dan
spesifikasi yang dipercepat. Jenis vegetasinya antara lain Agrotis, Festuca, Graminae,
Juncus dari Juncaceae, Carek, Scirous, Cyperus, serta tumbuh-tumbuhan kecil yang
berwarna warni.
I.
Ekologi Tanaman
Ekologi tanaman mengandung dua pengertian yaitu ekologi sebagai ilmu dan
tanaman sebgai objek. Dapat dibedakan antar tanaman dengan tumbuhan yaitu :
1. Tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan untuk maksud tertentu sehingga
hasilnya dijadikan sebagai bahan pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai
ekonomis dan estetika.
2. Tumbuhan adalah semua vegetasi. Semua tanamna adalah juga termasuk
tumbuhan. Akan tetapi tidak semua vegetasi tergolong tanaman.
Ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antarara
tanaman dengan lingkungannya. Dalam hal ini hubungan antara tanamna denga
tanaman itu sendiri, tanaman dengan lingkungannya. Jelas di sini bahwa tanaman
hidup dengan lingkungannya. Tanaman tidak dapat bediri sebagai individu atau
kelompok tanaman yang terisolasi. Karena semua tanaman berinteraksi sesama jenis,
dengan tanaman lainnya dan dengan lingkungan abiotik. Dalam hal ini sebagai faktor
lingkungan mempengaruhi kehidupan lingkungan yang spesifik untuk setiap jenisnya.
Pengaruh Lingkungan
Seperti yang telah diutarakan bahwa pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi
oleh lingkungannya. Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis
tanaman. Respons tanaman sebagai faktor lingkungan aakn terlihat pada penampilan
tanaman. Hal ini dapat terlihat langsung pada vegetasi hutan bakau yang tumbuh di
pantai berlumpur. Bakau mempunyai akar napas. Begitu pula tumbuhan yag tumbuh
pada ekosistem rawa, mempunyai akar papan. Ini semua ada maksudnya, dan
terkandung makna bahwa tumbuhan itu juga menyesusikan diri dengan lingkungannya,
disini terlihat bahwa saling mempengaruhi antara tumbuhan dengan lingkungannya.
Begitu pula biasanya vegetasi yang tumbuh di sekitar ekosistem tersebut juga spesifik
atau tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup
berdampingan. Tumbuhan mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang tidak
disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat racun bagi jenis
tertentu yang disebut allel. Pengaruh jenis tumbuhan terhadap jenis tertentu, di mana
tumbuhan tersebut mempunyai sifat allelopati. Pengaruh tanaman sesama tanaman itu
dapat dipelajari hubungan interaksi yang dapat saling menguntungkan seperti tanaman
pelindung. Ada yang satu untung yang lain tidak, ada yang tidak memberikan pengaruh
apa-apa. Ada sembilan bentuk interaksi sesama tanaman. Bentuk interaksi perlu
dipelajari karena akan mempengaruhi aspek estetika, fungsi lansekap dan aspek
pelestarian lingkungan.
Fotoperiodisme
Lamanya periode penyinaran matahari dapat memberikan tanggapan tertentu
yang mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman. Tanggapan tersebut dinamakan
fotoperiodisme, yaitu respons tanaman terhadap lam apenyinaran matahari dan lama
gelap atau panjang hari relatif.
Tanaman berhari panjang menunjukkan akan lebih cepat berbungan bila panjang
hari lebih panjang dari panjang minimum, yaitu tanaman yang bermalam pendek.
Sehubungan tanggapan tanaman ini, maka pembuangan dapat dirangsang yaitu
dengan kombinasi suhu dan panjang hari. Misalnya dengan perlakuan penyinaran
dalam waktu tertentu mlam hari.
Tanaman berhari pendek yaitu golongan tanaman yang baru akan berbungan jika
panjang hari kurang dari panjang maksimum antara 12-14 jam (nilai kritis). Bila panjang
hari melewati nilai kritis, akan merangsang pertumbuhan vegetatif. Contohnya padi,
tebu, kopi, sayur mayur dan lainnya yang banyak diusahakan pada daerah tropik.
Tanaman netral, yaitu tanaman yang tidak dipengaruhi oleh fotoperiode, jenis
tanaman ini dapat berbungan secara terus-menerus, misalnya Ixora sp. Tanaman di
daerah tropis pada umumnya adalah tanaman berhari netral.
Lamanya periode penyinaran matahari (fotoperiode) dapat mempengaruhi
terhadap lamanya fase-fase suatu perkembangan tanaman dengan bahan genetis
tertentu. Fase-fase perkembangan tanaman yang dapat dipengaruhi oelh fotoperiode di
antaranya perkecambahan, vegetatif dan fase berbunga (reproduktif).
Kebutuhan Air Tanaman
Kekurangan air pada tanaman disebabkan oleh :
1. Kekurangan persediaan air di daerah perakaran.
2. Berlebihnya kebutuhan air oleh daun, keran laju evapotransirasi melebihi laju
absorpsi air oleh akar tanaman, walaupun keadaan air cukup (jenuh).
Evapotranspirasi adalah penguapan air total melaui tumbuh-tumbuhan dan
permukaan tanah air atau air.
Transpirasi, adalah penguapan air melaui tumbuh-tumbuhan tubuh makhluk dan
hidup lainnya (berkeringat).
Hubungan Sesama Tanaman
Dalam usaha mengkomposisikan jenis-jenis tanaman misalnya untuk kepentingan
estetika, perlu diketahui bahwa hubungan sesama tanaman itu tidak selalu memberiakn
keindahan. Bahkan ada pula jenis tanaman memrlukan bantuan tanaman tertentu pula,
yaitu jenis perlindungan misalnya.
Berbagai jenis matabolit yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan, belum banyak
diketahui kegunaannya. Diduga pula bahwa tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan zatzat kimia yang dapat merangsang atau meracuni jenis tumbuhan lain ataupun meracuni
jenis tanaman itu sendiri. Senyawa-senyawa ini dapat meracuni biji-biji tanaman yang
ada di sekitarnya. Ataupun meracuni perkembangan ataupun tanaman dewasa jika
konsentrasi senyawa kimia tersebut tinggi. Dalam hubungan sesama tumbuhan
dimaksud ada beberapa faktor sebagai berikut :
1. Karena adanya kompetisi disebabkan kekurangan sumber energi atau sumber daya
lainnya yang terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, air. Kompetisi ini disebut
juga alelospoli.
2. Tumbuhan tertentu apakah masih hidup maupun sudah mati menghasilkan senyawa
kimia yang dapat mempenaruhi tumbuhan lain yang tertentu pula. Senyawa imia ini
disebut alelopati.
3. Adanya pengaruh-pengaruh baik terhadap faktor fisik maupun biologis lingkungan
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tumbuhan
yang bertindak sebgai tuan rumah atau inang. Misalnya jenis tumbuhan tertentu
menjadi habitat serangga, namun serangga tersebut mencari makan atau memakan
tumbuhan lain dalam komunitasnya. Gangguan semacam ini disebut alelosmediasi.
Alelopati
Di alam dapat digolongkan dua bentuk alelopati yaitu :
1. Alelopati yang sebenarnya.
Alelopati merupakan pelepasan senyawa beracun dari tumbuhan ke lingkungan
sekitarnya dalam bentuk senyawa asliyang dilepaskannya.
2. Alelopati yang fungsional.
Golongan alelopati ini adalah senyawa kimia yang dilepaskannya kemudian senyawa
ttersebut telah mengalami modifikasi oleh mikroba tanah.
Sumber Senyawa Alelopati
Semua jaringan tumbuhan-tumbuhan mempunyai potensi menghasilkan senyawasenyawa alelopati. Apakah menghasilkan batang, bunga, buah atau biji. Senyawa
alelopati ini dapat dilepaskan dari jaringan tumbuhan dalam berbagai cara misalnya
melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan pembusukan bagian-bagian organ
yang busuk.
Alelopati yang dikeluarkan melalu penguapan, misalnya oleh beberapa jenis
tumbuhan yang berasal dari daerah-daerah gersang dan kering seperti Artemisia,
Eucalyptus dan Salvia. Senyawa kimia yang dilepaskannya melalui penguapan akan
siserap oleh tumbhan lain yang ada di sekitarnya dalam bentuk uap maupun dalam
bentuk embun, dan dapat masuk ke tanah kemudian diserap ileh akar.
Alelopati yang dikeluarkan melalui pencucian ialah asam-asam organik, gula,
asam-asam amino, pektat, giberelin, terpenoid, dan fenol. Sebagai contoh dari hasil
pencucian daun tanaman Chysanthenum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis
tumbuhan lainnya yang dapat hidup di sekitar tumbuhan ini. Tanaman rami (Linum
utitassimum L.) produksi akan sangat menurun jika di sekitarnya tumbuh jenis Camelina
alyssum. Hasil cucian daun alang-alang akan mempengaruhi pertumbuhan jagung, dan
mentimun,
sedangkan
alang-alang
yang
berakar
merah
akan
menghambat
pertumbuhan tomat. Hasil pencucian daun dan umbu teki dapat menghambat
pertumbuhan kedele dan jagung.
Download