II. TELAAH PUSTAKA Hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki peranan yang sangat penting bagi mahluk hidup di sekitarnya (Fadhil et al., 2013). Salah satu peran dari hutan yaitu memberikan tempat tinggal dan makanan bagi berbagai jenis fauna yang hidup di dalamnya. Populasi tumbuhan dan hewan di dalam hutan membentuk masyarakat yang saling berkaitan erat satu sama lain dengan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu hutan dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau merupakan ekosistem yang sangat berguna bagi kehidupan manusia (Soerianegara & Indrawan, 2005). Tumbuh-tumbuhan yang ada di hutan terdiri dari berbagai macam pohon dan tumbuhan bawah serta terdiri dari berbagai spesies yang sangat beranekaragam. Menurut Yuniawati (2013), tumbuhan bawah merupakan suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali anakan pohon yang meliputi rerumputan, herba, semak belukar, dan paku-pakuan. Semak merupakan tumbuhan berkayu yang tetap rendah dan umumnya memiliki tinggi 3-4 m. Tumbuhan tersebut menghasilkan percabangan banyak yang terletak di dasar tanaman atau dekat dengan permukaan tanah (tidak mempunyai cabang utama) (Yuswindasari, 2010). Perdu adalah tumbuhan yang umumnya memiliki akar tunggang dan batangnya berkayu. Perdu memiliki banyak cabang dan tumbuh dengan ketinggian maksimal sekitar 4,5 m. Herba/terna adalah tumbuhan yang batangnya lunak karena memiliki kandungan air yang tinggi serta tidak membentuk kayu. Tumbuhan ini memiliki tinggi <1,5 m. Paku-pakuan adalah tumbuhan yang berkembangbiak dengan spora dan banyak ditemukan di lantai hutan. Tumbuhan paku merupakan vegetasi yang umumnya lebih beragam di daerah dataran tinggi karena dapat tumbuh optimum di tempat yang lembab (Nahu et al., 2013). Sering kali terjadi salah pemahaman dalam analisis vegetasi antara tumbuhan bawah dan tumbuhan tingkat permudaan atau semai. Kadang-kadang ada yang bio.unsoed.ac.id memasukan tingkat permudaan semai ke dalam tumbuhan bawah atau pun sebaliknya. Tumbuhan bawah tidak akan berkembang lebih besar lagi seperti semai yang akan tumbuh menjadi pohon besar. Jadi jika tumbuhan itu dapat bertumbuh menjadi tumbuhan yang besar atau tingkat pohon maka termasuk dalam permudaan. Tumbuhan bawah dalam susunan stratifikasi menempati lapisan D yang memiliki tinggi <4,5 m dan diameter batangnya sekitar 2 cm (Windusari et al., 2012). Jenis tumbuhan bawah bersifat annual, biennial, perennial; pola penyebarannya dapat terjadi secara acak, berumpun/berkelompok dan merata. Nirwani (2010) melaporkan bahwa tumbuhan bawah yang ditemukan umumnya dari anggota suku Poaceae, Cyperaceae, Araceae, Asteraceae, dan paku-pakuan. Keberadaan tumbuhan bawah di lantai hutan dapat berfungsi sebagai penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga meminimalkan bahaya erosi (Hilwan et al., 2013). Vegetasi tumbuhan bawah berperan penting dalam ekosistem hutan dan menentukan iklim mikro serta mempunyai korelasi yang nyata dengan tempat tumbuh (habitat) dalam hal penyebaran jenis, kerapatan, dan dominansinya. Komunitas tumbuhan bawah dapat dijadikan sebagai indikator tempat tumbuh, sebagai penutup tanah, dan berperan dalam pencampuran serasah. Dahlan (2011) dalam Binibis et al. (2013) menyatakan bahwa tumbuhan bawah dapat meningkatkan kesuburan tanah, sumber pangan bagi fauna, sebagai tanaman obat, sumber energi alternatif, penahan pukulan air hujan, dan sebagai penahan aliran permukaan air. Tumbuhan bawah memiliki sifat hipertoleran, yakni dapat mentolerir logam dengan konsentrasi tinggi (Binibis et al., 2013) dan mempunyai sifat hiperakumulator yang berarti dapat mengakumulasi logam tertentu dengan konsentrasi tinggi pada jaringannya (Widyati, 2011). Interaksi yang terjadi baik antar jenis tumbuhan bawah maupun dengan lingkungan sekitarnya dapat mempengaruhi struktur komunitas tumbuhan bawah. Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif (Indrayanto, 2006). Deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif berupa bentuk pertumbuhan atau stratifikasi dan secara kuantitatif dengan parameter berupa kerapatan, frekuensi, dominansi, keanekaragaman dan pola distribusi. Parameter-parameter tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan struktur dan komposisi jenis tumbuhan.Struktur dan komposisi jenis suatu komunitas dipengaruhi oleh hubungan yang terjadi dalam komunitas itu sendiri, oleh karena itu studi struktur dan komposisi vegetasi bio.unsoed.ac.id tumbuhan bawah sangat dipengaruhi oleh tingkat populasi atau jenis tumbuhan bawah (Bakri, 2009). Richard (1966) mengemukakan bahwa komponen penyususn struktur vegetasi terdiri dari tegakan, bentuk hidup atau stratifikasi (semak, perdu, herba/terna dan paku-pakuan), dan penutupan vegetasi yang digambarkan melalui kelas diameter, tinggi, penyebaran dalam ruang, keanekaragaman tajuk serta kesinambungan jenis. Menurut Fachrul (2008) hutan pada umumnya memiliki struktur yang relatif sama, 4 seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Trilestari (2014) mengenai tumbuhan bawah di RPH Kebasen yaitu tersusun atas perdu, semak, herba/terna, dan rumput. Komposisi adalah jumlah jenis tumbuhanyang menyusun suatu komunitas (Wijayanti, 2011). Jenis tumbuhan yang ada dapat diketahui dari pengumpulan atau koleksi secara periodik dari identifikasi di lapangan pada petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara (Yuniawati, 2013). Komposisi jenis suatu komunitas sangat penting karena komunitas sebagian besar ditentukan oleh daftar floristik (jenis-jenis yang terdapat dalam suatu komunitas) sebagai salah satu parameter vegetasi untuk mengetahui keanekaragaman jenis (Fachrul, 2008). Keanekaragaman tumbuhan bawah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, suhu, tutupan tajuk dari pohon di sekitarnya, dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis (Nirwani, 2010). bio.unsoed.ac.id 5