Status Mineral Mikro Non-Esensial Dan

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak unsur mineral mikro diketahui esensial (mineral mikro esensial) untuk
hidup, kesehatan dan reproduksi, diantaranya adalah besi (Fe), zink (Zn), tembaga
(Cu), kromium (Cr), mangan (Mn), molibdenum (Mo), selen (Se), dan iodin (I).
Unsur-unsur mineral mikro non-esensial seperti timbel (Pb), arsenik (As), kadmium
(Cd) dan merkurium (Hg), belum diketahui kegunaannya secara jelas bagi manusia,
tetapi tubuh hanya membutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit. Mineral Pb, As,
Cd dan Hg lebih dikenal sebagai unsur logam berat, yang bila dikonsumsi dalam
jumlah berlebihan akan berisiko keracunan. Hal ini disebabkan karena reaksinya
yang merusak metabolisme manusia, sehingga peranan logam berat maupun
interaksinya dengan mikromineral dan zat gzi lain, lebih mengarah ke sifat toksik
(Darmono, 1995;WHO, 1996).
Mineral mikro non-esensial terdapat di lingkungan secara alami dengan kadar
yang normal. Tetapi oleh karena proses alam (erosi batuan, sedimentasi, aktivitas
mikroorganisme dan sebagainya) dan aktivitas manusia (pertambangan, kegiatan
industri, penggunaan pestisida, pemakaian pupuk anorganik dan asap kendaraan
bemotor), menyebabkan kadar mineral tersebut di lingkungan tertentu menjadi lebih
tingg (Forrest & Nielsen, 1999).
Kelebihan logam berat dapat meningkatkan risiko keracunan dan penyakit
kronik tidak menular. Masuknya logam berat ke tubuh manusia dapat melalui
makanan, minuman maupun pemafasan (Lew, Mills, Wilkinson, & Gherini, . 1996).
Di lingkungan yang terpapar mineral ini,kadar mineral dalam tubuh manusia dapat
meningkat dan dapat berisiko keracunan (Hardinsyah dkk., 2000b ; Schrey,
Wittsiepe, Budde, Heinzow, Idel, & Wilhelm, 2000).
Defisiensi unsur-unsur mikromineral esensial (Fe, Zn, Cu dan Se) dapat
menyebabkan meningkatnya absorpsi mikromineral non-esensial (Pb, Hg, Cd dan As)
&lam tubuh manusia. Defisiensi zat gizi lain, seperti vitamin C dan kalsium (Ca)
serta tingginya asupan protein juga akan meningkatkan absorpsi mikromineral nonesensial di dalam usus halus (Forrest & Nielsen, 1999).
Interaksi antara zat-zat tersebut bisa bersifat menghambat atau meningkatkan.
Hal ini tergantung dan sifat fisika dan kimia dari zat gizi tersebut, antara lain
konfigurasi elektron terluar &lam pengisian orbital dan pelengkapan spin
elektronnya. Interaksi ini bersifat universal dalarn tubuh dan akan mempenganh
status gizi yang dibutuhkan oleh manusia (Gibson, 1990).
Keadaan defisiensi mineral mikro esensial dan zat-zat gizi seperti di atas,
mengakibatkan adanya interaksi merugikan dengan mineral mikro non-esensial,
sebab absorpsi mineral mikro non-esensial akan meningkat dan berisiko toksik.
Interaksi yang menguntungkan tejadi apabila zat-zat tersebut berada dalam keadaan
cukup sehingga absorpsi mikromineral non-esensial menurun, selanjutnya kebutuhan
tubuh terhadap mikromineral non-esensial yang jumlahnya hanya sedikit diharapkan
dapat dipenuhi.
Status mikromineral non-esensial dalam tubuh antara lain dipengaruhi oleh
interaksi berbagai mineral dan zat gizi lain yang dapat mempengaruhi proses
metabolisme. Di samping itu juga dipengaruhi oleh kandungan mikromineral non-
esensial dalam makanan dan air minum yang dikonsumsi. Kandungan mineral mikro
dalam makanar~dan minuman ini sangat dipengaruhi oleh kondisi sifat fisika dan
kimia lingkungan. Perbedaan agroekologi dapat menyebabkan perbedaan komposisi
zat-zat kimia tanaman, hewan dan manusia yang mengkonsumsi tanaman dan hewan
tersebut melalui jaring-jaring makanan (Connel & Miller, 1995).
Timika yang terletak di sebelah selatan Irian Jaya, merupakan daerah kegiatan
penambangan tembaga dan emas PT Freeport Indonesia (PTFI).
Wilayah
penambangan ini berlokasi pada ketinggan 1800 m di atas permukaan laut. Dari
proses produksi tembaga dan emas dihasilkan limbah yang berupa pasir sisa
(tai1ing.s). Pasir sisa ini bersama air dibuang ke sungai dan mengalir ke dataran
rendah yang selanjutnya bermuara dan banyak yang mengendap di bagian selatan
Mimika (PTFI, 1998
Hardinsyah dkk, 2000b). Penduduk lokal Timika
menempati dae:rah yang masih terisolasi, yang tersebar pada tiga daerah agroekologi
yaitu pegunun:yan, dataran rendah dan pantai.
Pada umumnya penduduk lokal
mendapatkan rnakanan dari berburu, mengumpulkan hasil tanaman dan menangkap
ikan dari agroekologi setempat, meskipun secara perlahan mulai terjadi transfonnasi
ekonotni dan perubahan jenis pangan yang dikonsumsi. Mengingat letaknya di
daerah pertambangan dengan agroekolog yang berbeda maka diduga kuat kandungan
mineral mikrcl non-esensial dalam penciri biologis (biomurker) penduduk lokal
Timika akan berbeda menurut agroekologi.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas serta berdasarkan ketersediaan
data dari penelitian sebelumnya (Hardinsyah, Effendi, Khomsan & Saefudin, 1999),
maka penelltian ini ditujukan untuk mengetahui status mineral mikro non-esensial
dan hubungannya dengan mineral mikro esensial penduduk lokal Timika berdasarkan
perbedaan agroekologi.
Tujuan
Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui status mineral mikro nonesensial (Pb, Hg, Cd, As) dan hubungannya dengan mineral mikro esensia! (Fe, Zn,
Cu, Se) pendi~duklokal Timika &lam penciri biologis serum berdasarkan perbedaan
agroekologi.
Tujuan Khusus
1. Menganalisa hubungan konsumsi protein, vitamin C, kalsium, zink dan besi
dengan kadar mineral mikro non-esensial (timbel, merkurium, kadmium dan
arsenik) pada serum berdasarkan agroekologi.
2. Menganalisa hubungan antara kadar mineral mikro non-esensial (timbel,
merkurium, kadmium dan arsenik) dengan mineral mikro esensial (besi, zink,
tembaga dan selen) pada serum berdasarkan agroekologi.
3. Menganalisa sebaran penduduk menurut status mineral mikro non-esensial
(timbel, merkurium, kadmium dan arsenik) pada serum berdasarkan agroekologi.
Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara konsumsi vitamin C, protein, kalsium, besi dan zink
dengan kadar mineral mikro non-esensial (timbel, merkurium, kadmium dan
arsenik) dalam serum berdasarkan agroekologi.
2. Terdapat h~lbunganantara kadar mineral mikro esensial (besi, zink, tembaga dan
selen) dengan kadar mineral mikro non-esensial (timbel, merkurium, kadmium
dan arsenik) dalam serum berdasarkan agroekolog.
3. Terdapat pcrbedaan sebaran penduduk menurut status mineral mikro non-esensial
(timbel, nnerkurium, kadmium dan anenik) dalam serum berdasarkan
agroekologi.
Manfaat
Dengan diketahuinya status mineral mikro non-esensial
berdasarkan
agroekologinyz~maka diharapkan dapat disusun program perbaikan status gizi dan
kesehatan pentiuduk di lokasi penelitian secara lebih spesifik. Selanjutnya dengan
diketahuinya hubungan yang saling menguntungkan dan merugikan antara mineral
mikro non-esensial dan
mineral mikro esensial, dapat dijadikan dasar upaya
perbaikan konsumsi pangan dan status gizi.
Download