Repository Penelitian dan Pendidikan IPS PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI SOSIAL GURU SD DI GUGUS I KECAMATAN SUMBERASIH KABUPATEN PROBOLINGGO Nuradenan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Pasca Sarjana, Universitas Kanjuruhan Malang [email protected] ABSTRAK Pemimpin yang bisa diikuti adalah pemimpin-pemimpin yang senantiasa dapat melaksanakan tugas-tugas pimpinan dan memainkan peranan-peranan kepemimpinan yang sukses. Pimpinan adalah seseorang yang dapat mengkontribusi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan.Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya. Kerja guru merupakan kumpulan dari berbagai tugas untuk mencapai tujuan pendidikan. Kepuasan dalam menjalankan tugas merupakan aspek penting bagi kinerja atau produktivitas seseorang, ini disebabkan sebagian besar waktu guru digunakan untuk bekerja. Pada umumnya pekerjaan guru dibagi dua yakni pekerjaan berhubungan dengan tugas-tugas mengajar, mendidik dan tugas - tugas kemasyarakatan (sosial). Di lingkungan sekolah, guru mengemban tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, guru memberikan pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai (afektif), dan keterampilan (psikomotorik), Guru memiliki tugas dan tanggung jawab moral yang besar terhadap keberhasilan siswa, namun demikian guru bukanlah satu-satunya faktor penunjang keberhasilan siswa. Kompetensi sosial (job satisfaction) guru merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia, karena secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas kerja. Suatu gejala yang dapat membuat rusaknya kondisi organisasi sekolah adalah rendahnya kompetensi sosial guru dimana timbul gejala seperti kemangkiran, malas bekerja, banyaknya keluhan guru, rendahnya prestasi kerja, rendahnya kualitas pengajaran, indisipliner guru dan gejala negatif lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menjelaskan ada atau tidaknya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim sekolah SD Di Gugus I Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo, 2) Menjelaskan ada atau tidaknya pengaruh iklim sekolah terhadap kompetensi sosial guru Sd Di Gugus I Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo , 3) Menjelaskan ada atau tidaknya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap kompetensi sosial guru SD Di Gugus I Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah, Kompetensi Sosial PENDAHULUAN Pimpinan adalah seseorang yang mempunyai bidangnya, kecakapan dan setiap dalam pimpinan dapat mengkontribusi orang lain atau mempunyai keterampilan yang berbeda, kelompok untuk melakukan unjuk kerja seperti keterampilan teknis, manusiawi maksimum yang telah ditetapkan sesuai dan konseptual. Sedangkan bawahan dengan tujuan organisasi. Organisasi adalah seorang atau sekelompok orang akan berjalan dengan baik jika pimpinan yang merupakan anggota dari suatu 1 Repository Pendidikan IPS perkumpulan atau pengikut yang setiap salah satu aspek manajerial dalam saat siap melaksanakan perintah atau kehidupan organisasi yang memegang tugas yang telah disepakati bersama peran penting. Ini disebabkan seorang guna mencapai tujuan.Dalam suatu pemimpin berperan sebagai penyelaras organisasi, dalam proses kerjasama antar manusia bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena dalam organisasinya. sukses tidaknya seseorang pimpinan Kepala sekolah sebagai seorang bergantung kepada para pengikutnya pemimpin di lembaga pendidikan formal Jabatan adalah memiliki peran yang sangat penting amanah. Sebagai sebuah amanah tidak untuk menciptakan iklim sekolah yang selayaknya baik. Iklim sekolah yang baik akan dapat atau kepemimpinan seseorang memintanya, manakala amanah itu diberikan maka mewujudkan juga tidak boleh di tolak. Amanah harus Keefektifan sekolah sebagai sebuah ditunaikan sebaik-baiknya, (Suprayogo, organisasi dapat ditinjau dari dua sisi, 2014: 192 ). Dalam satu situasi misalnya, yaitu: model tujuan dan model sumber tindakan pimpinan pada beberapa tahun daya sistem yang ada. Kedua model ini yang lalu tentunya tidak sama dengan memiliki kriteria untuk menentukan yang dilakukan pada saat sekarang, efektif tidaknya suatu organisasi. karena memang situasinya telah sekolah Keberhasilan yang kepala efektif. sekolah berlainan. Dengan demikian, ketiga dalam menciptakan sekolah yang efektif unsur merupakan salah satu bagian dari yang mengontribusi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, keberhasilan bawahan dan situasi merupakan unsur menguasai yang saling terkait satu dengan lainnya, Sebab, dan sekolah dalam menerapkan manajemen akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan. Salah mendukung satu sekolah manajemen setiap dalam pendidikan. keberhasilan kepala pendidikan yang baik akan memberikan faktor peningkatan kepala yang pengaruh yang positif terhadap kinerja kualitas guru, kinerja pegawai sekolah, dan pendidikan adalah kepemimpinan kepala prestasi sekolah. Oleh karena itu kepemimpinan keefektifan yang mendukung membicarakan karakteristik lingkungan keberhasilan tujuan organisasi yang kerja organisasi sekolah yang dianggap benar akan belajar siswa. Membahas sekolah berarti ditetapkan. Kepemimpinan merupakan 2 Repository Pendidikan IPS mempengaruhi perilaku orang-orang yang berada dalam lingkungan sekolah. Dari uraian dirumuskan bahwa diatas METODE PENELITIAN Berkaitan dengan peristiwa yang dapat dipelajari adalah data dari sampel yang sekolah diambil dari populasi tersebut dan mendambakan kepemimpinan sekolah melihat ada/tidaknya pengaruh antara yang efektif, yaitu seorang kepala variabel sekolah yang memiliki komitmen yang variabel tergantung (dependent), maka tinggi penelitian ini termasuk penelitian survei setiap untuk profesionalisme gilirannya meningkatkan guru akan kepercayaan yang bebas (independent) dan pada asosiatif. Menurut Kerlinger dalam membangkitkan Sugiyono (2009 :7) penelitian survei masyarakat terhadap adalah suatu penelitian yang dilakukan sekolah. Tujuan tersebut akan tercapai pada populasi besar maupun kecil, tetapi apabila dapat menciptakan iklim sekolah data yang dipelajari adalah data yang yang baik, yaitu iklim sekolah yang diambil dari sampel tersebut, sehingga memungkinkan tumbuhnya kreativitas, ditemukan komitmen, dan kedisiplinan yang tinggi distribusi dan hubungan-hubungan antar dari para guru dan seluruh komponen variabel sosiologis maupun psikologis. pendidikan di suatu sekolah. Dalam Selanjutnya Kline menyatakan dalam kesempatan ini ingin dilihat apakah Sugiyono (2009 :8) menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan iklim walaupun metode survey ini tidak sekolah dapat berpengaruh terhadap memerlukan kelompok kelompok seperti kompetensi sosial guru. Hasil penelitian halnya pada metode eksperimen, namun tersebut tiga generalisasi yang dilakukan bisa lebih kemungkinan: (1) pengaruhnya besar akurat bila digunakan sampel yang dan representatif. dapat positif menghasikan serta sebaliknya, (2) pengaruhnya positif tetapi kecil atau sebaliknya, dan (3) kejadian-kejadian relatif, Sedangkan penelitian asosiatif kemungkinan merupakan penelitian yang bertujuan terakhir adalah tidak ada pengaruh sama untuk mengetahui pengaruh antara dua sekali, antara kedua variabel tersebut variabel atau lebih, dengan harapan dengan kompetensi sosial guru. dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, mengontrol suatu gejala (Sugiyono, 2009:11). 3 Repository Pendidikan IPS Dilihat dari jenis data dalam penelitian % dan 100 keatas 20 %. Untuk jaminan ini ada baiknya sampel ditambah sedikit termasuk penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang pada dasarnya dari angka matematis tadi. menggunakan Sampel, berdasarkan pendapat deduktif-induktif. tersebut maka penelitian ini ditetapkan Pendekatan ini berangkat dari suatu 75 orang guru sebagai sampel yang kerangka teori, gagasan para ahli atau diambil dari tingkat pendidikan dimana pemahaman mereka mengajar, baik pendekatan peneliti pengalamannya, berdasarkan kemudian dikembangkan menjadi permasalahanpermasalahan maupun yang sukwan. Teknik Pengumpulan Data pemecahan- Dokumentasi adalah pengumpulan pemecahannya yang diajukan untuk data atau inforrmasi yang diperlukan memperoleh pembenaran dalam bentuk dengan mengambil dokumen yang ada data empiris di lapangan. Adapun jenis ditempat variasi data yang ada dalam pendekatan digunakan untu mendapatkan data yang kuantitatif lebih banyak berupa angka- tidak terjaring oleh kuesioner. Sumber angka yang data yang menjadi sasaran adalah diangkakan, yang kemudian dianalisis dokumen-dokumen sekolah di Gugus 01 dengan menggunakan teknik analisis Kota Probolinggo di bagian tata usaha. atau dan yang PNS data kualitatif kuantitatif. penelitian. Metode kuesioner Teknik juga Populasi dalam penelitian ini digunakan untuk menguupulkan data adalah seluruh guru pada tingkat SDN dengan Gugus kuesioner yang telah disediakan. Kecamatan disebut dengan metode angket. Metode ini Populasi dan Sampel I ini Sumberasih cara responden mengisi Kabupaten Probolinggo yang berjumlah Teknik pembuatan kuesioner/angket 106 orang guru yang terdiri dari 75 orang kompetensi sosial dibuat berdasarkan guru PNS dan 31 orang guru sukwan kepentingannya yaitu memenuhi Lebih lanjut Surachmad dalam pernyataan-pernyataan yang berkaitan Sugiono (2009: 191) mengatakan bahwa dengan kompetensi sosial itu didapatkan. untuk pedoman umum saja, dapat Dibuat berdasarkan indikator-indikator dikatakan bahwa bilamana populasi yang ada secara baku telah digunakan cukup homogen, terhadap populasi sebagai alat ukur penelitian kuantitatif. dibawah 100 dapat digunakan sampel 30 4 Repository Pendidikan IPS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan nilai r hitung dari instrumen Uji Validitas & Reliabilitas Instrumen tersebut yakni butir 01, butir 02, butir 03, Adapun uji coba terhadap 30 butir 04, butir 05, butir 06, butir 07 =, guru untuk mengetahui Validitas dan butir 08, butir 09, butir 10, butir 11, butir Reliabilitas instrumen menurut Sugiono 12, butir 13, butir 14, butir 15, butir 16, (2012: 269) dapat diakukan sebagai butir 17, butir, butir 19, dan butir 20, berikut: positif dan lebih besar dari r tabel Angket keterlibatan dalam (0.239), maka butir-butir pengambilan keputusan. kuesioner/instrumen tersebut dinyatakan Uji validitas dilakukan dengan tahap- valid. Sedangkan butir 18, butir 21, dan tahap sebagai berikut: butir 22 lebih kecil dari r table, maka Menentukan r tabel. butir-butir tersebut tidak valid. Melihat r tabel dengan tigkat signifikansi Uji Reliabilitas. 5 %, df =30-2 = 28 didapat angka sebesar Selanjutnya karena 19 butir ternyata 0.239 (Sugiono,2012: 277) valid dan 3 butir tidak valid, maka Mencari r hitung (hasil). diteruskan pada uji reliabilitas, dengan Untuk mengetahui r hitung masing- langkah-langkah yang hampir sama masing item indikator/ butir dapat dilihat dengan uji validitas yaitu: pada Mencari r hitung (hasil). hasil olahan komputer pada lampiran 1 d pada kolom corrected item Dalam hal ini r hitung adalah angka – untuk alpha terletak diakhir olahan komputer sebagai pada lampiran 1 d pada bagian akhir sumber belajar, butir 01 = 0.842, butir output keterlibatan dalam pengambilan 02 = 0.842, butir 03 = 0.658, butir 04 keputusan = 0.942 =0.658, butir 05 = 0.842, butir 06 = Mengambil keputusan: 0.242, butir 07 = 0.842, butir 08 = 0.658, Karena r alpha/hitung dari instrument butir 09 = 0.842, butir 10 = 0.658, butir tersebut positif dan lebih besar dari r 11 = 0.842, butir 12 = 0.658 butir 13 = tabel 0.842, butir 14 =0.658, butir 15 = 0.842, kuesioner/ butir 16 = 0.842, butir 17 = 0.612, butir reliabel. 18 = 0.122, butir 19 = 0.558, butir 20 = Angket lingkungan kerja guru. 0.612, butir 21 = 0.122, butir 22 = 0.173. Untuk mengetahui r hitung masing- Mengambil keputusan: masing total correlation pemanfaatan seperti perpustakaan (0.239), item maka instrumen butir-butir dinyatakan indikator/ butir dapat 5 Repository Pendidikan IPS dilihat pada hasil olahan komputer pada Hal ini tidak berarti bahwa persepsi guru lampiran 1 d pada kolom corrected item tentang keterlibatan dalam pengambilan – total correlation, butir 01 = 0.977, keputusan kurang penting terhadap butir 02 = 0.496, butir 03 = 0.557, butir tercapainya kompetensi sosial , tetapi 04 =0.969, butir 05 = 0.977, butir 06 = dalam 0.448, butir 07 = 0.977, butir 08 = 0.481, kompetensi butir 09 = 0.962, butir 10 = 0.977 dan memerlukan perhatian dan upaya secara butir 11 = 395 butir 12 = 0.977, butir 13 serius dan secara terus-menerus, baik = 0.5420, butir 14 = 0.391, butir 15 yang bersifat kualitas maupun maupun =0.977, butir 16 = 0.481, butir 17 = kuantitas untuk melibatkan guru dalam 0.841, butir 18 = 0.893, butir 19 = 0.838, pengambilan butir 20 = 0.977, dan butir 21 = 0.875. untuk variabel X2 (persepsi guru tentang Keputusan, dari lingkungan kerja), mempunyai juga instrumen tersebut positif dan lebih besar pengaruh yang positif dan signifikan dari r tabel (0.239), maka butir-butir (0,620) dengan variabel Y (kompetensi kuesioner/instrumen tersebut dinyatakan sosial), pada taraf signifikan 0.05. valid. Dengan demikian setiap penambahan 1 Pengujian Hipotesis poin pada variabel X2 akan dapat karena r hitung kenyataannya sosial agar tercapai yang optimal, keputusan. Sedangkan Dari hasil uji hipotesis baik meningkatkan kompetensi sosial guru dengan uji analisis bivarete-korelasi dan sebesar 0,516. Oleh karena itu agar regresi linier sederhana maupun uji kompetensi sosial dapat tercapai lebih analisis multi variabel-korelasi dan optimal (efektif dan efisien), maka dalam regresi linier berganda diatas dapat proses diketahui bahwa variabel bebas X1 lingkungan (persepsi guru keterlibatan kebutuhan yang selalu berorientasi pada dalam pengambilan keputusan), tujuan tentang kerja perlu kerja organisasi, diperhatikan sesuai dengan kebutuhan, mempunyai pengaruh yang positif dan kemampuan guru dan sebagainya. Oleh signifikan (0,646) dengan variabel Y karena itu perlu adanya peningkatan (kompetensi sosial guru), dimana tiap iklim lingkungan kerja yang kondusif penambahan satu poin persepsi guru yang berkaitan dengan upaya pencapaian tentang keterlibatan dalam pengambilan kompetensi sosial dalam organisasi dan keputusan sebagainya. akan meningkatkan kompetensi sosial guru sebesar 0.245. 6 Repository Pendidikan IPS Koifisien konstanta 2.496 sangat pengambilan keputusan dan lingkungan tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa kerja guru, sedangkan yang 34.20 % kompetensi sosial guru pada awalnya dipengruhi oleh hal-hal diluar variabel mempunyai pengaruh yang sangat besar bebas terhadap kontribusi pengabdian guru dan administrasi, terciptanya motivasi kerja, kondisi keluarga dan lingkungan kerja yang kondusif, sebab bagaimanapun hebatnya upaya pelibatan guru tersebut seperti gaya pengetahuan kepemimpinan, sebagainya. dalam Hal ini dapat dipahami karena pengambilan keputusan dan penciptaan pada umumnya kompetensi sosial guru lingkungan kerja yang kondusif, tanpa tidak mungkin hanya dipengaruhi oleh didukung kompetensi sosial awal yang variabel bebas tersebut (keterlibatan cukup, akan sulit tercipta iklim kerja dalam yang efektif dan efisien. Sepintas dapat lingkungan kerja), karena sekecil apapun dilihat dalam kenyataan dilapangan pengetahuan bahwa pendidikan kepemimpinan, motivasi kerja, kondisi yang mempunyai guru/karyawan dengan keluarga dan sebagainya tersebut akan kompetensi sosial awal yang cukup baik, mempengaruhi kompetensi sosial guru. lembaga-lembaga pengambilan keputusan administrasi, dan gaya maka keberhasilan dalam menciptakan iklim kerja yang baik juga tinggi. Namun sebaliknya bagi SIMPULAN lembaga-lembaga Berdasarkan hasil penelitian dan pendidikan yang memiliki guru yang pembahasan pada Bab IV, maka bisa kompetensi sosial awal rendah, sangat disimpulkan bahwa: sulit untuk menciptakan iklim kerja yang 1. Secara parsial terdapat pengaruh baik, sehingga tujuan organisasi tidak positif dapat tercapai secara efktif dan efisien. keterlibatan guru dalam pengambilan Koefisien determinasi berganda keputusan dan signifikan terhadap dari kompetensi (R square ) = 0.778 berarti kontribusi sosial guru. Hal ini berdasarkan nilai teori dalam penelitian ini adalah sebesar hitung korelasi Y dengan X1 sebesar 65,80 0.646, % dan sisanya 34.20 % menunjukkan bahwa dipengaruhi oleh hal-hal lain yang tidak keterlibatan guru dalam pengambilan diteliti, artinya bahwa kompetensi sosial keputusan (X1) mempunyai pengaruh guru 65.80% dipengaruhi secara positif yang positif dan signifikan dengan oleh kompetensi sosial keterlibatan guru dalam guru (Y) Gugus 7 Repository Pendidikan IPS 01 Kota Probolinggo, karena lebih variabel (X1), (X2), besar (>) dari 0.5, dengan arah (100%-65.80% hubungan positif, karena tidak ada dijelaskan/dipengaruhi oleh sebab- tanda negatif pada angka 0.646. sebab lain; (c) Standard error of the = dan sisanya 34.20%) 2. Secara parsial Terdapat pengaruh Estimate (1.099) berada dibawah positif dan signifikan dari lingkungan Standard Deviation Y (2.00), maka kerja terhadap kompetensi sosial model regresi ini lebih baik dalam guru. Hal ini berdasarkan nilai hitung bertindak korelasi Y dengan X2 sebesar 0.620, daripada rata-rata Y; (d) Dari uji menunjukkan antara ANOVA (F test) didapat F hitung dengan 27.510 dengan tingkat signifikansi lingkungan bahwa kerja (X2) sebagai 0.000. 01 Kota Probolinggo ada pengaruh (0.000) lebih kecil (<) dari 0.05, maka yang positif dan signifikan, karena model regresi dapat dipakai untuk lebih besar (>) dari 0.5 dan arah memprediksi besarnya kompetensi hubungan positif, karena tidak ada sosial guru (Y) yang berarti X1, X2, tanda negatif pada angka 0.620. secara bersama-sama bersama-sama Terdapat karena Y kompetensi sosial guru (Y) Gugus 3. Secara Oleh prediktor probabilitas mempunyai hubungan dengan Y. pengaruh positif dan signifikan dari keterlibatan guru dalam pengambilan keputusan, dan lingkungan kerja terhadap kompetensi sosial guru. Hal ini berdasarkan hasil analisis (a) variabel yang dimasukkan adalah X1, X2, dan tidak ada variabel yang di keluarkan (removed), karena metode yang dipakai adalah single step (enter); (b) Angka R square adalah 0.658 adalah kuadrat dari 0.413 merupakan koefisien determinasi, yang dalam hal ini berarti 65.80% besarnya kompetensi sosial guru (Y) dapat dijelaskan/ dipengaruhi oleh DAFTAR PUSTAKA Abdul Hadis dan Nurhayati B. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta. A.L Hartani. (2011). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta Hariwijaya, M. 2008. Cara Mudah Menyusun Proposal, Skripsi, Tesis dan Disertasi.Yogyakarta: Paraton Publishing. Hadari, Nawawi. (2006). Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 8 Repository Pendidikan IPS Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo. (2012). Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Kartini, Kartono. (2005). Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 16 Tahun 2009. Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit. Jakarta. Mendiknas. (2007). Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah. Jakarta: Permendiknas. Mendiknas. (2007). Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Sekolah. Jakarta: Permendiknas. Miftah, Thoha. (2006). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ngalim, Purwanto. (2005). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurkolis. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo. Sudarwan, Danim. (2008). Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Sugiono. 2006. Statistika penelitian. Bandung: Alfabeta Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Sugiono. 2012. MetodePenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta Sumidjo, Wahjo. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Rajawali Pers Sutikno Sobry, M. 2012. Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistica Sutomo dkk. 2011. Manajemen Sekolah. Semarang: UNNES Press Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta Umaedi, Hadiyanto dan Siswantari. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas terbuka Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. Jakarta, 2005 Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara. (2010). Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung. Suharsimi, Arikunto.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sukarno Andhy Yahya. (2013). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru di Yayasan Budi Luhur Semarang. Tesis. IKIP Semarang. Sumarno. (2009). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Profesionalisme Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes. Tesis. 9 Repository Pendidikan IPS Universitas Negeri Semarang. Surya, Dharma. (2011). Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syaiful, Sagala. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Medan: Alfabeta. Taty, Rosmiati dkk. (2011). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta Wahjosumidjo. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organizaion). Jakarta: Alfabeta. Winardi. (2000). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta. 10