Laporan Studi Pustaka (KPM 403) ANALISIS PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA DESYTA NUGRAHENI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “ANALISIS PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA”benar-benar hasil karya saya sendiri, yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau organisasi manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Januari 2016 Desyta Nugraheni NIM. I34120098 iii ABSTRAK DESYTA NUGRAHENI. Analisis Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Desa. Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING. Pemilihan kepala desa menjadi agenda rutin dalam jangka waktu tertentu. Prosesnya, pemilihan kepala desa ditentukan oleh penggunaan hak suara pemilih yang dipengaruhi oleh beberapa perilaku pemilih seperti: sosiologis, psikologis, ekonomi, ekologis, dan rasional. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor perilaku pemilih yang membuat seorang pemilih menggunakan hak suaranya dalam pemilihan calon kepala desa. Hasil analisis menemukan bahwa ada delapan faktor perilaku internal pemilih dan empat faktor eksternal pemilih yang berpengaruh terhadap penggunaan hak suara dalam pemilihan kepala desa. Faktor internal pemilih yakni umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, latar belakang keluarga, loyalitas, dan ketdedahan informasi, sedangkan empat faktor eksternal yakni kelas, keterdedahan informasi, tujuan pemilih dan isu politik. Kata Kunci : perilaku pemilih, pemilihan kepala desa ABSTRACT DESYTA Nugraheni. Analysis of Voter Behavior In The Village Head Election. Supervised by LALA M. KOLOPAKING. The election of village head becomes a regular agenda within a certain period. The process of the election is determined by the use of suffrage which is influenced by some of voter behavior: sociological, psychological, economic, ecological, and rational. This paper aims to identify the factors of the voter’s behavior that make a voter used their right to vote in the election of village head candidates. Results of the analysis of literatures found that there are eight internal factors and four external factors from the voter that influence the use of suffrage in the election of village head candidates. Voter’s internal factors are age, sex, education, job, income, family background, loyality, and information exposure whereas the external factors are class, information exposure, voter’s aim, and political issues. Key words: behavior of voters, village elections iv ANALISIS PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA Oleh DESYTA NUGRAHENI I34120098 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Desyta Nugraheni NIM : I34120098 Judul : Analisis Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Desa dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827 198303 1 001 Diketahui oleh Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Siti Amanah, MSc NIP.19670903 199212 2 001 Tanggal Pengesahan : vi PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka yang berjudul “Analisis Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Desa”. Laporan studi pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Lala M Kolopaking sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan saran, arahan serta masukan yang sangat berarti selama penulisan studi pustaka. Serta Bapak Dr. Arif Satrya selaku pembimbing akademik penulis. Penulis menyampaikan hormat serta ucapan terimakasih kepada Bapak Rusmanto dan Ibu Siswati sebagai orang tua, serta Galih Wahyu Nugroho dan Rio Aji Nugrahanto selaku kakak dan adik tercinta yang menjadi sumber motivasi dan selalu memberikan dorongan positif kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Resty, Oryza, Meilinda, dan seluruh keluarga SKPM 49 sebagai teman berdiskusi sekaligus memotivasi penulis untuk menyelesaikan laporan studi pustaka. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah memberikan semangat dan doa bagi penulis dan tidak bias disebutkan namanya satu per satu. Penulis berharap studi pustaka ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami tentang faktor-faktor pemilihan kepala desa. Bogor, Januari 2016 Desyta Nugraheni NIM. I34120098 vii DAFTAR ISI PERNYATAAN ............................................................................................................... ii ABSTRAK ....................................................................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. v PRAKATA....................................................................................................................... vi DAFTAR ISI................................................................................................................... vii DAFTAR TABEL............................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ x PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1 Tujuan .......................................................................................................................... 1 Metode Penulisan ......................................................................................................... 2 Kegunaan...................................................................................................................... 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ................................................................... 3 Proses Pemilihan Kepala Desa di Desa Tanjung Nanga Kecamatan Malinau Selatan Kabupaten Malinau ...................................................................................................... 3 Praktik Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi di Desa Pakandang Barat Bluto Sumenep Madura) .............................................................................................. 5 Dinamika Politik Pilkades di Era Otonomi Daerah, Studi tentang Relasi Politik Calon Kepala Desa dengan Para Pemilih Pilkades ...................................................... 6 Gaya Komunikasi Calon Kepala Desa Dalam Pemilihan Kepala Desa 2013 (Penelitian Pada Pemilihan Kepala Desa di Desa Nglumpamg Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo)................................................................................................... 9 Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus di Desa Jatirejo Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri) .................................................................. 11 Kekuasaan dan Wibawa Kepala Desa: Kajian Tentang Upaya Kepala Desa Memperoleh dan Mempertahankan Kekuasaan di Desa Watudandang Kecamatan Prambon Nganjuk ...................................................................................................... 13 Kepemimpinan Politik Transformatif di Desa Ngangkatan Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk .................................................................................................... 15 Peran Kepala Desa dalam Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan) 17 Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Fungsi Kepala Desa sebagai Opinion Leader di Desa Pewunu Kec. Dolo Barat Kab.Sigi ................................................... 19 Relasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pembuatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo ................................................................ 21 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 23 Desa ............................................................................................................................ 23 viii Pemilihan Kepala Desa ............................................................................................... 23 Perilaku Pemilih ......................................................................................................... 23 Faktor Penentu dalam Memilih Kepala Desa ............................................................. 25 SIMPULAN .................................................................................................................... 28 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ............................................................................ 28 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi ............................................. 28 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 30 RIWAYAT HIDUP ......................................................................................................... 33 ix DAFTAR TABEL TabeladfsihfuPerilaku 1 Pemilih 24 x DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Bagan konsep jurnal judul Praktik Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi di Desa Pakandang Barat Bluto Sumenep Madura) 6 Gambar 2 Framework penulis mengenai relasi politik kandidat dan pemilih dalam Pilkades Kembangsri 2010 Bagan konsep jurnal judul Gaya Komunikasi Calon Kepala Desa Dalam Pemilihan Kepala Desa 2013 (Penelitian Pada Pemilihan Kepala Desa di Desa Nglumpamg Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo) Bagan konsep jurnal judul Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus di Desa Jatirejo Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri) Bagan konsep jurnal judul Kekuasaan dan Wibawa Kepala Desa: Kajian Tentang Upaya Kepala Desa Memperoleh dan Mempertahankan Kekuasaan Di Desa Watudandang Kecamatan Prambon Nganjuk 9 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Bagan konsep jurnal judul Peran Kepala Desa dalam PelaksanaanPembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan) Kerangka Analisis 11 13 15 19 30 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintahan desa merupakan cerminan kecil kehidupan masyarakat demokratis di Indonesia. Desa dalam Permen No.112 tahun 2014 adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh sebab itu dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu melaksanakan amanat desa sesuai permen No. 112 tahun 2014. Kartini Kartono (2006) dalam Alfian (2009) berpendapat bahwa kompleksitas masyarakat, manusia harus hidup bersama dan bekerjasama dalam suasana yang tertib dan terbimbing oleh seorang pemimpin dan tidak hidup menyendiri. Kartini menambahkan demi efisiensi kerja dalam upaya mencapai tujuan bersama, dan untuk mempertahankan hidup bersama, diperlukan kerja kooperatif yang perlu dipandu oleh pemimpin. Kepemimpinan sendiri terkadang dipahami sebagai kekuatan menggerakan dan memengaruhi orang. Selain itu kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan memengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Sehingga kepemimpinan dianggap sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita (Alfian 2009). Kepala Desa merupakan unit tertinggi yang bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan masyarakat (Novita 2014), dan dalam rangka pelaksanaan pembangunan di desa, Kepala Desa memiliki peranan yang sangat penting karena Kepala Desa merupakan pemimpin penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di desa (Jawandri 2013). Berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa, Kepala Desa dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan kepala desa dan masa jabatan berikutnya adalah 6 tahun kemudian sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 2 kali masa jabatannya. Menurut Alamsyah (2011) pemilih dan kandidat merupakan subyek dalam pemilihan umum, perbedaan keduanya terletak pada pelaksanaan hak konstitutional, sedangkan pelaksanaan pemilihan umum apapun sistem dan metodenya, keputusan akhir pada pemilih berada dua spektrum pilihan, yakni memilih dan/atau tidak memilih, begitu juga pada pemilihan kepala desa, keputusan akhir dalam keikutsertaan melakukan pemilihan berada di tangan pemilih. Pemilihan Kepala Desa oleh pemilih dipengaruhi oleh banyak factor perilaku pemilih. Thomassen (2005) dalam Alamsyah (2011) menjelaskan keputusan pemilih itu bisa dikarenakan oleh agama, kelas sosial, identifikasi partai, orientasinilai dan ideologi, isu-isu politik, dan konteks kelembagaan politik. Penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah (2011) menunjukkan keputusan pemilih untuk memilih calon kepala desa dipengaruhi oleh kelas sosial, kapasitas mengolah informasi, motivasi, media komunikasi, dan isu-isu politik. Berdasarkan latar belakang diatas perlu dikaji faktorfaktor perilaku pemilih dalam pemilihan calon kepala desa. Tujuan Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor perilaku pemilih yang membuat seorang pemilih menggunakan hak suaranya untuk memilih calon kepala desa 2 Metode Penulisan Studi pustaka ini ditulis dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber pustaka seperti: buku teks, skripsi, tesis, disertasi dan jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan judul yang diusung. Pengumpulan literatur dilakukan secara mandiri di luar perkuliahan. Bahan pustaka yang telah terkumpul tersebut kemudian dipelajari, diringkas, dan dibuat analisis sintesis. Melalui penelusuran literatur ini diharapkan dapat memberikan pertanyaan baru terkait penelitian serupa sehingga menciptkan kerangka pemikiran bagi penelitian yang baru Kegunaan Studi pustaka ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu bagi pemerintah kajian ini diharapkan menambah wawasan mengenai kondisi politik dipedesaan sehingga dapat menetapkan kebijakan mengenai pemilihan kepala desa yang sesuai dengan kondisi politik masyarakat pedesaan, bagi kalangan akademisi kajian ini diharapkan dapat menambah khasanah kajian mengenai faktor-faktor perilaku pemilih dalam pemilihan kepala desa serta sebagai bahan literatur dan acuan bagi peniliti yang ingin menkaji lebih jauh mengenai faktor-faktor pemilihan kepala desa, bagi masyarakat kajian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pemilihan kepala desa juga mampu meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pemilihan kepala desa. 3 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): Hal Alamat URL/doi : : : : : : : : : Proses Pemilihan Kepala Desa di Desa Tanjung Nanga Kecamatan Malinau Selatan Kabupaten Malinau 2013 Jurnal Elektronik Jawandri Samarinda Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unmul eJurnal Ilmu Pemerintahan 1: 235 – 247 https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&e src=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ve d=0CFkQFjAHahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4K HZrPADM&url=http%3A%2F%2Fejournal.ip.fi sip-unmul.ac.id%2Fsite%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2013%2F02%2Fjanwan dri%2520journal%2520(02-27-13-09-2944).pdf&usg=AFQjCNFUxCQLQPTSKmRCuZ pedYrbI9W85w&bvm=bv.104615367,d.c2E 9 Oktober 2015 Tanggal diunduh : Ringkasan Putaka Keberadaan kepala desa sangatlah penting di dalam suatu desa untuk membangun desanya. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan di desa, kepala desa memiliki peranan sangat penting karena kepala desa merupakan pemimpin penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1981 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Desa yang merupakan satu kesatuan dan proses pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu persiapan pemilihan, penyelenggaraan pemilihan, penetapan pemilih, pendaftaran dan penetapan pasangan calon terpilih, lalu pengesahan dan pengangkatan. Pemilihan kepala desa dalam prosesnya terdapat beberapa maslah, anatara lain sumber daya manusia, waktu, dan dana. Penelitian ini secara khusus meneliti tentang bagaimana proses pemilihan dan penetapan kepala desa di wilayah Desa Tanjung Nanga, Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasar observasi dan wawancara, sedangkan tinjauan pustakanya adalah: Menerut P.H Collin (2004:257) desa secara etimologi berasal dari bahasa Sangsekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village diartikan sebagai “a group of houses and shops in a country area, smaller than a town”. Kepala desa menurut Unang Sunardjo (2004:197) adalah penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan urusan pemerintah umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban. Disamping itu kepala desa juga mengemban tugas 4 membangun mental masyarakat desa baik dalam bentuk menumbuhkan maupun mengembangkan semangat membangun yang dijiwai oleh asas usaha bersama dan kekeluargaan. Pemilihan kepala desa diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang desa yang diatur dalam pasal 46 ayat 1 dan 2, yakni: 1. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat 2. Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Mekanisme kampanye calon kepala desa diatur dalam pasal 15 dan 16. Pemungutan suara, penetapan, dan pengesahan calon terpilih diatur pada Bab IV Perda Nomor 14 tahun 2008 Kabupaten Malinau. Persiapan pemungutan suara diatur dalam pasal 17 ayat 1, 2, 3 dan pasal 14 ayat 1, 2. Pelaksanaan pemungutan suara diatur dalam pasal 19 ayat 1; pasal 20 ayat 1, 2; dan pasal 21. Perhitungan suara diatur pada Bab VI Bagian Ketiga Pasal 22 sampai pasal 25. Penetapan calon Kepala Desa terpilih diatur pada Bab VI Bagian Keempat pasal 26 sampai pasal 28. Pemilihan ulang Kepala Desa diatur pada Bab VI Bagaian Keenam Pasal 32 Perda Nomor 14 Tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Malinau penyelesaian permasalahan dalam proses pemilihan Kepala Desa diatur pada Pasal 33 ayat 1 sampai dengan ayat 4. Hasil penelitian ini menunjukkan pembentukan panitia dalam proses pemilihan kepala desa dilakukan dengan musyawarah oleh Badan Permusyawarata Desa (BPD) dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat, sehingga terbentuk 11 panitia dengan komponen masyarakat berupa perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan, dan tokoh desa. Di dalam proses pemilihan kepala desa diketahui bahwa ada beberapa masalah, yaitu berupa terbatasnya waktu untuk persiapan pelaksanaan pemilihan kepala desa, terbatasnya dana yang diterima dari pemerintah Kabupaten Malinau yang seharusnya diterima sebesar Rp22.000.000,- hanya diterima sebesar Rp15.000.000,-, dan masalah mengenai harus warga asli yang menjadi kepala desa bukan warga desa lain. Proses pemilihan kepala desa berakhir dengan dilantiknya Yusat Lassen sebagai kepala desa mengalahkan calon kepala desa lainnya seperti Agus Irawan dan Laing Ingan. Kesimpulan dari penilitian ini adalah: (1) proses pemilihan Kepala Desa Tanjung Nanga Kapupaten Malinau telah sesuai dengan UU No 14 tahun 2008 tentang tata cara pemilihan, pencalonan, pengangkatan, pelantikan, dan pemberhentian Kepala Desa, (2) proses pemilihan kepala desa peroide 2011-2017 berjalan dengan cara dan demokratis sesuai Perda Pemerintah Kabupaten Malinau No 14 Tahun 2008. Analisis Pustaka Penelitian ini menjabarkan bagaimana proses pemilihan kepala desa secara bertahap sesuai dengan undang-undang, peraturan menteri, dan perda pemerintah daerah yang dijadikan wilayah penelitian secara khusus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini kurang tepat karena hanya menggunakan metode observasi dan wawancara, menurut saya seharusnya dalam proses penelitiannya dapat disertakan kuisioner baik untuk panitia, calon kepala desa maupun masyarakat sebagai pemilih, sehingga hasil penelitian mengenai proses pemilihan kepala desa Tanjung Nanga lebih akurat. 5 2 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): Hal Alamat URL/doi : : : : : : : : : Praktik Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi di Desa Pakandang Barat Bluto Sumenep Madura) 2009 Jurnal Elektronik Halili Yogyakarta Lemlit UNY Jurnal Humaniora 14, No 2 99 – 112 https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&e src=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ve d=0CGIQFjAIahUKEwiT9Jqrjc7IAhWTjo4KH UZbASE&url=http%3A%2F%2Fcore.ac.uk%2F download%2Fpdf%2F11060898.pdf&usg=AFQj CNEKv4kYM_2gs2HW-H-GshSwL0W9eA Tanggal diunduh : 19 Oktober 2015 Ringkasan Pustaka Desa merupakan satuan pemerintahan terkecil yang melakukan fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat dan desa bisa menjadi cerminan potensial kehidupan demokrasi dalam suatu masyarakat negara. Namun demokratisasi dalam masyarakat lingkup desa mempunyai tantangan besar yaitu merebaknya politik uang (money politics). Desa Pakandangan Barat Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep beberapa waktu lalu mengadakan pilkades, dalam pelaksanaannya ditemukan indikasi adanya praktek politik uang. Penelitian ini bertujuan untuk; pertama, menemukan pola-pola praktik politik uang dalam Pilkades di Pakandangan Barat Bluto Sumenep Madura, dan kedua, menganalisis pengaruh penggunaan politik uang terhadap partisipasi politik dalam Pilkades di desa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif dengan pendekatan naturalistik. Subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan dokumentasi, sedangkan teknik pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama, pola praktik uang meliputi: komponen perilaku, strategi, dan sistem nilai yang menggerakkannya. 1) aktor praktik politik uang dapt dikategorikan dalam dua bagian yaitu pelaku langsung (direct actor) dan pelaku tidak langsung (indirect actor) 2) politik uang dalam Pilkades langsung: a) membeli ratusan suara yang disinyalir sebagai pendukung calon Kades lawan dengan harga yang sangat mahal oleh panitia penyelenggara, b) menggunakan tim sukses yang dikirim langsung kepada masyarakat untuk membagikan uang, c) serangan fajar, dan d) penggelontoran uang besar-besaran secara sporadis oleh pihak diluar kubu calon kepala desa yaitu bandar/pemain judi 3) dari aspek nilai non demokratis, fenomena politik uang dalam Pilkades digerakkan oleh sistem nilai yang sama antara masyrakat bawah 6 (demos) dan para elit politik desa. Kedua, praktik politik uang yang berlangsung secara ekstensif meningkatkan partisipasi formal pemilih, namun demikian psrtisipasi tersebut bersifat semu (pseudo-paricipation) sebab non-rasionalitas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pola praktik politik uang dalam pemilihan kepala desa dan politik uang berlangsung secara ekstensif, sedangkan saran dalam penitian berupa perlu diikhtiarkan implementasi demokrasi yang lebih konstektual dalam masyarakat desa. Analisis Pustaka Jurnal ini menjelaskan bagaimana politik uang dalam pemilihan kepala desa itu berlangsung sehingga dapat dilihat pola politik uang berupa: komponen pelaku, komponen strategi, dan sistem nilai yang menggerakkan serta aktor-aktor yang terlibat dalam melakukan politik uang yaitu pelaku langsung (tim sukses calon kepala desa dan bandar judi) dan pelaku tidak langsung (calon kepala desa dan pemain judi) dan juga menyebabkan demokrasi yang berkembang akhirnya adalah demokrasi semu (pseudo democracy) dan demokrasi hybrid. Praktek politik uang dalam pemilihan kepala desa didukung dengan pendapat Syamsuddin Haris (2004:1) bahwa praktik politik uang dalam pemilihan kepala desa merupakan realitas sosial dan politik yang memiliki pola (pattern), dalam prosedur politik dan demokrasi diaras rakyat, berlangsung sebagai sebuah kebiasaan dan kewajaran. Penulisan jurnal ini sudah lengkap dengan meyertakan metode kualitatifdeskriptif, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik pengujian. Konsepkonsep yang dijelaskan dalam jurnal dapat diilustrasikan: Pola politik uang: - Komponen pelaku - Komponen strategi - Sistem nilai yang menggerakkan Aktor: - Pelaku langsung - Pelaku tidak langsung Partisipasi pemilih Gambar 1. Bagan konsep jurnal judul praktik politik uang dalam Pemilihan kepala desa (studi di Desa Pakandang Barat Bluto Sumenep Madura) 3 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): Hal : : : : : : : : Dinamika Politik Pilkades di Era Otonomi Daerah, Studi tentang Relasi Politik Calon Kepala Desa dengan Para Pemilih Pilkades 2011 Jurnal Elektronik Alamsyah, SIP, M.si Ogan Ilir Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, UNISRI Jurnal TAMANPRAJA 1 (1): ISSN: 2087 - 9598 7 Alamat URL/doi : https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&e src=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ve d=0CDYQFjADahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4 KHZrPADM&url=http%3A%2F%2Feprints.uns ri.ac.id%2F462%2F1%2FDINAMIKA_POLITI K_PILKADES_DI_ERA_OTONOMI_DAERA H.pdf&usg=AFQjCNGUErTtcflOUkDEgN6zW NpFfNUcHA&bvm=bv.104615367,d.c2E Tanggal diunduh : 9 Oktober 2015 Ringkasan Pustaka Pasca reformasi 1998, Indonesia mengalami perubahan sistem politik yang signifikan yaitu demokratisasi, baik dalam kehidupan politik maupun ekonomi. Hubungannya dengan desa adalah mengenai sistem pemilihan umum, dan hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, komponen-komponen tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan politik desa dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap peran penduduk desa. Sistem kepartaian di Indonesia menerapkan sistim multi-partai diiringi dengan pencabutan politik masa mengambang yang konsekuensinya penduduk desa bebas untuk menjadi bagian politik dan frekuensi penduduk desa untuk memilih menjadi tinggi dalam hubungannya dengan pemilihan umum. Sementara itu saat reformasi merubah hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah melalui kebijakan desentralisasi yang diaplikasikan sejak 1999, jarak proses pembuatan keputusan politik semakin pendek dan pemerintah daerah semakin memiliki cara untuk mempercepat pembangunan daerah. Jurnal ini tidak berpretensi untuk menganalisis demokratisasi di era desentralisasi secara utuh melainkan, ia diarahkan untuk menganalisis relasi calon kepala desa dengan para pemilih di era desentralisai karena diduga desentralisasi yang meningkatkan frekuensi pengalaman para pemilih dalam pemilihan umum akan menciptakan para pemilih yang semakin rasional. Analisis menganai hubungan relasi di era desentralisai yang berpengaruh terhadap pemilihan umum inilah yang menjadi tujuan jurnal. Tulisan dalam jurnal ini mereview mengenai model-model teoritik yang telah dikembangkan beberapa ilmuwan politik untuk memahami interaksi kandidat dengan para pemilih. Berdasarkan studi-studi yang pernah dilakukan mengenai model-model maka dalam jurnal ini juga menawarkan kerangka pikir alternatif untuk memahami calon kepala desa dengan pemilih, dan dalam sebagian variabel kerangka befikirnya digunakan untuk menganalisis Pilkades Kembangsri 2010. Sehingga dapat dikatakan metode yang digunakan oleh penulis dalam jurnal ini adalah analisis data sekunder dan literatur, dan selanjutnya dikembangkan oleh penulis jurnal. Jurnal ini dimulai dengan memuat makna dan sistem pemilihan umum. Pemilihan umum merupakan fenomena politik yang bisa dijelaskan dari dimensi sistem, kontestasi, proses, nilai dan norma, dan metode tertentu, namun muatan-muatan tersebut bisa berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Pemilihan umum bersifat universal karena ditetapkan di semua negara pemerintahan demokrasi. Dilihat dari sistemnya, ada dua sistem pemilihan umum, yakni sigle member electoral system, dimana wilayah negara dibagi ke dalam banyak daerah pemilihan dan hanya satu wakil dari setiap daerah pemilihan, lalu ada proportional representation electoral system, dimana wilayah negara dibagi dalam banyak daerah pemilihan dan setiap daerah pemilihan dapat diwakili oleh beberapa orang. Pemilih dan kandidat merupakan subyek dalam pemilihan umum. Keduanya mempresentasikan warga negara yang memiliki hak konstitusional untuk dipilih 8 dan/atau memilih. Ada beberapa teori yang dikembangkan oleh ilmuwan politik untuk menjelaskan persoalan perilaku pemilih. Menurut Adams, Merrill III, dan Grofman (2005) ada tiga sudut pandang, yakni: model spatial (para pemilih termotivasi akibat serangkaian kebijakan yang ditawarkan, sedang, dan/atau dijalankan kandidat), model behavioral (keputusan para pemilih dipengaruhi oleh faktor kebijakan, indentifikasi partai politik, karakteristik sosio-demografis, dll), model party competition (perilaku pemilih dipengaruhi faktor loyalitas, menganalisis program). Sementara itu, Lau dan Relawsk (2006: 3-46) menunjukkan lima model untuk memahami pemilih dalam pemilihan umum, yakni: model rational choise, model confirmatory desicion making, model fast and frugal desicion making, dan model semiautomatic intuitive desicion making, dan model oriented desicion making. Model Lau dan Relawsk (2006: 22) memiliki kelebihan yaitu pada model process-oriented decision making, dimana pada model inimemberikan perhatian lebih kepada bagaimana pemilih memperoleh, memproses, dan mengevaluasi informasi yang diterima untuk menentukan keputusan akhir yang diambil dalam pemilihan umum. Sedangkan Thomassen (2005) menjelaskan keputusan pemilih itu bisa dikarenakan oleh variabel agama, kelas sosial, identifikasi partai, orientasi nilai dan ideologi, isu-isu politik, pertimbangan retrospektif, pemimpin politik, dan konteks kelembagaan politik. Beberapa studi teori yang ada, maka framework alternati jurnal ini menjelaskan bahwa pilkades sebagai proses politik terjadi dalam latar sosial tertentu. Dari sisi calon kepala desa ada empat variabel yang mempengaruhi, yakni: kelas sosial, kebijakan, image politik, media dan informasi komunikasi beserta isu-isunya. Dari sisi pemilih, yakni: variabel kelas sosial, motivasi, evaluasi retrospektif dan kapasitas mengolah informasi, media dan informasi komunikasi beserta isu-isunya. Pilkades Kembangsari 2010 dimenangkan oleh anak muda yang bernama Ahmad Malawi, S,Kom. Kemenangan ini didapat karena image politik positif, image negatif yang dimiliki incumbent, lalu kemampuan para pemilih pilkades Kembangsri 2010 untuk melakukan evaluasi retrospektif terhadap incumbent. Kasus pilkades Kembangsri 2010 menunjukkan bahwa pemilih semakin rasional meskipun mayoritas pendidikan terakhir mereka hanya sampai pada pendidikan dasar. Penelitian ini memiliki kesimpulan bahwa pertama: model-model teoritik yang telah dikembangkan oleh ilmuwan politik untuk memahami anatar kandidat dan pemilih pemilu perlu dimodifikasi, kedua: pemilih pilkades cenderung rasional meskipun mayoritas dari mereka hanya berpendidikan sekolah dasa. Saran yang bisa diberikan dalam junal bahwa perlu dilakukan riset dengan smple lebih besar untuk menguji kerangka pikir nexus candidate-voter. Analisis Pustaka Jurnal ini menjelaskan bagaimana proses pemilihan umum saat desentralisasi mulai diterapkan oleh pemerintah, lalu bagaimana relasi antara pemilih dan calon pemilih itu sangat berpengaruh terhadap pemilihan umum dan bagaimana modelmodel teori politik diuraikan serta ditelisik kekurangannya sehingga dari model-model teori tersebut penulis membuat kerangka berfikir yang digunakan untuk menganalisis studi kasus pemilihan kepala desa Kembangsri 2010. 9 Gambar 2. Framework penulis mengenai relasi politik kandidat dan pemilih dalam Pilkades Kembangsri 2010 Kerangka pikir yang dibuat oleh penulis dilihat dari apa yang melekat pada calon kepala desa yang bisa digunakan untuk mempengaruhi pemilih, sedangkan pada pemilih kepala desa penulis menuliskan perilaku yang mempengaruhi pemilih dalam memilih kepala desa. Berdasarkan jurnal penulis, terbukti bahwa kerangka pikir penulis dapat digunakan untuk menganalisis pemilihan kepala desa Kembangsari 2010, namun untuk digunakan dalam menganalisis pemilihan umum yang lebih tinggi seperti Pilkada atau pemilihan presiden, perlu dilakukan uji lagi dengan cangkupan wilayah yang lebih luas. Kekurangan dalam jurnal ini adalah kejelasan hubungan antara kerangka pikir yang dibuat oleh penulis dengan studi kasus yang diteliti, tidak ada rincian bagaimana kerangka pikir ini digunakan dan dalam tahapan yang bagaimana kerangka ini digunakan. Serta tidak ada rincian lebih mengenai teori-teori mana dan pada bagian apa diambil untuk dijadikan acuan dalam pembuatan kerangka pikir penulis. Juga tidak ada kejelasan bagaimana metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini ataupun dalam hubungannya dengan studi. 4 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan nama penerbit Nama Jurnal : : : : : : : Gaya Komunikasi Calon Kepala Desa Dalam Pemilihan Kepala Desa 2013 (Penelitian Pada Pemilihan Kepala Desa di Desa Nglumpamg Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo) 2014 Jurnal Elektronik Niken Lestari Ponorogo Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, UMP Jurnal Aristo 10 Volume (Edisi): : Hal Alamat URL/doi : 2:No: 1 https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&e src=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ve d=0CDYQFjADahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4 KHZrPADM&url=http%3A%2F%2Feprints.uns ri.ac.id%2F462%2F1%2FDINAMIKA_POLITI K_PILKADES_DI_ERA_OTONOMI_DAERA H.pdf&usg=AFQjCNGUErTtcflOUkDEgN6zW NpFfNUcHA&bvm=bv.104615367,d.c2E Tanggal diunduh : 9 Oktober 2015 Ringkasan Pustaka Kepala desa dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan kepala desa. Masa jabatan kepala desa adalah 6 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Di Kabupaten Ponorogo tahun 2013 hampir seluruh desa mengadakan Pilkada, demikian juga Desa Nglumpang. Berdasarkan peraturan daerah sebelum habis masa jabatan kepala desa akan dilaksanakan pemilihan kepala desa agar tidak terjadi kekosongan. Meskipun pendaftaran bakal calon kepala desa belum dimulai namun beberapa bakal calon kepala desa sudah mulai melakukan pendekatan dengan berkomunikasi kepada tokoh-tokoh masyarakat. Komunikasi yang dilakukan antara bakal calon satu dengan yang lainnya saling berbeda dan menggunkan gaya komunikasi yang berbeda-beda juga. Diketahui ada 3 bakal calon kepala desa yang mengkomunikasikan bahwa dirinya akan mendaftar. Namun setelah mendekati hari penutupan hanya 1 orang saja yaitu Bapak Sucipto. Dari beberepa fenomena tersebut maka perlu adanya penelitian tentang gaya komunikasi kepala desa dalam pemilihan kepala desa Nglumpang. Gaya komunikasi apa saja yang diterapkan oleh calon kepala desa Nglumpang inilah tujuan penulisan jurnal. Metode yang digunakan dalam jurnal ini menggunakan teknik indept interview atau wawancara mendalam. Interview didalam jurnal ini dimaksudakan untuk informan dengan cara tidak terstruktur, pertanyaan bersifat terbuka, mendalam, dan non-formal. Komunikasi dibutuhkan semua orang untuk saling berkomunikasi dan saling memberikan pesan, sehingga nantinya timbul pemahaman dari pesan yang diberikan. Ada pendapat mengatakan bahwa timbulnya perselisihan bahkan konflik, terutama disebabkan oleh tidak adanya komunikasi yang efektif antara pihak-pihak yang saling berhubungan, baik melalui lisan maupun non-lisan. Begitu juga dengan Bapak Sucipto, dalam masa pencalonnanya menjadi kepala desa Bapak Sucipto dikenal sebagai orang yang rajin, sholeh, ramah, dan mau bekerja keras, maka diketahui bahwa gaya komunikasi yang digunakan adalah gaya komunikasi low context. Ini terbukti dari keaktifan Bapak Sucipto yang pernah menjadi ketua PNPM Mandiri desa, selain itu juga terbukti dari cara Bapak Sucipto meminta doa dan memperkenalkan dirinya yang akan mencalonkan diri sebagai kepala desa, yaitu dengan mengikuti pengajian, dan sowan ke tokoh masyarakat selain itu para tokoh pengisi pengajian malam Jumat juga memberikan anjuran agar memilih Bapak Sucipto. Setelah proses pemilihan dilakukan, diketahui bahwa dari 1.466 orang pemilih ada 1.156 yang memilih Bapak Sucipto sebagai kepala desa Nglumpang. Dikatakan dengan gaya komunikasi rendah yang dilakukan oleh Bapak Sucipto maka membawa situasi politik yang tenang, damai, dan aman. Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulannya: pertama, sebagai calon pemimpin atau kepala desa di Desa Nglumpang, Kecamatan Mlarak, Kabupaten 11 Ponorogo, Bapak Sucipto memperoleh kemenangan mutlak dengan perolehan suara signifikan dan mampu membawa suasana politik yang aman, damai dan tenang, serta mempunyai kemampuan memilih gaya komunikasi sangat efektif sehingga mampu menarik simpati dari mayoritas pemilih yang mempunyai karakter berbeda-beda. Kedua, gaya komunikasi politik yang digunakan calon kepala desa Nglumpang dikategorikan sebagai gaya komunikasi konteks rendah atau Low Context. Saran yang perlu disampaikan agar para calon pemimpin baik ditingkat desa maupun tingkat yang lebih tinggi hendaknya mampu menggunakan komunikasi yang efektif dan memilih gaya komunikasi yang tepat, sehingga politik uang atau korupsi dapat diantisipasi. Analisis Pustaka Jurnal ini menjelaskan bagaimana gaya komunikasi low context yang dilakukan oleh Bapak Sucipto sebagai calon kepala desa Nglumpang baik secara verbal maupun non-verbal sangat berpengaruh terhadap hasil pemilihan, meskipun sudah diketahui sejak lama bahwa Bapak Sucipto memang memiliki sikap dan gaya komunikasi low contex. Adanya peran serta para pendukung Bapak Sucipto atau tim sukses dan peran tokoh atau bisa dimasukkan kedalam bentuk dukungan non-verbal juga membantu dalam hasil pemilihan yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam. Konsep dalam penelitian ini dapat dilustrasikan dengan bagan sebagai berikut: Gaya Komunikasi: - High context - Low context Hasil Pemilihan Gambar 3. Bagan konsep jurnal judul gaya komunikasi calon kepala desa dalam pemilihan kepala desa 2013 (penelitian pada pemilihan kepala desa di Desa Nglumpamg Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo) 5 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): Hal : : : : : : : : Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus di Desa Jatirejo Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri) 2015 Jurnal Elektronik Mohamad Amaru Malang Jmsos Student Jurnal, UB Jurnal Mahasiswa Sosiologi 2, No.1 - 12 Alamat URL/doi : http://jmsos.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jm sos/article/view/60 Tanggal diunduh : 26 Oktober 2015 Ringkasa Pustaka Fenomena politik uang tidak hanya terjadi pada pemilihan umum ditingkat pusat maupun tingkat daerah tetapi juga terjadi pada tingkat pemilihan desa. Seperti halnya pemilihan kepala desa di Kabupaten Kediri, salah satunya di Desa Jatirejo Kecamatan Banyakan. Secara umum pelaksanaan pemilihan kepala desa ini hampir sama dengan desa lainnya, namun iklim politik Desa Jatirejo memiliki perbedaan dimana terjadi persaingan yang sangat ketat diantara dua calon kepala desa sehingga menyebabkan munculnya sensitifitas antar pendukung yang sangat tinggi dan berpotensi besar menimbulkan konflik. Selain itu persaingan politik uang diantara kedua kubu kandidat juga tidak bisa dihindarkan. Penelitian mengenai politik uang kepala desa di Desa Jatirejo dalam jurnal ini memiliki beberapa tujuan, yakni: pertama, peneliti ingin melihat dan menggambarkan bentuk-bentuk praktik politik uang dalam pemilihan kepala desa. Kedua, peneliti ingin melihat kesadaran agen dan menghubungkannya dengan rasionalitas agen didalam kontestasi pemilihan kepala desa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dalam melakukan penelitian informan penelitian menggunakan teknik purposive dan snowball dengan menentukan informan berdasarkan kebutuhan data. Sedangkan data penelitian ini diperoleh melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori strukturasi dari Anthony Giddens digunakan dalam penelitian ini sebagai alat analisis praktik politik uang dan kesadaran dalam konstasi pemilihan kepala desa. Politik uang didalam pemilihan kepala desa tidak terlepas dari agen yang terlibat. Dimana dalam praktik politik uang, tindakan agen didasari atas motivasi dan motif. Terlihat dalam teori strukturasi Giddens (2010) ada struktur yang bermain dalam praktik politik uang maupun kesadaran agen saat kontestasi pemilihan kepala desa, yaitu permainan struktur dimulai oleh agen dengan munculnya struktur wacana S-D-L (Signifikasi, Dominasi, Legitimasi), lalu berubah menjadi D-S-L (Dominasi, Signifikasi, Legitimasi). Maksud dari struktur tersebut adalah signifikasi digunakan untuk menentukan siapa calon yang akan diusung, dominasi digunakan saat membentuk tim kemenangan, sedangkan legitimasi digunakan untuk pengesahan agen dalam pemilihan kepala desa. Kemudian setelah mempunyai legitimasi atas masing-masing status, strukturpun berubah dan tereproduksi sebagai stuktur baru, dimana dominasi peran berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat. Didalam struktur inilah praktik politik uang dimainkan sebagai upaya pemenangan kandidat calon kepala desa. selain itu dominasi yang terbentuk membuat suatu bentuk hubungan agen-agen di dalam pemerintahan desa, signifikasi mengacu pada wacana yang dibangun untuk mencapai segala tujuan ekonomi, lalu legitimasi digunakan untuk kebijakan-kebijakan dari pemerintah tentang tujuan ekonomi. Kesimpulan dalam penelitian ini diketahui lebih luas dari proposisi awal yang dibuat oleh penulis. Pertama pada praktik politik yang telah terjadi dilakukan oleh tiga agen yaitu calon kepala desa, tim sukses dan pemilih. Praktik politik uang dilakukan melalui sumbangan maupun janji-janji politik pada pemilih. Kedua, bahwa dalam melakukan tindakannya, para agen mempunyai motivasi yang mengarah pada keinginan-keinginan secara verbal, juga mengarah pada motivasi ekonomi sebagai alasan mendasar dalam pastisipasi pemilihan kepala desa. 13 Analisis Pustaka Jurnal penelitian ini menjelaskan bahwa politik uang sudah lama terjadi di daerah Kabupaten Kediri sehingga dapat dipastikan setiap pemilihan umum akan terjadi praktik politik uang. Begitu juga dengan pemilihan kepala desa, dalam jurnal ini dijelaskan bagaimana peran agen sangat mendominasi dalam proses pencalonan sampai proses rumahtangga pemerintahan desa setelah kepala desa terpilih. Jurnal penelitian ini sesungguhnya sudah baik dalam perincian proses politik uang dan bagaimana hubungan agen dengan calon kepala desa, namun dalam menjelaskannya penulis menulisakan serangkaian prosesnya dalam studi pustaka, sehingga analisis pembahasan yang disajikan menjadi terlihat sebagai penutup. Lalu metode yang digunakan penulis seharusnya didukung degan metode kuantitatif sehingga akan menguatkan hasil dari metode kualitatif. Berikut konsep ilustrasi dari jurnal: Agen-agen Politik uang: - Uang - Janji Pemilihan Calon Kepala Desa Gambar 4. Bagan konsep jurnal judul politik uang dalam pemilihan kepala desa (studi kasus di Desa Jatirejo Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri) 6 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): Hal Alamat URL/doi : : : : : : : : : Kekuasaan dan Wibawa Kepala Desa: Kajian Tentang Upaya Kepala Desa Memperoleh dan Mempertahankan Kekuasaan di Desa Watudandang Kecamatan Prambon Nganjuk 2015 Jurnal Elektronik Agatha Awwala Richa Surabaya Uneversitas Airlangga Jurnal Politik Muda Vol: 4, No.1 93 – 99 http://journal.unair.ac.id/kekuasaan-dan-wibawakepala-desa-article-8686-media-80-category8.html Tanggal diunduh : 11 November 2015 Ringkasan Pustaka Kekuasaan sangatlah penting untuk kepentingan, baik kepentingan perseorangan maupun kepentingan kelompok dan legitimasi kekuasaan diperlukan bagi siapapun untuk berkuasa. Kekuasaan yang berlegitimasi dapat diperoleh dengan menduduki suatu jabatan, salah satu jabatan tertinggi dalam pemerintahan desa yaitu menjadi kepala desa. 14 Oleh sebab itu banyak masyarakat yang berlomba-lomba untuk mendapatkan jabatan kepala desa. dalam mendapatkan jabatan kepala desa tersebut berbagai macam faktor dapat mendukung seseorang agar terpilih menjadi kepala desa. Cara-cara yang dilakukan oleh masyarakatpun sangat beragam dan setiap daerah model perebutan kekuasaan desa berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuasaan dan legitimasi kepala desa dengan membuktikan adanya faktor pendukung mendapatkan kekuasaan dengan melalui sumber-sumber kekuasaan dan pemanfaatnnya yang bertujuan untuk memperoleh legitimasi masyarakat, serta upaya dalam mempertahankan legitimasi. Metode yang digunakan penlitian ini adalah metode kualitatif dimana dalam memperoleh informasi maupun data menggunakan wawancara mendalam. Sedangkang teknik pengumpulan data dilakungan dengan teknik puposive sampling, yakni teknk sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan samplenya (Idrus 2009: 96). Kekuasaan merupakan salah satu konsep yang sangat melekat pada dimensi kehidupan politik. Dalam mempertahankan kekuasaan kepala desa Sajuli memiliki sumber-sumber kekuasaan dan menjadi faktor dalam memperoleh kekuasaan. Adapun faktor tersebut adalah: 1. Kekayaan dan harta benda, Sajuli dikenal sebagai tuan tanah yang bersahaja. Melalui kekayaannya Sajuli membantu memberikan lapangan pekerjaan, sehingga menimbulkan hubungan patron-klien 2. Jabatan, dimana Sajuli sebelum menjabat sebagai kepala desa merupakan salah satu anggota polisi. Sajuli dikenal sebagai orang yang suka membantu warga jika berhubungan dengan kepolisian serta Sajuli juga sering turut andil dalam proses politik di desa. 3. Keahlian, Sajuli memiliki keahlian dalam bidang pengobatan tradisional melalui pijat tradisional dan terapi bekam. Maka dengan keahlian itu Sajoli membantu masyarakat yang mempercayakan pijat dan bekam kepadanya. 4. Status sosial, Sajuli merupakan keturunan dai pamong desa terdahulu. Meskipun status sosial bukan merupakan salah satu syarat, namun status sosial menjadi bahan pertimbangan untuk memilih calon penguasa. 5. Popularitas, Sajuli dikenal dimasyarakat melalui berbagai kegiatan, sikap dan tindakan yang dilakukan. 6. Kemampuan pers Legitimasi yang sah dilakukan dengan penyelenggaraan pemilihan umum dan memenangkannya, sedangkan cara untuk mempertahankan legitimasinya adalah dengan membangun citra diri dan menjadi sosok yang ideal sebagai seorang pemimpin. Seperti kepemimpinan dijawa ada dua tipe kepimpinan yaitu kepemimpinan beorientasi moral dan pemimpin yang orientasinya ke atas dan keluar. Kesimpulan penelitian jurnal ini adalah adanya faktor yang mendukung dalam kekuasaan kepala desa, berupa: popularitas, kekayaan dan harta benda, keahlian pijat tradisional, status sosial Sajuli yang merupakan keluarga kepala desa terdahulu, dan jaringan relasi Sajuli yang memiliki keluarga hampir disetiap desa di Watudandang. Serta dalam memperoleh legitimasi yang sah, Sajuli melakukan berbagai upaya seperti mempertahankan tradisi, pembangunan desa, dan melaksanakan tuntutan moral melalui tutur dan adabnya. 15 Analisis Pustaka Jurnal ini menjelaskan bagaimana kekuasaan dan wibawa berpengaruh terhadap mempertahankan kedudukan sebagai kepala desa. Dimana seorang kepala desa akan dipertahankan oleh warganya saat keberadaanya dalam memimpin memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Jurnal ini memang menjelaskan faktor-faktor pendukung kekuasaan seperti tertulis dalam tujuan dan juga menjelaskan mengenai upaya penguasa mempertahankan kekuasaannya, namun penjelasan dalam jurnal banyak berupa penjelasan secara teori, sedangkan penjelasan yang dihubungkan dengan kajian kasus yang diangkat hanya sedikit dibahas menyebabkan penjelasan kurang terkait anatara bagian satu dengan bangian lainnya. Metode yang digunkan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam, seharusnya metode penilitian bisa ditamban dengan metode kuantitatif agar data yang diperoleh semakin kuat. Hubungan antara faktor pendukung dan pemertahanan legitimasi saling berkaitan, dikarenakan untuk membuat kekuasaan yang dimiliki kepala desa Watudandang bertahan. Berikut bagan konsep penelitian: Faktor mendukung: 1. Kekayaan dan harta 2. Jabatan 3. Keahlian 4. Status sosial 5. Popularitas 6. Kemampuan pers Mempertahankan kekuasaan Mempertahankan legitimasi: 1. Mempertahankan tradisi 2. Pembangunan desa 3. Melaksanakan tuntutn moral Gambar 5. Bagan konsep jurnal judul kekuasaan dan wibawa kepala desa: kajian tentang upaya kepala desa memperoleh dan mempertahankan kekuasaan di Desa Watudandang Kecamatan Prambon Nganjuk 7 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): : : : : : : : : Kepemimpinan Politik Transformatif di Desa Ngangkatan Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk 2015 Jurnal Elektronik Artina Vita Ningrum Surabaya Universitas Airlangga Jurnal Politik Muda Vol.4, No.2 16 Hal Alamat URL/doi : 210 – 218 http://journal.unair.ac.id/kepemimpinan-politiktransformatif-di-desa-ngangkatan-kecamatanrejoso-kabupaten-nganjuk-article-9674-media80-category-8.html Tanggal diunduh : 11 November 2015 Ringkasa Pustaka Desa di Indonesia kini ditempatkan sebagai subyek pembangunan. Tujuan dari pembangunan desa oleh negara adalah agar desa menjadi maju atau kemajuan desa dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa. Peningkatan dan kemajuan desa tidak dapat terlepas dari peran serta kepala desa beserta perangkat desanya dan partisipasi masyarakat desa, serta tidak lupa sumberdaya yang ada di desa itu sendiri. Keberhasilan dalam pembangunan desa tidak bisa lepas dari konsep kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala desa, mulai dari selalu berkonstribusi dan bekerjasama dengan perangkat desa dan masyarakat desa, selalu mendengarkan aspirasi masyarakat, pengambilan keputusan dengan pertimbangan-pertimbangan para masyarakat desa, sampai pada proses pelaksanaan dan nantinya sampai kepada keberlanjutan. Begitu pula dengan Desa Ngangkatan yang dipimpin oleh Agus Pratono, setelah terpilih dan pada masa kepemimpinannya Desa Ngangkatan menjadi lebih baik mulai dari kemajuan dibidang infrastruktur, kepemudaan dan politik, dan serta sifat gotong royong dan guyup rukun menjadi kepribadian masyarakat. Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan kepala desa dari sisi internal mupun eksternal. Sisi internal berupa bagaimana pengambilan keputusan sehingga diketahui hubungan kepala desa dengan masyarakat, sedang sisi eksternal lebih kepada bagaimana peran kepala desa Ngangkatan dalam organisasi ekstrenal desa. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, sedangkan metode untuk menganalisis peneliti menggunakan teknik kualitatif. Kepemimpinan transformatif yaitu kepemimpinan dimana semua hal yang dilakukan oleh pemimpin dengan pihak lainbertujuan mengangkat ke tingkat moral, motivasi dan kegiatan yang lebih tinggi. Sumber kekuasaan yang dimiliki tidak untuk tawar-menawar tetapi digunakan bersama untuk mencapai tujuan bersama (James Macgregor Burns). Sedangkan Bernard M. Bass mengemukakan komponen kepemimpinan transformatif ada: pemimpin yang kharismatik, motivasi yang menginspirasi, stimulasi intelektual, dan kosiderasi individu. Kepemimpinan transformatif kepala desa Ngangkatan memberi kemajuan terhadap kehidupan masyarakat Desa Ngangkatan baik dari segi fisik berupa pembangunan infrastruktur desa maupun dari segi non fisik berupa partisipasi penuh dari elite internal (elite-elite yang ada dalam pemerintahan desa) dan elite eksternal (elite yang berada di luar pemerintahan desa: karang taruna, tokoh agama, dan tokoh pendidikan) pemerintahan desa. Setiap keputusan pembangunan desa akan diputuskan melalui murendes (musyawarah rembuk desa), namun sebelum dilakukannya murendes kepala desa akan mealakukan rapat internal terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan pembicaraan dengan petani, setelah itu baru dilakukan murendes. Peran petani sangat penting dikarenakan hampir mayoritas penduduk Desa Ngangkatan berprofesi sebagai petani. Pada dasarnya setiap pembangunan desa didasari dari aspirasi masyarakat yang disampaikan ke RT lalu berlanjut ke tingkat desa, sehingga setiap pembangunan yang dikerjakan memberi manfaat yang pasti bagi masyarakat. Cara inilah inilah yang 17 digunakan kepala desa untuk membangun kreatifitas masyarakat, menumbuhkan semangat gotong-royong, memenuhi kebutuhan masyarakat, dan menjadikannya teladan bagi masyarakat Desa Ngangkatan. Kepemimpinan kepala desa Ngangkatan tidak hanya dilakukan di desa saja, namun juga di luar desa melalui keikutsertaannya dalam oraganisasi Parade Nusantara sebagai bendahara, PSSI sebagai bendahara dan PBSI sebagai wakil ketua. Di masing-masing organisasi tersebut peran yang dijalankan kepala desa dilakukan dengan baik, baik dalam bentuk kinerja maupun dalam bentuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang dibawanya. Kesimpulan dari penelitian ini berupa masyarakat memiliki peran sangat penting dalam kehidupan pemerintahan desa dengan cara berpartisiapasi dalam proses pembuatan keputusan, dan kepala desa sangat memberikan perhatian terhadap masyarakat mealui prioritas kebutuhan. kepala desa Ngangkatan selain menjadi pemimpin pemerintahan desa juga memiliki struktural lain dalam beberapa organisai tingkat kabupaten, dan setiap amanah yang diembannya kepala desa Ngangkatan selalu melakukannya dengan baik dan bertanggung jawab. Analisis Pustaka Jurnal ini menjelaskan mengenai kepemimpinan trnasformatif yang dilakukan oleh kepala desa Ngangkatan sehingga memberikan dampak bagi keikutsertaan semua komponen masyarakat dalam menjalankan kehidupan pemerintahan Desa Ngangkatan. Dikarenakan jurnal ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif maka penjelasan yang terdapat dalam jurnal juga sesuai dengan metode yang dilakukan. Jurnal ini akan lebih baik jika metode kuantitaif juga digunakan, karena datanya akan lebih jelas dan akurat terutama mengenai keikutsertaan masyarakat. Bisa dihitung apakah jumlah masyarakat yang ikut serta dalam setiap kegiatan pemerintahan desa sudah menggambarkan jumlah masyarakat Desa Ngangkatan secara keseluruhan. Jurnal ini sudah menjelaskan antara teori yang digunakan dan mendukung dalam penulisan hasil penelitian, namun dalam penggunaannya teori tidak dilengkapi dengan tahun sehingga tidak sesuai dengan penulisan penggunaan teori pada umumnya. 8 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): Hal Alamat URL/doi : : : : : : : : : Peran Kepala Desa dalam Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan) 2015 Jurnal Elektronik Hermansyah Samarinda FISIP Universitas Mulawarman eJurnal Pemerintah Integratif Vol.3, No.2 351 – 362 https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&e src=s&source=web&cd=41&cad=rja&uact=8&v ed=0CBoQFjAAOChqFQoTCOnIk-f38gCFYillAod1DUPTg&url=http%3A%2F%2F ejournal.pin.or.id%2Fsite%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2015%2F04%2FJURN 18 AL%2520HERMANSYAH%2520(04-28-15-011508).pdf&usg=AFQjCNGwj_xtCYHlNoHeXzTp utznYmRMdA&sig2=fHD9rxI7Eequ5hNmb9Rv IA&bvm=bv.105841590,d.dGo Tanggal diunduh : 26 Oktober 2015 Ringkasan Pustaka Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik dengan menganut azas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dimana negara memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah, yang mana masing-masing daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Kabupaten Tana Tidung merupakan kabupaten yang baru saja dibentuk Tahun 2007 berdasarkan Perpres No.10 Tahun 2013 oleh sebab itu Kabupaten Tana Tidung sedang giat melakukan peningkatan pembangunan, dan Kecamatan Tana Lia merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tana Tidung yang didlamnya terdapat Desa Tana Merah dan Desa Sambungan. Penelitian dalam jurnal ini membahas tentang peran kepala desa dalam pelaksanaan pembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung khususnya di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan peran kepala desa, serta ingin mengetahui faktor yang menjadi pendudukung dan penghambat kepala desa. Metode penelitian dalam penelitian menggunakan cara pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan, penelitian lapang (observasi), wawancara dan penelitian dokumen, dengan narasumber kepla desa, pegawai kantor kepala desa, dan masyarakat yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis data kualitatif. Kepala desa sebagai pemimpin pada hakekatnya harus memiliki kemampuan untuk memotivasi masyarakatnya, kemampuan ini berguna dalam menentukan pembangunan didaerah kekuasaanya dan dalam mencapai tujuan. kepala desa sebagai seorang fasilitator, dimana kepala desa memiliki suatu hak dalam menentukan perkembangan wilayahnya seperti memberikan atau mewujudkan pelayanan yang bagi masyarakat, seperti merancang pembangunan dan aturan rambu-rambu kehidupan masyarakat. Serta kepala desa sebagai seorang mediator sangat diperlukan saat penyelesaian masalah karena hal-hal tersebut menjadi fungsi dan tanggung jawab kepala desa. Kesimpulan dari penelitian junal ini adalah kepala desa Tanah Merah telah menjalankan perannya sebagai motivator, fasilitator, dan menjalankan perannya sebagai seorang mediator dalam kegiatan dan pesta demokrasi, ini dibuktikan dari pendapat masyarakat Tanah Merah saat wawancara. Sedangkan kepala desa Sambungan tidak menjalankan perannya dengan justru dinilai kurang dalam menjalankanperannya sebagai kepala desa. Kepala desa Sambungan tidak pernah hadir saat gotong-royong, jarang memberikan motivasi, dan lebih sibuk mengurusi usaha kecilnya. Jadi dapat dikatakan peran yang dilakukan antara kepala desa Tanah Merah dengan Kepala Desa Sambungan saling berbanding terbalik. Analisis Pustaka Jurnal ini menjelaskan peran kepala desa yang menjadi pokok dalam kehidupan pembangunan suatu desa dimana kasus yang diambil dalam jurnal ini adalah Desa Tana 19 Merah dan Desa Sambungan. Didalam jurnal ini ada tiga inti peran kepala desa yaitu kepala desa sebagai seorang motivator, seorang fasilitator, dan seorang mediator, adanya ketiga peran kepala desa menentukan bagaimana kemajuan maupun kemunduran pembangunan desa tersebut. Jurnal penelitian ini sudah menjelaskan peran kepala desa secara singkat menggunakan teori-teori, namun dalam penjelasan penelitian penulis tidak menghubungkan peran kepala desa Tana Merah dan Desa Sambungan melainkan hanya berupa kesimpulan diakhir, sehingga menyebabkan proses yang ingin dijelaskan yaitu ingin membandingkan antara peran kepala desa Tana Merah dengan kepala desa Sambungan tidak tercapai. Berikut bagan konsep jurnal: Motivator Peran Kepala Desa Fasilitator Mediator Gambar 6) konsep jurnal judul peran kepala desa dalam pelaksanaan pembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung (studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan) 9 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): Hal Alamat URL/doi : : : : : : Tanggal diunduh Rangkuman Pustaka : : : : Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Fungsi Kepala Desa sebagai Opinion Leader di Desa Pewunu Kec. Dolo Barat Kab.Sigi 2011 Jurnal Elektronik St. Shofiyah Palu FISIP Untad Jurnal Academica Vol.3, No.1, ISSN 1411 – 3341 http://download.portalgaruda.org/article.php?arti cle=167169&val=6118&title=PERSEPSI%20M ASYARAKAT%20TERHADAP%20PELAKSA NAAN%20FUNGSI%20KEPALA%20DESA% 20SEBAGAI%20OPINION%20LEADER%20D I%20DESA%20PEWUNU%20KEC.%20DOLO %20BARAT%20KAB.%20SIGI 11 November 2015 20 Sejak awal kegiatan pembangunan baik di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa banyak mendapat perhatian dari pemerintah, oleh sebab itu dibutuhkan pemimpin yang mampu membangun daerah kekuasaanya dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat serta memiliki pengetahuan atau pendidikan yang dapat diterapkan dalam kepemimpinannya, sehingga nantinya pemimpin dapat menjadi opinion leader bagi masyarakatnya. Tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran opinion leader sangat dibutuhkan untuk menjadi salah satu unsur pengaruh arus komunikasi, khususnya di pedesaan penyebabnya karena di daerah pedesaan pendapat orang yang dianggap dituakan dan disegani merupakan orang yang dipertimbangkan pendapatnya. Di dalam pembangunan peran opinion leader dapat menentukan keberhasilan suatu program pembangunan, karena pada dasarnya pembangunan dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan fungsi kepemimpinan serta faktor pendukung dan penghambat koordinator kelompok PNPM Mandiri dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Lolu Selatan Kecamatan Palu Selatan. Model arus komunikasi ada beberapa model, dalam setiap model tersebut masingmasing memiliki ciri khas dan pola yang berbeda, penggunaan model-model arus komunikasi tergantung pada dimana mereka berperan dan bagaimana mereka mempengaruhi audience (Nurudin 2004:147). Model alir dua tahap atau dua tahap, model ini mengasumsikan bahwa pesan-pesan media massa tidak seluruhya langsung mengenai audience oleh sebab itu dalam model ini dikenal pihak-pihak tertentu yang membawa pesan untuk diteruskan kepada masyarakat. Model alir banyak tahap, model ini menyatakan bahwa pesan-pesan media massa menyebar kepada audience atau khalayak dapat secara langsung atau tidak langsung melalui relaying (penerusan) secara beranting, baik melalui pemuka maupun berhubungan dengan sesama audience (Nurudin 2004:153). Opinion leader adalah mereka yang memiliki otoritas yang tinggi dan yang menentukan sikap dan perilaku pengikutnya. Mereka diikuti bukan dari kedudukan atau jabatan politik tetapi karena kewibawaan, kedudukan, kharisma, mitos yang melekat padanya atau karena pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya (Nurudin 2004:154). Salah satu syarat paling penting dalam komunikasi adalah pengalihan informasi yang terjadi antara sumber informasi dengan penerima informasi memiliki persamaanpersamaan tertentu. Homopily adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkat dimana pihak yang berinteraksi memiliki kesamaan dalam beberapa hal, seperti nilai-nilai, kepercayaan, pendidikan, status sosial dan sebgainya. Sikap homophily seperti apa yang diungkapkan leh Gbriel Tarde (Depari dan Mac, Andrews 1988:45) yang menyatakan bahwa hubungan sosial ditegaskannya akan lebih mudah terbina diantara pribadi-pribadi yang memiliki kesamaan dalam kedudukan dan pendidikan. Bedasarkan hasil analisis yang dilakukan, hanya sebagian masyarakat yang beranggapan kepala desa sebagai pengambil keputusan dan pengambil kebijakan, namun menurut penulis yang dilihat dari skala likert maka dapat dilihat secara jelas antara tanggap, tepat dan memiliki kemampuan sehingga terlaksananya fungsi kepala desa. Sedangkan dari segi pendapat kepala desa sebagai sumber informasi sudah sesuai dengan hasil wawancara, hasil analisis statistika diperoleh bahwasannya kepala desa Penuwu memberikan informasi terhadap masyarakat dan berpegang teguh pada pesepsi kepala desa sebagai opinion leader. Kesimpulan dari penilitan ini berupa: pertama, sebagian besar masyarakat Desa Pewunu yang menjadi responden menyatakan kepala desa Pewunu telah melaksanakan fungsinya sebagai pengambil keputusan dan pengambil kebijakan, sebagai sumber 21 informasi, dan sebagai penasehat. Kedua, masyarakat Desa Penuwu memiliki pandangan yang baik mengenai fungsi kepala desa sebagai opinion leader terlihat dari pernyataan masyarakat menjawab pertanyaan wawancara. Analisis Pustaka Jurnal penelitian ini menjelaskan bagaimana kepala desa berperan sebagai opinion leader dalam pemangunan desa dan penyampaian informasi kepada masyarakat. Dimana dalam penyampaian informasi kepala desa menggunakan model-model arus komunikasi yang sesuai dengan peran kepala desa dan bagaimana masyarakat Desa Panuwu menerima informasi dari kepala desa Panuwu. Kekurangan dalam jurnal ini adalah tidak adanya penjelasan metode apa yang digunakan serta tidak kesesuainnya antara abstrak yang dituliskan penulis dengan isi secara keseluruhan dari jurnal. Dimana pada kesimpulan akhir, penulis menulis mengenai kepala desa dalam fungsi pengambilan keputusan yang didukung dengan hasil wawancara, sedang pada abstrak penulis menuliskan mengenai faktor pendukung dan penghambat koordinatot kelompok PNPM. 10 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi): Hal Alamat URL/doi : : : : : : : : : Relasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pembuatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo 2014 Jurnal Elektronik Ayu Novita Surabaya Universitas Airlangga Jurnal Politik Muda Vol.3, No.1, ISSN 2302-8068 85 – 94 http://journal.unair.ac.id/article_6650_media80_ category.html Tanggal diunduh : 11 November 2015 Ringkasan Pustaka Penyelenggaraan pemerintahan dalam bentuk terkecil yaitu pemerintahan desa. Pemerintahan desa berhubungan secara langsung dengan masyarakat desa, oleh sebab itu hubungan baik sangat menentukan berjalannya pemerintahan daerah yang ditentukan oleh pemerintahan desa yaitu kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). kepala desa merupakan unit pemerintahan tertinggi yang bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan masyarakat serta dibutuhkan juga badan pengawas yang berfungsi untuk mengawasi kinerja pemerintahan kepala desa yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD). RPJMDes merupakan peraturan yang dibuat untuk pembangunan desa memuat arah kebijakan keuangan desa, strategi pembangunan desa, dan program kerja desa yang dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa). 22 Rumusan masalah penelitian ini adalah pertama, bagaimana proses peraturan desa tentang RPJMDes Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo, yang hubungannya dengan tahap penyusunan RPJMDes dan siapa saja aktor yang terlibat. Kedua, bagaimana relasi BPD dan kepala desa dalam perumusan RPJMDes Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menjelaskan dan mendeskripsikan kondisi yang sedang terjadi dilapang, dan menggunakan prosedur penelitian derdasarkan data deskriptif. Sedangkan pengumpulan informasi menggunakan teknik purposif yakni pengambilan informan secara sengaja, peneliti menentukan sendiri informan yang diambil karena ada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Relasi antara kepala desa sebagai lembaga eksekutif dan badan permusyawaratan desa sebagai BPD sebagai lembaga legislatif adalah berkedudukan setara sebagai mitra kerja tanpa ada subrodinasi dibawahnya tetapi karena kurangnya pemahaman mengenai struktur pemerintahan mengakibatkan adanya kekuatan lembaga disalah satu pihak. kepala desa lebih mendominasi dalam perumusan peraturan desa daripada Badan Permusyawaratan Desa dikarenakan ternyata kelembagaan kepala desa lebih kuat dibandingkan dengan BPD, dalam proses pembuatannya melalui tiga tahap yaitu input, proses, dan output. Input terdiri dari tuntutan dan dukungan oleh masyarakat desa melalui perwakilan-perwakilan yang dibahas di forum Musrembangdes yang kemudian disahkan oleh BPD menjadi output yaitu Peraturan Desa Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Kesimpulan dari penelitian ini adalah RPJMDes merupakan peraturan yang mengikat seluruh masyarakat desa, dalam pembuatannya bersifat bottom up yaitu melibatkan seluruh elemen masyarakat desa. Didalam RPJMDes tahun 2010, bahwasannya tahap penyusunan peraturan desa, yaitu: sosialisasi, musyawarah dusun, musrenbangdes, pembahasan kepala desa dan BPD. Namun nyatanya aspirasi masyarakat tidak diadakan musyawarah di tingkat dusun melainkan langsung pada musrembangdes dan peran BPD disini hanya sebagai pengawas yang menunjukkan bahwa kelembagaan BPD ternyata lebih rendah daripada kelembagaan kepala desa. Analisis Pustaka Jurnal ini membahas mengenai hubungan antara kepala desa dengan BPD dalam penyusunan RPJMDes, diketahui bahwa peran kepala desa dalam pembuatan RPJMDes yakni mengenai pembacaan visi dan misi kepala desa beserta rancangannya yang akan dibahas bersama dalam forum musyawarah desa, sedangkan BPD hanya menyetujui apa yang sudah dibahas dalam musrembangdes dan mengoreksi apabila ada kesalahan dan kekeliruan maupun kekurangan. Namun hal yang terjadi adalah pembuatan RPJMDes tidak diadakan musyawarah bersama dan BPD pada akhirnya hanya dianggap lembaga yang bergerak atas dasar perintah kepala desa, sehingga terlihat bahwa kelembagaan BPD lebih rendah daripada kelembagaan kepala desa. Metode kualitatif yang digunakan oleh penulis sudah sesuai dengan penulisan hasil akhir penelitian ini. Penulis menjabarkan keterkaitan antara teori satu dengan teori yang lainnya dan antara pendapat mengenai bagaimana seharusnya peran kepala desa serta BPD dalam pembuatan RPJMDes dengan sesungguhnya yang terjadi di lapangan. 23 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Desa Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menurut PP Nomor 72 Tahun 2005. Sedangkan menurut UU Nomor 6 Tahun 2014, PP Nomor 43 Tahun 2014, dan Permen Nomor 112 Tahun 2014, Desa adalah desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, secara sosiologis desa menggambarkan suatu bentuk kesatuan masyarakat atau komunitas penduduk yang tinggal dan menetap dalam suatu lingkungan, dimana diantara mereka saling mengenal dengan baik dan corak kehidupan mereka relatif homogen, serta banyak bergantung kepada kebaikan-kebaikan alam (Maschab 2013). Secara politik desa sebagai suatu organisasi pemerintahan atau organisasi kekuasaan yang secara politis mempunyai wewenang tertentu karena merupakan bagian dari pemerintahan negara (Maschab 2013). Pemilihan Kepala Desa Berdasarkan Permen Nomor 112 Tahun 2014, Pemilihan kepala desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka memilih kepala desa yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Menurut Mulyawarman (2008) pemilihan kepala desa adalah sarana pelaksanaan azas kedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu Mulyawarman (2008) juga menambahkan pemilihan kepala desa merupakan kesempatan rakyat untuk menunjukkan kesetiaan dan preferensi lokal mereka. Pemilihan Kepala Desa dilakukan setiap periode enam tahun, kemudian kepala desa dapat dipilih kembali dalam 2 kali periode berikutnya baik secara berturut–turut maupun tidak, sesuai dengan Permen Nomor 112 tahun 2014 pasal 4 ayat 2dan PP Nomor 43 Tahun 2014 pasal 39 ayat 1 dan 2. Perilaku Pemilih Perilaku pemilih merupakan tindakan para pemilih dalam memberikan suaranya pada pemilihan kepala daerah (Nasrudin 2010). Plano, Ringgs, dan Robin (1985) dalam Firdaus (2014) berpendapat bahwa perilaku pemilih yakni kecenderungan pilihan rakyat dalam pemilihan umum serta latar belakang mengapa mereka melakukan pilihan itu. Mengacu pada dua pengertian diatas maka perilaku pemilih adalah tindakan individu atau tingkah laku pemilih mengenai sebab mereka melakukan proses pemilihan kepala desa. Berikut adalah pendekatan perilaku pemilih oleh Nasrudin (2010), Rochimah (2009), dan Surbakti (2010): 24 Tabel 1. Perilaku Pemilih Pendekatan Sumber perilaku pemilih Nasrudin 1. Sosiologis (2010), Rochimah (2009), dan Surbakti (2010) Isi pendekatan Pendekatan ini menjelaskan perilaku pemilih yang dilatarbelakangi oleh konteks sosial dan demografi seperti: jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan. Kelas, pendapatan, latar belakang keluarga, dan agama yang kuat Faktor-faktor Nasrudin 2. Psikologis (2010), sosial Rochimah (2009), dan Surbakti (2010) Nasrudin 3. Rasional (2010), Rochimah (2009), dan Surbakti (2010) Rochimah (2009) 4. Ekonomi Pendekatan ini mempertimbangkan unsur kedekatan dan perasaan kedekatan terhadap kandidat. Pemilih dalam pendekatan ini cenderung menetap dan jarang berpindah yang disebabkan sikap loyal, sikap politik , dan terhadap keterdedahan terhadap pendidikan politik pemilih Pendekatan ini menekankan pada penilaian rasional pemilih. Seringkali pada pendekatan ini isu-isu politik yang berkembang dalam masyarakat, serta aspek kandidat yang dilihat dari pertimbangan sisi untung rugi digunakan oleh pemilih untuk membuat keputusan. Pendekatan ini menyatakan bahwa pemilih dapat mengubah pilihannya sewaktu-waktu, terutama apabila berkaitan dengan janji pemenuhan kebutuhan konkret tertentu yang dapat dipenuhi oleh kandidat Jenis kelamin Tempat tinggal Pekerjaan Pendidikan Kelas Pendapatan Latar belakang keluarga Agama Ras Pasrtisipasi sosial Struktur sosial Perasaan kedekatan Keterdedahan politik Sikap loyal Sikap politik Penilaian terhadap isu politik Penilaian isu kandidat Untung dan rugi Kebutuhan konkret Tujuan pemilih Orientasi pemilih 25 Tabel 1. Perilaku Pemilih (lanjutan) Pendekatan Sumber perilaku Isi pendekatan pemilih Surbakti 5. Ekologi Pendekatan ini berkaitan dengan (2010) karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial seperti desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten, dan provinsi. Pendekatan ini penting karena karakteristik data tingkat provinsi berbeda dengan tingkat kabupaten. Faktor-faktor Sikap loyal Sikap politik Keterdedahan politik Faktor Penentu dalam Memilih Kepala Desa Iskandar (2006) dalam penelitiannya mengungkapkan bagaimana karakteristik masyarakat lokal memandang Pilkada langsung di daerahnya, dalam hal ini masyarakat dikawasan perkotaan (Kelurahan Muara Melayu, Kecamatan Tenggarong) dan masyarakat dikawasan pedesaan (Desa Melintang, Kecamatan Muara Wis). Faktorfaktor yang mempengaruhi pilihan pada calon menurut Iskandar yakni: kewibawaan, keilmuwan dan pengetahuan, kedermawanan, popularitas, progam kerja, pengalaman kerja, keberpihakan terhadap rakyat kecil, latar bealakang keluarga, kesukuan, daya tarik fisik, dan tidak tahu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan pandangan secara prinsip oleh kedua masyarakat terhadap calon pasangan pilhannya. Masyarakat perkotaan lebih cenderung memilih pasangan calon yang memiliki program kerja yang jelas, diikuti dengan popularitas, kedermawanan, kewibawaan, keilmuwan dan pengetahuan, keberpihakan terhadap rakyat kecil, pengalaman kerja, daya tarik fisik, latar belakang keluarga, kesukuan, dan terakhir adalah faktor lainnya. Sedangkan masyarakat desa memilih pasangan calon berdasarkan popularitas, diikuti dengan kewibawaan, keberpihakan terhadap rakyat kecil, memiliki program kerja yang jelas, ikut-ikutan, pengalaman kerja, dan daya tarik. Penelitian Suryatna (2007) menjelaskan karakteristik pemilu dengan menghubungkan karakteristik demografi dan sosial-psikologi pemilih. Karaktersitik demografi dalam teori perilaku pemilih Mazhab Columbia disebut karakteristik sosial, yang meliputi umur (tua-muda), jenis kelamin (pria-wanita), agama status sosial, pendidikan, pekerjaan dan kekayaan (penghasilan). Sedangkan karakteristik sosialpsikologi (Mazhab Minchigan) meliputi konsep sikap dan sosialisai. Sikap sebagai peubah sentral dalam menjelaskan perilaku pemilih terbagi dalam tiga fungsi: (1) fungsi kepentingan, (2) penyesuaian diri, dan (3) fungsi eksternalisasi dan pertahanan diri. Sementara itu sikap yang terbentuk melalui proses sosialisasi yang berkembang menjadi ikatan psikologis yang kuat anatara seseorang dengan partai politik atau kandidat tertentu, dikenal dengan identifikasi partai. Berdasarkan karakteristik demografi dan sosial-psikologi penulis membagi karakteristik pemilih berdasarkan banyaknya menerima terpaan informasi kampanye, perilaku dalam mengolah pesan kampanye dan perilaku memilih dalam Pilkada Cianjur Tahun 2006 meliputi: (1) umur, (2) jenis kelamin, (3) pendidikan, (4) pekerjaan, (5) penghasilan/pengeluaran keluarga, (6) afiliasi dengan partai politik, (7) orientasi terhadap partai politik, dan (8) motivasi pemilih. Hasil dari penelitin ini dalam karakteristik jenis kelamin menunjukan motivasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya sebagian besar karena dorongan untuk menjalankan kewajiban serta terdapat perbedaan antara pemilih kaum laki-laki dengan 26 kaum perempuan, jika pemilih kaum laki-laki lebih cenderung tertarik pada ketokohan (figur) pemimpin dan ideologi partai, pemilih kaum perempuan lebih cenderung pada ketokohan (figur) dan partai pilihan keluarga. Sedangkan jika dilihat dari isi UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014, dan Permen Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa, dapat diketahui secara tersirat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan kepala desa, yakni: Visi dan misi kepala desa, dilihat dari Bab IV mengenai Kewenangan Desa pada Pasal 18-19 (UU No 6 Tahun 2014) dan Bab III mengenai Kewenangan Desa pada pasal 33-39 (PP No 43 Tahun 2014). Pasal 18 UU No 6 Tahun 2014: Kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat. Bab V Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (UU No 6 Tahun 2014) Pasal 26 ayat 1: Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Pasal 26 ayat 2 mengenai wewenang Kepala Desa, Pasal 26 ayat 3 mengenai hak Kepala Desa, Pasal 26 ayat 4 mengenai kewajiban Kepala Desa Serta dalam penjelasan UU No 6 Tahun 2014 dalam Kelembagaan Desa tertulis bahwa BPD harus memiliki visi dan misi yang sama dengan Kepala Desa sehingga BPD tidak dapat menjatuhkan Kepala Desa yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat desa Pendidikan, dilihat dari bunyi pasal 33 butir D UU No 6 Tahun 2014, dan pasal 21 butir D Permen No 112 Tahun 2014, bunyi: berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat Usia, dilihat dari bunyi pasal 33 butir E UU No 6 Tahun 2014 dan pasal 21 butir E Permen No 112 Tahun 2014, bunyi: berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar Asal, dilihat dari bunyi pasal 33 butir G UU No 6 Tahun 2014 dan pasal 21 butir G Permen No 112 Tahun 2014, bunyi: terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran Pengalaman, dilihat dari bunyi pasal 25 Permen No 112 Tahun 2014, bunyi: Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 lebih dari 5 (lima) orang, panitia melakukan seleksi tambahan dengan menggunakan kriteria pengalaman bekerja di lembaga pemerintahan, tingkat pendidikan, usia dan persyaratan lain yang ditetapkan Bupati/Walikota. Jabatan, dilihat dari bunyi Bab IV pasal mengenai Kepala Desa, Perangkat Desa dan Pegawai Negeri Sipil sebagai Calon Kepala Desa pasal 45 ayat 1, 46 ayat 1, 47 ayat 1 UU No 6 Tahun 2014 dan bunyi pasal 42 ayat 1, 43 ayat 1, pasal 44 ayat 1 Permen No 112 Tahun 2014 Media komunikasi, dilihat dari bunyi pasal 29 Permen No 112 Tahun 2014 mengenai bagaimana kampanye dapat dilaksanakan 27 Uang, dilihat dari bunyi pasal 30 Permen No 112 Tahun 2014 mengenai pelarangan pelaksanaan kampanye menggunakan uang atau materi yang lain, baik menjanjikan atau memberikan 28 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Pemilihan kepala desa merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses penentuan calon pemimpin penyelenggara tertinggi pemerintahan desa. Pemilihan kepala desa telah diatur dalam Permen No 112 Tahun 2014 mengenai proses pemilihan kepala desa, dimulai dengan persiapan pemilihan, penetapan pemilih, pendaftaran dan penetapan pasangan calon terpilih, pemungutan dan perhitungan suara, dan penetapan. Kepala desa terpilih nantinya memiliki masa jabatan selama jangka waktu 6 tahun dan dapat menjabat kembali sebanyak 2 kali masa jabatan baik secara berurutan maupun tidak. Terpilihnya calon kepala desa menjadi kepala desa dipengaruhi oleh beberapa perilaku pemilih yang kemudian dapat menjadi faktor penentu pemilih dalam memilih kepala desa. Perilaku pemilih yang mempengaruhi pilihan calon kepala desa terbagi menjadi beberapa pendekatan yakni sosiologis, psikologis, politik rasional, ekonomi, struktural, dan rasional. Sedangkan faktor penentu dalam memilih kepala desa yakni kewibawaan, keilmuwan dan pengetahuan, kedermawanan, popularitas, program kerja, pengalaman kerja, keberpihakan terhadap rakyat kecil, latar belakang keluarga, kesukuan, daya tari fisik, dan ketidaktahuan. Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa penelitian mengenai perilaku pemilih dalam pemilihan kepala desa lebih cenderung memilih calon kepala desa berdasarkan pendektan sosiologis berupa jenis kelamin, tempat tinggal, status kewarganegaraan, pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan, latar belakang keluarga dan agama. Sedangkan hasil penelitian yang langsung menyebutkan faktor perilaku pemilih mengatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan kepala desa oleh masyarakat pedesaan adalah faktor popularitas. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Pemilihan kepala desa merupakan agenda politik desa yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan disebut sebagai pesta masyarakat desa. Disebut pesta masyarakat desa karena dalam prosesnya para calon kepala desa akan dipilih oleh masyarakat desa melalui penggunaan hak suara mereka. Penggunaan hak suara masyarakat ditentukan oleh pilihan atau keputusan masing-masing perilaku individu pemilih, maka perlu diketahui permasalahan mengenai bagaimana perilaku pemilih dalam memutuskan untuk menggunakan hak suara mereka? Dan faktor-faktor internal serta eksternal apa saja yang berpangaruh terhadap pengambilan keputusan? Pemilihan kepala desa miliki hak yang sama untuk dilakukan antara laki-laki dengan perempuan karena penggunaan hak suara baik oleh laki-laki maupun perempuan sama-sama berpengaruh terhadap proses pemilihan calon kepala desa. Judith Squires (1999) dalam Rahmaturrizqi, Choirun, dan Fathul (2012) menyatakan bahwa perempuan telah lama dan secara luas mengalami ketertinggalan dari berbagai aktivitas mereka sebagai sesuatu yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari politik. Oleh sebab itu perlu dianalis lebih dalam mengenai penggunaan hak suara oleh laki-laki dan perempuan dalam pemilihan kepala desa? 29 Faktor internal perilaku pemilih: Umur Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Latar belakang keluarga Loyalitas Keterdedahan informasi Faktor eksternal perilaku pemilih: Kelas Keterdedahan informasi Tujuan pemilih Isu politik Penggunaan hak pilih Proses pemilihan kepala desa Keterangan : : Mempengaruhi Gambar 7. Kerangka Analisis Kerangka pemikiran pada gambar 7 menggambarkan faktor internal dan eksternal perilaku pemilih dalam mempengaruhi penggunaan hak pilih oleh pemilih dan kemudian berpengaruh terhadap berjalannya proses pemilihan kepala desa, sehingga nantinya dapat diketahui apakah proses pemilihan calon kepala desa menghasilkan kepala desa yang sesuai dengan pilihan masyarakat. 30 DAFTAR PUSTAKA [Permen] Peraturan Menteri Dalam Negeri. 2014. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa. [internet]. [diunduh 17 Desember 2015]. Tersedia pada: http://www.kemendagri.go.id/produkhukum/2015/01/29/pemilihan-kepala-desa [PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014. [internet]. [diunduh 17 Desember 2015]. Tersedia pada: https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/PP%20Nomo r%2043%20Tahun%202014.pdf [UU] Undang-Undang Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. [internet]. [diunduh 17 Desember 2015]. Tersedia pada: http://www.bpn.go.id/Publikasi/Peraturan-Perundangan/Undang Undang/undang-undang-nomor-6-tahun-2014-4723 Alamsyah. 2011. Dinamika Politik Pilkades Di Era Otonomi Daerah Studi tentang Relasi Politik Calon Kepala Desa dengan Para Pemilih Pilkades. Jurnal Tamanpraja. [internet]. [diunduh 9 Oktober 2015]; 1(1): -. Tersedia pada: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ca d=rja&uact=8&ved=0CDYQFjADahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4KHZrPAD M&url=http%3A%2F%2Feprints.unsri.ac.id%2F462%2F1%2FDINAMIKA_P OLITIK_PILKADES_DI_ERA_OTONOMI_DAERAH.pdf&usg=AFQjCNG UErTtcflOUkDEgN6zWNpFfNUcHA&bvm=bv.104615367,d.c2E Alfian, M. Alfan. 2009. Menjadi Pemimpin Politik. Jakarta (ID): Gramedia. Amaru, M. 2015. Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus di Desa Jatirejo Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri). Jurnal Mahasiswa Sosiologi. [internet]. [diunduh 26 Oktober 2015]; 2: -. Tersedia pada: http://jmsos.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jmsos/article/view/60 Firdaus, PN. 2014. Preferensi Politik Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur. [skripsi]. [internet]. [diunduh 1 Januari 2016]. Terdapat pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70549 Halili. 2009. Praktik Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi di Desa Pakandang Barat Bluto Sumenep Madura). Jurnal Humaniora. [internet]. [diunduh 10 oktober 2015]; 14: 99-112. Tersedia pada: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&ca d=rja&uact=8&ved=0CGIQFjAIahUKEwiT9Jqrjc7IAhWTjo4KHUZbASE&u rl=http%3A%2F%2Fcore.ac.uk%2Fdownload%2Fpdf%2F11060898.pdf&usg =AFQjCNEKv4kYM_2gs2HW-H-GshSwL0W9eA Hermansyah. 2015. Peran Kepala Desa dalam Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan). E-Jurnal Pemerintah Integratif. [internet]. [diunduh 26 Oktober 2015]; 3: 351-362. Tersedia pada: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=41&c ad=rja&uact=8&ved=0CBoQFjAAOChqFQoTCOnIk-f38gCFYillAod1DUPTg&url=http%3A%2F%2Fejournal.pin.or.id%2Fsite%2F wpcontent%2Fuploads%2F2015%2F04%2FJURNAL%2520HERMANSYAH%2 520(04-28-15-01-1508).pdf&usg=AFQjCNGwj_xtCYHlNoHeXzTputznYmRMdA&sig2=fHD9rxI 7Eequ5hNmb9RvIA&bvm=bv.105841590,d.dGo 31 Jawandri. 2013. Proses Pemilihan Kepala Desa Di Desa Tanjung Nanga Kecamatan Malinau Selatan Kabupaten Malinau. E-Jurnal Ilmu Pemerintahan. [internet]. [diunduh 9 Oktober 2015]; 1: 235-247. Tersedia pada: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ca d=rja&uact=8&ved=0CFkQFjAHahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4KHZrPADM &url=http%3A%2F%2Fejournal.ip.fisip-unmul.ac.id%2Fsite%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2013%2F02%2Fjanwandri%2520journal%2520(0227-13-09-29 44).pdf&usg=AFQjCNFUxCQLQPTSKmRCuZpedYrbI9W85w&bvm=bv.104 615367,d.c2E Lestari, N. 2014. Gaya Komunikasi Calon Kepala Desa Dalam Pemilihan Kepala Desa 2013 (Penelitian Pada Pemilihan Kepala Desa di Desa Nglumpamg Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo). Jurnal Aristo. [internet]. [diunduh 9 Oktober 2015]; 2:-. Tersedia pada: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ca d=rja&uact=8&ved=0CDYQFjADahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4KHZrPAD M&url=http%3A%2F%2Feprints.unsri.ac.id%2F462%2F1%2FDINAMIKA_P OLITIK_PILKADES_DI_ERA_OTONOMI_DAERAH.pdf&usg=AFQjCNG UErTtcflOUkDEgN6zWNpFfNUcHA&bvm=bv.104615367,d.c2E Lutfiana, N. 2013. Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan di Desa Karas Kepoh Keacamatan Pancur Kabupaten Rembang. [skripsi]. [internet]. [diunduh 11 Januari 2016]. Tersedia Pada: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ca d=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiu6cncpqPKAhXCcI4KHf2NAcYQFgglMAE &url=http%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id%2F19980%2F1%2F3301409059.pdf& usg=AFQjCNE4Dm8iGuQ7SGvj5WpnFXE1rZxFNg&bvm=bv.111396085,d.c 2E Maschab, M. 2013. Politik Pemerintahan Desa di Indonesia.Yogyakarta (ID): Pusat Antara Universita (PAU) UGM. Mulyawarman. 2008. Perilaku Pemilih Masyarakat dalam Pemilihan Kepala Desa: Kasus Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Jurnal PNS. [internet]. [diunduh 11 Januari 2016]; -. Tersedia pada: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ca d=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjDhsf_2aDKAhVUkI4KHS3JB7YQFghXMAc &url=http%3A%2F%2Fejournal.unri.ac.id%2Findex.php%2FJDOD%2Farticle %2Fdownload%2F1265%2F1256&usg=AFQjCNGhkGSeAQTeHxHAyVgsx wvAonjOfQ&sig2=Y7ed_KXsv-8OyhYVC1z3zQ&bvm=bv.111396085,d.c2E Nasrudin, A. 2010. Indentifikasi Perilaku Memilih (Voting Behavior) pada Pemilu Legislatif 2009 di jawa barat. [skripsi]. [internet]. [diunduh 6 Januari 2016]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61724 Nikolaus O. 2014. Hubungan Antara Kepemimpinan Tipe Demokratis Kepala Desa Dengan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa di Kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur. JAPB [Internet]. [diunduh 2015 Mar 20]; 1(1). Tersedia pada: http://pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JAPB/article/view/18/18 Ningrum, AV. Kepemimpinan Politik Transformatif di Desa Ngangkatan Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk. Jurnal Politik Muda. [internet]. [diunduh 11 November 2015]; 4: 210-218. Tersedia pada: http://journal.unair.ac.id/kepemimpinan-politik-transformatif-di-desa- 32 ngangkatan-kecamatan-rejoso-kabupaten-nganjuk-article-9674-media-80category-8.html Novita, A. 2014. Relasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pembuatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Politik Muda. [internet]. [diunduh 11 November 2015]; 3: 85-94. Tersedia pada: http://journal.unair.ac.id/article_6650_media80_category.html Rahmaturrizqi, Choirun N, dan Fathul LN. 2012. Gender dan Perilaku Memilih: Sebuah Kajian Psikologi Politik. Jurnal Psikologi. [internet]. [diunduh 11 Januari 2016]; 3: -. Tersedia pada: http://psikologi.uin-malang.ac.id/wpcontent/uploads/2014/03/Gender-dan-Perilaku-Memilih-Sebuah-KajianPsikologi-Politik.pd Richa, AA. 2015. Kekuasaan dan Wibawa Kepala Desa: Kajian Tentang Upaya Kepala Desa Memperoleh dan Mempertahankan Kekuasaan Di Desa Watudandang Kecamatan Prambon Nganjuk. Jurnal Politik Muda. [internet]. [diunduh 11 November 2015]; 4: 93-99. Tersedia pada: http://journal.unair.ac.id/kekuasaandan-wibawa-kepala-desa-article-8686-media-80-category-8.html Rivai, V dan Deddy Mulyadi. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Rochimah, THN. 2009. Pentingnya Memahami Perilaku Politik dalam Political marketing, Komunikator. Jurnal Politik. [internet]. [diunduh 1 Desember 2015]; 1(1): 1-21. Tersedia pada: http://www.umy.ac.id Shofiyah, St. 2011. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Fungsi Kepala Desa sebagai Opinion Leader di Desa Pewunu Kec. Dolo Barat Kab.Sigi. Jurnal Academia. [internet]. [diunduh 11 November 2015]; 1: -. Tersedia pada: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=167169&val=6118&title= PERSEPSI%20MASYARAKAT%20TERHADAP%20PELAKSANAAN%20 FUNGSI%20KEPALA%20DESA%20SEBAGAI%20OPINION%20LEADER %20DI%20DESA%20PEWUNU%20KEC.%20DOLO%20BARAT%20KAB. %20SIGI Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): Rajawali Press. Suryatna, U. 2009. Hubungan Karakteristik Pemilih dan Terpaan Informasi Kampanye Politik dengan Perilaku Pemilih (Kasus Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Cianjur Tahun 2008). [thesis]. [internet]. [diunduh pada 6 Januari 2016]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/10462 Surbakti, R. 2010. Memahami Ilmu Politik. [internet]. [diunduh 12 Januari 2016]. Tersediapada:https://books.google.co.id/books?id=9QX84vgdbwC&printsec=f rontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. Jakarta (ID): PT Bina Rena Pariwara. 33 RIWAYAT HIDUP Desyta Nugraheni (penulis) dilahirkan di Sragen pada tanggal 15 Desember 1994. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Rusmanto dan Siswati. Pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penulis mulai dari TK 408 Sragen tahun 1999-2000, SDN 2 Plumbungan Indah tahun 2000-2006, SMP N 1 Sragen tahun 2006-2009, SMA N 1 Sragen tahun 2009- 2010. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan pada tahun 2013 Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif dalam bidang organisasi kemahasiswaan dan kepanitian, dalam organisasi penulis aktif sebagai bendahara Departemen Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) masa kepengurusan 2013-2015 dan dalam kepanitian penulis aktif dalam kepanitian INDEX, IBF serta MPF. .