Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
ANALISIS PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA
DESYTA NUGRAHENI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “ANALISIS
PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA”benar-benar hasil
karya saya sendiri, yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan
tinggi atau organisasi manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam
naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia
mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor, Januari 2016
Desyta Nugraheni
NIM. I34120098
iii
ABSTRAK
DESYTA NUGRAHENI. Analisis Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Desa.
Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING.
Pemilihan kepala desa menjadi agenda rutin dalam jangka waktu tertentu.
Prosesnya, pemilihan kepala desa ditentukan oleh penggunaan hak suara pemilih yang
dipengaruhi oleh beberapa perilaku pemilih seperti: sosiologis, psikologis, ekonomi,
ekologis, dan rasional. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
perilaku pemilih yang membuat seorang pemilih menggunakan hak suaranya dalam
pemilihan calon kepala desa. Hasil analisis menemukan bahwa ada delapan faktor
perilaku internal pemilih dan empat faktor eksternal pemilih yang berpengaruh terhadap
penggunaan hak suara dalam pemilihan kepala desa. Faktor internal pemilih yakni
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, latar belakang keluarga,
loyalitas, dan ketdedahan informasi, sedangkan empat faktor eksternal yakni kelas,
keterdedahan informasi, tujuan pemilih dan isu politik.
Kata Kunci : perilaku pemilih, pemilihan kepala desa
ABSTRACT
DESYTA Nugraheni. Analysis of Voter Behavior In The Village Head Election.
Supervised by LALA M. KOLOPAKING.
The election of village head becomes a regular agenda within a certain period.
The process of the election is determined by the use of suffrage which is influenced by
some of voter behavior: sociological, psychological, economic, ecological, and
rational. This paper aims to identify the factors of the voter’s behavior that make a
voter used their right to vote in the election of village head candidates. Results of the
analysis of literatures found that there are eight internal factors and four external
factors from the voter that influence the use of suffrage in the election of village head
candidates. Voter’s internal factors are age, sex, education, job, income, family
background, loyality, and information exposure whereas the external factors are class,
information exposure, voter’s aim, and political issues.
Key words: behavior of voters, village elections
iv
ANALISIS PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA
Oleh
DESYTA NUGRAHENI
I34120098
Laporan Studi Pustaka
sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh :
Nama Mahasiswa
: Desyta Nugraheni
NIM
: I34120098
Judul
: Analisis Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Desa
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS
NIP. 19580827 198303 1 001
Diketahui oleh
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
NIP.19670903 199212 2 001
Tanggal Pengesahan :
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Studi Pustaka yang berjudul “Analisis Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Desa”.
Laporan studi pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi
Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Lala M Kolopaking
sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan saran, arahan serta masukan
yang sangat berarti selama penulisan studi pustaka. Serta Bapak Dr. Arif Satrya selaku
pembimbing akademik penulis. Penulis menyampaikan hormat serta ucapan terimakasih
kepada Bapak Rusmanto dan Ibu Siswati sebagai orang tua, serta Galih Wahyu
Nugroho dan Rio Aji Nugrahanto selaku kakak dan adik tercinta yang menjadi sumber
motivasi dan selalu memberikan dorongan positif kepada penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Resty, Oryza, Meilinda, dan seluruh keluarga SKPM
49 sebagai teman berdiskusi sekaligus memotivasi penulis untuk menyelesaikan laporan
studi pustaka. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua orang
yang telah memberikan semangat dan doa bagi penulis dan tidak bias disebutkan
namanya satu per satu.
Penulis berharap studi pustaka ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca dalam memahami tentang faktor-faktor pemilihan kepala desa.
Bogor, Januari 2016
Desyta Nugraheni
NIM. I34120098
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ............................................................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. v
PRAKATA....................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ x
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
Latar Belakang ............................................................................................................. 1
Tujuan .......................................................................................................................... 1
Metode Penulisan ......................................................................................................... 2
Kegunaan...................................................................................................................... 2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ................................................................... 3
Proses Pemilihan Kepala Desa di Desa Tanjung Nanga Kecamatan Malinau Selatan
Kabupaten Malinau ...................................................................................................... 3
Praktik Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi di Desa Pakandang Barat
Bluto Sumenep Madura) .............................................................................................. 5
Dinamika Politik Pilkades di Era Otonomi Daerah, Studi tentang Relasi Politik
Calon Kepala Desa dengan Para Pemilih Pilkades ...................................................... 6
Gaya Komunikasi Calon Kepala Desa Dalam Pemilihan Kepala Desa 2013
(Penelitian Pada Pemilihan Kepala Desa di Desa Nglumpamg Kecamatan Mlarak
Kabupaten Ponorogo)................................................................................................... 9
Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus di Desa Jatirejo
Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri) .................................................................. 11
Kekuasaan dan Wibawa Kepala Desa: Kajian Tentang Upaya Kepala Desa
Memperoleh dan Mempertahankan Kekuasaan di Desa Watudandang Kecamatan
Prambon Nganjuk ...................................................................................................... 13
Kepemimpinan Politik Transformatif di Desa Ngangkatan Kecamatan Rejoso
Kabupaten Nganjuk .................................................................................................... 15
Peran Kepala Desa dalam Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Tana Lia
Kabupaten Tana Tidung (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan) 17
Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Fungsi Kepala Desa sebagai Opinion
Leader di Desa Pewunu Kec. Dolo Barat Kab.Sigi ................................................... 19
Relasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pembuatan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Plumbungan
Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo ................................................................ 21
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 23
Desa ............................................................................................................................ 23
viii
Pemilihan Kepala Desa ............................................................................................... 23
Perilaku Pemilih ......................................................................................................... 23
Faktor Penentu dalam Memilih Kepala Desa ............................................................. 25
SIMPULAN .................................................................................................................... 28
Hasil Rangkuman dan Pembahasan ............................................................................ 28
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi ............................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 30
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................................... 33
ix
DAFTAR TABEL
TabeladfsihfuPerilaku
1
Pemilih
24
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Bagan konsep jurnal judul Praktik Politik Uang Dalam Pemilihan
Kepala Desa (Studi di Desa Pakandang Barat Bluto Sumenep Madura)
6
Gambar 2
Framework penulis mengenai relasi politik kandidat dan pemilih
dalam Pilkades Kembangsri 2010
Bagan konsep jurnal judul Gaya Komunikasi Calon Kepala Desa
Dalam Pemilihan Kepala Desa 2013 (Penelitian Pada Pemilihan
Kepala Desa di Desa Nglumpamg Kecamatan Mlarak Kabupaten
Ponorogo)
Bagan konsep jurnal judul Politik Uang dalam Pemilihan Kepala
Desa (Studi Kasus di Desa Jatirejo Kecamatan Banyakan
Kabupaten Kediri)
Bagan konsep jurnal judul Kekuasaan dan Wibawa Kepala Desa:
Kajian Tentang Upaya Kepala Desa Memperoleh dan
Mempertahankan Kekuasaan Di Desa Watudandang Kecamatan
Prambon Nganjuk
9
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Bagan konsep jurnal judul Peran Kepala Desa dalam
PelaksanaanPembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana
Tidung (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan)
Kerangka Analisis
11
13
15
19
30
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemerintahan desa merupakan cerminan kecil kehidupan masyarakat demokratis
di Indonesia. Desa dalam Permen No.112 tahun 2014 adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh sebab itu dibutuhkan
seorang pemimpin yang mampu melaksanakan amanat desa sesuai permen No. 112
tahun 2014. Kartini Kartono (2006) dalam Alfian (2009) berpendapat bahwa
kompleksitas masyarakat, manusia harus hidup bersama dan bekerjasama dalam suasana
yang tertib dan terbimbing oleh seorang pemimpin dan tidak hidup menyendiri. Kartini
menambahkan demi efisiensi kerja dalam upaya mencapai tujuan bersama, dan untuk
mempertahankan hidup bersama, diperlukan kerja kooperatif yang perlu dipandu oleh
pemimpin. Kepemimpinan sendiri terkadang dipahami sebagai kekuatan menggerakan
dan memengaruhi orang. Selain itu kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses
mengarahkan dan memengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan
pekerjaan para anggota kelompok. Sehingga kepemimpinan dianggap sebagai sebuah
alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara
sukarela/sukacita (Alfian 2009).
Kepala Desa merupakan unit tertinggi yang bertanggung jawab penuh atas
kesejahteraan masyarakat (Novita 2014), dan dalam rangka pelaksanaan pembangunan
di desa, Kepala Desa memiliki peranan yang sangat penting karena Kepala Desa
merupakan pemimpin penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di desa
(Jawandri 2013). Berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa, Kepala
Desa dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan kepala desa dan masa
jabatan berikutnya adalah 6 tahun kemudian sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 2
kali masa jabatannya. Menurut Alamsyah (2011) pemilih dan kandidat merupakan
subyek dalam pemilihan umum, perbedaan keduanya terletak pada pelaksanaan hak
konstitutional, sedangkan pelaksanaan pemilihan umum apapun sistem dan metodenya,
keputusan akhir pada pemilih berada dua spektrum pilihan, yakni memilih dan/atau
tidak memilih, begitu juga pada pemilihan kepala desa, keputusan akhir dalam
keikutsertaan melakukan pemilihan berada di tangan pemilih.
Pemilihan Kepala Desa oleh pemilih dipengaruhi oleh banyak factor perilaku
pemilih. Thomassen (2005) dalam Alamsyah (2011) menjelaskan keputusan pemilih itu
bisa dikarenakan oleh agama, kelas sosial, identifikasi partai, orientasinilai dan ideologi,
isu-isu politik, dan konteks kelembagaan politik. Penelitian yang dilakukan oleh
Alamsyah (2011) menunjukkan keputusan pemilih untuk memilih calon kepala desa
dipengaruhi oleh kelas sosial, kapasitas mengolah informasi, motivasi, media
komunikasi, dan isu-isu politik. Berdasarkan latar belakang diatas perlu dikaji faktorfaktor perilaku pemilih dalam pemilihan calon kepala desa.
Tujuan
Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
perilaku pemilih yang membuat seorang pemilih menggunakan hak suaranya untuk
memilih calon kepala desa
2
Metode Penulisan
Studi pustaka ini ditulis dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang
diperoleh dari berbagai sumber pustaka seperti: buku teks, skripsi, tesis, disertasi dan
jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan judul yang diusung. Pengumpulan
literatur dilakukan secara mandiri di luar perkuliahan. Bahan pustaka yang telah
terkumpul tersebut kemudian dipelajari, diringkas, dan dibuat analisis sintesis. Melalui
penelusuran literatur ini diharapkan dapat memberikan pertanyaan baru terkait
penelitian serupa sehingga menciptkan kerangka pemikiran bagi penelitian yang baru
Kegunaan
Studi pustaka ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu bagi
pemerintah kajian ini diharapkan menambah wawasan mengenai kondisi politik
dipedesaan sehingga dapat menetapkan kebijakan mengenai pemilihan kepala desa yang
sesuai dengan kondisi politik masyarakat pedesaan, bagi kalangan akademisi kajian ini
diharapkan dapat menambah khasanah kajian mengenai faktor-faktor perilaku pemilih
dalam pemilihan kepala desa serta sebagai bahan literatur dan acuan bagi peniliti yang
ingin menkaji lebih jauh mengenai faktor-faktor pemilihan kepala desa, bagi masyarakat
kajian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pemilihan kepala desa
juga mampu meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pemilihan
kepala desa.
3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan nama
penerbit
Nama Jurnal
Volume
(Edisi):
Hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Proses Pemilihan Kepala Desa di Desa Tanjung
Nanga Kecamatan Malinau Selatan Kabupaten
Malinau
2013
Jurnal
Elektronik
Jawandri
Samarinda
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unmul
eJurnal Ilmu Pemerintahan
1: 235 – 247
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&e
src=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ve
d=0CFkQFjAHahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4K
HZrPADM&url=http%3A%2F%2Fejournal.ip.fi
sip-unmul.ac.id%2Fsite%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2013%2F02%2Fjanwan
dri%2520journal%2520(02-27-13-09-2944).pdf&usg=AFQjCNFUxCQLQPTSKmRCuZ
pedYrbI9W85w&bvm=bv.104615367,d.c2E
9 Oktober 2015
Tanggal diunduh
:
Ringkasan Putaka
Keberadaan kepala desa sangatlah penting di dalam suatu desa untuk membangun
desanya. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan di desa, kepala desa memiliki
peranan sangat penting karena kepala desa merupakan pemimpin penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan desa. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 6 Tahun 1981 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan
Pemberhentian Kepala Desa yang merupakan satu kesatuan dan proses pemilihan
Kepala Desa dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu persiapan pemilihan,
penyelenggaraan pemilihan, penetapan pemilih, pendaftaran dan penetapan pasangan
calon terpilih, lalu pengesahan dan pengangkatan. Pemilihan kepala desa dalam
prosesnya terdapat beberapa maslah, anatara lain sumber daya manusia, waktu, dan
dana.
Penelitian ini secara khusus meneliti tentang bagaimana proses pemilihan dan
penetapan kepala desa di wilayah Desa Tanjung Nanga, Kecamatan Malinau Selatan,
Kabupaten Malinau.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasar observasi dan
wawancara, sedangkan tinjauan pustakanya adalah:
Menerut P.H Collin (2004:257) desa secara etimologi berasal dari bahasa
Sangsekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari
perspektif geografis, desa atau village diartikan sebagai “a group of houses and shops in
a country area, smaller than a town”. Kepala desa menurut Unang Sunardjo (2004:197)
adalah penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan,
pembangunan, kemasyarakatan, dan urusan pemerintah umum termasuk pembinaan
ketentraman dan ketertiban. Disamping itu kepala desa juga mengemban tugas
4
membangun mental masyarakat desa baik dalam bentuk menumbuhkan maupun
mengembangkan semangat membangun yang dijiwai oleh asas usaha bersama dan
kekeluargaan. Pemilihan kepala desa diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72
tahun 2005 tentang desa yang diatur dalam pasal 46 ayat 1 dan 2, yakni:
1. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi
syarat
2. Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil.
Mekanisme kampanye calon kepala desa diatur dalam pasal 15 dan 16. Pemungutan
suara, penetapan, dan pengesahan calon terpilih diatur pada Bab IV Perda Nomor 14
tahun 2008 Kabupaten Malinau. Persiapan pemungutan suara diatur dalam pasal 17 ayat
1, 2, 3 dan pasal 14 ayat 1, 2. Pelaksanaan pemungutan suara diatur dalam pasal 19 ayat
1; pasal 20 ayat 1, 2; dan pasal 21. Perhitungan suara diatur pada Bab VI Bagian Ketiga
Pasal 22 sampai pasal 25. Penetapan calon Kepala Desa terpilih diatur pada Bab VI
Bagian Keempat pasal 26 sampai pasal 28. Pemilihan ulang Kepala Desa diatur pada
Bab VI Bagaian Keenam Pasal 32 Perda Nomor 14 Tahun 2008 Pemerintah Kabupaten
Malinau penyelesaian permasalahan dalam proses pemilihan Kepala Desa diatur pada
Pasal 33 ayat 1 sampai dengan ayat 4.
Hasil penelitian ini menunjukkan pembentukan panitia dalam proses pemilihan
kepala desa dilakukan dengan musyawarah oleh Badan Permusyawarata Desa (BPD)
dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat, sehingga terbentuk 11 panitia dengan
komponen masyarakat berupa perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan, dan
tokoh desa. Di dalam proses pemilihan kepala desa diketahui bahwa ada beberapa
masalah, yaitu berupa terbatasnya waktu untuk persiapan pelaksanaan pemilihan kepala
desa, terbatasnya dana yang diterima dari pemerintah Kabupaten Malinau yang
seharusnya diterima sebesar Rp22.000.000,- hanya diterima sebesar Rp15.000.000,-,
dan masalah mengenai harus warga asli yang menjadi kepala desa bukan warga desa
lain. Proses pemilihan kepala desa berakhir dengan dilantiknya Yusat Lassen sebagai
kepala desa mengalahkan calon kepala desa lainnya seperti Agus Irawan dan Laing
Ingan.
Kesimpulan dari penilitian ini adalah: (1) proses pemilihan Kepala Desa Tanjung
Nanga Kapupaten Malinau telah sesuai dengan UU No 14 tahun 2008 tentang tata cara
pemilihan, pencalonan, pengangkatan, pelantikan, dan pemberhentian Kepala Desa, (2)
proses pemilihan kepala desa peroide 2011-2017 berjalan dengan cara dan demokratis
sesuai Perda Pemerintah Kabupaten Malinau No 14 Tahun 2008.
Analisis Pustaka
Penelitian ini menjabarkan bagaimana proses pemilihan kepala desa secara
bertahap sesuai dengan undang-undang, peraturan menteri, dan perda pemerintah daerah
yang dijadikan wilayah penelitian secara khusus.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini kurang tepat karena hanya
menggunakan metode observasi dan wawancara, menurut saya seharusnya dalam proses
penelitiannya dapat disertakan kuisioner baik untuk panitia, calon kepala desa maupun
masyarakat sebagai pemilih, sehingga hasil penelitian mengenai proses pemilihan
kepala desa Tanjung Nanga lebih akurat.
5
2
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan nama
penerbit
Nama Jurnal
Volume
(Edisi):
Hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Praktik Politik Uang dalam Pemilihan Kepala
Desa (Studi di Desa Pakandang Barat Bluto
Sumenep Madura)
2009
Jurnal
Elektronik
Halili
Yogyakarta
Lemlit UNY
Jurnal Humaniora
14, No 2
99 – 112
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&e
src=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ve
d=0CGIQFjAIahUKEwiT9Jqrjc7IAhWTjo4KH
UZbASE&url=http%3A%2F%2Fcore.ac.uk%2F
download%2Fpdf%2F11060898.pdf&usg=AFQj
CNEKv4kYM_2gs2HW-H-GshSwL0W9eA
Tanggal diunduh
: 19 Oktober 2015
Ringkasan Pustaka
Desa merupakan satuan pemerintahan terkecil yang melakukan fungsi-fungsi
pelayanan kepada masyarakat dan desa bisa menjadi cerminan potensial kehidupan
demokrasi dalam suatu masyarakat negara. Namun demokratisasi dalam masyarakat
lingkup desa mempunyai tantangan besar yaitu merebaknya politik uang (money
politics). Desa Pakandangan Barat Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep beberapa
waktu lalu mengadakan pilkades, dalam pelaksanaannya ditemukan indikasi adanya
praktek politik uang.
Penelitian ini bertujuan untuk; pertama, menemukan pola-pola praktik politik
uang dalam Pilkades di Pakandangan Barat Bluto Sumenep Madura, dan kedua,
menganalisis pengaruh penggunaan politik uang terhadap partisipasi politik dalam
Pilkades di desa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif dengan
pendekatan naturalistik. Subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive. Teknik
pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan dokumentasi, sedangkan teknik
pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama, pola praktik uang meliputi:
komponen perilaku, strategi, dan sistem nilai yang menggerakkannya. 1) aktor praktik
politik uang dapt dikategorikan dalam dua bagian yaitu pelaku langsung (direct actor)
dan pelaku tidak langsung (indirect actor) 2) politik uang dalam Pilkades langsung: a)
membeli ratusan suara yang disinyalir sebagai pendukung calon Kades lawan dengan
harga yang sangat mahal oleh panitia penyelenggara, b) menggunakan tim sukses yang
dikirim langsung kepada masyarakat untuk membagikan uang, c) serangan fajar, dan d)
penggelontoran uang besar-besaran secara sporadis oleh pihak diluar kubu calon kepala
desa yaitu bandar/pemain judi 3) dari aspek nilai non demokratis, fenomena politik uang
dalam Pilkades digerakkan oleh sistem nilai yang sama antara masyrakat bawah
6
(demos) dan para elit politik desa. Kedua, praktik politik uang yang berlangsung secara
ekstensif meningkatkan partisipasi formal pemilih, namun demikian psrtisipasi tersebut
bersifat semu (pseudo-paricipation) sebab non-rasionalitas.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pola praktik politik uang dalam
pemilihan kepala desa dan politik uang berlangsung secara ekstensif, sedangkan saran
dalam penitian berupa perlu diikhtiarkan implementasi demokrasi yang lebih
konstektual dalam masyarakat desa.
Analisis Pustaka
Jurnal ini menjelaskan bagaimana politik uang dalam pemilihan kepala desa itu
berlangsung sehingga dapat dilihat pola politik uang berupa: komponen pelaku,
komponen strategi, dan sistem nilai yang menggerakkan serta aktor-aktor yang terlibat
dalam melakukan politik uang yaitu pelaku langsung (tim sukses calon kepala desa dan
bandar judi) dan pelaku tidak langsung (calon kepala desa dan pemain judi) dan juga
menyebabkan demokrasi yang berkembang akhirnya adalah demokrasi semu (pseudo
democracy) dan demokrasi hybrid. Praktek politik uang dalam pemilihan kepala desa
didukung dengan pendapat Syamsuddin Haris (2004:1) bahwa praktik politik uang
dalam pemilihan kepala desa merupakan realitas sosial dan politik yang memiliki pola
(pattern), dalam prosedur politik dan demokrasi diaras rakyat, berlangsung sebagai
sebuah kebiasaan dan kewajaran.
Penulisan jurnal ini sudah lengkap dengan meyertakan metode kualitatifdeskriptif, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik pengujian. Konsepkonsep yang dijelaskan dalam jurnal dapat diilustrasikan:
Pola politik uang:
- Komponen pelaku
- Komponen strategi
- Sistem nilai yang
menggerakkan
Aktor:
- Pelaku langsung
- Pelaku tidak
langsung
Partisipasi
pemilih
Gambar 1. Bagan konsep jurnal judul praktik politik uang dalam Pemilihan
kepala desa (studi di Desa Pakandang Barat Bluto Sumenep Madura)
3
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan nama
penerbit
Nama Jurnal
Volume
(Edisi):
Hal
:
:
:
:
:
:
:
:
Dinamika Politik Pilkades di Era Otonomi
Daerah, Studi tentang Relasi Politik Calon
Kepala Desa dengan Para Pemilih Pilkades
2011
Jurnal
Elektronik
Alamsyah, SIP, M.si
Ogan Ilir
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, UNISRI
Jurnal TAMANPRAJA
1 (1): ISSN: 2087 - 9598
7
Alamat URL/doi
:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&e
src=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ve
d=0CDYQFjADahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4
KHZrPADM&url=http%3A%2F%2Feprints.uns
ri.ac.id%2F462%2F1%2FDINAMIKA_POLITI
K_PILKADES_DI_ERA_OTONOMI_DAERA
H.pdf&usg=AFQjCNGUErTtcflOUkDEgN6zW
NpFfNUcHA&bvm=bv.104615367,d.c2E
Tanggal diunduh
: 9 Oktober 2015
Ringkasan Pustaka
Pasca reformasi 1998, Indonesia mengalami perubahan sistem politik yang
signifikan yaitu demokratisasi, baik dalam kehidupan politik maupun ekonomi.
Hubungannya dengan desa adalah mengenai sistem pemilihan umum, dan hubungan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, komponen-komponen tersebut
sangat berpengaruh terhadap kehidupan politik desa dan secara tidak langsung
berpengaruh terhadap peran penduduk desa. Sistem kepartaian di Indonesia menerapkan
sistim multi-partai diiringi dengan pencabutan politik masa mengambang yang
konsekuensinya penduduk desa bebas untuk menjadi bagian politik dan frekuensi
penduduk desa untuk memilih menjadi tinggi dalam hubungannya dengan pemilihan
umum. Sementara itu saat reformasi merubah hubungan pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah melalui kebijakan desentralisasi yang diaplikasikan sejak 1999, jarak
proses pembuatan keputusan politik semakin pendek dan pemerintah daerah semakin
memiliki cara untuk mempercepat pembangunan daerah.
Jurnal ini tidak berpretensi untuk menganalisis demokratisasi di era desentralisasi
secara utuh melainkan, ia diarahkan untuk menganalisis relasi calon kepala desa dengan
para pemilih di era desentralisai karena diduga desentralisasi yang meningkatkan
frekuensi pengalaman para pemilih dalam pemilihan umum akan menciptakan para
pemilih yang semakin rasional. Analisis menganai hubungan relasi di era desentralisai
yang berpengaruh terhadap pemilihan umum inilah yang menjadi tujuan jurnal.
Tulisan dalam jurnal ini mereview mengenai model-model teoritik yang telah
dikembangkan beberapa ilmuwan politik untuk memahami interaksi kandidat dengan
para pemilih. Berdasarkan studi-studi yang pernah dilakukan mengenai model-model
maka dalam jurnal ini juga menawarkan kerangka pikir alternatif untuk memahami
calon kepala desa dengan pemilih, dan dalam sebagian variabel kerangka befikirnya
digunakan untuk menganalisis Pilkades Kembangsri 2010. Sehingga dapat dikatakan
metode yang digunakan oleh penulis dalam jurnal ini adalah analisis data sekunder dan
literatur, dan selanjutnya dikembangkan oleh penulis jurnal.
Jurnal ini dimulai dengan memuat makna dan sistem pemilihan umum. Pemilihan
umum merupakan fenomena politik yang bisa dijelaskan dari dimensi sistem,
kontestasi, proses, nilai dan norma, dan metode tertentu, namun muatan-muatan tersebut
bisa berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Pemilihan umum
bersifat universal karena ditetapkan di semua negara pemerintahan demokrasi. Dilihat
dari sistemnya, ada dua sistem pemilihan umum, yakni sigle member electoral system,
dimana wilayah negara dibagi ke dalam banyak daerah pemilihan dan hanya satu wakil
dari setiap daerah pemilihan, lalu ada proportional representation electoral system,
dimana wilayah negara dibagi dalam banyak daerah pemilihan dan setiap daerah
pemilihan dapat diwakili oleh beberapa orang.
Pemilih dan kandidat merupakan subyek dalam pemilihan umum. Keduanya
mempresentasikan warga negara yang memiliki hak konstitusional untuk dipilih
8
dan/atau memilih. Ada beberapa teori yang dikembangkan oleh ilmuwan politik untuk
menjelaskan persoalan perilaku pemilih. Menurut Adams, Merrill III, dan Grofman
(2005) ada tiga sudut pandang, yakni: model spatial (para pemilih termotivasi akibat
serangkaian kebijakan yang ditawarkan, sedang, dan/atau dijalankan kandidat), model
behavioral (keputusan para pemilih dipengaruhi oleh faktor kebijakan, indentifikasi
partai politik, karakteristik sosio-demografis, dll), model party competition (perilaku
pemilih dipengaruhi faktor loyalitas, menganalisis program). Sementara itu, Lau dan
Relawsk (2006: 3-46) menunjukkan lima model untuk memahami pemilih dalam
pemilihan umum, yakni: model rational choise, model confirmatory desicion making,
model fast and frugal desicion making, dan model semiautomatic intuitive desicion
making, dan model oriented desicion making. Model Lau dan Relawsk (2006: 22)
memiliki kelebihan yaitu pada model process-oriented decision making, dimana pada
model inimemberikan perhatian lebih kepada bagaimana pemilih memperoleh,
memproses, dan mengevaluasi informasi yang diterima untuk menentukan keputusan
akhir yang diambil dalam pemilihan umum. Sedangkan Thomassen (2005) menjelaskan
keputusan pemilih itu bisa dikarenakan oleh variabel agama, kelas sosial, identifikasi
partai, orientasi nilai dan ideologi, isu-isu politik, pertimbangan retrospektif, pemimpin
politik, dan konteks kelembagaan politik. Beberapa studi teori yang ada, maka
framework alternati jurnal ini menjelaskan bahwa pilkades sebagai proses politik terjadi
dalam latar sosial tertentu. Dari sisi calon kepala desa ada empat variabel yang
mempengaruhi, yakni: kelas sosial, kebijakan, image politik, media dan informasi
komunikasi beserta isu-isunya. Dari sisi pemilih, yakni: variabel kelas sosial, motivasi,
evaluasi retrospektif dan kapasitas mengolah informasi, media dan informasi
komunikasi beserta isu-isunya.
Pilkades Kembangsari 2010 dimenangkan oleh anak muda yang bernama Ahmad
Malawi, S,Kom. Kemenangan ini didapat karena image politik positif, image negatif
yang dimiliki incumbent, lalu kemampuan para pemilih pilkades Kembangsri 2010
untuk melakukan evaluasi retrospektif terhadap incumbent. Kasus pilkades Kembangsri
2010 menunjukkan bahwa pemilih semakin rasional meskipun mayoritas pendidikan
terakhir mereka hanya sampai pada pendidikan dasar.
Penelitian ini memiliki kesimpulan bahwa pertama: model-model teoritik yang
telah dikembangkan oleh ilmuwan politik untuk memahami anatar kandidat dan
pemilih pemilu perlu dimodifikasi, kedua: pemilih pilkades cenderung rasional
meskipun mayoritas dari mereka hanya berpendidikan sekolah dasa. Saran yang bisa
diberikan dalam junal bahwa perlu dilakukan riset dengan smple lebih besar untuk
menguji kerangka pikir nexus candidate-voter.
Analisis Pustaka
Jurnal ini menjelaskan bagaimana proses pemilihan umum saat desentralisasi
mulai diterapkan oleh pemerintah, lalu bagaimana relasi antara pemilih dan calon
pemilih itu sangat berpengaruh terhadap pemilihan umum dan bagaimana modelmodel teori politik diuraikan serta ditelisik kekurangannya sehingga dari model-model
teori tersebut penulis membuat kerangka berfikir yang digunakan untuk menganalisis
studi kasus pemilihan kepala desa Kembangsri 2010.
9
Gambar 2. Framework penulis mengenai relasi politik kandidat
dan pemilih dalam Pilkades Kembangsri 2010
Kerangka pikir yang dibuat oleh penulis dilihat dari apa yang melekat pada calon
kepala desa yang bisa digunakan untuk mempengaruhi pemilih, sedangkan pada pemilih
kepala desa penulis menuliskan perilaku yang mempengaruhi pemilih dalam memilih
kepala desa. Berdasarkan jurnal penulis, terbukti bahwa kerangka pikir penulis dapat
digunakan untuk menganalisis pemilihan kepala desa Kembangsari 2010, namun untuk
digunakan dalam menganalisis pemilihan umum yang lebih tinggi seperti Pilkada atau
pemilihan presiden, perlu dilakukan uji lagi dengan cangkupan wilayah yang lebih luas.
Kekurangan dalam jurnal ini adalah kejelasan hubungan antara kerangka pikir
yang dibuat oleh penulis dengan studi kasus yang diteliti, tidak ada rincian bagaimana
kerangka pikir ini digunakan dan dalam tahapan yang bagaimana kerangka ini
digunakan. Serta tidak ada rincian lebih mengenai teori-teori mana dan pada bagian apa
diambil untuk dijadikan acuan dalam pembuatan kerangka pikir penulis. Juga tidak ada
kejelasan bagaimana metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini ataupun dalam
hubungannya dengan studi.
4
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan nama
penerbit
Nama Jurnal
:
:
:
:
:
:
:
Gaya Komunikasi Calon Kepala Desa Dalam
Pemilihan Kepala Desa 2013 (Penelitian Pada
Pemilihan Kepala Desa di Desa Nglumpamg
Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo)
2014
Jurnal
Elektronik
Niken Lestari
Ponorogo
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, UMP
Jurnal Aristo
10
Volume
(Edisi): :
Hal
Alamat URL/doi
:
2:No: 1
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&e
src=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ve
d=0CDYQFjADahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4
KHZrPADM&url=http%3A%2F%2Feprints.uns
ri.ac.id%2F462%2F1%2FDINAMIKA_POLITI
K_PILKADES_DI_ERA_OTONOMI_DAERA
H.pdf&usg=AFQjCNGUErTtcflOUkDEgN6zW
NpFfNUcHA&bvm=bv.104615367,d.c2E
Tanggal diunduh
: 9 Oktober 2015
Ringkasan Pustaka
Kepala desa dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan kepala desa.
Masa jabatan kepala desa adalah 6 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1
kali masa jabatan berikutnya. Di Kabupaten Ponorogo tahun 2013 hampir seluruh desa
mengadakan Pilkada, demikian juga Desa Nglumpang. Berdasarkan peraturan daerah
sebelum habis masa jabatan kepala desa akan dilaksanakan pemilihan kepala desa agar
tidak terjadi kekosongan. Meskipun pendaftaran bakal calon kepala desa belum dimulai
namun beberapa bakal calon kepala desa sudah mulai melakukan pendekatan dengan
berkomunikasi kepada tokoh-tokoh masyarakat. Komunikasi yang dilakukan antara
bakal calon satu dengan yang lainnya saling berbeda dan menggunkan gaya komunikasi
yang berbeda-beda juga. Diketahui ada 3 bakal calon kepala desa yang
mengkomunikasikan bahwa dirinya akan mendaftar. Namun setelah mendekati hari
penutupan hanya 1 orang saja yaitu Bapak Sucipto. Dari beberepa fenomena tersebut
maka perlu adanya penelitian tentang gaya komunikasi kepala desa dalam pemilihan
kepala desa Nglumpang. Gaya komunikasi apa saja yang diterapkan oleh calon kepala
desa Nglumpang inilah tujuan penulisan jurnal.
Metode yang digunakan dalam jurnal ini menggunakan teknik indept interview
atau wawancara mendalam. Interview didalam jurnal ini dimaksudakan untuk informan
dengan cara tidak terstruktur, pertanyaan bersifat terbuka, mendalam, dan non-formal.
Komunikasi dibutuhkan semua orang untuk saling berkomunikasi dan saling
memberikan pesan, sehingga nantinya timbul pemahaman dari pesan yang diberikan.
Ada pendapat mengatakan bahwa timbulnya perselisihan bahkan konflik, terutama
disebabkan oleh tidak adanya komunikasi yang efektif antara pihak-pihak yang saling
berhubungan, baik melalui lisan maupun non-lisan. Begitu juga dengan Bapak Sucipto,
dalam masa pencalonnanya menjadi kepala desa Bapak Sucipto dikenal sebagai orang
yang rajin, sholeh, ramah, dan mau bekerja keras, maka diketahui bahwa gaya
komunikasi yang digunakan adalah gaya komunikasi low context. Ini terbukti dari
keaktifan Bapak Sucipto yang pernah menjadi ketua PNPM Mandiri desa, selain itu
juga terbukti dari cara Bapak Sucipto meminta doa dan memperkenalkan dirinya yang
akan mencalonkan diri sebagai kepala desa, yaitu dengan mengikuti pengajian, dan
sowan ke tokoh masyarakat selain itu para tokoh pengisi pengajian malam Jumat juga
memberikan anjuran agar memilih Bapak Sucipto. Setelah proses pemilihan dilakukan,
diketahui bahwa dari 1.466 orang pemilih ada 1.156 yang memilih Bapak Sucipto
sebagai kepala desa Nglumpang. Dikatakan dengan gaya komunikasi rendah yang
dilakukan oleh Bapak Sucipto maka membawa situasi politik yang tenang, damai, dan
aman.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulannya: pertama, sebagai calon
pemimpin atau kepala desa di Desa Nglumpang, Kecamatan Mlarak, Kabupaten
11
Ponorogo, Bapak Sucipto memperoleh kemenangan mutlak dengan perolehan suara
signifikan dan mampu membawa suasana politik yang aman, damai dan tenang, serta
mempunyai kemampuan memilih gaya komunikasi sangat efektif sehingga mampu
menarik simpati dari mayoritas pemilih yang mempunyai karakter berbeda-beda.
Kedua, gaya komunikasi politik yang digunakan calon kepala desa Nglumpang
dikategorikan sebagai gaya komunikasi konteks rendah atau Low Context. Saran yang
perlu disampaikan agar para calon pemimpin baik ditingkat desa maupun tingkat yang
lebih tinggi hendaknya mampu menggunakan komunikasi yang efektif dan memilih
gaya komunikasi yang tepat, sehingga politik uang atau korupsi dapat diantisipasi.
Analisis Pustaka
Jurnal ini menjelaskan bagaimana gaya komunikasi low context yang dilakukan
oleh Bapak Sucipto sebagai calon kepala desa Nglumpang baik secara verbal maupun
non-verbal sangat berpengaruh terhadap hasil pemilihan, meskipun sudah diketahui
sejak lama bahwa Bapak Sucipto memang memiliki sikap dan gaya komunikasi low
contex. Adanya peran serta para pendukung Bapak Sucipto atau tim sukses dan peran
tokoh atau bisa dimasukkan kedalam bentuk dukungan non-verbal juga membantu
dalam hasil pemilihan yang diinginkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan wawancara mendalam. Konsep dalam penelitian ini dapat dilustrasikan dengan
bagan sebagai berikut:
Gaya Komunikasi:
- High context
- Low context
Hasil Pemilihan
Gambar 3. Bagan konsep jurnal judul gaya komunikasi calon
kepala desa dalam pemilihan kepala desa 2013 (penelitian
pada pemilihan kepala desa di Desa Nglumpamg Kecamatan
Mlarak Kabupaten Ponorogo)
5
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan nama
penerbit
Nama Jurnal
Volume
(Edisi):
Hal
:
:
:
:
:
:
:
:
Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa
(Studi Kasus di Desa Jatirejo Kecamatan
Banyakan Kabupaten Kediri)
2015
Jurnal
Elektronik
Mohamad Amaru
Malang
Jmsos Student Jurnal, UB
Jurnal Mahasiswa Sosiologi
2, No.1
-
12
Alamat URL/doi
:
http://jmsos.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jm
sos/article/view/60
Tanggal diunduh
: 26 Oktober 2015
Ringkasa Pustaka
Fenomena politik uang tidak hanya terjadi pada pemilihan umum ditingkat pusat
maupun tingkat daerah tetapi juga terjadi pada tingkat pemilihan desa. Seperti halnya
pemilihan kepala desa di Kabupaten Kediri, salah satunya di Desa Jatirejo Kecamatan
Banyakan. Secara umum pelaksanaan pemilihan kepala desa ini hampir sama dengan
desa lainnya, namun iklim politik Desa Jatirejo memiliki perbedaan dimana terjadi
persaingan yang sangat ketat diantara dua calon kepala desa sehingga menyebabkan
munculnya sensitifitas antar pendukung yang sangat tinggi dan berpotensi besar
menimbulkan konflik. Selain itu persaingan politik uang diantara kedua kubu kandidat
juga tidak bisa dihindarkan.
Penelitian mengenai politik uang kepala desa di Desa Jatirejo dalam jurnal ini
memiliki beberapa tujuan, yakni: pertama, peneliti ingin melihat dan menggambarkan
bentuk-bentuk praktik politik uang dalam pemilihan kepala desa. Kedua, peneliti ingin
melihat kesadaran agen dan menghubungkannya dengan rasionalitas agen didalam
kontestasi pemilihan kepala desa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Dalam melakukan penelitian informan penelitian menggunakan teknik purposive
dan snowball dengan menentukan informan berdasarkan kebutuhan data. Sedangkan
data penelitian ini diperoleh melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teori strukturasi dari Anthony Giddens digunakan dalam penelitian ini sebagai alat
analisis praktik politik uang dan kesadaran dalam konstasi pemilihan kepala desa.
Politik uang didalam pemilihan kepala desa tidak terlepas dari agen yang terlibat.
Dimana dalam praktik politik uang, tindakan agen didasari atas motivasi dan motif.
Terlihat dalam teori strukturasi Giddens (2010) ada struktur yang bermain dalam praktik
politik uang maupun kesadaran agen saat kontestasi pemilihan kepala desa, yaitu
permainan struktur dimulai oleh agen dengan munculnya struktur wacana S-D-L
(Signifikasi, Dominasi, Legitimasi), lalu berubah menjadi D-S-L (Dominasi, Signifikasi,
Legitimasi). Maksud dari struktur tersebut adalah signifikasi digunakan untuk
menentukan siapa calon yang akan diusung, dominasi digunakan saat membentuk tim
kemenangan, sedangkan legitimasi digunakan untuk pengesahan agen dalam pemilihan
kepala desa. Kemudian setelah mempunyai legitimasi atas masing-masing status,
strukturpun berubah dan tereproduksi sebagai stuktur baru, dimana dominasi peran
berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat. Didalam struktur inilah praktik politik
uang dimainkan sebagai upaya pemenangan kandidat calon kepala desa. selain itu
dominasi yang terbentuk membuat suatu bentuk hubungan agen-agen di dalam
pemerintahan desa, signifikasi mengacu pada wacana yang dibangun untuk mencapai
segala tujuan ekonomi, lalu legitimasi digunakan untuk kebijakan-kebijakan dari
pemerintah tentang tujuan ekonomi.
Kesimpulan dalam penelitian ini diketahui lebih luas dari proposisi awal yang
dibuat oleh penulis. Pertama pada praktik politik yang telah terjadi dilakukan oleh tiga
agen yaitu calon kepala desa, tim sukses dan pemilih. Praktik politik uang dilakukan
melalui sumbangan maupun janji-janji politik pada pemilih. Kedua, bahwa dalam
melakukan tindakannya, para agen mempunyai motivasi yang mengarah pada
keinginan-keinginan secara verbal, juga mengarah pada motivasi ekonomi sebagai
alasan mendasar dalam pastisipasi pemilihan kepala desa.
13
Analisis Pustaka
Jurnal penelitian ini menjelaskan bahwa politik uang sudah lama terjadi di daerah
Kabupaten Kediri sehingga dapat dipastikan setiap pemilihan umum akan terjadi praktik
politik uang. Begitu juga dengan pemilihan kepala desa, dalam jurnal ini dijelaskan
bagaimana peran agen sangat mendominasi dalam proses pencalonan sampai proses
rumahtangga pemerintahan desa setelah kepala desa terpilih.
Jurnal penelitian ini sesungguhnya sudah baik dalam perincian proses politik uang
dan bagaimana hubungan agen dengan calon kepala desa, namun dalam menjelaskannya
penulis menulisakan serangkaian prosesnya dalam studi pustaka, sehingga analisis
pembahasan yang disajikan menjadi terlihat sebagai penutup. Lalu metode yang
digunakan penulis seharusnya didukung degan metode kuantitatif sehingga akan
menguatkan hasil dari metode kualitatif. Berikut konsep ilustrasi dari jurnal:
Agen-agen
Politik uang:
- Uang
- Janji
Pemilihan
Calon Kepala
Desa
Gambar 4. Bagan konsep jurnal judul politik uang dalam pemilihan kepala
desa (studi kasus di Desa Jatirejo Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri)
6
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan nama
penerbit
Nama Jurnal
Volume
(Edisi):
Hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kekuasaan dan Wibawa Kepala Desa: Kajian
Tentang Upaya Kepala Desa Memperoleh dan
Mempertahankan
Kekuasaan
di
Desa
Watudandang Kecamatan Prambon Nganjuk
2015
Jurnal
Elektronik
Agatha Awwala Richa
Surabaya
Uneversitas Airlangga
Jurnal Politik Muda
Vol: 4, No.1
93 – 99
http://journal.unair.ac.id/kekuasaan-dan-wibawakepala-desa-article-8686-media-80-category8.html
Tanggal diunduh
: 11 November 2015
Ringkasan Pustaka
Kekuasaan sangatlah penting untuk kepentingan, baik kepentingan perseorangan
maupun kepentingan kelompok dan legitimasi kekuasaan diperlukan bagi siapapun
untuk berkuasa. Kekuasaan yang berlegitimasi dapat diperoleh dengan menduduki suatu
jabatan, salah satu jabatan tertinggi dalam pemerintahan desa yaitu menjadi kepala desa.
14
Oleh sebab itu banyak masyarakat yang berlomba-lomba untuk mendapatkan jabatan
kepala desa. dalam mendapatkan jabatan kepala desa tersebut berbagai macam faktor
dapat mendukung seseorang agar terpilih menjadi kepala desa. Cara-cara yang
dilakukan oleh masyarakatpun sangat beragam dan setiap daerah model perebutan
kekuasaan desa berbeda-beda.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuasaan dan legitimasi
kepala desa dengan membuktikan adanya faktor pendukung mendapatkan kekuasaan
dengan melalui sumber-sumber kekuasaan dan pemanfaatnnya yang bertujuan untuk
memperoleh legitimasi masyarakat, serta upaya dalam mempertahankan legitimasi.
Metode yang digunakan penlitian ini adalah metode kualitatif dimana dalam
memperoleh informasi maupun data menggunakan wawancara mendalam. Sedangkang
teknik pengumpulan data dilakungan dengan teknik puposive sampling, yakni teknk
sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan
tertentu dalam pengambilan samplenya (Idrus 2009: 96).
Kekuasaan merupakan salah satu konsep yang sangat melekat pada dimensi
kehidupan politik. Dalam mempertahankan kekuasaan kepala desa Sajuli memiliki
sumber-sumber kekuasaan dan menjadi faktor dalam memperoleh kekuasaan. Adapun
faktor tersebut adalah:
1. Kekayaan dan harta benda, Sajuli dikenal sebagai tuan tanah yang bersahaja.
Melalui kekayaannya Sajuli membantu memberikan lapangan pekerjaan,
sehingga menimbulkan hubungan patron-klien
2. Jabatan, dimana Sajuli sebelum menjabat sebagai kepala desa merupakan salah
satu anggota polisi. Sajuli dikenal sebagai orang yang suka membantu warga
jika berhubungan dengan kepolisian serta Sajuli juga sering turut andil dalam
proses politik di desa.
3. Keahlian, Sajuli memiliki keahlian dalam bidang pengobatan tradisional melalui
pijat tradisional dan terapi bekam. Maka dengan keahlian itu Sajoli membantu
masyarakat yang mempercayakan pijat dan bekam kepadanya.
4. Status sosial, Sajuli merupakan keturunan dai pamong desa terdahulu. Meskipun
status sosial bukan merupakan salah satu syarat, namun status sosial menjadi
bahan pertimbangan untuk memilih calon penguasa.
5. Popularitas, Sajuli dikenal dimasyarakat melalui berbagai kegiatan, sikap dan
tindakan yang dilakukan.
6. Kemampuan pers
Legitimasi yang sah dilakukan dengan penyelenggaraan pemilihan umum dan
memenangkannya, sedangkan cara untuk mempertahankan legitimasinya adalah dengan
membangun citra diri dan menjadi sosok yang ideal sebagai seorang pemimpin. Seperti
kepemimpinan dijawa ada dua tipe kepimpinan yaitu kepemimpinan beorientasi moral
dan pemimpin yang orientasinya ke atas dan keluar.
Kesimpulan penelitian jurnal ini adalah adanya faktor yang mendukung dalam
kekuasaan kepala desa, berupa: popularitas, kekayaan dan harta benda, keahlian pijat
tradisional, status sosial Sajuli yang merupakan keluarga kepala desa terdahulu, dan
jaringan relasi Sajuli yang memiliki keluarga hampir disetiap desa di Watudandang.
Serta dalam memperoleh legitimasi yang sah, Sajuli melakukan berbagai upaya seperti
mempertahankan tradisi, pembangunan desa, dan melaksanakan tuntutan moral melalui
tutur dan adabnya.
15
Analisis Pustaka
Jurnal ini menjelaskan bagaimana kekuasaan dan wibawa berpengaruh terhadap
mempertahankan kedudukan sebagai kepala desa. Dimana seorang kepala desa akan
dipertahankan oleh warganya saat keberadaanya dalam memimpin memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat. Jurnal ini memang menjelaskan faktor-faktor
pendukung kekuasaan seperti tertulis dalam tujuan dan juga menjelaskan mengenai
upaya penguasa mempertahankan kekuasaannya, namun penjelasan dalam jurnal
banyak berupa penjelasan secara teori, sedangkan penjelasan yang dihubungkan dengan
kajian kasus yang diangkat hanya sedikit dibahas menyebabkan penjelasan kurang
terkait anatara bagian satu dengan bangian lainnya.
Metode yang digunkan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan teknik wawancara mendalam, seharusnya metode penilitian bisa ditamban
dengan metode kuantitatif agar data yang diperoleh semakin kuat. Hubungan antara
faktor pendukung dan pemertahanan legitimasi saling berkaitan, dikarenakan untuk
membuat kekuasaan yang dimiliki kepala desa Watudandang bertahan. Berikut bagan
konsep penelitian:
Faktor mendukung:
1. Kekayaan dan harta
2. Jabatan
3. Keahlian
4. Status sosial
5. Popularitas
6. Kemampuan pers
Mempertahankan
kekuasaan
Mempertahankan legitimasi:
1. Mempertahankan tradisi
2. Pembangunan desa
3. Melaksanakan tuntutn moral
Gambar 5. Bagan konsep jurnal judul kekuasaan dan wibawa kepala
desa: kajian tentang upaya kepala desa memperoleh dan mempertahankan
kekuasaan di Desa Watudandang Kecamatan Prambon Nganjuk
7
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan nama
penerbit
Nama Jurnal
Volume
(Edisi):
:
:
:
:
:
:
:
:
Kepemimpinan Politik Transformatif di Desa
Ngangkatan Kecamatan Rejoso Kabupaten
Nganjuk
2015
Jurnal
Elektronik
Artina Vita Ningrum
Surabaya
Universitas Airlangga
Jurnal Politik Muda
Vol.4, No.2
16
Hal
Alamat URL/doi
:
210 – 218
http://journal.unair.ac.id/kepemimpinan-politiktransformatif-di-desa-ngangkatan-kecamatanrejoso-kabupaten-nganjuk-article-9674-media80-category-8.html
Tanggal diunduh
: 11 November 2015
Ringkasa Pustaka
Desa di Indonesia kini ditempatkan sebagai subyek pembangunan. Tujuan dari
pembangunan desa oleh negara adalah agar desa menjadi maju atau kemajuan desa dan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa. Peningkatan dan kemajuan desa tidak
dapat terlepas dari peran serta kepala desa beserta perangkat desanya dan partisipasi
masyarakat desa, serta tidak lupa sumberdaya yang ada di desa itu sendiri. Keberhasilan
dalam pembangunan desa tidak bisa lepas dari konsep kepemimpinan yang diterapkan
oleh kepala desa, mulai dari selalu berkonstribusi dan bekerjasama dengan perangkat
desa dan masyarakat desa, selalu mendengarkan aspirasi masyarakat, pengambilan
keputusan dengan pertimbangan-pertimbangan para masyarakat desa, sampai pada
proses pelaksanaan dan nantinya sampai kepada keberlanjutan. Begitu pula dengan
Desa Ngangkatan yang dipimpin oleh Agus Pratono, setelah terpilih dan pada masa
kepemimpinannya Desa Ngangkatan menjadi lebih baik mulai dari kemajuan dibidang
infrastruktur, kepemudaan dan politik, dan serta sifat gotong royong dan guyup rukun
menjadi kepribadian masyarakat.
Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
kepemimpinan kepala desa dari sisi internal mupun eksternal. Sisi internal berupa
bagaimana pengambilan keputusan sehingga diketahui hubungan kepala desa dengan
masyarakat, sedang sisi eksternal lebih kepada bagaimana peran kepala desa
Ngangkatan dalam organisasi ekstrenal desa.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik wawancara, sedangkan metode untuk menganalisis peneliti
menggunakan teknik kualitatif.
Kepemimpinan transformatif yaitu kepemimpinan dimana semua hal yang
dilakukan oleh pemimpin dengan pihak lainbertujuan mengangkat ke tingkat moral,
motivasi dan kegiatan yang lebih tinggi. Sumber kekuasaan yang dimiliki tidak untuk
tawar-menawar tetapi digunakan bersama untuk mencapai tujuan bersama (James
Macgregor Burns). Sedangkan Bernard M. Bass mengemukakan komponen
kepemimpinan transformatif ada: pemimpin yang kharismatik, motivasi yang
menginspirasi, stimulasi intelektual, dan kosiderasi individu.
Kepemimpinan transformatif kepala desa Ngangkatan memberi kemajuan
terhadap kehidupan masyarakat Desa Ngangkatan baik dari segi fisik berupa
pembangunan infrastruktur desa maupun dari segi non fisik berupa partisipasi penuh
dari elite internal (elite-elite yang ada dalam pemerintahan desa) dan elite eksternal
(elite yang berada di luar pemerintahan desa: karang taruna, tokoh agama, dan tokoh
pendidikan) pemerintahan desa. Setiap keputusan pembangunan desa akan diputuskan
melalui murendes (musyawarah rembuk desa), namun sebelum dilakukannya murendes
kepala desa akan mealakukan rapat internal terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan
pembicaraan dengan petani, setelah itu baru dilakukan murendes. Peran petani sangat
penting dikarenakan hampir mayoritas penduduk Desa Ngangkatan berprofesi sebagai
petani. Pada dasarnya setiap pembangunan desa didasari dari aspirasi masyarakat yang
disampaikan ke RT lalu berlanjut ke tingkat desa, sehingga setiap pembangunan yang
dikerjakan memberi manfaat yang pasti bagi masyarakat. Cara inilah inilah yang
17
digunakan kepala desa untuk membangun kreatifitas masyarakat, menumbuhkan
semangat gotong-royong, memenuhi kebutuhan masyarakat, dan menjadikannya teladan
bagi masyarakat Desa Ngangkatan. Kepemimpinan kepala desa Ngangkatan tidak hanya
dilakukan di desa saja, namun juga di luar desa melalui keikutsertaannya dalam
oraganisasi Parade Nusantara sebagai bendahara, PSSI sebagai bendahara dan PBSI
sebagai wakil ketua. Di masing-masing organisasi tersebut peran yang dijalankan kepala
desa dilakukan dengan baik, baik dalam bentuk kinerja maupun dalam bentuk
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang dibawanya.
Kesimpulan dari penelitian ini berupa masyarakat memiliki peran sangat penting
dalam kehidupan pemerintahan desa dengan cara berpartisiapasi dalam proses
pembuatan keputusan, dan kepala desa sangat memberikan perhatian terhadap
masyarakat mealui prioritas kebutuhan. kepala desa Ngangkatan selain menjadi
pemimpin pemerintahan desa juga memiliki struktural lain dalam beberapa organisai
tingkat kabupaten, dan setiap amanah yang diembannya kepala desa Ngangkatan selalu
melakukannya dengan baik dan bertanggung jawab.
Analisis Pustaka
Jurnal ini menjelaskan mengenai kepemimpinan trnasformatif yang dilakukan
oleh kepala desa Ngangkatan sehingga memberikan dampak bagi keikutsertaan semua
komponen masyarakat dalam menjalankan kehidupan pemerintahan Desa Ngangkatan.
Dikarenakan jurnal ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif maka
penjelasan yang terdapat dalam jurnal juga sesuai dengan metode yang dilakukan.
Jurnal ini akan lebih baik jika metode kuantitaif juga digunakan, karena datanya akan
lebih jelas dan akurat terutama mengenai keikutsertaan masyarakat. Bisa dihitung
apakah jumlah masyarakat yang ikut serta dalam setiap kegiatan pemerintahan desa
sudah menggambarkan jumlah masyarakat Desa Ngangkatan secara keseluruhan.
Jurnal ini sudah menjelaskan antara teori yang digunakan dan mendukung dalam
penulisan hasil penelitian, namun dalam penggunaannya teori tidak dilengkapi dengan
tahun sehingga tidak sesuai dengan penulisan penggunaan teori pada umumnya.
8
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan nama
penerbit
Nama Jurnal
Volume
(Edisi):
Hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Peran Kepala Desa dalam Pelaksanaan
Pembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten
Tana Tidung (Studi Kasus di Desa Tanah Merah
dan Desa Sambungan)
2015
Jurnal
Elektronik
Hermansyah
Samarinda
FISIP Universitas Mulawarman
eJurnal Pemerintah Integratif
Vol.3, No.2
351 – 362
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&e
src=s&source=web&cd=41&cad=rja&uact=8&v
ed=0CBoQFjAAOChqFQoTCOnIk-f38gCFYillAod1DUPTg&url=http%3A%2F%2F
ejournal.pin.or.id%2Fsite%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2015%2F04%2FJURN
18
AL%2520HERMANSYAH%2520(04-28-15-011508).pdf&usg=AFQjCNGwj_xtCYHlNoHeXzTp
utznYmRMdA&sig2=fHD9rxI7Eequ5hNmb9Rv
IA&bvm=bv.105841590,d.dGo
Tanggal diunduh
: 26 Oktober 2015
Ringkasan Pustaka
Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik dengan menganut
azas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dimana negara memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah,
yang mana masing-masing daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Kabupaten Tana Tidung merupakan kabupaten yang baru saja dibentuk Tahun 2007
berdasarkan Perpres No.10 Tahun 2013 oleh sebab itu Kabupaten Tana Tidung sedang
giat melakukan peningkatan pembangunan, dan Kecamatan Tana Lia merupakan salah
satu kecamatan di Kabupaten Tana Tidung yang didlamnya terdapat Desa Tana Merah
dan Desa Sambungan.
Penelitian dalam jurnal ini membahas tentang peran kepala desa dalam
pelaksanaan pembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung khususnya di
Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan yang bertujuan untuk mengetahui
perbandingan peran kepala desa, serta ingin mengetahui faktor yang menjadi
pendudukung dan penghambat kepala desa.
Metode penelitian dalam penelitian menggunakan cara pengumpulan data melalui
penelitian kepustakaan, penelitian lapang (observasi), wawancara dan penelitian
dokumen, dengan narasumber kepla desa, pegawai kantor kepala desa, dan masyarakat
yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Data-data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan analisis data kualitatif.
Kepala desa sebagai pemimpin pada hakekatnya harus memiliki kemampuan
untuk memotivasi masyarakatnya, kemampuan ini berguna dalam menentukan
pembangunan didaerah kekuasaanya dan dalam mencapai tujuan. kepala desa sebagai
seorang fasilitator, dimana kepala desa memiliki suatu hak dalam menentukan
perkembangan wilayahnya seperti memberikan atau mewujudkan pelayanan yang bagi
masyarakat, seperti merancang pembangunan dan aturan rambu-rambu kehidupan
masyarakat. Serta kepala desa sebagai seorang mediator sangat diperlukan saat
penyelesaian masalah karena hal-hal tersebut menjadi fungsi dan tanggung jawab kepala
desa.
Kesimpulan dari penelitian junal ini adalah kepala desa Tanah Merah telah
menjalankan perannya sebagai motivator, fasilitator, dan menjalankan perannya sebagai
seorang mediator dalam kegiatan dan pesta demokrasi, ini dibuktikan dari pendapat
masyarakat Tanah Merah saat wawancara. Sedangkan kepala desa Sambungan tidak
menjalankan perannya dengan justru dinilai kurang dalam menjalankanperannya
sebagai kepala desa. Kepala desa Sambungan tidak pernah hadir saat gotong-royong,
jarang memberikan motivasi, dan lebih sibuk mengurusi usaha kecilnya. Jadi dapat
dikatakan peran yang dilakukan antara kepala desa Tanah Merah dengan Kepala Desa
Sambungan saling berbanding terbalik.
Analisis Pustaka
Jurnal ini menjelaskan peran kepala desa yang menjadi pokok dalam kehidupan
pembangunan suatu desa dimana kasus yang diambil dalam jurnal ini adalah Desa Tana
19
Merah dan Desa Sambungan. Didalam jurnal ini ada tiga inti peran kepala desa yaitu
kepala desa sebagai seorang motivator, seorang fasilitator, dan seorang mediator,
adanya ketiga peran kepala desa menentukan bagaimana kemajuan maupun
kemunduran pembangunan desa tersebut.
Jurnal penelitian ini sudah menjelaskan peran kepala desa secara singkat
menggunakan teori-teori, namun dalam penjelasan penelitian penulis tidak
menghubungkan peran kepala desa Tana Merah dan Desa Sambungan melainkan hanya
berupa kesimpulan diakhir, sehingga menyebabkan proses yang ingin dijelaskan yaitu
ingin membandingkan antara peran kepala desa Tana Merah dengan kepala desa
Sambungan tidak tercapai. Berikut bagan konsep jurnal:
Motivator
Peran Kepala Desa
Fasilitator
Mediator
Gambar 6) konsep jurnal judul peran kepala desa dalam pelaksanaan
pembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung (studi
Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan)
9
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan nama
penerbit
Nama Jurnal
Volume
(Edisi):
Hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
Tanggal diunduh
Rangkuman Pustaka
:
:
:
:
Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan
Fungsi Kepala Desa sebagai Opinion Leader di
Desa Pewunu Kec. Dolo Barat Kab.Sigi
2011
Jurnal
Elektronik
St. Shofiyah
Palu
FISIP Untad
Jurnal Academica
Vol.3, No.1, ISSN 1411 – 3341
http://download.portalgaruda.org/article.php?arti
cle=167169&val=6118&title=PERSEPSI%20M
ASYARAKAT%20TERHADAP%20PELAKSA
NAAN%20FUNGSI%20KEPALA%20DESA%
20SEBAGAI%20OPINION%20LEADER%20D
I%20DESA%20PEWUNU%20KEC.%20DOLO
%20BARAT%20KAB.%20SIGI
11 November 2015
20
Sejak awal kegiatan pembangunan baik di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa
banyak mendapat perhatian dari pemerintah, oleh sebab itu dibutuhkan pemimpin yang
mampu membangun daerah kekuasaanya dan menjalin hubungan baik dengan
masyarakat serta memiliki pengetahuan atau pendidikan yang dapat diterapkan dalam
kepemimpinannya, sehingga nantinya pemimpin dapat menjadi opinion leader bagi
masyarakatnya. Tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran opinion leader sangat dibutuhkan
untuk menjadi salah satu unsur pengaruh arus komunikasi, khususnya di pedesaan
penyebabnya karena di daerah pedesaan pendapat orang yang dianggap dituakan dan
disegani merupakan orang yang dipertimbangkan pendapatnya. Di dalam pembangunan
peran opinion leader dapat menentukan keberhasilan suatu program pembangunan,
karena pada dasarnya pembangunan dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan fungsi kepemimpinan serta
faktor pendukung dan penghambat koordinator kelompok PNPM Mandiri dalam
menjalankan program pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Lolu Selatan Kecamatan
Palu Selatan.
Model arus komunikasi ada beberapa model, dalam setiap model tersebut masingmasing memiliki ciri khas dan pola yang berbeda, penggunaan model-model arus
komunikasi tergantung pada dimana mereka berperan dan bagaimana mereka
mempengaruhi audience (Nurudin 2004:147). Model alir dua tahap atau dua tahap,
model ini mengasumsikan bahwa pesan-pesan media massa tidak seluruhya langsung
mengenai audience oleh sebab itu dalam model ini dikenal pihak-pihak tertentu yang
membawa pesan untuk diteruskan kepada masyarakat. Model alir banyak tahap, model
ini menyatakan bahwa pesan-pesan media massa menyebar kepada audience atau
khalayak dapat secara langsung atau tidak langsung melalui relaying (penerusan) secara
beranting, baik melalui pemuka maupun berhubungan dengan sesama audience
(Nurudin 2004:153).
Opinion leader adalah mereka yang memiliki otoritas yang tinggi dan yang
menentukan sikap dan perilaku pengikutnya. Mereka diikuti bukan dari kedudukan atau
jabatan politik tetapi karena kewibawaan, kedudukan, kharisma, mitos yang melekat
padanya atau karena pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya (Nurudin
2004:154).
Salah satu syarat paling penting dalam komunikasi adalah pengalihan informasi
yang terjadi antara sumber informasi dengan penerima informasi memiliki persamaanpersamaan tertentu. Homopily adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
tingkat dimana pihak yang berinteraksi memiliki kesamaan dalam beberapa hal, seperti
nilai-nilai, kepercayaan, pendidikan, status sosial dan sebgainya. Sikap homophily
seperti apa yang diungkapkan leh Gbriel Tarde (Depari dan Mac, Andrews 1988:45)
yang menyatakan bahwa hubungan sosial ditegaskannya akan lebih mudah terbina
diantara pribadi-pribadi yang memiliki kesamaan dalam kedudukan dan pendidikan.
Bedasarkan hasil analisis yang dilakukan, hanya sebagian masyarakat yang
beranggapan kepala desa sebagai pengambil keputusan dan pengambil kebijakan,
namun menurut penulis yang dilihat dari skala likert maka dapat dilihat secara jelas
antara tanggap, tepat dan memiliki kemampuan sehingga terlaksananya fungsi kepala
desa. Sedangkan dari segi pendapat kepala desa sebagai sumber informasi sudah sesuai
dengan hasil wawancara, hasil analisis statistika diperoleh bahwasannya kepala desa
Penuwu memberikan informasi terhadap masyarakat dan berpegang teguh pada pesepsi
kepala desa sebagai opinion leader.
Kesimpulan dari penilitan ini berupa: pertama, sebagian besar masyarakat Desa
Pewunu yang menjadi responden menyatakan kepala desa Pewunu telah melaksanakan
fungsinya sebagai pengambil keputusan dan pengambil kebijakan, sebagai sumber
21
informasi, dan sebagai penasehat. Kedua, masyarakat Desa Penuwu memiliki
pandangan yang baik mengenai fungsi kepala desa sebagai opinion leader terlihat dari
pernyataan masyarakat menjawab pertanyaan wawancara.
Analisis Pustaka
Jurnal penelitian ini menjelaskan bagaimana kepala desa berperan sebagai opinion
leader dalam pemangunan desa dan penyampaian informasi kepada masyarakat.
Dimana dalam penyampaian informasi kepala desa menggunakan model-model arus
komunikasi yang sesuai dengan peran kepala desa dan bagaimana masyarakat Desa
Panuwu menerima informasi dari kepala desa Panuwu.
Kekurangan dalam jurnal ini adalah tidak adanya penjelasan metode apa yang
digunakan serta tidak kesesuainnya antara abstrak yang dituliskan penulis dengan isi
secara keseluruhan dari jurnal. Dimana pada kesimpulan akhir, penulis menulis
mengenai kepala desa dalam fungsi pengambilan keputusan yang didukung dengan
hasil wawancara, sedang pada abstrak penulis menuliskan mengenai faktor pendukung
dan penghambat koordinatot kelompok PNPM.
10
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan nama
penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi):
Hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Relasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dalam Pembuatan Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Desa
(RPJMDes) Plumbungan Kecamatan Sukodono
Kabupaten Sidoarjo
2014
Jurnal
Elektronik
Ayu Novita
Surabaya
Universitas Airlangga
Jurnal Politik Muda
Vol.3, No.1, ISSN 2302-8068
85 – 94
http://journal.unair.ac.id/article_6650_media80_
category.html
Tanggal diunduh : 11 November 2015
Ringkasan Pustaka
Penyelenggaraan pemerintahan dalam bentuk terkecil yaitu pemerintahan desa.
Pemerintahan desa berhubungan secara langsung dengan masyarakat desa, oleh sebab
itu hubungan baik sangat menentukan berjalannya pemerintahan daerah yang ditentukan
oleh pemerintahan desa yaitu kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
kepala desa merupakan unit pemerintahan tertinggi yang bertanggung jawab penuh atas
kesejahteraan masyarakat serta dibutuhkan juga badan pengawas yang berfungsi untuk
mengawasi kinerja pemerintahan kepala desa yaitu Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). RPJMDes merupakan peraturan yang dibuat untuk pembangunan desa memuat
arah kebijakan keuangan desa, strategi pembangunan desa, dan program kerja desa yang
dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa).
22
Rumusan masalah penelitian ini adalah pertama, bagaimana proses peraturan desa
tentang RPJMDes Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo, yang
hubungannya dengan tahap penyusunan RPJMDes dan siapa saja aktor yang terlibat.
Kedua, bagaimana relasi BPD dan kepala desa dalam perumusan RPJMDes
Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan kondisi yang sedang terjadi dilapang, dan menggunakan prosedur
penelitian derdasarkan data deskriptif. Sedangkan pengumpulan informasi
menggunakan teknik purposif yakni pengambilan informan secara sengaja, peneliti
menentukan sendiri informan yang diambil karena ada pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
Relasi antara kepala desa sebagai lembaga eksekutif dan badan permusyawaratan
desa sebagai BPD sebagai lembaga legislatif adalah berkedudukan setara sebagai mitra
kerja tanpa ada subrodinasi dibawahnya tetapi karena kurangnya pemahaman mengenai
struktur pemerintahan mengakibatkan adanya kekuatan lembaga disalah satu pihak.
kepala desa lebih mendominasi dalam perumusan peraturan desa daripada Badan
Permusyawaratan Desa dikarenakan ternyata kelembagaan kepala desa lebih kuat
dibandingkan dengan BPD, dalam proses pembuatannya melalui tiga tahap yaitu input,
proses, dan output. Input terdiri dari tuntutan dan dukungan oleh masyarakat desa
melalui perwakilan-perwakilan yang dibahas di forum Musrembangdes yang kemudian
disahkan oleh BPD menjadi output yaitu Peraturan Desa Plumbungan Kecamatan
Sukodono Kabupaten Sidoarjo.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah RPJMDes merupakan peraturan yang
mengikat seluruh masyarakat desa, dalam pembuatannya bersifat bottom up yaitu
melibatkan seluruh elemen masyarakat desa. Didalam RPJMDes tahun 2010,
bahwasannya tahap penyusunan peraturan desa, yaitu: sosialisasi, musyawarah dusun,
musrenbangdes, pembahasan kepala desa dan BPD. Namun nyatanya aspirasi
masyarakat tidak diadakan musyawarah di tingkat dusun melainkan langsung pada
musrembangdes dan peran BPD disini hanya sebagai pengawas yang menunjukkan
bahwa kelembagaan BPD ternyata lebih rendah daripada kelembagaan kepala desa.
Analisis Pustaka
Jurnal ini membahas mengenai hubungan antara kepala desa dengan BPD dalam
penyusunan RPJMDes, diketahui bahwa peran kepala desa dalam pembuatan RPJMDes
yakni mengenai pembacaan visi dan misi kepala desa beserta rancangannya yang akan
dibahas bersama dalam forum musyawarah desa, sedangkan BPD hanya menyetujui apa
yang sudah dibahas dalam musrembangdes dan mengoreksi apabila ada kesalahan dan
kekeliruan maupun kekurangan. Namun hal yang terjadi adalah pembuatan RPJMDes
tidak diadakan musyawarah bersama dan BPD pada akhirnya hanya dianggap lembaga
yang bergerak atas dasar perintah kepala desa, sehingga terlihat bahwa kelembagaan
BPD lebih rendah daripada kelembagaan kepala desa.
Metode kualitatif yang digunakan oleh penulis sudah sesuai dengan penulisan
hasil akhir penelitian ini. Penulis menjabarkan keterkaitan antara teori satu dengan teori
yang lainnya dan antara pendapat mengenai bagaimana seharusnya peran kepala desa
serta BPD dalam pembuatan RPJMDes dengan sesungguhnya yang terjadi di lapangan.
23
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Desa
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, menurut PP Nomor 72 Tahun 2005. Sedangkan menurut
UU Nomor 6 Tahun 2014, PP Nomor 43 Tahun 2014, dan Permen Nomor 112 Tahun
2014, Desa adalah desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain
itu, secara sosiologis desa menggambarkan suatu bentuk kesatuan masyarakat atau
komunitas penduduk yang tinggal dan menetap dalam suatu lingkungan, dimana
diantara mereka saling mengenal dengan baik dan corak kehidupan mereka relatif
homogen, serta banyak bergantung kepada kebaikan-kebaikan alam (Maschab 2013).
Secara politik desa sebagai suatu organisasi pemerintahan atau organisasi kekuasaan
yang secara politis mempunyai wewenang tertentu karena merupakan bagian dari
pemerintahan negara (Maschab 2013).
Pemilihan Kepala Desa
Berdasarkan Permen Nomor 112 Tahun 2014, Pemilihan kepala desa adalah
pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka memilih kepala desa yang bersifat
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Menurut Mulyawarman (2008)
pemilihan kepala desa adalah sarana pelaksanaan azas kedaulatan rakyat berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain itu Mulyawarman (2008) juga menambahkan pemilihan kepala desa merupakan
kesempatan rakyat untuk menunjukkan kesetiaan dan preferensi lokal mereka.
Pemilihan Kepala Desa dilakukan setiap periode enam tahun, kemudian kepala desa
dapat dipilih kembali dalam 2 kali periode berikutnya baik secara berturut–turut
maupun tidak, sesuai dengan Permen Nomor 112 tahun 2014 pasal 4 ayat 2dan PP
Nomor 43 Tahun 2014 pasal 39 ayat 1 dan 2.
Perilaku Pemilih
Perilaku pemilih merupakan tindakan para pemilih dalam memberikan suaranya
pada pemilihan kepala daerah (Nasrudin 2010). Plano, Ringgs, dan Robin (1985) dalam
Firdaus (2014) berpendapat bahwa perilaku pemilih yakni kecenderungan pilihan rakyat
dalam pemilihan umum serta latar belakang mengapa mereka melakukan pilihan itu.
Mengacu pada dua pengertian diatas maka perilaku pemilih adalah tindakan individu
atau tingkah laku pemilih mengenai sebab mereka melakukan proses pemilihan kepala
desa. Berikut adalah pendekatan perilaku pemilih oleh Nasrudin (2010), Rochimah
(2009), dan Surbakti (2010):
24
Tabel 1. Perilaku Pemilih
Pendekatan
Sumber
perilaku
pemilih
Nasrudin
1. Sosiologis
(2010),
Rochimah
(2009), dan
Surbakti
(2010)
Isi pendekatan
Pendekatan ini menjelaskan
perilaku pemilih yang
dilatarbelakangi oleh konteks
sosial dan demografi seperti:
jenis kelamin, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan. Kelas,
pendapatan, latar belakang
keluarga, dan agama yang kuat
Faktor-faktor










Nasrudin
2. Psikologis
(2010),
sosial
Rochimah
(2009), dan
Surbakti
(2010)
Nasrudin
3. Rasional
(2010),
Rochimah
(2009), dan
Surbakti
(2010)
Rochimah
(2009)
4. Ekonomi
Pendekatan ini
mempertimbangkan unsur
kedekatan dan perasaan kedekatan
terhadap kandidat. Pemilih dalam
pendekatan ini cenderung
menetap dan jarang berpindah
yang disebabkan sikap loyal,
sikap politik , dan terhadap
keterdedahan terhadap pendidikan
politik pemilih
Pendekatan ini menekankan pada
penilaian rasional pemilih.
Seringkali pada pendekatan ini
isu-isu politik yang berkembang
dalam masyarakat, serta aspek
kandidat yang dilihat dari
pertimbangan sisi untung rugi
digunakan oleh pemilih untuk
membuat keputusan.
Pendekatan ini menyatakan bahwa
pemilih dapat mengubah
pilihannya sewaktu-waktu,
terutama apabila berkaitan dengan
janji pemenuhan kebutuhan
konkret tertentu yang dapat
dipenuhi oleh kandidat





Jenis kelamin
Tempat tinggal
Pekerjaan
Pendidikan
Kelas
Pendapatan
Latar belakang
keluarga
Agama
Ras
Pasrtisipasi
sosial
Struktur sosial
Perasaan
kedekatan
Keterdedahan
politik
Sikap loyal
Sikap politik
 Penilaian
terhadap isu
politik
 Penilaian isu
kandidat
 Untung dan rugi
 Kebutuhan
konkret
 Tujuan pemilih
 Orientasi pemilih
25
Tabel 1. Perilaku Pemilih (lanjutan)
Pendekatan
Sumber
perilaku
Isi pendekatan
pemilih
Surbakti
5. Ekologi
Pendekatan ini berkaitan dengan
(2010)
karakteristik pemilih berdasarkan
unit teritorial seperti desa,
kelurahan, kecamatan, kabupaten,
dan provinsi. Pendekatan ini
penting karena karakteristik data
tingkat provinsi berbeda dengan
tingkat kabupaten.
Faktor-faktor
 Sikap loyal
 Sikap politik
 Keterdedahan
politik
Faktor Penentu dalam Memilih Kepala Desa
Iskandar (2006) dalam penelitiannya mengungkapkan bagaimana karakteristik
masyarakat lokal memandang Pilkada langsung di daerahnya, dalam hal ini masyarakat
dikawasan perkotaan (Kelurahan Muara Melayu, Kecamatan Tenggarong) dan
masyarakat dikawasan pedesaan (Desa Melintang, Kecamatan Muara Wis). Faktorfaktor yang mempengaruhi pilihan pada calon menurut Iskandar yakni: kewibawaan,
keilmuwan dan pengetahuan, kedermawanan, popularitas, progam kerja, pengalaman
kerja, keberpihakan terhadap rakyat kecil, latar bealakang keluarga, kesukuan, daya
tarik fisik, dan tidak tahu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan
pandangan secara prinsip oleh kedua masyarakat terhadap calon pasangan pilhannya.
Masyarakat perkotaan lebih cenderung memilih pasangan calon yang memiliki program
kerja yang jelas, diikuti dengan popularitas, kedermawanan, kewibawaan, keilmuwan
dan pengetahuan, keberpihakan terhadap rakyat kecil, pengalaman kerja, daya tarik
fisik, latar belakang keluarga, kesukuan, dan terakhir adalah faktor lainnya. Sedangkan
masyarakat desa memilih pasangan calon berdasarkan popularitas, diikuti dengan
kewibawaan, keberpihakan terhadap rakyat kecil, memiliki program kerja yang jelas,
ikut-ikutan, pengalaman kerja, dan daya tarik.
Penelitian Suryatna (2007) menjelaskan karakteristik pemilu dengan
menghubungkan karakteristik demografi dan sosial-psikologi pemilih. Karaktersitik
demografi dalam teori perilaku pemilih Mazhab Columbia disebut karakteristik sosial,
yang meliputi umur (tua-muda), jenis kelamin (pria-wanita), agama status sosial,
pendidikan, pekerjaan dan kekayaan (penghasilan). Sedangkan karakteristik sosialpsikologi (Mazhab Minchigan) meliputi konsep sikap dan sosialisai. Sikap sebagai
peubah sentral dalam menjelaskan perilaku pemilih terbagi dalam tiga fungsi: (1) fungsi
kepentingan, (2) penyesuaian diri, dan (3) fungsi eksternalisasi dan pertahanan diri.
Sementara itu sikap yang terbentuk melalui proses sosialisasi yang berkembang menjadi
ikatan psikologis yang kuat anatara seseorang dengan partai politik atau kandidat
tertentu, dikenal dengan identifikasi partai. Berdasarkan karakteristik demografi dan
sosial-psikologi penulis membagi karakteristik pemilih berdasarkan banyaknya
menerima terpaan informasi kampanye, perilaku dalam mengolah pesan kampanye dan
perilaku memilih dalam Pilkada Cianjur Tahun 2006 meliputi: (1) umur, (2) jenis
kelamin, (3) pendidikan, (4) pekerjaan, (5) penghasilan/pengeluaran keluarga, (6)
afiliasi dengan partai politik, (7) orientasi terhadap partai politik, dan (8) motivasi
pemilih. Hasil dari penelitin ini dalam karakteristik jenis kelamin menunjukan motivasi
pemilih dalam menggunakan hak pilihnya sebagian besar karena dorongan untuk
menjalankan kewajiban serta terdapat perbedaan antara pemilih kaum laki-laki dengan
26
kaum perempuan, jika pemilih kaum laki-laki lebih cenderung tertarik pada ketokohan
(figur) pemimpin dan ideologi partai, pemilih kaum perempuan lebih cenderung pada
ketokohan (figur) dan partai pilihan keluarga.
Sedangkan jika dilihat dari isi UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, PP Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014, dan Permen
Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa, dapat diketahui secara tersirat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan kepala desa, yakni:
 Visi dan misi kepala desa, dilihat dari Bab IV mengenai Kewenangan Desa pada
Pasal 18-19 (UU No 6 Tahun 2014) dan Bab III mengenai Kewenangan Desa
pada pasal 33-39 (PP No 43 Tahun 2014).
Pasal 18 UU No 6 Tahun 2014: Kewenangan desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat.
Bab V Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (UU No 6 Tahun 2014)
Pasal 26 ayat 1: Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,
melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
Pasal 26 ayat 2 mengenai wewenang Kepala Desa, Pasal 26 ayat 3 mengenai hak
Kepala Desa, Pasal 26 ayat 4 mengenai kewajiban Kepala Desa
Serta dalam penjelasan UU No 6 Tahun 2014 dalam Kelembagaan Desa tertulis
bahwa BPD harus memiliki visi dan misi yang sama dengan Kepala Desa
sehingga BPD tidak dapat menjatuhkan Kepala Desa yang dipilih secara
demokratis oleh masyarakat desa
 Pendidikan, dilihat dari bunyi pasal 33 butir D UU No 6 Tahun 2014, dan pasal
21 butir D Permen No 112 Tahun 2014, bunyi: berpendidikan paling rendah
tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
 Usia, dilihat dari bunyi pasal 33 butir E UU No 6 Tahun 2014 dan pasal 21 butir
E Permen No 112 Tahun 2014, bunyi: berusia paling rendah 25 (dua puluh lima)
tahun pada saat mendaftar
 Asal, dilihat dari bunyi pasal 33 butir G UU No 6 Tahun 2014 dan pasal 21 butir
G Permen No 112 Tahun 2014, bunyi: terdaftar sebagai penduduk dan bertempat
tinggal di Desa setempat paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
 Pengalaman, dilihat dari bunyi pasal 25 Permen No 112 Tahun 2014, bunyi:
Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 21 lebih dari 5 (lima) orang, panitia melakukan seleksi tambahan dengan
menggunakan kriteria pengalaman bekerja di lembaga pemerintahan, tingkat
pendidikan, usia dan persyaratan lain yang ditetapkan Bupati/Walikota.
 Jabatan, dilihat dari bunyi Bab IV pasal mengenai Kepala Desa, Perangkat Desa
dan Pegawai Negeri Sipil sebagai Calon Kepala Desa pasal 45 ayat 1, 46 ayat 1,
47 ayat 1 UU No 6 Tahun 2014 dan bunyi pasal 42 ayat 1, 43 ayat 1, pasal 44
ayat 1 Permen No 112 Tahun 2014
 Media komunikasi, dilihat dari bunyi pasal 29 Permen No 112 Tahun 2014
mengenai bagaimana kampanye dapat dilaksanakan
27

Uang, dilihat dari bunyi pasal 30 Permen No 112 Tahun 2014 mengenai
pelarangan pelaksanaan kampanye menggunakan uang atau materi yang lain,
baik menjanjikan atau memberikan
28
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Pemilihan kepala desa merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses
penentuan calon pemimpin penyelenggara tertinggi pemerintahan desa. Pemilihan
kepala desa telah diatur dalam Permen No 112 Tahun 2014 mengenai proses pemilihan
kepala desa, dimulai dengan persiapan pemilihan, penetapan pemilih, pendaftaran dan
penetapan pasangan calon terpilih, pemungutan dan perhitungan suara, dan penetapan.
Kepala desa terpilih nantinya memiliki masa jabatan selama jangka waktu 6 tahun dan
dapat menjabat kembali sebanyak 2 kali masa jabatan baik secara berurutan maupun
tidak. Terpilihnya calon kepala desa menjadi kepala desa dipengaruhi oleh beberapa
perilaku pemilih yang kemudian dapat menjadi faktor penentu pemilih dalam memilih
kepala desa. Perilaku pemilih yang mempengaruhi pilihan calon kepala desa terbagi
menjadi beberapa pendekatan yakni sosiologis, psikologis, politik rasional, ekonomi,
struktural, dan rasional. Sedangkan faktor penentu dalam memilih kepala desa yakni
kewibawaan, keilmuwan dan pengetahuan, kedermawanan, popularitas, program kerja,
pengalaman kerja, keberpihakan terhadap rakyat kecil, latar belakang keluarga,
kesukuan, daya tari fisik, dan ketidaktahuan. Hasil penelitian sebelumnya diketahui
bahwa penelitian mengenai perilaku pemilih dalam pemilihan kepala desa lebih
cenderung memilih calon kepala desa berdasarkan pendektan sosiologis berupa jenis
kelamin, tempat tinggal, status kewarganegaraan, pekerjaan, pendidikan, kelas,
pendapatan, latar belakang keluarga dan agama. Sedangkan hasil penelitian yang
langsung menyebutkan faktor perilaku pemilih mengatakan bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pemilihan kepala desa oleh masyarakat pedesaan adalah faktor
popularitas.
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi
Pemilihan kepala desa merupakan agenda politik desa yang dilakukan dalam
jangka waktu tertentu dan disebut sebagai pesta masyarakat desa. Disebut pesta
masyarakat desa karena dalam prosesnya para calon kepala desa akan dipilih oleh
masyarakat desa melalui penggunaan hak suara mereka. Penggunaan hak suara
masyarakat ditentukan oleh pilihan atau keputusan masing-masing perilaku individu
pemilih, maka perlu diketahui permasalahan mengenai bagaimana perilaku pemilih
dalam memutuskan untuk menggunakan hak suara mereka? Dan faktor-faktor
internal serta eksternal apa saja yang berpangaruh terhadap pengambilan
keputusan?
Pemilihan kepala desa miliki hak yang sama untuk dilakukan antara laki-laki
dengan perempuan karena penggunaan hak suara baik oleh laki-laki maupun perempuan
sama-sama berpengaruh terhadap proses pemilihan calon kepala desa. Judith Squires
(1999) dalam Rahmaturrizqi, Choirun, dan Fathul (2012) menyatakan bahwa
perempuan telah lama dan secara luas mengalami ketertinggalan dari berbagai aktivitas
mereka sebagai sesuatu yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari politik. Oleh sebab
itu perlu dianalis lebih dalam mengenai penggunaan hak suara oleh laki-laki dan
perempuan dalam pemilihan kepala desa?
29
Faktor
internal
perilaku pemilih:
 Umur
 Jenis kelamin
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Pendapatan
 Latar belakang
keluarga
 Loyalitas
 Keterdedahan
informasi
Faktor eksternal
perilaku pemilih:
 Kelas
 Keterdedahan
informasi
 Tujuan pemilih
 Isu politik
Penggunaan hak
pilih
Proses pemilihan
kepala desa
Keterangan :
: Mempengaruhi
Gambar 7. Kerangka Analisis
Kerangka pemikiran pada gambar 7 menggambarkan faktor internal dan eksternal
perilaku pemilih dalam mempengaruhi penggunaan hak pilih oleh pemilih dan
kemudian berpengaruh terhadap berjalannya proses pemilihan kepala desa, sehingga
nantinya dapat diketahui apakah proses pemilihan calon kepala desa menghasilkan
kepala desa yang sesuai dengan pilihan masyarakat.
30
DAFTAR PUSTAKA
[Permen] Peraturan Menteri Dalam Negeri. 2014. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 112 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa. [internet]. [diunduh
17 Desember 2015]. Tersedia pada: http://www.kemendagri.go.id/produkhukum/2015/01/29/pemilihan-kepala-desa
[PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014. [internet]. [diunduh 17 Desember 2015]. Tersedia pada:
https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/PP%20Nomo
r%2043%20Tahun%202014.pdf
[UU] Undang-Undang Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa. [internet]. [diunduh 17 Desember 2015]. Tersedia pada:
http://www.bpn.go.id/Publikasi/Peraturan-Perundangan/Undang
Undang/undang-undang-nomor-6-tahun-2014-4723
Alamsyah. 2011. Dinamika Politik Pilkades Di Era Otonomi Daerah Studi tentang
Relasi Politik Calon Kepala Desa dengan Para Pemilih Pilkades. Jurnal
Tamanpraja. [internet]. [diunduh 9 Oktober 2015]; 1(1): -. Tersedia pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ca
d=rja&uact=8&ved=0CDYQFjADahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4KHZrPAD
M&url=http%3A%2F%2Feprints.unsri.ac.id%2F462%2F1%2FDINAMIKA_P
OLITIK_PILKADES_DI_ERA_OTONOMI_DAERAH.pdf&usg=AFQjCNG
UErTtcflOUkDEgN6zWNpFfNUcHA&bvm=bv.104615367,d.c2E
Alfian, M. Alfan. 2009. Menjadi Pemimpin Politik. Jakarta (ID): Gramedia.
Amaru, M. 2015. Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus di Desa
Jatirejo Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri). Jurnal Mahasiswa Sosiologi.
[internet]. [diunduh 26 Oktober 2015]; 2: -. Tersedia pada:
http://jmsos.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jmsos/article/view/60
Firdaus, PN. 2014. Preferensi Politik Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo,
Lumajang, Jawa Timur. [skripsi]. [internet]. [diunduh 1 Januari 2016].
Terdapat pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70549
Halili. 2009. Praktik Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi di Desa
Pakandang Barat Bluto Sumenep Madura). Jurnal Humaniora. [internet].
[diunduh
10
oktober
2015];
14:
99-112.
Tersedia
pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&ca
d=rja&uact=8&ved=0CGIQFjAIahUKEwiT9Jqrjc7IAhWTjo4KHUZbASE&u
rl=http%3A%2F%2Fcore.ac.uk%2Fdownload%2Fpdf%2F11060898.pdf&usg
=AFQjCNEKv4kYM_2gs2HW-H-GshSwL0W9eA
Hermansyah. 2015. Peran Kepala Desa dalam Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan
Tana Lia Kabupaten Tana Tidung (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa
Sambungan). E-Jurnal Pemerintah Integratif. [internet]. [diunduh 26 Oktober
2015];
3:
351-362.
Tersedia
pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=41&c
ad=rja&uact=8&ved=0CBoQFjAAOChqFQoTCOnIk-f38gCFYillAod1DUPTg&url=http%3A%2F%2Fejournal.pin.or.id%2Fsite%2F
wpcontent%2Fuploads%2F2015%2F04%2FJURNAL%2520HERMANSYAH%2
520(04-28-15-01-1508).pdf&usg=AFQjCNGwj_xtCYHlNoHeXzTputznYmRMdA&sig2=fHD9rxI
7Eequ5hNmb9RvIA&bvm=bv.105841590,d.dGo
31
Jawandri. 2013. Proses Pemilihan Kepala Desa Di Desa Tanjung Nanga Kecamatan
Malinau Selatan Kabupaten Malinau. E-Jurnal Ilmu Pemerintahan. [internet].
[diunduh
9
Oktober
2015];
1:
235-247.
Tersedia
pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ca
d=rja&uact=8&ved=0CFkQFjAHahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4KHZrPADM
&url=http%3A%2F%2Fejournal.ip.fisip-unmul.ac.id%2Fsite%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2013%2F02%2Fjanwandri%2520journal%2520(0227-13-09-29
44).pdf&usg=AFQjCNFUxCQLQPTSKmRCuZpedYrbI9W85w&bvm=bv.104
615367,d.c2E
Lestari, N. 2014. Gaya Komunikasi Calon Kepala Desa Dalam Pemilihan Kepala Desa
2013 (Penelitian Pada Pemilihan Kepala Desa di Desa Nglumpamg Kecamatan
Mlarak Kabupaten Ponorogo). Jurnal Aristo. [internet]. [diunduh 9 Oktober
2015];
2:-.
Tersedia
pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ca
d=rja&uact=8&ved=0CDYQFjADahUKEwi72Mrk8rPIAhXTGo4KHZrPAD
M&url=http%3A%2F%2Feprints.unsri.ac.id%2F462%2F1%2FDINAMIKA_P
OLITIK_PILKADES_DI_ERA_OTONOMI_DAERAH.pdf&usg=AFQjCNG
UErTtcflOUkDEgN6zWNpFfNUcHA&bvm=bv.104615367,d.c2E
Lutfiana, N. 2013. Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan di Desa Karas Kepoh
Keacamatan Pancur Kabupaten Rembang. [skripsi]. [internet]. [diunduh 11
Januari
2016].
Tersedia
Pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ca
d=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiu6cncpqPKAhXCcI4KHf2NAcYQFgglMAE
&url=http%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id%2F19980%2F1%2F3301409059.pdf&
usg=AFQjCNE4Dm8iGuQ7SGvj5WpnFXE1rZxFNg&bvm=bv.111396085,d.c
2E
Maschab, M. 2013. Politik Pemerintahan Desa di Indonesia.Yogyakarta (ID): Pusat
Antara Universita (PAU) UGM.
Mulyawarman. 2008. Perilaku Pemilih Masyarakat dalam Pemilihan Kepala Desa:
Kasus Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Jurnal PNS.
[internet].
[diunduh
11
Januari
2016];
-.
Tersedia
pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ca
d=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjDhsf_2aDKAhVUkI4KHS3JB7YQFghXMAc
&url=http%3A%2F%2Fejournal.unri.ac.id%2Findex.php%2FJDOD%2Farticle
%2Fdownload%2F1265%2F1256&usg=AFQjCNGhkGSeAQTeHxHAyVgsx
wvAonjOfQ&sig2=Y7ed_KXsv-8OyhYVC1z3zQ&bvm=bv.111396085,d.c2E
Nasrudin, A. 2010. Indentifikasi Perilaku Memilih (Voting Behavior) pada Pemilu
Legislatif 2009 di jawa barat. [skripsi]. [internet]. [diunduh 6 Januari 2016].
Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61724
Nikolaus O. 2014. Hubungan Antara Kepemimpinan Tipe Demokratis Kepala Desa
Dengan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa di Kecamatan
Titehena Kabupaten Flores Timur. JAPB [Internet]. [diunduh 2015 Mar 20];
1(1).
Tersedia
pada:
http://pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JAPB/article/view/18/18
Ningrum, AV. Kepemimpinan Politik Transformatif di Desa Ngangkatan Kecamatan
Rejoso Kabupaten Nganjuk. Jurnal Politik Muda. [internet]. [diunduh 11
November
2015];
4:
210-218.
Tersedia
pada:
http://journal.unair.ac.id/kepemimpinan-politik-transformatif-di-desa-
32
ngangkatan-kecamatan-rejoso-kabupaten-nganjuk-article-9674-media-80category-8.html
Novita, A. 2014. Relasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
Pembuatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Politik Muda.
[internet]. [diunduh 11 November 2015]; 3: 85-94. Tersedia pada:
http://journal.unair.ac.id/article_6650_media80_category.html
Rahmaturrizqi, Choirun N, dan Fathul LN. 2012. Gender dan Perilaku Memilih: Sebuah
Kajian Psikologi Politik. Jurnal Psikologi. [internet]. [diunduh 11 Januari
2016]; 3: -. Tersedia pada: http://psikologi.uin-malang.ac.id/wpcontent/uploads/2014/03/Gender-dan-Perilaku-Memilih-Sebuah-KajianPsikologi-Politik.pd
Richa, AA. 2015. Kekuasaan dan Wibawa Kepala Desa: Kajian Tentang Upaya Kepala
Desa Memperoleh dan Mempertahankan Kekuasaan Di Desa Watudandang
Kecamatan Prambon Nganjuk. Jurnal Politik Muda. [internet]. [diunduh 11
November 2015]; 4: 93-99. Tersedia pada: http://journal.unair.ac.id/kekuasaandan-wibawa-kepala-desa-article-8686-media-80-category-8.html
Rivai, V dan Deddy Mulyadi. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta
(ID): PT. Raja Grafindo Persada.
Rochimah, THN. 2009. Pentingnya Memahami Perilaku Politik dalam Political
marketing, Komunikator. Jurnal Politik. [internet]. [diunduh 1 Desember
2015]; 1(1): 1-21. Tersedia pada: http://www.umy.ac.id
Shofiyah, St. 2011. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Fungsi Kepala Desa
sebagai Opinion Leader di Desa Pewunu Kec. Dolo Barat Kab.Sigi. Jurnal
Academia. [internet]. [diunduh 11 November 2015]; 1: -. Tersedia pada:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=167169&val=6118&title=
PERSEPSI%20MASYARAKAT%20TERHADAP%20PELAKSANAAN%20
FUNGSI%20KEPALA%20DESA%20SEBAGAI%20OPINION%20LEADER
%20DI%20DESA%20PEWUNU%20KEC.%20DOLO%20BARAT%20KAB.
%20SIGI
Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): Rajawali Press.
Suryatna, U. 2009. Hubungan Karakteristik Pemilih dan Terpaan Informasi Kampanye
Politik dengan Perilaku Pemilih (Kasus Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Cianjur Tahun 2008). [thesis]. [internet]. [diunduh pada 6 Januari 2016].
Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/10462
Surbakti, R. 2010. Memahami Ilmu Politik. [internet]. [diunduh 12 Januari 2016].
Tersediapada:https://books.google.co.id/books?id=9QX84vgdbwC&printsec=f
rontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false
Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian.
Jakarta (ID): PT Bina Rena Pariwara.
33
RIWAYAT HIDUP
Desyta Nugraheni (penulis) dilahirkan di Sragen pada tanggal 15 Desember 1994.
Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Rusmanto dan Siswati. Pendidikan formal
yang pernah dijalani oleh penulis mulai dari TK 408 Sragen tahun 1999-2000, SDN 2
Plumbungan Indah tahun 2000-2006, SMP N 1 Sragen tahun 2006-2009, SMA N 1
Sragen tahun 2009- 2010. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa
Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB dan pada tahun 2013 Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor. Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif dalam bidang
organisasi kemahasiswaan dan kepanitian, dalam organisasi penulis aktif sebagai
bendahara Departemen Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) masa kepengurusan
2013-2015 dan dalam kepanitian penulis aktif dalam kepanitian INDEX, IBF serta
MPF.
.
Download