Hubungan antara menyusui segera (immediate breastfeeding) dan

advertisement
J Kedokter Trisakti
Mei-Agustus 2003, Vol.22 No.2
Hubungan antara menyusui segera
(immediate breastfeeding) dan pemberian ASI eksklusif
sampai dengan empat bulan
Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq
Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
ABSTRACT
A cross-sectional study was done to investigate the relationship between immediate breastfeeding and
exclusive breastfeeding for 4 months in 4 districts in West Java and 4 districts in East Java. Subjects were
selected through 30-cluster method of WHO and a number of 1,377 mothers with infants under one year old
were interviewed. Data was collected in March-April 2002. The study found that mothers who gave immediate
breastfeeding was 21.16% and mother who exclusively breastfeed their infants until 4-5 months of age was
9.2%. Mothers who did not give immediate breastfeeding had 1.8 to 5.3 times higher risk to provide pre-lacteal
food/beverages compared to mothers who gave immediate breastfeeding. Another finding was mothers who
gave immediate breastfeeding had 2 to 8 times higher possibility to exclusively breastfeed their infants compared
to mothers who did not give immediate breastfeeding. The study showed that the failure to exclusively breastfeed
had already occurred at the first three days after birth, when pre-lacteal food/beverages were given to the
infant. It was suspected that there were factors other than mother’s knowledge that contributed to the failure of
exclusive breastfeeding practice.
Key words: Exclusive breastfeeding, immediate breastfeeding, infant, mother, Indonesia
ABSTRAK
Studi potong-silang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara immediate breastfeeding dan pemberian
ASI secara eksklusif sampai dengan usia 4 bulan di 4 kabupaten di Propinsi Jawa Barat dan 4 kabupaten di
Propinsi Jawa Timur. Subyek dipilih melalui metode 30-cluster dari WHO dan sejumlah 1.377 ibu yang memiliki
bayi di bawah usia 1 tahun berhasil diwawancarai. Pengumpulan data dilakukan pada Maret-April 2002. Hasil
penelitian menunjukkan, Ibu yang memberikan immediate breastfeeding besarnya 21,16% dan pemberian ASI
ekslusif sampai 4 bulan besarnya 9,2%. Ditemukan bahwa ibu yang tidak memberikan immediate breastfeeding
berisiko memberikan makanan/minuman pralakteal 1,8 kali sampai 5,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang
immediate breastfeeding. Juga ditemukan bahwa Ibu yang memberikan immediate breastfeeding 2 sampai 8 kali
lebih besar kemungkinannya untuk memberikan ASI secara eksklusif sampai 4 bulan dibandingkan dengan ibu
yang tidak immediate breastfeeding. Di samping itu ditemukan bahwa kegagalan pelaksanaan ASI eksklusif
telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran yaitu pada saat makanan/minuman pralakteal diberikan dan diduga
ada faktor lain di luar pengetahuan ibu yang mempengaruhi kegagalan ASI eksklusif.
Kata kunci: ASI eksklusif, menyusui segera, ibu, bayi, Indonesia
PENDAHULUAN
Pemberian ASI secara eksklusif adalah
pemberian hanya ASI tanpa memberikan cairan atau
makanan padat lainnya kecuali vitamin, mineral
atau obat dalam bentuk tetes atau sirup(1) sampai
usia 4-6 bulan. Berbagai penelitian telah mengkaji
manfaat pemberian ASI eksklusif dalam hal
menurunkan mortalitas bayi, (2) menurunkan
morbiditas bayi,(2,3) mengoptimalkan pertumbuhan
47
Fikawati, Syafiq
bayi,(2,4) membantu perkembangan kecerdasan
anak(4,5,6) dan membantu memperpanjang jarak
kehamilan bagi ibu.(2,7,8)
Penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia
adalah kematian neonatal dan dua pertiga dari
kematian neonatal adalah pada satu minggu pertama
dimana daya imun bayi masih sangat rendah.(9) Sub
Committee on Nutrition (ACC/SCN) dalam edisi
laporan tahun 2000 (10) menyebutkan perlunya
meningkatkan durasi pemberian ASI eksklusif
karena perilaku menyusui sangat berhubungan
dengan kesehatan dan kelangsungan hidup anak.
Pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi
dianjurkan untuk diberikan selama 4-6 bulan. Pada
tahun 1999, UNICEF bersama dengan World
Health Assembly (WHA) merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan untuk
keuntungan yang optimal bagi ibu dan bayinya. (11)
Rekomendasi pemberian ASI eksklusif sampai
usia 6 bulan tampaknya masih terlalu sulit untuk
dilaksanakan. Upaya agar ibu bisa menyusui
bayinya secara eksklusif sampai usia 4 bulan saja
masih memiliki banyak kendala. Sasaran program
perbaikan gizi masyarakat untuk meningkatkan ASI
eksklusif menjadi 80% tampak terlalu tinggi.(12)
Laporan dari berbagai studi memperlihatkan
rendahnya prevalensi ASI eksklusif 4 bulan,
misalnya hasil survey demografi dan kesehatan
Indonesia tahun 1997 menunjukkan bahwa
pemberian ASI eksklusif untuk bayi 4-5 bulan
sebesar 23,9% sedang untuk bayi 6-7 bulan hanya
7,9%.(13) Penelitian terhadap 900 ibu di Jabotabek
tahun 1995 melaporkan ASI eksklusif 4 bulan hanya
sekitar 5% padahal 98% ibu-ibu tersebut
menyusui.(11) Studi tentang pemberian makanan
pendamping ASI dini di kecamatan Pasar Rebo,
Jakarta Timur (14) menunjukkan prevalensi ASI
eksklusif 4 bulan hanya sebesar 9,7%.
Pemberian makanan/minuman pralakteal
adalah pemberian makanan atau minuman kepada
bayi baru lahir sebelum ASI keluar (dengan kata
lain mendahului pemberian ASI), biasanya telah
dilakukan dalam 3 hari pertama. Pemberian
makanan/minuman pralakteal adalah praktek yang
sering dilakukan dan merupakan salah satu faktor
utama kegagalan pelaksanaan ASI eksklusif.(14,15)
Penelitian Nasir(16) terhadap ibu-ibu di kecamatan
Pasar Rebo menunjukkan pemberian makanan/
48
Menyusui segera dan ASI eksklusif
minuman pralakteal telah diberikan pada bayi oleh
75,8% responden. Thaha(17) dalam penelitiannya di
Sulawesi Selatan menunjukkan hasil yang serupa
yaitu sebanyak 75% ibu memberikan makanan/
minuman pralakteal pada bayi yang umumnya
berupa air putih (48%) dan madu (33%).
Selanjutnya, analisis data sekunder terhadap hasil
survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun
1997 menyebutkan bahwa dari 52,7% bayi yang
disusui dalam 24 jam pertama setelah dilahirkan
hanya 8,3% yang disusui <1 jam setelah lahir.(18)
Menyusui segera (immediate breastfeeding)
yaitu menyusui dalam waktu <30 menit setelah
persalinan merupakan salah satu alternatif yang
dapat dilakukan untuk mencegah diberikannya
makanan/minuman pralakteal tersebut. Interaksi
segera antara ibu dan bayi dalam beberapa menit
setelah kelahiran berhubungan erat dengan
kesuksesan menyusui(19,20) Studi ini bermaksud
untuk melihat seberapa jauh immediate
breastfeeding dapat memfasilitasi ibu untuk terus
memberikan ASI-nya sampai minimal usia 4 bulan.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara immediate breastfeeding dan pemberian ASI
secara eksklusif sampai usia 4 bulan di 4 kabupaten
di propinsi Jawa Barat dan 4 kabupaten di propinsi
Jawa Timur. Tujuan lainnya adalah untuk
mengetahui distribusi pengetahuan dan praktek
immediate breastfeeding dan ASI eksklusif,
distribusi responden yang tidak ASI eksklusif 4
bulan, pemberian makanan/minuman pralakteal,
hubungan praktek immediate breastfeeding dengan
pemberian makanan/minuman pralakteal serta
hubungan praktek immediate breastfeeding dengan
praktek pemberian ASI eksklusif sampai usia 4
bulan di 8 kabupaten tersebut
METODE
Waktu dan lokasi penelitian
Studi ini merupakan bagian dari Survei Data
Dasar (SDD) ASUH yang dilakukan oleh Pusat
Penelitian Keluarga Sejahtera Universitas Indonesia
(PUSKA-UI) dan Program for Appropriate
Technology in Health (PATH) dengan bantuan dana
dari USAID (Nomor: 01.AID.1050-958-CRT).
Pengumpulan data dilakukan di 4 kabupaten di
propinsi Jawa Barat (kabupaten Cirebon, Cianjur,
J Kedokter Trisakti
Ciamis dan Karawang) dan 4 kabupaten/kota di
propinsi Jawa Timur (kabupaten Kediri, Blitar,
Mojokerto dan kota Pasuruan) pada bulan MaretApril 2002. Data yang dikumpulkan adalah data
tahun 2001-2002.(21)
Disain dan sampel
Disain dari studi ini adalah potong lintang
(cross sectional) dengan pemilihan sampel
mengikuti metode 30-cluster WHO. Dalam studi
ini cluster adalah desa dengan kriteria pembagian
cluster berdasarkan jumlah penduduk (probability
proportionate to size). Dengan menggunakan csurvey, diperoleh sejumlah desa yang tersebar di
beberapa kecamatan di setiap kabupaten/kota. Dari
listing ibu di tingkat desa dipilih secara acak 15 ibu
per cluster sehingga memenuhi jumlah sampel 450
untuk satu kabupaten/kota. Responden adalah ibu
yang memiliki bayi berusia di bawah satu tahun.
Jumlah seluruh responden yang berhasil
diwawancara adalah sebanyak 1.377 orang.(21)
Pengumpulan data
Data dikumpulkan melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner yang telah dikembangkan
secara intensif dan telah di uji coba beberapa kali.
Pewawancara di Jawa Barat adalah alumni Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depok dan di Jawa Timur alumni Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga,
Surabaya yang telah dilatih khusus untuk
pengumpulan data SDD ASUH selama 4 hari. Di
setiap kabupaten pengumpul data terdiri atas 2
Vol.22 No.2
peneliti, 1 koordinator lapangan, 1 pemasuk data
dan 8 pewawancara.(21)
Kualitas data
Untuk menjaga kualitas data di samping
standarisasi kuesioner dan pelatihan pewawancara
dilakukan wawancara ulang sebanyak 10%, spotcheck di lapangan, cross-check terhadap kuesioner
yang telah di isi, entri data dilakukan di lapangan,
re-entri sebanyak 10%, dan tabulasi silang untuk
memeriksa error dan kemungkinan inkonsistensi.(21)
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
program Epi Info versi 6.(22) Analisis dilakukan
secara bertahap, tahap awal dilakukan analisis
univariat, dan dilanjutkan dengan analisis bivariat
untuk mengukur besarnya odds ratio.
HASIL
ASI eksklusif 4 bulan
Gambar 1 di bawah ini memperlihatkan
distribusi pengetahuan dan praktek responden di
tiap-tiap kabupaten mengenai ASI eksklusif 4 bulan.
Jurang perbedaan antara pengetahuan
responden mengenai ASI eksklusif 4 bulan dengan
prakteknya terlihat sangat besar. Kurang dari
seperempat responden yang tahu tentang ASI
eksklusif yang memberikan ASI-nya secara
eksklusif selama 4 bulan. Perbedaan terbesar terlihat
di kabupaten Ciamis, responden yang mengetahui
ASI eksklusif sebesar 79% sedangkan yang
memberikan hanya sebesar 12,6%.
Gambar 1. Distribusi responden tentang pengetahuan dan praktek ASI eksklusif 4 bulan di
8 kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Timur tahun 2001
49
Fikawati, Syafiq
Menyusui segera dan ASI eksklusif
Gambar 2. Distribusi responden tentang pengetahuan dan praktek immediate breastfeeding di
8 kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Timur tahun 2001
Immediate breastfeeding
Gambar 2 memperlihatkan distribusi
pengetahuan dan praktek responden di tiap-tiap
kabupaten mengenai immediate breastfeeding.
Terlihat adanya perbedaan antara pengetahuan
ibu tentang immediate breastfeeding dengan
prakteknya. Hampir di semua kabupaten terlihat
bahwa kurang dari setengah responden yang
mengetahui immediate breastfeeding akan
memberikan ASI-nya segera setelah lahir.
Sebagai contoh di Cirebon, hanya 18,5% responden
yang menyusui segera setelah lahir padahal
terdapat 39,1% responden yang sebenarnya
mengetahui perlunya memberikan immediate
breastfeeding.
Makanan/minuman pralakteal dan ASI eksklusif
4 bulan
Tabel 1 di bawah ini memperlihatkan distribusi
responden yang tidak ASI eksklusif 4 bulan dalam
hubungannya dengan pemberian makanan/minuman
pralakteal di setiap kabupaten. Sebagian besar
responden (>80%) yang tidak ASI eksklusif 4 bulan
telah memberikan makanan/minuman pralakteal
dalam 3 hari pertama kepada bayinya. Artinya
hanya sekitar 20% kegagalan ASI eksklusif 4 bulan
disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti bayi sakit,
ibu bekerja, ASI kurang, dan lain-lain.
Tabel 2 memperlihatkan distribusi jenis
makanan/minuman selain ASI yang diberikan oleh
responden kepada bayinya dalam 3 hari pertama di
setiap kabupaten.
Dari ibu menyusui yang memberikan makanan/
minuman selain ASI dalam 3 hari pertama diketahui
bahwa jenis makanan/minuman pralakteal yang
paling sering diberikan adalah susu formula, madu
dan air putih. Hanya di Mojokerto terdapat cukup
banyak responden yang memberikan air gula.
Pemberian pisang/buah dan lainnya (antara lain nasi
papak) ada tetapi jumlahnya tidak banyak, total
rata-rata untuk seluruh kabupaten hanya sekitar
7,4%.
Tabel 1. Distribusi responden yang tidak memberikan ASI eksklusif 4 bulan dan pemberian makanan/
minuman pralakteal di 8 kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Timur 2001
Jawa Barat
Jawa Timur
Variabel
N= ASI tidak eksklusif 4 bln
Memberikan pralakteal (%)
Keterangan:
50
Crb =Cirebon
Kdr = Kediri
Total
Crb
Cnj
Cms
Krw
408
84,8
394
86,8
392
86,2
382
87,4
Cnj = Cianjur
Btr = Blitar
Total
Kdr
1576
86,3
398
89,7
Cms = Ciamis
Mjk = Mojokerto
Btr
Mjk
Psn
414
89,6
399
92,7
417
95,0
Krw = Karawang
Psn = Pasuruan
1.628
91,75
J Kedokter Trisakti
Vol.22 No.2
Tabel 2. Jenis makanan/minuman selain ASI yang diberikan oleh responden dalam 3 hari pertama
di 8 kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Timur 2001
Jawa Barat
Jawa Timur
Variabel
Total
Crb
Ibu menyusui (N)
Susu formula (%)
Madu (%)
Air putih (%)
Air gula (%)
Pisang/buah (%)
Lainnya (a.l. nasi papak) (%)
Keterangan:
445
39,1
38,0
1,8
0,0
11,0
16,2
Crb =Cirebon
Kdr = Kediri
Cnj
447
6,5
23,7
53,0
6,3
6,3
5,4
Cms
Krw
450
31,3
15,1
38,0
4,0
6,0
0,7
443
27,8
26,4
5,6
9,3
7,7
12,2
Cnj = Cianjur
Btr = Blitar
Total
Kdr
446
26,2
25,8
24,6
4,9
7.8
8,6
440
58,4
22,3
1,8
11,4
11,6
8,4
Cms = Ciamis
Mjk = Mojokerto
Hubungan immediate breastfeeding dengan
makanan/minuman pralakteal
Tabel 3 di bawah ini memperlihatkan hubungan
immediate breastfeeding dengan pemberian
makanan/minuman pralakteal di setiap kabupaten.
Tampak bahwa di semua wilayah studi kecuali
kabupaten Ciamis, terdapat hubungan yang
bermakna antara immediate breastfeeding dengan
pemberian makanan/minuman pralakteal. Nilai odds
ratio (OR) berkisar antara 1,8 - 5,3, artinya ibu
yang memberikan ASI di bawah atau sama dengan
Btr
Mjk
440
72,0
21,1
3,8
6,7
3,1
4,7
435
55,2
8,0
1,4
30,1
6,2
12,4
Psn
416
83,8
9,6
0,5
5,4
5,2
1,2
433
67,4
15,3
1,9
13,4
6,5
6,7
Krw = Karawang
Psn = Pasuruan
30 menit setelah kelahiran kemungkinannya 1,8 kali
sampai 5,3 kali lebih besar untuk tidak memberikan
makanan/minuman pralakteal kepada bayinya
dibanding ibu yang tidak memberikan immediate
breastfeeding.
Hubungan immediate breastfeeding dengan ASI
Eksklusif 4 bulan
Hubungan immediate breastfeeding dengan
pemberian ASI eksklusif sampai usia bayi 4 bulan
dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Hubungan immediate breastfeeding dengan makanan/minuman pralakteal di
8 kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Timur tahun 2001
Kabupaten
Cirebon
N=442
Cianjur
N=441
Ciamis
N=438
Karawang
N=443
Kediri
N=442
Blitar
N=441
Mojokerto
N=434
Pasuruan
N=306
Immediate breastfeeding
<
>
<
>
<
>
<
>
<
>
<
>
<
>
<
>
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
Memberikan makanan/minuman
pralakteal
Tidak (%)
Ya (%)
33,0
18,5
52,8
17,3
35,6
23,9
52,5
21,3
29,7
15,7
26,1
8,6
35,7
10,0
16,7
1,8
67,0
81,5
47,2
82,7
64,4
76,1
47,5
78,7
70,3
84,3
73,9
91,4
64,3
90,0
83,3
98,2
Odds ratio (nilai P)
OR=2,1 (P=0,003)
OR=5,3 (P=0,007)
OR=1,8 (P=0,09)
OR=4,1 (P=0,00)
OR=2,3 (P=0,00)
OR=3,8 (P=0,00)
OR=5,0 (P=0,00)
OR=5,1 (P=0,00)
51
Fikawati, Syafiq
Menyusui segera dan ASI eksklusif
Tabel 4. Hubungan immediate breastfeeding dengan pemberian ASI eksklusif 4 bulan
di 8 kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Timur tahun 2001
Kabupaten
Immediate breastfeeding
Cirebon
N=324
Cianjur
N=288
Ciamis
N=298
Karawang
N=316
Kediri
N=316
Blitar
N=316
Mojokerto
N=315
Pasuruan
N=306
<
>
<
>
<
>
<
>
<
>
<
>
<
>
<
>
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
menit
Memberikan ASI eksklusif
4 bulan
Tidak (%)
Ya (%)
18,3
5,7
29,4
11,0
31,0
11,2
26,7
11,5
14,3
7,1
13,8
3,5
21,2
3,2
3,8
1,8
Tampak bahwa di semua wilayah studi kecuali
Pasuruan, terdapat hubungan yang bermakna antara
pemberian ASI segera dengan pemberian ASI
eksklusif. Nilai odds ratio (OR) berkisar antara 2,1
- 8,1, artinya ibu yang memberikan ASI di bawah
atau sama dengan 30 menit setelah kelahiran
kemungkinannya 2,1 sampai 8,1 kali lebih besar
untuk memberikan ASI eksklusif selama 4 bulan
kepada bayinya dibanding ibu yang tidak
memberikan ASI segera.
PEMBAHASAN
Promosi mengenai ASI eksklusif sudah mulai
terlihat hasilnya dengan cukup tingginya
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif yang
berkisar antara 59,7% - 79,0%. Namun demikian
tingginya pengetahuan ibu ini tidak diikuti dengan
prakteknya. Persentase praktek pemberian ASI
eksklusif hanya kurang dari seperempat persentase
pengetahuan ibu (Gambar 1). Demikian pula halnya
dengan pengetahuan dan praktek immediate
breastfeeding, walaupun kesenjangannya tidak
sebesar kesenjangan pengetahuan dan praktek ASI
eksklusif (Gambar 2). Jadi terdapat faktor-faktor
lain selain faktor pengetahuan ibu yang
52
81,7
94,3
70,6
89,0
69,0
88,8
73,3
88,5
85,7
92,9
86,2
96,5
78,8
96,8
96,3
98,2
Odds ratio (nilai P)
OR=3,7 (P=0,003)
OR=3,3 (P=0,007)
OR=3,5 (P=0,006)
OR=2,7 (P=0,039)
OR=2,1 (P=0,007)
OR=4,4 (P=0,002)
OR=8,1 (P=0,000)
OR=2,1 (P=0,383)
menyebabkan praktek pemberian ASI dalam hal
immediate breastfeeding dan ASI eksklusif ini
menjadi kurang berhasil. Masalah yang menjadi
penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif
bermacam-macam seperti pemberian makanan
pralakteal, ibu harus bekerja, bayi sakit, ibu lelah/
sakit, ibu kurang percaya diri, dan lain-lain.(14,23)
Namun dari beberapa studi tampak bahwa
pemberian makanan pralakteal merupakan salah
satu kendala utama.(14,15) Faktor lain seperti ibu
bekerja, ibu kurang percaya diri, dan bayi sakit
dapat menjadi faktor penyebab kegagalan ASI
eksklusif tetapi biasanya terjadi setelah beberapa
hari atau minggu. Berbeda dengan pemberian
makanan/minuman pralakteal yang akan
menyebabkan kegagalan ASI eksklusif pada harihari pertama (biasanya dalam 3 hari pertama)
setelah kelahiran dimana daya imun bayi masih
lemah, bayi sangat rentan terhadap penyakit dan
belum ada upaya optimal ibu untuk melakukan ASI
eksklusif.
Responden yang tidak ASI eksklusif sampai 4
bulan umumnya telah memberikan makanan/
minuman pralakteal pada hari-hari pertama setelah
persalinan. Tabel 1 menunjukkan lebih dari 80%
responden yang tidak ASI eksklusif 4 bulan telah
J Kedokter Trisakti
memberikan makanan/minuman pralakteal dalam
3 hari pertama setelah bayi lahir yang artinya
kegagalan utama dari ASI eksklusif adalah terjadi
pada hari-hari pertama setelah persalinan yaitu pada
saat makanan/minuman pralakteal diberikan.
Dari beberapa studi terungkap bahwa alasan
utama pemberian makanan/minuman pralakteal
antara lain adalah karena ASI belum keluar(14) bayi
menangis terus(24) dan persepsi ibu bahwa pemberian
hanya ASI saja tidak mencukupi kebutuhan bayi.(15)
Pemberian nasi atau pisang papak sebagai bagian
budaya masyarakat dalam hal pemberian makanan
untuk bayi baru lahir terlihat sudah mulai bergeser.
Data jenis makanan/minuman pralakteal yang
diberikan mendukung penelitian di atas bahwa
umumnya makanan/minuman yang diberikan adalah
susu formula, madu dan air putih sedangkan
pemberian pisang/buah atau nasi sudah sangat
rendah yaitu kurang dari 10%. Dengan demikian
selanjutnya dalam diskusi ini masalah budaya tidak
dijadikan fokus utama dan diskusi akan lebih
ditujukan pada masalah pemberian makanan/
minuman pralakteal yang disebabkan oleh hal-hal
lain seperti persepsi ASI belum keluar, bayi
menangis terus atau pemberian hanya ASI saja tidak
mencukupi kebutuhan bayi.
Pada hari-hari pertama persalinan sebenarnya
bayi yang sehat belum memerlukan cairan atau
makanan, sehingga tidak diperlukan pemberian
makanan/minuman apapun.(4,24) Bayi baru lahir
menangis bukan selalu karena kehausan tapi bisa
karena berbagai faktor seperti ketidaknyamanan,
popok yang basah dan kotor, kembung, sakit dan
kolik.(24) Berbagai literatur (4,19,20) menyebutkan
bahwa segera setelah lahir bayi harus didekatkan
kepada ibu dengan cara menempelkan bayi pada
payudara ibu. Bayi pada usia kurang dari 30 menit
harus segera disusukan pada ibunya, dalam hal ini
bukan untuk pemberian nutrisi tetapi untuk belajar
menyusui guna mempersiapkan payudara ibu mulai
memproduksi ASI. Perasaan senang melihat bayi
dan kepuasan dapat menyusui akan merangsang
kelenjar hipofise posterior mengeluarkan hormon
oksitosin untuk mempercepat pengeluaran ASI.
Selain itu gerakan untuk mengisap pada bayi baru
lahir akan mencapai puncaknya pada waktu berusia
20-30 menit, sehingga apabila terlambat menyusui
refleks ini akan berkurang dan melemah.(4,20)
Vol.22 No.2
Walaupun ASI belum keluar tetapi interaksi itu akan
membuat bayi merasa tenang dan nyaman sehingga
bayi tidak menangis. Refleks bayi akan segera
bekerja mencari puting payudara ibu untuk belajar
menyusui yang akan membuat ibu merasa puas dan
percaya diri untuk memberikan ASI-nya sehingga
tidak perlu memberikan makan/minuman pralakteal.
Terlihat adanya hubungan antara praktek
immediate breastfeeding dengan pemberian
makanan/minuman pralakteal (Tabel 3). Ibu yang
immediate breastfeeding akan 1,8 - 5,3 lebih besar
kemungkinannya untuk tidak memberikan makanan/
minuman pralakteal kepada bayinya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa immediate
breastfeeding dapat menjadi salah satu alternatif
untuk menghindari pemberian makanan/minuman
pralakteal. Untuk memperjelas adanya hubungan
antara immediate breastfeeding dengan ASI
eksklusif sampai 4 bulan dilakukan analisis bivariat
antara immediate breastfeeding dengan ASI
eksklusif sampai 4 bulan. Hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan bermakna antara
immediate breastfeeding dan pemberian ASI
eksklusif 4 bulan. Ibu yang melakukan immediate
breastfeeding akan 2-8 kali lebih besar
kemungkinannya memberikan ASI eksklusif 4
bulan.
Kunci utama keberhasilan immediate
breastfeeding terletak pada penolong persalinan
karena dalam 30 menit pertama setelah bayi lahir
umumnya peran penolong persalinan masih sangat
dominan. Bila ibu difasilitasi oleh penolong
persalinan untuk segera memeluk bayinya
diharapkan interaksi ibu dan bayi ini akan segera
terjadi. Dengan immediate breastfeeding ibu
semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASInya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan
makanan/minuman apapun kepada bayi karena bayi
bisa nyaman menempel pada payudara ibu atau
tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir.
Faktor eksternal seperti anjuran dari tenaga
kesehatan (baik sebagai penolong persalinan
maupun tidak), orang tua, mertua dan tetangga
merupakan salah satu faktor yang paling
berpengaruh dalam memberikan makanan
pralakteal. (14,18) Untuk itu dalam memberikan
penyuluhan mengenai ASI eksklusif penekanannya
agar tidak hanya mengenai manfaat dan keunggulan
53
Fikawati, Syafiq
dari ASI eksklusif saja tetapi juga mengenai
pentingnya melaksanakan immediate breastfeeding.
Dengan melaksanakan immediate breastfeeding
salah satu faktor kegagalan ASI eksklusif yaitu
pemberian makanan/minuman pralakteal
diharapkan bisa diatasi.
KESIMPULAN
Studi yang dilakukan menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Ada faktor lain di luar pengetahuan ibu yang
mempengaruhi kegagalan ASI eksklusif.
2. Kegagalan ASI eksklusif telah dimulai sejak 3
hari pertama kelahiran yaitu pada saat
makanan/minuman pralakteal diberikan.
3. Ibu yang tidak immediate breastfeeding
berisiko memberikan makanan/minuman
pralakteal 1,8 kali sampai 5,3 kali
dibandingkan ibu yang immediate
breastfeeding
4. Ibu yang immediate breastfeeding 2 sampai 8
kali lebih besar kemungkinannya untuk
memberikan ASI secara eksklusif sampai 4
bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak
immediate breastfeeding.
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas disarankan
agar:
1. Penyuluhan ASI eksklusif tidak hanya
menekankan tentang manfaat dan keunggulan
ASI eksklusif saja tetapi juga tentang
pentingnya manajemen laktasi sejak 30 menit
pertama setelah persalinan.
2. Penyuluhan immediate breastfeeding perlu
diperluas dan ditujukan kepada penolong
persalinan (dokter, bidan di desa, bidan lain
dan dukun), keluarga serta ibu sendiri dalam
rangka memfasilitasi pemberian ASI eksklusif.
Menyusui segera dan ASI eksklusif
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
54
World Health Organization. Complementary
feeding of young children in developing countries:
a review of current scientific knowledge. Geneva:
WHO; 1998.
Institute of Medicine. Nutrition during lactation.
Washington DC: National Academic Press; 1991.
Saarinen UM, Kajosari M. Breastfeeding as
prophylaxis against atopic disease; prospective
16.
17.
follow-up study until 17 years old. Lancet 1995;
346: 1065-9.
Roesli U. Mitos menyusui. Makalah disampaikan
pada Seminar Telaah Mutakhir tentang ASI. Bali:
FAOPS-Perinasia; 2001.
Anderson JW, Johnstone BM, Remley DT. Breastfeeding and cognitive development: a metaanalysis. Am J Clin Nutr 1999; 70: 525-35.
Uauy R, de Andraca I. Human milk and
breastfeeding for optimal mental development. J
Nutr 1995; 125: 2278S-80S.
Besar DS. Metode Amenorea Laktasi. Makalah
yang disampaikan pada Seminar Telaah Mutakhir
tentang ASI. Bali: FAOPS-Perinasia; 2001.
Davies-Adetugbo A, Ojofeitimi EO. Maternal
education, breastfeeding behaviours and
lactational amenorrhea: studies among two ethnic
communities in Ile Ife, Nigeria. Nutrition and
Health 1996; 11:115-26.
UNICEF-RI. The situation of women and children
in Indonesia. Jakarta: Unicef-RI; 2000.
Sub-Committee on Nutrition (ACC/SCN).
Nutrition Throughout the Life Cycle, 4th Report
on The World Nutrition Situation. Geneva: ACC/
SCN-IFPRI; 2000.
Roesli U. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus
Agriwidya; 2000.
Republik Indonesia. Rancangan program
pembangunan nasional tahun 2001-2005. Jakarta:
Republik Indonesia; 2000.
Biro Pusat Statistik (BPS), Kantor Menneg
Kependudukan/BKKBN, Departemen Kesehatan
(Depkes), Macro International Inc. (MI). Survei
demografi dan kesehatan Indonesia 1997.
Calverton, Maryland: BPS dan MI; 1998.
Simanjuntak D. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemberian makanan pendamping ASI dini
pada bayi di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur
tahun 2001 (thesis). Depok: Universitas Indonesia;
2002.
Utomo B. The slowing progress of breastfeeding
promotion program in Indonesia: causes and
recommendation. Disampaikan pada Diskusi
Pakar Bidang Gizi tentang ASI MP-ASI,
Antropometri dan BBLR. Cipanas: Depkes-RI;
19-21 Januari 2001.
Nasir NM. Pemberian ASI eksklusif dan hal-hal
yang berhubungan pada bayi umur 4-11 bulan di
Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur tahun 2001
(skripsi). Depok: Universitas Indonesia; 2002.
Thaha AR, Hadju V. Studi penilaian makanan
J Kedokter Trisakti
18.
19.
20.
21.
pendamping ASI di Kabupaten Barru, Sulawesi
Selatan. Kumpulan Makalah Diskusi Pakar
Bidang Gizi tentang ASI-MP ASI, Antropometri
dan BBLR. Cipanas: Persagi, LIPI, Unicef; 2000.
Tjandrarini DH. Hubungan antara faktor
karakteristik ibu dan pelayanan kesehatan dengan
pemberian kolostrum lebih dari satu jam pertama
setelah melahirkan: analisis data sekunder Survei
Demografi Kesehatan Indonesia 1997 (thesis).
Depok: Universitas Indonesia; 2000.
Lawrence R. Breastfeeding: a guide for the
medical profession. 4th Edition. St.Louis: MosbyYear Book; 1994.
Akre J. Infant feeding: the physiological basis.
Bull World Health Organ 1989; 67 (Suppl): 1108.
Syafiq A, Fikawati S, Iswantoro B, Setiadji YA,
Vol.22 No.2
Nasution Y, Oktarinda et al. ASUH Baseline
Survey Report. Depok: Center of Family WelfareUniversity of Indonesia; 2002.
22. Dean AG, Dean JA, Coulumbier D, Brendel KA,
Smith DC, Burton AH, et al. Epi Info version 6: a
word processing, database, and statistics program
for epidemiology on microcomputers. Atlanta:
CDC; 1994.
23. Kasnodiharjo, Riyadi S, Waluyo I, Zalbawi S,
Media Y, Budiarso RL dkk. Faktor determinan
pemberian air susu ibu tidak eksklusif. Bul Penelit
Kesehat 1996; 24: 65-76.
24. Suradi, R. Pemberian ASI pada berbagai situasi
tertentu. Dalam: Trihono PP, Purnamawati S,
Syarif DR, Hegar B, Gunardi H, Oswari H, dkk.
penyunting. Hot topics in pediatrics II. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2002.
55
Download