“SOFT SKILLS: Professional Attributes Performance Accountant” by : MM. Tri S. Mildawani, dra., MA * ) Tiolina Evi , SE, Ak, MM Abstract One of the prominent programs ABFII (Asian Banking Finance and Informatics Institute) Perbanas related to competitive regional and international market is inaugurating professional accountants. The competition can not be separated from the development of a dynamic business world, both professional individual who acted as head of the company or organization, as well as professionals, who contribute daily functioning in accordance with the individual job description. The accounting profession is required to meet quality than GPA (Grade Point Average), also must uphold the personal qualities, called Soft Skills, such as the values of Honesty/Integrity, Communication Skills, Interpersonal Ability, and the Ability to Cooperate. Soft Skills attributes are derived from a review of a survey published by the National Association of Colleges and Employers (NACE), USA, 2012, against 457 corporate leaders (CEOs) in the United States, scale of 1 to 5 scale range. Scale 5 is the highest scale, and the scale of 1 is the lowest scale. Based on the NACE study, an accountant is required to have the ability to get the highest scale Communicate (4,69). Communication skill is the ability to convey a personal responsibility, including the ability to establish interpersonal relationships in the implementation of an organization. The attributes that marked the ABFII student graduates, especially accounting, is to be a Professional Accountant, competent , equipped with technology -based managerial thinking skills, ability to analyze and solve problems and financial accounting in accordance with accounting standards generally accepted in Indonesia and International. Communication Skills meaning the ability to convey ideas related to his job to others clearly. Communication Skills is also the required ability to interact and to collaborate with others. These abilities are part of the Soft Skills that complement the GPA which is a manifestation of the ability of a person's intellectual or cognitive abilities. Some attribute Soft Skills seed will be outlined in more detail in this paper. Keywords : Soft Skills, Accounting, Professional, Communication, Interpersonal Skill, 1 I. Pendahuluan 1.1 Pendahuluan Sebagai salah satu perguruan tinggi yang diperhitungkan di kota metropolitan Jakarta, ABFII Perbanas dikenal dengan program lulusan Akuntansi. Alumni tersebut diunggul dan, bahkan berani disandingkan dengan alumni setara dari lulusan perguruan tinggi lainnya. Perkembangan dunia pendidikan yang diterapkan di kampus ABFII Perbanas tidak terlepas dari tuntutan perkembangan dunia usaha yang merupakan pasar terbesar dari pengguna jasa alumni, dalam hal ini adalah para akuntan. Di awal tahun ini, harian berita nasional yang berpengaruh di Indonesia, Kompas mengeluarkan peringkat tentang posisi Pendidikan Nasional Indonesia di kancah internasional, dalam bentuk indeks. (Kompas, 11 Januari 2013). Berita ini bahkan disiarkan secara nasional oleh beberapa televisi berita nasional, termasuk Metro TV. Dari hasil penelusuran terhadap beberapa informasi dismpulkan bahwa peringkat pendidikan nasional Indonesia berada di bawah peringkat pendidikan di beberapa negara Asia, termasuk pendidikan di Thailand dan Malaysia. Hasil pemeringkatan tersebut sungguh kontras dengan upaya besar yang telah dilakukan oleh kampus ABFII Perbanas. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas pendidikan nasional ini berkaitan dengan erat dengan sistem pendidikan itu sendiri, diantaranya adalah kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya, para penyelenggara proses pendirikan belajar mengajar, mutu calon mahasiswa, para penentu kebijakan, dan juga pengambil keputusan. Seiring dengan persaingan di dunia usaha, bahkan dunia pendidikan, yang semakin tajam, tuntutan terhadap kualitas sumber daya manusia juga semakin meningkat. Kualitas para lulusan perguruan tinggi di negara-negara Amerika Serikat menjadi perhatian para ahli, seperti yang dilansir oleh National Association of Colleges and Employers (NACE) terhadap 457 pimpinan perusahaan, sebagai berikut: No. KUALITAS Lulusan Perguruan Tinggi Skor 1 Kemampuan Komunikasi 4.69 2 Kejujuran/Integritas 4.59 3 Kemampuan Bekerjasama 4.54 4 Kemampuan Interpersonal 4.5 5 Beretika 4.46 2 6 Motivasi/Inisiatif 4.42 7 Kemampuan Beradaptasi 4.41 8 Daya Analitik 4.36 9 Kemampuan Komputer 4.21 10 Kemampuan Berorganisasi 4.05 11 Berorientasi pada Detail 4 12 Kepemimpinan 3.97 13 Kepercayaan Diri 3.95 14 Ramah 3.85 15 Sopan 3.82 16 Bijaksana 3.75 17 Indeks Prestasi (>=3.0) 3.68 18 Kreatif 3.59 19 Humoris 3.25 20 Kemampuan Berwirausaha 3.23 Sumber: National Association of Colleges and Employers (NACE), USA, 2012 (http://www.ditdik.itb.ac.id/soft skills/) Data ini diterbitkan oleh National Association of Colleges and Employers, USA, 2012, dengan melakukan survei terhadap 457 pimpinan, dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan tentang kualitas lulusan perguruan tinggi yang diharapkan oleh dunia kerja, dengan skala 1-5. Kualitas-kualitas tersebut di atas dapat dikatakan sebagai kualitas yang merupakan bagian dari Soft Skills. Lebih lanjut, soft skills dapat diartikan sebagai kemampuan-kemampuan tak terlihat yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan dalam bekerja (http://www.ditdik.itb.ac.id/soft skills/bu1.htm1). 3 Dari tabel di atas, didapatkan bahwa Indeks Prestasi berada di peringkat ke-17; beberapa kualitas berada di peringkat di atasnya, dan apa pula kualitas-kualitas yang ada di bawah peringkatnya. Kemampuan berKomunikasi, Integritas, dan Kemampuan Bekerjasama secara berturut-turut berada di peringkat 1, 2, dan 3. II. 2.1 Tinjauan Pustaka Mengapa Soft Skills begitu penting ? Angka-angka pada tabel di atas menunjukkan bahwa peringkat Indeks Prestasi berada di peringkat ke-17; sedangkan Ketrampilan berKomunikasi berada di peringkat ke-1; dan Kemampuan Berwirausaha berada di peringkat terakhir dari ke-20 peringkat yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menunjang keberhasilan di dalam bekerja dan berprestasi, maka diperlukan kualitas penunjang berupa kemampuan berKomunikasi. Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan dari komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) (Atkinson dkk, 1983). Hal ini dimaksudkan bahwa kodrat manusia selain sebagai makhluk individu, adalah juga sebagai makhluk sosial. Dengan demikian, mau tidak mau seseorang akan bertemu, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan sesamanya, baik di kehidupan keseharian, maupun di dalam kehidupan dunia kerja, di mana keberhasilan di dalam sebuah pekerjaan juga bergantung kepada interaksi dan dinamika yang ada diantaranya. Lebih lanjut, Ulrich mengatakan bahwa ketrampilan mengelola (kinerja oang) merupakan tugas vital di dalam menjalankan Business Partners yang memainkan peran multi, diantaranya adalah Change Agent dan juga sebagai Employee Champion (Ulrich, 1997). Ke dua peran ini menuntut keterampilan mengelola dan mengoptimalkan kemampuan manusia, yang mengandalkan pada kemampuan berkomunikasi. Lebih lanjut, Stephen Robbins & Mary Coultier menyampaikan fakta bahwa 74% permasalahan di dalam psikologi organisasi adalah bersinggungan dengan permasalahan komunikasi (2009), sehingga ada ungkapan tak kenal maka tak sayang. Hal senada diungkapkan oleh Gary Yukl bahwa seni mengelola konflik dan pemberdayaan employee merupakan isu kuat di dalam Kepemimpinan dalam Organisasi (Leadership in Organization, 2009). Beberapa pakar motivator menganjurkan untuk lebih banyak berkecimpung di berbagai jenis kegiatan yang melibatkan aktivitas banyak orang, untuk menunjang keberhasilan di dalam bekerja (dalam Zulkifli Zaini, 2008). 4 2.2 C O L L E G E Patrick O Brien dalam bukunya “Making College Count” mengemukakan berbagai materi soft skills ke dalam akronim C O L L E G E yang bisa dimaknai sebagai singkatan dari Communication Skills, Organizational Skills, Leadership, Logic, Effort, Group Skills, dan Ethics (http://www.ditdik.itb.ac.id/soft skills/bu1.htm1). Akronim tersebut mempertegas tayangan tabel di halaman pertama, bahwa di dalam ranah sosial maupun industrial, kemampuan melakukan komunikasi merupakan sebuah ketrampilan utama yang tidak dapat ditawar lagi di dalam dasar melakukan sosialisasi, interaksi, dan bahkan dalam menjalankan proferionalisme berkinerja. Kualitas tentang komunikasi yang menjadi dasar dalam berinteraksi dan bekerjasama dengan pihak lain juga menjadi kualitas yang disadari penting perannya di dalam interaksi di kampus maupun di dunia kerja oleh mahasiswa FTI (Fakultas Teknologi Informasi) Perbanas Institute yang menjadi responden penelitian “Faktor-faktor pada Prestasi Belajar Mata Kuliah Programming” (MM. Mildawani, dkk., 2012). 2.3 Kemampuan berKomunikasi Komunikasi dinyatakan sebagai sebuah aktivitas penyampaian berita dari satu orang (komunikator, penyampai berita) kepada penerima berita (komunikan). Dan dalam aktivitas ini sekaligus juga disampaikan berita, informasi, atau bahkan “tempat” untuk mempertajam atau mengklarifikasi sebuah isu bila komunikasi ditarik ke dalam suatu kegiatan yang lebih kritikal sifatnya. Dengan demikian, aktvitas di dalam berkomunikasi ini bukan semata-mata delivering berita, melainkan juga sebuah ajang berdialog, berinteraksi, dan bersosialisasi, yang hanya mungkin dilakukan bila komunikasi tersebut dilakukan secara dialogis, dua arah. Kemampuan berkomunikasi yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan berkomunikasi tulis dan lisan. Yang dimaksudkan dengan komunikasi tulis adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan alat seperti, komputer, internet, handphone, mesin faks, ataupun alat teknologi canggih lainnya, di mana bentuk-bentuk komunikasi umumnya dilakukan melalui tulisan. Adapun komunikasi lisan, adalah komunikasi yang dilakukan oleh ke dua belah pihak, secara langsung atau tidak langsung. Bentuk komunikasi lisan ini umumnya dilakukan secara tatap muka (langsung) atau dapat juga komunikasi menggunakan alat, seperti telepon. Dalam komunikasi lisan, ditekankan pula untuk dapat memahami bentukbentuk komunikasi dengan menggunakan tangan, atau disebut juga bahasa isyarat. Bagi orang yang dikaruniai tuna rungu, sangat mustahil untuk melakukan komunikasi melalui suara, sehingga mereka berkomunikasi dengan bahasa isyarat, baik melalui gerak bibir atau 5 gerak tangan. Gesture tubuh atau bahasa tubuh diperhitungkan juga di dalam komunikasi lisan ini, seperti gerakan mata, bentuk bibir, tatapan mata, gerakan tangan, dan gerakangerakan tubuh lainnya. Hambatan-hambatan di dalam komunikasi umumnya berasal dari perbedaan bahasa yang dipakai, pemahaman tentang “meaning”, dan kesalahpahaman karena minimnya kesempatan untuk melakukan klarifikasi. Di dalam teori-teori komunikasi, sangat dianjurkan untuk berkomunikasi dua arah, dengan menatap mata lawan bicara, dengan asumsi bahwa di dalam komunikasi dua arah ini dimungkinkan untuk melakukan feed back, atau kesempatan untuk melakukan klarifikasi. Selain itu, dengan menatap mata kawan bicara, seseorang akan mampu memaknai setiap komunikasi yang muncul, karena mata adalah pancaran dan jendela hati dan perasaan partner bicara. Dengan menguasai bahasa lawan bicara, maka dinyatakan bahwa seseorang akan mampu menguasai “medan” realita kehidupan (Bavister & Vickers, 2004). Kemampuan berKomunikasi, seperti dinyatakan di dalam tabel di atas, tak pelak lagi menjadi peringkat pertama di dalam percaturan di dalam menjalankan profesionalisme kinerja. 2.4. Integritas Karakteristik penunjang keberhasilan seseorang di dalam dunia nyata, dunia kerja, dan dunia sehari-hari adalah integritas yang secara sederhana dinyatakan di dalam sebuah kata keterangan, kejujuran dan kemampuan manajerial yang memadai. Kemampuan manajerial ini “mutlak” dimiliki oleh seseorang dengan tingkatan posisi yang lebih “tinggi” sesuai dengan kompleksitas permasalahan yang menjadi tanggung jawab profesinya. Di dalam menjalankan kemampuan manajerial tersebut, diperlukan kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, serta penerapan kemampuan melakukan perencanaan, koordinasi, dan bekerjasama dengan orang lain (http://www.ditdik.itb.ac.id/soft skills/) 2.5 Kemampuan Bekerjasama Untuk dapat menjalankan kemampuan Bekerjasama, maka diperlukan kemampuan Leadership atau kemampuan Kepemimpinan, yaitu penerapan kemampuan manajerial untuk mempengaruhi orang lain akan pencapaian visi dan misi organisasi yang lebih baik, lebih meyakinkan. Di dalam Kepemimpinan ini, sekaligus diterapkan kemampuan memotivasi orang lain untuk bekerja lebih keras, dan juga melakukan “coaching” terhadap orang-orang di sekitarnya yang menjadi “partner kerja” ataupun “bawahannya” (Saal & Knight, 2007). 6 Kemampuan Bekerjasama atau Kepemimpinan ini juga meliputi kemampuan untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, baik dengan menjalankan fungsi sebagai Change Agent, ataupun Employee Champion dalam memenangi kompetisi dengan para kompetitor yang lain (Ulrich, 1997). 2.6 Bagaimana mengasah atau mempertajam Soft Skills? Untuk mengasah berbagai Soft Skills, Zaini mengatakan bahwa idealnya seseorang harus mampu memiliki aktivitas yang seimbang antara kehidupan akademik dan nonakademik. Dengan demikian seseorang tersebut mempunyai kesempatan yang sepadan untuk mempertajam peningkatan kualitas diri, di bidang akademik dan non-akademik, sehingga nantinya ia mampu memperkokoh dirinya di dalam menghadapi era persaingan di dunia nyata, yang tidak semata-mata mengandalkan pada gelar akademik (http://www.ditdik.itb.ac.id/soft skills/). Soft Skills dapat terbentuk tanpa disadari oleh yang empunya, artinya aktivitas akademik dan non-akademik yang dilakoni secara sadar oleh seseorang, dan dipilih berdasarkan preferensi waktu, dan tenaga yang ada dapat berfungsi sebagai ajang pembentukan diri (character building). Seperti yang dinyatakan oleh Ashar Sunyoto Munandar, bila kegiatan ini dirasakan manfaatnya, maka seseorang akan melakoni dengan lebih termotivasi. Dengan demikian, kegiatan akademik pun non-akademik akan dimaknai lebih dari sekedar kegiatan rutin semata (2007). 2.7 Soft Skills sebagai penunjang Profesionalisme Kinerja Dari penelusuran terhadap penelitian yang dilakukan oleh NACE, National Association of Colleges and Employers (NACE), USA terhadap 457 pimpinan yang tersebar di berbagai perusahaan di tahun 2002, maka dapat digambarkan 20 peringkat kualitas keterampilan diri yang diharapkan melekat pada para lulusan perguruan tinggi. Ke-20 kualitas para alumni perguruan tinggi tersebut disebut Soft Skills, menjadi penunjang profesionalisme performance kinerja. Tiga kualitas Soft Skills yang utama adalah Kemampuan berKomunikasi, Integritas, dan Kemampuan Bekerjasama. 7 III. Profesi Akuntan Perguruan tinggi yang memiliki program pendidikan akuntansi akan menghasilkan Sarjana Akuntansi. Bila sarjana akuntansi tersebut ingin memiliki gelar Akuntan (Ak.) harus menempuh pendidikan di fakultas ekonomi jurusan akuntansi pada suatu universitas atau perguruan tinggi dan telah lulus Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Ketentuan mengenai praktik Akuntan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan (Accountant) yang mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi dan telah terdaftar pada Departemen Keuangan Republik Indonesia dengan mendapatkan nomor register. Dalam Kode Etik Akuntan, terdapat 8 (delapan) butir Prinsip Akuntan yang wajib untuk dimiliki oleh seorang Akuntan (IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007), yaitu sebagai berikut: 1. Tanggung jawab profesi : Sorang akuntan harus menjalankan tanggung jawab secara profesional dengan menggunakan pertimbangan secara moral dalam menjalanjan semua kegiatan yang dilakukannya. 2. Kepentingan publik : Sorang akuntan harus memberikan pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik dan menunjukkan komitmen atas kepercayaan publik. Akuntan harus menyatakan kebenaran dan tidak melakukan kecurangan yang merugikan publik dalam setiap tindakannya. 3. Integritas : Seorang Akuntan harus bersikap jujur tanpa mementingkan kepentingan pribadi dan tidak menutupi rahasia dari klien tentang kecurangan yang ada dan memiliki integritas yang tinggi dalam profesinya. 4. Obyektifitas : Seorang Akuntan dalam menjalankan profesinya secara adil, tidak memihak kepada klien yang diberikan jasanya dan bebas dari hambatan pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan. 5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional : Seorang Akuntan dalam memberikan jasanya profesionalnya dengan kompetensi yang didapatkan dari pengetahuan / pengalaman kerja, penuh kehati-hatian dalam memberikan pernyataan, ketekunan dan demi kepentingan pengguna jasa, dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada public, sehingga klien memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten. 8 6. Kerahasiaan : Seorang menjaga kerahasiaan akuntan informasi dalam menjalankan tugas profesionalnya harus yang diperoleh dan tidak boleh diungkapkan tanpa persetujuan atau kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan, kecuali rahasia tersebut memang dibutuhkan bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya dengan prosedur atau persyarakatan yang berlaku . 7. Perilaku profesional : Seorang akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten / tidak berubah-berubah dengan mempertahankan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat menurunkan atau menjatuhkan profesionalismenya, sehingga pengguna jasa yang menggunakannya merasa aman. 8. Standar teknis : Seorang akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi standar teknis yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, Internasional Federation of Accountants, Badan Pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan, Ke delapan kode etik seorang akuntan tersebut di atas merupakan jabaran lain dari atribut-atribut soft-skills hasil survey NACE (National Association of Colleges and Employers (NACE), USA, 2012, seperti yang tercantum di atas. Ketrampilan-ketrampilan atau Soft Skills yang harus dimiliki seorang Akuntan terutama adalah: selain Intellectual skills dan Technical and functional skills, adalah juga Personal skills, Interpersonal and Communication skills, dan Organizational and Business Management Skills. Tentu, atribut-atribut yang merupakan bagian soft skills lainnya juga dibutuhkan sebagai pendukung. Sikap yang harus dimiliki seorang akuntan adalah nilai dan perilaku yang mengarah kepada komitmen untuk kepentingan publik dan sensitifitas terhadap tanggung jawab sosial, pengembangan diri dan belajar terus menerus, dapat diandalkan, bertanggung jawab, tepat waktu dan saling menghargai sesame pelaku di dalam organisasi tempatnya berkiprah. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. pengorganisasian, serta pengetahuan dan kompetensi di bidang teknologi informasi merupakan ketrampilan-ketrampilan yang tidak dapat ditawar lagi. Dengan mencermati atribut-atribut di atas, seorang profesional yang bekerja sebagai praktisi Akuntan merupakan orang yang mengetahuai dan memahami aspek-aspek internal di dalam suatu perusahaan, untuk kemudian dapat memprediksi dan menganalisis kinerja perusahaan berdasarkan data-data angka yang dapat diperlakukan sebagai informasi tersebut. 9 Oleh sebab itu, profesi di bidang akuntansi termasuk profesi yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui kelanjutan, kemajuan dan keberhasilan suatu perusahaan yang banyak dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan. Hal ini terlihat dari tanggung jawab seorang Akuntan, yaitu merencanakan dan mengontrol arus kas perusahaan (cashflow), mengumpulkan dan menganalisa data dan informasi keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan perusahaan, mengelola perencanaan, pelaporan dan pembayaran kewajiban pajak perusahaan dan merencanakan serta mengkoordinasikan penyusunan anggaran perusahaan. Beberapa jenis profesi Akuntan yang ada di Indonesia, antara lain : 1. Akuntan Publik : Akuntan publik merupakan satu-satunya profesi akuntansi yang menyediakan jasa audit yang bersifat independen. Yaitu memberikan jasa untuk memeriksa, menganalisis, kemudian memberikan pendapat/asersi atas laporan keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi umum. 2. Akuntan Manajemen : Akuntan manajemen merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau bekerja di perusahaan-perusahaan. Akuntan manajemen bertugas untuk membuat laporan keuangan di perusahaan 3. Akuntan Pendidik : Akuntan pendidik merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau bekerja di lembaga-lembaga pendidikan, seperti pada sebuh universitas, atau lembaga pendidikan lainnya. Akuntan manajemen bertugas memberikan pengajaran tentang akuntansi pada pihak – pihak yang membutuhkan. 4. Akuntan Internal : Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan, dan oleh karenanya berstatus sebagai karyawan pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja. 5. Konsultan SIA / SIM : Salah satu profesi atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh akuntan di luar pekerjaan utamanya adalah memberikan konsultasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan sistem informasi dalam sebuah perusahaan. Seorang Konsultan SIA/SIM dituntut harus mampu menguasai sistem teknologi komputerisasi disamping menguasai ilmu akuntansi yang menjadi makanan sehari-harinya. Biasanya jasa yang disediakan oleh Konsultan SIA/SIM terbatas pada pihak-pihak tertentu yang menggunakan jasanya ini. 10 6. Akuntan Pemerintah : Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya adalah melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak akuntan yang bekerja di instansi pemerintah, pada umumnya yang disebut akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan Pembagian (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan instansi pajak. Referensi Alamsyah Jaenal.SE.,M.Akt. 2011. Modul Etika Profesi Akuntan . STIE Bina Bangsa Banten. Ashar Sunyoto Munandar. 2007. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Atkinson, Rita L., Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard. 1983. Terjemahan. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Bavister, Steve & Amanda Vickers. 2004. NLP, Teach Yourself. Chicago: Contemporary Books. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat. Kompas. Peringkat Pendidikan Nasional Indonesia. 11 Januari 2013. MM. Tri S. Mildawani, Agnes Ida & Isnin Faried. 2012. Faktor-faktor pada Prestasi Belajar Mahasiswa FTI pada Mata Kuliah Programming. Jakarta: P3M. Belum dipublikasikan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku di Indonesia. Robbins, Stephen P. & Mary Coulter. 2009. Management, 10th. Ed. San Diego: Pearson Education, Inc. 11 Saal, Frank E. & Patrick A. Knight. 2007. Industrial/Organizational Psychology, 2nd. Edition. Pacific Grove, Ca: Brooks/Cole Publishing Company Unti Ludigdo 2007. Paradoks Etika Akuntan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ulrich, Dave. 1997. Human Resources Champions, The Next Agenda for Adding Value and Delivering Results. Boston: Harvard Business School Press. Weygandt J Jerry, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel . 2007, Pengantar Akuntansi, Edisi Tujuh . Buku Satu . diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto, Wsailah, Rangga Handika, Jakarta, Penerbit : Salemba Empat William F. Messier, Jr, Steven M. Glover, & Douglas F. Prawitt.2005. Jasa Audit & Assurance: Pendekatan Sistematis, Edisi 4, Jakarta : Salemba Empat. Yukl, Gary. 2009. Leadership in Organization. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Zulkifli Zaini. http://www.ditdik.itb.ac.id/soft skills/bu1.htm1. 25/10/2008 12