pengobatan asma dengan omalizumab

advertisement
PENGOBATAN ASMA DENGAN OMALIZUMAB
Novita Andayani
Abstrak. Asma bronkial merupakan salah satu reaksi alergi berupa peradangan (inflamasi)
pada saluran pernafasan. asma termasuk dalam reaksi hipersensitifitas tipe 1 yang
termediasi oleh IgE. Dalam keadaan normal, IgE dalm serum kadarnya berkisar antara 0,10,4 ug/ml, apabila tubuh tersensitisasi oleh allergen luar, maka igE meningkat lebih dari 1
mg/ml dan disebut IgE yang tersensitasi. Omalizumab (xolair, genentech) merupakan IgG
manusia rekombinan monoclonal (anti IgE) yang berikatan dengan molekul. omalizumab
mengikat sirkulasi IgE dengan mengabaikan allergen spesifik. Saat ini anti IgE disetujui
oleh FDA yang tersedia di Amerika untuk terapi Asma. Telah ditunjukan sangat efektif
dalm memblok respon hipersensitifitas tipe segera dengan jalan memblok degranulasi mast
cell, yang mana merupakan masalah yang sangat besar dalam fase ekskalasi dari
imunoterapi allergen konvensional. (JKS 2015; 3:190-192)
Kata kunci: Asma, Omalizumab, igE
Abstract. Asthma bronchial is one of allergic reactions such as inflammation in the
airways. Asthma included in type 1hypersensitivity reactions are mediated by IgE. Under
normal circumstances, preformance of IgE serum levels ranged between 0.1-0.4 ug / ml,
when the body is sensitized by outdoor allergens, the IgE increase of more than 1 mg / ml
and called sensitized IgE. Omalizumab (Xolair, Genentech) is a recombinant of human
monoclonal IgG (anti-IgE), which binds to the molecule. omalizumab binds to ignore
circulating of specific IgE allergen. Anti-IgE is currently approved by the FDA are
available in the US for the treatment of asthma. It has been shown to be very effective
preformance block-type to hypersensitivity response immediately to block degranulation of
mast cell, which is a very big problem in the escalation phase of conventional allergen
immunotherapy. (JKS 2015; 3:190-192)
Keywords: Asthma, Omalizumab, igE
Pendahuluan1
Asma merupakan salah satu contoh reaksi
hipersensitifitas (tipe 1) yang termediasi
oleh Ig-E. Berawal dari allergen yang
terhirup dikenali oleh antigen presenting
cell (APC). Setelah dikenali, allergen
diproses dan dipresentasikan menuju sel T.
Sel T memberikan respon berupa
interleukin yang menstimulasi sel B untuk
memproduksi Ig-E. Antibodi yang
mengikat mast cell dan basophil. Ikatan IgE menginduksi degranulasi mast cell dan
basophil sehingga melepaskan mediator
inflamasi (seperti histamine). Penggunaan
rekombinan monoclonal anti-IgE adalah
satu
contoh
imunoterapi
asma.
Rekombinan
monoclonal
anti-igE
menghambat ikatan langsung igE pada
permukaan mast cell dan basophil. Karena
igE tidak dapat berinteraksi dengan sel
inflamasi (seperti mast cell, basophil)
sehingga reaksi hipersensitifitas dan
dikurangi (direduksi).
Berbagai macam penelitian tentang alergi
asma bronkial telah dilakukan. Namun
penelitian tersebut masih harus diperbaiki
terkait dengan peningkatan keakuratan
dalam mediakasi. Contoh penelitian
tersebut antara lain penekanan jumlah
eosinophil dengan penggunaan adjuvant
(interleukin-12). Penelitian ini didasarkan
pada penemuan jumlah eosinophil pada
penderita asma. Namun meskipun dengan
eliminasi eosinophil oleh IL-12 berhasil,
hal ini tidak menurunkan hiperreaktifitas
saluran pernafasan pada penderita asma.
Novita
Andayani
adalah
Dosen
Bagian
Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
190
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 3 Desember 2015
Reaksi Hipersensitifitas
Sistem imun merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam perlindungan terhadap
penyakit, tapi kadang terjadi reaksi yang
berlebihan didalam tubuh dalam rangka
melakukan fungsi proteksi tersebut yang
disebut reaksi hipersensitifitas. Gell dan
coombs membagi reaksi hipersensitifitas
menjadi 4 :
1. Tipe 1: reaksi hipersensitifitas terjadi
dengan mediator antibody igE, yang
berkaitan dengan mast cell. Ketika
berkaitan dengan antigen, IgE
memacu pecahnya mast cell yang
mengeluarkan
mediator
yang
bertanggung jawab terhadap gejala
anafilaksis. Reaksi bersifat cepat.
Tampak beberapa menit setelah
terpapar antigen.
2.
Tipe II: sitolitik dan reaksi sitoloksis
terjadi saat antibody IgM atau IgG
berikatan pada antigen di permukaan
sel dan mengaktifkan komplemen
yang menyebakan kerusakan sel.
3.
Tipe III: Reaksi imun komplek terjadi,
ketika komplek antigen dan antibody
IgG dan IgM terakumulasi di sirkulasi
atau pada jaringan yang mengaktifkan
komplemen. Granulosit ikut dalam
reaksi dan menyebabkan kerusakan
pada sel dari terlepasnya enzim lisis
dari granulosit. Reaksi Nampak dalam
beberapa jam setelah terpapar dengan
antigen.
Tipe IV: reaksi cell mediated
immunity (CMI) atau hipersensitifitas
tipe
lambat
(delayed
type
hypersensitivity) atau reaksi tuberculin
yang terjadi dengan mediator sel T.
Aktivitas
sel
T
menyebabkan
terlepasnya
limfokin
yang
menyebabkan kerusakan local. Reaksi
tipe ini memiliki onset yang lambat
dan Nampak setelah 1-2 hari terpapar
antigen.3
4.
Pathogenesis Asma Bronkial
Asma merupakan gangguan inflamasi
kronik saluran pernafasan yang berhubungan
dengan peningkatan kepekaan saluran
pernafasan sehingga memicu episode
mengi berulang, sesak nafas dan batuk
terutama pada malam hari atau dini hari.
Gejala ini berhugan dengan luas inflamasi,
menyebabkan obstruksi saluran pernafasan
yang bervariasi derajatnya dan bersifat
reversible secara spontan maupun dengan
pengobatan. Pada asma khas ditandai
dengan peningkatan eosinophil, mast cell,
makrofag serta limfosit T di lumen dan
mukosa saluran nafas. Proses ini dapat
terjadi pada asma yang asimptomatik dan
bertambah berat sesuai dengan berat klinis
penyakit.4
Dalam keadaan normal, IgE dalm serum
kadarnya berkisar antara 0,1-0,4 ug/ml,
apabila tubuh tersensitisasi oleh allergen
luar, maka igE meningkat lebih dari 1
mg/ml dan disebut IgE yang tersensitasi.
IgE yang tersensitasi memiliki reseptor
spesifik Fc-Epsilon-RI dan Fc-epsilon-RII.
Fc-epsilon-RI IgE akan berikatan dengan
Fc-R pada permukaan mast cell dan sel
basophil.6 Ikatan antara Fc-epsilon-Ri
dengan dinding mast
cell, akan
meningkatan cairan membrane sehingga
terbentuk peningkatan kanal kalsium
(Ca++). Peningkatan kanal Ca++ akan
meningkatkan uptake Ca++ ke dalm
intrasel. Peningkatan Ca++ intrasel akan
merangsang reticulum endoplasma untuk
membentuk granulasi.6
Degranulasi mast cell akan mengeluarkan
mediator mast cell seperti histamine dan
protease sehingga berakibat respon allergy
berupa asma.5 histamin berasal dari sintesis
histidin dalam apparatus golgi di mast cell
dan basophil. Histamine mempengaruhi
saluran nafas melalui 3 reseptor. Rangsangan
pada reseptor H-I akan menyebabkan
bronkokonstriksi. Aktivasi reflex sensoris
dan meningkatkan permeabilitas vascular
serta epitel. Rangsangan reseptor H-2 akan
meningkatkan sekresi mucus glikoprotein.
191
Novita Andayani, Pengobatan Asma dengan Omalizumab
Rangsangan reseptor H-3 akan merangsang
saraf sensorik dan kolinergik serta
menghambat reseptor yang menyebabkan
sekresi histamine dari mast cell.
Imunoterapi anti Ig-E Terhadap
Penderita Asma Bronkial
Omalizumab
(xolair,
genentech)
merupakan IgG manusia rekombinan
monoclonal (anti IgE) yang berikatan
dengan molekul IgE di epitope yang sama
pada bagian Fc yang berikatan dengan Fcepsilon Ri. Desain ini menunjukan bahwa
omalizumab bukan anafilaktogenik, karena
omalizumab tidak berinteraksi dengan IgE,
yang bersiap untuk berikatan dengan
permukaan sel dan tidak menginduksi
degranulasi pada mast cell atau basophil.
Selain itu, omalizumab mengikat sirkulasi
IgE dengan mengabaikan allergen spesifik,
secara biologi ikatan komplek Ige-anti IgE
tanpa mengaktifkan komplemen.7
Rekombinan antibody manusia monoclonal
(rhuMAb-E-25) telah dikembangkan dengan
mengimunisasi tikus dengan IgE. Antibody
monoclonal terpilih dengan mengenal IgE
pada tempat yang sama yaitu reseptor
berafinitas tinggi untuk IgE (Fc-epsilonRI). Antibody monoclonal ini membentuk
ikatan kompleks dengan IgE bebas (tak
berikat) selain IgG atau IgA. Antibody
monoclonal ini memblok ikatan IgE ke cell
membrane receptor, sehingga menghambat
pelepasan mediator, tetapi tidak mengikat
ikatan sel IgE.8 Penggunaan antibody
monoclonal (rhuMAb-E-25) menurunkan
konsentrasi serum IgE segera setelah
penyuntikan pertama, rangkaian terapi,
memperpendek reaksi fase awal dan akhir
terhadap allergen yang terhisap.8
Saat ini anti IgE disetujui oleh FDA yang
tersedia di Amerika untuk terapi Asma.
Telah ditunjukan sangat efektif dalm
memblok respon hipersensitifitas tipe
segera dengan jalan memblok degranulasi
mast cell, yang mana merupakan masalah
yang sangat besar dalam fase ekskalasi dari
imunoterapi allergen konvensional. Bila
anti-IgE
mAB
diberikan
sebelum
dimulainya imunoterai konvensional, fase
ekskalasi imunuterapi dapat diperpendek
tetapi allergen tetap dapat menginduksi
pengaturan sel T.6
Kesimpulan
Asma merupakan salah satu contoh reaksi
hipersensitifitas tipe 1 yang termediasi
oleh igE. Ig-E yang berikatan dengan
permukaan mast cell dan basophil melalu
reseptor Fc-Epsilon-RI dan Fc akan
berstimuolasi pelepasan mediator inflamasi
(seperti histamine) yang berakibat reaksi
hipersensitifitas tipe I berupa asma allergi.
Rekombinan monoclonal anti IgE dapat
mereduksi ikatan IgE dengan sel inflamasi
(seperti mast cell dan basophil) sehingga
menghambat terjadinya reaksi asma
allergi. Antibody monoclonal manusia
secara langsung melawan IgE sebagai
pengobatan pada allergy asma.8
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Baratawidjaja, K Garna. Imunologi Dasar.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta. 2004.1.
Bagian Farmakologi FKUI. Farmakologi
dan Terapi. Gaya Baru: Jakarta. 1998.702.
Anan, MK. Hypersensitivity Reaction,
Immediate. Emidicine Specialties. 2004.
Http://www.emidicine.com/emidicinespec
ialties/allergy/pathogenesis.htm
Indah Rahmawati dkk. Patogenesis dan
Patofisiologi Asma. Cermin Dunia
Kedokteran. 2003. Http://kalbe.co.id
Kelly, William. Allergic and Environmental Atsma.
Emidicine
Specialties.
2006.
Http://www.emidicine.com/med/allegAtsma.htm
Guntur, AH. One airway one disease.
Perspektif Masa Depan ImunologiInfeksi. Edisi I. editor: Reviono. Sebelas
Maret University Press: Surakarta. 2004.
Strunk, Robert C dkk. Omalizumab for
Asthma. 2006. www.nejm.org
Milgrom, henry dkk. Treatmen Of
Allergic Asthma with Monoclonal AntiIgE antibody. 1999. www.nejm.org.
192
Download