BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah penelitian yang melibatkan 2.184 anak yang dilakukan oleh rumah sakit khusus anak di Toronto menemukan bahwa risiko asma dan kesulitan bernafas sekitar 50% lebih tinggi jika bayi diberi susu formula dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI selama 9 bulan atau lebih. Peneliti di Australia Barat yang melakukan pengamatan pada 2.602 anak untuk mempelajari timbulnya asma dan kesulitan bernapas pada anak-anak di usia enam tahun yang tidak diberikan ASI meningkatkan risiko sebesar 40% dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI secara benar selama empat bulan. Para penulis merekomendasikan pemberian ASI eksklusif minimal 4 bulan untuk menurunkan risiko asma (WHO, 2007). Di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun hasil penelitian pada anak sekolah usia 13- 14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (Internationla Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 prevalensi asma masih 2,1%, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 5,2%. Hasil survei asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara 3,7%-6,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8% tahun 1995 dan tahun 2001 di Jakarta Timur sebesar 8,6%. Berdasarkan gambaran tersebut di atas, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu 1 2 mendapat perhatian secara serius (Kepmenkes, 2008). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Malang (2004) penyakit saluran napas menduduki peringkat pertama. Dan menurut data Dinas Kesehatan Kota Malang (2009) kejadian asma masih tergolong tinggi. Dari jumlah penduduk 816.637 jiwa (2008) di kota Malang kejadian asma berjumlah 3.059 dan data terbanyak di daerah Kedungkandang tepatnya 541 kasus. Terdapat 3 mekanisme dimana refluk gastresofageal bisa menyebabkan terjadinya asma yaitu reflek vagal secara tidak langsung, reaktivitas bronchial yaitu tinggi, dan mikroaspirasi asam lambung sebagai hasil bronkokonstriksi (Harding, 2000). Refluk gastroesofageal dapat menyababkan bronkokonstriksi yang distimuli oleh refleks vagal setelah distensi gaster atau setelah infusi asam dari esofagus. Bronkokonstriksi tersebut memungkinkan terjadinya mikroaspirasi asam dari gaster ke trakea. Refluk gastroesofageal dan mikroaspirasi pada awal masa anak-anak mungkin menyebabkan inflamasi kronis pada jalan napas, bronkokonstriksi yang berulang dan remodeling jalan napas (Celedon, 2002). Dari penelitian didapatkan hasil bahwa tiga variabel dari 1 tahun pertama kehidupan yang diprediksi memicu timbulnya asma mulai umur 3 tahun yaitu: 1) Serum IgE tinggi (≥10 IU/mL), 2) Parenting difficulties pada 3 minggu petama meliputi kurangnya perhatian pada anak, keadaan depresi setelah melahirkan, kurangnya dukungan keluarga, 3) Sering terjadi infeksi pernapasan pada anak (Klinnert, 2001). Banyaknya penelitian tentang asma yang disebabkan oleh berbagai macam faktor penyebab seperti faktor alergi, riwayat atopik pada keluarga, ras, gender, dan kebiasaan ibu merokok saat kehamilan (Iris, 2008). Namun ternyata ada 3 mekanisme lain selain yang sudah sering diteliti, yang diduga menjadi salah satu penyebab timbulnya asma yaitu faktor gastroesophageal reflux (GER) (Harding, 2001). Asma mempunyai dampak negatif pada kehidupan penderitanya termasuk untuk anak, seperti menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan membatasi kegiatan olahraga, maupun aktivitas seluruh keluarga. Masalah epidemiologi lain yang ada saat ini adalah mortalitas asma yang relatif tinggi. Beberapa waktu yang lalu penyakit asma tidak merupakan penyebab kematian yang berarti. Namun belakangan ini dilaporkan dari berbagai negara terjadi peningkatan kematian karena penyakit asma, juga pada anak (UKK Pulmonologi PP IDAI, 2004). 1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara posisi tiduran waktu minum susu botol saat bayi menjelang tidur dengan manifestasi asma pada anak usia prasekolah (4-6 tahun). 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara posisi tiduran waktu minum susu botol saat bayi menjelang tidur dengan manifestasi asma pada anak usia prasekolah (4-6 tahun) di Kedungkandang Malang. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui prevalensi kejadian asma pada anak 2. Untuk mengetahui hubungan posisi tiduran bayi dengan kejadian asma anak. 4 3. Untuk mengetahui hubungan antara pemberian susu botol dengan manifestasi asma pada anak 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Akademis Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai dasar atau sumber data untuk penelitian berikutnya, serta pendorong bagi pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut. 1.4.2 Bagi Peneliti 1. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan secara langsung kepada masyarakat. 2. Dapat memberikan edukasi kepada masyarakat untuk kedepannya untuk memperhatikan pemberian susu botol kepada bayi dengan posisi yang benar agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan. 1.4.3 Bagi Masyarakat 1. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui keuntungan memberikan susu botol pada bayi jika dengan prosedur yang benar. 2. Dapat memberikan informasi bagaimana cara mengurangi angka kejadian asma pada anak.