JURNAL PERAN HUMAS DALAM SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH (Studi Peran Humas dalam Sosialisasi Kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) No. 46/2013 Mengenai Pemberlakuan Pajak UKM di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II Kota Surakarta) Disusun Oleh : ARDELIA DEVY PRATAMI D0210015 Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 PERAN HUMAS DALAM SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH (Studi Peran Humas dalam Sosialisasi Kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) No. 46/2013 Mengenai Pemberlakuan Pajak UKM di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II Kota Surakarta) Ardelia Devy Pratami Hamid Arifin Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract In this study the authors describe how the role of public relations in socializing government policy, Peraturan Pemerintah (PP) No. 46/2013, about the enforcement of taxation for UKM in Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II Kota Surakarta. The phenomenon which occurs in the tax office nowadays is the decline of government policy contained in Peraturan Pemerintah (PP) No. 46/2013. It arranges tax for Usaha Kecil Menengah (UKM). The regulation becomes valid on July, 2013 and officially implemented on the early of January, 2014. As a part of public agencies under the authorithy of Departemen Keuangan Republik Indonesia (Depkeu RI), the public relations of Kanwil have an obligation to continue the policy and provide insights to the society. Therefore, the society may understand the new regulation, especially for businesses who becomes criteria target of regulation and attitudes towards tax compliance arise. The research is descriptive qualitative which aims to describe, explain, and analyze the data in depth. The technique of collecting data is conducted through observation, interviews, documentation and review of the literature. Whereas, the sampling which is used is Purposive Sampling. The methods of data analysis used qualitative data analysis where triangulation of data sources is used to verify the validity of the data. The result of the research has been done in several ways and approaches targeting all segments of society in general, includes registered taxpayers and potential taxpayers; it also targets related segments especially UKM businesses who becomes regulation target particularly. The activity of public relation undertaken is to establish cooperation with associations or communities; socialization through the convergence of media such as printed media, electronic media, and outer space media; running community approach program; and also direct counseling. Keywords : Communication, Public Relations, New Regulation 11 Pendahuluan Secara normatif, seorang Public Relations Officer (PRO atau humas) dituntut peranannya untuk mampu menjalin, membina serta memelihara hubungan baik dengan publiknya, baik internal maupun eksternal; dengan tujuan meraih hubungan yang harmonis, sehingga timbul kepercayaan dan suatu sikap pengertian bersama antara organisasi atau perusahaan dan publiknya.1 Edward L. Berneys dalam buku Public Relations, University of Oklahoma Press pun menyatakan bahwa humas mempunyai tiga macam fungsi, yakni: pertama, memberikan informasi kepada masyarakat; kedua, persuasi yang dimaksud untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat terhadap lembaga demi kepentingan kedua belah pihak; ketiga, usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan antara lembaga dengan sikap atau perbuatan masyarakat dan sebaliknya.2 Berkaitan dengan hal tersebut, pada 1 Januari 2014, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Jenderal Pajak (DJP), resmi menerapkan kebijakan baru yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 46/2013 mengenai Pajak UKM dengan penghitungan final atas Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 1% bagi para pelaku usaha dengan omzet 0 – 4,8 Miliar per tahun. Sebagaimana tugas utama humas (PRO) adalah meneruskan penetapan kebijakan, Pun secara struktural, merupakan bagian integral dari suatu lembaga dimana memiliki fungsi yang melekat pada manajemen perusahaan (corporate management function) meliputi bagaimana berperan dalam komunikasi timbal balik (two ways communication) untuk tujuan : mutual understanding, mutual appreciation, mutual confidence, menciptakan goodwill, serta memperoleh dukungan publik (public support).3 Oleh karena itu, peran humas menjadi begitu penting untuk melakukan suatu pendekatan ‘menggaet’ hati publiknya, khususnya para pelaku usaha yang menjadi sasaran kebijakan. Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, Dasar – Dasar Public Relations Teori dan Praktik : Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002, h. 12-13. 2 Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi) Edisi Revisi, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1997, h. 20. 3 Ibid., Rosady Ruslan, h. 35. 1 1 12 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II atau dikenal Kanwil DJP Jateng II, adalah salah satu kantor pajak bagian dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang membawahi 12 KPP (Kantor Pelayanan Pajak) dan 6 KP2KP (Kantor Pelayanan Pajak dan Konsultasi Perpajakan). Pada susunan hierarkinya, kantor pajak ini memiliki satu bidang khusus yang bertugas sebagai fasilitator penghubung dengan masyarakat luas sebagai publiknya, yakni bidang Penyuluhan Pelayanan dan Humas (P2 Humas). P2 Humas di Kanwil memiliki fungsi sebagai Communication Fasilitator yakni, bertindak sebagai komunikator atau mediator yang membantu manajemen dalam menyampaikan keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada publiknya sehingga tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai dan toleransi yang baik dari kedua pihak. Mewujudkan visi dan misi perusahaan, seorang humas tidak hanya menjalankan tugasnya melainkan harus mampu melakukan manajemen yang baik untuk menjalin hubungan timbal balik dengan publiknya mencakup kecakapan cara berkomunikasi yang baik dan benar pula. Dalam mencapai komunikasi yang efektif4, diperlukan perencanaan yang matang dengan memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. Sansudin (1997:14) mengutarakan bahwa gagalnya penerimaan sesuatu hal baru yang disampaikan kepada masyarakat, kemungkinan disebabkan oleh kurang ahlinya dalam penguasaan bahan, kurang ahlinya penyuluh dalam berkomunikasi, atau karena masyarakat terlalu banyak menghadapi petugas penyuluh. Hal ini menyiratkan bahwa penyuluh dituntut untuk memiliki kecakapan dan kemampuan dalam menghadapi masyarakat.5 Oleh karena itu lah, kredibilitas mempunyai posisi yang cukup menentukan agar dapat dipercaya oleh komunikan. Aktivitas sosialisasi merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan bidang P2 Humas Kanwil DJP Jateng II, bagian dari lembaga pemerintah (DJP), untuk menyebarluaskan informasi dan memberikan pemahaman serta edukasi secara kontinuitas mengenai perpajakan, sistem perpajakan, tata cara pelaporan 4 Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi) Edisi Revisi, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1997, h. 20h. 107. 5 Tommy Suprapto dan Fahrianoor, Komunikasi Penyuluhan dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta, Arti Bumi Intaran, 2004, h. 73 – 79. 1 13 Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT) serta kebijakan baru kepada masyarakat luas (external public), khususnya lingkup kerja Kanwil DJP Jateng II itu sendiri. Dalam hal ini, P2 Humas pun turut berperan dalam menghimbau dan menyadarkan masyarakat untuk berperan aktif membayarkan pajaknya seperti yang terbalut dalam beberapa program kerja. Selama ini sumber daya DJP dikerahkan paling besar memburu perusahaan berbasis ekspor. Lain halnya dalam pemberlakuan aturan baru dalam PP 46 ini, basis penerimaan pajak Negara diperluas dengan meletakkan concern yang menyasar pada pelaku badan usaha kecil menengah (UKM) sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak). Adapun golongan yang tidak kena pajak UKM, antara lain: pedagang makanan keliling, pedagang asongan, warung tenda di trotoar dan lain – lain yang tidak memiliki lokasi jual menetap. Menggunakan rumus penghitungan yang lebih sederhana, yakni 1% omzet bukan laba bersih dari tarif normal yang seharusnya sebagaimana diatur dalam Pasal 17 UU PPh No. 36/2008 juga sistem pembayaran yang lebih praktis dari sebelumnya, yakni melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dengan bank persepsi, seperti: Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank BCA serta Bank DKI juga Kantor Pos. Diharapkan hal ini dapat menciptakan keadilan dan pemerataan bagi semua elemen masyarakat untuk berkontribusi pada Negara. Sebagaimana yang tertera di dalam UU KUP No. 6 Tahun 1983 dan telah diubah beberapa kali dengan UU No. 16 Tahun 2009 Pasal 1 tentang kewajiban masyarakat untuk membayar pajak. Namun realitanya, tingkat rasio kepatuhan wajib pajak (WP) khususnya pelaku usaha belum optimal. Seperti yang termuat dalam pemberitaan “Kesadaran Membayar Pajak Masih Rendah”,6 “WP Sadar Pajak hanya 3,7%”,7 “12 Juta Perusahaan Tak Bayar Pajak”,8 “Warga Solo Bayar Pajak Kalau Sudah Mepet”,9 “Kepatuhan Pajak Pengusaha Rendah”,10 “Lebih dari 9000 WP Kurang Bayar”,11 “Pajak UKM Belum Maksimal”12 “Kesadaran 6 7 8 9 10 11 Joglo Semar, 1 Oktober 2011 Solopos, 1 Oktober 2011 Tempo, 2 Mei 2012 Okezone.com, 26 Juni 2012 Radar Solo, 21 Mei 2013 Bisnis Indonesia, 24 September 2013 1 14 Pengusaha Masih Rendah”,13 “Realisasi Pajak Solo Paling rendah”,14 serta “Tingkat Kepatuhan WP 24,61%”.15 Juga Data Direktorat Jenderal Pajak menjelaskan dari 60 juta masyarakat Indonesia yang punya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), baru 19 juta yang melaporkan kewajibannya membayar pajak ke Negara. Kepala Kanwil DJP Jateng II, Yoyok Satiotomo pun mengutarakan bahwa selama kuartal I 2013, kepatuhan penyampaian SPT Tahunan di kalangan pengusaha tak lebih dari 20%.16 Lebih lanjut, muncul pula aksi kontra dari para pelaku usaha yang ‘mewarnai’ terbitnya kebijakan baru terkait pemberlakuan Pajak UKM tersebut sejak tahun lalu. Mereka mengaku keberatan bahkan muncul sikap penolakan dengan nilai besaran yang ditetapkan. Pasalnya, penghasilan yang didapat kalangan ini sedikit bahkan cenderung fluktuatif. Seperti yang dimuat pada pemberitaan berikut: “UKM Minta Keringanan”,17 “Sosialisasi dan Edukasi Pajak UKM”,18 “Kategori Pengusaha Kena Pajak Dilonggarkan”,19 serta “Aturan Pajak Bagi UKM Tertentu Dinilai Tak Tepat”.20 Untuk selanjutnya, Pemerintah melalui Pajak UKM yang terkandung dalam PP 46 mengupayakan pemerataan keadilan dan ‘mengulurkan’ cara agar para pelaku usaha secara menyeluruh dapat masuk sektor formal sehingga mampu mengakses kredit perbankan, memperoleh modal guna mengembangkan bisnisnya, mendapatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan siap menyongsong pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA tahun 2015 mendatang. Kebijakan Pajak UKM ini juga diberlakukan guna meningkatkan skala kesadaran pajak di kalangan badan usaha, yakni melalui tawaran kemudahan penghitungan yang lebih sederhana dan sistem bayar yang lebih praktis. Mengingat bahwa hasil pembayaran pajak turut memberikan supply 70% bagi penerimaan (income) Negara guna keberlangsungan pembangunan. 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Solopos, 14 Desember 2013 Bisnis Indonesia, 17 Desember 2013 Suara Merdeka, 8 Januari 2014 Solopos, 24 Maret 2014 Radar Solo, 21 Mei 2013 Kompas, 27 Juni 2013 Suara Merdeka, 29 Juli 2013 Kompas, 4 Januari 2014 Tempo, 4 Januari 2014 115 Dari uraian permasalahan di atas, Penulis bermaksud untuk melakukan penelitian terhadap Kanwil DJP Jateng II terutama bidang Penyuluhan Pelayanan dan Kehumasan (P2 Humas), bagaimana peran berikut aktivitasnya dalam rangka melakukan sosialisasi dan penyuluhan kebijakan baru guna ‘menggaet’ hati para pelaku usaha di bawah lingkup kerjanya. Mengingat, adanya keberagaman elemen kelompok marjinal, perbedaan latar belakang pendidikan, serta tingkatan kesadaran juga pemahaman perpajakan sendiri dari masing – masing pelaku usaha turut menjadi faktor penghambat terciptanya keseragaman dalam pemaknaan pesan dari sosialisasi yang diberikan. Langkah apa yang dilakukan Humas Kanwil DJP Jateng II agar masyarakat khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai PKP atau Pengusaha Kena Pajak atas pemberlakuan kebijakan PP No. 46/2013 menjadi lebih responsif dan patuh. Rumusan Masalah Bagaimana peran humas di bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat (P2 Humas) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II Kota Surakarta dalam rangka melakukan sosialisasi dan penyuluhan kebijakan baru PP No. 46/2013 tentang pemberlakuan pajak UKM? Tujuan Peran humas dan aktivitasnya di bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat (P2 Humas) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II Kota Surakarta dalam rangka melakukan sosialisasi dan penyuluhan kebijakan baru PP No. 46/2013 tentang pemberlakuan pajak UKM. Tinjauan Pustaka a. Komunikasi Mendefinisikan arti kata “komunikasi”, Eduard Depari dalam buku Komunikasi dan Hubungan Masyarakat21 menjabarkannya sebagai “Suatu proses untuk menyampaikan sebuah gagasan, pesan dan harapan – harapan melalui penggunaan lambang tertentu yang 21 Widjaja, A.W., Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta, PT Bina Aksara, 1986, h. 2. 611 ‘memboyong’ arti. Dilakukan oleh komunikator (source, sender) sebagai penyampai pesan kepada si penerima pesan (receiver) untuk mencapai maksud kebersamaan (commoness) yang diusahakan melalui sesi tukar menukar pendapat, penyampaian informasi ataupun perubahan sikap dan perilaku”. Dapat diartikan bahwa kegiatan komunikasi merupakan suatu pesan yang diterima dijadikan ‘milik bersama’ antara komunikator dan komunikan dengan tujuan menghasilkan feedback dari komunikan sebagai partisipasi aktif, terbuka dan diyakini dari dalam hati.22 Harold D. Laswell (1960) mengutarakan gambaran komunikasi dengan menjawab pertanyaan who says what in which chanel to whom with what effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?.23 Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan atau makna tertentu dari seorang komunikator kepada komunikan melalui sebuah perantara (media) dan menimbulkan dampak (perubahan) tertentu setelah proses tersebut terjadi. Perubahan meliputi pandangan, sikap, pendapat, tingkah laku, prestise dan harga diri.24 Sansudin (1997:14) mengutarakan bahwa gagalnya penerimaan sesuatu hal baru yang disampaikan kepada masyarakat, kemungkinan disebabkan oleh kurang ahlinya dalam penguasaan bahan, kurang ahlinya penyuluh dalam berkomunikasi, atau karena masyarakat terlalu banyak menghadapi petugas penyuluh. Hal ini menyiratkan bahwa penyuluh dituntut untuk memiliki kecakapan dan kemampuan dalam menghadapi masyarakat.25 Oleh karena itu lah, kredibilitas mempunyai posisi yang cukup menentukan agar dapat dipercaya oleh komunikan. 22 Phil. Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam teori dan praktek, 1974, Bandung, PT Rindang Mukti, h. 10 – 11. 23 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007, h. 6. 24 Santoso Sastropoetro, Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 1990, h. 1. 25 Tommy Suprapto dan Fahrianoor, Komunikasi Penyuluhan dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta, Arti Bumi Intaran, 2004, h. 73 – 79. 117 b. Public Relations Dalam praktik kehumasan, salah satu bentuk komunikasi yang dapat digunakan untuk menyebarkan gagasan – gagasan dari lembaga kepada publiknya baik internal maupun ekternal sekaligus menanamkan pengaruh agar melakukan suatu tindakan tertentu sebagaimana yang dikehendaki ialah komunikasi persuasif. Toir Kertapati menjelaskan syarat – syarat komunikasi persuasif26 yang meliputi: a. Pesan yang disampaikan kepada publik haruslah dapat menstimulir sesuatu pada saran b. Lambang – lambang yang digunakan dalam penyampaian pesan sebaiknya sesuai dengan daya tangkap, daya serap dan daya tafsir (decoding efficiency) sebagian besar masyarakat atau golongan tertentu c. Pesan harus dapat membangkitkan kepentingan (needs) tertentu pada sasarannya dan kemudian menyarankan usaha untuk pemenuhan harapan tersebut d. Pesan atau ajakan yang menyarankan usaha dan upaya hendaknya disesuaikan dengan situasi dan norma kelompok dimana sasaran berada e. Pesan harus dapat membangkitkan harapan – harapan tertentu Pada prinsipnya, fungsi public relations merupakan fungsi topmanagement. Karena dengan posisi yang demikian diharapkan dapat lebih memudahkan dalam pelaksanaan tugas public relations yang menuntut pengetahuan menyeluruh mengenai keadaan organisasi atau perusahaan, juga akses kecepatan untuk menyampaikan berita kepada pimpinan utama sebagai pengemban citra27 yang menentukan dalam organisasi. Ciri hakiki di dalam public relations28 adalah komunikasi yang bersifat timbal – balik atau twoway traffic. Seperti yang dikutip dalam Jurnal berjudul “Conceptualizing a Sunarjo dan Djunaesih, Komunikasi Persuasi dan Retorika, h.31 – 32, dalam Widjaja, A.W., Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta, PT Bina Aksara, 1986, h. 70. 27 Irving Smith Kogan B.S., Public Relations dalam Modern Business, (Alexander Hamilton Institute), 1965, h.5. 28 F. Rachmadi, Public Relations dalam Teori dan Praktek Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1992, h. 6. 26 1 18 theoritical model for the practice of Public Relations in the small Business Environment” oleh Nell C. Huang-Horowitz29 The Caracteristics of excellent public relations programs were evaluated on three levels: the program level, the departement level, and evaluating public relations departments. (Grunig, Grunig and Dazier, 2006, p.20) The issues with excellent theory here is that it inherently a model for large business because it requires several characteristics that are absent in small business: a public relations department or division, a clear hierarchical structure, a dominant coalition, and more than one communicator or public relations practitioner. Bahwa Karakter program Public Relations yang dilakukan PR/Humas dievaluasi dalam 3 hal antara lain evaluasi program itu sendiri, evaluasi perusahaan secara keseluruhan dan evaluasi dari Public Relations Department. Beberapa karakter suatu perusahaan yang besar antara lain memiliki Public Relations Department yang berdiri sendiri, struktur organisasinya jelas, koalisi dominan dan terdapat lebih dari satu komunikator atau praktisi PRnya. Bovee dan Arens, mengatakan kegiatan yang sering dilakukan oleh seorang praktisi Public Relations dalam menjalankan tugas, diantaranya yaitu: publicity and press agentry (publisitas dan agensi pers), public affairs and lobbying (urusan publik dan lobbying), promotion and special events management (promosi dan manajemen acara), publications (publikasi), research (penelitian), fund raising and membership drives (penggalangan dana dan drive keanggotaan), public speaking, planning and execution (rencana dan eksekusinya).30 Permasalahan yang sering dihadapi seorang PR adalah kita menempatkan manusia cukup pada kesan seakan – akan sebuah benda yang mudah untuk dikumpulkan dan diberikan suatu pemahaman.31 Berkaitan erat dengan prinsip komunikasi yang efektif, hal-hal 29 Nell C Huang-Horowitz, Conceptualizing a theoritical model for the practice of Public Relations in The Small Business Environtment, Journal of PR, Public Relations Society of America, 2012, Vol 6 No. 3, ISSN 1942-4604. 30 Bovee’, Courtland L. Dan William F. Arens, Contemporary Advertising. Home-wood, Illionis : Richard D. Irwin, Inc, 1982, h. 559-565. 31 Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, Dasar – Dasar PR Teori dan Praktik, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002, h.107. 911 yang perlu diperhatikan adalah Jenis Publiknya (khalayak sasaran); susunan pesan bagaimana yang paling tepat dan mudah dipahami; serta saluran apa yang sesuai dengan sifat publik tersebut. Artinya, semakin teliti orang menentukan khalayak yang dituju, semakin banyak ditemukan cara – cara untuk mendekati dan mempengaruhinya. Seperti yang dikutip pula dalam Jurnal Public Relations in Strategic Management: The Case of Metropolitan Municipalities in Turkey32 yang menyatakan bahwa Grunig (1992), divides strategic importance of public relations into 7 steps (vercic and Grunig 1999, 41) : 1. 2. 3. Stakeholder stage : when a corporation’s or its partners/shareholder’s behaviors cause effects on the other, there is a relationship between the corporation and its partners/shareholders. Public relations makes a research to define these effects for the aim of analyzing behaviors of corporation and environment. Constant communication with partners/shareholders helps building long term relations. This situation provides controlling of conflicts that can occur in relations. Public stage : communities come into existence when they see one of the partners/shareholders as a problem.public relations makes researches to define these communities and divide them into groups. In this situation, focus groups are beneficial. A communication providing people with participation in organization’s making decisions process prevents conflicts. Issue stage : people create problems and become organized. Public relations should foresee problems and manage the answer the corporation gives. Media has an important role in problem’s being formed and getting bigger. Especially, the news in media can cause publics to get bigger which is composed of activist people or groups. Communication programs generally use media. However, interpersonal communication can also be used to make communication with activist groups and to solve problems by means of negotiation. 32 Hasan Gullupunar, Public Relations in Strategic Management: The Case of Metropolitan Municipalities in Turkey, Journal of Turkish Studies, 2013, Vol. 8 issue 6 p 215-231. 17p; ISSN 1308-2140, h. 219. 10 11 4. 5. 6. 7. Public relations should define suitable aims for communication programs such as communication, accuracy, understanding, agreement, holistic behaviors. Public relations should plan programs and campaigns to reach aims Public relations should apply programs and campaigns Public relations should evaluate the efficiency of programs in terms of reaching aims Metodologi Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret dengan masalah yang bersifat aktual secara sistematis, faktual dan cermat diiringi dengan interpretasi rasional. (Nawawi, 1983 : 64). Penelitian ini Penulis lakukan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II yang beralamat di Jl. MT. Haryono No. 5 Kota Surakarta. lokasi tersebut peneliti pilih sebab berdasar teori Hubermas memiliki kedekatan dengan obyek penelitian memudahkan dalam akses pengumpulan data – data yang menunjang validitas atau keabsahan data. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari sumber pertama secara langsung yakni pegawai bidang P2 Humas Kanwil dan beberapa pelaku usaha mikro kecil menengah yang menjadi sasaran. Data sekunder atau penunjang yang digunakan berupa buku – buku, jurnal, dan pemberitaan terkait PP No. 46/2013 dari berbagai sumber. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, tinjauan pustaka dan observasi. Teknik validitas data menggunakan triangulasi sumber data dan untuk menganalisanya menggunakan teknik analisis data interaktif. Sajian dan Analisis Data A. Bidang Pelayanan Penyuluhan dan Humas (P2 Humas) Kanwil Fungsi kehumasan Kanwil DJP Jateng II terangkum dalam Bidang P2 Humas (Seksi Bimbingan Penyuluhan, Seksi Bimbingan Pelayanan dan Seksi Hubungan Masyarakat). Meskipun terdapat spesialisasi dalam praktik sehari – hari, namun ketiga seksi tersebut menjalankan aktivitas kehumasan sebagai 1 111 satu tim kesatuan. Bagian Humas Kanwil bertindak sebagai mediator dan fasilitator kantor pajak dalam mengupayakan pelayanan, pemahaman dan keserentakan informasi perpajakan termasuk PP 46 kepada masyarakat luas baik wajib pajak maupun calon wajib pajak melalui aktivitas sosialisasi. Wilayah kerja Kanwil mencakup 12 Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) dan 6 Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di Jawa Tengah bagian Selatan. Adapun hambatan yang menghalangi kegiatan kehumasan Kanwil meliputi internal dan eksternal. Hambatan Internal yaitu hambatan yang berasal dari kredibilitas Humas Kanwil selaku komunikator di mata masyarakat (komunikan), yang dilatarbelakangi faktor adanya prasangka buruk masyarakat terhadap pajak; masih maraknya praktik kolusi dan korupsi dana pajak; serta pengelolaan yang tidak transparan. Sedangkan hambatan dari pihak eksternal yaitu adanya pihak yang tidak terbuka dan responsif terhadap kantor pajak, sehingga menghambat kegiatan yang akan dilaksanakan. B. Sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP No. 46/2013) Sosialisasi dan penyuluhan Peraturan Pemerintah (PP No. 46/2013) dijalankan Humas Kanwil DJP Jateng II melalui beberapa langkah: pertama, Menjalin kerjasama dengan Asosiasi (notabene merupakan wadah yang menaungi pelaku usaha terkait) sebagai sasaran kebijakan. Diantaranya yakni: HIPMI, Kadin, IAI, PMS, serta Kampus – Kampus. Kedua, sosialisasi melalui konvergensi media : Media Elektronik (Radio dan Televisi berupa dialog/talkshow); Media Cetak (Surat Kabar berupa Iklan, Press Release dan Pengumuman); Media Luar Ruang berupa spanduk, banner / x-banner, leaflet, booklet, merchandise. Ketiga, menjalankan pendekatan kemasyarakatan yakni Pajak Go Clean, Tax Goes To School, Tax Road Show, Press Release dan Media gathering serta Takjil on The Road. Langkah terakhir adalah melaksanakan program penyuluhan langsung dengan meletakkan fokus terhadap perkembangan dan pertumbuhan usaha mikro kecil menengah (umkm) di Indonesia, khususnya dalam lingkup kerja Kanwil DJP Jateng II 12 11 yakni wilayah Jawa Tengah bagian selatan seperti yang terbalut pada program Diskusi (face to face), Seminar UMKM, Pajak Masuk Desa, Pajak Masuk Pasar (Gerebeg Pasar) dan Lokalatih. C. Kajian Pajak UKM dalam Peraturan Pemerintah (PP No. 46/2013) Mengulas Pajak UKM yang terbalut dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 46/2013. Adalah merupakan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) final atas bruto sebesar 1%, menyasar pada pelaku usaha mikro kecil menengah (umkm) yang memiliki lokasi jual menetap dengan batasan omzet tidak lebih dari 4,8 Miliar. Dimana dapat dibayarkan melalui bank – bank persepsi yang telah ditunjuk DJP seperti : BCA, BNI, BRI, Mandiri juga Kantor Pos. Dalam penghitungan PP 46, pelaku usaha yang masuk dalam kriteria diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) bukan pembukuan dimana merupakan penghitungan final pajak setiap bulan atas omzet usaha yang dikenakan dalam satu tahun pajak. Yang dimaksud Final yakni memiliki arti tidak bisa diutak – atik ataupun dikait – kaitkan dengan hal lain lagi. Berangkat dari data Kementerian Koperasi dan UKM per Juni 2013 yang menunjukkan terdapat 55,2 juta UMKM atau sekitar 99,98% dari total unit usaha di Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang terserap pada UMKM adalah 101,72 juta tenaga kerja atau 97,3% dari total tenaga kerja Indonesia. UMKM pun turut menyumbang 57,12% dari produk domestik bruto (PDB) yang mencapai Rp 8.200 triliun.33 Hal ini mengartikan bahwa peran UMKM sangat signifikan dan secara nyata mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. Lain halnya dari sisi perpajakan, kontribusi yang diberikan oleh UMKM terhadap penerimaan pajak hanya sekitar 0,5% dari total penerimaan pajak. Oleh karena itu, pada akhirnya dilakukan ekstensifikasi penggalian potensi perpajakan yang mulai melirik pada sektor usaha mikro kecil dan menengah (umkm). Namun perbedaan yang menawarkan keadilan dalam kemudahan proses penghitungan tersebut, 33 Kompas.com, 28 Juni 2013. 11 13 tidak sepenuhnya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Mereka menilai penerapan aturan baru ini memberatkan. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap Humas Kanwil DJP Jateng II mengenai aktivitasnya dalam sosialisasi kebijakan Pajak UKM yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 46/2013, maka diperoleh kesimpulan : 1. Menjalin kerjasama dengan Asosiasi Upaya pendekatan yang dijalankan Humas Kanwil dengan menggandeng asosiasi atau komunitas (notabene merupakan wadah yang menaungi pelaku usaha terkait) sebagai sasaran kebijakan. Diantaranya yakni: HIPMI, Kadin, IAI, PMS, serta Kampus – Kampus. 2. Sosialisasi melalui konvergensi media : Media Elektronik (Radio dan Televisi berupa dialog/talkshow); Media Cetak (Surat Kabar berupa Iklan, Press Release dan Pengumuman); Media Luar Ruang berupa spanduk, banner / x-banner, leaflet, booklet, merchandise. 3. Pendekatan Kemasyarakatan Program kemasyarakatan (strategi persuasi) yang dijalankan Humas Kanwil: a. Pajak Go Clean Kerjasama dengan TATV. Sosialisasi Pajak UKM dijalankan dengan bahasa yang luwes sederhana diselingi games juga pembagian gift dan souvenir pajak demi menjaring antusiasme masyarakat. b. Tax Goes To School Sosialisasi dan edukasi PP 46 menyasar usia dini yakni kalangan pelajar sekolah tingkat SMP, SMA/SMK. Program ini diselenggarakan atas kerjasama dengan KPP/KP2KP terkait dan TATV. c. Tax Road Show Sosialisasi PP 46 diinformasikan pada para mahasiswa dan dikemas dalam bentuk kelas pajak. 14 11 d. Press Release dan Media gathering Humas Kanwil mengunjungi media dan memintanya untuk turut serta membantu kelancaran proses sosialisasi perpajakan, menyadarkan dan membuat masyarakat menjadi patuh pajak lewat pemberitaannya. e. Takjil on The Road Membagikan kantong plastik makanan (takjil) yang turut diselipkan flyer perpajakan secara gratis kepada para pengguna jalan. 4. Penyuluhan Langsung Wujud program kepedulian dengan fokus terhadap perkembangan dan pertumbuhan umkm di Indonesia: a. Diskusi (face to face) Humas Kanwil mengadakan diskusi mengenai PP 46 menyasar golongan tertentu. b. Seminar UMKM Kerjasama antara Kanwil, Jejak Amukti Production, Dinas Koperasi dan UMKM wilayah setempat serta TATV. Melalui kegiatan ini ditularkan inspirasi, motivasi dan informasi PP 46/2013. c. Pajak Masuk Desa Sosialisasi PP 46 disampaikan Humas Kanwil melalui acara pagelaran wayang kulit dengan bahasa yang mudah dicerna masyarakat desa. d. Pajak Masuk Pasar (Gerebeg Pasar) Kerjasama Kanwil, KPP dan Dinas Pasar terkait. Kegiatan meliputi : pembagian souvenir, sosialisasi dan post test melalui survey mini. e. Lokalatih Program pelatihan dan pengembangan kewirausahaan, kerjasama Kanwil dan lembaga pelatihan usaha (Lokatara Consulting). Saran 1. Humas Kanwil disarankan lebih memperhatikan dan mendengarkan aspirasi dan masukan dari masyarakat tentang penilaian mereka terhadap kantor pajak sebagai evaluasi terhadap kinerja kantor pajak. 1 1 15 2. Humas Kanwil hendaknya memperhatikan dan mengevaluasi setiap kegiatan seperti: apakah sesuai harapan; apakah pesan dapat tersampaikan; serta turut menganalisa hasil dari kegiatan tersebut membawa dampak/efek apa. 3. Perlu dilakukan evaluasi terhadap efektivitas peran humas dalam menjalankan kegiatan sosialisasi kebijakan dengan metode CIPP (Context, Input, Process, Product). Daftar Pustaka Bovee’, Coutland L. Dan William F. Arens. (1982). Contemporary Advertising. Home-wood, Illionis : Richard D. Irwin, Inc. Gullupunar, Hasan. (2013). Public Relations in Strategic Management: The Case of Metropolitan Municipalities in Turkey. Journal of Turkish Studies Vol. 8 issue 6 p 215-231. 17p. ISSN 1308-2140 Kogan, Irving Smith B. S. (1997). PR dalam Modern Business (Terjemahan). New York : Alexander Hamilton Institute Nell C. Huang-Horowitz. (2012). Conceptualizing a theoritical model for the practice of Public Relations in the Small Business Environtment. Journal of PR Vol. 6 No.3. ISSN 1942-4604. Public Relations Society of America Rachmadi, F. (1992). Public Relations dalam Teori dan Praktek : Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Rumanti OSF, Sr. Maria Assumpta. (2002). Dasar – Dasar PR Teori dan Praktik. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia Ruslan, Rosady. (1997). Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Sastropoetro, Santoso. (1987). Komunikasi Sosial. 1987. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Suprapto, Tommy dan Fahrianoor. (2004). Komunikasi Penyuluhan dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran Susanto, Phil Astrid S. (1974). Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Bandung : PT Rindang Mukti Sutopo, H. B. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Widjaja, A.W. (1986). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : PT Bina Aksara 1 161