37 IV. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN Dalam

advertisement
IV. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN
Dalam menganalisis aspek pasar dan pemasaran, beberapa hal yang
diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan
perkembangan permintaan produk, dan kemungkinan persaingan. Kotler (2000)
mengemukakan bahwa untuk memasuki pasar harus memperkirakan pasar
potensial agar sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara efektif. Pasar
potensial adalah sejumlah konsumen yang mempunyai kadar minat tertentu pada
tawaran tertentu.
Katekin dan tanin termasuk kategori produk industri, konsumen produk
katekin dan tanin terfragmentasi berdasarkan aplikasi katekin dan tanin di dalam
produk turunan yang dihasilkan oleh konsumen industri.
A. POTENSI PASAR
Katekin dan tanin merupakan produk pemurnian gambir yang banyak
dibutuhkan oleh berbagai industri hilir. Katekin biasanya digunakan untuk industri
farmasi, kosmetik, dan minuman. Di lain pihak tanin digunakan untuk berbagai
keperluan seperti penyamak kulit, farmasi, peluruh anti karat, pelapis logam, anti
kerak pada boiler, tinta, pewarna, antiseptik, dan adhesive. Sampai saat ini tidak
tersedia data pasti mengenai kebutuhan dalam negeri, nilai ekspor, maupun impor
produk katekin dan tanin sebab belum terdapat industri yang mengolah gambir
menjadi katekin dan tanin di Indonesia. Oleh karena itu untuk mengetahui potensi
konsumsi katekin dan tanin yang akan diproduksi dapat diperkirakan dari volume
kebutuhan industri pengguna yang menggunakan produk katekin dan tanin. Data
produksi industri pengguna tidak tersedia, data yang tersedia adalah data ekspor
produk potensial pengguna katekin dan tani. Jadi, kebutuhan katekin dan tanin
hanya diduga berdasarkan kebutuhan ekspor produk potensial pengguna katekin
dan tanin. Berarti permintaan potensial akan produk katekin dan tanin sebenarnya
akan jauh lebih besar dari perkiraan ini, terutama apabila diketahui kebutuhan
katekin dan tanin untuk produksi dalam negeri.
37
Perkiraan kebutuhan katekin dan tanin
dihitung dari produk yang
potensial menggunakan produk katekin dan tanin dengan berbasis data ekspor
produk yang dikalikan dengan kebutuhan katekin dan tanin dalam bahan.
1. Katekin
Kebutuhan katekin dari industri tersebut didekati dengan menggunakan
data-data paten mengenai produk yang memakai katekin, beberapa skripsi
mengenai penggunaan katekin pada produk, dan berbagai sumber yang
menjelaskan komposisi penggunaan katekin dalam suatu bahan. Jumlah katekin
yang dibutuhkan untuk ekspor berdasarkan perhitungan penggunaan katekin pada
produk potensial pengguna katekin dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Katekin Potensial yang Dibutuhkan untuk Ekspor
No
Produk Potensial
Pengguna Katekin
1
Pasta gigi
2
Ekspor (Kg)
Persen Katekin
yang Dibutuhkan
dalam Bahan (%)
Volume Kebutuhan
Katekin (Kg)
2.178.636
0,2
4.357,27
Obat cuci mulut dll
72.180
0,2
144,36
3
Preparat kulit luar
2.704.556
1
27.045,56
4
Krim anti jerawat
Kosmetika perawatan
rambut rusak
Bedak mampat
maupun powder
Face & skin cream
&lotion
9.253
1
92,53
725.110
0,1
3.626,56
1.638.193
0,3
4.914,58
8.413.680
1
84.136,80
153.626.110
0,01
15.362,61
7.253.110
12,77
926.222,15
47.761
10
4.776,10
1.877.885
Jumlah
1
3.755,77
1,089,457.36
5
6
7
8
9
Sabun mandi
Preparat perawatan
kulit luar lainnya (skin
protection and
improvement)
10
Obat untuk kanker
11
Minuman
Sumber: Ahyarudin (2009), BPS (2009), Gumbira-Sa’id et al. (2009), US Patent
(2010), Yanita (2005).
Produk utama yang diproduksi adalah katekin, sedangkan tanin merupakan
produk hasil samping yang bernilai tambah cukup tinggi. Potensi pasar katekin
38
cukup besar karena banyak industri hilir yang menggunakan katekin dalam
pembuatan produk hilir tersebut diantaranya farmasi, kosmetika, dan minuman. Di
lain pihak terdapat banyak produk yang dibuat di dalam negeri yang
menggunakan katekin di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,
namun karena keterbatasan data produksi industri pengguna maka pada
perhitungan tidak dimasukkan, hal ini berarti permintaan potensial sebenarnya
jauh lebih bisar dari nilai yang diperkirakan. Nilai pasar dari produk katekin yang
diperkirakan pada penelitian ini mencapai 6,5 trilyun rupiah.
Berdasarkan data pada Tabel yang disajikan di atas, permintaan pasar
produk katekin dianggap cukup besar dan dibutuhkan oleh berbagai industri hilir
terutama industri kosmetik, farmasi, dan minuman. Pasar potensial yang menjadi
sasaran pasar katekin adalah ketiga industri di atas dengan mempertimbangkan
kemampuan internal perusahaan dalam pemenuhan permintaan pasar yang
dibidik. Penggunaan katekin yang cukup besar pada berbagai industri hilir
memberikan peluang besar untuk pengembangan produk tersebut. Dalam industri
kosmetika, gambir dapat digunakan untuk astringent yang berfungsi untuk
melembutkan kulit dan menambah kelenturan, daya regang kulit, dan dapat
menghilangkan jerawat. Hal ini menjadikan katekin sebagai bahan yang dapat
diaplikasikan pada berbagai produk perawatan kulit baik dalam bentuk krim,
lotion, bedak, pelembab, dan sebagainya. Salah satu lembaga penelitian di
Amerika yang bernama American Catechin Institute sudah mengembangkan
berbagai macam produk kosmetik yang menggunakan katekin di dalamnya dan
sudah mengkomersialkan produk penelitian tersebut. Menurut informasi dari Balai
Industri Agro dan Biomedika, hingga saat ini produk yang dibuat di dalam negeri
rata-rata masih menggunakan ekstrak katekin dari gambir dalam bentuk kasar
tanpa melalui proses pemurnian, namun katekin murni yang dibuat memiliki
kualitas yang tinggi sehingga memungkinkan mensubstitusi penggunaan katekin
kasar pada berbagai industri kosmetik dalam negeri.
Selain digunakan oleh industri kosmetik, katekin banyak digunakan oleh
indutri farmasi. Sebagai contoh, secara modern gambir dimanfaatkan oleh
perusahaan Zyma dari Swiss yaitu dengan melakukan isolasi katekin dari daun
gambir yang digunakan untuk obat penyakit hati dengan nama paten “Catergen”
39
(Amos et al., 1993). Di lain pihak, Jepang mengembangkan permen pelega
tenggorokan khusus untuk para perokok karena gambir mampu menetralkan
nikotin. PT Ciba Geigy merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan
katekin dari gambir untuk beragam obat-obatan (Nazir, 2009).
Industri minuman yang mengandung antioksidan saat ini sedang menjadi
trend dalam kehidupan konsumen, terutama konsumen dalam negeri. Sebagai
contoh pada produk minuman cola merek Coca Cola saat ini diberikan dibuat
inovasi produk baru dengan melakukan penambahan katekin di dalamnya, untuk
meningkatkan kadar antioksida, contoh lain produk minuman yang menggunakan
katekin tambahan di dalamnya yaitu minuman Yuva yang tinggi antioksidan
buatan American Catechin Institute. Minuman teh yang sering dikonsumsi saat ini
pun mengandung katekin di dalamnnya, untuk meningkatkan kadar antioksidan,
terkadang dilakukan penambahan katekin kembali ke dalam produk tersebut.
Contoh produk pengguna katekin dapat dilihat pada Lampiran 2.
2. Tanin
Selain katekin, industri yang akan didirikan tersebut menghasilkan produk
samping berupa tanin yang memiliki nilai tambah cukup tinggi. Sama halnya
dengan katekin, tidak terdapat data produksi industri pengguna tanin,sehingga
permintaan tanin dihitung dengan menggunakan data ekspor produk pengguna.
Kebutuhan ekspor tanin dihitung berdasarkan data pendekatan kebutuhan tanin
pada produk indutri pengguna dengan komposisi mengacu pada beberapa paten,
skripsi, dan sumber yang menjelaskan mengenai komposisi tanin dalam produk
potensial pengguna tanin. Jumlah permintaan tanin pada produk ekspor pengguna
tanin disajikan pada Tabel 9.
40
Tabel 9. Jumlah Tanin Potensial yang Dibutuhkan untuk Ekspor
No
1
2
Produk Potensial
Pengguna Tanin
Ekspor
(Kg)
Persen Tanin
Yang Dibutuhkan
Dalam Bahan (%)
Volume Kebutuhan
Tanin (Kg)
Penyamak kulit
947.706
5,61
53.166,31
Pewarna alami
makanan
1.310.281
0,5
6.551,41
55.928
39.594
159.112
4,17
4,17
25
2.332,20
1.651,07
39.778
238.986
225.517
4.412
2.097.180
2.396.000
Total
1
5
2
2
2
2.389,86
11.275,85
88,24
41.943,60
47.920
207.096,53
3
4
5
6
7
8
9
10
Peluruh dan anti
karat pada logam
Pelapis logam
Adhesive
Pewarna alami
non makanan
Tinta
Antiseptik
Insektisida
Desinfektan
Sumber: BPS (2009), Gumbira-Sa’id et al. (2009), US Patent (2010)
Pada perhitungan tersebut, nilai produksi industri pengguna tidak diketahui
sehingga nilai permintaan akan tanin sebenarnya lebih besar dari nilai perkiraan
tersebut. Hal ini didukung dengan data mengenai nilai ekspor dan impor tanin
Indonesia tahun 2000-2008 menurut UN Comtrade (2008) (Tabel 10).
41
Tabel 10. Permintaan Ekspor dan Impor Tanin Dunia Tahun 2000-2008
No
1
Tahun
2000
Impor (Kg)
71,175,852
2
2001
75,805,956
3
2002
81,974,490
4
2003
99,278,144
5
2004
97,498,667
6
2005
110,237,058
7
2006
119,725,195
8
2007
134.798.482
9
2008
12,314,530
Sumber : UN Comtrade (2008)
Perhitungan perkiraan permintaan yang dilakukan masih jauh lebih kecil
dari permintaan pasar tanin yang sebenarnya. Kebutuhan tanin yang diperkirakan
hanya 0,15% dari total kebutuhan tanin dunia. Tabel 10 di atas menunjukkan
besar kebutuhan dunia terhadap produk tanin dengan nilai yang cukup tinggi,
misalnya pada tahun 2007 saja kebutuhan tanin sekitar 131.794.482 kg.
Produk samping dari industri ini adalah tanin yang digunakan oleh
berbagai industri hilir sebagai bahan penunjang pada produk yang diproduksi.
Pasar tanin yang potensial dibidik adalah industri penyamak kulit, industri tekstil,
indutri farmasi, industri bahan perekat, dan industri pelapis logam. Contoh
beberapa produk potensial pengguna tanin dapat dilihat pada Lampiran 3. Adapun
target utama pasar adalah industri farmasi. Volume kebutuhan tanin untuk
penyamak kulit lebih besar dibanding kebutuhan pada produk lain, namun
penggunaan tanin kasar yang berharga murah menjadi hambatan bagi masuknya
tanin murni yang diproduksi untuk menggantikan tanin untuk penyamak kulit saat
ini. Oleh sebab itu target pasar tanin adalah industri farmasi. Hal ini menjadi
42
peluang besar bagi industri tanin yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan tanin
pada industri farmasi dan industri tekstil domestik maupun luar negeri.
Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian (2009), permintaan pasar
akan kulit mencapai 150.000 ton per tahun. Proses penyamakan kulit dengan
menggunakan tanin berdasarkan hasil observasi lapang dapat dilihat pada
Lampiran 4. Industri penyamak kulit hanya satu dari beragam industri yang
menggunakan produk tanin, di luar itu masih banyak industri hilir lainnya yang
menggunakan katekin dan tanin dalam produk. Namun untuk industri
penyamakan kulit, kecil kemungkinan untuk mensubstitusi penggunaan tanin yang
saat ini biasa digunakan dengan tanin murni dari gambir. Hal ini dikarenakan
tanin alami yang digunakan oleh industri penyamak kulit saat ini merupakan tanin
yang diekstrak dari beberapa jenis tanaman dan biasanya diproduksi dari hasil
samping suatu produksi tanpa melalui proses pemurnian sehingga harga tanin
tersebut murah, sedangkan tanin yang diproduksi oleh industri yang akan
didirikan adalah tanin murni.
Tanin dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku perekat kayu. Saat ini
kebutuhan bahan perekat industri perkayuan di Indonesia sangat besar yaitu lebih
dari 1,4 juta ton per tahunnya atau lebih dari 9 trilyun rupiah per tahun (Praselya,
B. 2009). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan tanin dalam negeri hanya untuk
industri perkayuan saja sudah cukup besar, sehingga kebutuhan sebenarnya lebih
besar pada berbagai industri pengguna tanin.
Industri lain yang dapat memanfaatkan tanin gambir adalah industri batik.
Berdasarkan hasil observasi lapang, sudah dicoba penggunaan tanin gambir pada
pewarnaan batik tulis di daerah Yogyakarta yang diuji coba oleh pengrajin batik
Fakhrudin AlRozi yang juga mengaplikasikan penggunaan tanin untuk menyamak
kulit ikan pari. Harga yang dipatok untuk setiap potong batik tersebut adalah
minimal Rp 2.000.000,-.
Berdasarkan berbagai informasi di atas, potensi pasar tanin berdasarkan
kebutuhan pada industri pengguna sudah cukup besar. Selain itu, kebutuhan tanin
dalam negeri selama ini masih mengandalkan impor.
Sebagai contoh,
berdasarkan observasi pada industri penyamakan kulit, tanin yang digunakan
adalah didatangkan dari Argentina, Austria, Cina, dan Slovenia. Terdapat banyak
43
industri hilir yang menggunakan katekin dan tanin dalam produk. Dengan
demikian,
industri pembuatan katekin dan tanin
ini prospektif untuk
dikembangkan, mengingat kebutuhan dalam negeri yang besar dan nilai impor
yang masih tinggi.
Pada industri farmasi, tanin digunakan oleh industri obat diare, industri
antiseptic, insektisida, dan desinfektan. Dilihat dari fungsinya sebagai pewarna
alami, tanin dapat digunakan pada industri cat, industri tinta, industri pewarna
tekstil, dan sebagainya.
Berdasarkan data-data yang disajikan pada Tabel 15, total kebutuhan
potensial katekin pada produk ekspor mencapai 1.090 ton per tahun, sedangkan
kebutuhan tanin potensial pada produk ekspor diperkirakan sekitar 207 ton per
tahun. Dari jumlah kebutuhan tanin dan katekin dibandingkan dengan kemampuan
ketersediaan bahan baku, maka perusahaan menargetkan sebanyak 1% pasar
katekin yang akan diambil dari perkiraan permintaan pasar. Perusahaan hanya
menargetkan 1% dari potensi pasar dengan didasarkan pada berbagai
pertimbangan, yaitu produk katekin dan tanin yang diproduksi masih tergolong
produk baru sehingga membutuhkan fase pengenalan produk. Selain itu
dibutuhkan kemampuan mencari pasar yang mampu menyerap produk katekin dan
tanin yang diproduksi, serta menyesuaikan dengan kemampuan perusahaan
memproduksi yang berkaitan dengan kemampuan teknis pabrik dan investasi yang
tersedia.
Dikaji dari jumlah produk yang potensial menggunakan katekin dan tanin
yang sangat tinggi maka peluang untuk mendirikan industri katekin dan tanin
diduga cukup prospektif, terutama ditelaah dari besarnya nilai ekspor dan impor.
Hal ini mendukung pendirian industri katekin dan tanin untuk menjadi salah satu
bahan baku maupun bahan penunjang yang digunakan dalam produk hilir.
B. STRATEGI PEMASARAN
Faktor yang menentukan dalam pencapaian keberhasilan suatu industri
adalah kemampuan industri tersebut memenuhi kebutuhan konsumen melalui
pemasaran prosuk yang dilakukan oleh industri yang bersangkutan. Untuk
mencapai keberhasilan tersebut diperlukan sebuah strategi yang tepat dalam
44
memasarkan produk katekin dan tanin yang dibuat. Industri katekin dan tanin
memerlukan strategi pemasaran dan bauran pemasaran yang tepat.
Pemasaran produk difokuskan pada konsumen industri dengan penjualan
melalui strategi bisnis ke bisnis. Secara lebih spesifik, strategi pemasaran yang
akan dilakukan pada tahap awal meliputi:
1. Segmenting
Segmentasi pasar adalah usaha pemisahan pasar pada kelompok-kelompok
pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan yang memerlukan bauran
pemasaran tersendiri. Perusahaan menetapkan berbagai cara yang berbeda dalam
memisahkan pasar tersebut, kemudian mengembangkan profil-profil yang ada
pada setiap segmen pasar, dan penentuan daya tarik masing-masing segmen.
Katekin dan tanin merupakan produk turunan gambir yang memiliki nilai
tambah yang tinggi dan dibutuhkan oleh berbagai industri hilir. Katekin dan tanin
dapat digunakan sebagai bahan baku, bahan penunjang, maupun bahan substitusi
dari fungsi suatu bahan lain dalam sebuah produk. Katekin dan tanin memiliki
beberapa kelebihan sebagai produk yang berasal dari bahan alami (tumbuhan)
yang berkualitas dengan tingkat kemurnian tinggi dan aman digunakan baik untuk
produk pangan maupun non pangan.
Segmentasi pasar produk katekin dan tanin adalah dibedakan berdasarkan
jenis industri pengguna yakni beberapa industri hilir pengguna katekin dan tanin
sebagai bahan baku maupun bahan pembantu dalam produk tersebut yang menjadi
konsumen dari produk katekin dan tanin. Konsumen industri menggunakan
katekin dan tanin sebagai bahan baku produksi dalam industri tersebut.
Segmen pasar produk katekin dan tanin dibedakan berdasarkan jenis
industri pengguna. Secara lebih lengkap, segmentasi pasar katekin dan tanin akan
dijelaskan berikut ini.
a. Segmentasi Pasar Katekin
Segmen pasar katekin berdasarkan jenis industri dibagi menjadi pasar
industri kosmetik, industri farmasi, dan industri minuman. Industri kosmetik
menggunakan katekin dalam bahan untuk membuat berbagai produk
diantaramya krim anti aging, krim anti acne, krim pengencang kulit. Krim
perawatan kulit siang dan malam, body lotion, serum anti penuaan, sabun,
45
perawatan rambut rusak, lotion perawatan kaki dan tangan, pelembab, dan
bedak. Industri farmasi menggunakan tanin dalam bentuk tablet anti diare,
tablet sakit perut, obat penyakit kanker, obat hepatitis, obat penyakit epilepsi,
obat untuk mengatasi hipotensi, obat penyakit otak, obat untuk alergi purpura,
obat Viagra untuk pria, obat antiseptik, sediaan obat kumur, pasta gigi, dan
tablet pastiles.
Adapun dalam industri minuman katekin digunakan sebagai bahan
tambahan untuk meningkatkan kadar antioksidan dan untuk menjaga
kestabilan warna minuman tersebut. Sebagai contoh produk minuman cola
yang dibuat oleh PT.Coca Cola Company melakukan inovasi pada produk
minumannya yaitu dengan menambahkan katekin dalam produk minuman
Coca Cola plus catechin dan produk minuman kesehata Yuva hasil penelitian
dari American catechin institute.
b. Segmentasi Pasar Tanin
Segmen pasar tanin berdasarkan jenis industri dibagi menjadi pasar
industri pangan, industri pewarna tekstil, industri kulit, industri batik, industri
farmasi, industri perekat, industri cat, industri tinta, dan industri pelapis
logam. Pasar industri pangan menggunakan tanin sebagai pewarna dalam
produk pangan tersebut. Industri pewarna digunakan untuk pewarnaan pada
tekstil. Industri batik menggunakan tanin untuk mewarnai batik yang dibuat,
harga batik yang dibuat dengan pewarna gambir memberikan nilai tambah
berupa warna alami yang dihasilkan dan warna yang stabil sehingga memiliki
nilai dan harga jual yang lebih tinggi. Industri farmasi digunakan untuk obat
anti diare, obat sakit perut, obat bisul, dan obat luka bakar.industri kayu lapis
saat ini banyak menggunakan tanin dari tumbuhan akasia untuk dijadikan
bahan perekat, dengan jumlah kebutuhan perekat yang cukup tinggi yaitu
sebesar 1,4 juta ton per tahunnya memungkinkan produk tanin yang
diproduksi untuk menggantikan penggunaan tanin dari bahan lain.
Pada industri penyamak, tanin digunakan untuk menyamak pada proses
tanning dan retanning. Namun berdasarkan observasi lapang, tanin yang biasa
digunakan pada industri penyamakan kulit adalah tanin hasil samping dari
industri pembuatan kertas maupun industri lain tanpa melalui proses
46
pemurnian. Artinya tanin yang digunakan merupakan ekstrak kasar dari bahan
tertentu, dimana harga tanin yang digunakan jauh lebih rendah dari pada tanin
murni yang diproduksi pada industri katekin dan tanin yang akan didirikan,
sehingga tanin yang diproduksi tidak memungkinkan menjadi substitusi dari
tanin yang biasa digunakan saat ini pada proses penyamakan kulit. Tanin
dapat pula digunakan sebagai peluruh karat dan pelapis pada logam. Dengan
kondisi saat ini bahwa produk berbahan dasar logam banyak di pasaran
dengan daya tahan rendah dan rentan terhadap pengkaratan, tanin yang
diproduksi sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pelapis logam dan
peluruh karat pada logam.
Berdasarkan aspek geografis, segmen utama yang dituju adalah industri
dalam negeri yang memproduksi produk pengguna katekin dan tanin untuk
ekspor. Namun tidak menutup kemungkinan setelah produksi stabil dan pasar luas
maka segmen meluas menjadi industri luar negeri atau impor produk. Pemilihan
segmen di atas akan disesuaikan pada kapasitas produksi, ketersediaan bahan
baku, peluang pasar, kemudahan promosi dan pendistribusian, serta kondisi rantai
pasokan. Segmen tersebut akan semakin diperluas seiring dengan perkembangan
perusahaan.
2. Targeting
Setelah proses segmentasi pasar selesai dilakukan, maka dapat diketahui
beberapa segmen yang dianggap potensial untuk dimasuki. Secara umum,
penetapan pasar sasaran dilakukan dengan mengevaluasi kelebihan setiap segmen,
kemudian dilakukan penentuan target pasar yang akan dilayani. Targeting adalah
suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Target
pasar dari produk katekin dan tanin dijelaskan sebagai berikut.
Target pasar produk katekin adalah industri farmasi, industri kosmetika,
dan industri minuman. Konsumen industri bagi produk tanin meliputi industri
farmasi, industri tinta, industri perekat, dan industri pelapis logam. Pasar yang
dijadikan target utama pemasaran produk tanin adalah industri farmasi dan
industri pewarna tekstil, namun segmen pasar lain yang potensial menggunakan
tanin akan dilayani dengan persentase lebih kecil dibanding pasar utama.
47
a. Target Pasar Katekin
Target pasar katekin ditentukan dari industri pengguna katekin yang
memberikan nilai yang tinggi pada penggunaan katekin di dalamnya.
Berdasarkan evaluasi pada setiap segmen pasar, segmen industri kosmetika
merupakan segmen yang memberikan nilai tertinggi baik dari volume
penggunaan bahan maupun nilai tambah dan kemungkinan perkembangan di
masa yang akan datang memberikan nilai tertinggi dibandingkan dengan
segmen pasar lainnya. Pasar industri kosmetik merupakan target utama pasar
yang akan dilayani, namun segmen pasar lainnya pun akan dilayani namun
bukan segmen utama yang dilayani.
b. Target Pasar Tanin
Sama halnya dengan penentuan target pasar katekin, penentuan pasar tanin
juga dikaji dari segmen pasar yang memiliki nilai tertinggi baik dari segi
kebutuhan pasar, nilai tambah yang dihasilkan, dan perkembangan di masa
yang akan datang. Berdasarkan dari evaluasi pada setiap segmen, target pasar
tanin yang dibidik adalah industri farmasi. Industri farmasi adalah segmen
utama yang dilayani, namun tidak menutup kemungkinan segmen lain pun
akan dilayani menyesuaikan dengan kapasitas produksi yang dimiliki.
3. Positioning
Salah satu elemen penting dari strategi pemasaran adalah positioning,
yaitu bagaimana menempatkan keunggulan produk yang sesuai dengan keinginan
konsumen. Dengan menempatkan keunggulan di benak konsumen hal ini akan
menumbuhkan kepuasan konsumen sekaligus akan membedakan produk dari para
pesaing di benak target pasar. Jika diamati pada keadaan pasar, produk katekin
dan tanin masih sangat jarang ditemukan terutama kalangan produsen dalam
negeri, sehingga masih sangat potensial untuk dikembangkan. Namun perlu
diperhatikan saat ini pesaing produk katekin dan tanin adalah produsen dari India,
Amerika Serikat, Argentina, Austria, dan Cina. Selain itu pesaing muncul dari
industri yang menghasilkan produk yang dapat disubstitusi oleh produk katekin
dan tanin.
48
Melalui kegiatan positioning, perusahaan harus mampu membentuk citra
produk unggulan dimana persepsi konsumen terhadap katekin dan tanin yang
diproduksi sebagai produk yang lebih unggul dibanding dengan produk pesaing
dengan kualitas yang dapat dipercaya. Elemen positioning yang dimiliki oleh
produk katekin dan tanin adalah elemen benefit positioning. Benefit positioning
dari produk katekin dan tanin yaitu produk katekin dan tanin dibuat sesuai dengan
kebutuhan konsumen industri yang akan menggunakan produk, lebih menekankan
pada spesifikasi produk yang dibutuhkan oleh masing-masing perusahaan
pengguna.
Positioning dari produk katekin dan tanin lebih menguatamakan kualitas
dan spesifikasi terstandar dari industri pengguna produk tersebut, karena
pengguna bukan merupakan konsumen akhir melainkan konsumen industri yang
akan menggunakan kembali katekin dan tanin dalam produk hilir industri tersebut.
Oleh karena itu positioning dari katekin dan tanin adalah barang berkualitas
dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
4. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan seperangkat alat pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya
di pasar sasaran (Kotler, 2000). Alat-alat itu diklasifikasiikan menjadi empat
kelompok yang luas yang disebut empat P dalam pemasaran yaitu produk
(product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).
1. Strategi Produk
Strategi produk sangat perlu disiapkan dengan baik oleh suatu perusahaan
yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya. Strategi produk yang tepat
akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul
daripada pesaingnya.
Produk yang dihasilkan oleh industri pengolahan gambir adalah katekin
dan tanin. Menurut tujuan pemakaian, produk katekin dan tanin yang diproduksi
tergolong barang industri, karena katekin dan tanin tersebut digunakan kembali
pada proses produksi berikutnya. Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan
dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Katekin dibuat untuk
49
memenuhi permintaan industri kosmetik, farmasi, dan industri minuman. Contoh
penampakan produk katekin yang diproduksi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Penampakan Katekin Sebelum Dikemas
Di lain pihak tanin dibuat untuk memenuhi permintaan industri farmasi
dan industri pewarna tekstil. Pada Gambar 11 diperlihatkan penampakan tanin
yang diproduksi sebelum dikemas.
Gambar 11. Penampakan Tanin Sebelum Dikemas.
Standarisasi yang digunakan dalam produksi tanin pada perusahaan ini
adalah mengacu pada standar tanin GB 5308-85 untuk industrial grade. Standar
tanin GB 5308-85 dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Standar Tanin Industrial Grade GB 5308-85
Grade
I
II
III
Tannic acid content (%)
≥ 81,0
≥ 78,0
≥ 75,0
Loss in drying (%)
≤ 9,0
≤ 9,0
≤ 9,0
Water insoluble (%)
≤ 0,6
≤ 0,8
≤ 1,0
Total colour (lovibond)
≤ 2,0
≤ 3,0
≤ 4,0
Sumber: CIFOR Occasional Paper No.6 NWFPs in China (1995)
Katekin dan tanin yang dihasilkan dari gambir asalan memiliki pesaing
kuat di dalam industri hilir, selain industri yang menghasilkan produk yang sama,
yang menjadi pesaing utama dalam pasar industri adalah produk sejenis yang
50
dihasilkan dari tanaman lain. Pesaing utama katekin adalah industri penghasil
katekin dari bahan baku teh, dimana katekin dari bahan teh saat ini paling banyak
tersedia di pasaran, selain dari teh, katekin diperoleh dari tanaman genus uncaria.
Namun katekin dan tanin yang dihasilkan dari gambir memiliki keunggulan
dibanding produk substitusinya yaitu tingkat kemurnian yang tinggi dan terstandar
untuk mendukung kualitas produk hilir pengguna. Di lain pihak, tanin di pasaran
memiliki pesaing yang cukup banyak. Baik industri penghasil tanin yang dari
bahan yang sama, industri tanin yang diekstrak dari bahan baku lain. Pesaing
penghasil tanin dari bahan nabati lain yaitu industri penghasil tanin dari kayu
akasia, pinus, eukaliptus, wattle, quebracho, dan cesnat.
Katekin dan tanin tergolong barang-barang industri yang tergolong baru
yang memerlukan pengujian produk secara ekstensif di laboratorium untuk
mengukur kinerja keandalan, rancangan, dan biaya operasi. Pada industri katekin
dan tanin yang akan didirikan, pengujian produk dilakukan secara intensif pada
produk yang dibuat dengan melakukan kerjasama dengan lembaga pengujian yang
sudah tersertifikasi yaitu PT. Sucofindo. Sistem pengujian (sertifikasi) produk
dilakukan dengan cara pengujian sampel tiap kali produksi sehingga katekin dan
tanin yang dihasilkan terstandar dan memenuhi kualitas yang dibutuhkan industri
pengguna.
Orientasi perusahaan ke arah pasar menggunakan pendekatan konsep
produk dimana dalam implementasi pemasarannya sangat mengutamakan
keunggulan produk baik dari dari segi kemurnian, tingkat mutu, kualitas bahan
baku, keamanan mengkonsumsi, dan kehalalan. Pendekatan konsep itu dibentuk
dengan harapan katekin dan tanin dapat bersaing di pasaran.
Produk yang dihasilkan dalam bentuk bubuk kemudian dikemas dalam tiga
jenis kemasan. Produk katekin dan tanin dikemas dalam kemasan primer berupa
alumunium foil, kemasan sekunder berupa kaleng, dan kemasan tersier berupa
dus. Kemasan dalam bentuk kaleng berkapasitas 5 kg per kaleng. Penampakan
kemasan produk katekin dan tanin berupa kaleng dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Strategi Harga
51
Perusahaan melakukan penetapan harga dengan cara membandingkan
harga produk yang sedang digunakan di pasaran atau biasa disebut dengan industri
standar yaitu membandingkan dengan harga yang ditetapkan oleh pesaing yang
saat ini berlaku di pasaran pada umumya . Harga jual katekin yang beredar di
pasaran pada tingkat pengecer adalah berkisar antara Rp.6.000.000,00 –
Rp.8.000.000,00 per Kg, sedangkan harga jual tanin pada tingkat pengecer berada
pada kisaran harga Rp.3.000.000,00 – Rp.4.000.000,00 per Kg (Gumbira-Sa’id et
al., 2009).
Untuk menetapkan harga katekin dan tanin yang diproduksi, digunakan
data harga katekin dan tanin yang berada di bawah harga pasar saat ini. Kebijakan
ini diambil sebagai upaya penetrasi pasar. Harga jual katekin yang diproduksi
adalah Rp. 4.000.000,- dan tanin dijual dengan harga Rp. 2000.000,-. Harga
produk katekin dan tanin yang diproduksi tidak tetap, melainkan terjadi
peningkatan harga. Kenaikan harga ditetapkan secara bertahap mengingat pasar
katekin dan tanin merupakan pasar yang baru dibangun sehingga sangat
memerlukan strategi pemasaran sebagai tahap awal pengenalan produk di pasaran.
3. Strategi Tempat dan distribusi
Menurut Kotler (2000) saluran pemasaran dapat dilihat sebagai
sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu dengan lainnya serta terlibat
dalam proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk digunakan. Saluran
pemasaran dicirikan dengan jumlah tingkat saluran. Katekin dan tanin sebagai
barang industri memiliki tipe saluran pemasaran untuk memasarkan produk
tersebut ke indutri hilir pengguna produk.
Terdapat beberapa alternatif saluran pemasaran yang dapat digunakan.
Pertama, PT. Gambir Agro Farmaka (PT. GAF) dapat membentuk organisasi
penjualan produk katekin dan tanin untuk menjual secara langsung produk ini ke
pelanggan industri melalui metode bisnis ke bisnis. Kedua, produk katekin dan
tanin disalurkan melalui distributor industri pada wilayah dan industri pengguna
akhir yang berbeda-beda. Tipe saluran distribusi katekin dan tanin merupakan tipe
saluran distribusi untuk barang industri. Namun untuk tahap penetrasi pasar pada
awal produksi dilakukan alternative pertama, yaitu memasarkan langsung melalui
organisasi penjualan yang dibentuk oleh perusahaan. Hal ini dilakukan karena
52
produk katekin yang dibuat masih dalam jumlah terbatas dan kegiatan pemasaran
yang digunakan adalah bisnis ke bisnis yang memasarkan barang industri
sehingga dibutuhkan komunikasi langsung antara penjual dan konsumen industri.
Pemilihan strategi ini mengharuskan PT. Gambir Agro Farmaka
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pemasaran produk katekin
dan tanin yang dihasilkan, diantaranya pembentukan, tim pemasaran, tempat
persediaan produk, dan strategi pemasaran.
4. Strategi Promosi
Dalam pelaksanaan pemasaran produk katekin dan tanin diperlukan
strategi promosi yang tepat karena produk katekin dan tanin masih tergolong
produk baru yang berada pada tahap pengenalan. Promosi merupakan suatu
komponen yang sangat penting dalam pemasaran karena promosi dapat dijadikan
alat pengenalan produk sekaligus meraih pangsa pasar. Bauran komunikasi
pemasaran (bauran promosi) terdiri dari empat perangkat utama, yaitu iklan,
promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), dan
penjualan personal (personal selling) (Kotler,
2000). Bauran promosi yang
digunakan yaitu melalui promosi penjualan melalui internet (e-commerce),
melalui pameran-pameran, dan melakukan penjualan personal bisnis ke bisnis
dengan cara penawaran-penawaran ke industri pengguna katekin dan tanin dan
selanjutnya menjalin hubungan kemitraan dengan perusahaan pengguna produk
katekin dan tanin tersebut.
Strategi pemasaran yang paling tepat digunakan adalah strategi bisnis ke
bisnis karena target pasar produk katekin dan tanin adalah konsumen industri. Hal
utama yang dipertimbangkan dalam strategi bisnis ke bisnis adalah spesifikasi sari
produk katekin dan tanin yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan industri hilir
yang akan menggunakan produk tersebut. Strategi bisnis ke bisnis dilakukan
melalui promosi dengan menitik beratkan pada metode penjualan personal melalui
presentasi penjualan, pertemuan pejualan, komunikasi melalui media elektronik
(telepon,fax, email), program insentif, sample pada pelanggan-pelanggan industri
serta melalui pameran dagang nasional maupun internasional.Dalam melakukan
promosi produk katekin dan tanin akan dilakukan melalui dua cara yaitu
melakukan penjualan dengan menjual sendiri menggunakan tenaga pemasar yang
53
dimiliki perusahaan dan menjual produk dengan bekerjasama dengan distributor
bahan kimia dan produk lainnya yang saat ini sudah bergerak di bidang tersebut.
Konsumen dari industri katekin dan tanin yaitu beberapa industri hilir yang
masih sedikit mengetahui kehadiran produk katekin dan tanin dari gambir asalan.
Oleh karena itu tahapan untuk memperkenalkan kepada konsumen dimulai dari
menarik perhatian (awareness), stelah itu tumbuh minat (interest), kemudian
berkehendak (desire) untuk melakukan (action) pembelian produk tersebut. Di
Indonesia, produk katekin dan tanin sudah digunakan oleh beberapa industri hilir,
namun katekin dan tanin yang digunakan berasal dari bahan baku sumber daya
alam non gambir sehingga PT. Gambir Agro Farmaka perlu menciptakan pasar.
Selain itu saat ini kebanyakan industri hilir menggunakan katekin dan tanin
dengan menggunakan ekstrak dari gambir dalam bentuk crude tanpa pemurnian.
Sehingga untuk memperoleh pasar perlu diciptakan pasar pengguna katekin dan
tanin serta memperkenalkan produk yang dibuat pada pasar dengan menciptakan
citra produk pada benak konsumen industri sebagai produk terstandar yang
memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan oleh masing-masing industri hilir.
54
Download