Seminar Nosional Peternakan dan Veteriner 1998 PENURUNAN KADAR ASAM TANAT, ISOLAT TANIN TERKONDENSASI DAN TANIN DALAM KALIANDRA SELAMA INKUBASI DALAM CAIRAN RUMEN ELIZABETH WINA, SUSANAI.W .R ., dan BuDITANGENDJAJA Balai Penelitian Tentak, P.O . Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Percobaan secara in vitro telah dilakukan di laboratorium Balitnak Ciawi untuk mengukur penurunan kadar senyawa tanin ketika diinkubasi dalam cairan rumen kambing lokal. Dua ekor kambing yang digunakan dan masing-masing telah beradaptasi dengan kaliandra atau nunput Gajah selama 3 bulan . Cairan rumen diambil melalui fistula dan diinkubasi in vitro dengan masing-masing senyawa asam tanat, isolat tanin terkondensasi dengan atau tanaa tambahan rumput Gajah sebagai substrat clan juga daun kaliandra. Contoh sebanyak 1 ml diambil pada 0, 3, 6, 12, 24 dan 48 jam setelah masa inkubasi . Kadar asam tanat hilang dengan cepat pada awal inkubasi dan tersisa kurang dari 10% sesudah 24 jam inkubasi . Penambahan substrat rumput Gajah meningkatkan kecernaan penurunan kadar asam tanat atau tanin . Tanin dalam daun kaliandra juga menghilang selama inkubasi dalam cairan rumen kambing clan kadar tanin lebih cepat menurun bila menggunakan cairan rumen yang berasal dari kambing yang memakan kaliandra. Lebill dari 90% kadar tanin dalam daun menghilang setelah inkubasi 6 jam. Isolat tanin terkondensasi juga menurun selama inkubasi . Dapat disimpulkan bahwa cairan rumen kambing lokal Indonesia mempunyai ketnampuan mengurangi senyawa tanin dan studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui menurunnya kadar tanin apakah disebabkan oleh pemecahan atau modifikasi struktur kimia. Kata kunci : Tannin, Calliandra calothvmus, in vitro rumen PENDAHULUAN Calliandra calothyrsus adalah tanaman leguminosa yang tumbuh di daerah tropis . Dilaporkan bahwa tananian ini dapat tumbuh baik di lingkungan yang berbeda-beda termasuk dalam tanah asam (PALMER et al ., 1989), tetapi kaliandra sangat cocok tumbuh di daerah dataran tinggi yang mempunyai curah hujan tinggi . Di Indonesia terutama di Jawa, penyebaran tanaman kaliandra dipromosikan oleh Dinas Kehutanan untuk dipakai sebagai tanaman pelindung di daerah penyangga kehutanan. Dengan demikian, tanaman kaliandra dapat mencegah kerusakan lultan oleh penebang liar clan dapat dipakai sebagai pakan ternak ruminansia oleh peternak kecil atau sebagai kayu bakar (TANGENDJAJA et al., 1992). Sebagai pakan ternak, kaliandra merupakan sumber protein yang baik karena mengandung protein yang cukup tinggi (sampai 25%) . Tetapi kaliandra juga mengandung senyawa sekunder, tanin, yang cukup tinggi (11%). Percobaan terdaliulu pemberian kaliandra segar sebanyak 30% dapat meningkatkan bobot badan ternak seperti lialnya dengan suplemen leguminosa yang lain seperti lamtoro atau gamal. Hal ini cukup menarik karena tanin dilaporkan dapat menurunkan kualitas protein dalam daun dengan mengikat protein sehingga tidak mudah dicerna. Proses pengeringan menurunkan kecernaan protein kaliandra secara nyata (WINA et al., 1993) dan perlakuan dengan polietilen glikol atau kapur dapat meningkatkan kecernaan kaliandra dan 503 Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 meningkatkan pertambahan bobot badan harian ternak domba (WINA et at., 1994) . Jadi tanin dalam kaliandra dapat menguntungkan atau merugikan tergantung dari proses yang dibakukan terhadap daun kaliandra tersebut . Tanin menguntungkan bila pengikatan dengan protein bersifat sementara hanya dalam rumen dan kemudian protein dilepaskan setelah pasca rumen dan dicerna oleh enzim pencernaan . Sebaliknya tanin merugikan bila ikatan dengan tanin sangat kuat dan protein menjadi tidak tersedia bagi ternak dan keluar bersama feses. Teori yang ada sampai sekarang baliwa tanin akan mengikat protein dan tanin tenitama tanin terkondensasi tidak dapat dipecah oleh mikroorganisme rumen (MAKKAR et al., 1995), sedangkan tanin terhidrolisa dapat dipecah oleh mikroorganisme rumen (MURDIATI et al., 1991) . Dalam percobaan ini, kasar asam tanat atau tanin diamati selama inkubasi dalam cairan rumen dari kambing yang tidak atau diadaptasi dengan kaliandra . MATERI DAN METODE Materi " Calliandra calothyrsus ditanam di Ciawi-Bogor (500 in di atas perniukaan laut dengan curah hujan sebesar 4.200 mm) . Knliandra diambil dari kebun percobaan di Ciawi dan daunnya segera dibekukan dan kemudian keesokan hari, daun beku dimasukkan ke dalam alat "kering beku" selama 3 hnri. Contoli kering digiling dan niendapatkan tepung kaliandra . Tanin diisolasi dari tepung kaliandra berdasarkan metode HAGERMAN dan BUTLER (1980), Tanin diekstrak dengan metanol dan dimurnikan melalui koloun klironi itografi Sepliades LH-20 dan dielmusi oleh larutan aseton 50%. " Asam tanat diperoleh secara komersial . " Dua ekor kambing yang difistula dimunakan dalam percobaan ini . Kambing pertaina diberi makan nimput Gajah sedangkan kambing kedua diberi makan 100% kaliandra segar. Cairan rumen diambil dari setiap kambing melalui fistula dan disaring dengan kain putili serty dimasukkan ke dalain termos. Fermentasi in vitro Ada 6 jenis substrat yang disiapkan dan diulang tiga kah, yaitu: a) b) c) d) e) f) 0,2 0,2 0,2 0,2 1,5 0,5 g g g g g g asam tanat asaiii tanat dengan numput Gajali giling 1 (0,5 g) isolat tanin kasar isolat tanin kasar dengan nimput Gajah giling (0,5g) daun kaliandra segar dan dipotong lialus tepung kaliandra kering beku Substrat dimasukkan ke dalam masing-masing tabung plastik 100nil . Sebanvak 10 nil caira rumen dan 40 nil lanitan buffer Mac Doughall ditanibalikan ke dalain tabling dengan disert2 penyemprotan dengan gas CO, . Tabung ditutup rapat dengan tutup karet dan diinkubasi sanib digoyang dalani penangas air pada suliti 39°C selauna 48 jani. Pada jam 3, 6, 12. 24 dan 48 jai inkubasi, sebarivak I ml larutan diambil dari dalani tabung yang diinkubasi . Setiap scles~ pengambilan sampel, gas CO, gas hanis diseniprotkan ke dalam tabung dan tabung ditutup rap; 504 Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 lagi dan inkubasi dilanjutkan . Larutan contoh digunakan untuk analisis kadar tanin berdasarkan metode presipitasi protein (HAGERMAN clan BUTLER, 1978) . Analisis tanin dengan metode analisis presipitasi protein Sebanyk 0,20-0,50 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10 nll . Lanitan diencerkan menjadi 1 ml dengan air distilasi dan direaksikan dengan 1 ml larutan Bovine Sertun Albumin dalam buffer asetat 0,2 M pH 5 berisi NaCl 0,17 M (2 mg/ml) . Campuran reaksi dibiarkan pada suhu 4 0 C selama 15 menit . Endapan yang terbentuk dipisaltkan setelah disentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan 3 000 rpm . Endapan dilarutkan kembali dengan campuran larutan SDS-TEA sebanyak 4 ml (1% SDS, 5% TEA dalaln air distilasi) dan tanin kemudian direlksikan 1 ml larutan 0,1 M FeC13 dalam 0,01 N HCI . Larutan disentrifugasi kelnbali pada kecepatan 3 .000 rpm selama 10 menit . Absorban larutan diukur tnenglnlnakan spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar asam tanat yang diinkubasi dalam cairan rumen kambing ditunjukkan pada Ganlbar 1 . Terjadi penurunan yang drastis terhadap kadar asam tanat pada 6 jam pertanla inkubasi baik menggunakan cairan rumen kambing yang memakan kaliandra maupun cairan nlnlen kambing yang memakan rumput Gajah. Sebanyak lebill dari 50% asam tanat telah llfang pada inkubasi selama 6 jam . Pola penurunan yang hanlpir santa ditunjukkan olell kedua cairan runlen dan pada akhir masa inkubasi 48 jam, kadar asam tanat tinggal kurang dari 10%. Hilangnya kadar asam tanat lebih cepat lagi dengan penambahan substrat nlmput Gajah (Gambar lb). Dalaln 6 janl pertama inkubasi, kadar asam tanat tinggal kira-kira 10%. Asam tanat merupakan tanin terhidrolisa yang berarti mudah terhidrolisis atau terpecah oleh adanya asam atau basa atau enzinl hidrolase menjadi monomer asam galat clan asam elagat serta gula sederhana . Kenianlptlall mikroba rumen dalanl kedua cairan tersebut hanlpir salna dalaln nlenlec, h asam tanat berarti untuk memecaltkan asam tanat tidak dikeuakan adaptasi terhadap pakan kaliandra atau baktcri spesifik. Asaln tanat yang ternletabolisine akan dikeluarkan inelalui urin dalaln bentuk senyawa konjugasi glukoronat dari asaln galat dan asam elagat (MURDIATI et al. 1991) . Walauptln asaln tanat mudall terpecall dalam rumen, penlberian secara nltin sebanyak 2% dari konsunlsi ballan kering akan menyebabkan pertunlbulian kambing terganggu dan kenlsakan organ-organ tubuh (TRIPATHY et al., 1984) . Kelompok tanin terhidrolisa dalaln daun harendong (Clidenfa hirta) dapat menyebabkan pertumbuhan kambing dan firngsi hati serta pencernaan terganggu tetapi kerusakan ini dapat dikurangi atau dihilangkan dengan perendantan dengan kapur (MURDIATI et al., 1990) . Asam tanat merupakan tanin terhidrolisa sedangkan tanin dalanl daun leguminosa dilaporkan banyak mengandung tanin terkondensasi perlu dilakukan isolasi tanin dari daun yang akan diuji pada ternak sehingga pengaruh kerja rumen terhadap tanul terkondensasi dalam daun tersebut atau sebaliknya dapat dipelajari lebill teliti clan mendalam . Ganlbar 2 memperlihatkan pelnanfaatan hasil isolasi tanin dari daun kaliandra dan diamati kadar tanin selama diinkubasi dalanl cairan runlen dari kambing pemakan ruinput atau pemakan kaliandra . Kadar tanin dengan cepat nlenunin pada 3 jam masa inkubasi bila menggimakan cairan rumen kambing pemakan rumput (tinggal <40%) dan pada 6 jam masa inkubasi bila menggunakan cairan rumen kambing pemakan kaliandra . Pada inkubasi selanjutnya kadar tanin yang tersisa akan lebill rendah bila menggunakan cairan rumen kambing pemakan kaliandra dibanding pemakan nlmput . Penambahan substrat 505 Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner 1998 rumput Gajah ke dalam tabung in vitro (Gambar 2b) mempercepat penurunan kadar tanin. Hal ini sama dengan pada Gambar lb yang berarti rumput Gajah akan meningkatkan kerja mikroba nimen . sehingga penurunan kadar tanin semakin cepat. Penurunan kadar tanin diperkirakan karena tanin berikatan dengan protein pakan atau mikroba atau enzim. PEREZ-MALDONADO (1994) mendapatkan penurunan tanin bebas yang sangat nyata dan sebaliknya peningkatan tanin terikat dengan protein dan senat yang cukup tinggi di dalam rumen ketika domba diberi pakan campuran kaliandra kering (30%) dengan rumput Pangola. Waktu adaptasi terhadap pakan kaliandra yang tidak cukup lama (14 hani) menyebabkan kemungkinan adanya mikroba pemecah tanin menjadi kecil. la . - 3ubstrat rumput gajah 3 v _10 l0 l0 10 H N v OI C W T i0 C m E N e 0 Gambar 1. 3 6 12 24 Lama inkubasi (jam) 48 0 3 6 12 Lama inkubasi (jam) 24 --a-- Kambing makan kaliandra -a- Kambing makan kaliandra -+-Kambing makan rumput -+-Kambing makan rumput 48 Kadan asam tanat selama inkubasi asam tanat dengan cairan nunen tanpa dan dengan substrat nunput Gajah Penurunan tanin dapat pula dikarenakan adanya interaksi tanin dengan protein enzim menyebabkan tanin menghambat kerja rumen selulase, urease, protease, glutamat dehidrogenasc clan glutamat piruvat transaminase (HORIGOME et al ., 1988 ; MAKKAR, 1993). Penuninan kadal tanin dapat disebabkan oleh perubahan struktur tanin sehingga tidak dapat dideteksi dengar metode yang dipakai atau tanin memang dipecah oleh mikroba rumen. Alasan terakhir sampai saw ini belum pernah disetujui karena MAKKAR et al . (1995) tidak inemperoleli pemecahan tanin ketik~ menginkubasi Quebracho tanin dalam tabung in vitro. MAKKAR et al . (1995) menggunakan cairan rumen sapi yang diadaptasi selama 8 hani dengan Quebracho tanin dalam sistem RUSITEC Kemungkinan cairan rutnen ini memang tidak tnengandung mikroba peniecali tanin sania sekal sehingga MAKKAR menyimpulkan bahwa tidak ada mikroba runen yang dapat memecall tanir kondensasi . Penelitian pendaliuluan di IPB (A'nJN, komunikasi pribadi) mendapatkan indikas adanya pemecahan tanin oleh isolat mikroba nimen yang diisolasi dari rumen kambing Kal 50 6 SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998 Gesing (daerall Jawa Tengah) yang sudah beradaptasi dengan kaliandra sejak lahir. Hal ini ditunjukkan oleh hasil analisis dengan HPLC . Produk metabolit yang mungkin keluar dalaiu urin adalah produk senyawa fenolat sederhana seperti asam-asam hipurat, sinamat, benzoat, 3-fenil propionat yang berkonjugasi sebagai glisin, glukoronat atau sulfat (MAKKAR, 1993) . C A _A E m v R N OI C (4 T C C A e 3 6 12 24 Lama inkubasi Qam) Kambing makan kaliandra -~ Kambing makan rumput Gambar 2. 48 0 3 6 12 24 48 Lama inkubasi Qam) -+-Kambing makan kaliandra -+-Kambing makan rumput Kadar tanin selama inkubasi isolat tanin dengan cairan nimen tanpa dan dengan substrat nunput Gajah Gambar 3 memperlihatkan kehilangan kadar tanin dari daun kaliandra segar clan kering beku ketika diinkubasi dalam cairan rumen kambing. Pola penurunan yang diperliliatkan sedikit berbeda dengan Gambar I dan 2 . Penuninan kadar tanin selama inkubasi dengan cairan rumen kambing yang memakan kaliandra sangat cepat yaitu pada awal 6 jam inkubasi, kadar tanin sisa tinggal 51%, dan hampir tidak berubah sampai akllir masa inkubasi . Bila menggunakan cairan runien kambing yang memakan rumput, penurunan kadar tanin pada awal 3 jam inkubasi sebesar 35-45% dan untuk kaliandra segar kadar tanin semakin naik dengan lamanya inkubasi (Gambar 3a), sedangkan untuk tepung kaliandra kadar tanin hanya sedikit menurun dengan lamanya inkubasi (Gambar 3b). Tampaknya bila tanin berada dalam matrik daun dan lepas ke dalam larutan maka tanin ini tidak mudah hilang dalam cairan rumen kambing yang memakan rumput . Nampaknya diperlukan adaptasi terhadap kaliandra yang lebih lama untuk mencerna keseluruhan daun kaliandra . Hal yang sama terjadi pada domba Merino yang diadaptasi lebih lama dengan kaliandra maka konsumsi dan kecernaan kaliandra semakin meningkat (TANGENDJAJA dan WINA, 1998). Seperti pada Gambar 2, tanin kemungkinan besar dapat dipecah oleh mikroba rumen yang memang sudah ada di dalam rumen kambing lokal Indonesia baik yang memakan kaliandra maupun yang memakan rumput . Yang masih harus diteliti lebih lanjut adalah apakah ada mikroba rumen spesifik atau mikroba campuran untuk memecah tanin terkondensasi atau adakah perubahan struktur tanin sehingga tidak dapat diukur dengan metode presipitasi protein. 507 Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998 cm 2 E9 v d c c 'c 201 e 0 3 6 12 24 0; 48 -_0 3 12 24 48 Lama inkubasi (jam) Lama inkubasi Qam) Gambar 3. 6 -~ Kambing makan kaliandra -a- Kambing makan kaliandra - -Kambing makan rumput - -Kambing makan rumput Kadar tanin selama inkubasi in vitro dalam cairan rnnen kambing dengan kaliandra segar dan kering beku sebagai substrat KESIMPULAN Kadar asam tanat, isolat tanin dan tanin dari kaliandra menurun drastis ketika diinkubasi secara in vitro dalam cairan rumen kambing baik yang mernakan rumput atau kaliandra. Kecepatan penurunan hampir sama pada kedua jenis cairan rumen ini kecuali pada penuninan kadar tanin dari kaliandra yang sedikit melambat pada penggttnaan cairan rumen kannbing yang memakan rumput . UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupAan bagian dari proyek penelitian yang disponsori oleh ACIAR PN 9318 . DAFTAR PUSTAKA HAGERMAN, A.E . and L.G .BUTLER. 1978 . Protei n precipitation method for quantitative detennination of tannins. J. Agric and Food Chem . 26 : 809-812 . HAGERMAN, A.E. and L.G .BUTLER. 1980 . Condensed tannin purification and characterisation of tannin associated proteins . J. Agric. and Food Chem . 28 : 947-952 . HORIGOIvf, T. R. KumAR, and K. OKAMOTO. 1988 . Effects of condensed tannins prepared from leaves of fodder plants on digestive enzymes in vitro and in the intestine of rats. Brit. J. Nutrition 60 :275-285 . Anti-nutritional Factors in Foods for Livestock. Annual Production in Developing Countries . Occasional Publication no 16 - Brit . Soc. of Animal Production (eds . GILL, M., E.OWEN, MAKKAR, H.P .S . 1993 . G.E . POLLOTT and T.L .J . LAWRENCE) 69-85. NIAKKAR, H.P .S ., M. BLUMIVML, and K. BECKER . 1995 . and saponins and fate of tannins in the rumen. J. 50 8 In vitro effects of and interactions Sci. Food Agric. 69 : 481-493. between tannins Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 MAKKAR, H.P .S ., K. BECKER, HJ. ABEL, and C. SzEGLETTL 1995 . Degradation of condensed tannins by rumen exposed to Quebracho Tannins (QT) in rumen simulation technique (RUSITEC) and effects of QT on fermentation processes in the RUSITEC. J. Sci. Food Agric. 69 : 495-500. MuRDIATI, T.B ., C.S . MCSWEENEY, R.S .F . CAIv4PBELL, and D.S . STOLTZ . 1990. Prevention of hydrolysable tannin toxicity in goats fed Clidemia hirta by Ca(OH)2 supplementation J. of Applied Toxicol. 10(5):325-331 . MuRmATi, T.B . 1991 . Comparative Study on the Toxicity of Hydrolysable Tannins in Ruminants. PhD Thesis. School of Tropical Vet. Sci & Agric. James Cook University . Australia. PALTER, B., R.A . BRAY, T.M . IBRAHim, and M.G. FULLOON. 1989 . Shrub legumes for acid soils. In : Management of acid soils in the humid tropics of Asia . Ed: Craswell, E.T. and E.Pushparajah . ACIAI2 Monograph no 13 . Canberra . Australia 3643 . PEREz-MALDoNALDo, R.A . 1994 . The Chemical Nature and Biological Activity of Tannins in Forage Legumes Fed to Sheep and Goats. PhD Thesis . Dept of Agriculture, University of Queensland . Australia. TANGENDJAJA, B., E. WINA, T. IBRAHim, dan B. PALMER. 1992 . Kaliandra (Calliandra calotlrytsus) dan Pemanfaatannya. Balai Penelitian Ternak dan ACIAR. TANGENDJAJA, B. dan E. WINA . 1998 . Pengaruh transfer cairan rumen dari domba lokal kepada domba Merino terhadap kemampuan mencerna kaliandra. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteniner (belurn dipublikasi) . TRIPATHY, K. C., B. K. SAHu, N.C . PANDA, and B.C . NAYAK. 1984 . Toxicity of tannic acid in goats. Indian J. Anim . Sci. 54(1): 1091-1093. WINA, E., B. TANGENDJAJA, dan E. TAmTOMO. 1993 . The effect of drying on the digestibility of Calliandra calothyrsus . Ilmu dan Peternakan 6(1) :32-36 . WINA, E., I.G .M. BUDIARSANA, B. . TANGENDJAJA, dan GUNAWAN. 1994 . Pengaruh penggunaan aditJf polietilena glikol (PEG) dan kapur pada daun kaliandra terhadap kecernaan gizi dan perfonnans domba. Ilmu dan Petennakan 8(1) :13-17 .