MARKETING METRICS Oleh: Adi Kurniawan Yusup, S.E. “Penjualan perusahaan kita sudah mencapai target yang kita tetapkan tahun lalu berarti pemasaran perusahaan ini sudah baik”. Pernyataan tersebut sering kita dengar di beberapa perusahaan. Menurut mereka, tolak ukur kesuksesan kegiatan pemasaran hanyalah penjualan. Ketika penjualan perusahaan tinggi, kegiatan pemasaran perusahaan dianggap sudah baik dan sebaliknya. Padahal, kesuksesan kegiatan pemasaran perusahaan bukan hanya dinilai dari sisi penjualan saja. Sama halnya dengan aktivitas perusahaan yang lain – keuangan, sumber daya manusia dan operasional, aktivitas pemasaran (marketing) perusahaan dapat diukur menggunakan beberapa alat pengukuran yang disebut dengan marketing metrics. Marketing metrics adalah alat ukur untuk mengetahui seberapa efektif kegiatan pemasaran yang dilakukan. Metrik ini dijadikan sebagai sarana evaluasi perusahan untuk menetapkan strategi di kemudian hari. Indikator yang menjadi tolak ukur kinerja pemasaran bukan hanya sekedar penjualan melainkan juga beberapa indikator lain seperti: tingkat pengembalian dari investasi pemasaran, loyalitas merek (brand loyalty), market share, dll. Sebenarnya, apa tujuan utama marketing metrics ini? Marketing metrics ditujukan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan nilai pemegang saham perusahaan yang tercermin melalui profitabilitas. Penjualan yang tinggi tidak menjamin aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut sangat baik. Mengapa? Penjualan yang tinggi bisa disebabkan banyak faktor misal: tren terhadap barang yang dijual perusahaan. Meskipun penjualan suatu perusahaan tinggi, ada kemungkinan aktivitas pemasaran yang dilakukan tidak terlalu baik. Hal ini bisa dilihat dari database customer yang membeli produk. Apabila customer yang membeli produk tersebut sebagian besar adalah customer baru sedangkan persentase customer lama yang membeli produk tersebut kembali sedikit, penjualan bisa jadi tetap tinggi namun sebenarnya ada masalah pemasaran yang terjadi yaitu sedikitnya customer lama yang membeli produk tersebut. Hal ini menjadi penting untuk dievaluasi karena besar kemungkinan terjadi penurunan penjualan di masa yang akan datang akibat tingkat customer yang kembali rendah. Analisis efektivitas kegiatan pemasaran sebenarnya dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Namun, analisis menggunakan marketing metrics umumnya bersifat kuantitatif sehingga mempunyai tolak ukur yang lebih meyakinkan dibandingkan pengukuran yang bersifat kuantitatif. Dalam buku Marketing Metrics: 50+ Metrics Every Executive Should Master yang ditulis oleh Farris, et al. dituliskan 50 jenis metriks pemasaran yang diklasifikasikan ke dalam 9 kelompok yaitu: 1. Share of hearts, minds and markets. Metrik yang temasuk kelompok ini antara lain: Market share, Relative Market Share, Market Concentration, Brand Development Index, Category Development Index, Penetration, Share of Requirements, Heavy Usage Index, Awareness, Attitudes and Usage, Customer Satisfaction, Willingness to Recommend, Willingness to Search 2. Margins and profits Metrik yang termasuk kelompok ini antar lain: Margins, Selling Prices and Channel Margins, Average Price per Unit and Price per Statistical Unit, Marketing Spending, Break Even Analysis and Contribution Analysis, Target Volume. 3. Product and portfolio management Metrik yang termasuk kelompok ini : (Trial, Repeat, Penetration and Volume Projections), Growth: Percentage and CAGR, Cannibalization Rate and Fair Share Draw Rate, Brand Equity Metrics, Conjoint Utilities and Consumer Preference, Segmentation and Conjoint Utilities, Conjoint Utilities and Volume Projection 4. Customer profitability Metrik yang termasuk kelompok ini: Customers Recency and Retention, Customer Profit, Customer Lifetime Value, Prospect Value versus Customer Value, Acquisition versus Retention Spending. 5. Sales force and channel management Metrik yang termasuk kelompok ini: Sales Forces Coverage, Sales Force Goals, Sales Force Results, Sales Force Compensation, Pipeline Analysis, Numeric Distribution, ACV Distribution and PCV Distribution, Facings and Share of Shelf, Out-of-Stock and Service Levels, Inventory Turns, Markdowns, Gross Margin Return on Inventory Investment, Direct Product Profitability. 6. Pricing strategy Metrik yang termasuk kelompok ini: Price Premium, Reservation Price, Percent Good Value, Price Elasticity of Demand, Optimal Prices, Linear and Constant Demand, ”Own”, ”Cross”, and ”Residual” Price Elasticity. 7. Promotion Metrik yang termasuk kelompok ini: Baseline Sales, Incremental Sales and Promotional Lift, Redemption Rates for Coupons/ Rebates, Percent Sales on Deal, Percent Time on Deal and Average Deal Depth, Pass-Through and Price Waterfall. 8. Advertising media and Web Metrics Metrik yang termasuk kelompok ini: Advertising Impressions, Gross Rating Points and Opportunities-to-See, Cost per Thousand Impressions Rates, Reach/Net Reach and Frequency, Frequency Response Functions, Effective Reach and Effective Frequency, Share of Voice, Impressions, Pageviews and Hits, Clickthrough Rates, Cost per Impression, Cost per Click and Cost of Acqusition, Visits, Visitors and Abandonment. 9. Marketing and finance Metrik yang termasuk kelompok ini: Net Profit and Return on Sales, Return on Investment, Economic Profit, Project Metrics:Payback, NPV and IRR, Return on Marketing Investment Pembahasan mengenai setiap metriks tersebut akan diskusikan bersama dalam artikel berikutnya. Dalam kenyataannya, metriks yang paling sering digunakan sebagai indikator keberhasilan kinerja perusahaan adalah metriks yang menyangkut merek (brand) dan customer. Namun yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah semua metriks tersebut perlu dievaluasi atau hanya beberapa saja? Kalau beberapa saja, yang mana yang harus menjadi prioritas perusahaan saya? Jawabannya adalah tergantung dari tipe bisnis perusahaan, produk yang dijual, tipe pelanggan dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan sehingga prioritas metriks yang digunakan oleh tiap perusahaan atau tiap jenis bisnis bisa berbeda-beda. Untuk perusahaan yang menjual barang fast-moving, penghitungan customer profitability sangat diperlukan untuk mengetahui berapa kali seorang customer membeli produk perusahaan, berapa lama jeda pembelian customer dari pembelian sebelumnya. Bagi perusahaan yang menggunakan media digital sebagai media pemasaran, metriks advertising media dan web diperlukan sedangkan perusahaan yang tidak menggunakannya, tidak memerlukan metriks tersebut.