3. Paper yang dapat menjelaskan faktor faktor yang dapat

advertisement
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penerapan sistem
informasi dalam dunia bisnis banyak dimanfaatkan
untuk mendukung kecepatan dan ketepatan proses bisnis tersebut. Beragamnya
bidang bisnis tentunya memerlukan aplikasi system informasi yang sesuai dengan
kebutuhan bisnis tersebut.
Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi telah
membawa komputer memasuki masa-masa “revolusi”-nya. Di awal tahun 1970an, teknologi PC atau Personal Computer mulai diperkenalkan sebagai alternatif
pengganti mini computer. Dengan seperangkat komputer yang dapat ditaruh di
meja kerja (desktop), seorang manajer atau teknisi dapat memperoleh data atau
informasi yang telah diolah oleh komputer (dengan kecepatan yang hampir sama
dengan kecepatan mini computer, bahkan mainframe). Kegunaan komputer di
perusahaan tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi, namun lebih jauh untuk
mendukung terjadinya proses kerja yang lebih efektif. Tidak seperti halnya pada
era komputerisasi dimana komputer hanya menjadi “milik pribadi” Divisi EDP
(Electronic Data Processing) perusahaan, pada saat ini setiap individu di
organisasi dapat memanfaatkan kecanggihan komputer, seperti untuk mengolah
database, spreadsheet, maupun data processing (end-user computing). Pemakaian
komputer di kalangan perusahaan semakin marak, terutama didukung dengan
alam kompetisi yang telah berubah dari monopoli menjadi pasar bebas. Secara
tidak langsung, perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi komputer sangat
efisien dan efektif dibandingkan perusahaan yang sebagian prosesnya masih
dikelola secara manual. Pada era inilah komputer memasuki babak barunya, yaitu
sebagai suatu fasilitas yang dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi
perusahaan, terutama yang bergerak di bidang bisnis. Dan pentingnya sistem
informasi adalah sebagai salah satu komponen utama yang harus diperhatikan
oleh perusahaan yang ingin menang dalam persaingan bisnis.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada setiap kegiatan
penyelenggaraan organisasi tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, penerapan
teknologi informasi dan komunikasi di setiap organisasi merupakan suatu
1
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, dalam rangka pertukaran data dan
informasi serta penyaluran berita secara cepat, akurat, dan aman. Teknologi
informasi berperan sebagai alat bantu untuk memudahkan pengelolaan suatu
sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi. Faktor manusia akan sangat
menentukan kebaikan dan kegunaan teknologi tersebut. Untuk itu, pengembangan
sistem informasi membutuhkan suatu teknik dan perencanaan yang baik agar
sistem yang dikembangkan tersebut dapat berjalan dan berfungsi secara efektif
dan efisien serta tidak mengalami kegagalan. Dalam paper ini akan dibahas
mengenai faktor penentu kegagalan dari implementasi sistem informasi di suatu
perusahaan. Mengembangkan solusi sistem informasi yang berhasil baik
mengatasi masalah bisnis adalah tantangan utama untuk para manajer dan praktisi
bisnis saat ini. Sebagai seorang praktisi bisnis bertanggungjawab untuk
mengajukan
atau
meningkatkannya
mengembangkan
bagi
perusahaan.
teknologi
Adapun
informasi
untuk
baru
seorang
atau
manajer
bertanggungjawab untuk mengelola usaha pengembangan yang dilakukan para
spesialis sistem informasi dan para pemakai akhir bisnis. Mengembangkan solusi
sistem informasi untuk mengatasi masalah bisnis dapat diimplementasikan dan
dikelola sebagai beberapa proses bertahap.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
implementasi system informasi dan mempelajari factor keberhasilan dan
kegagalan dalam penerapan system informasi
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan paper ini adalah agar penulis mengerti dan
memahami implementasi system informasi dan factor-faktor apa yang
menyebabkan keberhasilan dan kegagalannya.
2
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan suatu tatanan yang terorganisasi dalam
pengaturan sumber daya yang ada yang meliputi pengumpulan data lalu
mengolahnya sehingga bisa dengan mudah untuk dikonsumsi dan lebih mudah
dalam hal penyebarannya.
Lebih jauh yang meliputi sumber daya meliputi:
manusia, hardware, software, data dan jaringan yang terdapat di dalamnya
(O’Brien, 2005)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem informasi dan teknologi
menjadi komponen yang sangat penting dalam keberhasilan suatu organisasi baik
bergerak di bidang bisnis maupun non bisnis. Lebih jauh, saat ini sistem informasi
berbasis internet yang penggunaannya yang semakin luas dan semakin canggih
dalam hal kecepatan, ketepatan dan up to date informasi.
Tujuan dari penggunaan teknologi dan sistem informasi adalah untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi segala sesuatunya termasuk proses bisnis,
penentuan strategi bisnis, pengambilan keputusan, dan hal-hal yang bisa
membantu
percepatan
tanpa
meninggalkan
keakuratan,
sehingga
bisa
meningkatkan nilai jual perusahaan dan meningkatkan memenangkan persaingan
di pasar.
Melihat dari perannya yang cukup vital didalam suatu organisasi, maka
sistem informasi tidak bisa dianggap sebagai pendukung belaka, namun lebih dari
itu. Sudah semestinya sistem informasi bisa dijadikan patokan bagi perusahaan
untuk maju dan meraih kesuksesan dengan cepat, tepat dan meraih keuntungan
dengan cepat pula.
Untuk menjawab segala tantangan bisnis dan dalam mengahadapi
globalisasi, system informasi menjadi solusi yang tepat bagi para eksekutif dan
para mengambil keputusan dalam membantu proses pengembangan dan
memajukan perusahaan. Dalam hal penembangan bisnis, seseorang dapat
mendesain dan menganalisis suatu permasalahan suatu aplikasi system informasi
berdasarkan kebutuhan yang ada.
3
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
Hal yang menjadi dasar dalam aplikasi system informasi adalah adanya etika yang
mesti dijaga. Etika yang menjadi dasar itu salah satunya adalah system yang
dibangun berdasarkan prinsip tanggung jawab dan moral yang dijaga. Dengan
moral dan bertanggung jawab, sehingga informasi yang dibangun tidak melulu
untuk kepentingan sesaat dan kepentingan yang memihak, namun untuk
keberlangsungan dan kemaslahatan semua pihak.
Dari sisi karier, individu ataupun organisasi yang menguasai system informasi
memungkinkan dengan mudah untuk memahami tentang permasalahan yang ada
dan mencarikan solusi yang terbaik, tepat dan efisien sesuai peruntukannya.
2.2 Factor penyebab gagal atau berhasilnya penerapan Sistem Informasi
Ada beberapa alasan yang menyebabkan tingginya tingkat kegagalan atau
ketidakpuasan
dengan
usaha
yang
berkaitan
dengan
CRM.
Penelitian
menunjukkan bahwa alasan utamanya sangatlah umum yaitu kurangnya
pemahaman dan persiapan. Dengan kata lain, seringkali para manajer perusahaan
bergantung pada aplikasi baru terkenal dari teknologi informasi (seperti CRM)
untuk mengatasi masalah bisnis tanpa mengembangkan terlebih dahulu perubahan
proses bisnis dan program manajemen perubahan yang dibutuhkan. Contohnya,
dalam banyak kasus, proyek CRM gagal diimplementasikan karena tidak adanya
partisipasi dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang terlibat
dengan proyek tersebut. Oleh karena itu, para karyawan dan pelanggan tidak siap
untuk berbagai proses atau tantangan baru yang merupakan bagian implementasi
baru CRM (O’Brien, 2005).
Secara ringkas kesuksesan sistem informasi menurut Rosemary Cafasso dalam
O’Brien (2005), antara lain disebabkan oleh:
1. Keterlibatan pengguna
2. Dukungan pimpinan (manajemen eksekutif)
3. Kejelasan pernyataan kebutuhan
4. Perencanaan yang tepat
5. Harapan yang realistis.
Sedangkan kegagalan sistem informasi diantaranya disebabkan oleh :
1. Kurangnya input dari pengguna
4
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
2. Kurangnya dukungan dari pimpinan (manajemen eksekutif)
3. Tidak lengkapnya pernyataan kebutuhan dan spesifikasi
4. Pernyataan kebutuhan dan spesifikasi yang senantiasa berubah-ubah
5. Inkompetisi secara teknologi
Keterlibatan pihak manajemen sebagai end user mutlak dilakukan dalam
penyusunan sistem informasi sebagai solusi permasalahan perusahaan. Selain itu,
masalah perencanaan dan kebijakan yang tepat dalam
mengimplementasikan
sistem informasi juga harus diperhatikan karena sistem informasi bagi perusahaan
sangat
rentan
terhadap
suatu
keputusan
yang
diambil
dalam
pengimplementasiannya. Perusahaan harus menyadari bahwa keinginan yang
realistis dan cermat dalam merancang dan menerapkan sistem informasi serta
penentuan batas biaya yang wajar dari manfaat yang akan diperoleh, maka sistem
informasi yang dihasilkannya akan memberikan keuntungan
Tidak adanya keterlibatan end-user dalam proses pengembangan dan
penerapan Sistem Informasi dalam setiap tahap pengembangan dari perencanaan
hinga ke pengembangan sistem informasi dapat menimbulkan kegagalan dalam
pengembangan dan penerapan sistem informasi. Tidak diikut sertakan end user
dalam proses tersebut akan menyebabkan perusahaan tidak dapat menilai dan
meningkatkan desain yang ada untuk penyempurnaan sistem yang ada, selain itu
perusahaan juga tidak dapat memonitor dan mengetahui apakah sistem yang
digunakan sesuai kebutuhan saat ini, mengakibatkan perusaahaan tidak dapat
mengevaluasi,
melakukan
perbaikan,
dan
memodifikasi
sistem
untuk
meningkatkan kemampuan sistem sehingga sistem yang digunakan tidak efektif
atau bahkan dapat ditingalkan penguna karena sudah tidak sesuai kebutuhan
Menurut Sudono (2010), sebenarnya secara umum ada 3 hal penyebab
kegagalan proyek pengembangan perangkat lunak yaitu:
1. Tidak adanya IT Master Plan atau IT Strategic Planning dari perusahaan.
Dalam beberapa kasus biasanya juga tidak terdapat posisi CIO (Chief
Information Officer) atau CTO (Chief Technology Officer) dalam
perusahaan.
5
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
2. Fokus profesional TI hanyalah pada tools, sehingga methodologies dan
procedures
biasanya diabaikan. Dalam berbagai kasus, profesional TI tidak
mempunyai
pengetahuan dan kemampuan
yang memadai dalam
metodologi manajemen, proyek-proyek TI juga biasanya tidak mengacu
kepada prosedur standar.
3. Profesional TI tidak berorientasi bisnis sehingga jarang sekali melihat TI
dari kacamata bisnis perusahaan. Dalam perusahaan biasanya hanya CIO
atau CTO lah yang berorientasi bisnis dan bisa melihat TI dari kacamata
bisnis perusahaan, namun demikian sebenarnya profesional TI haruslah
mempunyai orientasi bisnis walaupun seminim mungkin.
Sudono (2010) menjelaskan bahwa solusi umum untuk mengurangi
kemungkinan kegagalan proyek pengembangan perangkat lunak mungkin bisa
dilakukan dengan caracara berikut ini:
1. Posisi CIO atau CTO haruslah ada dalam perusahaan sehingga ada yang
berbicara mewakili TI kepada CEO dan implementasi TI didukung penuh
dari kalangan direksi.
2. IT Master Plan atau IT Strategic Planning haruslah ada. Perencanaan ini
dibuat oleh CIO atau CTO. Perencanaan ini merupakan perencanaan
keseluruhan TI untuk perusahaan dan dibuat berdasarkan kacamata bisnis
perusahaan.
3. Profesional TI harus mempunyai pengetahuan dalam hal metodologi baik itu
metodologi teknis maupun metodologi management seperti : IBM Rational
Unified Process, Microsoft Solution Framework, Agile Development,
Extreme Programming, UML, Design Pattern, Project Planning, Project
Management, Requirement Management, Risk Management dan Change
Management.
4. Selain itu kerja profesional TI harus mengacu kepada prosedur suatu standar
agar dapat dikendalikan dan diprediksi hasilnya. Standar yang diambil bisa
merupakan standar internasional seperti CMM (Capability Maturity Model)
6
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
atau ISO. Memang standard tidak bisa diambil penuh secara mutlak namun
harus dimodifikasi agar sesuai dengan kondisi perusahaan.
5. Profesional TI haruslah mempunyai pengetahuan dalam domain bisnis
perusahaan dan haruslah mampu melihat TI dari kacamata bisnis
perusahaan. Sebagai contoh Profesional TI mungkin harus diberi pelatihan
mengenai Teori Kompetisi Michael Porter, perhitungan ROI (Return of
Investment) dan Information Economics.
Dalam buku yang berjudul Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi,
Oetomo (2002) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kegagalan sistem informasi. Adapun kegagalan sistem informasi tersebut yaitu
sebagai berikut:
1. Kebanyakan orang memandang SI adalah hal yang paling utama dan
penting, sementara mereka melupakan komitmen dan konsistensi terhadap
materi informasi, produk, dan respon layanan kepada konsumen.
2. Pengelola perusahaan merasa bahwa pembangunan SI merupakan tugas
dan kewajiban departemen TI sehingga segala sesuatu bahkan yang
sifatnya kebijakan, diserahkan sepenuhnya ke Departemen TI yang
notabene orang teknik dan bukan perumus strategi perusahaan.
3. Konsentrasi ahli SI sering lebih terarah pada penggunaan teknologi TI
terbaru dan kemudahan bagi dirinya dalam melakukan pemrograman
daripada penyusunan prosedur pengolahan data yang valid dan jitu.
Akibatnya pemakai sering mengalami kesulitan dalam pengoperasian
sistem karena mereka harus menyesuaikan dengan kemauan pembuat
system.
4. Interface SI seringkali kurang interaktif, komunikatif, dan agak sulit
digunakan oleh pemakai karena interface sering dibangun berdasarkan
selera dan kemampuan bahasa pembuatnya.
5. Seluruh komponen perusahaan masih membutuhkan waktu untuk
beradaptasi terhadap perusahaan SI tradisional menjadi berbasis TI.
Menurut Marimin et al. (2006), ada tujuh hal yang harus dihindari dalam
mengembangkan sistem informasi, yaitu sebagai berikut:
7
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
1. Tidak berorientasi pada pengguna, meskipun secara teknis sistem canggih.
Sistem seharusnya tidak dinilai atas dasar kecanggihan teknologi yang
digunakan, tetapi sejauh mana sistem dapat membantu manajemen dalam
pelaksanaan fungsifungsinya. Semakin besar perusahaan, semakin canggih
teknologi informasi yang digunakan. Jika suatu perusahaan ingin
mengembangkan sistem informasi, padahal perusahaannya kecil saja,
maka tidak perlu menggunakan teknologi yang demikian canggih. Cukup
teknologi yang standar atau dapat dibeli di pasar karena standar sistem
informasi sudah banyak diperjualbelikan saat ini.
2. Mencoba melayani semua fungsi manajemen, Pada tahap awal, tim proyek
seharusnya tidak berupaya untuk mengembangkan lebih dari tiga atau
empat fungsi manajemen utama, yang disebut sebagai modul-modul SIM.
Suatu sistem awal yang terlalu besar akan menambah kompleksitas
rancangan, pengkodean, pelatihan, dan instalasi. Rancangan yang terlalu
kompleks akan memerlukan waktu yang lama untuk membuatnya, karena
banyaknya program yang harus dibuat. Pengkodean yang terjadi juga
cukup kompleks.
3. Mengabaikan dukungan manajemen, Dukungan manajemen puncak
diperlukan agar proyek sistem berhasil. Dukungan penuh dari manajemen
puncak harus diterima tim, paling tidak selama masa anggaran proyek
SIM. Hal ini dikarenakan butuh waktu yang lama bagi sebuah tim untuk
menyelesaikan proyek sistem, dari mulai investigasi sampai implementasi.
4. Semua anggota tim adalah orang ahli komputer, Dalam pelaksanaannya,
penyusunan SIM hanya ditangani oleh orang yang ahlikomputer.
Akibatnya, para ahli komputer tersebut mahir membuat program tapi tidak
mengerti program itu akan digunakan untuk apa oleh perusahaan karena
tidak adanya anggota tim yang memahami fungsi manajemen.
5. Menyepelekan waktu penyelesaian proyek, Lemahnya pengendalian
proyek dapat dipecahkan melalui penerapan manajemen proyek yang baik.
Kelemahan umum dari berbagai proyek yang ada, termasuk proyek
pengembangan SIM, adalah tidak dapat selesai pada waktunya (on time).
8
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
6. Menjanjikan pengurangan tenaga kerja pada tahap awal, Kesalahan yang
sering diajukan oleh tim proyek pada tahap awal adalah menjanjikan
pengurangan tenaga kerja. Dengan diterapkannya SIM, maka beberapa
tugas dan pekerjaan mungkin menjadi hilang. Tetapi, jika pada tahap awal
sudah mengisukan akan ada rasionalisasi, maka tahapan pengembangan
sistem selanjutnya akan mendapat gangguan.
7. Mengembangkan sistem sendiri, padahal dapat dibeli Sebelum membuat
sistem sendiri, organisasi hendaknya mempertimbangkan alternatif
pembelian paket-paket yang ada. Sesudah
tim proyek menentukan
spesifikasi sistem, langkah selanjutnya adalah mengkaji berbagai sistem
yang ada dipasar, sebelum membuat keputusan untuk menyusunnya
sendiri di dalam organisasi.
9
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
III. PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Implementasi TI
Implementasi sistem informasi bisa berhasil dan juga bisa gagal. Hal itu
dipengaruhi oleh stakeholder yang terlibat dalam pembuatan dan implementasi
sistem informasi tersebut. Menurut Sudono (2010), dalam berbagai survei yang
telah dilakukan, terdapat rata-rata 70% angka kegagalan proyek TI. Standish
Group menyatakan hanya 10% perusahaan yang berhasil menerapkan ERP, 35%
proyek dibatalkan dan 55% mengalami keterlambatan. Meta Group menyatakan
55%-75% proyek CRM gagal. CRM Forum menyatakan lebih dari 50% proyek
CRM di Amerika Serikat, dan lebih dari 85% di Eropa dianggap gagal. Gartner
Group menyatakan bahwa 75% proyek TI di Amerika Serikat gagal. Di Indonesia
pada tahun 2003 majalah SWA membuat pernyataan berdasarkan survei bahwa
75% proyek TI di Indonesia gagal. Menurut survei yang dilakukan oleh kelomp
ok peneliti industri meliputi sebuah laporan yang menyatakan bahwa lebih dari 50
% proyek CRM tidak memberi hasil yang dijanjikan. Di dalam laporan penelitian
lainnya 20 % dari perusahaan yang disurvei melaporkan bahwa implementasi
CRM benar-benar telah merusak hubungan lama
Dalam beberapa sistem, hampir semua laporan yang disampaikan kepada
manajemen tidak pernah dibaca. Laporan-laporan dikatakan tidak bermanfaat dan
hanya dipenuhi dengan ilustrasi grafik yang tidak dapat dianalisis atau dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Sementara itu dalam sistem lain
yang telah diotomatisasi, tidak pernah disentuh karena datanya tidak dapat
dipercaya. Pemakai informasi secara terus menerus memperbaiki record secara
manual. Kemudian dalam sistem yang lain lagi, telah terjadi kesalahan karena
keterlambatan dalam memproses data, biaya operasional yang demikian besar
atau,
masalah-masalah
pemrosesan
data
yang
bersifat
kronis.
Keseluruhan situasi sebagaimana yang telah digambarkan diatas memunculkan
pertanyaan-pertanyaan yang harus dicari penyebab kegagalannya.
Masalah Pokok Sistem Informasi Masalah-masalah yang menyebabkan
sistem informasi gagal disebabkan oleh banyak faktor. Masalah ini bukan hanya
karena faktor teknikal dari sistem informasi tetapi juga sebab yang bersifat non
10
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
teknikal yang kebanyakan berasal dari faktor-faktor organisasi. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1.Desain
Sistem informasi dikatakan gagal jika desainnya tidak cocok dengan
struktur, budaya, dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Para teorisi
manajemen dan organisasi memandang bahwa teknologi sistem informasi sangat
berhubungan erat dengan komponen organisasi seperti tugas-tugas, struktur,
orang-orang, dan budaya. Ketika seluruh komponen ini saling tergantung,
perubahan yang terjadi pada satu elemen akan mempengaruhi elemen lain.
Dengan demikian maka tugas-tugas organisasi, partisipan, struktur, dan budaya
digabungkan dan terpengaruh ketika sistem informasi berubah, dengan demikian,
berarti mendesain sebuah sistem berarti mendesain kembali organisasi.
2.
Data
Data dalam sistem informasi mempunyai tingkat ketidakakurasian dan
konsistensi yang tinggi. Informasi dalam bidang tertentu bahkan membingungkan,
atau tidak ditujukan secara tepat untuk tujuan-tujuan bisnis. Informasi yang
dipersyaratkan dalam fungsi bisnis yang spesifik mungkin tidak dapat diakses
karena datanya tidak cocok.
3. Biaya
Beberapa sistem arahannya bagus, tetapi dalam implementasi dan
pengoperasiannya memerlukan biaya diatas anggaran. Sementara itu, dalam
sistem yang lain memerlukan biaya yang mahal untuk berfungsinya sistem
tersebut. Dalam kasus semacam ini, pengeluaran yang demikian besar tidak dapat
dipertimbangkan semata-mata dari nilai bisnis yang ditampilkan oleh sistem
informasi tersebut tetapi juga harus diperhatikan manfaat secara keseluruhan.
4.
Operasi
Sistem tidak akan berjalan dengan baik jika informasi tidak disediakan
secara tepat waktu dan efisien karena operasi komputer yang mengendalikan
pemrosesan informasi tidak berjalan semestinya. Pekerjaan-pekerjaan yang gagal
sering mengakibatkan pengulangan-pengulangan atau penundaan dan tidak dapat
memenuhi jadwal penyampaian informasi. Sebuah sistem yang on-line secara
11
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
operasional dikatakan tidak cukup jika waktu responnya demikian lama.
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi SI
Banyak faktor yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan penerapan suatu
sistem. Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan menurut Laudon adalah:
1.
Sistem tersebut tingkat penggunaannya relatif tinggi yang diukur melalui
polling terhadap pengguna, pemanfaatan kuisioner, atau memonitor parameter
seperti volume transaksi on-line.
2.
Kepuasan para pengguna terhadap sistem yang diukur melalui kuisioner atau
interview. Dalam konteks ini dapat dimasukkan opini dari para pengguna tentang
akurasi, ketepatan waktu, relevansi informasi, kualitas pelayanan yang diberikan,
dan jadwal operasi sangat menjadi penting. Hal lain yang tidak kalah penting
adalah sikap manajer terhadap bagaimana informasi yang diperlukan bisa
memuaskan serta opini para pengguna tentang bagaimana sistem dapat mencapai
peningkatan
3.
terhadap
performance
pekerjaan
mereka.
Sikap yang menguntungkan para pengguna terhadap sistem informasi dan
staff dari sistem informasi.
4.
Tujuan yang dicapai.
5.
Imbal balik keuangan untuk organisasi, baik melalui pengurangan biaya atau
peningkatan sales dan profit.
Kelima ukuran tersebut dipertimbangkan menjadi limited value walaupun
telah diambil keputusan untuk mengembangkan sistem tertentu. Penyebab
Kesuksesan dan Kegagalan Sistem Informasi Sistem informasi menjadi prioritas
pertama untuk dikembangkan karena besarnya ketakutan-ketakutan faktor internal
atau institusional. Beberapa sistem gagal karena benturan diantara lingkungan
atau keadaan internal.
Ada beberapa alasan mengapa gagal. Beberapa studi telah menemukan
bahwa dalam organisasi dengan situasi dan lingkungan yang hampir sama, inovasi
yang sama akan menghantarkan kesuksesan, namun kegagalan unsur yang lain
dalam organisasi merupakan menyebab kegagalan. Hal ini disebabkan karena
fokus penjelasan terdapat pada pola pengimplementasian yang berbeda.
Implementasi Konsep Implementasi merujuk pada semua aktivitas
organisasi yang ditujukan terhadap adopsi, manajemen, dan inovasi rutin. Yang
12
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
harus diyakini adalah organisasi harus memilih para pelaku dengan karakteristik
sosial yang cocok untuk kesuksesan inovasinya. Secara umum literatur yang
berkaitan dengan hal ini memfokuskan pada adaptasi tingkat awal dan inovasi dari
manajemen.
Kelompok
pemikiran
yang
lain
dalam
literatur
implementasi
memfokuskan pada strategi inovasi. Terdapat beberapa contoh organisasi dimana
tidak terdapat dukungan dari manajemen puncak untuk proyek inovatif semenjak
dari awal, dan pada saat yang sama tanpa dorongan yang kuat dari bawahan,
partisipasi dari pengguna akhir, sehingga proyek sistem informasi dapat saja
gagal.
Pendekatan ketiga dari implementasi memfokuskan pada faktor-faktor
yang menyebabkan perubahan organisasi secara umum sebagai sesuatu yang
berlebihan terhadap inovasi yang bersifat rutin dalam jangka panjang.
Studi tentang proses implementasi telah menguji hubungan antara desainer suatu
sistem informasi dan pengguna pada tahap-tahap yang berbeda dalam
pengembangan
•
Studi
memfokuskan
pada
isu
seperti:
Konflik antara orientasi teknis / mesin dari spesialisasi sistem informasi dan
pengguna
•
sistem.
yang
berorientasi
pada
bisnis
atau
organisasi.
Dampak sistem informasi pada struktur organisasi, kelompok kerja dan
perilaku.
•
Aktivitas perencanaan dan pengembangan sistem informasi manajemen.
•
Tingkat partisipasi pengguna dalam proses desain dan pengembangan sistem.
Penyebab Kesuksesan dan Kegagalan Implementasi Riset tentang
implementasi sistem informasi telah menunjukkan bahwa tidak ada satupun
penjelasan untuk kesuksesan dan kegagalan sistem. Begitu pula tentang rumus
kesuksesan sistem informasi. Tidak ada satupun rumus agar suatu sistem dapat
berhasil. Namun begitu, riset telah menemukan bahwa implementasi secara luas
dapat ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
1. Peran pengguna dalam proses implementasi.
2. Tingkat dukungan manajemen bagi upaya implementasi.
3.
Tingkat kompleksitas dan risiko implementasi proyek.
13
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
4. Kualitas manajemen dalam proses imlementasi. Keterlibatan dan pengaruh
pengguna Keterlibatan dalam desain dan operasi sistem informasi mempunya
beberapa hasil yang positif. Pertama, jika pengguna terlibat secara mendalam
dalam desain sistem, ia akan memiliki kesempatan untuk mengadopsi sistem
menurut prioritas dan kebutuhan bisnis dam kebutuhan bisnis, dan lebih
banyak kesempatan untuk mengontrol hasil. Kedua, bagi pengguna
berkecenderungan untuk lebih bereaksi positif terhadap sistem karena mereka
merupakan
partisipan
aktif
dalam
proses
perubahan
itu
sendiri.
Namun demikian, pengguna sering berpandangan sempit terhadap masalah
yang perlu pemecahan dan mungkin terlampau tinggi dalam melihat kesempatan
dalam meningkatkan proses bisnis atau cara-cara inovasi dalam menerapkan
teknologi informasi.
Kesenjangan komunikasi antara pengguna dengan perancangan sistem
informasi Hubungan antara konsultan dengan klien secara tradisional merupakan
bidang masalah dalam upaya penerapan sistem informasi. Pengguna dan spesialis
sistem informasi cenderung mempunyai perbedaan dalam latar belakang,
kepentingan dan prioritas. Inilah yang sering dikatakan sebagai kesenjangan
komunikasi antara pengguna dengan desainer. Perbedaan ini akan menyebabkan
adanya perbedaan loyalitas organisasi, pendekatan dalam pemecahan masalah,
dan referensi. Dukungan manajemen Jika sebuah proyek sistem informasi
mendapat dukungan serta persetujuan dari manajemen di semua level, sepertinya
akan dipersepsikan positif baik oleh pengguna maupun staf pelayanan teknis
informasi. Dukungan manajemen juga akan meyakinkan bahwa proyek sistem
akan menerima cukup dana serta sumber daya lain untuk meraih kesuksesan.
Tingkat kompleksitas dan risiko Sistem sangat berbeda dalam hal ukuran, ruang
lingkup,
tingkat
kompleksitas,
organisasional
dan
komponen-komponen
teknisnya. Beberapa proyek pengembangan sistem terdapat kecenderungan gagal
karena
sistem-sistem
tersebut
mengandung
tingkat
risiko
yang
tinggi
dibandingkan yang lain. Para peneliti telah mengidentifikasi tiga faktor kunci
yang mempengaruhi tingkat risiko proyek, yaitu:
1. Ukuran Proyek
14
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
2. Struktur Proyek
3. Pengalaman dengan teknologi
Manajemen dan proses implementasi Sistem pengembangan proyek tanpa
manajemen yang tepat besar kemungkinannya akan membawa konsekuensi
kerugian sebagai berikut:
1. Biaya yang berlebih-lebihan sehingga melampaui anggaran.
2. Melampaui waktu yang telah diperkirakan.
3. Kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang berada dibawah tingkat
dari yang diperkirakan.
4. Gagal
dalam
memperoleh
manfaat
yang
diperkirakan.
Rangsangan dan Rekayasa Bisnis Tantangan inovasi dan implementasi yang
ada, tidaklah mengejutkan jika muncul tingkat kegagalan yang sangat tinggi
bagi proyek-proyek rekayasa bisnis, yang secara mendasar memerlukan
perubahan organisasi secara luas. Dalam beberapa kasus masalah yang berasal
dari ketidakmampuan manajemen untuk mengidentifikasi masalah kritis untuk
dipecahkan melaui rekayasa, perusahaan hanya berusaha membuat peningkatan
menyeluruh dalam operasi yang berlangsung terus menerus disamping
mendesain kembali secara radikal proses bisnisnya.
Dalam beberapa kasus, hambatan utama dalam rekayasa disebabkan oleh
kurangnya implementasi dan perubahan praktik-praktik manajemen yang gagal
dan pada akhirnya menimbulkan ketakutan untuk berubah. Berkaitan dengan
ketakutan dan kecemasan diseluruh organisasi, mengatasi resistensi para manajer
kunci, mengubah fungsi-fungsi pekerjaan, pola karir, menimbulkan ancaman yang
lebih besar. Masalah dalam rekayasa adalah bagian dari masalah yang lebih besar
dari implementasi organisasi dan perubahan manajemen.
Implementasi Sistem Informasi: Apa yang Salah? Masalah-masalah
berikut perlu diperhatikan secara khusus dalam setiap tahap pengembangan sistem
ketika
proses
implementasi
dikelola
secara
tidak
sempurna:
Analisis

Waktu, uang, dan sumber daya belum dialokasikan untuk menemukan masalah.

Waktu yang diperlukan dalam perencanaan pendahuluan sangatlah sedikit.
15
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari

Penempatan staf pada tim proyek tidak tepat.

Staf pelayanan informasi menjanjikan hasil-hasil yang tidak mungkin
disampaikan.

Beberapa requirement didapatkan dari dokumentasi dari sistem yang
mencukupi.

Pengguna menolak untuk menghabiskan waktu untuk membantu tim proyek
mengumpulkan informasi yang mendukung kesuksesan.

Analisis proyek tidak dapat mewawancarai pengguna secara baik.
Desain

Pengguna tidak mempunyai tanggung jawab terhadap input untuk aktivitas
desain.

Sistem didesain hanya untuk melayani kebutuhan saat ini.

Perubahan yang drastis dalam prosedur-prosedur klerikal atau staffing
direncanakan tanpa dilakukan analisa dampak organisasi.

Spesifikasi
fungsional
tidak
didokumentasian
secara
cukup.
Pemrograman

Jumlah waktu dan uang yang disyaratkan untuk pengembangan software
adalah terlampaurendah.Programmer di supply dengan spesifikasi yang tidak
lengkap.

Tidak cukupnya waktu yang diberikan untuk pengembangan program secara
logis.

Programmer tidak menggunakan kesempatan secara maksimal dari desain
struktur atau teknik yang berorientasi pada objek.

Program tidak didokumentasikan secara cukup.

Sumberdaya yang diperlukan tidak dijadwal
Pengujian

Jumlah waktu dan uang yang diperlukan untuk testing terlalu rendah.

Tim proyek tidak mengembangkan rencana tes secara terorganisir.

Pengguna tidak terlibat di dalam testing secara cukup.

Tim implementasikan tidak mengembangkan tes penerimaan yang cocok untuk
manajemen review.
16
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari

Konversi Waktu dan uang untuk aktivitas konversi tidak cukup.

Tidak semua individual yang akan menggunakan sistem dilibatkan sampai
konversi dimulai.

Untuk mengganti kekurangan biaya dan penundaan, sistem dibuat operasional
sebelum segalanya siap.

Dokumentasi sistem dan penggunaan tidak cukup.

Persediaan untuk perbaikan sistem tidak cukup.
17
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tidak semua aspek dalam proses implementasi dapat secara mudah
dikontrol atau direncanakan. Namun demikian, peluang untuk berhasilnya sebuah
sistem dapat ditingkatkan melalui antisipasi masalah-masalah implementasi yang
mungkin terjadi dan menerapkan strategi koreksi yang paling tepat. Berbagai
manajemen proyek, penentuan kebutuhan, dan metodologi perencanaan
dikembangkan untuk masalah yang spesifik. Strategi juga telah diformulasikan
untuk memastikan bahwa pengguna memainkan peran yang tepat pada
keseluruhan periode implementasi dan untuk mengelola proses perubahan
organisasi.
4.2 Saran
Perusahaan yang akan mengimplementasikan system informasi didalam
perusahaannya,
harus
benar-benar
memperhatikan
factor-faktor
penentu
keberhasilan dan kegagalan, agar dapat meminimalisir kemungkinan penggunaan
system informasi yang sia-sia.
18
MBIPB/R48/M. Audi Ghaffari
DAFTAR PUSTAKA

http://zetzu.blogspot.com/2010/10/kesuksesan-dan-kegagalanpenerapan.html

Marimin, Tanjung, H., dan Prabowo, H. 2006. Sistem Informasi
Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta

O’Brien, J. 2005. Pengantar Sistem Informasi: Perspektif Bisnis dan
Manajerial. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Oetomo, BSD. 2002. Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi.
Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sudono,
A.S.
2010.
Penyebab
Kegagalan
IT
Project.
http://itkelinik.com/?p=113. [23 November 2010]
19
Download