ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010

advertisement
ABSTRAK
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
Maret 2010
Nama : Vina Luthfiana
Npm : 10505240
Judul : Kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan.
Bibliografi 39 (1955-2008)
Bekerja merupakan cara yang digunakan bagi individu untuk memperoleh mata
pencaharian demi kelangsungan hidupnya. Dalam bekerja setiap individu pasti akan
melakukan suatu usaha agar dapat terus bersaing dalam berkarir, maka seorang pekerja
dituntut untuk lebih efisien, dan efektif demi meningkatkan produktivitas kerjanya. Pada
bidang jurnalistik produktivitas kerja yang tinggi juga merupakan hal penting yang wajib
dimiliki oleh para jurnalis atau wartawan. Manajemen waktu merupakan salah satu
pendekatan yang penting dalam jenis pekerjaan jurnalistik dengan waktu kerja yang fleksibel,
karena dengan melakukan manajemen waktu tersebut dapat mengontrol diri terhadap
kekurangan-kekurangan seorang wartawan dalam bekerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kontribusi manajemen waktu terhadap
produktivitas kerja pada wartawan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dan uji hipotesis dilakukan dengan teknik analisis regresi sederhana. Subjek dalam
penelitian ini adalah wartawan harian redaksi Radar Bogor. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur skala manajemen waktu dan form penilaian
produktivitas kerja wartawan berdasarkan jumlah berita yang diperoleh selama 1 bulan dari
redaksi untuk mengukur produktivitas kerja.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada kontribusi
yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan. Peran
manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan ditemukan hanya 3% sedangkan
97% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain, kemudian dari hasil penelitian juga dapat
diketahui bahwa manajemen waktu subjek dalam penelitian berada pada kategori tinggi.
Kata Kunci : manajemen waktu, produktivitas kerja, wartawan.
A.
LATAR BELAKANG PENELITIAN
Seiring meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian pada era globalisasi, maka
meningkat pula kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia dalam setiap aspek
kehidupannya. Kebutuhan terpenting dan utama bagi manusia adalah kebutuhan untuk
bertahan hidup (Herimanto dan Winarno, 2008). Untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan
dalam mempertahankan hidupnya, manusia berusaha untuk mengaktualisasikan segenap
potensi yang ada dalam dirinya dan berupaya melakukan berbagai macam aktivitas untuk
memenuhi kebutuhannya tersebut. Salah satu cara untuk memenuhi setiap kebutuhan tersebut
dapat dilakukan dengan bekerja. Bekerja merupakan cara yang digunakan bagi individu untuk
1
memperoleh mata pencaharian demi kelangsungan hidupnya. Braude (dalam Suwandi, 1997)
mengatakan bahwa bekerja merupakan apa yang dilakukan setiap individu untuk dapat
bertahan hidup.
Dalam bekerja setiap individu pasti akan melakukan suatu usaha untuk bertahan dan
meningkatkan kinerja di dalam pekerjaannya. Forsyth (2009) memaparkan bahwa agar dapat
bertahan dan terus bersaing dalam berkarir (bekerja), maka setiap individu dituntut untuk
lebih produktif, efisien, dan efektif dalam suatu bidang yang ditekuni. Hal ini disebabkan
karena pada tiap aspek pekerjaan menuntut individu untuk bekerja dengan giat guna
menghasilkan kinerja yang maksimal dalam memperoleh suatu keluaran (output) baik itu
berupa barang atau jasa (Forsyth, 2009). Bekerja secara produktif, efisien dan efektif, maka
individu dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya sarana dan prasarana yang telah
disediakan serta menghasilkan kinerja yang optimal dan dengan demikian dapat tercapailah
tingkat produktivitas yang tinggi.
Menurut Siagian (dalam Anoraga, 2005) produktivitas kerja dapat diartikan sebagai
kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang
tersedia dengan menghasilkan output yang optimal. Oleh karena itu produktivitas dapat
tercapai apabila seorang individu dapat melakukan suatu pekerjaan dengan maksimal dan
memiliki kemampuan yang baik dalam memanfaatkan fasilitas yang diberikan untuk
memperoleh suatu hasil yang optimal. Peningkatan produktivitas kerja dapat terjadi di setiap
bidang pekerjaan dan organisasi, baik yang berhubungan dengan bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, organisasi bisnis, nirlaba, keagamaan dan kenegaraan (Siagian, 2002). Seperti
bidang-bidang lain yang telah disebutkan, dalam bidang jurnalistik produktivitas kerja yang
baik juga merupakan hal penting yang wajib dimiliki oleh para jurnalis atau wartawan.
Mc Dougall (dalam Mondry, 2008) mengemukakan bahwa jurnalistik merupakan
kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan berita secara akurat. Individu
yang bekerja dalam bidang jurnalistik disebut dengan jurnalis atau wartawan. Tugas seorang
jurnalis atau wartawan adalah untuk memunculkan informasi berita bagi masyarakat melalui
media cetak atau elektronik (Mondry,2008).
Berbeda dengan jenis pekerjaan di bidang lain yang sifatnya monoton dan memiliki
batasan baik dari segi waktu kerja maupun tugas kerjanya seperti pekerja di bidang
perkantoran, para pekerja di bidang jurnalistik tidak memiliki batasan waktu kerja yang pasti
(Mondry, 2008). Dengan memiliki tingkat fleksibilitas waktu kerja yang tinggi tersebut,
mereka dituntut untuk selalu dinamis dalam bekerja. Karena bagi wartawan, dalam
menghasilkan berita-berita yang akurat, terbaru dan menarik bagi penerima informasinya
2
mereka harus bekerja 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Waktu kerja yang tidak menentu
tersebut dapat menimbulkan dampak yang baik dan buruk bagi pekerja, seperti dikatakan
Raharyanti (2008) bahwa dampak positif yang ditimbulkan dari cara kerja dengan waktu yang
fleksibel antara lain dapat merekrut anggota yang berkualitas yang tidak terikat dengan jam
kerja, dapat berimprovisasi diri untuk mengefektifkan waktu sehingga sangat mengurangi
masalah dengan keterlambatan dan ketidakhadiran. Selain itu dampak positif lain yang timbul
adalah rasa komitmen dan tanggung jawab yang lebih baik, serta anggota dapat membuka
jaringan yang lebih luas untuk kepentingan organisasi sehingga mereka menjadi lebih
produktif. Sedangkan dampak negatif yang timbul akibat adanya waktu kerja yang fleksibel
adalah jika skema perencanaan tidak dikuasai secara sensitif, maka akan menjadi beban dan
terjebak dengan masalah pengaturan waktu, sehingga ia tidak bisa membatasi kapan waktu
untuk libur dan kapan untuk bekerja (Raharyanti, 2008). Maka untuk menghindari dampak
negatif yang terjadi diperlukan manajemen waktu yang baik.
Menurut Forsyth (2009) manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu
menjadi terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga
produktivitas. Dengan manajemen waktu, individu dapat memprioritaskan kegiatan yang
sebenarnya memiliki konsekuensi tinggi untuk dituntaskan tetapi cenderung ditunda-tunda
penyelesaiaannya. Selain itu dengan belajar mengatur waktu secara baik individu dapat
belajar mengesampingkan kegiatan-kegiatan yang memiliki tingkat tanggung jawab kecil
namun seringkali menarik untuk dituntaskan terlebih dahulu.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Forsyth (2009) dapat dikatakan
manajemen waktu sangat dibutuhkan dalam bidang pekerjaan jurnalistik, karena bidang
jurnalistik sangat terkait dengan waktu pemberitaan (deadline) yang harus diterima redaksi
untuk disampaikan kepada masyarakat. Wartawan yang memiliki kemampuan mengelola
waktu dengan baik dapat mengoptimalkan cara kerjanya dengan waktu yang diberikan untuk
mencari berita dengan akurat, mereka tidak akan melewatkan sumber informasi penting,
mencari kepastian dan kebenaran tentang suatu informasi secara cepat dan kemudian diolah
untuk diserahkan pada redaksi untuk diterbitkan. Hal tersebut dapat meningkatkan
produktivitas kerja yang tinggi pada wartawan juga dapat memberikan keuntungan yang besar
bagi redaksi yang mencetak berita (Mondry, 2008). Cara kerja yang cepat, tepat dan akurat
dapat memberikan suatu keuntungan bagi kedua belah pihak antara perusahaan dan pekerja
sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang baik pula (Anoraga, 2005).
Lain halnya dengan wartawan yang tidak memiliki kemampuan dalam melakukan
manajemen waktu, mereka akan bekerja dengan santai tanpa memilah mana pekerjaan yang
3
harus diselesaikan dengan segera dan pekerjaan yang memiliki kualitas yang rendah untuk
diselesaikan. Sikap seperti tak acuh tersebut akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi
pekerjaannya, pemberitaan yang seharusnya sampai kepada masyarakat dengan tepat waktu
menjadi terlambat sehingga dapat merugikan pihak perusahaan (kantor redaksi). Hal itu
berarti kinerja seorang wartawan buruk yang akan mengakibatkan produktivitas kerjanyanya
menurun.
Pekerjaan yang sangat fleksibel tersebut dapat mempengaruhi hasil kerja yang
diperoleh seorang wartawan. Wartawan yang memiliki kemampuan manajemen waktu yang
baik maka ia akan berusaha menyusun dan menjalankan tugasnya sesuai dengan arah yang
telah dibuat, sehingga pekerjaan tidak terlantar dan mendapatkan hasil yang maksimal. Begitu
pula sebaliknya wartawan yang tidak memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik,
setiap pekerjaan yang dikerjakan akan terbengkalai karena individu tersebut tidak dapat
mengatur pekerjaan yang harus dilaksanakan terlebih dahulu dan mana yang dikerjakan
kemudian. Oleh karena itu dengan memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik sangat
berpengaruh terhadap produktivitas kerja wartawan itu sendiri. Melihat latar belakang dari
cara kerja wartawan yang fleksibel dengan segala tuntutan kerjanya maka manajemen waktu
sangat diperlukan dalam bidang pekerjaan jurnalistik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
meneliti seberapa besar sumbangan manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada
wartawan.
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris peran manajemen waktu
terhadap produktivitas kerja pada wartawan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi perkembangan ilmu Psikologi
Industri dan Organisasi dengan memberikan data empiris mengenai peran manajemen
waktu terhadap produktifitas kerja. Disamping itu diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi acuan bagi peneliti berikutnya.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara umum diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
perusahaan yang bergerak dalam bidang jurnalistik dalam merekrut karyawan. Demikian
pula bagi wartawan yang memiliki fleksibilitas waktu kerja untuk memanfaatkan waktu
4
agar lebih efektif dengan melakukan manajemen waktu sehingga memberikan produktivitas
kerja yang baik.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Produktivitas Kerja
Menurut Sedarmayanti (2004) produktivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu
product : result, outcome kemudian berkembang menjadi productive yang berarti
menghasilkan, maka produktivitas dapat diartikan sebagai kekuatan atau kemampuan
menghasilkan sesuatu. Produktivitas sendiri dapat berhubungan dengan sesuatu yang
bersifat material dan non material, baik yang dapat dinilai maupun yang tidak dapat
dinilai dengan uang. Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep, menunjukan
adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan produk (barang dan jasa) dari seorang tenaga kerja.
Istilah produktivitas identik dengan istilah lain seperti kinerja dan efektivitas,
serta memberi label atau indikator terhadap istilah produktivitas dengan output,
kualitas, dan lain-lain. Produktivitas kerja merupakan ukuran dari keluaran (output)
seperti hasil kerja yang berkualitas baik dan berhubungan dengan masukan (input) dari
bawahan, material dan peralatan (Cascio, 1998).
Produktivitas didefinisikan sebagai fungsi ekonomis yang berkenaan dengan
usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna untuk
pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya (Anoraga,
2005). Sedangkan Siagian (dalam Anoraga, 1995) mengemukakan produktivitas kerja
adalah kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan
prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal.
Menurut Robbins (1993) produktivitas kerja adalah keluaran tiap jam kerja
dengan memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan. Produktivitas bukan hanya
sebagai hasil usaha manusia saja tetapi merupakan hasil kerja sama semua faktor yang
digunakan dalam proses produksi yaitu modal, manusia, teknologi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah hasil
keluaran tiap jam kerja yang menunjukan adanya kaitan antara hasil kerja dengan
satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk (barang dan jasa) dari
seorang tenaga kerja.
5
2. Dimensi Produktivitas Kerja
Beberapa pakar yang meneliti tentang produktivitas kerja mengemukakan
pandangan tentang beberapa dimensi yang menunjang tingkat produktivitas kerja.
Hendrojuwono (1996) mengemukakan bahwa dimensi tersebut harus selalu dikaitkan
dengan keefektifan dan keefisienan tampilan kerja, dalam hal ini tentunya dimensi
efektifitas dan efisiensi saling berhubungan. Sehinggga secara ideal dapat dikatakan
produktivitas kerja dapat dicapai melalui tampilan kerja yang tinggi (efektivitas) dan
disertai rasa puas pada orang yang melaksanakan kerjanya (efisiensi).
Menurut Sedarmayanti (2004) mengemukakan dimensi produktivitas kerja
terdiri atas :
a. Efektivitas
adalah seberapa baik (besar) dihasilkan keluaran dan masukan sumber daya yang
ada, dengan kata lain seberapa efektif sumber daya yang ada digunakan untuk
menghasilkan keluaran yang optimal. Efektivitas berfokus pada keluaran.
b. Efisiensi
adalah seberapa hemat masukan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan
keluaran yang ditentukan. Efisiensi berfokus pada masukan. Hasil yang diperoleh
(output) dapat berupa barang, jasa, dan kepuasan. Sedangkan sumber kerja yang
digunakan (input) dapat berupa tenaga, mesin, bahan, tempat kerja, perlengkapan,
tanah, dan gedung.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja memiliki dua
dimensi yang dapat menunjang tingkat produktivitas kerja, yaitu dimensi efektivitas
dan dimensi efisiensi yang saling berhubungan. Efisiensi adalah seberapa hemat
masukan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan,
kemudian efektivitas adalah seberapa baik (besar) dihasilkan keluaran dan masukan
sumber daya yang ada untuk menghasilkan keluaran yang optimal.
3. Aspek-aspek produktivitas kerja
Menurut Siagian (2002) aspek-aspek produktivitas kerja antara lain yaitu :
a. Perbaikan terus-menerus
Dalam upaya pencapaian produktivitas kerja, salah satu implikasinya adalah
bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan secara terusmenerus. Hal tersebut dikarenakan suatu pekerjaan selalu dihadapkan pada
tuntutan yang terus-menerus berubah seiring dengan perkembangan zaman.
6
b. Peningkatan mutu hasil pekerjaan
Peningkatan mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang dihasilkan, baik
berupa barang maupun jasa akan tetapi menyangkut segala jenis kegiatan di mana
organisasi terlibat. Hal tersebut mengandung arti, mutu menyangkut semua jenis
kegiatan yang diselenggarakan oleh semua satuan kerja, baik pelaksana tugas
pokok maupun pelaksana tugas penunjang dalam organisasi.
c. Tugas pekerjaan yang menantang
Harus diakui bahwa tidak semua orang dalam bekerja bersedia menerima tugas
yang penuh tantangan. Artinya, dalam jenis pekerjaan apapun akan selalu terdapat
pekerja yang menganut prinsip minimalis, yang berarti sudah puas jika
melaksanakan tugasnya dengan hasil yang sekedar memenuhi standar minimal.
Akan tetapi tidak sedikit orang yang justru menginginkan tugas yang penuh
tantangan. Tugas-tugas yang bersifat rutinistik dan mekanistik akan menimbulkan
kebosanan dan kejenuhan yang pada gilirannya berakibat pada sering terjadinya
kesalahan, mutu hasil pekerjaan rendah.
d. Kondisi fisik tempat bekerja
Telah umum diakui baik oleh para pakar maupun oleh para praktisi manajemen
bahwa kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan diperlukan dan
memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Sedangkan Amrun (2008) mengemukakan aspek-aspek produktivitas kerja
meliputi :
a. Pemahaman substansi dasar tentang bekerja.
b. Sikap terhadap karyawan.
c. Perilaku ketika bekerja.
d. Etos kerja.
e. Sikap terhadap waktu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek produktivitas kerja
mencakup perbaikan yang terus-menerus dalam bekerja, peningkatan mutu hasil
pekerjaan, sikap terhadap karyawan, pemahaman substansi dasar tentang bekerja, etos
kerja, perilaku ketika bekerja, menyelesaikan tugas yang menantang, kondisi fisik
tempat bekerja, dan sikap terhadap waktu.
7
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Kerja
Menurut Simanjuntak (dalam Ndraha, 1999) faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja adalah :
a. Kemampuan dan kualitas kerja karyawan : kemampuan dan kualitas kerja
karyawan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman kerja, usia, gender,
kepribadian atau kemampuan mental dan kemampuan fisik karyawan.
b. Sarana pendukung : meliputi alat-alat dan perlengkapan kerja, seperti mesin-mesin
produksi, alat-alat tulis, sampai dengan kacamata, kursi roda, dan tongkat bagi
karyawan tertentu yang membutuhkannya.
c. Supra sarana : meliputi hal-hal yang berhubungan dengan peraturan pemerintah,
undang-undang, perpajakan, status hukum suatu pekerjaan.
Sedangkan Anoraga (2005) mengemukakan bahwa terdapat 10 faktor yang
dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, yaitu :
a. Pekerjaan yang menarik : apabila seorang karyawan mengerjakan suatu pekerjaan
dengan senang atau menarik bagi dirinya, maka hasil pekerjaannya akan
memuaskan dikarenakan karyawan tersebut dapat menikmati pekerjaannya.
b. Upah yang baik : pada dasarnya seseorang yang bekerja, mengharapkan imbalan
yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Dengan terpenuhinya upah yang baik
maka rasa kecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup akan semakin terasa,
sehingga ada rasa timbal balik yang selaras terhadap pekerjaannya.
c. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan : untuk pekerjaan tertentu yang
berhubungan langsung dengan fisik sangat diperlukan keamanan dan perlindungan
dalam bekerja, sehingga dapat mengurangi rasa kekhawatiran dalam bekerja.
Dengan terpenuhinya jaminan atas pekerjaan maka dalam bekerja tidak akan ada
lagi peragaan ragu dan karyawan pun dapat bekerja dengan maksimal.
d. Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan : dengan memberitahu betapa
sangat pentingnya pekerjaan tersebut dan kegunaan dari hasil produk yang
dikerjakannya baik dengan cara langsung menunjukan kegunaannya ataupun
dengan cara memberikan contoh, maka dalam mengerjakan pekerjaannya seorang
karyawan akan lebih meningkatkan produktivitas kerjanya karena terciptanya rasa
tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya.
e. Lingkungan atau suasana kerja yang baik : lingkungan kerja yang baik akan
membawa pengaruh yang baik pula pada segala pihak, baik pada para pekerja,
pimpinan ataupun pada hasil pekerjaannya.
8
f. Promosi dan perkembangan diri pekerja sejalan dengan perkembangan
perusahaan: seorang pekerja akan merasa bangga bila perusahaan dimana ia
bekerja mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga seorang pekerja akan
menjaga citra baik di dalam perusahaan atau diluar pekerjaannya.
g. Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi : dengan adanya keterlibatan
dalam organisasi dimana para pekerja tetap itu bekerja, maka seorang pekerja akan
merasakan bahwa dirinya bener-benar dibutuhkan dalam perusahaan. Oleh karena
itu dengan timbulnya rasa tersebut seorang pekerja akan lebih meningkatkan
produktivitas kerjanya karena jika produktivitasnya menurun akan mengakibatkan
perusahaan mengalami kerugian, dengan ruginya perusahaan seorang pekerja pun
akan merasakan dampak kerugiannya.
h. Pengertian dan simpati atas persoalan pribadi : dengan adanya rasa pengertian dan
perhatian dari pemimpin terhadap karyawannya, maka hal tersebut akan
mendorong motivasi pekerja untuk lebih giat lagi dalam bekerja karena terciptanya
rasa kekeluargaan antara pemimpin dan pekerja.
i. Kesetiaan pimpinan pada diri pekerja : kesetiaan pimpinan pada diri pekerja
merupakan dasar rasa kepercayaan pekerja terhadap perusahaan dimana ia bekerja.
Kesetiaan pimpinan merupakan suatu wibawa dari perusahaan.
j. Disiplin kerja yang keras : disiplin kerja yang terlalu keras akan mengakibatkan
seorang pekerja terkekang dan tidak merasakan kenyamanan dalam bekerja.
Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah (dalam Sedarmayanti,
2001) terdapat 6 faktor yang menentukan produktivitas tenaga kerja, antara lain :
a. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat
menerima tambahan tugas, dan bekerja dalam satu tim.
b. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen
dan supervisi serta keterempilan dalam teknik industri.
c. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam
usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan
produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control circles) dan
panitia mengenai kerja unggul.
d. Manajemen produktivitas, yaitu : manajemen yang efisien mengenai sumber dan
sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.
e. Efisiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.
9
f. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam
berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam usaha
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kemampuan dan kualitas kerja karyawan,
sarana pendukung, supra sarana, pekerjaan yang menarik, upah yang baik, keamanan
dan perlindungan dalam pekerjaan, penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan,
suasana kerja yang baik, promosi dan perkembangan diri pekerja sejalan dengan
perkembangan perusahaan, merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi,
pengertian dan simpati atas persoalan pribadi, disiplin kerja yang keras, tingkat
keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan
supervisi serta keterampilan dalam teknik industri, hubungan antara tenaga kerja dan
pimpinan organisasi, manajemen produktivitas kerja, efisiensi tenaga kerja, dan
kewiraswastaan.
5. Metode pengukuran produktivitas kerja
Ghiselli & Brown (1955) mengemukakan bahwa pengukuran produktivitas
kerja menyangkut (output) yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, alat untuk
mengukur produktivitas kerja yaitu :
a. Pengukuran kuantitas dan kualitas, yang didasari pada jumlah produksi dan
mutu serta keahlian kerja.
b. Tes contoh pekerjaan yang digunakan untuk mengukur hambatan-hambatan
dalam produksi. Tujuan penggunaan alat ini untuk mempertimbangkan secara
tepat bagaimana agar pekerjaan itu dapat dilakukan sebaik-baiknya.
c. Lamanya jabatan, diukur berdasarkan lamanya seseorang memegang suatu
jabatan untuk mengukur kemampuan kerjanya.
d. Lamanya latihan yang dibutuhkan, diukur dengan membandingkan penyelesaian
tugas dalam waktu jangka pendek dan dalam waktu jangka panjang.
e. Penilaian pengawasan (rating by supervisor), pengukuran dengan menunjuk
seorang pengawas (supervisor).
Sedangkan dalam hal pengukuran produktivitas menurut Sedarmayanti (2004)
dapat diukur dari dua hal, yaitu :
a. Produktivitas yang diukur dengan nilai uang
Produktivitas dapat dikatakan akan lebih tinggi apabila : pertama hasil
yang diperoleh lebih besar daripada sumber kerja yang dipergunakan atau
10
output lebih banyak, sedangkan biaya tetap atau sama atau berkurang.
Kemudian yang kedua output tetap atau sama sedangkan biaya berkurang.
Sebaliknya produktivitas dikatakan berkurang apabila hasil yang diperoleh lebih
kecil daripada sumber kerja yang dipergunakan. Oleh karena itu tolak ukurnya
adalah uang. Selanjutnya hasil yang dicapai tidak sekedar dihitung dari jumlah
dan mutu sesuatu yang dihasilkan, tetapi dari segi banyaknya yang
dimanfaatkan oleh konsumen. Dengan demikian produktivitas kerja dipengaruhi
oleh pemasaran hasil yang dicapai atau tingkat pemanfaatan sesuatu yang
dihasilkan harus bernilai ekonomis dalam arti dapat dipasarkan pada
masyarakat.
b. Produktivitas yang diukur dari daya guna (efisiensi) penggunaan personel
sebagai tenaga kerja.
Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan penggunaan metode atau cara
kerja dan alat yang tersedia, sehingga volume dan beban kerja dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia. Hasil yang diperoleh bersifat
non material yang tidak dapat dinilai dengan uang, sehingga produktivitas hanya
dapat digambarkan melalui efisiensi personel dalam melaksanakan tugas
pokoknya.
Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa metode pengukuran
produktivitas kerja dapat diukur menggunakan lamanya latihan yang dibutuhkan,
lamanya jabatan, pengukuran kuantitas dan kualitas yang didasari pada jumlah
produksi dan mutu serta keahlian kerja, tes contoh pekerjaan yang digunakan untuk
mengukur hambatan-hambatan dalam produksi, produktivitas yang diukur dengan
nilai uang, produktivitas yang diukur dari daya guna (efisiensi) penggunaan personel
sebagai tenaga kerja
6. Penilaian Produktivitas Kerja
Untuk melihat tingkat produktivitas kerja karyawan dibutuhkan penilaian
khusus terhadap hasil kerja yang diperoleh seorang karyawan, penilaian tersebut dapat
dilakukan oleh atasan dan rekan kerja. Miner (1992) menyatakan bahwa terdapat dua
penilaian produktivitas kerja yang digunakan untuk menilai produktivitas kerja
karyawan. Pertama penilaian dari atasan (appraisal by superior), penilaian ini
dilakukan oleh atasannya langsung dimana atasan mengobservasi dan melakukan
penilaian langsung. Kedua adalah penilaian dari teman kerja (appraisal by peers or
11
sub ordinates) dimana karyawan menilai teman kerjanya.
Lebih lanjut Robbins
(1993) mengemukakan bahwa terdapat tiga cara untuk mengetahui produktivitas kerja
karyawan antara lain, individual task outcomes (penilaian yang dilakukan atasan untuk
mengetahui jumlah yang dihasilkan), behaviors (perilaku karyawan dalam bekerja),
traits (berhubungan dengan perilaku yang baik, berinisiatif).
Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa penilaian produktivitas
dapat dilakukan oleh atasan yang disebut dengan appraisal by superior (penilaian
yang dilakukan oleh atasan), individual task outcomes (penilaian yang dilakukan
atasan untuk mengetahui jumlah yang dihasilkan), appraisal by peers or sub ordinates
(penilaian dari teman kerja) dimana karyawan menilai teman kerjanya.
B. Manajemen Waktu
1. Pengertian Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang berkaitan dengan
segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan secara terencana agar
individu dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya (Atkinson, 1994). Orr
(dalam Atkinson, 1994) mengemukakan bahwa manajemen waktu sebagai
kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien untuk memperoleh
manfaat yang maksimal.
Lebih lanjut Haynes (1994) menyatakan bahwa manajemen waktu adalah suatu
proses pribadi dengan memanfaatkan analisis dan perencanaan dalam menggunakan
waktu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
Higgins (dalam Atkinson, 1994) mendefinisikan manajemen waktu sebagai
proses untuk menjadikan waktu lebih produktif, dengan cara mengatur apa yang
dilakukan dalam waktu tersebut. Hal serupa juga dikemukakan oleh Forsyth (2009)
mengatakan bahwa manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi
terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga
produktivitas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu adalah suatu
kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien sehingga tercapai
produktivitas yang maksimal.
12
2. Aspek-aspek Manajemen Waktu
Menurut Atkinson dkk. (1990), aspek-aspek dalam manajemen waktu
mencakup adanya usaha untuk :
a. Menetapkan tujuan
Bagian utama dari pengelolaan waktu adalah menetapkan tujuan dari hal-hal yang
ingin dicapai atau yang akan dikerjakan. Keenan (1995) mengatakan bahwa
dengan menetapkan tujuan dapat membantu individu untuk memfokuskan
perhatian ke arah tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan merencanakan
sesuatu yang harus dikerjakan dalam batasan waktu yang tersedia sehingga dapat
mencapai target yang diinginkan.
b. Menyusun prioritas
Sebelum mengerjakan sesuatu, perlu disusun terlebih dahulu urutan prioritas yang
akan dilakukan. Hal tersebut dikarenakan waktu yang tersedia terbatas dan tidak
semua pekerjaan memiliki nilai kepentingan yang sama. Urutan prioritas dibuat
berdasarkan peringkat, yaitu dari prioritas yang tertinggi sampai dengan prioritas
yang terendah. Urutan prioritas dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal mana
yang dirasakan penting, mendesak, dan seharusnya dikerjakan terlebih dahulu
sehingga target dapat tercapai sesuai dengan keinginan dalam batas waktu yang
ditentukan. Menurut Atkinson (1990), dalam menyusun prioritas dibutuhkan
ketelitian tinggi dan kemampuan menyusun strategi agar hasil pokok dan
penggunaan waktu dapat tercapai secara maksimal.
c.
Menyusun jadwal
Jadwal adalah daftar kegiatan yang akan dilakukan beserta urutan waktu dalam
suatu periode tertentu. Kegiatan dalam menyusun jadwal tersebut terdiri dari dua
jenis, yaitu kegiatan yang bersifat rutin dan kegiatan yang bersifat sementara.
Menurut Taylor (1990) fungsi dari pembuatan jadwal adalah agar individu dapat
menghindari bentrokan kegiatan, menghindari kealpaan, dan mengurangi
ketergesaan.
d.
Bersikap asertif
Bersikap asertif dapat didefinisikan sebagai ekspresi yang bertanggung jawab dari
perasaan dan pikiran seseorang terhadap orang tertentu pada waktu yang tepat
(Orr, dalam Haynes 1994). Lebih lanjut Atkinson (1990) menjelaskan bahwa
sikap asertif dapat diartikan sebagai suatu sikap tegas untuk berkata, “Tidak !” atau
menolak suatu permintaan maupun tugas dari orang lain dengan cara yang positif
13
tanpa harus merasa bersalah atau menjadi agresif. Bersikap tegas dalam hal ini
merupakan strategi yang diterapkan guna menghindari pelanggaran hak dan
memastikan bahwa orang lain tidak mengurangi efektifitas penggunaan waktu.
Dalam bersikap asertif tetap dibutuhkan suatu pertimbangan yang matang dari segi
konsekuensi atau besar kecilnya dampak positif dan negatif yang akan diterima
oleh individu.
e.
Menghindari penundaan
Penundaan adalah penangguhan sesuatu hal hingga terlambat dikerjakan, dimana
pekerjaan tersebut seharusnya diselesaikan sekarang atau lebih dini lagi (Orr,
dalam Haynes 1994). Penundaan dalam melaksanakan tugas dapat menyebabkan
ketidakberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya, kemudian
merusak jadwal kegiatan yang telah disusun dan mengganggu tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan. Beberapa hal untuk menghindari penundaan adalah
menetapkan apa saja pekerjaan yang lebih utama yang harus dikerjakan, kejelasan
sasaran yang ingin dicapai, meningkatkan motivasi diri, adanya rasa percaya diri,
dan disiplin dalam mengerjakan tugas (Atkinson, 1990).
f. Meminimumkan waktu yang terbuang
Pemborosan waktu mencakup segala kegiatan yang menyita waktu dan kurang
memberikan manfaat yang maksimal. Hal tersebut sering menjadi penghalang bagi
individu untuk mencapai keberhasilannya karena sering membuat individu
menunda melakukan kegiatan yang penting, sumber-sumber pemborosan waktu
antara lain; menonton televisi, menelepon, perjalanan pulang pergi, melamun,
menunggu, dan melayani tamu tak diundang, mengerjakan sesuatu yang
seharusnya dikerjakan orang lain.
Kegiatan-kegiatan yang memboros waktu merupakan segala bentuk kegiatan baik
pasif maupun aktif yang dilakukan secara berlebihan serta diluar jadwal dan
perencanaan. Untuk dapat meminimumkan waktu yang terbuang, pertama-tama
individu perlu mengidentifikasikan sumber-sumber pemborosan waktu dan
memperkirakan berapa persen waktu dalam sehari yang terbuang untuk kemudian
mengambil tindakan guna mengendalikan kegiatan-kegiatan yang menyita waktu
(Orr & Tracy, 1997). Menurut
Atkinson (1990) peminimuman waktu harus
didukung oleh sikap positif serta keinginan untuk mengubah kebiasaan,
mempunyai rencana yang tepat, dan membina disiplin pribadi.
14
Canfield (1987) dalam teorinya mengemukakan aspek-aspek manajemen
waktu mencakup :
a. Perencanaan
Canfield (1987) mengemukakan bahwa perencanaan diperlukan untuk membuat
seseorang tetap pada pilihannya untuk menyeleksi pekerjaan yang ada dengan
didorong oleh tekad yang kuat untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas. Aspek
penetapan tujuan ini akan sangat membantu sebagai usaha untuk mencapai sasaran
hidup, sasaran hidup yang ingin dicapai tentu saja mencakup kepuasaan dalam
bekerja dan peran dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menetapkan prioritas
Menentukan prioritas berarti seseorang berusaha untuk menentukan dari sekian
banyak hal yang harus dikerjakan dan mana yang perlu didahulukan berdasarkan
tingkat kepentingannya. Sejalan dengan Canfield (1987), Martin & Osborne
(1989) mengemukakan bahwa menetapkan prioritas berarti mengidentifikasi
sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan mana yang penting yang harus dituntaskan,
selain itu penetapan prioritas diperlukan untuk meminimumkan kecenderungan
untuk membuang-buang waktu pada kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.
c. Melakukan delegasi
Martin & Osborne (1989) mengemukakan delegesi artinya menyerahkan suatu
pekerjaan kepada orang lain yang dinilai lebih tepat dan dapat menyelesaikan
suatu pekerjaan tersebut. Sehingga waktu yang kita miliki akan lebih efisien,
kemudian kita akan lebih dimudahkan untuk melakukan pekerjaan lain yang lebih
penting dan perlu dikerjakan dengan menjadikan waktu lebih berproduktif.
d. Disiplin diri
Disipin diri akan mengarahkan individu untuk berorientasi pada tugasnya sendiri
dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa menghambat penyelesaian tugas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek manajemen waktu
mencakup adanya perencanaan, menetapkan tujuan, menyusun prioritas, menghindari
penundaan, menyusun jadwal, bersikap asertif, meminimumkan waktu yang terbuang,
melakukan delegasi, kemudian adanya disiplin diri.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Waktu
Macan dkk (dalam Taylor, 1990) mengemukakan bahwa manajemen waktu
tiap individu berbeda dengan individu lainnya, hal tersebut dikarenakan adanya faktor15
faktor yang dapat mempengaruhi manajemen waktu. Faktor-faktor tersebut antara lain
sebagai berikut :
a. Usia
Hasil penelitian Macan dkk. (dalam Taylor, 1990) yang menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara usia dengan manajemen waktu. Semakin tinggi usia
seseorang maka semakin baik pula kemampuan manajemen waktunya, sebaliknya
semakin rendahnya usia seseorang maka semakin kurang kemampuan manajemen
waktunya.
b. Jenis kelamin
Macan, dkk (Taylor, 1990) juga berpendapat bahwa apabila wanita mempunyai
waktu luang, maka wanita lebih suka mengisi waktu luang tersebut dengan
melakukan pekerjaan yang ringan daripada bersantai-santai. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa hampir seluruh waktunya cenderung digunakan untuk diisi
dengan berbagai macam aktivitas.
Lebih lanjut Srijanti (2007) mengemukakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi manajemen waktu yaitu :
a. Adanya target yang jelas
Dengan adanya target pencapaian maka hidup akan lebih terarah dan waktupun
dapat diatur dengan sebaik-baiknya.
b. Adanya prioritas kerja
Individu dapat menjalankan manajemen waktu dengan baik akan mencurahkan
seluruh konsentrasi dan energinya untuk mencapai prioritas yang telah
ditetapkannya. Adanya prioritas dalam bekerja merupakan salah satu faktor utama
yang membuat individu berhasil melakukan pekerjaan dengan baik.
c. Penundaan pekerjaan
Kebiasaan menunda pekerjaan seringkali menyebabkan kehabisan waktu dan
tenaga saat akan mengerjakannya. Sehingga bila dipaksakan melaksanakannya
maka hasilnya bukanlah yang terbaik karena dilakukan dengan sia-sia
d. Pendelegasian tugas
Sifat kurang percaya pada orang lain dan ingin semua pekerjaan selesai dengan
sempurna seringkali membuat tersitanya waktu yang kita miliki. Perlu kiranya di
ingat bahwa pekerjaan yang dilakukan orang lain mungkin tidak sebaik jika di
lakukan sendiri, akan tetapi jika pekerjaan tersebut tidak yang utama kenapa tidak
didelegasikan saja pada orang lain dengan tetap diawasi. Hal itu dapat lebih
16
meringankan pekerjaan, waktu yang ada dapat di gunakan melakukan pekerjaan
lain yang lebih berkualitas disamping dapat meningkatkan rasa percaya diri,
kebahagiaan dan rasa hormat dari orang yang kita kasih tugas.
e. Penataan ruang kerja
Ruang kerja yang membosankan dapat membuat pekerja kurang merasa nyaman
dalam melakukan suatu pekerjaannya sehingga dapat mengakibatkan sulitnya
mendapat hasil kerja yang baik.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, adanya target yang
jelas, adanya prioritas kerja, penundaan pekerjaan, pendelegasian tugas, penataan
ruang kerja.
4. Efek-efek Manajemen Waktu
Orr dan Tracy (1997) mengatakan bahwa efek-efek dari manajemen waktu
terbagi menjadi 10 macam yaitu :
a. Dapat meningkatkan keteraturan hidup, percaya diri dan disiplin.
b. Dapat meningkatkan kualitas kehidupan diluar jam kerja.
c. Dapat meningkatkan penghasilan (gaji) pada tiap individu.
d. Dapat meningkatnya kepuasan kerja pada individu.
e. Dapat mengurangi kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan.
f. Dapat mengurangi jumlah krisis yang dihadapi individu.
g. Menurunnya tingkat stress pada individu.
h. Dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dan diperolehnya prestasi kerja yang
baik. Dapat meningkatkan kecepatan kerja.
i. Dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja.
Sedangkan Forsyth (2009) mengemukakan bahwa dampak dari penggunaan
manajemen waktu, antara lain :
a. Memiliki prioritas yang jelas dalam bekerja.
b. Dapat mengurangi keterlambatan dan kasalahan dalam bekerja.
c. Dapat tepat waktu dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga dapat meningkatkan
kepuasan kerja.
d. Memiliki kemampuan untuk tetap berkonsentrasi terhadap pekerjaan sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja yang baik.
17
e. Dapat melatih kebiasaan disiplin untuk hal-hal yang berhubungan dengan waktu
sehingga pekerjaan yang dilakukan akan lebih efisien.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa begitu banyak efek-efek yang
dihasilkan dari penggunaan manajemen waktu antara lain, individu dapat
meningkatkan keteraturan hidup, percaya diri dan disiplin, meningkatkan kualitas
kehidupan diluar jam kerja, meningkatkan penghasilan (gaji) pada tiap individu,
meningkatnya kepuasan kerja pada individu, dapat menyelesaikan lebih banyak
pekerjaan dan diperolehnya prestasi kerja yang baik, dapat meningkatkan kecepatan
kerja, dapat mengurangi kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan, mengurangi jumlah
krisis yang dihadapi individu, menurunnya tingkat stress pada individu, memiliki
prioritas yang jelas dalam bekerja, memiliki kemampuan untuk tetap berkonsentrasi
terhadap pekerjaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang baik, dapat
melatih kebiasaan disiplin untuk hal-hal yang berhubungan dengan waktu sehingga
pekerjaan yang dilakukan akan lebih efisien.
C. Wartawan
1. Pengertian Wartawan
Jurnalistik (journalistic) secara harfiah memiliki arti kewartawanan atau
kepenulisan. Kata jurnalistik berasal dari kata Latin : diurnalis (Latin), journal
(Inggris) atau du jour (Prancis) yang memiliki arti informasi atau peristiwa yang
terjadi sehari-hari. Sedangkan jurnalis (wartawan) merupakan seorang pers yang
bertugas mencari informasi guna menjadi bahan berita (Mondry, 2008).
Jurnalis atau wartawan adalah orang pers memiliki aktivitas mencari,
mengolah, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media
massa (Romli, 2004). Nurudin (2009) mengemukakan bahwa wartawan adalah
individu-individu yang bekerja mencari, mengolah, mengedit, dan menyiarkan
informasi untuk diberitakan pada masyarakat.
Wartawan atau jurnalis adalah seorang yang melakukan jurnalisme, yaitu
orang yang secara teratur menuliskan berita berupa laporan dan tulisannya dikirimkan
atau dimuat di media massa secara teratur. Laporan tersebut kemudian dapat
dipublikasi dalam media masa seperti koran, televisi, radio, majalah, film
dokumentasi, dan internet (http://id.wikipedia.org/wiki/Wartawan).
18
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan jurnalis atau wartawan adalah
individu yang bekerja untuk mencari, mengolah, menulis dan menyebarluaskan
informasi kepada masyarakat melalui media massa.
2. Kode etik Wartawan
Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak
masyarakat diperlukan suatu landasan moral atau etika profesi yang dapat menjadi
pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan
(Nurudin, 2009). Atas dasar tersebut Wartawan Indonesia menetapkan Kode Etik,
sebagai berikut :
a. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar.
b. Wartawan Indonesia
menempuh tata cara yag etis untuk memperoleh dan
menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi.
c. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan
fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak
melakukan plagiat.
d. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis,
dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban kejahatan asusila.
e. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalahkan profesi.
f. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan.
g. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan
serta melayani hak jawab.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wartawan memiliki kode etik
dalam bekerja yang mencakup menghormati hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, menempuh tata cara yag etis untuk memperoleh dan
menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi,
menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini,
berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat,
tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak
menyebut identitas korban kejahatan asusila, tidak menerima suap, dan tidak
menyalahkan profesi, wartawan memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan, kemudian wartawan
19
Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani
hak jawab.
3. Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam pembuatan berita
Unsur-unsur berita biasanya tidak berdiri sendiri dalam sebuah berita, tetapi
dapat lebih dari satu. Semakin banyak unsur yang terdapat dalam berita, tentu berita
tersebut semakin baik dan akan semakin menarik (Mondry, 2008). Unsur-unsur
tersebut meliputi :
a. Akurat atau cermat
Suatu berita harus ditulis dengan cermat, baik data, seperti angka, nama, maupun
pernyataan. Karenanya, seorang wartawan perlu melakukan check dan recheck
sebelum menulis berita.
b. Lengkap
Penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu informasinya
dengan benar, tetapi bukan berarti menulis berita harus dipanjang-panjangkan
karena hal itu tidak efisien.
c. Kronologis
Berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa agar urutannya jelas dan
lancar, tidak membingungkan pembaca.
d. Magnitude (daya tarik)
Penulisan berita harus mempertimbangkan daya tariknya. Bila daya tarik
informasi yang diperoleh tidak ada, artinya informasi tersebut tidak layak jadi
berita.
e. Balance (berimbang)
Penulisan berita harus berimbang yang diistilahkan cover both side. Artinya,
dalam menulis tidak boleh ada pemihakan bila terdapat para pihak yang berbeda.
Tidak dibenarkan wartawan menulis berita hanya berdasarkan informasi dari satu
pihak saja.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang harus
diperhatikan dalam membuat berita yaitu suatu berita harus ditulis dengan cermat
atau akurat, penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu
informasinya dengan benar, berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa
agar urutannya jelas dan lancar, penulisan berita harus mempertimbangkan daya
tariknya, penulisan berita harus berimbang.
20
4. Tugas-tugas Wartawan
Wartawan adalah orang yang bekerja dan mendapat nafkah sepenuhnya dari
media massa. Oleh karena itu seorang wartawan memiliki tugas dan tanggung jawab
dalam
memproses
sebuah
berita,
tugas
dan
kewajiban
wartawan
adalah
menyampaikan serta meneruskan informasi atau kebenaran kepada publik tentang apa
saja yang perlu diketahui publik. Romli (2004) mengemukakan bahwa tugas-tugas
wartawan, sebagai berikut :
a. Peliput
Seorang wartawan bertugas meliput setiap peristiwa yang terjadi untuk menjadi
bahan berita.
b. Penyusun
Peristiwa yang telah diliput akan disusun menjadi suatu berita yang menarik buat
publik.
c. Penyebar informasi
Berita yang telah disusun akan disampaikan kepada publik, berita itu menjadi
informasi untuk khalayak.
Kemudian Rentjoko (2008) menyatakan bahwa tugas wartawan adalah sebagai
berikut :
a. Mencari berita.
b. Mengolah berita.
c. Menyimpan berita.
d. Menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas wartawan dalam
menjalankan pekerjaannya yaitu sebagai peliput suatu informasi, menyusun atau
mengolah berita, menyimpan informasi kemudian menyampaikan atau menyebarkan
informasi kepada masyarakat.
D. Kontribusi Manajemen Waktu terhadap Produktivitas Kerja pada Wartawan
Di setiap jenis pekerjaan pasti dibutuhkan peningkatan produktivitas kerja.
Produktivitas kerja diartikan sebagai suatu hasil keluaran yang dihasilkan pada fungsi atau
aktivitas kerja tertentu selama periode tertentu, dengan kata lain produktivitas identik dengan
hasil upaya dalam menjalankan tugasnya (Benardin dalam Moeljono, 2003). Kusriyanto
(1993) mengemukakan produktivitas kerja juga merupakan indikator yang paling peka bagi
21
proses ekonomisasi dan merupakan tolak ukur utama bagi kemajuan ekonomis yang dicapai.
Oleh karena itu peningkatan produktivitas kerja tidak hanya diperlukan pada pekerjaan
tertentu saja tetapi semua jenis pekerjaan membutuhkan produktivitas yang baik, begitu pula
halnya dengan jenis pekerjaan bidang jurnalistik, produktivitas kerja merupakan hal yang
sangat penting yang harus dimiliki seorang jurnalis atau wartawan.
McDougall (dalam Mondry, 2008) mengatakan bahwa wartawan adalah individu
yang bekerja dalam pers yang memiliki tugas untuk menghimpun berita, mencari fakta,
melaporkan berita menjadi sebuah informasi untuk disebarluaskan pada khalayak melalui
media massa. Pada bidang jurnalistik tidak memiliki batasan waktu kerja yang pasti, sangat
berbeda dengan jenis pekerjaan di bidang lain yang sifatnya rutin (monoton) dan memiliki
batasan baik dari segi waktu kerja maupun tugas kerjanya. Dengan memiliki waktu kerja yang
tidak menentu dapat memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri dalam suatu pekerjaan,
kelebihan yang didapat dari cara kerja yang fleksibel adalah wartawan dapat mencari berita
dengan komprehensip sehingga informasi yang diperoleh dapat dipercaya. Kemudian
kekurangan yang didapat adalah karena tidak adanya waktu kerja yang pasti sehingga
menyebabkan wartawan terjebak dalam pengaturan waktu dan jika hal tersebut tidak segera
diatasi, maka akan mengalami banyak kerugian tidak hanya perusahaan tetapi juga wartawan
itu sendiri. Melihat cara kerja wartawan yang tak kenal waktu maka dibutuhkan kemampuan
manajemen waktu yang baik untuk dapat meningkatkan hasil kerjanya (Stanley, 2008).
Wartawan yang tidak memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik, akan
memiliki hambatan dalam menjalankan setiap pekerjaan yang dikerjakannya dimana ia harus
menyelesaikan tugasnya dengan batasan waktu pemberitaan agar sampai tepat waktu pada
pembaca, apabila seorang wartawan gagal dalam melakukannya maka penerbit (redaksi) akan
mengalami kerugian hal tersebut mengartikan bahwa produktivitas wartawan menurun.
Sebaliknya jika seorang wartawan mampu mengelola waktu dengan baik, akan berusaha
menjalankan tugasnya sesuai dengan arah yang telah disusun dengan cara memilah pekerjaan
yang penting untuk segera diselesaikan dan pekerjaan yang tidak terlalu penting untuk segera
diselesaikan, sehingga pekerjaan tidak terlantar dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam
memperoleh berita. Dengan demikian produktivitas seorang wartawan pun akan meningkat.
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah
terdapat kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan.
22
F. METODE PENELITIAN
1. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti adalah :
1. Variabel bebas
: Manajemen waktu
2. Variabel terikat
: Produktivitas kerja
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
a. Manajemen waktu
Manajemen waktu adalah suatu kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan
efisien sehingga tercapai produktivitas yang maksimal. Manajemen waktu dalam
penelitian ini diukur dengan skala manajemen waktu yang disusun berdasarkan aspekaspek manajemen waktu (dalam Atkinson, 1990) yaitu menetapkan tujuan, menyusun
prioritas, menyusun jadwal, bersikap asertif, menghindari penundaan, meminimumkan
waktu yang terbuang.
b. Produktivitas kerja
Produktivitas kerja adalah hasil keluaran tiap jam kerja yang menunjukan adanya kaitan
antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk
(barang dan jasa) dari seorang tenaga kerja. Produktivitas kerja dalam penelitian ini diukur
berdasarkan penilaian dari atasan (appraisal by superior) dengan menggunakan form
penilaian produktivitas kerja wartawan berdasarkan jumlah berita yang didapat selama 1
bulan dari redaksi.
3.
Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah wartawan media cetak Radar Bogor baik pria maupun
wanita.
4.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket atau kuesioner. Untuk mengukur skala manajemen waktu disusun
berdasarkan aspek-aspek manajemen waktu yaitu menetapkan tujuan, menyusun prioritas,
menyusun jadwal, bersifat asertif, menghindari penundaan dan meminimumkan penundaan
23
(Atkinson, 1990). Sedangkan pengukuran produktivitas kerja diperoleh berdasarkan form
penilaian dari atasan (appraisal by superior) yang dinilai berdasarkan jumlah berita yang
didapat wartawan selama 1 bulan.
a.
Skala Manajemen waktu
Manajemen waktu mengandung aspek-aspek yaitu menetapkan tujuan, menyusun
prioritas, menyusun jadwal, bersifat asertif, menghindari penundaan dan meminimumkan
penundaan. Berlandaskan konsep tersebut diatas, peneliti menyusun pernyataan yang
mengungkap manajemen waktu pada wartawan dalam bentuk
favorable dan
unfavorable. Bentuk skala yang digunakan dengan model skala likert.
b.
Produktivitas kerja
Dalam penelitian ini produktivitas kerja diperoleh dari data redaksi Radar Bogor
dinilai berdasarkan kualitas dan jumlah jenis berita yang didapat wartawan selama 1
bulan. Hasil penilaian produktivitas kerja wartawan dinilai berdasarkan jumlah total dari
hasil berita yang diperoleh wartawan.
5. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data
Dalam penelitian ini untuk menguji validitas item dilakukan dengan cara
mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total item, dengan menggunakan korelasi
product moment dari Karl Person. Untuk mengukur reliabilitas alat pengumpul data yang
mengunakan analisis alpha cronbach dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS
versi 17. for windows.
6. Teknik Analisis Data
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik regresi sederhana, yaitu
dengan cara menganalisis kontribusi manajemen waktu sebagai variabel bebas terhadap
produktivitas kerja sebagai variabel terikat.
G. ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi.
Uji asumsi yang terpenuhi dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
24
a. Uji Normalitas
Sebaran skor digunakan dalam uji normalitas adalah uji Kolmogrof-Smirnov.
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan Kolmogrof-Smirnov pada skala manajemen
waktu diketahui nilai statistik sebesar 0.121 dengan nilai signifikansi sebesar 0.200 (P >
0.05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor skala manajemen waktu pada subjek
penelitian adalah normal.
Hasil uji normalitas pada skala produktivitas kerja diketahui nilai statistik sebesar
0.112 dengan nilai signifikansi sebesar 0.200 (P > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
distribusi skor skala produktivitas kerja pada subjek penelitian adalah normal.
b. Uji Linearitas
Dari hasil pengukuran regresi sederhana diperoleh nilai F sebesar 0,089 dengan
signifikansi 0,768 (p>0,05). Hasil pengujian ini menunjukan bahwa hubungan variabelvariabel diatas tidak linear.
2. Analisis Data
Berdasarkan analisa data yang dilakukan dengan menggunakan teknik regresi
sederhana diperoleh F sebesar 0,089 dengan sigifikansi sebesar 0,768 (p>0,05) dan diperoleh
R square sebesar 0,003. Hal ini berarti tidak terdapat kontribusi yang significant dari
manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan, kontribusi yang diperoleh hanya
0,3%. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada kontribusi manajemen waktu terhadap
produktivitas kerja wartawan, ditolak.
3. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi manajemen waktu terhadap
produktivitas kerja wartawan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada
kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja, kontribusi
yang didapatkan sebesar 0,3% sedangkan 99,7% lainnya kemungkinan disebabkan oleh faktor
lain. Tidak adanya kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas
kerja, kemungkinan dikarenakan keunikan dari profesi wartawan itu sendiri. Dengan waktu
kerja yang fleksibel pada satu sisi profesi wartawan sangat memerlukan kemampuan
manajemen waktu yang baik, namun di sisi lain yang dapat menentukan berhasil atau
tidaknya seorang wartawan memperoleh suatu berita sangat tergantung dari perolehan sumber
berita tersebut (narasumber). Meskipun seorang wartawan memiliki kemampuan manajemen
25
waktu yang tinggi tidak akan berpengaruh manakala waktu yang disediakan narasumber tidak
sesuai dengan jadwal yang dimiliki wartawan, sehingga terjadi ketidaksesuaian antara jadwal
yang telah disusun dengan kegiatan yang telah dilakukan.
Kesediaan narasumber dalam memberikan suatu informasi sangat mempengaruhi
kuantitas maupun kualitas berita yang diperoleh wartawan setiap harinya. Oleh karena itu
dalam perolehan berita narasumberlah faktor yang paling dominan yang dapat menunjang
produktivitas seorang wartawan. Sebagaimana dikemukakan oleh Hartoyo (2008) bahwa
penilaian yang dilakukan pihak redaksi terhadap pengukuran produktivitas kerja wartawan
diperoleh berdasarkan jumlah dan kualitas berita yang dihasilkan wartawan setiap harinya.
Lebih lanjut dari hasil penelitian diketahui bahwa kontribusi yang diberikan
manajemen waktu terhadap produktivitas kerja hanya sebesar 0,3%, kemungkinan 99,7%
lainnya dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti usia pekerja, masa kerja, dan jenis
kelamin. Berdasarkan faktor usia Dale (2003) berpendapat bahwa para pekerja di usia muda
pada umumnya mempunyai tingkat harapan dan ambisi yang tinggi untuk mencapai
tujuannya, sehingga dapat pula meningkatkan produktivitas kerjanya. Individu yang bekerja
di usia muda memiliki keinginan untuk bekerja dengan penuh tantangan dalam pekerjaannya
dan kurang puas dengan pekerjaan yang rutin atau monoton. Levinson (dalam Monk, 1999)
memberikan batasan-batasan usia pada dewasa awal yaitu usia 17 sampai 22 tahun individu
berada dalam dua masa, dimana individu meninggalkan masa pra dewasa dan memasuki
dewasa awal. Sedangkan pada usia 22 sampai 28 tahun adalah periode pengenalan dengan
usia orang dewasa, menjadikan diri lebih bertanggung jawab, lebih berproduktif dan berusaha
untuk membentuk stuktur kehidupan yang stabil. Kemudian usia antara 28 sampai 33 tahun
individu telah memasuki struktur kehidupan yang lebih stabil dan tetap, dimana individu
memiliki keyakinan yang mantap dan berusaha untuk memajukan karir sebaik-baiknya. Usia
33 sampai 40 tahun individu memasuki fase kemantapan dalam segala hal (Levinson, dalam
Monk 1999).
Dalam penelitian ini jumlah subjek yang bekerja di redaksi Radar Bogor didominasi
oleh wartawan berusia muda berkisar antara 22 sampai 28 tahun berjumlah 19 orang dengan
perolehan mean produktivitas kerja yang paling tinggi sebesar 83,32, kemudian wartawan
yang berusia 29 sampai 33 tahun berjumlah 12 orang dengan mean produktivitas kerja yang
sedang sebesar 73,50 sedangkan wartawan yang bekerja pada usia 34 sampai 40 tahun hanya
berjumlah 1 orang dengan mean yang terrendah sebesar 63,00. Dengan banyaknya wartawan
muda yang bekerja pada redaksi Radar Bogor kemungkinan hal ini dapat menyebabkan
26
tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
rincian dalam berikut ini:
score produktivitas
kerja
data produktivitas kerja berdasarkan
usia
100
80
60
40
20
0
22 - 28
tahun
29 - 33
tahun
usia
34 - 40
tahun
Selanjutnya faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi produktivitas kerja
adalah jenis kelamin. Gibson (1996) menyatakan bahwa pria mempunyai harapan lebih tinggi
dalam keberhasilan pekerjaan dari pada wanita. Pria lebih kompetitif dibandingkan wanita,
keadaan ini disebabkan adanya perasaan takut akan sukses yang dimiliki wanita serta
konsekuensi sosial yang negatif yang akan diterimanya. Bila wanita sukses bersaing dengan
pria mungkin akan merasa semakin kehilangan feminimitas, popularitas, takut tidak layak
untuk menjadi pasangan hidup bagi pria dan takut dikucilkan. Keadaan tersebut dapat
membuat produktivitas seorang wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan data dari
identitas subjek dapat diketahui bahwa wartawan yang bekerja pada redaksi Radar Bogor
mayoritas didominasi oleh wartawan pria sebanyak 24 orang dengan perolehan mean
produktivitas kerja yang paling tinggi sebesar 79,17. Sedangkan wartawan wanita yang
bekerja pada redaksi Radar Bogor hanya berjumlah 8 orang dengan mean yang lebih rendah
sebesar 78,50. Tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan kemungkinan dapat
disebabkan oleh banyaknya jumlah wartawan pria yang bekerja pada redaksi Radar Bogor, hal
tersebut dapat dilihat dari besarnya mean yang diperoleh wartawan pria. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat rincian dalam berikut ini:
27
score produktivitas kerja
data produktivitas kerja berdasarkan
jenis kelamin
79,4
79,2
79
78,8
78,6
78,4
78,2
78
pria
wanita
jenis kelamin
Masa lamanya bekerja kemungkinan dapat pula memberikan kontribusi terhadap
produktivitas kerja. Nitisemito (2000) berpendapat bahwa pada pekerja dengan masa kerja
yang baru cenderung memiliki produktivitas yang baik, mereka memiliki semangat kerja yang
tinggi, lebih giat bekerja, mengaplikasikan kemampuannya dalam bekerja dengan lebih ulet.
Hal itu dikarenakan harapannya untuk terus mendapatkan posisi kerja yang lebih tinggi. Lebih
lanjut Dharma (2001) menyatakan bahwa tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama
bekerja (senior) akan lebih produktif dari pada yang junior. Karyawan senior biasanya
memiliki tingkat kejenuhan yang lebih tinggi dalam bekerja daripada karyawan baru. Dalam
penelitian ini jumlah subjek yang bekerja di redaksi Radar Bogor didominasi oleh wartawan
dengan masa usia kerja dibawah 5 tahun yang berjumlah sebanyak 28 orang dengan mean
produktivitas kerja tertinggi sebesar 80,18, sedangkan wartawan yang bekerja diatas 5 tahun
hanya berjumlah 4 orang dengan mean yang lebih kecil sebesar 70,75. Hal inilah yang
mungkin dapat menyebabkan tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan Radar
Bogor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian dalam berikut ini:
28
data produktivitas kerja berdasarkan
lama kerja
score produktivitas
kerja
85
80
75
70
65
dibawah 5 tahun
diatas 5 tahun
lama kerja
Berdasarkan Mean Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH) pada skala manajemen
waktu, diketahui Mean Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH) yang dapat dilihat pada tabel
11 dibawah ini :
Tabel 11
Mean Empirik dan Mean Hipotetik
Manajemen waktu
Variabel
Mean Empirik
Mean Hipotetik
SD Hipotetik
Manajemen waktu
60,50
47,5
9,5
Deskripsi mengenai kategori subjek (sangat tinggi, tinggi, rata-rata atau sedang,
rendah dan sangat rendah) dalam skala manajemen waktu
dapat diketahui dengan cara
perhitungan di bawah ini :
Diketahui mean empirik manajemen waktu sebesar 60,50 dengan jumlah item valid
sebanyak 19 item dengan menggunakan kriteria nilai dari 1 sampai dengan 4. Ini berarti nilai
skala terkecil berjumlah 1 dan terbesar 4. Rentang minimum yaitu nilai terkecil dikalikan
dengan jumlah item yang valid (1 x 19 = 19), kemudian dapat diketahui rentang maksimum
yaitu nilai terbesar dikalikan dengan jumlah item yang valid (4 x 19 = 76), sehingga di dapat
rentangan 19 – 76. Dengan jarak sebaran 19 – 76 = 57. Dengan demikian standart deviasi
sebesar 57 : 6 =9,5. Nilai 6 di dapat dari kurva distribusi normal yang terbagi atas 6 wilayah,
yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan nilai standart deviasi,
selanjutnya mencari nilai mean hipotetik dengan cara mengalikan nilai tengah dengan jumlah
29
item yang valid (2,5 x 19 = 47,5). Nilai 2,5 di dapat dari median atau nilai tengah dari kriteria
nilai yang digunakan yaitu antara 1sampai 4.
Adapun penggolongan skala manajemen waktu diperoleh dengan cara menghitung:
X – 2SD = 47,5 – (2 x 9,5) = 28,5
X – 1SD = 47,5 – (1 x 9,5) = 38
X + 1SD = 47,5 + (1 x 9,5) = 57
X + 2SD = 47,5 + (2 x 9,5) = 66,5
Sangat rendah : (x ≤ MH – 2 SDH)
= < 28,5
Rendah
: (MH – 2 SDH < x ≤ MH – SDH)
= 28,5 - 38
Rata-rata
: (MH – SDH < x ≤ MH + SDH)
= 38 - 57
Tinggi
: ( MH + SDH < x ≤ MH + 2 SDH) = 57 - 66,5
Sangat tinggi
: (x > MH + 2 SDH)
= > 66,5
Keterangan : MH = Mean Hipotetic
SDH = Standar Deviasi Hipotetik
60,50
-2SD
28,5
-1SD
38
Rendah
MH
47,5
Sedang
+1SD
57
+2SD
66,5
Tinggi
Gambar 1. Kurva Distribusi Normal Skala Manajemen waktu
Berdasarkan perhitungan pada skala manajemen waktu dimana mean empirik memiliki
nilai skor sebesar 60,50 lebih besar dari mean hipotetik ditambah satu standar deviasi
(47,5+9,5), hal ini menunjukan bahwa manajemen waktu pada subjek penelitian tergolong
tinggi. Tingginya manajemen waktu pada wartawan mungkin dikarenakan keunikan waktu
30
kerjanya yang fleksibel, sehingga wartawan dituntut untuk dapat memiliki manajemen waktu
yang baik. Stanley (2008) menjelaskan bahwa dilihat dari cara kerja wartawan yang tak kenal
waktu maka dibutuhkan kemampuan manajemen waktu yang baik untuk dapat meningkatkan
hasil kerjanya.
H. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan
dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. Hal tersebut
kemungkinan dikarenakan faktor lain yang lebih dominan yang dapat mempengaruhi
produktivitas kerja wartawan. Faktor lain tersebut seperti usia pekerja, jenis kelamin, masa
kerja. Disamping itu kemungkinan faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja
wartawan dapat dilihat dari keunikan profesi wartawan, dimana untuk mendapatkan berita
sangat tergantung dari perolehan sumber berita yang didapatkan wartawan. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui manajemen waktu pada wartawan tergolong tinggi, kemungkinan juga
dapat dipengaruhi oleh waktu kerja yang fleksibel. Dengan waktu kerja yang fleksibel seorang
wartawan dituntut untuk memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik
I. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Saran untuk Redaksi
Bagi redaksi yang terkait, mengingat bahwa narasumber merupakan salah
satu faktor yang dapat menunjang produktivitas wartawan dalam memperoleh suatu
berita, maka diharapkan dari pihak redaksi agar memberikan suatu pelatihan bagi
wartawan untuk meningkatkan keterampilan wartawan dalam memperoleh sumber
berita. Dengan memiliki keterampilan yang baik dalam memperoleh narasumber
berita yang akurat kemungkinan para wartawan pun dapat mengembangkan
produktivitas kerja sehingga lebih maksimal dan berkualitas.
2. Saran untuk Subjek Penelitian
Bagi wartawan diharapkan untuk lebih ulet dalam mencari narasumber berita,
sehingga akan diperoleh berita dengan kuantitas dan kualitas yang baik yang dapat
meningkatkan produktivitas kerjanya.
3. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut
Bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti produktivitas kerja pada
wartawan dapat meneliti lebih lanjut hal-hal yang mungkin memiliki peran terhadap
31
produktivitas kerja wartawan seperti keuletan wartawan dalam memperoleh berita,
jenis kelamin, usia pekerja, dan masa lamanya bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Amrun,
Ahmadi.
(2008).
Produktivitas
dan
http://ahmadiamrun.multiply.com/journal/item/18/090106.html.
Budaya
Kerja.
Anastasi, A. & Urbina, S. (2003). Tes psikologi. Alih bahasa : Robertus, H. Iman. Jakarta: PT.
Indeks Gramedia Group.
Anoraga, P. (1995). Psikologi Industri sosial. Jakarta: Pustaka Jaya.
Anoraga, P. (2005). Psikologi kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Atkinson, P.E. (1990). Manajemen waktu yang efektif. Jakarta: Binarupa Aksara.
Azwar, S. (2002). Tes prestasi:Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi Belajar. Edisi
Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Canfield, A.A. (1987). Time problems inventory reveised manual. Los Angles. Western
Psychological and service.
Cascio, W. F. (1998). Managing human resources productivity quality of work life. NewYork:
Mc Graw-hill.
Dale, M. (2003). Developing Management Skill (diterjemahkan). Jakarta: PT. Gramedia.
Dharma, Agus. (2001). Gaya Kepemimpinan Yang Efektif Bagi Manajer. Bandung: Sinar
Baru.
Forsyth, P. (2009). Jangan sia-siakan waktumu. Yogyakarta: PT Garailmu.
Ghiselli,E.E., & E. W. Brown. (1955). Personal and industri psychology. London: Mc Grawhill.
Gibson, James.L.,& John. M. Invancevich. (1996). Organisasi, perilaku, struktur, proses
(diterjemahkan). Jakarta: Binarupa Aksara.
Hartoyo,
Budiman
S.
(2008).
Produktivitas
Wartawan.
http:
budimanshartoyo.multiply.com/journal/item/20+produktivitas+wartawan&cd=19&hl=
id&ct=clnk&gl=id
Haynes, M.E. (1994). Manajemen waktu untuk diri sendiri. Jakarta: Binarupa aksara.
Hendrojuwono, W. (1996). Mempersiapkan manusia produktif (suatu usulan dan gagasan).
Jurnal Psikologi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Herimanto & Winarno . (2008). Ilmu sosial dan budaya dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
http://id.wikipedia.org/wiki/wartawan
32
Keenan, K. (1995). Pedoman manajemen waktu. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
Kusriyanto. (1993). Meningkatkan produktivitas karyawan. Jakarta: Pustaka Binaan Pressindo
Martin. & Osbrone. (1989). Behavior modification: what it is how to do it. Englewood Cliffs:
Prentice Hall.
Miner, J.B. (1992). Industrial-organization psychology. Singapore: Mc Graw-hill.
Moeljono. (2003). Budaya koperat dan keunggulan koprasi. Jakarta: Elex Media.
Mondry. (2008). Pemahaman teori dan praktik jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia
Monks, F. J.,& A. M. D. Knoers. (1999). Psikologi perkembangan: pengantar dalam
berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ndraha, T. (1999). Pengantar teori: pengembangan sumber daya manusia. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Nitisemito, Alex S. (2000). Manajemen Personalia. Bogor: Ghalia Indonesia
Nurudin. (2009). Jurnalisme masa kini. Jakarta: Rajawali Pers.
Orr. & Tracy. (1997). Management; organization and practice. New York: Haper-Row.
Prabowo, H., & Fakhrurrozi, M. (2005). Skala psikologi. Jakarta: Universitas Gunadarma
Raharyanti,
Fenny.
(2008).
Fleksibilitas
Waktu
dalam
://www.fennybgr.multiply.com/component/content/article/5
Organisasi.
http
Robbins, S.P. (1986). Organizational bahavior: concept, controversies, and Application. New
Jersey: Englewood cliffs.
Romli, A. S. (2004). Broadcast journalism: panduan menjadi penyiar, reporter, script
writter. Bandung: PT Nuansa.
Sedarmayanti. (2001). Sumber daya manusia dan produktivitas kerja. Bandung: Mandar
Maju.
Sedarmayanti. (2004). Mengembangkan kepribadian pegawai. Bandung: Mandar Maju.
Siagian, P. (2002). Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Srijanti, P.,& P. Artiningrum. (2007). Etika membangun sikap profesionalisme sarjana.
Jakarta: Graha Ilmu.
Stanley. (2008). 18 Sikap Wartawan. http://mediacare.multiply.com/journal/6
Suwandi. (1997). Hubungan antara manejemen waktu dengan konflik peran ibu bekerja.
Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Indonesia
33
Download