ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 Nama : Vina Luthfiana Npm : 10505240 Judul : Kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan. Bibliografi 39 (1955-2008) Bekerja merupakan cara yang digunakan bagi individu untuk memperoleh mata pencaharian demi kelangsungan hidupnya. Dalam bekerja setiap individu pasti akan melakukan suatu usaha agar dapat terus bersaing dalam berkarir, maka seorang pekerja dituntut untuk lebih efisien, dan efektif demi meningkatkan produktivitas kerjanya. Pada bidang jurnalistik produktivitas kerja yang tinggi juga merupakan hal penting yang wajib dimiliki oleh para jurnalis atau wartawan. Manajemen waktu merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam jenis pekerjaan jurnalistik dengan waktu kerja yang fleksibel, karena dengan melakukan manajemen waktu tersebut dapat mengontrol diri terhadap kekurangan-kekurangan seorang wartawan dalam bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan uji hipotesis dilakukan dengan teknik analisis regresi sederhana. Subjek dalam penelitian ini adalah wartawan harian redaksi Radar Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur skala manajemen waktu dan form penilaian produktivitas kerja wartawan berdasarkan jumlah berita yang diperoleh selama 1 bulan dari redaksi untuk mengukur produktivitas kerja. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan. Peran manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan ditemukan hanya 3% sedangkan 97% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain, kemudian dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa manajemen waktu subjek dalam penelitian berada pada kategori tinggi. Kata Kunci : manajemen waktu, produktivitas kerja, wartawan. A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Seiring meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian pada era globalisasi, maka meningkat pula kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia dalam setiap aspek kehidupannya. Kebutuhan terpenting dan utama bagi manusia adalah kebutuhan untuk bertahan hidup (Herimanto dan Winarno, 2008). Untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam mempertahankan hidupnya, manusia berusaha untuk mengaktualisasikan segenap potensi yang ada dalam dirinya dan berupaya melakukan berbagai macam aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Salah satu cara untuk memenuhi setiap kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan bekerja. Bekerja merupakan cara yang digunakan bagi individu untuk 1 memperoleh mata pencaharian demi kelangsungan hidupnya. Braude (dalam Suwandi, 1997) mengatakan bahwa bekerja merupakan apa yang dilakukan setiap individu untuk dapat bertahan hidup. Dalam bekerja setiap individu pasti akan melakukan suatu usaha untuk bertahan dan meningkatkan kinerja di dalam pekerjaannya. Forsyth (2009) memaparkan bahwa agar dapat bertahan dan terus bersaing dalam berkarir (bekerja), maka setiap individu dituntut untuk lebih produktif, efisien, dan efektif dalam suatu bidang yang ditekuni. Hal ini disebabkan karena pada tiap aspek pekerjaan menuntut individu untuk bekerja dengan giat guna menghasilkan kinerja yang maksimal dalam memperoleh suatu keluaran (output) baik itu berupa barang atau jasa (Forsyth, 2009). Bekerja secara produktif, efisien dan efektif, maka individu dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya sarana dan prasarana yang telah disediakan serta menghasilkan kinerja yang optimal dan dengan demikian dapat tercapailah tingkat produktivitas yang tinggi. Menurut Siagian (dalam Anoraga, 2005) produktivitas kerja dapat diartikan sebagai kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal. Oleh karena itu produktivitas dapat tercapai apabila seorang individu dapat melakukan suatu pekerjaan dengan maksimal dan memiliki kemampuan yang baik dalam memanfaatkan fasilitas yang diberikan untuk memperoleh suatu hasil yang optimal. Peningkatan produktivitas kerja dapat terjadi di setiap bidang pekerjaan dan organisasi, baik yang berhubungan dengan bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, organisasi bisnis, nirlaba, keagamaan dan kenegaraan (Siagian, 2002). Seperti bidang-bidang lain yang telah disebutkan, dalam bidang jurnalistik produktivitas kerja yang baik juga merupakan hal penting yang wajib dimiliki oleh para jurnalis atau wartawan. Mc Dougall (dalam Mondry, 2008) mengemukakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan berita secara akurat. Individu yang bekerja dalam bidang jurnalistik disebut dengan jurnalis atau wartawan. Tugas seorang jurnalis atau wartawan adalah untuk memunculkan informasi berita bagi masyarakat melalui media cetak atau elektronik (Mondry,2008). Berbeda dengan jenis pekerjaan di bidang lain yang sifatnya monoton dan memiliki batasan baik dari segi waktu kerja maupun tugas kerjanya seperti pekerja di bidang perkantoran, para pekerja di bidang jurnalistik tidak memiliki batasan waktu kerja yang pasti (Mondry, 2008). Dengan memiliki tingkat fleksibilitas waktu kerja yang tinggi tersebut, mereka dituntut untuk selalu dinamis dalam bekerja. Karena bagi wartawan, dalam menghasilkan berita-berita yang akurat, terbaru dan menarik bagi penerima informasinya 2 mereka harus bekerja 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Waktu kerja yang tidak menentu tersebut dapat menimbulkan dampak yang baik dan buruk bagi pekerja, seperti dikatakan Raharyanti (2008) bahwa dampak positif yang ditimbulkan dari cara kerja dengan waktu yang fleksibel antara lain dapat merekrut anggota yang berkualitas yang tidak terikat dengan jam kerja, dapat berimprovisasi diri untuk mengefektifkan waktu sehingga sangat mengurangi masalah dengan keterlambatan dan ketidakhadiran. Selain itu dampak positif lain yang timbul adalah rasa komitmen dan tanggung jawab yang lebih baik, serta anggota dapat membuka jaringan yang lebih luas untuk kepentingan organisasi sehingga mereka menjadi lebih produktif. Sedangkan dampak negatif yang timbul akibat adanya waktu kerja yang fleksibel adalah jika skema perencanaan tidak dikuasai secara sensitif, maka akan menjadi beban dan terjebak dengan masalah pengaturan waktu, sehingga ia tidak bisa membatasi kapan waktu untuk libur dan kapan untuk bekerja (Raharyanti, 2008). Maka untuk menghindari dampak negatif yang terjadi diperlukan manajemen waktu yang baik. Menurut Forsyth (2009) manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga produktivitas. Dengan manajemen waktu, individu dapat memprioritaskan kegiatan yang sebenarnya memiliki konsekuensi tinggi untuk dituntaskan tetapi cenderung ditunda-tunda penyelesaiaannya. Selain itu dengan belajar mengatur waktu secara baik individu dapat belajar mengesampingkan kegiatan-kegiatan yang memiliki tingkat tanggung jawab kecil namun seringkali menarik untuk dituntaskan terlebih dahulu. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Forsyth (2009) dapat dikatakan manajemen waktu sangat dibutuhkan dalam bidang pekerjaan jurnalistik, karena bidang jurnalistik sangat terkait dengan waktu pemberitaan (deadline) yang harus diterima redaksi untuk disampaikan kepada masyarakat. Wartawan yang memiliki kemampuan mengelola waktu dengan baik dapat mengoptimalkan cara kerjanya dengan waktu yang diberikan untuk mencari berita dengan akurat, mereka tidak akan melewatkan sumber informasi penting, mencari kepastian dan kebenaran tentang suatu informasi secara cepat dan kemudian diolah untuk diserahkan pada redaksi untuk diterbitkan. Hal tersebut dapat meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi pada wartawan juga dapat memberikan keuntungan yang besar bagi redaksi yang mencetak berita (Mondry, 2008). Cara kerja yang cepat, tepat dan akurat dapat memberikan suatu keuntungan bagi kedua belah pihak antara perusahaan dan pekerja sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang baik pula (Anoraga, 2005). Lain halnya dengan wartawan yang tidak memiliki kemampuan dalam melakukan manajemen waktu, mereka akan bekerja dengan santai tanpa memilah mana pekerjaan yang 3 harus diselesaikan dengan segera dan pekerjaan yang memiliki kualitas yang rendah untuk diselesaikan. Sikap seperti tak acuh tersebut akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi pekerjaannya, pemberitaan yang seharusnya sampai kepada masyarakat dengan tepat waktu menjadi terlambat sehingga dapat merugikan pihak perusahaan (kantor redaksi). Hal itu berarti kinerja seorang wartawan buruk yang akan mengakibatkan produktivitas kerjanyanya menurun. Pekerjaan yang sangat fleksibel tersebut dapat mempengaruhi hasil kerja yang diperoleh seorang wartawan. Wartawan yang memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik maka ia akan berusaha menyusun dan menjalankan tugasnya sesuai dengan arah yang telah dibuat, sehingga pekerjaan tidak terlantar dan mendapatkan hasil yang maksimal. Begitu pula sebaliknya wartawan yang tidak memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik, setiap pekerjaan yang dikerjakan akan terbengkalai karena individu tersebut tidak dapat mengatur pekerjaan yang harus dilaksanakan terlebih dahulu dan mana yang dikerjakan kemudian. Oleh karena itu dengan memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja wartawan itu sendiri. Melihat latar belakang dari cara kerja wartawan yang fleksibel dengan segala tuntutan kerjanya maka manajemen waktu sangat diperlukan dalam bidang pekerjaan jurnalistik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar sumbangan manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris peran manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi perkembangan ilmu Psikologi Industri dan Organisasi dengan memberikan data empiris mengenai peran manajemen waktu terhadap produktifitas kerja. Disamping itu diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara umum diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang jurnalistik dalam merekrut karyawan. Demikian pula bagi wartawan yang memiliki fleksibilitas waktu kerja untuk memanfaatkan waktu 4 agar lebih efektif dengan melakukan manajemen waktu sehingga memberikan produktivitas kerja yang baik. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Produktivitas Kerja Menurut Sedarmayanti (2004) produktivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu product : result, outcome kemudian berkembang menjadi productive yang berarti menghasilkan, maka produktivitas dapat diartikan sebagai kekuatan atau kemampuan menghasilkan sesuatu. Produktivitas sendiri dapat berhubungan dengan sesuatu yang bersifat material dan non material, baik yang dapat dinilai maupun yang tidak dapat dinilai dengan uang. Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep, menunjukan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk (barang dan jasa) dari seorang tenaga kerja. Istilah produktivitas identik dengan istilah lain seperti kinerja dan efektivitas, serta memberi label atau indikator terhadap istilah produktivitas dengan output, kualitas, dan lain-lain. Produktivitas kerja merupakan ukuran dari keluaran (output) seperti hasil kerja yang berkualitas baik dan berhubungan dengan masukan (input) dari bawahan, material dan peralatan (Cascio, 1998). Produktivitas didefinisikan sebagai fungsi ekonomis yang berkenaan dengan usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya (Anoraga, 2005). Sedangkan Siagian (dalam Anoraga, 1995) mengemukakan produktivitas kerja adalah kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal. Menurut Robbins (1993) produktivitas kerja adalah keluaran tiap jam kerja dengan memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan. Produktivitas bukan hanya sebagai hasil usaha manusia saja tetapi merupakan hasil kerja sama semua faktor yang digunakan dalam proses produksi yaitu modal, manusia, teknologi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah hasil keluaran tiap jam kerja yang menunjukan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk (barang dan jasa) dari seorang tenaga kerja. 5 2. Dimensi Produktivitas Kerja Beberapa pakar yang meneliti tentang produktivitas kerja mengemukakan pandangan tentang beberapa dimensi yang menunjang tingkat produktivitas kerja. Hendrojuwono (1996) mengemukakan bahwa dimensi tersebut harus selalu dikaitkan dengan keefektifan dan keefisienan tampilan kerja, dalam hal ini tentunya dimensi efektifitas dan efisiensi saling berhubungan. Sehinggga secara ideal dapat dikatakan produktivitas kerja dapat dicapai melalui tampilan kerja yang tinggi (efektivitas) dan disertai rasa puas pada orang yang melaksanakan kerjanya (efisiensi). Menurut Sedarmayanti (2004) mengemukakan dimensi produktivitas kerja terdiri atas : a. Efektivitas adalah seberapa baik (besar) dihasilkan keluaran dan masukan sumber daya yang ada, dengan kata lain seberapa efektif sumber daya yang ada digunakan untuk menghasilkan keluaran yang optimal. Efektivitas berfokus pada keluaran. b. Efisiensi adalah seberapa hemat masukan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan. Efisiensi berfokus pada masukan. Hasil yang diperoleh (output) dapat berupa barang, jasa, dan kepuasan. Sedangkan sumber kerja yang digunakan (input) dapat berupa tenaga, mesin, bahan, tempat kerja, perlengkapan, tanah, dan gedung. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja memiliki dua dimensi yang dapat menunjang tingkat produktivitas kerja, yaitu dimensi efektivitas dan dimensi efisiensi yang saling berhubungan. Efisiensi adalah seberapa hemat masukan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan, kemudian efektivitas adalah seberapa baik (besar) dihasilkan keluaran dan masukan sumber daya yang ada untuk menghasilkan keluaran yang optimal. 3. Aspek-aspek produktivitas kerja Menurut Siagian (2002) aspek-aspek produktivitas kerja antara lain yaitu : a. Perbaikan terus-menerus Dalam upaya pencapaian produktivitas kerja, salah satu implikasinya adalah bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan secara terusmenerus. Hal tersebut dikarenakan suatu pekerjaan selalu dihadapkan pada tuntutan yang terus-menerus berubah seiring dengan perkembangan zaman. 6 b. Peningkatan mutu hasil pekerjaan Peningkatan mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang dihasilkan, baik berupa barang maupun jasa akan tetapi menyangkut segala jenis kegiatan di mana organisasi terlibat. Hal tersebut mengandung arti, mutu menyangkut semua jenis kegiatan yang diselenggarakan oleh semua satuan kerja, baik pelaksana tugas pokok maupun pelaksana tugas penunjang dalam organisasi. c. Tugas pekerjaan yang menantang Harus diakui bahwa tidak semua orang dalam bekerja bersedia menerima tugas yang penuh tantangan. Artinya, dalam jenis pekerjaan apapun akan selalu terdapat pekerja yang menganut prinsip minimalis, yang berarti sudah puas jika melaksanakan tugasnya dengan hasil yang sekedar memenuhi standar minimal. Akan tetapi tidak sedikit orang yang justru menginginkan tugas yang penuh tantangan. Tugas-tugas yang bersifat rutinistik dan mekanistik akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan yang pada gilirannya berakibat pada sering terjadinya kesalahan, mutu hasil pekerjaan rendah. d. Kondisi fisik tempat bekerja Telah umum diakui baik oleh para pakar maupun oleh para praktisi manajemen bahwa kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan diperlukan dan memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan produktivitas kerja. Sedangkan Amrun (2008) mengemukakan aspek-aspek produktivitas kerja meliputi : a. Pemahaman substansi dasar tentang bekerja. b. Sikap terhadap karyawan. c. Perilaku ketika bekerja. d. Etos kerja. e. Sikap terhadap waktu. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek produktivitas kerja mencakup perbaikan yang terus-menerus dalam bekerja, peningkatan mutu hasil pekerjaan, sikap terhadap karyawan, pemahaman substansi dasar tentang bekerja, etos kerja, perilaku ketika bekerja, menyelesaikan tugas yang menantang, kondisi fisik tempat bekerja, dan sikap terhadap waktu. 7 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Kerja Menurut Simanjuntak (dalam Ndraha, 1999) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah : a. Kemampuan dan kualitas kerja karyawan : kemampuan dan kualitas kerja karyawan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman kerja, usia, gender, kepribadian atau kemampuan mental dan kemampuan fisik karyawan. b. Sarana pendukung : meliputi alat-alat dan perlengkapan kerja, seperti mesin-mesin produksi, alat-alat tulis, sampai dengan kacamata, kursi roda, dan tongkat bagi karyawan tertentu yang membutuhkannya. c. Supra sarana : meliputi hal-hal yang berhubungan dengan peraturan pemerintah, undang-undang, perpajakan, status hukum suatu pekerjaan. Sedangkan Anoraga (2005) mengemukakan bahwa terdapat 10 faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, yaitu : a. Pekerjaan yang menarik : apabila seorang karyawan mengerjakan suatu pekerjaan dengan senang atau menarik bagi dirinya, maka hasil pekerjaannya akan memuaskan dikarenakan karyawan tersebut dapat menikmati pekerjaannya. b. Upah yang baik : pada dasarnya seseorang yang bekerja, mengharapkan imbalan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Dengan terpenuhinya upah yang baik maka rasa kecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup akan semakin terasa, sehingga ada rasa timbal balik yang selaras terhadap pekerjaannya. c. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan : untuk pekerjaan tertentu yang berhubungan langsung dengan fisik sangat diperlukan keamanan dan perlindungan dalam bekerja, sehingga dapat mengurangi rasa kekhawatiran dalam bekerja. Dengan terpenuhinya jaminan atas pekerjaan maka dalam bekerja tidak akan ada lagi peragaan ragu dan karyawan pun dapat bekerja dengan maksimal. d. Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan : dengan memberitahu betapa sangat pentingnya pekerjaan tersebut dan kegunaan dari hasil produk yang dikerjakannya baik dengan cara langsung menunjukan kegunaannya ataupun dengan cara memberikan contoh, maka dalam mengerjakan pekerjaannya seorang karyawan akan lebih meningkatkan produktivitas kerjanya karena terciptanya rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya. e. Lingkungan atau suasana kerja yang baik : lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh yang baik pula pada segala pihak, baik pada para pekerja, pimpinan ataupun pada hasil pekerjaannya. 8 f. Promosi dan perkembangan diri pekerja sejalan dengan perkembangan perusahaan: seorang pekerja akan merasa bangga bila perusahaan dimana ia bekerja mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga seorang pekerja akan menjaga citra baik di dalam perusahaan atau diluar pekerjaannya. g. Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi : dengan adanya keterlibatan dalam organisasi dimana para pekerja tetap itu bekerja, maka seorang pekerja akan merasakan bahwa dirinya bener-benar dibutuhkan dalam perusahaan. Oleh karena itu dengan timbulnya rasa tersebut seorang pekerja akan lebih meningkatkan produktivitas kerjanya karena jika produktivitasnya menurun akan mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, dengan ruginya perusahaan seorang pekerja pun akan merasakan dampak kerugiannya. h. Pengertian dan simpati atas persoalan pribadi : dengan adanya rasa pengertian dan perhatian dari pemimpin terhadap karyawannya, maka hal tersebut akan mendorong motivasi pekerja untuk lebih giat lagi dalam bekerja karena terciptanya rasa kekeluargaan antara pemimpin dan pekerja. i. Kesetiaan pimpinan pada diri pekerja : kesetiaan pimpinan pada diri pekerja merupakan dasar rasa kepercayaan pekerja terhadap perusahaan dimana ia bekerja. Kesetiaan pimpinan merupakan suatu wibawa dari perusahaan. j. Disiplin kerja yang keras : disiplin kerja yang terlalu keras akan mengakibatkan seorang pekerja terkekang dan tidak merasakan kenyamanan dalam bekerja. Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah (dalam Sedarmayanti, 2001) terdapat 6 faktor yang menentukan produktivitas tenaga kerja, antara lain : a. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas, dan bekerja dalam satu tim. b. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterempilan dalam teknik industri. c. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control circles) dan panitia mengenai kerja unggul. d. Manajemen produktivitas, yaitu : manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. e. Efisiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. 9 f. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam usaha Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kemampuan dan kualitas kerja karyawan, sarana pendukung, supra sarana, pekerjaan yang menarik, upah yang baik, keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan, penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan, suasana kerja yang baik, promosi dan perkembangan diri pekerja sejalan dengan perkembangan perusahaan, merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi, pengertian dan simpati atas persoalan pribadi, disiplin kerja yang keras, tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri, hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi, manajemen produktivitas kerja, efisiensi tenaga kerja, dan kewiraswastaan. 5. Metode pengukuran produktivitas kerja Ghiselli & Brown (1955) mengemukakan bahwa pengukuran produktivitas kerja menyangkut (output) yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, alat untuk mengukur produktivitas kerja yaitu : a. Pengukuran kuantitas dan kualitas, yang didasari pada jumlah produksi dan mutu serta keahlian kerja. b. Tes contoh pekerjaan yang digunakan untuk mengukur hambatan-hambatan dalam produksi. Tujuan penggunaan alat ini untuk mempertimbangkan secara tepat bagaimana agar pekerjaan itu dapat dilakukan sebaik-baiknya. c. Lamanya jabatan, diukur berdasarkan lamanya seseorang memegang suatu jabatan untuk mengukur kemampuan kerjanya. d. Lamanya latihan yang dibutuhkan, diukur dengan membandingkan penyelesaian tugas dalam waktu jangka pendek dan dalam waktu jangka panjang. e. Penilaian pengawasan (rating by supervisor), pengukuran dengan menunjuk seorang pengawas (supervisor). Sedangkan dalam hal pengukuran produktivitas menurut Sedarmayanti (2004) dapat diukur dari dua hal, yaitu : a. Produktivitas yang diukur dengan nilai uang Produktivitas dapat dikatakan akan lebih tinggi apabila : pertama hasil yang diperoleh lebih besar daripada sumber kerja yang dipergunakan atau 10 output lebih banyak, sedangkan biaya tetap atau sama atau berkurang. Kemudian yang kedua output tetap atau sama sedangkan biaya berkurang. Sebaliknya produktivitas dikatakan berkurang apabila hasil yang diperoleh lebih kecil daripada sumber kerja yang dipergunakan. Oleh karena itu tolak ukurnya adalah uang. Selanjutnya hasil yang dicapai tidak sekedar dihitung dari jumlah dan mutu sesuatu yang dihasilkan, tetapi dari segi banyaknya yang dimanfaatkan oleh konsumen. Dengan demikian produktivitas kerja dipengaruhi oleh pemasaran hasil yang dicapai atau tingkat pemanfaatan sesuatu yang dihasilkan harus bernilai ekonomis dalam arti dapat dipasarkan pada masyarakat. b. Produktivitas yang diukur dari daya guna (efisiensi) penggunaan personel sebagai tenaga kerja. Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan penggunaan metode atau cara kerja dan alat yang tersedia, sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia. Hasil yang diperoleh bersifat non material yang tidak dapat dinilai dengan uang, sehingga produktivitas hanya dapat digambarkan melalui efisiensi personel dalam melaksanakan tugas pokoknya. Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa metode pengukuran produktivitas kerja dapat diukur menggunakan lamanya latihan yang dibutuhkan, lamanya jabatan, pengukuran kuantitas dan kualitas yang didasari pada jumlah produksi dan mutu serta keahlian kerja, tes contoh pekerjaan yang digunakan untuk mengukur hambatan-hambatan dalam produksi, produktivitas yang diukur dengan nilai uang, produktivitas yang diukur dari daya guna (efisiensi) penggunaan personel sebagai tenaga kerja 6. Penilaian Produktivitas Kerja Untuk melihat tingkat produktivitas kerja karyawan dibutuhkan penilaian khusus terhadap hasil kerja yang diperoleh seorang karyawan, penilaian tersebut dapat dilakukan oleh atasan dan rekan kerja. Miner (1992) menyatakan bahwa terdapat dua penilaian produktivitas kerja yang digunakan untuk menilai produktivitas kerja karyawan. Pertama penilaian dari atasan (appraisal by superior), penilaian ini dilakukan oleh atasannya langsung dimana atasan mengobservasi dan melakukan penilaian langsung. Kedua adalah penilaian dari teman kerja (appraisal by peers or 11 sub ordinates) dimana karyawan menilai teman kerjanya. Lebih lanjut Robbins (1993) mengemukakan bahwa terdapat tiga cara untuk mengetahui produktivitas kerja karyawan antara lain, individual task outcomes (penilaian yang dilakukan atasan untuk mengetahui jumlah yang dihasilkan), behaviors (perilaku karyawan dalam bekerja), traits (berhubungan dengan perilaku yang baik, berinisiatif). Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa penilaian produktivitas dapat dilakukan oleh atasan yang disebut dengan appraisal by superior (penilaian yang dilakukan oleh atasan), individual task outcomes (penilaian yang dilakukan atasan untuk mengetahui jumlah yang dihasilkan), appraisal by peers or sub ordinates (penilaian dari teman kerja) dimana karyawan menilai teman kerjanya. B. Manajemen Waktu 1. Pengertian Manajemen Waktu Manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang berkaitan dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan secara terencana agar individu dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya (Atkinson, 1994). Orr (dalam Atkinson, 1994) mengemukakan bahwa manajemen waktu sebagai kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien untuk memperoleh manfaat yang maksimal. Lebih lanjut Haynes (1994) menyatakan bahwa manajemen waktu adalah suatu proses pribadi dengan memanfaatkan analisis dan perencanaan dalam menggunakan waktu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Higgins (dalam Atkinson, 1994) mendefinisikan manajemen waktu sebagai proses untuk menjadikan waktu lebih produktif, dengan cara mengatur apa yang dilakukan dalam waktu tersebut. Hal serupa juga dikemukakan oleh Forsyth (2009) mengatakan bahwa manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga produktivitas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu adalah suatu kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang maksimal. 12 2. Aspek-aspek Manajemen Waktu Menurut Atkinson dkk. (1990), aspek-aspek dalam manajemen waktu mencakup adanya usaha untuk : a. Menetapkan tujuan Bagian utama dari pengelolaan waktu adalah menetapkan tujuan dari hal-hal yang ingin dicapai atau yang akan dikerjakan. Keenan (1995) mengatakan bahwa dengan menetapkan tujuan dapat membantu individu untuk memfokuskan perhatian ke arah tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan merencanakan sesuatu yang harus dikerjakan dalam batasan waktu yang tersedia sehingga dapat mencapai target yang diinginkan. b. Menyusun prioritas Sebelum mengerjakan sesuatu, perlu disusun terlebih dahulu urutan prioritas yang akan dilakukan. Hal tersebut dikarenakan waktu yang tersedia terbatas dan tidak semua pekerjaan memiliki nilai kepentingan yang sama. Urutan prioritas dibuat berdasarkan peringkat, yaitu dari prioritas yang tertinggi sampai dengan prioritas yang terendah. Urutan prioritas dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal mana yang dirasakan penting, mendesak, dan seharusnya dikerjakan terlebih dahulu sehingga target dapat tercapai sesuai dengan keinginan dalam batas waktu yang ditentukan. Menurut Atkinson (1990), dalam menyusun prioritas dibutuhkan ketelitian tinggi dan kemampuan menyusun strategi agar hasil pokok dan penggunaan waktu dapat tercapai secara maksimal. c. Menyusun jadwal Jadwal adalah daftar kegiatan yang akan dilakukan beserta urutan waktu dalam suatu periode tertentu. Kegiatan dalam menyusun jadwal tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu kegiatan yang bersifat rutin dan kegiatan yang bersifat sementara. Menurut Taylor (1990) fungsi dari pembuatan jadwal adalah agar individu dapat menghindari bentrokan kegiatan, menghindari kealpaan, dan mengurangi ketergesaan. d. Bersikap asertif Bersikap asertif dapat didefinisikan sebagai ekspresi yang bertanggung jawab dari perasaan dan pikiran seseorang terhadap orang tertentu pada waktu yang tepat (Orr, dalam Haynes 1994). Lebih lanjut Atkinson (1990) menjelaskan bahwa sikap asertif dapat diartikan sebagai suatu sikap tegas untuk berkata, “Tidak !” atau menolak suatu permintaan maupun tugas dari orang lain dengan cara yang positif 13 tanpa harus merasa bersalah atau menjadi agresif. Bersikap tegas dalam hal ini merupakan strategi yang diterapkan guna menghindari pelanggaran hak dan memastikan bahwa orang lain tidak mengurangi efektifitas penggunaan waktu. Dalam bersikap asertif tetap dibutuhkan suatu pertimbangan yang matang dari segi konsekuensi atau besar kecilnya dampak positif dan negatif yang akan diterima oleh individu. e. Menghindari penundaan Penundaan adalah penangguhan sesuatu hal hingga terlambat dikerjakan, dimana pekerjaan tersebut seharusnya diselesaikan sekarang atau lebih dini lagi (Orr, dalam Haynes 1994). Penundaan dalam melaksanakan tugas dapat menyebabkan ketidakberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya, kemudian merusak jadwal kegiatan yang telah disusun dan mengganggu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa hal untuk menghindari penundaan adalah menetapkan apa saja pekerjaan yang lebih utama yang harus dikerjakan, kejelasan sasaran yang ingin dicapai, meningkatkan motivasi diri, adanya rasa percaya diri, dan disiplin dalam mengerjakan tugas (Atkinson, 1990). f. Meminimumkan waktu yang terbuang Pemborosan waktu mencakup segala kegiatan yang menyita waktu dan kurang memberikan manfaat yang maksimal. Hal tersebut sering menjadi penghalang bagi individu untuk mencapai keberhasilannya karena sering membuat individu menunda melakukan kegiatan yang penting, sumber-sumber pemborosan waktu antara lain; menonton televisi, menelepon, perjalanan pulang pergi, melamun, menunggu, dan melayani tamu tak diundang, mengerjakan sesuatu yang seharusnya dikerjakan orang lain. Kegiatan-kegiatan yang memboros waktu merupakan segala bentuk kegiatan baik pasif maupun aktif yang dilakukan secara berlebihan serta diluar jadwal dan perencanaan. Untuk dapat meminimumkan waktu yang terbuang, pertama-tama individu perlu mengidentifikasikan sumber-sumber pemborosan waktu dan memperkirakan berapa persen waktu dalam sehari yang terbuang untuk kemudian mengambil tindakan guna mengendalikan kegiatan-kegiatan yang menyita waktu (Orr & Tracy, 1997). Menurut Atkinson (1990) peminimuman waktu harus didukung oleh sikap positif serta keinginan untuk mengubah kebiasaan, mempunyai rencana yang tepat, dan membina disiplin pribadi. 14 Canfield (1987) dalam teorinya mengemukakan aspek-aspek manajemen waktu mencakup : a. Perencanaan Canfield (1987) mengemukakan bahwa perencanaan diperlukan untuk membuat seseorang tetap pada pilihannya untuk menyeleksi pekerjaan yang ada dengan didorong oleh tekad yang kuat untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas. Aspek penetapan tujuan ini akan sangat membantu sebagai usaha untuk mencapai sasaran hidup, sasaran hidup yang ingin dicapai tentu saja mencakup kepuasaan dalam bekerja dan peran dalam kehidupan sehari-hari. b. Menetapkan prioritas Menentukan prioritas berarti seseorang berusaha untuk menentukan dari sekian banyak hal yang harus dikerjakan dan mana yang perlu didahulukan berdasarkan tingkat kepentingannya. Sejalan dengan Canfield (1987), Martin & Osborne (1989) mengemukakan bahwa menetapkan prioritas berarti mengidentifikasi sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan mana yang penting yang harus dituntaskan, selain itu penetapan prioritas diperlukan untuk meminimumkan kecenderungan untuk membuang-buang waktu pada kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat. c. Melakukan delegasi Martin & Osborne (1989) mengemukakan delegesi artinya menyerahkan suatu pekerjaan kepada orang lain yang dinilai lebih tepat dan dapat menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut. Sehingga waktu yang kita miliki akan lebih efisien, kemudian kita akan lebih dimudahkan untuk melakukan pekerjaan lain yang lebih penting dan perlu dikerjakan dengan menjadikan waktu lebih berproduktif. d. Disiplin diri Disipin diri akan mengarahkan individu untuk berorientasi pada tugasnya sendiri dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa menghambat penyelesaian tugas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek manajemen waktu mencakup adanya perencanaan, menetapkan tujuan, menyusun prioritas, menghindari penundaan, menyusun jadwal, bersikap asertif, meminimumkan waktu yang terbuang, melakukan delegasi, kemudian adanya disiplin diri. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Waktu Macan dkk (dalam Taylor, 1990) mengemukakan bahwa manajemen waktu tiap individu berbeda dengan individu lainnya, hal tersebut dikarenakan adanya faktor15 faktor yang dapat mempengaruhi manajemen waktu. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut : a. Usia Hasil penelitian Macan dkk. (dalam Taylor, 1990) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan manajemen waktu. Semakin tinggi usia seseorang maka semakin baik pula kemampuan manajemen waktunya, sebaliknya semakin rendahnya usia seseorang maka semakin kurang kemampuan manajemen waktunya. b. Jenis kelamin Macan, dkk (Taylor, 1990) juga berpendapat bahwa apabila wanita mempunyai waktu luang, maka wanita lebih suka mengisi waktu luang tersebut dengan melakukan pekerjaan yang ringan daripada bersantai-santai. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hampir seluruh waktunya cenderung digunakan untuk diisi dengan berbagai macam aktivitas. Lebih lanjut Srijanti (2007) mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen waktu yaitu : a. Adanya target yang jelas Dengan adanya target pencapaian maka hidup akan lebih terarah dan waktupun dapat diatur dengan sebaik-baiknya. b. Adanya prioritas kerja Individu dapat menjalankan manajemen waktu dengan baik akan mencurahkan seluruh konsentrasi dan energinya untuk mencapai prioritas yang telah ditetapkannya. Adanya prioritas dalam bekerja merupakan salah satu faktor utama yang membuat individu berhasil melakukan pekerjaan dengan baik. c. Penundaan pekerjaan Kebiasaan menunda pekerjaan seringkali menyebabkan kehabisan waktu dan tenaga saat akan mengerjakannya. Sehingga bila dipaksakan melaksanakannya maka hasilnya bukanlah yang terbaik karena dilakukan dengan sia-sia d. Pendelegasian tugas Sifat kurang percaya pada orang lain dan ingin semua pekerjaan selesai dengan sempurna seringkali membuat tersitanya waktu yang kita miliki. Perlu kiranya di ingat bahwa pekerjaan yang dilakukan orang lain mungkin tidak sebaik jika di lakukan sendiri, akan tetapi jika pekerjaan tersebut tidak yang utama kenapa tidak didelegasikan saja pada orang lain dengan tetap diawasi. Hal itu dapat lebih 16 meringankan pekerjaan, waktu yang ada dapat di gunakan melakukan pekerjaan lain yang lebih berkualitas disamping dapat meningkatkan rasa percaya diri, kebahagiaan dan rasa hormat dari orang yang kita kasih tugas. e. Penataan ruang kerja Ruang kerja yang membosankan dapat membuat pekerja kurang merasa nyaman dalam melakukan suatu pekerjaannya sehingga dapat mengakibatkan sulitnya mendapat hasil kerja yang baik. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, adanya target yang jelas, adanya prioritas kerja, penundaan pekerjaan, pendelegasian tugas, penataan ruang kerja. 4. Efek-efek Manajemen Waktu Orr dan Tracy (1997) mengatakan bahwa efek-efek dari manajemen waktu terbagi menjadi 10 macam yaitu : a. Dapat meningkatkan keteraturan hidup, percaya diri dan disiplin. b. Dapat meningkatkan kualitas kehidupan diluar jam kerja. c. Dapat meningkatkan penghasilan (gaji) pada tiap individu. d. Dapat meningkatnya kepuasan kerja pada individu. e. Dapat mengurangi kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan. f. Dapat mengurangi jumlah krisis yang dihadapi individu. g. Menurunnya tingkat stress pada individu. h. Dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dan diperolehnya prestasi kerja yang baik. Dapat meningkatkan kecepatan kerja. i. Dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja. Sedangkan Forsyth (2009) mengemukakan bahwa dampak dari penggunaan manajemen waktu, antara lain : a. Memiliki prioritas yang jelas dalam bekerja. b. Dapat mengurangi keterlambatan dan kasalahan dalam bekerja. c. Dapat tepat waktu dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja. d. Memiliki kemampuan untuk tetap berkonsentrasi terhadap pekerjaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang baik. 17 e. Dapat melatih kebiasaan disiplin untuk hal-hal yang berhubungan dengan waktu sehingga pekerjaan yang dilakukan akan lebih efisien. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa begitu banyak efek-efek yang dihasilkan dari penggunaan manajemen waktu antara lain, individu dapat meningkatkan keteraturan hidup, percaya diri dan disiplin, meningkatkan kualitas kehidupan diluar jam kerja, meningkatkan penghasilan (gaji) pada tiap individu, meningkatnya kepuasan kerja pada individu, dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dan diperolehnya prestasi kerja yang baik, dapat meningkatkan kecepatan kerja, dapat mengurangi kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan, mengurangi jumlah krisis yang dihadapi individu, menurunnya tingkat stress pada individu, memiliki prioritas yang jelas dalam bekerja, memiliki kemampuan untuk tetap berkonsentrasi terhadap pekerjaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang baik, dapat melatih kebiasaan disiplin untuk hal-hal yang berhubungan dengan waktu sehingga pekerjaan yang dilakukan akan lebih efisien. C. Wartawan 1. Pengertian Wartawan Jurnalistik (journalistic) secara harfiah memiliki arti kewartawanan atau kepenulisan. Kata jurnalistik berasal dari kata Latin : diurnalis (Latin), journal (Inggris) atau du jour (Prancis) yang memiliki arti informasi atau peristiwa yang terjadi sehari-hari. Sedangkan jurnalis (wartawan) merupakan seorang pers yang bertugas mencari informasi guna menjadi bahan berita (Mondry, 2008). Jurnalis atau wartawan adalah orang pers memiliki aktivitas mencari, mengolah, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa (Romli, 2004). Nurudin (2009) mengemukakan bahwa wartawan adalah individu-individu yang bekerja mencari, mengolah, mengedit, dan menyiarkan informasi untuk diberitakan pada masyarakat. Wartawan atau jurnalis adalah seorang yang melakukan jurnalisme, yaitu orang yang secara teratur menuliskan berita berupa laporan dan tulisannya dikirimkan atau dimuat di media massa secara teratur. Laporan tersebut kemudian dapat dipublikasi dalam media masa seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet (http://id.wikipedia.org/wiki/Wartawan). 18 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan jurnalis atau wartawan adalah individu yang bekerja untuk mencari, mengolah, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat melalui media massa. 2. Kode etik Wartawan Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat diperlukan suatu landasan moral atau etika profesi yang dapat menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan (Nurudin, 2009). Atas dasar tersebut Wartawan Indonesia menetapkan Kode Etik, sebagai berikut : a. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar. b. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yag etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi. c. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat. d. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban kejahatan asusila. e. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalahkan profesi. f. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan. g. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wartawan memiliki kode etik dalam bekerja yang mencakup menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, menempuh tata cara yag etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi, menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat, tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban kejahatan asusila, tidak menerima suap, dan tidak menyalahkan profesi, wartawan memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan, kemudian wartawan 19 Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab. 3. Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam pembuatan berita Unsur-unsur berita biasanya tidak berdiri sendiri dalam sebuah berita, tetapi dapat lebih dari satu. Semakin banyak unsur yang terdapat dalam berita, tentu berita tersebut semakin baik dan akan semakin menarik (Mondry, 2008). Unsur-unsur tersebut meliputi : a. Akurat atau cermat Suatu berita harus ditulis dengan cermat, baik data, seperti angka, nama, maupun pernyataan. Karenanya, seorang wartawan perlu melakukan check dan recheck sebelum menulis berita. b. Lengkap Penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu informasinya dengan benar, tetapi bukan berarti menulis berita harus dipanjang-panjangkan karena hal itu tidak efisien. c. Kronologis Berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa agar urutannya jelas dan lancar, tidak membingungkan pembaca. d. Magnitude (daya tarik) Penulisan berita harus mempertimbangkan daya tariknya. Bila daya tarik informasi yang diperoleh tidak ada, artinya informasi tersebut tidak layak jadi berita. e. Balance (berimbang) Penulisan berita harus berimbang yang diistilahkan cover both side. Artinya, dalam menulis tidak boleh ada pemihakan bila terdapat para pihak yang berbeda. Tidak dibenarkan wartawan menulis berita hanya berdasarkan informasi dari satu pihak saja. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam membuat berita yaitu suatu berita harus ditulis dengan cermat atau akurat, penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu informasinya dengan benar, berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa agar urutannya jelas dan lancar, penulisan berita harus mempertimbangkan daya tariknya, penulisan berita harus berimbang. 20 4. Tugas-tugas Wartawan Wartawan adalah orang yang bekerja dan mendapat nafkah sepenuhnya dari media massa. Oleh karena itu seorang wartawan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam memproses sebuah berita, tugas dan kewajiban wartawan adalah menyampaikan serta meneruskan informasi atau kebenaran kepada publik tentang apa saja yang perlu diketahui publik. Romli (2004) mengemukakan bahwa tugas-tugas wartawan, sebagai berikut : a. Peliput Seorang wartawan bertugas meliput setiap peristiwa yang terjadi untuk menjadi bahan berita. b. Penyusun Peristiwa yang telah diliput akan disusun menjadi suatu berita yang menarik buat publik. c. Penyebar informasi Berita yang telah disusun akan disampaikan kepada publik, berita itu menjadi informasi untuk khalayak. Kemudian Rentjoko (2008) menyatakan bahwa tugas wartawan adalah sebagai berikut : a. Mencari berita. b. Mengolah berita. c. Menyimpan berita. d. Menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas wartawan dalam menjalankan pekerjaannya yaitu sebagai peliput suatu informasi, menyusun atau mengolah berita, menyimpan informasi kemudian menyampaikan atau menyebarkan informasi kepada masyarakat. D. Kontribusi Manajemen Waktu terhadap Produktivitas Kerja pada Wartawan Di setiap jenis pekerjaan pasti dibutuhkan peningkatan produktivitas kerja. Produktivitas kerja diartikan sebagai suatu hasil keluaran yang dihasilkan pada fungsi atau aktivitas kerja tertentu selama periode tertentu, dengan kata lain produktivitas identik dengan hasil upaya dalam menjalankan tugasnya (Benardin dalam Moeljono, 2003). Kusriyanto (1993) mengemukakan produktivitas kerja juga merupakan indikator yang paling peka bagi 21 proses ekonomisasi dan merupakan tolak ukur utama bagi kemajuan ekonomis yang dicapai. Oleh karena itu peningkatan produktivitas kerja tidak hanya diperlukan pada pekerjaan tertentu saja tetapi semua jenis pekerjaan membutuhkan produktivitas yang baik, begitu pula halnya dengan jenis pekerjaan bidang jurnalistik, produktivitas kerja merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki seorang jurnalis atau wartawan. McDougall (dalam Mondry, 2008) mengatakan bahwa wartawan adalah individu yang bekerja dalam pers yang memiliki tugas untuk menghimpun berita, mencari fakta, melaporkan berita menjadi sebuah informasi untuk disebarluaskan pada khalayak melalui media massa. Pada bidang jurnalistik tidak memiliki batasan waktu kerja yang pasti, sangat berbeda dengan jenis pekerjaan di bidang lain yang sifatnya rutin (monoton) dan memiliki batasan baik dari segi waktu kerja maupun tugas kerjanya. Dengan memiliki waktu kerja yang tidak menentu dapat memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri dalam suatu pekerjaan, kelebihan yang didapat dari cara kerja yang fleksibel adalah wartawan dapat mencari berita dengan komprehensip sehingga informasi yang diperoleh dapat dipercaya. Kemudian kekurangan yang didapat adalah karena tidak adanya waktu kerja yang pasti sehingga menyebabkan wartawan terjebak dalam pengaturan waktu dan jika hal tersebut tidak segera diatasi, maka akan mengalami banyak kerugian tidak hanya perusahaan tetapi juga wartawan itu sendiri. Melihat cara kerja wartawan yang tak kenal waktu maka dibutuhkan kemampuan manajemen waktu yang baik untuk dapat meningkatkan hasil kerjanya (Stanley, 2008). Wartawan yang tidak memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik, akan memiliki hambatan dalam menjalankan setiap pekerjaan yang dikerjakannya dimana ia harus menyelesaikan tugasnya dengan batasan waktu pemberitaan agar sampai tepat waktu pada pembaca, apabila seorang wartawan gagal dalam melakukannya maka penerbit (redaksi) akan mengalami kerugian hal tersebut mengartikan bahwa produktivitas wartawan menurun. Sebaliknya jika seorang wartawan mampu mengelola waktu dengan baik, akan berusaha menjalankan tugasnya sesuai dengan arah yang telah disusun dengan cara memilah pekerjaan yang penting untuk segera diselesaikan dan pekerjaan yang tidak terlalu penting untuk segera diselesaikan, sehingga pekerjaan tidak terlantar dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam memperoleh berita. Dengan demikian produktivitas seorang wartawan pun akan meningkat. E. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah terdapat kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. 22 F. METODE PENELITIAN 1. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti adalah : 1. Variabel bebas : Manajemen waktu 2. Variabel terikat : Produktivitas kerja 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional dalam penelitian ini adalah : a. Manajemen waktu Manajemen waktu adalah suatu kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang maksimal. Manajemen waktu dalam penelitian ini diukur dengan skala manajemen waktu yang disusun berdasarkan aspekaspek manajemen waktu (dalam Atkinson, 1990) yaitu menetapkan tujuan, menyusun prioritas, menyusun jadwal, bersikap asertif, menghindari penundaan, meminimumkan waktu yang terbuang. b. Produktivitas kerja Produktivitas kerja adalah hasil keluaran tiap jam kerja yang menunjukan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk (barang dan jasa) dari seorang tenaga kerja. Produktivitas kerja dalam penelitian ini diukur berdasarkan penilaian dari atasan (appraisal by superior) dengan menggunakan form penilaian produktivitas kerja wartawan berdasarkan jumlah berita yang didapat selama 1 bulan dari redaksi. 3. Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah wartawan media cetak Radar Bogor baik pria maupun wanita. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner. Untuk mengukur skala manajemen waktu disusun berdasarkan aspek-aspek manajemen waktu yaitu menetapkan tujuan, menyusun prioritas, menyusun jadwal, bersifat asertif, menghindari penundaan dan meminimumkan penundaan 23 (Atkinson, 1990). Sedangkan pengukuran produktivitas kerja diperoleh berdasarkan form penilaian dari atasan (appraisal by superior) yang dinilai berdasarkan jumlah berita yang didapat wartawan selama 1 bulan. a. Skala Manajemen waktu Manajemen waktu mengandung aspek-aspek yaitu menetapkan tujuan, menyusun prioritas, menyusun jadwal, bersifat asertif, menghindari penundaan dan meminimumkan penundaan. Berlandaskan konsep tersebut diatas, peneliti menyusun pernyataan yang mengungkap manajemen waktu pada wartawan dalam bentuk favorable dan unfavorable. Bentuk skala yang digunakan dengan model skala likert. b. Produktivitas kerja Dalam penelitian ini produktivitas kerja diperoleh dari data redaksi Radar Bogor dinilai berdasarkan kualitas dan jumlah jenis berita yang didapat wartawan selama 1 bulan. Hasil penilaian produktivitas kerja wartawan dinilai berdasarkan jumlah total dari hasil berita yang diperoleh wartawan. 5. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data Dalam penelitian ini untuk menguji validitas item dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total item, dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Person. Untuk mengukur reliabilitas alat pengumpul data yang mengunakan analisis alpha cronbach dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17. for windows. 6. Teknik Analisis Data Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik regresi sederhana, yaitu dengan cara menganalisis kontribusi manajemen waktu sebagai variabel bebas terhadap produktivitas kerja sebagai variabel terikat. G. ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi yang terpenuhi dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas. 24 a. Uji Normalitas Sebaran skor digunakan dalam uji normalitas adalah uji Kolmogrof-Smirnov. Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan Kolmogrof-Smirnov pada skala manajemen waktu diketahui nilai statistik sebesar 0.121 dengan nilai signifikansi sebesar 0.200 (P > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor skala manajemen waktu pada subjek penelitian adalah normal. Hasil uji normalitas pada skala produktivitas kerja diketahui nilai statistik sebesar 0.112 dengan nilai signifikansi sebesar 0.200 (P > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor skala produktivitas kerja pada subjek penelitian adalah normal. b. Uji Linearitas Dari hasil pengukuran regresi sederhana diperoleh nilai F sebesar 0,089 dengan signifikansi 0,768 (p>0,05). Hasil pengujian ini menunjukan bahwa hubungan variabelvariabel diatas tidak linear. 2. Analisis Data Berdasarkan analisa data yang dilakukan dengan menggunakan teknik regresi sederhana diperoleh F sebesar 0,089 dengan sigifikansi sebesar 0,768 (p>0,05) dan diperoleh R square sebesar 0,003. Hal ini berarti tidak terdapat kontribusi yang significant dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan, kontribusi yang diperoleh hanya 0,3%. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan, ditolak. 3. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja, kontribusi yang didapatkan sebesar 0,3% sedangkan 99,7% lainnya kemungkinan disebabkan oleh faktor lain. Tidak adanya kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja, kemungkinan dikarenakan keunikan dari profesi wartawan itu sendiri. Dengan waktu kerja yang fleksibel pada satu sisi profesi wartawan sangat memerlukan kemampuan manajemen waktu yang baik, namun di sisi lain yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya seorang wartawan memperoleh suatu berita sangat tergantung dari perolehan sumber berita tersebut (narasumber). Meskipun seorang wartawan memiliki kemampuan manajemen 25 waktu yang tinggi tidak akan berpengaruh manakala waktu yang disediakan narasumber tidak sesuai dengan jadwal yang dimiliki wartawan, sehingga terjadi ketidaksesuaian antara jadwal yang telah disusun dengan kegiatan yang telah dilakukan. Kesediaan narasumber dalam memberikan suatu informasi sangat mempengaruhi kuantitas maupun kualitas berita yang diperoleh wartawan setiap harinya. Oleh karena itu dalam perolehan berita narasumberlah faktor yang paling dominan yang dapat menunjang produktivitas seorang wartawan. Sebagaimana dikemukakan oleh Hartoyo (2008) bahwa penilaian yang dilakukan pihak redaksi terhadap pengukuran produktivitas kerja wartawan diperoleh berdasarkan jumlah dan kualitas berita yang dihasilkan wartawan setiap harinya. Lebih lanjut dari hasil penelitian diketahui bahwa kontribusi yang diberikan manajemen waktu terhadap produktivitas kerja hanya sebesar 0,3%, kemungkinan 99,7% lainnya dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti usia pekerja, masa kerja, dan jenis kelamin. Berdasarkan faktor usia Dale (2003) berpendapat bahwa para pekerja di usia muda pada umumnya mempunyai tingkat harapan dan ambisi yang tinggi untuk mencapai tujuannya, sehingga dapat pula meningkatkan produktivitas kerjanya. Individu yang bekerja di usia muda memiliki keinginan untuk bekerja dengan penuh tantangan dalam pekerjaannya dan kurang puas dengan pekerjaan yang rutin atau monoton. Levinson (dalam Monk, 1999) memberikan batasan-batasan usia pada dewasa awal yaitu usia 17 sampai 22 tahun individu berada dalam dua masa, dimana individu meninggalkan masa pra dewasa dan memasuki dewasa awal. Sedangkan pada usia 22 sampai 28 tahun adalah periode pengenalan dengan usia orang dewasa, menjadikan diri lebih bertanggung jawab, lebih berproduktif dan berusaha untuk membentuk stuktur kehidupan yang stabil. Kemudian usia antara 28 sampai 33 tahun individu telah memasuki struktur kehidupan yang lebih stabil dan tetap, dimana individu memiliki keyakinan yang mantap dan berusaha untuk memajukan karir sebaik-baiknya. Usia 33 sampai 40 tahun individu memasuki fase kemantapan dalam segala hal (Levinson, dalam Monk 1999). Dalam penelitian ini jumlah subjek yang bekerja di redaksi Radar Bogor didominasi oleh wartawan berusia muda berkisar antara 22 sampai 28 tahun berjumlah 19 orang dengan perolehan mean produktivitas kerja yang paling tinggi sebesar 83,32, kemudian wartawan yang berusia 29 sampai 33 tahun berjumlah 12 orang dengan mean produktivitas kerja yang sedang sebesar 73,50 sedangkan wartawan yang bekerja pada usia 34 sampai 40 tahun hanya berjumlah 1 orang dengan mean yang terrendah sebesar 63,00. Dengan banyaknya wartawan muda yang bekerja pada redaksi Radar Bogor kemungkinan hal ini dapat menyebabkan 26 tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian dalam berikut ini: score produktivitas kerja data produktivitas kerja berdasarkan usia 100 80 60 40 20 0 22 - 28 tahun 29 - 33 tahun usia 34 - 40 tahun Selanjutnya faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi produktivitas kerja adalah jenis kelamin. Gibson (1996) menyatakan bahwa pria mempunyai harapan lebih tinggi dalam keberhasilan pekerjaan dari pada wanita. Pria lebih kompetitif dibandingkan wanita, keadaan ini disebabkan adanya perasaan takut akan sukses yang dimiliki wanita serta konsekuensi sosial yang negatif yang akan diterimanya. Bila wanita sukses bersaing dengan pria mungkin akan merasa semakin kehilangan feminimitas, popularitas, takut tidak layak untuk menjadi pasangan hidup bagi pria dan takut dikucilkan. Keadaan tersebut dapat membuat produktivitas seorang wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan data dari identitas subjek dapat diketahui bahwa wartawan yang bekerja pada redaksi Radar Bogor mayoritas didominasi oleh wartawan pria sebanyak 24 orang dengan perolehan mean produktivitas kerja yang paling tinggi sebesar 79,17. Sedangkan wartawan wanita yang bekerja pada redaksi Radar Bogor hanya berjumlah 8 orang dengan mean yang lebih rendah sebesar 78,50. Tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan kemungkinan dapat disebabkan oleh banyaknya jumlah wartawan pria yang bekerja pada redaksi Radar Bogor, hal tersebut dapat dilihat dari besarnya mean yang diperoleh wartawan pria. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian dalam berikut ini: 27 score produktivitas kerja data produktivitas kerja berdasarkan jenis kelamin 79,4 79,2 79 78,8 78,6 78,4 78,2 78 pria wanita jenis kelamin Masa lamanya bekerja kemungkinan dapat pula memberikan kontribusi terhadap produktivitas kerja. Nitisemito (2000) berpendapat bahwa pada pekerja dengan masa kerja yang baru cenderung memiliki produktivitas yang baik, mereka memiliki semangat kerja yang tinggi, lebih giat bekerja, mengaplikasikan kemampuannya dalam bekerja dengan lebih ulet. Hal itu dikarenakan harapannya untuk terus mendapatkan posisi kerja yang lebih tinggi. Lebih lanjut Dharma (2001) menyatakan bahwa tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama bekerja (senior) akan lebih produktif dari pada yang junior. Karyawan senior biasanya memiliki tingkat kejenuhan yang lebih tinggi dalam bekerja daripada karyawan baru. Dalam penelitian ini jumlah subjek yang bekerja di redaksi Radar Bogor didominasi oleh wartawan dengan masa usia kerja dibawah 5 tahun yang berjumlah sebanyak 28 orang dengan mean produktivitas kerja tertinggi sebesar 80,18, sedangkan wartawan yang bekerja diatas 5 tahun hanya berjumlah 4 orang dengan mean yang lebih kecil sebesar 70,75. Hal inilah yang mungkin dapat menyebabkan tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan Radar Bogor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian dalam berikut ini: 28 data produktivitas kerja berdasarkan lama kerja score produktivitas kerja 85 80 75 70 65 dibawah 5 tahun diatas 5 tahun lama kerja Berdasarkan Mean Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH) pada skala manajemen waktu, diketahui Mean Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH) yang dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini : Tabel 11 Mean Empirik dan Mean Hipotetik Manajemen waktu Variabel Mean Empirik Mean Hipotetik SD Hipotetik Manajemen waktu 60,50 47,5 9,5 Deskripsi mengenai kategori subjek (sangat tinggi, tinggi, rata-rata atau sedang, rendah dan sangat rendah) dalam skala manajemen waktu dapat diketahui dengan cara perhitungan di bawah ini : Diketahui mean empirik manajemen waktu sebesar 60,50 dengan jumlah item valid sebanyak 19 item dengan menggunakan kriteria nilai dari 1 sampai dengan 4. Ini berarti nilai skala terkecil berjumlah 1 dan terbesar 4. Rentang minimum yaitu nilai terkecil dikalikan dengan jumlah item yang valid (1 x 19 = 19), kemudian dapat diketahui rentang maksimum yaitu nilai terbesar dikalikan dengan jumlah item yang valid (4 x 19 = 76), sehingga di dapat rentangan 19 – 76. Dengan jarak sebaran 19 – 76 = 57. Dengan demikian standart deviasi sebesar 57 : 6 =9,5. Nilai 6 di dapat dari kurva distribusi normal yang terbagi atas 6 wilayah, yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan nilai standart deviasi, selanjutnya mencari nilai mean hipotetik dengan cara mengalikan nilai tengah dengan jumlah 29 item yang valid (2,5 x 19 = 47,5). Nilai 2,5 di dapat dari median atau nilai tengah dari kriteria nilai yang digunakan yaitu antara 1sampai 4. Adapun penggolongan skala manajemen waktu diperoleh dengan cara menghitung: X – 2SD = 47,5 – (2 x 9,5) = 28,5 X – 1SD = 47,5 – (1 x 9,5) = 38 X + 1SD = 47,5 + (1 x 9,5) = 57 X + 2SD = 47,5 + (2 x 9,5) = 66,5 Sangat rendah : (x ≤ MH – 2 SDH) = < 28,5 Rendah : (MH – 2 SDH < x ≤ MH – SDH) = 28,5 - 38 Rata-rata : (MH – SDH < x ≤ MH + SDH) = 38 - 57 Tinggi : ( MH + SDH < x ≤ MH + 2 SDH) = 57 - 66,5 Sangat tinggi : (x > MH + 2 SDH) = > 66,5 Keterangan : MH = Mean Hipotetic SDH = Standar Deviasi Hipotetik 60,50 -2SD 28,5 -1SD 38 Rendah MH 47,5 Sedang +1SD 57 +2SD 66,5 Tinggi Gambar 1. Kurva Distribusi Normal Skala Manajemen waktu Berdasarkan perhitungan pada skala manajemen waktu dimana mean empirik memiliki nilai skor sebesar 60,50 lebih besar dari mean hipotetik ditambah satu standar deviasi (47,5+9,5), hal ini menunjukan bahwa manajemen waktu pada subjek penelitian tergolong tinggi. Tingginya manajemen waktu pada wartawan mungkin dikarenakan keunikan waktu 30 kerjanya yang fleksibel, sehingga wartawan dituntut untuk dapat memiliki manajemen waktu yang baik. Stanley (2008) menjelaskan bahwa dilihat dari cara kerja wartawan yang tak kenal waktu maka dibutuhkan kemampuan manajemen waktu yang baik untuk dapat meningkatkan hasil kerjanya. H. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan faktor lain yang lebih dominan yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja wartawan. Faktor lain tersebut seperti usia pekerja, jenis kelamin, masa kerja. Disamping itu kemungkinan faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja wartawan dapat dilihat dari keunikan profesi wartawan, dimana untuk mendapatkan berita sangat tergantung dari perolehan sumber berita yang didapatkan wartawan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui manajemen waktu pada wartawan tergolong tinggi, kemungkinan juga dapat dipengaruhi oleh waktu kerja yang fleksibel. Dengan waktu kerja yang fleksibel seorang wartawan dituntut untuk memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik I. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Saran untuk Redaksi Bagi redaksi yang terkait, mengingat bahwa narasumber merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang produktivitas wartawan dalam memperoleh suatu berita, maka diharapkan dari pihak redaksi agar memberikan suatu pelatihan bagi wartawan untuk meningkatkan keterampilan wartawan dalam memperoleh sumber berita. Dengan memiliki keterampilan yang baik dalam memperoleh narasumber berita yang akurat kemungkinan para wartawan pun dapat mengembangkan produktivitas kerja sehingga lebih maksimal dan berkualitas. 2. Saran untuk Subjek Penelitian Bagi wartawan diharapkan untuk lebih ulet dalam mencari narasumber berita, sehingga akan diperoleh berita dengan kuantitas dan kualitas yang baik yang dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. 3. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut Bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti produktivitas kerja pada wartawan dapat meneliti lebih lanjut hal-hal yang mungkin memiliki peran terhadap 31 produktivitas kerja wartawan seperti keuletan wartawan dalam memperoleh berita, jenis kelamin, usia pekerja, dan masa lamanya bekerja. DAFTAR PUSTAKA Amrun, Ahmadi. (2008). Produktivitas dan http://ahmadiamrun.multiply.com/journal/item/18/090106.html. Budaya Kerja. Anastasi, A. & Urbina, S. (2003). Tes psikologi. Alih bahasa : Robertus, H. Iman. Jakarta: PT. Indeks Gramedia Group. Anoraga, P. (1995). Psikologi Industri sosial. Jakarta: Pustaka Jaya. Anoraga, P. (2005). Psikologi kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta. Atkinson, P.E. (1990). Manajemen waktu yang efektif. Jakarta: Binarupa Aksara. Azwar, S. (2002). Tes prestasi:Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi Belajar. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Canfield, A.A. (1987). Time problems inventory reveised manual. Los Angles. Western Psychological and service. Cascio, W. F. (1998). Managing human resources productivity quality of work life. NewYork: Mc Graw-hill. Dale, M. (2003). Developing Management Skill (diterjemahkan). Jakarta: PT. Gramedia. Dharma, Agus. (2001). Gaya Kepemimpinan Yang Efektif Bagi Manajer. Bandung: Sinar Baru. Forsyth, P. (2009). Jangan sia-siakan waktumu. Yogyakarta: PT Garailmu. Ghiselli,E.E., & E. W. Brown. (1955). Personal and industri psychology. London: Mc Grawhill. Gibson, James.L.,& John. M. Invancevich. (1996). Organisasi, perilaku, struktur, proses (diterjemahkan). Jakarta: Binarupa Aksara. Hartoyo, Budiman S. (2008). Produktivitas Wartawan. http: budimanshartoyo.multiply.com/journal/item/20+produktivitas+wartawan&cd=19&hl= id&ct=clnk&gl=id Haynes, M.E. (1994). Manajemen waktu untuk diri sendiri. Jakarta: Binarupa aksara. Hendrojuwono, W. (1996). Mempersiapkan manusia produktif (suatu usulan dan gagasan). Jurnal Psikologi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Herimanto & Winarno . (2008). Ilmu sosial dan budaya dasar. Jakarta: Bumi Aksara. http://id.wikipedia.org/wiki/wartawan 32 Keenan, K. (1995). Pedoman manajemen waktu. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti Kusriyanto. (1993). Meningkatkan produktivitas karyawan. Jakarta: Pustaka Binaan Pressindo Martin. & Osbrone. (1989). Behavior modification: what it is how to do it. Englewood Cliffs: Prentice Hall. Miner, J.B. (1992). Industrial-organization psychology. Singapore: Mc Graw-hill. Moeljono. (2003). Budaya koperat dan keunggulan koprasi. Jakarta: Elex Media. Mondry. (2008). Pemahaman teori dan praktik jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia Monks, F. J.,& A. M. D. Knoers. (1999). Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ndraha, T. (1999). Pengantar teori: pengembangan sumber daya manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nitisemito, Alex S. (2000). Manajemen Personalia. Bogor: Ghalia Indonesia Nurudin. (2009). Jurnalisme masa kini. Jakarta: Rajawali Pers. Orr. & Tracy. (1997). Management; organization and practice. New York: Haper-Row. Prabowo, H., & Fakhrurrozi, M. (2005). Skala psikologi. Jakarta: Universitas Gunadarma Raharyanti, Fenny. (2008). Fleksibilitas Waktu dalam ://www.fennybgr.multiply.com/component/content/article/5 Organisasi. http Robbins, S.P. (1986). Organizational bahavior: concept, controversies, and Application. New Jersey: Englewood cliffs. Romli, A. S. (2004). Broadcast journalism: panduan menjadi penyiar, reporter, script writter. Bandung: PT Nuansa. Sedarmayanti. (2001). Sumber daya manusia dan produktivitas kerja. Bandung: Mandar Maju. Sedarmayanti. (2004). Mengembangkan kepribadian pegawai. Bandung: Mandar Maju. Siagian, P. (2002). Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta. Srijanti, P.,& P. Artiningrum. (2007). Etika membangun sikap profesionalisme sarjana. Jakarta: Graha Ilmu. Stanley. (2008). 18 Sikap Wartawan. http://mediacare.multiply.com/journal/6 Suwandi. (1997). Hubungan antara manejemen waktu dengan konflik peran ibu bekerja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Indonesia 33