pemahaman agama melalui bebarapa metode atau pendekatan

advertisement
PEMAHAMAN AGAMA MELALUI BEBARAPA METODE
ATAU PENDEKATAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Studi Islam
Dosen Pembimbing :
MUHLISIN, S.Ag
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul Pemahaman
Agama Melalui Beberapa Metode atau Pendekatan
dapat berjalan tanpa
halangan yang berarti, dari awal sampai selesai.
Perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian makalah sebagai salah satu
tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam pada semester gasal.
Penulisan makalah ini berdasarkan literatur yang ada. Penyusun menyadari
akan kemampuan yang sangat terbatas sehingga dalam penyusunan makalah ini
banyak kekurangannya. Namun makalah yang disajikan sedikit banyak
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan mahasiswa lain pada umumnya.
Dalam kesempatan ini disampaikan terima kasih atas bimbingan, bantuan
serta saran dari berbagai pihak.
Penyusun juga menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka dengan hati terbuka penyusun menerima segala kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah tersebut.
Surabaya,
Nopember 2006
Tim penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama merupakan sesuatu yang berhubungan dengan keyakinan,
keimanan dan kepercayaan seseorang. Dalam pembahasan in, agama
dipandang dan diteliti tidak secara sepihak atau memandang agamanya lebih
baik dan menghina agama lain. Namun, pemahaman agama di pandang secara
obyektif mengenai kebenarannya dengan sikap yang relatif. Hal itu diperlukan
beberapa pandangan atau pendapat dari beberapa para ilmuwan.
Tujuan dari kajian ini untuk mengungkapkan argumen-argumen yang
logis, meningkatkan pemahaman agama dan memperjelas bahasan agama
dilihat dari sudut pandang beberapa para ahli dan dilihat dari beberapa metode
atau pendekatan, diantaranya :
1. Pendekatan teologis
2. Pendekatan filologi
3. Pendekatan studi hukum
4. Pendekatan antropologis
Pemahaman agama melalui beberapa pendekatan di atas akan dibahas
pada bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi sasaran studi Islam ?
2. Bagaimana pemahaman agama bila dilihat dari pendekatan teologis ?
3. Bagaimana pemahaman agama bila dilihat dari pendekatan filologi?
4. Bagaimana pemahaman agama bila dilihat dari pendekatan studi hukum?
5. Bagaimana pemahaman agama bila dilihat dari pendekatan antropologis?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam dan Sasaran Pendekatan Studi Agama
a. Pengertian studi Islam
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari bahasa
Arab Dirasah Islamiyah. Dalam kajian Islam di Barat studi Islam disebut
Islamic Studies. Dengan demikian, studi Islam secara harfiyah adalah
kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman.
Dalam wacana studi Islam, Islam secara harfiyah berasal dari bahasa
Arab yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Dari kata salima
diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan
demikian, arti pokok Islam adalah ketundukan, keselamatan dan
kedamaian.
Berpijak pada arti Islam di atas, maka studi Islam diarahkan pada
kajian keislaman yang mengarah pada tiga hal :
Pertama, Islam yang bermuara pada ketundukan atau berserah diri. Sikap
berserah diri kepada Tuhan itu secara inheren mengandung konsekuensi,
yaitu pengakuan yang tulus bahwa Tuhan satu-satunya sumber otoritas
yang serba mutlak. Kedua, Islam bermuara pada kedamaian. Makhluk
hidup diciptakan dari satu sumber (Q.S Al-Anbiya':22). Manusia
merupakan salah satu unsur yang hidup itu, juga diciptakan dari satu
sumber, yakni thin melalui seorang ayah dan seorang ibu, sehingga
manusia harus berdampingan dan harmonis dengan manusia yang lain,
berdampingan dengan makhluk hidup lain, bahkan berdampingan dengan
alam raya.
Dari arti di atas, studi Islam mencerminkan gagasan tentang
pemikiran dan praksis yang bernuansa pada ketundukan pada Tuhan,
selamat di dunia-akhirat dan berdamai dengan makhluk lain.
2
b. Aspek sasaran studi Islam
Antara agama dan ilmu pengetahuan masih dirasakan adanya
hubungan yang belum serasi. Jaringan komunikasi ilmiah dianggap belum
menjangkau agama. Dalam bidang agama terdapat sikap dogmatis, sedang
dalam bidang ilmiah terdapat sikap sebaliknya, yakni sikap rasional dan
terbuka. Antara agama dan ilmu pengetahuan memang terdapat unsurunsur yang saling bertentangan. Dari unsur perbedaan itu sulit untuk
dipertemukan.
Studi Islam sebagai kajian tidak lepas dari keduanya. Antara apek
sasaran keagamaan dan keilmuan sama-sama dibutuhkan dalam diskursus
ini. Oleh karena itu, aspek sasaran Studi Islam meliputi dua hal tersebut,
yaitu aspek sasaran keagamaan dan aspek sasaran keilmuan.
1. Aspek sasaran keagamaan
IAIN sebagai lembaga keagamaan, menuntut para pengelola dan
civitas akademiknya untuk lebih menonjolkan sikap pemihakan,
idealitas, bahkan seringkali diwarnai pembelaan yang bercorak
apologis.
Dari
aspek
sasaran ini,
wacana
keagamaan
dapat
ditransformasikan secara baik dan menjadikan landasan kehidupan
dalam berperilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Pertama,
Islam sebagai dogma juga merupakan pengalaman universal dari
kemanusiaan. Kedua, Islam tidak hanya terbatas pada kehidupan
setelah mati, tetapi orientasi utama adalah dunia sekarang.
2. Aspek sasaran keilmuan
Studi keilmuan memerlukan pendekatan yang kritis, analitis,
metodologis, empiris dan histories. Oleh karena itu, konteks ilmu harus
mencerminkan ketidakberpihakan pada satu agama, tetapi lebih
mengarah pada kajian yang bersifat obyektif. Dengan demikian, studi
Islam sebagai aspek sasaran keilmuan membutuhkan berbagai
pendekatan.
Dalam studi Islam, kerangka pemikiran ilmiah di atasditarik
dalam konteks keislaman. Pengkajian terhadap Islam yang bernuansa
ilmiah tidak hanya terbatas pada aspek-aspek yang normative dan
2
dogmatis, tetapi juga pengkajian yang menyangkut aspek sosiologis
dan empiris. Pengkajian Islam ini dapat dilakukan secara paripurna
dengan pengujian secara terus menerus atas fakta-fakta empiric dalam
masyarakat
yang
dinilai
sebagai
kebenaran
nisbi
dengan
mempertemukan pada nilai agama yang bersumber dari wahyu sebagai
kebenaran absolute. Dengan demikian, kajian keislaman yang
bernuansa ilmiah meliputi aspek kepercayaan normative-dogmatif
yang bersumber dari wahyu dan aspek perilaku manusia yang lahir dari
dorongan kepercayaan.
B. Pemahaman Agama Melalui Pendekatan Teologis
Sebagaiman halnya Filsafat Agama, Teologi pun sukar didefinisikan
dengan definisi yang diterima oleh segala pihak. Lebih-lebih kalau mengingat
misalnya behkan kadang-kadang ada justru para ahli berlawanan pahamnya
tentang apa yang dinamakan Teologi itu. Disatu pihak ada yang mengatakan
Teologi benar-benar berbeda dengan filsafat agama, tetapi justru yang lain
memasukkan filsafat agama ke dalam teologi, karena misalnya Encyclopedia
of Philosopy yang editornya Paul Edwards, yang menyebutkan bahwa ke
dalam Teologi itu masuk sejarah filsafat agama dan problematika filsafat
agama. Tetapi sebaiknya dilihat juga percobaan satu dua orang untuk memberi
gambaran tentang Teologi ini seperti yang terdapat dalam dictionary,
encyclopedia maupun buku Teologi.
Virgilius Ferm mengatakan bahwa Teologi berasal dari bahasa Yunani
theos yang berarti Tuhan, dan logos yang berarti studi. Kalau secara sederhana
Teologi berarti studi masalah-masalah Tuhan dan kaitan Tuhan dengan dunia
realitas. Dalam pengertian yang lebih luas berarti suatu cabang Filsafat, yaitu
cabang Filsafat yang merupakan lapangan khusus atau bidang penelitian
Filsafat yang khusus berkenaan dengan masalah Tuhan. Tetapi secara luas
dipergunakan dalam arti Theoritical expression of a particular religion,
ekspresi teoritis tentang suatu agama tertentu. Dalam pemahamannya
kemudian ada Teologi Kristen, Yahudi, Prebisterian, Reformasi dan
sebagainya. Kalau dipergunakan dalam yang demikian itu, teologi lalu
2
merupakan fase-fase diskusi teoritis tentang kepercayaan agama tertentu yang
bersifat historic, sistematik, polemic, apologetik dan sebagainya. Teologi tidak
perlu merefensi pada agama, ia mungkin merupakan diskusi teoritis murni
tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan dunia atas dasar penelitian yang
bebas yang tidak mempunyai interest atau kepentingan tertentu.
Senada dengan keterangan di atas, S.G.F Brandon mengatakan bahwa
Theology yang sering dikatakan Theologia, berarti discource about God,
dapat diartikan pembicaraan atau diskusi mempersoalkan tentang Tuhan.
Keilmiahan Teologi oleh Steenbrink dibedakan dengan keilmiahan
ilmu agama (mestinya Science of Religion) karena keilmiahan Teologi itu dari
dalam, tidak dari luar, tidak distansi antara subyek dan obyek, jadi tidak
obyektif tetapi subyektif dilakukan oleh orang takwa, yang barangkali
maksudnya orang yang mengimani apa yang didiskusikan. Steenbrink
mengatakan :
Kata "Teologi" tidak begitu mudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Terjemahnnya dengan ilmu agama kurang cocok, karena ilmu
agama pada umumnya dipakai untuk sebuah ilmu yang "obyektif" yang
dikembangkan oleh ilmu sejarah, psikologi, sosiologi dan lain-lain, sementara
ilmu Teologi merupakan suatu ilmu yang "subyektif" yang timbul "dari
dalam" yang lahir dari jiwa yang beriman dan takwa.
Keilmiahan Teologi menurut definisi D.S Adam adalah : "Teologi
dapat didefinisikan secara singkat sebagai sains yang menggarap fakta dan
fenomena agama sesuai dengan metode ilmiah, dan memuncak dalam suatu
sintesa yang mencakup atau (bernama) Filsafat Agama, yang berusaha
menyusun semua yang dapat diketahui dengan memperhatikan dasar obyektif
kepercayaan agama dengan cara yang sistematik.
Kalau pernyataan D.S Adam bahwa Teologi itu berjalan menurut
prosedur metode ilmiah demikian itu dipegangi dalam arti ilmiah biasa
semacam sosiologi dan antropologi, maka akan tidak ada bedanya dengan
ilmu agama. Oleh karena itu ilmiahnya D.S Adam harus kita artikan ilmiah
yang dari dalam, yang subyektif, yang dibekali dengan kepercayaan akan
kebenaran apa yang dibahasnya.
2
Di Barat Teologi diartikan sebagai ilmu agama yang berbicara tentang
Tuhan dan kaitan Tuhan dengan alam nyata atau realitas termasuk manusia.
Maka dalam dunia Islam Teologi dalam arti Teologi Islam, khusus
dimaksudkan Ilmu Kalam. Teologi Islam sebagaiman misalnya susunan A.
Hanafi, MA serta Dr. Harun nasution, berbicara soal Ilmu Kalam atau Tauhid
atau Aqoid atau Fiqhul Akbar yang membicarakan masalah agama yang
dasariah.
Kalau potongan-potongan informasi tentang apa yang dinamakan
Teologi di depan kita padukan, akan kita temukan ciri-ciri Teologi itu,
diantaranya :
1. Obyek pembicaraannya adalah soal Tuhan dan kaitan Tuhan dengan
realitas termasuk manusia yang diantaranya tentunya berwujud petunjuk
hidup semacam etika.
2. Tidak semua Teologi itu bernada filosofis, ada yang cukup dengan
discourse, jadi semacam merembuk atau membicarakan.
3. Discourse itu diteruskan dengan studi sistematis serta presentasi
4. Ada yang mengatakan studi Teologi ini ilmiah tetapi mestinya tidak
sebagaimana keilmiahan ilmu sosiologi, psikologi dan sebagainya.
5. Ada yang mensyaratkan keilmiahan Teologi ini tidak obyektif, jadi
subyektif, pelakunya orang yang percaya dan mentakwai apa yang
didiskusikan.
6. Obyek pembicaraannya dapat dari sesuatu agama dapat juga atas nama
semua agama. Ada yang mengatakan yang analisis kritis masalah-masalah
dasariah problematika agama-agama yang bukan agama tertentu demikian
itu Filsafat Agama.
7. Ada yang berpendapat antara Teologi dan Filsafat Agama tidak berbeda,
walaupun ada juga yang membedakannya sebagaimana halnya Dr. Harun
Nasution sebagaimana sudah disebutkan di depan.
C. Pemahaman Agama Melalui Pendekatan Filologi
Tampaknya penelitian agama memang tidak dapat dipisahkan dari
aspek bahasa, karena manusia adalah makhluk berbahasa sedangkan doktrin
2
agama dipahami, dihayati dan disosialisasikan melalui bahasa. Sesungguhnya
pengertian bahasa amat luas dan beragam seperti bahasa isyarat, bahasa tanda,
bahasa bunyi, bahkan bahasa manusia, bahasa binatang dan bahasa alam.
Melalui bahasa manusia dan makhluk-makhluk lain dapat berkomunikasi.
Pembahasan berikut ini mengenai pengertian bahasa yang dipersempit
dan diartikan sebagai kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan
perasaan atau memerintah. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa merasakan
perbedaan antara bahasa iklan, bahasa politik, bahasa ilmu pengetahuan
maupun bahasa obrolan penuh persahabatan. Jika kita memahami sebuah
wacana hanya dari segi ucapan literalnya, maka kita bukannya disebut orang
jujur dan lugu, melainkan orang yang bodoh dan tidak komunikatif sebagai
makna sebuah kata ataupun kalimat selalu berkaitan dengan konteks. Hal
demikian juga terjadi dalam bahasa agama, karena di dalam bahasa agama
banyak digunakan bahasa simbolik dan metaforik, maka kesalahpahaman
untuk menangkap pesan dasarnya mudah terjadi. Sekaligus untuk menghindari
kesalahpahaman, sebaiknya kita sepakati lebih dahulu apa pengertian bahasa
agama serta apa saja cakupan masalahnya. Istilah bahasa agama dalam buku
ini menunjuk pada tiga macam bidang kajian dan wacana. Pertama,
ungkapan-ungkapan
yang digunakan untuk menjelaskan obyek pemikiran
yang bersifat metafisi, terutama tentang Tuhan. Kedua, bahasa kitab suci
terutama bahasa Al-Qur'an dan Ketiga bahasa ritual keagamaan.
Jadi penelitian agama dengan menggunakan pendekatan filologi dapat
dibagi dalam tiga pendekatan, antara lain :
1. Metode Tafsir
Pendekatan filologi terhadap Al-Qur'an adalah pendekatan atau
metode tafsir. Metode tafsir merupakan metode tertua dalam pengkajian
agama. Sesuai dengan namanya, tafsir berarti penjelasan, pemahaman dan
perincian atas kitab suci, sehingga isi pesan kitab suci dapat dipahami
sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan.1
1
Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pengantar Studi Islam. (Surabaya; IAIN Sunan Ampel
Press Surabaya. 2002). Hlm.152
2
Sementara itu Imam al-Zurqani mengatakan bahwa tafsir adalah
ilmu yang membahas kandungan Al-Qur'an baik dari segi pemahaman,
makna maupun arti sesuai yang dikehendaki Allah menurut kadar
kesanggupan manusia. Selanjutnya, Abu Hayan – sebagaimana dikutip alSuyuti mengatakan bahwa di dalam tafsir terdapat pembahasan mengenai
cara mengucapkan lafadz-lafadz disertai makna serta hukum-hukum yang
terkandung di dalamnya. Al-Zarkasi mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu
yang fungsinya untuk mengetahui kandungan kitabullah (Al-Qur'an) yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara mengambil
penjelasan makna, hukum hikmah yang terkandung di dalamnya.
2. Pendekatan Filologi terhadap As-Sunnah (Al-Hadits)
As-Sunnah secara etimologi berarti tradisi atau perjalanan.
Sedangkan al-Hadits secara etimologi berarti ucapan atau pernyataan dan
sesuatu yang baru. Dalam arti teknis As-Sunnah (Sunnatur Rasul) identik
dengan Al-Hadits.
Selanjutnya dalam penulisan berikutnya memakai istilah AlHadits. Sebagaimana halnya Al-Qur'an, Al-Haditspun telah banyak diteliti
oleh para ahli, bahkan dapat dikatakan penelitian terhadap Al-Hadits lebih
banyak kemungkinannya disbanding penelitian terhadap Al-Qur'an. Hal ini
antara lain dilihat dari segi datngnya Al-Qur'an dan Hadits berbeda.
Kedatangan (wurud) atau turun (nuzul) nya Al-Qur'an diyakini secara
mutawatir berasal dari Allah. Tidak ada satu ayat Al-Qur'an pun diragukan
sebagai yang bukan berasal dari Allah SWT. Atas dasar ini maka dianggap
tidak perlu meneliti apakah ayat-ayat Al-Qur'an itu berasal dari Allah atau
bukan. Hal ini berbeda dengan Al-Hadits. Dari segi dating (al-wurud) nya
hadits tidak seluruhnya diyakini berasal dari nabi, melainkan ada yang
berasal dari selain Nabi. Hal ini selain disebabkan sifat dari lafadz-lafadz
yang tidak bersifat mu'jizat, juga disebabkan perhatian terhadap penulisan
hadits pada zaman Rasulullah agak kurang, bahkan beliau pernah
melarangnya.
Kajian mengenai persoalan sanad, apakah terdapat persambungan
atau tidak, mulai dari Rasul kemudian perawi pertama sampai yang
2
terakhir. Dan yang tak kalah pentingnya ialah persoalan jumlah dan
kualitas perawinya, sehingga dapat diketahui dengan jelas klasifikasi dan
kualitas hadits itu, disiplin itu kemudian dikenal dengan ilmu riwayah dan
diroyah.
Tiap-tiap dari dua ilmu hadits tersebut memiliki dasar-dasar yang
harus diketahui dan dikuasai, agar orang yang memulai mempelajarinya,
benar-banar mengerti.
Batasan ilmu hadits dirayah yang lebih dikenal dengan ilmu
Mustholah Hadits adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan untuk
mengetahui hal ihwal sanad dan materi hadis, cara-cara penerimaan dan
penyampaian hadis, serta sifat-sifat para perawi dan lain-lainnya.
Obyek ilmu hadits dirayah adalah sanad dan matan, sehubungan
dengan kesahihan, hasan dan dhaifnya.
Penyusun pertama ilmu hadits dirayah ialah Al-Qadhi Abu
Muhammad Al-Hasan bin Abdur Rahman Ar-Ramahurmuz. Beliau
memberi judul karya tulisnya itu dengan Al-Muhaddits Al-Fashil.
Pengambilan ilmu hadis dirayah adalah dari hasil penelitian
terhadap perilaku dan keadaan para perawi hadits.
Sedangkan batasan ilmu hadits riwayah adalah suatu disiplin ilmu
pengetahuan untuk mengetahui cara-cara pengutipan segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, ikrar (pengakuan) maupun sifat.
Obyek ilmu hadits riwayah adalah pribadi Nabi Muhammad SAW
yakni sesuatu yang khusus berkaitan dengan beliau.
Perintis pertama ilmu hadis riwayah adalah Imam Muhammad bin
Syihab Az-Zuhri, pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, atas
instruksi beliau sesudah Nabi Muhammad SAW wafat.
Pengambilan ilmu hadits riwayah adalah dari perkataan, perbuatan
dan ikrar atau pengakuan-pengakuan Nabi Muhammad SAW.
3. Pendekatan
Filologi
terhadap
Teks,
Hermeneutika
2
Naskah
dan
Kitab-Kitab
:
Hermenutika secara etimologi berasal dari kata kerja hermeneuin
artinya menyampaikan berita. Pengertian yang lebih lengkap dinyatakan
Stephen WL bahwa hermeneutika adalah Studi of understanding,
especially by interpriting action and text.
Asumsi dari pemikiran hermeneutika ini, sebagaimana juga dalam
pemikiran fenomenologi dan pendekatan interpretasi. Pada mulanya
hermeneutika ini hanya dipahami sebagai metode untuk menafsirkan teksteks yang terdapat dalam karya sastra, kitab-kitab suci dan kitab-kitab
lainnya, tetapi kemudian penggunaan hermeneutika sebagai metode
penafsiran semakin maluas dan berkembang, baik dalam cara analisisnya
maupun obyek kajiannya.
Fungsi metode hermeneutika adalah agar tidak terjadi distorsi
pesan atau informasi antara teks, naskah dan kitab-kitab, penulispenulisnya serta para pembacanya. Karena itu untuk memperoleh
pemaknaan yang lebih konfrehensif, terdapat tiga pusaran yang dijadikan
starting point dan point of view yakni aspek kebahasaan, dunia sendirisendiri yang bisa saling mendukung atau sebaliknya membelokkan
pemaknaan yang diberikan. Teks memiliki gaya bahasa, struktur kalimat,
pilihan
kata
dan
keterbatasan-keterbatasan
yang
tidak
sekedar
mengandung pesan yang hendak disampaikan oleh penulis kepada
pembaca tetapi juga mengandung perasaan dan budaya yang bisa jadi
dipahami secara berbeda oleh pembaca yang satu dengan lainnya.
Ungkapan bahasa adalah perasaan, bahasa adalah bangsa dan bahasa
adalah budaya. Hal ini menggambarkan bahwa bahasa tidak bebas nilai.
Bahasa senantiasa berkaitan dengan hukum being, baik berupa ideology,
nilai maupun budaya masyarakat.
D. Pemahaman Agama Melalui Pendekatan Studi Hukum Islam
Dalam pembicaraan tentang hukum Islam yang terdapat dalam
literature bahasa Arab adalah "Fikih" dan "Syari'at" atau "hukum syara'". Para
ahli hukum Islam mendefinisikan fikih adalah ilmu pengetahuan tentang
hukum-hukum syara' yang bersifat operasional (amaliyah) yang dihasilkan
2
dari dalil-dalil yang terperinci. Syari'at atau hukum syara' adalah seperangkat
aturan dasar tentang tingkah laku manusia yang ditetapkan secara umum dan
dinyatakan langsung oleh Allah dan Rasul-Nya.2
Dari definisi di atas istilah "hukum Islam" didefinisikan seperangkat
aturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah rasul tentang tingkah laku
manusia yang diakui berlaku dan mengikat untuk semua orang yang terbebani
hukum.
Mengingat hukum Allah yang dititahkan melalui wahyu hanya bersifat
aturan dasar dan umum, maka perlu dirumuskan secara rinci dan operasional,
sehingga dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk maksud ini,
diperlukan usaha optimal penggalian dan perumusan praktis yang disebut
ijtihad. Langkah ini harus dilakukan, karena titah (khithab) Allah yang bernilai
hukum dalam Al-Qur'an jumlahnya sangat terbatas, padahal persoalan yang
harus diselesaikan sangat banyak, yaitu semua dimensi kehidupan dengan
berbagai persoalannya dan persiapan hidupnya di akhirat kelak.
Seseorang mujtahid dalam memahami dan menggali titah Allah dan
penjelasan Nabi melalui hadisnya, disamping berpedoman pada kaidah
kebahasaan juga selalu memperhatikan kemaslahatan umat di mana hukum itu
diberlakukan, sehingga hukum betul-betulmenjadi hidup di tengah-tengah
masyarakat. Kondisi masyarakat dan yang menjadi keyakinannya, tidak sama
antara satu tempat dengan tempat lain, antara satu masa dengan masa
berikutnya.
1. Aspek Ibadah
Kata Ibadah secara bahasa mempunyai arti merendahkan diri,
tunduk, taat dan mengikuti. Menurut istilah Ibadah berarti ketundukan,
ketaatan, kecintaan dan perasaan takut yang sempurna kehadirat Allah
SWT.
Dalam ajaran Islam, ibadah merupakan perintah langsung dari
Allah SWT sebagai bentuk rasa tanggung jawab manusia setelah
diciptakan-Nya. Tujuan ibadah dalam Islam adalah pengabdian dan
2
Ibid. Hlm.191
2
didikasi terhadap semangat hidup yang bermaksud mendapat keridhoan
Allah SWT, karena Allah lah yang menciptakan dan memberikan
kehidupan kepada manusia dan makhluk lainnya.
Secara garis besar ibadah terbagi menjadi dua, yaitu
a. Ibadah khusus (khassah) atau ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang
ketentuan pelaksanaanya telah ditetapkan oleh teks al qur'an dan
hadits.
b. Ibadah umum (ammah) atau ghoiru mahdhah, yaitu semua perbuatan
yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang
ihklas karena Allah SWT.
2. Aspek Muamalat
Dalam tinjauan bahasa "muamalat" berasal dari kata "amila" yang
berarti perbuatan atau melakukan suatu pekerjaan. Namun, dalam
pembahasan ini kata tersebut digunakan untuk menjelaskan suatu
pekerjaan antara dua orang atau lebih yang telah melakukan kesepakatan
atau ikatan tertentu. Dalam istilah fiqih muamalat dimaksudkan sebagai
sesuatu ikatan yang dilakukan manusia untuk saling mendapatkan
keuntungan baik bersifat fisik maupun jasa.
Al-Qur'an tidak memberikan rincian teknis melakukan muamalat
ini namun al qur'an menawarkan prinsip-prinsip dasar yang harus
dipegangi seseorang dalam bermuamalat, diantaranya memenuhi ikatan
dan transaksi yang telah disepakati, larangan merahi keuntungan dengan
cara batil, dan mengharamkan riba.
3. Aspek Jinayat
Kata jinayat merupakan kata dasar dari janaya yang berarti
kejahatan, kesalahan dan dosa. Dalam pembicaraan ini jinayat diartikan
sebagai
kejahatan
seseorang
yang
mengakibatkan
kerugian
atau
penderitaan orang lain. Ancaman bagi pelaku kejahatan dalam al qur'an
kebanyakan bersifat ukrowiyah (akhirat) hanya beberapa hal saja Allah
SWT memberikan hukuman bagi pelaku kejahatan yang dilaksanakan di
dunia.
2
4. Aspek Perkawinan
Perkawinan dalam term kitab fiqih menggunakan kata nikah dan
kata ziwaj. Kata pertama memiliki arti sekitar bercampur, berkumpul dan
kata kedua mempunyai maknah sekitar perjodohan, persesuaian. Dengan
demikian, secara bahasa perkawinan berarti percampuran dua jenis
manusia (laki-laki dan perempuan) karena ada persesuaian tertentu.
Sedangkan menurut istilah fiqih yakni ikatan secara terbuka yang disertai
dengan muatan syarat dan rukun.
Dalam sejarah pra Islam, perkawinan dibangun atas dasar
penguasaan, sehingga seorang laki-laki memiliki sepuluh wanita, bahkan
tak terbatas. Dan begitu sebaliknya. Islam mengambil jalan tengah
memperbolehkan seorang laki-laki kawin hingga empat wanita selama
tidak dikhawatirkan timbul efek negatif diantara wanita-wanita yang
dikawin.
5. Aspek Politik
Dalam wacana fiqih, politik diambil dari makna kata "siyasah".
Secara bahasa, kata tersebut mempunyai arti mengatur, menguasai, atai
kekuasaan. Dengan demikian "fiqh al siyasih" mengandung arti fiqih yang
membicarakan tentang cara mengatur kehidupan bernegara, bermasyarakat
dalam kekuasaan sebuah Negara. Dalam term bahasa arab, kata rersebut
identik dengan "mulk" (kekuasan yang dimiliki), "khilafah" (generasi
kepemimpinan), "imamah" (pemimpin), "imarah" (pemerintah).
Islam tidak memberikan petunjuk yang jelas tentang teknis
berpolitik, namun al qur'an dan hadits menunjukkan prinsip-prinsip dasar
yang dapat dijadikan pedoman dalam hidup berpolitik, yaitu :
a. Bahwa
kekeuasaan
merupakan
kepercayaan
dari
Allah
dan
masyarakatnya.
b. Prinsip berkeadilan dalam menentukan hak dan kewajiban.
c. Berpedoman pada kebenaran al qur'an dan sunah nabi
d. Bermusyawarah
dan
melibatkan
dipimpinnya
2
partisipasi
masyarakat
yang
E. Pemahaman Agama Melalui Pendekatan Antroplogis
Pendekatan antropologis dalam studi agama akan membuahkan
Antropologi Agama yang dapat dikatakan sebagian dari Antropologi Budaya,
bukan Antropologi sosial, Antropologi Fisis maupun Antropologi Filsafat.
Menurut pendapat Wach, A. Mukti Ali dan Kitagawa yakni Antropologi
Agama menganggap bahwa agama bukan wahyu tetapi sekedar produk
kehidupan manusia bermasyarakat, barangkali dapat dinamakan bukan
Science of Religion.3 Ciri-ciri menggunakan metode Antropologi adalah
obyeknya sekelompok manusia yang biasanya manusia sederhana dalam
kebulatan kehidupannya, artinya meliputi aspek kebudayaannya. Jadi agama
tidak diteliti secara tersendiri, tetapi diteliti dalam kaitannya dengan aspekaspek budaya yang lain dari sekelompok manusia beragama yang dipelajari
itu.
Obyek studi antropogis terhadap agama ini adalah model-model
keagamaan misalnya mite, upacara, totem, dan lain-lain. Menurut Anthoni
Jackson obyek ini ada 4 kelompok :
1. Modus pemikiran primitif meliputi masalah kepercayaan, rasionalitas dan
klasifikasi sistemnya, semacam soal totem.
2. Bagaimana pemikiran dan perasaan dikomunikasikan, seperti melalui
simbol dan mite.
3. Teori dan praktik keagamaan yang biasanya topik sentralnya adalah ritus.
4. Praktik ritual sampingan seperti soal magik, ekstase dan orakel.
Monograf
atau
penggambaran
model
keagamaan
masyarakat
sederhana yang menjadi obyek pendekatan antropologis, adapula yang
menggunakan model lain atau aliran-aliran dalam antropologi agama,
diantaranya :
a. Aliran Fungsional
Tokoh aliran fungsional diantaranya adalah Brosnilaw Kacper
Malinowski (1884-1942). Malinowski berkeyakinan bahwa manusia
primitif mempunyai akal yang rasional, walaupun sepintas lalu mungkin
3
Romdon. Metodologi Ilmu Perbandingan Agama. (Jakarta;Raja Grafindo Persada, 1996).hlm.35
2
segi-segi kebudayaan mereka kelihatannya tidak rasional. Baginya tujuan
dari penelitiannya yakni meraba titik pandang pemikiran masyarakat
sederhana dan hubungannya dengan kehidupan, serta menyatakan
pandangan mereka tentang dunia.
b. Aliran Historis
Tokoh aliran antropologi histori ini adalah E.E. Evans Pritchard
(1902-1973). Ciri-ciri antropologi historisnya adalah :
 Seperti halnya sejarah, berusaha mengerti, memahami ciri terpenting
sesuatu kebudayaan, dan seterusnya menerjemahkannya ke dalam
kata-kata atau istilah-istilah bahasa peneliti sendiri.
 Seperti halnya pendekatan sejarah, berusaha menemukan struktur yang
mendasari masyarakat dan kebudayaannya dengan analisis-analisisnya
yang dapat dinamakan analisis structural.
 Struktur masyarakat dan kebudayaan tadi kemudian dibandingkan
dengan struktur masyarakat dan kebudayaan yang berbeda.
E.E.Evans Pritchard berpendapat bahwa masyarakat primitive
sebenarnya juga berpikir rasional seperti halnya manusia modern. Dalam
karyanya tentang suku Nuer, ia menganalisis arti konsep-konsep kunci
yang terdapat dalam suku Nuer seperti Kowth yang berarti semacam hantu,
berusaha menemukan motif-motif tradisi lisan mereka, serta berusaha
memahami simbol-simbol dan ritus-ritus mereka. Disamping itu, ia
berusaha menemukan wujud konkret agama itu. Ia ingin menemukan apa
yang dinamakan agama itu, yang kenyataannya bersangkutan dengan
segala yang berada di sekeliling manusia, baik secara pribadi maupun
secara sosial.
c. Aliran Struktural
Tokoh pendekatan antropologi structural adalah Claude Levi Strauss
(1908-1975). Obyek favoritnya adalah keluarga masyarakat sederhana,
bahasa dan mite. Bahasa dan mite. Bahasa dan mite menggambarkan
kaitan antara alam dengan budaya. Dalam hubungan antara alam dan
budaya itulah dapat ditemukan hukum-hukum pemikiran masyarakat yang
diteliti. Baginya alam mempunyai arti lain dalam pengertian biasa. Alam
2
diartikan segala sesuatu yang diwarisi manusia oleh manusia dari manusia
sebelumnyasecara biologis, artinya tidak diusahakan dan tidak diajarkan
serta dipelajari. Sedangkan budaya adalah segala sesuatu yang diwarisi
secara tradisi sehingga akan berisikan semua adat istiadat, keterampilan
serta pengetahuan manusia primitif.
Jadi
antropologi
struktural
yaitu
pemikiran-pemikiran
mendasari semua tingkah laku dan agama masyarakat primitif.
2
yang
BAB III
KESIMPULAN
Penyusun akan menyimpulkan penjelasan-penjelasan di atas, antara lain :
A. Islam dan Sasaran Pendekatan Studi Islam
Studi Islam secara harfiyah adalah kajian tentang hal-hal yang
berkaitan dengan keislaman. Studi Islam sebagai kajian tidak lepas dari aspek
sasaran keagamaan dan yang sangat dibutuhkan dalam diskursus ini
B. Pemahaman Agama Melalui Pendekatan Teologi
Teologi merupakan studi tentang ketuhanan. Sedangkan ciri studi
agama teologi itu adalah dari orang yang mengimani serta mentakwainya
sebagaimana dikatakan oleh Steenbrink, seorang muslim yang meneliti dan
mempelajari Islam dengan sikap menyinari datanya dengan sinar agama, atau
meletakkan obyek penelitiannya sebagai sesuatu yang kudus, untuk kemudian
diimani dan diamalkan.
C. Pemahaman Agama Melalui Pendekatan Filologi
Filologi merupakan studi kerohanian dengan menelaah karya sastra
atau sumber-sumber tertulis yang biasanya berhubungan dengan aspek bahasa
agama. Istilah bahas agama menunjuk pada tiga macam bidang kajian.
Pertama, ungkapan-ungkapan yang digunakan untuk menjelaskan obyek
pemikiran yang bersifat metafisis, terutama tentang Tuhan. Penelitian agama
dengan menggunakan filologi dapat dibagi dalam tiga pendekatan, yaitu
metode tafsir, pendekatan filologi terhadap As-Sunnah (Al-Hadits) dan
pendekatan filologi terhadap teks, naskah dan kitab (hermeneutika).
D. Pemahaman Agama Melalui Pendekatan Studi Hukum Islam
Istilah "hukum Islam" merupakan gabungan dari syariat dan fiqih yang
dapat didefinisikan "seperangkat aturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah
Rasul tentang tingkah laku manusia yang diakui berlaku dan mengikat semua
orang yang terbebani hukum. Studi hukum ini dikelompokkan menjadi
beberapa aspek, diantaranya aspek ibadah, aspek muamalat, aspek jinayat,
aspek perkawinan dan aspek politik.
E. Pemahaman Agama Melalui Pendekatan Antropologis
2
Pendekatan antropologis dalam studi agama akan membuahkan
Antropologi budaya. Antropologi agama menganggap bahwa agama bukan
wahyu tetapi sekedar produk kehidupan manusia bermasyarakat. Aliran-aliran
dalam antropologi agama, diantaranya aliran fungsional, aliran histories dan
aliran struktural
2
DAFTAR PUSTAKA
Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2002. Pengantar Studi Islam.
Surabaya; IAIN Sunan Ampel Press.
Al-Mas'udi, Hafizh Hasan. 1999. Ilmu Mustholah Hadis. Surabaya; Al-Hidayah.
Romdon. 1996. Metodologi Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta; Raja Grafindo
Persada
2
Download