laporan keuangan komersil dan fiskal

advertisement
LAPORAN KEUANGAN
KOMERSIL DAN FISKAL
ARIS MUNANDAR, SE., M.Si
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan
produk yg dihasilkan dari
akuntansi yang disajikan pada
akhir periode untuk disampaikan
kepada pihak manajemen.
Penggunaan konsep, metode,
maupun prosedur diperlukan juga
dalam perpajakan sebagai dasar
menghitung besarnya pajak
terhutang.
Laporan yang dihasilkan dari
akuntansi komersial ini
menggunakan konsep, metode,
prosedur dan teknik-2 tertentu
untuk menjelaskan perubahan
yang terjadi pada aset neto
perusahaan sebagai entitas.
PENDAHULUAN
TUJUAN POKOK AKUNTANSI KOMERSIL
Menyajikan secara wajar keadaan atau posisi keuangan dari hasil usaha perusahaan sebagai entitas.
LAPORAN KEUANGAN
Dipakai sebagai dasar untuk membuat keputusan ekonomi.
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Memerlukan proses penetapan & penandingan secara periodik antara pendapatan & beban sehingga dapat menentukan
besarnya laba (rugi) komersial.
TUJUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN
Menetapkan jumlah penghasilan kena pajak
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIL
Setiap pertangungjawaban diidentifikasikan sebagai laporan
kegiatan apa pun yang dilakukan dalam periode tertentu.
Kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban Penyetoran pajak
yang terutang pada periode tertentu inilah yang dituangkan
dalam SPT untuk periode “Masa Pajak” dan “Tahun Pajak”
sehingga terdapat SPT Masa dan SPT Tahunan.
Pengisian SPT yang dilakukan Wajib Pajak ini harus benar,
lengkap, dan jelas. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
adanya pemahaman fungsi, kegiatan usaha yang dalam bidang
akuntansi disebut sebagai konsep dasar entitas.
LAPORAN KEUANGAN FISKAL
Solusi atas ketentuan akuntansi dan ketentuan pajak terdiri atas 3
pendekatan :
Ketentuan pajak secara dominan
mewarnai praktik akuntansi
• WP harus menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan
ketentuan perpajakan.
Wajib Pajak bebas menyelenggarakan • Laporan Keuangan disusun terpisah dari di luar proses
pembukuan (extra comptable), melalui proses rekonsiliasi
pembukuannya dengan dasar prinsip
antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal.
dan metode akuntansinya
Ketentuan perpajakan sebagai sisipan • Lap. Keu. Disusun mengikuti SAK tetapi apabila terdapat
aturan lain dalam akuntansi komersial, maka preferensi
standar akuntansi keuangan
diberikan pada ketentuan perpajakan.
(Common basis)
FUNGSI PAJAK
Salah satu fungsi pajak adalah fungsi BUDGETER, yaitu : Pajak sebagai
alat mentransfer sumber daya dari masyarakat kepada negara.
Sehingga, laporan keuangan yang dilampirkan dalam SPT lebih
berkepentingan terhadap informasi tentang :
1. Laba atau Rugi perusahaan yg berkenaan dg pajak penghasilan
(income tax).
2. Distribusi laba berkenaan dengan pemotongan atau pemungutan
pajak penghasilan (withholding tax).
3. Peredaran berkenaan dengan penyerahan barang kena pajak atau
jasa kena pajak yang terhutang PPN dan PPnBM.
ASUMSI DASAR AKUNTANSI
Lap. Keu. Disusun berdasarkan asumsi-asumsi dasar akutansi, yaitu :
1. Dasar akrual
Pengaruh transaski dan peristiwa diakui pada saat kejadian dan bukan pada
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, serta pencatatan akuntansi
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
2. Kelangsungan usaha
Perusahaan tidak bermaksud melakukan likuidasi atau mengurangi skala
usahanya.
PERBEDAANNYA
Tujuan akuntansi
keuangan
• Menyajikan secara
wajar keadaan atau
posisi keuangan dan
hasil usaha perusahaan
sebagai suatu entitas
shg informasi keuangan
tsb dapat digunakan
sbg dasar pengambilan
keputusan
Tujuan Akuntansi
Perpajakan
• Untuk menetapkan
jumlah penghasilan
kena pajak sebagai
dasar penetapan
besarnya pajak yang
terhutang
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Transaksi
Keuangan
Pencatatan
Penggolongan
Pengikhtisaran
Laporan
Keuangan
Pelaporan
Pengidentifika
sian dan
Pengukuhan
Data
Pemrosesan
Analisis &
Interpretasi
Pengguna
Laporan
Analisis dan Interpretasi Laporan Keuangan
• Analisis dilakukan dengan cara menghubungkan angka-angka yang
ada pada laporan keuangan dengan memperhatikan tingkat
perubahannya.
• Perbandingan angka pos yang sama antara satu tahun dengan tahun
lainnya disebut dengan analisis horisontal.
• Perbandingan angka pos dengan angka pos lainnya dalam tahun yang
sama disebut analisis vertikal.
Analisis dan Interpretasi Laporan Keuangan
PENJUALAN BERSIH
HPP
LABA KOTOR
BIAYA OPERASIONAL
LABA BERSIH
% LABA BERSIH TERHADAP PENJUALAN
% BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENJUALAN
TAHUN 2011 TAHUN 2010
980.000
700.000
560.000
420.000
420.000
280.000
130.000
90.000
290.000
190.000
29,59%
27,14%
13,27%
12,86%
% KENAIKAN
(PENURUNAN)
40,00%
33,33%
50,00%
44,44%
52,63%
9,02%
3,17%
Persamaan Akuntansi
ASSET
EQUITIES
ASSET
LIABILITIES
OWNER’S
EQUITIES
Transaksi -1:
1. Tn. Athian adalah pedagang komputer yang memulai usahanya
dengan modal awal berupa uang tunai sebesar Rp. 300.000.000,pada toko “Sukses” di Bogor.
ASET
EKUITAS
KAS Rp. 300.000.000
Ekuitas Rp. 300.000.000
2. Toko “Sukses” mendapat pinjaman dari bank Mandiri Bogor sebesar
Rp. 100.000.000,ASET
Kas dan Bank
=
=
LIABILITAS
Bank
+
+
EKUITAS
Ekuitas
Saldo Awal
Tambahan
300.000.000 =
100.000.000 =
- +
100.000.000 +
300.000.000
-
saldo akhir
400.000.000 =
100.000.000 +
300.000.000
3. Untuk memudahkan pelayanan kepada pelanggan, toko Sukses membeli
kendaraan pick up bekas secara tunai seharga Rp. 25.000.000,- dan membeli
barang dagangan secara tunai dari toko “Roxy” seharga Rp. 40.000.000,Kas dan Bank
Saldo Awal 300.000.000
Tambahan 100.000.000
+ / - - 25.000.000
+ / - - 40.000.000
saldo akhir 335.000.000
ASET
+Barang Dagangan+
+
+
+
+
+
+
+ 40.000.000 +
+ 40.000.000 +
= LIABILITAS
+
EKUITAS
Kendaraan =
Bank
+
Ekuitas
= + 300.000.000
= 100.000.000 + 25.000.000 =
+
=
+
25.000.000 = 100.000.000 + 300.000.000
4. Diterima hasil penjualan komputer sebesar Rp. 30.000.000,- Dati jumlah
tersebut Rp. 10.000.000,- diterima secara tunai. Harga pokok komputer adalah
Rp. 20.000.000,Kas dan Bank
Saldo Awal 335.000.000
Tambahan
10.000.000
saldo akhir 345.000.000
ASET
Piutang
= LIABILITAS + EKUITAS
+
+Barang Dagangan+ Kendaraan =
Bank
+
Ekuitas
+
+ 40.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 300.000.000
+ 20.000.000 + - 20.000.000 +
=
+ 10.000.000
+ 20.000.000 + 20.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 310.000.000
Transaksi – 2:
5. Toko Sukses membayar beban operasional secara tunai sebesar
Rp. 1.100.000,- yang terdiri atas :
No. Keterangan
Jumlah
1 Gaji pegawai
Rp.
150.000
2 Listrik & Telepon
Rp.
100.000
3 Sewa
Rp.
350.000
4 Penyusutan kendaraan Rp.
500.000
Total Biaya
Rp. 1.100.000
6. Toko Sukses membayar hutang bank sebesar Rp. 25.000.000,-
ASET
Kas dan Bank + Piutang + Barang Dagangan
Saldo Awal 345.000.000 + 20.000.000 +
20.000.000
Tambahan
(1.100.000) +
+
+
+
+
+
+
+
saldo akhir 343.900.000 + 20.000.000 +
20.000.000
= LIABILITAS + EKUITAS
+ Kendaraan =
Bank
+
Ekuitas
+ 25.000.000 = 100.000.000 + 310.000.000
+
=
+
(150.000)
+
=
+
(100.000)
+
=
+
(350.000)
+
=
+
(500.000)
+ 25.000.000 = 100.000.000 + 308.900.000
ASET
Kas dan Bank + Piutang + Barang Dagangan
Saldo Awal 343.900.000 + 20.000.000 +
20.000.000
Tambahan (25.000.000) +
+
saldo akhir 318.900.000 + 20.000.000 +
20.000.000
= LIABILITAS + EKUITAS
+ Kendaraan =
Bank
+ Ekuitas
+ 25.000.000 = 100.000.000 + 308.900.000
+
= - 25.000.000 +
+ 25.000.000 = 75.000.000 + 308.900.000
Penggunaan Akun
• Untuk memudahkan pencatatan transaksi diberikan dalam bentuk
akun (account) bentuk T (T-Account) dengan sisi masing-masing
sebelah kiri yaitu “Debit” dan sebelah kanan yaitu “Kredit”
Nama Akun
Debit
Kredit
PEDOMAN
No.
1
2
3
4
5
Jenis
Aset
Liabilitas
Ekuitas
Pendapatan
Beban
Perubahan Pada
Debit Kredit
+
+
+
+
+
-
CONTOH
1. Pada awal pendirian PT. Bahagia memiliki uang sebesar Rp. 500.000.000 sebagai
ekuitas awal perusahaan.
2. Setelah pendirian PT. Bahagia membeli barang dagangan berupa komputer
seharga Rp. 200.000.000, dari jumlah tsb Rp. 150.000.000 dibayar tunai.
Kas
Debit
1) 500.000.000
Kredit
Kas
Debit
1) 500.000.000
Kredit
2) 150.000.000
Ekuitas PT. Bahagia
Debit
Kredit
1) 500.000.000
Barang Dagangan
Debit
Kredit
2) 150.000.000
2) 150.000.000
Liabilitas
Debit
Kredit
2) 150.000.000
BENTUK NERACA
NO
1
2
3
4
PT. BAHAGIA
NERACA SALDO
31-Mar-16
NAMA AKUN
DEBET
KAS
350.000.000
BARANG DAGANGAN
200.000.000
HUTANG
EKUITAS
JUMLAH
550.000.000
KREDIT
50.000.000
500.000.000
550.000.000
PENGELOMPOKAN AKUN
Dengan memperhatikan unsur yang ada pada persamaan akuntansi dan
transaksi, akun dapat dikategorikan sbb;
1. Akun Neraca
2. Akun Laba Rugi -> bersifat sementara
JURNAL
Transaksi keuangan yang di ikuti dengan data dasar selanjutnya
dianalisis dengan menetapkan akun mana yg harus didebet dan di
kredit.
Untuk memudahkan posting ke buku besar / ledger diperlukan ayat
jurnal.
BUKU BESAR (LEDGER)
1. Kode Numerial
Buku besar adalah kumpulan dari akun yg saling berhubungan dan merupakan satu
kesatuan. Jumlah akun tidak ada pembatasannya tergantung volume kegiatan dan
informasi akuntansi yg diperlukan. Untuk memudahkan digunakan kode akun utk
setiap akun.
2. Kode desimal
Klasifikasi dan urutan akun secara sederhana dibagi menjadi;
a. Kode kelompok
1. Aset
2. Liabilitas
b. Kode balok
3. Ekuitas
4. Penghasilan
5. Biaya
KERTAS KERJA (WORKSHEETS) PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN
Pada akhir periode perusahaan berkewajiban menyusun laporan
keuangan, apakah triwulan (3 bulan), per semester (6 bulan) atau
pertahun (annual report).
BENTUK NERACA
SECARA UMUM TERDIRI DUA MACAM
1. Neraca Bentuk Staffel
Neraca Bentuk staffel adalah bentuk neraca yang disusun dengan
menyusun kebawah dan melektakkan saldo pada bagian samping
dengan kolom debet kredit. Tabel neraca ini mirip dengan Model
Jurnal Umum.
2. Neraca Bentuk Scontro
Neraca Bentuk Scontro adalah neraca yang memisahkan antara
Aktiva dan Pasiva pada posisi kanan dan kiri
Proses Laporan Keuangan Fiskal
Lap. Keu.
Komersial
Rekonsiliasi
Fiskal
Kertas Kerja
Lap. Keu
(Worksheet)
Buku Besar
Jurnal
Dokumen
Dasar
Buku
Tambahan
Lap. Keu. Fiskal
Teknik Rekonsiliasi
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi melakukan
pembenaran atas setiap
item pendapatan dan beban
sehingga sesuai dengan
ketentuan perpajakan.
Metode ini memudahkan
proses pengisian SPT.
Koreksi
Pembenaran dilakukan
terhadap laba akuntansi,
dengan melakukan
penambahan atau (koreksi
positif) pengurangan
(koreksi negatif), hanya
berdasar penyesuaian
penghasilan dan beban yang
tidak sesuai.
Hakikat Rekonsiliasi
Pelaksanaan
pembukuan
berdasar kebijakan
akuntansi
perusahaan
menyimpang dari
ketentuan
perpajakan.
Perbedaan timbul
terkait pengakuan
pendapatan dan
beban di laporan
laba rugi.
Penyesuaian diperlukan
agar laba yang
diperhitungkan secara
akuntansi dapat
diperlakukan sebagai laba
atau penghasilan kena
pajak.
Konsep laporan keuangan fiskal
1. Akrual Stelsel (stelsel Accrual)
2. sesuai dengan prinsip 3M (mendapatkan, menagih dan
memelihara) penghasilan, beban (expense) yang dapat dikurangkan
atas penghasilan kena pajak (taxable income) adalah beban yang
timbul dalam hubungannya dengan penghasilan (match and link)
3. tujuan laporan keuangan fiskal adalah : menghitung besarnya pajak
yang terutang dan laporannya ditujukan kepada pihak fiskus.
4. akibat penyimpangan dari laporan keuangan fiskal adalah
dikenakannya sanksi di bidang perpajakan antara lain : sanksi
administrasi yang berupa denda, bunga atau kenaikan sedangkan
sanksi pidananya berupa kurungan atau penjara.
Perbedaan laporan keuangan komersial dengan
laporan keuangan fiskal terdapat pada:
1. Perbedaan konsep penghasilan atau pendapatan
(UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4; Tentang Pajak Penghasilan)
2. Perbedaan Konsep Beban (Biaya)
3. Perbedaan konsep Penyusutan dan Nilai Persediaan
Pengertian Laba Komersial dan Laba Fiskal
• Laba komersial adalah pengukuran laba yang lazim digunakan dalam
dunia bisnis. Laba komersial dihitung berdasarkan prinsip akuntansi
yang berterima secara umum.
• Laba Fiskal Menurut UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, ”Laba fiskal atau penghasilan kena pajak merupakan laba
yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku”.
Koreksi Fiskal
“Koreksi fiskal adalah penyesuaian ketentuan menurut pembukuan
secara komersial atau akuntansi yang harus disesuaikan menurut
ketentuan perpajakan.”
Perhitungan laba komersial oleh perusahaan, harus di koreksi fiskal
untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak, karena tidak semua
ketentuan dalam dalam standard akuntansi keuangan digunakan dalam
peraturan perpajakan atau banyak ketentuan perpajakan yang tidak
sama dengan Standard Akuntansi Keuangan.
Koreksi Fiskal Terhadap Neraca
1. Pengakuan piutang tidak tertagih.
2. Penilaian Persediaan.
3. Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Koreksi Fiskal Terhadap Laporan Laba Rugi
Dalam laporan laba rugi ada dua perbedaan antara laporan laba rugi
secara komersial dan laporan laba rugi secara fiskal yaitu:
1. Beda tetap (Permanent differences)
• Perbedaan tetap positif
• Perbedaan tetap negatif
2. Beda Waktu
Langkah Penyesuaian Perbedaan
Laba akuntansi
Ditambah
penghasilan
yang belum
diakui.
Dikurangi
penghasilan
yang bukan
objek pajak.
Ditambah
biaya non
deductible.
Dikurangi biaya
deductible
yang belum
dibebankan.
Dikurangi
penghasilan
dikenai PPh
final.
Ditambah
biaya 3M
penghasilan
final.
Penghasilan
Kena Pajak
(PKP)
Penghasilan Bukan Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh
a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil zakat
yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan
yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan;
Penghasilan Bukan Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang
dikenakan pajak secara final atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus
(deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
Penghasilan Bukan Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh
g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam
negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan
di Indonesia dengan syarat:
•
•
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai;
Penghasilan Bukan Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh
i.
Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidangbidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
• Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
• Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
Penghasilan Bukan Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh
l.
Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Non Deductible Expenses (1)
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh
• Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas penghasilan bruto,
meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
anggota atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
• Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK;
• Cadangan untuk usaha asuransi;
• Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
• Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
• Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
• Cadangan biaya reforestasi untuk usaha kehutanan;
• Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat limbah industri untuk
usaha pengelolaan limbah;
Non Deductible Expenses (2)
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh
d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa
yang dibayar oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan, kecuali:
• Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;
• Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, selain sumbangan yang
ditetapkan sebagai deductible expense serta selain sumbangan keagamaan yang
bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah;
h. Pajak penghasilan;
Non Deductible Expenses (3)
Pasal 9 Ayat (1) UU PPh
i.
Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang
yang menjadi tanggungan;
j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan.
Non Deductible Expenses Lain
Non Deductible Deductible
Pengobatan secara cuma –
cuma bagi pegawai.
Makan siang bagi sebagian
pegawai.
PPh 21 ditanggung
perusahaan.
Biaya jamuan tanpa daftar
nominatif.
Penggantian biaya
pengobatan.
Makan siang bagi seluruh
pegawai.
Tunjangan PPh 21.
Biaya jamuan dilengkapi
daftar nominatif.
Penghasilan Dikenai PPh Final
Pasal 4 Ayat (2) UU PPh
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Koreksi fiskal terdiri
Koreksi positif = menambah laba
komersial
Koreksi negatif = mengurangi laba
komersial
Beban-beban atau pengeluaran yang Penghasilan yang dikenakan PPh final
tidak diakui oleh pajak
Penghasilan yang tidak termasuk
Penyusutan komersial yang berbeda objek pajak
dengan penyusutan fiskal
Penyesuaian fiskal negatif lainnya
Amortisasi komersil yang berbeda
dengan penyusutan fiskal
Biaya yang ditangguhkan
pengakuannya
Penyesuaian fiskal positif lainnya
Contoh Kasus
PT. Makin Maju Tbk yang berdiri 1 Maret 2005 berusaha di bidang
pertenunan. Berikut ini laporan laba-rugi perusahaan (komersial) yang
berakhir per 31 Desember 2014:
Diminta:
1. Buatlah laporan rekonsiliasi fiskal, dan hitunglah
PPh yang masih harus dibayar. (Berdasarkan
analisis Informasi Tambahan)
2. Buatlah kertas kerja koreksi untuk menghitung
laba-rugi fiskal PT. Maju Jaya Tbk per 31
Desember 2014.
3. Tentukan besarnya PPh yang terutang dan PPh
yang masih harus dibayar oleh PT. Maju Jaya
Tbk untuk masa pajak 2014.
Informasi Tambahan
1. Dalam jumlah gaji karyawan sebesar Rp 120 juta termasuk juga pengeluaran pribadi
direktur utama sebesar Rp 150.000 sebulan untuk biaya supir dan iuran asuransi
kecelakaan dan kematian karyawan Rp 10.000.000 dan beras yang dibagikan kepada
karyawan Rp 2.000.000.
2. Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi Rp 50.000.000 dari
nilai yang dilaporkan dalam laporan laba rugi.
3. Harga perolehan mesin adalah Rp 50.000.000 dan disusutkan setahun 20% (metode
saldo menurun), mesin tersebut memiliki masa manfaat 4 tahun.
4. Gedung dengan harga perolehan Rp 250.000.000 disusutkan sebesar 10% (metode
garis lurus).
5. Tanah disusutkan 2% setahun (metode garis lurus).
6. Piutang ragu-ragu dihapuskan karena yang bersangkutan ternyata telah meninggalkan
Indonesia untuk selamanya tanpa diketahui alamatnya.
7. Cadangan umum adalah penyisihan laba untuk tujuan umum (merupakan
pembentukan cadangan).
Informasi yang diperoleh dari Laporan L/R:
• Sumbangan korban banjir.
• Dividen yang dibayar.
• PPh Pasal 25 yang dibayar.
- 150.000 x 12 = 1.800.000
= 10.000.000
= 2.000.000
= 13.000.000
(Ps 9 ayat 1)
Tarif Hasil
penyt.
50%opname
stock
Tarif penyt. gdung 5% 50% - 20% = 30%
ditemukan nilai
5% x 250 jt = 12,5 jt 30% x 50 jt = 15 jt
persediaan akhir
(Ps 11 ayat 6)
(Ps 11lebih
ayat tinggi
6)
Rp
50.000.000
(Ps 10 ayat 6)
TERIMA KASIH
Download