SINTESIS, KARAKTERISASI, SERTA UJI BIOAKTIVITAS SENYAWA TRIFENILTIMAH(IV) 2-NITROBENZOAT DAN TRIFENILTIMAH(IV) 2-KLOROBENZOAT TERHADAP BAKTERI Bacillus subtilis ITBCCB148 (Skripsi) Oleh JEAN PITALOKA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2016 ABSTRAK SINTESIS, KARAKTERISASI, SERTA UJI BIOAKTIVITAS SENYAWA TRIFENILTIMAH(IV) 2-NITROBENZOAT DAN TRIFENILTIMAH(IV) 2-KLOROBENZOAT TERHADAP BAKTERI Bacillus subtilis ITBCCB148 Oleh Jean Pitaloka Dalam penelitian ini telah dilakukan sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 2nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat dengan mereaksikan senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida dengan asam 2-nitrobenzoat dan asam 2-klorobenzoat menghasilkan senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV)-2klorobenzoat dengan berat padatan masing-masing senyawa 90,43 % dan 82,44 %. Hasil karakterisasi spektrofotometri IR menunjukkan adanya serapan C=O pada 1680,84 cm-1 untuk senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat dan 1583,22 cm-1 untuk senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat yang menandakan terdapatnya gugus karbonil yang berasal dari senyawa hasil sintesis. Terdapat serapan Sn-O pada kedua senyawa hasil sintesis yang menandakan bahwa atom pusat Sn berikatan dengan masing-masing ligan yaitu asam 2-nitrobenzoat dan asam 2-klorobenzoat. Senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat juga dikarakterisasi dengan spektrofotometer UV-Vis dan didapatkan transisi elektron π→π* dan n→π* berturut-turut yaitu pada λmax 203,00 nm dan 290,00 nm serta 236,00 nm dan 290,00 nm. Data mikroanalisis menggunakan microelemental analyzer menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis telah murni dengan perbedaan hasil mikroanalisis dengan perhitungan secara teori berkisar 1-4 %. Pengujian antibakteri pada metode difusi didapatkan senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat memiliki aktivitas antibakteri terbaik dengan konsentrasi 200 ppm dan pada uji dilusi didapatkan kadar senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat yang efektif adalah 0,5 mg/15 mL media agar. Kata Kunci : trifeniltimah(IV) hidroksida, trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat, trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat, antibakteri ABSTRACT SYNTHESIS, CHARACTERIZATION, AND BIOACTIVITY TEST OF TRIPHENYLTIN(IV) 2-NITROBENZOATE AND TRIPHENYLTIN(IV) 2CHLOROBENZOATE COMPOUND ON Bacillus subtilis ITBCCB148 By Jean Pitaloka In this research has been conducted the syntheses of triphenyltin(IV) 2nitrobenzoate and triphenyltin(IV) 2-chlorobenzoate compounds by reacting triphenyltin(IV) hydroxide with 2-nitrobenzoic acid and 2-chlorobenzoic acid. The results of reaction, were triphenyltin (IV) 2-nitrobenzoate and triphenyltin(IV) 2-chlorobenzoate compound weighing 90.43% and 82.44%. The IR spectrometry characterization results showed the C=O absorption for the compounds at 1680.84 cm-1 (triphenyltin(IV) 2-nitrobenzoate) and 1583.22 cm-1 (triphenyltin(IV) 2-chlorobenzoate), indicating the presence of carbonyl group synthesized compound. Absorption Sn-O on both of compunds indicated that central atom of Sn bonded with each ligands (2-nitrobenzoic acid and 2chlorobenzoic acid). Triphenyltin(IV) 2-nitrobenzoate and triphenyltin(IV) 2chlorobenzoate compound were also characterized by spectrophotometer UV-Vis, resulting the electrons transition of π→π* and n→π* which max. of 203.00 nm and 290.00 nm respecitively, as well as 236.00 nm and 290.00 nm respecitively. The microanalysis data obtained by microelemental analyzer showed that the compounds synthesized have been pure with the difference of microanalysis results by theory calculation ranging from 1-4 %. The antibacterial activity using the diffusion method showed that triphenyltin(IV) 2-chlorobenzoate compound exhibited the best antibacterial activity at concentration of 200 ppm and the result of dilution test on triphenyltin(IV) 2-chlorobenzoate compound showed a better result at concentration of 0,5 mg/15 mL media. Key words: triphenyltin(IV) hydroxide, triphenyltin(IV) 2-nitrobenzoate, triphenyltin(IV) 2-chlorobenzoate, antibacteria SINTESIS, KARAKTERISASI, SERTA UJI BIOAKTIVITAS SENYAWA TRIFENILTIMAH(IV) 2-NITROBENZOAT DAN TRIFENILTIMAH(IV) 2-KLOROBENZOAT TERHADAP BAKTERI Bacillus subtilis ITBCCB148 Oleh Jean Pitaloka Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 Ir . j Judul Skripsi : STNTESIS, I(ARAI(TERI$ASI, SEKTA UJI BIOAKTTYITtrS SENTAI|IA TBrFDNrLTrilArr(ry) 2-NTTBOBDNZOAT DAN TBTFENTLTDTAIT(rY) 2, I{LOBOBENZOAT TERIIADAP BAKTDBI hclllus subtllis ITBCCB148 Nama Mahasiswa , Nomor Pokok Mahasiswa : I2L7OLLO33 Jurusan : Kimia Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam $eom$t"t** MEFTYETUJUI 1. Komisi Pembimbing {"uL Prof. Sutopo lladi, IlI.Sc., ph.D. NrP l97l04l5 1995r2 r oot .. ,, ti Prof. Dr. Tati Suhartafi, It.S. NIP 195/+0510 198805 2 0U^7 2. Ketua Jurusan Kimia Dr. Eng. Sfrtpto Dwt yubooo, NIP 19740705 200005 1 001 t.tf ': li !IENGESAIII(ATI 1. Tim Penguji Ketua : Frof. Sutopo lladl, FI.Sc-, Ph.D. : Frof. Dr. Yandrl A.S, II-S. Pembimbing II Penguji ;:::a:::::ii:ti ./v 199512 1 001 Tanggal Lulus Ujian Skripsi :25 Junl 2016 :l:, tI RIWAYAT HIDUP Jean Pitaloka dilahirkan di Bandar Lampung, 22 tahun yang lalu pada tanggal 08 Januari 1994 sebagai anak ke-2 dari dua bersaudara, dengan seorang kakak laki-laki yang bernama Ranggi Febrian yang lahir dari pasangan bapak Nandha Syafei dan ibu Suriyah. Penulis telah menyelesaikan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Pahoman Bandar Lampung pada tahun 2006, selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 16 Bandar Lampung pada tahun 2009 dan menyelesaikan pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) di Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Bandar Lampung jurusan Kimia Industri pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah kimia anorganik I angkatan 2014. Penulis pernah mendapatkan beasiswa BBP-PPA selama dua periode yaitu pada tahun 2013/2014 dan 2014/2015. Penulis juga terdaftar sebagai Kader Muda Himaki (KAMI) periode 2012-2013, Anggota Muda Rois (AMAR) Fmipa Unila 2012-2013, Anggota Muda UKM Penelitian Unila 2012-2013 dan Garuda BEM Fmipa Unila 2012-2013. Pada periode 2013-2014 penulis Aktif sebagai anggota Kaderisasi dan Pengembangan Organisasi (KPO) Himaki, anggota Badan Khusus Bimbingan Baca Qur’an (BKBBQ) Rois Fmipa Unila dan anggota Dinas Komunikasi dan Informasi BEM Fmipa Unila. Penulis mengemban amanah sebagai wakil ketua umum (Waketum) Rois FMIPA Unila pada tahun 2014-2015, pada tahun 2015-2016 penulis mengemban amanah sebagai Ketua Badan Khusus Pemberdayaan Muslimah (BKPM) Birohmah Unila, pada tahun 2016 ini penulis menjadi sekertaris Bidang Kemuslimahan Masjid Al-Wasii Universitas Lampung serta menjadi pengurus LAZIS (Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh) Masjid Al-Wasii Unila. Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Tiyuh Karta Raharja kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat. PERSEMBAHAN Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala karunia-Nya yang telah menganugerahkan iman dan islam, sholawat beriring salam teruntuk sang murabbi terbaik pengubah peradaban ummat manusia nabi Muhammad SAW. Dengan mengharap keberkahan dari Allah SWT , ku persembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada : Ibundaku tercinta (Ibu Suriyah) dan ayahanda Tercinta (Bapak Nandha Syafei) Yang telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kesabaran dan limpahan kasih sayang serta selalu mendoakan, menguatkan, mendukung segala langkahku, menuju kesuksesan. Aa’ ku tercinta Ranggi Febrian Yang menjadi motivasi dan penyemangat ku Rasa hormatku kepada Bapak Prof. Sutopo Hadi, M.Sc.,Ph.D. Guru, Dosen, Murobbiyah yang telah membantuku dalam belajar untuk mendapatkan ilmu dunia dan akhirat serta memberikan motivasi agar aku menjadi insan yang lebih baik Para aktivis dakwah kampus yang tak pernah henti mengusung panji islam dan menegakkan kalimat Allah di muka bumi. serta Alamamaterku tercinta Motto Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orangorang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At Taubah: 105) “Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Teruslah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu” (KH Rahmat Abdullah) Saat cita semakin jauh dan kita lelah mengejarnya, sesungguhnya pertolongan Allah sedang berlari menuju kita. Ketika semua teman terasa jauh dan kita merasa sendiri, maka Allah yang tetap setia menunggu untuk didekati. Kembalikanlah segalanya kepada Allah, karena kepada Dia lah kita kan kembali… (Anonim) SANWACANA Alhamdulillahirabbil’alamiin. Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala petunjuk-Nya yang telah menganugerahkan iman, sehat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Sintesis, Karakterisasi, Serta Uji Bioaktivitas Senyawa Trifeniltimah(IV) 2-Nitrobenzoat Dan Trifeniltimah(IV) 2-Klorobenzoat Terhadap Bakteri Bacillus subtilis ITBCCB148”. Sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Sains pada program studi kimia FMIPA Universitas Lampung. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada sang murabbi terbaik pengubah peradaban ummat manusia nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarganya, semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafa’at beliau di yaumil akhir nanti, aamiin yarabbal’alamin. Teriring doa nan tulus jazaakumullah khaiiran katsir wa jazaakumullah ahsanul jazaa, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Sutopo Hadi, M.Sc., Ph.D., selaku pembimbing I dan juga pembimbing akademik penulis yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, keikhlasan, memberikan arahan, memotivasi, dan membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan beliau dengan kebaikan serta keberkahan yang tak ternilai. 2. Ibu Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S. selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, keikhlasan sehingga skripsi penulis dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. 3. Bapak Prof. Dr. Yandri A.S, M.S. selaku pembahas dalam penelitian penulis atas semua nasihat, bimbingan, dan kesabaran beliau sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. 4. Bapak Dr. Rudy T.M. Situmeang, M.Sc. selaku Kepala Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik atas izinnya untuk menyelesaikan penelitian. 5. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku ketua jurusan kimia FMIPA Unila. 6. Bapak Ibu dosen jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung atas seluruh ilmu dan bimbingan yang diberikan selama penulis menjalani perkuliahan. Semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan yang tidak ternilai kepada Bapak dan Ibu. 7. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A, Ph.D. selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 8. Ibu dan ayah tercinta, atas seluruh cinta, kasih sayang, kesabaran, keikhlasan, doa, dukungan materil dan moril serta semua pengorbanan yang sudah diberikan kepada penulis, semoga Allah membalas cintanya dengan jannahNya, aamiin yarabbal’alamin. 9. Kakakku tercinta “Aa Ranggi” atas kasih sayang, semangat, motivasi dan atas pengorbanan yang sudah aa’ berikan untuk adikmu ini. Semoga keberkahan senantiasa mengiringi tiap langkahmu. 10. Rekan seperjuangan penelitian Adi Setiawan yang senantiasa mendampingi serta memberikan motivasi kepada penulis dalam penelitian maupun penyusunan skripsi ini, semoga Allah limpahkan keberkahan padamu sahabat. 11. Teman-teman satu bimbingan Murni Fitria S.Si dan Sukamto S.Si yang selalu memberikan arahan, semangat dan bantuannya, Bunda Hapin yang selalu memberikan arahan dan motivasi serta mbak Melli, mbak Nopi, mbak Dewi, mbak Asti dan adik-adikku Ismi, Febri, Nova, Kartika dan Della atas semangat dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 12. Kepada rekan-rekan penelitian di laboratorium Kimia Anorganik/Fisik (Adi, Sukamto S.Si, Murni Fitria S.Si, Imah, Iin, Indri, Nila, Ais, Reno, Rifki, Anwar) dan teman-teman di Laboratorium Biokimia (Mba Putri, Mba Ari, mba April, mba Windi, mbak Uus, mbak Ana, Kak Azis, Didi, Uway moly, Ma’ul, Mba Lita, Fifi, Putri, Meta, dan Syatira) yang telah membantu dan memberikan saran dan motivasi dalam proses penyelesaian penelitian, serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 13. Teman-teman tercinta kimia 2012, terimakasih atas kebersamaanya dalam menuntut ilmu juga canda tawa bahagia yang selalu kalian hadirkan di setiap episode perjalanan kita: Adi, Adit, Adam, Ajeng, Ana, Welda, Arif, Arya, Atma, Imani, Ayu S, Debby, Dery, Dedew, Didi, Dwi, Edi, Eka, Elsa, Lita, Febi, Fenti, Dinan, Febita, Fifi, Iin, Indri, Intan, Mimi, Jenni, Anwar, Ma’ul, Meta, Rijal, Murni, Nila, Yunda Dona, Abang debo, Komti Radius, Rio, Riandra, Rifki, Putri, Rully, Uway moly, Ais, Imah, Sopian, Kamto, Dek Susi, Dela, Tira, Tazkiya, Tiara, Reno, Ubay, Abang Tri, Upeh, Wiwin, Yepi, dan Yunsi. 14. Sahabat hijrahku: Uway moly, Elsa, Dedew dan Yunda Dona semoga Allah senantiasa limpahkan keistiqomahan kepada kita semua. Semoga Allah pertemukan kita kembali di JannahNya, aamiin. 15. Mbak Liza, Mbak Nora, Pak Gani, Mas Nomo, Pak Jon terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis. 16. Murabbiyahku tercinta serta teman-teman satu lingkaran cinta atas dukungan, semangat dan doa yang sudah diberikan kepada penulis. 17. Bocil-bocil kesayanganku: Melita, Uut, Putri, Afifah, Mega, Sinta, Fentri, Erva, Citra, Uci, Nurul, Ines, Santi serta seluruh bocil-bocil mbak je lainnya yang tak dapat disebutkan satu persatu atas doa semangat dan keceriaan yang telah diberikan kepada penulis, semoga Allah senantiasa istiqomahkan serta melimpahkan baraakah kepada kalian. 18. Punggawa ROIS Fmipa Unila (Pimpinan, Pengurus dan AMAR) 2014-2015 atas doa dan semangat yang sudah diberikan kepada penulis. 19. Pimpinan akhwat Birohmah Unila 2015-2016 (Yuni mbul, Ka Ran, Kiki, Ekapri, Mae, Sun, Kak Rina, Ukh Yuni, dan Neng Depi) atas cinta kasih dan ukhuwah yang sudah terjalin serta tak lupa Pimpinan ikhwan Birohmah Unila 2015-2016 (Kak Rizky, Andi, Tomi, Iqbal, Doni, Opi, Danu, Ucup, dan Umar) atas semangat dan motivasi yang sudah diberikan. 20. Keluarga besar masjid Al-Wasii Universitas Lampung (Pengurus Kemuslimahan, Pengurus Lazis Masjid Al-Wasii, BPH, para ummi dan abi pengajar TPA, Ibu-ibu kantin, serta bocil-bocil TPA Kawula) atas ilmu, pengalaman serta keceriaan yang sudah diberikan. 21. Seluruh Aktivis Dakwah Kampus Unila. 22. Seluruh keluarga besar Jurusan Kimia FMIPA Angkatan 2010-2015. 23. Almamater tercinta Universitas Lampung. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu sains. Bandar Lampung, Juni 2016 Penulis Jean Pitaloka ii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... . iv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. B. Tujuan Penelitian ............................................................................... C. Manfaat Penelitian ............................................................................. 1 4 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Timah (Sn) ......................................................................................... B. Asam 2-nitrobenzoat .......................................................................... C. Asam 2-klorobenzoat ........................................................................ D. Senyawa Organologam ..................................................................... E. Senyawa Organotimah ...................................................................... 1. Senyawa organotimah halida ...................................................... 2. Senyawa organotimah hidroksida dan oksida ............................ 3. Senyawa organotimah karboksilat ............................................. F. Aplikasi Senyawa Organotimah ......................................................... G. Analisis Senyawa Organotimah ........................................................ 1. Analisis spektroskopi IR senyawa organotimah.......................... 2. Analisis spektroskopi UV-VIS senyawa organotimah ................. 3. Analisis unsur dengan menggunakan microelemental Analyzer ..................................................................................... H. Bakteri ............................................................................................... I. Klasifikasi Bakteri ............................................................................. J. Bakteri Gram Negatif ........................................................................ K. Bakteri Gram Positif .......................................................................... L. Bakteri Bacillus subtilis .................................................................... M. Antibakteri .......................................................................................... N. Uji Aktivitas Antibakteri ................................................................... 1. Metode difusi .............................................................................. 2. Metode dilusi .............................................................................. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 6 6 7 7 10 11 12 12 13 15 15 16 18 18 19 20 21 22 23 26 26 28 31 ii B. Alat dan Bahan ................................................................................... C. Metode Penelitian .............................................................................. 1. Sintesis senyawa difeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat ..................... 2. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat .................... 3. Pengujian aktivitas antibakteri ................................................... a. Penyiapan media uji .............................................................. b. Uji bioaktiviatas dengan metode difusi agar ......................... c. Uji bioaktivitas dengan metode dilusi agar ........................... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis ............................................................................................ 1. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat .................... 2. Sintesis Senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat .................... B. Karakterisasi Menggunakan Spektrofotometer IR ............................ 1. Asam 2-nitrobenzoat .................................................................. 2. Perbandingan Spektrum Senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida [(C6H5)3SnOH] dan trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat [(C6H5)3Sn(C6H4HOOCNO2)] ................................................... 3. Asam 2-klorobenzoat ................................................................. 4. Perbandingan Spektrum Senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida [(C6H5)3SnOH] dan trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat [(C6H5)3Sn(o-C6H4(Cl)COO)] ..................................................... C. Karakterisasi Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS ................... 1. Senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida [(C6H5)3Sn(OH)] dan trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat [(C6H5)3Sn(0-OCOC6H4NO2)] ................................................... 2. Senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida [(C6H5)3Sn(OH)] dan trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat [(C6H5)3Sn(o-C6H4(Cl)COO)] .................................................... D. Analisis Unsur Menggunakan Microelemental Analyzer ................ E. Uji Aktivitas Antibakteri .................................................................. 1. Uji difusi ..................................................................................... 2. Uji dilusi ..................................................................................... 31 32 32 33 34 34 34 35 36 36 38 39 39 40 41 42 44 44 46 47 48 48 54 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ......................................................................................... B. Saran ............................................................................................... 57 58 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 59 LAMPIRAN 1. Perhitungan presentase berat senyawa hasil sintesis ...................... 64 2. Perhitungan data mikroanalisis ........................................................ 66 3. Hasil uji difusi senyawa asam 2-nitrobenzoat, asam 2-klorobenzoat trifeniltimah(IV) hidroksida, trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat dengan variasi konsentrasi 100, 150, 200, 250 dan 300 ppm pada bakteri Bacillus subtilis ..................... 71 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Struktur asam 2-nitrobenzoat............................................................... 6 2. Struktur asam 2-klorobenzoat ............................................................. 7 3. Sel bakteri Bacillus subtilis ITBCCB148 ........................................... 22 4. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 2 nitrobenzoat .............................. 36 5. Hasil sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat .................... 37 6. Diagram Valensi Sn dan Sn4+ ............................................................. 37 7. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat ............................ 38 8. Hasil sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat ................... 39 9. Spektrum IR asam 2-nitrobenzoat ...................................................... 39 10. Perbandingan Spektrum IR senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida (a) dan senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat (b) ............................. 40 11. Spektrum IR asam 2-klorobenzoat .................................................... 42 12. Perbandingan Spektrum IR senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida (a) dan senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat (b) ............................ 43 13. Spektrum UV trifeniltimah(IV) hidroksida (a) dan trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat (b) .............................................................................. 44 14. Spektrum UV trifeniltimah(IV) hidroksida (a) dan trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat (b) ............................................................................. 46 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Serapan karakteristik IR untuk asam-asam karboksilat ...................... 16 2. Bilangan gelombang untuk gugus fungsi-gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat ................................ 41 3. Bilangan gelombang untuk gugus fungsi-gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat ............................... 44 4. Perbandingan pergeseran λmax senyawa antara dan hasil sintesis ....... 45 5. Perbandingan pergeseran λmax senyawa antara dan hasil sintesis ....... 47 6. Hasil mikroanalisis unsur ................................................................... 48 7. Ukuran zona hambat dari senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida terhadap bakteri Bacillus subtilis ITBCCB148 ................................... 50 8. Ukuran zona hambat dari senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat terhadap bakteri Bacillus subtilis ITBCCB148 .................................... 50 9. Ukuran zona hambat dari senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat terhadap bakteri Bacillus subtilis ITBCCB148 .................................... 51 10. Perbandingan zona hambat beberapa senyawa organotimah (IV) ....... 52 11. Hasil uji bioaktivitas senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat 200 ppm dengan metode dilusi terhadap bakteri Bacillus subtilis ITBCCB148 ......................................................................................... 54 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariot dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat di bidang pangan, pengobatan, dan industri (Jawetz and Adelberg, 2005). Di Indonesia, permasalahan kerusakan yang diakibatkan bakteri sangat banyak termasuk salah satunya bakteri yang menyebabkan penyakit seperti bakteri Bacillus subtilis. Hal ini harus mendapatkan perhatian yang serius, dikarenakan kerugian yang didapat bukan hanya dari segi ekonomi tetapi juga dari segi kesehatan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri pada makhluk hidup adalah dengan membuat suatu bahan atau zat antibakteri (Irianto, 2007). Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa 2 antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik, sterilizer, sanitizer, dan sebagainya (Pelczar and Chan, 1986). Bacillus subtilis. merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang, dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas (suhu tinggi), mampu mendegradasi xylan dan karbohidrat (Cowan dan Stell’s, 1973). Penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat dilakukan dengan mekanisme berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan makanan dari dalam sel, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein. Antibakteri di bidang farmasi dikenal sebagai antibiotik, yakni suatu substansi kimia yang dihasilkan mikroba dan dapat menghambat laju tumbuh mikroba lain (Pelczar and Chan, 1986). Senyawa organotimah memiliki rentang aplikasi yang luas dan merupakan salah satu bahan kimia organologam yang paling banyak digunakan. Senyawa organotimah(IV) menunjukkan aktivitas biologis yang signifikan (Kang et al., 2009; Wu et al., 2009; Alama et al., 2009; Affan et al., 2009). Senyawasenyawa tersebut telah diketahui sebagai antibakteri (Maiti et al., 1988; Gleeson et al., 2008), antijamur ( Hadi et al., 2008; Manav et al., 2000; Singh 3 dan Kaushik, 2008), antitumor (Mohan et al., 1988; Ruan et al., 2011; Hadi et al, 2012; Hadi and Rilyanti, 2010), dan antiviral (Singh et al., 2000). Senyawa organotimah adalah senyawa-senyawa yang mengandung sedikitnya satu ikatan kovalen C-Sn. Sebagian besar senyawa organotimah dapat dianggap sebagai turunan dari RnSnX4-n (n = 1-4h) dan diklasifikasikan sebagai mono-, di-, tri-, dan tetra- organotimah(IV), tergantung pada jumlah gugus alkil (R) atau aril (Ar) yang terikat. Anion yang terikat (X) biasanya adalah klorida, fluorida, oksida, hidroksida, suatu karboksilat atau suatu tiolat (Pellerito and Nagy, 2002). Senyawa organotimah karboksilat pada umumnya dapat disintesis melalui dua cara yaitu dari organotimah oksida atau organotimah hidroksidanya dengan asam karboksilat, dan dari organotimah halidanya dengan garam karboksilat. Metode yang biasa digunakan untuk sintesis organotimah karboksilat adalah dengan menggunakan organotimah halida sebagai material awal. Organotimah halida direaksikan dengan garam karboksilat dalam pelarut yang sesuai, biasanya aseton atau karbon tetraklorida (Cotton dan Wilkinson, 1989). Dalam beberapa penelitian, diketahui senyawa organotimah(IV) karboksilat yang menunjukkan sifat sebagai antimikroorganisme sehingga dapat berfungsi sebagai antifungi dan antimikroba (Bonire et al., 1998). 4 Pada penelitian ini akan dilakukan sintesis senyawa turunan organotimah(IV) karboksilat yang diharapkan dapat digunakan untuk menghambat atau membunuh suatu bakteri, seperti bakteri Bacillus subtilis. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mensintesis senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat dan trifenilimah(IV) 2klorobenzoat untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. 2. Melakukan karakterisasi senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat menggunakan spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer IR, dan microelemental analyzer. 3. Menguji dan membandingkan aktivitas antibakteri dari senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat terhadap bakteri Bacillus subtilis ITBCCB148. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang organologam dan menambah jenis senyawa organologam yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Timah (Sn) Timah atau stannum (Sn) memiliki nomor atom 50 yang memiliki warna putih keperakan yang sulit untuk dioksidasi oleh udara pada suhu ruang. Timah dalam tabel periodik termasuk golongan IV A dan berada pada periode 5 bersama-sama dengan karbon, silikon, germanium, dan timbal. Timah bersifat lebih elektronegatif jika dibandingkan dengan timbal, tetapi memiliki sifat lebih elektropositif dibandingkan karbon, silikon, dan germanium (Dainith, 1990). Timah merupakan logam putih dan titik lebur dari timah 232°C. Timah dapat larut dalam asam dan basa, senyawa-senyawa oksidanya dengan asam atau basa akan membentuk garam. Timah tidak reaktif terhadap oksigen bila dilapisi oksida film dan tidak terhadap air pada suhu biasa, akan tetapi mempengaruhi kilau pada permukaannya (Svehla, 1985). Timah dalam bentuk senyawanya memiliki tingkat oksidasi +2 dan +4, tingkat oksidasi +4 lebih stabil dari pada +2. Pada tingkat oksidasi +4, timah menggunakan seluruh elektron valensinya, yaitu 5s2 5p2 dalam ikatan, sedangkan pada tingkat oksidasi +2, timah hanya menggunakan elektron valensi 5p2 saja. 6 Tetapi perbedaan energi antara kedua tingkat ini rendah (Cotton dan Wilkinson, 1989). Timah atau Stannum (Sn) pada suhu ruang lebih stabil sebagai logam timah putih (-Sn) dalam bentuk tetragonal. Sedangkan pada suhu rendah, timah putih berubah menjadi timah abu-abu (-Sn) berbentuk intan kubik berupa nonlogam. Perubahan ini terjadi cepat karena timah membentuk oksida film. Peristiwa ini dikenal sebagai plak timah atau timah plague. Timah putih mempunyai densitas yang lebih tinggi daripada timah abu-abu (Petrucci, 1999). B. Asam 2-nitrobenzoat Asam-2-nitrobenzoat memiliki rumus kimia C7H5NO4. Selain asam 2nitrobenzoat, biasa juga disebut dengan o-nitrobenzoic acid dan juga 2nitrobenzoic acid. Asam ini berbentuk bubuk berwarna putih dan memiliki titik lebur 146-148 ˚C. Asam ini memiliki stabilitas yang cukup baik, kompatibel dengan oksidator kuat, kuat basa, dan memiliki berat molekul: 167.1189 g/mol (Caslab, 2013). Gambar 1. Struktur asam 2-nitrobenzoat 7 C. Asam 2-klorobenzoat Asam klorobenzoat adalah asam benzoat tersubstitusi dengan kekuatan asam dari asam benzoat akan mengalami perubahan oleh adanya substituen elektronegatif. Cincin benzena tidak mengambil bagian dalam stabilisasi resonansi dari gugus karboksilat, substituen pada cincin benzena mempengaruhi keasaman terutama dengan efek induktifnya. Tanpa memperhatikan posisi substitusi, suatu gugus penarik elektron biasanya akan menaikkan keasaman suatu asam benzoat (Fessenden and Fessenden, 1982). Asam 2-klorobenzoat memiliki bentuk semacam bubuk putih. Jenis asam oklorobenzoat ini banyak digunakan dalam aplikasi yang berbeda. Asam oklorobenzoat banyak digunakan sebagai bahan pewarna, pestisida menengah dan antiseptik dalam perekat, pigmen dan coating. Asam ini memiliki berat molekul 156,57 g/mol dan memiliki rumus kimia C7H5ClO2. Seperti produk toluen, etil benzen, dan turunannya, asam o-klorobenzoat harus disimpan dalam tempat yang sejuk, kering dan berventilasi baik tanpa sinar matahari langsung. Wadah harus tertutup rapat apabila tidak digunakan (Sigma-Aldrich, 2014). Gambar 2. Struktur asam 2-klorobenzoat 8 D. Senyawa Organologam Senyawa organologam merupakan senyawa yang setidaknya terdapat satu atom karbon dari gugus organik yang berikatan langsung dengan logam. Sebagai contoh suatu alkoksida seperti (C3H7O)4Ti bukan termasuk senyawa organologam, karena gugus organiknya terikat pada Ti melalui atom oksigen. Sedangkan senyawa (C6H5)Ti(OC3H7)3 adalah senyawa organologam karena terdapat satu ikatan langsung antara karbon C dari gugus fenil dengan logam Ti. Dari bentuk ikatan pada senyawa organologam, senyawa ini dapat dikatakan sebagai jembatan antara kimia organik dan anorganik (Cotton dan Wilkinson, 1989). Sifat dari organologam pada umumnya yakni adanya atom karbon yang bersifat lebih elektronegatif dari kebanyakan logam yang dimilikinya. Beberapa kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk dari senyawa organologam yaitu 1. Senyawaan ionik dari logam elektropositif Pada umumnya senyawaan organo dari logam yang relatif sangat elektropositif bersifat ionik, tidak larut dalam pelarut organik, dan terhadap udara dan air sangat reaktif. Senyawa ini akan terbentuk jika radikal pada logam terikat pada logam dengan keelektropositifan yang sangat tinggi, contohnya logam pada alkali atau alkali tanah. Kereaktifan dan kestabilan senyawaan ionik ditentukan dari satu bagian yakni oleh kestabilan ion karbon. Delokalisasi elektron yang memperkuat kestabilan dari garam logam ion-ion 9 karbon agar lebih stabil walaupun masih relatif reaktif. Contohnya gugus dari senyawa organik dalam garam-garam seperti (C5H5)2Ca2+. 2. Senyawaan yang memiliki ikatan –σ (sigma) Senyawaan dari organo dimana sisa organiknya yang terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan dapat digolongkan sebagai ikatan kovalen (masih terdapat karakter-karakter ionik dari senyawaan ini) yang dibentuk oleh kebanyakan logam dengan keelektropositifan yang relatif lebih kecil dari golongan pertama diatas, yang dengan hubungan beberapa faktor berikut ini a. Kemungkinan penggunaan orbital d yang lebih tinggi, contohnya pada SiR4 yang tidak tampak dalam CR4 b. Kemampuan donor dari aril atau alkil dengan pasangan elektron menyendiri c. Keasaman dari asam lewis sehubungan dengan kulit valensi yang tidak penuh contohnya pada BR2 atau koordinasi yang tidak jenuh seperti ZnR2 d. Pengaruh dari perbedaan keelektronegatifan dari ikatan logam-karbon (MC) atau ikatan karbon-karbon (C-C) 3. Senyawaan yang terikat nonklasik Banyak senyawaan organologam terdapat jenis ikatan logam pada karbon yang tidak dapat dijelaskan dalam bentuk pasangan elektron/kovalen atau ionik. Contohnya, dari golongan alkali yang terdiri dari Li, Be, dan Al yang memiliki gugus alkil berjembatan. Dalam hal ini, atom ada yang memiliki sifat 10 kekurangan elektron contohnya pada atom boron pada B(CH3)3. Pada atom B termasuk golongan IIIA, yang memiliki 3 elektron valensi, sehingga cukup sulit untuk membentuk oktet pada konfigurasinya dalam senyawaan. Pada atom B ada kecenderungan untuk memanfaatkan orbital-orbital kosong yakni dengan menggabungkannya pada gugus suatu senyawa yang memiliki kelebihan pasangan elektron yang menyendiri senyawa ini dibagi menjadi dua golongan 1. Senyawa organologam yang terbentuk diantara logam-logam transisi dengan alkuna, alkena, benzen, dan senyawa organik yang bersifat tak jenuh lainnya. 2. Senyawa organologam yang terdapat gugus-gugus alkil berjembatan (Cotton dan Wilkinson,1989). E. Senyawa Organotimah Senyawa organotimah adalah senyawa-senyawa yang mengandung sedikitnya satu ikatan kovalen C-Sn. Sebagian besar senyawa organotimah dapat dianggap sebagai turunan dari RnSn(IV)X4-n (n = 1-4) dan diklasifikasikan sebagai mono-, di-, tri- dan tetra- organotimah (IV), tergantung pada jumlah gugus alkil (R) atau aril (Ar) yang terikat. Anion yang terikat (X) biasanya adalah klorida, fluorida, oksida, hidroksida, suatu karboksilat atau suatu tiolat (Pellerito and Nagy, 2002). Ikatan Sn-X memiliki derajat ion tertentu bergantung pada anion (X) dan alkil (R). Sebagai contoh, titik leleh dari (CH3)3SnX bervariasi untuk: fluorida (300ºC) 11 > klorida (37ºC) > bromida (27ºC) > iodida (3,4ºC) (Tayer, 1988). Pemanfaatan senyawa organotimah diantaranya sebagai penstabil dalam produksi plastik, pestisida dalam pertanian, katalis, pelapis kaca, stabilizer poliviniklorida, antikanker dan antitumor (Gielen et al, 2003), antifouling agents pada cat (Blunden and Hill, 1990), antimikroba dan antifungi (Bonire et al., 1998). 1. Senyawa organotimah halida Senyawa organotimah halida dengan rumus umum RnSnX4-n (n = 1-3; X = Cl, Br, I) pada umumnya merupakan padatan kristalin dan sangat reaktif. Organotimah halida ini dapat disintesis secara langsung melalui logam timah, Sn (II) atau Sn (IV) dengan alkil halida yang reaktif. Metode ini secara luas digunakan untuk pembuatan dialkiltimah dihalida. Sintesis langsung ini ditinjau ulang oleh Murphy dan Poller melalui persamaan reaksi 2 EtI + Sn Et2Sn + I2 Metode lain yang sering digunakan untuk pembuatan organotimah halida adalah reaksi disproporsionasi tetraalkiltimah dangan timah(IV) klorida. Caranya adalah dengan mengubah perbandingan material awal, seperti ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut 3 R4Sn + SnCl4 R4Sn + SnCl4 2 R2SnCl2 4 R3SnCl Senyawa organotimah klorida digunakan sebagai kloridanya dengan memakai logam halida lain yang sesuai seperti ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut R4SnCl4-n + (4-n) MX R4SnX4-n + (4-n) MCl (X = F, Br atau I; M = K, Na, NH4+) (Wilkinson, 1982). 12 2. Senyawa organotimah hidroksida dan oksida Produk kompleks yang diperoleh melalui hidrolisis dari trialkiltimah halida dan senyawa yang berikatan R3SnX, merupakan rute utama pada trialkiltimah oksida dan trialkiltimah hidroksida. Prinsip tahapan intermediet ditunjukkan pada reaksi di bawah ini (Wilkinson, 1982). 3. Senyawa organotimah karboksilat Senyawa organotimah karboksilat pada umumnya dapat disintesis melalui dua cara yaitu dari organotimah oksida atau organotimah hidroksidanya dengan asam karboksilat, dan dari organotimah halidanya dengan garam karboksilat. Metode yang biasa digunakan untuk sintesis organotimah karboksilat adalah dengan menggunakan organotimah halida sebagai material awal. Organotimah halida direaksikan dengan garam karboksilat dalam pelarut yang sesuai, biasanya aseton atau karbon tetraklorida. Reaksinya adalah sebagai berikut RnSnCl4-n + (4-n) MOCOR RnSn(OCOR)4-n + (4-n) MCl Reaksi esterifikasi dari asam karboksilat dengan organotimah oksida atau hidroksida dilakukan melalui dehidrasi azeotropik dari reaktan dalam toluen, seperti ditunjukkan pada reaksi berikut 13 R2SnO + 2 R’COOH R2Sn(OCOR’)2 + H2O R3SnOH + R’COOH R3SnOCOR’ + H2O (Wilkinson, 1982). F. Aplikasi Senyawa Organotimah Senyawa organotimah memiliki aplikasi yang luas dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi senyawa organotimah dalam industri antara lain sebagai senyawa stabilizer polivinilklorida, pestisida nonsistematik, katalis antioksidan, antifouling agents dalam cat, stabilizer pada plastik dan karet sintetik, stabilizer untuk parfum dan berbagai macam peralatan yang berhubungan dengan medis dan gigi (Pellerito and Nagy, 2002). Mono dan di-organotimah digunakan secara luas sebagai stabilizer polivinilklorida untuk mengurangi degradasi polimer polivinilklorida. Empat tipe utama penstabil timah berdasarkan gugus alkilnya yaitu oktil, butil, fenil, dan metil. Oktiltimah diketahui memiliki kandungan timah paling sedikit dan tidak efisien. Ligan-ligan utama yang digunakan untuk membedakan berbagai penstabil timah yaitu, asam tioglikolat ester dan asam karboksilat. Senyawa organotimah yang paling umum digunakan sebagai katalis dalam sintesis kimia yaitu katalis mono dan di-organotimah. Senyawa organotimah merupakan katalis yang bersifat homogen yang baik untuk pembuatan polisilikon, poliuretan dan untuk sintesis poliester (Cotton dan Wilkinson, 1989). 14 Senyawa organotimah ditemukan berikutnya antara lain sebagai biocide (senyawa yang mudah terdegradasi), sebagai pestisida yang pertama kali diperkenalkan di Jerman yaitu dari senyawa trifeniltimah asetat pada akhir 1950-an. Kegunaan yang utama dari agrokimia senyawa organotimah karena senyawa ini relatif memiliki fitotoksisitas (daya racun pada tanaman) yang rendah dan terdegradasi dengan cepat sehingga residunya tidak berbahaya terhadap lingkungan (Cotton dan Wilkinson, 1989). Senyawa organotimah(IV) telah diketahui memiliki aktivitas biologi yang kuat. Sebagian besar senyawa organotimah(IV) bersifat toksik walaupun pada konsentrasi rendah. Aktivitas biologi ini ditentukan oleh jumlah dan gugus organik yang terikat pada pusat atom Sn. Senyawa organotimah karboksilat diberikan perhatian khusus dikarenakan senyawa ini memiliki kemampuan biologi yang kuat dibandingkan senyawa organotimah lainnya (Mahmood et al., 2003; Pellerito and Nagy, 2002). Senyawa organotimah memiliki rentang aplikasi yang luas dan merupakan salah satu bahan kimia organologam yang paling banyak digunakan. Senyawa organotimah(IV) menunjukkan aktifitas biologis yang signifikan (Kang et al., 2009; Wu et al., 2009; Alama et al., 2009; Affan et al., 2009). Senyawa-senyawa tersebut telah diketahui sebagai antibakterial (Maiti et al., 1988; Gleeson et al., 2008), antijamur (Hadi et al., 2008; Manav et al., 2000; Singh dan Kaushik, 2008), antitumor (Mohan et al., 1988; Ruan et al., 2011; 15 Hadi et al, 2012; Hadi and Rilyanti, 2010), dan antiviral (Singh et al., 2000). G. Analisis Senyawa Organotimah Senyawa organotimah karboksilat dapat diidentifikasi dengan menggunakan spektroskopi Inframerah (IR), UV-Vis, (Pellerito and Nagy, 2002), dan analisis unsur C, H, N, dan S dalam suatu senyawa dengan menggunakan alat microelemental analyzer. 1. Analisis senyawa organotimah dengan spektroskopi IR Pada spektroskopi IR, radiasi infra merah dengan rentangan panjang gelombang dan intensitas tertentu dilewatkan terhadap sampel. Molekul-molekul senyawa pada sampel akan menyerap seluruh atau sebagian radiasi itu. Penyerapan ini berhubungan dengan adanya sejumlah vibrasi yang terkuantisasi dari atom-atom yang berikatan secara kovalen pada molekul-molekul itu (Day dan Underwood, 1998). Spektra IR memberikan absorpsi yang bersifat aditif atau bisa juga sebaliknya. Sifat aditif disebabkan karena overtone dari vibrasi-vibrasinya. Penurunan absorpsi disebabkan karena kesimetrian molekul, sensitifitas alat, dan aturan seleksi. Aturan seleksi yang mempengaruhi intensitas serapan IR ialah perubahan momen dipol selama vibrasi yang dapat menyebabkan molekul menyerap radiasi IR. Dengan demikian, jenis ikatan yang berlainan (C-H, C-C, atau O-H) menyerap radiasi IR pada panjang gelombang yang berlainan. Suatu 16 ikatan dalam molekul dapat mengalami berbagai jenis getaran, oleh sebab itu suatu ikatan tertentu dapat menyerap energi lebih dari satu panjang gelombang. Puncak- puncak yang muncul pada daerah 4000-1450 cm-1 biasanya berhubungan dengan energi untuk vibrasi uluran diatomik. Daerahnya dikenal dengan group frequency region (Sudjadi, 1985). Serapan inframerah gugus fungsional senyawa organik ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Serapan karakteristik IR untuk asam-asam karboksilat Tipe Getaran Uluran O-H Uluran C=O Uluran C-O Tekukan O-H Tekukan O-H dimer (Fesenden and Fessenden, 1982). Posisi serapan cm-1 m 2860 – 3300 3,0 – 3,5 1700 - 1725 5,8 – 5,88 1210 – 1330 7,5 – 8,26 1300 – 1440 6,94 – 7,71 ~925 ~10,8 2. Analisis senyawa organotimah dengan spektroskopi UV-Vis Pada spektroskopi UV-Vis, senyawa yang dianalisis akan mengalami transisi elektronik sebagai akibat penyerapan radiasi sinar UV dan sinar tampak oleh senyawa yang dianalisis. Transisi tersebut pada umumnya antara orbital ikatan atau pasangan elektron bebas dan orbital antiikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran perbedaan tingkat-tingkat energi dari orbital-orbital. Agar elektron dalam ikatan sigma tereksitasi maka diperlukan energi paling tinggi dan akan memberikan serapan pada 120-200 nm (1 nm = 10-7 cm = 10 Å). Daerah ini dikenal sebagai daerah ultraviolet hampa, karena pada pengukuran tidak boleh ada udara, sehingga sukar dilakukan dan relatif tidak banyak memberikan keterangan 17 untuk penentuan struktur. Di atas 200 nm merupakan daerah eksitasi elektron dari orbital p, d, dan orbital π terutama sistem π terkonjugasi mudah pengukurannya dan spektrumnya memberikan banyak keterangan. Kegunaan spektrofotometer UV-Vis ini terletak pada kemampuannya mengukur jumlah ikatan rangkap atau konjugasi aromatik di dalam suatu molekul. Spektrofotometer ini dapat secara umum membedakan diena terkonjugasi dari diena tak terkonjugasi, diena terkonjugasi dari triena dan sebagainya. Letak serapan dapat dipengaruhi oleh subtituen dan terutama yang berhubungan dengan subtituen yang menimbulkan pergeseran dalam diena terkonjugasi dari senyawa karbonil (Sudjadi, 1985). Elektron pada ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang yang pendek untuk eksitasinya. Hal ini berarti suatu elektron dalam orbital ikatan (bonding) dieksitasikan ke orbital antiikatan. Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah inframerah, dikarenakan pita serapan pada daerah UV-Vis terlalu lebar dan kurang terperinci. Tetapi gugus-gugus fungsional tertentu seperti karbonil, nitro, dan sistem tergabung menunjukkan puncak karakteristik dan dapat diperoleh informasi yang berguna mengenai ada tidaknya gugus tersebut dalam molekul (Day and Underwood, 1998). Identifikasi kualitatif senyawaan organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah inframerah, dikarenakan pita serapan pada daerah UVVis terlalu lebar dan kurang terperinci. Tetapi gugus-gugus fungsional tertentu seperti karbonil, nitro, dan sistem tergabung menunjukan puncak karakteristik 18 dan dapat diperoleh informasi yang berguna mengenai ada tidaknya gugus tersebut dalam suatu molekul (Day dan Underwood, 1998). 3. Analisis unsur dengan microelemental analyzer Mikroanalisis adalah penentuan kandungan unsur penyusun suatu senyawa yang dilakukan dengan menggunakan microelemental analyzer. Unsur yang umum ditentukan adalah karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), dan sulfur (S), sehingga alat yang biasanya digunakan untuk tujuan mikroanalisis ini dikenal sebagai CHNS microelemental analyzer. Hasil yang diperoleh dari mikroanalisis ini dibandingkan dengan perhitungan secara teori. Walaupun seringnya hasil yang diperoleh berbeda, perbedaan biasanya antara 1–5%, namun analisis ini tetap sangat bermanfaat untuk mengetahui kemurnian suatu sampel (Costecsh Analytical Technologies, 2011). H. Bakteri Mikroorganisme adalah organisme berukuran sangat kecil atau mikroskopis, hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Dunia organisme terdiri dari lima kelompok organisme yaitu bakteri, protozoa, virus, alga, dan jamur mikroskopis (Pelczar dan Chan, 1986). Bakteri merupakan organisme hidup bersel tunggal, tidak memiliki klorofil, memiliki DNA dan RNA. Bakteri dapat melakukan metabolisme, tumbuh dan berkembang biak. Sebagian besar bakteri berukuran sangat kecil misalnya kokus 19 bergaris tengah 1 sehingga tidak dapat dilihat oleh mata. Lapisan terluar bakteri terdiri dari dua komponen yakni dinding sel yang kaku dan membran sitoplasma atau membran plasma. Di dalamnya terdapat sitoplasma seperti ribosom, mesosom, granula, vakuola, dan inti sel. Sel bakteri dapat diliputi oleh lapisan berupa gel yang mudah lepas atau tersusun sebagai suatu simpai. Selain itu beberapa bakteri juga mempunyai struktur tumbuhan lain seperti filamen yang menonjol keluar dari permukaan sel yaitu flagella yang berfungsi sebagai alat penggerak dan fimbria sebagai alat untuk melekatkan diri (Gupte, 1990). I. Klasifikasi Bakteri Untuk memahami beberapa kelompok mikroorganisme diperlukan klasifikasi yaitu sebagai berikut 1. Bakteri berdasarkan hubunganya dengan manusia dikategorikan menjadi 3 golongan: Golongan bakteri Simbion yaitu golongan bakteri yang saling menguntungkan terhadap manusia, contohnya kuman yang terdapat dalam saluran pencernaan yaitu usus besar. Golongan bakteri yang tidak membahayakan atau Komensal, bakteri ini merupakan flora normal manusia. Golongan bakteri Oportunis yaitu bakteri yang membahayakan bagi kehidupan manusia. Tetapi perlu dipahami bahwa pada keadaan tertentu simbion bisa menjadi oportunis dan kemudian menjadi patogen. 2. Bakteri berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 yaitu: Bentuk bulat/coccus misalnya Staphylococcus, dan Streptococcus, bentuk batang/bacil misalnya 20 Esherchia coli, Proteus, Pseudomonas, bentuk lengkung/spiral misalnya Vibrio sp. 3. Berdasarkan sifat Gram dibagi menjadi 2 yaitu: Gram positif dan Gram negatif (Sukidjo, 2002). J. Bakteri Gram Negatif Bakteri Gram negatif merupakan bakteri yang tidak mampu mempertahankan warna kristal violet pada dinding selnya saat perwarnaan gram dilakukan, pewarnaan gram sangat penting untuk mengetahui klasifikasi bakteri dan mengetahui identifikasinya (Radji, 2011). Bakteri Gram Negatif merupakan bakteri dengan bagian dinding selnya dapat menyerap zat warna merah. Bakteri ini mempunyai lapisan peptidoglikan tipis yang terdapat pada ruang periplasmik, yaitu antara membran luar dengan membran plasma. Adapun contoh dari bakteri ini adalah Salmonella typhi, Rhizobium leguminosarum, azotobacter, Neisseria gororrhoeae, Pseudomonas aeruginosa, Helicobacter pylori dan Haemophilus influenza. Sebenarnya bakteri Gram negatif memiliki sifat patogen sehingga lebih berbahaya jika dibandingkan bakteri Gram positif. Hal ini dikarenakan membran luar di bagian dinding sel bisa melindungi bakteri tersebut, dapat menghalangi masuknya zat antibiotik dan juga sistem dari pertahanan inang. Adanya membran luar dan beberapa lapis peptidoglikan di dinding sel yang membedakan bakteri Gram negatif dan Gram positif. Lipid kovalen terkait dengan protein yang disebut lipoprotein adalah 21 molekul yang mengikat peptidoglikan ke membran luar. Peptidoglikan ini terletak di periplasma, ruang berisi cairan yang terletak antara membran plasma dan membran luar. Dinding sel bakteri Gram negatif lebih rentan terhadap kerusakan mekanis karena jumlah rendah dari peptidoglikan (Wheelis, 2007). K. Bakteri Gram Positif Bakteri Gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram sehingga akan berwarna ungu di bawah mikroskop. Perbedaan Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan gram, ditemukan oleh ilmuwan Denmark bernama Christian gram dan merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri (Jawetz and Adelberg, 2005). Bakteri ini memiliki dinding sel yang dapat menyerap zat warna violet serta mempunyai sebuah lapisan peptidoglikan tebal. Adapun contohnya adalah Lactobacillus, Actinomyces, Arachnia, Bifidobacterium, Staphylococcus, Propionibacterium dan Eubacterium. Ciri-cirinya adalah dinding sel yang homogen dengan ketebalan 20-80 nanometer dan tersusun dari senyawa peptidoglikan. Bentuk sel dari bakteri Gram positif ini adalah batang atau berbentuk filamen dan bulat. Sistem reproduksi bakteri Gram positif melalui pembelahan secara biner. Alat geraknya berupa flagela nonmotil, jika tidak mempunyai motil maka menggunakan petritrikus. Karakteristik yang membedakan bakteri Gram positif adalah komposisi dinding 22 selnya. Beberapa lapisan peptidoglikan bergabung bersama membentuk struktur tebal dan kaku. Sebaliknya, bakteri Gram negatif hanya memiliki lapisan tipis peptidoglikan (Wheelis, 2007). L. Bakteri Bacillus subtilis. Bacillus subtilis. (Gambar 3) merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang, dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas (suhu tinggi), mampu mendegradasi xylan dan karbohidrat (Cowan dan Stell’s, 1973). Bacillus subtilis. mempunyai sifat diantaranya 1. Mampu tumbuh pada suhu lebih dari 50oC dan suhu kurang dari 5oC 2. Mampu bertahan terhadap pasteurisasi 3. Mampu tumbuh pada konsentrasi garam tinggi (>10%) 4. Mampu menghasilkan spora 5. Mempunyai daya proteolitik yang tinggi dibandingkan mikroba lainnya. Gambar 3. Gambar sel bakteri Bacillus subtilis (Sumber: MicrobeLibrary.org) 23 Bacillus adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang dan merupakan anggota dari divisi Firmicutes. Bacillus merupakan bakteri yang bersifat aerob obligat atau fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase. Bacillus secara alami terdapat dimana-mana dan termasuk spesies yang hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus menghasilkan enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa membantu pencernaan dalam tubuh hewan (Wongsa dan Werukhamkul, 2007). M. Antibakteri Antibakteri adalah zat yang dapat digunakan sebagai pembasmi bakteri yang merugikan manusia (Vincent, 1987). Antibakteri digolongkan berdasarkan cara kerjanya, spektrum kerja, dan daya bunuh terhadap bakteri. Antibakteri digolongkan berdasarkan pada susunan kimia dan sasaran kerjanya (Crueger and Crueger 1984). Kelompok antibakteri dilihat dari cara kerjanya, yaitu 1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri. Tekanan osmosis dalam sel mikroba lebih tinggi daripada di luar sel, sehingga kerusakan dinding sel mikroba akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar dari efek bakterisidal terhadap mikroba yang peka (Setyaningsih, 2004). Seperti golongan polypeptide, cephalosporin, penicillin, vankomisin, basitrasin, sikloserin (Jawetz and Adelberg, 2005). 24 2. Menghambat sintesis protein. Banyak jenis antibakteri, terutama golongan aminoglycoside, macrolide, chloramphenicol, streptomycin, tentracycline, oxytetracycline, gentamycine, kanamycine (Todar, 2009). Menghambat sintesis asam nukleat seperti quinolon, pyrimethamin, rifampicin, sulfonamide, trimethoprim (Jawetz and Adelberg, 2005). Antibakteri yang mempengaruhi sintesis asam nukleat dan protein mempunyai mekanisme kegiatan pada tempat yang berbeda, antara lain: a) Antibakteri mempengaruhi replikasi DNA, seperti bleomisin, phleomisin, mitomisin, edeine, porfiromisin. b) Antibakteri mempengaruhi transkripsi, seperti aktinomisin, ekonomisin, rifamisin, korisepin, streptolidigin. c) Antibakteri mempengaruhi pembentukan aminoasil-tRNA, seperti borrelidin. d) Antibakteri mempengaruhi translasi, antara lain kloramfenikol, streptomisin, neomisin, kanamisin, karbomisin, crytromisin, linkomisin, fluidic acid, tetrasiklin (Suwandi, 1992). e) Menghambat fungsi membran sel seperti, kolistin, imidasol, triasol, polien, polimiycin, amfoterisin- β (Jawetz and Adelberg, 2005). Membran sel sebagai barrier permeabilitas selektif, membawa fungsi transpor aktif kemudian mengontrol komposisi internal sel. Jika fungsi integritas 25 membran sitoplasma dirusak, makromolekul dan ion keluar dari sel, kemudian sel rusak atau sel bakteri mengalami lisis (Jawetz and Adelberg, 2005). Antibakteri berdasarkan spektrum kerjanya (Todar, 2009), dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: a) Antibakteri dengan aktivitas spektrum luas, yaitu antibakteri yang berpengaruh terhadap gram positif dan negatif b) Antibakteri dengan aktivitas spektrum sempit, yaitu antibakteri yang berpengaruh terhadap gram negatif atau gram positif saja Antibakteri berdasarkan daya bunuh, dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: a) Antibakteri bakteriostatik Antibakteri ini bekerja dengan menghambat atau mencegah pertumbuhan bakteri, tidak membunuhnya sehingga sangat bergantung pada daya tahan tubuh. Kerjanya menghambat sintesis protein dengan mengikat ribosom (Madigan et al., 2006). Antibakteri yang termasuk golongan ini adalah eritromycin, chloramphenicol, sulfonamida, linkomicin, paraaminosalisilat, tetrasiklin, dan lainnya. b) Antibakteri bakterisidal Antibakteri ini bekerja dengan membunuh, secara aktif membasmi bakteri. Golongan dari antibiotik ini adalah penicilin, sefalosporin, aminoglikosida dalam dosis besar, isoniazid, dan lainnya. 26 c) Antibakteri bakterilitik Antibakteri ini bekerja dengan cara membuat lisis sel-sel bakteri. Proses lisisnya sel bakteri terlihat dari penurunan jumlah sel ataupun kekeruhan setelah bahan tersebut ditambahkan (Madigan et al., 2006). N. Uji Aktivitas Antibakteri Uji aktivitas antibakteri terdiri dari dua metode utama yaitu 1. Metode difusi Pada metode ini zat antibakteri akan berdifusi ke dalam lempeng agar yang telah ditanami bakteri. Teknik ini dilakukan dengan menginokulasikan bakteri secara merata diseluruh pemukaan media agar, lalu sampel yang diuji ditempatkan diatas permukaan tersebut. Setelah waktu inkubasi selama 18 - 24 jam pada suhu 37oC akan terbentuk zona hambat di sekeliling reservoir sampel. Pengamatan didasarkan ada atau tidaknya zona hambatan pertumbuhan bakteri di sekeliling kertas cakram. Ada tiga macam teknik difusi yaitu, cara parit, cara lubang atau sumuran, dan cara cakram. Pada metode parit, media agar yang ditanami bakteri dibuat parit kemudian diisi dengan larutan yang mengandung zat antibakteri dan diinkubasi selama 18 - 24 jam pada suhu 37oC. Kemudian dilihat ada atau tidaknya zona hambatan di sekeliling parit (Balsam and Sagarin, 1972; Jawetz et al., 1986). Cara lubang yaitu pada media agar yang ditanami bakteri dibuat lubang atau dengan meletakan silinder besi tahan karat pada medium agar yang kemudian diisi dengan larutan yang mengandung zat antibakteri dan diinkubasikan selama 18 – 24 jam pada suhu 37oC dan dilihat ada atau tidaknya 27 zona hambatan di sekeliling silinder (Balsam and Sagarin, 1972; Jawetz et al., 1986). Untuk cara cakram, pada media agar yang ditanami bakteri diletakkan diatas kertas cakram yang mengandung zat antibakteri dan diinkubasikan selama 18 – 24 jam pada suhu 37oC, kemudian dilihat ada atau tidaknya zona hambatan disekeliling cakram. Cara lubang maupun cara cakram terdapat persamaan yaitu larutan akan berdifusi secara tiga dimensi. Sedangkan pada cara parit, sampel hanya berdifusi secara dua dimensi (Jawetz et al., 1986). Faktor-faktor yang mempengaruhi metode difusi adalah ketebalan agar, komposisi dari media agar, konsentrasi inokulum, suhu, dan waktu inkubasi. Ketebalan lapisan agar yang sedikit bervariasi akan menghasilkan efek dan besar zona hambat yang jauh berbeda. Oleh karena itu, diperlukan persamaan dalam tebalnya lapisan agar. Cawan petri yang digunakan harus benar-benar rata dan agar harus dituang pada posisi yang tepat. Media agar mempengaruhi besarnya zona hambatan dalam 3 cara yaitu: mempengaruhi aktivitas suatu antibakteri, mempengaruhi kecepatan difusi suatu sampel antibakteri, mempengaruhi kecepatan pertumbuhan bakteri. Aktivitas dari antibakteri dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti adanya kation dalam media, pH dari media dan adanya bermacam-macam zat antagonis. Kecepatan difusi dari obat ditentukan oleh kadar dari agar, kadar beberapa ion dalam media dan perpanjangan pengikatan elektrostatik antar sampel dan grup yang terionisasi di dalam media agar. Viskositas dari media juga mempengaruhi kecepatan difusi dan hal ini tergantung 28 juga pada waktu inkubasi. Kapasitas nutrisi dari media agar sangat ditentukan oleh panjangnya fasa lag dan waktu pertumbuhan untuk bakteri yang diteliti (Balsam and Sagarin, 1972; Jawetz et al., 1986). Konsentrasi inokulum yang besar akan memperkecil zona hambatan, sebab masa kritis sel akan tercapai dengan cepat. Suhu harus sesuai dengan suhu optimal untuk pertumbuhan bakteri pada suhu 37oC. Bila tidak sesuai maka akan mengakibatkan kecepatan pertumbuhan bakteri tidak sesuai sehingga jumlah bakteri yang diinginkan tidak akan tercapai. Suhu inkubasi yang rendah dapat memperbesar zona hambatan karena akan memperlambat pertumbuhan bakteri atau dapat juga memperkecil zona hambatan karena difusi sampel antibakteri berjalan lambat. Tetapi efek memperbesar zona hambatan lebih dominan. Lamanya waktu inkubasi harus merupakan waktu minimal yang diperlukan pertumbuhan normal dari bakteri percobaan. Perpanjangan waktu dapat menurunkan aktivitas dan dapat pula menimbulkan muatan resisten (Balsam and Sagarin, 1972; Jawetz et al., 1986). 2. Metode Dilusi Metode ini biasanya digunakan untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sampel antibakteri terhadap bakteri uji. Metode dilusi ini dilakukan dengan mencampurkan zat antibakteri dengan media yang kemudian diinokulasikan dengan bakteri. Pengamatannnya dengan melihat ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri (Lorian, 1980). 29 Berdasarkan media yang digunakan dalam percobaan, metode ini dibagi menjadi dua yaitu penipisan lempeng agar dan pengenceran tabung. Pada penipisan lempeng agar, zat antibakteri yang akan diuji dilarutkan lebih dahulu dalam air suling steril atau dalam pelarut steril lain yang sesuai. Kemudian dilakukan dengan pengenceran secara serial dengan kelipatan dua sampai kadar terkecil yang dikehendaki. Hasil pengenceran dicampur dengan medium agar yang telah dicairkan kemudian didinginkan pada suhu 45oC sampai 50oC. Setelah itu dituang ke dalam cawan petri steril, dibiarkan dingin dan membeku. Lalu diinkubasikan pada suhu 37oC selama 30 menit. Pada tiap cawan petri diinokulasikan dengan suspensi kuman yang mengandung kira-kira 105 sampai 106 sel kuman/mL. Untuk setiap seri pengenceran digunakan kontrol negatif. KHM yaitu konsentrasi terkecil dari obat yang menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga tabung kaldu dengan konsentrasi sampel antibakteri tersebut kelihatan jernih dan tidak memperlihatkan pertumbuhan bakteri bila dibandingkan dengan kontrol (Jawetz et al., 1986; Lorian, 1980). Pada pengenceran tabung, zat antibakteri dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, kemudian diencerkan dengan kaldu berturut-turut pada tabung-tabung yang disusun dalam satu deret terkecil yang dikehendaki, dengan metode Kerby Bauwer yang dimodifikasi. Tiap tabung yang berisi 1 mL campuran dengan berbagai kadar tersebut diinokulasikan dengan suspensi kuman yang mengandung kira-kira 105 sampai 106 sel kuman/mL. Diinkubasikan selama 18 sampai 24 jam pada suhu 37oC. Sebagai kontrol gunakan paling sedikit satu tabung cair dengan inokulum bakteri tersebut. Kedua cara tersebut biasanya digunakan dalam 30 penentuan Kadar Hambat minimal (KHM) (Lorian, 1980; Case and Johnson, 1984). III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai Mei 2016 di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik dan Laboratorium Biokimia Universitas Lampung. Analisis senyawa menggunakan spektrofotometer IR dilakukan di Laboratorium Instrumentasi FMIPA Universitas Islam Indonesia dan analisis senyawa menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Lampung. Analisis unsur dengan menggunakan analisis mikroelementer dilakukan di School of Chemical and Food Technology, Universiti Kebangsaan Malaysia. Sedangkan pengujian aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium Biokimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, neraca analitik, hot plate stirrer, kertas saring Whatman No. 42, desikator, spektrofotometer IR (karakterisasi), spektrofotometer UV-Vis, Microelemental analyzer (analisis 32 unsur). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah zat-zat kimia dengan PA (Pro Analysis) yang terdiri dari: trifeniltimah(IV) hidroksida, asam 2nitrobenzoat, asam 2-klorobenzoat, metanol, media agar NA (Nutrient Agar), streptomisin, aquabides, dan DMSO. C. Metode Penelitian Prosedur untuk sintesis senyawa R2Sn(OOCR)2 ataupun R3Sn(OOCR) dengan R alkil maupun fenil dilakukan berdasarkan prosedur yang telah dilakukan sebelumnya (Hadi et al., 2009; Hadi and Rilyanti, 2010; Hadi et al., 2012) yang merupakan adaptasi dari Szorcsik et al. (2002). Sedangkan prosedur uji aktivitas antibakteri dilakukan berdasarkan prosedur yang telah dilakukan oleh Windiyani (2015). 1. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV)-2-nitrobenzoat Senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida [(C6H5)3SnOH] sebanyak 1,101 gram direaksikan dengan asam 2-nitrobenzoat [(C6H4(COOH)NO2] sebanyak 0,527 gram dengan perbandingan mol 1:1 dalam 30 ml pelarut metanol p.a. dan direfluks dalam waktu 4 jam dengan pemanas pada suhu 58-60℃. Setelah reaksi sempurna, metanol p.a. diuapkan dan dikeringkan di dalam desikator sampai diperoleh kristal kering. Kristal hasil senyawa dengan rendemen tertinggi tersebut siap untuk dikarakterisasi dengan spektrofotometer IR (Sudjadi, 1985), 33 spektrofotometer UV-Vis dan dianalisis kandungan unsur C dan H dengan alat analisis mikroelementer serta diuji sifat antibakterinya terhadap bakteri Bacillus subtilis ITBCCB148. 2. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV)-2-klorobenzoat Senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida [(C6H5)3SnOH] sebanyak 1,101 gram direaksikan dengan asam 2-klorobenzoat [(C6H4(COOH)Cl] sebanyak 0,4695 gram dengan perbandingan mol 1:1 dalam 30 ml pelarut metanol p.a. dan direfluks dalam waktu 4 jam dengan pemanas pada suhu 58-60℃. Setelah reaksi sempurna, metanol p.a. diuapkan dan dikeringkan di dalam desikator sampai diperoleh kristal kering. Kristal hasil senyawa dengan rendemen tertinggi tersebut siap untuk dikarakterisasi dengan spektrofotometer IR (Sudjadi, 1985), spektrofotometer UV-Vis, dan dianalisis kandungan unsur C dan H dengan alat analisis mikroelementer serta diuji sifat antibakterinya terhadap bakteri Bacillus subtilis ITBCCB148. 3. Pengujian Bioaktivitas a. Penyiapan Media Uji Penyiapan media uji, dilakukan dengan pembuatan NA. Sebanyak 2,8 gram NA dilarutkan dalam 100 mL aquades kemudian dipanaskan dan disterilkan dalam autoclave pada temperatur 121°C dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. Media NA steril kemudian dituang sebanyak 15 mL/cawan ke dalam cawan petri yang 34 telah disterilisasi. Perlakuan tersebut dilakukan dalam Laminar Air Flow. Kemudian media didinginkan sampai memadat, jika tidak terlihat adanya kontaminan, maka media ini dapat digunakan untuk pengujian sampel. b. Uji Bioaktivitas Dengan Metode Difusi Agar Sebanyak 1 mata ose bakteri Bacillus subtilis ITBCCB148 diencerkan dengan 1 mL air salin kemudian digunakan sebagai suspensi bakteri. Kemudian suspensi bakteri tersebut dituangkan kedalam media uji dan diratakan menggunakan sprider (batang L). Sebanyak 3 kertas cakram diletakkan pada permukaan agar. Pada kertas cakram pertama diberikan senyawa awal, senyawa hasil sintesis dan ligan dengan variasi konsentrasi 100; 150; 200; 250; 300 ppm. Senyawa awal yang digunakan yaitu trifeniltimah(IV) hidroksida, sedangkan senyawa hasil sintesis terdiri dari trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat dan trifeniltimah(IV) 2klorobenzoat dan ligan yang terdiri dari ligan asam 2-nitrobenzoat dan asam 2klorobenzoat. Kertas cakram kedua diberikan kontrol negatif yaitu DMSO. Kertas cakram terakhir diberi larutan kontrol positif yaitu streptomisin kemudian diinkubasi selama 2-3 hari pada suhu 25-30 °C dan setelahnya diamati untuk melihat zona hambatnya. Senyawa yang memiliki konsentrasi penghambatan paling efektif akan kembali diuji dengan metode dilusi. 35 c. Uji Bioaktivitas Dengan Metode Dilusi Agar Dari hasil pengujian secara difusi didapatkan senyawa organotimah(IV) 2klorobenzoat yang memiliki konsentrasi penghambatan paling efektif kemudian senyawa tersebut dicampurkan ke dalam 15 mL media agar dengan variasi volume 0.5; 1; 1,5; 2 dan 2,5 mL. Kemudian campuran media dengan senyawa antibakteri disterilisasi menggunakan autovlave pada temperatur 121˚C dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. Suspensi bakteri Bacillus subtilis ITBCCB148 diratakan menggunakan sprider (batang L) kemudian diinkubasi pada suhu 2530ºC selama 24 jam. Senyawa kimia uji yang paling efektif adalah senyawa yang memiliki variasi volume kecil namun memiliki daya penghambat pertumbuhan bakteri yang besar. 57 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dari pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada hasil sintesis didapatkan senyawa trifeniltimah(IV) 2-nitrobenzoat dengan massa sebesar 1,29331 gram dan senyawa trifeniltimah(IV) 2klorobenzoat dengan massa sebesar 1,2505 gram sehingga diperoleh presentase rendemen masing-masing sebesar 90,43 % dan 82,44 %. 2. Hasil karakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer IR terdapat serapan C=O pada 1680,84 cm-1 untuk senyawa trifeniltimah(IV) 2nitrobenzoat dan 1583,22 cm-1 untuk senyawa trifeniltimah(IV) 2klorobenzoat yang menandakan terdapatnya gugus karbonil yang berasal dari senyawa hasil sintesis. Hasil karakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis terdapat transisi elektron π→π* dan n→π* trifeniltimah(IV) 2nitrobenzoat yaitu pada λmax 203,00 nm dan 290,00 nm serta trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat pada λmax 236,00 nm dan 290,00 nm. Hasil analisis menggunakan microelemental analyzer menunjukkan bahwa 58 senyawa hasil sintesis dikategorikan murni dengan perbedaan hasil mikroanalisis dengan perhitungan teori berkisar 1- 4 %. 3. Pada uji difusi yang telah dilakukan didapatkan bahwa senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat dengan konsentrasi 200 ppm yang paling efektif sebagai antibakteri sedangkan pada uji dilusi dilakukan menggunakan senyawa trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat dengan variasi volume 0,5;1;1,5;2 dan 2,5 mL dan diperoleh hasil trifeniltimah(IV) 2-klorobenzoat dengan volume 2,5 mL yang paling efektif sebagai antibakteri. Semakin besar volume senyawa antibakteri yang dicampurkan kedalam media maka semakin baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri B. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan saran untuk penelitian selanjutnya yaitu : 1. Melakukan rekristalisasi dan pengujian titik leleh pada senyawa hasil sintesis untuk mengetahui kemurnian senyawa yang dihasilkan. 2. Melakukan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan senyawa turunan organotimah(IV) lainnya. 3. Melakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri lainnya terutama pada bakteri gram negatif. 59 DAFTAR PUSTAKA Affan, M.A., S.W. Foo, I. Jusoh, S. Hanapi and E.R.T. Tiekink. 2009. Synthesis, characterization and biological studies of organotin(IV) complexes with hydrazone ligand. Inor. Chem. Acta. 362: 5031-5037. Alama, A., B. Tasso, F. Novelli and F. Sparatore. 2009. Organometallic compounds in oncologi: implications of novel organotins as antitumor agents. Drug Discov. Today. 14: 500-508. Blunden, S.J. and R. Hill. 1990. Bis(tributyltin) oxide as a wood preservative: Its conversion to tributyltin carboxylates in Pinus sylvestris. Appl. Orgomet. Chem. 4: 63-68. Balsam, M. S. and E. Sagarin. 1972. Cosmetics Science and Technology, 2nd ed. Bonire, J.J., G.A. Ayoko, P.F. Olurinola, J.O. Ehinmidu, N.S.N. Jalil, and A.A. Omachi. 1998. Synthesis and Antifungal Activity of Some Organotin(IV) Carboxylates. Metal-Based Drugs. 5 (4): 233-236. Caprette, D.R. 2007. Using a CauntingChamber. Lab Guides Rice University. Case, L.C., and R.T. Johnson. 1984. Laboratory Experiments in Microbiology. The Benjamin Cummings Publishing Company. Inc. California. pp. 161163, 211-213. Caslab, 2013. 2-Nitrobenzoic acid. www.caslab.com _CAS_552-16-9/diakses pada 20 Agustus 2015 pukul 20.15 WIB. Costech Analitical Technologies. 2011. Elemental Combiustion System CHNS. http//costech analytical.com/Diakses pada tanggal 28 Maret 2015 pukul 19.00 WIB. Cotton, F.A. dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Terjemahan oleh S. Suharto. UI Press. Jakarta. Cowan dan Steel’s. 1973. Manual for Identification of Medical Bacteria. Second Ed. Cambridge Univ. Press. 60 Crueger, W. and A.Crueger. 1984. Biotechnology: A Textbook Of Industrial Microbiology. Editor Brock, Thomas D. Sci. Inc. United Stated of America. Dainith, J. 1990. Kamus Lengkap Kimia (Oxford). Erlangga. Jakarta. Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta. Fessenden J. dan R. Fessenden. 1982. Kimia Organik Dasar. Jilid-1. Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta. Gielen, M., M. Biesemans, D. Vos and R. Willem, 2003. Synthesis, characterization and in vitro antitumor activity of di- and triorganotin of polyoxa- and biologically relevant carboxylic acids. J. Inorg. Biochem., 79: 139-145. Gleeson, B., J. Claffey, D. Ertler, M. Hogan and H. Muller-Bunz, F. Paradisi, D. Wallis, M. Tacke. 2008. Novel organotin antibacterial and anticancer drug. Polyhedron. 27: 3619-3624. Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Diterjemahkan oleh Julius E.S. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal 261-265. Hadi , S., B. Irawan and Efri. 2008. The Antifungal Activity Test Of Some Organotin(IV) Carboxylates. J. Appl. Sci. Res. 4 (11): 1521-1525. Hadi, S., M. Rilyanti, Nurhasanah. 2009. Comparative Study on the Antifungal Activity of Some Di- and Tributyltin(IV) Carboxylate Compounds. Mod. Appl. Sci. 3 (2): 12-17. Hadi, S. and M. Rilyanti. 2010. Synthesis and In Vitro Anticancer Activity Of Some Organotin(IV) Benzoate Compounds. Ori. J. Of Chem. 26 (3): 775:779. Hadi, S., M. Rilyanti and Suharso. 2012. Invitro activity and comparative studies of some organothin(IV) benzoate derivatives against leukemic cancer cell, L-1210. Indo. J. Chem. 12 (2): 172-177. Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Bandung: CV.Yrama Widya. Jawetz, E., L.J. Melnick, dan A.E. Adelberg. 1986. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan ed 16, terjemahan Tonang, H. EGC Penerbit Buku kedokteran. Jakarta. hal. 31, 34, 145-147, 150-152 61 Jawetz, E. and M. Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Ke-3. Alih Bahasa : Huriwati Hartanto dkk. Penerbit Buku Kedokteran ECG.Jakarta. Kang, W., X. Wu and J. Huang, 2009. Synthesis, crystal structure and biological activities of four novel tetranuclear di-organotin(IV) carboxylates. J. Organo.Chem. 694: 2402-2408. Lorian, V. 1980. Antibiotics in Laboratory Medical. Wiliam and Wilkins Co., Baltimore. London, hal. 1-22, 170-178, 511-512. Madigan, M. T. and J. Martinko. 2006. Brock Biology of Microorganisms. Eleventh edition. By Pearson Education, Inc. Pearson Prentice Hall. USA. divison of Wiley and Sons Inc., New York, London, Sydney, Toronto. 1972. hal. 641-645. Mahmood, S., S. Ali, M.H. Bhatti, M. Mazhar, and R. Iqbal. 2003. Synthesis, Characterization, and Biological Applications of Organotin(IV) Derivates of 2-(2-Fluoro-4-biphenyl) Propanoid Acid. Turkish Journal of Chemistry. 27: 657-666. Maiti, A., A.K. Guha and S. Ghosh, 1988. Ligational behavior of two biologically actives N-S donors toward oxovanadium(IV) ion and potentiation of their antibacterial activities by chelation to. J. Inorg. Biochem. 33: 57-65. Manav, N., N. Ghandhi and N.K. Kaushik, 2000.Some tribenzyl tin(IV) complexes with thiohydrazides and thiodiamines. Synthesis, characterization and thermal studies. J. Therm. Anal. Calorom. 61: 127134. Mohan, M., A. Agarwal, and N.K. Jha. 1988. Synthesis, characterization, and antitumor properties of some metal complexes of 2,6-diacetylpyridine bis(N4- azacyclic thiosemicarbazones). J. Inorg. Biochem. 34: 41-54. Microbe Library. 2006. Bacillus. www. MicrobeLibrary.org. Diakses pada tanggal 18 Agustus 2015 pukul 19.20 WIB. Nopitasari. 2015. Sintesis, Karakterisasi, Serta Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Organotimah(IV) 3-Nitrobenzoat Pada Bakteri Gram Positif Bacillus Subtilis (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Pellerito, L. and L. Nagy. 2002. Organotin (IV)n+ Complexes Formed with Biologically Active Ligands: Equilibrium and Structural Studies and Some Biological Aspect. Coor. Chem. Rev. 224: 111–50. Pelczar M.J and E.C.S Chan. 1986 Dasar-dasar mikrobiologi 2. Diterjemahkan oleh Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. hal. 489-522. 62 Petruci, R.H. 1999. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta. Radji, M. 2011. Mikrobiologi. Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. Ruan, B., Y. Tian, H. Zhou, J. Wu, R. Hu, C. Zhu, J. Yang, H. Zhu. 2011. Synthesis, characterization and in vitro antitumor activity of three organotin(IV) complexes with carbazole ligand. Inor. Chem. Acta. 365: 302-308. Sigma, 2014. 2-chloro benzoic acid. Product Information. sigma-aldrich.com. Missouri, USA diakses pada tanggal 20 Agustus 2015 pukul 20.00 WIB Setyaningsih, I. 2004. Resistensi Bakteri dan Antibiotik Alami dari Laut. Makalah Falsafah Sains. IPB. Bogor. Singh, N.K., A. Srivastava, A. Sodhi, and P. Ranjan. 2000. In vitro and in vivo antitumour studies ofa new thiosemicarbazide derivative and its complexes with 3d-metal ions. Transit. Metal Chem. 25: 133-140. Singh, R. and N.K. Kaushik. 2008. Spectral and thermal studies with anti-fungal aspects of some organotin(IV) complexes with nitrogen and sulphur donor ligands derived from 2-phenylethylamine. Spec. Acta Part A: Mol. Biomol. Spectr. 71: 669-675. Sudjadi. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta. Sukidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Suwandi, U. 1992. Mekanisme Kerja Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No. 76 Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma. Jakarta. Pp 5659 Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta. Hlm 251-252. Szorcsik, A., L. Nagy, L. Pellerito, T. Yamaguchi, and K. Yoshida. 2002. Preparation and Structural Studies of Organotin(IV) Complexes Formed with Organic Carboxylic Acids. J. Rad. and Nuc.Chem. 256 (1): 3-10. Tayer, J. 1988. Organometallic Chemistry and Overview. VCH Publisher Inc/ United State. Page 7, 12, 14. Todar, K. 2009. Antimicrobial Agents Used in the Treatment of Infectious Disease. www.textbookofbacteriology.net. Diakses pada tanggal 23 Maret 2015 pukul 20.20 WIB. 63 Vincent, G. 1987. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-3. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Hal 514-520, 588-592. Volk, W.A and M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Wheelis, M.L. 2007. Towards a Natural System of Organisms: Proposal for the Domains Archaea, Bacteria, and Eukarya, Proceeding of the National Academy of Sciences, U.S.A, 87, 4576. Wilkinson, G. 1982. Compreherensive Organometalic Chemistry. International Tin Research Institude, Publication No.618, Pergamon Press. Windiyani, Melli. 2015. Sintesis, Karakterisasi, dan Uji aktivitas biologis beberapa senyawa turunan organotimah(IV) 4-nitrobenzoat sebagai antibakteri pada bakteri bacillus sp (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Wu, X,. W. Kang, D. Zhu, C. Zhu and S. Liu. 2009. Synthesis, crystal structure and biological activitiesof two novel organotin(IV) complexes constructed from 12-(methylbenzoyl)-9,10-dihydro-9,10ethanoanthracene- II-carboxylic acid. J. Organo. Chem. 694: 2981-2986. Wongsa, P. and P. Werukhamkul. 2007. Product Development and Technical Service, Biosolution International. Bangkadi Industrial Park. Thailand. 134/4.