BAB II BAHAN RUJUKAN 2.2 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan rutin maupun keputusan stategi. Dalam hal ini, pengumpulan, penyajian dan analisis informasi dalam kaitannya dengan biaya dan manfaat sangat membantu manajemen dalam penyelesaikan tugas-tugasnya. 2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai berikut: Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Sedangkan menurut Drs. Mursyidi, S.E., M.Si (2008:11) bahwa akuntansi biaya sebagai berikut: Akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan biaya pabrikasi, dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadap hasilhasilnya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan suatu proses cabang akuntansi yang mencatat, menggolongkan, memeriksa, dan melaporkan kepada manajemen mengenai informasi biaya dan produksi laporan biaya ini disajikan untuk membantu pengambilan keputusan. 2.2.2 Tujuan Akuntansi Biaya Tujuan akuntansi biaya dikemukakan oleh Mulyadi (2009:7) adalah sebagai berikut: Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok: penentuan kos produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus. Menurut Drs. Mursyidi, S.E., M.Si (2008:11) mendefinisikan tujuan akuntansi biaya sebagai berikut: Akuntansi biaya merupakan suatu sistem dalam rangka mencapai tujuan utama, mengendalikan yaitu: biaya, menentukan memberikan harga informasi pokok produksi, sebagai dasar pengambilan keputusan tertentu. Maka dari definisi diatas bahwa tujuan akuntansi biaya adalah untuk menentukan harga pokok produksi, mengendalian biaya, serta memberikan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan tertentu. 2.3 Biaya 2.1.2 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan harga pokok produksi dan harga jual produk. Dalam akuntansi dikenalkan dua istilah, yaitu cost dan expense. Kedua istilah ini sering disamakan walaupun sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Menurut Drs. Mursyidi, S.E., M.Si (2008:14) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang. Sedangkan definisi biaya (cost) menurut Mulyadi (2009:8) adalah: Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Jadi biaya (cost) adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang untuk tujuan tertentu. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di atas: 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi. 2. Diukur dalam satuan uang. 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi. 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan perusahaan. Menurut Drs. Mursyidi, S.E., M.Si (2008:14) bahwa beban (expense) didefinisikan sebagai berikut: Beban (expense) adalah biaya yang telah terjadi (expried cost) yang dikurangkan dari penghasilan atau dibebankan pada periode yang bersangkutan, dimana pengorbanan terjadi. Jadi beban (expense) adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi didalam proses pencarian pendapatan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya (cost) dapat memberikan manfaat untuk kegiatan masa yang akan datang. Sedangkan beban (expense) tidak dapat memberikan manfaat pada masa yang akan datang. 2.2.2 Klasifikasi Biaya Tujuan akhir akuntansi biaya dalam menyediakan informasi tentang biaya untuk manajemen guna membantu mereka didalam mengelola perusahaan atau departemennya. Manajemen didalam mengelola perusahaan atau departemennya memerlukan data biaya yang akurat. Biaya yang akurat memungkinkan dapat ditentukan harga pokok produk secara teliti dan tepat untuk menentukan harga pokok secara teliti maka biaya perlu diklasifikasikan atau digolongkan, sehingga dapat dipisahkan antara biaya produksi dan bukan biaya produksi. Klasifikasi biaya menurut Mulyadi (2009:13) adalah: Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: different costs for different purposes. Biaya dapat digolongkan menurut: 1. Objek pengeluaran. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan. 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. 4. Perilaku biaya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan. 5. Jangka waktu manfaatnya. A. Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar . Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam perusahaan kain adalah sebagai berikut: biaya pemintalan, biaya zat warna, biaya depresiasi mesin, biaya listrik, biaya gaji dan upah, biaya asuransi. B. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu, dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: 1. Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contoh: biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. 2. Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembelian, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample). 3. Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan Bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia, dan biaya fotocopy. C. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan suatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: 1. Biaya Langsung (Direct Cost). Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasi dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen pemeliharaan merupakan biaya langsung departemen bagi departemen pemeliharaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tersebut, merupakan biaya langsung bagi departemen tersebut. 2. Biaya Tidak Langsung (Undirect Cost). Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contohnya adalah biaya yang terjadi di departemen pembangkit tenaga listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan maupun untuk menggerakkan mesin dan ekuipmen yang mengkonsumsi listrik, biaya listrik yang diterima dari alokasi biaya departemen pembangkit tenaga listrik merupakan biaya tidak langsung departemen. D. Penggolongan Biaya Menurut Perilaku Biaya dalam Hubungan dengan Perubahan Volume Kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi: 1. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan bakar, biaya lembur dan sebagainya. 2. Biaya Semivariabel Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Contohnya adalah biaya inspeksi, biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik, biaya departemen penggajian, dan sebagainya. 3. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya adalah biaya depresiasi, biaya gaji supervisor, biaya gaji satpam, biaya asuransi properti, biaya pemeliharaan dan perbaikan gedung, gaji direktur produksi dan sebagainya. E. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: 1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures) Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai cost, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau dideplasi. Contoh: biaya perbaikan gedung yang relatif besar yang masa manfaatnya lebih dari 1 tahun. 2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures) Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh: biaya servis kendaraan rutin, biaya gaji, biaya pemeliharaan mesin fotocopy, dan sebagainya. 2.4 Biaya Bahan Barang yang dikonsumsi perusahaan dapat digolongkan ke dalam bahan (material) dan barang bukan barang. Bahan adalah barang yang akan diproses menjadi produk selesai atau barang yang akan menjadi produk jadi merupakan bagian dari produk selesai. Bahan dapat digolongkan kedalam bahan baku (direct material) dan bahan penolong (indirect material). 1. Bahan baku (direct material) Menurut Mulyadi (2009:275) mendefinisikan bahan baku, sebagai berikut: Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengolahan sendiri. Contoh bahan baku: kayu jati untuk pembuatan meja, kain untuk pembuatan baju, dan lain-lain. 2. Bahan penolong (indirect material) Bahan penolong adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai dan pemakaiannya tidak dapat diikuti jejaknya atau manfaatnya pada produk selesai tertentu. Contoh: untuk pembuatan meja (plitur, paku, skrup), untuk pembuatan baju (kancing, benang, manik-manik). 2.4 Biaya Bahan Baku 2.4.1 Karakteristik Bahan Baku Bahan baku adalah bahan dasar yang dikelolah menjadi produk selesai. Bahan baku dapat dibagi menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Ciri bahan baku langsung: 1. Mudah ditelusuri ke produk selesai. 2. Merupakan bahan utama produk selesai. 3. Dapat diidentifikasi langsung ke proses produksi setiap produk. Bahan baku tidak langsung adalah selain bahan baku langsung yang digunakan dalam proses produksi dan biaya ini di pandang sebagai biaya overhead. 2.4.2 Pembelian Bahan Baku Dalam pembelian bahan baku terdapat lima prosedur yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Permintaan pembelian Merupakan pesanan tertulis yang ditujukan ke departemen pembelian sebagai permintaan kebutuhan bahan, formulir ini dibuat rangkap tiga, yaitu: a. Rangkap pertama ditujukan ke departemen pembelian, 2. b. Rangkap kedua dikirimkan ke bagian yang mengajukan permintaan, c. Terakhir sebagai arsip. Pesanan pembelian Merupakan permintaan tertulis ke supplier bahan, yang dikirim oleh departemen pembelian. Dalam pesanan pembelian memuat : jumlah bahan yang diminta, harga dan syarat-syarat pembelian. Formulir dibuat rangkap empat,yaitu: 3. a. Rangkap pertama dikirim ke supplier, b. Rangkap kedua dikirim ke departemen akuntansi, c. Rangkap ketiga dikirim ke departemen permintaan, d. Terakhir ditahan pada departemen pembelian. Penerimaan Bahan Merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh departemen penerimaan bahan. Formulir ini dibuat rangkap empat, yaitu: 4. a. Rangkap pertama dikirim ke departemen pembelian, b. Rangkap kedua dikirim ke departemen akuntansi, c. Rangkap ketiga dikirim ke departemen pergudangan, d. Rangkap keempat untuk departemen penerimaan bahan. Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang Bagian penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima dari pemasok kepada bagian gudang. Bagian gudang menyimpan bahan baku tersebut dan mencatat jumlah bahan baku yang diterima dalam kartu gudang (stock card) pada kolom masuk . Kartu gudang ini gunakan oleh bagian gudang untuk mencatat mutasi tiap-tiap jenis barang gudang. Kartu gudang hanya berisi informasi kuantitas tiap-tiap jenis barang yang disimpan di gudang dan tidak berisi informasi mengenai harganya. Catatan dalam kartu gudang ini diawasi dengan catatan yang diselenggarakan oleh bagian akuntansi yang berupa kartu persediaan (sebagai rekening pembantu persediaan). Bagian gudang di samping mencatat mutasi barang gudang dalam kartu gudang, juga mencatat barang dalam kartu barang (inventory tag), yang ditempelkan atau digantungkan pada tempat penyimpanan masing-masing jenis barang. 5. Pencatatan Utang yang Timbul dari Pembelian Bahan Baku Bagian pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok. Bagian pembelian memberikan tanda tangan di atas faktur pembelian, sebagai persetujuan bahwa faktur dapat dibayar karena pemasok telah memenuhi syarat-syarat pembelian yang ditentukan oleh perusahaan. Faktur pembelian yang telah ditandatangani oleh bagian pembelian tersebut diserahkan kepada bagian akuntansi. Dalam transaksi pembelian bahan baku, bagian akuntansi memeriksa ketelitian perhitungan dalam faktur pembelian dan mencocokannya dengan informasi dalam tembusan surat order pembelian yang diterima dari bagian pembelian dan laporan penerimaan barang yang diterima dari bagian penerimaan. Faktur pembelian, yang dilampiri dengan tembusan surat order pembelian dan laporan penerimaan barang dicatat oleh bagian akuntansi dalam jurnal pembelian. Setelah dicatat dalam jurnal pembelian, faktur pembelian beserta dokumen pendukungnya tersebut dicatat dalam kartu persediaan (sebagai rekening pembantu persediaan bahan baku). 2.4.3 Panentuan Biaya Bahan Baku 2.4.3.1 Metode Penentuan Harga Pokok Bahan Baku Dalam satu periode akuntansi sering kali terjadi fluktuasi harga, maka harga beli bahan baku juga berbeda dari pembelian yang satu dengan pembelian yang lain. Oleh karena itu, persediaan bahan baku yang ada di gudang mempunyai harga pokok per satuan yang berbeda-beda, meskipun harganya sama. Hal ini menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan berbagai macam metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi (material costing methods), di antaranya adalah: a. Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method) Setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberikan tanda pada harga pokok per satuan. Setiap pembelian bahan baku yang harga per satuannya berbeda dengan harga per satuan bahan baku yang sudah ada di gudang, harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Tiap-tiap jenis bahan baku yang ada di gudang jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokok per satuannya secara tepat. Kesulitan yang timbul terletak dalam penyimpanan bahan baku di gudang. Meskipun bahan bakunya sama, namun jika harga pokok persatuannya berbeda, bahan baku tersebut harus disimpan secara terpisah, agar mudah diidentifikasi pada saat pemakaian. Metode ini yang paling teliti dalam penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi, tetapi sering kali tidak praktis. Metode ini sangat efektif dipakai apabila bahan baku yang dibeli bukan merupakan barang standar dan dibeli untuk memenuhi pesanan tertentu. b. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First-in, First-out Method) Metode masuk pertama, keluar pertama menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku, anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi. Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pembelian dicatat dalam jurnal pembelian, yaitu: Persediaan Bahan Baku xxx Utang Dagang xxx Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pemakaian bahan baku dicatat dalam jurnal umum atau jurnal pemakaian bahan baku dengan jurnal sebagai berikut: Barang Dalam Proses Biaya Bahan Baku Persediaan Bahan Baku xxx xxx Pemakaian bahan baku ini dicatat pula dalam kartu persediaan pada kolom persediaan . c. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last-in, First-out Method) Metode ini menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama yang dipakai dalam produksi. d. Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Avarage Method) Dalam metode ini, persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada digudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yang baru. e. Metode Biaya Standar (Standard Cost Method) Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalm kartu persediaan sebesar harga standar (standard price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Harga standar merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku dibebankan kepada produk pada harga standar tersebut. Jurnal yang dibuat pada saat pembelian bahan baku adalah sebagai berikut: Persediaan Bahan Baku (Kuantitas X Harga Standar) xxx Selisih Harga xxx Untuk mencatat bahan baku yang dibeli sebesar harga standar Selisih Harga xxx Utang Dagang xxx Untuk mencatat harga sesungguhnya bahan baku yang dibeli. Pemakaian bahan baku dalam produksi dicatat sebesar hasil kali kuantitas bahan baku sesumgguhnya yang dipakai dengan harga standarnya dan dijurnal sebagai berikut: Barang Dalam Proses Biaya Bahan Baku xxx Persediaan Bahan Baku xxx Jurnal yang dibuat pada saat pemakaian bahan baku adalah sebagai barikut: Barang Dalam Proses Biaya Bahan Baku xxx Persediaan Bahan Baku xxx Untuk mencatat pemakaian bahan baku sebesar kuantitas x harga standar. f. Metode Rata-Rata Harga Pokok Bahan Baku pada Akhir Bulan Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di gudang. Harga pokok rata-rata per satuan ini kemudian digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku dipakai dalam produksi dalam bulan berikutnya. 2.4.1.2 Metode Pencatatan Biaya Bahan Baku Ada dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi: 1. Metode mutasi persediaan (Perpetual inventory method) Dalam metode ini, setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan. Metode mutasi persediaan digunakan dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan. 2. Metode persediaan fisik (Physical inventory method) Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan bahan baku dari pembelian yang dicatat. Metode ini digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses. Untuk mengetahui berapa biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi, harus dilakukan dengan cara menghitung sisa persediaan bahan baku yang masih ada di gudang pada akhir periode akuntansi. Harga pokok persediaan awal bahan baku ditambah dengan harga pokok bahan baku yang dibeli selama periode dikurangi dengan harga pokok bahan baku yang masih ada pada akhir periode merupakan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi selama periode yang bersangkutan. 2.5 Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik merupakan elemen biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, dan memiliki banyak macam macam biayanya. Dikaitkan dengan produk atau kegiatan pengadaan jasa sebagai upaya untuk merealisasikan pendapatan, biaya overhead memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung, yaitu: a. Biaya overhead merupakan biaya produksi tidak langsung Disebut biaya tidak langsung karena tidak dapat atau sulit ditelusuri kepada unit-unit produksi atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. b. Biaya overhead merupakan biaya bergabung Disebut biaya bergabung biaya produk yang dihasilkan perusahaan lebih dari satu jenis produk, sehingga biaya tersebut manfaatnya dinikmati semua produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. 2.5.1 Metode Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Ada dua pendekatan yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada seluruh produk yang dihasilkan secara adil, yaitu: a. Berdasarkan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi Bila perusahaan menggunakan sistem biaya historis (historical cost system) maka overhead pabrik dapat dibebankan kepada produk berdasarkan biaya sesungguhnya terjadi yaitu setelah proses produksi selesai atau pada akhir periode. Tetapi hal dapat menyebabkan fluktuasi pada biaya per unit untuk produk yang dibuat pada periode berbeda, sehubung dengan perubahan unit yang diproduksi. b. Berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka Bila perusahaan menggunakan sistem biaya ditentukan dimuka atau sistem biaya normal, perusahaan harus menentukan tarif overhead pabrik sebelum proses produksi berlangsung, sehingga untuk menentukan biaya overhead yang dibebankan kepada produk caranya mengalikan suatu tarif overhead pabrik dengan kapasitas produksi sesungguhnya. 2.5.2 Faktor Faktor yang Dipertimbangkan dalam Memilih Tarif Overhead Pabrik Sebelum menentukan tarif biaya overhead pabrik dilakukan, faktor faktor yang dipertimbangkan dalam memilih tarif overhead pabrik yaitu menaksir/membuat anggaran biaya overhead pabrik, memilih basis kegiatan dan memilih tingkat kegiatan pabrik. a. Menaksir biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik ditaksir dengan menyusun anggaran semua unsur biaya yang diperkirakan akan dikeluarkan untuk memenuhi kapasitas produksi tersebut. Biaya overhead pabrik tersebut dapat berupa biaya tetap dan biaya variabel dan terdapat biaya overhead pabrik tidak langsung yang harus didistribusikan terlebih dahulu. b. Memilih basis kegiatan Dasar penetapan tarif overhead yang ditentukan dimuka dapat berupa ukuran volume berbasis aktivitas. Pertimbangan penting dalam menentukan dasar penetapan adalah hubungan yang erat dengan perilaku biaya overhead pabrik total. Jika tidak, maka dapat timbul ketidaksesuaian antara overhead yang dibebankan dengan overhead pabrik yang terjadi. Berbasis kegiatan yang biasa digunakan dapat dipilih salah satu dari beberapa basis berikut ini: 1. Unit yang diproduksi Membagi anggaran atau estimasi overhead pabrik dengan estimasi yang di produksi. Faktur ini digunakan dalam membebankan biaya overhead pabrik kepada produk. Apabila produk yang dihasilkan hanya terdiri dari satu jenis maka faktor ini dapat digunakan secara memuaskan. 2. Biaya bahan langsung Biaya bahan langsung adalah membagi anggaran atau estimasi overhead pabrik dengan estimasi bahan langsung. Penggunaan tarif overhead pabrik yang didasarkan pada biaya bahan langsung berbeda dengan penentuan tarif berdasarkan unit, jam kerja langsung maupun jam mesin, dimana pada metode ini tarif overhead pabrik didasarkan pada prosentase per bahan langsung yang sama dengan metode berdasarkan jam tenaga kerja langsung. 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung adalah membagi anggaran atau estimasi overhead pabrik dengan estimasi biaya tenaga kerja langsung. Metode ini lebih banyak digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada suatu produk atau pekerjaan. 4. Jam Tenaga Kerja Langsung Jam tenaga kerja langsung adalah membagi anggaran biaya overhead pabrik dengan jumlah jam kerja langsung. Metode ini digunakan untuk menyempurnakan metode berdasarkan tenaga kerja langsung. 5. Jam Mesin Jam mesin adalah membagi anggaran biaya overhead pabrik dengan anggaran jam mesin. Metode jam mesin ini dapat digunakan membebankan biaya overhead pabrik ke pekerjaan atau produk apabila suatu perusahaan dalam operasi produksi lebih banyak menggunakan mesin, maka dasar yang paling tepat digunakan dalam menetapkan tarif kepada produk ataupun pekerjaan adalah menggunakan jam mesin. c. Memilih tingkat kegiatan Tingkat kegiatan produksi dapat diperkitakan atau dirancang dengan baik bila perusahaan mempunyai data yang cukup akurat mengenai kemampuan pabrik dimasa yang akan datang. Secara umum terdapat empat macam kapasitas yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan kapasitas atau tingkatan produksi dalam periode yang akan datang, yaitu: 1. Kapasitas teoritis (Ideal) Kapasitas maksimum yang dapat dicapai oleh perusahaan tanpa mempertimbangkan hambatan hambatan. 2. Kapasitas praktis (Realistis) Kapasitas ini menghitung tingkat kapasitas yang dapat dicapai dengan mempertimbangkan hambatan hambatan intern. 3. Kapasitas normal Kapasitas ini menghitung tingkat kapasitas yang dapat dicapai dengan mempertimbangkan hambatan hambatan intern dan ekstern. 4. Kapasitas harapan Kapasitas ini didasarkan kepada taksiran produksi pada suatu periode kapasitas harapan hanya digunakan kapasitas normal sulit dihitung. 2.6 Biaya Standar Dengan demikian berkembangnya perusahaan maka diperlukan adanya alat pengendalian biaya yang efektif dan efisien. Pengendalian biaya akan membantu manajemen untuk melaksanakan perbaikan atas penyimpangan-penyimpangan antara biaya sesungguhnya dengan biaya yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu alat pengendalian yang sering digunakan adalah biaya standar. 2.6.1 Pengertian Biaya Standar Pedoman yang dapat diandalkan untuk menukar dan mengendalikan biaya didasarkan atas penelitian dan analisis yang seksama mengenai berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan operasi dengan metode yang sebaik-baiknya disebut dengan standar. Pengertian biaya standar menurut Mulyadi (2009:387), yaitu: Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu-satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Sedangkan biaya standar menurut Armanto Witjaksono (2006:115) sebagai berikut: Biaya standar adalah patok duga yang secara efektif dan efisien ditetapkan dimuka untuk biaya-biaya yang seharusnya dikonsumsi oleh suatu produksi. Jadi biaya standar merupakan biaya yang ditetapkan dimuka sebagai target yang dituju sekaligus dapat digunakan untuk mengukur biaya yang sesungguhnya terjadi. 2.6.2 Manfaat dan Kelemahan Biaya Standar Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat yang penting di dalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sistem ini memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan yang lain. Manfaat biaya standar bagi perusahaan untuk: a. Pengawasan biaya b. Penetapan harga pokok c. Perencanaan budget d. Pemeliharaan catatan Sebagai alat pengendalian biaya. Biaya standar memberikan suatu tolak ukur untuk menilai aktivitas perusahaan dengan cara membandingkan hasil pelaksanaan standar yang telah ditetapkan, sehingga dapat diketahui besarnya penyimpangan yang terjadi untuk analisis dan diambil tindakan koreksi secepatnya. Dengan tolak ukur ini manajemen dapat meningkatkan efisiensi operasi melalui pengarahan aktivitas perusahaan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Walaupun banyak manfaat yang diperoleh menurut Mulyadi (2009:389), biaya standar ini tetap memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu: a. Tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat. Meskipun telah ditetapkan dengan jelas standar apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi tidak ada jaminan bahwa standar telah ditetapkan dalam perusahaan secara keseluruhan dengan keketatan atau kelonggaran efektif sama. b. Seringkali standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak fleksibel, meskipun dalam jangka waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan perbaikan standar jarang sekali dilakukan. Perubahan standar menimbulkan masalah persediaan. Jika standar sering diperbaiki, hal ini kurang efisiensinya standar tersebut sebagai alat pengukur pelaksanaan. Tetapi jika tidak diadakan perbaikan standar, padahal telah terjadi perubahan yang berarti dalam produksi, maka akan terjadi pengukuran pelaksanaan yang tidak tepat dan tidak realitis. 2.6.3 Penetapan Biaya Standar Biaya standar umumnya menyangkut biaya produksi, karena hubungan input dan output yang lebih jelas, sehingga biaya standar produksi meliputi: 1. Biaya Standar Bahan Baku Biaya standar bahan baku adalah bahan baku yang seharusnya terjadi dalam pengelolaan satu unit produk. Dalam menentukan biaya standar bahan baku untuk mengolah satu unit tertentu dua faktor, yaitu: 1) Standar harga bahan baku, yaitu harga bahan baku per unit yang seharusnya terjadi didalam pembelian bahan baku. 2) Standar kuantitas bahan baku, yaitu kuantitas bahan baku yang seharusnya dipakai dalam pengelolaan satu - satuan produk tertentu. Dengan rumus: Biaya Standar Bahan Baku = Kuantitas Standar x Harga Standar 2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Biaya standar tenaga kerja langsung adalah biaya yang seharusnya terjadi dalam pengelolaan satu unit produk dalam menentukan biaya standar TKL untuk mengolah satu unit produk tertentu terdapat dua faktor, yaitu: 1) Standar tarif upah langsung adalah tarif upah yang seharusnya terjadi untuk setiap perubahan dalam pengelolaan produk tertentu. 2) Standar waktu (Jam Kerja Langsung) adalah jam/waktu yang seharusnya dipakai dalam pengelolaan satu satuan produk. Dengan rumus: Biaya Standar TKL = Jam TKL Standar x Tarif Upah Standar 3. Biaya Standar Overhead Pabrik Manfaat utama kapasitas normal yaitu tarif biaya-biaya standar overhead, meliputi unsur biaya overhead pabrik variabel tetap adalah untuk penentuan harga pokok produk dan perencanaan agar tarif biaya standar overhead dapat bermanfaat untuk mengendalikan biaya, maka tarif ini harus dipisahkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk berapa taksiran kapasitas. Ada perbedaan pokok antara tarif biaya standar overhead pabrik untuk membuat anggaran fleksibel. Tarif biaya standar overhead pabrik untuk biaya tetap dan biaya variabel dalam satuan yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai akibatnya dalam tarif biaya overhead pabrik semua biaya overhead pabrik diperlukan sebagai biaya variabel. Dilain pihak anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan biaya variabel, serta memperlakukan biaya overhead tetap sebagai yang jumlah totalnya tetap dalam volume tertentu. Dengan rumus: Biaya Standar Overhead Pabrik = Taksiran Biaya Overhead Pabrik Per Bulan Jumlah Produk yang akan Dihasilkan Per Bulan 2.7 Biaya Sesungguhnya (Aktual) Setiap produk (barang atau jasa) yang akan dijual harus mempunyai harga jual. Harga jual produk harus lebih besar dari harga pokok produk. Harga pokok dapat dihitung/ditentukan dimuka sebelum produksi dimulai atau dapat juga ditentukan ketika produksi telah selesai. Karena itu, suatu sistem akumulasi biaya (baik itu sistem biaya pesanan maupun sistem biaya proses) dapat dipakai untuk penetapan harga pokok dimuka. Biaya sesungguhnya atau biaya historis adalah biaya yang diakumulasikan selama proses-proses produksi dengan mempergunakan metode harga pokok historis yang lazim sebagai biaya-biaya yang ditentukan dimuka sebelum proses produksi. 2.8 Analisis Penyimpangan Biaya Sesungguhnya dari Biaya Standar Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari analisis ini diselidiki penyebab terjadinya penyimpangan, kemudian dicari jalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan. Analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berbeda dengan analisis selisih biaya overhead pabrik. Dalam analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung hanya dikenal dua macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standar, sedangkan dalam analisis selisih biaya overhead pabrik dikenal tiga macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya, kapasitas standar, dan kapasitas normal (kapasitas yang terakhir ini digunakan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik). Analisis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: A. Analisis selisih biaya Analisa selisih biaya adalah suatu cara untuk mengetahui adanya penyimpangan antara biaya standar dengan realisasinya, dan dengan adanya analisa selisih biaya ini, perusahaan dapat mengetahui sebab-sebab penyimpangan yang terjadi, sehingga manajer perusahaan dapat mengambil suatu kebijakan dan tindakan untuk mengetahui penyimpanga-penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan biaya produksi meliputi: 1. Selisih Biaya Bahan Baku Ada dua macam selisih biaya bahan baku, yaitu : a. Selisih harga bahan baku. Penyebab terjadinya selisih harga bahan baku adalah 1) Kontrak atau syarat pembelian yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. 2) Perubahan-perubahan harga pasar yang tidak diperkirakan sebelumnya. 3) Biaya angkutan yang diperkirakan terlalu rendah atau terlalu tinggi. 4) Kekeliruan dalam memperkirakan jumlah potongan pembelian (purchase discount). 5) Tepat atau tidak tepatnya saat pembelian. b. Selisih kuantitas bahan baku (materials quantity variance) Selisih kuantitas bahan baku disebabkan karena: 1) Penggunaan kualitas bahan yang berbeda atau pemakaian bahan substitusi. 2) Adanya pengawasan atau tidak adanya pengawasan terhadap pemborosan pemakaian bahan. 3) Operasi pabrik yang efisien atau tidak efisien sebagai akibat tidak adanya pengawasan penggunaan peralatan pabrik. 4) Penyimpangan hasil bahan baku yang diolah. 2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Ada dua macam selisih biaya tenaga kerja, yaitu: a. Selisih tarif upah langsung Selisih tarif upah langsung disebabkan oleh: 1) Telah digunakan tenaga kerja langsung dengan golongan tarif upah yang berbeda dengan standar untuk pekerja tertentu. 2) Karyawan yang baru diterima tidak dibayar sesuai dengan tarif standar. 3) Adanya kenaikan pangkat atau penurunan pangkat yang menyebabkan penurunan tarif upah. b. Selisih efisiensi upah langsung Selisih efisiensi upah langsung terjadi karena: 1) Departemen produksi telah bekerja dengan efisiensi atau tidak efisiensi yang bisa disebabkan karena pengawasan terhadap tenaga kerja. 2) Kurangnya koordinasi dengan departemen produksi lain. 3. Selisih Biaya Overhead Pabrik a. Selisih anggaran Selisih anggaran disebabkan karena biaya overhead pabrik sesungguhnya terlalu besar atau lebih kecil dari biaya overhead pabrik yang dibudgetkan. Timbulnya selisih anggaran, disebabkan: 1) Penggunaan mutu bahan baku yang keliru. 2) Penggunaan mutu tenaga kerja yang keliru. 3) Kegagalan dalam memperoleh syarat pembelian bahan yang menguntungkan. b. Selisih kapasitas Selisih kapasitas dapat dihitung dengan cara biaya overhead pabrik yang dibudgetkan pada kapasitas sesungguhnya dikurangi jam kerja standar dikalikan tarif biaya overhead pabrik standar. Selisih ini disebabkan oleh : 1) Kerusakan mesin yang tidak bisa dihindari. 2) Kekurangan alat. 3) Fluktuasi hari dalam kalender. 4) Kelebihan kapasitas produksi. c. Selisih Efisiensi Selisih efisiensi adalah perbedaan antara jam kerja sesungguhnya dengan jam kerja standar dikalikan dengan tarif BOP standar. Penyebab selisih ini adalah: 1) Pemborosan pemakaian bahan baku. 2) Pekerjaan tenaga kerja yang tidak efsiensi. 3) Kegagalan dalam mengurangi penggunaan bahan baku dan jasa, dalam hubungannya dengan tingkat output yang dihasilkan. B. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik Selisih biaya overhead pabrik timbul karena perbedaan antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan biaya overhead pabrik standar atau yang seharusnya terjadi di dalam mengolah produk atau pesanan. Dalam analisis selisih biaya overhead pabrik digunakan beberapa metode sebagai berikut: a. Metode analisis satu selisih yaitu selisih antara biaya overhead pabrik standar dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya. b. Metode analisis dua selisih, yang meliputi: selisih terkendali dan selisih volume. c. Metode analisis tiga selisih, yang meliputi: selisih anggaran, selisih kapasitas, dan selisih efisiensi. d. Metode analisis empat selisih, yang meliputi: selisih anggaran, selisih kapasitas, selisih efisiensi tetap, dan selisih efisiensi variabel.