Melek Politik Masyarakat

advertisement
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
LAPORAN RISET
MELEK POLITIK (POLITICAL LITERACY)
MASYARAKAT DI KABUPATEN NAGAN RAYA
Oleh
DIVISI BIDANG TEKNIS
PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM
TIM PENELITI
Dr. Rusli Yusuf, M.Pd
Arif Budiman, M.Pd
Maimun, S.Pd, M.Soc.Sc
Bustami, S.Sosi
DIVISI BIDANG TEKNIS PENYELENGGARA
KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN (KIP)
KABUPATEN NAGAN RAYA
2015
0
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu segment politik yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk memilih pemimpin. Baik itu pemilu legeslatif, maupun
pemilihan presiden (Pilpres), Gubernur, Bupati/Wali kota. Pemilihan Umum atau General
election tidak hanya sekedar ciri dari suatu negara yang merdeka, akan tetapi juga
berdaulat. Pemilu menandakan pula sebagai bentuk dipenuhinya hak azasi dari
masyarakat dalam menyelenggarakan kehidupan politiknya. Salah satu ciri negara yang
demokrasi adalah adanya pergantian pemimpin secara teratur, hal ini sebagaimana yang
digambarkan oleh Henry B Mayo (Sumatri, 2000). Pemilu juga sering kita maknai dengan
pesta demokrasi, atau pesta rakyat. Lakab ini ini didasarkan pada dua alasan utama;
pertama, bahwa dalam pemilu (terlebih lagi pemilu era moderen) rakyat dilibatkan secara
langsung untuk menentukan calon pemimpin mereka, baik itu presiden, gubernur atau
butapi/wali kota ataupun anggota legislatif. Dalam sistem ini rakyat dapat langsung
mengenal sosok calon pemimpin yang akan dipilih melalui sistem voting suara di TPS, dan
kesempatan besar bagi masyarakat untuk memilih yang terbaik diantara yang baik. Selain
itu, bagi para kandidat yang akan di pilih serta ikut dalam bursa pemilihan ini juga dapat
menunjukkan kemampuan diri melalui berbagai pendekatan yang sah, sehingga dengan
demikian akan memperoleh dukungan suara dari rakyat. kedua, disebut pesta demokrasi
1
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
bahwa, setiap warga negara Republik Indonesia yang memenuhi persyarakat undangundang memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Artinya, setiap warga negara memiliki hak
yang sama untuk memilih dan dipilih dengan tidak mengenal latar belakang agama, ras,
suku/etnik maupun golongan tertentu. Di hadapan undang-undang, setiap rakyat memiliki
hak yang sama. Dua alasan tersebut maka, lahirlah sebutan pemilu sebagai pesta
demokrasi rakyat.
Pelaksanaan pemilihan umum yang jujur dan adil merupakan keinginan segenab
masyarakat. Setiap kita menginginkan pelaksanaan pemilu yang kita maknai sebagai ajang
pergantian pemimpin tersebut dapat terlaksana dengan baik, tanpa membawa suatu
kerugian bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, membangun cita-cita itu
tidaklah semudah membalik telapak tangan. Membangun pemilu yang jujur dan adil
adalah sebuah upaya yang harus dilakukan secara terus menerus, terlebih lagi dalam
budaya politik masyarakat Indonesia yang masih tergolong ke dalam budaya semi
parochial. Kalau kita llihat dalam kasus pemilihan umum yang terjadi di Amerika dengan
budaya politik masyarakatnya yang pastisipan, bahwa angka golpun disana sangat rendah
sekali, artinya kesadaran politik masyarakat sangat besar, dan kesadaran itu bukan hanya
ditunjukkan dalam bentuk voting suara saat di TPS, tetapi keikutsertaan masyarakat
Amerika dalam proses politik di negaranya sangatlah intens, jauh berbanding terbalik
dengan apa yang sedang terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Disinilah
Almond (1995) menggambarkan bahwa Partisipasi politik masyarakat di negara maju
telah mendorong terjadinya perubahan besar dalam negara tersebut, sehingga
2
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
melahirkan sistem politik yang demokratis, yang pada akhirnya proses dari sistem politik
tersebut mampu melahirkan kebijakan-kebijakan penting bagi pembangunan negaranya .
Keadaan ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di negara berkembang,
seperti Indonesia, dan bahkan beberapa negara Asia lainnya. Indonesia merupakan negara
yang sedang berkembang dengan ciri budaya politik masyarakat semi parokial.
Masyarakat dengan budaya politik semi parochial, cendrung tidak ingin mengambil peran
dalam suatu proses politik, seperti halnya pemilu, proses pengambilan keputusan dan
lain-lain. Kalaupun peran itu ada, namun sangatlah terbatas pada segmen-segmen
tertentu saja, dapat saja berupa hanya memberikan hak suara pada pemilu, dan itupun
karena sifatnya wajib yang dipaksakan, bukan atas kesadaran. Sedangkan pada proses
politik lainnya masyarakat sama sekali hampir tidak ikut terlibat di dalamnya.
Proses pemilu disebut baik apabila pemilu itu dilaksanakan secara jujur dan adil,
serta mampu menghasilkan calon pemimpin yang berkualitas. Dalam literatur sejarah,
hampir semua bangsa yang hebat dipimpin oleh pemimpin yang berkualitas. Hal inilah
yang menjadi stimulus bagi semua bangsa di dunia untuk terus berupaya melaksanakan
proses pergantian pemimpin secara teratur melalui pemilu, dan melahirkan pemimpin
yang berkualitas sebagai hasilnya. Pelaksanaan pemilu di Indonesia sejak tahun 1955
sampai dengan tahun 2014, merupakan waktu yang tergolong lama. Artinya, masyarakat
seharusnya belajar dari pengalaman sebelumnya tentang bagaimana memilih pemimpin
yang berkualitas melalui proses pemilu. Hal inilah yang tidak dimiliki oleh masyarakat
Indonesia, artinya banyak masyarakat beranggapan bahwa pemilu itu tidak membawa
pengaruh bagi kehidupan mereka, dan ini adalah bentuk pernyataan yang lahir dari
3
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
masyarakat yang tidak sadar akan politik atau kita menyebutnya dengan melek politik
(political literacy).
Melek politik dapat diartikan sebagai bentuk pengetahuan masyarakat tentang
politik. Dan ini adalah fondasi yang paling penting dalam membangun suatu bangsa dan
negara. Akan lebih baik jika suatu bangsa ini dibangun dan digerakkan oleh seluruh
elemen masyarakat yang terlibat secara aktif, ketimbang hanya digerakkan oleh
segelintir kelompok tertentu. Peran politik dari masyarakat ini sangat menentukan ke
mana arah layar dan kemudi mesti digerakkan baik ketika laut sedang tenang, atau
mungkin sedang bergejolak.
Pada umumnya, negara-negara yang angka melek politiknya tinggi, taraf
kesejahteraan masyarakatnya juga tinggi. Negara yang masyarakatnya memiliki
kesadaran/kepedulian politik yang tinggi juga lebih mampu untuk bersaing di
perdagangan global. Iklim politik yang sangat kondusif disertai dengan peran aktif
masyarakat akan menentukan kekuatan politik negara itu pada kawasan terbatas. Konsep
membangun negara sudah banyak diperbicangkan oleh para ahli, salah satunya yaitu
Tadaro (2006) yang melihat pembangunan suatu negara dari sudut pembangunan
ekonomi dan keadilan di dalamnya. namun, konsep pembangunan semestinya dilihat
dalam ranah yang lebih komplek, yang didalanya terdapat variabel yang saling
perpengaruh. Melek politik warga sebagai salah satu variabel dalam pembangunan yang
tidak boleh dipandang sebelah mata, namun ianya harus dilihat secara positif dan harus
terus diupayakan agar masayarakat memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap suatu
proses politik.
4
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya yang continue untuk membangun
kesadaran masyarakat akan proses politik di lingkungannya. Salah satu upaya tersebut
yaitu melalui riset tentang tingkat melek politik masyarakat. Karena degan mengetahui
tentang melek politik masyarakat, atau kesadaran politik masyarakat, maka akan dapat
dipastikan pola pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran politik
masyarakat dalam suatu wilayah.
Penelitian tentang melek politik masyarakat ini dilakukan di Kabupaten Nagan
Raya, dengan tiga pertimbangan utama, yaitu: pertama, masyarakat di kabupaten Nagan
Raya masih sama seperti masyarakat di kabupaten lain yang ada di Aceh, yaitu masyarakat
yang masih terbelakang ditinjau dalam aspek kesadaran politik, sehingga tidak jarang dari
mereka yang tidak memahami apa makna sakralnya suatu pemilu, dan juga masyarakat
Nagan Raya cenderung untuk tidak aktif dalam proses pemilu, baik aktif sebagai pemilih
maupun aktif dalam proses pemilihannya. Kedua, selain masih tingginya angka golput,
masyarakat Nagan Raya,
dalam memilih calon pemimpin tidak berdasarkan pada
pertimbangan tertentu, sehingga banyak sekali calon yang potensial, tetapi tidak dipilih,
dan juga banyak terdapat kertas suara yang rusak, akibat tidak tau cara memilih yang baik
dan benar. Ketiga, masyarakat di kabupaten Nagan Raya merupakan masyarakat yang
egaliter, sehingga kehadiran mereka di Tempat Pemungutan Suara (TPS) bukan sebuah
bentuk kesadaran sendiri secara umum, namun lebih kepada ikut-ikutan, dan bahkan
ajakan dari pihak lain.
Alsan berikutnya adalah berkaitan dengan konsep melek politik itu sendiri, dimana
dalam masyarakat dengan angka melek politik tinggi akan mempengaruhi perilaku
5
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
masyarakat tersebut dalam masalah politik. Artinya melek politik berpengaruh terhadap
perilaku politik masyarakat, yang secara pasti juga mempengaruhi iklim demokrasi dalam
masayarakat tersebut. Alasan di atas menjadi bagian terpenting dalam melaksanakan riset
untuk memaknai melek politik dalam kehidupan masyarakat di kabupaten Nagan Raya,
dan secara khusus mengarah pada tingkat melek politik masyarakat Kabupaten Nagan
Raya, proses terbentuknya melek politik masyarakat, dan faktor yang mendorong melek
politik masyarakat.
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka dapat ditetapkan tujuan
dari penelitian ini, yaitu:
a. Mengetahui dan mendeskripsikan melek politik masyarakat di Kabupaten Nagan
Raya.
b. Mengetahui dan mendeskripsikan proses terbentuknya melek politik masyarakat.
c. Mengetahui dan mendeskripsikan faktor pendorong dan penghambat melek
politik masyarakat.
3. Kegunaan Penelitian
Penelitian/riset ini akan memberikan beberapa kegunaan hasilnya, yaitu:
a. Rekomendasi-rekomendasi dari penelitian ini dapat dijadikan pedoman oleh KIP
Kabupaten nagan raya dalam upaya meningkatkan angka melek politik masyarakat
di Kabupaten Nagan Raya.
6
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
b. Dari hasil penelitian ini juga dapat dilahirkan Standar Operasional Prosedur (SOP)
menyangkut dengan model atau pendekatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran politik masyarakat Nagan Raya.
c. Rekomendasi dari hasil penelitian ini juga dapat dijadikan oleh pihak KIP untuk
meningkatkatkan kesadaran politik masyarakat Nagan Raya berdasarkan jenis
kelami,
pekerjaan, umur, jenjang pendidikan dan lain-lain, sehingga masing-
masing karakteristik tersebut membutuhkan pendekatan yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
d. Kegunaan lainnya yaitu menyangkut dengan pola pendekatan dalam sosialisasi
kepada warga, agar kesadaran politik masyarakat dapat ditingkatkan.
4. Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha mengungkapkan masalah melek politik warga masyarakat
di Kabupaten Nagan Raya. Data yang terdapat dalam penelitian atau riset ini terdiri atas
dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Dengan demikian, penelitian ini
tergolong ke dalam penelitian campuran antara kualitatif dan kuantitatif atau mix
method.
Pendekatan
dalam
penelitian
campuran
bertujuan
untuk
mencari
kencederungan angka variabel di satu sisi, dan menjelaskan makna vaiabel di sisi lain.
Penelitian ini menggunakan dua instrument utama, yaitu: kuisioner/angket dan juga
daftar wawancara untuk mewawancari informan secara indept. Kuisioner digunakan
untuk melihat kecenderungan angka menyangkut dengan melek politik masyarakat di
Nagan Raya, sedangkan wawancara dilakukan untuk menemukan makna secara kualitas
7
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
berkaitan dengan proses pembentukan melek politik masyarakat di Kabupaten Nagan
Raya. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Nagan Raya yang
diambil secara terstruktur dan berdasarkan pada dua kriteria besar;
a. Berdasarkan karakteristik masyarakatnya, terdiri dari:
1) Tokoh Masyarakat (agama, dan Adat),
2) Tokoh Pemuda,
3) Pedagang,
4) Pegawai Negeri Sipil,
5) Petani/nelayan
6) Tokoh Perempuan.
b. Berdasarkan karaktersitik tempat/wilayah, yaitu terdiri atas:
1) Wilayah kota
2) Wilayah Pinggiran
3) Wilayah Pedalaman
Tabel. 1
Wilayah Sampel
Kecamatan
Seunagan (Kota)
Kuala Pesisir (Pinggiran)
Tripa Makmur
Karakteristik
Desa Pinggiran
Cot Lele
Lung mane
Neubokye PP
Desa Kota
Jeuram
Kuala Baroe
Kabu
8
Desa Pedalaman
Lhok Padang
Cot Rambong
Babah Lhung
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
Adapun personalia yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak enam orang, terdiri
atas dua kelompok utama, kelompok peneliti dan kelompok tenaga pembantu, namanama tersebut adalah sebagai berikut:
Ketua
: Dr. Rusli Yusuf, M.Pd
Anggota
1. Arif Budiman, M.Pd
2. Maimun, S.Pd, M.Soc.Sc
3. Bustami, S.Sosi
Tenaga Pembantu Penelitian; Personlia KIP Nagan Raya, Personlia KIP Nagan Raya
Tabel 1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
Bulan Mei 2015
Kegiatan
Minggu I
Take off Meeting
Perumusan Instrumen
Penelitian Lapangan
Penelitian Lapangan
Penyusunan Laporan Hasil
Penyampaian Laporan
9
Minggu I
Minggu I
Minggu I
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
BAB II
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berikut ini akan ditampikan gambaran secara lengkap angka kualitatif dan
kuantitatif dari riset ini. Secara garis besar riset ini akan menggali makna daripada melek
politik masyarakat di Kabupaten Nagan Raya, dan mendeskripsikan proses terbentuknya
melek politik masyarakat, serta mendeskripsikan faktor pendorong dan penghambat
melek politik masyarakat di kabupaten Nagan Raya. Pemaknaan tersebut didasarkan pada
data lapangan dengan menggunakan instrumen kuisioner dan juga wawancara mendalam
dengan pihak yang ekspert pengetahuannya di bidang politik, dalam hal ini para tokoh
Nagan Raya. Riset ini tidak bertujuan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh tingkat
melek politik terhadap perilaku politik suatu masyarakat. Namun, penelitian ini lebih
bertujuan untuk menggambarkan bagaimana tingkat melek politik warga di Kabupaten
Nagan Raya secara umum. Menyangkut dengan hal tersebut, maka berikut ini akan
ditampilkan dalam poin-poinnya.
Grafik 1.
Informan dalam penelitian ini
Tokoh
Perempuan.
11%
berj umlah 54 orang, terdiri dari
karakteristik, yaitu; (1) berdasarkan
karakteristik masyarakatnya, terdiri
dari: Tokoh Masyarakat (agama, dan
Adat), Tokoh Pemuda, Pedagang,
Tokoh
Masyarakat
(agama, dan
Adat),
11%
Tokoh
Pemuda,
11%
PNS,
11%
Petani/nelay
an
41%
pedagang
,
15%
Pegawai Negeri Sipil, Petani/nelayan dan Tokoh Perempuan. Namun, yang paling dominan
10
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
informan dalam riset ini adalah kaum petani dan nelayan , yaitu sekitar 41 %, kemudian
diikuti oleh kelompok pedagang sebanyak 15 %. Sedangka pemuda, PNS, dan tokoh
masyarakat masing-masing hanya 11 %. Selajutnya ke (2) berdasarkan karaktersitik
tempat/wilayah, yaitu terdiri atas: Wilayah kota, Wilayah Pinggiran dan Wilayah
Pedalaman.
1. TEMUAN PENELITIAN
1.1. Gambaran Tentang Melek politik masyarakat di Kabupaten Nagan Raya.
Tingkat melek politik suatu masyarakat sangat berkaitan erat dengan perilaku
politik masyarakat tersebut, dan hal ini merupakan hasil kajian yang telah dibuktikan oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia. Perilaku politik masyarakat sendiri
sebagai bentuk manivestasi daripada pengetahuan politik, yakni berkaitan dengan hak
dan
kewajiban
suatu
warganegara dalam menentukan
pilihan, bersikap terhadap orang
lain
yang
berbeda
Petani/nelay
an
4%
Tokoh Grafik 2
Perempuan.
13%
Tokoh
Masyarakat
(agama, dan
Adat),
33%
Pegawai
Negeri Sipil,
28%
pilihan
dengannya, setidaknya begitulah
gambaran menyangkut dengan
Pedagang
,
7%
melek politik.
Tokoh
Pemuda,
15%
Secara umum, tingkat melek politik masyarakat di Kabupaten Nagan Raya
terbanyak berada pada golongan tokoh masyarakat, yaitu sekitar 33 %, kemudian PNS 28
% dan tokoh pemuda 15 % serta tokoh perempuan 13 %. Sedangkan pedagang sebanyak 7
11
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
% , dan yang paling sedikit sekali tingkat melek politik masyarakat adalah dari golongan
petani/nelayan, yaitu 4 %.
Grafik 3
Hasil temuan dari riset yang
dilakukan bahwa masyarakat di
Senang
42%
Tidak Tahu
15%
Kabupaten Nagan Raya memiliki
Tidak
Senang
43%
pandangan yang relatif berbeda
antara satu dengan yang lainnya.
Dalam
hal
ini,
antara
tokoh
masyarakat, Pegawai Negeri Sipil (PNS), petani/nelayan serta perempuan memiliki
pandangan yang berbeda. Namun diantara mereka, tokoh masyarakat dan Pegawai
Negeri Sipil di Nagan Raya lebih mentehaui tentang politik dibandingkan dengan unsur
lainnya, seperti pedagang dan juga kaum perempuan. Sehingga sangat wajar, jika
kemudian peran tokoh masyarakat dalam urusan politik di kabupaten Nagan Raya
sangatlah penting. Peran tersebut seperti memberi pendidikan politik/sosialisasi politik,
kemudian juga mengajak warga untuk berpartisipasi dalam urusan politik dan juga
memberikan kebebasan kepada masyarakat umum untuk memilih yang terbaik diantara
pilihan-pilihan politik yang ada. Keadaan ini sangatlah penting, karena, jika dilihat dalam
persentase, bahwa masyarakat di Kabupaten Nagan Raya dominan atau sekitar 43 % dari
mereka masih menganggap politik itu tidak baik, dan mereka juga tidak senang dengan
makna politik, hal ini sebagaimana yang terlihat dalam garafik 3 ini menandakan bahwa
betapa tokoh masyarakat di Nagan Raya harus bersedia berperan aktif untuk
meningkatkan pengetahuan politik masyarakat.
12
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
Adapun alasan masyarakat di Kabupaten Nagan Raya tidak senang terhadap politik
yaitu; (1) Politik dapat mengadu domba antara lembaga politik, (2) Politik dapat
bermusuhan antara satu sama lain, (3) Politik dapat memecahkan hubungan saudara, (4)
Karena dia member penjelasan kepada masyarakat tidak sesuai dengan apa yang
diucapkannya (JANJINYA), (4) Politik membuat masyarakat bingung dalam menentukan
pilihan pemimpin, (5) Karena politik itu jahat, kadang bisa kita diadu domba, (6) Politik itu
sama kita menipu orang, kalau jadi pemimpin, maka pemimpin tersebut juga nanti akan
menipu masyarakat, (6) Akan terjaid gejolak buruk dalam masyarakat, seperti fitnah, adu
domba sesama masyarakat dan lainnya, (7) Politik itu kejam, tidak mengenal saudara, (8)
Politik sering membuat masyarakat bingung, (9) Politik dapat memutuskan tali
persaudaraan, dan (10) Karena realita politik itu hanya menguntungkan pribadi seseorang,
serta (11) Kadang bisa membawa daerah kita ke arah konflik
Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak senangnya masyarakat dengan kata
politik ini juga lebih dipicu oleh adanya perilaku elit politik di daerah yang terkesan tidak
adil, terlalu memaksa dan juga lebih memintingkan diri sendiri di bandingkan dengan
kepentingan masyarakat ini. hal tersebut sejalan dengan temuan lainnya melalui
wawancara dengan salah seorang tokoh terpelajar yang berinisial AK (32th), menurutnya
bahwa:
bagaimana masyarakat bisa suka dengan politik, elit politik sendiri tidak
memberikan ruang bagi masyarakat untuk lebih bebas dalam memilih tanpa ada
intervensi dari elit. Jujur saja sangat jarang kita temukan adanya kata adil dalam
urusan politik, baik dulu maupun sekarang, sehingga masyarakat yang merupakan
konstituen dari pemilu misalnya itu tidak begitu senang mendengar kata politik,
sebab bagi mereka politik itu jahat, politik itu bicara kepentingan peribadi dengan
13
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
membohongi orang lain, dan politik itu juga mengabaikan hati nurani
(wawancara, juni 2015)
TEMUAN
Tingkat melek politik masyarakat di Kabupaten Nagan Raya tergolong tinggi. Kenyataan
ini dapat dilihat dari persentase tidak senangnya masyarakat terhadap kata politik
yaitu sekitar 43 %. Tidak senangnya masyarakat terhadap kata politik, bukan tolak ukur
satu-satunya yang menandakan bahwa masyarakat tidak melek politik, tetapi
berdasarkan teori tolak ukur ini menjadi satu satu tolak ukur dari beberapa tolak ukur
lainnya, seperti sikap/tindakan politik masyarakat.
Hasil tersebut sangat erat kaitannya dengan jawaban yang diberikan oleh
masyarakat di Kabupaten Nagan Raya, bahwa terjadi penyalahgunaan politik dalam
kehidupan masyarakat sejak dulu hingga kini. Hal tersebut lebih diakibatkan oleh faktor
Tidak Tahu
15%
Grafik. 4
dari elit politik itu sendiri.
Anggota
Keluarga
18%
Kawan
11%
Pengetahuan politik masyarakat
terbentuk dari tokoh, sebagai
mana yang pernah di singgung
Tokoh
Masyarakat
56%
di atas, jika tokoh masyarakat di
Nagan
Raya
cenderung
meperlihatkan sikap dan perilaku politik mereka yang negatif, maka itu juga yang akan
dijadikan pedoman oleh masyarakat, dan sebaliknya bahwa jika tokoh di Nagan Raya
cenderung memperlihatkan perilaku politik yang positif, maka masyarakat juga akan
mengadopsi nilai-nilai politik dari sang tokoh tersebut. Menyangkut dengan perkara ini,
dapat dilihat dalam grafik 4. di atas, yaitu pengaruh tokoh bagi kehidupan politik
masyarakat sangatlah doniman atau sebanyak 56 %, dan ini adalah angka paling dominan
untuk suatu pengaruh. Ini menadakan bahwa tingkat melek politik masyarakat masih
14
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
sangat rendah sekali, dan sebaliknya tokoh masyarakat dalam hal ini elit politik lebih
memiliki pengetahuan politik dibandingkan masyarakat umum yang disebutkan
sebelumnya.
Pengetahuan politik masyarakat (political literacy) sangatlah luas, termasuk yang
laing utama adalah menyangkut dengan pemilu dan juga makan demokrasi. Hasil
penelitian di Kabupaten Nagan Raya bahwa masyarakat belum memiliki pengetahuan
yang tergolong bagus tentang segmen politik yang satu ini yaitu demokrasi. Hal ini dapat
dilihat dari jawaban mereka yang sangat dominan atau sebanyak 72,2 % dari mereka
menjawab tidak tau berdemokrasi, sebagaimana yang terlihat dalam grafik 1.3. Makna
melek politik (political literacy) dapat dilihat dalam tigas aspek, yaitu Pengetahuan
tentang politik (political knowledge), sikap atau perilaku politik (political behavior) dan skil
politik (political skill).
Tahu
demokrasi
28%
Grafik 2 sampai dengan 5
Grafik 5
menunjukkan bahwa pengetahuan
politik
(political
knowledge)
masyarakat di Kabupaten Nagan
Tidak Tahu
demokrasi
72%
Raya
masih
tergolong
rendah,
sehingga memberikan efek negatif
terhadap suatu proses politik dalam masyarakat Nagan Raya sendiri. Pemilu yang terjadi
di Indonesia secara umum terlaksana dalam fase yang lumanya bagus dilihat dalam proses
pemungutan suara. Artinya proses pemungutan suara berhasil dilakukan diatas 60 %.
Namun, secara kualitas pemilu tersebut menjadi pertanyaan semua pihak, dan sudah
15
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
menjadi rahasia umum jika kualitas pemilu di Indonesia masih belum mampu
menggambarkan iklim demokrasi secara subtansial, hanya lebih menampakkan adanya
demokrasi yang prosedural semata. Asumsi ini juga sama, seperti yang terjadi di
Kabupaten Nagan Raya, bahwa demokrasi dalam pemilu di Kabupaten Nagan Raya juga
mengarah kepada demokrasi yang prosedural, bukan subtansial, sehingga kualitas dari
pemilu tersebut masih perlu untuk ditingkatkan. Temuan ini dibenarkan oleh banyak
tokoh di Nagan Raya, salah satunya adalah HA (46th) yang juga pernah menjadi calon
kandidat dalam Pilkada Nagan Raya dulu, beliau memberikan argumen sebagai berikut:
Iklim pemilihan umum di Kabupaten Nagan Raya memang berjalan secara
kuantitatif. Artinya angka golputnya tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan
daerah-daerah lain yang terpelosok. Namun bicara kualitas, pemilu di Nagan Raya
juga sama seperti yang terjadi di banyak daerah lain yang ada di Indonesia, yaitu
masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan dari tingginya politik uang, kompanye
hitam, dan penggiringan yang dilakukan pihak-pihak tertentu, dan bahkan pernah
ada terjadi penggelapan suara, baik yang terjadi di tingkat desa maupun di tingkat
kecamatan (wawancara, juni 2015).
Temuan di atas membuktikan bahwa kualitas pemilu di Kabupaten Nagan Raya
masih tergolong sama seperti daerah-daerah lain yang ada di Indonesia, yaitu dengan
mengikuti gaya demokrasi prosedural yang lebih melihat kuantitas dan mengabaikan
kualitas. Kenyataan ini didasarkan pada temuan lapangan, baik atas dasar wawancara
maupun sebaran kuisioner.
TEMUAN
Pengetahuan politik masyarakat di nagan raya masih tergolong sama seperti yang
terjadi daerah lain secara umum di Indonesia, bahwa rendahnya pengetahuan politik
masyarakat dalam politik telah mengakibatkan hidupnya iklim demokrasi yang
prosedural, dimana sekitar 72,2 % masyarakat di Nagan Raya belum memiliki
pengetahuan tentang berdemokrasi, terutama menyangkut dengan demokrasi dalam
pemilu, sehingga pemilu yang terjadi berdasarkan pada demokrasi prosedural dengan
mementingkan kuantitas, bukan kualitas.
16
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
1.2. Proses Terbentuknya melek politik masyarakat
Proses terbentuknya pengetahuan politik masyarakat yang paling sering terjadi
adalah melalui proses edukasi, atau pendidikan politik. Secara formal, pendidikan politik
menjadi salah satu fungsi dan kewajiban dari partai politik. Selain adanya pengaruh tokoh,
partai politik merupakan sarana formal yang memiliki kewajiban memberikan pendidikan
politik bagi masyarakat dari berbagai karakteristik, baik itu laki-laki maupun perempuan.
Peranan Grafik 6.
partai
10%
hasil
Ikutikutan
40%
bahwa
penelitian
menunjukkan
terbentuknya
pengetahuan
politik masyarakat di Kabupaten Nagan
Pengaruh
Media
50%
Raya diakibatkan oleh; (1) adanya
peranan
partai
politik
dalam
melaksanakan fungsi pendidikan politik
bagi masyarakat. (2) adanya pengaruh media, baik media cetak, elektronik, maupun
media sosial yang ada saat ini, dan (3) merupakan adanya proses imitasi yang terjadi
secara alami. Hanya saja, dalam kasus di Nagan Raya, proses terbentuknya pengetahuan
politik masyarakat lebih dominan berasal dari pengaruh media, dalam hal ini sekitar 50 %,
sedangkan partai politik hanya 10 % saja, dan malah proses imitasi/meniru dari orang lain,
baik itu teman sebaya, ataupun individu lainnya berjumlah 40 %.
Temuan ini membuktikan bahwa proses terjadinya pengetahuan politik
masyarakat lebih banyak disebabkan oleh media, sedangkan pendidikan politik dari partai
sangatlah minim jika kita merujuk pada data lapangan. Hasil ini juga diperkuat oleh hasil
17
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
wawancara yang dilakukan dengan tokoh masyarakat dan beberapa masyarakat dari
kategori PNS, dan pengusaha. Salah satunya adalah informan yang berinisial SB (36th),
menurutnya:
Partai politik di Nagan Raya tidak maksimal dalam memberikan pendidikan politik
bagi masyarakat. Partai politik lebih sering mencari sensasi dan itupun hanya
dilakukan pada saat-saat menjelang pemilu (wawancara, juni 2015).
tidak banyak yang bisa kita harapkan dari partai politik, sebab partai politik
tersebut bicara kepetingan. Apa yang dilakukan oleh partai politik saat ini tidak
sedang berupaya membangun kesadaran politik masyarakat, tetapi lebih kepada
bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk meraih sura terbanyak, walaupun
itu sifatnya terkadang melanggar aturan lingkunga, seperti menempelkan posterposter di pohon, sehingga merusak pohon. Jika pun mereka datang memberikan
bantuan kepada masyarakat, tidak lain dari upaya mendapatkan suara dalam
pemilu. Saya kurang nyakin partai politik mampu memberikan pendidikan politik
kepada masyarakat (wawancara, juni 2015)
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa rendahnya kepercayaan masyarakat
terhadap partai politik dalam menjalankan fungsinya memberikan pendidikan politik
kepada masyarakat. Kalau kita lihat dari data yang ada, memang secara umum, bukan
hanya di Nagan Raya, tetapi juga seluruh Indonesia, partai politik kurang menjalankan
fungsinya yang satu ini, yaitu memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Hal ini
juga dibuktikan dari minimnya keterlibatan kaum perempuan dalam partai, kalaupun ada
hanya bersifat pelengkap semata, dimana undang-undang mengingnkan adanya kuota 30
persen yang harus di isi oleh kaum perempuan dalam sebuah partai politik.
Hasil temuan lapangan juga diketahui bahwa, media lebih banyak memberikan
pendidikan politik kepada masyarakat, terutama dalam aspek-aspek tertentu, seperti:
adanya lawyer club di TVOne misalnya, program diskusi di MetroTV dan juga adanya opini
di media cetak seperti serambi Indonesia dan juga waspada.
18
Kegiatan-kegiatan ini
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
memberikan pengetahuan tertentu kepada masyarakat di Indonesia, dan juga khususnya
di Kabupaten Nagan Raya, apalagi sekarang sekitar 98 persen penduduk di Kabupaten
Nagan Raya sudah memiliki televisi di rumahnya masing-masing. Selain itu, dalam
kesempatan lain juga ditemukan data tentang keterlibatan LSM, dan organisasi
kemahasiswaan di Nagan Raya. mereka banyak menyelenggarakan forum-forum
penyadaran di masyarakat, baik menyangkut aspek politik maupun aspek lainnya, yang
kesemuanya itu menjurus kepada lahirnya kesadaran masyarakat akan hak dan
kewajibannya. Dalam hal ini salah seorang informan berisinial WT (31th) memberikan
gambaran bahwa:
organisasi mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) selama ini banyak
menyumbangkan pemikiran mereka dalam bentuk kegiatan dan bahkan juga
advokasi yang dilaksanakan bagi masyarakat. Organisasi mahasiswa dan LSM
biasanya memberikan program edukasi berkaitan dengan berbagai sektor
kehidupan masyarakat, dan hal ini dilakukan bertahun-tahun, dengan harapan
masyarakat sadar akan hak dan tanggungjawabnya masing-masing dan
tanggungjawabnya kepada keluarga, dan bahkan daerahnya (wawancara, juni
2015)
Temuan ini menjukkan hal yang penting bahwa, proses terbentuknya pengetahuan
politik masyarakat juga disebabkan oleh adanya peran serta masyarakat civil society
seperti LSM, dan organisasi kemasyarakat lainnya. Selain itu, juga ditemukan bahwa
adanya program edukasi yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat menjadi
pendukung lahirnya pengetahuan, sikap dan skill politik masyarakat di kabupaten Nagan
Raya.
Khususnya menyangkut pemilihan, baik itu pemilihan umum legislatif tetapi juga
pemilihan kepala daerah di Kabupaten Nagan Raya proses pendidikan politik juga
19
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
diberikan oleh KIP dan juga ormas lainnya yang menyelenggarakan sosialisasi dalam
urusan tatacara pemilihan yang benar. Namun, terbatas pada aspek sosialisasi cara
memilih, sedangkan subtansi pendidikan politik secara filosofi tidak terjadi pada bagian
ini. hal ini diungkapkan oleh salah seorang informan yang bekerja sebagai pengusaha
dengan berinisial (S45th), dalam kesempatan wawancara beliau menyebutkan bahwa;
sosialisasi atau pendidikan pemilih sering dilakukan oleh KIP dan juga LSM
kepada masyarakat, namun terbatas pada aspek tatacara memilih, sedangkan
aspek lain tidak disentuh. Daripada partai politik yang sama sekali tidak
memberikan pencerahan. Di tempat saya partai politik hanya memberikan hadiah
ataupun bantuan-bantuan bagi ibu-ibu rumah tangga dengan pesan agar ibu-ibu
tidak lupa memilih partainya saat pemilu, dan kejadian ini sebenarnya hanya
dilakukan pada saat-saat menjelang pemilu saja, selebihnya tidak (wawancara,
juni 2015)
Hasil wawancara di atas juga menunjukkan bahwa petapa peran partai politik
masih sangat minim sekali dalam memberikan pendidikan politik bagi masyarakatnya,
sehingga politik hanyalah bicara kepentingan kelompok kecil semata-mata, bukan bicara
kepentingan umum, kepentingan negara dan bangsa. Dari sederetan wawancara yang
dilakukan di lapangan, diketahui bahwa harapan masyarakat ke depan adanya proses
pendidikan politik bagi masyarakat kelas bawah, terutama para petani dan juga nelayan
serta ibu-ibu rumah tangga. Selama ini proses pemungutan suara yang terjadi tidak lebih
dari adanya dorongan atau usaha penggiringan oleh partai tertentu atau kandidat
tertentu dengan tunggangan uang ataupun imingan yang lainnya. Dalam grafik 7. terdapat
19 % masyarakat mengaku akan mudah mengenal calon pemimpin apabila mereka
bertemua langsung dengan pemimpin dan mendengarkan visi dan misi seorang calon
pemimpin, walaupun keputusan memilih pemimpin juga ada pengaruh dari iklan televisi.
20
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan media sangatlah besar dalam proses
pendidikan politik masyarakat. Baik masyararakat yang ada di Nagan Raya dan juga
masyarakat lain yang ada di Indonesia.
Tidak ada yang
mempengaruhi
6%
Grafik 7.
Lain-lain
8%
Kegiatan keagamaan
6%
Iklan TV
36%
Komunikasi
langsung dengan
calon/ tim
19%
Berita TV
23%
Spanduk/
poster/brosur/TShirt/lain-lain
2%
TEMUAN
Proses terbentuknya melek politik masyarakat diakibatkan oleh; (1) adanya peranan media,
baik media cetak maupun elektronik dan bahkan media sosial, (2) adanya proses pendidikan
dari partai politik, walaupun masih terbatas, dan (3) adanya peranan teman sebanya sehingga
menimbulkan sikap imitsai dalam politik masyarakat.
1.3. Faktor pendorong dan penghambat melek politik masyarakat.
Secara umum ada dua faktor yang mendorong dan menghambat melek politik
masyarakat di Nagan Raya, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor dalam diri masyarakat itu sendiri, seperti (1) pendidikan, (2) keluarga.
Sedangkan faktor eksternal terdiri atas; (1) faktor lingkungan dan (2) budaya masyarakat
setempat. Hasil wawancara dengan para tokoh masyarakat di Nagan Raya dapat diketahui
21
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
bahwa faktor utama yang mendorong angka melek politik itu meningkat adalah faktor
pendidikan. hal ini dibenarnya oleh salah seorang informan dengan inisial (AD35th), yang
mengatakan bahwa:
baik politik, ekonomi ataupun lainnya sangatlah dipengaruhi oleh pendidikan
seseorang, semakin bagus pendidikan yang didapatkannya, maka akan semakin
bagus juga pengetahuan politik seseorang tersebut, dan sebaliknya bahwa
semakin terpuruk pendidikan seseorang, maka terpuruk jualah pengetahuannya
tentang politik (wawancara, juni 2015)
Hasil temuan dapat ditarik kesimpulan bahwa, memang pendidikan menajadi
faktor terpenting bagi seseorang manusia, agar manusia tersebut dapat hidup dalam
suasana yang penuh dengan peradaban. Maka aspek pendidikan seseorang menjadi faktor
yang sangat mendorong pengetahuan seseorang terhadap politik, semakin banyak
seseorang membaca, maka akan semakin banyak tau dan semakin mampu berbuat.
Dalam kasus masyarakat Nagan Raya, bahwa hanya masyarakat dengan kategori yang
muda yang lebih energik, dan banyak memahami proses politik yang sedang berlangsung
di daerahnya tersebut, sedangkan rentang usia dewasa dan tua hanya ikuta-ikutan dalam
urusan politik. Maka Nagan Raya masih terkenal dengan politik perkauman. Selain
pendidikan, faktor lainnya adalah faktor keuarga, dimana keluarga memberikan peran
penting terhadap anggotanya menyangkut dengan pengetahuan secara umum, termasuk
pengetahuan politik di dalamnya.Faktor selanjutnya adalah faktor eksternal, yang
didalamnya termuat faktor lingkungan dan budaya masyarakat.
Hasil temuan lapangan, bahwa kebudayaan masyarakat di kabupaten Nagan Raya
sangat dipengaruhi oleh ikatan emosional, dalam kata lain, pengetahuan politik
masyarakat lebih tergantung kepada tokoh, dan kemudian munculnya politik perkauman
22
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
disana. Gambaran yang dapat dilihat, betapa pengaruh ikatan emosional keluarga dalam
kekerabatan masyarakat di kabupaten Nagan Raya sangatlah kental. Hal ini menjadi unik
dan tidak dimiliki oleh kabupaten lain yang ada di wilayah pesisir utara di Aceh. Nagan
Raya merupakan kabupaten yang dilandasi oleh kehidupan budaya yang masih kental, dan
hubungan kekerabatan sangatlah di jaga di daerah ini, sehingga banyak pihak akademisi
juga tertarik untuk meneliti tentang masyarakat di Kabupaten Nagan Raya yang terkenal
ramah dan memiliki kekerabatan yang kental di dalamnya. Tokoh dalam masyarakat
Nagan Raya masih sangat sakral, dipatuhi, sebagaimana rakyat Beutong Ateuh patuh
terhadap Almarhum Bantaqiah yang terkenal tersebut. Menyangkut dengan masalah
politik, maka tokohlah yang memiliki kewajiban penting untuk mendorong secara terus
menerus tumbuh dan berkembangnya pengetahuan politik masyarakat di Kabupaten
Nagan Raya. baik buruknya pengetahuan politik masyarakat selain sangat tergantung oleh
aspek pendidikan, juga dipengaruhi oleh aspek peranan tokoh. Oleh karena itu, tokoh
harus berperan aktif dalam membangun kesadaran politik masyarakat di Kabupaten
Nagan Raya. semakin tinggi peranan tokoh untuk memberikan pendidikan politik bagi
masyarakat, maka akan semakin bagus pula tingkat melek politik masyarakat, dengan
catatan bahwa harus dilakukan dalam kerangkan yang sesuai dengan pendidikan itu
sendiri yaitu teori dan prakteknya seorang tokoh menjadi tolak ukur yang akan dicontohi
oleh masyarakat.
TEMUAN
Faktor pendidikan, keluarga, budaya dan lingkungan masyarakat merupakan faktor yang
mendorong angka melek politik masyarakat, dan faktor tersebut juga menjadi faktor
penghambat terhadap tumbuhnya melek politik dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten
Nagan Raya.
23
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
2.2. Pembahasan
Riset ini telah memberikan gambaran betapa melek politik masyarakat di Kabupaten
Nagan Raya masih tergolong rendah, yaitu sama seperti daerah kabupaten lain yang ada di
Indonesia. Hanya pada unsur tokoh masyarakat saja yang tingkat melek politiknya bagus,
kemudian disusul dari golongan PNS, sementara dari golongan petani dan nelayan, mereka masih
berada pada tahapan melek politik yang tergolong sangat rendah. Sehingga proses politik yang
berjalan dan akan terus berjalan ke depan masih bersifat prosedural, bukan subtansial, yaitu:
bahwa jika politik bicara pemilu, maka pemilu berhasil melahirkan pemimpin yang terbaik diantara
yang baik. Kemudian, menyangkut dengan proses terbentuknya melek politik masyarakat sangat
dipengaruhi oleh media yang ada, seperti media cetak dan elektronik, seharusnya juga partai
politik berdasarkan kewenangan yang diberikan undang-undang memberikan pendidikan politik
bagi masyarakat, selain faktor imitasi dari masyarakat itu sendiri. Kemudian, jika dilihat dari faktor
yang mendorong dan menghambat tumbuh dan berkembangkan angka melek politik
yaitudisebabkan oleh dua faktor, yakni: internal dan eksternal.
24
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
BAB IV
REKOMENDASI
Atas dasar hasil penelitian di atas, maka untuk meningkatkan angka melek politik
masyarakat di Kabupaten Nagan Raya berikut ini dirumuskanlah beberapa rekomendasi sebagai
berikut, yaitu:
1. KIP Kabupaten Nagan Raya beserta pemerintah secara formal harus lebih mengutamakan
memberikan pendidikan politik bagi para petani/nelayan, serta kaum ibu-ibu, baik yang
ada di wilayah kota, wilayah pinggiran maupun wilayah pedalaman.
2. Dalam rangka meningkatkan melek politik warga, dan juga sosialisasi kegiatan pemilu, KIP
nagan raya semestinya memiliki media cetak sendiri yang diterbitkan sekurang-kurangnya
enam bulan sekali dan didistribusikan kepada setiap institusi pemerintah di Nagan Raya,
LSM, dan institusi masyarakat desa.
3. KIP Nagan Raya bekerjasama dengan pemerintah daerah dan juga organisasi masyarakat
yang ada di Nagan Raya untuk mendesain suatu Standard Operational Procedure dalam
meningkatkan pengetahuan politik masyarakat dengan pendidikan non formal, baik di
tingkat kabupaten, maupun tingkat kecamatan.
4. Pemerintah kabupaten Nagan Raya perlu membentuk sebuah tim khusus melalui
peraturan bupati (Perbup) tentang forum pencerahan massa. Dengan tujuan utama dari
forum ini adalah membangun kesadaran publik dalam bidang pengetahuan politik. Forum
ini terdiri dari tokoh non formal yang tugas dan kewenanganya diatur dalam Perbub
tersebut.
25
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
5. Sosialisasi pengenalan tatacara pemilihan harus lebih inten dilakukan dil wilayah
pedalaman.
6. KIP nagan Raya perlu melakukan kerjasama dengan Sekolah Menengah Atas untuk
melakukan penguatan sosialisasi bagi pemilih pemula yang ada di SMA, sehingga dengan
demikian, hak pilih pemilih pemula akan dapat tersalurkan dengan baik.
26
Riset Melek Politik (Political Literacy)
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Nagan Raya 2015
DAFTAR RUJUKAN
Almond, Gabriel A. & Sidney Verba. 1990. Budaya Politik Tingah Laku di Lima Negara. Jakarta:
Bumi Aksara.
Jujun S. Suria Sumantri. 2000. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik, Jakarta: Gramedia.
Todaro. M.P., 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (H.Munandar, Trans. Edisi Ketujuh
ed.). Jakarta: Erlangga.
27
Download