Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran matematika adalah salah mata pelajaran yang universal. Karena
begitu pentingnya mata pelajaran ini pemerintah Negara manapun menganggap
matematika adalah mata pelajaran yang berguna untuk menunjang kemajuan sebuah
bangsa. Karena kemajuan umat manusia dalam bidang sains dan teknologi tidak terlepas
dari matematika.Adapun menurut UU no 22 tahun 2006 bahwa kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/ MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal,
menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta menanamkan
kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Hal ini juga
berlaku bagi mata pelajaran matematika yang merupakan salah satu mata pelajaran yang
memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas, bermartabat melalui
sikap kritis dan berpikir logis (Suminarsih, 2007:1). Selain itu matematika adalah mata
pelajaran paling tua diantara mata pelajaran yang lain. Bahkan perkembangan ilmu
pengetahuan manusia selalu diiringi perkembangan matematika. Maka tidak salah jika
matematika dikatakan sebagai mata pelajaran yang merintis peradapan manusia dari
peradapan kuno menuju peradapan modern .
Pelajaran matematika dianggap pelajaran paling rumit diantara mata pelajaran yang
lain. Akibatnya , mata pelajaran matematika termasuk mata pelajaran yang paling tidak
disukai oleh sebagian besar siswa. Kasus membolosnya siswa ketika ada ulangan
matematika dan sering diabaikannya tugas rumah menjadi contoh konkret betapa mata
pelajaran ini dicap sebagai mata pelajaran penuh masalah. Rendahnya nilai siswa di
setiap ulangan baik di kelas,di sekolah ,di tingkat kecamatan,atau bahkan di tingkat
nasional dalam tiga mata pelajaran yang diUNkan ,matematika selalu menduduki peringkat
terbawah dari segi nilai rata-rata kelas,sekolah,kabupaten,bahkan nasional. Hal ini
menandakan bahwa penguasaan konsep matematika oleh peserta didik masih jauh dari
harapan.
Dan masalah umum di ataspun penulis alami ketika melakukan pembelajaran
matematika tentang luas bangun datar di kelas 5 semester 1 SD Negeri Pandansari 01
2
Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014. Siswa tidak
dapat menghitung luas bangun datar karena siswa tidak menguasai konsep bangun datar
secara benar.
Dan
akibatnya pasti dapat ditebak,pembelajaran tersebut menemui
kegagalan karena banyak siswa yang nilainya dibawah KKM. Adapun KKM matematika di
kelas 5 SD Pandansari 01 adalah 70. Dalam pembelajaran ini siswa tampak
kebingungan,bergurau dengan teman sebangku,dan tidak terselesaikannya soal-soal
latihan yang penulis sajikan kepada siswa. Dalam pembelajaran inipun banyak dijumpai
siswa yang bicara sendiri,dan menyelelesaikan soal formatif secara asal-asalan.Ketika
guru menerangkan siswa tidak memperhatikan hal ini dikarenakan
metode yang
digunakan guru hanya monoton yakni ceramah .Dan ketika penulis mengadakan ulangan
formatif untuk pokok bahasan ini nilai formatif jauh dari harapan, rata-rata formatif hanya
56,74 ,dengan tingkat ketuntasan belajar 26 %.
Tabel 1 :Nilai Ketuntasan Tes Formatif Siswa Kelas 5 SD Negeri Pandansari 01
Tahun Ajaran 2013/2014
NO
1
2
KKM
70
Ketuntasan
Frekuensi
Presentase
Keterangan
T
6
26 %
Nilai ≥ 70
TT
17
74 %
Nilai < 70
Rata - rata
56,74
Skor Maksimum
80
Skor Minimum
30
Ketidakberhasilan belajar di atas dapat diuraikan penyebabnya dari segi aktivitas
siswa yang sangat rendah. Siswa hanya dituntut mendengarkan ceramah guru yang
monoton. Krativitas dan daya nalar siswa tidak dibangkitkan oleh guru. Kegiatan belajar
seperti ini cenderung mematikan keaktifan siswa untuk berpikir dan mengeksplor
kemampuannnya. Wajar jika hasil belajar yang didapatkan siswa sangat rendah.
Selain aktivitas siswa yang rendah,pembelajaran monoton di atas juga dipicu oleh
rendahnya kreativitas guru dalam pembelajaran. Guru lebih menguasai pembelajaran dan
tidak banyak memberikan umpan balik kepada siswa. Akibatnya siswa bosan dan
mengantuk. Guru terjebak pada pembelajaran tradisonal yang sering menganggap siswa
sebagai botol kosong yang harus diisi air sampai sepenuh-penuhnya,tidak memperhatikan
3
karateristik individu dan kemampuan yang berbeda-beda. Pembelajaran seperti inilah yang
mengakibatkan siswa gagal mencapai hasil belajar yang maksimal baik secara kualitas
maupun kuantitas.
Demikian juga umpan balik antara siswa dengan
siswa tidak terjadi secara
signifikan. Sebaliknya yang terjadi adalah siswa sering mengobrol dengan teman
sebangku atau bahkan membuat kegaduhan atau mengganggu teman lain. Mengapa
dapat terjadi peristiwa tersebut? Jawabannya pasti mudah ditebak ,karena siswa tidak
dirancang untuk berdiskusi,bertukar pikir dengan teman sejawat,dan berpendapat tentang
materi pembelajaran yang diterimanya.
Dari gambaran permasalahan di atas ,dapat dipastikan permasalahan bukan berasal
dari siswa semata. Guru sebagai penentu utama keberhasilan pembelajaran tentu harus
dipersalahkan juga. Penggunaan metode ceramah yang monoton dan membosankan
sangat tidak menarik bagi siswa. Penyampaian materi ajar berupa luas bangun datar yang
bersifat ilmu terapan disampaikan guru secara verbal akan sangat membingungkan siswa.
Penggunaan metode ceramah dan latihan yang tidak ditunjang media yang relevan juga
menjadi pemicu rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran. Aktivitas belajar siswa
yang rendah akan berpengaruh negatif pada tingkat penguasaan materi pembelajaran.
Tingkat penguasaan materi pembelajaran yang rendah tentu saja akan mengakibatkan
rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar yang rendah akan berakibat buruk pada
kredibilitas guru sebagai pengajar dan pendidik. Kredibilitas dan kompetensi guru yang
rendah akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pendidikan.
Dalam mempelajari matematika SD kita mengenal dua macam pengetahuan yaitu
pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Kedua macam pengetahuan
tersebut harus dikuasai siswa SD. Pengetahuan konseptual mengacu pada pemahaman
konsep sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada ketrampilan melakukan
sesuatu atau prosedur pengerjaan. Untuk itu , matematika hendaknya disajikan sesuai
dengan perkembangan anak. Menurut Piaget siswa umur 7 – 12 tahun berada pada
tingkat operasional konkret,dengan ciri-ciri :
1.
Siswa belum mampu melakukan operasi yang kompleks;
2.
Siswa dapat melakukan operasi logis yang berorientasi kepada objek-objek atau
peristiwa-peristiwa yang dialami siswa;
4
3.
Siswa dapat berpikir induktif,tetapi sangat lemah dalam berpikir deduktif;
4.
Siswa mengalami kesulitan merangkai ide atau gagasan yang bersifat abstrak.
Pakar teori pembelajaran William Brownell meyakini bahwa anak-anak pasti
memahami apa yang sedang mereka pelajari jika belajar secara permanen atau secara
terus-menerus . Brownell mendukung penggunaan benda-benda konkret untuk
memanipulasikan konsep sehingga konsep mudah dipahami.
Berdasarkan pemahaman teori di atas serta masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran matematika tentang bangun datar tersebut akan digunakan alat peraga
satuan persegi. Alat ini berguna untuk membantu siswa menemukan luas bangun datar
secara riil atau nyata. Alat ini berguna juga untuk mengkonkretkan konsep luas bagun
datar yang disampaikan secara abstrak atau verbal. Dengan alat ini diharapkan hasil
belajar matematika tentang luas bangun datar akan meningkat. Dan upaya di atas penulis
lakukan dengan mengadakan perbaikan pembelajaran matematika tentang luas bangun
datar melalui Penelitian Tindakan Kelas( PTK ).
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan temuan masalah dari refleksi dan diskusi dengan teman sejawat
banyak ditemukan masalah dalam pembelajaran matematika tentang luas bangun datar di
kelas 5 Semester 1 SD Negeri Pandansari 01 antara lain :
a
bagaimana perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran ?
b
bagaimana kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran ?
c
bagaimana kesungguhan siswa dalam mengerjakan soal latihan ?
d
bagaimana kemampuan siswa dalam mengerjakan soal latihan?
e . apakah siswa berani bertanya ketika mengalami kesulitan ?
f.
bagaimana kemampuan siswa ketika menghitung?
g.
bagaimana hasil ulangan siswa ?
Dari pertanyaan reflektif tersebut diketahui berbagai kekurangan siswa dalam
pembelajaran antara lain :
a.
siswa sering berbicara sendiri dengan temannya sebangku;
b.
siswa kurang berani menjawab pertanyaan dari guru;
c.
siswa malas dalam mengerjakan soal latihan;
d.
siswa tidak berusaha mengerjakan soal latihan dengan sungguh-sungguh;
5
e.
siswa tidak berani bertanya ketika mengalami kesulitan;
f.
siswa tidak dapat menentukan rumus luas
g.
hasil ulangan formatif siswa rendah
1.3. Cara Pemecahan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut maka alternatif tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan tahapan-tahapan tindakan
dengan Penerapan model
pembelajaran Jigsaw ,yaitu :
1.
Menyiapkan skenario pembelajaran ( RPP )
2 Menugaskan siswa untuk membuat tiruan ubin dari manila dengan ukuran 10 x 10 cm2
3. Menumbuhkan sikap keingintahuan siswa dengan bertanya
4. Menciptakan masyarakat belajar dengan membentuk kelompok belajar
untuk
mendiskusikan hasil tim ahli ( model Jigsaw )
5. Melaksanakan Pembelajaran
6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan pembelajaran
7. Melakukan penilaian di akhir pembelajaran
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan di atas,penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1.
Apakah dengan penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran
matematika tentang luas bangun datar dapat meningkatkan hasil belajar kelas 5
semester 1 SD Negeri Pandansari 01 tahun ajaran 2013/2014 ?
1.5.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemikiran di atas,maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
apakah dengan penggunaan model pembelajaran jigsaw dapat menigkatkan hasil belajar
matematika tentang luas bagun datar pada siswa kelas 5 semester 1 SD Negeri
Pandansari 01 Tahun ajaran 2013/2014
1.5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan agar dapat tercapai dalam penelitian ini adalah:
6
Manfaat Teoritis
1.
Dapat menambah pengetahuan menganai pennggunaan model pembelajaran jigsaw
bagi siswa SD Negeri Pandansari 01 Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang
2.
Sebagai dasar implementasi kurikulum mata pelajaran Matematika SD Negeri
Pandansari 01
3.
Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya
Manfaat Praktis
Penelitian ini sangat besar manfaatnya baik bagi guru,bagi siswa,bagi sekolah dan
bagi masyarakat. Berikut ini akan diuraikan manfaat masing-masing yaitu :
1. Manfaat bagi guru
a.
Sebagai upaya meningkatkan keprofesionalan seorang guru;
b.
Memperoleh pengalaman berharga dalam upaya untuk meningkatkan
kinerjanya
dalam pembelajaran di kelas;
c
Meningkatkan daya kreatif dan inovatif dalam memajukan pendidikan dasar;
d
Membiasakan guru untuk selalu melakukan Penelitian Tindakan Kelas dalam
rangka memperbaiki pembelajaran di kelasbnya.
2.
Manfaat bagi siswa untuk
meningkatkan
keaktifan
siswa
dalam mengikuti
pembelajaran matematika efektif,kreatif, dan menyenangkan sehingga hasil belajar
akan meningkat.
3.
Manfaat bagi sekolah
a. Sebagai dasar untuk
menentukan atau mengambil suatu tindakan perbaikan
pembelajaran;
b. Untuk memajukan sekolah sebagai wadah guru dalam pengembangan wawasan
keprofesonalannya;
c.
Meningkatkan kinerja sekolah di tengah persaingan antar lembaga yang ketat;
d.
Sebagai langkah inovatif lembaga sekolah dan praktisi pendidikan.
4.
Manfaat bagi masyarakat
a.
Mampu mencetak generasi muda yang cerdas,trampil dan berdaya guna;
b.
Meningkatkan standar mutu pendidikan secara umum;
c.
Mendorong masyarakat agar selalu mengikuti perkembangan pendidikan terutama di
bidang karya ilmiah khususnya Penelitian Tindakan Kelas ( PTK );
7
d.
Meningkatkan partisipatif aktif masyarakat di bidang penulisan.
5.
Manafaat bagi peneliti
a.
Menambah ilmu pengetahuan yang telah dimiliki
b.
Merupakan wahana menerapkan ilmu pengetahuanyang telah didapat di bangku
kuliah
Download