PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

advertisement
PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS KARYAWAN FOODMART EKALOKASARI BOGOR)
Oleh
INTAN AMETHYS PRIMA PRESTISYANA
H24104020
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
ABSTRAK
Intan Amethys Prima Prestisyana. H24104020. Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Kasus Karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor). Di bawah bimbingan
Sjafri Mangkuprawira dan Ratih Maria Dhewi.
Foodmart Ekalokasari (FE) merupakan salah satu perusahaan bisnis ritel besar di Bogor
yang mengalami persaingan yang tinggi. FE Bogor melakukan beberapa perubahan terhadap
kebijakan dan strategi yang bertujuan untuk meningkatkan daya saingnya di pasar.
Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi kondisi karyawan terutama menyangkut
stres kerja dan kinerja karyawan. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis kondisi stres kerja
dan kinerja karyawan FE Bogor, (2) Menganalisis seberapa jauh pengaruh stres kerja
terhadap kinerja karyawan FE Bogor dan (3) Memberikan implikasi manajerial yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen FE Bogor agar dapat mengoptimalkan kinerja karyawan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara kepada manajer dan beberapa karyawan serta penyebaran
kuesioner. Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan dan internet. Teknik
pengambilan sampel adalah Complete Enumeration (sensus) dengan jumlah sampel sebanyak
74 responden. Analisis ini menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM)
dengan alat pengolah data LISREL 8,3 dan SPSS versi 13,0.
Secara keseluruhan, stres kerja yang dialami karyawan adalah rendah dengan kinerja
karyawan adalah baik. Stressor kerja (sumber stres kerja) tertinggi yang dirasakan karyawan
dapat menciptakan stres kerja bagi karyawan adalah kurangnya partisipasi karyawan dalam
pengambilan keputusan perusahaan, sedangkan konsekuensi tertinggi akibat adanya stres
kerja adalah perubahan produktivitas. Kinerja karyawan yang sudah baik ditunjukkan oleh
tingkat kedisiplinan karyawan yang tinggi. Stressors kerja berpeluang besar dalam
menciptakan stres kerja karyawan. Stressor kerja yang paling berpengaruh terhadap stres
kerja adalah stressor individu meliputi konflik peran, beban kerja dan kondisi kerja. Indikator
konsekuensi stres kerja yang paling berpengaruh terhadap stres kerja yaitu variabel keluar
kerja. Sedangkan indikator yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan
yaitu variabel tanggung jawab karyawan. Hal ini menunjukkan jika stressor optimum, maka
karyawan akan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan. Stres kerja secara
signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Adanya stres kerja yang dialami
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor saat ini dapat meningkatkan kinerja karyawan karena
stres pada tingkat rendah sampai sedang akan merangsang jasmani dan rohani serta
meningkatkan kemampuan bereaksi sehingga pada saat inilah kinerja karyawan akan lebih
baik.
Implikasi manajerial yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen Foodmart
Ekalokasari Bogor adalah mengoptimalkan stres yang berdampak positif bagi peningkatan
kinerja karyawan meliputi konflik peran, beban kerja dan kondisi kerja agar cenderung
meningkatkan kinerja karyawan, terutama tanggung jawab karyawan. Selain itu, pihak
manajemen juga sebaiknya memperbaiki stressor kelompok dan organisasi sehingga kinerja
karyawan akan menjadi semakin baik.
PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS KARYAWAN FOODMART EKALOKASARI BOGOR)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
INTAN AMETHYS PRIMA PRESTISYANA
H24104020
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS KARYAWAN FOODMART EKALOKASARI BOGOR)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Intan Amethys Prima Prestisyana
H24104020
Menyetujui,
April 2008
Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira
Dosen Pembimbing I
Ratih Maria Dhewi, SP, MM
Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
Ketua Departemen Manajemen
Tanggal ujian : 9 April 2008
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Juni 1985 di kota
Subang, Propinsi Jawa Barat. Penulis yang bernama
lengkap Intan Amethys Prima Prestisyana adalah anak
pertama pasangan Bapak Sunaryono dan Ibu Umiyati.
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak
Al-Hidayah, Tlepokwetan, Grabag, Purworejo pada tahun 1989 dan lulus pada
tahun 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri
Tlepokwetan, Grabag, Purworejo pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997.
Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 1 Grabag, Purworejo dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000
penulis melanjutkan sekolah khusus ”Takhassussiyyah” Pondok Pesantren
Modern Islam Assalaam, Pabelan, Kartasura, Surakarta dan lulus pada tahun
2001. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di Sekolah
Menengah Atas Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, Pabelan, Kartasura,
Surakarta. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada tahun 2004,
kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (USMI
IPB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB.
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif di beberapa kegiatan
kemahasiswaan dan kegiatan di luar kampus. Pada tahun 2004, penulis pernah
menjadi sekretaris ROHIS (Rohani Islam) Manajemen IPB. Dan pada tahun 2005,
penulis pernah menjadi salah satu panitia Olimpiade Pertanian untuk anak SMU
seluruh Indonesia yang diadakan oleh IPB sebagai Humas (Hubungan
Masyarakat). Penulis juga pernah menjadi sekretaris pada kegiatan Training the
Presenter yang diadakan oleh PT. K-link Indonesia pada tahun 2005 dan 2006.
Setelah menyelesaikan seluruh mata kuliah, penulis berhasil membuat
skripsi dan menyelesaikan studi dalam waktu tiga tahun tujuh bulan di
Departemen Manajemen untuk angkatan ’41. Bila ingin mendapatkan informasi
lebih lanjut mengenai skripsi ini dapat menghubungi nomor 085214010538.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan (Studi
Kasus Karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor)” dengan baik. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengangkat tema mengenai stres kerja dan kinerja karyawan
karena penulis tertarik untuk mempelajari faktor-faktor apa saja yang dapat
menimbulkan stres kerja di kalangan para karyawan dan bagaimana pengaruhnya
terhadap kinerja karyawan. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui implikasi
manajerial yang dapat dilakukan pihak manajemen sehingga kinerja karyawan dan
perusahaan dapat ditingkatkan pada tahap yang optimal.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu
penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, secara moril maupun
materiil. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira selaku dosen pembimbing
pertama dan sebagai ayah kedua bagi penulis yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan
kepada penulis.
2. Mbak Ratih Maria Dhewi, SP, MM selaku dosen pembimbing kedua dan
sebagai seorang kakak yang selalu membimbing, mengarahkan, memberi
dukungan dan motivasi kepada penulis dengan tulus dan sabar.
3. Ibu Erlin Trisyulianti, STP, MSi selaku dosen penguji yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan ujian sidang kepada penulis.
4. Bapak Dwi Julian selaku manajer Foodmart Ekalokasari Bogor yang telah
memberikan ijin untuk dapat melakukan penelitian di Foodmart Ekalokasari
Bogor dan telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data. Tak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor,
karena telah bersedia membantu proses penyelesaian skripsi ini.
iv
5. Bapak, ibu dan adik-adikku (Irma dan Uka) atas perhatian, kasih sayang,
semangat dan doa yang tak pernah putus dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Saudara-saudaraku, mbak Elis, Dina, mbak Inna, Berkha, Dedy, teh Mala, teh
Mimin, teh Ita, teh Rian, teh Rina, Arif dan saudara-saudaraku di K-link,
terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini. Keep istiqomah dan sukses
selalu ya…..
7. Akh Fadhly (veby) yang selalu memberikan nasihat dan doa yang tulus.
Syukron katsiran ya akhiy….
8. Teman-teman kosan (Acil, Gitri, Weni, Gumay, Depal, Lili, Edoth dan Oci)
atas perhatian dan bantuan kalian selama ini. Tak lupa ucapan terima kasih
kepada teman-teman satu bimbingan (Yunita, Rini, Litu, Indah, Dian, Barita,
Oci, Teguh dan Ade) atas kebersamaan yang indah, begitu pula dengan rekanrekan Manajemen 41, terimakasih atas motivasi dan perhatiannya selama ini.
9. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB khususnya
Departemen Manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis
selama menyelesaikan studi di FEM IPB.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa selama proses penelitian sampai pada
penyusunan skripsi ini, banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Namun,
penulis banyak belajar mengenai hal tersebut. Tidak hanya terkait dengan tema
skripsi, melainkan juga berbagai input dan nasihat dari berbagai pihak untuk
pengembangan diri penulis, terutama terkait dengan attitude dan soft skill. Penulis
juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak.
Bogor, 19 April 2007
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iv
DAFTAR ISI ........................................................................................ ..
vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
x
I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1.1. Latar Belakang ...........................................................................
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................
1.4. Ruang Lingkup Penelitian .........................................................
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................
1
1
2
3
3
4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) ...........................
2.2. Stres Kerja ................................................................................
2.2.1. Pengertian Stres Kerja ....................................................
2.2.2. Potensi Sumber Stres Kerja ............................................
2.2.3. Konsekuensi Stres Kerja .................................................
2.2.4. Pendekatan Stres Kerja ....................................................
2.3. Kinerja .......................................................................................
2.3.1. Pengertian Kinerja ...........................................................
2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ....................
2.4. Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja ......................................
2.5. Penelitian Terdahulu ..................................................................
5
5
6
6
6
11
13
15
15
16
18
21
III. KERANGKA PEMIKIRAN ..........................................................
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ..............................................
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .............................................
23
23
26
IV. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................
4.2. Metode Pengumpulan Data ......................................................
4.3. Metode Pengambilan Sampel ...................................................
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................
4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .......................
4.4.2. Skor Rataan ...................................................................
4.4.3. Structural Equation Modeling (SEM) ...........................
29
29
29
30
30
30
32
33
vi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
5.1. Gambaran Umum Perusahaan ....................................................
5.1.1. Sejarah Perkembangan Matahari Group ..........................
5.1.2. Sejarah Perkembangan Foodmart Ekalokasari
Bogor ...............................................................................
5.1.3. Lokasi Perusahaan ...........................................................
5.1.4. Visi, Misi, Logo dan Motto Perusahaan ..........................
5.1.5. Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan Karyawan ..........
5.1.6. Kesejahteraan Karyawan .................................................
5.1.7. Produk-produk Foodmart Ekalokasari Bogor .................
5.2. Karakteristik Karyawan .............................................................
5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ....................................
5.3.1. Hasil Uji Validitas ...........................................................
5.3.2. Hasil Uji Reliabilitas .......................................................
5.3.3. Keberhasilan Sensus ........................................................
5.3.4. Uji Model ........................................................................
5.4. Analisis Penilaian Karyawan terhadap Stres Kerja
dan Kinerja Karyawan ...............................................................
5.4.1. Penilaian Karyawan terhadap Stres Kerja dan
Kinerja Karyawan ............................................................
5.4.2. Penilaian Karyawan terhadap Stressor Kerja (Sumber
Pembangkit Stres Kerja) ..................................................
5.4.3. Penilaian Karyawan terhadap Stres Kerja .......................
5.4.4. Penilaian Karyawan terhadap Kinerja Karyawan ............
5.5. Analisis Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja
Karyawan ...................................................................................
5.5.1. Nilai Kontribusi Variabel Indikator dalam
Membangun Variabel Laten ............................................
5.5.2. Pengaruh Stressor Kerja terhadap Stes Kerja ..................
5.5.3. Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan ..........
38
38
38
VI. IMPLIKASI MANAJERIAL .......................................................
72
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
1. Kesimpulan .....................................................................................
2. Saran ...............................................................................................
78
78
79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
80
LAMPIRAN ...........................................................................................
82
vii
39
40
40
41
45
47
48
51
51
52
53
53
54
54
55
59
62
64
65
68
69
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Jumlah dan jabatan karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor
(20 Januari 2008) ...............................................................................
42
2. Karakteristik karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor ........................
50
3. Nilai reliabilitas konstruk pengaruh stres kerja terhadap
kinerja karyawan ................................................................................
52
4. Nilai uji model pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan ........
54
5. Posisi keputusan penilaian karyawan terhadap tingkat stres kerja
dan kinerja karyawan .........................................................................
55
6. Penilaian karyawan terhadap stressors kerja (sumber stres kerja) ......
56
7. Penilaian karyawan terhadap stres kerja ............................................
59
8. Nilai uji chi-square karakteristik karyawan dengan stres kerja dan
kinerja karyawan ................................................................................
61
9. Penilaian karyawan terhadap kinerja karyawan .................................
62
viii
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Model stres (Robbins, 2006) ............................................................
12
2. Hubungan U terbalik antara stres dan kinerja karyawan .................
20
3. Kerangka pemikiran konseptual .......................................................
25
4. Kerangka pemikiran operasional .....................................................
28
5. Model struktural pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan ..
37
6. Logo Foodmart .................................................................................
41
7. Nilai t model pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan ........
52
8. Diagram lintas model pengaruh stres kerja terhadap kinerja
karyawan ..........................................................................................
65
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Kuesioner penelitian ...........................................................................
83
2. Gambar struktur organisasi Foodmart Ekalokasari Bogor .................
89
3. Perhitungan construst reliability (reliabilitas konstruk) ....................
90
4. Nilai uji hubungan karakteristik karyawan dengan variabel
stres kerja ............................................................................................
91
5. Nilai uji hubungan karakteristik karyawan dengan variabel
kinerja karyawan .................................................................................
92
6. Syntax model pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan ..........
93
7. Nilai uji model fit ...............................................................................
94
x
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia telah memasuki era globalisasi dan transformasi yang sangat
cepat. Hal ini ditandai dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya
persaingan di segala bidang baik dalam satu negara maupun lintas negara.
Pertumbuhan bisnis pun ikut berkembang dengan pesat dan saat laju
perubahan berada pada tingkatnya yang paling cepat untuk setiap jenis bisnis,
maka setiap pelaku bisnis baik dalam perusahaan kecil maupun perusahaan
besar harus selalu mempelajari sistem dan teknologi baru agar tetap dapat
menghasilkan laba dan dapat membuat perusahaan kompetitif. Selain itu,
situasi global dan era perubahan tersebut menuntut perusahaan menyesuaikan
diri dengan perubahan yang terjadi agar bisa tetap survive, tumbuh dan
berkembang.
Dampak dari situasi tersebut juga menuntut perusahaan pada kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) yang semakin tinggi dan karyawan dituntut
bekerja lebih cepat, hal ini mengakibatkan karyawan mengalami tekanan
dalam bekerja. Selain itu, perampingan perusahaan, PHK, merger dan
bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai dampak dari krisis perekonomian
negara yang berkepanjangan, mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi
ribuan bahkan jutaan karyawan. Pekerjaan baru yang sebenarnya tidak
dikuasai oleh karyawan harus tetap dilakukan. Karyawan juga tidak tahu
berapa lama lagi dirinya masih dibutuhkan oleh perusahaan. Karyawan juga
harus menerima pimpinan baru yang belum dikenal sebelumnya sehingga
memerlukan waktu dan kekuatan mental untuk beradaptasi. Karyawan juga
harus menghadapi pengawasan yang ketat, tunjangan kesejahteraan yang
berkurang dan harus bekerja lebih keras lagi untuk mempertahankan status
sosial keluarga (Rini, 2002). Situasi seperti ini dapat mengganggu kondisi
psikologis karyawan sehingga akan
menimbulkan stres kerja dan
kecenderungan negatif terhadap kinerja pada sebagian besar karyawan.
Stres kerja merupakan kondisi ketegangan yang dialami karyawan
dalam menghadapi pekerjaan sehingga dapat mempengaruhi emosi, proses
2
berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya, pada
diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat
mengganggu pelaksanaan kerja. Gejala-gejala ini menyangkut baik kesehatan
fisik maupun kesehatan mental. Stres kerja ini tampak dari simptom, antara
lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur,
merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan
darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan (Handoko, 2001).
Tingkat stres yang dialami oleh tiap karyawan berbeda-beda,
tergantung dari cara karyawan mengelola stres yang dialami. Stres dapat
memberikan dampak yang berlawanan, apabila tingkat stres yang dialami
karyawan rendah atau masih dalam batas kewajaran, maka stres dapat
menjadi motivasi dalam pelaksanaan kerja sehingga mengoptimalkan kinerja.
Namun sebaliknya, apabila stres yang dialami karyawan berada pada tingkat
yang terlalu tinggi atau sudah melampaui batas kewajaran, maka stres akan
cenderung menjadi masalah sehingga menurunkan kinerja. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil penilaian prestasi kerja karyawan yang akan semakin
menurun.
Dari hasil prastudi terungkap bahwa Foodmart Ekalokasari Bogor
sebagai salah satu perusahaan besar yang bergerak dalam bidang ritel bisnis,
menghadapi stres yang tinggi dalam persaingannya. Hal tersebut berdampak
pula meningkatnya stres bagi karyawan, sesuai dengan hasil wawancara
terhadap manajer dan beberapa karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor.
Namun, jika hal tersebut dikelola dengan baik dapat mengoptimalkan kinerja
karyawan dan perusahaan. Hal itulah yang melatarbelakangi pentingnya
penelitian ini dilakukan, dengan harapan memberikan implikasi manajerial
bagi pengelolaan stres kerja dan peningkatan kinerja Foodmart Ekalokasari
Bogor.
1.2. Rumusan Masalah
Perusahaan sering mengalami beberapa masalah yang berhubungan
dengan karyawan, antara lain tingkat absensi (kemangkiran), turn over yang
cukup tinggi, merosotnya kuantitas dan kualitas kinerja serta bertambah
3
banyaknya keluhan dari karyawan. Untuk itu, perusahaan perlu melakukan
pengelolaan SDM, karena hal tersebut sangat mempengaruhi kelangsungan
hidup perusahaan. Pengelolaan SDM dapat dilakukan dengan penilaian
kinerja karyawan dan mengelola stres kerja yang seringkali dialami oleh
sebagian besar karyawan. Dalam hal ini, penulis mengidentifikasi beberapa
masalah yang akan diteliti terkait stres kerja dan kinerja karyawan yaitu :
1. Bagaimana kondisi stres kerja dan kinerja karyawan Foodmart
Ekalokasari Bogor?
2. Seberapa jauh pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan Foodmart
Ekalokasari Bogor?
3. Bagaimanakah implikasi manajerial yang dapat dilakukan oleh pihak
manajemen Foodmart Ekalokasari Bogor agar dapat mengoptimalkan
kinerja karyawan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian disusun
sebagai berikut :
1.
Menganalisis kondisi stres kerja dan kinerja karyawan Foodmart
Ekalokasari Bogor.
2.
Menganalisis seberapa jauh pengaruh stres kerja terhadap kinerja
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor.
3. Menyusun implikasi manajerial yang dapat dilakukan oleh pihak
manajemen Foodmart Ekalokasari Bogor agar dapat mengoptimalkan
kinerja karyawan.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah dan lebih mudah dipahami, maka
penulis membatasi masalah yang mencakup beberapa hal yaitu :
1. Responden adalah seluruh karyawan tetap Foodmart Ekalokasari Bogor
kecuali manajer.
2. Stres kerja yang akan dikaji adalah stressors kerja dan konsekuensi stres
kerja. Stressors kerja terdiri dari stres yang berasal dari kelompok,
individu dan organisasi. Konsekuensi stres kerja terdiri dari perubahan
produktivitas, tingkat absensi (kemangkiran) dan keluar dari pekerjaan.
4
3. Indikator kinerja yang akan dikaji yaitu tanggung jawab, disiplin, kerja
sama, komunikasi dan loyalitas karyawan.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai alat untuk melihat bagaimana kondisi karyawan baik dari tingkat
stres maupun kinerjanya dan sebagai bahan masukan serta pertimbangan
bagi perusahaan dalam melakukan manajemen stres sehingga tingkat
stres kerja dan kinerja karyawan dapat dioptimalkan.
2. Sebagai bahan informasi dan wawasan bagi para pembaca yang
diharapkan dapat dijadikan sebagai karya ilmiah yang layak dipercaya
dan sebagai sumber referensi untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya.
3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan penerapan teori yang telah
diperoleh selama di bangku kuliah ke dalam praktik yang sebenarnya dan
diharapkan dapat mencari solusi di dalam setiap permasalahan yang
terjadi di dunia nyata.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan serangkaian
tugas yang terkait dengan upaya-upaya memperoleh karyawan, melatih,
mengembangkan, memotivasi, mengorganisasikan dan memelihara karyawan
sebuah perusahaan sampai suatu ketika terjadi pemutusan hubungan kerja.
MSDM sebagai penerapan pendekatan SDM secara bersama-sama memiliki
dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan untuk perusahaan dan untuk
karyawan (Mangkuprawira, 2004).
Mangkunegara (2001) menyatakan bahwa MSDM adalah suatu
perencanaan,
pengorganisasian,
pengkoordinasian,
pelaksanaan
dan
pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. MSDM didefiniskan pula sebagai suatu
pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu
karyawan. Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangkan secara
maksimal di dalam dunia kerja untuk mencapai tujuan organisasi dan
pengembangan individu karyawan.
Menurut Hasibuan (2003) MSDM adalah ilmu dan seni yang mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Menurut Arep
dan Tanjung (2003) MSDM adalah ilmu dan seni yang mengatur unsur
manusia (cipta, rasa dan karsa) sebagai aset suatu organisasi demi
terwujudnya organisasi dengan cara memperoleh, mengembangkan dan
memelihara tenaga kerja secara efektif dan efisien. Sedang menurut Rivai
(2004), MSDM merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang
meliputi
segi-segi
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
pengendalian, serta sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana
seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia.
6
2.2. Stres Kerja
2.2.1. Pengertian Stres Kerja
Stres sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan,
beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh,
anxiety (kecemasan), kemurungan dan hilang daya. Stres kerja
merupakan suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seorang karyawan. Stres yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan.
Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai
macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja
karyawan. Orang-orang yang mengalami stres bisa menjadi nervous
(gugup/gelisah) dan merasakan kekhawatiran kronis. Karyawan sering
mudah marah dan agresif, tidak dapat rileks atau menunjukkan sikap
yang tidak kooperatif (Rivai, 2004).
Menurut Mangkunegara (2001) stres kerja merupakan perasaan
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres
kerja ini tampak dari simptom, antara lain emosi tidak stabil, perasaan
tidak tenang, suka menyendiri, merokok yang berlebihan, tidak bisa
rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami
gangguan pencernaan.
Menurut Robbins (2006) stres adalah kondisi dinamik yang di
dalamnya individu menghadapi peluang, kendala (constraints) atau
tuntutan
(demands)
yang
terkait
dengan
apa
yang
sangat
diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tapi
penting. Stres tidak dengan sendirinya harus buruk. Walaupun stres
lazimnya dibahas dalam konteks negatif, stres juga mempunyai nilai
positif. Stres merupakan peluang bila stres itu menawarkan potensi
perolehan.
2.2.2. Potensi Sumber Stres Kerja
Handoko (2001) mengatakan bahwa kondisi-kondisi yang
cenderung menyebabkan stres disebut stressors. Meskipun stres dapat
7
diakibatkan oleh hanya satu stressor, biasanya karyawan mengalami
stres karena kombinasi stressors. Ada dua kategori yang dapat
menyebabkan stres, yaitu on-the-job dan off-the-job. Hampir setiap
kondisi pekerjaan bisa menyebabkan stres tergantung pada reaksi
karyawan. Namun, tetap saja ada sejumlah kondisi kerja yang sering
menyebabkan stres bagi para karyawan. Diantara kondisi-kondisi
kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Beban kerja yang berlebihan
2.
Tekanan atau desakan waktu
3.
Kualitas supervisi yang jelek
4.
Iklim politis yang tidak aman
5.
Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
6.
Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung
jawab
7.
Kemenduaan peran (role ambiguity)
8.
Frustasi
9.
Konflik antar pribadi dan antar kelompok
10. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan
11. Berbagai bentuk perubahan
Di lain pihak, stres karyawan juga dapat disebabkan oleh
masalah-masalah yang terjadi di luar perusahaan (off-the-job).
Penyebab-penyebab stres tersebut antara lain :
1.
Kekuatiran finansial
2.
Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
3.
Masalah fisik
4.
Masalah-masalah perkawinan (misal, perceraian)
5.
Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal
6.
Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara
Menurut Mangkunegara (2001) penyebab stres kerja antara lain
beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak,
kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat,
otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan
8
tanggung jawab, konflik kerja dan perbedaan nilai antara karyawan
dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja.
Menurut Dessler (1997) ada dua sumber utama dari stres kerja
yaitu lingkungan dan personal. Faktor-faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan stres kerja mencakup jadwal kerja, irama kerja, jaminan
pekerjaan, rute perjalanan kerja, jumlah dan sifat pelanggan atau klien
serta
kebisingan
tempat
kerja.
Faktor
personal yang
dapat
mempengaruhi stres kerja yaitu tipe kepribadian seseorang. Selain
stres yang berasal dari pekerjaan, stres juga dapat disebabkan oleh
masalah non-pekerjaan seperti masalah perceraian.
Beberapa sumber stres menurut Cooper (1983) dalam Rini
(2002) yang dianggap sebagai sumber stres kerja yaitu :
1. Kondisi pekerjaan
a) Lingkungan fisik
Kondisi kerja yang buruk dapat menyebabkan karyawan
mudah mengalami stres dan sulit berkonsentrasi dalam
bekerja. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan kerja
sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja karyawan.
b) Overload
Overload dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif.
Dikatakan overload kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang
dikerjakan melebihi jumlah karyawan. Sedangkan dikatakan
kualitatif jika pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit
sehingga menyita kemampuan karyawan.
c) Deprivational stress
Deprivational stress merupakan kondisi pekerjaan yang tidak
lagi menantang atau tidak lagi menarik bagi karyawan
sehingga muncul kebosanan dan ketidakpuasan.
d) Pekerjaan berisiko tinggi
Merupakan pekerjaan yang berpotensi menimbulkan stres
kerja karena harus dihadapkan dengan kemungkinan terjadinya
kecelakaan.
9
2. Konflik peran
Sebuah penelitian menyatakan bahwa karyawan yang bekerja di
perusahaan besar atau yang kurang memiliki struktur yang jelas,
dapat mengalami stres karena konflik peran. Hal ini disebabkan
tidak adanya kejelasan peran karyawan dalam melaksanakan
pekerjaan dan tidak tahu apa yang diharapkan oleh manajemen.
Akibatnya muncul rasa ketidakpuasan, ketegangan, menurunnya
prestasi
kerja
hingga
akhirnya
timbul
keinginan
untuk
meninggalkan pekerjaan.
3. Pengembangan karir
Kesempatan
untuk
mengembangkan
karir
bagi
karyawan
seringkali tidak terlaksana. Hal ini disebabkan ketidakjelasan
pengembangan karir dan penilaian prestasi kerja dari perusahaan
atau karena sudah tidak ada lagi kesempatan untuk naik jabatan.
4. Struktur organisasi
Struktur organisasi yang tidak jelas dapat menyebabkan karyawan
mengalami stres. Hal ini disebabkan minimnya kejelasan struktur
organisasi yang menjelaskan jabatan, peran, wewenang dan
tanggung jawab karyawan.
Robbins (2006) juga mengatakan bahwa ada tiga kategori
potensi stressors, yaitu :
1.
Faktor lingkungan
Adapun faktor lingkungan yang dapat menciptakan stres pada
sebagian
besar
karyawan
adalah
ketidakpastian
ekonomi,
ketidakpastian politik dan ketidakpastian teknologi.
2. Faktor organisasi
Faktor-faktor organisasi ini dibedakan berdasarkan enam kategori.
Kategori-kategori tersebut yaitu :
a) Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan
pekerjaan seseorang yang mencakup desain pekerjaan
individu (otonomi, keragaman tugas dan tingkat otomatisasi),
kondisi kerja dan tata letak kerja fisik.
10
b) Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan
pada seseorang sebagai fungsi dari peran yang dimainkan
dalam organisasi itu. Misal, konflik peran menciptakan
harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau
dipuaskan, kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan
untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan oleh
waktu dan ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak
dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa
yang harus dikerjakan.
c) Tuntutan antar-pribadi yaitu tekanan yang diciptakan oleh
karyawan lain. Misal, kurangnya dukungan sosial dari rekanrekan
dan
hubungan
antarpribadi
yang
buruk
dapat
menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya diantara para
karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
d) Struktur organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam
organisasi, tingkat aturan dan peraturan serta dimana
keputusan diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya
partisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak
pada karyawan merupakan contoh variabel struktural yang
dapat merupakan potensi sumber stres.
e) Kepemimpinan organisasi menggambarkan gaya manajerial
eksekutif senior organisasi.
f) Tingkat hidup organisasi menggambarkan organisasi berjalan
melalui siklus. Didirikan, tumbuh, menjadi dewasa dan
akhirnya
merosot.
Tahap
kehidupan
tersebut
dapat
menciptakan masalah dan tekanan bagi para karyawan.
3. Faktor individu
Faktor ini mencakup faktor-faktor dalam kehidupan pribadi
karyawan seperti persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan
karakteristik kepribadian bawaan.
Sementara itu Gibson, et al. (1996) mengartikan bahwa stressor
sebagai kejadian eksternal yang potensial tetapi tidak selalu berarti
11
membahayakan individu. Terdapat empat stressors di tempat kerja,
yaitu :
1.
Stressor lingkungan fisik
Penyebab stres yang bersifat lingkungan fisik sering disebut
stressor kerah biru (blue-collar stressor), karena stres ini lebih
merupakan masalah di dalam pekerjaan-pekerjaan kasar, misalnya
mengenai cahaya, udara, suara dan penempatan ruangan kerja.
2. Stressor kelompok
Koefisien setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan
diantara kelompok-kelompok. Karakteristik kelompok dapat
menjadi stressor yang kuat bagi beberapa individu. Penyebab stres
pada tingkat kelompok diantaranya mengenai tingkat kepercayaan
dan hubungan yang kurang baik antara bawahan dengan atasan
atau sebaliknya maupun diantara rekan kerja.
3. Stressor individu
Penyebab-penyebab stres pada tingkat individu diantaranya
mengenai masalah konflik peran, beban kerja yang berlebihan,
tanggung jawab dan kondisi kerja.
4. Stressor organisasi
Penyebab-penyebab stres pada tingkat organisasional diantaranya
adalah tidak adanya kebijakan khusus dari perusahaan, desain dan
birokrasi (prosedur) yang buruk serta kurangnya partisipasi
karyawan dalam pengambilan keputusan.
2.2.3. Konsekuensi Stres Kerja
Stres muncul lewat sejumlah cara. Misalnya, individu yang
mengalami tingkat stres yang tinggi dapat menderita tekanan darah
tinggi, gangguan lambung, sulit membuat keputusan rutin, hilang
selera makan, rawan kecelakaan dan lain-lain. Semua ini dapat dibagi
ke dalam tiga kategori umum : gejala fisiologis, psikologis dan
perilaku (Robbins, 2006).
a) Gejala fisiologis yaitu terjadinya perubahan metabolisme,
meningkatnya laju detak jantung dan pernafasan, meningkatnya
12
tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan terjadinya serangan
jantung.
b) Gejala psikologis yaitu timbulnya ketegangan, kecemasan, mudah
marah, kebosanan dan suka menunda-nunda.
c) Gejala perilaku mencakup perubahan produktivitas, absensi dan
tingkat keluar masuknya karyawan (turn over), perubahan
kebiasaan makan, meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol,
bicara cepat, gelisah dan gangguan tidur.
Konsekuensi
Sumber Potensial
Faktor lingkungan
- Ketidakpastian ekonomi
- Ketidakpastian politik
- Ketidakpastian teknologi
Faktor organisasi
- Tuntutan tugas
- Tuntutan sarana
- Tuntutan antar pribadi
- Struktur organisasi
- Kepemimpinan organisasi
- Tahap perkembangan
organisasi
Perbedaan individu
- Persepsi
- Pengalaman kerja
- Dukungan sosial
- Keyakinan
terhadap lokus
kendali
Stres yang
dialami
Gejala fisiologis
- Sakit kepala
- Tekanan darah
tinggi
- Sakit hati
Gejala psikologis
- Gelisah
- Depresi
- Penurunan
kepuasan kerja
Gejala perilaku
- Produktivitas
- Absensi
- Keluar kerja
Faktor individu
- Masalah keluarga
- Masalah ekonomi
- Kepribadian
Gambar 1. Model stres (Robbins, 2006)
Menurut Dessler (1997) stres kerja dapat menimbulkan
konsekuensi bagi karyawan maupun organisasi. Konsekuensi manusia
tentang stres kerja mencakup kecemasan, depresi, penyalahgunaan
obat-obatan yang terlalu banyak atau kurang makan, hubungan antar
pribadi yang jelek dan kemarahan serta konsekuensi fisik seperti sakit
darah tinggi, sakit kepala dan kecelakaan. Sedangkan konsekuensi
stres kerja bagi organisasi antara lain merosotnya kuantitas dan
13
kualitas kinerja jabatan, meningkatnya kemangkiran, meningkatnya
turn over karyawan dan bertambah banyaknya keluhan.
2.2.4. Pendekatan Stres Kerja
Menurut Bayou (2006) stres tidak dapat dihilangkan namun
dapat diminimalkan. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk
meminimalkan stres sehingga dapat dikelola dengan baik, yaitu :
1. Penghindaran (avoidance) yaitu teknik yang dilakukan untuk
menghindarkan diri kita dari stressor, dengan cara mengenali
aktivitas-aktivitas yang dapat menciptakan stres dalam hidup kita.
Sebagai contoh, datang terlambat ke tempat kerja bisa membuat
seseorang berada dalam kondisi stres karena hal tersebut mungkin
dianggap sebagai melanggar peraturan, malas dan mempengaruhi
penilaian kerja di tempat kerja. Masalah ini dapat diselesaikan
dengan mengelola waktu dengan baik sehingga stres dapat
dihindari.
2. Pemutusan
hubungan
(short-circuiting)
yaitu
teknik
yang
didasarkan atas sebuah kebenaran yang sederhana bahwa sesuatu
itu
tidak
akan
menyebabkan
kita
stres,
kecuali
kita
membiarkannya menjadi stres. Dengan teknik ini, sesuatu yang
menjadi stressor diabaikan, diputuskan atau didefinisikan ulang.
Sebagai contoh, antrian panjang di supermarket merupakan salah
satu stressor pada kebanyakan orang. Namun, dengan teknik ini
kita bisa menggunakan waktu yang ada dengan membaca buku
atau majalah favorit kita sehingga waktu tersebut tidak sia-sia.
3. Mitigasi (mitigation) yaitu teknik yang dilakukan dengan cara
memelihara tubuh dengan baik agar mampu mengendalikan stres
yang ada dengan baik. Ada enam metode yang digunakan dalam
teknik ini, yaitu diet, tidur, berolahraga, tertawa, rekreasi dan
respon relaksasi (mekanisme biologis yang dilakukan dengan
menurunkan denyut jantung, menurunkan tekanan darah dan
memberikan rasa tenang).
14
Menurut Davis dan Newstrom (1996), ada empat pendekatan
yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres yaitu :
1.
Pendekatan dukungan sosial
Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan
memberikan kepuasan sosial kepada masyarakat. Misalnya
bermain game, lelucon dan bodor kerja.
2. Pendekatan melalui meditasi
Pendekatan ini dilakukan dengan cara berkonsentrasi ke alam
pikiran, mengendorkan kerja otot dan menenangkan emosi.
3. Pendekatan melalui biofeedback
Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis (dokter,
psikiater dan psikolog) sehingga diharapkan karyawan dapat
menghilangkan stres yang dialamimya.
4. Pendekatan kesehatan pribadi
Pendekatan
ini
merupakan
pendekatan
preventif
sebelum
terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu
yang kontinu memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot,
pengaturan gizi dan olahraga secara teratur.
Menurut Robbins (2006) cara mengatasi stres dapat dilakukan
dengan dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan
organisasi.
a) Pendekatan individu
Karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk
mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti
efektif mencakup pelaksanaan teknik-teknik manajemen waktu,
meningkatkan latihan fisik, pelatihan pengenduran (relaksasi) dan
perluasan jaringan dukungan sosial, misalnya menemukan
seseorang yang mampu mendengar masalah-masalah kita dan
memberikan perspektif yang lebih objektif terhadap situasi itu.
b) Pendekatan Organisasi
Strategi yang dapat dipertimbangkan oleh manajemen untuk
mengurangi tingkat stres yang dialami karyawan antara lain
15
perbaikan personal dan penempatan kerja, penggunaan penetapan
sasaran yang realistis, perancangan-ulang pekerjaan, peningkatan
keterlibatan karyawan, perbaikan komunikasi organisasi dan
penegakan program kesejahteraan korporasi.
Menurut Handoko (2001) cara terbaik untuk mengurangi stres
adalah dengan menangani penyebab-penyebabnya. Sebagai contoh,
departemen personalia dapat membantu karyawan untuk mengurangi
stres dengan memindahkan ke pekerjaan lain, mengganti penyelia
berbeda dan menyediakan lingkungan kerja yang baru. Cara lain untuk
mengurangi stres adalah dengan merancang kembali pekerjaanpekerjaan sehingga para karyawan mempunyai pilihan keputusan
lebih banyak dan wewenang untuk melaksanakan tanggung jawab
karyawan. Desain pekerjaan juga dapat mengurangi kelebihan beban
kerja, tekanan waktu dan kemenduaan peran. Komunikasi yang lebih
baik bisa memperbaiki pemahaman karyawan terhadap situasi-situasi
stres dan program-program latihan dapat diselenggarakan untuk
mengembangkan keterampilan dan sikap dalam menangani stres.
2.3. Kinerja
2.3.1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara
terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi
bersangkutan. Ukuran kinerja dapat dilihat dari sisi jumlah dan mutu
tertentu, sesuai standar organisasi atau perusahaan. Hal itu sangat
terkait dengan fungsi organisasi dan atau pelakunya. Bentuknya dapat
bersifat tangible dan intangible, tergantung pada bentuk dan proses
pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Kinerja dapat dilihat dari proses,
hasil dan outcome (Mangkuprawira dan Vitayala, 2007).
Menurut Mangkunegara (2001), istilah kinerja berasal dari kata
job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Kinerja atau yang sering
diistilahkan prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
16
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Robbins (2006) mengatakan bahwa kinerja sebagai fungsi
interaksi kemampuan atau ability (A), motivasi (M) dan kesempatan
(O), yaitu kinerja = f (A x M x O) sehingga dapat diartikan kinerja
dipengaruhi oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan.
Sedangkan Rivai dan Ahmad (2005), menyatakan kinerja sebagai
hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran
serta kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama.
2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Mangkuprawira dan Vitayala (2007) menyatakan bahwa kinerja
merupakan suatu konstruksi multidimensi yang mencakup banyak
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri atas
faktor intrinsik karyawan (personal/individual) atau SDM dan
ekstrinsik (kepemimpinan, sistem, tim dan situasional) yaitu :
a. Faktor
personal/individual,
meliputi
unsur
pengetahuan,
keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan
komitmen yang dimiliki oleh tiap individu karyawan.
b. Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team
leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan
dukungan kerja kepada karyawan.
c. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang
diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama
anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
d. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau
infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan
kultur kinerja dalam organisasi.
e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal.
17
Masih menurut Mangkuprawira dan Vitayala (2007), bahwa
kinerja
individu
dipengaruhi
oleh
faktor-faktor
pengetahuan,
keterampilan (skill), motivasi dan peran individu yang bersangkutan.
Kinerja individu akan mempengaruhi kinerja kelompok dan
organisasi. Kinerja kelompok juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
terkait dengan karakteristik tim. Sementara kinerja organisasi
dipengaruhi oleh beragam karakteristik organisasi.
Keith Davis (1964:484) dalam Mangkunegara (2001) juga
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja
adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation)
yang dirumuskan sebagai berikut :
Human Performance
= Ability + Motivation
Motivation
= Attitude + Situation
Ability
= Knowledge + Skill
a) Faktor kemampuan
Faktor ini terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan reality
(knowledge + skill). Artinya, karyawan yang memiliki IQ di atas
rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
b) Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi
kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Handoko (2001), beberapa faktor prestasi kerja yang
sering digunakan dalam perusahaan antara lain : kepribadian, sikap,
ambisi, loyalitas, interest pada suatu pekerjaan, tanggung jawab,
disiplin, inisiatif, penyesuaian, kerja sama, pengetahuan pekerjaan,
produktivitas kerja dan kepemimpinan. Sedangkan Nasution (1994)
menyatakan bahwa unsur-unsur prestasi kerja antara lain : tanggung
jawab karyawan, loyalitas, disiplin, kualitas dan kuantitas pekerjaan,
kecekatan/keterampilan, kecakapan komunikasi serta kerja sama.
18
2.4. Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja
Ada korelasi langsung antara stres dengan prestasi kerja. Stres dapat
sangat membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah
(dysfunctional) atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana, hal ini berarti
bahwa stres mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu
pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stres. Bila tidak ada
stres, tantangan-tantangan kerja juga tidak ada dan akhirnya prestasi kerja
cenderung rendah. Sejalan dengan meningkatnya stres, prestasi kerja
cenderung naik, karena stres membantu karyawan untuk mengerahkan segala
sumber daya dalam memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan
pekerjaan. Namun, bila stres tersebut terlalu besar, prestasi kerja akan mulai
menurun, karena stres mengganggu pelaksanaan pekerjaan (Handoko, 2001).
Menurut Higgins dalam Umar (2005), bila karyawan tidak memiliki
stres maka tantangan-tantangan kerja tidak ada dan akibatnya prestasi kerja
juga rendah. Makin tinggi stres karena tantangan kerja yang bertambah maka
akan mengakibatkan prestasi kerja juga bertambah, tetapi jika stres sudah
maksimal tantangan-tantangan kerja jangan ditambah karena tidak lagi akan
dapat meningkatkan prestasi kerja, tetapi malah akan menurunkan prestasi
kerja.
Menurut Brecht (2000) stres tidak selalu berkonotasi negatif dan dapat
merupakan motivator yang sangat penting serta berpengaruh. Jika seseorang
mencemaskan atau mengkhawatirkan pencapaian suatu tujuan tertentu, maka
ia akan berusaha keras untuk mencapainya. Stres dapat mendorong seseorang
untuk berprestasi, namun stres yang berlebihan dan tidak terkendali dapat
sangat melemahkan dan menyebabkan kehancuran.
Wood, et al. (2001) mengatakan bahwa stres mempunyai dua sisi, yaitu
stres yang bersifat membangun (constructive stress) dan stres yang merusak
(destructive stress). Jika tidak ada stres sama sekali, pekerja akan merasa
tidak ada tantangan sehingga kinerjanya cenderung menurun. Jika intensitas
stres ditingkatkan sampai tingkat yang optimal (moderate), maka akan
membantu pekerja untuk mengerahkan segala sumber daya yang ada. Stres
pada tingkat yang optimal merupakan suatu rangsangan yang sehat untuk
19
mendorong pekerja agar memberikan tanggapan terhadap tantangantantangan pekerjaannya. Namun, jika intensitas stres melebihi batas, maka
akan memberikan dampak yang kurang baik bagi pekerja. Stres yang terlalu
tinggi akan mengganggu dan merusak fisik dan mental pekerja, sehingga
dapat menurunkan kinerja mereka. Hal tersebut juga dapat meningkatkan
tingkat absensi dan kecelakaan kerja serta dapat meningkatkan tingkat
perputaran karyawan dalam perusahaan. Jadi stres yang terlalu rendah
maupun yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pekerja kehilangan kendali
atas dirinya karena stres yang terlalu rendah membuat pekerja bersikap santai
dan tidak ada kemauan untuk mengembangkan kemampuan dirinya.
Davis dan Newstrom (1996), menggambarkan hubungan stres dan
prestasi kerja seperti senar (tali) sebuah biola. Bila tegangan terlalu kecil atau
terlalu besar pada senar, senar itu tidak menghasilkan alunan musik yang
serasi. Seperti senar biola, demikian juga halnya karyawan, bila tegangan
pada seorang karyawan terlalu tinggi atau terlalu rendah, prestasi kerjanya
akan cenderung memburuk. Davis dan Newstrom juga mengatakan jika stres
menjadi terlalu besar, prestasi kerja akan mulai menurun karena stres
mengganggu pelaksanaan pekerjaan karyawan, kehilangan kemampuan untuk
mengendalikannya, menjadi tidak mampu mengambil keputusan dan perilaku
menjadi tidak menentu. Akibat yang paling ekstrim adalah prestasi kerja
menjadi nol, tidak kuat lagi bekerja dan putus asa atau menolak bekerja untuk
menghindari stres.
Menurut Gitosudarmo, et al. (1990), ketika stres meningkat sampai
pada tingkat yang tinggi maka prestasi kerja menurun secara mencolok.
Kondisi ini terjadi karena orang akan lebih banyak menggunakan tenaganya
melawan stres daripada untuk melakukan tugasnya. Pada saat stres rendah
atau tidak ada, pekerja pada umumnya bekerja pada tingkat prestasi yang
dicapainya pada saat itu. Jadi tidak ada dorongan untuk berprestasi lebih dari
yang dilakukan selama ini. Stres yang terlalu berat dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Akibatnya pada diri
karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu
prestasi kerja.
20
Robbins (2006) menyatakan stres pada tingkat rendah sampai sedang
merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuan bereaksi sehingga pada
saat inilah kinerja karyawan akan lebih baik. Namun, terlalu banyak stres
menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai atau kendala ke seseorang
yang mengakibatkan kinerja menurun. Selain itu, stres pada tingkat sedang
dapat mempunyai pengaruh yang negatif pada kinerja jangka panjang karena
intensitas stres yang berkelanjutan tersebut dapat meruntuhkan individu dan
melemahkan sumber daya energinya.
Kinerja
Tinggi
Rendah
Rendah
Stres
Tinggi
Gambar 2. Hubungan U terbalik antara stres dan kinerja karyawan
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Henny (2007) mengenai hubungan stres
kerja dengan kepuasan kerja karyawan bagian customer care pada PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk Bekasi diketahui bahwa kondisi stres kerja
karyawan rendah sedang kondisi kepuasan karyawannya tinggi. Hasil ini
diketahui dari analisis hubungan antara stres kerja dengan kepuasan kerja
karyawan yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara stres
kerja dengan kepuasan kerja karyawan PT TELKOM Tbk Bekasi dengan
nilai korelasi negatif yang berarti apabila stres kerja karyawan menurun maka
akan diikuti dengan kepuasan kerja karyawan yang meningkat.
Mariani (2007) dalam penelitiannya mengenai hubungan nilai-nilai
budaya perusahaan (corporate culture) dan stressors kerja dengan kinerja
karyawan (studi kasus : Divisi Pemasaran dan BMS Kantor Pos Jakarta
Selatan), diketahui bahwa terdapat tujuh nilai budaya yang dinyatakan
memiliki hubungan nyata dan positif dengan kinerja karyawan yaitu bangga
sebagai insan Pos Indonesia, menjunjung tinggi semangat kerja sama dalam
21
kelompok, perhatian yang tulus, selalu berusaha mencapai yang terbaik,
bertanggung jawab kepada pihak-pihak yang berkepentingan, ikatan lestari
diantara seluruh jajaran insan Pos Indonesia beserta seluruh keluarga dan
senantiasa melihat ke depan dan belajar dari pengalaman. Namun, budaya
perusahaan memiliki hubungan negatif dengan stressors kerja. Stressors
kerja memiliki hubungan dengan kinerja karyawan. Kekuatan korelasi
keempat stressors tersebut secara berurut yaitu konflik kerja, dukungan serta
kepemimpinan, beban dan waktu kerja serta karakteristik tugas. Selain itu,
budaya perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan
sedangkan stressors kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan Noviandari (2007) mengenai pengaruh stres
kerja terhadap kinerja karyawan (studi kasus PT. Pos Indonesia (Persero)
Jakarta Timur 13000), diketahui bahwa tingkat stres kerja yang dialami
karyawan rendah dengan tingkat kinerja karyawan tinggi. Sumber stres kerja
secara signifikan berpengaruh positif nyata terhadap stres kerja yang
ditunjukkan oleh nilai γ = 1,58 dan t-value = 4,50. Stres kerja secara
signifikan berpengaruh negatif tidak nyata terhadap kinerja karyawan yang
ditunjukkan oleh nilai β = -0,43 dan t-value = 3,13. Kinerja karyawan secara
signifikan berpengaruh tidak nyata terhadap stres kerja yang ditunjukkan oleh
nilai β = 0,1 dan t-value = 0,89. Tuntutan hubungan antar pribadi merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap sumber stres kerja (stressor)
dengan nilai λ = 0,78. Selain itu, gejala psikologis merupakan variabel
indikator yang paling berpengaruh terhadap stres kerja dengan nilai λ = 0,87.
Sedangkan untuk kinerja karyawan variabel yang memiliki pengaruh terbesar
yaitu kuantitas pekerjaan dengan nilai λ = 1,00.
Penelitian yang dilakukan oleh Endang (2004) mengenai pengaruh stres
kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia DIY diketahui
bahwa dari keempat variabel stressor hanya variabel individu yang
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan
sedangkan variabel lingkungan fisik, kelompok dan organisasi berpengaruh
positif terhadap prestasi kerja karyawan. Variabel lingkungan fisik tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan, karena
22
karyawan PT. Pos Indonesia DIY sudah terbiasa dan merasa nyaman dengan
kondisi lingkungan fisik di tempat karyawan bekerja sehingga karyawan
dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Karyawan pun dapat terus
bekerja dan termotivasi untuk meningkatkan prestasi kerja karena kondisi
lingkungan di tempat bekerja sama sekali tidak mengganggu konsentrasi
karyawan dalam bekerja.
Penelitian yang dilakukan, dengan judul ”Pengaruh Stres Kerja
terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus : Karyawan Foodmart Ekalokasari
Bogor)”, menggunakan analisis SEM dan program LISREL sebagai alat
analisis data yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh stres
kerja terhadap kinerja karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor. Selain itu,
peneliti juga menggunakan variabel stres kerja yang berbeda dari penelitian
sebelumnya. Variabel stres kerja yang digunakan terdiri dari variabel stressor
kerja dan konsekuensi stres kerja. Variabel stressor kerja yang diidentifikasi
adalah variabel stressor kerja menurut Gibson, et al. (1996) meliputi stres
kerja yang berasal dari kelompok, individu dan organisasi. Variabel
konsekuensi stres kerja meliputi perubahan produktivitas, tingkat absensi
(kemangkiran) dan keluar kerja. Sedangkan indikator kinerja karyawan yang
diidentifikasi adalah indikator-indikator yang digunakan oleh Foodmart
Ekalokasari Bogor dalam menilai kinerja karyawan, yaitu tanggung jawab,
disiplin, kerja sama, komunikasi dan loyalitas karyawan.
23
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Kelangsungan dan keberhasilan perusahaan sangat membutuhkan
kemampuan mengelola karyawan. Upaya perusahaan untuk meningkatkan
kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu
sumber daya yang sangat penting bagi perusahaan. Foodmart Ekalokasari
Bogor sebagai perusahaan yang berada pada tingkat persaingan yang tinggi
juga berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusianya untuk
mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan serta menghadapi persaingan yang
terjadi saat ini. Hal ini dilakukan karena Foodmart Ekalokasari Bogor
menyadari bahwa tanpa karyawan yang berkualitas maka visi, misi, tujuan
dan keberhasilan perusahaan tidak akan tercapai. Untuk itulah, Foodmart
Ekalokasari Bogor melakukan beberapa pendekatan terhadap karyawan untuk
memperoleh SDM yang berkualitas, sehingga kinerja karyawan dapat
ditingkatkan dan keberhasilan perusahaan pun dapat dicapai dengan optimal.
Kondisi lingkungan bisnis yang dinamis, akan mempercepat terjadinya
perubahan, sehingga semakin memperketat persaingan usaha. Oleh karena
itu, suatu usaha bisnis memerlukan strategi bersaing agar dapat
memenangkan persaingan dan kelangsungan hidup usaha tetap terjamin.
Foodmart Ekalokasari Bogor juga menyadari perlunya strategi dan kebijakan
yang baik dalam mengelola SDM sehingga menghasilkan karyawan yang
berkualitas
demi
tercapainya
tujuan
perusahaan.
Berbagai
tuntutan
perusahaan terhadap karyawan akan cenderung menimbulkan stres kerja,
terutama bagi karyawan yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan
lingkungan sekitarnya. Semakin tinggi kuantitas karyawan juga cenderung
menimbulkan masalah terkait pembagian kerja dan hubungan antar pribadi
karyawan.
Stres kerja dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Gibson, et al. (1996)
menyatakan bahwa terdapat empat stressors yang dapat menimbulkan stres
kerja di tempat kerja, yaitu : stres yang berasal dari lingkungan fisik,
kelompok, individu dan organisasi. Wood, et al. (2001) mengatakan bahwa
24
stres mempunyai dua sisi, yaitu stres yang bersifat membangun (constructive
stress) dan stres yang bersifat merusak (destructive stress). Stres berkaitan
erat dengan kinerja karyawan. Jika tidak ada stres sama sekali, maka kinerja
karyawan cenderung menurun. Jika intensitas stres ditingkatkan sampai
tingkat yang optimal (moderate), maka akan mengoptimalkan kinerja
karyawan. Namun, jika intensitas stres melebihi batas, maka akan
memberikan dampak yang kurang baik bagi karyawan, karena dapat
menurunkan kinerja karyawan.
Stres kerja yang dialami oleh karyawan memiliki tiga konsekuensi
yaitu gejala psikologis, perilaku dan fisiologis. Gejala psikologis mencakup
penurunan kepuasan kerja karyawan, terjadinya kegelisahan dan depresi pada
diri karyawan. Gejala perilaku mencakup perubahan produktivitas karyawan,
meningkatnya absensi dan keluar dari pekerjaan. Dan gejala fisiologis
mencakup beberapa masalah kesehatan fisik karyawan seperti sakit kepala,
tekanan darah tinggi dan sakit hati.
Stres kerja yang terjadi dapat dikelola oleh individu karyawan maupun
perusahaan. Apabila stres kerja dikelola dengan baik, maka dapat
meningkatkan motivasi karyawan sehingga kinerja karyawan cenderung
meningkat. Namun, apabila stres kerja tidak dikelola, maka akan
mengakibatkan demotivasi karyawan (menurunnya motivasi karyawan)
sehingga kinerja karyawan cenderung menurun.
Kinerja karyawan timbul sebagai respon efektif atau emosional
terhadap tugas atau pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. Kinerja
karyawan berkaitan secara langsung terhadap kinerja perusahaan. Jika kinerja
karyawan semakin baik, maka akan cenderung meningkatkan kinerja
perusahaan sehingga dapat beroperasi secara optimal. Namun, kinerja
karyawan yang semakin buruk, akan cenderung menurunkan kinerja
perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat kerangka pemikiran
konseptual dalam penelitian ini, yang ditunjukkan pada Gambar 3.
25
Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Persaingan
internal dan
eksternal
Strategi Perusahaan
Kebijakan Perusahaan
Departemen Grocery
Departemen Fresh
Departemen Supporting Unit
Stres Kerja
Stres Kerja
Dapat Berasal
dari :
a. Lingkungan
fisik
b.Kelompok
c. Individu
d.Organisasi
Destrucvtive stress
Kinerja
individual
tinggi
Constructive stress
rendah
tinggi
Konsekuensi
Gejala psikologis
a.Gelisah
b.Depresi
c.Penurunan kepuasan
kerja
Gejala perilaku
a. Produktivitas
b.Absensi
c.Keluar kerja
Gejala fisiologis
a.Sakit kepala
b.Tekanan darah
tinggi
b.Sakit hati
Manajemen Stres
Ya
Tidak
Motivasi
Demotivasi
Kinerja Karyawan Meningkat
Kinerja Karyawan Menurun
Kinerja Perusahaan
Gambar 3. Kerangka pemikiran konseptual
26
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kondisi pekerjaan di perusahaan dapat dipengaruhi oleh adanya stres
kerja. Kurangnya kepercayaan dan partisipasi karyawan dalam pengambilan
keputusan perusahaan dapat menimbulkan stres kerja yang tinggi bagi
karyawan. Hubungan yang kurang baik antara karyawan dengan pimpinan
dan rekan kerja juga memicu timbulnya stres kerja, begitupula dengan
kebijakan
perusahaan
yang
berubah-ubah
dan
memberatkan
dapat
menimbulkan tekanan bagi karyawan. Adanya konflik peran, beban kerja
yang berlebih dan kondisi kerja yang kurang nyaman juga dapat
menimbulkan stres yang tinggi bagi karyawan. Stres kerja yang dialami
karyawan dapat mengganggu pelaksanaan kerja karyawan. Oleh sebab itu,
pengelolaan stres kerja yang baik diharapkan dapat memotivasi karyawan
sehingga mengoptimalkan kinerja karyawan.
Kondisi stres kerja dan kinerja karyawan di Foodmart Ekalokasari
Bogor dapat diketahui melalui analisis persepsi karyawan yang akan
memberikan gambaran apakah stressor kerja yang ada berpotensi
menimbulkan stres bagi karyawan dan sejauh mana karyawan menilai kinerja
yang telah dilakukan selama ini. Untuk mengetahui gambaran tersebut, ada
tiga variabel yang diidentifikasi, yaitu variabel stressor kerja, konsekuensi
stres kerja dan kinerja karyawan.
Stressor kerja yang diidentifikasi adalah stres yang berasal dari
kelompok, individu dan organisasi. Stres yang berasal dari kelompok terdiri
dari dua indikator yaitu : tingkat kepercayaan dan hubungan antara karyawan
dengan pimpinan maupun rekan kerja. Stres yang berasal dari individu
meliputi konflik peran, beban kerja dan kondisi kerja. Indikator stressor
organisasi yang diidentifikasi yaitu : tingkat kebijakan perusahaan dan
partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Konsekuensi
stres kerja yang diidentifikasi berdasarkan persepsi karyawan yaitu perubahan
produktivitas, tingkat absensi (kemangkiran) dan keluar dari pekerjaan.
Sedangkan indikator kinerja karyawan meliputi tanggung jawab, disiplin,
kerja sama, komunikasi dan loyalitas karyawan.
27
Stres kerja yang mencakup stressor kerja dan konsekuensi stres kerja
dikorelasikan dengan kinerja karyawan, kemudian dianalisa dengan
menggunakan analisis SEM dan program LISREL 8,3. Analisa ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan,
seberapa besar pengaruh variabel-variabel stres kerja terhadap kinerja
karyawan dan variabel stres kerja apakah yang paling berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Analisa ini juga dilakukan untuk membantu perusahaan dalam
mencapai tujuannya yaitu memperoleh karyawan yang berkualitas sehingga
terwujud kinerja perusahaan yang tinggi dan dapat melakukan kegiatan
operasional sehari-seharinya dengan optimal. Dari hasil analisa tersebut,
dapat diketahui juga implikasi manajerial yang perlu dilakukan oleh pihak
manajemen sehingga strategi dan kebijakan dapat diambil secara tepat. Alur
pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 4.
28
Stres
Kerja
Persepsi
Karyawan
Konsekuensi Stres Kerja :
a. Perubahan produktivitas
b. Tingkat absensi
c. Keluar dari pekerjaan
Persepsi
Karyawan
Persepsi
Karyawan
Indikator Stressor Kerja :
1. Kelompok
a. tingkat kepercayaan
b. hubungan antara
karyawan dengan
pimpinan maupun rekan
kerja
2. Individu
a. konflik peran
b. beban kerja
c. kondisi kerja
3. Organisasi
a. tingkat kebijakan
b. partisipasi karyawan
dalam pengambilan
keputusan
Kinerja
Karyawan
Indikator Kinerja :
a. Tanggung
jawab
b. Disiplin
c. Kerja sama
d. Komunikasi
e. Loyalitas
Pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan
Analisis
SEM
Implikasi manajerial bagi pihak manajemen dalam mengelola stres kerja yang
dialami oleh karyawan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan dan
perusahaan.
Kinerja Perusahaan
Gambar 4. Kerangka pemikiran operasional
29
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Foodmart Ekalokasari, Jalan Siliwangi
No. 123 Bogor mulai bulan Oktober 2007 sampai Januari 2008. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan
pertimbangan bahwa Foodmart Ekalokasari merupakan salah satu perusahaan
ritel yang besar di Bogor serta adanya kesediaan pihak perusahaan untuk
memberikan informasi dan data yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
4.2. Metode Pengumpulan Data
Cara memperoleh informasi atau data dari perusahaan dilakukan
dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data sekunder
diperoleh melalui studi pustaka baik dari buku, internet dan literatur-literatur
lain yang sesuai dengan tema penelitian serta data-data yang sudah ada di
perusahaan. Sedang pengumpulan data primer dilakukan melalui dua cara :
1. Kuesioner
Para karyawan diberikan kuesioner tertutup yang terdiri dua bagian.
Bagian pertama memuat identitas responden sedangkan bagian ke dua
berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup mengenai stressor kerja, stres kerja
dan kinerja karyawan (Lampiran 1). Kuesioner tersebut berisi pilihan atas
suatu jawaban yang telah ditentukan berdasarkan skala Likert. Menurut
Rangkuti (1997) dalam Henny (2007) dalam skala Likert, kemungkinan
jawaban tidak hanya sekedar setuju dan tidak setuju saja, melainkan
dibuat dengan lebih banyak kemungkinan jawaban, yaitu setuju (S),
sangat setuju (SS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Cara
penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dengan menggunakan skala
Likert, karena skala Likert berhubungan dengan pernyataan tentang sikap
seseorang terhadap sesuatu (Kinnear, 1989 dalam Umar, 2005).
Penelitian ini menggunakan empat skala dengan bobot masing-masing
pada setiap pertanyaan yaitu :
30
Bobot nilai = 4
Sangat setuju
Bobot nilai = 3
Setuju
Bobot nilai = 2
Tidak setuju
Bobot nilai = 1
Sangat tidak setuju
2. Wawancara
Dilakukan kepada manajer dan sebagian karyawan Foodmart Ekalokasari
Bogor untuk mendapatkan informasi yang akurat dan cepat bagi
penguatan pengisian kuesioner.
4.3. Metode Pengambilan Sampel
Menurut Umar (2005), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Sedangkan sampel itu sendiri merupakan bagian kecil dari suatu populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor
selain manajer, yaitu sebanyak 74 orang. Pengambilan sampel ditentukan
dengan metode sensus atau complete enumeration.
Menurut Hasan (2002) sensus adalah cara pengumpulan data dengan
mengambil setiap elemen populasi atau karakteristik yang ada dalam
populasi sebagai sampel. Teknik ini dipilih berdasarkan pertimbanganpertimbangan (judgment) peneliti dimana obyek yang akan diteliti tidak
terlalu banyak, sehingga dalam hal ini, seluruh karyawan Foodmart
Ekalokasari Bogor selain manajer diambil dan dijadikan sampel penelitian.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Tahapan proses yang harus dilakukan dalam pengolahan data, yaitu :
1. Memberi skor pada masing-masing jawaban responden
2. Memindahkan data berupa nilai dari kuesioner ke lembar tabulasi
3. Menghitung nilai total dari masing-masing variabel
4. Memindahkan data ke lembar kerja untuk siap diolah dan dianalisis
4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Menurut Ghozali dan Fuad (2005), uji validitas merupakan
suatu uji yang bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu
31
indikator dalam mengukur variabel laten. Sedangkan uji reliabilitas
adalah suatu pengujian untuk menentukan konsistensi pengukuran
indikator-indikator dari suatu variabel laten. Validitas suatu indikator
dapat dievaluasi dengan tingkat signifikansi pengaruh antara suatu
variabel laten dengan indikatornya. Hubungan langsung antara
indikator dan variabel laten digambarkan dalam persamaan berikut :
x = λξ + δ ..........................................................................................(1)
dimana :
x = indikator variabel laten eksogen
ξ = variabel laten eksogen
δ = measurement error untuk variabel eksogen
λ = hubungan langsung antara indikator dan variabel laten
Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan metode SEM dan program LISREL, karena dalam metode
SEM bisa langsung menjelaskan uji validitas dan reliabilitas.
Kevalidan pertanyaan yang merupakan indikator dalam mengukur
variabel laten tertentu dinilai dengan menguji apakah semua
loadingnya signifikan (p < 0,05) yang ditunjukkan oleh nilai t yang
lebih besar dari |1,96|. Sedang reliabilitas dari suatu indikator dapat
dilakukan dengan menghitung composite reliability (reliabilitas
gabungan) atau construct reliability (reliabilitas konstruk) dengan
rumus sebagai berikut (Ghozali dan Fuad, 2005) :
ρ
= ((Σλ)²) / [(Σλ)² + Σ(ө)] ............................................................(2)
dimana :
ρ = composite reliability
λ = loading indicator
ө = error variance indicator
Menurut Bagozzi dan Yi (1998) dalam Ghozali dan Fuad (2005),
tingkat out-off untuk dapat mengatakan bahwa reliabilitas gabungan
atau reliabilitas konstruk cukup bagus adalah 0,6.
32
4.4.2. Skor Rataan
Skor rataan digunakan untuk mengelompokkan jawaban
responden terhadap masing-masing kriteria (skala 1-4), dimana skala
tersebut memiliki bobot masing-masing sebagai berikut :
Bobot nilai = 4
Sangat setuju
Bobot nilai = 3
Setuju
Bobot nilai = 2
Tidak setuju
Bobot nilai = 1
Sangat tidak setuju
Kemudian jumlah responden dikelompokkan di dalam setiap
kriteria dikalikan dengan bobotnya, lalu hasil perkalian di dalam
setiap
kriteria
dijumlahkan
kemudian
dibagi
dengan
jumlah
respondennya, sehingga didapat nilai suatu rataan yang berada pada
skala 1-4. Cara menghitung nilai rataan dengan rumus rata-rata
tertimbang (Durianto dan Sugiarto, 2003) adalah sebagai berikut :
Xi
1
2
3
4
fi
f1
f2
f3
f4
Σf i
n
X
Σ
i=1
=
Xi fi
n
Σ
i=1
……...……………………...…………(3)
fi
Keterangan : X i = skor butir ke-i
f i = frekuensi skor ke-i
Dari hasil nilai rataan kemudian ditentukan rentang skala tiap
komponen dengan menggunakan rumus rentang skala (1-4) :
RS =
(m-1)
...................................................................(4)
m
dimana : m = jumlah alternatif jawaban tiap item
Hasil perhitungan tersebut yang kemudian akan didapat kesimpulan
nilai terhadap skala 1-4 sehingga nilai rataan atau rata-rata tertimbang
yang dihasilkan akan menunjukkan tingkat stres kerja dan kinerja
karyawan.
33
4.4.3. Structural Equation Modeling (SEM)
Model persamaan struktural (Structural Equation Modeling)
adalah generasi kedua teknik analisis multivariate (Bagozzi dan
Fornell 1982 dalam Ghozali dan Fuad, 2005) yang memungkinkan
peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik
recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran
menyeluruh mengenai keseluruhan model. SEM dapat menguji model
struktural dan model pengukuran secara bersama-sama (Bollen, 1989).
Metode SEM digunakan untuk menganalisis hubungan sebab
akibat (kausal) yang rumit, dimana di dalamnya terdapat variabel laten
dan variabel indikator. SEM menggambarkan keterkaitan hubungan
linear secara simultan variabel-variabel pengamatan, yang sekaligus
melibatkan variabel laten yang tidak dapat diukur secara langsung
(Bollen, 1989). Analisis data dengan menggunakan metode ini
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh stres kerja terhadap kinerja
karyawan yang diproses dengan menggunakan software LISREL 8,3.
Langkah pertama yang dilakukan dalam menafsirkan model
adalah mengevaluasi model yang dibangun. Evaluasi suatu model
penting dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya suatu model.
Menurut Hair, et al. (1998) dalam analisis SEM tidak ada alat uji
statistik tunggal untuk menguji hipotesis mengenai model, sehingga
digunakan beberapa fit index untuk mengukur kebenaran-kebenaran
model.
Ghozali dan Fuad (2005) juga mengatakan suatu indeks yang
menunjukkan bahwa suatu model adalah fit tidak memberikan
jaminan bahwa model memang benar-benar fit. Sebaliknya, suatu
indeks fit yang menyimpulkan bahwa model adalah sangat buruk,
tidak memberikan jaminan bahwa model tersebut benar-benar tidak
fit. Dalam SEM, peneliti tidak boleh hanya tergantung pada satu
indeks atau beberapa indeks fit, tetapi sebaiknya mempertimbangkan
seluruh indeks fit. Ukuran yang dapat digunakan sebagai patokan
kesesuaian model dalam SEM adalah sebagai berikut :
34
a. Nilai Chi-Square dan Probabilitas (P)
Ukuran ini pada dasarnya merupakan pengujian seberapa dekat
matriks hasil dugaan dengan matriks data asal dengan
menggunakan uji chi-square. Semakin kecil nilai ukuran ini maka
model yang digunakan semakin baik. Ukuran ini sensitif terhadap
ukuran contoh sehingga harus didampingi dengan ukuran
kesesuaian model yang lain (Cochran, 1952 dalam Ghozali dan
Fuad, 2005). Untuk memperoleh chi-square relatif, uji chi-square
biasanya dibandingkan dengan nilai derajat bebas (degree of
freedom). Model yang baik membutuhkan nilai chi-square yang
lebih kecil daripada nilai derajat bebasnya. Nilai p berkisar antara
0 sampai 1 dan model persamaan struktural akan semakin baik
jika nilai p mendekati 1.
b. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA mengukur penyimpangan nilai parameter pada suatu
model dengan matriks kovarians populasinya (Browne dan
Cudeck, 1993 dalam Ghozali dan Fuad, 2005) atau bisa dikatakan
RMSEA mengukur kedekatan suatu model terhadap populasi.
Suatu model dikatakan baik apabila nilai RMSEA kurang dari
0,05; reasonable jika lebih kecil dari 0,08; cukup apabila kurang
dari 0,1 dan buruk apabila lebih dari 0,1.
c. Root Mean Square Residuals (RMR)
Ukuran ini menunjukkan nilai sisaan dari kovarian suatu model
yang dibangun. Suatu model dikatakan baik apabila nilai
sisaannya lebih kecil dari 0,1. Nilai sisaan yang semakin kecil dan
mendekati 0, maka model dikatakan semakin baik (Garson, 2008).
d. Goodness of fit Index (GFI)
GFI merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa besar model
mampu menerangkan keragaman data. Nilai GFI harus berkisar
antara 0-1. Batas minimal 0,9 sering dijadikan patokan suatu
model dikatakan baik. Model yang memiliki nilai GFI lebih besar
35
dari 0,9 berarti model semakin baik (Diamantopaulus dan Siguaw,
2000 dalam Ghozali dan Fuad, 2005).
e. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
Ukuran
ini
merupakan
modifikasi
dari
GFI
dengan
mengakomodasi derajat bebas model dengan model lain yang
dibandingkan. Sama halnya dengan GFI, nilai AGFI sebesar 1
menunjukkan bahwa model memiliki perfect fit. Sedangkan model
yang dikatakan fit adalah yang memiliki nilai minimal AGFI
sebesar 0,9 (Diamantopaulus dan Siguaw, 2000 dalam Ghozali
dan Fuad, 2005).
Pembahasan mengenai pengaruh stres kerja terhadap kinerja
karyawan dilihat dari besarnya muatan koefisien (muatan faktor) yang
menjelaskan kontribusi dan tingkat penjelas faktor-faktor dalam
mempengaruhi stres kerja dan kinerja karyawan. Sedangkan untuk
mengetahui hubungan stres kerja dan kinerja karyawan, dapat dilihat
dari muatan koefisien konstruk (γ atau gamma). Gambar 5
menunjukkan model SEM yang dibangun untuk mengetahui pengaruh
stres kerja terhadap kinerja karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor.
Berdasarkan model penelitian pada Gambar 5, dapat disusun
persamaan sebagai berikut :
1. Model Struktural
η1 = γ1iξi + β12η2 + ζ1 ...................................................................(5)
η2 = β21η1 + ζ2 .............................................................................(6)
dimana :
η1 = vektor dari variabel laten endogen pertama (stres kerja)
η2 = vektor dari variabel laten endogen kedua (kinerja karyawan)
γ1i = muatan faktor ξi dalam membentuk η1
β12 = muatan faktor η2 dalam membentuk η1
β21 = muatan faktor η1 dalam membentuk η2
ξi = vektor dari variabel laten eksogen ke-i (stressor kelompok,
individu, dan organisasi)
36
ζ1,2 = tingkat kesalahan yang terjadi pada perhitungan variabel η1
dan η1
2. Model Pengukuran
Xi = λ(x) ij ξj + δi .........................................................................(7)
Yi = λ(y) ij ηj + εi ..........................................................................(8)
dimana :
Xi = variabel indikator X pembentuk variabel laten eksogen ξj
Yi = variabel indikator Y pembentuk variabel laten endogen ηj
λ(x) ij = matriks koefisien pengukuran (loading factors) i ke-j
λ(y) ij = matriks koefisien pengukuran (loading factors) i ke-j
ξj
= variabel laten bebas ke-j
ηi
= variabel laten tak bebas ke-i
δi
= vektor dari galat pengukuran ke-i
εi
= vektor dari galat pengukuran ke-i
Variabel laten kinerja karyawan (η2) diukur dengan variabel
indikatornya yang terdiri dari :
Y4 : tanggung jawab
Y5 : disiplin
Y6 : kerja sama
Y7 : komunikasi
Y8 : loyalitas
Kinerja karyawan dikorelasikan dengan stressors kerja sebagai
variabel laten (ξ) dan stres kerja (η1). Stressors tersebut terdiri dari
stres yang berasal dari kelompok (ξ1), stres yang berasal dari individu
(ξ2) dan stres yang berasal dari organisasi (ξ3). Indikator-indikator
variabel stressors dan stres kerja adalah sebagai berikut:
1. Stres yang berasal dari kelompok terdiri dari :
X1 : tingkat kepercayaan
X2 : hubungan antara karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja
2. Stres yang berasal dari individu terdiri dari :
X3 : konflik peran
X4 : beban kerja
37
X5 : kondisi kerja
3. Stres yang berasal dari organisasi terdiri dari :
X6 : tingkat kebijakan perusahaan
X7 : partisipasi
karyawan
dalam
pengambilan
keputusan
perusahaan
Sedangkan indikator stres kerja (η1) yang diidentifikasi
diindikasikan oleh konsekuensi stres kerja yang meliputi perubahan
produktivitas (Y1), tingkat absensi (Y2) dan keluar dari pekerjaan (Y3).
X1
Kelompok
X2
Y4.
X3
X4
Y5
Kinerja
Karyawan
Stres
Kerja
Individu
Y6
Y7
X5
Y8
X6
Organisasi
Y1
Y2
Y3
X7
Gambar 5. Model struktural pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan
38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Perusahaan
5.1.1. Sejarah Perkembangan Matahari Group
Matahari Group didirikan oleh Bapak Hari Darmawan pada
tanggal 24 Oktober 1958. Pada awalnya, Matahari Group bernama PT
Matahari Department Store kemudian diganti menjadi PT Matahari
Putra Prima Tbk. Matahari Group merupakan usaha yang bergerak di
bidang ritel bisnis dan telah menjadi market leader di kelasnya.
Matahari Group memiliki beberapa anak perusahaan dan cabangcabang yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Anak
perusahaan Matahari Group yaitu Matahari Department Store (MDS),
Matahari Supermarket (MSM) dan hipermarket Hypermart. Matahari
Department Store menyediakan barang-barang fesyen, Hypermart
menyediakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sedang MSM
yang kini telah berubah namanya menjadi Foodmart lebih
memfokuskan kepada penyediaan produk makanan.
Pada tahun 1997, Matahari Group bekerja sama dengan PT
Multipolar Corporation Tbk dan PT Lippo E-Net Tbk untuk membuka
Hypermart dengan tujuan menyaingi toko ritel hipermarket yang
sudah ada, seperti Carrefour dan Giant. Pada bulan November 2002,
Matahari Group juga mulai mengoperasikan 46 kedai Boston Drugs
dan Pharmacy di dalam supermarketnya guna menunjang konsep
belanja di satu tempat (one-stop shopping). Seiring dengan
perkembangannya, Matahari Group tumbuh dan berkembang menjadi
210 outlet yang terdiri dari 83 MDS, 38 MSM, 29 Hypermart, lima
Cut Price, sembilan gerai Kids2kids (gerai spesialisasi anak) dan 46
Boston Drugs dan Pharmacy sebagai pusat outlet kesehatan dan
kecantikan. Selain itu, Matahari Group juga mengembangkan wahana
hiburan time zone yang tersebar di lebih 50 kota di Indonesia dan
sudah mencapai 110 tempat.
39
5.1.2. Sejarah Perkembangan Foodmart Ekalokasari Bogor
Semakin meningkatnya persaingan pasar, PT Matahari Putra
Prima
Tbk
melakukan
strategi
dan
kebijakan
baru
untuk
meningkatkan persaingannya. Strategi dagang yang dilakukan oleh PT
Matahari Putra Prima Tbk adalah perubahan terhadap jaringan
supermarketnya. Strategi ini dilakukan untuk mendongkrak penjualan
supermarketnya sehingga menjadikan gerai supermarket lebih mandiri
dari Matahari Department Store. Perubahan yang dilakukan yaitu
mengganti nama Matahari Supermarket menjadi Foodmart dan tata
letak bagian dalam Foodmart, sejak bulan Mei 2007.
Foodmart merupakan format bisnis supermarket terbaru dari
Matahari Food Division yang dikembangkan untuk menggantikan
Matahari Supermarket yang telah berusia 12 tahun yaitu dari tahun
1995-2007, dan untuk melayani pelanggan kelas menengah. PT
Matahari Putra Prima Tbk memilih nama Foodmart karena 75 persen
produk yang dijual merupakan produk makanan, sedangkan sisanya
adalah produk bukan makanan. Sebelumnya, toko matahari yang lebih
dikenal sebagai merek yang menjajakan barang-barang kebutuhan
rumah tangga, kini sesuai dengan namanya, Foodmart diposisikan
sebagai ritel modern yang lebih fokus menjual produk makanan mulai
jenis grocery, makanan fresh dan makanan impor seperti keju, sosis
dan makanan kering lainnya.
Seiring dengan perubahan yang terjadi di Foodmart, Foodmart
juga memperkenalkan logo baru berupa daun berwarna hijau untuk
menggambarkan kesegaran produk. Konsep baru supermarket itu juga
menawarkan suasana belanja yang lebih nyaman bagi pelanggan, lebih
terang dan lorong-lorong yang lebih luas sehingga konsumen benarbenar akan mendapatkan value for money di Foodmart.
Foodmart Ekalokasari Bogor merupakan salah satu cabang
Matahari Food Division yang berlokasi di Plaza Ekalokasari Bogor.
Pada awalnya, Foodmart Ekalokasari Bogor bernama Matahari Market
Place Plaza Ekalokasari Bogor. Matahari Market Place Plaza
40
Ekalokasari Bogor didirikan sejak 12 Desember 2003 dan berganti
nama menjadi Foodmart Ekalokasari Bogor sejak Januari 2008.
Foodmart Ekalokasari Bogor yang memiliki luas toko 2.675 m2
dipimpin oleh seorang store manager (manajer toko) yang
membawahi 74 orang karyawan. Foodmart Ekalokasari Bogor
memiliki tiga departemen yang masing-masing departemen dipimpin
oleh seorang assistant store manager (asisten manajer toko). Ketiga
departemen tersebut adalah departemen grocery, departemen fresh dan
departemen supporting unit. Departemen grocery memiliki tiga bagian
yang masing-masing bagian dipimpin oleh supervisor. Ketiga bagian
tersebut yaitu bagian food, non food dan GMS (general merchandise).
Departemen fresh memiliki empat bagian yang masing-masing bagian
dipimpin oleh supervisor, yaitu bagian produce, dairy frozen, meat
dan bakery. Sedang departemen supporting unit memiliki tiga bagian
yaitu bagian check out, loss prevention/security (keamanan) dan
receiving staff (staf penerimaan).
5.1.3. Lokasi Perusahaan
Foodmart Ekalokasari Bogor memiliki kantor pusat di Jakarta
yang beralamat di Menara Matahari-Lippo Life, 20th Floor 7
Boulevard Palem Raya Lippo Karawaci 1200 Jakarta 15811.
Sedangkan Foodmart Ekalokasari Bogor itu sendiri berada di Plaza
Ekalokasari yang beralamat di Jalan Siliwangi No. 38 Bogor, tepatnya
menempati gedung lantai dasar.
5.1.4. Visi, Misi, Logo dan Motto Perusahaan
Visi Foodmart Ekalokasari Bogor adalah menjadi retailer nomor
1 di Bogor. Hal ini menunjukkan tekad Foodmart Ekalokasari Bogor
untuk menjadi penguasa pasar di Bogor. Adapun misi Foodmart
Ekalokasari Bogor adalah memberikan nilai lebih bagi para pelanggan
dengan konsep fresh (kesegaran), modern, tasty (rasa), quality
(kualitas) dan trust (kepercayaan). Foodmart Ekalokasari Bogor akan
mengajak pelanggan untuk menikmati suasana belanja supermarket
yang baru dan menyenangkan serta mengikuti gaya hidup para
41
pelanggan. Dan untuk memberikan kepuasan lebih bagi pelanggan,
pihak Foodmart memberikan tiga jaminan (triple guaranty) produk
kepada konsumen yang tidak ditemui di operator supermarket atau
hipermarket lain di Indonesia. Ketiga jaminan tersebut yaitu price
scanning integrity (integritas harga), quality guaranty (jaminan
kualitas produk yaitu kesegaran), dan shopping with confidence
guaranty (kepercayaan dalam berbelanja).
Logo Foodmart adalah bentuk bulatan berwarna hijau dan
tulisan Foodmart yang berwarna jingga (Gambar 6). Logo bulatan
yang berwarna hijau merupakan simbol kesegaran produk yang
disajikan, sedangkan tulisan Foodmart yang berwarna jingga
menggambarkan penyempurnaan kehangatan dalam memberikan
pelayanan terhadap pelanggan. Sementara motto quality you can trust
yang berwarna hijau
menyampaikan pesan Foodmart dalam
memberikan kualitas produk baru dan pelayanan yang terbaik bagi
para pelanggan.
Gambar 6. Logo Foodmart
5.1.5. Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan Karyawan
Foodmart Ekalokasari Bogor memiliki 75 karyawan yang terdiri
dari satu store manager, tiga assistant store manager, 10 supervisor,
31 sales assistant, 10 orang kasir, dua orang finance, lima orang
LP/Security, tiga orang CSO, empat orang receiving staff, dua orang
EDP yaitu EDP kassa dan EDP ekspedisi, satu orang teknisi, satu
orang visual merchandise dan dua orang administrasi yaitu
administrasi purchase order/pemesanan pembelian dan administrasi
toko. Jumlah dan jabatan karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor
dapat dilihat pada Tabel 1.
42
Tabel 1. Jumlah dan jabatan karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor
(20 Januari 2008)
Jenis Kelamin
L
P
1
0
3
0
8
2
3
7
0
2
18
13
2
3
0
3
3
1
1
1
1
0
1
0
0
2
41
34
75
Bagian
Store Manager
Assistant Store Manager
Supervisor
Kasir
Finance
Pramuniaga
LP/Security
CSO
Receiving Staff
EDP
Teknisi
Visual Merchandise
Administrasi
Jumlah Karyawan
Total
Persentase (%)
L (Laki-laki) P Perempuan)
1,33
0,00
4,00
0,00
10,7
2,67
4,00
9,34
0,00
2,67
24,0
17,3
2,67
4,00
0,00
4,00
4,00
1,33
1,33
1,33
1,33
0,00
1,33
0,00
0,00
2,67
54,69
45,31
100
Struktur organisasi Foodmart Ekalokasari Bogor dapat dilihat
pada Lampiran 2. Sedang jabatan karyawan akan diuraikan sebagai
berikut :
1. Store Manager (Manager Toko)
a. Bertanggung
jawab
terhadap
pencapaian
target
sales
(penjualan), shrinkage (angka kehilangan), operational
expends (pengeluaran operasional), inventory (persediaan)
dan kontribusi toko.
b. Melakukan perencanaan, pelaksanaan, kontrol dan evaluasi
terhadap peningkatan kinerja toko.
c. Melakukan pendelegasian tugas kepada asisten manajer toko
untuk mencapai kinerja toko sesuai target perusahaan.
2. Assistant Store Manager (Asisten Manajer Toko)
Asisten manager toko dipegang oleh tiga orang yang terdiri dari
tiga bagian yaitu bagian grocery, fresh dan supporting unit.
Adapun tugas dan tanggung jawab asisten manajer toko sebagai
berikut :
a. Bertanggung jawab kepada manajer toko dalam melakukan
pekerjaan
untuk
mencapai
target
perusahaan
seperti
43
penjualan,
angka
kehilangan,
pengeluaran
operasional,
persediaan dan kontribusi toko.
b. Melakukan pendelegasian tugas kepada supervisor yang ada
di bawahnya untuk mencapai kinerja toko yang lebih baik.
3. Supervisor
Jabatan di bawah asisten manajer toko yang memegang tiga
departemen yaitu departemen grocery, fresh dan supporting unit.
Departemen supporting unit membawahi dua departemen yaitu
departemen checkout dan departemen receiving (penerimaan).
Adapun tugas dan tanggung jawab supervisor diuraikan
berdasarkan masing-masing departemen yaitu :
a. Supervisor grocery (food, non food dan GMS) :
1) Bertanggung jawab terhadap penjualan yang dicapai,
angka kehilangan dan persediaan
2) Menjaga standar display dan service
3) Menjaga kelengkapan dan kerapihan barang
b. Supervisor fresh (produce, dairy frozen, meat dan bakery)
1) Bertanggung jawab terhadap pencapaian penjualan, angka
kehilangan dan persediaan barang
2) Menjaga kualitas, kesegaran dan range assortment atau
kelengkapan produk
3) Menjaga standar display dan service
c. Supervisor supporting unit terdiri dari :
1) Supervisor check out
a) Bertanggung jawab terhadap semua aktivitas kasir
b) Kontrol standar pelayanan di kasir
c) Kontrol modal, kas kecil dan keuangan
d) Kontrol budget toko seperti shopping bag, supplies
dan scanning rate.
2) Supervisor receiving/penerimaan
a) Bertanggung jawab terhadap keluar masuknya barang
b) Menjaga persediaan toko sesuai target perusahaan
44
c) Menjalankan standar penerimaan
d) Menjaga standar gudang
e) Menjalankan tertib administrasi
4. Front End (Kasir)
Bagian ini bertugas untuk menjalankan standar transaksi dan
pelayanan kepada pelanggan serta bertanggung jawab terhadap
plus-minus transaksi di kassa.
5. Finance (Keuangan)
Bagian ini bertanggung jawab terhadap aliran kas perusahaan,
pengiriman uang ke bank dan laporan keuangan kepada
perusahaan pusat.
6. Sales Assistant (Pramuniaga)
Pramuniaga dipegang oleh 31 orang karyawan Foodmart yang
ditempatkan di tujuh bagian, yaitu bagian food, non food, GMS,
produce, dairy frozen, meat dan bakery.
a. Pramuniaga pada bagian food, non food, GMS, produce dan
dairy frozen bertugas menjalankan pemajangan sesuai standar
display
dan
melayani
pelanggan
yang
datang,
serta
bertanggung jawab terhadap kerapihan dan kebersihan di area
kerjanya.
b. Pramuniaga pada bagian meat menjalankan tugas seperti
pematangan daging sesuai standar, menjalankan pemajangan
daging sesuai standar display, melayani pelanggan serta
menjaga kualitas produk agar tetap dalam keadaan baik.
c. Pramuniaga pada bagian bakery menjalankan tugas seperti
produksi roti atau ready to eat (hidangan siap saji),
menjalankan standar display dan melayani pelanggan yang
datang.
7. LP (Loss Prevention) atau Security
Bagian ini bertugas dalam menjaga keamanan toko untuk
mengurangi angka kehilangan sehingga angka kehilangan dapat
dicapai dengan lebih baik sesuai target.
45
8. CSO (Customer Service Officer)
Bagian ini bertugas melayani pelanggan, terutama jika ada
keluhan yang datang dari pelanggan.
9. EDP (Entry Data Processing)
Bagian ini bertugas untuk menjalankan administrasi perubahan
harga (price change note) dan menjalankan sistem sesuai
prosedur.
10. Receiving Staff/Checker (Staf Penerimaan/Kontrol)
a. Memastikan penerimaan barang sesuai dengan dokumen dari
supplier
b. Menjalankan standar yellow line/yellow box
11. Teknisi
Menjaga kondisi toko agar berjalan normal terutama pada bagian
lighting (penerangan), refrigasi, listrik dan peralatan toko.
12. Visual Merchandise
Bagian ini bertugas untuk mengatur dan mengontrol keluar
masuknya barang.
13. Administrasi
Bagian ini bertugas untuk membuat pemesanan pembelian barang
ke supplier.
5.1.6. Kesejahteraan Karyawan
Perusahaan menyadari bahwa karyawan merupakan sumber
daya yang sangat penting untuk dipertahankan dalam menjalankan
perusahaannya. Seorang karyawan akan bekerja dengan sungguhsungguh jika apa yang diharapkan karyawan dari perusahaan dapat
dipenuhi. Perusahaan memberikan beberapa program kesejahteraan
bagi karyawan untuk memelihara dan menciptakan sikap kerja yang
positif serta diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Program-program kesejahteraan yang diberikan kepada karyawan
yaitu :
46
1. Gaji
Gaji yang diberikan kepada karyawan didasarkan pada jabatan
masing-masing
karyawan.
Karyawan-karyawan
di
bawah
supervisor seperti pramuniaga, kasir, finance, EDP, CSO,
administrasi, LP, teknisi, visual merchandise dan receiving staff
diberikan gaji sesuai dengan standar UMR, yaitu Rp 900.000.
Karyawan yang memiliki jabatan supervisor diberikan gaji sebesar
Rp 2.000.000, sedangkan asisten manajer toko diberikan gaji
sebesar Rp 5.000.000.
2. Tunjangan kesehatan
Tunjangan kesehatan yang diberikan kepada karyawan berupa
JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dan asuransi
perusahaan. JAMSOSTEK diberikan kepada karyawan supervisor,
karyawan kontrak dan karyawan-karyawan di bawah supervisor
seperti pramuniaga, kasir, finance, EDP, CSO, administrasi, LP,
receiving staff/checker, teknisi dan visual merchandise. Sedang
asuransi perusahaan diberikan kepada asisten manajer toko dan
manajer toko.
3. Promosi jabatan
Promosi jabatan diberlakukan bagi karyawan teladan yang
memenuhi syarat. Setiap karyawan di tiap-tiap jabatan memiliki
kesempatan yang sama untuk mendapatkan promosi jabatan.
Karyawan kontrak yang memiliki kinerja bagus selama sembilan
bulan dapat dipromosikan menjadi karyawan tetap di bagian
pramuniaga. Jika selama satu tahun karyawan pramuniaga
tersebut
menunjukkan
kinerja
yang
bagus,
maka
akan
dipromosikan menjadi supervisor dan supervisor yang dapat
menunjukkan kinerja yang bagus akan dipromosikan menjadi
asisten manajer toko. Begitu juga untuk asisten manajer toko yang
sudah dapat menunjukkan kinerja yang bagus, maka perusahaan
akan mempromosikan asisten manajer toko tersebut menjadi
manajer toko.
47
5.1.7. Produk-produk Foodmart Ekalokasari Bogor
Foodmart merupakan perusahaan ritel yang khusus menjual
produk-produk makanan. Produk-produk makanan yang dijual
mencapai 75 persen sedangkan sisanya menjual produk-produk non
food, seperti kosmetik, obat-obatan, majalah dan sebagainya. Sesuai
dengan standar penjualan yang ditetapkan perusahaan, Foodmart
Ekalokasari Bogor juga menjual produk-produk yang sama dengan
Foodmart di daerah lain. Adapun produk-produk yang dijual oleh
Foodmart Ekalokasari Bogor akan diuraikan berdasarkan departemendepartemen berikut ini :
1. Departemen 34 adalah departemen GMS (general merchandise)
yang menjual produk-produk seperti alat-alat rumah tangga, alatalat dapur, partyware, gardening dan toolkit.
2. Departemen 35 adalah departemen non food yang menjual
produk-produk skin care (perawatan kulit) seperti sabun mandi
dan pasta gigi, healtcare (perawatan kesehatan) seperti obatobatan, haircare (perawatan rambut) seperti shampo serta alat-alat
pembersih seperti sabun cuci dan deterjen.
3. Departemen 36 adalah departemen food yang menjual produkproduk kebutuhan sehari-hari seperti mie instant, beras dan gula.
4. Departemen 37 adalah departemen drink yang menjual berbagai
macam minuman seperti coca-cola, sprite, sirup, fanta, teh, kopi
dan susu.
5. Departemen 39 adalah departemen ready to eat yag menjual
makanan-makanan siap saji seperti nasi goreng, pizza dan
pempek.
6. Departemen 40 adalah departemen konsinyasi yang menjual
produk-produk seperti ikan, bunga, kaset, dvd dan majalah.
7. Departemen 61 adalah departemen dairy yang menjual produkproduk seperti yakult, keju dan vitacharm.
48
8. Departemen 68 adalah departemen medicine yang menjual obatobatan seperti minyak kayu putih, obat sakit kepala dan obat sakit
gigi.
9. Departemen 69 adalah departemen frozen yang menjual produkproduk seperti es krim, nugget dan sossis.
10. Departemen 91 adalah departemen softline yang menjual produkproduk seperti kaos kaki dan pakaian dalam.
11. Departemen 92 adalah departemen bakery yang menjual roti baik
roti basah maupun roti kering.
12. Departemen 96 adalah departemen produce yang menjual buahbuahan dan sayuran.
13. Departemen 97 adalah departemen meat yang menjual berbagai
jenis daging sapi dan daging ayam.
14. Departemen 98 adalah departemen elektronik yang menjual alatalat elektronik seperti seterika, televisi, blender dan mixer.
5.2. Karakteristik Karyawan
Identifikasi karakteristik karyawan perlu dilakukan untuk mengetahui
keadaan sumber daya manusia di Foodmart Ekalokasari Bogor. Tabel 2
menunjukkan karakteristik karyawan ditinjau dari segi jenis kelamin, jabatan,
pendidikan terakhir, usia, lama bekerja di perusahaan dan status perkawinan.
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu dasar pembagian kerja bagi
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor. Pembagian kerja berdasarkan
jenis kelamin ini dapat berpengaruh terhadap timbulnya stres kerja dan
kinerja karyawan. Karyawan laki-laki dalam berpikir pada umumnya
lebih rasional dibandingkan perempuan yang cenderung menggunakan
perasaan atau emosi. Bila dilihat dari tingkat absensi (kemangkiran),
karyawan perempuan akan lebih sering mankir dibanding karyawan lakilaki. Hal ini bisa disebabkan oleh cuti hamil, sakit dan mengurus
keluarga (Endang, 2004). Tingkat absensi yang rendah mengindikasikan
bahwa stres kerja yang dialami karyawan juga cenderung rendah.
Berdasarkan data yang ada baik dari kuesioner maupun wawancara,
49
disimpulkan bahwa karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor lebih sering
masuk kerja dibanding bolos kerja. Hal ini bisa disebabkan Foodmart
Ekalokasari Bogor lebih banyak mempekerjakan karyawan laki-laki
dibanding perempuan sehingga dapat mengurangi tingkat absensi dan
stres kerja karyawan.
2. Jabatan
Jabatan di perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan perusahaan dan partisipasi karyawan dalam mengambil
keputusan perusahaan. Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor bekerja sebagai pramuniaga.
Jabatan karyawan yang lebih banyak menjadi pramuniaga jarang
dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan perusahaan, karena
keputusan perusahaan lebih didominasi oleh manajemen, terutama
manajemen pusat yaitu PT Matahari Putra Prima.
3. Pendidikan Terakhir
Tingkat pendidikan karyawan berpengaruh dalam menentukan upah atau
gaji, deskripsi kerja dan jabatan karyawan. Tingkat pendidikan juga dapat
berpengaruh terhadap tingkat pengambilan keputusan perusahaan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, partisipasi karyawan terhadap
pengambilan keputusan karyawan akan semakin baik. Tabel 2
menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan Foodmart Ekalokasari
Bogor memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA.
4. Usia
Usia karyawan berkaitan dengan pengalaman kerja yang dimilikinya dan
tingkat produktivitas dalam bekerja. Selain itu usia karyawan juga dapat
mempengaruhi kebijakan dan tingkat partisipasi karyawan dalam
pengambilan keputusan perusahaan. Tabel 2 menunjukkan bahwa
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor didominasi oleh karyawan muda
yang berusia antara 19-29 tahun. Karyawan yang memiliki usia masih
muda dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perusahaan, karena
karyawan tersebut masih dapat menghasilkan produktivitas yang bagus
bagi Foodmart Ekalokasari Bogor.
50
5. Lama Kerja
Lama kerja karyawan di perusahaan berkaitan dengan pengalaman kerja
yang dimiliki karyawan, tingkat kejenuhan dan loyalitas karyawan.
Sebagian besar karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor sudah bekerja di
perusahaan antara 1-5 tahun. Namun, ada beberapa karyawan yang
pernah bekerja lebih dari 10 tahun. Karyawan yang pernah bekerja
selama lebih dari 10 tahun adalah karyawan yang melakukan mutasi atau
dipindah dari Foodmart daerah lain.
6. Status Perkawinan
Status perkawinan berkaitan dengan tingkat produktivitas, kebijakan
perusahaan dan tingkat absensi. Karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor
didominasi oleh karyawan yang berstatus belum menikah.
Tabel 2. Karakteristik karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor
Karakteristik Karyawan
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Assistant Store Manager
Supervisor
Kasir
Finance
Pramuniaga
LP atau Security
Jabatan
CSO
EDP
Receiving Staff
Teknisi
Visual Merchandise
Administrasi
Pendidikan
SMU
Terakhir
Diploma
S1
S2
Usia
19-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
> 50 tahun
Lama
1-5 tahun
Bekerja
di 6-10 tahun
Perusahaan
> 10 tahun
Status
Sudah kawin
Perkawinan
Belum kawin
Frekuensi
40
34
3
10
10
2
31
5
3
2
4
1
1
2
65
4
5
0
52
18
4
0
51
19
4
29
45
Persentase
(%)
54,05
45,95
4,05
13,51
13,51
2,70
41,89
6,76
4,05
2,70
5,41
1,36
1,36
2,70
87,83
5,41
6,76
0,00
70,27
24,32
5,41
0,00
68,92
25,67
5,41
39,19
60,81
51
5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
5.3.1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
indikator mampu mengukur variabel laten. Ghozali dan Fuad (2005)
mengatakan bahwa validitas suatu indikator dapat dievalusi dengan
tingkat signifikansi pengaruh antara suatu variabel laten dengan
indikatornya. Jika nilai loadingnya (λ) signifikan yaitu nilai t lebih
besar dari 1,96 dengan tingkat signifikansi lima persen, maka suatu
indikator tersebut adalah valid. Penelitian ini menggunakan tingkat
signifikansi sebesar lima persen.
Berdasarkan Gambar 7, dapat diketahui bahwa terdapat empat
variabel indikator yang dinyatakan tidak valid karena nilai t yang
dihasilkan lebih kecil dari 1,96 (nilai λ tidak signifikan). Indikatorindikator yang tidak valid tersebut yaitu variabel perubahan
produktivitas (Y1) dengan nilai λ = 1,66; variabel disiplin (Y5) dengan
nilai λ = 1,03; variabel kerja sama (Y6) dengan nilai λ = 0,89; variabel
komunikasi (Y7) dengan nilai λ = 0,93 dan variabel loyalitas (Y8)
dengan nilai λ = 0,92.
Gambar 7 juga menunjukkan bahwa stressor kerja yang berasal
dari kelompok, individu dan organisasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap stres kerja, karena nilai loading stressors kerja
tersebut lebih kecil dari 1,96. Dalam SEM, indikator-indikator yang
tidak valid dapat dimodifikasi, salah satunya dengan cara membuang
indikator-indikator tersebut. Namun, indikator-indikator yang tidak
valid tetap dipertahankan karena masih digunakan untuk kebutuhan
penelitian. Model yang dibangun pada penelitian ini tidak perlu
dimodifikasi, karena model tersebut sudah dapat dikatakan baik
berdasarkan uji model fit menggunakan RMSEA, RMR, GFI dan
AGFI. Hasil uji model fit akan dibahas pada bab selanjutnya.
52
Gambar 7. Nilai t model pengaruh stres kerja terhadap kinerja
karyawan
5.3.2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas juga dilakukan terhadap model struktural dalam
penelitian ini untuk melihat kekonsistenan variabel indikator dalam
mengukur variabel laten. Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa
indikator mempunyai kekonsistenan yang tinggi dalam mengukur
variabel laten. Tabel 3 menunjukkan nilai reliabilitas konstruk
variabel stressor kelompok, individu, organisasi, stres kerja dan
kinerja karyawan.
Tabel 3. Nilai reliabilitas konstruk pengaruh stres kerja terhadap
kinerja karyawan
Variabel Laten
Stressor Kelompok
Stressor Individu
Stressor Organisasi
Stres Kerja
Kinerja Karyawan
Nilai Reliabilitas Konstruk
0,64
0,80
0,69
0,71
0,75
Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
53
Tabel 3 menunjukkan bahwa seluruh variabel laten yang
digunakan dalam penelitian ini (variabel stressor kelompok, individu,
organisasi, stres kerja dan kinerja karyawan) sudah dapat dikatakan
memiliki reliabilitas yang baik, karena nilai reliabilitas konstruk yang
dihasilkan lebih besar dari nilai minimum yang disarankan yaitu 0,6
(Bagozzi dan Yi, 1988 dalam Ghozali dan Fuad, 2005). Nilai yang
tinggi menunjukkan bahwa variabel indikator memiliki tingkat
konsistensi yang tinggi dalam mengukur variabel laten. Nilai
reliabilitas tertinggi yaitu pada variabel stressor individu sebesar 0,8.
5.3.3. Keberhasilan Sensus
Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap
kuesioner yang disebarkan kepada karyawan, kemudian diuji
keberhasilan dari sensus yang dilakukan dalam penelitian dengan
perhitungan sebagai berikut :
Keberhasilan sensus =
Objek yang Berhasil Disensus
X 100%
Jumlah Seluruh Objek Sensus
Keberhasilan sensus =
74
X 100% = 100%
74
Berdasarkan hasil perhitungan dari 74 responden yang ada, semua
responden dapat mengisi kuesioner. Hal ini dapat terjadi karena waktu
yang diperlukan untuk menyebarkan kuesioner cukup lama sehingga
pengumpulan kuesioner dapat dilakukan secara optimal dan sensus
yang dilakukan dalam penelitian ini mencapai keberhasilan sebesar
100%.
5.3.4. Uji Model
Ghozali dan Fuad (2005) mengatakan bahwa dalam SEM,
peneliti tidak boleh hanya tergantung pada satu indeks atau beberapa
indeks fit, tetapi sebaiknya mempertimbangkan seluruh indeks fit
Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan lima uji model fit untuk
mengetahui tingkat kebaikan model yang dibangun. Uji model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah chi-square, RMSEA, RMR,
GFI dan GFI. Berdasarkan hasil uji model atau goodness of fit statistic
54
yang terdapat pada Lampiran 3, dapat diketahui bahwa dari kelima uji
model tersebut terdapat empat uji yang memenuhi nilai yang
disarankan. Nilai kelima uji model tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai uji model pengaruh stres kerja terhadap kinerja
karyawan
Uji Model
Chi-square
RMSEA
RMR
GFI
AGFI
Nilai Saran
> 0,05
< 0,1
< 0,1
> 0,9
> 0,9
Nilai Uji
0,00
0,11
0,095
0,95
0,93
Keterangan
Ditolak
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Uji model yang dapat diterima dan memenuhi nilai yang
disarankan yaitu RMSEA, RMR, GFI dan AGFI. RMR memiliki nilai
lebih kecil dari 0,1 yaitu 0,095 yang artinya nilai sisaan dalam
membangun model pengaruh stres kerja terhadap stres kerja sudah
sangat bagus. GFI dan AGFI memiliki nilai lebih besar dari 0,9
artinya ketepatan model dalam menghasilkan observerd matriks
kovarians sudah bagus. Chi-square tidak digunakan karena nilai uji
yang dihasilkan yaitu 0,00 lebih kecil dari nilai yang disarankan yaitu
> 0,05. RMSEA tetap digunakan karena nilai sebesar 0,11 tidak
terlampau jauh terhadap nilai maksimum yang disarankan yaitu 0,1.
Nilai RMSEA, RMR, GFI dan AGFI yang dihasilkan menunjukkan
bahwa model yang dibangun sudah fit (bagus) sehingga dapat
digunakan untuk menduga parameter.
5.4. Analisis Persepsi Karyawan terhadap Stres Kerja dan Kinerja
Karyawan
5.4.1. Penilaian Karyawan terhadap Stres kerja dan Kinerja Karyawan
Tingkat stres kerja dan kinerja karyawan direpresentasikan oleh
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor, yang diperoleh dengan
mencari nilai skor rataan atau rata-rata tertimbang terlebih dahulu.
Nilai skor rataan mengenai stres kerja dan kinerja karyawan dicari
dengan perhitungan rumus rentang skala (RS). Berdasarkan rumus
rentang skala, diperoleh hasil sebagai berikut :
(4-1)
RS =
= 0,75
4
55
Nilai rentang skala untuk menunjukkan tingkat stres kerja dan kinerja
karyawan adalah 0,75.
Nilai skor rataan diperoleh dari hasil perkalian antara bobot nilai
jawaban berdasarkan skala dengan jumlah responden, kemudian
dibagi dengan jumlah reponden. Berdasarkan nilai skor rataan
tersebut, maka didapat posisi keputusan penilaian karyawan terhadap
tingkat stres kerja dan kinerja karyawan, seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Posisi keputusan penilaian karyawan terhadap tingkat stres
kerja dan kinerja karyawan
Skor Rataan
1,00 – 1,75
1,76 – 2,50
2,51 – 3,25
3,26 – 4,00
Keterangan untuk
Stressor Kerja dan Stres
Kerja
Sangat tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat rendah
Keterangan untuk Kinerja
Karyawan
Sangat rendah
Rendah
Tinggi
Sangat tinggi
Penilaian karyawan mengenai pernyataan-pernyataan yang
menyangkut stressor kerja, stres kerja dan kinerja karyawan dilakukan
dengan menggunakan skor rataan sebagai tolok ukur. Skor rataan
tersebut yang digunakan untuk menyimpulkan tingkat stres kerja dan
kinerja karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor.
5.4.2. Penilaian Karyawan terhadap
Pembangkit Stres Kerja)
Stressor
Kerja
(Sumber
Foodmart Ekalokasari Bogor sebagai salah satu perusahaan ritel
besar di Bogor memerlukan SDM yang handal. Karyawan dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi para
pelanggan dan mencapai target penjualan perusahaan setiap harinya,
mengingat semakin banyak pesaing yang bermunculan di pasar. Hal
tersebut bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, bahkan sangat
potensial
menimbulkan
stres
kerja
bagi
karyawan.
Namun,
pengelolaan yang baik terhadap stres kerja yang timbul justru akan
mengoptimalkan kinerja karyawan sekaligus kinerja perusahaan.
Stressor kerja bisa disebabkan oleh banyak faktor. Penelitian ini
membahas faktor-faktor stressor kerja yang berasal dari kelompok,
individu dan organisasi. Stressors kerja tersebut yaitu tingkat
56
kepercayaan yang rendah, hubungan yang kurang baik antara
karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja, konflik peran, beban
kerja, kondisi kerja, kebijakan perusahaan yang berubah-ubah dan
kurangnya partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Stressor kerja yang dapat menimbulkan stres kerja bagi
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor diketahui berdasarkan persepsi
atau penilaian karyawan mengenai pernyataan-pernyataan yang
menyangkut stressors kerja. Tabel 6 menunjukkan penilaian karyawan
terhadap stressor kerja.
Tabel 6. Penilaian karyawan terhadap stressors kerja (sumber
pembangkit stres kerja)
Indikator Stressor Kerja
Tingkat kepercayaan yang rendah
Hubungan yang kurang baik antara
karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja
Konflik peran
Beban kerja yang berlebihan
Kondisi kerja yang kurang nyaman
Tingkat kebijakan yang berubah-ubah
Kurangnya partisipasi karyawan dalam
pengambilan keputusan perusahaan
Total
Skor
rataan
2,93
3,01
Keterangan
2,78
2,86
2,55
2,84
2,33
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
2,76
Rendah
Rendah
Rendah
Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa tingkat kepercayaan dan
dukungan pimpinan maupun rekan kerja di Foodmart Ekalokasari
Bogor adalah baik. Akan tetapi, ada sebagian karyawan merasakan
bahwa pimpinan selama ini kurang memberikan kepercayaan kepada
karyawan dalam melaksanakan pekerjaan dengan tanggung jawab
yang besar. Dukungan yang diberikan dari rekan kerja maupun
pimpinan juga dirasakan kurang oleh sebagian karyawan. Kurangnya
kepercayaan dan dukungan pimpinan terhadap karyawan dapat
menimbulkan perasaan kurang dihargai dan kurang nyaman dengan
lingkungan kerja di perusahaan, sehingga dapat menimbulkan stres
kerja bagi karyawan.
Karyawan juga menyatakan bahwa hubungan yang terjadi antara
karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja selama ini adalah baik.
57
Walaupun hubungan yang terjalin antar sesama karyawan dan
pimpinan sudah baik, masih ada sebagian karyawan yang merasakan
bahwa hubungan tersebut kurang baik. Keadaan ini dapat memicu
timbulnya stres kerja bagi sebagian karyawan, walaupun pada tingkat
yang rendah.
Bila ditinjau dari konflik peran, karyawan menganggap bahwa
peran karyawan dalam melaksanakan pekerjaaan di perusahaan sudah
jelas, sehingga tidak menimbulkan konflik peran bagi karyawan.
Begitupula dengan pembagian kerja yang jelas, dapat memperkecil
kemungkinan konflik peran yang dirasakan karyawan. Beban kerja
karyawan selama ini juga tidak berlebihan, karena pekerjaan yang
diberikan oleh atasan sudah sesuai dengan kemampuan karyawan.
Selain itu, pekerjaan-pekerjaan tersebut juga masih dapat diselesaikan
dengan baik sehingga beban kerja yang dirasakan oleh karyawan
masih dalam batas kewajaran.
Namun, keadaan tersebut tidak dirasakan oleh semua karyawan,
karena masih banyak karyawan yang merasakan kejenuhan terhadap
kondisi dan suasana kerja di perusahaan saat ini. Salah satu
penyebabnya adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan karyawan
bersifat monoton. Oleh sebab itu, pihak manajemen perlu melakukan
variasi pekerjaan untuk mengurangi kejenuhan karyawan dalam
bekerja.
Konflik peran dan beban kerja yang berlebihan juga dirasakan
oleh sebagian karyawan. Selama ini karyawan menganggap adanya
konflik peran dan beban kerja yang berlebih tidak terlalu menekan
karyawan. Akan tetapi, konflik peran dan kelebihan beban kerja yang
dibiarkan terus-menerus, dapat menimbulkan stres kerja yang tinggi
bagi karyawan sehingga dapat mengganggu pelaksanaan kerja di
perusahaan.
Tingkat kebijakan perusahaan yang berubah-ubah dan peraturan
yang terlalu memberatkan karyawan dapat menimbulkan stres kerja
bagi karyawan. Sebagian karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor
58
menganggap bahwa tingkat kebijakan dan peraturan yang ditetapkan
perusahaan tidak memberatkan karyawan. Hal ini bisa ditunjukkan
dengan tingkat disiplin karyawan dalam bekerja, terutama kedatangan
karyawan ke tempat kerja dengan tepat waktu. Karyawan juga dapat
menerima kebijakan dan peraturan perusahaan dengan baik, sehingga
karyawan tidak merasakan tekanan yang berlebihan atas kebijakan dan
peraturan-peraturan perusahaan. Walaupun demikian, tetap saja masih
ada karyawan yang merasakan tekanan atas peraturan yang ditetapkan
perusahaan sehingga mengganggu kinerja karyawan.
Anggapan karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor bahwa
kesempatan untuk memberikan ide atau pendapat dan keterlibatan
karyawan terhadap proses pengambilan keputusan perusahaan
sangatlah kurang. Kurangnya partisipasi dan keterlibatan karyawan
tersebut juga dapat memicu timbulnya stres kerja bagi karyawan.
Kurangnya partisipasi dan keterlibatan karyawan bisa disebabkan oleh
tingkat pendidikan sebagian besar karyawan Foodmart Ekalokasari
Bogor adalah SMU dan usia karyawan yang masih muda sehingga
pengalaman karyawan masih sedikit. Selain itu, jabatan karyawan juga
dapat mempengaruhi tingkat partisipasi dan keterlibatan karyawan
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Keadaan ini menunjukkan
bahwa kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada para karyawan
sangat kurang. Hal ini bisa dikarenakan Foodmart Ekalokasari Bogor
merupakan salah satu cabang dari anak perusahaan Matahari Grup,
sehingga keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan
perusahaan lebih difokuskan kepada para pimpinan di setiap anak
cabang dan anak perusahaan.
Dari hasil penilaian karyawan terhadap stressors kerja, diketahui
bahwa secara keseluruhan, stres kerja yang berasal dari kelompok,
individu dan organisasi adalah rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
stres kerja karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor yang disebabkan
oleh stressors kerja tersebut adalah rendah. Namun, kurangnya
partisipasi karyawan terhadap pengambilan keputusan perusahaan
59
dapat memicu timbulnya stres kerja yang tinggi bagi karyawan.
Peraturan yang ditetapkan perusahaan juga memicu stres kerja bagi
sebagian
karyawan,
begitupula
dengan
tingkat
kepercayaan.
Hubungan antara karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja sudah
baik, tetapi tetap dapat memicu timbulnya stres kerja bagi karyawan,
walaupun pada tingkat rendah. Sedangkan konflik peran, beban kerja
yang berlebih dan terutama kondisi kerja yang kurang nyaman
berpeluang cukup besar dalam menciptakan stres kerja bagi karyawan
Foodmart Ekalokasari Bogor.
5.4.3. Penilaian Karyawan terhadap Stres Kerja
Indikator stres kerja dalam penelitian ini meliputi perubahan
produktivitas, tingkat absensi (kemangkiran) dan keluar kerja
karyawan. Stres kerja yang terlalu tinggi dapat ditunjukkan oleh
menurunnya produktivitas karyawan, kemangkiran karyawan yang
semakin meningkat dan banyaknya karyawan yang keluar dari
perusahaan. Stres kerja yang dialami oleh karyawan Foodmart
Ekalokasari Bogor dapat diketahui berdasarkan persepsi karyawan
mengenai pernyataan-pernyataan yang menyangkut stres kerja, seperti
terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penilaian karyawan terhadap stres kerja
Indikator Stres Kerja
Perubahan produktivitas
Tingkat absensi (kemangkiran)
Keluar kerja
Total
Skor Rataan
2,33
3,45
2,90
2,89
Keterangan
Tinggi
Sangat rendah
Rendah
Rendah
Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa secara keseluruhan,
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor mengalami stres kerja yang
rendah
atau
masih
dalam
batas
wajar.
Namun,
perubahan
produktivitas karyawan karena adanya stres kerja adalah tinggi.
Artinya, sebagian besar karyawan menganggap bahwa adanya tekanan
yang berat dan stres kerja yang dialami dapat menghambat atau
menurunkan produktivitas karyawan. Namun, ada beberapa karyawan
60
yang menganggap bahwa dengan adanya stres kerja yang dialami
cenderung meningkatkan produktivitas karyawan.
Berdasarkan uji chi-square yang ditunjukkan pada Tabel 8,
perubahan produktivitas memiliki hubungan dengan lama bekerja
karyawan di perusahaan. Semakin lama karyawan bekerja di
perusahaan, produktivitas karyawan cenderung semakin tinggi. Hal ini
bisa disebabkan oleh karyawan yang semakin memahami seluk beluk
perusahaan, keinginan karyawan dalam mengembangkan karir dan
meningkatkan imbalan yang dapat diberikan perusahaan. Akan tetapi,
tidak semua karyawan memiliki produktivitas yang semakin tinggi
dengan lamanya bekerja. Semakin lama karyawan bekerja di
perusahaan, produktivitas karyawan dapat mengalami penurunan
karena kejenuhan yang timbul di lingkungan pekerjaan.
Tingkat absensi (kemangkiran) karyawan Foodmart Ekalokasari
Bogor sangat rendah. Walaupun karyawan mengalami stres kerja di
perusahaan, keinginan karyawan untuk tetap masuk kerja sangatlah
tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor sangat tinggi. Berdasarkan
hasil uji chi-square pada Tabel 8, dapat diketahui juga bahwa tingkat
pendidikan memiliki hubungan dengan tingkat absensi (kemangkiran)
karyawan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, stres kerja yang dialami
juga akan semakin tinggi. Namun, karyawan yang berpendidikan
tinggi dapat menghadapi stres kerja lebih baik dibanding karyawan
yang berpendidikan rendah. Bila ditinjau dari tingkat absensi
(kemangkiran), karyawan yang berpendidikan lebih rendah memiliki
tingkat absensi (kemangkiran) yang lebih tinggi dibanding karyawan
yang berpendidikan tinggi. Karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor
dengan pendidikan SMU dan Diploma memiliki kecenderungan
mangkir lebih sering dibanding karyawan dengan pendidikan Sarjana.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Noviandari (2007)
bahwa kecenderungan stres kerja tertinggi dialami oleh karyawan
dengan
pendidikan
SMA
dan
Diploma.
Tingkat
absensi
61
(kemangkiran) karyawan juga berhubungan dengan usia karyawan.
Semakin tua usia karyawan akan memiliki kecenderungan semakin
sering mangkir dibanding karyawan berusia muda. Hal ini bisa
disebabkan karyawan mengalami kejenuhan dalam bekerja dan
penurunan kesehatan. Selain pendidikan dan usia, lama bekerja
karyawan
juga
memiliki
hubungan
dengan
tingkat
absensi
(kemangkiran). Semakin lama karyawan bekerja di suatu perusahaan,
tingkat absensi (kemangkiran) cenderung semakin tinggi. Kejadian ini
bisa disebabkan oleh menurunnya gairah dalam bekerja dan adanya
stres kerja di perusahaan.
Tabel 8. Nilai uji chi-square karakteristik karyawan dengan stres
kerja dan kinerja karyawan
Variabel yang diuji
Pendidikan dengan tingkat absensi
Pendidikan dengan keluar kerja
Usia dengan tingkat absensi
Lama bekerja dengan perubahan
produktivitas
Lama bekerja dengan tingkat absensi
Jabatan dengan keluar kerja
Nilai
Chi-Square
0,005
0,049
0,039
0,042
Keterangan
Berhubungan
Berhubungan
Berhubungan
Berhubungan
0,038
0,009
Berhubungan
Berhubungan
Tingkat keluarnya karyawan dari perusahaan karena stres kerja
juga menunjukkan tingkat yang rendah. Tingkat keluarnya karyawan
dari perusahaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan jabatan
karyawan, seperti terlihat pada Tabel 8. Semakin tinggi pendidikan,
kecenderungan karyawan keluar dari perusahaan semakin tinggi.
Salah satu penyebanya adalah terbukanya peluang di perusahaan lain
dalam mendapatkan karir dan kesejahteraan yang lebih baik. Namun,
semakin tinggi jabatan seorang karyawan, kecenderungan karyawan
keluar dari perusahaan adalah rendah. Hal ini bisa disebabkan
karyawan sudah mendapatkan kepuasan dalam bekerja, baik dari segi
materi maupun bukan materi.
Berdasarkan penilaian karyawan terhadap stressor kerja dan
stres kerja diketahui bahwa karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor
mengalami stres kerja. Namun stres kerja yang dialami karyawan
62
selama ini masih berada pada tingkat yang wajar, dalam artian
karyawan tidak merasa terlalu tertekan dengan stressor kerja yang
meliputi tingkat kepercayaan yang rendah, hubungan yang kurang
baik antara karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja, konflik peran,
beban kerja yang berlebihan, kondisi kerja yang kurang nyaman,
tingkat kebijakan perusahaan yang berubah-ubah dan kurangnya
partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Begitu pula persepsi karyawan terhadap konsekuensi stres kerja.
5.4.4. Penilaian Karyawan terhadap Kinerja Karyawan
Kinerja adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara
terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi
bersangkutan. Kinerja karyawan dapat diukur dengan beberapa faktor.
Ukuran kinerja yang digunakan untuk mengetahui kondisi kinerja
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor yaitu tanggung jawab,
disiplin, kerja sama, komunikasi dan loyalitas karyawan. Ukuran
kinerja tersebut merupakan faktor-faktor penilaian kinerja karyawan
yang diterapkan oleh Foodmart Ekalokasari Bogor. Kondisi kinerja
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor dapat diketahui berdasarkan
persepsi atau penilaian karyawan terhadap pernyataan-pernyataan
yang menyangkut kinerja karyawan. Tabel 9 menunjukkan penilaian
karyawan terhadap kinerja karyawan.
Tabel 9. Penilaian karyawan terhadap kinerja karyawan
Indikator Kinerja Karyawan
Tanggung jawab
Disiplin
Kerja sama
Komunikasi
Loyalitas
Total
Skor Rataan
3,17
3,23
3,15
3,10
3,12
3,15
Keterangan
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Berdasarkan penilaian karyawan terhadap kinerja karyawan,
diketahui bahwa karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor sudah
berkinerja baik, yang ditunjukkan dengan nilai skor rataan total yang
tinggi pada Tabel 9. Karyawan menganggap bahwa selama ini,
karyawan sudah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap tugas
63
dan pekerjaan di perusahaan. Hal ini bisa diketahui dari pekerjaanpekerjaan yang dapat diselesaikan dengan baik oleh karyawan sesuai
dengan target yang ditetapkan perusahaan.
Disiplin yang tinggi juga ditunjukkan oleh karyawan. Karyawan
selalu datang ke tempat kerja dengan tepat waktu dan mampu
menyelesaikan
pekerjaan
dengan
baik,
sehingga
membantu
pencapaian target kerja karyawan. Karyawan juga selalu mematuhi
peraturan-peraturan yang ada di perusahaan, walaupun sebagian
karyawan merasakan peraturan yang ditetapkan perusahaan terlalu
memberatkan. Tingkat disiplin yang tinggi mengindikasikan kinerja
karyawan yang tinggi. Hal ini bisa diketahui dari pendapat karyawan
bahwa tingkat kedisiplinan yang tinggi dalam bekerja dapat membantu
meningkatkan kinerja karyawan di perusahaan. Tingkat kedisiplinan
yang tinggi tersebut dapat disebabkan oleh adanya motivasi karyawan
dalam bekerja diantaranya adalah keinginan karyawan untuk
mendapatkan penghargaan dari perusahaan, baik dalam bentuk materi
maupun
bukan
materi
dan
kesempatan
karyawan
dalam
mengembangkan karir. Tingkat kedisiplinan merupakan salah satu
faktor penilaian kinerja karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor untuk
mendapatkan promosi jabatan dari perusahaan. Oleh sebab itu,
karyawan berusaha meningkatkan kedisiplinan bekerja sehingga
kesempatan dalam mengembangkan karir di perusahaan dapat dicapai
dan kinerja karyawan pun dapat meningkat.
Kinerja karyawan yang tinggi juga diindikasikan oleh kerja
sama yang dilakukan oleh karyawan ketika melaksanakan pekerjaan.
Karyawan sering melibatkan rekan kerja dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan. Karyawan menganggap bahwa kerja sama dengan
pimpinan selama ini sudah baik. Bagi karyawan, kerja sama yang
terjalin dengan baik antara karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja
dapat meningkatkan kinerja karyawan di perusahaan.
Indikator lain yang mengindikasikan tingginya kinerja karyawan
Foodmart Ekalokasari Bogor adalah komunikasi dan loyalitas
64
karyawan. Selama ini karyawan merasakan bahwa komunikasi yang
terjalin antara karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja adalah baik.
Hal ini bisa disebabkan oleh cara pimpinan dalam berinteraksi dengan
karyawan, yaitu pimpinan menerapkan kebersamaan dan keterbukaan
dalam bekerja. Pimpinan juga memperlakukan karyawan dengan baik
sehingga karyawan dapat merasakan ketenangan dalam bekerja.
Karyawan juga beranggapan bahwa selama karyawan bekerja di
Foodmart Ekalokasari Bogor, karyawan memiliki komitmen dan
kesetiaan terhadap perusahaan. Kesetiaan karyawan yang tinggi bisa
diakibatkan dari adanya kepuasan kerja yang dirasakan oleh
karyawan. Kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan diantaranya
adalah adanya penghargaan dari perusahaan atas kontribusi karyawan
dalam bekerja seperti promosi jabatan dan reward serta perlakuan
pimpinan yang baik terhadap karyawan. Tingkat kesetiaan karyawan
terhadap perusahaan dapat mengindikasikan kinerja karyawan yang
tinggi, sesuai dengan pendapat karyawan yang menyatakan bahwa
kesetiaan karyawan terhadap perusahaan dapat meningkatkan kinerja
karyawan di perusahaan.
Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa kinerja karyawan
Foodmart Ekalokasari Bogor tergolong tinggi dengan nilai skor rataan
keseluruhan 3,15. Berdasarkan penilaian karyawan terhadap stres
kerja dan kinerja karyawan, dinyatakan bahwa stres kerja karyawan
Foodmart Ekalokasari Bogor memiliki tingkat yang rendah dengan
tingkat kinerja karyawan yang tinggi.
5.5. Analisis Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Setelah mengetahui kondisi stres kerja dan kinerja karyawan secara
keseluruhan berdasarkan nilai skor rataan, selanjutnya akan dilihat pengaruh
stres kerja terhadap kinerja karyawan. Pengaruh stres kerja terhadap kinerja
karyawan dianalis dengan model persamaan struktural (Structural Equation
Modeling/SEM) dan metode unweighted least square. Model tersebut
digunakan untuk mengetahui bentuk dan besar pengaruh antara variabel laten
bebas, yaitu stressors kerja (ξ) dengan variabel laten tak bebas (terikat), yaitu
65
stres kerja (η1) dan kinerja karyawan (η2). Setiap nomor pernyataan diambil
nilai mediannya, kemudian diolah dengan menggunakan LISREL 8,3.
Pengambilan nilai median tersebut bertujuan untuk mencari satu angka yang
dapat mewakili setiap variabel indikator. Hasil analisis SEM dapat dilihat
pada Gambar 8.
Tingkat
kepercayaan
Hubungan
karyawan
Konflik
peran
Beban
kerja
0,75
0,73
Stressor
kelompok
-0,42
0,61
Stres
kerja
Tingkat
absensi
Keluar
kerja
2,21
0,70
Stressor
individu
Kondisi
kerja
Tanggung
jawab
0,25
0,76
Partisipasi
karyawan
0,39
0,86
0,82
Tingkat
kebijakan
Perubahan
produktivitas
0,29
Disiplin
0,67
-0,89
Kinerja
karyawan
0,89
0,54
0,48
Kerja sama
0,68
Stressor
organisasi
0,86
Komunikasi
Loyalitas
Gambar 8. Diagram lintas model pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan
5.5.1. Nilai Kontribusi Variabel Indikator dalam Membangun Variabel
Laten
Gambar 8 menunjukkan nilai-nilai loading factor (λ) variabel
indikator terhadap variabel laten. Nilai λ merupakan koefisien yang
menunjukkan seberapa besar kontribusi variabel indikator dalam
membentuk variabel laten. Nilai λ terbesar menunjukkan bahwa
variabel indikator tersebut merupakan faktor yang memiliki kontribusi
paling besar dalam membentuk variabel laten. Semakin besar nilai λ,
66
maka semakin besar kontribusi suatu variabel indikator dalam
membentuk variabel laten.
Indikator
yang
memberikan
kontribusi
tertinggi
secara
signifikan untuk membangun variabel kinerja karyawan adalah
variabel tanggung jawab karyawan yang ditunjukkan oleh ketepatan
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai target yang diberikan
dari atasan. Indikator disiplin, kerja sama, komunikasi dan loyalitas
karyawan berdasarkan nilai t model pengaruh stres kerja terhadap
kinerja karyawan pada Gambar 7, diketahui bahwa nilai λ indikator
disiplin, kerja sama, komunikasi dan loyalitas karyawan memiliki nilai
di bawah 1,96 dengan tingkat signifikansi 5 persen. Artinya, indikator
disiplin, kerja sama, komunikasi dan loyalitas karyawan tetap
memberikan kontribusi walaupun tidak signifikan terhadap variabel
kinerja karyawan.
Variabel stres kerja (konsekuensi stres kerja) yang dibangun
oleh tiga variabel indikator meliputi perubahan produktivitas (Y1),
tingkat absensi atau kemangkiran (Y2) dan keluar kerja (Y3) memiliki
nilai λ masing-masing sebesar 0,73; 0,39 dan 0,86. Berdasarkan nilai λ
tersebut, maka indikator yang memiliki kontribusi terbesar dalam
membentuk variabel stres kerja secara signifikan adalah variabel
keluar kerja. Dalam artian, apabila stres kerja yang dirasakan
karyawan Foodmart Ekalokasari sangat tinggi atau telah melebihi
batas kewajaran, maka cenderung menimbulkan keinginan karyawan
untuk keluar dari perusahaan. Walaupun karyawan merasakan adanya
tekanan dalam bekerja, namun karyawan masih tetap merasa nyaman
bekerja di Foodmart Ekalokasari Bogor, karena tekanan yang
dirasakan karyawan tidak terlalu mengganggu pelaksanaan kerja
karyawan.
Indikator X1 (tingkat kepercayaan) dan X2 (hubungan antara
karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja) memiliki kontribusi yang
signifikan terhadap pembentukan variabel stressor kelompok.
Indikator tingkat kepercayaan memberikan kontribusi terhadap
67
variabel stressor kelompok dengan nilai λ sebesar 0,75. Sedangkan
indikator hubungan antara karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja
memberikan kontribusi terhadap variabel stressor kelompok dengan
nilai λ sebesar 0,62. Hal tersebut menunjukkan bahwa indikator
tingkat
kepercayaan
membangun
variabel
memiliki
kontribusi
lebih
besar
stressor
kelompok
dibanding
dalam
indikator
hubungan antara karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja.
Karyawan
Foodmart
Ekalokasari
Bogor
menganggap
bahwa
kurangnya kepercayaan dan dukungan yang diberikan oleh pimpinan
maupun rekan kerja cenderung menimbulkan stressor kelompok yang
lebih besar dibanding hubungan yang kurang baik antara pimpinan
dan karyawan serta rekan kerja.
Stres kerja yang berasal dari individu dibangun oleh tiga
indikator meliputi konflik peran (X3), beban kerja (X4) dan kondisi
kerja (X5). Indikator-indikator tersebut juga memiliki kontribusi yang
signifikan terhadap variabel stressor individu. Indikator yang
memiliki nilai λ terbesar adalah beban kerja dengan nilai 0,82.
Sedangkan indikator konflik peran dan kondisi kerja memiliki nilai λ
sebesar 0,70 dan 0,76. Nilai tersebut menunjukkan bahwa indikator
yang mendominasi dalam membentuk variabel stressor individu
adalah variabel beban kerja. Beban kerja yang terlalu berlebihan
cenderung menimbulkan stres kerja yang lebih besar pula bagi
karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor. Oleh sebab itu, pihak
manajemen sebaiknya mempertimbangkan pembagian kerja kepada
karyawan sesuai dengan kemampuan dan pendidikan karyawan.
Karena pekerjaan yang tidak dimengerti dan tidak dikuasai oleh
karyawan dapat menjadi beban karyawan dalam melaksanakan
pekerjaan.
Variabel stressor organisasi terdiri dari dua indikator yaitu
tingkat kebijakan perusahaan (X6) dan partisipasi karyawan dalam
pengambilan keputusan perusahaan (X7). Indikator-indikator tersebut
memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan variabel
68
stressor organisasi. Indikator tingkat kebijakan perusahaan memiliki
nilai λ sebesar 0,89 dan indikator partisipasi karyawan dalam
pengambilan keputusan perusahaan memiliki nilai λ sebesar 0,54.
Artinya, indikator tingkat kebijakan perusahaan memiliki kontribusi
lebih besar terhadap pembentukan variabel stressor organisasi
dibanding partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Apabila kebijakan yang dibuat oleh perusahaan sering
berubah-ubah dan memberatkan karyawan, maka karyawan akan
cenderung mengalami stres kerja lebih besar dibanding dengan
sedikitnya keterlibatan karyawan terhadap pengambilan keputusan
perusahaan. Oleh sebab itu, Foodmart Ekalokasari Bogor sebaiknya
menetapkan kebijakan terutama peraturan perusahaan secara jelas dan
relevan dengan visi dan misi perusahaan agar pimpinan dan karyawan
dapat bekerjasama dengan baik dalam mencapai tujuan kerja.
5.5.2. Pengaruh Stressor Kerja terhadap Stres Kerja
Model pada Gambar 8 menunjukkan bahwa variabel stres kerja
dipengaruhi oleh variabel stressor kelompok dengan nilai γ sebesar
-0,42; variabel stressor individu dengan nilai γ sebesar 2,21 dan
variabel stressor organisasi dengan nilai γ sebesar -0,89. Stressors
tersebut akan mempengaruhi stres kerja, dimana semakin tinggi
kontribusi variabel stressor kelompok dan stressor organisasi maka
stres kerja yang terjadi meliputi perubahan produktivitas, tingkat
absensi (kemangkiran) dan keluar kerja akan cenderung rendah.
Namun, berbeda dengan pengaruh stressor individu terhadap
stres kerja karena semakin tinggi kontribusi stressor individu maka
stres kerja yang terjadi meliputi perubahan produktivitas, tingkat
absensi (kemangkiran) dan keluar kerja akan cenderung meningkat,
bukan menjadi semakin rendah. Adanya stressor kerja yang berasal
dari individu meliputi konflik peran, beban kerja dan kondisi kerja
dirasakan oleh karyawan sebagai suatu tantangan dalam bekerja. Jika
tidak ada tantangan dalam bekerja, karyawan akan cenderung merasa
jenuh dan motivasi individu karyawan akan cenderung berkurang.
69
Oleh sebab itu, pihak manajemen perlu memberikan beban kerja
secara optimal (tidak kurang dan tidak pula berlebihan) sesuai
kemampuan dan pendidikan karyawan. Selain itu, perbaikan kondisi
dan suasana kerja terutama iklim politis yang terjadi di perusahaan
perlu dilakukan agar mengurangi kejenuhan dan semakin menciptakan
rasa aman dan nyaman dalam bekerja.
Bila dilihat dari stressor kerja, stressor individu memiliki nilai γ
(koefisien lintas) tertinggi dibanding stressor kelompok dan stressor
organisasi. Artinya, stressor individu memiliki pengaruh paling besar
dan positif terhadap stres kerja. Apabila stressor individu tinggi, maka
stres kerja yang dirasakan karyawan juga akan tinggi. Namun, jika
stressor kelompok dan stressor organisasi tinggi, maka stres kerja
yang dirasakan karyawan cenderung rendah. Sedangkan pengaruh
stres
kerja
secara
keseluruhan
terhadap
kinerja
karyawan
menunjukkan kondisi yang baik, karena kinerja karyawan akan
meningkat apabila stres kerja yang terjadi juga meningkat.
5.5.3. Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan Gambar 8, dapat diketahui bahwa stres kerja
berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang ditunjukkan oleh nilai
beta (β = 0,25). Hal ini berarti stres kerja secara signifikan
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Secara tidak langsung,
stressor kelompok, individu, organisasi, perubahan produktivitas,
tingkat absensi (kemangkiran) dan keluar kerja berpengaruh terhadap
kinerja karyawan. Apabila stressor kelompok dan organisasi rendah,
sedang stressor individu tinggi dengan produktivitas karyawan yang
tinggi, dan tingkat absensi (kemangkiran) serta keluar kerja karyawan
yang rendah maka kinerja karyawan akan cenderung lebih baik.
Hasil penelitian yang dilakukan di Foodmart Ekalokasari Bogor
menunjukkan bahwa stres kerja yang dialami oleh karyawan selama
ini bersifat positif atau membangun dan masih berada dalam keadaan
optimal sehingga dengan adanya stres kerja tersebut dapat membantu
meningkatkan kinerja karyawan di perusahaan. Hasil penelitian ini
70
sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Wood, et al. (2001) bahwa
stres yang bersifat membangun (constructive stress) dapat membantu
meningkatkan kinerja karyawan. Jika intensitas stres ditingkatkan
sampai tingkat yang optimal (moderate), maka akan membantu
pekerja untuk mengerahkan segala sumber daya yang ada. Stres pada
tingkat yang optimal merupakan suatu rangsangan yang sehat untuk
mendorong pekerja agar memberikan tanggapan terhadap tantangantantangan pekerjaannya. Jika tidak ada stres sama sekali, pekerja akan
merasa tidak ada tantangan sehingga kinerjanya cenderung menurun.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Robbins (2006)
yang menyatakan bahwa stres pada tingkat rendah sampai sedang
merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuan bereaksi sehingga
pada saat inilah kinerja karyawan akan lebih baik. Namun, terlalu
banyak stres menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai atau
kendala ke seseorang yang mengakibatkan kinerja menurun.
Begitupula dengan teori yang diungkapkan Handoko bahwa sejalan
dengan meningkatnya stres, prestasi kerja cenderung naik, karena stres
membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumber daya dalam
memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Namun,
bila stres tersebut terlalu besar, prestasi kerja akan mulai menurun,
karena stres mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
Kinerja karyawan yang semakin tinggi karena tingginya stres
kerja yang berasal dari individu karyawan, bisa disebabkan oleh
kuatnya motivasi individu karyawan dalam bekerja. Semakin kuat
motivasi individu karyawan, maka karyawan dapat mengelola stres
kerja yang dialami dan kinerja karyawan pun akan cenderung
meningkat. Menurut teori Herzberg dalam Robbins (2006), faktorfaktor motivasi yang dapat mendorong prestasi karyawan dalam
bekerja yaitu faktor motivasional dan faktor higiene (pemeliharaan).
Faktor motivasional merupakan faktor-faktor yang bersumber dari
dalam diri seseorang, sedangkan faktor higiene merupakan faktorfaktor yang bersumber dari luar diri seseorang.
71
Bila ditinjau dari hasil penelitian, faktor-faktor yang bersumber
dari dalam diri karyawan dapat memotivasi karyawan untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Stressor kerja yang berasal dari
individu karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor dianggap sebagai
tantangan yang bersifat positif, bukan sebagai kendala yang dapat
menghambat kinerja karyawan. Sedangkan faktor-faktor yang berasal
dari luar diri karyawan, juga dianggap sebagai tantangan yang bersifat
positif maupun hambatan bagi kinerja karyawan. Secara tidak
langsung, stressor kerja yang berasal dari individu, kelompok dan
organisasi, dapat meningkatkan kinerja karyawan apabila tingkat
stressor kelompok dan organisasi rendah sedang stressor individu
tinggi. Namun, apabila tingkat stressor kelompok dan organisasi
tinggi sedang stressor individu rendah maka kinerja karyawan
cenderung menurun. Dengan keadaan seperti ini, pihak perusahaan
sebaiknya mempertahankan stressor individu dan perlu melakukan
perbaikan pada stressor kelompok dan organisasi.
72
VI. IMPLIKASI MANAJERIAL
Karyawan merupakan faktor terpenting dalam perusahaan. Karyawan
sebagai sumber daya yang dimiliki perusahaan mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan sumber daya lain. Tujuan perusahaan tidak akan tercapai dengan
baik apabila sumber daya yang dimiliki tidak berfungsi secara maksimal, walau
secanggih apapun alat yang digunakan. Pengelolaan karyawan yang tidak baik
juga akan menimbulkan banyak masalah di perusahaan, terutama yang
menyangkut operasional perusahaan sehari-hari.
Sebagian besar pihak manajemen menyadari bahwa stres kerja karyawan
semakin menjadi masalah dalam perusahaan. Sebagian besar karyawan
mengalami stres kerja dikarenakan beban kerja yang besar dan harus bekerja lebih
lama karena adanya perampingan pada perusahaan sehingga menimbulkan
tekanan dalam bekerja (Robbins, 2006). Stres kerja yang dialami karyawan
sebenarnya dapat mendorong dan meningkatkan kinerja karyawan apabila pihak
manajemen mampu mengelola stres kerja dan karyawan dengan baik. Pengelolaan
dan pengembangan yang baik terhadap karyawan sangat perlu dilakukan oleh
pihak manajemen agar karyawan dapat bekerja secara efektif dan pihak
manajemen terutama manajer dapat bekerja sama secara baik dengan karyawan
dalam mencapai tujuan bersama.
Stres kerja pada sebuah perusahaan bisa timbul secara alami maupun
diciptakan. Stres kerja yang timbul secara alami merupakan hal yang wajar,
karena adanya dinamika bisnis serta pengaruh globalisasi dan tranformasi yang
semakin berkembang pesat. Stres kerja juga dapat diciptakan oleh perusahaan
dengan tujuan membantu karyawan dan perusahaan dalam peningkatan kinerja.
Stres kerja sangatlah penting, karena tanpa adanya stres kerja maka tantangan
kerja bagi karyawan tidak ada sehingga karyawan akan merasa jenuh dan
cenderung kurang bersemangat dalam bekerja.
Stres kerja yang terjadi sebaiknya dikelola dengan baik, karena pengelolaan
yang baik terhadap stres kerja akan membantu karyawan dalam memperbaiki atau
meningkatkan kinerja. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengelola stres
kerja adalah menciptakan dan mengendalikan stres kerja pada tingkat optimal,
73
artinya stres kerja yang terjadi tidak terlalu berlebihan sehingga karyawan dapat
menanggapi stres kerja yang terjadi sebagai tantangan yang bersifat positif atau
membangun. Oleh sebab itu, pengelolaan terhadap tingkat kepercayaan, hubungan
antara karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja, konflik peran, beban kerja,
kondisi kerja, tingkat kebijakan perusahaan dan partisipasi karyawan dalam
pengambilan keputusan perlu dilakukan agar stres kerja yang terjadi akibat
sumber-sumber stres kerja tersebut tidak dianggap karyawan sebagai hambatan
dalam bekerja.
Stres kerja yang dialami oleh karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor
disebabkan oleh beberapa sumber. Sumber tertinggi yang dapat menimbulkan
stres kerja bagi karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor berasal dari individu
karyawan. Akan tetapi, tingginya stres kerja tersebut dianggap sebagai tantangan
yang bersifat positif bagi karyawan. Karyawan Foodmart Ekalokasari Bogor
menganggap bahwa konflik peran, beban kerja dan kondisi kerja selama ini tidak
menimbulkan tekanan, bahkan mendorong karyawan untuk bekerja dengan lebih
baik.
Secara keseluruhan, tingkat stres kerja yang disebabkan oleh kepercayaan,
hubungan antara karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja, konflik peran,
beban kerja, kondisi kerja, kebijakan perusahaan dan partisipasi karyawan dalam
pengambilan keputusan perusahaan adalah rendah. Karyawan Foodmart
Ekalokasari Bogor menganggap bahwa stres kerja yang disebabkan oleh faktorfaktor tersebut tidak terlalu menekan diri karyawan.
Namun pada kenyataannya, stres kerja yang dirasakan oleh karyawan
Foodmart Ekalokasari adalah tinggi dan berpengaruh secara positif terhadap
kinerja karyawan. Walaupun tingkat stres kerja yang terjadi di perusahaan tinggi,
stres kerja tersebut masih dalam batas kewajaran dan dapat membantu
meningkatkan kinerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil kinerja
karyawan yang sangat tinggi pula. Keadaan seperti ini sebaiknya dipertahankan
oleh pihak manajemen Foodmart Ekalokasari Bogor agar dapat mencapai targettarget penjualan perusahaan. Pihak manajemen tetap perlu mengelola stres kerja
yang dialami karyawan dengan baik, karena stres kerja yang berada pada tingkat
rendah sampai sedang akan menciptakan kinerja karyawan yang baik, namun akan
74
memperburuk karyawan jika dalam tempo waktu yang sangat lama dan
berlebihan.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Robbins (2006)
yaitu stres pada tingkat rendah sampai sedang merangsang tubuh dan
meningkatkan kemampuan bereaksi sehingga pada saat inilah kinerja karyawan
akan lebih baik. Namun, terlalu banyak stres menempatkan tuntutan yang tidak
dapat dicapai atau kendala ke seseorang yang mengakibatkan kinerja menurun.
Selain itu, stres pada tingkat sedang dapat mempunyai pengaruh yang negatif pada
kinerja jangka panjang karena intensitas stres yang berkelanjutan tersebut dapat
meruntuhkan individu dan melemahkan sumber daya energinya.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Handoko (2001) yaitu
sejalan dengan meningkatnya stres, prestasi kerja cenderung naik, karena stres
membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumber daya dalam memenuhi
berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Namun, bila stres tersebut terlalu
besar, prestasi kerja akan mulai menurun, karena stres mengganggu pelaksanaan
pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pihak manajemen perlu mengelola
stres kerja yang dialami karyawan sampai pada tahap optimal. Sesuai dengan teori
Wood, et al. (2001) yang menyatakan bahwa stres yang ditingkatkan sampai
tingkat yang optimal (moderate), maka akan membantu pekerja untuk
mengerahkan segala sumber daya yang ada. Namun, jika tidak ada stres sama
sekali, pekerja akan merasa tidak ada tantangan sehingga kinerjanya cenderung
menurun. Begitu pula jika intensitas stres melebihi batas, maka akan memberikan
dampak yang kurang baik bagi pekerja.
Oleh karena itu, yang dapat dilakukan pihak manajemen Foodmart
Ekalokasari Bogor agar stres kerja yang dialami karyawan tetap berada dalam
kondisi
yang
baik
sehingga
tidak
mengganggu
karyawan
dan
dapat
mengoptimalkan kinerja karyawan adalah :
1. Peningkatan kepercayaan dan dukungan dari pimpinan maupun rekan kerja.
Kepercayaan dan dukungan merupakan salah satu faktor penting dalam
kesejahteraan dan kesehatan seseorang (Gibson et al., 1996). Kurangnya
kepercayaan dan dukungan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak baik
75
antara karyawan dengan pimpinan dan rekan kerja serta dapat menyebabkan
kepuasan kerja yang rendah. Peningkatan kepercayaan dan dukungan perlu
dilakukan agar karyawan merasa semakin dihargai dan dibutuhkan oleh
pimpinan maupun rekan kerja. Selain itu, peningkatan hubungan yang lebih
baik lagi juga dapat dilakukan agar selalu tercipta suasana kerja yang nyaman
dan kondusif.
2. Pihak manajemen sebaiknya mengoptimalkan stres kerja yang berasal dari
individu, meliputi konflik peran, beban kerja dan kondisi kerja. Perbaikan
terhadap kondisi kerja perlu dilakukan karena karyawan merasakan adanya
iklim politis dan kejenuhan dalam bekerja. Konflik peran dan beban kerja
yang dirasakan oleh karyawan saat ini sebaiknya dipertahankan pihak
manajemen karena karyawan menganggap bahwa konflik peran dan beban
kerja selama ini masih dalam batas yang wajar dan karyawan masih dapat
menghadapi konflik peran dan beban kerja tersebut dengan baik sehingga
tidak mengganggu kinerja karyawan. Supaya karyawan dapat melakukan
pekerjaan dengan semakin lebih baik, karyawan memerlukan informasi
tertentu mengenai apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkan
karyawan. Karyawan juga perlu mengetahui hak dan kewajiban karyawan
dalam bekerja. Beban kerja karyawan juga sebaiknya jangan dikurangi
maupun ditambah karena beban kerja yang terlalu rendah maupun terlalu
tinggi akan cenderung memperburuk kinerja karyawan. Beban kerja yang
terlalu rendah akan menyebabkan kejenuhan, menurunnya motivasi, kelesuan
dan meningkatnya kemangkiran. Sedang beban kerja yang terlalu tinggi akan
menyebabkan insomnia (tidak bisa tidur), lekas marah, meningkatnya
kesalahan dan kebimbangan. Berbeda dengan beban kerja yang berada pada
tingkat optimal, akan menyebabkan motivasi tinggi, tenaga tinggi, persepsi
tajam dan ketenangan (Gibson et al., 1996)
3. Kebijakan dan peraturan yang ditetapkan perusahaan kepada karyawan sudah
baik karena sebagian besar menganggap bahwa hal tersebut tidak
memberatkan karyawan. Namun, partisipasi karyawan dalam pengambilan
keputusan masih sangat kurang sehingga dapat menimbulkan kekecewaan
bagi sebagian karyawan karena penundaan yang seringkali dilakukan
76
sehubungan dengan pengambilan keputusan secara partisipatif. Partisipasi
dalam pengambilan keputusan dipandang sebagai bagian yang penting dari
pekerjaan dalam organisasi bagi beberapa orang tertentu. Partisipasi
menyangkut sampai seberapakah pengetahuan orang, pendapatnya dan
gagasan dimasukkan dalam proses keputusan. Tetapi, partisipasi juga dapat
menimbulkan tekanan. Orang lain mungkin memandang pengambilan
keputusan secara bersama-sama merupakan ancaman terhadap hak tradisional
dari seorang supervisor atau manajer untuk mengambil keputusan terakhir
(Gibson et al., 1996). Oleh sebab itu, pihak manajemen sebaiknya perlu
mempertimbangkan pengetahuan, pendapat dan gagasan dari beberapa
karyawan yang menganggap bahwa keputusan secara bersama-sama
merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan. Hal ini dilakukan agar
sebagian karyawan tidak merasakan kekecewaan dalam bekerja Selain itu,
perlunya peningkatan partisipasi karyawan dalam mematuhi kebijakan dan
peraturan yang ditetapkan perusahaan agar tercipta kondisi kerja yang
semakin nyaman dan mencapai target-target perusahaan secara optimal.
4. Pendekatan Organisasi
Beberapa faktor yang menyebabkan stres kerja adalah tuntutan tugas dan
peran serta struktur organisasi. Faktor-faktor tersebut dapat diubah oleh pihak
manajemen dengan pertimbangan strategi sebagai berikut (Robbins, 2006) :
a) Perbaikan seleksi personal dan penempatan kerja
Respon masing-masing karyawan terhadap stres kerja berbeda-beda, hal
ini perlu dipertimbangkan oleh pihak manajemen agar keputusan seleksi
personal dan penempatan kerja tidak salah. Bila dilihat dari hasil
penelitian, sebagian besar karyawan termasuk ke dalam kelompok lokus
internal karena dapat menghadapi stres kerja dengan baik sehingga
karyawan dapat melaksanakan pekerjannya dengan efektif. Walaupun
karyawan yang memiliki lokus internal (orang yang memiliki keyakinan
bahwa tujuan akhir mereka dapat dikendalikan oleh diri mereka sendiri)
dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik pada pekerjaan berstres tinggi
dan dapat menjalankan pekerjaan tersebut dengan lebih efektif
dibandingkan dengan karyawan yang memiliki lokus eksternal (orang
77
yang memiliki keyakinan bahwa kehidupan mereka dikendalikan oleh
kekuatan dari luar), pihak manajemen sebaiknya tetap mempekerjakan
karyawan-karyawan yang memiliki lokus eksternal agar perusahaan dapat
berjalan dengan seimbang dan optimal.
b) Penggunaan penetapan sasaran yang realistis
Penggunaan sasaran dapat mengurangi stres dan juga memberi motivasi.
Karyawan akan berkinerja lebih baik bila karyawan mempunyai sasaran
yang spesifik dan menantang serta menerima umpan balik atas kemajuan
karyawan yang tepat ke arah sasaran ini. Sasaran yang spesifik yang
dipersepsikan sebagai ”dapat dicapai” akan memperjelas harapan kinerja.
Selain itu, umpan balik sasaran dapat mengurangi ketidakpastian
mengenai kinerja yang sebenarnya. Hal ini dapat mengurangi frustasi,
ambiguitas peran dan stres kerja karyawan.
c) Peningkatan keterlibatan karyawan
Stres peran bersifat merusak bagi sebagian besar karyawan karena
karyawan merasa tidak pasti akan sasaran, harapan, cara kerja karyawan
akan dinilai dan semacamnya. Dengan memberi karyawan suara dalam
pengambilan keputusan yang secara langsung mempengaruhi kinerja
karyawan, manajemen dapat meningkatkan kendali karyawan dan
mengurangi stres peran.
d) Peningkatan komunikasi organisasi
Meningkatkan komunikasi organisasi yang formal dengan para karyawan
akan mengurangi ketidakpastian karena mengurangi ambiguitas dan
konflik peran. Komunikasi yang efektif akan membentuk persepsi
karyawan terhadap tuntutan, ancaman atau kesempatan sebagai suatu hal
yang baik. Apabila karyawan mengalami stres yang cukup tinggi,
manajemen dapat membantu karyawan dengan memberikan cuti agar
karyawan dapat beristirahat. Karena cuti dapat menghidupkan kembali dan
menyegarkan karyawan yang mungkin mengalami kelelahan.
78
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja
Karyawan
(Studi
Kasus
Karyawan
Foodmart
Ekalokasari
Bogor)
disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil penilaian karyawan mengenai stres kerja dan kinerja karyawan
menunjukkan bahwa stres kerja yang dialami karyawan selama ini adalah
rendah dengan kinerja karyawan adalah baik. Stressors kerja (sumber
stres kerja) tertinggi yang dapat menciptakan stres kerja bagi karyawan
adalah kurangnya partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Sedangkan konsekuensi tertinggi yang diakibatkan adanya
stres kerja adalah perubahan produktivitas. Kinerja karyawan yang sudah
baik ditunjukkan oleh tingkat kedisiplinan karyawan yang tinggi.
2. Stressors kerja yang terdiri dari stressor kelompok, individu dan
organisasi berpeluang cukup besar dalam menciptakan stres kerja
karyawan. Stressor kerja yang paling memiliki kontribusi terhadap
pembentukan stres kerja bagi karyawan Foodmart Ekalokasari adalah
stres yang berasal dari individu meliputi konflik peran, beban kerja dan
kondisi kerja. Indikator konsekuensi stres kerja yang paling berkontribusi
secara signifikan terhadap pembentukan stres kerja yaitu tingkat keluar
kerja. Sedangkan indikator yang secara signifikan membentuk kinerja
karyawan dengan adanya stres kerja yaitu tanggung jawab karyawan. Hal
ini menunjukkan jika stressor optimum, maka karyawan akan memiliki
tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan. Stres kerja secara
signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Adanya stres
kerja yang dialami karyawan Foodmart Ekalokasari dapat meningkatkan
kinerja karyawan karena stres pada tingkat rendah sampai sedang akan
merangsang jasmani dan rohani serta meningkatkan kemampuan bereaksi
sehingga pada saat inilah kinerja karyawan akan lebih baik.
3. Implikasi manajerial yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen adalah
mengoptimalkan stres kerja yang berdampak positif bagi peningkatan
79
kinerja karyawan meliputi konflik peran, beban kerja dan kondisi kerja
agar cenderung meningkatkan kinerja karyawan, terutama tanggung
jawab karyawan. Selain itu, pihak manajemen juga sebaiknya
memperbaiki stressor kelompok dan organisasi sehingga kinerja
karyawan akan menjadi semakin baik.
2.
Saran
Saran yang berkaitan dengan penelitian lanjutan mengenai stres kerja
dan kinerja karyawan agar dapat mencapai tujuan-tujuan perusahaan secara
optimal yaitu sumber-sumber stres kerja yang berasal dari lingkungan fisik,
perbedaan karakteristik karyawan tipe A dan tipe B serta efisiensi dan
efektivitas kerja karyawan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Arep, I. dan H. Tanjung. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Trisakti,
Jakarta.
Bayou.
2006.
Mencegah
dan
Mengelola
http://www.psikologi.com/go.php.htm. [3 Agustus 2007]
Stres.
Brecht, Grant. 2000. Sorting Out Stress. Terjemahan Tim Redaksi Mitra Utama.
PT. Prenhallindo, Jakarta.
Bollen, K.A. 1989. Structural Equation with Latent Variables. John Whiley &
Sons, New York.
Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1996. Perilaku dalam Organisasi. Edisi ke
Tujuh. Erlangga, Jakarta.
Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Durianto, D. dan Sugiarto. 2003. Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif. PT.
Gramedia Pustaka Indonesia, Jakarta.
Ghozali, I. dan Fuad. 2005. Structural Equation Modelling. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H. Donnelly. 1996. Organisasi dan
Manajemen (Perilaku, Struktur, dan Proses). Edisi ke Lima Jilid 1.
Erlangga, Jakarta.
Gitosudarmo, Indriyo, Sudita I. Nyoman. 1990. Perilaku Organisasi. Edisi
Pertama. BPFE, Yogyakarta.
Hair, J.F., R. Anderson, R. Tatham and W. Blanck. 1998. Multivariate Data
Analysis. Prentice-Hall Internasional, New Jersey.
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. FE
UGM, Yogyakarta.
Hasan, Iqbal M. 2002. Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Hasibuan, M.S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Bumi
Aksara, Jakarta.
Henny. 2007. Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bagian
Customer Care pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Bekasi. Skripsi
pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
81
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mangkuprawira, Tb. Sjafri dan A.V. Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber
Daya Manusia. Ghalia Indonesia, Bogor.
Mariani, Dini. 2007. Hubungan Nilai-nilai Budaya Perusahaan (Corporate
Culture) dan Stressors Kerja dengan Kinerja Karyawan (studi kasus : Divisi
Pemasaran dan BMS Kantor Pos Jakarta Selatan). Skripsi pada Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nasution, Mulia. 1994. Manajemen Personalia (Aplikasi dalam Perusahaan).
Djambatan, Jakarta.
Pujiastuti, Endang. 2004. Analisis Pengaruh Stres Kerja terhadap Prestasi Kerja
Karyawan pada PT. Pos Indonesia DIY. Skripsi pada Fakultas Ekonomi,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Noviandari, Ratna Restu. 2007. Analisis Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Kasus PT. Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur 13000).
Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Rini, Jacinta F. 2002. Stres Kerja. http://www.psikologi.com/go.php.htm. [23 Juli
2007)
Rivai, V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori
ke Praktik. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Robbins, Stephen. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. PT.
INDEKS Kelompok GRAMEDIA, Jakarta.
Umar, H. 2005. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Wood, et al. 2001. Organizational Behaviour : A Global Perspective. 2nd edition.
John Wiley and Sons, Inc, Singapore.
82
LAMPIRAN
83
Lampiran 1. Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
” PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS KARYAWAN FOODMART EKALOKASARI BOGOR) ”
Terima kasih atas partisipasi Anda menjadi salah satu responden untuk
mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang
dilakukan oleh :
Peneliti
: Intan Amethys Prima Prestisyana
NRP
: H24104020
Departemen
: Manajemen
Fakultas
: Ekonomi dan Manajemen
Perguruan Tinggi
: Institut Pertanian Bogor
yang akan digunakan untuk memenuhi tugas penyelesaian Skripsi Program
Sarjana. Saya sangat menghargai kejujuran Anda dalam mengisi kuesioner ini dan
akan menjamin kerahasiaan Anda.
Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan
dalam pengelolaan sumber daya manusia khususnya dalam mengelola stres kerja
yang ada sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawannya dengan lebih baik.
Atas kerjasama dan bantuan Anda, saya ucapkan terima kasih.
84
Lanjutan Lampiran 1.
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin
: … Laki-laki
Jabatan
: …………………………………………...
Pendidikan Terakhir
: … SMU
… Diploma
… Perempuan
… S2
… S3
… S1
Usia
: … 19 – 29 tahun
… 30 – 39 tahun
… 50 – 59 tahun
… ≥ 60 tahun
… 40 – 49 tahun
Lama bekerja di perusahaan
: … 1 – 5 tahun
… 6 – 10 tahun
Status Perkawinan
: … Sudah kawin
… 20 – 29 tahun
… ≥ 30 tahun
… Belum kawin
85
Lanjutan Lampiran 1.
PETUNJUK PENGISIAN :
•
Berilah tanda checklist (ν) pada kotak jawaban yang sesuai dengan pilihan
Anda.
•
Keterangan
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
BAGIAN A ”STRESSORS KERJA”
No
PERNYAAAN
A.
KELOMPOK
1.
Tingkat Kepercayaan
a. Rekan kerja saya jarang memberikan dukungan kepada saya
dalam bekerja, sehingga sering menimbulkan ketidaknyamanan
pada diri saya.
b. Pimpinan jarang memberikan kepercayaan kepada saya untuk
melakukan suatu tugas yang berat, sehingga saya terkadang
merasa kurang dihargai.
Hubungan antara pimpinan dan karyawan serta rekan kerja
a. Hubungan saya dengan teman sekerja kurang baik sehingga
saya sering tertekan.
b. Selama ini, hubungan saya dengan pimpinan dalam bekerja
kurang baik.
c. Saya belum mampu menyesuaikan diri dengan rekan
kerja secara baik, sehingga sering menimbulkan kegelisahan.
d. Kekacauan atau permasalahan di lingkungan kerja saya sering
timbul, baik terhadap atasan maupun rekan kerja.
INDIVIDU
Konflik Peran
a. Tidak adanya pembagian kerja yang jelas, sehingga sering
membuat saya bingung untuk memprioritaskan suatu pekerjaan.
b. Tidak adanya kejelasan peran saya dalam bekerja membuat
saya tidak dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan.
Beban kerja
a. Beban kerja saya selama ini terlalu berat sehingga sering
menimbulkan tekanan dalam bekerja.
b. Saya sering diberikan pekerjaan yang melampaui kemampuan
saya sehingga menimbulkan stres dalam bekerja.
Kondisi Kerja
a. Saya sering merasa tidak nyaman jika terdapat iklim politis
yang tidak aman (KKN) di lingkungan kerja.
b. Saya sering merasa jenuh dengan kondisi pekerjaan dan
suasana kerja di unit saya bekerja.
2.
B.
1.
2.
3.
JAWABAN
STS TS S SS
86
Lanjutan Lampiran 1.
BAGIAN A ”STRESSORS KERJA”
No
C.
1.
2.
PERNYATAAN
JAWABAN
STS TS S SS
ORGANISASI
Tingkat Kebijakan
a. Peraturan yang ditetapkan perusahaan terlalu berat, sehingga
saya merasa terkekang.
b. Tidak adanya kebijakan perusahaan yang tetap sering membuat
saya bingung dalam melakukan tugas dan pekerjaan saya.
Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
a. Dalam pengambilan keputusan rapat karyawan, saya jarang
diberi kesempatan untuk memberikan ide atau pendapat.
b. Saya jarang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan
perusahaan.
BAGIAN B ”STRES KERJA (KONSEKUENSI STRES KERJA)”
NO
A.
1.
2.
3.
B.
4.
5.
6.
C.
7.
8.
9.
PERNYATAAN
Perubahan Produktivitas
Adanya stres kerja yang saya alami cenderung membuat kinerja
saya menurun.
Kinerja saya tidak akan optimal jika saya mengalami tekanan yang
berat dalam bekerja.
Kurangnya partisipasi saya dalam pengambilan keputusan
perusahaan menghambat peningkatan prestasi kerja saya.
Tingkat Absensi
Adanya stres kerja yang saya alami cenderung membuat saya
malas bekerja sehingga saya sering absen.
Hubungan yang kurang baik dengan pimpinan dan rekan kerja
membuat saya sering tidak masuk kerja.
Saya sering meninggalkan pekerjaan saya tanpa ijin karena
kondisi kerja yang kurang nyaman.
Keluar dari Pekerjaan
Saya memiliki keinginan untuk keluar dari pekerjaan saya karena
beban kerja saya selama ini cukup berat.
Peraturan dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan
menimbulkan tekanan pada diri saya sehingga ada keinginan untuk
keluar dari pekerjaan saya sekarang.
Saya akan mengundurkan diri dari pekerjaan jika stres kerja
terlalu tinggi.
STS
JAWABAN
TS S SS
87
Lanjutan Lampiran 1.
BAGIAN C ”KINERJA KARYAWAN”
NO
PERTANYAAN
1. Tanggung Jawab
a. Saya mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai perintah atasan
sehingga target kerja yang ditetapkan dapat dicapai dengan
baik.
b. Saya sudah bertanggung jawab terhadap tugas yang saya
kerjakan.
2. Disiplin
a. Saya selalu datang ke tempat kerja dengan tepat waktu
sehingga dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.
b. Saya mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat
waktu sehingga membantu pencapaian target kerja saya.
c. Saya selalu mematuhi aturan perusahaan yang berlaku
sehingga meningkatkan prestasi kerja saya.
d. Frekuensi kehadiran saya sudah sesuai dengan aturan
perusahaan yang berlaku sehingga prestasi kerja saya dapat
dicapai dengan baik.
3. Kerja Sama
a. Kerja sama yang baik dalam bekerja, baik dengan pimpinan
maupun rekan kerja, meningkatkan prestasi kerja saya.
b. Saya sering melibatkan rekan kerja dalam menyelesaikan
pekerjaan sehingga pencapaian target kerja dapat terlaksana
dengan optimal.
4. Komunikasi
a. Saya telah menjalin komunikasi yang baik dengan rekan
kerja, baik lisan maupun tulisan.
b. Saya mampu melakukan komunikasi yang baik dengan
pimpinan, baik lisan maupun tulisan.
5. Loyalitas (Kesetiaan)
a. Komitmen saya terhadap pekerjaan yang saya lakukan saat
ini meningkatkan prestasi kerja saya.
b. Saya sudah memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan
dan tempat saya bekerja.
c. Kesetiaan saya terhadap pekerjaan dan tempat saya bekerja
mendorong tercapainya prestasi kerja saya.
STS
JAWABAN
TS S SS
88
89
Lampiran 3. Perhitungan construct reliability (reliabilitas konstruk)
Construct Reliability
=
((Σλ)²)
[(Σλ)² + Σ(ө)]
1. Stressor kelompok =
1,85
= 0,64
1,85 + 1,05
2. Stressor individu
=
5,2
5,2 + 1,27
= 0,80
3. Stressor
=
2,1
2,1 + 0,92
= 0,69
4. Stres Kerja
=
3,9
3,9 + 1,58
= 0,71
5. Kinerja
=
8,9
8,9 + 3,03
= 0,75
Nilai reliabilitas konstruk
Variabel Laten
Stressor Kelompok
Stressor Individu
Stressor Organisasi
Stres Kerja
Kinerja Karyawan
Nilai Reliabilitas
Konstruk
0.64
0.80
0.69
0,71
0.75
Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
90
Lampiran 4. Nilai uji hubungan karakteristik karyawan dengan variabel stres kerja
Variabel yang diuji
Jenis kelamin dengan perubahan
produktivitas
Jenis kelamin dengan tingkat absensi
Jenis kelamin dengan keluar kerja
Pendidikan dengan perubahan produktivitas
Pendidikan dengan tingkat absensi
Pendidikan dengan keluar kerja
Usia dengan perubahan produktivitas
Usia dengan tingkat absensi
Usia dengan keluar kerja
Lama bekerja dengan perubahan
produktivitas
Lama bekerja dengan tingkat absensi
Lama bekerja dengan keluar kerja
Satus perkawinan dengan perubahan
produktivitas
Status perkawinan terhadap tingkat absensi
Status perkawinan terhadap keluar kerja
Jabatan dengan perubahan produktivitas
Jabatan dengan tingkat absensi
Jabatan dengan tingkat keluar kerja
Nilai
Chi-Square
0,228
Keterangan
Tidak berhubungan
0,837
0,638
0,139
0,005
0,049
0,164
0,039
0,382
0,042
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Berhubungan
Berhubungan
Tidak berhubungan
Berhubungan
Tidak berhubungan
Berhubungan
0,038
0,384
0,077
Berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
0,430
0,756
0,134
0,599
0,009
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Berhubungan
91
Lampiran 5. Nilai uji hubungan karakteristik karyawan dengan variabel kinerja
karyawan
Variabel yang diuji
Jenis kelamin dengan tanggung jawab
Jenis kelamin dengan disiplin
Jenis kelamin dengan kerja sama
Jenis kelamin dengan komunikasi
Jenis kelamin dengan loyalitas
Pendidikan dengan tanggung jawab
Pendidikan dengan disiplin
Pendidikan dengan kerja sama
Pendidikan dengan komunikasi
Pendidikan dengan loyalitas
Usia dengan tanggung jawab
Usia dengan disiplin
Usia dengan kerja sama
Usia dengan komunikasi
Usia dengan loyalitas
Lama bekerja dengan tanggung jawab
Lama bekerja dengan disiplin
Lama bekeerja dengan kerja sama
Lama bekerja dengan komunikasi
Lama bekerja dengan loyalitas
Status perkawinan dengan tanggung jawab
Status perkawinan dengan disiplin
Status perkawinan dengan kerja sama
Status perkawinan dengan komunikasi
Status perkawinan dengan loyalitas
Jabatan dengan tanggung jawab
Jabatan dengan disiplin
Jabatan dengan kerja sama
Jabatan dengan komunikasi
Jabatan dengan loyalitas
Nilai
ChiSquare
0,892
0,475
0,685
0,198
0,892
0,265
0,753
0,907
0,822
0,557
0,528
0,958
0,420
0,916
0,058
0,342
0,953
0,302
0,939
0,112
0,358
0,957
0,901
0,789
0,788
0,616
0,741
0,478
0,305
0,563
Keterangan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
92
Lampiran 6. Syntax model pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan
Observed Variables
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8
Sample Size = 74
Latent Variables STR_KER KIN_KAR KLMPK INDV ORGNS
Relationships
Y1 = STR_KER
Y2 = STR_KER
Y3 = STR_KER
Y4 = KIN_KAR
Y5 = KIN_KAR
Y6 = KIN_KAR
Y7 = KIN_KAR
Y8 = KIN_KAR
X1 = KLMPK
X2 = KLMPK
X3 = INDV
X4 = INDV
X5 = INDV
X6 = ORGNS
X7 = ORGNS
KIN_KAR = STR_KER
STR_KER = KLMPK INDV ORGNS
Path Diagram tv = 25
Admissibility Check = Off
Iterations = 250
Method of Estimation: Unweighted Least Squares
End of Problem
Sample Size = 74
93
Lampiran 7. Nilai uji model fit
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 83
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 155.50 (P = 0.00)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 72.50
90 Percent Confidence Interval for NCP = (41.22 ; 111.59)
Minimum Fit Function Value = 1.08
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.99
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.56 ; 1.53)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.11
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.082 ; 0.14)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.00047
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 3.14
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (2.72 ; 3.68)
ECVI for Saturated Model = 3.29
ECVI for Independence Model = 14.36
Chi-Square for Independence Model with 105 Degrees of Freedom = 1018.14
Independence AIC = 1048.14
Model AIC = 229.50
Saturated AIC = 240.00
Independence CAIC = 1097.70
Model CAIC = 351.75
Saturated CAIC = 636.49
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.095
Standardized RMR = 0.095
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.95
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.93
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.66
Normed Fit Index (NFI) = 0.92
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.01
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.73
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00
Incremental Fit Index (IFI) = 1.00
Relative Fit Index (RFI) = 0.90
Critical N (CN) = 108.66
Lampiran 1. Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
” PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS KARYAWAN FOODMART EKALOKASARI BOGOR) ”
Terima kasih atas partisipasi Anda menjadi salah satu responden untuk
mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang
dilakukan oleh :
Peneliti
: Intan Amethys Prima Prestisyana
NRP
: H24104020
Departemen
: Manajemen
Fakultas
: Ekonomi dan Manajemen
Perguruan Tinggi
: Institut Pertanian Bogor
yang akan digunakan untuk memenuhi tugas penyelesaian Skripsi Program
Sarjana. Saya sangat menghargai kejujuran Anda dalam mengisi kuesioner ini dan
akan menjamin kerahasiaan Anda.
Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan
dalam pengelolaan sumber daya manusia khususnya dalam mengelola stres kerja
yang ada sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawannya dengan lebih baik.
Atas kerjasama dan bantuan Anda, saya ucapkan terima kasih.
Lanjutan Lampiran 1.
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin
: … Laki-laki
Jabatan
: …………………………………………...
Pendidikan Terakhir
: … SMU
… Diploma
… Perempuan
… S2
… S3
… S1
Usia
: … 19 – 29 tahun
… 30 – 39 tahun
… 50 – 59 tahun
… ≥ 60 tahun
… 40 – 49 tahun
Lama bekerja di perusahaan
: … 1 – 5 tahun
… 6 – 10 tahun
Status Perkawinan
: … Sudah kawin
… 20 – 29 tahun
… ≥ 30 tahun
… Belum kawin
Lanjutan Lampiran 1.
PETUNJUK PENGISIAN :
•
Berilah tanda checklist (ν) pada kotak jawaban yang sesuai dengan pilihan
Anda.
•
Keterangan
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
BAGIAN A ”STRESSORS KERJA”
No
PERNYAAAN
A.
KELOMPOK
1.
Tingkat Kepercayaan
a. Rekan kerja saya jarang memberikan dukungan kepada saya
dalam bekerja, sehingga sering menimbulkan ketidaknyamanan
pada diri saya.
b. Pimpinan jarang memberikan kepercayaan kepada saya untuk
melakukan suatu tugas yang berat, sehingga saya terkadang
merasa kurang dihargai.
Hubungan antara pimpinan dan karyawan serta rekan kerja
a. Hubungan saya dengan teman sekerja kurang baik sehingga
saya sering tertekan.
b. Selama ini, hubungan saya dengan pimpinan dalam bekerja
kurang baik.
c. Saya belum mampu menyesuaikan diri dengan rekan
kerja secara baik, sehingga sering menimbulkan kegelisahan.
d. Kekacauan atau permasalahan di lingkungan kerja saya sering
timbul, baik terhadap atasan maupun rekan kerja.
INDIVIDU
Konflik Peran
a. Tidak adanya pembagian kerja yang jelas, sehingga sering
membuat saya bingung untuk memprioritaskan suatu pekerjaan.
b. Tidak adanya kejelasan peran saya dalam bekerja membuat
saya tidak dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan.
Beban kerja
a. Beban kerja saya selama ini terlalu berat sehingga sering
menimbulkan tekanan dalam bekerja.
b. Saya sering diberikan pekerjaan yang melampaui kemampuan
saya sehingga menimbulkan stres dalam bekerja.
Kondisi Kerja
a. Saya sering merasa tidak nyaman jika terdapat iklim politis
yang tidak aman (KKN) di lingkungan kerja.
b. Saya sering merasa jenuh dengan kondisi pekerjaan dan
suasana kerja di unit saya bekerja.
2.
B.
1.
2.
3.
JAWABAN
STS TS S SS
Lanjutan Lampiran 1.
BAGIAN A ”STRESSORS KERJA”
No
C.
1.
2.
PERNYATAAN
JAWABAN
STS TS S SS
ORGANISASI
Tingkat Kebijakan
a. Peraturan yang ditetapkan perusahaan terlalu berat, sehingga
saya merasa terkekang.
b. Tidak adanya kebijakan perusahaan yang tetap sering membuat
saya bingung dalam melakukan tugas dan pekerjaan saya.
Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
a. Dalam pengambilan keputusan rapat karyawan, saya jarang
diberi kesempatan untuk memberikan ide atau pendapat.
b. Saya jarang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan
perusahaan.
BAGIAN B ”STRES KERJA (KONSEKUENSI STRES KERJA)”
NO
A.
1.
2.
3.
B.
4.
5.
6.
C.
7.
8.
9.
PERNYATAAN
Perubahan Produktivitas
Adanya stres kerja yang saya alami cenderung membuat kinerja
saya menurun.
Kinerja saya tidak akan optimal jika saya mengalami tekanan yang
berat dalam bekerja.
Kurangnya partisipasi saya dalam pengambilan keputusan
perusahaan menghambat peningkatan prestasi kerja saya.
Tingkat Absensi
Adanya stres kerja yang saya alami cenderung membuat saya
malas bekerja sehingga saya sering absen.
Hubungan yang kurang baik dengan pimpinan dan rekan kerja
membuat saya sering tidak masuk kerja.
Saya sering meninggalkan pekerjaan saya tanpa ijin karena
kondisi kerja yang kurang nyaman.
Keluar dari Pekerjaan
Saya memiliki keinginan untuk keluar dari pekerjaan saya karena
beban kerja saya selama ini cukup berat.
Peraturan dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan
menimbulkan tekanan pada diri saya sehingga ada keinginan untuk
keluar dari pekerjaan saya sekarang.
Saya akan mengundurkan diri dari pekerjaan jika stres kerja
terlalu tinggi.
STS
JAWABAN
TS S SS
Lanjutan Lampiran 1.
BAGIAN C ”KINERJA KARYAWAN”
NO
PERTANYAAN
1. Tanggung Jawab
a. Saya mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai perintah atasan
sehingga target kerja yang ditetapkan dapat dicapai dengan
baik.
b. Saya sudah bertanggung jawab terhadap tugas yang saya
kerjakan.
2. Disiplin
a. Saya selalu datang ke tempat kerja dengan tepat waktu
sehingga dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.
b. Saya mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat
waktu sehingga membantu pencapaian target kerja saya.
c. Saya selalu mematuhi aturan perusahaan yang berlaku
sehingga meningkatkan prestasi kerja saya.
d. Frekuensi kehadiran saya sudah sesuai dengan aturan
perusahaan yang berlaku sehingga prestasi kerja saya dapat
dicapai dengan baik.
3. Kerja Sama
a. Kerja sama yang baik dalam bekerja, baik dengan pimpinan
maupun rekan kerja, meningkatkan prestasi kerja saya.
b. Saya sering melibatkan rekan kerja dalam menyelesaikan
pekerjaan sehingga pencapaian target kerja dapat terlaksana
dengan optimal.
4. Komunikasi
a. Saya telah menjalin komunikasi yang baik dengan rekan
kerja, baik lisan maupun tulisan.
b. Saya mampu melakukan komunikasi yang baik dengan
pimpinan, baik lisan maupun tulisan.
5. Loyalitas (Kesetiaan)
a. Komitmen saya terhadap pekerjaan yang saya lakukan saat
ini meningkatkan prestasi kerja saya.
b. Saya sudah memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan
dan tempat saya bekerja.
c. Kesetiaan saya terhadap pekerjaan dan tempat saya bekerja
mendorong tercapainya prestasi kerja saya.
STS
JAWABAN
TS S SS
Lampiran 3. Perhitungan construct reliability (reliabilitas konstruk)
Construct Reliability
=
((Σλ)²)
[(Σλ)² + Σ(ө)]
1. Stressor kelompok =
1,85
= 0,64
1,85 + 1,05
2. Stressor individu
=
5,2
= 0,80
5,2 + 1,27
3. Stressor
=
2,1
= 0,69
2,1 + 0,92
4. Stres Kerja
=
3,9
= 0,71
3,9 + 1,58
5. Kinerja
=
8,9
= 0,75
8,9 + 3,03
Nilai reliabilitas konstruk
Variabel Laten
Stressor Kelompok
Stressor Individu
Stressor Organisasi
Stres Kerja
Kinerja Karyawan
Nilai Reliabilitas
Konstruk
0.64
0.80
0.69
0,71
0.75
Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Lampiran 4. Nilai uji hubungan karakteristik karyawan dengan variabel stres kerja
Variabel yang diuji
Jenis kelamin dengan perubahan
produktivitas
Jenis kelamin dengan tingkat absensi
Jenis kelamin dengan keluar kerja
Pendidikan dengan perubahan produktivitas
Pendidikan dengan tingkat absensi
Pendidikan dengan keluar kerja
Usia dengan perubahan produktivitas
Usia dengan tingkat absensi
Usia dengan keluar kerja
Lama bekerja dengan perubahan
produktivitas
Lama bekerja dengan tingkat absensi
Lama bekerja dengan keluar kerja
Satus perkawinan dengan perubahan
produktivitas
Status perkawinan terhadap tingkat absensi
Status perkawinan terhadap keluar kerja
Jabatan dengan perubahan produktivitas
Jabatan dengan tingkat absensi
Jabatan dengan tingkat keluar kerja
Nilai
Chi-Square
0,228
Keterangan
Tidak berhubungan
0,837
0,638
0,139
0,005
0,049
0,164
0,039
0,382
0,042
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Berhubungan
Berhubungan
Tidak berhubungan
Berhubungan
Tidak berhubungan
Berhubungan
0,038
0,384
0,077
Berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
0,430
0,756
0,134
0,599
0,009
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Berhubungan
Lampiran 5. Nilai uji hubungan karakteristik karyawan dengan variabel kinerja
karyawan
Variabel yang diuji
Jenis kelamin dengan tanggung jawab
Jenis kelamin dengan disiplin
Jenis kelamin dengan kerja sama
Jenis kelamin dengan komunikasi
Jenis kelamin dengan loyalitas
Pendidikan dengan tanggung jawab
Pendidikan dengan disiplin
Pendidikan dengan kerja sama
Pendidikan dengan komunikasi
Pendidikan dengan loyalitas
Usia dengan tanggung jawab
Usia dengan disiplin
Usia dengan kerja sama
Usia dengan komunikasi
Usia dengan loyalitas
Lama bekerja dengan tanggung jawab
Lama bekerja dengan disiplin
Lama bekeerja dengan kerja sama
Lama bekerja dengan komunikasi
Lama bekerja dengan loyalitas
Status perkawinan dengan tanggung jawab
Status perkawinan dengan disiplin
Status perkawinan dengan kerja sama
Status perkawinan dengan komunikasi
Status perkawinan dengan loyalitas
Jabatan dengan tanggung jawab
Jabatan dengan disiplin
Jabatan dengan kerja sama
Jabatan dengan komunikasi
Jabatan dengan loyalitas
Nilai
ChiSquare
0,892
0,475
0,685
0,198
0,892
0,265
0,753
0,907
0,822
0,557
0,528
0,958
0,420
0,916
0,058
0,342
0,953
0,302
0,939
0,112
0,358
0,957
0,901
0,789
0,788
0,616
0,741
0,478
0,305
0,563
Keterangan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Lampiran 6. Syntax model pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan
Observed Variables
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8
Sample Size = 74
Latent Variables STR_KER KIN_KAR KLMPK INDV ORGNS
Relationships
Y1 = STR_KER
Y2 = STR_KER
Y3 = STR_KER
Y4 = KIN_KAR
Y5 = KIN_KAR
Y6 = KIN_KAR
Y7 = KIN_KAR
Y8 = KIN_KAR
X1 = KLMPK
X2 = KLMPK
X3 = INDV
X4 = INDV
X5 = INDV
X6 = ORGNS
X7 = ORGNS
KIN_KAR = STR_KER
STR_KER = KLMPK INDV ORGNS
Path Diagram tv = 25
Admissibility Check = Off
Iterations = 250
Method of Estimation: Unweighted Least Squares
End of Problem
Sample Size = 74
Lampiran 7. Nilai uji model fit
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 83
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 155.50 (P = 0.00)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 72.50
90 Percent Confidence Interval for NCP = (41.22 ; 111.59)
Minimum Fit Function Value = 1.08
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.99
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.56 ; 1.53)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.11
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.082 ; 0.14)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.00047
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 3.14
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (2.72 ; 3.68)
ECVI for Saturated Model = 3.29
ECVI for Independence Model = 14.36
Chi-Square for Independence Model with 105 Degrees of Freedom = 1018.14
Independence AIC = 1048.14
Model AIC = 229.50
Saturated AIC = 240.00
Independence CAIC = 1097.70
Model CAIC = 351.75
Saturated CAIC = 636.49
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.095
Standardized RMR = 0.095
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.95
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.93
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.66
Normed Fit Index (NFI) = 0.92
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.01
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.73
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00
Incremental Fit Index (IFI) = 1.00
Relative Fit Index (RFI) = 0.90
Critical N (CN) = 108.66
Download