beberapa faktor yang berhubungan dengan

advertisement
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
PADA TAHUN 2013
Ni Wayan Muliantari1), Eti Salafas 2), Moneca Diah L.3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo
ABSTRAK
Muliantari, Ni Wayan. 2014; Beberapa faktor yang berhubungan dengan BBLR di RSUD
Ambarawa pada tahun 2013. Karya Tulis Ilmiah. D III Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Ungaran. Pembimbing I : Eti Salafas S.SiT.,Pembimbing II : Moneca Diah L., S.SiT
AKB di Jawa Tengah mencapai 5954 kasus dengan angka tertinggi berada di Pemalang
sejumlah 334 (56,1%) dan terendah berada di kota Magelang sejumlah 16 (2,69%), Kabupaten
Semarang sejumlah 191 (32,08%) dan menurut data yang didapat di RSUD Ambarawa dari bulan
Januari sampai Desember 2013 terdapat 449 persalinan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR di
RSUD Ambarawa pada tahun 2013.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini 499 orang, sedangkan sampel diambil dengan menggunakan
tehnik simple Random Sampling yaitu sebanyak 83 orang. Analisis data menggunakan uji chi
square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur responden dengan kejadian
BBLR di Rumah Sakit Umum Ambarawa pada tahun 2013 dengan nilai p Value 0.023. Pada tingkat
pendidikan menunjukan bahwa ada hubungan tingkat pendidikan ibu bersalin dengan kejadian
BBLR di Rumah Sakit Umum Ambarawa pada tahun 2013 dengan nilai p Value 0.001 selain itu
ada hubungan bermakna antara pekerjaan ibu bersalin dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit
Umum Ambarawa pada tahun 2013 dengan nilai p Value 0.001. Sedangkan pada paritas didapatkan
hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit
Umum Ambarawa pada tahun 2013 dengan nilai p Value 0.128 dan ada hubungan antara anemia
pada ibu bersalin dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Ambarawa pada tahun 2013
dengan nilai p Value 0.001.
Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan masukan bagi peneliti untuk lebih meningkatkan
mutu dan pelayanan bagi semua bayi dan kejadian BBLR.
Kata kunci
: BBLR
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
1
ABSTRACT
Muliantari, Ni Wayan. 2014; Several factors associated with LBW in Ambarawa Regional
Hospital in 2013. Scientific Writing. D III Midwifery Academy of Ngudi Waluyo Ungaran.
Supervisor I : Eti Salafas S.SiT., Supervisor II : Moneca Diah L., S.SiT
IMR in Central Java, reached 5954 cases with the highest rates is in Pemalang with number 334
(56.1%) and the lowest is in Magelang with number 16 (2.69%), Semarang regency with number
191 (32.08%) and according to the data from Ambarawa Regional Hospital from January to
December 2013 there were 449 births. The purpose of this study was to find out the factors
associated with LBW in Ambarawa Regional hospitals in 2013.
The research design used in this study was analytic design with cross sectional approach. The
population in this study was 499 people, while the sample taken using simple random sampling
technique with number 83 people. Data analysis used was chi square test.
The results of this study indicates that there is a relationship between the respondent's age and
the incidence of LBW in Ambarawa General Hospital in 2013 a value of p Value 0.023. At the level
of education it shows that there is a correlation between maternal educational level and LBW
incidence in Ambarawa General Hospital in 2013 with a p Value 0.001 there is a significant
relationship between mother’s job and the incidence of LBW in Ambarawa General Hospital in
2013 with p value 0.001. While the parity study shows that there is no relationship between
maternal parity and LBW in Ambarawa General Hospital in 2013 with p value of 0.128 and there is
no relationship between maternal anemia and the incidence of LBW in Ambarawa General Hospital
in 2013 with p Value 0001.
Keywords
: LBW (Low Baby Weight)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan data dari
World Health
Organization (WHO) berkisar 17 juta jiwa
pertahun secara umum yang paling banyak
mengalami Bayi Berat Lahir Rendah BBLR
adalah salah satunya negara berkembang
dimana angka kejadiannya berkisar 16% per
tahun. Asia Tenggara 20-35% bayi yang
dilahirkan terdiri dari BBLR dan 70-80% dari
kematian neonatus terjadi pada bayi kurang
bulan dan BBLR. Hal ini dapat terjadi dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ibu
mempengaruhi beberapa penyakit yang
langsung berhubungan dengan kehamilan dan
usia ibu (WHO, 2011).
Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB)
masih sangat tinggi
sebesar 34/1000
kelahiran hidup. Kematian BBLR banyak
terjadi pada neonatus usia 0 – 6 hari (78,5%)
target MDG’s (Millennium Development
Goals) pada tahun 2015 adalah menurunkan
AKB, menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga
seperti di Asia Tenggara seperti Singapura,
Malaysia, Thailand dan Filipina angka
kematian bayi di Negara Indonesia masih
sangat tinggi (Depkes RI, 2011).
Pencapaian program prioritas MDG’s
AKB di Jawa Tengah yaitu mencapai 10,34
per 1000 kelahiran hidup dari target 9,1 per
1000 kelahiran hidup. AKB di Jawa Tengah
mencapai 5954 kasus dengan angka tertinggi
berada di Pemalang sejumlah 334 (56,1%)
dan terendah berada di Kota Magelang
sejumlah 16 (2,69%), Kota
Semarang
sejumlah 191 (32,08%) (Buku Saku
Kesehatan, 2011).
Sebagian besar penyebab kematian bayi
dan balita adalah masalah yang terjadi pada
bayi baru lahir atau neonatal (umur 0 – 28
hari) masalah neonatal ini meliputi asfiksia
(kesulitan bernafas pada saat lahir). Bayi
Berat Lahir Rendah dan infeksi, diare dan
pneumonia merupakan penyebab kematian
berikutnya pada bayi dan balita disamping
penyebab lainnya serta dikonstribusi oleh
masalah gizi (Depkes RI, 2011).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah
bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
kurang dari 2.500 gram. Bagi bayi prematur
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
2
atau bayi yang lahir disertai penyulit atau
komplikasi, tentunya proses adaptasi ini akan
menjadi lebih sulit untuk dilaluinya. Bahkan,
seringkali menjadi pemicu timbulnya
komplikasi lain yang menyebabkan bayi
tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan
ke fase lanjut (meninggal). Bayi berat badan
lahir rendah atau prematur mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk menderita
sakit atau kematian dari pada bayi yang lahir
normal atau yang berat badan lahirnya lebih
dari 2.500 gram. Oleh karenanya, diperlukan
pengawasan ekstra yang dilakukan beberapa
jam sampai beberapa hari setelah bayi itu
dilahirkan, penilaian dan tindakan pada bayi
berat badan lahir rendah sangatlah penting
karena dapat mencegah terjadinya gangguan
kesehatan pada bayi yang dapat menimbulkan
cacat atau kematian (Pantiawati, 2010).
Klasifikasi BBLR menurut harapan hidupnya adalah bayi prematur atau Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) yang berat lahir 1500 –
2500 gram. yang disebut dengan Bayi Berat
Lahir Sangat Rendah (BBLSR) yaitu berat
badan lahirnya 1000-1.500 gram, sedangkan
bayi yang berat lahirnya < 1.000 gram disebut
dengan Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah
(BBLER) (Proverawati, 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi berat
badan lahir antara lain umur ibu, paritas ibu
dan kadar Hb. Hb yang rendah juga
berpengaruh pada ibu hamil bisa menyebabkan terjadinya BBLR, BBLSR dan BBLER
karena kurangnya suplai oksigen ke janin.
Kehamilan yang terjadi pada usia yang di
bawah 20 tahun atau yang di atas 35 tahun
memiliki kecendrungan tidak terpenuhi
kebutuhan gizi yang adekuat sehingga beresiko
terjadinya BBLR ataupun BBLSR. Adapun
faktor lainnya yaitu jarak kelahiran bayi yang
pertama dengan yang ke dua kurang dari 2
tahun ini juga bisa menyebabkan terjadinya
bayi BBLR, BBLSR dan BBLER.
Menurut data yang diperoleh di RSUD
Ambarawa pada tahun 2013 pada bulan
Januari – Desember terdapat 499 persalinan,
dari 10 ibu bersalin terdapat 3 bayi BBLR
dengan kadar Hb dibawah normal yaitu 7,8
gr%, 8,0 gr% dan 8,2 gr%, 3 ibu bersalin
dengan kadar Hb di bawah normal dan
dengan umur diluar usia reproduksi yaitu
umur 18 tahun dengan kadar Hb 8,0 gr%, 37
tahun dengan kadar Hb 8,2 gr% dan 40 tahun
dengan kadar Hb 7,8 gr% 1 ibu bersalin
dengan umur di luar reproduksi dan dengan
paritas lebih dari 4 yaitu 40 tahun dengan
paritas 5, umur 36 tahun dengan paritas 6 dan
4 ibu bersalin.
Berdasarkan uraian di atas, penulis
mengemukakan bahwa kejadian BBLR di
RSUD Ambarawa merupakan masalah
sehingga penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Beberapa Faktor yang
Berhubungan dengan BBLR di RSUD
Ambarawa pada Tahun 2013”.
Tujuan Penelitan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa pada tahun
2013.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan antara umur ibu
dengan BBLR di Rumah Sakit Umum
Ambarawa pada tahun 2013.
b. Menganalisis hubungan pendidikan ibu
bersalin dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa pada
tahun 2013.
c. Menganalisis hubungan pekerjaan ibu
bersalin dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa pada
tahun 2013.
d. Menganalisis hubungan paritas ibu
dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit
Umum Ambarawa pada tahun 2013.
e. Menganalisis hubungan anemia pada ibu
bersalin dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa pada
tahun 2013
Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan
penulis tentang kejadian BBLR dan
pemahaman dalam metodologi penelitian
serta mengaplikasikan teori yang didapat
waktu kuliah Neonatus seperti perawatan
pada Bayi Baru Lahir.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan referensi atau
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
3
kepustakaan untuk menambah pengetahuan
mahasiswi Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo.
3. Bagi Tenaga Kesehatan (Rumah Sakit)
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan masukan bagi Rumah Sakit
untuk lebih meningkatkan mutu dan upaya
pelayanan bagi semua bayi dan kejadian
BBLR misalnya dalam memberikan asuhan
pada BBLR harus lebih baik lagi karena
pada BBLR sangat menbutuhkan perhatian
dan pengawasan yang sangat ketat.
METODE PENELITIAN
Variable independent dalam penelitian ini
adalah umur, pendidikan, pekerjaan, paritas
dan anemia. Variable dependent dalam
penelitian ini adalah BBLR (Berat Bayi Lahir
Rendah). Penelitian ini akan dilakukan di
RSUD Ambarawa pada bulan JanuariDesember pada tahun 2013. Populasi dalam
penelitiaan ini adalah seluruh ibu yang
bersalin dengan BBLR periode Januari –
Desember 2013 di RSUD Ambarawa
sejumlah 499 ibu. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah simple random sampling yaitu
pengambilan sampel dengan cara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi tersebut. Berdasarkan rancangan
pengambilan sampel dengan simple Random
Sampling didapatkan proporsi sampel
sebanyak 83 orang. Teknik Sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah simple
randem sampling yaitu pengambilan sampel
dengan cara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam anggota populasi sampel
sebanyak 83. Data sekunder yang akan
digunakan diperoleh dari data Rumah Sakit
Umum Daerah Ambarawa pada bulan Januari
- Desember tahun 2013 antara lain nama ibu,
umur ibu, paritas ibu dan kadar Hb ibu.
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti
yaitu dengan mengambil data di ruang Rekam
Medik RSUD Ambarawa secara langsung
tentang data kejadian BBLR. Umur ibu,
paritas ibu serta kadar Hb dan mengumpulkan
data tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi umur ibu di
Rumah Sakit Umum Ambarawa
pada tahun 2013
Umur (Tahun)
Beresiko (< 20 dan >35 )
Tidak beresiko (20-35 )
Total
Frekuensi
24
59
83
Persentase
28,9
71,1
100.0
Tabel 1 dapat diketahui bahwa umur
responden terbanyak adalah responden yang
berumur tidak beresiko (20 - 35 tahun) yaitu
sebanyak 58 responden (71,1%)
Tabel 2 Distribusi frekuensi pendidikan
ibu di Rumah Sakit Umum
Ambarawa pada tahun 2013
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Total
Frekuensi
9
27
41
6
83
Persentase
10,8
32,5
49,5
7,2
100.0
Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian
besar
responden
mempunyai
tingkat
pendidikan tamat SMA yaitu sebanyak 41
responden (49,5%) dan sebagian kecil
responden mempunyai tingkat pendidikan
Perguruan Tinggi (PT) yaitu sebanyak 6
responden (7,2%).
Tabel 3 Distribusi frekuensi pekerjaan ibu
di Rumah Sakit Umum Ambarawa
pada tahun 2013
Pekerjaan
IRT
Wiraswasta
Karyawan
Buruh/tani
PNS/TNI/POLRI
Total
Frekuensi
17
12
13
36
5
83
Persentase
20,5
14,5
15,7
43,4
6,0
100.0
Tabel 3 dapat diketahui bahwa paling
banyak pekerjaan responden adalah sebagai
buruh/tani yaitu sebanyak 36 responden
(43,4%) dan paling sedikit adalah responden
dengan pekerjaan sebagai PNS/TNI/POLRI
yaitu sebanyak 5 responden (6,0%).
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
4
Analisa Univariat
Tabel 4 Distribusi frekuensi paritas ibu di
Rumah Sakit Umum Ambarawa
pada tahun 2013
Pekerjaan
Primipara
Multipara
Grandemultipara
Total
Frekuensi
41
34
8
83
Persentase
49,4
41,0
9,6
100.0
Tabel 4 dapat diketahui bahwa paling
banyak paritas responden adalah primipara
yaitu sebanyak 41 responden (49,4%) dan
paling sedikit adalah responden dengan
paritas grandemultipara yaitu sebanyak 8
responden (9,6%).
Tabel 5 Distribusi frekuensi kadar Hb ibu
di Rumah Sakit Umum Ambarawa
pada tahun 2013
Kadar Hb
Anemia
Tidak anemia
Total
Frekuensi
44
39
83
Persentase
53,0
47,0
100.0
Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden menderita anemia yaitu
sebanyak 44 responden (53,0%) dan sebagian
kecil responden tidak mengalami anemia
yaitu sebanyak 39 responden (47,0%).
Analisa Bivariat
Tabel 6 Tabulasi silang hubungan antara
umur ibu dengan BBLR di Rumah
Sakit Umum Ambarawa pada
tahun 2013
Umur
Beresiko
Tidak
beresiko
Total
Berat Badan Bayi
BBLR
BBLN
N
%
N
%
19
79,2
5
20,8
29
49,2
30
50,8
N
24
59
%
100,0
100,0
48
83
100,0
57,8
35
42,2
Total
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui
bahwa, sebagian besar responden dengan
umur beresiko yaitu sebanyak 19 responden
(79,2%) melahirkan bayi dengan BBLR. Hasil
uji statistik Chi-square didapatkan nilai p
(0.023) > α (0,05), jadi Ho ditolak.
Kesimpulan dari uji tersebut adalah ada
hubungan bermakna antara umur responden
dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum
Ambarawa pada tahun 2013.
Tabel 7 Tabulasi
silang
hubungan
pendidikan ibu bersalin dengan
kejadian BBLR di Rumah Sakit
Umum Ambarawa pada tahun
2013
Pendidi
kan
SD
SMP
SMA
PT
Total
Berat Badan Bayi
BBLR
BBLN
N
%
N
%
7
77,8
2
22,2
26
96,3
1
3,7
14
34,1
27
65,9
1
16,7
5
83,3
48
57,8
35
42,2
Total
N
9
27
41
6
83
%
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui
bahwa, sebagian besar responden dengan
tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 7
(77,8%) responden melahirkan dengan
BBLR, sebagian besar responden dengan
tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 26
(96,3%) responden melahirkan dengan
BBLR. Hasil uji statistik Chi – square
didapatkan nilai p (0.001) < α (0,05), jadi Ho
ditolak. Kesimpulan dari uji tersebut adalah
ada hubungan bermakna tingkat pendidikan
ibu bersalin dengan kejadian BBLR di Rumah
Sakit Umum Ambarawa pada tahun 2013.
Tabel 8 Tabulasi
silang
hubungan
pekerjaan ibu bersalin dengan
kejadian BBLR di Rumah Sakit
Umum Ambarawa pada tahun
2013
Pekerjaan
IRT
Wiraswasta
Karyawan
Buruh/tani
PNS/TNI/
POLRI
Total
Berat Badan Bayi
BBLR
BBLN
N
%
N
%
6
35,3
11
64,7
5
41,7
7
58,3
6
46,2
7
53,8
30
83,3
6
16,7
1
20,0
4
80,0
N
17
12
13
36
5
%
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
48
83
100,0
57,8
35
42,2
Total
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui
bahwa, sebagian besar responden dengan
pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu sebanyak
30 responden (83,3%) melahirkan dengan
BBLR. Hasil uji statistik Chi – square
didapatkan nilai p (0.001) < α (0,05), jadi H0
ditolak. Kesimpulan dari uji tersebut adalah
ada hubungan bermakna antara pekerjaan ibu
bersalin dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit
Umum Ambarawa pada tahun 2013.
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
5
Tabel 9 Tabulasi silang hubungan paritas
ibu dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa
pada tahun 2013
Berat Badan Bayi
BBLR
BBLN
N %
N
%
Primipara
21 51,2 20
48,8
Multipara
20 58,8 14
41,2
Grandemultipara 7 87,5
1
12,5
Total
48 57,8 35
42,2
Total
Umur
N
41
34
8
83
%
100,0
100,0
100,0
100,0
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui
bahwa, sebagian besar responden dengan
paritas primipara yaitu sebanyak 21
responden (51,2%) melahirkan dengan
BBLR, responden dengan paritas multipara
sebagian besar yaitu sebanyak 20 responden
(58,8%) melahirkan dengan BBLR dan
responden dengan paritas grandemultipara
yaitu sebanyak 7 responden (87,5%)
melahirkan dengan BBLR. Hasil uji statistik
Chi – square didapatkan nilai p (0.128) > α
(0,05), jadi Ho diterima. Kesimpulan dari uji
tersebut adalah tidak ada hubungan bermakna
paritas ibu dengan kejadian BBLR di Rumah
Sakit Umum Ambarawa pada tahun 2013.
Tabel 10 Tabulasi silang hubungan anemia
pada ibu bersalin dengan kejadian
BBLR di Rumah Sakit Umum
Ambarawa pada tahun 2013
Kadar
Hb
Anemia
Tidak
anemia
Total
Berat Badan Bayi
BBLR
BBLN
N
%
N
%
38
86,4
6
13,6
10
25,6
29
74,4
N
44
39
%
100,0
100,0
48
83
100,0
57,8
35
42,2
Total
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui
bahwa, sebagian besar responden dengan
anemia yaitu sebanyak 38 responden (86,4%)
mengalami kejadian BBLR. Hasil uji statistik
Chi – square didapatkan nilai p (0.001) < α
(0,05), jadi Ho ditolak. Kesimpulan dari uji
tersebut adalah ada hubungan bermakna
antara anemia pada ibu bersalin dengan
kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum
Ambarawa pada tahun 2013
Pembahasan
1. Hubungan antara umur ibu dengan BBLR
di Rumah Sakit Umum Ambarawa pada
tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden dengan
umur beresiko yaitu sebanyak 19
responden (79,2%) melahirkan bayi
dengan BBLR dan sebagian besar
responden dengan umur tidak beresiko
melahirkan bayi dengan BBLN yaitu
sebanyak 30 responden (50,8%). Hasil uji
statistik Chi-square didapatkan nilai p
(0.023) > α (0,05), jadi Ho ditolak.
Kesimpulan dari uji tersebut adalah ada
hubungan
bermakna
antara
umur
responden dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa pada tahun
2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa
umur reponden sangat berpengaruh
terhadap kejadian BBLR di Rumah Sakit
Umum Ambarawa pada tahun 2013.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden dengan
umur beresiko (< 20 tahun dan > 35
tahun) yaitu sebanyak 19 responden
melahirkan bayi dengan BBLR. Hal
tersebut sesuai dengan beberapa teori yang
ada yang menyebutkan bahwa usia
seorang ibu hamil berpengaruh terhadap
resiko terjadianya BBLR khususnya pada
usia dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun.
2. Hubungan pendidikan ibu bersalin dengan
kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum
Ambarawa pada tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa, sebagian besar responden dengan
tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 7
(77,8%) responden melahirkan dengan
BBLR, sebagian besar responden dengan
tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak
26 (96,3%) responden melahirkan dengan
BBLR,
responden
dengan
tingkat
pendidikan SMA sebagian besar yaitu 27
(65,9%) responden melahirkan dengan
BBLN dan sebagian besar responden
dengan tingkat pendidikan Perguruan
Tinggi (PT) yaitu sebanyak 5 (83,3%)
responden melahirkan bayi dengan BBLN.
Hasil uji statistik Chi – square didapatkan
nilai p (0.001) < α (0,05), jadi Ho ditolak.
Kesimpulan dari uji tersebut adalah ada
hubungan bermakna tingkat pendidikan
ibu bersalin dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa pada
tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
6
ibu maka semakin rendah angka kejadian
BBLR yang dialami oleh ibu hamil.
3. Hubungan pekerjaan ibu bersalin dengan
kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum
Ambarawa pada tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa, sebagian besar responden dengan
pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga
(IRT) yaitu sebanyak 11 responden
(64,7%) melahirkan bayi dengan BBL:N,
sebagian
besar
responden
dengan
pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu
sebanyak 7 responden (58,3%) melahirkan
bayi dengan BBLN, sebagian besar
responden yang bekerja sebagai karyawan
yaitu sebanyak 7 responden (53,8 %)
melahirkan dengan BBLN dan sebagian
besar responden dengan pekerjaan sebagai
buruh/tani yaitu sebanyak 30 responden
(83,3%) melahirkan dengan BBLR serta
sebagian
besar
responden
dengan
pekerjaan sebagain PNS/TNI/POLRI yaitu
sebanyak 4 responden (80,0%) melahirkan
dengan BBLN. Hasil uji statistik Chi –
square didapatkan nilai p (0.01) < α
(0,05), jadi H0 ditolak. Kesimpulan dari
uji tersebut adalah ada hubungan
bermakna antara pekerjaan ibu bersalin
dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit
Umum Ambarawa pada tahun 2013.
4. Hubungan paritas ibu dengan kejadian
BBLR di Rumah Sakit Umum Ambarawa
pada tahun 2013.
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui
bahwa, sebagian besar responden dengan
paritas primipara yaitu sebanyak 21
responden (51,2%) melahirkan dengan
BBLR, responden dengan paritas multipara
sebagian besar yaitu sebanyak 20
responden (58,8%) melahirkan dengan
BBLR dan responden dengan paritas
grandemultipara yaitu sebanyak 7
responden (87,5%) melahirkan dengan
BBLR. Hasil uji statistik Chi – square
didapatkan nilai p (0.128) > α (0,05), jadi
Ho diterima. Kesimpulan dari uji tersebut
adalah tidak ada hubungan bermakna
paritas ibu dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa pada
tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan
bahwa paritas tidak berhubungan dengan
kejadian BBLR padahal berdasarkan teori
yang ada menyebutkan bahwa paritas
sangat berpengaruh terhadap kejadian
BBLR.
Adanya
faktor
lain
yang
mempengaruhi terjadinya kejadian BBLR
di RSU Ambarawa tahuan 2013. Beberapa
faktor tersebut diantaranya adalah faktor
usia ibu hamil, faktor pekerjaan, faktor
pendidikan dan faktor kadar Hb ibu hamil.
Berdasarkan
penelitian
diketahui
bahwa sebagian besar ibu hamil yang
mengalami BBLR adalah ibu dengan usia
beresiko terhadap kejadian BBLR yaitu
berusia < 20 tahun dan > 35 tahun. Hal
tersebut merupakan salah satu alasan
mengapa seorang dengan paritas rendah
tetapi umurnya beresiko untuk hamil maka
beresiko mengalami BBLR dalam
persalinannya. Hal tersebut juga berlaku
kebalikannya bahwa seorang ibu yang
mempunyai paritas tinggi tetapi sudah
cukup umurnya maka kemungkinan
terjadinya BBLR juga lebih kecil
dibandingkan dengan ibu dengan umur
yang beresiko mengalami gangguan
selama kehamilan. Selain itu seorang ibu
yang sudah cukup berumur juga akan
mempunyai pengalaman dan dapat
menerima informasi yang lebih baik
dibandingkan dengan ibu yang belum
cukup umurnya untuk hamil.
5. Hubungan anemia pada ibu bersalin dengan
kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum
Ambarawa pada tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa, sebagian besar responden dengan
anemia yaitu sebanyak 38 responden
(86,4%) mengalami kejadian BBLR dan
responden yang tidak mengalami anemia
sebagian besar melahirkan dengan BBLN
yaitu sebanyak 29 responden (74,4%).
Hasil uji statistik Chi – square didapatkan
nilai p (0.00) < α (0,05), jadi H0 ditolak.
Kesimpulan dari uji tersebut adalah ada
hubungan bermakna antara anemia pada
ibu bersalin dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa pada tahun
2013.
Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa
anemia
pada
ibu
hamil
berhubungan dengan kejadian BBLR.
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
7
Hasil perbandingan kejadian bayi berat
lahir rendah antara kelompok ibu hamil
anemia dan kelompok ibu hamil tidak
anemia pada penelitian ini adalah 7,08
dengan rata-rata kadar haemoglobin 10,9
gr%. Perbedaan dalam jumlah ratio antara
penelitian ini dengan penelitian terdahulu
dapat dipengaruhi oleh jumlah sampel
yang berbeda pula. Dimungkinkan pada
penelitian
terdahulu
sampel
yang
digunakan adalah jumlah sampel yang
besar sehingga dapat digeneralisasikan,
sedangkan
pada
penelitian
ini
menggunakan sampel dengan jumlah yang
sedikit sehingga tidak memungkinkan
hasil
penelitian
ini
dapat
digeneralisasikan.
Penelitian
lain
menyebutkan bahwa masalah BBLR
ternyata tidak hanya berhubungan dengan
anemia dalam kehamilan tetapi juga
berhubungan dengan kadar haemoglobin
(Hb) ibu yang tinggi.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa
hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa
teori dan hasil penelitian terdahulu yang
menyebutkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara anemia pada ibu hamil
dengan kejadian BBLR meskipun ada
beberapa hasil penelitian lain yang
menyebutkan hasil berbeda, hal ini dapat
dijadikan acuan untuk melakukan
penelitian lanjutan yang lebih detail untuk
mengetahui
faktor
yang
paling
berpengaruh terhadap kejadian bayi berat
lahir rendah.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Ada hubungan bermakna antara umur
responden dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa pada tahun
2013 dengan nilai p Value 0.023 umur
responden terbanyak adalah responden
yang berumur tidak beresiko (20 - 35
tahun) yaitu sebanyak 58 responden
(69,9%).
2. Ada
hubungan
bermakna
tingkat
pendidikan ibu bersalin dengan kejadian
BBLR di Rumah Sakit Umum Ambarawa
pada tahun 2013 dengan nilai p Value
0.001
sebagian
besar
responden
mempunyai tingkat pendidikan tamat
SMA yaitu sebanyak 41 responden
(49,5%) dan sebagian kecil responden
mempunyai tingkat pendidikan perguruan
tinggi (PT) yaitu sebanyak 6 responden
(7,2%).
3. Ada hubungan bermakna antara pekerjaan
ibu bersalin dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa pada tahun
2013 dengan nilai p Value 0.001 paling
banyak pekerjaan responden sebagai
buruh/tani yaitu sebanyak 36 responden
(43,4%) yang paling sedikit adalah
responden dengan pekerjaan sebagai
PNS/TNI/POLRI yaitu sebanyak 5
responden (6,0%).
4. Tidak ada hubungan bermakna paritas ibu
dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit
Umum Ambarawa pada tahun 2013 dengan
nilai p Value 0.128 paling banyak paritas
responden
adalah
primipara
yaitu
sebanyak 41 responden (49,4%) yang
paling sedikit adalah responden dengan
peritas grandemultipara yaitu sebanyak 8
responden (9,6%).
5. Ada hubungan bermakna antara anemia
pada ibu bersalin dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Ambarawa pada tahun
2013 dengan nilai p Value 0.001 sebagian
besar responden menderita anemia yaitu
sebanyak 44 responden (53,0%) dan
sebagian kecil responden mengalami
anemia yaitu sebanyak 39 responden
(47,0%).
Saran
1. Bagi Peneliti
Menambah
pengetahuan
dan
pengalaman dengan melihat keadaan yang
sesungguhnya yang ada di lapangan serta
memberikan wawasan dalam melakukan
penelitian khususnya pada Bayi Berat
Lahir Rendah di RSUD Ambarawa.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Rencana ini dapat digunakan sebagai
bahan referensi atau kepustakaan untuk
menambah
pengetahuan
mahasiswi
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.
3. Bagi Tenaga Kesehatan (Rumah sakit)
Dari hasil penelitian ada hubungan
antara umur ibu, pendidikan, pekerjaan,
kadar Hb, dengan kejadian BBLR di
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
8
RSUD Ambarawa di harapkan dengan di
tingkatkannya ANC dan konseling dapat
mengurangi kejadian BBLR di RSUD
Ambarawa.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Husaini Mahdin.(2000).Peranan Gizi
dan Pola Asuh dalam Meningkatkan
Kualitas
Tumbuh
Kembang
Anak.http://anak.i2.co.id/.asp?id=169. di
akses 12 Mei 2014
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Arikunto, S. (2010). Prosedur Pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Depkes RI. (2004). Direktoriat Jendral
Kesehatan Masyarakat Paradigma Sehat.
Jakarta : Departemen Kesehatan dan
kesehatan sosial RI.
Depkes RI (2005). Buku kesehatan ibu dan
anak. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI (2006). Modul Manajemen BBLR
Acuan. Jakarta: Depkes RI.
Djaja, Sarimawar. 2004. Penyakit penyebab
kematian bayi baru lahir (neonatal) dan
sistem
pelayanan
kesehatan
yang
berkaitan di Indonesia. available from :
http:///www.digilib.litbang.depkes.go.id
Dr. Budi. W. (2005). Umur ideal ibu hamil
dan bersalin. http://www.dsp_content.
Php. Htm
Hidayat, A. (2005). Metode Penelitian
Kebidanan & Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika
Hidayat,. (2008). Ilmu Keperawatan Anak.
Jakarta : EGC
Hurlock, E. (2005). Psikologi perkembangan
suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Joeharno, (2007). Faktor Sosial Ekonomi dan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan pada
Ibu Hamil di Kabupaten Serang, Buletin
Penelitian Kesehatan
Kosim MS, Yonanto A, Dewi R, Sarangosa
GI, Usman A. (2008). Buku Ajar
Neonatologi. Edisi 1. Jogjakarta : IDAI
Kusmiyati, Y. (2008). Perawatan Ibu Hamil,
Fitramaya Yogyakarta
Kusumawati, Y & Multazimah, 2004.
Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan
Gizi Ibu dengan Berat Bayi Lahir di
RSUD dr. Moewardi Surakarta, Infokes
Volume 81.
Manuaba, I.B.G. 2010. Kapita Selekta
Penatalaksanaan
Rutin
Obstetri
Genekologi dan KB. (Edisi I). Jakarta :
EGC.
Marissa dkk, (2008). Hubungan Antara
Intensitas
Pemeriksaan
Kehamilan,
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dan
Konsumsi tablet Besi Dengan Tingkat
Keluhan Selama Kehamilan, Jurnal Gizi
dan Pangan.
Marmi. (2010). Asuhan Kebidanan pada
Masa Antenatal, Yogyakarta; Pustaka
pelajar
Meilani, N dkk. (2009). Kebidanan
Komunitas, Fitramaya Yogyakarta
Notatmodjo, S. (2005). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S.(2010). Metode penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan
dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Pantikawati, Ika (2009). Asuhan Kebidanan 1
(kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika
Pantiawati, Ika (2010). Bayi Dengan BBLR.
Yogyakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu
Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prayoga. (2004). Faktor resiko ibu hamil dan
berat badan lahir rendah : studi kohort di
kodya Surabaya. Berita Kedokteran
Masyarakat Triwulan Juli- September.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Proverawati, Atikah, dkk (2009). Berat Badan
Lahir Rendah. Yogyakarta : Nuha Medika
Proverawati, Aktikah. (2010). Anemia dan
Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Pusdiknakes
(2007).
Konsep
Asuhan
Kebidanan. Jakarta: WHD-JHP, EGC
Riyanto Agus. (2011). Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan, Nuha Medika
Yogyakarta
Rukiyah, dkk, (2010). Asuhan Neonatus, Bayi
dan Balita, Jakarta; Trans Info Media
Sistiarni, C. (2008). Faktor Maternal dan
Kualitas Pelayanan Antenatal Care yang
Berisiko terhadap Kejadian Bayi Berat
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
9
Lahir
Rendah
Tesis
Universitas
Diponegoro, Semarang
Sugiyono (2009). Statistika Untuk Penelitian.
Revisi Terbaru. Bandung: CV Alvabeta
Suriani,
(2010).
Hubungan
Kualitas
Pelayanan Antenatal terhadap Kejadian
BBLR di Indonesia,Tesis Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan
Kesehatan
Reproduksi
Universitas
Indonesia
Turhayati,
E.,
(2006).
Hubungan
Pertambahan Berat Badan Selama
Kehamilan dengan Berat Lahir Bayi di
Sukaraja Bogor Tahun 2001 – 2003,
Jurnal Kesehatan Masarakat Nasional,
FKM – UI
Varney. (2006). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta : EGC.
WHO, 2011 Global Health Observatory
(GHO) Antenatal Care, available from :
http://www.who.int/gho/Maternalhealth/reproduktivehealth/antenatal-caretext/en/index/html Diakses 13 Mei 2014
Wiknjosastro, H. (2004). Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
R, Zaenab, dkk., (2008). Beberapa Faktor
Resiko Kejadian BBLR DI RS AL FATAH
Ambon Periode Januari-Desember Tahun
2006
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
10
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
PADA TAHUN 2013
ARTIKEL
Oleh :
NI WAYAN MULIANTARI
NIM. 0111464
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA
11
Download