Pikiran Rakyat o Selasa o Rabu 3 4 5 6 20 21 o Mar OApr 7 22 o Me; • 8 23 10 11 12 13 9 24 25 26 27 28 OJun Biokimia Tapai Ketan I tatar Sunda, khususnya di daerah Bandung, rasanya kurang lengkap jika di Hari Raya Idulfitri (Lebaran) tidak ada suguhan tapai ketan. Masyarakat Bandung mengenal dua macam tapai (peuyeum), yaitu tapai singkong dan tapai ketan. Namun pada saat Lebaran, yang lebih umum dijadikan sebagai penganan suguhan ialah tapai ketan. Tapai ketan yang baik ditandai dengan rasanya yang manis, tidak pahit, tidak menyengat lidah dan tidak terlalu asam, serta memiliki aroma yang khas. Ada baiknya kita mengetahui dulu proses biokimia yang teIjadi selama pembuatan tapai berlangsung sehingga kita bisa menyiasati dan menciptakan inovasi sendiri untuk kelezatan VlPaiketan tersebut. Tapai ketan (peuyeum ketan) adalah penganan yang terbuat dari beras ketan, baik itu ketan hitam maupun ketan putih yang setelah dikukus lalu dibubuhi ragi sehingga mengalami fermentasi. Dalam 1-3 hari nasi ketan pun berubah menjadi tapai ketan. Ragi yang menjadi kunci dalam proses fermentasi ini adalah kultur campuran (mixed culture) yang terdiri atas kapang, khamir, dan bakteri. Bahan dasar ragi adalah tepung hems yang dibentuk bulat pipih dengan diameter 2-3 cm, diinkubasi pada suhu 30°C selama tiga hari, lalu dikeringkan pada oven suhu 4SoCselama 2 hari. Selama proses inkubasi diharapkan pada substrat tepung beras tersebut akan tumbuh mikroba-mikroba yang kelak akan melakukan reaksi-reaksi enzimatis pada saat proses fermentasi berlangsung. Secara umum mikroba yang terdapat di dalam ragi tapai dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu : Kapang amilolitik Khamir amilolitik Khamir nonamilolitik Bakteri asam asetatjasam laktat Bakteri amilolitik Dalam ragi tapai ini, mikroba yang tumbuh merupakan populasi campuran, di antaranya spesies dari genus aspergillus, genus saccharomyces, genus candida, genus hansenula, serta bakteri acetobacter, Genus-genus tersebut hidup bersama secara sinergik. Aspergillus dapat merombak zat pati menjadi gula, sedangkan saccharomyces, candida, dan hansenula dengan reaksi enzimatis dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya. Jumlah kapang pada ragi berkisar dari 8 x 107 sampai 3 x 108 / g, khamir 3 x 106 sampai 3 x 107 / g dan bakteri kurang dari lOS j g. Fermentasi secara umum didefinisikan sebagai proses produksi energi dalam sel, dalam lingkungan anaerobik (tanpa oksigen). Gula adalah bahan umum dalam proses fermentasi. Reaksi dalam fermentasiberbeda-beda tergantungjenis gula yang digunakan & produk yangdihasilkan. Secara singkat glukosa ( C6H1206 ) yang merupakan gula paling sederhana melalui proses fermentasi akan menghasilkan etanol (C2H50H ) dan produk-produk organik lainnya. Reaksi ini tentu saja dilakukan oleh mikroba-mikroba yang terkandung dalam ragi. Reaksinya digambarkan sebagai berikut: C6H1206 ~ o Jumat o Sabtu Kamis OJul ·0 Ags .Sep OOkt 29 30 ONov 31 ODes Jalur biokimiayang terjadi sebenarnya bervariasi, tergantungjenis gula yang terlibat. Namun umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung pada produk akhir yang dihasilkan. Biokimia tapai Dalam pembuatan tapai, proses biokimia yang dilakukan oleh mikroba-mikroba dalam ragi adalah beras ketan sebagai bahan dasar tapai yang merupakan karbohidrat (sumber pati), dirombak oleh Amylomyces rouxii menjadi gula. ltu sebabnya pada proses fermentasi hari ke-i akan timbul rasa manis sebagai bukti adanya perombakan pati menjadi gula. Kehadiran gula ini menumbuhkan mikroba pengguna gugus karbon gula yaitu saccharomyces, candida, dan hansenula untuk melakukan reaksi enzimatis mengubah gula menjadi alkohol. Lamanya proses fermentasi berpengaruh pada tingkat alkohol yang dihasilkan. Pada umumnya setelah 48 jam fermentasi, dihasilkan alkohol sampai 0,92 persen. Perubahan kadar alkohol seIama penyimpanan dapat teIjadi setelah 2 hari dari 3 persen bisa sampai 5,2 persen. Namun jika tapai disimpan pada suhu rendah (~C), fermentasi masih bisa berlangsung namun berjalan lebih lambat. Timbulnya alkohol ini memacu tumbuhnya bakteri pengoksidasi alkohol yaituAcebacter aceti yang secara enzimatis mengubah alkohol menjadi asam asetat sehingga menyebabkan timbulnya rasa asam pada tapai yang dihasilkan. Penggunaan kultur campuranA. rouxii dan E.fibuliger, menghasilkan tapai dengan kadar alkohollebih tinggi, namun kadar gulanya tendah dan tidak memiliki aroma tapai yang kuat. Pada bagian campuran tiga organisme yaitu A.rouxii, E:fibuliger dan H.anomala dihasilkan aroma khas yang diharapkan. Dari uraian di atas bisa dilihat bahwa untuk memperoleh tapai ketan yang baik, selain bahan dasar beras ketan yang baik, kehadiran ragi sebagai kultur campuran, cukup memegang peranan yang penting. Untuk menyiasati timbulnya alkohol pada proses fermentasi tapai, dapat dilakukan dengan mengurangi kadar proses peragian. Biasanya proses peragian dilakukan selama 48 jam untuk mengurangi kadar alkohol yang dihasilkan, maka lama peragian bisa dikurangi. Atau dapat pula dilakukan proses pasteurisasi yaitu memanaskan tapai tersebut pada suhu 70 hingga Bo°C dengan maksud agar proses-proses enzimatis pada tapai. tersebut berhenti. Dengan pasteurisasi selain proses-proses enzimatis berhenti, juga tapai akan lebih awet dan tidak terasa pahit. Walaupun mengandung alkohol, alkohol pada tapai merupakan bagian inhern seperti halnya durian yang tengah zranum, juga mengandung alkohol. Demikian juga beberapa jenis madu juga mengandung gugus alkohol, sehingga MU! mengeluarkan fatwa bahwa tapai, durian, dan madu tetap halal dikonsumsi, *** Y. ZakiahA., alumnus FMIPA Unpad. 2 C2HSOH + 2 C02 + 2 ATP Atau dapat pula digambarkan sebagai berikut : gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) + alkohol (etanol) + karbondioksida + energi (ATP) ISTlMEWA Kliping Humas Unpad 2010