LANDASAN SOSIAL BUDAYA A. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal, antara lain: komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; perubahan jumlah penduduk; penemuan baru; terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. B. LANDASAN SOSIAL BUDAYA DALAM PENDIDIKAN Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam pendidikan. Dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Maka, bisa dikatakan bahwa pengertian sosiologi pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan. Berikut akan dibahas mengenai sosial dan budaya pada pendidikan, sebagai berikut : 1. Sosiologi dan Pendidikan Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Salah satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi : 1. Interaksi guru-siswa. 2. Dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah. 3. Struktur dan fungsi sistem pendidikan. 4. Sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Wujud Dari Sosiologi Pendidikan Adalah Tentang Konsep Proses Sosial Proses sosial merupakan suatu cara berhubungan antar idividu, antar kelompok atau antara individu dan kelompok yang menghasilkan bentuk hubungan tertentu. Interaksi dan proses sosial dapat terjadi sebagai akibat dari salah satu atau gabungan dari faktor-faktor berikut: 1. Imitasi Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif 2. Sugesti Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandanganatau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas. 3. Identifikasi Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi yang mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun di bawah sadar. 4. Simpati Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Adapun, sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai uraian berikut : 1. Empiris : bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan. 2. Teoretis : merupakan peningkatan fase penciptaan, bisa disimpan dalam waktu lama, dan dapat diwariskan kepada generasi muda. 3. Kumulatif : berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik. 4. Nonetis : menceritakan apa adanya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk. Untuk memudahkan terjadi sosialisasi dalam pendidikan, maka guru perlu menciptakan situasi, terutama pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri anakanak. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat berikut : 1. Kontak sosial Kontak sosial bisa menghasilkan interaksi positif atau interaksi negatif. Kontak sosial berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: a. Kontak antar individu b. Kontak antara individu dengan kelompok atau sebalikya. c. Kontak antar kelompok 2. Komunikasi Adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang dapat dipakai mengadakan komunikasi. Alat alat yang dimaksud adalah: Langsung : Lisan dan isyarat Tidak Langsung: tulisan dan alat-alat bantu Ada sejumlah bentuk interaksi sosial, yaitu sebagai berikut : Kerjasama : belajar kelompok Akomodasi : meredakan pertentangan Asimilasi atau akulturasi : penyatuan pikiran Persaingan : kompetisi Pertikaian : pertentangan/konflik Diketahui bersama bahwa manusia selain sebagai makhluk individu juga merupakan mahluk sosial. Oleh karena itu dalam melakukan interaksi social manusia terkadang membentuk kelompok sosial. Kelompok sosial berarti himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama, karena cita-cita yang sama. Ada beberapa persyaratan untuk terjadinya kelompok sosial, yaitu : Setiap anggota memiliki kesadaran sebagai anggota kelompok Ada interaksi timbal balik antar anggota Mempunyai tujuan yang sama Membentuk norma yang mengatur ikatan kelompok Ada struktur dalam kelompok yang membentuk peranan dan status sebagai dasar ikatan \kegiatan kelompok Dalam dunia pendidikan, kelompok sosial inipun dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu, berdasarkan keakraban hubungan (kelompok primer dan sekunder) dan berdasarkan peraturan (kelompok formal dan informal). Ada dua teori yang dipakai untuk meningkatkan produktivitas kelompok sosial, yaitu: (Wuraji, 1988 dan Sudarja, 1988): Teori Struktural Fungsional Setiap struktur (bagian-bagian) kelompok memiliki fungsi masing-masing. Setiap bagian memiliki kebebasan untuk berkreasi, berinisiatif, dan mengembangkan ide untuk kemajuan kelompok Teori konflik Perubahan atau perbaikan kelompok dilakukan dengan prinsip-prinsip pemaksaan melalui peraturan Ada implikasi konsep sosial pada pendidikan, yaitu ; Sekolah dan masayarakat sekitarnya harus saling menunjang Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dan tokoh masyarakat Pendidikan (Sekolah) harus berfungsi secara maksimal sebagai wahana proses sosialisasi anak. Dinamika kelompok harus diarahkan untuk kepentingan belajar 2. Kebudayaan dan Pendidikan Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk perseorangan ini tidak disetujui Hasan (1983) dengan mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat. Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas, tampaknya devinisi terakhir yang paling tepat, sebab mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manuasia itu sendiri sebagai warga masyarakat (Made Pidarta, 1997: 157). Bisa dikatakan bahwa, kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tigkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat. Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. 3. Pendidikan dan Pengembangan/Pembangunan Pendidikan Pendidikan mempunyai misi pembangunan. Mula-mula membangun manusianya, selanjutnya manusia yang sudah terbentuk oleh pendidikan menjadi sumber daya pembangunan/ pengembangan. Pembangunan yang dimaksud baik yang bersasaran lingkungan fisik maupun yang bersasaran lingkungan sosial yaitu diri manusia itu sendiri. Jika manusia memiliki jiwa pembangunan sebagai hasil pendidikan maka diharapkan lingkungannya akan terbangun dengan baik. Sumbangan pendidikan terhadap pengembangan/pembangunan dapat dilihat dari segi sasarannya, lingkungan pendidikan, jenjang pendidikan, dan sektor kehidupan. Secara khusus sumbangan pendidikan terhadap pembangunan adalah pembagunan/pengembangan atas penyempurnaan sistem pendidikan itu sendiri. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya Kata pembangunan lazimnya diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi dan industri, selanjutny diasosiasikan dengan dibangunnya pabrik-pabrik, jalan, jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat transportasi, komunikasi, dan sejenisnya. Sedang yang mengenai sumber daya manusia ialah secara langsung terlihat sebagai sasaran pembicaraan. Kemajuan ekonomi, industri ditandai kenaikan GNP, volume eksport dan sebagainya. Sebagai indikatornya, ternyata tidak otomatis membawa kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian pembangunan ekonomi dan industri saja belum menggambarkan esensi yang sebenarnya dari pembangunan, jika kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki, yaitu terpenuhinya hajat hidup dari rakyat banyak material dan spiritual. Sumbangan Pendidikan Pada Pembangunan Pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak dapat dilihat. Ada jarak penantian yang cukup panjang antara dimulainya proses usaha dengan tercapainya hasil. Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada beberapa segi: 1. Segi Sasaran Pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan pada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi. 2. Segi Lingkungan Pendidikan. Lingkungan keluarga (pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan, masyarakat (pendidikan non formal). 3. Segi Jenjang Pendidikan. Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (PT). Pendidikan dasar merupakan basic education, yang memberikan bekal dasar bagi jenjang pendidikan diatasnya. 4. Segi Pembidangan Kerja/ Sektor Kehidupan. Bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dll. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional. Pertanyaaan yang muncul adalah: 1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun. Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia, karena hanya manusia yang dapat dididik dan harus selalu dididik. Bayi hanya akan menjadi manusia jika melalui pendidikan. Sedangkan manusia adalah satu-satunya mahkluk yang dikaruniai potensi untuk selalu menyempurnakan diri. Padahal kesempurnaan itu sendiri adalah suatu kondisi yang tidak akan kunjung dpat dicapai oleh manusia. Disamping itu pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka-teki mengenai dirinya juga selalu disempurnakan. Selanjutnya masalah pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Jika rencana pembangunan masyarakat Indonesia akan berubah dari masyarakat agraris menjadi industri, makan pola pikir dan perilaku yang dilandasi oleh situasi dan kondisi agraris harus berubah kearah situasi dan kondisi dimana manusia disibukkan dengan kegiatan industri. Kriteria “kualitas manusia” tentu berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berkembang. Sistem pendidikan harus banyak berubah untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan, jangan sampai pendidikan sebagai an agent of social change (agen perubahan sosial). 2. Wujud pembangunan sistem pendidikan. Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain bertalian erat, yaitu: a. Hubungan antar aspek-aspek, dimana aspek filosofis, keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang lain, karena memberikan arah serta mewadai butirbutir. Dengan demikian struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain harus mengacu pada aspek filosofis, aspek keilmuan, dan aspek yuridis. Oelh karena itu perubahan apapun yang terjadi pada struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain tersebut harus tetap berada didalam wadah filosofis dan yuridis. b. Aspek filosofis dan keilmuan. Aspek filosofif berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan nasional yang tentunya memberikan peluang bagipengembangan sifat hakikat manusia yang bersifat kodrati yang berarti pula bersifat wajar. Sifat kodrati paralel dengan jiwa pancasila. Filsafat pancasila ini menggantikan secara total falsafah pendidikan jaman\ penjajah. Sedang aspek keilmuan memberikan sumbangan penting terhadap system pendidikan. Dalam usaha mencapai tujuan yang telah dirumuskan oleh filsafat itu, sistem pendidikan memerlukan tunjangan dari teori keilmuan. c. Aspek yuridis atau perundang-undangan. Undang-undang dasar 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Hal ini dimungkinkan oleh karena UUD 1945 isinya ringkas sehingga sifatnya lugas. Beberapa pasal melandasi pendidikan baik yang bersifat eksplisit, maupun implisit. Pasal-pasal tersebut yang sifatnya masih sangat global dijabarkan lebih rinci kedalam bentuk UU pendidikan. Berdasarkan UU pendidikan inilah system pendidikan disusun dan dilaksanakan. d. Aspek struktur. Aspek struktur pembangunan system pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik. e. Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan, orientasi. Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang lain karena memberikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya struktur pendidikan, kurikulum dan lain-lain harus mengacu pada aspek filosofis, keilmuan, dan aspek yuridis. Meskipun sebagai landasan, tetapi tidak berarti setiap kali ada perubahan filosofis dan yuridis harus didikuti dengan perubahan aspek-aspek yang lain secara total. Contoh: Undang-undang pendidikan no.12 tahun 1954 diubah menjadi undang-undang no.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tetapi struktur pendidikan tetap saja seperti yang dulu: pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. DAFTAR PUSTAKA Pidarta, M. (1997). Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia Jakarta : Rineka Cipta.