UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DAN SUHU TUBUH BAYI PREMATUR DI MAKASSAR TESIS Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Keperawatan OLEH SUNI HARIATI 0806447002 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA ILMU KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK DEPOK JULI 2010 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia ii SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Tesis ini adalah hasil karya sendiri, Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk Telah saya nyatakan dengan benar Nama : Suni Hariati NPM : 0806447002 Tanda Tangan : Tanggal : 8 Juli 2010 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia iii Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia iv KATA PENGANTAR Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita sebagai hambaNya atas kekuatan, kesehatan, dan kesempatan sehingga penyusunan tesis ini dapat selesai. Penelitian yang berjudul Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi prematur di Makassar. Penelitian ini bertujuan agar diketahuinya efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan peningkatan suhu bayi prematur di beberapa rumah sakit di Makassar, Sulawesi Selatan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada 1. Ibu Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D. sebagai pembimbing I penyusunan proposal yang telah banyak memberikan waktu dan membimbing peneliti selama proses penyusunan tesis ini dengan masukan dan arahan yang sangat berarti. 2. Ibu Hanny Handiyani, S.Kp., M.Kep. sebagai pembimbing II penyusunan tesis penelitian yang telah banyak memberikan waktu dan membimbing peneliti selama proses penyusunan tesis ini dengan masukan dan arahan yang sangat berarti. 3. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 4. Ibu Krisna Yeti, SKp., M.App.Sc., sebagai Ketua Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 5. Ibu Dessie Wanda, S.Kp., MN. sebagai penguji yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berarti 6. Direktur, kepala bidang keperawatan dan staf perawat perinatologi RSIA Fatimah Makassar, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 7. Direktur, kepala bidang keperawatan dan staf perawat perinatologi RSIA Pertiwi Makassar, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia v 8. Direktur, kepala bidang keperawatan dan staf perawat perinatologi RS Labuang Baji Makassar, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Seluruh Responden yang telah memberikan ijin, tanpa mereka penelitian ini tidak pernah ada 10. Orang tua, kakek, nenek, dan Keluarga besarku tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, dan sayangnya yang tiada terputus 11. Suamiku yang selalu memberikan doa, dukungan, dan cintanya buat peneliti. 12. Rekan-rekan Program Pascasarjana Kekhususan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2008 13. Rekan-rekan Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas amal baik mereka dan memberikan limpahan rahmay-Nya. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak. Depok, 8 Juli 2010 Penulis Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Suni Hariati NPM : 0806447002 Program Studi : Pasca Sarjana Departemen : Ilmu Keperawatan Anak Fakultas : Ilmu Keperawatan Jenis Karya : Tesis Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya yang berjudul : Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi prematur di Makassar beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 8 Juli 2010 Yang menyatakan (Suni Hariati) Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia vii UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN Tesis, Juni, 2010 Suni Hariati Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu bayi prematur di Makassar. Xi + 163 halaman + 23 tabel + 4 skema + 2 grafik + 16 lampiran Abstrak Bayi prematur sering mengalami masalah akibat hipotermi dan berat badan rendah. Disinilah perawat anak berperan dalam memberikan stimulasi untuk mencegah terjadinya komplikasi, kecacatan, dan kematian bayi. Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan berat badan dan suhu tubuh melalui terapi musik sebagai salah satu stimulasi dalam keperawatan anak. Desain penelitian menggunakan quasi-experimental pada 30 bayi prematur stabil. Musik diputar selama 30 menit/hari dalam 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang signifikan pada hari ke-2, ke-4 dan total (P value 0,031; 0,030; dan 0,002). Terdapat perbedaan peningkatan suhu tubuh yang signifikan pada hari I, II, dan III (P value 0,006; 0,002; dan 0,002). Terdapat pula pengaruh APGAR menit 1 pada peningkatan berat badan. Penelitian ini merekomendasikan penggunaan terapi musik dalam penanganan bayi prematur di ruang perinatologi. Kata kunci: berat badan, hipotermi, Lullaby, prematur, suhu, terapi musik Daftar pustaka: 72 (1991 – 2010) Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia viii UNIVERSITY OF INDONESIA MAGISTER OF NURSING SCIENCE PROGRAM PEDIATRIC NURSING FACULTY OF NURSING Theses, June, 2010 Suni Hariati The Effectiveness Of Music Therapy On Weight Gain And Temperature Increase Of Preterm Infants In Makassar. xi + 163 pages + 23 tables + 4 schemes + 2 graphs + 16 appendix Abstract Premature babies often experience of low body weight and hypothermic problem. This is where nurses play a role in stimulating the child to prevent complications, disability, and infant mortality.This research purposed to know increases weight body and temperature by music therapy as a babies stimulation in pediatric nursing. Research Design use quasi-experimental on 30 stabilize premature babies. Music turned around during 30 minute / day in 3 day. Result of research show there is difference of body weight increase which is significant on second, fourth and total day (P Value 0,031; 0,030; and 0,002). There are difference of body temperature increase which is significant on I, II, and III ( P Value 0,006; 0,002; and 0,002). There are also first minute APGAR influence at body weight increase. This research recommend to use music therapy in premature baby in perinatology room. Keywords: Body weight, hypothermia, Lullaby, music therapy, premature, temperature References: 72 (1991 – 2010) Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia ix DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ………………………………………….…………… i SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS …….……….………………… ii LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………..…. iii KATA PENGANTAR ……………………………………………………… iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………... vi ABSTRAK BAHASA INDONESIA ……………………………………….. vii ABSTRAK BAHASA INGGRIS …………………………………………… viii DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ix DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xi DAFTAR SKEMA ………………………………………………………….. xiii DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………… xiv DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………........... xv BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………... 1 1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….. 7 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 7 1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bayi Prematur …………………………………………… 10 2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Prematur ………………. 31 2.3 Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Prematur …… 34 2.4 Terapi Musik pada Bayi Prematur ………………………………. 35 2.5 Peran Perawat dalam Terapi komplementer pada Bayi Prematur .. 45 2.6 Kerangka Teori …………………………………………………… 50 BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep ………………………………………………… 51 3.2 Hipotesis Penelitian ………………………………………………. 52 3.3 Definisi Operasional ……………………………………………… 53 BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ……………………………………………… 55 4.2 Populasi dan Sampel ……………………………………………… 57 4.3 Tempat Penelitian ………………………………………………… 60 4.4 Waktu Penelitian …………………………………………………. 62 4.5 Etika Penelitian …………………………………………………… 62 4.6 Alat Pengumpul Data …………………………………………….. 65 4.7 Prosedur Pengumpulan Data …………………………………….. 67 4.8 Rencana Analisis Data …………………………………………… 73 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia x BAB V. HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Univariat …………………………………………………….. 77 5.2 Uji Bivariat ……………………………………………………… 87 5.3 Ancova …………………………………………………………... 103 BAB VI. PEMBAHASAN 6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil …………………………………… 106 6.2 Implikasi Keperawatan …………………………………………… 133 6.3 Keterbatasan Penelitian ………………………………………….. 134 BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1Kesimpulan ……………………………………………………….. 153 7.2 Saran ……………………………………………………………... 155 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia xi DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1. Definisi Operasional…………..………. ………………………... 53 Tabel 4.1. Analisis Variabel Dependen dan Variabel Independen ……….... 75 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut usia ….. … 77 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut jenis kelamin, APGAR menit1, APGAR menit 2, dan jenis makanan bayi di Makassar …………………………………………………. 78 Tabel 5.3. Distribusi frekuensi berat badan harian bayi prematur pada intervensi terapi musik …………………………………………… 79 Tabel 5.4. Distribusi frekuensi suhu tubuh harian bayi prematur pada intervensi terapi musik …………………………………............... 81 Tabel 5.5. Distribusi frekuensi peningkatan berat badan harian bayi prematur pada kelompok intervensi & kontrol ……………………………… 83 Tabel 5.6. Distribusi frekuensi peningkatan suhu tubuh harian sebelum dan setelah terapi bayi prematur pada kelompok intervensi & kontrol… 85 Tabel 5.7. Uji kesetaraan karakteristik responden (usia)antara kelompok intervensi & kontrol ………………………………………………. 88 Tabel 5.8. Uji kesetaraan karakteristik responden (jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1, dan APGAR menit 5) antara kelompok intervensi & kontrol ……………………………………………… 89 Tabel 5.9. Uji normalitas data berat badan dan suhu tubuh bayi prematur antara kelompok intervensi & kontrol …………………………… 90 Tabel 5.10. Uji normalitas data peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi prematur antara kelompok intervensi &kontrol ………………… 92 Tabel 5.11. Perbedaan berat badan hari I sebelum & setelah terapi musik…… 93 Tabel 5.12. Perbedaan berat badan hari II sebelum & setelah intervensi……... 94 Tabel 5.13. Perbedaan berat badan hari III sebelum & setelah intervensi……. 95 Tabel 5.14. Perbedaan berat badan total sebelum & setelah intervensi…… …. 96 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia xii Tabel 5.15. Perbedaan suhu tubuh total sebelum & setelah intervensi……….. 97 Tabel 5.16. Perbedaan peningkatan berat badan pada kelompok intervensi & kontrol ………………………………………………………… 100 Tabel 5.17. Perbedaan peningkatan berat badan pada kelompok intervensi & kontrol ………………………………………………………… 102 Tabel 5.18. Rata-Rata peningkatan berat badan dan suhu tubuh setelah terapi musik sebelum dikontrol variabel confounding ………………… 103 Tabel 5.19. Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan setelah dikontrol variabel confounding (Usia, Jenis kelamin, Jenis makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5)…...……………… 104 Tabel 5.20. Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh Setelah dikontrol variabel confounding (Usia, Jenis kelamin, Jenis makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5) ………………… Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 105 Universitas Indonesia xiii DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1. Kerangka Teori ………………………………………………… 50 Skema 3.1. Kerangka Konsep ………………………………………………. 51 Skema 4.1. Desain Penelitian ………………………………………………. 56 Skema 4.2. Alur Penelitian …………...……………………………………… 72 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia xiv DAFTAR GRAFIK Hal Grafik 5.1. peningkatan berat badan harian …………………………... 83 Grafik 5.2. peningkatan suhu tubuh harian 85 …………………………... Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar observasi Lampiran 2. Formulir informasi penelitian kelompok intervensi Lampiran 3. Formulir informasi penelitian kelompok kontrol Lampiran 4. Surat pernyataan bersedia menjadi responden Lampiran 5. Checklist standar intervensi perawatan bayi prematur Lampiran 6. Cheklist prosedur terapi musik Lampiran 7. Grafik pertumbuhan bayi prematur Lampiran 8. Tabel karakteristik rumah sakit Lampiran 9. Surat lolos kaji etik Lampiran 10. Surat ijin penelitian dari FIK ke Balitbangda Sul-Sel Lampiran 11. Surat ijin penelitian dari Balitbangda Sul-Sel Lampiran 12. Surat ijin penelitian dari RSIA Fatimah Makassar Lampiran 13. Surat ijin penelitian dari RSIA Pertiwi Makassar Lampiran 14. Surat ijin Penelitian dari RS Labuang Baji Makassar Lampiran 15. Sertifikat Kalibrasi alat Lampiran 16. Daftar riwayat hidup Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) keempat memuat tentang pengurangan angka kematian anak. Indonesia pun membuat program nasional untuk anak-anak Indonesia berdasarkan isu kematian bayi dan balita. Program tersebut bertujuan menurunkan angka kematian bayi menjadi 19 per 1000 kelahiran. Target ini ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang umum untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tingkat nasional maupun propinsi (Target MDGs Indonesia, 2008). Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi. AKB 1990 berkisar 70 per 1000 kelahiran, namun lima tahun kemudian tepatnya 1995 terjadi penurunan hingga 66 per 1000 kelahiran. AKB mengalami penurunan tajam pada periode tahun 1997 yaitu menjadi 50 bayi per 1000 kelahiran dan penurunan yang signifikan tercapai pada tahun 2003 yaitu menjadi 35 bayi per 1000 kelahiran. AKB pada periode 2003 – 2007 relatif stagnan di kisaran 34 per 1000 kelahiran. AKB di Indonesia ini masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand (Departemen Kesehatan RI 2008). Angka kematian bayi (AKB) di Sulawesi Selatan menunjukkan penurunan yang sangat tajam. AKB pada tahun 1971 dari 161 menjadi 55 per 1000 kelahiran pada tahun 1996, lalu turun lagi menjadi 52 pada tahun 1998, dan pada tahun 2003 menjadi 48. AKB 2005 sebesar 36 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada 2007 menunjukkan angka 41 per 1.000 kelahiran hidup. 1 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 2 Fluktuasi ini dapat terjadi karena perbedaan besar sampel yang diteliti. AKB tahun 2007 ini berbeda dengan data proyeksi yang dikeluarkan oleh Depkes RI bahwa AKB di Sulsel pada tahun 2007 sebesar 27,52 per kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2009). Penyebab kematian bayi digolongkan berdasarkan usia yaitu penyebab kematian bayi usia 0 – 7 hari dan kematian bayi usia 7 – 28 hari. Penyebab utama kematian bayi usia 0 – 7 hari adalah gangguan pernapasan (35,9%) dan prematur (32,4%). Penyebab utama kematian bayi usia 7 – 28 yaitu sepsis neonatorum (20,5%) dan malformasi kongenital(18,1%) (Riset Kesehatan Dasar, 2007). Kelahiran bayi prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR) di Indonesia masih tergolong tinggi. Kelahiran bayi prematur selalu diikuti dengan BBLR. Prevalensi bayi prematur di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 7 – 14%, bahkan di beberapa kabupaten mencapai 16%. Prevalensi ini lebih besar dari beberapa negara berkembang yaitu 5 - 9% dan 12 – 13% di USA. Prevalensi nasional BBLR 11,5%. Sebanyak 16 propinsi mempunyai prevalensi BBLR di atas prevalensi nasional yaitu Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua (Bowden, 1998; Hockenberry, 2007; Pilliteri, 2003; Riset Kesehatan Dasar, 2007). Penelitian ini menggunakan tiga rumah sakit yaitu rumah sakit ibu dan anak (RSIA) Fatimah Makassar, RS Labuang Baji Makassar dan RSIA Pertiwi Makassar. Studi pendahuluan dilakukan di rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Fatimah Makassar yang merupakan rumah sakit rujukan ibu dan anak kotamadya Makassar. Kelahiran bayi prematur 2008 terdapat 50 bayi dan 315 bayi BBLR dari 2611 kelahiran. Angka kematian bayi prematur mencapai 10 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 3 bayi dari 50 bayi yang lahir (20%). Kelahiran bayi prematur tahun 2009 terdapat 31 kelahiran prematur dan 254 kelahiran BBLR dari 3813 kelahiran. Penyebab kematian bayi prematur dihubungkan dengan masalah yang terjadi akibat immaturitas organ yang menyebabkan komplikasi prematur. Penyebab terbanyak kematian bayi prematur adalah Respiratory Distress Syndrome ( RDS). Penyebab lain kematian bayi prematur adalah asfiksia saat lahir, infeksi, malformasi kongenital, kernicterus akibat hipotermi atau konjugasi bilirubin (Pilliteri, 2003; Riskesdas, 2007). Bayi prematur berisiko mengalami masalah kesehatan pada awal kehidupannya. Masalah yang sering terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan immaturitas organnya. Masalah yang sering terjadi pada bayi prematur adalah ketidakstabilan suhu (hipotermi), ketidakstabilan berat badan (kesulitan penambahan berat badan), sindroma aspirasi, hipoglikemi, hiperbilirubin dan lain-lain (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan suhu adalah kehilangan panas yang sangat besar akibat luas permukaan tubuh terhadap berat badan, lemak subkutan yang minimal, cadangan lemak coklat (sumber internal untuk menghasilkan panas, terdapat pada bayi cukup bulan normal) terbatas, kontrol refleks pada kapiler kulit tidak ada atau lemah (respon mengigil), aktivitas massa otot (sehingga bayi prematur tidak dapat menghasilkan panasnya sendiri), kapiler-kapiler mudah rusak, pengaturan suhu di otak tidak matur (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Bowden, 1998; Johnson, Flood & Spinks, 2003; Shennan & Milligan, 1980 dalam Payne & Isaacs, 1999). Masalah lain yang sering terjadi pada bayi prematur adalah ketidakstabilan berat badan (kesulitan penambahan berat badan). Gangguan ini terjadi akibat berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau berat badan lahir rendah (BBLR), bayi tidak punya atau hanya memiliki deposit lemak subkutaneus Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 4 yang sedikit, cadangan lemak coklat terbatas, refleks mengisap dan menelan bayi masih lemah. Bayi prematur dengan BBLR berisiko mengalami keterlambatan pertumbuhan, khususnya berat badan (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Bowden, 1998; Cooke & Hughes, 2003; Johnston, Flood & Spinks, 2003; Hockenberry & Wilson, 2007; Muennich, 2009; Trachtenbarg & Golemon, 1998). Kusharisupeni (1996) melakukan penelitian di Indonesia mengidentifikasi tentang peran berat lahir dan masa gestasi terhadap pertumbuhan linear bayi di Kecamatan Sliyeg dan Gabus Wetan Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan mulai Mei 1995 hingga Juni 1996. Penelitian ini menggunakan rujukan pertumbuhan dari World Health Organization (WHO). Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata berat badan dan panjang badan bayi dengan berat lahir 2500 gram atau lebih berada pada 50% rujukan pertumbuhan WHO selama 6 bulan pertama kemudian menyimpang ke bawah dari rujukan tersebut. Rata-rata berat badan dan panjang badan bayi berat lahir rendah berkisar 10% dari rujukan yang sama selama tahun pertama kehidupannya. Stunting dari keseluruhan bayi (115) sampai dengan umur 1 tahun mencapai 9,9%. Tingkat keparahan stunting pada bayi prematur lebih besar daripada kelompok normal dan kelompok intrauterine growth retardation (IUGR). Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang. Upaya yang dilakukan untuk membangun bangsa yang besar ini dilakukan dengan membangun manusia seutuhnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah upaya kesehatan anak karena anak merupakan generasi penerus bangsa. Upaya kesehatan ini ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang yang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Kualitas tumbuh kembang anak di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus yaitu mendapat Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 5 gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Departemen Kesehatan, 2008). Perawat professional khususnya perawat spesialis anak mempunyai tanggung jawab untuk memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kepada setiap anak. Salah satu peran perawat anak sebagai care provider (pemberi perawatan utama) yaitu perawat anak memberikan perawatan langsung kepada anak dan keluarganya pada waktu sakit, luka dan penyembuhan. Peran perawatan anak pada bayi prematur adalah memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan upaya mempertahankan dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Hockenberry & Wilson, 2007; Potter & Perry, 2005). Intervensi pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan toleransi pada setiap bayi. Intervensi ini difokuskan pada stimulasi pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Intervensi perawatan standar bayi prematur yang sering digunakan adalah menyimpan bayi ke dalam inkubator, memberikan susu sesuai kebutuhan bayi, memegang bayi seminimal mungkin dan membiarkan tumbuh kembang bayi berkembang dengan sendirinya (Berk, 2001; Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Wilkinson,2000). Intervensi keperawatan bayi prematur untuk mencegah komplikasi dan merangsang pertumbuhan serta perkembangan bayi adalah dengan memberikan terapi komplementer. Terapi komplementer merupakan suatu pendekatan perawatan yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan terapi medik secara konvensional. Terapi komplementer yang sering digunakan pada bayi prematur adalah terapi pijat dan terapi musik. Manfaat terapi komplementer pada bayi prematur ini telah dibuktikan dalam beberapa Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 6 penelitian yang telah dilaksanakan (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Delaune & Ladner, 2002; Snyder & Lindquist, 2002). Banyak studi yang menunjukkan manfaat jangka pendek mempercepat kenaikan berat musik yaitu badan, meningkatkan pola tidur, dan kewaspadaan yang lebih besar pada minggu-minggu setelah dilahirkan. Salah satu penelitian terapi musik dilakukan oleh penelitian Caine (1991) yang mengidentifikasi efek musik terhadap tingkah laku stress, berat badan, kalori, pemasukan formula, dan lama hari rawat. Studi dilakukan pada 52 bayi prematur dan BBLR di neonatal intensive care unit (NICU). Musik diberikan selama 60 menit. Penelitian ini menemukan bahwa musik bermanfaat untuk mengurangi kehilangan berat badan, meningkatkan berat badan harian, meningkatkan pemasukan formula dan kalori, menurunkan lama hari rawat, menurunkan perilaku stress pada bayi. Penelitian lain dilakukan oleh Vogtmann (2002) yang mengkaji tentang efek terapi musik pada bayi prematur. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek positif pemberian terapi musik dihubungkan dengan keadaan fisiologis dan tingkah laku bayi. Penelitian ini menggunakan musik dari Vogtmann yaitu the breath of a new life. Musik ini ditempatkan di dalam inkubator dengan alat stereo khusus selama 43 menit. Hasil penelitian ini mengidentifikasi beberapa efek positif musik yaitu meningkatkan saturasi oksigen dalam darah, mengurangi penurunan saturasi (jumlah, kedalaman, dan durasi per menit), menurunkan basal heart frequency per menit, meningkatkan suhu pusat dan perifer. Terapi musik pada bayi prematur telah banyak digunakan di beberapa negara, namun di Indonesia terapi ini belum digunakan secara luas di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat perinatologi Rumah Sakit di Makassar diketahui bahwa penggunaan terapi musik untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur belum dilakukan. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 7 Uraian di atas memperlihatkan bahwa terapi musik memiliki efek yang positif bagi bayi prematur. Namun, di Indonesia penggunaan terapi musik untuk meningkatkan berat badan dan suhu badan bayi belum digunakan secara luas. Selain itu di Indonesia belum banyak penelitian tentang pengaruh terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu badan bayi prematur sehingga publikasi dan aplikasinya belum berkembang luas di Indonesia. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peneliti ingin meneliti tentang efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi prematur di beberapa rumah sakit di Makassar. 1.2 Rumusan Masalah Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur berisiko untuk mengalami gangguan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan adalah memberikan terapi komplementer seperti terapi musik. Dari beberapa penelitian, terapi ini banyak memberikan banyak manfaat pada bayi prematur. Namun, intervensi perawatan standar bayi prematur yang sering digunakan adalah menyimpan bayi ke dalam inkubator, memberikan susu sesuai kebutuhan bayi, memegang bayi seminimal mungkin dan membiarkan tumbuh kembang bayi berkembang dengan sendirinya Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti tentang efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi prematur. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan agar diketahuinya efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan peningkatan suhu bayi prematur di beberapa rumah sakit di Makassar, Sulawesi Selatan. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 8 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi: 1. Gambaran peningkatan berat badan harian kelompok intervensi dan kontrol. 2. Gambaran peningkatan suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan terapi musik. 3. Gambaran variabel confounding (jenis makanan, usia, jenis kelamin, dan APGAR menit 1, APGAR menit 5). 4. Perbedaan peningkatan berat badan harian dan total bayi sebelum dan setelah diberikan terapi musik pada kelompok intervensi. 5. Perbedaan peningkatan berat badan harian dan total bayi sebelum dan setelah dikontrol 4 hari pada kelompok kontrol. 6. Perbedaan peningkatan suhu tubuh harian bayi sebelum dan setelah diberikan terapi musik pada kelompok intervensi. 7. Perbedaan peningkatan suhu tubuh harian bayi sebelum dan setelah dikontrol 4 hari pada kelompok kontrol. 8. Perbedaan peningkatan berat badan harian dan total bayi sebelum dan setelah terapi musik antara kelompok kontrol dan intervensi 9. Perbedaan peningkatan suhu tubuh bayi harian antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 10. Perbedaan peningkatan suhu tubuh bayi setelah diberikan terapi musik pada kelompok intervensi dan kontrol setelah dikontrol oleh variabel confounding (APGAR menit 1, APGAR menit 5, jenis kelamin, usia, jenis makanan). 11. Perbedaan peningkatan berat badan bayi setelah diberikan terapi musik pada kelompok intervensi dan kontrol setelah dikontrol oleh variabel confounding (APGAR menit 1, APGAR menit 5, jenis kelamin, usia, jenis makanan). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 9 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Pelayanan 1. Hasil penelitian ini memberikan bermanfaat bagi perawat anak dalam melakukan intervensi mandiri pada perawatan bayi prematur 2. Penelitian ini memberikan sumbangan dalam menyusun rencana keperawatan mandiri perawat spesialis anak sehingga intervensi keperawatan diberikan berdasarkan pembuktian ilmiah. 3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menyusun kebijakan ataupun standar perawatan di ruangan perinatologi. 1.4.2 Manfaat Bagi Pendidikan 1. Hasil penelitian menambah pengetahuan dalam praktik keperawatan tentang perangsangan pertumbuhan dan perkembangan dengan terapi musik untuk meningkatkan berat badan dan kestabilan suhu bayi prematur. 2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai landasan mewujudkan evidence based practice dalam penanganan bayi prematur dengan terapi komplementer. 1.4.3 Manfaat Bagi Penelitian 1. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi bayi prematur, dengan pemberian terapi musik dalam menangani masalah berat badan yang rendah dan ketidakstabilan suhu tubuh. 2. Penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan peneliti tentang terapi komplementer bagi bayi prematur. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan telaah literatur yang terkait dengan variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini. Tinjauan pustaka disusun dengan cara melakukan sintesis berbagai macam literatur yang terkait. Tinjauan pustaka pada penelitian ini terdiri atas: konsep bayi prematur, pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur, stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur, stimulasi musik pada bayi prematur, peran perawat dalam terapi komplementer, dan kerangka teori. 2.1 Konsep Bayi Prematur 2.1.1 Definisi Dan Insiden Kelahiran bayi prematur masih menjadi masalah kesehatan bayi di Indonesia maupun di beberapa negara, karena bayi prematur menyumbang 60% penyebab kematian neonatus yang terjadi. Masalah yang terjadi ini terkait dengan kelahiran bayi prematur yang terjadi sebelum usia gestasi 37 minggu dan biasanya diikuti dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir. Kelahiran bayi yang kurang dari 37 minggu dan berat badan kurang dari 2500 gram mengakibatkan hampir semua bayi prematur membutuhkan perawatan khusus dan merupakan neonatus yang paling banyak dirawat di neonatal intensive care unit (NICU) (Hockenberry & Wilson, 2007; Johnston, Flood & Spinks, 2003; Pilliteri, 2003). Insiden kelahiran bayi prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR) bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Variasi ini tergantung pada kelompok etnik dan berkontribusi secara signifikan terhadap perbedaan angka kematian di setiap negara. Data World Health Organization WHO (2009) menunjukkan bahwa kelahiran prematur di dunia mencapai 12.870.000 bayi/tahun yaitu sekitar 9,6% dari seluruh kelahiran (Johnston, Flood & Spinks, 2003; Plains, 2009). 10 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 11 Insiden kelahiran bayi prematur bervariasi pada setiap benua. Tingkat kelahiran prematur tertinggi terjadi dinegara Afrika mencapai 4.047.000 bayi/tahun yaitu sekitar 11,9% dari seluruh kelahiran. Prevalensi ini diikuti oleh Amerika Utara (US dan Kanada) mencapai 480.000 bayi/tahun (10,6%), Asia mencapai 6.907.000 bayi/tahun, Amerika latin sekitar 933.000 bayi/tahun (8,1%), Australia sekitar 20.000 bayi/tahun (6,4%), dan paling rendah terjadi di Eropa sekitar 466.000 bayi/tahun (6,2%). Prevalensi bayi prematur di Indonesia sendiri masih tergolong tinggi yaitu berkisar 7 – 14%, bahkan dibeberapa kabupaten mencapai 16% (Plains, 2009; Riset Kesehatan Dasar, 2007). 2.1.2 Penyebab Kelahiran Bayi Prematur Banyak aspek tentang neonatus risiko tinggi dihubungkan dengan prematuritas. Penyebab aktual prematuritas belum diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa faktor predisposisi telah diketahui. Faktor predisposisi ini banyak berperan dalam berat badan lahir yang rendah karena gangguan pertumbuhan intrauterin. Diantara penyebab itu adalah status sosial ekonomi rendah, pre-eklamsia, infeksi, merokok dan minum alkohol selama kehamilan, perdarahan antepartum, abnormalitas perkembangan fetal, primipara, dan umur ibu kurang dari 18 tahun (Gorrie, Mckinney & Murray, 1998; Johnston, Flood & Spinks, 2003; Merenstein & Gardner, 2002). 2.1.3 Karakteristik Bayi Prematur Bayi prematur mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Hockenberry dan Wilson (2007) mengemukakan karakteristik bayi prematur disesuaikan sesuai dengan variasi stadium perkembangannya. Identifikasi karakteristik ini tergantung pada usia gestasi dan kemampuan fisiologiknya. Namun, semua bayi memiliki beberapa karakteristik yang sama. Penampakan keadaan fisik bayi berubah sesuai dengan perkembangan bayi menuju Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 12 kematuritasannya (Gorrie, Mckinney & Murray, 1998; Johnston, Flood & Spinks, 2003). Karakteristik bayi prematur dapat dilihat dari penampakan fisiknya. Bayi prematur kelihatan sangat kecil dan tampak sangat kurus karena tidak punya atau hanya memiliki deposit lemak subkutaneus yang sedikit. Kulitnya tampak berwarna pink (transparan, tergantung pada derajat immaturitas), lembut, dan berkilau dengan pembuluh darah kecil yang jelas terlihat di bawah epidermis. Lanugo menutupi seluruh badannya (tergantung pada usia gestasi), namun jarang dan kurang jelas pada kepala. Tulang rawan telinga masih lembut dan menempel, dan telapak tangan serta kaki masih memiliki sedikit lipatan (Bowden,1998; Johnston, Flood & Spinks, 2003; Hockenberry & Wilson, 2007). Karakteristik bayi prematur berkembang sesuai dengan usia gestasi. Nodul papilla pada putting payudara belum berkembang sebelum usia 34 minggu, sekitar 1 – 2 mm pada 34 hingga 36 minggu, sekitar 4 mm pada 36-38 minggu, dan sekitar 8 mm pada bayi cukup bulan. Tulang tengkorak kepala dan tulang rusuk masih lembut. Mata bayi prematur yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu masih menutup. Bayi laki-laki memiliki sedikit rugae skrotal dan testis belum turun; sedangkan pada bayi perempuan labia minora dan klitoris menonjol (Bowden,1998; Hockenberry & Wilson, 2007; Johnston, Flood & Spinks, 2003). Bayi prematur memiliki keadaan fisiologis organ-organ yang belum matur. Fisiologi immaturitas menyeimbangkan suhu bayi tubuh, prematur yaitu mempunyai belum mampu kemampuan terbatas mengeluarkan zat-zat melalui urin dan risiko tinggi untuk mengalami infeksi. Bayi prematur memiliki jaringan paru-paru yang immatur dan immaturitas pusat regulasi yang ditunjukkan dengan pernapasan yang Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 13 periodik, hipoventilasi, dan adanya periode apnea (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Hockenberry & Wilson, 2007). Bayi prematur juga berisiko untuk mengalami perubahan biokimia misalnya terjadi hiperbilirubin dan hipoglikemi, dan memiliki kadar cairan ekstraseluler yang lebih tinggi sehingga berisiko untuk terjadi gangguan cairan dan elektrolit. Gerakan fleksi dan aktivitas lanjutan bayi prematur berbeda dengan bayi cukup bulan, pada bayi prematur gerakan ini masih tidak aktif ataupun lemah. Keseimbangan ekstremitas masih selalu pada posisi ekstensi dan posisi lainnya sesuai di mana bayi ini ditempatkan (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Hockenberry & Wilson, 2007). 2.1.4 Pemeriksaan Ballard Score Penilaian Ballard digunakan untuk mengukur usia bayi. Pemeriksaan ini idealnya dilakukan segera setelah lahir yaitu dalam 2-8 jam setelah lahir. Pemeriksaan ini terdiri dari kematangan neuromuskular dan maturitas fisik (Hockenberry & Wilson, 2007; Gomella et al, 1999; Johnston, Flood & Spinks, 2003) Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 14 Sumber: Gomella et al, 1999; Johnston, Flood & Spinks, 2003 2.1.5 Perubahan Fisiologis Bayi Prematur Bayi prematur memiliki banyak masalah yang dihubungkan dengan tingkat maturasi sistem organnya. Tingkat immaturitas tergantung pada usia gestasi. Immaturitas dapat dilihat dengan jelas melalui perbedaan aktivitas fisik dan respon neurologi bayi. Pada periode masa gestasi yang pendek maka bayi akan menunjukkan aktivitas muskular yang lemah. Bayi prematur mempunyai tugas untuk menyesuaikan diri secara kompleks yaitu beradaptasi dari kehidupan intrauterin berubah menjadi ekstrauterin sama seperti bayi cukup bulan (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Johnston, Flood & Spinks, 2003; Olds, London & Ladewig, 2000). Bayi Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 15 prematur harus beradaptasi pada perubahan-perubahan fisiologi sebagai berikut: 2.1.5.1 Perubahan fisiologis respirasi Bayi prematur berisiko mengalami masalah respirasi. Masalah yang terjadi disebabkan karena paru-paru belum sepenuhnya matang dan belum siap untuk proses pertukaran oksigen dan karbondioksida sebelum usia gestasi 37 atau 38 minggu. Jalan napas hidung masih terbatas dan mudah mengalami obtruksi. Dinding toraks masih lembut, sehingga nampak retraksi hanya dengan tekanan negatif selama inspirasi. Jalur respirasi juga terbatas sehingga memberikan resistensi yang lebih besar pada aliran udara. Pernapasan bayi irregular dan menggunakan diafragma dibandingkan dada. Refleks batuk juga masih lemah (Johnston, Flood & Spinks, 2003; Olds, London & Ladewig, 2000). Bayi prematur memiliki pertukaran gas yang tidak efisien. Hal ini disebabkan karena alveoli yang dilapisi oleh epitel kuboidal berbeda dengan sel yang ada pada paru-paru yang matur dan dikelilingi oleh sedikit kapiler, di mana kapiler ini akan mulai bertambah secara signifikan pada usia kehamilan setelah 28 minggu. Produksi surfaktan pulmonar oleh sel alveolar masih minimal sehingga menyebabkan kolapsnya alveoli secara progresif. Mekanisme yang mengatur kedalaman dan irama pernapasan melalui stimulasi pusat respirasi pada otak, belum sepenuhnya berkembang dan bayi dapat mengalami periode apnea (Johnston, Flood & Spinks, 2003; Olds, London & Ladewig, 2000). 2.1.5.2 Perubahan kardiovaskular Bayi prematur memiliki adaptasi sirkulasi yang lebih lambat dan kurang sempurna dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Bayi prematur memiliki tonus arteriol pulmonar yang tinggi, berkurang lebih lambat, dan labil. Tekanan darah pulmonar tinggi dan bervariasi, berbeda dengan tekanan darah sistemik yang relatif rendah. Duktus arteriosus tidak tertutup rapat Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 16 dan kemungkinan terbuka lagi, ketika terjadi pertemuan darah antara sirkulasi sistemik dan pulmonar. Ketidakstabilan ini menyebabkan terjadinya variasi yang signifikan saturasi oksigen pada sirkulasi perifer (Johnston, Flood & Spinks, 2003; Olds, London & Ladewig, 2000). 2.1.5.3 Perubahan termoregulasi Bayi prematur rentan terhadap ketidakstabilan suhu. Pusat regulasi suhu mulai matur saat usia gestasi 28 minggu, sedangkan lemak subkutan dan cadangan lemak serta kulit mulai matur pada usia gestasi 32 – 34 minggu. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan suhu adalah; kehilangan panas yang sangat besar akibat luas permukaan tubuh terhadap berat badan, lemak subkutan yang minimal, cadangan lemak coklat (sumber internal untuk menghasilkan panas, terdapat pada bayi cukup bulan normal) terbatas, kontrol refleks pada kapiler kulit tidak ada atau lemah (respon mengigil), aktivitas massa otot (sehingga bayi prematur tidak dapat menghasilkan panasnya sendiri), kapiler-kapiler mudah rusak, dan pengaturan suhu di otak tidak matur (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Gorrie, Mckinney & Murray, 1998; Johnston, Flood & Spinks, 2003; Merenstein & Gardner, 2002). 2.1.5.4 Perubahan fisiologis gastrointestinal Mekanisme mengisap dan menelan belum berkembang dengan baik pada bayi prematur. Mekanisme ini hanya dapat dikoordinasi oleh bayi, untuk memulai menyusu pada payudara sekitar 32-34 minggu gestasi dan menjadi sangat efektif pada usia gestasi 36-37 minggu. Kemampuan untuk mencerna makanan telah matur lebih awal dan hanya bayi yang berusia kurang dari 25 minggu gestasi yang memiliki enzim digestif yang tidak mencukupi (Johnston, Flood & Spinks, 2003; Merenstein & Gardner, 2002). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 17 2.1.5.5 Perubahan fisiologis renal Bayi prematur memiliki sistem ginjal yang belum matur. Immaturitas ini menyebabkan kemampuan bayi prematur dalam mengsekresi zat-zat metabolit dan obat-obatan secara adekuat. Bayi prematur juga memiliki keterbatasan kemampuan untuk mengkonsentrasikan urin. Masalah lain yang ditimbulkan dari immaturitas ginjal adalah ketidakmampuan bayi dalam Mempertahankan keseimbangan asam basa, cairan, dan elektrolit (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Johnston, Flood & Spinks, 2003). 2.1.5.6 Perubahan fisiologis hepatik dan hematologi Kelahiran prematur ini menyebabkan immaturitas hepar. Immaturitas hepar pada bayi prematur dapat menyebabkan beberapa masalah pada bayi yaitu (Olds, London & Ladewig, 2000; Johnston, Flood & Spinks, 2003): 1) Glikogen dikumpulkan di hati dan kemudian secara cepat digunakan untuk membentuk energi. Kemampuan bayi prematur mengumpulkan glikogen menurun pada saat lahir. Bayi prematur memiliki persediaan glikogen yang terbatas, sementara bayi lebih sering mengalami stress. Masalah ini mengakibatkan bayi prematur berisiko mengalami hipoglikemi dan komplikasinya. 2) Bayi prematur mengalami gangguan konjugasi bilirubin dihati. Tingkat bilirubin meningkat dengan cepat dan lebih tinggi dibandingkan bayi cukup bulan. Pengkajian dini jaundice dengan tingkat bilirubin nontoksik sulit dilakukan karena lemak subkutannya yang tipis. 3) Zat besi juga terkumpul ke hati, khususnya pada trimester ketiga. Bayi prematur yang baru lahir memiliki persediaan zat besi yang rendah. Jika bayi mengalami perdarahan, pertumbuhan cepat, dan pengambilan sampel darah, maka bayi prematur lebih sering menjadi kekurangan zat besi lebih cepat dibandingkan bayi cukup bulan. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 18 2.1.5.7 Perubahan fisiologis immunologi Bayi prematur memiliki risiko terkena infeksi lebih besar dibandingkan bayi cukup bulan. Peningkatan kepekaan ini sebagian dihubungkan dengan belum berkembangnya sistem imun selular, tapi mungkin juga dihasilkan dari infeksi dalam uterus yang merupakan faktor presipitasi kelahiran prematur. Bayi prematur memiliki immaturitas yang spesifik dan nonspesifik. Di dalam uterus, bayi menerima immunitas pasif untuk menjaganya dari infeksi dengan immunologi IgC maternal. IgC ini diperoleh melalui plasenta. Namun, immunitas ini banyak diberikan pada trimester terakhir, maka bayi yang lahir prematur memiliki antibodi yang sedikit pada saat lahir. Hal inilah yang menyebabkan bayi memiliki perlindungan yang rendah dan immunoglobinnya lebih cepat habis dibandingkan bayi cukup bulan. Hal inilah yang memberikan kontribusi terhadap kejadian infeksi bakteri pada tahun pertama kehidupannya (Gorrie, Mckinney & Murray, 1998; Olds, London & Ladewig, 2000). 2.1.5.8 Perubahan neurologis Otak terbentuk selama 6 minggu pertama gestasi. Pada bulan kedua dan keempat gestasi, otak telah memiliki komplemen total proliferasi neuron; kemudian neuron bermigrasi ke tempat-tempat yang lebih spesifik pada sistem saraf pusat dan mengatur jalur impuls saraf. Langkah terakhir dari perkembangan neurologis adalah terbentuknya mielin yang dimulai pada trimester kedua dan berlanjut setelah dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan otak yang cepat dimulai pada trimester tiga dan berakhir pada saat bayi lahir. Kelainan perkembangan neurologis pada bayi prematur disebabkan oleh intraventicular hemorrhage (IVH) dan intracranial hemorrhage (ICH) (Olds, London & Ladewig, 2000). 2.1.5.9 Perubahan status periode reaktivitas dan tingkah laku Respon bayi baru lahir pada kehidupan ekstrauterin dikarakteristikkan menjadi dua periode reaktivitas yang terdiri dari reaktivitas pertama dan Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 19 reaktivitas kedua. Kedua periode ini dipisahkan oleh periode inaktivitas untuk fase tidur yaitu (Olds, London & Ladewig, 2000; Pilliteri, 2003): 1) Periode reaktivitas pertama; terjadi sekitar 30 menit setelah bayi lahir. Selama periode ini, bayi bangun dan aktif dan mungkin merasakan lapar dan mempunyai refleks isap yang kuat. Pada periode ini respirasi cepat dan mungkin ada retraksi dada, denyut jantung cepat dan irregular, dan bising usus juga telah ada. 2) Periode inaktivitas untuk fase tidur; setelah setengah hingga 1 jam bayi aktif kemudian dimulai fase tidur. Fase tidur terjadi sekitar beberapa menit hingga 2 sampai 4 jam. Selama periode ini bayi sulit terbangun. 3) Periode reaktivitas kedua; pada periode ini bayi bangun dan waspada. Respon fisiologis yang dapat diamatai adalah peningkatan denyut jantung dan pernapasan. Perawat harus waspada terhadap periode apnea pada periode ini. Periode reaktivitas pada bayi prematur tertunda. Pada bayi yang sangat sakit, periode ini secara keseluruhan tidak dapat di observasi karena bayi kemungkinan hipotonik dan tidak reaktif selama beberapa hari setelah lahir. Secara neurologis, respon bayi prematur (sucking, tonus otot, states arousal) lebih lemah dibandingkan bayi cukup bulan (Olds, London & Ladewig, 2000). 2.1.6 Komplikasi pada Bayi Prematur Bayi prematur sering mengalami masalah yang berhubungan dengan komplikasi. Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas yang diberikan intervensi klinik adalah Anemia of prematurity, Kernicterus, respiratory distress syndrome (RDS), retinopaty of prematurity (ROP), patent duktus arteriosus(PDA), intraventicular hemorthage (IVH), necrotizing Enterocolitis (NEC), dan apnea. Masalah jangka panjang meliputi bronchopulmonary Dysplasia (BPD), pulmonary interstitial emphysema (PIE), dan posthemorrhagic hydrocephalus, defek bicara, Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 20 defek neurologi, dan defek audiotori (Behrman & Butler, 2007; Gorrie, Mckinney & Murray, 2005; Olds, London & Ladewig, 2000; Pilliteri, 2003;). 2.1.6.1 Anemia of prematurity Banyak sel darah bayi prematur berkembang normokromik sehingga mengalami anemia normositik. Sel darah merah mungkin mengalami fragmentasi atau bentuknya tidak biasa. Jumlah retikulosit rendah karena sumsum tulang tidak meningkatkan produksinya sebelum usia gestasi 32 minggu. Bayi akan nampak pucat, kemungkinan letargi dan anoretik, dan biasanya gagal untuk tumbuh. Hal ini di pengaruhi oleh immaturitas sistem hematopoetik ditambah dengan adanya destruksi sel darah merah yang dapat menurunkan level vitamin E, yang normalnya bertugas untuk melindungi sel darah merah untuk mengalami oksidasi. Produksi sel darah merah dapat distimulasi dengan pemberian DNA recombinant erythropoietin dan mungkin juga memerlukan transfusi darah (Pilliteri, 2003). 2.1.6.2 Kernicterus Kernicterus terjadi akibat invasi billirubin indirek. Invasi ini mengakibatkan destruksi otak. Invasi ini merupakan efek dari tingginya konsentrasi bilirubin indirek dalam darah akibat penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Bayi prematur juga memiliki serum albumin yang rendah, serum ini digunakan untuk mengikat bilirubin indirek (Olds, London & Ladewig, 2000; Pilliteri, 2003). 2.1.6.3 Respiratory distress syndrome (RDS) Bayi prematur memiliki perkembangan paru yang masih immatur. Immaturitas ini menyebabkan ganggauan paru. Gangguan paru ini dinamakan RDS, yang juga disebut sebagai hyaline membrane desease (HMD). RDS terjadi jika paru-paru bayi kekurangan surfaktan yang digunakan untuk respirasi. Surfaktan merupakan lipoprotein yang berada Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 21 di permukaan paru-paru yang membantu paru-paru untuk ekspansi dan kontraksi dengan mudah selama respirasi melalui modifikasi tekanan permukaan paru. Surfaktan juga mencegah alveoli untuk kolaps (Behrman & Butler, 2007; Gorrie, Mckinney & Murray, 2005). 2.1.6.4 Retinopaty of prematurity (ROP) ROP merupakan proses penyakit pada pembuluh darah retina di mata. ROP terjadi pada neonatus terutama bayi prematur yang menerima oksigen dalam konsentrasi tinggi pada minggu-minggu atau bulan awal kehidupannya. Retina mata belum sepenuhnya berkembang pada usia gestasi 28 minggu. Pada usia gestasi 32 minggu, pembuluh darah di area temporal perifer pada retina masih immatur. Area temporal perifer pada pembuluh darah retina menjadi sangat peka dan berbahaya jika diberikan oksigen dalam konsentrasi tinggi. Oksigen yang tinggi menyebabkan arteriol pada retina menjadi konstriksi dan terbatas. Konstriksi ini menurunkan aliran volume darah ke retina mata. Jika konstriksi tidak teratasi maka pembuluh darah retina secara permanen dapat rusak (Behrman & Butler, 2007). 2.1.6.5 Bronchopulmonary Dysplasia (BPD) Komplikasi yang terjadi pada bayi prematur dapat disebabkan oleh perawatan yang diberikan misalnya ventilator. BPD merupakan kondisi kronik yang terjadi sekitar 30% dari bayi yang mendapatkan perawatan dengan ventilasi mekanik. Akan tetapi, BPD dapat terjadi pada bayi yang tidak menggunakan ventilator. BPD terjadi karena kombinasi beberapa faktor, termasuk oksigen, tekanan yang tinggi pada ventilasi pulmonar, inflamasi, infeksi, dan faktor nutrisi, yang mana berbahaya bagi alveoli dan traktus respiratory (Gorrie, Mckinney & Murray, 2005). 2.1.6.6 Defek bicara Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 22 Efek jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah defek bicara. Defek bicara yang paling sering di observasi meliputi keterlambatan perkembangan pada kemampuan menerima dan mengekspresikan. Defek bicara ini sering terjadi pada anak usia sekolah (Olds, London & Ladewig, 2000). 2.1.6.7 Defek neurologis Komplikasi jangka panjang lain yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah defek neurologis. Defek neurologi yang paling umum terjadi adalah cerebral palsy, hidrocephalus, seizure disorder, nilai IQ rendah, dan ketidakmampuan belajar. Dukungan keluarga merupakan faktor yang paling penting dalam mempengaruhi penampilan sekolah terhadap ada atau tidaknya sebagian besar defek neurologi (Olds, London & Ladewig, 2000). 2.1.7 Suhu Tubuh Bayi Prematur 2.1.7.1 Fisiologi Suhu tubuh Suhu lingkungan manusia lebih dingin daripada tubuhnya. Manusia memiliki kompensasi tubuh berupa sistem panas secara internal yang berguna untuk menyeimbangkan suhu tubuh. Suhu internal ini merupakan suhu yang berasal dari jaringan tubuh dalam yang selalu konstan yaitu sekitar ± 1°F(±0,6°C) setiap harinya kecuali keadaan demam. Sedangkan, suhu yang berasal dari lingkungan dinamakan suhu kulit. Kenaikan dan penurunan suhu kulit tergantung pada lingkungan. Suhu kulit ini menunjukkan kemampuan kulit untuk melepaskan panas ke lingkungan (Guyton & Hall, 1997; Sherwood, 2004). Mekanisme pengaturan temperatur tubuh ditentukan oleh laju pembentukan panas dan laju kehilangan panas. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar dari laju kehilangan panas maka temperatur tubuh meningkat. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih kecil Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 23 dari laju kehilangan panas maka temperatur akan menurun (Guyton & Hall, 1997). Produksi panas tergantung pada oksidasi dari bahan bakar metabolisme yang berasal dari makanan. Produksi panas juga dihasilkan oleh respirasi sel. Respirasi sel merupakan suatu mekanisme untuk menghasilkan ATP yang berasal dari makanan, di mana juga menghasilkan panas sebagai salah satu produk energi. Produksi panas tubuh dihasilkan pada organ dalam, terutama hati, otak, jantung, dan otot rangka selama kerja (Guyton & Hall, 1997; Scanlon & Sanders, 2007; Stables & Novak, 1999). Laju produksi panas yang disebut juga laju metabolisme tubuh. Faktorfaktor yang menentukan laju tersebut adalah(Guyton & Hall, 1997; Scanlon & Sanders, 2007; Sherwood, 2004; Stables & Novak, 1999): (1) Laju metabolisme barasal dari semua sel tubuh. (2) Laju cadangan metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas otot. Kontraksi otot akan meningkatkan suhu inti hingga (40°C). (3) Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin (dan hormon lain misalnya hormon pertumbuhan dan testosteron) terhadap sel. Hormon tiroksin ini diproduksi oleh glandula tiroid, di mana meningkatkan respirasi sel dan produksi panas. Mekanisme ini merupakan umpan balik dari hipothalamus dan gladula pituitari anterior. Jika laju metabolisme menurun maka glandula tiroid akan mensekresi tiroksin (T4). Toroksin ini akan meningkatkan respirasi sel. (4) Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh efek epinefrin dan norepinefrin (disekresi oleh medula adrenal), dan perangsangan simpatis terhadap sel. Epinefrin akan meningkatkan respirasi sel terutama organ jantung, otot rangka, dan hati. Stimulasi simpatis juga akan meningkatkan aktivitas organ. (5) Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi di dalam sel sendiri (misalnya asupan makanan). Asupan makanan akan meningkatkan laju metabolisme dari traktus digestif. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 24 Panas akan diproduksi oleh digestif sebagai akibat dari pembentukan ATP yang digunakan untuk peristaltik dan sintesis enzim. Panas yang berasal dari produksi panas dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit. Panas ini akan hilang ke udara dan sekitarnya. Dua faktor yang mempengaruhi hilangnya panas adalah: (1) kecepatan konduksi panas dari tempat panas yang dihasilkan di inti tubuh ke kulit; (2) kecepatan penghantaran panas dari kulit ke sekitarnya (Guyton & Hall, 1997). Semua kehilangan panas dan peningkatan panas antara tubuh dan lingkungan eksternal terjadi diantara permukaan tubuh dan sekitarnya. Pengaturan pertukaran panas antara kulit dan lingkungan diatur oleh sistem saraf simpatis. Saraf simpatis akan mempengaruhi tingkat vasokonstriksi arteriol dan anastomosis arteriovenosa yang mensuplai darah ke pleksus venosus kulit. Vasokonstriksi ini dikontrol oleh sistem saraf simpatis dalam memberikan respon terhadap perubahan suhu tubuh inti dan suhu lingkungan. Tubuh menggunakan 4 mekanisme untuk mengatur pertukaran panas antara permukaan tubuh dan lingkungannya, yaitu radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi (Guyton & Hall, 1997; Scanlon & Sanders, 2007; Sherwood, 2004). Hipotalamus berperan dalam regulasi suhu dan bertanggungjawab sebagai termostat tubuh. Hipotalamus berperan penting dalam keseimbangan antara mekanisme kehilangan panas, mekanisme produksi panas, dan mekanisme pertukaran panas. Kerja hipotalamus mengatur mekanisme antara suhu inti dan suhu kulit dibantu oleh reseptor suhu yang sensitif dinamakan termoreseptor. Termoreseptor perifer bertugas untuk memonitor suhu kulit dan mentransfer informasi ke hipotalamus tentang suhu permukaan terdapat dua pusat regulasi suhu yang dimiliki oleh hipotalamus. Region posterior diaktivasi oleh dingin dan kemudian memicu produksi panas dan konservasi panas. Region anterior diaktivasi Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 25 oleh kehangatan, di mana akan memicu kehilangan panas (Guyton & Hall, 1997; Scanlon & Sanders, 2007; Sherwood, 2004). Penjalaran sinyal suhu hampir selalu sejajar. Pada saat memasuki medula spinalis maka sinyal akan menjalar ke traktus lissauer sebanyak beberapa segmen di atas dan bawah. Sinyal ini akan berakhir pada lamina I, II, III radiks dorsalis. Setelah ada satu atau lebih percabangan neuron dalam medula spinalis, maka sinyal akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan dan akan berakhir di (1) area retikular batang otak dan (2) kompleks ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu dari kompleks ventrobasal akan dipancarkan menuju korteks somatosensorik. Pada akhirnya sinyal ini akan berespon pada stimulus dingin atau panas pada daerah kulit yang spesifik (Guyton & Hall, 1997). Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dari suhu lingkungan intaruterin (37,7°C) ke suhu ruangan (21°C hingga 25°C). Panas ditransfer gradien internal dari suhu inti ke permukaan kulit, kemudian ke gradien eksternal dari permukaan tubuh ke lingkungan. Kecepatan kehilangan panas dari gradien internal ini tergantung pada aliran darah kapiler dan lemak subkutaneus yang dimiliki. Sekitar 2 – 7% berat badan bayi baru lahir berasal dari brown adipose tissue (BAT). BAT terdapat di sekitar ginjal, mediastinum, lipatan leher, dan skapula, sepanjang kolumna spinal, dan sekitar pembuluh darah besar di leher. Sel BAT mulai diproliferasi pada usia 26 – 30 minggu gestasi dan berlanjut setelah 4 minggu kelahiran (Merenstein & Gardner, 2002; Stables & Novak, 1999). Adipocytes (sel lemak) BAT dibedakan dari Adipocytes normal oleh besarnya peningkatan proses metabolik dan produksi panas. Sel ini mengandung vacula lemak kecil, beberapa mitokondria, jaringan yang menyuplai kapiler darah (memberikan warna coklat) dan nervus simpatis. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 26 Nervus simpatis akan mengaktivasi glandula adrenal untuk mensekresi katekolamin noreadrenalin ketika stress (norepinefrin) dingin. yang Pengeluaran menstimulasi lokalnya glandula berupa pituitari sehingga mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH). Hal ini akan menyebabkan peningkatan produksi tiroksin (T4). Adrenalin dan tiroksin akan meningkatkan metabolisme lemak coklat dan memproduksi panas (Merenstein & Gardner, 2002; Stables & Novak, 1999). 2.1.7.2 Regulasi Suhu Bayi Prematur Bayi prematur ini rentan terhadap ketidakstabilan suhu. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan suhu adalah; kehilangan panas yang sangat besar akibat luas permukaan tubuh terhadap berat badan, penyekatan lemak subkutan yang minimal, cadangan lemak coklat (sumber internal untuk menghasilkan panas, terdapat pada bayi cukup bulan normal) terbatas, kontrol refleks pada kapiler kulit tidak ada atau lemah (respon mengigil), aktivitas massa otot tidak adekuat (sehingga bayi prematur tidak dapat menghasilkan panasnya sendiri), kapiler-kapiler mudah rusak, dan pengaturan suhu di otak tidak matur (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Johnston, Flood & Spinks, 2003; Merenstein & Gardner, 2002). Rentang normal suhu tubuh neonatus berbeda antara bayi yang cukup bulan dan bayi prematur. Rentang normal suhu tubuh bayi cukup bulan berkisar 36,5ºC - 37ºC; sedangkan bayi prematur berkisar 36,3ºC - 36,9ºC. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar (25ºC) maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi (penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya per sepuluh dari jumlah kehilangan panas di atas, dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2ºC dalam waktu 15 menit. Keadaan ini sangat berbahaya untuk neonatus terlebih bagi bayi prematur dan BBLR, bayi dapat mengalami asfiksia karena tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut dengan Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 27 produksi panas yang dibuat sendiri (Merenstein & Gardner, 2002; Wong et al., 2009). Suhu yang rendah mengakibatkan metabolisme jaringan akan meningkat dan berakibat lebih mudah terjadinya asidosis metabolik berat sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat. Jika oksigen tidak tersedia maka akan terjadi hipoksia pada sel tubuh. Penyimpanan oksigen untuk fungsi essensial tubuh dilakukan dengan cara vasokonstriksi pembuluh darah. Jika proses ini berlangsung lama, maka pembuluh darah pulmonar menjadi terancam dan perfusi pulmonar akan menurun. Tingkat PO2 akan menurun dan PCO2 akan meningkat. Peningkatan PO2 akan menyebabkan terbukanya fetal right-to-left shunt. Produksi surfaktan juga akan menurun, sehingga akan mempengaruhi fungsi paru (Pilliteri, 2003). Suplai glukosa juga akan meningkat akibat peningkatan metabolisme. Bayi akan memenuhi kebutuhan glukosanya melalui proses glikolisis anaerob, di mana zat asam akan masuk ke dalam aliran darah. Bayi akan menjadi asidosis dan dengan asidosis akan memperbesar risiko terjadinya kernikterus (masuknya bilirubin tidak terkonjugasi ke dalam sel otak). Selain itu hipotermi yang terjadi pada neonatus dapat menyebabkan hipoglikemia. Usaha mengurangi kehilangan panas tersebut di atas dapat dapat ditanggulangi dengan mengatur suhu lingkungan, membungkus badan bayi dengan kain hangat, membungkus kepala bayi, disimpan ditempat tidur yang sudah dihangatkan atau dimasukkan sementara ke dalam inkubator (Stables & Novak, 1999) 2.1.8 Berat badan Bayi Prematur 2.1.8.1 Fisiologi Berat Badan Bayi Berat badan merupakan hasil peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak cairan tubuh, dan lain-lain. Bayi-bayi yang lahir dengan berat badan rendah, akan lebih cepat Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 28 bertambah berat badannya, seakan-akan mengejar ketinggalannya. Sedangkan, bayi-bayi yang besar pada waktu lahir, umumnnya sering tumbuh lambat. Pertambahan ini akan sangat dipengaruhi oleh banyaknya makanan dan keaktifan pencernaan, jenis makanan, dan lain-lain (Tim www.AsianBrain.com, 2008). Hipotalamus berperan dalam regulasi asupan makanan, di mana merupakan komponen yang penting dalam keseimbangan energi. Asupan makanan ini dipengaruhi oleh pusat lapar dan pusat kenyang. Inti lateral hipotalamus merupakan pusat lapar atau pusat makan; sedangkan inti ventromedialis hipotalamus berperan dalam pusat kenyang. Hipotalamus lateral bekerja dengan membangkitkan perangsangan motorik terhadap semua aktivitas dan khususnya perangsangan emosional untuk mencari makanan. Sedangkan, pusat kenyang menstimulasi perasaan kepuasan akan makanan (Guyton & Hall, 1997; Sherwood, 2004). Keseimbangan energi diatur oleh dua mekanisme yaitu pemasukan energi dan pengeluaran energi. Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran ini dipengaruhi oleh komponen kimia tubuh yaitu H2O dan garam. Pemasukan energi berasal dari pemasukan makanan. Sel mengambil energi dari makanan kemudian dibentuk ATP. Pengeluaran energi atau pemakaian energi terjadi melalui dua mekanisme yaitu kerja internal dan eksternal. Kerja eksternal merupakan pemakaian energi melalui kontraksi otot rangka. Kerja internal merupakan semua pemakaian energi secara biologi. Jumlah energi yang dikeluarkan selama kerja internal dan kerja eksternal dinamakan laju metabolik (Scanlon & Sanders, 2007; Sherwood, 2004). Daerah otak yang terlibat dalam penginderaan keadaan nutrisi dalam tubuh atau pusat saraf yang merangsang pencarian makanan. Lesi nukleus paraventrikuler meyebabkan makan karbohidrat yang berlebihan. Sebaliknya, lesi pada nukleus dorsomedial hipotalamus menekan makan. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 29 Perangsangan pada batang otak bagian bawah, seperti area posterma, nukleus media kaudal, traktus solitaries, atau saraf vagus akan mempengaruhi derajat makan. Pusat yang lebih tinggi dari hipotalamus juga memainkan peranan penting dalam mengendalikan makan. Pusat ini khususnya mencakup amigdala dan korteks prefrontal, di mana keduanya berdekatan dengan hipotalamus (Guyton & Hall, 1997; Sherwood, 2004). Asupan makanan juga dipengaruhi oleh reseptor mulut. Faktor mulut ini terdiri dari pengunyahan, saliva, penelanan, pengecapan, dan pengukuran jumlah makanan yang masuk dalam mulut. Setelah sejumlah makanan masuk ke dalam mulut maka terjadi penghambatan di pusat makan di hipotalamus. Temperatur tubuh dan asupan makanan juga memiliki hubungan. Bila seseorang terpapar dengan udara dingin, maka akan cenderung untuk makan berlebihan. Sedangkan, jika terpapar udara panas maka akan cenderung makan sedikit. Keadaan ini disebabkan oleh interaksi antara sistem pengatur temperatur dengan sistem pengatur makan dalam hipotalamus (Guyton & Hall, 1997). 2.1.8.2 Berat badan bayi prematur Bayi prematur lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi prematur memiliki berat badan kurang pada saat lahir karena bayi ini mengalami gangguan pertumbuhan intrauterin atau pemendekan usia gestasi. Penyebab umum BBLR adalah intoleransi glukosa selama masa hamil, maternal diabetes militus, nutrisi berlebihan, dan juga hereditas. Selain itu, kelahiran BBLR juga berhubungan dengan kehamilan multijanin, kehamilan kembar yang berbeda, anomali kongenital, infeksi tinggi rubella, dan infeksi intrauterin (Johnston, Flood & Spinks, 2003). Perubahan berat badan yang sangat cepat terjadi pada masa bayi, perubahan ini lebih cepat dibandingkan dengan waktu-waktu lain setelah lahir. Hal ini terjadi baik pada bayi cukup bulan maupun bayi prematur. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 30 Berat badan bayi akan mengalami penurunan secara fisiologis pada tiga hari pertama kehidupannya. Bayi cukup bulan mengalami penurunan sebesar 5% dari berat badan lahirnya; sedangkan bayi prematur mengalami penurunan sebesar 6% -8% dari berat badan lahirnya. Bayi mengalami peningkatan berat badan sebesar 15 – 20 gram/kg/hari pada hari-hari awal kehidupannya. Namun, pada bayi prematur yang sakit yang dirawat di NICU, peningkatan sebesar 15 – 20 gram/kg/hari tidak akan terlihat pada 2 minggu pertama kehidupannya karena komplikasi yang dialami bayi (Berk, 2006; Markum, Ismael, Alatas, Akib, Firmansyah & Sastroasmoro, 2003; Merenstein & Gardner, 2002; Soetjiningsih, 1998). Pola peningkatan berat badan bayi prematur dan bayi cukup bulan berbeda. Bayi prematur mulai mengejar peningkatan berat badannya pada 1 tahun hingga 2 tahun pertama kehidupannya mendekati bayi yang lahir cukup bulan. Sedangkan, pada bayi yang lahir cukup bulan berat badan waktu lahirnya akan kembali pada hari ke-10. Berat badan menjadi 2 kali berat badan lahir saat usia 5 bulan, pada umur 1 tahun berat badan naik menjadi 3 kali lipat berat badan lahir, dan menjadi 4 kali berat badan lahir pada umur 2 tahun. Anak masa prasekolah mengalami kenaikan berat badan rata-rata 2kg/tahun. Pertumbuhan konstan berakhir dan dimulai preadolescent growth spurt dengan rata-rata kenaikan berat badan 3-3,5 kg/tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan adolescent growth spurt. Pengukuran berat badan bayi prematur dihitung sesuai dengan koreksi usianya. Kenaikan berat badan rata-rata bayi prematur dalam satu tahun pertama sama dengan bayi cukup bulan, yaitu 6 – 7 kg (Berk, 2006; Markum dkk, 2003; Soetjiningsih, 1998). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 31 2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Prematur Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur berbeda dengan bayi cukup bulan. Bayi prematur berisiko mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur dikaitkan dengan kecilnya usia kehamilan (<32 minggu) dan kecilnya berat lahir bayi (<1500 gram). Namun, banyak bayi prematur dapat berkembang dalam rentan normal, menjadi anak-anak yang sehat dan dapat mengejar ketinggalan pertumbuhan dan perkembangannya sama dengan bayi yang lahir cukup bulan pada usia 2 tahun pertama kehidupannya (Muennich, 2009; Trachtenbarg & Golemon, 1998). Cooke dan Hughes (2003) melakukan penelitian pada 280 anak yang lahir prematur dan 210 anak yang lahir cukup bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara kohort bayi permatur pada usia 7 tahun dikaitkan dengan pengukuran pertumbuhan, motorik dan kognitif, serta menginvestigasi keterlambatan pertumbuhan pada prestasi sekolah anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat keterlambatan pertumbuhan bayi prematur khususnya kepala, dihubungkan dengan peningkatan level keterlambatan motorik dan kognitif pada usia 7 tahun. Pola pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sangat bergantung kepada interaksi banyak faktor. Faktor penentu kualitas tumbuh kembang anak adalah faktor genetik yang sangat berhubungan erat dengan faktor lingkungan. Faktor lain yang juga mempengaruhi tumbuh kembang adalah faktor prenatal, faktor persalinan, gizi, sosio-ekonomi, emosi, dan lain-lain. Yang termasuk faktor persalinan adalah komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma lahir, dan asfiksia yang menyebabkan kerusakan otak (Rusmil, 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas spontan pada saat lahir dan beberapa saat setelah lahir. Asfiksia neonatorum Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 32 diukur dengan menggunakan nilai APGAR. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Pin, Eldrige & Galea (2008) tentang A review of developmental outcomes of term infants with post-asphyxia neonatal encephalopathy. Penelitian ini melihat adanya pengaruh neonatus yang mengalami postasfiksia encephalopathy merupakan penyebab dari terjadinya disabilitas pada bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 47% bayi mengalami gangguan perkembangan seperti kematian, keterlambatan kognitif, dan keterlambatan sensorik-motorik. Anamnesis pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur harus dibedakan dengan bayi dismatur karena bayi prematur telah terjadi retardasi pertumbuhan intrauterin. Pada bayi prematur, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal, maka harus dipertimbangkan pertumbuhan uterin yang tidak sempat dilalui tersebut. Anmnesis tersebut misalnya; bayi lahir 3 bulan prematur (umur kehamilan 6 bulan), kalau bayi ini dilakukan pemeriksaan 6 bulan setelah lahir, maka dia tidak dapat dibandingkan dengan bayi usia 6 bulan, tetapi harus dengan bayi usia 3 bulan (setelah koreksi 3 bulan masa pertumbuhan intrauterin yang tidak sempat dilaluinya) (Soetjiningsih, 1998). 2.2.1 Pertumbuhan Pertumbuhan anak-anak yang lahir prematur dengan berat badan lahir yang rendah lebih lambat dibandingkan dengan anak yang lahir cukup bulan di awal-awal kehidupannya. Keterlambatan pertumbuhan itu meliputi kepala, berat badan dan panjang badan. Delapan puluh lima persen bayi prematur menyelesaikan pengejaran ketinggalan pertumbuhannya sama dengan anak sebayanya sampai umur 2 tahun. Banyak bayi prematur tidak memiliki masalah dengan pengejaran pertumbuhannya, akan tetapi bayi yang sangat prematur membutuhkan waktu yang lebih lama. Pengejaran pertumbuhan ini dibagi dalam 3 fase kecepatan pertumbuhan yaitu pertumbuhan kepala sejalan dengan perkembangan otaknya, pertumbuhan berat Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 badan, dan terakhir Universitas Indonesia 33 pertambahan panjang badan. Selama 2 tahun pertama kehidupan bayi prematur, pertumbuhan diukur menggunakan koreksi usia prematuritas (Cooke & hughes,2003; Muennich,2009; Trachtenbarg & Golemon,1998). Grafik pertumbuhan untuk bayi prematur telah tersedia dan dibuat secara khusus untuk tujuan ini (lampiran 8). Grafik pertumbuhan neonatus spesial juga tersedia untuk bayi sakit atau kecil untuk usia gestasi. Setelah bayi mencapai usia 2 tahun, grafik yang digunakan adalah grafik pertumbuhan standar untuk usia kronologis. Pengukuran antropometri anak yang lahir prematur, koreksi umur tidak diperlukan pada pengukuran lingkar kepala mulai umur 18 bulan, berat badan mulai umur 24 bulan, dan tinggi badan mulai umur 3,5 tahun, karena mulai umur ini tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur yang dikoreksi dengan yang tanpa koreksi (Muennich,2009; Trachtenbarg & Golemon,1998). 2.2.2 Perkembangan Meskipun pada waktu lahir, bayi prematur memperlihatkan penampilan yang lebih hidup dan aktif namun dalam kurun waktu yang lebih lanjut 1 tahun, ia akan tetap tertinggal dari tingkat perkembangannya oleh bayi cukup bulan. Kesenjangan ini akan menghilang dalam kurun waktu 2 tahun, bila tidak ada pengaruh negatif lainnya. Kelainan perkembangan lebih banyak ditemukan pada bayi prematur daripada cukup bulan, yang biasanya meliputi kelainan fungsi intelektual atau motorik (Markum, Ismael, Alatas, Akib, Firmansyah & Sastroasmoro, 2003). Perkembangan anak yang lahir prematur lebih lambat dibandingkan dengan anak yang cukup bulan. Perhatian spesial diberikan pada perkembangan refleks bayi, tonus otot, keterampilan motorik, tingkah laku, respon sensorik, dan perkembangan bicara. Banyak bayi prematur dapat mengejar perkembangannya sama dengan kelompok usianya selama 2 tahun pertama kehidupannya, namun ada beberapa yang membutuhkan Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 34 waktu lebih lama terutama bayi yang lahir > 2 bulan prematur (Muennich,2009; Trachtenbarg & Golemon,1998). Perkembangan pada bayi diukur dengan menggunakan Denver Prescreening Developmental Questionnaire, the Denver Developmental Screening Test dan the Gesell Screening Inventory yang merupakan semua tes perkembangan yang disetujui. Penggunaan tes perkembangan yang distandarisasi lebih penting dibandingkan dengan pemilihan tes itu. Perkembangan bayi prematur pada satu dua tahun pertama kehidupannya juga diukur menggunakan koreksi usia (Muennich,2009; Trachtenbarg & Golemon,1998). 2.3 Stimulasi Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Prematur Bayi prematur belum siap menghadapi transisi ke kehidupan ekstrauterin, ditambah lagi dengan stress yang bayi hadapi di lingkungan unit perawatan neonatus. Asuhan keperawatan bayi prematur harus memperhatikan upaya mempertahankan dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal. Pemisahan dengan orang tua yang lama dan dan lingkungan neonatal intensive care unit (NICU) mengharuskan adanya program stimulasi sensori secara individual untuk bayi. Perawat memegang peranan penting dalam membedakan stimulasi sesuai dengan tipe dan jumlah dari stimulasi visual, taktil, dan audio (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Olds, London & Ladewig, 2000). Intervensi perkembangan disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan toleransi pada setiap bayi. Selama stadium awal perkembangan (terutama sebelum usia gestasi 33 minggu), rangsangan yang berlebihan akan menghasilkan aktivitas tidak terkendali, tidak terkoordinasi; seperti ekstensi, ekstensi kejut tungkai, hiperfleksi, dan tanda vital yang tidak teratur. Pada tahap ini bayi harus mendapatkan rangsangan lingkungan yang minimal (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 35 Bayi prematur ditangani dengan gerakan perlahan, terkontrol karena beberapa bayi menjadi tidak stabil bila dipindahkan dengan kasar. Upaya pemuasan bayi prematur meliputi menggendong dengan gulungan selimut atau guling. Alas tidur yang dibuat dengan menempatkan gulungan selimut di bawah alas tidur dapat membantu bayi mempertahankan kecenderungan fleksi saat tengkurap atau berbaring pada salah satu sisi. Meskipun harus disesuaikan secara individual, kontak kulit dan pijat lembut yang singkat dapat membantu mengurangi stress (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Perawatan standar bayi prematur yang sering digunakan adalah menyimpan bayi ke dalam inkubator, memegang bayi seminimal mungkin, dan membiarkan tumbuh kembang bayi berkembang dengan sendirinya. Perawatan seperti ini, sekarang dianggap sebagai perawatan bayi prematur yang belum optimal karena belum memberikan optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, perawatan bayi prematur sekarang lebih difokuskan dengan optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dilakukan dengan perawatan model kangguru (PMK), terapi pijat, ataupun terapi musik (Roesli, 2008). 2.4 Stimulasi Terapi Musik Pada Bayi prematur 2.4.1 Definisi dan Elemen Musik Musik didefinisikan sebagai ilmu atau seni yang menggunakan rangkaian nada atau suara. Suatu kesatuan atau kesinambungan komposisi diproduksi oleh kombinasi nada, dan suara, dan hubungan sementara. Musik dibentuk oleh beberapa hal yang dinamakan elemen. Ketenangan yang diciptakan melalui musik dapat diperoleh dengan menggunakan elemen ini (Estrella, 2010; Snyder & Lindquist, 2002; Stouffer, Shirk & Pollomano, 2007; Trinity School Nottingham, 2007). Elemen tersebut terdiri dari frekwensi, intensitas, warna nada, interval, dan durasi: Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 36 1. Frekwensi atau pitch merupakan ketinggian atau kerendahan suara yang kita dengar. pitch diproduksi oleh beberapa vibrasi suara. Suara yang dihasilkan oleh pitch ini tergantung pada frekuensi vibrasi dan ukuran dari objek yang bervibrasi. Vibrasi yang cepat cenderung menstimulasi aksi dan vibrasi yang lambat membawa suasana relaksasi (Estrella, 2010; Snyder & Lindquist, 2002). 2. Intensitas diciptakan dari volume yang berasal dari suara. Intensitas ini kemudian dihubungkan dengan amplitudo dari vibrasi. Intensitas ini akan pada akhirnya menghasilkan nada (Snyder & Lindquist, 2002). 3. Warna nada atau timbre merupakan profil harmonis atau kualitas suara yang dihasilkan dari suatu sumber suara. Timbre ini mempunyai interval dari dull - lush, dari dark – bright. Timbre ini mencirikan suara yang satu dengan suara yang lain yang sesuai dengan spectrum suara (Estrella, 2010; Mitchell & Logan, 2006). 4. Interval merupakan jarak antar dua not yang dihubungkan dengan pitch, di mana akan membentuk melodi dan harmoni. Melodi dihasilkan dari bagaimana pitch dirangkai dan interval antara keduanya. Harmoni yang dihasilkan dari pitch yang dibunyikan secara bersama-sama, kemudian digambarkan oleh pendengarnya dengan consonant (menciptakan relaksasi) dan dissonant (membawa ketegangan) (Snyder & Lindquist, 2002). 5. Durasi merupakan panjang dari setiap suara. Durasi beberapa suara panjang dan beberapa lainnya pendek. Durasi yang membentuk ritme dan tempo yang mengacu pada panjangnya bunyi. Ritme merupakan pola atau penempatan suara dalam musik sesuai dengan waktu dan beat. Bunyi yang kontinyu dan berulang dalam ketukan yang lambat, secara bertahap menjadi lebih lambat sehingga menciptakan respon relaksasi (Estrella, 2010; Snyder & Lindquist, 2002; Trinity School Nottingham, 2007). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 37 Intervensi musik yang berdasarkan perspektif keperawatan merupakan penggunaan musik dengan tujuan terapeutik untuk meningkatkan kesehatan klien atau kesejahteraannya. Perawat dapat mengimplementasikan musik untuk merencanakan perawatan pasien (Snyder & Lindquist, 2002). 2.4.2 Mekanisme Dasar Musik Musik dihasilkan dari stimulus yang dikirim dari saraf-saraf serabut saraf asendens ke neuron-neuron reticular activating system (RAS). Stimulus ini kemudian akan ditransmisikan oleh nuklei spesifik dari thalamus melewati area korteks serebral, sistem limbik, dan korpus kolosum serta melalui area-area sistem saraf otonom dan neuroendokrin. Sistem limbik dibentuk oleh cincin yang dihubungkan dengan cigulate gyrus, hippocampus, forniks, badan-badan mamilari, hipotalamus, traktus mamilotalamik, thalamus anterior, dan bulbus olfaktorius. Ketika musik dimainkan maka semua area yang berhubungan dengan sistem limbik akan terstimulasi sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi (Chiu & Kumar, 2003 dalam Darliana, 2008). Musik memiliki efek yang kompleks pada manusia terhadap aspek fisiologis, psikologi, dan spiritual. Respon individu terhadap musik dipengaruhi oleh kepribadian, lingkungan, pendidikan, dan faktor budaya. Musik menimbulkan perubahan pada status gelombang otak dan hormon stress pasien. Terdapat peningkatan frekwensi pada bagian kelompok ritme alfa dan persamaan yang lebih besar (koheren) di antara wilayah yang berbeda pada korteks serebral, yang paling sering terjadi pada lobus frontal. Aktivasi lobus frontal kanan turun sehingga terjadi sekresi hormon kortisol dan hormon stress menurun sampai keduanya berada pada rentang normal (Halim, 2002; Snyder & Lindquist, 2002). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 38 Musik terbukti dapat meningkatkan interleukin-1 (IL-1) pada darah sehingga dapat meningkatkan immunitas. Musik juga dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskular dan respirasi. Musik yang lembut dapat melambatkan pernapasan sehingga terjadi relaksasi, kontrol emosional, dan metabolisme (Halim, 2002). Musik memiliki efek terhadap immunologi dan neuroendokrine. Musik dapat meningkatkan Dehidroepiandrosterone (DHEA) terhadap rasio kortisol, meningkatkan aktivitas sel pembunuh alami, meningkatkan lymphokine- mengaktivasi sel pembunuh alami tanpa gangguan pada plasma interleukin 2 dan interferon-gamma. Glukokortikoid khususnya kortisol merupakan steroid adrenal yang mempunyai efek anti-inflamatori dan efek inhibitor yang kedunya berperan pada respon imun. Namun, tidak semua efek immunologi dari tingkat fisiologis glukokortikoid merupakan inhibitor. Glukokortikoid dapat berperan dalam menyeimbangkan produksi sitokine sel T dari TH1 (IL-2, IFN-γ) toward TH2 (IL-4, IL-10) (Bitmann, et al., 2001). 2.4.3 Efek Terapi Musik Pada Bayi Prematur. Efek musik pada bayi prematur dapat terlihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan. Suatu investigasi yang dilakukan oleh Vogtmann (2002), tentang efek terapi musik pada bayi prematur. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek positif pemberian terapi musik dihubungkan dengan keadaan fisiologisnya dan tingkah laku bayi. Penelitian ini menggunakan musik dari Vogtmann yaitu the breath of a new life. Musik ini ditempatkan di dalam inkubator dengan alat stereo khusus selama 43 menit. Penelitian ini ditujukan untuk bayi prematur yang memiliki berat badan sekitar 1000 gram dan memiliki respirasi yang belum stabil. Hasil penelitian ini mengidentifikasi beberapa efek positif musik yaitu meningkatkan saturasi oksigen dalam darah, menurunkan pernapasan Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 39 (jumlah, kedalaman, dan durasi per menit), menurunkan basal heart frequency per menit, meningkatkan suhu pusat dan perifer. Caine (1991) melakukan penelitian tentang The effects of music on the selected stress behaviors, weight, caloric and formula intake, and length of hospital stay of prematur and low birth weight neonates in a newborn intensive care unit. Penelitian ini dilakukan pada 52 bayi prematur dan BBLR di neonatal intensive care unit (NICU). Bayi tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen terdiri dari 11 bayi laki-laki dan 15 bayi perempuan yang menerima stimulasi musik. Stimulasi musik diberikan selama 60 menit dengan menggunakan tape recorder. Musik yang digunakan pada penelitian ini adalah musik lullaby dan musik anak-anak. Hasil penelitian dari Caine (1991) menunjukkan efek positif terapi musik. Lama hari rawat berkurang pada kelompok terapi musik (t= 2,002; p<.05) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penambahan berat badan setelah kehilangan berat badan secara signifikan lebih rendah pada kelompok intervensi (t=2,322; p<.025) dibandingkan kelompok kontrol. Konsumsi formula dan kalori pada neonatus kelompok intervensi dan kontrol memiliki perbedaan yang tidak begitu signifikan (t=1,687; p<.05). Tingkat stress menurun pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol (t=2,666; p<.005). Standley (2008) melakukan penelitian tentang the effect of contingent music to increase non-nutritive sucking of premature infants. Studi ini mengkaji tentang apakah musik dapat menguatkan non-nutritive sucking (NNS). Penelitian ini dilakukan pada 12 bayi prematur yang lahir pada rata-rata usia gestasi 29,3 minggu dan memiliki rata-rata berat badan 1111,9 gram dan dilakukan juga pada bayi yang lahir pada usia gestasi rata-rata 35,5 minggu dan rata-rata berat badan 1747 gram. Ketika musik Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 40 dinyalakan maka diukur juga frekwensi aktivitas mengisap bayi. Hasil penelitian pada periode ABAB (hening 1, musik 1, hening 2, musik 2) secara berturut-turut memiliki rata-rata mean (3.00; 7.28; 5.42; dan 7.60 per menit). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah mengisap selama periode musik kontingen meningkat 2,43 kali dibandingkan periode hening sehingga dapat disimpulkan bahwa musik sangat berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan NNS pada bayi prematur. Lubetzky, et al. (2009) melakukan penelitian tentang effect of music by Mozart on energi expenditure in growing preterm infants. Penelitian ini dilakukan karena mekanisme dasar peningkatan berat badan melalui terapi musik belum diketahui. Mekanisme potensial yang mungkin adalah melalui peningkatan efisiensi metabolik. Berdasarkan alasan tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk melihat efek terapi musik terhadap resting expenditure energi (REE). Penelitian ini dilakukan secara prospektif dengan randomized clinical trial. Penelitian ini dilakukan pada 20 bayi prematur yang sehat. Sampel ini dieksklusi 2 bayi sehingga jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu 18 bayi prematur. Sampel pada penelitian Lubetzky, et al. (2009) dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diberi intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi terdiri dari 5 bayi dan kelompok kontrol terdiri dari 13 bayi. Kelompok ini yang diberikan intervensi musik selama 30 menit dengan menggunakan musik Mozart selama 2 hari dan kelompok lainnya yang tidak diberikan intervensi musik. Pengukuran metabolik dilakukan dengan kalorimetri indirek. Hasil penelitian Lubetzky, et al. (2009) ini menunjukkan bahwa pada periode 10 menit pertama pemberian musik terlihat bahwa REE lebih rendah dengan mean±SD (53.25±11.66 kcal/kg per menit) dibandingkan dengan yang tanpa terapi musik dengan mean±SD (56.58±17.48 kcal/kg per menit). Pada periode 10 – 20 menit pemberian musik terlihat bahwa Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 41 kelompok yang diberikan musik memiliki REE lebih rendah dengan mean±SD (57.08±7.38 kcal/kg per menit) dibandingkan dengan yang tanpa terapi musik dengan mean±SD (61.59±9.38 kcal/kg per menit). Pada periode 20 – 30 menit pemberian musik terlihat bahwa kelompok yang diberikan musik memiliki REE lebih rendah dengan mean±SD (53.89±8.12 kcal/kg per menit) dibandingkan dengan kelompok tanpa terapi musik dengan mean±SD (61.44±13.07 kcal/kg per menit). Dapat disimpulkan bahwa terapi musik dapat menurunkan REE pada bayi prematur yang memiliki metabolik dan suhu yang stabil. Penurunan REE dapat membantu bayi untuk meningkatkan berat badan dan kekuatan. 2.4.4 Teknik Pemberian Terapi Musik Penggunaan terapi musik dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari hanya mendengarkan dengan memilih lagu sampai memainkan sebuah alat musik. Beberapa faktor yang berperan dalam pemilihan teknik spesifik yaitu: tipe musik dan pilihan individu, terlibat aktif ataupun pasif, lama waktu pemberian musik, dan hasil yang diinginkan (Snyder & Lindquist, 2002). 2.4.4.1 Mendengarkan musik Perawat harus menyediakan peralatan yang dibutuhkan pasien untuk mendengarkan musik pilihannya. Peralatan yang paling sering digunakan adalah tape kaset dan compact discs yang mempermudah penyediaan musik untuk pasien pada semua jenis tatanan. Tape mempunyai banyak keuntungan yaitu relative murah, kecil dan dapat digunakan bahkan ditempat yang ramai misalnya UGD (unit gawat darurat). Tape kaset yang menggunakan auto-reverse memberikan kesempatan pada pasien untuk mendengarkan musik lebih lama tanpa adanya ganguan untuk menyalakan tape kembali. Alat yang lebih mahal dari tape adalah compact discs (CDs). Keuntungan dari penggunaan CDs adalah memiliki headphone yang Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 42 memungkinkan pasien mendengarkan musik secara pribadi dan tidak menimbulkan gangguan bagi pasien lainnya (Snyder & Lindquist, 2002). 2.4.4.2 Jenis dan Lama Pemberian Terapi Musik Pada Bayi Prematur. Terapi musik yang dilakukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan belum memiliki pedoman waktu dan pelaksanaan yang jelas. Pemberian terapi musik dengan jenis musik yang tepat dan diberikan pada pasien yang tepat tidak akan memberikan efek yang membahayakan walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama. Terapi musik yang diberikan secara singkat juga memberikan efek yang positif pada beberapa pasien (Mucci & Mucci, 2002). Musik yang sering digunakan pada bayi adalah Bethoven, Vivaldi, Scuhbert, Lullabies, Mozart effect, dan lain-lain. Lullaby merupakan jenis musik tradisional yang digunakan untuk merangsang bayi. Lullaby dapat diperoleh di setiap budaya manusia. Lullaby dalam bahasa Inggris berasal dari kata “lu”lu” dan ”la”la” serta “bye””bye”, yang merupakan nyanyian dari seorang ibu atau perawat untuk menenangkan anak-anak. Dalam era modern nyanyian ini hanya didata secara kebetulan dalam sumber tulis. Lullaby sekarang tersedia dengan ratusan lirik lagu dan berbagai bahasa. Lullaby sering digunakan dalam stimulasi multimodal. Lullaby merupakan stimulasi audiotori yang paling umum ditemukan dalam literatur. Musik ini sering digunakan di berbagai negara. Lullaby merupakan alat untuk mengatur perilaku bayi (misalnya; menenangkan, memfokuskan perhatian pada diri sendiri) yang menyertai bayi untuk mengkomunikasikan informasi emosional. Lullaby dipakai dalam terapi multimodal jika penyanyi menyediakan rangsangan taktil (sentuhan antara pengasuh dan bayi), vestibular (ayunan), audiotori (presentasi lagu), ataupun stimulasi sensoris visual (Abromeit, 2006; Tim Redaksi WAO, 2008). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 43 Standley (2008) melakukan penelitian tentang the effect of contingent music to increase non-nutritive sucking of premature infants. Penelitian ini menggunakan tape kaset dengan teknik dengan teknik 10 detik musik nina bobo yang dinyanyikan oleh penyanyi wanita kemudian dilanjutkan dengan periode 14 menit desain studi yang dinamakan ABAB yaitu 2 menit keadaan hening, 5 menit diberikan musik tidak menentu, 2 menit keadaan hening, dan 5 menit diberikan musik tak menentu. Desain ABAB dijabarkan sebagai pengukuran dasar (A pertama), Pengukuran terapi (B pertama), terapi pengalihan (A kedua) dan pengenalan kembali terapi (B kedua). Musik yang digunakan pada penelitian Standley (2008) adalah rekaman komersial lagu lullaby yang dinyanyikan oleh penyanyi wanita tanpa menggunakan earphone. Frekwensi musik yang dipilih pada tape kaset adalah 65 -70 decibels (dB) yang diletakkan pada kaki atau bagian bawah bayi. Pemilihan tingkat dB yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekomendasi American Academy of Pediatric (1997) yaitu 55 dB pada suasana sunyi karena pertimbangan bising yang ada. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lubetzky, et al. (2009) melakukan penelitian tentang effect of music by mozart on energi expenditure in growing preterm infants. Pada penelitian ini menggunakan musik Mozart bayi dengan alat mini-CD dengan volume antara 65 – 70 dB. Sebelum penelitian CD dikalibrasi sesuai dengan rekomendasi American Academy of Pediatric yaitu tidak lebih dari 75dB dan mengurangi kebisingan di dekat bayi sekitar < 45 dB. Speaker CD diletakkan dalam inkubator dengan jarak 30 cm jauhnya dari bayi. Kebisingan lingkungan dikendalikan dengan meminimalkan kebisingan yang tidak diinginkan, alarm diatur diam, dan pintu ditutup. Musik ini diberikan selama 30 menit perhari selama 2 hari. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 44 Penelitian Cevasco (2008) tentang The effects of mothers' singing on fullterm and preterm infants and maternal emotional responses. Penelitian ini menggunakan rekaman suara ibu. Rekaman suara ibu pada bayi prematur diputar selama 20 menit perhari selama 3–5 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prematur yang mendengarkan CD nyanyian ibu meninggalkan rumah sakit 2 hari lebih cepat dibandingkan kelompok kontrol, namun perbedaan ini tidak terlalu signifikan. Caine (1991) melakukan penelitian tentang The effects of music on the selected stress behaviors, weight, caloric and formula intake, and length of hospital stay of prematur and low birth weight neonates in a newborn intensive care unit. Penelitian ini menggunakan musik lullaby dan musik anak-anak. Alat yang digunakan adalah microcassette tape dengan merk Sony MC60. Musik ini diputar selama 60 menit. Speaker diletakkan dengan jarak 10 – 20 inci dari kepala bayi. Volume suara diputar sekitar 70 – 80 dB. Penelitian Arnon, et al. (2006) melakukan penelitian yang berjudul live music is beneficial to preterm infant in the neonatal intensive care unit environment. Musik diberikan selama 30 menit dan diberikan dalam 3 hari. Volume musik diatur 55 hingga 70 dB. Live music diberikan dengan jarak 1 hingga 2 meter dari tempat tidur bayi. Pengendalian kebisingan lingkungan dilakukan dengan mengurangi kebisingan yang mengakibatkan efek pada emosi dan tingkah laku bayi seperti alarms dimatikan dan pintu ditutup. Berdasarkan rekomendasi dari American Pediatric Assosiation bahwa kebisingan latar belakang tidak boleh lebih dari 45 dB. 2.4.4.3 Pengukuran Hasil Indeks musik untuk mengevaluasi keefektifan musik bervariasi tergantung pada tujuan apa musik tersebut diimplementasikan. Hasilnya dapat berupa perubahan fisiologis atau psikologis dan mencakup penurunan dalam Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 45 kecemasan, munculnya stress, meningkatkan relaksasi, dan peningkatan dalam interaksi sosial serta peningkatan kesejahteraan (Snyder & Lindquist, 2002). 2.5 Peran Perawat dalam Terapi Komplementer pada Bayi Prematur Perawat professional mempunyai tanggung jawab untuk memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kepada setiap anak. Salah satu peran perawat anak sebagai care provider (pemberi perawatan utama) yaitu perawat anak memberikan perawatan langsung kepada anak dan keluarganya pada waktu sakit, luka, dan penyembuhan. Peran perawatan anak pada bayi prematur adalah memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan upaya mempertahankan dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal. Salah satu intervensi untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur adalah dengan memberikan terapi komplementer (Potter & Perry, 2006). Peran perawat anak dalam memberikan perawatan pada bayi prematur dimulai dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan dan melakukan intervensi keperawatan. Pengkajian keperawatan yang dilakukan terkait dengan pengkajian fisik bayi dan masalah-masalah yang ditemukan pada bayi. Setelah melakukan pengkajian perawat menentukan masalah yang dihadapi oleh bayi prematur. Masalah yang sering terjadi adalah ketidakstabilan suhu tubuh, masalah nutrisi (berat badan bayi), pola nafas tidak efektif, dan lain-lain. Intervensi yang dapat diberikan misalnya memberikan susu secara teratur berdasarkan berat badan, memberikan rangsangan pertumbuhan dan perkembangan misalnya bantalan nest (mirip posisi bayi dalam kandungan), mengurangi kebisingan lingkungan, memberikan pendidikan kesehatan pada ibu, dan lain-lain (Wilkinson, 2000). Selama beberapa dekade terapi komplementer menjadi bagian penting dari perawatan kesehatan di Amerika dan beberapa negara. Terapi komplementer Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 46 dan filosofis awalnya merupakan bagian dari keperawatan sejak awal. Pada tulisan keperawatan oleh Florence Nightingale (1859/1992) menekankan bahwa pentingnya menciptakan lingkungan untuk terjadinya penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik pada proses penyembuhan. Terapi komplementer merupakan kesempatan bagi perawat untuk mendemostrasikan perawatan pada pasien. Banyak dari intervensi keperawatan yang ada dapat diklasifikasikan sebagai terapi komplementer (Snyder & Lindquist, 2002). Hubungan penggunaan terapi komplementer dalam keperawatan telah ditemukan. Banyak status yang sekarang ini tidak memiliki legislasi spesifik dan panduan untuk penggunaan terapi komplementer. Namun, hal itu bukan merupakan regulasi yang dibutuhkan, tetapi tentang pengaturan kepercayaan seperti yang telah diambil oleh Royal College of Nursing di Inggris. Kepercayaan ini terdiri dari (Snyder & Lindquist, 2002); 1. Kepercayaan bahwa semua pasien dan klien yang mempunyai hak yang ditawarkan dan menerima terapi komplementer secara eksklusif sebagai bagian dari praktik keperawatan. 2. Kepercayaan bahwa semua pasien dan klien yang mempunyai hak yang berharap sesuai agamanya, budaya, dan kepercayaan spiritual percaya bahwa akan diobservasi oleh perawat yang praktik terapi komplementer. 3. Kepercayaan bahwa semua terapi komplementer cocok untuk pasien dan didukung oleh tim kolaborasi. 4. Kepercayaan bahwa registered nurse seharusnya berkualitas untuk terapi komplementer dan harus yakin untuk bekerja dengan protokol yang disetujui secara lokal pada praktik dan standar perawatan. Peran perawat dalam memberikan terapi komplementer pada bayi prematur ini juga didukung oleh suatu teori keperawatan yang dikemukakan oleh Levine tentang ”model konservasi”. Tujuan dari Model Konservasi adalah meningkatkan adaptasi dan memelihara keutuhan (keholistikan) dengan menggunakan prinsip konservasi (perlindungan). Tiga konsep utama dari Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 47 Model Konservasi adalah (1) Konservasi, (2) Adaptasi dan (3) Wholeness (holistik) (George, 1995; Tomey & Alligood, 2006). Levine (1989) mendefinisikan wholeness sebagai suatu sistem yang terbuka. Levine menjabarkan definisi dari wholeness berdasarkan kutipan dari pernyataan Erikson yaitu “Wholeness menekankan pada sebuah suara, organik, progresif, mutualitas antara fungsi yang beraneka ragam dan keseluruhan bagian di dalamnya, dengan batasan-batasan yang terbuka dan lancar”. Levine percaya bahwa definisi Erikson ini menyediakan pilihan untuk mengeksplorasi setiap bagian dari semua pemahaman dari whole. Integritas diartikan sebagai suatu kesatuan dari individu yang menekankan pada responnya secara terintegritas, dan pertunjukan tunggal pada tantangan lingkungan (Tomey & Alligood, 2006). Penerapan konsep wholeness pada bayi prematur dapat dilihat dari perubahan lingkungan bayi dari intrauterin ke ekstrauterin. Pada mulanya bayi berada pada lingkungan intrauterin. Semua kebutuhan bayi terpenuhi melalui plasenta. Setelah bayi lahir, bayi ini harus menghadapi lingkungan yang sangat berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Bayi harus berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya seperti kehangatan, nutrisi, dan lain-lain. Namun, bayi prematur ini memiliki keterbatasan kemampuan karena immaturitas organnya. Oleh karena itu, perubahan dari lingkungan intrauterin ke lingkungan ekstrauterin merupakan tantangan lingkungan yang besar buat bayi. Perubahan ini akan menimbulkan bayi berespon terhadap lingkungannya sesuai kemampuannya (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Tomey & Alligood, 2006). Levine (1989) menjabarkan konsep adaptasi sebagai proses perubahan di mana individu mempertahankan integritasnya dalam menghadapi kenyataan lingkungan internal dan eksternalnya. Konservasi merupakan sebuah hasil. Beberapa adaptasi dapat berhasil dan beberapa lainnya tidak. Penerapan Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 48 konsep adaptasi Levine pada bayi prematur ini dapat di lihat dari lingkungan internal bayi dan lingkungan eksternalnya. Lingkungan internal bayi ini dapat kita lihat dari keadaan fisiologis bayi. Bayi prematur memiliki kondisi organ yang belum matur untuk menjalankan fungsinya sehingga bayi akan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi cukup bulan. Bayi juga harus menghadapi lingkungan eksternalnya yang mana sangat berbeda dengan lingkungan sebelumnya dan didukung oleh organ yang belum matur. Bayi prematur memiliki tantangan untuk beradaptasi secara sukses atau maladaptasi. Untuk membuat bayi berhasil beradaptasi dengan tantangan lingkungan internal dan eksternalnya, maka diperlukan suatu konservasi (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Hockenberry & Wilson, 2007; Tomey & Alligood, 2006). Konsep ketiga Levine adalah konservasi. Konservasi ini oleh Levine dibagi menjadi empat yaitu: (1) Konservasi energi; (2) Konservasi integritas sosial; (3) Konservasi integritas personal; dan (4) Konservasi integritas struktur. Levine (1991) menjabarkan konservasi energi sebagai seorang individu akan membutuhkan keseimbangan energi dan pembaharuan energi yang konstan untuk mempertahankan aktivitas kehidupan. Konservasi energi tergantung dari pertukaran energi bebas dengan lingkungan dalam sistem kehidupan yang dapat secara konstan memberikan energi. Konservasi energi merupakan bagian integral dari respon adaptif individu. Konservasi energi ini adalah informasi tentang aktifitas fisik seseorang, nutrisi, pertukaran oksigen dan suhu tubuh (Tomey & Alligood, 2006). Penerapan konservasi energi Levine ini dapat terlihat dari pemberian terapi komplementer seperti terapi musik kepada bayi prematur. Aplikasi dari konsep ini pada terapi musik dapat dilihat dari sebuah penelitian yang dilakukan Lubetzky, et al. (2009). Penelitian ini membuktikan bahwa terapi musik dapat menurunkan resting energy expenditure (REE). Penurunan REE Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 49 memperlihatkan bahwa pemakaian energy bayi prematur yang diberi musik menurun sehingga membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi. Konservasi Integritas Struktur tergantung dari sistem pertahanan tubuh yang mendukung perbaikan dan penyembuhan sebagai respon terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal. Konservasi ini melibatkan integritas kulit, muskuloskeletal, imunitas, dan proses inflamasi. Penyembuhan merupakan proses perbaikan dari integritas struktur. Salah satu penerapan konservasi integritas struktur pada bayi prematur yaitu dengan pemberian terapi pijat pada bayi. Pemberian terapi musik pada bayi ini akan berefek pada peningkatan immunitas bayi (Bitmann, 2001; George, 1995; Tomey & Alligood, 2006). Konservasi integritas personal mengakui individu yang membangun dirinya sebagai individu yang holistik dalam berespon terhadap lingkungan. Konservasi integritas personal menyatakan bahwa individu akan berusaha untuk dikenal, dihormati, dihargai, dimanusiakan, merdeka, tidak ketergantungan, dan mempunyai identitas diri sangat penting. Namun, bayi belum memperlihatkan konservasi integritas personal ini (Tomey & Alligood). Konservasi integritas sosial mengakui fungsi individu sebagai mahluk sosial. Kehidupan menjadi tambah berarti melalui masyarakat yang sosial. Integritas sosial diciptakan oleh keluarga dan teman, tempat bekerja dan sekolah, agama, budaya, dan etnik. Salah satu penerapan konservasi integritas sosial yaitu perawat mengajarkan kangoroo mother care (KMC) dan terapi musik pada ibu, misalnya dengan nyanyian ibu. KMC yang dilakukan sambil ibu bernyanyi ini akan meningkatkan hubungan ibu dan bayi (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Tomey & Alligood, 2006). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 50 3 Kerangka Teori Bayi prematur (lahir pada usia gestasi < 37 minggu) Karakteristik bayi - Berat badan < 2500 gram - Kulit tipis - Immaturitas organ - Immaturitas pusat regulasi suhu - Lemak subkutan kurang - Refleks tidak ada atau lemah K Masalah bayi prematur - Risiko kekurangan nutrisi - Hipotermi - Apnea - Masalah kardiovaskular - Infeksi - Risiko l i Asuhan Keperawatan dengan teori Levine “ Model Konservasi” Konservasi integritas Konservasi integritas sosial Terapi komplementer - Terapi musik Konservasi integritas struktur Konservasi Optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan - Peningkatan berat badan - Kestabilan suhu tubuh - Peningkatan perkembangan motorik dan neurologis Kualitas generasi bangsa Sumber: Bowden,1998; Hockenberry & Wilson, 2007; Johnston, Flood & Spinks, 2003; Olds, London & Ladewig, 2000; Tomey & Alligood, 2006 Keterangan : Fokus teori : Bukan fokus teori Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 : Tujuan akhir Universitas Indonesia BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan uraian tentang hubungan antar variabel yang terkait dalam masalah utama yang diteliti, sesuai dengan rumusan masalah dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep pada umumnya digambarkan dalam bentuk skema atau diagram. Kerangka konsep penelitian dibuat dalam bentuk narasi mencakup identifikasi variabel, jenis, serta hubungan antar variabel. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah terapi musik. Variabel bebas (independent variable) ini akan mempengaruhi variabel terikat (dependent variable). Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah berat badan dan suhu tubuh bayi prematur. Kerangka konsep dalam penelitian ini secara lengkap digambarkan dalam skema di bawah ini. 51 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 52 Skema 3.1 Kerangka Konsep Independent Variable Variable Bayi prematur stabil Dependent Dilakukan terapi musik Suhu badan bayi prematur (°C) Bayi prematur stabil Berat badan bayi (kg) Tidak dilakukan terapi musik Variabel confounding: - ASI/Formula Jenis Kelamin Usia Usia Gestasi Nilai APGAR 3.2 Hipotesis Hipotesis yang dipakai pada penelitian ini adalah Hipotesis alternative (Ha) dua arah. Ha penelitian ini terdiri dari: 1. Terdapat perbedaan efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 2. Terdapat perbedaan efektifitas terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 53 3.3 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Kerangka Penelitian Variabel Independen 1. Terapi musik Dependen 1. Berat badan bayi Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Peneliti memberikan terapi musik pada bayi prematur dengan menggunakan MP4, selama 30 menit/hari dalam 3 hari. Terapi dilakukan saat bayi dalam keadaan bangun atau setelah aktivitas. Observasi dalam 30 menit dan diulang dalam 24 jam 1. Diberikan Nominal terapi musik 2. Tidak diberikan terapi musik Berat badan bayi yang diukur menggunakan timbangan digital yang sama pada kondisi dan waktu yang sama. Peneliti mengisi format pengkajian berat badan setelah mengukur berat badan dengan menggunakan timbangan digital. Berat badan dalam gram 2. Suhu badan bayi Suhu badan bayi yang diukur menggunakan termometer digital yang sama pada kondisi dan waktu yang sama. Skala Rasio Peneliti Suhu tubuh Interval mengukur dalam °C menggunakan termometer digital aksila (°C) Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 54 Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Penentuan seksual bayi terdiri dari perempuan dan lakilaki. Peneliti menentukan jenis kelamin berdasarkan observasi 1. Laki-laki 2. Perempuan Nominal 2. Usia Usia yang telah dilalui bayi yang dihitung dari hari kelahirannya. Peneliti menghitung usia dari hari kelahiran bayi. Usia hari 3. Jenis makanan Nutrisi yang diberikan kepada bayi sampai usia 6 bulan yaitu berupa ASI ataupun formula 4. Nilai APGAR Nilai untuk menentukan derajat asfiksia Faktor Perancu 1. Jenis kelamin Peneliti menilai melalui observasi. Peneliti melihat nilai APGAR pada rekam medis bayi Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 dalam Interval Nominal 1. ASI 2. Susu formula 3. ASI dan susu formula 1. Asfiksia Berat (Nilai APGAR 1 - 3). 2. Asfiksia Sedang (Nilai APGAR 4 – 6). 3. Asfiksia Ringan (Nilai APGAR 7 – 10). Ordinal Universitas Indonesia 55 BAB IV METODOLOGI 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan quasiexperimental design dengan pre-post test control group design untuk membandingkan tindakan yang dilakukan sebelum dan sesudah eksperimen. Pada penelitian ini subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi musik dan kelompok kontrol (tanpa intervensi musik). Penelitian ini menggunakan pretest dan posttest. Pretest merupakan pengukuran berat badan dan suhu badan sebelum intervensi dan dilakukan pada kedua kelompok untuk mengetahui data dasar yang akan digunakan. Pretest juga digunakan untuk mengetahui efek dari variabel independen. Intervensi dilakukan pada kelompok intervensi terapi musik kemudian dilakukan posttest, demikian juga kelompok kontrol. Hasil sebelum dan sesudah intervensi dibandingkan, demikian juga kelompok kontrol. Hasil yang diperoleh dibandingkan antara kelompok intervensi terapi musik dan kelompok kontrol. Secara skematik, rancangan penelitian digambarkan pada skema 4.1. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 56 Skema 4.1 Desain Penelitian Pretest BM1 Postest BM2 Terapi musik Subjek penelitian BM4 X1 SM1 Consecutive sampling BM3 SM2 SM3 SM4 X2 BP2 BP1 Tanpa terapi musik BP3 BP4 SP3 SP4 X3 SP1 SP2 X4 Keterangan BM1 : berat badan bayi sebelum diberi terapi musik (pengukuran pada hari ke-1) BM2 : berat badan bayi setelah diberi terapi musik hari ke-1 (pengukuran pada hari ke-2) BM3 : berat badan bayi setelah diberi terapi musik hari ke-2 (pengukuran pada hari ke-3) BM4 : berat badan bayi setelah diberi terapi musik hari ke-3 (pengukuran pada hari ke-4) SM1 : suhu tubuh bayi sebelum diberi terapi musik hari ke-1. SM2 : suhu tubuh bayi setelah diberi terapi musik hari ke-1 SM3 : suhu tubuh bayi setelah diberi terapi musik hari ke-2 SM4 : suhu tubuh bayi setelah diberi terapi musik hari ke-3 BP1 : berat badan bayi sebelum kelompok tanpa terapi musik. BP2 : berat badan bayi setelah kelompok tanpa terapi musik hari ke-1 BP3 : berat badan bayi setelah kelompok tanpa terapi musik hari ke-2 BP4 : berat badan bayi setelah kelompok tanpa terapi musik hari ke-3 SP1 : suhu tubuh bayi sebelum kelompok tanpa terapi musik. SP2 : suhu tubuh bayi sebelum kelompok tanpa terapi musik hari ke-1 SP3 : suhu tubuh bayi sebelum kelompok tanpa terapi musik hari ke-2 SP4 : suhu tubuh bayi sebelum kelompok tanpa terapi musik hari ke-3 X1 : perbedaan berat badan bayi sebelum dan sesudah diberi terapi musik. X2 : perbedaan suhu badan bayi sebelum dan sesudah diberi terapi musik. X3 : perbedaan berat badan pada kelompok kontrol X4 : perbedaan suhu badan bayi pada kelompok kontrol. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 57 4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi Populasi merupakan sejumlah subjek yang memenuhi karakteristik yang telah ditentukan dalam penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi prematur yang dirawat inap di RSIA Pertiwi Makassar, RSIA Fatimah Makassar, RS Labuang Baji Makassar. 4.2.2 Sampel Sampel pada penelitian ini adalah bayi prematur stabil yang dirawat di RSIA Pertiwi Makassar, RSIA Fatimah Makassar, RS Labuang Baji Makassar, dan memenuhi kriteria inklusi yaitu bayi prematur dengan: 1. Orang tua bayi memberikan persetujuan bayi dijadikan sebagai responden. 2. Usia gestasi berdasarkan nilai Ballard mulai dari 28 minggu hingga kurang dari 37 minggu. 3. Berat badan lahir atau sebelum intervensi mulai dari 1500 gram hingga 2500 gram. Kriteria eksklusi bayi prematur dengan: 1. Bayi mengalami komplikasi prematur misalnya: RDS, anemia, perdarahan intrakranial, NEC, PDA, infeksi aktif, dan apnea prematuritas. 2. Bayi sedang menjalani perawatan fototerapi ataupun transfusi tukar. 3. Bayi mengalami anomali kongenital. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan probability sampling yaitu systematic random sampling. Systematic random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang menuntut peneliti untuk mengambil sampel secara sistematis. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang dapat dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 58 populasi dapat dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel (Mustafa, 2000). Penelitian ini menentukan kelompok intervensi terapi musik dan kelompok kontrol berdasarkan jumlah bayi prematur yang diperoleh pada setiap rumah sakit. Penentuan kelompok intervensi dan kontrol dilakukan melalui teknik systematic random sampling yaitu dilakukan jika bayi pertama yang diperoleh ditentukan sebagai kelompok intervensi, maka bayi berikutnya adalah kontrol dan begitu pula selanjutnya. Jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus uji hipotesis beda dua mean berpasangan adalah sebagai berikut (Ariawan, 1998): n = δ² (Z1-α/2 + Z1-β)2 (µ1 - µ2)2 Keterangan: n : jumlah perkiraan sampel. d : Standar deviasi Z1-α/2 : Derajat kemaknaan Z1-β : Kekuatan uji (µ1 - µ2) : Perbedaan rata-rata kedua kelompok Perhitungan besar sampel digunakan untuk menilai ketepatan penelitian (accuracy). Lima data statistik yang saling mempengaruhi dalam perhitungan besar sampel adalah perbedaan hasil klinis atau effect size (d); besarnya kesalahan tipe I (α); kekuatan uji yang diperlukan; karakteristik data (simpang baku atau proporsi); dan besar sampel. Perubahan satu faktor dapat mempengaruhi 4 faktor lainnnya. Perbedaan hasil klinis (d) ditetapkan oleh peneliti dan angka yang digunakan tidak diambil dari pustaka, namun berdasarkan judgment klinis peneliti, yakni perbedaan Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 59 terkecil yang secara klinis dianggap berarti. Pada penelitian ini perbedaan klinis yang ditentukan peneliti adalah 7 gram, hal ini berdasarkan pada pertimbangan skala timbangan yang digunakan adalah 10 gram (Sastroasmoro, 2008). Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan derajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji 90%. Peneliti menggunakan penelitian awal oleh Lubetzky, et al. (2009) dengan standar deviasi 8,12. Peneliti menguji hipotesis dengan perbedaan rata-rata minimum yang ingin dideteksi adalah 7 gram: n = (8,12)2 (1,96+1,28)2 (7)2 n = 14,12 n = 14 Sampel minimal yang diperlukan sebanyak 14 bayi pada tiap kelompok. Peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal untuk mengantisipasi adanya drop out, sehingga jumlah sampel menjadi 15 bayi pada tiap kelompok. Jumlah total sampel menjadi 30 bayi. Penelitian dilaksanakan di tiga rumah sakit. Jumlah sampel yang direncanakan pada setiap rumah sakit disamakan untuk menghindari faktor bias. Setiap rumah sakit direncanakan diambil sepuluh bayi. Sepuluh bayi yang menjadi responden ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Setiap rumah sakit terdiri dari 5 bayi pada kelompok intervensi dan 5 bayi pada kelompok kontrol. Namun, pada saat penelitian jumlah sampel yang diambil pada rumah sakit tidak sama yaitu RSIA Fatimah Makassar sebanyak 11 bayi, RSIA Pertiwi Makassar 12 bayi dan RS Labuang Baji Makassar 7 bayi. Penelitian ini dilaksanakan di tiga rumah sakit pemerintah yaitu RS. Labuang Baji Makassar, RSIA Siti Fatimah Makassar, dan RSIA Pertiwi Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 60 Makassar yang memiliki karakteristik hampir sama. Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian 19 April - 12 Juni 2010, responden yang masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 33 bayi prematur. Tiga bayi prematur mengalami drop out disebabkan dibawa pulang paksa oleh orang tua. Responden dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 16 bayi prematur dan kelompok kontrol sebanyak 14 bayi prematur. 4.3 Tempat Penelitian Lokasi penelitian di Makassar dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa Sulawesi Selatan memiliki angka kelahiran bayi prematur yang lebih tinggi dibandingkan persentase nasional. Pada awalnya penelitian direncanakan diadakan di empat rumah sakit di Makassar, namun salah satu rumah sakit tidak memberikan ijin penelitian, sehingga penelitian diadakan di tiga rumah sakit pemerintah. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar, Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Fatimah Makassar dan RS Labuang Baji Makassar. Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pertiwi Makassar dipilih karena merupakan rumah sakit ibu dan anak pemerintah provinsi Sulawesi Selatan. Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Fatimah Makassar dipilih karena merupakan rumah sakit bersalin pemerintah kota Makassar. RS Labuang Baji merupakan rumah sakit umum pemerintah terbesar kedua di kota Makassar. Selain itu, penelitian tentang efektifitas terapi musik peningkatan berat badan dan suhu bayi prematur belum pernah dilakukan di rumah sakit tersebut. Penelitian ini dilakukan di tiga rumah sakit yang berbeda. Oleh karena itu perlu melihat gambaran dari ketiga rumah sakit yang ada untuk melihat adanya keseragaman tiap rumah sakit. Tujuannya adalah untuk mengurangi faktor perancu dalam penelitian. Berikut gambaran ketiga rumah sakit yang digunakan sebagai tempat penelitian ditinjau dari standar perawatan berdasarkan NIC NOC yaitu: Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 61 1. Perawatan perawatan metode kangguru (PMK) kadang-kadang dilakukan di ketiga rumah sakit. PMK belum menjadi standar perawatan pada ketiga rumah sakit tersebut. 2. Cara pemberian susu di ketiga rumah sakit tersebut menggunakan oral gastric tube (OGT) atau nasogastric tube (NGT), botol susu, spuit (tabung suntik) dan sendok. OGT atau NGT diberikan ketika bayi memiliki komplikasi atau memiliki refleks isap yang kurang. Jika kemampuan isap bayi kuat maka susu diberikan melalui botol susu. Susu yang diberikan melalui spuit (tabung suntik) atau sendok ketika bayi memiliki refleks isap yang belum kuat. 3. Dua rumah sakit menghitung jumlah susu dalam sehari disesuaikan berdasarkan usia dalam hari, berat badan harian bayi, serta kondisi bayi. Jumlah total susu yang diperoleh kemudian dibagi untuk pemberian tiap 2 atau 3 jam sekali. Sedangkan, satu rumah sakit yang lain menghitung jumlah susu yang akan diberikan kepada bayi disesuaikan dengan toleransi minum bayi. Cara menghitungnya yaitu pada hari pertama lahir diberikan 5 cc susu untuk setiap 2 jam, jika bayi tidak mengalami muntah atau kembung maka jumlahnya akan ditambah sedikit demi sedikit untuk setiap harinya. 4. Ketiga rumah sakit yang digunakan memiliki pencahayaan yang terang. 5. Perawat di ketiga rumah sakit tidak mengubah posisi (posisi supine atau prone) bayi tiap tiga jam. 6. Perawat di ketiga rumah sakit tidak memberikan posisi fleksi menggunakan bantalan bentuk U (nesting). 7. Semua bayi di ketiga rumah sakit meletakkan bayi dalam inkubator. Pada saat kondisi bayi sudah stabil maka bayi akan di weaning yaitu dengan mematikan inkubator. 8. Ketiga rumah sakit mengganti diapers bayi ketika diapers sudah penuh atau bayi buang air besar. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 62 9. Ketiga rumah sakit tidak mensterilkan perlengkapan minum bayi (botol susu, sendok, cawan, dan spuit (tabung suntik)) setiap kali pemberian susu. 10. Ketiga rumah sakit langsung memberikan susu formula setelah bayi lahir. 11. Satu rumah sakit memberikan susu secara teratur sesuai jam minum bayi; sedangkan dua rumah sakit lainnya memberikan susu secara tidak teratur. Susu diberikan oleh mahasiswa yang praktek atau diberikan sendiri oleh ibunya. Perawat kurang memperhatikan jadwal minum susu bayi. 12. Perawat di dua rumah sakit kadang-kadang memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu bayi tentang cara menyusui bayi dan perawatan bayi prematur; sedangkan satu rumah sakit lainnya tidak. 13. Tingkat kebisingan ruangan di rumah sakit tergolong bising. Volume suara di setiap rumah sakit secara rinci sebagai berikut: a. RS Labuang Baji (inkubator: 40 - 71,7 dB; ruangan: 50,3 – 84,1 dB) b. RSIA Pertiwi Makassar (inkubator: 52,2 - 65,1 dB; ruangan: 47,5 – 89,0 dB) c. RSIA Fatimah Makassar (inkubator: 53,0 – 75,1 dB; ruangan: 56,6 – 89,0 dB) 4.4 Waktu Penelitian Pelaksanaan pengumpulan data awalnya direncanakan 6 minggu namun karena sampel tidak mencukupi maka penelitian dilakukan selama 8 minggu yaitu 19 April hingga 12 Juni 2010. 4.5 Etika Penelitian Peneliti tetap memperhatikan dan mempertahankan serta menjunjung tinggi etika penelitian selama melakukan penelitian. Kode etik penelitian profesi keperawatan berdasarkan American Nurses Assosiation (ANA) terdiri dari lima yaitu (Lobiondo – Wood dan Haber, 2006; Polit & Beck, 2006): Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 63 4.5.1 Self determination Setiap responden memiliki hak secara otonomi untuk membuat suatu keputusan secara sadar untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan responden bayi, dimana belum memiliki kemampuan untuk memberikan persetujuan. Oleh karena itu, pada penelitian ini hak responden diwakilkan oleh orang tua bayi (ibu atau ayah). Sebelum intervensi dilakukan, peneliti memberikan penjelasan kepada orang tua responden tentang tujuan, prosedur penelitian, intervensi yang akan dilakukan serta manfaat dan kerugian dari intervensi yang diberikan pada bayi. Pada kelompok intervensi, peneliti memberikan penjelasan bahwa bayi akan diberikan terapi musik 30 menit selama tiga hari; sedangkan pada kelompok kontrol peneliti menjelaskan bahwa bayi dikontrol berat badan dan suhu tubuhnya selama 3 hari kemudian pada hari berikutnya bayi diberikan terapi musik selama 3 hari pula. Orang tua responden diberikan kesempatan untuk memberikan persetujuan ataupun menolak berpartisipasi dalam penelitian. Jika orang tua responden bersedia, maka diberikan lembar persetujuan atau informed consent (lihat lampiran 4) untuk ditandatangani. Sebelum menandatangani format, responden diberikan kesempatan untuk bertanya. Pada saat pelaksanaan penelitian terdapat 1 orang tua bayi yang menolak bayinya dijadikan sebagai responden dengan alas an pribadi. 4.5.2 Privacy and dignity Saat melakukan penelitian, peneliti menjaga privacy responden. Privacy responden dijaga dengan cara menghargai setiap data yang diberikan responden, tidak memaksa responden untuk memberikan informasi sesuai dengan keinginan peneliti, dan peneliti tidak membagi informasi yang diberikan responden kepada orang lain. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 64 4.5.3 Anonymity and Confidentially Prinsip anonymity pada penelitian ini dilakukan dengan peneliti tidak mencantumkan identitas responden, melainkan dengan memberikan kode responden. Data penelitian dari responden hanya diketahui oleh peneliti dan responden yang bersangkutan. Sedangkan, prinsip confidentiality pada penelitian ini dilakukan dengan menjaga semua informasi yang diperoleh dari responden dan hanya memakainya untuk keperluan penelitian. Informasi yang telah dikumpulkan dalam bentuk lembaran kertas dan data dipindahkan ke dalam software. Data disimpan selama minimal 3 tahun, hal ini berdasarkan rekomendasi Human Research Review Committee of Grand Valley State University bahwa data penelitian minimal disimpan selama 3 tahun dan tidak ada maksimum lama penyimpanan data penelitian. 4.5.4 Fair Treatment Setiap individu memiliki hak yang sama untuk dipilih dan ikut terlibat dalam suatu penelitian tanpa diskriminasi. Kedua kelompok penelitian mendapat intervensi yang sama dengan waktu pelaksanaan yang berbeda. Kelompok intervensi mendapatkan terapi musik pada tiga hari pertama setelah menyetujui menjadi responden; sedangkan kelompok kontrol mendapatkan terapi musik pada hari ke-empat setelah setuju menjadi responden. 4.5.5 Protection from Discomfort and Harm Peneliti tetap mempertimbangkan kenyamanan responden dan risiko perlakuan yang diberikan selama penelitian. Kenyamanan responden baik fisik, psikologis dan sosial tetap dipertimbangkan. Pada penelitian ini bayi tetap diletakkan dalam inkubator selama terapi musik berlangsung. Peneliti menghangatkan tangan dan alat sebelum disentuhkan ke tubuh bayi. Pada pelaksanaan penelitian, semua bayi tampak nyaman ditandai dengan bayi tidak menangis. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 65 4.6.Alat Pengumpulan Data 4.6.1 Alat Pengumpul Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. lembar observasi yang berisi tentang data demografi responden, karakteristik responden, lembar observasi berat badan harian, dan lembar observasi suhu badan harian. 2. timbangan bayi digital: Timbangan bayi yang digunakan untuk mengukur berat badan bayi. 3. termometer aksila digital: termometer aksila yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh bayi. 4. MP4 dan speaker dengan merk yang sama digunakan untuk mengeluarkan suara musik dengan volume 65 – 75 dB dan diletakkan 30 cm dari telinga bayi atau diletakkan di kaki bayi (berdasarkan rekomendasi American Academy of Pediatric yaitu tidak lebih dari 75 dB). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 66 5. audiometri digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan suara musik, inkubator dan ruangan. 6. lullabies merupakan instrumen musik yang digunakan. Lullabies merupakan instrumen musik bayi yang dijual bebas. Di Indonesia, hak produksi Lullabies dipegang oleh Ultima Production. Waktu pemutaran Lullabies adalah 30 menit (berdasarkan hasil penelitian Arnon et all, 2006; Standley, 2008). 4.6.2 Uji Validitas dan Reabilitas Uji validitas dan reabilitas pada setiap alat yang digunakan. Uji validitas dilakukan pada timbangan berat badan bayi digital, termometer digital, Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 67 MP4, dan audiometri yang digunakan. Timbangan dan audiometri yang digunakan telah dilakukan kalibrasi dulu sebelum digunakan (lihat lampiran 15). Semua bayi memperoleh terapi musik, pengukuran berat badan dan suhu tubuh menggunakan alat yang sama. Uji reabilitas dilakukan pada timbangan berat badan bayi digital dan termometer digital. Uji ini dilakukan dengan cara mengembalikan timbangan dan termometer pada titik nol sebelum digunakan. Bayi ditimbang sebanyak 3 kali untuk memastikan berat badannya. 4.7 Prosedur Pengumpulan data 4.7.1 Prosedur Administrasi 1. Peneliti mengajukan kaji etik penelitian pada komite etik FIK UI pada 25 Maret 2010 (lampiran 9). 2. Peneliti mengajukan surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh FIKUI dan ditujukan pada badan penelitian dan pengembangan daerah (Balitbangda) Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 24 Maret 2010 (lampiran 10 & 11). 3. Peneliti mengajukan permohonan surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh FIK-UI dan Balitbangda Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan kepada RSIA Pertiwi Makassar dan RSIA Fatimah Makassar, dan RS Labuang Baji Makassar (lampiran 12, 13 & 14). 4. Peneliti meneruskan izin kepada kepala ruangan masing-masing rumah sakit tempat penelitian dilaksanakan, setelah mendapatkan surat izin dari diklit masing-masing rumah sakit. 4.7.2 Prosedur Teknis 1. Peneliti melakukan penelitian pada tiga rumah sakit di Makassar. Waktu kunjungan ke rumah sakit ditentukan berdasarkan jam pertama kali mengukur bayi yang dijadikan responden pada tiap rumah sakit. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 68 2. Peneliti menggunakan lembar checklist untuk memastikan semua rumah sakit yang digunakan homogen. Lembar checklist berisi intervensi standar perawatan bayi prematur berdasarkan NIC – NOC (lampiran 6). 3. Peneliti meminta kepada ruangan tempat penelitian untuk diberikan contact person. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan informasi ada atau tidaknya bayi prematur di ruangan rumah sakit tersebut. 4. Peneliti mengidentifikasi setiap rumah sakit tentang waktu penimbangan harian bayi (pada jam berapa dan kondisi apa bayi ditimbang setiap harinya). Bayi pada setiap rumah sakit ditimbang sesuai dengan kondisinya. Bayi yang stabil ditimbang setiap pagi hari sebelum diberikan minum. Bayi yang kurang stabil ditimbang sebelum dan setelah menyusu. 5. Peneliti menentukan responden bayi prematur berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Responden ditentukan dengan selang seling antara kelompok inrtervensi dan kontrol sesuai dengan urutan bayi prematur yang diperoleh pada waktu tertentu untuk setiap rumah sakit. 6. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian kepada orang tua responden 7. Peneliti memberikan lembaran persetujuan atau informed consent untuk ditandatangani oleh orang tua responden, Jika orang tua responden bersedia untuk memberikan persetujuan untuk melibatkan bayinya dalam penelitian, maka bayi digunakan sebagai responden dalam penelitian. Jika orang tua menolak, maka bayi tidak digunakan sebagai responden dalam penelitian. 8. Peneliti mengambil data awal (sesuai lembar observasi). Sebagian data yang diperlukan ditanyakan pada orang tua misalnya paritas, usia ibu dan alamat. Sebagian data lainnya diambil dari rekam medik bayi misalnya berat badan lahir, panjang badan lahir, APGAR, usia gestasi dan riwayat pengobatan. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 69 9. Peneliti memberikan terapi musik selama 30 menit/hari selama 3 hari sesuai dengan prosedur pemberian terapi musik. 10. Peneliti memberikan terapi musik kepada kelompok kontrol setelah 3 hari observasi penelitian. 11. Peneliti mengukur berat badan pada kedua kelompok diukur setiap hari dalam 1 kali 24 jam. Jarak pengukuran pada tiap bayi tiap harinya adalah 24 jam. 12. Pengukuran berat badan dilakukan pada kondisi, waktu dan alat yang sama. Berat badan diukur setiap hari selama bayi menjadi responden. Berat badan diukur sebelum terapi musik diberikan. 13. Pengukuran suhu tubuh dilakukan pada kondisi, waktu dan alat yang sama. Suhu tubuh diukur setiap hari selama bayi menjadi responden. Suhu tubuh diukur sebelum dan setelah terapi musik diberikan setiap harinya. 14. Data yang diperoleh kemudian didokumentasikan. 4.7.3 Prosedur Intervensi Terapi Musik 1. Peneliti mengukur berat badan dan suhu badan sebelum diberikan intervensi terapi musik pada setiap harinya selama 3 hari (observasi hingga hari ke-4). Pada kelompok kontrol dilakukan sebelum dilakukan kontrol selama 4 hari. 2. Peneliti mengukur berat badan dan suhu badan harian bayi prematur (setiap 24 jam). Pengukuran berat badan dilakukan sebelum terapi musik diberikan pada tiap harinya selama 3 hari dan 1 hari post intervensi. Suhu badan diukur sebelum dan setelah diberikan terapi musik pada setiap harinya selama 3 hari masa intervensi musik dan 1 hari setelah intervensi. 3. Pengukuran berat badan dilakukan pada waktu, alat dan kondisi (setelah bayi ganti popok, dimandikan dan minum susu) yang sama. 4. Peneliti memberikan intervensi terapi musik selama 30 menit/hari selama 3 hari. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 70 5. Prosedur pemberian terapi musik meliputi: a. Peneliti mengukur berat badan bayi 15 menit sebelum terapi musik dilakukan. b. Peneliti mengukur suhu tubuh sebelum diberikan terapi musik. c. Peneliti memberikan terapi musik pada waktu 15 menit setelah touching time (ganti popok, minum susu, kunjungan orang tua, tindakan-tindakan yang lain pada bayi) dan saat bayi menuju tidur kembali. d. Peneliti mengendalikan lingkungan untuk mengurangi kebisingan misalnya dengan menutup pintu dan mengurangi suara yang lain misalnya diajak bicara, suara mesin. Peneliti berusaha agar pada saat musik diputar, bayi hanya mendengar suara dari alat musik saja. Namun, pada pelaksanaannya peneliti sulit untuk mengendalikan kebisingan karena aktivitas dalam ruangan dan luasnya ruangan yang tanpa sekat sehingga tingkat kebisingan masih tinggi (lihat di karakteristik tempat penelitian). e. Peneliti mengukur tingkat kebisingan ruangan dan inkubator menggunakan audiometri sebelum dilakukan penelitian. Pengukuran kebisingan ini dilakukan pada setiap rumah sakit. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kebisingan didalam inkubator lebih rendah dibandingkan dengan kebisingan ruangan. Pengukuran kebisingan di dalam inkubator Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 71 Pengukuran kebisingan di ruangan f. Peneliti memutar musik Lullabies dengan menggunakan MP4 pada waktu setelah waktu aktivitas bayi (minum susu, ganti popok dan interaksi dengan orang tua) bayi prematur. g. Peneliti mengatur volume CD menjadi 65 – 75 dB. h. Peneliti meletakkan speaker ke dalam inkubator dan memberikan jarak sekitar 30 cm dari telinga bayi atau meletakkan di bagian kaki bayi. i. Peneliti memastikan keadaan bahwa suara yang didengar bayi hanya berasal dari speaker musik yang diputar. j. Musik diputar selama 30 menit. k. Peneliti menghentikan musik setelah 30 menit. l. Peneliti mengukur suhu tubuh setelah diberikan terapi musik selama 30 menit. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 72 Skema 4.2 Alur intervensi Kelompok intervensi Pengukuran berat badan (BB) sebelum intervensi Pengukuran suhu tubuh sebelum intervensi Pemilihan sampel pada setiap RS sesuai prosedur pengambilan sampel (simple random sampling) Kelompok kontrol Pengukuran berat badan dan suhu tubuh sebelum dikontrol hari 1 Intervensi musik selama 30 menit sesuai prosedur Kontrol selama 30 menit sesuai prosedur Pengukuran suhu tubuh setelah intervensi musik hari 1 Pengukuran suhu tubuh setelah dikontrol 30 menit hari 1 BB dan suhu tubuh sebelum terapi hari 2 Intervensi musik sesuai prosedur Pengukuran suhu tubuh setelah intervensi musik hari 2 BB dan suhu tubuh sebelum terapi hari 3 Intervensi musik sesuai prosedur Pengukuran suhu tubuh setelah intervensi musik hari 2 Pengukuran BB dan suhu tubuh post terapi musik (hari 4) Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Pengukuran berat badan dan suhu tubuh sebelum dikontrol hari 2 Kontrol selama 30 menit sesuai prosedur Pengukuran suhu tubuh setelah dikontrol 30 menit hari 2 Pengukuran berat badan dan suhu tubuh sebelum dikontrol hari 3 Kontrol selama 30 menit sesuai prosedur Pengukuran suhu tubuh setelah dikontrol 30 menit hari 3 Pengukuran BB dan suhu tubuh post kontrol (hari 4) dan diberikan terapi musik Universitas Indonesia 73 4.8 Rencana Analisis Data 4.8.1 Pengolahan data 4.8.1.1 Editing Semua hasil pengukuran yang ada di lembar observasi (terlampir) diperiksa kelengkapannya. Semua data yang diperoleh lengkap kecuali lembar observasi dari responden yang drop out. 4.8.1.2 Coding Pada tahap ini, diberikan kode atau nilai pada tiap jenis data untuk menghindari kesalahan dan memudahkan pengolahan data. 4.8.1.3 Tabulating Data dikelompokkan ke dalam kategori yang telah ditentukan dan dilakukan tabulasi kemudian diberikan kode untuk kemudahan pengolahan data. 4.8.1.4 Entry Data Data yang telah terkumpul kemudian dimasukkan dalam program analisis dengan menggunakan komputer. 4.8.1.5 Data Cleansing Tindakan yang dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan saat memasukkan data. Jika telah dipastikan tidak terdapat kesalahan dalam entry data maka data siap untuk dianalisis dengan menggunakan program komputer. 4.8.2 Analisis Data 4.8.2.1 Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data seperti rerata, median, modus, proporsi dan lain-lain (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti dalam penelitian, yaitu dengan melihat semua distribusi data dalam penelitian. Analisis univariat pada penelitian ini adalah variabel bebas, karakteristik responden dan variabel terikat yaitu berat badan dan suhu badan. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 74 Data kategorik menggunakan frekuensi dan persentase. Data numerik menggunakan mean, median, standar deviasi, minimal maksimal dan confident interval (CI) 95%. Data yang menggunakan mean dan standar deviasi (SD) adalah berat badan, suhu tubuh, karakteristik responden (usia). Data yang dinyatakan dengan proporsi atau presentase adalah jenis kelamin, nilai APGAR, jenis makanan. 4.8.2.2 Analisis Bivariat Uji statistik yang digunakan terdiri dari uji parametrik dan uji nonparametrik. Uji parametrik merupakan uji statistik yang mempertimbangkan distribusi data, yaitu apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji non parametrik merupakan uji statistik yang tidak mempertimbangkan distribusi data. Data yang terdistribusi normal diuji menggunakan statistik parametrik dan data yang tidak terdistribusi normal akan diuji menggunakan uji non parametrik. Analisis bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap dua variabel, yaitu 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Uji hipotesis yang biasa digunakan pada analisis bivariat parametrik adalah uji t, Anova, uji hipotesis untuk proporsi (uji kai-kuadrat, uji mutlak Fisher). Uji bivariat non parametrik misalnya uji Mann-Whitney, uji binomial, uji chi-square, uji friedman dan lain-lain. Pada penelitian ini digunakan uji t untuk uji parametrik dan uji Mann-Whitney untuk uji non parametrik (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Analisis bivariat digunakan untuk melihat perbedaan peningkatan berat badan dan suhu badan bayi prematur yang diberikan intervensi dengan terapi musik dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi terapi musik. Sebelum dilakukan analisis bivariat perlu dilakukan uji homogenitas varian dan uji normalitas. Uji homogenitas dilakukan pada variabel yang diteliti untuk melihat varian antara kelompok data yang Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 75 diberikan intervensi terapi musik apakah sama dengan kelompok yang tidak diberikan musik. Uji homogenitas yang digunakan adalah Levene test. Uji normalitas dilakukan untuk melihat distribusi data yang akan diuji. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk test karena jumlah sampel yang kecil. Jika hasil uji normalitas data menunjukkan data berdistribusi tidak normal maka data diuji dengan statistik non parametrik; sedangkan data yang berdistribusi normal diuji dengan statistik parametrik (Hasil uji dibahas pada BAB.V). Uji t digunakan untuk menganalisis data dengan variabel bebas nominal (2 nilai) dengan variabel terikat berskala numerik. Uji t dibedakan menjadi 2 jenis yaitu uji untuk kelompok independen (pooled t test) dan untuk kelompok berpasangan (paired t test). Pada kelompok independen, pemilihan subjek pada kelompok yang satu tidak bergantung pada karakteristik kelompok yang lain. Pada kelompok berpasangan, cara pemilihan subjek berdasarkan subjek yang sama diperiksa pra- dan pascaintervensi (desain before and after), atau pemilihan subjek kelompok yang satu dilakukan matching dengan kelompok yang lain (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Tabel 4.1 Analisis Variabel Dependen dan Variabel Independen Variabel Pre Berat badan sebelum diberikan intervensi terapi musik setiap hari Suhu badan sebelum penelitian pada kelompok kontrol setiap hari Variabel Kelompok Intervensi Peningkatan berat badan setelah diberi terapi musik Variabel Post Berat badan setelah diberikan intervensi terapi musik setiap hari Suhu badan setelah periode penelitian pada kelompok kontrol setiap hari. Variabel Kelompok Kontrol Uji Statistik Paired t-test Paired t-test Uji Statistik Peningkatan berat tanpa terapi musik badan Pooled t-test/ MannWhitney test Perubahan suhu badan setelah Perubahan suhu badan tanpa Pooled t-test/ diberi terapi musik terapi musik MannWhitney test Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 76 4.8.2.3 Analisis Kovarians Pengaruh terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh setelah dikontrol oleh variabel confounding menggunakan analisis kovarians (Ankova). Analisis kovarians merupakan analisis yang digunakan untuk mengontrol variabel pengganggu. Analisis kovarian merupakan gabungan dari analisis varians (ANOVA) dengan analisis regresi (Mawarni, 2008). Pendekatan yang digunakan dalam analisis kovarians adalah dengan memasukkan model regresi ganda, dimana faktor-faktor yang dipelajari (perlakuan) ditempatkan sebagai variabel nominal. Variabel yang dikendalikan dinamakan kovariat. Variabel ini dapat berupa skala pengukuran, misalnya untuk skala pengukuran nominal digunakan variabel “dummy”. Penggunaan analisis kovarians memberikan asumsi bahwa tidak ada interaksi antara variabel pengganggu (Confounding) dengan variabel perlakuan. Bila terdapat interaksi yang kuat maka penentuan suatu variabel sebagai penggangu adalah tidak tepat (Mawarni, 2008). Pada penelitian ini dianalisis apakah ada interaksi antara variabel pengganggu (jenis kelamin, APGAR, usia dan pemberian ASI/formula) dengan peningkatan berat badan dan suhu tubuh akibat terapi musik. Uji Ancova dilakukan dengan menganalisis terlebih dahulu variabel independen dan variabel dependen tanpa memasukkan variabel kovariat. Jika hasil uji menunjukkan P value < α (0,05), maka variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Kemudian variabel independen dan dependen tersebut dianalisis kembali dengan memasukkan variabel kovariat. Jika hasil uji menunjukkan P value < α (0,05), maka variabel confounding tersebut mempengaruhi intervensi. Namun, jika P value > α (0,05), maka variabel confounding tersebut tidak mempengaruhi intervensi yaitu perubahan yang terjadi memang karena intervensi yang diberikan dan tidak ada pengaruh variabel lainnnya. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia BAB V HASIL PENELITIAN Bab kelima ini menguraikan hasil penelitian tentang efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh di Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di 3 rumah sakit pemerintah yaitu RS. Labuang Baji Makassar, RSIA Siti Fatimah Makassar, dan RSIA Pertiwi Makassar. Hasil penelitian yang diuraikan meliputi analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat. Hasil penelitian ini ditampilkan dalam bentuk tabel dan penjelasannya. Hasil penelitian tersebut diuraikan secara berurutan dari analisis univariat dan bivariat adalah sebagai berikut: 5.1 Hasil Analisis Univariat 5.1.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden terdiri dari usia kronologis, jenis kelamin, nilai APGAR menit 1, nilai APGAR menit 2, dan jenis makanan bayi. Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut usia kronologis di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Variabel Mean SD Minimum Maximum Usia (hari) 5,87 5,090 3 28 Hasil analisis usia bayi pada tabel 5.1 menggambarkan bahwa rata- rata usia bayi yang menjadi responden penelitian adalah 5,87 hari dengan standar deviasi 5,090 hari. Umur bayi termuda adalah 3 hari dan umur bayi tertua adalah 28 hari. 77 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 78 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut jenis kelamin, APGAR menit1, APGAR menit 2, & jenis makanan bayi di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Variable Frequency Percent Valid Percent Cumulatif Percent Jenis Kelamin a. Laki- Laki b. Perempuan 11 19 46,7 53,3 46,7 53,3 46,7 100,0 APGAR menit 1 a. Asfiksia ringan b. Asfiksia sedang c. Asfiksia berat 18 12 0 60,0 40,0 0 60,0 40,0 0 60,0 100,0 0 APGAR menit 5 a. Asfiksia ringan b. Asfiksia sedang c. Asfiksia berat 29 1 0 96,7 3,3 0 96,7 3,3 0 96,7 100,0 0 0 4 26 0 13,3 86,7 0 13,3 86,7 0 13,3 100,0 Jenis makanan a. ASI b. Susu formula c. ASI dan susu formula Hasil analisis univariat pada tabel 5.2 menggambarkan tentang jenis kelamin bayi, derajat asfiksia berdasarkan nilai APGAR dan jenis makanan yang diberikan kepada bayi. Bayi prematur yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 bayi (46,7%) lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang berjenis kelamin perempuan yaitu 19 bayi prematur (53,3). Asfiksia yang dialami bayi berdasarkan nilai APGAR menit pertama adalah asfiksia ringan sebanyak 18 bayi (60%), asfiksia sedang sebanyak 12 bayi (40%) dan tidak ada bayi yang mengalami asfiksia berat. Asfiksia yang dialami bayi berdasarkan nilai APGAR menit kelima adalah asfiksia ringan sebanyak 26 bayi (86,7%), dan asfiksia sedang sebanyak 4 bayi (13,3%). Jenis makanan yang diberikan kepada bayi sebagian besar adalah campuran ASI dan susu formula yaitu 86,7% dan 13,3% bayi minum susu formula saja. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 79 5.1.2 Berat Badan Harian Responden Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berat badan harian bayi prematur pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Variabel Berat Badan N Mean SD Minimum Maximum Hari I a. Kelompok intervensi b. Kelompok kontrol 16 14 1720,00 1967,14 275,874 331,951 1320 1380 2250 2510 Hari II a. Kelompok intervensi b. Kelompok kontrol 16 14 1743,75 1945,71 284,344 292,988 1320 1380 2300 2400 Hari III a. Kelompok intervensi b. Kelompok kontrol 16 14 1761,88 1960,00 279,171 303,315 1330 1410 2300 2450 Hari IV a. Kelompok intervensi b. Kelompok kontrol 16 14 1790,63 1976,43 276,296 302,721 1360 1420 2340 2450 Hasil analisis yang tercantum dalam tabel 5.3 menguraikan tentang gambaran berat badan bayi yang diukur setiap harinya selama proses intervensi (4 hari), baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi. Hasil analisis hari I pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa rata-rata berat badan bayi adalah 1720 gram dengan standar deviasi 275,874 gram, serta berat badan minimum bayi berkisar 1320 gram dan maksimum 2250 gram lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rata-rata berat badan bayi pada kelompok kontrol adalah 1967,14 gram dengan standar deviasi 331,951 gram, serta berat badan minimum bayi adalah 1380 gram dan maksimum 2510 gram. Hasil analisis hari II pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa berat badan rata-rata bayi berada pada 1743,75 gram dengan standar deviasi 284,344 gram dengan berat badan minimum bayi pada kelompok intervensi ini berada pada 1320 gram dan maksimum berada pada 2300 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 80 gram lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berat badan rata-rata pada kelompok kontrol pada hari II berkisar 1945,71 gram dengan standar deviasi 292,988 gram. Berat badan minimum bayi pada kelompok kontrol adalah 1380 gram dan berat badan maksimumnya adalah 2400 gram. Hasil analisis hari III pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa berat badan rata-rata bayi berada pada 1761,88 gram dengan standar deviasi 279,171 gram dengan berat badan minimum bayi pada kelompok intervensi ini berada pada 1330 gram dan maksimum berada pada 2300 gram lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berat badan rata-rata pada kelompok kontrol pada hari II berkisar 1960,00 gram dengan standar deviasi 303,315 gram. Berat badan minimum bayi pada kelompok kontrol adalah 1410 gram dan berat badan maksimumnya adalah 2450 gram. Hasil analisis hari IV pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa berat badan rata-rata bayi berada pada 1790,63 gram dengan standar deviasi 276,296 gram dengan berat badan minimum bayi pada kelompok intervensi ini berada pada 1360 gram dan maksimum berada pada 2340 gram lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berat badan rata-rata pada kelompok kontrol pada hari II berkisar 1976,43 gram dengan standar deviasi 302,271 gram. Berat badan minimum bayi pada kelompok kontrol adalah 1420 gram dan berat badan maksimumnya adalah 2450 gram. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 81 5.1.3 Suhu Tubuh Harian Responden Tabel 5.4 Distribusi frekuensi suhu tubuh harian bayi prematur pada kelompok intervensi & kontrol 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Variabel suhu tubuh Hari I a. Kelompok intervensi - Sebelum terapi - Setelah terapi b. Kelompok kontrol - Sebelum 30 menit - Setelah 30 menit Hari II a. Kelompok intervensi - Sebelum terapi - Setelah terapi b. Kelompok kontrol - Sebelum 30 menit - Setelah 30 menit Hari III a. Kelompok intervensi - Sebelum terapi - Setelah terapi b. Kelompok kontrol - Sebelum 30 menit - Setelah 30 menit N Mean SD Minimum Maximum 36,6 36,8 0,5759 0,4674 35,4 35,8 37,6 37,4 36,6 36,6 0,3159 0,3298 36,0 35,8 37,1 37,0 36,6 36,8 0,3733 0,2971 35,6 36,2 37,2 37,3 36,5 36,5 0,6855 0,7199 34,9 34,9 37,6 37,5 36,7 36,9 0,4015 0,3642 36,0 36,2 37,6 37,6 36,7 36,7 0,5195 0,5347 35,6 35,6 37,4 37,5 16 14 16 14 16 14 Hasil analisis yang tercantum dalam tabel 5.4 menguraikan tentang gambaran suhu tubuh bayi yang diukur setiap harinya selama proses intervensi (4 hari), baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi. Suhu tubuh bayi prematur diukur sebelum dan setelah terapi musik pada setiap harinya. Hasil analisis hari I pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa rata-rata suhu tubuh bayi sebelum terapi adalah 36,6°C dengan standar deviasi 0,5759°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 35,4°C dan maksimum 37,6°C. Sedangkan, rata-rata suhu tubuh bayi setelah terapi berkisar 36,8°C dengan standar deviasi 0,4674°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 35,8°C dan maksimum 37,4°C. Hasil analisis pada kelompok kontrol menunjukkan rata-rata suhu tubuh bayi Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 82 sebelum dikontrol selama 30 menit berada pada 36,6°C dan standar deviasi 0,3159°C dan suhu tubuh minimum bayi 36,0°C serta suhu tubuh maksimum 37,1°C. Sedangkan, rata-rata suhu tubuh bayi setelah 30 menit berkisar 36,6°C dengan standar deviasi 0,3298°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 35,8°C dan maksimum 37,0°C. Hasil analisis hari II pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa ratarata suhu tubuh bayi sebelum terapi adalah 36,6°C dengan standar deviasi 0,3733°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 35,6°C dan maksimum 37,2°C. Sedangkan, rata-rata suhu tubuh bayi setelah terapi berkisar 36,8°C dengan standar deviasi 0,2971°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 36,2°C dan maksimum 37,3°C. Hasil analisis pada kelompok kontrol menunjukkan rata-rata suhu tubuh bayi sebelum dikontrol selama 30 menit berada pada 36,7°C dan standar deviasi 0,5195°C dan suhu tubuh minimum bayi 34,9°C serta suhu tubuh maksimum 37,6°C. Sedangkan, rata-rata suhu tubuh bayi setelah 30 menit berkisar 36,5°C dengan standar deviasi 0,7199°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 34,9°C dan maksimum 37,5°C. Hasil analisis hari III pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa ratarata suhu tubuh bayi sebelum terapi adalah 36,7°C dengan standar deviasi 0,4015°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 36,0°C dan maksimum 37,6°C. Sedangkan, rata-rata suhu tubuh bayi setelah terapi berkisar 36,9°C dengan standar deviasi 0,3642°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 36,2°C dan maksimum 37,6°C. Hasil analisis pada kelompok kontrol menunjukkan rata-rata suhu tubuh bayi sebelum dikontrol selama 30 menit berada pada 36,5°C dan standar deviasi 0,6855°C dan suhu tubuh minimum bayi 35,6°C serta suhu tubuh maksimum 37,4°C. Sedangkan, rata-rata suhu tubuh bayi setelah 30 menit berkisar 36,7°C dengan standar deviasi 0,5347°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 35,6°C dan maksimum 37,5°C. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 83 5.1.4 Peningkatan Berat Badan Harian Responden Tabel 5.5 Distribusi frekuensi peningkatan berat badan harian bayi pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Variabel Berat Badan Peningkatan Hari ke-2 a. Kelompok terapi b. Kelompok kontrol Peningkatan Hari ke-3 a. Kelompok terapi b. Kelompok kontrol Peningkatan Hari ke-4 a. Kelompok terapi b. Kelompok kontrol Peningkatan Total a. Kelompok terapi b. Kelompok kontrol N Mean SD Minimum Maximum 16 14 23,75 -21,43 29,183 77,346 -30 -260 70 50 16 14 18,13 14,29 19,738 28,206 -10 -50 50 50 16 14 28,75 16,43 17,038 11,507 0 -10 60 30 16 14 70,63 9,29 37,677 67,307 -10 -10 120 70 Grafik 5.1 Peningkatan berat badan harian bayi prematur pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Hasil analisis yang tercantum dalam tabel 5.5 menguraikan tentang peningkatan berat badan harian dan total bayi selama proses intervensi pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Hasil analisis Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 84 peningkatan berat badan hari ke-2 adalah peningkatan berat badan dari hari ke-1 hingga hari ke-2 intervensi. Pada kelompok intervensi terlihat bahwa rata-rata peningkatan berat badan bayi berkisar 23,75 gram dengan standar deviasi 29,183. Hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata peningkatan berat badan bayi pada kelompok kontrol yang mengalami penurunan berkisar 21,43 gram dengan standar deviasi 77,346 gram. Berat badan bayi pada kelompok intervensi ini minimum mengalami penurunan 30 gram dan maksimum mengalami peningkatan 70 gram. Hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan nilai minimum berat badan bayi adalah mengalami penurunan sebesar 260 gram dan maksimum mengalami peningkatan sebesar 50 gram. Hasil analisis peningkatan berat badan hari ke-3 adalah peningkatan berat badan dari hari ke-2 hingga hari ke-3 intervensi. Pada kelompok intervensi terlihat bahwa rata-rata peningkatan berat badan bayi berkisar 18,13 gram dengan standar deviasi 19,738. Hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata peningkatan berat badan bayi pada kelompok kontrol yang berkisar 14,29 gram dengan standar deviasi 28,206 gram. Berat badan bayi pada kelompok intervensi ini minimum mengalami penurunan 10 gram sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 50 gram. Berat badan maksimum mengalami peningkatan 50 gram pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol juga mengalami peningkatan sebesar 50 gram. Hasil analisis peningkatan berat badan hari ke-4 adalah peningkatan berat badan dari hari ke-3 hingga hari ke-4 intervensi. Pada kelompok intervensi terlihat bahwa rata-rata peningkatan berat badan bayi berkisar 28,75 gram dengan standar deviasi 17,038. Hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata peningkatan berat badan bayi pada kelompok kontrol yang berkisar 16,43 gram dengan standar deviasi 11,507. Berat badan bayi pada kelompok intervensi ini minimum mengalami peningkatan 0 gram Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 85 sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 10 gram. Berat badan maksimum mengalami peningkatan 60 gram pada kelompok intervensi yang lebih besar dari kelompok kontrol yang mengalami peningkatan sebesar 30 gram. Hasil analisis peningkatan berat badan total yaitu peningkatan berat badan dari hari I hingga hari ke IV. Pada kelompok intervensi terlihat bahwa rata-rata peningkatan berat badan bayi berkisar 70,63 gram dengan standar deviasi 37,677. Hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata peningkatan berat badan bayi pada kelompok kontrol yang berkisar 9,29 gram dengan standar deviasi 67,307. Berat badan bayi pada kelompok intervensi ini minimum mengalami penurunan sebesar 10 gram, demikian pula pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 10 gram. Berat badan maksimum mengalami peningkatan 120 gram pada kelompok intervensi yang lebih besar dari kelompok kontrol yang mengalami peningkatan sebesar 70 gram. 5.1.5 Peningkatan Suhu Tubuh Harian Responden Sebelum dan Setelah Terapi Musik Tabel 5.6 Distribusi frekuensi peningkatan suhu tubuh harian sebelum & setelah terapi bayi prematur pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Variabel Suhu Tubuh Peningkatan Hari I a. Kelompok terapi b. Kelompok kontrol Peningkatan Hari II a. Kelompok terapi b. Kelompok kontrol Peningkatan Hari III a. Kelompok terapi b. Kelompok kontrol N Mean SD Minimum Maximum 16 14 0,181 -0,057 0,2713 0,1089 -0,3 -0,2 0,8 0,1 16 14 0,194 0,014 0,1436 0,1351 0,0 -0,2 0,6 0,2 16 14 0,231 0,014 0,1922 0,1351 0,0 -0,2 0,8 0,2 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 86 Grafik 5.2 Peningkatan suhu tubuh harian sebelum & setelah terapi bayi prematur pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Hasil analisis yang tercantum dalam tabel 5.6 menguraikan tentang peningkatan suhu tubuh harian dan total bayi selama proses intervensi pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Hasil analisis peningkatan suhu tubuh hari I adalah peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah terapi musik selama 30 menit pada hari I baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi terlihat bahwa rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi berkisar 0,181°C dengan standar deviasi 0,2713°C. Hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi pada kelompok kontrol yang mengalami penurunan sebesar 0,057°C dengan standar deviasi 0,1089°C. Suhu tubuh bayi pada kelompok intervensi ini minimum mengalami penurunan 0,3°C sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 0,2°C. Suhu tubuh maksimum mengalami peningkatan 0,8°C pada kelompok intervensi yang lebih besar dari kelompok kontrol yang mengalami peningkatan sebesar 0,1°C. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 87 Hasil analisis peningkatan suhu tubuh hari II adalah peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah terapi musik selama 30 menit pada hari II baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi terlihat bahwa rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi berkisar 0,194°C dengan standar deviasi 0,1436°C. Hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi pada kelompok kontrol yang mengalami penurunan sebesar 0,014°C dengan standar deviasi 0,1351°C. Suhu tubuh bayi pada kelompok intervensi ini minimum berkisar 0,0°C sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 0,2°C. Suhu tubuh maksimum mengalami peningkatan 0,6°C pada kelompok intervensi yang lebih besar dari kelompok kontrol yang mengalami peningkatan sebesar 0,2°C. Hasil analisis peningkatan suhu tubuh hari III adalah peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah terapi musik selama 30 menit pada hari III baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi terlihat bahwa rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi berkisar 0,231°C dengan standar deviasi 0,1922°C. Hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi pada kelompok kontrol yang mengalami penurunan sebesar 0,014°C dengan standar deviasi 0,1351°C. Suhu tubuh bayi pada kelompok intervensi ini minimum berkisar 0,0°C sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 0,2°C. Suhu tubuh maksimum mengalami peningkatan 0,8°C pada kelompok intervensi yang lebih besar dari kelompok kontrol yang mengalami peningkatan sebesar 0,2°C. 5.2 Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut: Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 88 5.2.1 Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama. Uji homogenitas pada penelitian ini terdiri dari karakteristik responden (usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1, dan APGAR menit 5) antara kelompok kontrol dan intervensi, berat badan dan suhu tubuh harian bayi prematur antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi, perbedaan peningkatan berat badan dan suhu tubuh pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi 5.2.1.1 Karakteristik Responden Tabel 5.7 Uji kesetaraan usia dan berat badan awal bayi pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Variabel Mean Kelompok kontrol (N=14) Mean Kelompok intervensi (N=16) P value Usia 4,57 7,00 0,073 Berat badan awal 1967,14 1720,00 0,410 Ket: α=0,05 Hasil analisis pada tabel 5.7 menunjukkan adanya kesetaraan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dengan P value usia bayi dan berat badan awal (0,073 & 0,410). yang nilainya lebih besar dari 0,05. P value yang lebih besar dari α (0,05) menunjukkan bahwa semua variabel tersebut homogen antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 89 Tabel 5.8 Uji kesetaraan karakteristik responden (jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1, dan APGAR menit 5) antara kelompok intervensi & kelompok kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Variabel Kelompok kontrol (N=14) n persen Kelompok intervensi (N=16) n P value persen Jenis kelamin 0,846 - Laki-laki 5 (35,7%) 6 (62,5%) - Perempuan 9 (64,3%) 10 (37,5%) Jenis makanan 0,784 - ASI 12 (0%) 14 (0%) - Susu formula 2 (14,3%) 2 (12,5%) - Gabungan ASI dan susu formula 0 (85,7%) 0 (87,5%) APGAR menit 1 0,898 - Asfiksia ringan 8 (57,1%) 10 (62,5%) - Asfiksia sedang 6 (42,9%) 6 (37,5%) - Asfiksia berat 0 (0%) 0 (0%) APGAR menit 5 0,093 - Asfiksia ringan 13 (92,9%) 16 (100%) - Asfiksia sedang 1 (7,1%) 0 (0%) - Asfiksia berat 0 (0%) 0 (0%) Ket: α=0,05 Hasil analisis pada tabel 5.8 menunjukkan adanya kesetaraan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dengan P value jenis kelamin (0,846), jenis makanan (0,784), APGAR menit 1 (0,898) dan menit kelima (0,093) yang nilainya lebih besar dari 0,05. P value yang lebih besar dari α (0,05) menunjukkan bahwa semua variabel tersebut homogen antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 90 5.2.2 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji ini juga dimaksudkan untuk menentukan uji bivariat yang akan digunakan yaitu uji parametrik untuk data yang berdistribusi normal dan uji non-parametrik untuk data yang berdistribusi tidak normal. Hasil penelitian di uji normalitasnya adalah berat badan harian bayi prematur, suhu tubuh harian bayi prematur sebelum dan setelah terapi, peningkatan berat badan harian dan total bayi prematur, serta peningkatan suhu tubuh harian dan total bayi prematur. 5.2.2.1 Berat Badan dan Suhu Tubuh Harian Bayi Prematur Tabel 5.9 Uji normalitas data berat badan & suhu tubuh bayi pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar 19 April -12 Juni 2010 (N= 30) Variabel Perlakuan BB I (gram) Kontrol Intervensi BB II (gram) Kontrol Intervensi 0,201 0,119 14 16 0,131 0,200 0,950 0,959 14 16 0,561 0,650 BB III (gram) Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi 0,188 0,116 0,205 0,098 0,161 0,178 0,123 0,177 0,232 0,148 0,243 0,106 0,094 0,124 0154 0,135 14 16 14 16 14 16 14 16 14 16 14 16 14 16 14 16 0,194 0,200 0,113 0,200 0,200 0.189 0,200 0,195 0,040 0,200 0,025 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,951 0,970 0,943 0,969 0,953 0,933 0,951 0,922 0,883 0,913 0,838 0,968 0,965 0,969 0,950 0,976 14 16 14 16 14 16 14 16 14 16 14 16 14 16 14 16 0,573 0,841 0,461 0,825 0,612 0,271 0,574 0,179 0,063 0,131 0,016* 0,807 0,797 0,827 0,564 0,925 BB IV (gram) suhu sb I (°C) Suhu ss I (°C) suhu sb II (°C) Suhu ss II (°C) suhu sb III (°C) Suhu ss III (°C) Ket: * bermakna pada < α (0,05) Kolmogorov-Smirnov Statistik Df P value 0,170 14 0,200 0,110 16 0,200 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Shapiro-Wilk Statistik Df P value 0,958 14 0,691 0,962 16 0,699 Universitas Indonesia 91 Hasil analisis tabel 5.9 menunjukkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-wilk. Hasil analisis yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena jumlah sampel yang digunakan kurang dari 50 bayi. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh bahwa P value berat badan hari I kelompok intervensi dan kontrol (0,691; 0,699), berat badan hari II kelompok intervensi dan kontrol (0,561; 0,650), berat badan hari III kelompok intervensi dan kontrol (0,573; 0,841),berat badan hari IV kelompok intervensi dan kontrol (0,461; 0,825) lebih besar dari α (0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa data berat badan berdistribusi normal. Hasil analisis suhu tubuh pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa terdapat data yang berdistribusi normal dan data yang berdistribusi tidak normal. Data yang berdistribusi normal terlihat dengan P value yang lebih besar dari α (0,05) yaitu suhu tubuh hari I sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi (0,612; 0,271), suhu tubuh hari I setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi (0,574; 0,179), suhu tubuh hari II sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi (0,063; 0,131), suhu tubuh hari II setelah intervensi pada kelompok intervensi (0,807), suhu tubuh hari III sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi (0,797; 0,827), suhu tubuh hari III setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi (0,564; 0,925). Sedangkan, data yang berdistribusi tidak normal yaitu memiliki P value yang lebih kecil dari α (0,05) terdapat pada suhu tubuh setelah intervensi pada kelompok kontrol (0,016) Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 92 5.2.2.2 Peningkatan Berat Badan dan Suhu Tubuh Harian dan Total Bayi Prematur Tabel 5.10 Uji normalitas data peningkatan berat badan & suhu tubuh bayi prematur pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Peningkatan BB hari 2 Peningkatan BB hari 3 Peningkatan BB hari 4 peningkatan BB total peningkatan suhu hari 1 peningkatan suhu hari 2 peningkatan suhu hari 3 Kolmogorov-Smirnov(a) Statistik Df P value 0,250 30 0,000 0,112 30 0,200 0,195 30 0,005 0,189 30 0,008 0,181 30 0,013 0,209 30 0,002 0,163 30 0,042 Statistik 0,692 0,939 0,930 0,822 0,922 0,913 0,886 Shapiro-Wilk Df 30 30 30 30 30 30 30 P value 0,000* 0,087* 0.050 0,000* 0,030* 0,017* 0,004* Ket: * bermakna pada α (0,05) Hasil analisis tabel 5.10 menunjukkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-wilk. Hasil analisis yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena jumlah sampel yang digunakan kurang dari 50 bayi. Analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat data yang berdistribusi normal dan data yang berdistribusi tidak normal. Data yang berdistribusi normal terlihat dengan P value yang lebih besar dari α (0,05) yaitu peningkatan berat badan hari ke-3 dan ke-4 (0,087 dan 0,050). Data yang berdistribusi tidak normal terlihat dengan P value yang lebih kecil dari α (0,05) yaitu peningkatan berat badan hari ke-2, peningkatan berat badan total (0,000 dan 0,000), dan peningkatan suhu tubuh hari I, II dan III (0,030; 0,017; dan 0,004). 5.2.3 Perbedaan Berat Badan Bayi Prematur Sebelum dan Setelah Terapi Musik pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol. Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa berat badan harian bayi prematur berdistribusi normal. Oleh karena itu, uji bivariat untuk melihat adanya perbedaan berat badan bayi prematur sebelum dan setelah diberikan terapi musik adalah menggunakan uji parametrik. Uji parametrik Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 93 yang digunakan adalah paired t-test. Hasil uji ini dijabarkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 5.11 Perbedaan berat badan hari I sebelum & setelah terapi musik di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Kelompok Berat badan Mean Standar Deviasi Intervensi Hari I Hari II Hari I Hari II -23,750 29,183 95% Interval Lower -39,301 21,429 77,346 -23,230 Kontrol Confidence P value Upper -8,199 0,005* 66,087 0,319 Ket: * bermakna pada α (0,05) Hasil analisis pada tabel 5.11 menunjukkan perbedaan berat badan sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil uji statistik pada kelompok intervensi menunjukkan adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah diberikan terapi musik. Hal ini dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu 0,005 (95% Confidence Interval -39,301 dan -8,199). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan berat badan pada hari I dan II pada kelompok intervensi (diberikan terapi musik). Hasil uji statistik pada kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah dilakukan kontrol berat badan selama 3 hari. Hal ini dibuktikan dengan P value > α (0,05) yaitu 0,319 (95% Confidence Interval -23,230 dan 66,087). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan berat badan pada hari I dan II pada kelompok kontrol (tidak diberikan terapi musik). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 94 Tabel 5.12 Perbedaan berat badan hari II sebelum & setelah intervensi di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Kelompok Intervensi Kontrol Berat badan Hari II Hari III Hari II Hari III Mean Standar Deviasi -18,125 19,738 95% Interval Lower -28,643 -14,286 28,206 -30,572 Confidence P value Upper -7,607 0,002* 2,000 0,081 Ket: * bermakna pada α (0,05) Hasil analisis pada tabel 5.12 menunjukkan perbedaan berat badan sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil uji statistik pada kelempok intervensi menunjukkan adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah diberikan terapi musik. Hal ini dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu 0,002 (95% Confidence Interval -8,643 dan -7,607). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan berat badan pada hari II dan III pada kelompok intervensi. Hasil uji statistik pada kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah dilakukan kontrol berat badan selama 3 hari. Hal ini dibuktikan dengan P value > α (0,05) yaitu 0,081 (95% Confidence Interval -30,572 dan 2,000). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan berat badan pada hari II dan III pada kelompok kontrol. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 95 Tabel 5.13 Perbedaan berat badan hari III sebelum & setelah intervensi di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Kelompok Intervensi Kontrol Berat badan Hari III Hari IV Hari III Hari IV Mean Standar Deviasi -28,750 17,078 95% Interval Lower -37,850 -16,429 11,507 -23,073 Confidence P value Upper -19,650 0,000* -9,784 0,000* Ket: * bermakna pada α (0,05) Hasil analisis pada tabel 5.13 menunjukkan perbedaan berat badan sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil uji statistik pada kelempok intervensi menunjukkan adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah diberikan terapi musik pada hari III dan IV. Hal ini dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu 0,000 (95% Confidence Interval -37,850 dan - 19,650). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan berat badan pada hari III dan IV pada kelompok intervensi (diberikan terapi musik). Hasil uji statistik pada kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah dilakukan kontrol pada hari III dan IV. Hal ini dibuktikan dengan P value > α (0,05) yaitu 0,000 (95% Confidence Interval -23,073 dan -9,784). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan berat badan pada hari III dan IV pada kelompok kontrol (tidak diberikan terapi musik). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 96 Tabel 5.14 Perbedaan berat badan total sebelum & setelah intervensi di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Kelompok Intervensi Kontrol Berat badan Hari I Hari IV Hari I Hari IV Mean Standar Deviasi -70,625 37,677 95% Interval Lower -90,702 -9,286 67,307 -48,148 Confidence P value Upper -50,548 0,000* 29,576 0,614 Ket: * bermakna pada α (0,05) Hasil analisis pada tabel 5.14 menunjukkan perbedaan berat badan sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil uji statistik pada kelempok intervensi menunjukkan adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah diberikan terapi musik selama 3 hari. Hal ini dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu 0,000 (95% Confidence Interval -90,702 dan -50,584). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan berat badan yang bermakna setelah diberikan terapi musik selama 3 hari pada kelompok intervensi (diberikan terapi musik). Hasil uji statistik pada kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan berat badan yang tidak bermakna antara sebelum dan setelah dilakukan kontrol selama 3 hari. Hal ini dibuktikan dengan P value > α (0,05) yaitu 0,614 (95% Confidence Interval -48,148 dan 29,576). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan berat badan setelah dikontrol selama 3 hari pada kelompok kontrol (tidak diberikan terapi musik). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 97 5.2.4 Perbedaan Suhu Tubuh Bayi Prematur Sebelum dan Setelah Terapi Musik pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol. Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa suhu tubuh harian bayi prematur berdistribusi normal. Oleh karena itu, uji bivariat untuk melihat adanya perbedaan suhu tubuh bayi prematur sebelum dan setelah diberikan terapi musik adalah menggunakan uji parametrik. Uji parametrik yang digunakan adalah paired t-test. Hasil uji ini dijabarkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 5.15 Perbedaan suhu tubuh total sebelum & setelah intervensi di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Hari Kelompok Berat badan Mean Mean total I Intervensi 36,6 36.8 36.6 36.6 36.6 36.8 36.5 36.5 36.7 36.9 36.7 36.7 -0,1813 Kontrol II Intervensi Kontrol III Intervensi Kontrol Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Ket: * bermakna pada α (0,05) Standar 95% Confidence P Deviasi Interval value Lower Upper 0,2713 -0,3258 -0,0367 0,017* 0,0571 0,1089 -0,058 0,1200 0,071 0,1938 0,1436 -0,2703 -0,1172 0,000* -0,0143 0,1351 -0,0923 0,0637 0,699 -0,2313 0,1922 -0,3337 -0,1288 0,000* -0,0143 0,1351 -0,0923 0,0637 0,699 Hasil analisis pada tabel 5.15 menunjukkan perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah intervensi kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada hari I, II, III dan total. Hasil uji statistik pada hari I kelompok intervensi menunjukkan adanya perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah diberikan terapi musik selama 30 menit. Hal ini dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu 0,017 (95% Confidence Interval -0,3258 dan -0,367). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan suhu tubuh Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 98 yang bermakna setelah diberikan terapi musik selama 30 menit pada kelompok intervensi (diberikan terapi musik). Hasil uji statistik pada hari I kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah dikontrol selama 30 menit (tanpa terapi musik). Hal ini dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu 0,071 (95% Confidence Interval -0,058 dan 1,200). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna setelah dikontrol selama 30 menit (tanpa terapi musik). Hasil uji statistik pada hari II kelompok intervensi menunjukkan adanya perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah diberikan terapi musik selama 30 menit. Hal ini dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu 0,000 (95% Confidence Interval -0,2703 dan -0,1127). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna setelah diberikan terapi musik selama 30 menit pada kelompok intervensi (diberikan terapi musik) pada hari ke-2. Hasil uji statistik pada hari II kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah dikontrol selama 30 menit (tanpa terapi musik). Hal ini dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu 0,699 (95% Confidence Interval -0,0923 dan 0,0637). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna setelah dikontrol selama 30 menit (tanpa terapi musik) di hari ke-2. Hasil uji statistik pada hari III kelompok intervensi menunjukkan adanya perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah diberikan terapi musik selama 30 menit. Hal ini dibuktikan dengan P value Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 99 < α (0,05) yaitu 0,000 (95% Confidence Interval -0,3337 dan -0,1288). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna setelah diberikan terapi musik selama 30 menit pada kelompok intervensi (diberikan terapi musik) pada hari ke-3. Hasil uji statistik pada hari III kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah dikontrol selama 30 menit (tanpa terapi musik). Hal ini dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu 0,699 (95% Confidence Interval -0,0923 dan 0,0637). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna setelah dikontrol selama 30 menit (tanpa terapi musik) di hari ke-2. 5.2.5 Perbedaan Peningkatan Berat Badan Bayi Prematur Sebelum dan Setelah Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol. Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa peningkatan berat badan harian bayi prematur berdistribusi normal pada hari ke-2 dan peningkatan berat badan total sedangkan peningkatan pada hari ke-3 dan hari ke-4 berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, uji bivariat yang digunakan pada hasil penelitian ini dipilih berdasarkan distribusi data. Data yang berdistribusi normal akan diuji menggunakan uji parametrik yaitu pooled t-test. Data yang berdistribusi tidak normal akan diuji menggunakan uji non-parametrik yaitu Mann Whitney Test. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 100 Tabel 5.16 Perbedaan peningkatan berat badan pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Variabel Peningkatan berat badan hari ke-2 Peningkatan berat badan hari ke-3 Peningkatan berat badan hari ke-4 Peningkatan berat badan total Kelompok Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Mean 23,75 -21,43 18,13 14,29 28,75 16,43 70,63 P value 0,031* 0,666 0,030* 0,002* 9,29 Ket: * bermakna pada α (0,05) Hasil analisis pada tabel 5.16 memaparkan tentang perbedaan peningkatan berat badan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada hari ke-2, 3, 4 dan total. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada hari ke-2 (berat badan hari I dan II). Hal ini dibuktikan dengan melihat P value < α (0,05) yaitu 0,031. Berdasarkan P value tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna antara hari I dan II terapi musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada hari ke-3 (berat badan hari II dan III). Hal ini dibuktikan dengan melihat P value > α (0,05) yaitu 0,666. Berdasarkan P value tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna antara hari II dan III terapi musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 101 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada hari ke-4 (berat badan hari III dan IV). Hal ini dibuktikan dengan melihat P value < α (0,05) yaitu 0,030. Berdasarkan P value tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna antara hari III dan IV terapi musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah 3 hari terapi musik (berat badan hari I dan IV). Hal ini dibuktikan dengan melihat P value < α (0,05) yaitu 0,002. Berdasarkan P value tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna setelah 3 hari terapi musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. 5.2.6 Perbedaan Peningkatan Suhu Tubuh Bayi Prematur Sebelum dan Setelah Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol. Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa peningkatan suhu tubuh total bayi prematur berdistribusi normal sedangkan peningkatan pada hari ke-1, hari ke-2 dan hari ke-3 berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, uji bivariat yang digunakan pada hasil penelitian ini dipilih berdasarkan distribusi data. Data yang berdistribusi normal akan diuji menggunakan uji parametrik yaitu pooled t-test. Data yang berdistribusi tidak normal akan diuji menggunakan uji non-parametrik yaitu Mann Whitney Test. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 102 Tabel 5.17 Perbedaan peningkatan berat badan pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Variabel Peningkatan suhu tubuh hari 1 Peningkatan suhu tubuh hari 2 Peningkatan suhu tubuh hari 3 Ket: * bermakna pada α (0,05) Kelompok Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Mean 0,181 P value 0,006* -0,057 0,194 0,014 0,002* 0,231 0,014 0,002* Hasil analisis pada tabel 5.17 memaparkan tentang perbedaan peningkatan suhu tubuh antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada hari I, II, III dan total. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah terapi pada hari I antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hal ini dibuktikan dengan melihat P value < α (0,05) yaitu 0,006. Berdasarkan P value tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan peningkatan suhu tubuh yang bermakna pada hari I terapi musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah terapi pada hari II antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hal ini dibuktikan dengan melihat P value < α (0,05) yaitu 0,002. Berdasarkan P value tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan peningkatan suhu tubuh yang bermakna pada hari II terapi musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah terapi pada hari III antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hal ini dibuktikan dengan melihat P value < α (0,05) yaitu 0,002. Berdasarkan P value tersebut, Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 103 maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan peningkatan suhu tubuh yang bermakna pada hari III terapi musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. 5.3 Ancova Tabel 5.18 Rata-Rata peningkatan berat badan dan suhu tubuh setelah terapi musik sebelum dikontrol variabel confounding di Makassar 19 April hingga 12 Juni 2010 (N=30) Variabel Kelompok N Mean SD Peningkatan berat badan Intervensi 16 70,63 67,307 Kontrol 14 9,29 37,677 Peningkatan suhu tubuh Intervensi 16 0,231 0,1922 Kontrol 14 0,014 0,1351 Levene test 0,292 0,641 Ket: α=0,05 Hasil analisis pada tabel 5.20 menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan berat badan pada kelompok intervensi adalah 70,63 gram dan lebih besar dibandingkan kelompok kontrol rata-rata peningkatannya 9,29 gram. Hasil levene test menunjukkan nilai P=0,29 > α (0,05), hal ini menunjukkan bahwa peningkatan berat badan antara kelompok kontrol dan intervensi memiliki varian yang sama. Hasil analisis pada tabel 5.18 menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan suhu tubuh pada kelompok intervensi adalah 0,231°C dan lebih besar dibandingkan kelompok kontrol rata-rata peningkatannya 0,014°C. Hasil levene test menunjukkan nilai P=0,641 > α (0,05), hal ini menunjukkan bahwa peningkatan suhu tubuh antara kelompok kontrol dan intervensi memiliki varian yang sama. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 104 Tabel 5.19 Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan setelah dikontrol variabel confounding (usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5 di Makassar 19 April hingga 12 Juni 2010 (N=30) Variabel P Value Intervensi 0,004* Usia 0,154 Jenis Kelamin 0,630 Jenis makanan 0,771 APGAR menit 1 0,040* APGAR menit 5 0,440 Ket: * bermakna pada α (0,05) Hasil analisis tabel 5.19 menjelaskan tentang pengaruh terapi musik terhadap peningkatan berat badan setelah dikontrol variabel confounding (Usia, Jenis kelamin, Jenis makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5) di Makassar. Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa intervensi terapi musik memiliki pengaruh terapi musik terhadap peningkatan berat badan, hal ini terlihat dari nilai P value 0,004 < α (0,05). Variabel usia, jenis kelamin, jenis makanan, nilai APGAR menit 5 tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi prematur, hal ini terlihat dari nilai P > α (0,05) yaitu 0,154; 0,630; 0,771 dan 0,440. Sedangkan APGAR menit 1 memiliki pengaruh terhadap peningkatan berat badan yaitu memiliki nilai P value 0,040 < α (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel usia, jenis kelamin, jenis makanan, dan APGAR menit 5 tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi prematur, sedangkan APGAR menit 1 memiliki pengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi prematur. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 105 Tabel 5.20 Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh setelah dikontrol variabel confounding (usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5) di Makassar 19 April hingga 12 Juni 2010 (N=30) Variabel P Value Intervensi 0,001* Usia 0,825 Jenis Kelamin 0,229 Jenis makanan 0,777 APGAR menit 1 0,784 APGAR menit 5 0,491 Ket: * bermakna pada α (0,05) Hasil analisis tabel 5.20 menjelaskan tentang pengaruh terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur setelah dikontrol variabel confounding (usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5) di Makassar. Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa intervensi terapi musik memiliki pengaruh terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur, hal ini terlihat dari nilai P value 0,001 < α (0,05). Variabel usia, jenis kelamin, jenis makanan, nilai APGAR menit 1 dan 5 tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur, hal ini terlihat dari P value > α (0,05) yaitu 0,825; 0,229; 0,777; 0,784 dan 0,491. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel usia, jenis kelamin, jenis makanan, dan APGAR menit 1 dan 5 tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia BAB VI PEMBAHASAN Bab keenam ini menguraikan tentang pembahasan yang meliputi interpretasi dan diskusi hasil penelitian dan dikaitkan dengan teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Bab ini juga akan membahas tentang implikasi penelitian untuk keperawatan dan berbagai keterbatasan penelitian. 6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian ini mengacu pada tujuan yang telah dibuat sebelumnya yaitu agar diketahuinya efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan peningkatan suhu bayi prematur di beberapa rumah sakit di Makassar, Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, interpretasi dan diskusi hasil ini disesuaikan dengan tujuan umum dan tujuan khusus penelitian. Berikut ini akan diuraikan interpretasi dan diskusi hasil penelitian. 6.1.1 Gambaran Peningkatan Berat Badan Harian. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa peningkatan berat badan harian bayi prematur bervariasi pada setiap harinya selama masa terapi. peningkatan berat badan terjadi baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Peningkatan berat badan pada kelompok intervensi lebih besar bila dibandingkan dengan peningkatan berat badan pada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi berat badan naik hingga > 20 gram/hari; sedangkan kelompok kontrol < 20 gram/hari. Hasil penelitian ini sejalan dengan Anderson, Johnson, Townsend dan Hay (2002) yang mengemukakan bahwa bayi prematur akan mengalami penurunan berat badan secara fisiologis pada tiga hari pertama kehidupannya, yaitu sebanyak 6%-8% dari berat lahirnya. Penambahan berat badan bayi prematur sehat berkisar 15–20 gram/kg/hari pada hari- 106 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 107 hari pertama kehidupannya. Namun, penambahan berat badan pada bayi prematur sakit baru terjadi setelah 2 minggu pertama kehidupannya. Hal ini mendukung hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa bayi prematur yang mendapat terapi musik mengalami peningkatan berat badan lebih besar dari 20 gram/hari; sedangkan bayi prematur yang menjadi kontrol mengalami peningkatan berat badan yang kurang dari 15 gram perhari. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Cevasco dan Grant (2005) melakukan penelitian pada 62 bayi prematur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan peningkatan berat badan pada pemberian terapi musik menggunakan pacifier activated lullaby (PAL) selama 3 hari. Penelitian ini melihat perbedaan peningkatan berat badan pada hari pertama terapi, selama terapi dan setelah terapi musik. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata peningkatan berat badan pada hari pertama terapi 13,85 gram; peningkatan berat badan hari kedua adalah 26,67 gram; peningkatan hari ketiga adalah 29,64 gram; dan pada setelah terapi adalah 22,89 gram. Hasil ini menunjukkan tidak ada perbedaan peningkatan berat badan bayi selama terapi musik, namun perbedaan yang signifikan terjadi setelah terapi musik diberikan selama 3 hari. Hasil penelitian Standley (1998) pada 40 bayi prematur yang dibagi dalam 10 bayi perempuan dan 10 bayi laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek terapi musik dan stimulasi multimodal terhadap respon bayi prematur di ruang level III Newborn Intermediate Care Unit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi rata-rata peningkatan berat badan bayi laki-laki 18,2 gram/hari; Sedangkan, ratarata peningkatan berat badan bayi perempuan adalah 17,8 gram/hari. Pada kelompok kontrol rata-rata peningkatan berat badan bayi laki-laki adalah 16,0 gram/hari; sedangkan bayi perempuan mengalami rata-rata peningkatan berat badan 12,3 gram/hari. Hasil ini menunjukkan bahwa Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 108 rata-rata peningkatan berat badan bayi yang diberikan terapi musik adalah antara 15-20 gram.hari; sedangkan bayi yang tidak diberikan terapi musik adalah berkisar dibawah 15 gram/hari. Hasil penelitian standley menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata peningkatan berat badan antara bayi laki-laki dan perempuan, namun perbedaannya tidak signifikan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Caine (1991) pada 52 bayi prematur selama dirawat di rumah sakit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan berat badan total bayi selama dirawat dirumah sakit hingga pulang antara kelompok yang diberikan terapi musik (517,91) dan tidak diberikan terapi musik (590,96) memiliki perbedaan yang tidak signifikan. Perbedaan yang tidak signifikan ini dikarenakan bayi yang diberikan terapi musik (rata-rata lama hari rawat 26 hari) memiliki lama hari rawat yang lebih pendek dibandingkan bayi yang tidak diberikan terapi musik (rata-rata lama hari rawat 31 hari). Pemberian terapi musik memberikan pengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi prematur. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian dan teori yang telah dibahas diatas. Peningkatan berat badan bayi prematur yang diberikan terapi musik berkisar diatas peningkatan berat badan normal untuk bayi prematur sehat yaitu diatas 20 gram/hari. Peningkatan berat badan untuk kelompok kontrol berkisar pada peningkatan berat badan normal bahkan di bawahnya yaitu berkisar 15 gram/hari. 6.1.2 Gambaran Peningkatan Suhu Tubuh Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Musik. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa peningkatan suhu tubuh antara sebelum dan setelah terapi musik bervariasi pada setiap harinya baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol. Peningkatan suhu tubuh bayi terjadi baik pada kelompok intervensi Maupun kelompok Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 109 kontrol; namun, peningkatan pada kelompok intervensi lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol. Peningkatan suhu tubuh ketika diberikan terapi musik ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Vogtmann (2002) pada bayi-bayi yang memiliki berat badan 1000 gram. Terapi musik diberikan selam 43 menit pada setiap siang dan malam hari. Penelitian ini menemukan bahwa suhu perifer mendekati suhu pusat pada kelompok yang diberikan terapi musik. Rata-rata suhu perifer pada kelompok yang diberikan terapi musik adalah 35,7°C dengan suhu pusat 37,1°C; sedangkan kelompok kontrol memiliki rata-rata suhu perifer 35,1°C dengan suhu pusat 36,7°C. Bayi prematur ini rentan terhadap ketidakstabilan suhu. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan suhu adalah; kehilangan panas yang sangat besar akibat luas permukaan tubuh terhadap berat badan, penyekatan lemak subkutan yang minimal, cadangan lemak coklat (sumber internal untuk menghasilkan panas, terdapat pada bayi cukup bulan normal) terbatas, kontrol refleks pada kapiler kulit tidak ada atau lemah (respon mengigil), aktivitas massa otot tidak adekuat (sehingga bayi prematur tidak dapat menghasilkan panasnya sendiri), kapiler-kapiler mudah rusak, pengaturan suhu di otak tidak matur (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Johnston, Flood & Spinks, 2003). Blake dan Murray (2002) mengemukakan bahwa rentang normal suhu aksila bayi prematur bekisar antara 36,3-36,9°C. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar (25 ºC) maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi (penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya per sepuluh dari jumlah kehilangan panas di atas, dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2 ºC dalam waktu 15 menit (Wong et.all, 2009). Oleh karena itu, terdapat Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 110 beberapa cara untuk mempertahankan suhu tubuh bayi prematur yaitu dengan inkubator, radiant warmer, dan dengan metode lain misalnya membedong, perawatan model kangguru (PMK). Penjabaran hasil penelitian dan teori tersebut mendukung bahwa pemberian terapi musik dapat meningkatkan suhu tubuh bayi prematur. Rata-rata Peningkatan suhu tubuh terjadi selama terapi musik diberikan. Rata-rata peningkatan suhu tubuh selama terapi musik adalah lebih besar dari 0,1°C; sedangkan kelompok yang tidak diberikan terapi musik memiliki rata-rata peningkatan suhu tubuh kuramg dari 0,1°C. 6.1.3 Gambaran Variabel Confounding (Usia, Jenis Kelamin, APGAR Menit 1, APGAR Menit 5 dan Jenis Makanan). 6.1.3.1 Usia Bayi Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa rata-rata usia bayi yang menjadi responden adalah 5,87 hari dengan standar deviasi 5,090 hari. Umur bayi termuda adalah 3 hari dan umur bayi tertua adalah 28 hari. Hal ini hampir sama dengan usia bayi yang digunakan dalam penelitian Lubetzky et.all (2009) yaitu pada rentang 5-51 hari. Usia bayi yang digunakan ini didukung oleh penelitian Cassidy dan Standley (1995) pada 20 bayi prematur pada usia gestasi 24-30 minggu gestasi. Studi ini menggunakan musik rekaman lullabies yang diberikan selama 36 menit dalam 3 hari terapi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musik tidak memiliki kontraindikasi jika diberikan pada minggu pertama kehidupan bayi. Usia bayi yang digunakan pada penelitian ini juga sama dengan usia bayi yang digunakan pada penelitian Lubetzky (2009) yang melakukan penelitian pada 20 bayi prematur sehat. Hasil uji univariat menunjukkan bahwa rentang usia yang digunakan pada penelitian ini adalah antara 5-51 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 111 hari. Namun, pada penelitian Lubetzky rata-rata usia bayi yang digunakan berbeda dengan rata-rata usia bayi yang digunakan pada penelitian ini. Pada penelitian Lubetzky, rata-rata usia bayi yang digunakan adalah 30,4 hari dengan standar deviasi 14,1 hari. Standley (1998) melakukan penelitian pada 40 bayi prematur yang dirawat di level III ruang Newborn Intermediate Care Unit. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat manfaat nyanyian lullaby dan stimulasi multimodal pada bayi prematur. Namun, kriteria inklusi yang digunakan pada penelitian ini berbeda dengan kriteria inklusi penelitian yang peneliti lakukan. Standley menentukan kriteria inklusi usia bayi yang digunakan adalah lebih dari 10 hari yang dihitung dari hari pertama lahir. Hasil penelitian ini didukung pula oleh Anderson, Johnson, Townsend dan Hay (2002) dalam Merenstein dan Gardner yang mengemukakan bahwa bayi prematur akan kehilangan berat badan secara fisiologis sebesar 6%8% berat lahirnya pada tiga hari pertama kehidupannya. Oleh karena itu usia bayi minimal yang digunakan pada waktu pertama kali terapi adalah usia 3 hari. Hal ini juga didukung dengan uji homogenitas data yang menunjukkan variabel usia memiliki varian yang sama (homogen) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Penjabaran teori dan hasil penelitian tersebut menggambarkabn bahwa usia bayi yang efektif untuk dijadikan sebagai sampel penelitian pada terapi musik untuk meningkatkan berat badan adalah diatas 3 hari. Terapi musik yang diberikan pada usia dibawah 3 hari akan memiliki banyak faktor perancu karena berat badan bayi turun secara fisiologis pada 3 hari pertama kehidupannya. Namun, jika tujuan penelitian untuk melihat efektifitas terapi musik terhadap pengurangan kehilangan berat badan maka usia bayi yang diambil adalah usia bayi dibawah 3 hari atau dimulai pada hari pertama kehidupannya Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 112 6.1.3.2 Jenis Kelamin Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa Bayi prematur yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 bayi (46,7%) lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang berjenis kelamin perempuan yaitu 19 bayi prematur (53,3). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arnon et.all (2006) pada 31 bayi prematur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi prematur berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 bayi dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 bayi. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Arnon et.al (2006) pada 31 bayi prematur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat live music pada bayi prematur yang dirawat di lingkungan neonatus intensive care unit (NICU). Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa bayi prematur yang digunakan pada penelitian lebih banyak bayi perempuan (17 bayi) dibandingkan dengan bayi laki-laki (14 bayi). Penelitian lain dengan kondisi yang sama dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Lubetzky (2009) pada 18 bayi prematur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek musik Mozart dalam menurunkan pemakaian energi bayi prematur pada saat istirahat. Bayi prematur yang digunakan pada penelitian ini juga lebih banyak bayi yang berjenis kelamin wanita (12 bayi) dibandingkan bayi laki-laki (6 bayi). Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Zeitlin et.al (2003) yang melakukan penelitian pada 2624 bayi prematur pada usia gestasi kurang dari 33 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kelamin bayi yang lahir prematur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 50,8% bayi prematur berjenis kelamin laki-laki (p<0,05). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 113 Standley (1998) melakukan penelitian pada 40 bayi prematur sehat. enelitian ini bertujuan untuk melihat efek terapi musik dan stimulasi multimodal terhadap respon bayi prematur di ruang level III Newborn Intermediate Care Unit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi rata-rata peningkatan berat badan bayi laki-laki 18,2 gram/hari; Sedangkan, rata-rata peningkatan berat badan bayi perempuan adalah 17,8 gram/hari. Pada kelompok kontrol rata-rata peningkatan berat badan bayi laki-laki adalah 16,0 gram/hari; sedangkan bayi perempuan mengalami rata-rata peningkatan berat badan 12,3 gram/hari. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat jumlah peningkatan berat badan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa bayi prematur laki-laki memiliki rata-rata peningkatan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi prematur perempuan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terapi musik lebih efektif diberikan pada bayi perempuan dibandingkan bayi laki-laki, hal ini terlihat dari lama hari rawat bayi perempuan yang lebih rendah daripada lama hari rawat bayi laki-laki yaitu berbeda lebih dari 1,5 hari rawat. Jenis kelamin bayi prematur menentukan keefektifan suatu terapi. bayi yang berjenis kelamin laki-laki memiliki rata-rata peningkatan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi perempuan. Namun, bayi perempuan lebih efektif menerima terapi musik dibandingkan bayi lakilaki jika dilihat dari masalah lama hari rawat. 6.1.3.3 Jenis Makanan Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jenis makanan yang diberikan kepada bayi sebagian besar adalah gabungan ASI dan susu formula yaitu 86,7% dan 13,3% bayi minum susu formula. Namun, tidak ada bayi yang hanya diberikan ASI saja. Hasil penelitian ini bertentangan dengan rekomendasi American Academy of Pediatric (AAP) yaitu ASI sebagai Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 114 pilihan pertama untuk semua bayi, walaupun suplemen yang mengandung ASI dibutuhkan juga untuk bayi prematur. Hal ini juga dinyatakan dalam UU kesehatan no 36 tahun 2009 tentang ASI eksklusif yaitu pasal 128 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Schanler (2010) mengemukakan bahwa walaupun ASI sebagai pilihan pertama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi prematur, namun susu formula juga dapat digunakan sebagai jika terjadi suplai yang tidak adekuat dari ibu yaitu ketika ibu tidak mampu menyusui. Susu formula mengandung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi, namun tidak sama dengan faktor bioaktif yang dimiliki oleh ASI. Davis (1999) mengemukakan bahwa komposisi ASI pada kelahiran prematur biasanya menyesuaikan kebutuhan bayi prematur. Namun, fungsi adaptasi ini belum optimal bagi bayi yang lahir ekstrem prematur. Susu yang berasal dari ibu memiliki kuantitas yang kecil untuk bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah. Air susu Ibu yang melahirkan bayi prematur mengandung asam amino dan campuran lemak yang berguna bagi pertumbuhan fisik bayi. Komponen susu memiliki fungsi yang overlapping dan interdependent. Globula lemak pada susu prematur adalah lebih kecil yang mana hal ini ditujukan agar dapat diabsorpsi secara langsung dengan pencernaan bayi yang masih immatur. Walaupun demikian, bayi yang lahir prematur dapat mengabsorpsi 95% lemak yang berasal dari ASI dibandingkan dengan 83-85 % dari susu formula. Davis (1999) juga mengemukakan bahwa ASI juga mengandung faktor yang bertujuan dalam digestif dan absorpsi. Rantai fatty acid yang panjang sangat berguna bagi pertumbuhan neurologis yang adekuat. Lemak ini merupakan precursor yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi. Hal ini Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 115 kelihatannya terdapat suatu mekanisme biologi yang tak diketahui pada ibu yang melahirkan prematur yang meningkatkan konsentrasi agen anti mikroba ( IgA, laktoferin dan lizosim), faktor anti-inflamasi dan modulator immune (Goldman). Komponen immunologi ini sangat vital untuk bayi berat badan lahir rendah untuk mencegah infeksi nosokomial , sepsis, necrotizing enterocolitis, bakteri, dan infeksi virus. UNICEF menyatakan bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak Balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi. UNICEF juga menyatakan bahwa bayi yang diberikan susu formula, memiliki risiko kematian dibulan pertama kelahirannya 25 kali lebih besar dibandingkan bayi yang diberikan ASI eksklusif. Penelitian Edmond, Zandoh, Quigley, Etego, Agyei dan Kirkwood (2006) yang menghubungkan antara waktu dilakukannya tindakan inisiasi penyusuan serta pola pemberian ASI dengan kejadian kematian bayi mengidentifikasi bahwa bayi yang tertunda sampai 24 jam lebih baru dilakukan kontak dengan ibunya mengalami kematian 2,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang dilakukan inisiasi dini. Bayi yang diberi susu formula mempunyai risiko kematian empat kali lebih banyak daripada bayi yang hanya minum ASI. 22% kematian bayi dibawah 28 hari akan dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif sejak umur 1 hari. ASI dari sang ibu tetap merupakan nutrisi terbaik untuk memenuhi kebutuhan bayi prematur. Namun, menyusui bayi prematur tidak mudah dan Perlu bekal dan persiapan mental yang kuat. Sebab, biasanya ibu saat menyususi dilanda berbagai perasaan Seperti kesal, kecewa, kuatir, bingung dan juga letih. Namun, Deretan perasaan dapat diatasi dengan Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 116 dukungan moril dan mental dari pasangan dan juga orang-orang terdekat di sekitar ibu. Namun, pada kenyataannya bayi prematur tidak bisa langsung disusui langsung dari payudara ibu karena kondisi ibu yang masih lemah akibat melahirkan. Bila ini terjadi, sebaiknya ASI perah sebelumnya dan diberikan dengan sendok, cangkir kecil atau alat bantu lainnya. 6.1.3.4 APGAR Menit 1 dan APGAR Menit 5 Hasil analisis statistik nilai APGAR menunjukkan bahwa Asfiksia yang dialami bayi berdasarkan nilai APGAR menit pertama adalah asfiksia ringan sebanyak 18 bayi (60%), asfiksia sedang sebanyak 12 bayi (40%) dan tidak ada bayi yang mengalami asfiksia berat. Asfiksia yang dialami bayi berdasarkan nilai APGAR menit kelima adalah asfiksia ringan sebanyak 26 bayi (86,7%), asfiksia sedang sebanyak 4 bayi (13,3%) dan tidak ada bayi yang mengalami asfiksia berat. Lubetzky (2009) telah melakukan penelitian pada 18 bayi prematur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek musik Mozart dalam menurunkan pemakaian energi bayi prematur pada saat istirahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai APGAR menit 1 berada pada median 8 (asfiksia ringan) dengan rentang nilai APGAR 1-9. APGAR menit 1 berada pada median 9 (asfiksia ringan) dengan nilai APGAR 4-10. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Arnon et.al (2006) pada 31 bayi prematur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat live music pada bayi prematur yang dirawat di lingkungan neonatus intensive care unit (NICU). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai APGAR menit 1 berada pada median 4 (asfiksia sedang) dengan rentang nilai APGAR 0-9. APGAR menit 5 berada pada median 7 (asfiksia ringan) dengan rentang nilai APGAR Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 4-10. Universitas Indonesia 117 Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas spontan pada saat lahir dan beberapa saat setelah lahir. Asfiksia neonatorum diukur dengan menggunakan nilai APGAR. Blake dan Murray (2002) mengemukakan bahwa nilai APGAR yang rendah akan mempengaruhi kegagalan respon dalan termoregulasi. APGAR berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan juga dibuktikan dengan penelitian Pin, Eldrige dan Galea (2008) tentang A review of developmental outcomes of term infants with post-asphyxia neonatal encephalopathy. Penelitian ini melihat adanya pengaruh neonatus yang mengalami post-asfiksia encephalopathy merupakan penyebab dari terjadinya disabilitas pada bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 47% bayi mengalami gangguan perkembangan seperti kematian, keterlambatan kognitif dan keterlambatan sensorik-motorik. 6.1.4 Perbedaan Peningkatan Berat Badan Bayi antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol. Hasil analisis statistik menggunakan paired t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan berat badan bayi prematur yang signifikan antara sebelum dan setelah terapi musik pada kelompok intervensi. Namun, pada kelompok kontrol tidak terdapat peningkatan berat badan yang signifikan pada setiap harinya kecuali pada hari ke-4. Peningkatan berat badan bayi yang tidak signifikan ini dapat dipengaruhi oleh fisiologis organ pencernaan bayi prematur yang belum berkembang dengan sempurna. Bayi prematur mempunyai tonus otot yang lebih kecil pada area spinkter esofagus bawahnya; kapasitas lambung yang kecil; kemampuan menghisap dan menelan telah ada sebelum bayi lahir, namun kemampuan koordinasi belum sempurna; bayi yang sangat prematur Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 118 menghabiskan 70% atau lebih waktunya untuk tidur aktif (Johnston, Flood & Spinks, 2003; Wilson & Hockenberry, 2007). Hasil penelitian tiap kelompok intervensi dan kontrol tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan pooled t-test untuk melihat adanya perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan berat badan bayi prematur yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada setiap harinya kecuali pada hari ke-3 (antara hari kedua hingga hari ketiga terapi) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p=0,666; α=0,05). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh standley (1998) pada 40 bayi prematur di level III Newborn Intermediate Care Unit. Bayi prematur dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 20 bayi dan 20 bayi pada kelompok kontrol dengan pair matching berdasarkan jenis kelamin, berat badan, usia gestasi dan komplikasi prematur. Terapi musik diberikan selama 10-30 menit dalam 2 kali seminggu. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan berat badan harian pada bayi prematur baik pada laki-laki maupun pada bayi perempuan. Hasil penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh caine (1991) pada 52 bayi prematur dan BBLR di neonatal intensive care unit (NICU). Bayi tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen terdiri dari 11 bayi laki-laki dan 15 bayi perempuan yang menerima stimulasi musik. Stimulasi musik diberikan selama 60 menit dengan menggunakan tape recorder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada rata-rata penambahan berat badan setelah kehilangan berat badan antara kelompok Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 119 intervensi dan kelompok kontrol (p<0,01), perbedaan yang signifikan rata-rata konsumsi formula dan pemasukan kalori antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p<0,05), terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata penambahan berat badan harian antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p<0,01). Penelitian lain yang berbentuk meta-analisis dilakukan oleh Standley (2002) yang mengkaji sepuluh penelitian tentang musik. Sepuluh penelitian tersebut terdiri dari enam yang menggunakan tape recorded dengan speaker, tiga menggunakan musik rekaman dengan earphones dan satu studi yang menggunakan penyanyi langsung. Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa musik yang diberikan pada volume 55-80 dB akan meningkatkan berat badan, saturasi oksigen, heart rate, respiratory rate, feeding rate, status tingkah laku, non-nutritive sucking, dan lama hari rawat. Scanlon dan Sanders (2007) dan Sherwood (2004) mengemukakan bahwa Peningkatan berat badan dapat terjadi melalui mekanisme keseimbangan energi yang positif. Keseimbangan energi yang positif terjadi akibat jumlah energi dari pemasukan makanan lebih besar dibandingkan dengan jumlah pemakaian energi yang berasal dari kerja eksternal dan fungsi internal. Ekstra energi ini akan disimpan dan tidak digunakan oleh tubuh sehingga akan tersimpan dalam jaringan adiposa dan pada akhirnya akan meningkatkan energi. Mekanisme kehilangan energi pada bayi prematur dijelaskan oleh Wilson dan Hockenberry (2007) yang mengemukakan bahwa Bayi yang sangat prematur menghabiskan 70% atau lebih waktunya untuk tidur aktif. Tidur aktif membutuhkan banyak pemakaian energi dibandingkan dengan tidur yang tenang. Banyaknya pemakaian energi tersebut terjadi karena frekuensi jantung biasanya lebih tinggi pada saat bayi berada pada periode Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 120 bangun tetapi lebih bervariasi selama bayi pada periode tidur aktif. Tekanan darah lebih tinggi pada saat bayi pada kondisi bangun. Aliran darah otak lebih banyak selama tidur aktif (lebih banyak pada fase tidur tenang pada bayi cukup bulan). Frekuensi nafas lebih berfluktuasi dan lebih tinggi pada periode tidur aktif. Oksigen arteri dan karbon dioksida lebih rendah pada tidur aktif daripada tidur tenang atau kondisi bangun. Hipoventilasi dan koordinasi yang rendah pada gerakan dinding dada dan gerakan perut terjadi pada periode tidur aktif. Kondisi apneu <20 detik lebih sering pada periode aktif daripada tidur tenang pada bayi prematur. Holditch-Davis (1998) dalam Hockenberry & Wilson (2007) mengemukakan bahwa Perkembangan kematangan untuk bayi prematur terlihat dengan penurunan jumlah tidur aktif dengan peningkatan tidur tenang, periode bangun dan menangis. Respon terhadap suara dan sentuhan lebih besar selama periode tidur aktif (REM) menyebabkan periode yang lebih panjang pada fase tidur yang mudah terganggu. Terapi musik akan mengurangi kehilangan energi pada bayi prematur melalui peningkatkan tidur tenang. Peningkatan tidur tenang dibuktikan dengan penelitian Arnon et.all (2006) pada 31 bayi prematur. Penelitian ini menggunakan live music untuk melihat status fisiologis dan tingkah laku bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa live music memiliki efek yang tidak signifikan pada respon fisiologis dan tingkah laku bayi pada parameter selama 30 menit pemberian musik; setelah 30 menit pemberian terapi musik berakhir, live music memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan denyut nadi dan meningkatkan nilai tingkah laku (tidur tenang) (P value 0,001; α=0,05). Penurunan kehilangan energi juga dibuktikan oleh penelitian Cassidy dan Standley (1995) yang menemukan efek terapi musik terhadap respon fisiologis bayi prematur di ruang NICU. Mereka melakukan studi pada 20 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 121 bayi prematur pada usia gestasi 24-30 minggu gestasi. Studi ini menggunakan musik rekaman lullabies yang diberikan selama 36 menit dalam 3 hari terapi. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musik tidak memiliki kontraindikasi jika diberikan pada minggu pertama kehidupan bayi; namun musik memiliki efek yang positif terhadap saturasi oksigen, denyut nadi, jumlah pernapasan dan mengurangi insiden apnea/bradipnea selama episode pemberian musik. Peningkatan tidur tenang akan meningkatkan penurunan pemakaian energi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh lubetzky et.all (2009) pada 20 bayi prematur yang stabil. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pemberian terapi musik akan menurunkan Resting Energy Expenditure (REE). Penurunan REE akan meningkatkan efisiensi dari metabolisme sehingga akan meningkatkan berat badan bayi prematur. Proses pembentukan energi pada bayi prematur terjadi melalui peningkatan kemampuan reseptor mulut. Hal ini didukung oleh Guyton dan Hall (1997) mengemukakan bahwa Asupan makanan untuk meningkatkan berat badan dipengaruhi oleh reseptor mulut. Faktor mulut ini terdiri dari pengunyahan, saliva, penelanan, pengecapan, pengukuran jumlah makanan yang masuk dalam mulut. Namun, Price dan Kalhan (1993) dalam Gorrie, Mckinney dan Murrray (1998) yang mengemukakan bahwa bayi prematur fungsi organ pencernaan masih belum berkembang secara secara lengkap. Kemampuan menghisap dan menelan telah ada sebelum bayi lahir, namun kemampuan koordinasinya baru terbentuk pada 32-34 minggu usia gestasi dan sinkronisasinya secara lengkap terjadi pada 36-37 minggu usia gestasi. Kemampuan menghisap pada bayi ini tidak diikuti dengan kemampuan koordinasi otot menelan dan kontraksi esophageal. Oleh karena itu pemberian nutrisi yang optimal pada bayi prematur masih menjadi suatu permasalahan. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 122 Beberapa penelitian membuktikan bahwa terapi musik dapat meningkatkan kemampuan mengisap dan menelan bayi prematur. Penelitian yang dilakukan oleh Standley (2008) pada 12 bayi prematur mengkaji tentang apakah musik dapat menguatkan non-nutritive sucking (NNS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah mengisap selama periode musik kontingen meningkat 2,43 kali dibandingkan periode hening sehingga dapat disimpulkan bahwa musik sangat berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan NNS pada bayi prematur. Hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh Whipple (2000) yang menggunakan 20 pasang bayi dan orang tua, yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol 10 dan kelompok intervensi 10. Whipple mempelajari tentang efek pelatihan musik dan stimulasi multimodal yang diberikan pada orang tua terhadap kuantitas dan kualitas interaksi neonatus dan ibu, penambahan berat badan dan lama perawatan prematur dan BBLR di NICU. Hasil penelitian Whiple bertentangan dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu tidak terdapat perbedaan penambahan berat badan harian dan total penambahan berat badan hingga discharge yang signifikan antara kelompok intervensi (Mean harian=11,33 gram; Mean total= 1067 gram) dan kelompok kontrol (Mean harian=3,44 gram; Mean total= 878 gram). Hasil analisis hari ke-3 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan peningkatan berat badan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Tidak adanya perbedaan ini terjadi karena peneliti menentukan presisi atau perbedaan minimum antara kelompok intervensi dan kontrol yang menyatakan bermakna adalah 7 gram, sementara perbedaan rata-rata peningkatan berat badan antara kelompok kontrol (14 gram) dan intervensi (18 gram) adalah sebesar 4 gram. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 123 Perbedaan hasil penelitian ini juga dapat terjadi akibat perbedaan kondisi yang ada di tempat penelitian. Hal ini didukung oleh data gambaran tempat penelitian yaitu tingkat kebisingan dan pencahayaan rata-rata pada ketiga rumah sakit yang digunakan berbeda. Tingkat kebisingan ruangan berkisar 47,5 dB hingga 89,0 dB dan tingkat kebisingan ruangan inkubator berkisar 53,0 dB hingga 75,1 dB. Hal ini bertentangan dengan anjuran American Pediatric Association yaitu sebaiknya ruangan NICU memiliki kebisingan < 45 dB untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ketiga rumah sakit memiliki tingkat pencahayaan yang terang. Hal ini bertentangan dengan teori bahwa lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi adalah lingkungan yang tenang dan tidak terang. Hasil uji statistik dengan pooled t-test pada hari ke-3 yang menunjukkan tidak ada perbedaan peningkatan berat badan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Namun, hasil uji statististik dengan menggunakan paired t-test yaitu uji statistik pada satu sampel, pada kelompok intervensi menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang signifikan sebelum dan setelah diberikan terapi musik pada kelompok intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik tetap efektif dalam meningkatkan berat badan bayi prematur. Mekanisme peningkatan berat badan bayi melalui keseimbangan energi juga didukung oleh teori keperawatan yang dikemukan oleh Levine (1991) yang menjabarkan konservasi energi sebagai seorang individu akan membutuhkan keseimbangan energi dan pembaharuan energi yang konstan untuk mempertahankan aktivitas kehidupan. Konservasi energi tergantung dari pertukaran energi bebas dengan lingkungan dalam sistem kehidupan yang dapat secara konstan memberikan energi. Konservasi energi merupakan bagian integral dari respon adaptif Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 individu. Universitas Indonesia 124 Konservasi energi ini adalah informasi tentang aktifitas fisik seseorang, nutrisi, pertukaran oksigen dan suhu tubuh (Tomey & Alligood, 2006). Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini dan didukung oleh penelitian sebelumnya dan teori-teori yang ada bahwa terapi musik berperan dalam meningkatkan berat badan melalui beberapa mekanisme. Peningkatan berat badan pada bayi prematur dapat terjadi melalui mekanisme keseimbangan energi yang positif yaitu pemasukan energi lebih besar daripada pengeluaran energi. Pemasukan energi yang besar melalui pengaruh terapi musik terjadi karena terapi musik dapat meningkatkan refleks isap bayi sehingga pemasukan kalori akan meningkat. Pengeluaran energi yang kecil terjadi karena terapi musik dapat meningkatkan tidur tenang bayi sehingga terjadi penurunan pemakaian energi, terapi musik dapat menstabilkan respon fisiologis bayi prematur sehingga akan menghemat energi bayi prematur. Berdasarkan proses pemasukan dan pengeluaran energi tersebut maka berat badan bayi prematur dapat meningkat akibat pengaruh terapi musik. 6.1.5 Perbedaan Peningkatan Suhu Tubuh Bayi Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol. Hasil analisis statistik menggunakan paired t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan suhu tubuh bayi prematur yang signifikan antara sebelum dan setelah terapi musik pada kelompok intervensi. Hasil yang berbeda didapatkan pada kelompok kontrol. Hasil analisis statistik menggunakan paired t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan suhu tubuh bayi prematur yang signifikan antara sebelum dan setelah dikontrol selama 30 menit pada setiap harinya. Hasil penelitian tiap kelompok intervensi dan kontrol tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan pooled t-test untuk melihat adanya perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 125 penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan peningkatan suhu tubuh bayi prematur sebelum dan setelah terapi musik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada setiap harinya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Vogtmann (2002). Penelitian ini menggunakan musik dari Vogtmann yaitu the breath of a new life. Musik ini ditempatkan di dalam inkubator dengan alat stereo khusus selama 43 menit. Penelitian ini ditujukan untuk bayi prematur yang memiliki berat badan sekitar 1000 gram dan memiliki respirasi yang belum stabil. Hasil penelitian ini mengidentifikasi beberapa efek positif musik yaitu meningkatkan saturasi oksigen dalam darah, menurunkan saturasi (jumlah, kedalaman, dan durasi per menit), menurunkan basal heart frequency per menit, meningkatkan suhu pusat dan perifer. Guyton dan Hall (1997) mengemukakan bahwa Mekanisme pengaturan temperatur tubuh ditentukan oleh laju pembentukan panas dan laju kehilangan panas. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar dari laju kehilangan panas maka temperatur tubuh meningkat. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih kecil dari laju kehilangan panas maka temperatur akan menurun. Penurunan laju kehilangan panas pada bayi prematur terjadi melalui penurunan hormon stress dan peningkatan tidur tenang pada bayi prematur. Hal ini dibuktikan oleh beberapa penelitian dan teori. Hal ini didukung oleh Halim (2002) mengemukakan bahwa Musik menimbulkan perubahan pada status gelombang otak dan hormon stress pasien. Terdapat peningkatan frekwensi pada bagian kelompok ritme alfa dan persamaan yang lebih besar (koheren) diantara wilayah yang berbeda pada korteks serebral, yang paling sering terjadi pada lobus frontal. Aktivasi lobus frontal kanan turun sehingga terjadi sekresi hormon Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 126 kortisol dan hormon stress menurun sampai keduanya berada pada rentang normal. Chiu dan Kumar (2003) berpendapat bahwa Penurunan stress akan menimbulkan respon relaksasi. Karakteristik respon relaksasi yang ditimbulkan meliputi penurunan frekwensi nadi, relaksasi otot dan tidur. Penurunan frekwensi nadi, relaksasi otot dan tidur akibat terapi musik dapat kita lihat dari hasil penelitian Arnon et.all (2006) pada 31 bayi prematur. Penelitian ini menggunakan live music untuk melihat status fisiologis dan tingkah laku bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa live music memiliki efek yang tidak signifikan pada respon fisiologis dan tingkah laku bayi pada parameter selama 30 menit pemberian musik; setelah 30 menit pemberian terapi musik berakhir, live music memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan denyut nadi dan meningkatkan nilai tingkah laku (tidur tenang) (p=0,001; α=0,05). Respon fisiologis bayi yang efektif dapat menurunkan proses kehilangan panas. Terapi musik memiliki efek positif terhadap respon fisiologis bayi juga dibuktikan melalui penelitian lain yaitu Cassidy dan Standley (1995) dalam penelitiannya juga menemukan efek terapi musik terhadap respon fisiologis bayi prematur di ruang NICU. Mereka melakukan studi pada 20 bayi prematur pada usia gestasi 24-30 minggu gestasi. Studi ini menggunakan musik rekaman lullabies yang diberikan selama 36 menit dalam 3 hari terapi. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musik tidak memiliki kontraindikasi jika diberikan pada minggu pertama kehidupan bayi; namun musik memiliki efek yang positif terhadap saturasi oksigen, denyut nadi, jumlah pernapasan dan mengurangi insiden apnea/bradipnea selama episode pemberian musik. Brazelton dan Nugent (1995) mengemukakan bahwa bayi prematur memiliki kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan stimulus lingkungan. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 127 Hal ini akan ditunjukkan dengan perubahan warna, peningkatan usaha pernapasan, rendahnya kemampuan regulasi temperatur dan gangguan fungsi viseral dan pencernaan. Bayi-bayi ini sering tidur hanya sebentar, kesulitan adaptasi, dan mempunyai masalah dalam mempertahankan tonus dan postur yang rileks. Berbagai tanda ketidakmampuan pengaturan ini akan mempengaruhi kemampuan bayi untuk mempunyai energi dalam berinteraksi dengan orang yang merawatnya dan usahanya dalam regulasi dalam tubuhnya. Respon relaksasi ini akan membantu regulasi suhu bayi prematur yaitu mengurangi kehilangan panas. Hal ini sejalan dengan pendapat Blake dan Murray (2002) dalam Merenstein dan gardner yang mengemukakan bahwa seseorang akan kehilangan kontrol termoregulasi pada saat tidur REM (rapid eye movement) yang biasa kita sebut sebagai tidur aktif. Bayi prematur memakai sebagian besar waktunya untuk berada tidur aktif sehingga berisiko untuk kehilangan panas lebih besar. Berdasarkan penelitian Arnon et.all (2006) serta Cassidy dan Standley (1995), yang menemukan bahwa terapi musik akan meningkatkan tidur tenang dan mengurangi tidur aktif bayi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terapi musik dapat mengurangi kehilangan panas yang dialami bayi prematur. Laju pembentukan panas bayi prematur dapat terjadi melalui mekanisme NonShivering thermogenesis (NST). Hal ini sesuai dengan Olds, London dan Ladewig (2000) yang mengemukakan bahwa bayi baru lahir memiliki mekanisme produksi panas yang unik disebut NonShivering thermogenesis (NST). Mekanisme ini terjadi ketika reseptor kulit menerima rangsangan dari suhu lingkungan dan kemudian direspon oleh sistem saraf pusat, dimana akan menstimulasi sistem saraf simpatis. NST digunakan oleh bayi untuk mengambil brown adipose tissue (BAT) sebagai sumber panas primer pada keadaan dingin atau stress. BAT Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 128 disimpan dalam area midscapular area, sekitar leher dan aksila, juga terdapat di bagian terdalam sekitar trakea, esophagus, aorta abdominal, ginjal, dan glandula adrenal. Pengaruh terapi musik pada pembentukan panas dapat terjadi melalui mekasinisme perangsangan saraf simpatis yang akan merangsang pembentukan panas melalui penggunaan BAT. Hal ini sesuai dengan Chiu dan Kumar (2003) dalam Darliana (2008) yang mengemukakan bahwa Musik dihasilkan dari stimulus yang dikirim dari saraf-saraf serabut saraf asendens ke neuron-neuron reticular activating system (RAS). Stimulus ini kemudian akan ditransmisikan oleh nuklei spesifik dari thalamus melewati area korteks srebral, sistem limbik, dan korpus kolosum serta melalui area-area sistem saraf otonom dan neuroendokrin. Sistem limbik dibentuk oleh cincin yang dihubungkan dengan cigulate gyrus, hippocampus, forniks, badan-badan mamilari, hipotalamus, traktus mamilotalamik, thalamus anterior dan bulbus olfaktorius. Ketika musik dimainkan maka semua area yang berhubungan dengan sistem limbik akan terstimulasi sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi. Siatem saraf otonom ini berisi saraf simpatis dan parasimpatis. Produksi panas juga dapat terjadi melalui mekanisme peningkatan set point di hipotalamus. Guyton dan Hall (1997) mengemukakan bahwa peningkatan set point di hipotalamus dapat terjadi melalui mekanisme peningkatan interleukin 1 (IL-1), peningkatan IL-1 ini akan merangsang sisi spesifik dari hipothalamus sehingga mengeluarkan prostaglandin yang akan meningkatkan set point di hipotalamus meningkat. Jika set point di hipotalamus meningkat maka terjadi peningkatan produksi panas. Terapi musik dapat meningkatkan produksi interleukin 1 (IL-1). Hal ini sesuai dengan penelitian bitmann, et.all (2001) yang menemukan bahwa Musik dapat meningkatkan Dehidroepiandrosterone (DHEA) terhadap Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 129 rasio kortisol, meningkatkan aktivitas sel pembunuh alami, meningkatkan lymphokine- mengaktivasi sel pembunuh alami tanpa gangguan pada plasma interleukin 2 dan interferon-gamma. Glukokortikoid khususnya kortisol merupakan steroid adrenal yang mempunyai efek anti-inflamatory dan efek inhibitor yang kedunya berperan pada respon imun. Namun, tidak semua efek immunologi dari tingkat fisiologis glukokortikoid merupakan inhibitor. Glukokortikoid dapat berperan dalam menyeimbangkan produksi sitokine sel T dari TH1 (IL-2, IFN-γ) toward TH2 (IL-4, IL-10). Terapi musik dapat meningkatkan produksi interleukin 1 (IL-1) juga didukung oleh Halim (2002) yang mengemukakan bahwa Musik terbukti dapat meningkatkan interleukin-1 (IL-1) pada darah sehingga dapat meningkatkan immunitas. Musik juga dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskular dan respirasi. Musik yang lembut dapat melambatkan pernapasan sehingga terjadi relaksasi, kontrol emosional dan metabolisme. Mekanisme peningkatan suhu tubuh bayi dengan terapi musik juga didukung oleh teori keperawatan yang dikemukan oleh Levine (1991) yang menjabarkan konservasi energi sebagai seorang individu akan membutuhkan keseimbangan energi dan pembaharuan energi yang konstan untuk mempertahankan aktivitas kehidupan. Konservasi energi tergantung dari pertukaran energi bebas dengan lingkungan dalam sistem kehidupan yang dapat secara konstan memberikan energi. Konservasi energi merupakan bagian integral dari respon adaptif individu. Konservasi energi ini adalah informasi tentang aktifitas fisik seseorang, nutrisi, pertukaran oksigen dan suhu tubuh (Tomey & Alligood, 2006). Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini dan didukung oleh penelitian sebelumnya dan teori-teori yang ada bahwa terapi musik Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 130 berperan dalam meningkatkan suhu tubuh bayi prematur melalui mekanisme keseimbangan antara laju pembentukan dan kehilangan panas. Jika laju pembentukan panas lebih besar dari laju kehilangan panas maka akan terjadi peningkatan suhu tubuh bayi prematur yang cenderung mengalami hipotermi. Terapi musik meningkatkan laju pembentukan panas melalui proses perangsangan saraf simpatis yang akan merangsang metabolisme BAT. Selain itu, terapi musik meningkatkan laju pembentukan panas melalui peningkatan IL-1 yang akan meningkatkan set point di hipotalamus. Terapi musik mengurangi laju kehilangan panas melalui penurunan hormon stress dan meningkatkan respon relaksasi, dimana akan meningkatkan fase tidur tenang sehingga kehilangan panas karena fase tidur aktif akan berkurang. Maka dapat disimpulkan bahwa terapi musik dapat meningkatkan laju pembentukan panas dan mengurangi laju kehilangan panas sehingga akan memberikan keseimbangan termoregulasi dan mengurangi hipotermi pada bayi prematur. 6.1.6 Perbedaan Peningkatan Suhu Tubuh Bayi Setelah Diberikan Terapi Musik pada Kelompok Intervensi dan Bayi yang Tidak Diberikan Terapi Musik pada Kelompok Kontrol Setelah Dikontrol oleh Variabel Confounding (APGAR, Jenis Kelamin, Usia, Jenis Makanan). Hasil analisis ANCOVA menunjukkan bahwa menjelaskan tentang pengaruh terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur setelah dikontrol variabel confounding (usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5) di Makassar. Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa intervensi terapi musik memiliki pengaruh terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur, hal ini terlihat dari nilai P=0,001 yang lebih kecil dari α (0,05). Variabel usia, jenis kelamin, jenis makanan, nilai APGAR menit 1 dan 5 tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur, hal ini terlihat dari nilai P yang lebih besar dari α (0,05) yaitu 0,825; 0,229; Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 131 0,777; 0,784 dan 0,491. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel usia, jenis kelamin, jenis makanan, dan APGAR menit 1 dan 5 tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh variabel confounding (APGAR menit 1, APGAR menit 5, jenis Kelamin, usia, jenis makanan). terhadap peningkatan suhu tubuh bayi. Peningkatan suhu tubuh bayi prematur benar-benar dipengaruhi oleh terapi musik. Hal ini sesuai dengan penelitian Vogtmann (2002) yang menggunakan musik dari Vogtmann yaitu the breath of a new life. Musik ini ditempatkan di dalam inkubator dengan alat stereo khusus selama 43 menit. Penelitian ini ditujukan untuk bayi prematur yang memiliki berat badan sekitar 1000 gram dan memiliki respirasi yang belum stabil. Hasil penelitian ini mengidentifikasi beberapa efek positif musik yaitu meningkatkan saturasi oksigen dalam darah, menurunkan saturasi (jumlah, kedalaman, dan durasi per menit), menurunkan basal heart frequency per menit, meningkatkan suhu pusat dan perifer. 6.1.7 Perbedaan Peningkatan Berat Badan Bayi Setelah Diberikan Terapi Musik pada Kelompok Intervensi dan Bayi yang Tidak Diberikan Terapi Musik pada Kelompok Kontrol Setelah Dikontrol oleh Variabel Confounding (APGAR, Jenis Kelamin, Usia, Jenis Makanan). Hasil analisis ANCOVA menjelaskan tentang pengaruh terapi musik terhadap peningkatan berat badan setelah dikontrol variabel confounding (usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5) di Makassar. Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa intervensi terapi musik memiliki pengaruh terapi musik terhadap peningkatan berat badan, hal ini terlihat dari nilai P=0,004 yang lebih kecil dari α (0,05). Variabel usia, jenis kelamin, jenis makanan, nilai APGAR menit 5 tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi prematur. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 132 Namun, APGAR menit pertama memiliki pengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi prematur. Hal ini menunjukkan bahwa selain terapi musik, APGAR menit 1 juga memiliki pengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi prematur. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas spontan pada saat lahir dan beberapa saat setelah lahir. Asfiksia neonatorum diukur dengan menggunakan nilai APGAR. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Pin, Eldrige & Galea (2008) tentang A review of developmental outcomes of term infants with post-asphyxia neonatal encephalopathy. Penelitian ini melihat adanya pengaruh neonatus yang mengalami post-asfiksia encephalopathy merupakan penyebab dari terjadinya disabilitas pada bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 47% bayi mengalami gangguan perkembangan seperti kematian, keterlambatan kognitif dan keterlambatan sensorikmotorik. Variabel jenis kelamin tidak memiliki pengaruh terhadap terapi musik terhadap peningkatan berat badan bayi prematur, maka variabel jenis kelamin bukan merupakan confounding faktor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan berat badan pada bayi prematur memang diakibatkan oleh terapi musik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Standley (1998) yang menemukan bahwa terapi musik lebih efektif diberikan pada bayi perempuan daripada bayi laki-laki (p<0,05; α:0,05); Namun peningkatan berat badan antara bayi perempuan dan laki-laki tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 133 6.2 Implikasi Penelitian untuk Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam bidang keperawatan. Implikasi keperawatan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 6.2.1 Pelayanan Keperawatan Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan khususnya berat badan dan suhu tubuh merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi prematur. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang kurang optimal dan ketidakstabilan suhu merupakan masalah yang paling sering terjadi pada bayi prematur akibat ketidakmatangan organ-organnya. Ketidakmatangan organ ini juga menimbulkan masalah-masalah kesehatan yang lain pada bayi prematur. Oleh karena itu, bayi prematur membutuhkan terapi-terapi khusus sehingga lebih mengefektifkan penatalaksanaan bayi prematur. Terapi musik dapat digunakan dalam pelayanan keperawatan bayi prematur untuk meningkatkan berat badan dan menstabilkan suhu tubuh bayi serta banyak manfaat lainnya. Selain memberikan manfaat yang besar, terapi musik juga mudah dilakukan dan biaya yang murah pula. 6.2.2 Pendidikan Ilmu keperawatan Salah satu peran perawatan anak pada bayi prematur adalah memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan upaya mempertahankan dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal. Hasil penelitian ini memberikan ide dasar mengenai upaya untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa ilmu keperawatan yang akan memperhatikan dan menindaklanjuti keperawatan di masa yang akan datang. 6.2.3 Penelitian Keperawatan Peran perawat anak yang lainnya adalah sebagai peneliti. Untuk menjalankan peran sebagai peneliti maka hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar penelitian keperawatan lainnya khususnya tentang bayi prematur dan terapi musik. Sehingga pada akhirnya akan menambah khasanah ilmu keperawatan. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 134 6.3 Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat banyak hal yang belum dapat dieksplorasi oleh peneliti. Hal-hal tersebut antara lain: 6.3.1 Lingkungan Salah satu hal yang penting dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur khususnya berat badan dan suhu tubuh adalah lingkungan yang kondusif. Lingkungan yang kondusif bagi bayi prematur adalah lingkungan yang tidak terang dan tingkat kebisingan yang kurang dari 45 dB. Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran kebisingan di tempat penelitian, terlihat bahwa lingkungan yang kondusif tersebut tidak tersedia bagi bayi prematur. Peneliti sulit mengendalikan lingkungan karena banyaknya mahasiwa praktik, tidak adanya jadwal kunjungan bagi keluarga dan kondisi ruangan yang tanpa sekat sehingga peneliti sulit untuk mengendalikan tingkat kebisingan saat terapi musik diberikan. 6.3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini pada walnya direncanakan diadakan di empat rumah sakit pemerintah di kota Makassar, namun karena salah satu rumah sakit tidak memberikan ijin penelitian maka penelitian ini diadakan di tiga rumah sakit pemerintah di Makassar. Namun demikian, jumlah sampel minimal yang diperlukan pada penelitian ini tetap terpenuhi, walaupun waktu penelitian menjadi lebih panjang. Waktu penelitian pada awalnya direncanakan 6 minggu, namun karena sampel belum mencukupi jumlah sampel minimal maka waktu penelitian diperpanjang menjadi 8 minggu yaitu mulai 19 April hingga 12 Juni 2010. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut: 7.1 Kesimpulan Kesimpulan ditarik berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirancang, kemudian didukung dengan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada BAB V dan pembahasannya pada BAB VI. Berdasarkan hal tersebut maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Peningkatan berat badan harian rata-rata kelompok intervensi adalah lebih besar dari 20 gram; sedangkan peningkatan berat badan harian rata-rata kelompok kontrol adalah lebih kecil dari 20 gram. 2. Peningkatan suhu tubuh harian rata-rata kelompok intervensi adalah lebih besar dari 0,1°C; sedangkan peningkatan suhu tubuh harian rata-rata kelompok kontrol adalaha lebih kecil dari 0,1°C. 3. Gambaran variabel confounding adalah rata-rata usia bayi yang terlibat dalam penelitian adalah 5,87 hari (rentang 3 – 28 hari); jenis kelamin bayi yang terlibat dalam penelitian lebih banyak perempuan dibandingkan lakilaki; jenis makanan yang paling banyak diberikan pada bayi permatur adalah gabungan antara ASI dan susu formula; dan sebagian besar APGAR menit 1 dan 5 bayi yang terlibat dalam penelitian tergolong asfiksia ringan. 4. Terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan berat badan harian dan total sebelum dan setelah diberikan terapi musik selama 3 hari pada kelompok intervensi. 135 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 136 5. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan berat badan harian dan total sebelum dan setelah dilakukan observasi selama 3 hari pada kelompok kontrol. 6. Terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan suhu tubuh harian dan total sebelum dan setelah diberikan terapi musik selama 3 hari pada kelompok intervensi. 7. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan suhu tubuh harian dan total sebelum dan setelah dilakukan observasi selama 3 hari pada kelompok kontrol. 8. Terdapat perbedaan peningkatan berat badan pada hari ke-2, ke-4 dan total yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Namun tidak terdapat peningkatan berat badan yang signifikan pada hari ke-3 antara kelompok intervensi dan kelopok kontrol. 9. Terdapat perbedaan peningkatan suhu tubuh pada hari I, II dan III yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 10. Terdapat pengaruh terapi musik terhadap peningkatan berat badan setelah dikontrol variabel confounding (APGAR menit 1, APGAR menit 5, Jenis Kelamin, Usia kronologis, Jenis makanan). 11. Terdapat pengaruh variabel confounding(APGAR menit 1) pada efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi prematur. 12. Terdapat pengaruh terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh setelah dikontrol variabel confounding (APGAR menit 1, APGAR menit 5, Jenis Kelamin, Usia kronologis, Jenis makanan). Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 137 7.2 Saran 7.2.1 Pelayanan Keperawatan 1. Terapi musik terbukti efektif dalam meningkatkan berat badan dan suhu tubuh bayi prematur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi manajer pelayanan keperawatan untuk menjadikan terapi musik sebagai salah satu intervensi keperawatan dan standar operasional prosedur dalam penatalaksanaan bayi prematur. 2. Manajer keperawatan juga diharapkan untuk membekali staff perawat perinatologi dengan seminar tentang terapi musik pada bayi prematur agar semua perawat mampu memahami dan mengimplementasikan terapi musik dalam penatalaksanaan bayi prematur. 7.2.2 Pendidikan keperawatan 1. Mahasiswa keperawatan hendaknya melakukan kajian lebih lanjut tentang manfaat lain terapi musik jika diberikan kepada bayi prematur. Manfaat yang telah ditemukan adalah peningkatan berat badan, peningkatan respon fisiologis, peningkatan tidur tenang, dan lain-lain. Oleh karena itu, mahasiswa perlu mengeksplorasi lebih lanjut tentang manfaat terapi musik. 2. Mahasiswa keperawatan hendaknya mengkaji lebih lanjut tentang optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur sehingga angka kematian dan kecacatan berkurang. 7.2.3 Penelitian Selanjutnya 1. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengontrol variabel APGAR menit pertama untuk mendapatkan hasil yang akurat. Hal ini atas pertimbangan bahwa pada hasil penelitian ini menemukan bahwa APGAR menit pertama mempengaruhi peningkatan berat badan. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan mengidentifikasi kepuasan orang tua terhadap pemberian terapi musik kepada bayinya. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 138 3. Penelitian selanjutnya diharapkan memperhatikan faktor lingkungan sekitar bayi atau mengontrol lingkungan. Pertimbangan ini berdasarkan hasil penelitian bahwa lingkungan yang digunakan masih tergolong bising. Pengontrolan lingkungan akan memberikan hasil yang akurat. Pengontrolan lingkungan dapat dilakukan melalui seleksi pemilihan tempat penelitian yaitu mengukur tingkat kebisingan lingkungan yang digunakan dibawah 45 dB. 4. Penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan variabel confounding yang lainnya misalnya jumlah asupan makanan bayi dan pengaturan inkubator. 5. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah hari terapi musik untuk melihat efek yang lebih lanjut dan melihat sampai hari berapa peningkatan berat badan menjadi konstan pada setiap harinya. 6. Peningkatan berat badan melalui terapi musik terjadi melalui efek yang tidak langsung atau diperantarai oleh variabel lain. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya hendaknya menguji secara statistik efek tidak langsung peningkatan berat badan melalui terapi musik. Uji statistik yang dapat digunakan adalah analisis jalur (path analysis) Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia DAFTAR PUSTAKA Abromeit, D.E. (2006). The newborn individualized developmental care and assessment program (NIDCAP) as model for clinical music therapy interventions with premature infants. Diperoleh 7 Februari 2010 dari http://www.chinamusictherapy.org/html/data/en/a23.html. Ariawan, I. (1998). Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Depok: Jurusan Biostatistik Dan Kependudukan FKM-UI. Arnon, S., Shapsa, A., Forman, L., Regev, R., Bauer, S., Litmanovizt, I., & Doflin, T. (2006). Live music is beneficial to preterm infants in the neonatal intensive care unit environment. Birth, 33 (2). 131-136. Diperoleh 7 Februari 2010 dari http://www.ahealingharp.com/documents/NeonatalStudy.pdf Behrman, R.E., & Butler, A.S. (2007). Preterm birth: Causes, consequences, and prevention. Washington, D.C: The National Academies Press. Behrman, R.E. & Vaughan, V.C. (2000). Nelson: Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Penerbit EGC Berk, A.E. (2001). Child development. (4th Ed). America: Allyn and Bacon. Bitmann, B.B., Berk, L.E., Felten, D.L., Westengard, J., Simonton, O.C., Pappars, J.,& Ninehouser, M. (2001). Composite effect of group drumming music therapy on modulation of neuroendocrine-immune parameters in normal subjects. Alternative Therapies, 7 (1). Diperoleh 8 Maret 2010 dari www.mindbody.org/Bittman%20Immune%20System%20Study.pdf. Bobak, I.M., Lowdermik, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Keperawatan maternitas. (Edisi 4). Jakarta: Penerbit EGC Bowden, V.R., Dickey, S.B., & Greenberg, C.S. (1998). Children & their family: The continuum of care. Philadelphia: W.B. Saunders Company. Brazelton T.B. & Nugent J.K. (1995), Neonatal Behavior Assessment Scale. (3rd Ed). London : The lavenham Press Ltd, Mac Keith Press Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Caine, J. (1990). The effects of music on the selected stress behaviors, weight, caloric and formula intake, and length of hospital stay of premature and low birth weight neonates in a newborn intensive care unit. Diperoleh 4 Februari 2010 dari http://www.esnips.com/doc/9178bb84-2e91-4e5aa7d0-cf8522bb8f48/effect-of-music. Cevasco, A.M. (2008). The effects of mothers' singing on full-term and preterm infants and maternal emotional responses. J Music Therapy, 45(3). 273306. Diperoleh 1 Maret 2010 dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18959452. Cevasco, A.M., & Grant, R.E. (2005). Effects of the pacifier activated lullaby on weight gain of premature infants. J Music Therapy, 42 (2). 123-139. Diperoleh 16 Maret 2010 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15913390 Cooke, R.W.I., & Hughes, L.F. (2003). Growth impairment in the very preterm and cognitive and motor performance at 7 years. Arch Dis Child, 88. 482-487. 26 Diperoleh Januari 2010 dari http://adc.bmj.com/content/88/6/482.abstract Dahlan, M.P. (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian: Bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Sagung Seto. Darliana, D. (2008). Pengaruh terapi musik terhadap respon stress psikopatologis pada pasien yang menjalani coronary angiography di pusat pelayanan jantung rumah sakit ciptomangunkusumo Jakarta. Depok: Tesis FIK-UI. Davis Marie. (1999). The premature infant. Diperoleh 7 Februari dari http://www.lactationconsultant.info/preterm.htmly Delaune, S.C., & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of nursing: Standards & practice. (2nd Ed). Australia: Delmar Thomson Learning. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Profil kesehatan Indonesia 2007. Diperoleh 1 Februari 2010 dari http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20In donesia.pdf. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. (2009). Profil kesehatan Sulawesi Selatan 2008. Diperoleh 1 Februari 2010 dari http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/profil/profil%20kesehatan%20sulsel%202008 %20(narasi).pdf Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Estrella, E. (2010). The element of music. Diperoleh 16 Maret 2010 dari http://musiced.about.com/od/beginnerstheory/a/musicelements.htm Gomella,T.L., Cuningham, M.D., Eyal, F.G., & Zenk, K.E. (1999). Neonatology management procedures: On call problem, desease, and drugs. (4th Ed). London: Appleton & Lange. Golonka, D. (2009). Premature infant. Diperoleh 1 Februari 2010 dari http://health.yahoo.com/children-baby/premature-infant/healthwise-tn5684.html. Gorrie, T.M., McKinney, E.S., & Murray, S.S. (2005). Foundation of maternalnewborn nursing. (2nd Ed). Philadelphia: W.B. Saunders Company. George, J. B. (1995). Nursing Theories. The Base for Professional Nursing Practice. (4th Ed). Connecticut : Appleton & Lange. Halim S. (2002). Music as complementary therapy in medical treatment. Med J Indones, 11(4). 250-257. Hockenberry,M.J. (2003). Wong’s nursing care of infants and children. St.Louis: Mosby , Inc. Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007). Nursing care of infant & children. (7th Ed). Missouri: Mosby Inc. Johnston, P., Flood, K., & Spinks, K. (2003). The newborn child. (9th Ed). Edinburg: Churchill Livingstone. Kusharissupeni. (1996). Peran berat lahir dan masa gestasi terhadap pertumbuhan linear bayi di Kecamatan Sliyeg dan Gabus Wetan Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Disertasi. Depok: FKM UI (tidak dipublikasikan). Lang S. (2003). Breastfeeding special care babies. (2nd Ed). London: Bailliere Tindall. Lobiondo-Wood, G., & Haber, J. (2006). Nursing research: Methods and critical appraisalfor evidence – based practice. St.Louis: Mosby Elsevier. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Lubetzky, R., Mimouni, F.B., Ashbel, G., Dollberg, S., Reifen, R., & Mandel, D. (2009). Effect of music by Mozart on energy expenditure in growing preterm infants . Journal of American Academy of Pediatric, 125. e24-e28. Diperoleh 23 Februari 2010 dari http://pediatrics.aappublications.org/cgi/reprint/125/1/e24?maxtoshow=&h its=10&RESULTFORMAT=&fulltext=music+%2B+energy&searchid=1 &FIRSTINDEX=0&sortspec=relevance&resourcetype=HWCIT Markum, A.H., Ismael, S., Alatas, H., Akib, A., Firmansyah, A., & Sastroasmoro, S. (1996). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mawarni, A. (2008). Pengendalian variabel penggangu/ confounding dengan analisis kovarians. Diperoleh 16 Maret dari http://eprints.undip.ac.id/762/1/ANALISIS_COVARIANS.pdf. Merenstein, G.B., & Gardner, S.L. (2002). Handbook of: Neonatal Intensive Care. (5th Ed). St.Louis: Mosby Co. Mitchell, D., & Logan, J. (2006). Basic element of music. Diperoleh 16 Maret 2010 dari www. cartage.org.lb/en/themes/Arts/music/elements/elemofmusic/main.htm. Mucci, K., & Mucci, R. (2002). The healing sound of music: Manfaat musik untuk kesembuhan kesehatan dan kebahagiaan anda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Muennich, M. (2009). Premature babies: How they develop. Diperoleh 13 Januari 2010 dari http://www.thinkbaby.co.uk/labour-and-birth/premature-babieshow-they-develop/1368.html Olds, S.B., London,M.L., & Ladewig, P.A.W. (2000). Maternal newborn nursing: A family and community based approach. (6th Ed). New Jersey: Prentice Hall Health. Payne, V.G., & Isaacs, L.D. (1999). Human motor development: Lifespan approach. California: Mayfield Publishing Company. Pillitteri, A. (2003). Maternal & child health nursing: Care of the childbearing & childrearing family. (4th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Pin, T.W., Eldridge, B., & Galea, M.P. (2008). A review of developmental outcomes of term infants with post-asphyxia neonatal encephalopathy. European Journal of Pediatric Neurology, 13(3). 224-234. Diperoleh 15 Maret 2010 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18585940 Plains, W. (2009). Global death toll: One million premature babies every year. Diperoleh 6 Maret 2010 dari http://www.marchofdimes.com/aboutus/49267_61471.asp Polit, D.F., & Beck, C.T. (2006). Essential of nursing research: Methods, appraisal, and utilization. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Potter, P.A., & Perri, A.G. (2005). Fundamental nursing. Philadelpia: W.B.Saunders Rusmil, K. (2008). Pertumbuhan dan perkembangan anak. Diperoleh 03 Februari 2010 dari http://setengahbaya.info/PERTUMBUHAN-DANPERKEMBANGAN-ANAK.html Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. (Edisi 3). Jakarta: Penerbit Sagung Seto. Snyder, M., & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in nursing. (4th Ed). New York: Springer Publishing company. Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit EGC. Sabri, L., & Hastono, S.P. (2006). Statistik kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Schanler, R.J. (2010). Nutritional composition of human milk and preterm formula for the premature infant. Diperoleh 20 Juni 2010 dari http://www.uptodate.com/patients/content/topic.do?topicKey=~.uDDle1g mt1jtR Sherwood, L. (2004). Human physiology: From cells to system. (5th Ed). Australia: Thomson Learning Inc. Stables, D., & Novak, B. (1999). Physiology in childbearing: With anatomy and related biosciences. London: Bailliere Tindall. Standley, J.M. (2002). A meta-analysis of beneficial music therapy for premature infants. Journal of Pediatric Nursing, 17. 107-113. Diperoleh 1 Februari 2010 dari http://web.mac.com/nordoff_robbins/NRZENTRUM/Newborns.html Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Standley, J.M. (2000). The effect of contingent music to increase non-nutritive sucking of premature infants. Journal of Pediatric Nursing, 26(5). 493495. Diperoleh 1 Februari 2010 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12026338. Standley, J.M. (1998). The effect of music and multimodal stimulation on responses of premature infants in neonatal intensive care. Pediatric Nursing, 24 (6). 532-538. Diperoleh 1 Februari 2010 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10085995 Stouffer, J.W., Shirk, B.J., & Pollomano, R.C. (2007). Practices guidelines for music interventions with hospitalized pediatric patients. Journal of Pediatric Nursing, 22 (6). 448 – 456. Target MDGs Indonesia. (2008). The effort to achieve the MDGs to Indonesia. Diperoleh 26 November 2009 dari http://www.targetmdgs.org. Tender baby Care. (2007). Growth and development premature babies. Diperoleh 20 Januari 2010 dari. http://www.tenderbabycare.com/prematurebabies/preemie-development.html. Tim Redaksi WAO. (2008). Bayi dan musik. Diperoleh 8 Maret 2010 dari http://www.bogorsda.org/bogor-seventh-day-adventist/bayi-dan-musik.pdf Tim www.asianbrain.com. (2008). Pertumbuhan berat badan bayi ideal. Diperoleh 12 Maret 2010 dari http://www.anneahira.com/perawatanbayi/berat-badan-bayi.htm. Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006). Nursing theorists and their work. (4th Ed). St.Louis : Mosby-Year book Inc. Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006). Nursing theory: Utilization & application. (3rd Ed). St.Louis: Mosby Co. Trachtenberg, D.E., & Golemon,T.B. (1998). Care of the premature infant: Part I. monitoring growth and development. Diperoleh 26 November 2009 dari http://www.aafp.org/afp/980501ap/trachten.html. Trinity School Nottingham. (2007). Element of music. Diperoleh 16 Maret 2010 dari http://www.trinity.nottingham.sch.uk/music/year7/elements.htm Vogtmann, C. (2002). The breath of a new life: Music therapy for premature infants. Diperoleh 20 Februari 2010 dari www.fruehchenmusik.de/starter.php?id=ergebnisse&s=en. Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Whiple, J. (2008). The effect of music-reinforced nonnutritive sucking on state of preterm, low birthweight infants experiencing heelstick. Diperoleh 26 November 2009 dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18959451. White-Traut, R.C., Nelson, M.N., Silvestri, J.M., Cunningham, N., & Patel, M. (1997). Responses of preterm infants to unimodal and multimodal sensory intervention. Diperoleh 20 Juni 2010 dari http://findarticles.com/p/articles/mi_m0FSZ/is_n2_v23/ai_n18607371/pg_ 3/ Wilkinson, J.M. (2000). Prentice hall nursing diagnosis handbook with NIC intervention and NOC outcomes. New Jersey: Prentice Hall. Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2009). Buku ajar: Keperawatan pediatrik. (Edisi 6). Jakarta: EGC. Zeitlin, J., Ancel, P.Y., Larroque, B., & Kaminski, M. (2003). Fetal sex and indicated very preterm birth: results of the EPIPAGE study. Diperoleh 20 Juni 2010 dari http://www.ajog.org/article/S0002-9378(03)019604/abstract Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia LAMPIRAN Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI A. Data Demografi Kode Responden : Nama Bayi : Tgl Lahir : Jenis Kelamin : L/P Nama Ibu : Umur Ibu : Tahun Alamat Orang Tua : B. Riwayat Kelahiran Berat badan lahir : Gram Panjang badan lahir : Cm APGAR menit ke-1/ke-5 : Usia gestasi (Ballard) : Riwayat terapi - Obat : - Oksigen : C. Riwayat kesehatan sekarang Berat badan saat ini : Gram Panjang badan saat ini: Cm Suhu Tubuh : °C Frekwensi nadi : x/menit Pernapasan : x/menit D. Lembar Pengukuran Hari Tgl & Jam Terapi Musik Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Suhu Tubuh Berat Badan Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Keterangan Universitas Indonesia Lampiran 2 FORMULIR INFORMASI PENELITIAN KELOMPOK INTERVENSI Nama Peneliti : Suni Hariati Alamat : Jl.Prof.Dr.Ir.Sutami No.01 RT.03/RW.01 Kel.Bira Kec.Tamalanrea Makassar Pekerjaan : Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Kekhususan Keperawatan Anak No. Hp : 081387192990 Ibu yang terhormat, dengan ini diberitahukan bahwa peneliti bermaksud melaksanakan penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Berat Badan Dan Suhu Tubuh Bayi Prematur Di Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik bayi prematur dan melihat pengaruh musik terhadap peningkatan berat badan bayi prematur. Peneliti menawarkan partisipasi ibu untuk mengizinkan bayi ibu untuk menjadi responden dan mengikuti penelitian. Ibu akan diwawancarai tentang identitas dan riwayat kehamilan, kemudian bayi akan diberikan terapi musik 30 menit/hari selama 3 hari. Penelitian tidak berbahaya maupun berisiko bagi keselamatan ibu dan bayi. Data diri responden yang diperoleh pada penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan setelah penelitian selesai maka data akan disimpan dalam waktu 5 tahun kemudian akan dimusnahkan. Partisipasi responden dalam penelitian ini tidak dipaksakan dan apabila ibu tidak memberikan ijin kepada bayi untuk dijadikan responden, akan diperkenankan mengundurkan diri dari responden tanpa konsekuensi apapun. Demikian informasi ini, apabila ada yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada peneliti, atas partisipasi yang diberikan disampaikan terima kasih Makassar April – Mei 2010 Peneliti Suni Hariati Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Lampiran 3 FORMULIR INFORMASI PENELITIAN KELOMPOK KONTROL Nama Peneliti : Suni Hariati Alamat : Jl.Prof.Dr.Ir.Sutami No.01 RT.03/RW.01 Kel.Bira Kec.Tamalanrea Makassar Pekerjaan : Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Kekhususan Keperawatan Anak No. Hp : 081387192990 Ibu yang terhormat, dengan ini diberitahukan bahwa peneliti bermaksud melaksanakan penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Berat Badan Dan Suhu Tubuh Bayi Prematur Di Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik bayi prematur dan melihat pengaruh musik terhadap peningkatan berat badan bayi prematur. Peneliti menawarkan partisipasi ibu untuk mengizinkan bayi ibu untuk menjadi responden dan mengikuti penelitian. Ibu akan diwawancarai tentang identitas dan riwayat kehamilan, kemudian bayi akan ditimbang berat badan dan suhu tubuh setiap hari selama 3 hari. Setelah penelitian selesai bayi akan diberikan terapi musik. Penelitian tidak berbahaya maupun berisiko bagi keselamatan ibu dan bayi. Data diri responden yang diperoleh pada penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan setelah penelitian selesai maka data akan disimpan dalam waktu 5 tahun kemudian akan dimusnahkan. Partisipasi responden dalam penelitian ini tidak dipaksakan dan apabila ibu tidak memberikan ijin kepada bayi untuk dijadikan responden, akan diperkenankan mengundurkan diri dari responden tanpa konsekuensi apapun. Demikian informasi ini, apabila ada yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada peneliti, atas partisipasi yang diberikan disampaikan terima kasih Makassar April – Mei 2010 Peneliti Suni Hariati Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Lampiran 4 SURAT PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : …....................... Nama bayi : …....................... Umur : …....................... Tahun Alamat : …....................... Menyatakan bahwa 1. telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Berat Badan Dan Suhu Tubuh Bayi Prematur Di Makassar. 2. telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan menerima penjelasan dari peneliti. 3. memahami prosedur penelitian, tujuan, manfaat, dan dampak buruk yang kemungkinan terjadi akibat penelitian. Dengan pertimbangan di atas, dengan ini saya menyatakan tanpa paksaan dari pihak manapun, bahwa saya bersedia/ tidak bersedia berpartisipasi untuk mengizinkan bayi kami sebagai responden dalam penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan seperlunya. Makassar………….2010 Saksi I (…………………….) Yang membuat pernyataan (…………………….) Saksi II (…………………….) Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Lampiran 15 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Suni Hariati Tempat, tanggal lahir : Tuban (Ja-tim), 24 September 1984 Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Kekhususan Keperawatan Anak Alamat Rumah : Jl. Prof. Dr. Ir. Sutami No.01 RT.03/RW.01 Kel. Bira Kec. Tamalanrea Makassar Alamat Institusi : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Riwayat Pendidikan : - Mahasiswa magister kekhususan keperawatan anak FIK UI (2008 hingga sekarang) - Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin (2007) Riwayat Pekerjaan - SMU Negeri 06 Makassar (2002) - SMP Negeri IX Makassar (1999) - SD Negeri Pagandongan Makassar (1996) - PSIK UNHAS (2007 hingga sekarang) - Rumah Sakit Ibnu Sina (2007 - 2008) : Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Lampiran 5 Checklist Standar Intervensi Perawatan Bayi Prematur Rumah Sakit : Tgl pengambilan : Pengambil data : Isilah kolom dibawah ini sesuai hasil observasi No Dilakukan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Intervensi Standar Keterangan Ruangan menerapkan Kangoroo mother care Pengukuran Ballard Score Susu diberikan melalui: 1. NGT 2. Botol susu 3. Cawan atau sendok Jumlah (ml) susu pada bayi diberikan sesuai dengan usia dan berat badan Susu diberikan secara teratur sesuai jadwal Perawat ruangan memberikan terapi pijat Pencahayaan ruangan 1. Terang 2. Remang-remang 3. Gelap Perawat mengubah posisi bayi setiap 3 jam Perawat memberikan pendidikan kesehatan untuk menstimulasi bayi ketika waktu kunjungan Bayi diletakkan dalam inkubator Perawat berbicara pada bayi ketika memberikan susu ataupun mengganti popok Penggantian diapers dilakukan setiap basah Cawan atau botol susu yang digunakan selalu disterikan kembali Tingkat kebisingan 1. ≤ 45 dB 2. > 45 dB Ket: nomor diagnosa NIC NOC yang digunakan: 00005, 00002, 00095, 00104, 00107, 00113, 00115, 00117 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Lampiran 6 Cheklist Prosedur Terapi Musik Nama bayi : Rumah Sakit : Nama Ibu : Beri tanda (√) setelah melakukan prosedur pada kolom dibawah ini No 1 2 3 4 Dilakukan Intervensi standar Persiapan Keterangan Peneliti mengukur berat badan bayi 15 menit sebelum terapi musik dilakukan. Peneliti memberikan terapi musik pada waktu 15 menit setelah touching time (ganti popok, kunjungan orang tua, tindakan-tindakan yang lain pada bayi) dan saat bayi menuju tidur kembali. Peneliti mengendalikan lingkungan untuk mengurangi kebisingan misalnya dengan menutup pintu dan mengurangi suara yang lain misalnya diajak bicara, suara mesin. Peneliti akan berusaha agar pada saat musik diputar, bayi hanya mendengar suara dari alat musik saja. Peneliti Mengukur tingkat kebisingan ruangan dan inkubator menggunakan audiometri (kebisingan harus diminimalkan menjadi < 45 dB). Intervensi 1 Peneliti memutar musik Lullabies dengan menggunakan MP4 pada waktu touching time bayi prematur. 2 3 Peneliti mengatur volume CD menjadi 65 – 75 dB. Peneliti meletakkan speaker ke dalam inkubator dan memberikan jarak sekitar 30 cm dari telinga bayi atau meletakkan di bagian kaki bayi. 4 Peneliti memastikan keadaan bahwa suara yang didengar bayi hanya berasal dari speaker musik yang diputar. Musik diputar selama 30 menit (menggunakan alarm visual sebagai pengingat). Peneliti menghentikan musik setelah 30 menit. Peneliti mengukur suhu tubuh 5 menit setelah diberikan terapi musik. 5 6 Dokumentasi 1 Semua data yang diperoleh didokumentasikan ke dalam lembar observasi Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Lampiran 8 Tabel 5.1 Karakteristik Tempat Penelitian Intervensi standar Keterangan Penerapan kangaroo mother care Kadang-kadang (3 rumah sakit) Susu diberikan melalui NGT (3 RS) ; Botol susu (3 RS); Sendok (3 RS) Jumlah susu diberikan sesuai dengan usia dan Ya (2 RS) ; Tidak (1 RS) berat badan bayi Pencahayaan ruangan Terang (3 RS); Remang-remang (0) Gelap (0) Perawat mengubah posisi bayi tiap 3 jam Ya (0) Tidak (3 RS) Bayi diletakkan dalam inkubator Ya (3 RS) ; Tidak (0 RS) Penggantian Diapers dilakukan setiap Basah atau BAB (3 RS) Cawan atau botol susu selalu disterilkan setelah Ya (0 RS); Tidak (3 RS) digunakan Perawat memberikan pendidikan kesehatan Tidak (2 RS) ; Kadang-kadang (1 pada keluarga bayi RS) Nutrisi yang diberikan setelah bayi lahir Susu formula (3 RS) Susu diberikan secara teratur sesuai dengan jam Ya (1 RS) ; Tidak (2 RS) minum bayi Tingkat kebisingan ruangan 1. RS Labuang Baji - Inkubator : 40 dB- 71,7 dB - Ruangan : 50,3 dB – 84,1 dB 2. RSIA Pertiwi Makassar - Inkubator : 65,1 dB – 52,2 dB - Ruangan : 47,5 dB – 89,0 dB 3. RSIA Fatimah Makassar - Inkubator : 53,0 dB – 75,1 dB - Ruangan : 56,6 dB – 89,0 dB Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Lampiran 7 1. Premature Girls – Weight 2. Premature Boys – Weight Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 3. Premature Girls – Length 4. Premature Boys – Length Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 5. Head Circumference - Premature Infant Girls Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia 6. Head Circumference - Premature Infant Boys Sumber : http://www.kidsgrowth.com/resources/articledetail.cfm?id=304 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Lampiran 14 Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Universitas Indonesia Peningkatan Berat Badan dan Suhu Tubuh Bayi Prematur dengan Terapi Musik Suni Hariati*, Yeni Rustina**, Hanny Handiyani*** Abstrak Bayi prematur sering mengalami masalah akibat hipotermi dan berat badan rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan berat badan dan suhu tubuh melalui terapi musik. Desain penelitian menggunakan quasi-experimental pada 30 bayi prematur stabil. Musik diputar selama 30 menit/hari dalam 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang signifikan pada hari ke-2, ke-4 dan total (P value 0,031; 0,030; dan 0,002). Terdapat perbedaan peningkatan suhu tubuh yang signifikan pada hari I, II, dan III (P value 0,006; 0,002; dan 0,002). Terdapat pula pengaruh APGAR menit 1 pada peningkatan berat badan. Penelitian ini merekomendasikan penggunaan terapi musik dalam penanganan bayi prematur di ruang perinatologi. Kata kunci: berat badan, hipotermi, Lullaby, musik, prematur, suhu Abstract Premature Baby often experience of low body weight and hypothermic problem. This research purposed to know weight body and temperature by music therapy. Research Design use quasiexperimental on 30 stabilize premature babies. Music turned around during 30 minute / day in 3 day. Result of research show there is difference of body weight increase which is significant on second, fourth and total day (P Value 0,031; 0,030; and 0,002). There are difference of body temperature increase which is significant on I, II, and III ( P Value 0,006; 0,002; and 0,002). There are also first minute APGAR influence at body weight increase. This research recommend to use music therapy in premature baby in perinatology room. Keywords: Body weight, hypothermia, Lullaby, music, premature, temperature PENDAHULUAN Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi. Penyebab tingginya AKB adalah kelahiran prematur. Penyebab kematian bayi prematur sering dihubungkan dengan masalah yang terjadi akibat immaturitas organ. Penyebab terbanyak kematian bayi prematur adalah hipotermi dan berat badan yang rendah (Pilliteri, 2003; Riskesdas, 2007). Peran perawatan anak pada bayi prematur adalah memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan upaya mempertahankan dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Hockenberry & Wilson, 2007; Potter & Perry, 2005). Intervensi perawatan standar bayi prematur yang sering digunakan adalah menyimpan bayi ke dalam inkubator, memberikan susu sesuai kebutuhan bayi, memegang bayi seminimal mungkin dan membiarkan tumbuh kembang bayi berkembang dengan sendirinya (Berk, 2001; Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Wilkinson,2000). Banyak studi yang menunjukkan manfaat jangka pendek musik yaitu Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 mempercepat kenaikan berat badan, meningkatkan pola tidur, dan kewaspadaan yang lebih besar pada minggu-minggu setelah dilahirkan. Namun, di Indonesia penggunaan terapi musik untuk meningkatkan berat badan dan suhu badan bayi belum digunakan secara luas. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peneliti ingin meneliti tentang efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi prematur di beberapa rumah sakit di Makassar. Penelitian ini bertujuan agar diketahuinya efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan peningkatan suhu tubuh bayi prematur di beberapa rumah sakit di Makassar, Sulawesi Selatan. Secara khusus, penelitian ini juga bertujuan agar diketahuinya pengaruh variabel perancu (APGAR menit 1, APGAR menit 5, Jenis Kelamin, Usia, jenis makanan). Terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi prematur. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan quasi-experimental design dengan prepost test control group design. Pada penelitian ini subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi musik dan kelompok kontrol (tanpa intervensi musik). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan probability sampling yaitu systematic random sampling. Sampel pada penelitian ini diambil secara selang seling antara intervensi dan kontrol pada setiap rumah sakit yang digunakan. Penelitian dilakukan selama 8 minggu yaitu 19 April hingga 12 Juni 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi prematur yang dirawat inap di RSIA Pertiwi Makassar, RSIA Fatimah Makassar, RS Labuang Baji Makassar. Sampel pada penelitian ini adalah bayi prematur stabil yang dirawat di ketiga rumah sakit tersebut dan memenuhi kriteria inklusi yaitu usia gestasi mulai dari 28 minggu hingga kurang dari 37 minggu; berat badan lahir atau sebelum intervensi mulai dari 1500 gram hingga 2500 gram; dan orang tua responden memberikan persetujuan. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah bayi mengalami komplikasi prematur (RDS, anemia, perdarahan intrakranial, NEC, PDA, infeksi aktif, dan apnea prematuritas); bayi sedang menjalani perawatan fototerapi ataupun transfusi tukar; bayi mengalami anomali kongenital. Terapi musik diberikan selama 3 hari untuk setiap bayi dalam kelompok intervensi. Terapi musik diberikan selama 30 menit pada setiap harinya. Volume suara musik berkisar 65-75 dB berdasarkan rekomendasi American Academy of Pediatric < 75 dB. Berat badan bayi ditimbang setiap hari; sedangkan suhu tubuh bayi ditimbang sebelum dan setelah terapi musik dilakukan. Data pada penelitian ini dikumpulkan menggunakan lembar observasi. Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Penelitian ini dilakukan di tiga rumah sakit yang berbeda. Oleh karena itu perlu melihat gambaran dari ketiga rumah sakit yang ada. Karakteristik ketiga rumah sakit tersebut adalah: Perawatan perawatan metode kangguru (PMK) kadang-kadang dilakukan di ketiga rumah sakit; Ketiga rumah sakit yang digunakan memiliki pencahayaan yang terang; Perawat di ketiga rumah sakit tidak memberikan posisi fleksi (nesting). Tingkat kebisingan ruangan di rumah sakit tergolong bising dengan rata-rata kebisingan dalam inkubator 48,4-70,63 dB dan ruangan 51,5-87,4 dB. Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan satu program komputer. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, bivariat, dan ANCOVA. analisis univariat dilakukan pada variabel karakteristik responden (usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1 dan 5), berat badan harian, suhu tubuh harian, peningkatan berat badan, dan suhu tubuh harian responden. Analisis bivariat yang digunakan adalah analisis paired t-test, pooled t-test, dan Mann-Whitney test. lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini dapat dilihat dari grafik 1 dan 2. HASIL PENELITIAN Penelitian ini membuktikan dan menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan bahwa apakah peningkatan berat badan dan suhu tubuh dapat meningkat melalui terapi musik. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa terjadi peningkatan berat badan dan suhu tubuh pada setiap harinya baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Namun, peningkatan pada kelompok intervensi Hasil analisis data menggunakan rumus pooled t-test dan Mann-Whitney test menggambarkan tentang peningkatan berat badan pada kelompok intervensi dan kontrol. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka terlihat bahwa bayi yang mendapatkan terapi musik memiliki peningkatan berat badan yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P value < 0,05). Hal ini terlihat dari tabel 3. Grafik 1 Peningkatan berat badan harian bayi prematur pada intervensi terapi musik di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N=30) Grafik 2 Peningkatan suhu tubuh harian sebelum & setelah terapi bayi prematur di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Tabel 4 menggambarkan tentang peningkatan suhu tubuh pada kelompok intervensi dan kontrol. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka terlihat bahwa bayi yang mendapatkan terapi musik memiliki peningkatan suhu tubuh yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P value < 0,05). Tabel 3 Perbedaan peningkatan berat badan di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30) Variabel Kelompok Mean P value Peningkatan Intervensi 23,75 0,031* berat badan Kontrol 21,43 hari ke-2 Peningkatan Intervensi 18,13 0,666 berat badan Kontrol 14,29 hari ke-3 Peningkatan Intervensi 28,75 0,030* berat badan Kontrol 16,43 hari ke-4 Peningkatan Intervensi 70,63 0,002* berat badan Kontrol 9,29 total Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh setelah dikontrol variabel confounding Variabel P Value BB P Value Suhu Intervensi 0,004 * 0,001* Usia 0,154 0,825 Jenis Kelamin 0,630 0,229 Jenis makanan 0,771 0,777 APGAR menit 1 0,040 * 0,784 APGAR menit 5 0,440 0,491 PEMBAHASAN Peningkatan Berat Badan Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberikan terapi musik selama 30 menit/hari dalam 3 hari dengan volume 65-75 dB memiliki peningkatan berat badan yang signifikan dibandingan bayi yang tidak diberikan terapi musik. Ket: * bermakna pada α (0,05) Tabel 5 menunjukkan pengaruh APGAR menit memiliki pengaruh peningkatan berat badan (P 0,05). terdapat pertama terhadap value < Tabel 4 Perbedaan peningkatan berat badan di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 Variabel Kelompok Mean P value Peningkatan Intervensi 0,181 0,006* suhu tubuh Kontrol -0,057 hari 1 Peningkatan Intervensi 0,194 0,002* suhu tubuh Kontrol 0,014 hari 2 Peningkatan Intervensi 0,231 0,002* suhu tubuh Kontrol 0,014 hari 3 Ket: * bermakna pada α (0,05) Tabel 5 Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh standley (1998) pada 40 bayi prematur menemukan adanya peningkatan berat badan harian pada bayi prematur baik pada laki-laki maupun pada bayi perempuan. Penelitian lain yang mendukung caine (1991) pada 52 bayi prematur menemukan terdapat perbedaan yang bermakna pada ratarata penambahan berat badan setelah kehilangan berat badan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p<0,01), perbedaan yang signifikan rata-rata konsumsi formula dan pemasukan kalori antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p<0,05), terdapat perbedaan yang Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 signifikan pada rata-rata penambahan berat badan harian antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p<0,01). Penelitian lain yang berbentuk metaanalisis dilakukan oleh Standley (2002) yang mengkaji sepuluh penelitian tentang musik. Standley merekomendasikan bahwa musik yang diberikan pada volume 55-80 dB akan meningkatkan berat badan, saturasi oksigen, heart rate, respiratory rate, feeding rate, status tingkah laku, nonnutritive sucking, dan lama hari rawat. Scanlon dan Sanders (2007) dan Sherwood (2004) mengemukakan bahwa Peningkatan berat badan dapat terjadi melalui mekanisme keseimbangan energi yang positif. Keseimbangan energi yang positif terjadi akibat jumlah energi dari pemasukan makanan lebih besar dibandingkan dengan jumlah pemakaian. Ekstra energi ini akan disimpan dan tidak digunakan oleh tubuh sehingga akan tersimpan dalam jaringan adiposa dan meningkatkan berat badan. Mekanisme kehilangan energi pada bayi prematur dijelaskan oleh Wilson dan Hockenberry (2007) yang mengemukakan bahwa Bayi yang sangat prematur menghabiskan 70% atau lebih waktunya untuk tidur aktif. Tidur aktif membutuhkan banyak pemakaian energi dibandingkan dengan tidur yang tenang. Banyaknya pemakaian energi tersebut terjadi karena frekuensi jantung, tekanan darah, aliran darah ke otak dan frekwensi nafas biasanya lebih tinggi pada saat bayi berada pada periode bangun. Terapi musik akan mengurangi kehilangan energi pada bayi prematur melalui peningkatkan tidur tenang. Peningkatan tidur tenang dibuktikan dengan penelitian Arnon et.all (2006) pada 31 bayi prematur. Penurunan kehilangan energi juga dibuktikan oleh penelitian Cassidy dan Standley (1995) yang menemukan efek terapi musik terhadap respon fisiologis bayi prematur di ruang NICU. Peningkatan tidur tenang akan meningkatkan penurunan pemakaian energi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh lubetzky et.all (2009) yang menemukan pemberian terapi musik akan menurunkan Resting Energy Expenditure (REE). Penurunan REE akan meningkatkan efisiensi dari metabolisme sehingga akan meningkatkan berat badan bayi prematur. Proses pembentukan energi pada bayi prematur terjadi melalui peningkatan kemampuan reseptor mulut. Hal ini didukung oleh Guyton dan Hall (1997) mengemukakan bahwa Asupan makanan untuk meningkatkan berat badan dipengaruhi oleh reseptor mulut. Namun, Price dan Kalhan (1993) dalam Gorrie, Mckinney dan Murrray (1998) yang mengemukakan bahwa bayi prematur fungsi organ pencernaan masih belum berkembang secara secara lengkap. Kemampuan menghisap dan menelan belum sempurna. Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Beberapa penelitian membuktikan bahwa terapi musik dapat meningkatkan kemampuan mengisap dan menelan bayi prematur. Penelitian yang dilakukan oleh Standley (2008) pada 12 bayi prematur menemukan jumlah mengisap selama periode musik kontingen meningkat 2,43 kali. Hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh Whipple (2000) yang menggunakan 20 pasang bayi dan orang tua. Hasil penelitian Whiple bertentangan dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu tidak terdapat perbedaan penambahan berat badan harian dan total penambahan berat badan hingga discharge yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini dan didukung oleh penelitian sebelumnya dan teori-teori yang ada bahwa terapi musik berperan dalam meningkatkan berat badan melalui mekanisme keseimbangan energi yang positif yaitu pemasukan energi lebih besar daripada pengeluaran energi. Pemasukan energi yang besar melalui pengaruh terapi musik terjadi karena terapi musik dapat meningkatkan refleks isap bayi sehingga pemasukan kalori akan meningkat. Pengeluaran energi yang kecil terjadi karena terapi musik dapat meningkatkan tidur tenang bayi sehingga terjadi penurunan pemakaian energi, terapi musik dapat menstabilkan respon fisiologis bayi prematur sehingga akan menghemat energi bayi prematur. Berdasarkan proses pemasukan dan pengeluaran energi tersebut maka berat badan bayi prematur dapat meningkat akibat pengaruh terapi musik. Peningkatan Suhu Tubuh Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberikan terapi musik selama 30 menit/hari dalam 3 hari dengan volume 65-75 dB memiliki peningkatan suhu tubuh yang signifikan dibandingan bayi yang tidak diberikan terapi musik. Hasil penelitian ini didukung oleh Vogtmann (2002) yang menemukan beberapa efek positif musik yaitu meningkatkan saturasi oksigen dalam darah, menurunkan saturasi (jumlah, kedalaman, dan durasi per menit), menurunkan basal heart frequency per menit, meningkatkan suhu pusat dan perifer. Guyton dan Hall (1997) mengemukakan bahwa Mekanisme pengaturan temperatur tubuh ditentukan oleh laju pembentukan panas dan laju kehilangan panas. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar dari laju kehilangan panas maka temperatur tubuh meningkat. Penurunan laju kehilangan panas pada bayi prematur terjadi melalui penurunan hormon stress dan peningkatan tidur tenang pada bayi prematur. Hal ini dibuktikan oleh beberapa penelitian dan teori. Hal ini didukung oleh Halim (2002) mengemukakan bahwa Musik menimbulkan perubahan pada status Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 gelombang otak dan hormon stress pasien. Chiu dan Kumar (2003) berpendapat bahwa Penurunan stress akan menimbulkan respon relaksasi. Karakteristik respon relaksasi yang ditimbulkan meliputi penurunan frekwensi nadi, relaksasi otot dan tidur. Penurunan frekwensi nadi, relaksasi otot dan tidur akibat terapi musik dapat kita lihat dari hasil penelitian Arnon et.all (2006) pada 31 bayi prematur. Respon fisiologis bayi yang efektif dapat menurunkan proses kehilangan panas. Terapi musik memiliki efek positif terhadap respon fisiologis bayi juga dibuktikan melalui penelitian lain yaitu Cassidy dan Standley (1995) dalam penelitiannya juga menemukan efek terapi musik terhadap respon fisiologis bayi prematur di ruang NICU. Respon relaksasi ini akan membantu regulasi suhu bayi prematur yaitu mengurangi kehilangan panas. Hal ini sejalan dengan pendapat Blake dan Murray (2002) dalam Merenstein dan gardner yang mengemukakan bahwa seseorang akan kehilangan kontrol termoregulasi pada saat tidur REM (rapid eye movement) yang biasa kita sebut sebagai tidur aktif. Berdasarkan penelitian Arnon et.all (2006) serta Cassidy dan Standley (1995), yang menemukan bahwa terapi musik akan meningkatkan tidur tenang dan mengurangi tidur aktif bayi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terapi musik dapat mengurangi kehilangan panas yang dialami bayi prematur. KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan peningkatan suhu bayi prematur di beberapa rumah sakit di Makassar, Sulawesi Selatan. REKOMENDASI Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi manajer pelayanan keperawatan untuk menjadikan terapi musik sebagai salah satu intervensi keperawatan. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengontrol variabel APGAR menit pertama untuk mendapatkan hasil yang akurat. Keterangan * Peneliti ** Pembimbing 1 *** Pembimbing 2 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Daftar Pustaka Arnon, S., Shapsa, A., Forman, L., Regev, R., Bauer, S., Litmanovizt, I., & Doflin, T. (2006). Live music is beneficial to preterm infants in the neonatal intensive care unit environment. Birth, 33 (2). 131-136. Diperoleh 7 februari 2010 dari http://www.ahealingharp.com/d ocuments/NeonatalStudy.pdf Berk, A.E. (2001). Child development. (4th Ed). America: Allyn and Bacon. Bobak, I.M., Lowdermik, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Keperawatan maternitas. (Edisi 4). Jakarta: Penerbit EGC. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Profil kesehatan Indonesia 2007. Diperoleh 1 Februari 2010 dari http://www.depkes.go.id/downl oads/publikasi/Profil%20Keseh atan%20Indonesia.pdf. Lubetzky, R., Mimouni, F.B., Ashbel, G., Dollberg, S., Reifen, R., & Mandel, D. (2009). Effect of music by Mozart on energy expenditure in growing preterm infants . Journal of American Academy of Pediatric, 125. e24-e28. Diperoleh 23 Februari 2010 dari www.pediatrics.org. Merenstein, G.B., & Gardner, S.L. (2002). Handbook of: Neonatal Intensive Care. (5th Ed). St.Louis: Mosby Co. Mucci, K., & Mucci, R. (2002). The healing sound of music: Manfaat musik untuk kesembuhan kesehatan dan kebahagiaan anda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pillitteri, A. (2003). Maternal & child health nursing: Care of the childbearing & childrearing family. (4th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Standley, J.M. (1998). The effect of music and multimodal stimulation on responses of premature infants in neonatal intensive care. Pediatric Nursing, 24 (6). 532-538. Diperoleh 1 Februari 2010 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p ubmed/10085995 Jumlah kata : 2535 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010 Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010