efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK TERHADAP PENINGKATAN
BERAT BADAN DAN SUHU TUBUH BAYI PREMATUR
DI MAKASSAR
TESIS
Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Ilmu Keperawatan
OLEH
SUNI HARIATI
0806447002
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PASCASARJANA ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
DEPOK
JULI 2010
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya sendiri,
Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
Telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Suni Hariati
NPM
: 0806447002
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 8 Juli 2010
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
iii
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
iv
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kita sebagai hambaNya atas kekuatan, kesehatan, dan
kesempatan sehingga penyusunan tesis ini dapat selesai. Penelitian yang berjudul
Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi
prematur di Makassar. Penelitian ini bertujuan agar diketahuinya efektifitas terapi
musik terhadap peningkatan berat badan dan peningkatan suhu bayi prematur di
beberapa rumah sakit di Makassar, Sulawesi Selatan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
1. Ibu Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D. sebagai pembimbing I
penyusunan proposal
yang telah banyak memberikan waktu dan
membimbing peneliti selama proses penyusunan tesis ini dengan masukan
dan arahan yang sangat berarti.
2. Ibu Hanny Handiyani, S.Kp., M.Kep. sebagai pembimbing II penyusunan
tesis penelitian yang telah banyak memberikan waktu dan membimbing
peneliti selama proses penyusunan tesis ini dengan masukan dan arahan yang
sangat berarti.
3. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
4. Ibu Krisna Yeti, SKp., M.App.Sc., sebagai Ketua Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
5. Ibu Dessie Wanda, S.Kp., MN. sebagai penguji yang telah banyak
memberikan masukan yang sangat berarti
6. Direktur, kepala bidang keperawatan dan staf perawat perinatologi RSIA
Fatimah Makassar, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
7. Direktur, kepala bidang keperawatan dan staf perawat perinatologi RSIA
Pertiwi Makassar, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
v
8. Direktur, kepala bidang keperawatan dan staf perawat perinatologi RS
Labuang Baji Makassar, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
9. Seluruh Responden yang telah memberikan ijin, tanpa mereka penelitian ini
tidak pernah ada
10. Orang tua, kakek, nenek, dan Keluarga besarku tercinta yang selalu
memberikan doa, dukungan, semangat, dan sayangnya yang tiada terputus
11. Suamiku yang selalu memberikan doa, dukungan, dan cintanya buat peneliti.
12. Rekan-rekan Program Pascasarjana Kekhususan Anak Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2008
13. Rekan-rekan Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas amal baik mereka dan
memberikan limpahan rahmay-Nya. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua
pihak.
Depok, 8 Juli 2010
Penulis
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama
: Suni Hariati
NPM
: 0806447002
Program Studi : Pasca Sarjana
Departemen
: Ilmu Keperawatan Anak
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya yang berjudul :
Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh
bayi prematur di Makassar
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 8 Juli 2010
Yang menyatakan
(Suni Hariati)
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
vii
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Tesis, Juni, 2010
Suni Hariati
Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu bayi prematur
di Makassar.
Xi + 163 halaman + 23 tabel + 4 skema + 2 grafik + 16 lampiran
Abstrak
Bayi prematur sering mengalami masalah akibat hipotermi dan berat badan
rendah. Disinilah perawat anak berperan dalam memberikan stimulasi untuk
mencegah terjadinya komplikasi, kecacatan, dan kematian bayi. Penelitian ini
bertujuan mengetahui peningkatan berat badan dan suhu tubuh melalui terapi
musik sebagai salah satu stimulasi dalam keperawatan anak. Desain penelitian
menggunakan quasi-experimental pada 30 bayi prematur stabil. Musik diputar
selama 30 menit/hari dalam 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan peningkatan berat badan yang signifikan pada hari ke-2, ke-4 dan total
(P value 0,031; 0,030; dan 0,002). Terdapat perbedaan peningkatan suhu tubuh
yang signifikan pada hari I, II, dan III (P value 0,006; 0,002; dan 0,002). Terdapat
pula pengaruh APGAR menit 1 pada peningkatan berat badan. Penelitian ini
merekomendasikan penggunaan terapi musik dalam penanganan bayi prematur di
ruang perinatologi.
Kata kunci: berat badan, hipotermi, Lullaby, prematur, suhu, terapi musik
Daftar pustaka: 72 (1991 – 2010)
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
viii
UNIVERSITY OF INDONESIA
MAGISTER OF NURSING SCIENCE PROGRAM
PEDIATRIC NURSING
FACULTY OF NURSING
Theses, June, 2010
Suni Hariati
The Effectiveness Of Music Therapy On Weight Gain And Temperature Increase
Of Preterm Infants In Makassar.
xi + 163 pages + 23 tables + 4 schemes + 2 graphs + 16 appendix
Abstract
Premature babies often experience of low body weight and hypothermic problem.
This is where nurses play a role in stimulating the child to prevent complications,
disability, and infant mortality.This research purposed to know increases weight
body and temperature by music therapy as a babies stimulation in pediatric
nursing. Research Design use quasi-experimental on 30 stabilize premature
babies. Music turned around during 30 minute / day in 3 day. Result of research
show there is difference of body weight increase which is significant on second,
fourth and total day (P Value 0,031; 0,030; and 0,002). There are difference of
body temperature increase which is significant on I, II, and III ( P Value 0,006;
0,002; and 0,002). There are also first minute APGAR influence at body weight
increase. This research recommend to use music therapy in premature baby in
perinatology room.
Keywords: Body weight, hypothermia, Lullaby, music therapy, premature,
temperature
References: 72 (1991 – 2010)
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
ix
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ………………………………………….……………
i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS …….……….…………………
ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………..….
iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………...
vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ……………………………………….. vii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS …………………………………………… viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………
xi
DAFTAR SKEMA ………………………………………………………….. xiii
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………........... xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………...
1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………..
7
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 7
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Bayi Prematur …………………………………………… 10
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Prematur ………………. 31
2.3 Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Prematur ……
34
2.4 Terapi Musik pada Bayi Prematur ………………………………. 35
2.5 Peran Perawat dalam Terapi komplementer pada Bayi Prematur .. 45
2.6 Kerangka Teori …………………………………………………… 50
BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep ………………………………………………… 51
3.2 Hipotesis Penelitian ………………………………………………. 52
3.3 Definisi Operasional ……………………………………………… 53
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ……………………………………………… 55
4.2 Populasi dan Sampel ……………………………………………… 57
4.3 Tempat Penelitian ………………………………………………… 60
4.4 Waktu Penelitian …………………………………………………. 62
4.5 Etika Penelitian …………………………………………………… 62
4.6 Alat Pengumpul Data …………………………………………….. 65
4.7 Prosedur Pengumpulan Data …………………………………….. 67
4.8 Rencana Analisis Data …………………………………………… 73
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
x
BAB V. HASIL PENELITIAN
5.1 Uji Univariat …………………………………………………….. 77
5.2 Uji Bivariat ……………………………………………………… 87
5.3 Ancova …………………………………………………………... 103
BAB VI. PEMBAHASAN
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil …………………………………… 106
6.2 Implikasi Keperawatan …………………………………………… 133
6.3 Keterbatasan Penelitian ………………………………………….. 134
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1Kesimpulan ……………………………………………………….. 153
7.2 Saran ……………………………………………………………... 155
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
xi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1. Definisi Operasional…………..………. ………………………...
53
Tabel 4.1. Analisis Variabel Dependen dan Variabel Independen ………....
75
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut usia ….. …
77
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut jenis
kelamin, APGAR menit1, APGAR menit 2, dan jenis makanan
bayi di Makassar …………………………………………………. 78
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi berat badan harian bayi prematur pada
intervensi terapi musik …………………………………………… 79
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi suhu tubuh harian bayi prematur pada
intervensi terapi musik …………………………………...............
81
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi peningkatan berat badan harian bayi prematur
pada kelompok intervensi & kontrol ……………………………… 83
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi peningkatan suhu tubuh harian sebelum dan
setelah terapi bayi prematur pada kelompok intervensi & kontrol… 85
Tabel 5.7. Uji kesetaraan karakteristik responden (usia)antara kelompok
intervensi & kontrol ………………………………………………. 88
Tabel 5.8. Uji kesetaraan karakteristik responden (jenis kelamin, jenis
makanan, APGAR menit 1, dan APGAR menit 5) antara kelompok
intervensi & kontrol ……………………………………………… 89
Tabel 5.9. Uji normalitas data berat badan dan suhu tubuh bayi prematur
antara kelompok intervensi & kontrol …………………………… 90
Tabel 5.10. Uji normalitas data peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi
prematur antara kelompok intervensi &kontrol ………………… 92
Tabel 5.11. Perbedaan berat badan hari I sebelum & setelah terapi musik…… 93
Tabel 5.12. Perbedaan berat badan hari II sebelum & setelah intervensi……... 94
Tabel 5.13. Perbedaan berat badan hari III sebelum & setelah intervensi…….
95
Tabel 5.14. Perbedaan berat badan total sebelum & setelah intervensi…… …. 96
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
xii
Tabel 5.15. Perbedaan suhu tubuh total sebelum & setelah intervensi………..
97
Tabel 5.16. Perbedaan peningkatan berat badan pada kelompok intervensi
& kontrol ………………………………………………………… 100
Tabel 5.17. Perbedaan peningkatan berat badan pada kelompok intervensi
& kontrol ………………………………………………………… 102
Tabel 5.18. Rata-Rata peningkatan berat badan dan suhu tubuh setelah terapi
musik sebelum dikontrol variabel confounding ………………… 103
Tabel 5.19. Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan setelah
dikontrol variabel confounding (Usia, Jenis kelamin, Jenis
makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5)…...……………… 104
Tabel 5.20. Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh Setelah
dikontrol variabel confounding (Usia, Jenis kelamin, Jenis
makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5) …………………
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
105
Universitas Indonesia
xiii
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1. Kerangka Teori …………………………………………………
50
Skema 3.1. Kerangka Konsep ……………………………………………….
51
Skema 4.1. Desain Penelitian ……………………………………………….
56
Skema 4.2. Alur Penelitian …………...………………………………………
72
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
xiv
DAFTAR GRAFIK
Hal
Grafik 5.1. peningkatan berat badan harian …………………………...
83
Grafik 5.2. peningkatan suhu tubuh harian
85
…………………………...
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar observasi
Lampiran 2. Formulir informasi penelitian kelompok intervensi
Lampiran 3. Formulir informasi penelitian kelompok kontrol
Lampiran 4. Surat pernyataan bersedia menjadi responden
Lampiran 5. Checklist standar intervensi perawatan bayi prematur
Lampiran 6. Cheklist prosedur terapi musik
Lampiran 7. Grafik pertumbuhan bayi prematur
Lampiran 8. Tabel karakteristik rumah sakit
Lampiran 9. Surat lolos kaji etik
Lampiran 10. Surat ijin penelitian dari FIK ke Balitbangda Sul-Sel
Lampiran 11. Surat ijin penelitian dari Balitbangda Sul-Sel
Lampiran 12. Surat ijin penelitian dari RSIA Fatimah Makassar
Lampiran 13. Surat ijin penelitian dari RSIA Pertiwi Makassar
Lampiran 14. Surat ijin Penelitian dari RS Labuang Baji Makassar
Lampiran 15. Sertifikat Kalibrasi alat
Lampiran 16. Daftar riwayat hidup
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) keempat memuat tentang
pengurangan angka kematian anak. Indonesia pun membuat program nasional
untuk anak-anak Indonesia berdasarkan isu kematian bayi dan balita. Program
tersebut bertujuan menurunkan angka kematian bayi menjadi 19 per 1000
kelahiran. Target ini ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa angka
kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang umum untuk menentukan
derajat kesehatan masyarakat, baik pada tingkat nasional maupun propinsi
(Target MDGs Indonesia, 2008).
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi. AKB 1990
berkisar 70 per 1000 kelahiran, namun lima tahun kemudian tepatnya 1995
terjadi penurunan hingga 66 per 1000 kelahiran. AKB mengalami penurunan
tajam pada periode tahun 1997 yaitu menjadi 50 bayi per 1000 kelahiran dan
penurunan yang signifikan tercapai pada tahun 2003 yaitu menjadi 35 bayi per
1000 kelahiran. AKB pada periode 2003 – 2007 relatif stagnan di kisaran 34
per 1000 kelahiran. AKB di Indonesia ini masih tergolong tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih
tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi
dari Thailand (Departemen Kesehatan RI 2008).
Angka kematian bayi (AKB) di Sulawesi Selatan menunjukkan penurunan
yang sangat tajam. AKB pada tahun 1971 dari 161 menjadi 55 per 1000
kelahiran pada tahun 1996, lalu turun lagi menjadi 52 pada tahun 1998, dan
pada tahun 2003 menjadi 48. AKB 2005 sebesar 36 per 1.000 kelahiran
hidup, dan pada 2007 menunjukkan angka 41 per 1.000 kelahiran hidup.
1
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
2
Fluktuasi ini dapat terjadi karena perbedaan besar sampel yang diteliti. AKB
tahun 2007 ini berbeda dengan data proyeksi yang dikeluarkan oleh Depkes RI
bahwa AKB di Sulsel pada tahun 2007 sebesar 27,52 per kelahiran hidup
(Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2009).
Penyebab kematian bayi digolongkan berdasarkan usia yaitu penyebab
kematian bayi usia 0 – 7 hari dan kematian bayi usia 7 – 28 hari. Penyebab
utama kematian bayi usia 0 – 7 hari adalah gangguan pernapasan (35,9%) dan
prematur (32,4%). Penyebab utama kematian bayi usia 7 – 28 yaitu sepsis
neonatorum (20,5%) dan malformasi kongenital(18,1%) (Riset Kesehatan
Dasar, 2007).
Kelahiran bayi prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR) di Indonesia
masih tergolong tinggi. Kelahiran bayi prematur selalu diikuti dengan BBLR.
Prevalensi bayi prematur di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 7 – 14%,
bahkan di beberapa kabupaten mencapai 16%. Prevalensi ini lebih besar dari
beberapa negara berkembang yaitu 5 - 9% dan 12 – 13% di USA. Prevalensi
nasional BBLR 11,5%. Sebanyak 16 propinsi mempunyai prevalensi BBLR di
atas prevalensi nasional yaitu Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jawa Barat,
DI Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua (Bowden,
1998; Hockenberry, 2007; Pilliteri, 2003; Riset Kesehatan Dasar, 2007).
Penelitian ini menggunakan tiga rumah sakit yaitu rumah sakit ibu dan anak
(RSIA) Fatimah Makassar, RS Labuang Baji Makassar dan RSIA Pertiwi
Makassar. Studi pendahuluan dilakukan di rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA)
Fatimah Makassar yang merupakan rumah sakit rujukan ibu dan anak
kotamadya Makassar. Kelahiran bayi prematur 2008 terdapat 50 bayi dan 315
bayi BBLR dari 2611 kelahiran. Angka kematian bayi prematur mencapai 10
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
3
bayi dari 50 bayi yang lahir (20%). Kelahiran bayi prematur tahun 2009
terdapat 31 kelahiran prematur dan 254 kelahiran BBLR dari 3813 kelahiran.
Penyebab kematian bayi prematur dihubungkan dengan masalah yang terjadi
akibat immaturitas organ yang menyebabkan komplikasi prematur. Penyebab
terbanyak kematian bayi prematur adalah Respiratory Distress Syndrome (
RDS). Penyebab lain kematian bayi prematur adalah asfiksia saat lahir,
infeksi, malformasi kongenital, kernicterus akibat hipotermi atau konjugasi
bilirubin (Pilliteri, 2003; Riskesdas, 2007).
Bayi
prematur
berisiko
mengalami
masalah
kesehatan
pada
awal
kehidupannya. Masalah yang sering terjadi pada bayi prematur berhubungan
dengan immaturitas organnya. Masalah yang sering terjadi pada bayi prematur
adalah ketidakstabilan suhu (hipotermi), ketidakstabilan berat badan (kesulitan
penambahan berat badan), sindroma aspirasi, hipoglikemi, hiperbilirubin dan
lain-lain (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005).
Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan suhu adalah kehilangan
panas yang sangat besar akibat luas permukaan tubuh terhadap berat badan,
lemak subkutan yang minimal, cadangan lemak coklat (sumber internal untuk
menghasilkan panas, terdapat pada bayi cukup bulan normal) terbatas, kontrol
refleks pada kapiler kulit tidak ada atau lemah (respon mengigil), aktivitas
massa otot (sehingga bayi prematur tidak dapat menghasilkan panasnya
sendiri), kapiler-kapiler mudah rusak, pengaturan suhu di otak tidak matur
(Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Bowden, 1998; Johnson, Flood &
Spinks, 2003; Shennan & Milligan, 1980 dalam Payne & Isaacs, 1999).
Masalah lain yang sering terjadi pada bayi prematur adalah ketidakstabilan
berat badan (kesulitan penambahan berat badan). Gangguan ini terjadi akibat
berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau berat badan lahir rendah
(BBLR), bayi tidak punya atau hanya memiliki deposit lemak subkutaneus
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
4
yang sedikit, cadangan lemak coklat terbatas, refleks mengisap dan menelan
bayi masih lemah. Bayi prematur dengan BBLR berisiko mengalami
keterlambatan pertumbuhan, khususnya berat badan (Bobak, Lowdermik &
Jensen, 2005; Bowden, 1998; Cooke & Hughes, 2003; Johnston, Flood &
Spinks, 2003; Hockenberry & Wilson, 2007; Muennich, 2009; Trachtenbarg
& Golemon, 1998).
Kusharisupeni (1996) melakukan penelitian di Indonesia mengidentifikasi
tentang peran berat lahir dan masa gestasi terhadap pertumbuhan linear bayi di
Kecamatan Sliyeg dan Gabus Wetan Kabupaten Indramayu Jawa Barat.
Penelitian ini dilakukan mulai Mei 1995 hingga Juni 1996. Penelitian ini
menggunakan rujukan pertumbuhan dari World Health Organization (WHO).
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata berat badan dan panjang badan bayi
dengan berat lahir 2500 gram atau lebih berada pada 50% rujukan
pertumbuhan WHO selama 6 bulan pertama kemudian menyimpang ke bawah
dari rujukan tersebut. Rata-rata berat badan dan panjang badan bayi berat lahir
rendah berkisar 10% dari rujukan yang sama selama tahun pertama
kehidupannya. Stunting dari keseluruhan bayi (115) sampai dengan umur 1
tahun mencapai 9,9%. Tingkat keparahan stunting pada bayi prematur lebih
besar daripada kelompok normal dan kelompok intrauterine growth
retardation (IUGR).
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang. Upaya yang
dilakukan untuk membangun bangsa yang besar ini dilakukan dengan
membangun manusia seutuhnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah upaya kesehatan anak karena anak merupakan generasi penerus bangsa.
Upaya kesehatan ini ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang
yang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki
intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Kualitas tumbuh
kembang anak di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus yaitu mendapat
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
5
gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan
kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang (Departemen Kesehatan, 2008).
Perawat professional khususnya perawat spesialis anak mempunyai tanggung
jawab untuk memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kepada setiap
anak. Salah satu peran perawat anak sebagai care provider (pemberi
perawatan utama) yaitu perawat anak memberikan perawatan langsung kepada
anak dan keluarganya pada waktu sakit, luka dan penyembuhan. Peran
perawatan anak pada bayi prematur adalah memberikan asuhan keperawatan
dengan memperhatikan upaya mempertahankan dan mendukung pertumbuhan
dan perkembangan normal (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Hockenberry
& Wilson, 2007; Potter & Perry, 2005).
Intervensi pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur disesuaikan dengan
tingkat perkembangan dan toleransi pada setiap bayi. Intervensi ini difokuskan
pada stimulasi pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Intervensi
perawatan standar bayi prematur yang sering digunakan adalah menyimpan
bayi ke dalam inkubator, memberikan susu sesuai kebutuhan bayi, memegang
bayi seminimal mungkin dan membiarkan tumbuh kembang bayi berkembang
dengan sendirinya (Berk, 2001; Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005;
Wilkinson,2000).
Intervensi keperawatan bayi prematur untuk mencegah komplikasi dan
merangsang
pertumbuhan
serta
perkembangan
bayi
adalah
dengan
memberikan terapi komplementer. Terapi komplementer merupakan suatu
pendekatan perawatan yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan
terapi medik secara konvensional. Terapi komplementer yang sering
digunakan pada bayi prematur adalah terapi pijat dan terapi musik. Manfaat
terapi komplementer pada bayi prematur ini telah dibuktikan dalam beberapa
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
6
penelitian yang telah dilaksanakan (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005;
Delaune & Ladner, 2002; Snyder & Lindquist, 2002).
Banyak studi yang menunjukkan manfaat jangka pendek
mempercepat
kenaikan
berat
musik yaitu
badan, meningkatkan pola tidur,
dan
kewaspadaan yang lebih besar pada minggu-minggu setelah dilahirkan. Salah
satu penelitian terapi musik dilakukan oleh penelitian Caine (1991) yang
mengidentifikasi efek musik terhadap tingkah laku stress, berat badan, kalori,
pemasukan formula, dan lama hari rawat. Studi dilakukan pada 52 bayi
prematur dan BBLR di neonatal intensive care unit (NICU). Musik diberikan
selama 60 menit. Penelitian ini menemukan bahwa musik bermanfaat untuk
mengurangi kehilangan berat badan, meningkatkan berat badan harian,
meningkatkan pemasukan formula dan kalori, menurunkan lama hari rawat,
menurunkan perilaku stress pada bayi.
Penelitian lain dilakukan oleh Vogtmann (2002) yang mengkaji tentang efek
terapi musik pada bayi prematur. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
efek positif pemberian terapi musik dihubungkan dengan keadaan fisiologis
dan tingkah laku bayi. Penelitian ini menggunakan musik dari Vogtmann yaitu
the breath of a new life. Musik ini ditempatkan di dalam inkubator dengan alat
stereo khusus selama 43 menit. Hasil penelitian ini mengidentifikasi beberapa
efek positif musik yaitu meningkatkan saturasi oksigen dalam darah,
mengurangi penurunan saturasi (jumlah, kedalaman, dan durasi per menit),
menurunkan basal heart frequency per menit, meningkatkan suhu pusat dan
perifer.
Terapi musik pada bayi prematur telah banyak digunakan di beberapa negara,
namun di Indonesia terapi ini belum digunakan secara luas di Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat perinatologi Rumah
Sakit di Makassar diketahui bahwa penggunaan terapi musik untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur belum dilakukan.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
7
Uraian di atas memperlihatkan bahwa terapi musik memiliki efek yang positif
bagi bayi prematur. Namun, di Indonesia penggunaan terapi musik untuk
meningkatkan berat badan dan suhu badan bayi belum digunakan secara luas.
Selain itu di Indonesia belum banyak penelitian tentang pengaruh terapi musik
terhadap peningkatan berat badan dan suhu badan bayi prematur sehingga
publikasi dan aplikasinya belum berkembang luas di Indonesia. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka peneliti ingin meneliti tentang efektifitas terapi
musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi prematur di
beberapa rumah sakit di Makassar.
1.2 Rumusan Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur berisiko untuk mengalami
gangguan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan adalah memberikan terapi komplementer
seperti terapi musik. Dari beberapa penelitian, terapi ini banyak memberikan
banyak manfaat pada bayi prematur. Namun, intervensi perawatan standar
bayi prematur yang sering digunakan adalah menyimpan bayi ke dalam
inkubator, memberikan susu sesuai kebutuhan bayi, memegang bayi
seminimal mungkin dan membiarkan tumbuh kembang bayi berkembang
dengan sendirinya Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti tentang
efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi
prematur.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan agar diketahuinya efektifitas terapi musik
terhadap peningkatan berat badan dan peningkatan suhu bayi prematur
di beberapa rumah sakit di Makassar, Sulawesi Selatan.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
8
1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi:
1. Gambaran peningkatan berat badan harian kelompok intervensi
dan kontrol.
2. Gambaran peningkatan suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan
terapi musik.
3. Gambaran variabel confounding (jenis makanan, usia, jenis
kelamin, dan APGAR menit 1, APGAR menit 5).
4. Perbedaan peningkatan berat badan harian dan total bayi sebelum
dan setelah diberikan terapi musik pada kelompok intervensi.
5. Perbedaan peningkatan berat badan harian dan total bayi sebelum
dan setelah dikontrol 4 hari pada kelompok kontrol.
6. Perbedaan peningkatan suhu tubuh harian bayi sebelum dan
setelah diberikan terapi musik pada kelompok intervensi.
7. Perbedaan peningkatan suhu tubuh harian bayi sebelum dan
setelah dikontrol 4 hari pada kelompok kontrol.
8. Perbedaan peningkatan berat badan harian dan total bayi sebelum
dan setelah terapi musik antara kelompok kontrol dan intervensi
9. Perbedaan peningkatan suhu tubuh bayi harian antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
10. Perbedaan peningkatan suhu tubuh bayi setelah diberikan terapi
musik pada kelompok intervensi dan kontrol setelah dikontrol oleh
variabel confounding (APGAR menit 1, APGAR menit 5, jenis
kelamin, usia, jenis makanan).
11. Perbedaan peningkatan berat badan bayi setelah diberikan terapi
musik pada kelompok intervensi dan kontrol setelah dikontrol oleh
variabel confounding (APGAR menit 1, APGAR menit 5, jenis
kelamin, usia, jenis makanan).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
9
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Bagi Pelayanan
1. Hasil penelitian ini memberikan bermanfaat bagi perawat anak
dalam melakukan intervensi mandiri pada perawatan bayi prematur
2. Penelitian ini memberikan sumbangan dalam menyusun rencana
keperawatan mandiri perawat spesialis anak sehingga intervensi
keperawatan diberikan berdasarkan pembuktian ilmiah.
3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
menyusun kebijakan ataupun standar perawatan di ruangan
perinatologi.
1.4.2
Manfaat Bagi Pendidikan
1. Hasil penelitian menambah pengetahuan dalam praktik keperawatan
tentang perangsangan pertumbuhan dan perkembangan dengan
terapi musik untuk meningkatkan berat badan dan kestabilan suhu
bayi prematur.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai landasan mewujudkan
evidence based practice dalam penanganan bayi prematur dengan
terapi komplementer.
1.4.3
Manfaat Bagi Penelitian
1. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi bayi prematur, dengan
pemberian terapi musik dalam menangani masalah berat badan yang
rendah dan ketidakstabilan suhu tubuh.
2. Penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan peneliti
tentang terapi komplementer bagi bayi prematur.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan telaah literatur yang terkait dengan variabel-variabel
yang diuji dalam penelitian ini. Tinjauan pustaka disusun dengan cara melakukan
sintesis berbagai macam literatur yang terkait. Tinjauan pustaka pada penelitian
ini terdiri atas: konsep bayi prematur, pertumbuhan dan perkembangan bayi
prematur, stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur, stimulasi
musik pada bayi prematur, peran perawat dalam terapi komplementer, dan
kerangka teori.
2.1 Konsep Bayi Prematur
2.1.1
Definisi Dan Insiden
Kelahiran bayi prematur masih menjadi masalah kesehatan bayi di
Indonesia maupun di beberapa negara, karena bayi prematur menyumbang
60% penyebab kematian neonatus yang terjadi. Masalah yang terjadi ini
terkait dengan kelahiran bayi prematur yang terjadi sebelum usia gestasi
37 minggu dan biasanya diikuti dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada saat lahir. Kelahiran bayi yang kurang dari 37 minggu dan berat
badan kurang dari 2500 gram mengakibatkan hampir semua bayi prematur
membutuhkan perawatan khusus dan merupakan neonatus yang paling
banyak dirawat di neonatal intensive care unit (NICU) (Hockenberry &
Wilson, 2007; Johnston, Flood & Spinks, 2003; Pilliteri, 2003).
Insiden kelahiran bayi prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR)
bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Variasi ini tergantung
pada kelompok etnik dan berkontribusi secara signifikan terhadap
perbedaan angka kematian di setiap negara. Data World Health
Organization WHO (2009) menunjukkan bahwa kelahiran prematur di
dunia mencapai 12.870.000 bayi/tahun yaitu sekitar 9,6% dari seluruh
kelahiran (Johnston, Flood & Spinks, 2003; Plains, 2009).
10
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
11
Insiden kelahiran bayi prematur bervariasi pada setiap benua. Tingkat
kelahiran prematur tertinggi terjadi dinegara Afrika mencapai 4.047.000
bayi/tahun yaitu sekitar 11,9% dari seluruh kelahiran. Prevalensi ini diikuti
oleh Amerika Utara (US dan Kanada) mencapai 480.000 bayi/tahun
(10,6%), Asia mencapai 6.907.000 bayi/tahun, Amerika latin sekitar
933.000 bayi/tahun (8,1%), Australia sekitar 20.000 bayi/tahun (6,4%),
dan paling rendah terjadi di Eropa sekitar 466.000 bayi/tahun (6,2%).
Prevalensi bayi prematur di Indonesia sendiri masih tergolong tinggi yaitu
berkisar 7 – 14%, bahkan dibeberapa kabupaten mencapai 16% (Plains,
2009; Riset Kesehatan Dasar, 2007).
2.1.2 Penyebab Kelahiran Bayi Prematur
Banyak aspek tentang neonatus risiko tinggi dihubungkan dengan
prematuritas. Penyebab aktual prematuritas belum diketahui secara pasti,
akan tetapi beberapa faktor predisposisi telah diketahui. Faktor
predisposisi ini banyak berperan dalam berat badan lahir yang rendah
karena gangguan pertumbuhan intrauterin. Diantara penyebab itu adalah
status sosial ekonomi rendah, pre-eklamsia, infeksi, merokok dan minum
alkohol
selama
kehamilan,
perdarahan
antepartum,
abnormalitas
perkembangan fetal, primipara, dan umur ibu kurang dari 18 tahun
(Gorrie, Mckinney & Murray, 1998; Johnston, Flood & Spinks, 2003;
Merenstein & Gardner, 2002).
2.1.3
Karakteristik Bayi Prematur
Bayi prematur mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Hockenberry
dan Wilson (2007) mengemukakan karakteristik bayi prematur disesuaikan
sesuai dengan variasi stadium perkembangannya. Identifikasi karakteristik
ini tergantung pada usia gestasi dan kemampuan fisiologiknya. Namun,
semua bayi memiliki beberapa karakteristik yang sama. Penampakan
keadaan fisik bayi berubah sesuai dengan perkembangan bayi menuju
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
12
kematuritasannya (Gorrie, Mckinney & Murray, 1998; Johnston, Flood &
Spinks, 2003).
Karakteristik bayi prematur dapat dilihat dari penampakan fisiknya. Bayi
prematur kelihatan sangat kecil dan tampak sangat kurus karena tidak
punya atau hanya memiliki deposit lemak subkutaneus yang sedikit.
Kulitnya tampak berwarna pink (transparan, tergantung pada derajat
immaturitas), lembut, dan berkilau dengan pembuluh darah kecil yang
jelas terlihat di bawah epidermis. Lanugo menutupi seluruh badannya
(tergantung pada usia gestasi), namun jarang dan kurang jelas pada kepala.
Tulang rawan telinga masih lembut dan menempel, dan telapak tangan
serta kaki masih memiliki sedikit lipatan (Bowden,1998; Johnston, Flood
& Spinks, 2003; Hockenberry & Wilson, 2007).
Karakteristik bayi prematur berkembang sesuai dengan usia gestasi. Nodul
papilla pada putting payudara belum berkembang sebelum usia 34 minggu,
sekitar 1 – 2 mm pada 34 hingga 36 minggu, sekitar 4 mm pada 36-38
minggu, dan sekitar 8 mm pada bayi cukup bulan. Tulang tengkorak
kepala dan tulang rusuk masih lembut. Mata bayi prematur yang lahir
sebelum usia kehamilan 26 minggu
masih menutup. Bayi laki-laki
memiliki sedikit rugae skrotal dan testis belum turun; sedangkan pada bayi
perempuan
labia
minora
dan
klitoris
menonjol
(Bowden,1998;
Hockenberry & Wilson, 2007; Johnston, Flood & Spinks, 2003).
Bayi prematur memiliki keadaan fisiologis organ-organ yang belum matur.
Fisiologi
immaturitas
menyeimbangkan
suhu
bayi
tubuh,
prematur
yaitu
mempunyai
belum
mampu
kemampuan
terbatas
mengeluarkan zat-zat melalui urin dan risiko tinggi untuk mengalami
infeksi. Bayi prematur memiliki jaringan paru-paru yang immatur dan
immaturitas pusat regulasi yang ditunjukkan dengan pernapasan yang
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
13
periodik, hipoventilasi, dan adanya periode apnea (Bobak, Lowdermik &
Jensen, 2005; Hockenberry & Wilson, 2007).
Bayi prematur juga berisiko untuk mengalami perubahan biokimia
misalnya terjadi hiperbilirubin dan hipoglikemi, dan memiliki kadar cairan
ekstraseluler yang lebih tinggi sehingga berisiko untuk terjadi gangguan
cairan dan elektrolit. Gerakan fleksi dan aktivitas lanjutan bayi prematur
berbeda dengan bayi cukup bulan, pada bayi prematur gerakan ini masih
tidak aktif ataupun lemah. Keseimbangan ekstremitas masih selalu pada
posisi ekstensi dan posisi lainnya sesuai di mana bayi ini ditempatkan
(Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Hockenberry & Wilson, 2007).
2.1.4
Pemeriksaan Ballard Score
Penilaian Ballard digunakan untuk mengukur usia bayi. Pemeriksaan ini
idealnya dilakukan segera setelah lahir yaitu dalam 2-8 jam setelah lahir.
Pemeriksaan ini terdiri dari kematangan neuromuskular dan maturitas fisik
(Hockenberry & Wilson, 2007; Gomella et al, 1999; Johnston, Flood &
Spinks, 2003)
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
14
Sumber: Gomella et al, 1999; Johnston, Flood & Spinks, 2003
2.1.5
Perubahan Fisiologis Bayi Prematur
Bayi prematur memiliki banyak masalah yang dihubungkan dengan
tingkat maturasi sistem organnya. Tingkat immaturitas tergantung pada
usia gestasi. Immaturitas dapat dilihat dengan jelas melalui perbedaan
aktivitas fisik dan respon neurologi bayi. Pada periode masa gestasi yang
pendek maka bayi akan menunjukkan aktivitas muskular yang lemah. Bayi
prematur mempunyai tugas untuk menyesuaikan diri secara kompleks
yaitu beradaptasi dari kehidupan intrauterin berubah menjadi ekstrauterin
sama seperti bayi cukup bulan (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005;
Johnston, Flood & Spinks, 2003; Olds, London & Ladewig, 2000). Bayi
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
15
prematur harus beradaptasi pada perubahan-perubahan fisiologi sebagai
berikut:
2.1.5.1 Perubahan fisiologis respirasi
Bayi prematur berisiko mengalami masalah respirasi. Masalah yang terjadi
disebabkan karena paru-paru belum sepenuhnya matang dan belum siap
untuk proses pertukaran oksigen dan karbondioksida sebelum usia gestasi
37 atau 38 minggu. Jalan napas hidung masih terbatas dan mudah
mengalami obtruksi. Dinding toraks masih lembut, sehingga nampak
retraksi hanya dengan tekanan negatif selama inspirasi. Jalur respirasi juga
terbatas sehingga memberikan resistensi yang lebih besar pada aliran
udara.
Pernapasan
bayi
irregular
dan
menggunakan
diafragma
dibandingkan dada. Refleks batuk juga masih lemah (Johnston, Flood &
Spinks, 2003; Olds, London & Ladewig, 2000).
Bayi prematur memiliki pertukaran gas yang tidak efisien. Hal ini
disebabkan karena alveoli yang dilapisi oleh epitel kuboidal berbeda
dengan sel yang ada pada paru-paru yang matur dan dikelilingi oleh
sedikit kapiler, di mana kapiler ini akan mulai bertambah secara signifikan
pada usia kehamilan setelah 28 minggu. Produksi surfaktan pulmonar oleh
sel alveolar masih minimal sehingga menyebabkan kolapsnya alveoli
secara progresif. Mekanisme yang mengatur kedalaman dan irama
pernapasan melalui stimulasi pusat respirasi pada otak, belum sepenuhnya
berkembang dan bayi dapat mengalami periode apnea (Johnston, Flood &
Spinks, 2003; Olds, London & Ladewig, 2000).
2.1.5.2 Perubahan kardiovaskular
Bayi prematur memiliki adaptasi sirkulasi yang lebih lambat dan kurang
sempurna dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Bayi prematur memiliki
tonus arteriol pulmonar yang tinggi, berkurang lebih lambat, dan labil.
Tekanan darah pulmonar tinggi dan bervariasi, berbeda dengan tekanan
darah sistemik yang relatif rendah. Duktus arteriosus tidak tertutup rapat
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
16
dan kemungkinan terbuka lagi, ketika terjadi pertemuan darah antara
sirkulasi sistemik dan pulmonar. Ketidakstabilan ini menyebabkan
terjadinya variasi yang signifikan saturasi oksigen pada sirkulasi perifer
(Johnston, Flood & Spinks, 2003; Olds, London & Ladewig, 2000).
2.1.5.3 Perubahan termoregulasi
Bayi prematur rentan terhadap ketidakstabilan suhu. Pusat regulasi suhu
mulai matur saat usia gestasi 28 minggu, sedangkan lemak subkutan dan
cadangan lemak serta kulit mulai matur pada usia gestasi 32 – 34 minggu.
Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan suhu adalah; kehilangan
panas yang sangat besar akibat luas permukaan tubuh terhadap berat
badan, lemak subkutan yang minimal, cadangan lemak coklat (sumber
internal untuk menghasilkan panas, terdapat pada bayi cukup bulan
normal) terbatas, kontrol refleks pada kapiler kulit tidak ada atau lemah
(respon mengigil), aktivitas massa otot (sehingga bayi prematur tidak
dapat menghasilkan panasnya sendiri), kapiler-kapiler mudah rusak, dan
pengaturan suhu di otak tidak matur (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005;
Gorrie, Mckinney & Murray, 1998; Johnston, Flood & Spinks, 2003;
Merenstein & Gardner, 2002).
2.1.5.4 Perubahan fisiologis gastrointestinal
Mekanisme mengisap dan menelan belum berkembang dengan baik pada
bayi prematur. Mekanisme ini hanya dapat dikoordinasi oleh bayi, untuk
memulai menyusu pada payudara sekitar 32-34 minggu gestasi dan
menjadi sangat efektif pada usia gestasi 36-37 minggu. Kemampuan untuk
mencerna makanan telah matur lebih awal dan hanya bayi yang berusia
kurang dari 25 minggu gestasi yang memiliki enzim digestif yang tidak
mencukupi (Johnston, Flood & Spinks, 2003; Merenstein & Gardner,
2002).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
17
2.1.5.5 Perubahan fisiologis renal
Bayi prematur memiliki sistem ginjal yang belum matur. Immaturitas ini
menyebabkan kemampuan bayi prematur dalam mengsekresi zat-zat
metabolit dan obat-obatan secara adekuat. Bayi prematur juga memiliki
keterbatasan kemampuan untuk mengkonsentrasikan urin. Masalah lain
yang ditimbulkan dari immaturitas ginjal adalah ketidakmampuan bayi
dalam Mempertahankan keseimbangan asam basa, cairan, dan elektrolit
(Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Johnston, Flood & Spinks, 2003).
2.1.5.6 Perubahan fisiologis hepatik dan hematologi
Kelahiran prematur ini menyebabkan immaturitas hepar. Immaturitas
hepar pada bayi prematur dapat menyebabkan beberapa masalah pada bayi
yaitu (Olds, London & Ladewig, 2000; Johnston, Flood & Spinks, 2003):
1) Glikogen dikumpulkan di hati dan kemudian secara cepat digunakan
untuk membentuk energi. Kemampuan bayi prematur mengumpulkan
glikogen menurun pada saat lahir. Bayi prematur memiliki persediaan
glikogen yang terbatas, sementara bayi lebih sering mengalami stress.
Masalah ini mengakibatkan bayi prematur berisiko mengalami
hipoglikemi dan komplikasinya.
2) Bayi prematur mengalami gangguan konjugasi bilirubin dihati. Tingkat
bilirubin meningkat dengan cepat dan lebih tinggi dibandingkan bayi
cukup bulan. Pengkajian dini jaundice dengan tingkat bilirubin nontoksik sulit dilakukan karena lemak subkutannya yang tipis.
3) Zat besi juga terkumpul ke hati, khususnya pada trimester ketiga. Bayi
prematur yang baru lahir memiliki persediaan zat besi yang rendah.
Jika bayi mengalami perdarahan, pertumbuhan cepat, dan pengambilan
sampel darah, maka bayi prematur lebih sering menjadi kekurangan zat
besi lebih cepat dibandingkan bayi cukup bulan.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
18
2.1.5.7 Perubahan fisiologis immunologi
Bayi prematur memiliki risiko terkena infeksi lebih besar dibandingkan
bayi cukup bulan. Peningkatan kepekaan ini sebagian dihubungkan dengan
belum berkembangnya sistem imun selular, tapi mungkin juga dihasilkan
dari infeksi dalam uterus yang merupakan faktor presipitasi kelahiran
prematur. Bayi prematur memiliki immaturitas yang spesifik dan
nonspesifik. Di dalam uterus, bayi menerima immunitas pasif untuk
menjaganya dari infeksi dengan immunologi IgC maternal. IgC ini
diperoleh melalui plasenta. Namun, immunitas ini banyak diberikan pada
trimester terakhir, maka bayi yang lahir prematur memiliki antibodi yang
sedikit pada saat lahir. Hal inilah yang menyebabkan bayi memiliki
perlindungan yang rendah dan immunoglobinnya lebih cepat habis
dibandingkan bayi cukup bulan. Hal inilah yang memberikan kontribusi
terhadap kejadian infeksi bakteri pada tahun pertama kehidupannya
(Gorrie, Mckinney & Murray, 1998; Olds, London & Ladewig, 2000).
2.1.5.8 Perubahan neurologis
Otak terbentuk selama 6 minggu pertama gestasi. Pada bulan kedua dan
keempat gestasi, otak telah memiliki komplemen total proliferasi neuron;
kemudian neuron bermigrasi ke tempat-tempat yang lebih spesifik pada
sistem saraf pusat dan mengatur jalur impuls saraf. Langkah terakhir dari
perkembangan neurologis adalah terbentuknya mielin yang dimulai pada
trimester kedua dan berlanjut setelah dewasa. Pertumbuhan dan
perkembangan otak yang cepat dimulai pada trimester tiga dan berakhir
pada saat bayi lahir.
Kelainan perkembangan neurologis pada bayi
prematur disebabkan oleh intraventicular hemorrhage (IVH) dan
intracranial hemorrhage (ICH) (Olds, London & Ladewig, 2000).
2.1.5.9 Perubahan status periode reaktivitas dan tingkah laku
Respon bayi baru lahir pada kehidupan ekstrauterin dikarakteristikkan
menjadi dua periode reaktivitas yang terdiri dari reaktivitas pertama dan
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
19
reaktivitas kedua. Kedua periode ini dipisahkan oleh periode inaktivitas
untuk fase tidur yaitu (Olds, London & Ladewig, 2000; Pilliteri, 2003):
1) Periode reaktivitas pertama; terjadi sekitar 30 menit setelah bayi lahir.
Selama periode ini, bayi bangun dan aktif dan mungkin merasakan
lapar dan mempunyai refleks isap yang kuat. Pada periode ini respirasi
cepat dan mungkin ada retraksi dada, denyut jantung cepat dan
irregular, dan bising usus juga telah ada.
2) Periode inaktivitas untuk fase tidur; setelah setengah hingga 1 jam bayi
aktif kemudian dimulai fase tidur. Fase tidur terjadi sekitar beberapa
menit hingga 2 sampai 4 jam. Selama periode ini bayi sulit terbangun.
3) Periode reaktivitas kedua; pada periode ini bayi bangun dan waspada.
Respon fisiologis yang dapat diamatai adalah peningkatan denyut
jantung dan pernapasan. Perawat harus waspada terhadap periode
apnea pada periode ini.
Periode reaktivitas pada bayi prematur tertunda. Pada bayi yang sangat
sakit, periode ini secara keseluruhan tidak dapat di observasi karena bayi
kemungkinan hipotonik dan tidak reaktif selama beberapa hari setelah
lahir. Secara neurologis, respon bayi prematur (sucking, tonus otot, states
arousal) lebih lemah dibandingkan bayi cukup bulan (Olds, London &
Ladewig, 2000).
2.1.6 Komplikasi pada Bayi Prematur
Bayi prematur sering mengalami masalah yang berhubungan dengan
komplikasi. Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas yang
diberikan intervensi klinik adalah Anemia of prematurity, Kernicterus,
respiratory distress syndrome (RDS), retinopaty of prematurity (ROP),
patent duktus arteriosus(PDA), intraventicular hemorthage (IVH),
necrotizing Enterocolitis (NEC), dan apnea. Masalah jangka panjang
meliputi bronchopulmonary Dysplasia (BPD), pulmonary interstitial
emphysema (PIE), dan posthemorrhagic hydrocephalus, defek bicara,
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
20
defek neurologi, dan defek audiotori (Behrman & Butler, 2007; Gorrie,
Mckinney & Murray, 2005; Olds, London & Ladewig, 2000; Pilliteri,
2003;).
2.1.6.1 Anemia of prematurity
Banyak sel darah bayi prematur berkembang normokromik sehingga
mengalami anemia normositik. Sel darah merah mungkin mengalami
fragmentasi atau bentuknya tidak biasa. Jumlah retikulosit rendah karena
sumsum tulang tidak meningkatkan produksinya sebelum usia gestasi 32
minggu. Bayi akan nampak pucat, kemungkinan letargi dan anoretik, dan
biasanya gagal untuk tumbuh. Hal ini di pengaruhi oleh immaturitas
sistem hematopoetik ditambah dengan adanya destruksi sel darah merah
yang dapat menurunkan level vitamin E, yang normalnya bertugas untuk
melindungi sel darah merah untuk mengalami oksidasi. Produksi sel darah
merah
dapat
distimulasi
dengan
pemberian
DNA
recombinant
erythropoietin dan mungkin juga memerlukan transfusi darah (Pilliteri,
2003).
2.1.6.2 Kernicterus
Kernicterus
terjadi
akibat
invasi
billirubin
indirek.
Invasi
ini
mengakibatkan destruksi otak. Invasi ini merupakan efek dari tingginya
konsentrasi bilirubin indirek dalam darah akibat penghancuran sel darah
merah yang berlebihan. Bayi prematur juga memiliki serum albumin yang
rendah, serum ini digunakan untuk mengikat bilirubin indirek (Olds,
London & Ladewig, 2000; Pilliteri, 2003).
2.1.6.3 Respiratory distress syndrome (RDS)
Bayi prematur memiliki perkembangan paru yang masih immatur.
Immaturitas ini menyebabkan ganggauan paru. Gangguan paru ini
dinamakan RDS, yang juga disebut sebagai hyaline membrane desease
(HMD). RDS terjadi jika paru-paru bayi kekurangan surfaktan yang
digunakan untuk respirasi. Surfaktan merupakan lipoprotein yang berada
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
21
di permukaan paru-paru yang membantu paru-paru untuk ekspansi dan
kontraksi dengan mudah selama respirasi melalui modifikasi tekanan
permukaan paru. Surfaktan juga mencegah alveoli untuk kolaps (Behrman
& Butler, 2007; Gorrie, Mckinney & Murray, 2005).
2.1.6.4 Retinopaty of prematurity (ROP)
ROP merupakan proses penyakit pada pembuluh darah retina di mata.
ROP terjadi pada neonatus terutama bayi prematur yang menerima oksigen
dalam konsentrasi tinggi pada minggu-minggu atau bulan awal
kehidupannya. Retina mata belum sepenuhnya berkembang pada usia
gestasi 28 minggu. Pada usia gestasi 32 minggu, pembuluh darah di area
temporal perifer pada retina masih immatur. Area temporal perifer pada
pembuluh darah retina menjadi sangat peka dan berbahaya jika diberikan
oksigen dalam konsentrasi tinggi. Oksigen yang tinggi menyebabkan
arteriol pada retina menjadi konstriksi dan terbatas. Konstriksi ini
menurunkan aliran volume darah ke retina mata. Jika konstriksi tidak
teratasi maka pembuluh darah retina secara permanen dapat rusak
(Behrman & Butler, 2007).
2.1.6.5 Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Komplikasi yang terjadi pada bayi prematur dapat disebabkan oleh
perawatan yang diberikan misalnya ventilator. BPD merupakan kondisi
kronik yang terjadi sekitar 30% dari bayi yang mendapatkan perawatan
dengan ventilasi mekanik. Akan tetapi, BPD dapat terjadi pada bayi yang
tidak menggunakan ventilator. BPD terjadi karena kombinasi beberapa
faktor, termasuk oksigen, tekanan yang tinggi pada ventilasi pulmonar,
inflamasi, infeksi, dan faktor nutrisi, yang mana berbahaya bagi alveoli
dan traktus respiratory (Gorrie, Mckinney & Murray, 2005).
2.1.6.6 Defek bicara
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
22
Efek jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah defek
bicara. Defek bicara yang paling sering di observasi meliputi
keterlambatan
perkembangan
pada
kemampuan
menerima
dan
mengekspresikan. Defek bicara ini sering terjadi pada anak usia sekolah
(Olds, London & Ladewig, 2000).
2.1.6.7 Defek neurologis
Komplikasi jangka panjang lain yang dapat terjadi pada bayi prematur
adalah defek neurologis. Defek neurologi yang paling umum terjadi adalah
cerebral palsy, hidrocephalus, seizure disorder, nilai IQ rendah, dan
ketidakmampuan belajar. Dukungan keluarga merupakan faktor yang
paling penting dalam mempengaruhi penampilan sekolah terhadap ada
atau tidaknya sebagian besar defek neurologi (Olds, London & Ladewig,
2000).
2.1.7
Suhu Tubuh Bayi Prematur
2.1.7.1 Fisiologi Suhu tubuh
Suhu lingkungan manusia lebih dingin daripada tubuhnya. Manusia
memiliki kompensasi tubuh berupa sistem panas secara internal yang
berguna untuk menyeimbangkan suhu tubuh. Suhu internal ini merupakan
suhu yang berasal dari jaringan tubuh dalam yang selalu konstan yaitu
sekitar ± 1°F(±0,6°C) setiap harinya kecuali keadaan demam. Sedangkan,
suhu yang berasal dari lingkungan dinamakan suhu kulit. Kenaikan dan
penurunan suhu kulit tergantung pada lingkungan. Suhu
kulit ini
menunjukkan kemampuan kulit untuk melepaskan panas ke lingkungan
(Guyton & Hall, 1997; Sherwood, 2004).
Mekanisme
pengaturan
temperatur
tubuh
ditentukan
oleh
laju
pembentukan panas dan laju kehilangan panas. Bila laju pembentukan
panas dalam tubuh lebih besar dari laju kehilangan panas maka temperatur
tubuh meningkat. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih kecil
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
23
dari laju kehilangan panas maka temperatur akan menurun (Guyton &
Hall, 1997).
Produksi panas tergantung pada oksidasi dari bahan bakar metabolisme
yang berasal dari makanan. Produksi panas juga dihasilkan oleh respirasi
sel. Respirasi sel merupakan suatu mekanisme untuk menghasilkan ATP
yang berasal dari makanan, di mana juga menghasilkan panas sebagai
salah satu produk energi. Produksi panas tubuh dihasilkan pada organ
dalam, terutama hati, otak, jantung, dan otot rangka selama kerja (Guyton
& Hall, 1997; Scanlon & Sanders, 2007; Stables & Novak, 1999).
Laju produksi panas yang disebut juga laju metabolisme tubuh. Faktorfaktor yang menentukan laju tersebut adalah(Guyton & Hall, 1997;
Scanlon & Sanders, 2007; Sherwood, 2004; Stables & Novak, 1999):
(1) Laju metabolisme barasal dari semua sel tubuh.
(2) Laju cadangan
metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas otot.
Kontraksi otot akan meningkatkan suhu inti hingga (40°C).
(3) Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin (dan
hormon lain misalnya hormon pertumbuhan dan testosteron) terhadap
sel. Hormon tiroksin ini diproduksi oleh glandula tiroid, di mana
meningkatkan respirasi sel dan produksi panas. Mekanisme ini
merupakan umpan balik dari hipothalamus dan gladula pituitari
anterior. Jika laju metabolisme menurun maka glandula tiroid akan
mensekresi tiroksin (T4). Toroksin ini akan meningkatkan respirasi sel.
(4) Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh efek epinefrin dan
norepinefrin (disekresi oleh medula adrenal), dan perangsangan
simpatis terhadap sel. Epinefrin akan meningkatkan respirasi sel
terutama organ jantung, otot rangka, dan hati. Stimulasi simpatis juga
akan meningkatkan aktivitas organ.
(5) Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas
kimiawi di dalam sel sendiri (misalnya asupan makanan). Asupan
makanan akan meningkatkan laju metabolisme dari traktus digestif.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
24
Panas akan diproduksi oleh digestif sebagai akibat dari pembentukan
ATP yang digunakan untuk peristaltik dan sintesis enzim.
Panas yang berasal dari produksi panas dihantarkan
dari organ dan
jaringan yang lebih dalam ke kulit. Panas ini akan hilang ke udara dan
sekitarnya. Dua faktor yang mempengaruhi hilangnya panas adalah: (1)
kecepatan konduksi panas dari tempat panas yang dihasilkan di inti tubuh
ke kulit; (2) kecepatan penghantaran panas dari kulit ke sekitarnya
(Guyton & Hall, 1997).
Semua kehilangan panas dan peningkatan panas antara tubuh dan
lingkungan eksternal terjadi diantara permukaan tubuh dan sekitarnya.
Pengaturan pertukaran panas
antara kulit dan lingkungan diatur oleh
sistem saraf simpatis. Saraf simpatis akan mempengaruhi tingkat
vasokonstriksi arteriol dan anastomosis arteriovenosa yang mensuplai
darah ke pleksus venosus kulit. Vasokonstriksi ini dikontrol oleh sistem
saraf simpatis dalam memberikan respon terhadap perubahan suhu tubuh
inti dan suhu lingkungan. Tubuh menggunakan 4 mekanisme untuk
mengatur pertukaran panas antara permukaan tubuh dan lingkungannya,
yaitu radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi (Guyton & Hall, 1997;
Scanlon & Sanders, 2007; Sherwood, 2004).
Hipotalamus berperan dalam regulasi suhu dan bertanggungjawab sebagai
termostat tubuh. Hipotalamus berperan penting dalam keseimbangan
antara mekanisme kehilangan panas, mekanisme produksi panas, dan
mekanisme pertukaran panas. Kerja hipotalamus mengatur mekanisme
antara suhu inti dan suhu kulit dibantu oleh reseptor suhu yang sensitif
dinamakan
termoreseptor.
Termoreseptor
perifer
bertugas
untuk
memonitor suhu kulit dan mentransfer informasi ke hipotalamus tentang
suhu permukaan
terdapat dua pusat regulasi suhu yang dimiliki oleh
hipotalamus. Region posterior diaktivasi oleh dingin dan kemudian
memicu produksi panas dan konservasi panas. Region anterior diaktivasi
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
25
oleh kehangatan, di mana akan memicu kehilangan panas (Guyton & Hall,
1997; Scanlon & Sanders, 2007; Sherwood, 2004).
Penjalaran sinyal suhu hampir selalu sejajar. Pada saat memasuki medula
spinalis maka sinyal akan menjalar ke traktus lissauer sebanyak beberapa
segmen di atas dan bawah. Sinyal ini akan berakhir pada lamina I, II, III
radiks dorsalis. Setelah ada satu atau lebih percabangan neuron dalam
medula spinalis, maka sinyal akan dijalarkan ke serabut termal asenden
yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan dan akan
berakhir di (1) area retikular batang otak dan (2) kompleks ventrobasal
thalamus. Beberapa sinyal suhu dari kompleks
ventrobasal akan
dipancarkan menuju korteks somatosensorik. Pada akhirnya sinyal ini
akan berespon pada stimulus dingin atau panas pada daerah kulit yang
spesifik (Guyton & Hall, 1997).
Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dari suhu lingkungan intaruterin
(37,7°C) ke suhu ruangan (21°C hingga 25°C). Panas ditransfer gradien
internal dari suhu inti ke permukaan kulit, kemudian ke gradien eksternal
dari permukaan tubuh ke lingkungan. Kecepatan kehilangan panas dari
gradien internal ini tergantung pada aliran darah kapiler dan lemak
subkutaneus yang dimiliki. Sekitar 2 – 7% berat badan bayi baru lahir
berasal dari brown adipose tissue (BAT). BAT terdapat di sekitar ginjal,
mediastinum, lipatan leher, dan skapula, sepanjang kolumna spinal, dan
sekitar pembuluh darah besar di leher. Sel BAT mulai diproliferasi pada
usia 26 – 30 minggu gestasi dan berlanjut setelah 4 minggu kelahiran
(Merenstein & Gardner, 2002; Stables & Novak, 1999).
Adipocytes (sel lemak) BAT dibedakan dari Adipocytes normal oleh
besarnya peningkatan proses metabolik dan produksi panas. Sel ini
mengandung vacula lemak kecil, beberapa mitokondria, jaringan yang
menyuplai kapiler darah (memberikan warna coklat) dan nervus simpatis.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
26
Nervus simpatis akan mengaktivasi glandula adrenal untuk mensekresi
katekolamin
noreadrenalin
ketika
stress
(norepinefrin)
dingin.
yang
Pengeluaran
menstimulasi
lokalnya
glandula
berupa
pituitari
sehingga mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH). Hal ini akan
menyebabkan peningkatan produksi tiroksin (T4). Adrenalin dan tiroksin
akan meningkatkan metabolisme lemak coklat dan memproduksi panas
(Merenstein & Gardner, 2002; Stables & Novak, 1999).
2.1.7.2 Regulasi Suhu Bayi Prematur
Bayi prematur ini rentan terhadap ketidakstabilan suhu. Faktor-faktor yang
menyebabkan ketidakstabilan suhu adalah; kehilangan panas yang sangat
besar
akibat luas permukaan tubuh terhadap berat badan, penyekatan
lemak subkutan yang minimal, cadangan lemak coklat (sumber internal
untuk menghasilkan panas, terdapat pada bayi cukup bulan normal)
terbatas, kontrol refleks pada kapiler kulit tidak ada atau lemah (respon
mengigil), aktivitas massa otot tidak adekuat (sehingga bayi prematur
tidak dapat menghasilkan panasnya sendiri), kapiler-kapiler mudah rusak,
dan pengaturan suhu di otak tidak matur (Bobak, Lowdermik & Jensen,
2005; Johnston, Flood & Spinks, 2003; Merenstein & Gardner, 2002).
Rentang normal suhu tubuh neonatus berbeda antara bayi yang cukup
bulan dan bayi prematur. Rentang normal suhu tubuh bayi cukup bulan
berkisar 36,5ºC - 37ºC; sedangkan bayi prematur berkisar 36,3ºC - 36,9ºC.
Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar (25ºC) maka bayi akan kehilangan
panas melalui evaporasi (penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak 200
kalori/kg BB/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi
hanya per sepuluh dari jumlah kehilangan panas di atas, dalam waktu yang
bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak
2ºC dalam waktu 15 menit. Keadaan ini sangat berbahaya untuk neonatus
terlebih bagi bayi prematur dan BBLR, bayi dapat mengalami asfiksia
karena tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut dengan
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
27
produksi panas yang dibuat sendiri (Merenstein & Gardner, 2002; Wong et
al., 2009).
Suhu yang rendah mengakibatkan metabolisme jaringan akan meningkat
dan berakibat lebih mudah terjadinya asidosis metabolik berat sehingga
kebutuhan oksigen akan meningkat. Jika oksigen tidak tersedia maka akan
terjadi hipoksia pada sel tubuh. Penyimpanan oksigen untuk fungsi
essensial tubuh dilakukan dengan cara vasokonstriksi pembuluh darah.
Jika proses ini berlangsung lama, maka pembuluh darah pulmonar menjadi
terancam dan perfusi pulmonar akan menurun. Tingkat PO2 akan menurun
dan PCO2 akan meningkat. Peningkatan PO2 akan menyebabkan
terbukanya fetal right-to-left shunt.
Produksi surfaktan juga akan
menurun, sehingga akan mempengaruhi fungsi paru (Pilliteri, 2003).
Suplai glukosa juga akan meningkat akibat peningkatan metabolisme.
Bayi akan memenuhi kebutuhan glukosanya melalui proses glikolisis
anaerob, di mana zat asam akan masuk ke dalam aliran darah. Bayi akan
menjadi asidosis dan dengan asidosis akan memperbesar risiko terjadinya
kernikterus (masuknya bilirubin tidak terkonjugasi ke dalam sel otak).
Selain itu hipotermi yang terjadi pada neonatus dapat menyebabkan
hipoglikemia. Usaha mengurangi kehilangan panas tersebut di atas dapat
dapat ditanggulangi dengan mengatur suhu lingkungan, membungkus
badan bayi dengan kain hangat, membungkus kepala bayi, disimpan
ditempat tidur yang sudah dihangatkan atau dimasukkan sementara ke
dalam inkubator (Stables & Novak, 1999)
2.1.8
Berat badan Bayi Prematur
2.1.8.1 Fisiologi Berat Badan Bayi
Berat badan merupakan hasil peningkatan/ penurunan semua jaringan yang
ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak cairan tubuh, dan lain-lain.
Bayi-bayi yang lahir dengan berat badan rendah, akan lebih cepat
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
28
bertambah berat badannya, seakan-akan mengejar ketinggalannya.
Sedangkan, bayi-bayi yang besar pada waktu lahir, umumnnya sering
tumbuh lambat. Pertambahan ini akan sangat dipengaruhi oleh banyaknya
makanan dan keaktifan pencernaan, jenis makanan, dan lain-lain (Tim
www.AsianBrain.com, 2008).
Hipotalamus berperan dalam regulasi asupan makanan, di mana
merupakan komponen yang penting dalam keseimbangan energi. Asupan
makanan ini dipengaruhi oleh pusat lapar dan pusat kenyang. Inti lateral
hipotalamus merupakan pusat lapar atau pusat makan; sedangkan inti
ventromedialis hipotalamus berperan dalam pusat kenyang. Hipotalamus
lateral bekerja dengan membangkitkan perangsangan motorik terhadap
semua aktivitas dan khususnya perangsangan emosional untuk mencari
makanan. Sedangkan, pusat kenyang menstimulasi perasaan kepuasan
akan makanan (Guyton & Hall, 1997; Sherwood, 2004).
Keseimbangan energi diatur oleh dua mekanisme yaitu pemasukan energi
dan pengeluaran energi. Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran ini
dipengaruhi oleh komponen kimia tubuh yaitu H2O dan garam. Pemasukan
energi berasal dari pemasukan makanan. Sel mengambil energi dari
makanan kemudian dibentuk ATP. Pengeluaran energi atau pemakaian
energi terjadi melalui dua mekanisme yaitu kerja internal dan eksternal.
Kerja eksternal merupakan pemakaian energi melalui kontraksi otot
rangka. Kerja internal merupakan semua pemakaian energi secara biologi.
Jumlah energi yang dikeluarkan selama kerja internal dan kerja eksternal
dinamakan laju metabolik (Scanlon & Sanders, 2007; Sherwood, 2004).
Daerah otak yang terlibat dalam penginderaan keadaan nutrisi dalam tubuh
atau pusat saraf yang merangsang pencarian makanan. Lesi nukleus
paraventrikuler
meyebabkan
makan
karbohidrat
yang
berlebihan.
Sebaliknya, lesi pada nukleus dorsomedial hipotalamus menekan makan.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
29
Perangsangan pada batang otak bagian bawah, seperti area posterma,
nukleus media kaudal, traktus solitaries, atau saraf vagus akan
mempengaruhi derajat makan. Pusat yang lebih tinggi dari hipotalamus
juga memainkan peranan penting dalam mengendalikan makan. Pusat ini
khususnya mencakup amigdala dan korteks prefrontal, di mana keduanya
berdekatan dengan hipotalamus (Guyton & Hall, 1997; Sherwood, 2004).
Asupan makanan juga dipengaruhi oleh reseptor mulut. Faktor mulut ini
terdiri dari pengunyahan, saliva, penelanan, pengecapan, dan pengukuran
jumlah makanan yang masuk dalam mulut. Setelah sejumlah makanan
masuk ke dalam mulut maka terjadi penghambatan di pusat makan di
hipotalamus. Temperatur tubuh dan asupan makanan juga memiliki
hubungan. Bila seseorang terpapar dengan udara dingin, maka akan
cenderung untuk makan berlebihan. Sedangkan, jika terpapar udara panas
maka akan cenderung makan sedikit. Keadaan ini disebabkan oleh
interaksi antara sistem pengatur temperatur dengan sistem pengatur makan
dalam hipotalamus (Guyton & Hall, 1997).
2.1.8.2 Berat badan bayi prematur
Bayi prematur lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi
prematur memiliki berat badan kurang pada saat lahir karena bayi ini
mengalami
gangguan pertumbuhan intrauterin atau pemendekan usia
gestasi. Penyebab umum BBLR adalah intoleransi glukosa selama masa
hamil, maternal diabetes militus, nutrisi berlebihan, dan juga hereditas.
Selain itu, kelahiran BBLR juga berhubungan dengan kehamilan
multijanin, kehamilan kembar yang berbeda, anomali kongenital, infeksi
tinggi rubella, dan infeksi intrauterin (Johnston, Flood & Spinks, 2003).
Perubahan berat badan yang sangat cepat terjadi pada masa bayi,
perubahan ini lebih cepat dibandingkan dengan waktu-waktu lain setelah
lahir. Hal ini terjadi baik pada bayi cukup bulan maupun bayi prematur.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
30
Berat badan bayi akan mengalami penurunan secara fisiologis pada tiga
hari pertama kehidupannya. Bayi cukup bulan mengalami penurunan
sebesar 5% dari berat badan lahirnya; sedangkan bayi prematur mengalami
penurunan sebesar
6% -8% dari berat badan lahirnya. Bayi mengalami
peningkatan berat badan sebesar 15 – 20 gram/kg/hari pada hari-hari awal
kehidupannya. Namun, pada bayi prematur yang sakit yang dirawat di
NICU, peningkatan sebesar 15 – 20 gram/kg/hari tidak akan terlihat pada 2
minggu pertama kehidupannya karena komplikasi yang dialami bayi
(Berk, 2006; Markum, Ismael, Alatas, Akib, Firmansyah & Sastroasmoro,
2003; Merenstein & Gardner, 2002; Soetjiningsih, 1998).
Pola peningkatan berat badan bayi prematur dan bayi cukup bulan
berbeda. Bayi prematur mulai mengejar peningkatan berat badannya pada
1 tahun hingga 2 tahun pertama kehidupannya mendekati bayi yang lahir
cukup bulan. Sedangkan, pada bayi yang lahir cukup bulan berat badan
waktu lahirnya akan kembali pada hari ke-10. Berat badan menjadi 2 kali
berat badan lahir saat usia 5 bulan, pada umur 1 tahun berat badan naik
menjadi 3 kali lipat berat badan lahir, dan menjadi 4 kali berat badan lahir
pada umur 2 tahun. Anak masa prasekolah mengalami kenaikan berat
badan rata-rata 2kg/tahun. Pertumbuhan konstan berakhir dan dimulai preadolescent growth spurt dengan rata-rata kenaikan berat badan 3-3,5
kg/tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan adolescent growth spurt.
Pengukuran berat badan bayi prematur dihitung sesuai dengan koreksi
usianya. Kenaikan berat badan rata-rata bayi prematur dalam satu tahun
pertama sama dengan bayi cukup bulan, yaitu
6 – 7 kg (Berk, 2006;
Markum dkk, 2003; Soetjiningsih, 1998).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
31
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Prematur
Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur berbeda dengan bayi cukup
bulan. Bayi prematur berisiko mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur
dikaitkan dengan kecilnya usia kehamilan (<32 minggu) dan kecilnya berat
lahir bayi (<1500 gram). Namun, banyak bayi prematur dapat berkembang
dalam rentan normal, menjadi anak-anak yang sehat dan dapat mengejar
ketinggalan pertumbuhan dan perkembangannya sama dengan bayi yang lahir
cukup bulan pada usia 2 tahun pertama kehidupannya (Muennich, 2009;
Trachtenbarg & Golemon, 1998).
Cooke dan Hughes (2003) melakukan penelitian pada 280 anak yang lahir
prematur dan 210 anak yang lahir cukup bulan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji secara kohort bayi permatur pada usia 7 tahun dikaitkan dengan
pengukuran pertumbuhan, motorik dan kognitif, serta menginvestigasi
keterlambatan pertumbuhan pada prestasi sekolah anak. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat keterlambatan pertumbuhan bayi prematur
khususnya kepala, dihubungkan dengan peningkatan level keterlambatan
motorik dan kognitif pada usia 7 tahun.
Pola pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sangat bergantung kepada
interaksi banyak faktor. Faktor penentu kualitas tumbuh kembang anak adalah
faktor genetik yang sangat berhubungan erat dengan faktor lingkungan. Faktor
lain yang juga mempengaruhi tumbuh kembang adalah faktor prenatal, faktor
persalinan, gizi, sosio-ekonomi, emosi, dan lain-lain. Yang termasuk faktor
persalinan adalah komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma lahir, dan
asfiksia yang menyebabkan kerusakan otak (Rusmil, 2008).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas
spontan pada saat lahir dan beberapa saat setelah lahir. Asfiksia neonatorum
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
32
diukur dengan menggunakan nilai APGAR. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian Pin, Eldrige & Galea (2008) tentang A review of developmental
outcomes of term infants with post-asphyxia neonatal encephalopathy.
Penelitian ini melihat adanya pengaruh neonatus yang mengalami postasfiksia encephalopathy merupakan penyebab dari terjadinya disabilitas pada
bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 47% bayi mengalami gangguan
perkembangan seperti kematian, keterlambatan kognitif, dan keterlambatan
sensorik-motorik.
Anamnesis pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur harus dibedakan
dengan bayi dismatur karena bayi prematur telah terjadi retardasi pertumbuhan
intrauterin. Pada bayi prematur, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran
normal, maka harus dipertimbangkan pertumbuhan uterin yang tidak sempat
dilalui tersebut. Anmnesis tersebut misalnya; bayi lahir 3 bulan prematur
(umur kehamilan 6 bulan), kalau bayi ini dilakukan pemeriksaan 6 bulan
setelah lahir, maka dia tidak dapat dibandingkan dengan bayi usia 6 bulan,
tetapi harus dengan bayi usia 3 bulan (setelah koreksi 3 bulan masa
pertumbuhan intrauterin yang tidak sempat dilaluinya) (Soetjiningsih, 1998).
2.2.1
Pertumbuhan
Pertumbuhan anak-anak yang lahir prematur dengan berat badan lahir
yang rendah lebih lambat dibandingkan dengan anak yang lahir cukup
bulan di awal-awal kehidupannya. Keterlambatan pertumbuhan itu
meliputi kepala, berat badan dan panjang badan. Delapan puluh lima
persen
bayi
prematur
menyelesaikan
pengejaran
ketinggalan
pertumbuhannya sama dengan anak sebayanya sampai umur 2 tahun.
Banyak bayi prematur tidak memiliki masalah dengan pengejaran
pertumbuhannya, akan tetapi bayi yang sangat prematur membutuhkan
waktu yang lebih lama. Pengejaran pertumbuhan ini dibagi dalam 3 fase
kecepatan pertumbuhan yaitu pertumbuhan kepala sejalan dengan
perkembangan
otaknya,
pertumbuhan
berat
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
badan,
dan
terakhir
Universitas Indonesia
33
pertambahan panjang badan. Selama 2 tahun pertama kehidupan bayi
prematur, pertumbuhan diukur menggunakan koreksi usia prematuritas
(Cooke & hughes,2003; Muennich,2009; Trachtenbarg & Golemon,1998).
Grafik pertumbuhan untuk bayi prematur telah tersedia dan dibuat secara
khusus untuk tujuan ini (lampiran 8). Grafik pertumbuhan neonatus spesial
juga tersedia untuk bayi sakit atau kecil untuk usia gestasi. Setelah bayi
mencapai usia 2 tahun, grafik yang digunakan adalah grafik pertumbuhan
standar untuk usia kronologis. Pengukuran antropometri anak yang lahir
prematur, koreksi umur tidak diperlukan pada pengukuran lingkar kepala
mulai umur 18 bulan, berat badan mulai umur 24 bulan, dan tinggi badan
mulai umur 3,5 tahun, karena mulai umur ini tidak ada perbedaan yang
bermakna antara umur yang dikoreksi dengan yang tanpa koreksi
(Muennich,2009; Trachtenbarg & Golemon,1998).
2.2.2 Perkembangan
Meskipun pada waktu lahir, bayi prematur memperlihatkan penampilan
yang lebih hidup dan aktif namun dalam kurun waktu yang lebih lanjut 1
tahun, ia akan tetap tertinggal dari tingkat perkembangannya oleh bayi
cukup bulan. Kesenjangan ini akan menghilang dalam kurun waktu 2
tahun, bila tidak ada pengaruh negatif lainnya. Kelainan perkembangan
lebih banyak ditemukan pada bayi prematur daripada cukup bulan, yang
biasanya meliputi kelainan fungsi intelektual atau motorik (Markum,
Ismael, Alatas, Akib, Firmansyah & Sastroasmoro, 2003).
Perkembangan anak yang lahir prematur lebih lambat dibandingkan
dengan anak yang cukup bulan. Perhatian spesial diberikan pada
perkembangan refleks bayi, tonus otot, keterampilan motorik, tingkah
laku, respon sensorik, dan perkembangan bicara. Banyak bayi prematur
dapat mengejar perkembangannya sama dengan kelompok usianya selama
2 tahun pertama kehidupannya, namun ada beberapa yang membutuhkan
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
34
waktu lebih lama terutama bayi yang lahir
> 2 bulan prematur
(Muennich,2009; Trachtenbarg & Golemon,1998).
Perkembangan
pada
bayi
diukur
dengan
menggunakan
Denver
Prescreening Developmental Questionnaire, the Denver Developmental
Screening Test dan the Gesell Screening Inventory yang merupakan semua
tes perkembangan yang disetujui. Penggunaan tes perkembangan yang
distandarisasi lebih penting dibandingkan dengan pemilihan tes itu.
Perkembangan bayi prematur pada satu dua tahun pertama kehidupannya
juga diukur menggunakan koreksi usia (Muennich,2009; Trachtenbarg &
Golemon,1998).
2.3 Stimulasi Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Prematur
Bayi prematur belum siap menghadapi transisi ke kehidupan ekstrauterin,
ditambah lagi dengan stress yang bayi hadapi di lingkungan unit perawatan
neonatus. Asuhan keperawatan bayi prematur harus memperhatikan upaya
mempertahankan dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal.
Pemisahan dengan orang tua yang lama dan dan lingkungan neonatal intensive
care unit (NICU) mengharuskan adanya program stimulasi sensori secara
individual
untuk
bayi.
Perawat
memegang peranan
penting dalam
membedakan stimulasi sesuai dengan tipe dan jumlah dari stimulasi visual,
taktil, dan audio (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Olds, London &
Ladewig, 2000).
Intervensi perkembangan disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan
toleransi pada setiap bayi. Selama stadium awal perkembangan (terutama
sebelum usia gestasi 33 minggu), rangsangan yang berlebihan akan
menghasilkan aktivitas tidak terkendali, tidak terkoordinasi; seperti ekstensi,
ekstensi kejut tungkai, hiperfleksi, dan tanda vital yang tidak teratur. Pada
tahap ini bayi harus mendapatkan rangsangan lingkungan yang minimal
(Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
35
Bayi prematur ditangani dengan gerakan perlahan, terkontrol karena beberapa
bayi menjadi tidak stabil bila dipindahkan dengan kasar. Upaya pemuasan
bayi prematur meliputi menggendong dengan gulungan selimut atau guling.
Alas tidur yang dibuat dengan menempatkan gulungan selimut di bawah alas
tidur dapat membantu bayi mempertahankan kecenderungan fleksi saat
tengkurap atau berbaring pada salah satu sisi. Meskipun harus disesuaikan
secara individual, kontak kulit dan pijat lembut yang singkat dapat membantu
mengurangi stress (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, &
Schwartz, 2009).
Perawatan standar bayi prematur yang sering digunakan adalah menyimpan
bayi ke dalam inkubator, memegang bayi seminimal mungkin, dan
membiarkan tumbuh kembang bayi
berkembang dengan sendirinya.
Perawatan seperti ini, sekarang dianggap sebagai perawatan bayi prematur
yang belum optimal karena belum memberikan optimalisasi pertumbuhan dan
perkembangan. Oleh karena itu, perawatan bayi prematur sekarang lebih
difokuskan dengan optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini
dilakukan dengan perawatan model kangguru (PMK), terapi pijat, ataupun
terapi musik (Roesli, 2008).
2.4 Stimulasi Terapi Musik Pada Bayi prematur
2.4.1
Definisi dan Elemen Musik
Musik didefinisikan sebagai ilmu atau seni yang menggunakan rangkaian
nada atau suara. Suatu kesatuan atau kesinambungan komposisi diproduksi
oleh kombinasi nada, dan suara, dan hubungan sementara. Musik dibentuk
oleh beberapa hal yang dinamakan elemen. Ketenangan yang diciptakan
melalui musik dapat diperoleh dengan menggunakan elemen ini (Estrella,
2010; Snyder & Lindquist, 2002; Stouffer, Shirk & Pollomano, 2007;
Trinity School Nottingham, 2007). Elemen tersebut terdiri dari frekwensi,
intensitas, warna nada, interval, dan durasi:
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
36
1. Frekwensi atau pitch merupakan ketinggian atau kerendahan suara
yang kita dengar. pitch diproduksi oleh beberapa vibrasi suara. Suara
yang dihasilkan oleh pitch ini tergantung pada frekuensi vibrasi dan
ukuran dari objek yang bervibrasi. Vibrasi yang cepat cenderung
menstimulasi aksi dan vibrasi yang lambat membawa suasana relaksasi
(Estrella, 2010; Snyder & Lindquist, 2002).
2. Intensitas diciptakan dari volume yang berasal dari suara. Intensitas ini
kemudian dihubungkan dengan amplitudo dari vibrasi. Intensitas ini
akan pada akhirnya menghasilkan nada (Snyder & Lindquist, 2002).
3. Warna nada atau timbre merupakan profil harmonis atau kualitas suara
yang dihasilkan dari suatu sumber suara. Timbre ini mempunyai
interval dari dull - lush, dari dark – bright. Timbre ini mencirikan suara
yang satu dengan suara yang lain yang sesuai dengan spectrum suara
(Estrella, 2010; Mitchell & Logan, 2006).
4. Interval merupakan jarak antar dua not yang dihubungkan dengan
pitch, di mana akan membentuk melodi dan harmoni. Melodi
dihasilkan dari bagaimana pitch dirangkai dan interval antara
keduanya. Harmoni yang dihasilkan dari pitch yang dibunyikan secara
bersama-sama, kemudian digambarkan oleh pendengarnya dengan
consonant
(menciptakan
relaksasi)
dan
dissonant
(membawa
ketegangan) (Snyder & Lindquist, 2002).
5. Durasi merupakan panjang dari setiap suara. Durasi beberapa suara
panjang dan beberapa lainnya pendek. Durasi yang membentuk ritme
dan tempo yang mengacu pada panjangnya bunyi. Ritme merupakan
pola atau penempatan suara dalam musik sesuai dengan waktu dan
beat. Bunyi yang kontinyu dan berulang dalam ketukan yang lambat,
secara bertahap menjadi lebih lambat sehingga menciptakan respon
relaksasi (Estrella, 2010; Snyder & Lindquist, 2002; Trinity School
Nottingham, 2007).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
37
Intervensi musik yang berdasarkan perspektif keperawatan merupakan
penggunaan musik dengan tujuan terapeutik untuk meningkatkan
kesehatan
klien
atau
kesejahteraannya.
Perawat
dapat
mengimplementasikan musik untuk merencanakan perawatan pasien
(Snyder & Lindquist, 2002).
2.4.2
Mekanisme Dasar Musik
Musik dihasilkan dari stimulus yang dikirim dari saraf-saraf serabut saraf
asendens ke neuron-neuron reticular activating system (RAS). Stimulus
ini kemudian akan ditransmisikan oleh nuklei spesifik dari thalamus
melewati area korteks serebral, sistem limbik, dan korpus kolosum serta
melalui area-area sistem saraf otonom dan neuroendokrin. Sistem limbik
dibentuk oleh cincin yang dihubungkan dengan cigulate gyrus,
hippocampus, forniks, badan-badan mamilari, hipotalamus, traktus
mamilotalamik, thalamus anterior, dan bulbus olfaktorius. Ketika musik
dimainkan maka semua area yang berhubungan dengan sistem limbik akan
terstimulasi sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi (Chiu &
Kumar, 2003 dalam Darliana, 2008).
Musik memiliki efek yang kompleks pada manusia terhadap aspek
fisiologis, psikologi, dan spiritual. Respon individu terhadap musik
dipengaruhi oleh kepribadian, lingkungan, pendidikan, dan faktor budaya.
Musik menimbulkan perubahan pada status gelombang otak dan hormon
stress pasien. Terdapat peningkatan frekwensi pada bagian kelompok
ritme alfa dan persamaan yang lebih besar (koheren) di antara wilayah
yang berbeda pada korteks serebral, yang paling sering terjadi pada lobus
frontal. Aktivasi lobus frontal kanan turun sehingga terjadi sekresi
hormon kortisol dan hormon stress menurun sampai keduanya berada
pada rentang normal (Halim, 2002; Snyder & Lindquist, 2002).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
38
Musik
terbukti dapat meningkatkan interleukin-1 (IL-1) pada darah
sehingga dapat meningkatkan immunitas. Musik juga dapat berpengaruh
pada sistem kardiovaskular dan respirasi. Musik yang lembut dapat
melambatkan pernapasan sehingga terjadi relaksasi, kontrol emosional,
dan metabolisme (Halim, 2002).
Musik memiliki efek terhadap immunologi dan neuroendokrine. Musik
dapat meningkatkan Dehidroepiandrosterone (DHEA) terhadap rasio
kortisol, meningkatkan aktivitas sel pembunuh alami, meningkatkan
lymphokine- mengaktivasi sel pembunuh alami tanpa gangguan pada
plasma interleukin 2 dan interferon-gamma. Glukokortikoid khususnya
kortisol merupakan steroid adrenal yang mempunyai efek anti-inflamatori
dan efek inhibitor yang kedunya berperan pada respon imun. Namun,
tidak semua efek immunologi dari tingkat fisiologis glukokortikoid
merupakan
inhibitor.
Glukokortikoid
dapat
berperan
dalam
menyeimbangkan produksi sitokine sel T dari TH1 (IL-2, IFN-γ) toward
TH2 (IL-4, IL-10) (Bitmann, et al., 2001).
2.4.3
Efek Terapi Musik Pada Bayi Prematur.
Efek musik pada bayi prematur dapat terlihat dari beberapa penelitian
yang telah dilakukan. Suatu investigasi yang dilakukan oleh Vogtmann
(2002), tentang efek terapi musik pada bayi prematur. Tujuan penelitian
ini adalah untuk melihat efek positif pemberian terapi musik dihubungkan
dengan keadaan fisiologisnya dan tingkah laku bayi. Penelitian ini
menggunakan musik dari Vogtmann yaitu the breath of a new life. Musik
ini ditempatkan di dalam inkubator dengan alat stereo khusus selama 43
menit. Penelitian ini ditujukan untuk bayi prematur yang memiliki berat
badan sekitar 1000 gram dan memiliki respirasi yang belum stabil. Hasil
penelitian ini mengidentifikasi beberapa efek positif musik yaitu
meningkatkan saturasi oksigen dalam darah, menurunkan pernapasan
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
39
(jumlah, kedalaman, dan durasi per menit), menurunkan basal heart
frequency per menit, meningkatkan suhu pusat dan perifer.
Caine (1991) melakukan penelitian tentang The effects of music on the
selected stress behaviors, weight, caloric and formula intake, and length
of hospital stay of prematur and low birth weight neonates in a newborn
intensive care unit. Penelitian ini dilakukan pada 52 bayi prematur dan
BBLR di neonatal intensive care unit (NICU). Bayi tersebut dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen terdiri dari 11 bayi laki-laki dan 15 bayi perempuan
yang menerima stimulasi musik. Stimulasi musik diberikan selama 60
menit dengan menggunakan tape recorder. Musik yang digunakan pada
penelitian ini adalah musik lullaby dan musik anak-anak.
Hasil penelitian dari Caine (1991) menunjukkan efek positif terapi musik.
Lama hari rawat berkurang pada kelompok terapi musik (t= 2,002; p<.05)
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penambahan berat badan setelah
kehilangan berat badan secara signifikan lebih rendah pada kelompok
intervensi (t=2,322; p<.025) dibandingkan kelompok kontrol. Konsumsi
formula dan kalori pada neonatus kelompok intervensi dan kontrol
memiliki perbedaan yang tidak begitu signifikan (t=1,687; p<.05). Tingkat
stress menurun pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol
(t=2,666; p<.005).
Standley (2008) melakukan penelitian tentang the effect of contingent
music to increase non-nutritive sucking of premature infants. Studi ini
mengkaji tentang apakah musik dapat menguatkan non-nutritive sucking
(NNS). Penelitian ini dilakukan pada 12 bayi prematur yang lahir pada
rata-rata usia gestasi 29,3 minggu dan memiliki rata-rata berat badan
1111,9 gram dan dilakukan juga pada bayi yang lahir pada usia gestasi
rata-rata 35,5 minggu dan rata-rata berat badan 1747 gram. Ketika musik
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
40
dinyalakan maka diukur juga frekwensi aktivitas mengisap bayi. Hasil
penelitian pada periode ABAB (hening 1, musik 1, hening 2, musik 2)
secara berturut-turut memiliki rata-rata mean (3.00; 7.28; 5.42; dan 7.60
per menit). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah mengisap selama periode
musik kontingen meningkat 2,43 kali dibandingkan periode hening
sehingga dapat disimpulkan bahwa musik sangat berkontribusi secara
signifikan terhadap perkembangan NNS pada bayi prematur.
Lubetzky, et al. (2009) melakukan penelitian tentang effect of music by
Mozart on energi expenditure in growing preterm infants. Penelitian ini
dilakukan karena mekanisme dasar peningkatan berat badan melalui terapi
musik belum diketahui. Mekanisme potensial yang mungkin adalah
melalui peningkatan efisiensi metabolik. Berdasarkan alasan tersebut maka
penelitian ini dilakukan untuk melihat efek terapi musik terhadap resting
expenditure energi (REE). Penelitian ini dilakukan secara prospektif
dengan randomized clinical trial. Penelitian ini dilakukan pada 20 bayi
prematur yang sehat. Sampel ini dieksklusi 2 bayi sehingga jumlah sampel
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu 18 bayi prematur.
Sampel pada penelitian
Lubetzky, et al. (2009) dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok yang diberi intervensi dan kelompok kontrol.
Kelompok intervensi terdiri dari 5 bayi dan kelompok kontrol terdiri dari
13 bayi. Kelompok ini yang diberikan intervensi musik selama 30 menit
dengan menggunakan musik Mozart selama 2 hari dan kelompok lainnya
yang tidak diberikan intervensi musik. Pengukuran metabolik dilakukan
dengan kalorimetri indirek.
Hasil penelitian Lubetzky, et al. (2009) ini menunjukkan bahwa pada
periode 10 menit pertama pemberian musik terlihat bahwa REE lebih
rendah dengan mean±SD (53.25±11.66 kcal/kg per menit) dibandingkan
dengan yang tanpa terapi musik dengan mean±SD (56.58±17.48 kcal/kg
per menit). Pada periode 10 – 20 menit pemberian musik terlihat bahwa
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
41
kelompok yang diberikan musik memiliki REE lebih rendah dengan
mean±SD (57.08±7.38 kcal/kg per menit) dibandingkan dengan yang
tanpa terapi musik dengan mean±SD (61.59±9.38 kcal/kg per menit). Pada
periode 20 – 30 menit pemberian musik terlihat bahwa kelompok yang
diberikan musik memiliki REE lebih rendah dengan mean±SD
(53.89±8.12 kcal/kg per menit) dibandingkan dengan kelompok tanpa
terapi musik dengan mean±SD (61.44±13.07 kcal/kg per menit). Dapat
disimpulkan bahwa terapi musik dapat menurunkan REE pada bayi
prematur yang memiliki metabolik dan suhu yang stabil. Penurunan REE
dapat membantu bayi untuk meningkatkan berat badan dan kekuatan.
2.4.4
Teknik Pemberian Terapi Musik
Penggunaan terapi musik dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari
hanya mendengarkan dengan memilih lagu sampai memainkan sebuah alat
musik. Beberapa faktor yang berperan dalam pemilihan teknik spesifik
yaitu: tipe musik dan pilihan individu, terlibat aktif ataupun pasif, lama
waktu pemberian musik, dan hasil yang diinginkan (Snyder & Lindquist,
2002).
2.4.4.1 Mendengarkan musik
Perawat harus menyediakan peralatan yang dibutuhkan pasien untuk
mendengarkan musik pilihannya. Peralatan yang paling sering digunakan
adalah tape kaset dan compact discs yang mempermudah penyediaan
musik untuk pasien pada semua jenis tatanan. Tape mempunyai banyak
keuntungan yaitu relative murah, kecil dan dapat digunakan bahkan
ditempat yang ramai misalnya UGD (unit gawat darurat). Tape kaset yang
menggunakan auto-reverse memberikan kesempatan pada pasien untuk
mendengarkan musik lebih lama tanpa adanya ganguan untuk menyalakan
tape kembali. Alat yang lebih mahal dari tape adalah compact discs (CDs).
Keuntungan dari penggunaan CDs adalah memiliki headphone yang
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
42
memungkinkan pasien mendengarkan musik secara pribadi dan tidak
menimbulkan gangguan bagi pasien lainnya (Snyder & Lindquist, 2002).
2.4.4.2 Jenis dan Lama Pemberian Terapi Musik Pada Bayi Prematur.
Terapi musik yang dilakukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan
belum memiliki pedoman waktu dan pelaksanaan yang jelas. Pemberian
terapi musik dengan jenis musik yang tepat dan diberikan pada pasien
yang tepat tidak akan memberikan efek yang membahayakan walaupun
diberikan dalam jangka waktu yang lama. Terapi musik yang diberikan
secara singkat juga memberikan efek yang positif pada beberapa pasien
(Mucci & Mucci, 2002).
Musik yang sering digunakan pada bayi adalah Bethoven, Vivaldi,
Scuhbert, Lullabies, Mozart effect, dan lain-lain. Lullaby merupakan jenis
musik tradisional yang digunakan untuk merangsang bayi. Lullaby dapat
diperoleh di setiap budaya manusia. Lullaby dalam bahasa Inggris berasal
dari kata “lu”lu” dan ”la”la” serta “bye””bye”, yang merupakan nyanyian
dari seorang ibu atau perawat untuk menenangkan anak-anak. Dalam era
modern nyanyian ini hanya didata secara kebetulan dalam sumber tulis.
Lullaby sekarang tersedia dengan ratusan lirik lagu dan berbagai bahasa.
Lullaby sering digunakan dalam stimulasi multimodal. Lullaby merupakan
stimulasi audiotori yang paling umum ditemukan dalam literatur. Musik
ini sering digunakan di berbagai negara. Lullaby merupakan alat untuk
mengatur perilaku bayi (misalnya; menenangkan, memfokuskan perhatian
pada diri sendiri) yang menyertai bayi untuk mengkomunikasikan
informasi emosional. Lullaby dipakai dalam terapi multimodal jika
penyanyi menyediakan rangsangan taktil (sentuhan antara pengasuh dan
bayi), vestibular (ayunan), audiotori (presentasi lagu), ataupun stimulasi
sensoris visual (Abromeit, 2006; Tim Redaksi WAO, 2008).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
43
Standley (2008) melakukan penelitian tentang the effect of contingent
music to increase non-nutritive sucking of premature infants. Penelitian ini
menggunakan tape kaset dengan teknik dengan teknik 10 detik musik
nina bobo yang dinyanyikan oleh penyanyi wanita kemudian dilanjutkan
dengan periode 14 menit desain studi yang dinamakan ABAB yaitu 2
menit keadaan hening, 5 menit diberikan musik tidak menentu, 2 menit
keadaan hening, dan 5 menit diberikan musik tak menentu. Desain ABAB
dijabarkan sebagai pengukuran dasar (A pertama), Pengukuran terapi (B
pertama), terapi pengalihan (A kedua) dan pengenalan kembali terapi (B
kedua).
Musik yang digunakan pada penelitian Standley (2008) adalah rekaman
komersial lagu lullaby yang dinyanyikan oleh penyanyi wanita tanpa
menggunakan earphone. Frekwensi musik yang dipilih pada tape kaset
adalah 65 -70 decibels (dB) yang diletakkan pada kaki atau bagian bawah
bayi. Pemilihan tingkat dB yang lebih tinggi dibandingkan dengan
rekomendasi American Academy of Pediatric (1997) yaitu 55 dB pada
suasana sunyi karena pertimbangan bising yang ada.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Lubetzky, et al. (2009) melakukan
penelitian tentang effect of music by mozart on energi expenditure in
growing preterm infants. Pada penelitian ini menggunakan musik Mozart
bayi dengan alat mini-CD dengan volume antara 65 – 70 dB. Sebelum
penelitian CD dikalibrasi sesuai dengan rekomendasi American Academy
of Pediatric yaitu tidak lebih dari 75dB dan mengurangi kebisingan di
dekat bayi sekitar < 45 dB. Speaker CD diletakkan dalam inkubator
dengan jarak 30 cm jauhnya dari bayi. Kebisingan lingkungan
dikendalikan dengan meminimalkan kebisingan yang tidak diinginkan,
alarm diatur diam, dan pintu ditutup. Musik ini diberikan selama 30 menit
perhari selama 2 hari.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
44
Penelitian Cevasco (2008) tentang The effects of mothers' singing on fullterm and preterm infants and maternal emotional responses. Penelitian ini
menggunakan rekaman suara ibu. Rekaman suara ibu pada bayi prematur
diputar selama 20 menit perhari selama 3–5 hari. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa prematur yang mendengarkan CD nyanyian ibu
meninggalkan rumah sakit 2 hari lebih cepat dibandingkan kelompok
kontrol, namun perbedaan ini tidak terlalu signifikan.
Caine (1991) melakukan penelitian tentang The effects of music on the
selected stress behaviors, weight, caloric and formula intake, and length
of hospital stay of prematur and low birth weight neonates in a newborn
intensive care unit. Penelitian ini menggunakan musik lullaby dan musik
anak-anak. Alat yang digunakan adalah microcassette tape dengan merk
Sony MC60. Musik ini diputar selama 60 menit. Speaker diletakkan
dengan jarak 10 – 20 inci dari kepala bayi. Volume suara diputar sekitar
70 – 80 dB.
Penelitian Arnon, et al. (2006) melakukan penelitian yang berjudul live
music is beneficial to preterm infant in the neonatal intensive care unit
environment. Musik diberikan selama 30 menit dan diberikan dalam 3
hari. Volume musik diatur 55 hingga 70 dB. Live music diberikan dengan
jarak 1 hingga 2 meter dari tempat tidur bayi. Pengendalian kebisingan
lingkungan dilakukan dengan mengurangi kebisingan yang mengakibatkan
efek pada emosi dan tingkah laku bayi seperti alarms dimatikan dan pintu
ditutup. Berdasarkan rekomendasi dari American Pediatric Assosiation
bahwa kebisingan latar belakang tidak boleh lebih dari 45 dB.
2.4.4.3 Pengukuran Hasil
Indeks musik untuk mengevaluasi keefektifan musik bervariasi tergantung
pada tujuan apa musik tersebut diimplementasikan. Hasilnya dapat berupa
perubahan fisiologis atau psikologis dan mencakup penurunan dalam
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
45
kecemasan, munculnya stress, meningkatkan relaksasi, dan peningkatan
dalam interaksi sosial serta peningkatan kesejahteraan (Snyder &
Lindquist, 2002).
2.5 Peran Perawat dalam Terapi Komplementer pada Bayi Prematur
Perawat professional mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
perawatan yang berkualitas tinggi kepada setiap anak. Salah satu peran
perawat anak sebagai care provider (pemberi perawatan utama) yaitu perawat
anak memberikan perawatan langsung kepada anak dan keluarganya pada
waktu sakit, luka, dan penyembuhan. Peran perawatan anak pada bayi
prematur adalah memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan
upaya mempertahankan dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan
normal. Salah satu intervensi untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi prematur adalah dengan memberikan terapi komplementer
(Potter & Perry, 2006).
Peran perawat anak dalam memberikan perawatan pada bayi prematur dimulai
dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan dan
melakukan intervensi keperawatan. Pengkajian keperawatan yang dilakukan
terkait dengan pengkajian fisik bayi dan masalah-masalah yang ditemukan
pada bayi. Setelah melakukan pengkajian perawat menentukan masalah yang
dihadapi oleh bayi prematur. Masalah yang sering terjadi adalah
ketidakstabilan suhu tubuh, masalah nutrisi (berat badan bayi), pola nafas
tidak efektif, dan lain-lain. Intervensi yang dapat diberikan misalnya
memberikan susu secara teratur berdasarkan berat badan, memberikan
rangsangan pertumbuhan dan perkembangan misalnya bantalan nest (mirip
posisi
bayi
dalam
kandungan),
mengurangi
kebisingan
lingkungan,
memberikan pendidikan kesehatan pada ibu, dan lain-lain (Wilkinson, 2000).
Selama beberapa dekade terapi komplementer menjadi bagian penting dari
perawatan kesehatan di Amerika dan beberapa negara. Terapi komplementer
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
46
dan filosofis awalnya merupakan bagian dari keperawatan sejak awal. Pada
tulisan keperawatan oleh Florence Nightingale (1859/1992) menekankan
bahwa pentingnya menciptakan lingkungan untuk terjadinya penyembuhan
dan pentingnya terapi seperti musik pada proses penyembuhan. Terapi
komplementer merupakan kesempatan bagi perawat untuk mendemostrasikan
perawatan pada pasien. Banyak dari intervensi keperawatan yang ada dapat
diklasifikasikan sebagai terapi komplementer (Snyder & Lindquist, 2002).
Hubungan penggunaan terapi komplementer dalam keperawatan telah
ditemukan. Banyak status yang sekarang ini tidak memiliki legislasi spesifik
dan panduan untuk penggunaan terapi komplementer. Namun, hal itu bukan
merupakan regulasi yang dibutuhkan, tetapi tentang pengaturan kepercayaan
seperti yang telah diambil oleh Royal College of Nursing di Inggris.
Kepercayaan ini terdiri dari (Snyder & Lindquist, 2002);
1. Kepercayaan bahwa semua pasien dan klien yang mempunyai hak yang
ditawarkan dan menerima terapi komplementer secara eksklusif sebagai
bagian dari praktik keperawatan.
2. Kepercayaan bahwa semua pasien dan klien yang mempunyai hak yang
berharap sesuai agamanya, budaya, dan kepercayaan spiritual percaya
bahwa akan diobservasi oleh perawat yang praktik terapi komplementer.
3. Kepercayaan bahwa semua terapi komplementer cocok untuk pasien dan
didukung oleh tim kolaborasi.
4. Kepercayaan bahwa registered nurse seharusnya berkualitas untuk terapi
komplementer dan harus yakin untuk bekerja dengan protokol yang
disetujui secara lokal pada praktik dan standar perawatan.
Peran perawat dalam memberikan terapi komplementer pada bayi prematur
ini juga didukung oleh suatu teori keperawatan yang dikemukakan oleh
Levine tentang ”model konservasi”. Tujuan dari Model Konservasi adalah
meningkatkan adaptasi dan memelihara keutuhan (keholistikan) dengan
menggunakan prinsip konservasi (perlindungan). Tiga konsep utama dari
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
47
Model Konservasi adalah (1) Konservasi, (2) Adaptasi dan (3) Wholeness
(holistik) (George, 1995; Tomey & Alligood, 2006).
Levine (1989) mendefinisikan wholeness sebagai suatu sistem yang terbuka.
Levine menjabarkan definisi dari wholeness berdasarkan kutipan dari
pernyataan Erikson yaitu
“Wholeness menekankan pada sebuah suara,
organik, progresif, mutualitas antara fungsi yang beraneka ragam dan
keseluruhan bagian di dalamnya, dengan batasan-batasan yang terbuka dan
lancar”. Levine percaya bahwa definisi Erikson ini menyediakan pilihan
untuk mengeksplorasi setiap bagian dari semua pemahaman dari whole.
Integritas diartikan sebagai suatu kesatuan dari individu yang menekankan
pada responnya secara terintegritas, dan pertunjukan tunggal pada tantangan
lingkungan (Tomey & Alligood, 2006).
Penerapan konsep wholeness pada bayi prematur dapat dilihat dari perubahan
lingkungan bayi dari intrauterin ke ekstrauterin. Pada mulanya bayi berada
pada lingkungan intrauterin. Semua kebutuhan bayi terpenuhi melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, bayi ini harus menghadapi lingkungan yang
sangat berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Bayi harus berusaha sendiri
untuk memenuhi kebutuhannya seperti kehangatan, nutrisi, dan lain-lain.
Namun, bayi prematur ini memiliki keterbatasan kemampuan karena
immaturitas organnya. Oleh karena itu, perubahan dari lingkungan intrauterin
ke lingkungan ekstrauterin merupakan tantangan lingkungan yang besar buat
bayi.
Perubahan
ini
akan
menimbulkan
bayi
berespon
terhadap
lingkungannya sesuai kemampuannya (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005;
Tomey & Alligood, 2006).
Levine (1989) menjabarkan konsep adaptasi sebagai proses perubahan di
mana individu mempertahankan integritasnya dalam menghadapi kenyataan
lingkungan internal dan eksternalnya. Konservasi merupakan sebuah hasil.
Beberapa adaptasi dapat berhasil dan beberapa lainnya tidak. Penerapan
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
48
konsep adaptasi Levine pada bayi prematur ini dapat di lihat dari lingkungan
internal bayi dan lingkungan eksternalnya. Lingkungan internal bayi ini dapat
kita lihat dari keadaan fisiologis bayi. Bayi prematur memiliki kondisi organ
yang belum matur untuk menjalankan fungsinya sehingga bayi akan
memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi cukup bulan. Bayi
juga harus menghadapi lingkungan eksternalnya yang mana sangat berbeda
dengan lingkungan sebelumnya dan didukung oleh organ yang belum matur.
Bayi prematur memiliki tantangan untuk beradaptasi secara sukses atau
maladaptasi. Untuk membuat bayi berhasil beradaptasi dengan tantangan
lingkungan internal dan eksternalnya, maka diperlukan suatu konservasi
(Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005; Hockenberry & Wilson, 2007; Tomey
& Alligood, 2006).
Konsep ketiga Levine adalah konservasi. Konservasi ini oleh Levine dibagi
menjadi empat yaitu: (1) Konservasi energi; (2) Konservasi integritas sosial;
(3) Konservasi integritas personal; dan (4) Konservasi integritas struktur.
Levine (1991) menjabarkan konservasi energi sebagai seorang individu akan
membutuhkan keseimbangan energi dan pembaharuan energi yang konstan
untuk mempertahankan aktivitas kehidupan. Konservasi energi tergantung
dari pertukaran energi bebas dengan lingkungan dalam sistem kehidupan
yang dapat secara konstan memberikan energi. Konservasi energi merupakan
bagian integral dari respon adaptif individu. Konservasi energi ini adalah
informasi tentang aktifitas fisik seseorang, nutrisi, pertukaran oksigen dan
suhu tubuh (Tomey & Alligood, 2006).
Penerapan konservasi energi Levine ini dapat terlihat dari pemberian terapi
komplementer seperti terapi musik kepada bayi prematur. Aplikasi dari
konsep ini pada terapi musik dapat dilihat dari sebuah penelitian yang
dilakukan Lubetzky, et al. (2009). Penelitian ini membuktikan bahwa terapi
musik dapat menurunkan resting energy expenditure (REE). Penurunan REE
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
49
memperlihatkan bahwa pemakaian energy bayi prematur yang diberi musik
menurun sehingga membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Konservasi Integritas Struktur tergantung dari sistem pertahanan tubuh yang
mendukung perbaikan dan penyembuhan sebagai respon terhadap perubahan
lingkungan internal dan eksternal. Konservasi ini melibatkan integritas kulit,
muskuloskeletal, imunitas, dan proses inflamasi. Penyembuhan merupakan
proses perbaikan dari integritas struktur. Salah satu penerapan konservasi
integritas struktur pada bayi prematur yaitu dengan pemberian terapi pijat
pada bayi. Pemberian terapi musik pada bayi ini akan berefek pada
peningkatan immunitas bayi (Bitmann, 2001; George, 1995; Tomey &
Alligood, 2006).
Konservasi integritas personal mengakui individu yang membangun dirinya
sebagai individu yang holistik
dalam berespon terhadap lingkungan.
Konservasi integritas personal menyatakan bahwa individu akan berusaha
untuk
dikenal,
dihormati,
dihargai,
dimanusiakan,
merdeka,
tidak
ketergantungan, dan mempunyai identitas diri sangat penting. Namun, bayi
belum memperlihatkan konservasi integritas personal ini (Tomey &
Alligood).
Konservasi integritas sosial mengakui fungsi individu sebagai mahluk sosial.
Kehidupan menjadi tambah berarti melalui masyarakat yang sosial. Integritas
sosial diciptakan
oleh keluarga dan teman, tempat bekerja dan sekolah,
agama, budaya, dan etnik. Salah satu penerapan konservasi integritas sosial
yaitu perawat mengajarkan kangoroo mother care (KMC) dan terapi musik
pada ibu, misalnya dengan nyanyian ibu. KMC yang dilakukan sambil ibu
bernyanyi ini akan meningkatkan hubungan ibu dan bayi (Bobak, Lowdermik
& Jensen, 2005; Tomey & Alligood, 2006).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
50
3
Kerangka Teori
Bayi prematur
(lahir pada usia gestasi
< 37 minggu)
Karakteristik bayi
- Berat badan < 2500
gram
- Kulit tipis
- Immaturitas organ
- Immaturitas pusat
regulasi suhu
- Lemak subkutan
kurang
- Refleks tidak ada
atau lemah
K
Masalah bayi
prematur
- Risiko
kekurangan
nutrisi
- Hipotermi
- Apnea
- Masalah
kardiovaskular
- Infeksi
- Risiko
l i
Asuhan Keperawatan
dengan teori Levine
“ Model Konservasi”
Konservasi
integritas
Konservasi
integritas sosial
Terapi
komplementer
- Terapi
musik
Konservasi
integritas struktur
Konservasi
Optimalisasi pertumbuhan dan
perkembangan
- Peningkatan berat badan
- Kestabilan suhu tubuh
- Peningkatan
perkembangan motorik
dan neurologis
Kualitas
generasi bangsa
Sumber: Bowden,1998; Hockenberry & Wilson, 2007; Johnston, Flood
& Spinks, 2003; Olds, London & Ladewig, 2000; Tomey &
Alligood, 2006
Keterangan
: Fokus teori
: Bukan fokus teori
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
: Tujuan akhir
Universitas Indonesia
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan uraian tentang hubungan antar variabel yang
terkait dalam masalah utama yang diteliti, sesuai dengan rumusan masalah dan
tinjauan pustaka. Kerangka konsep pada umumnya digambarkan dalam bentuk
skema atau diagram. Kerangka konsep penelitian dibuat dalam bentuk narasi
mencakup identifikasi variabel, jenis, serta hubungan antar variabel. Variabel
bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah terapi musik.
Variabel bebas (independent variable) ini akan mempengaruhi variabel terikat
(dependent variable). Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian
ini adalah berat badan dan suhu tubuh bayi prematur.
Kerangka konsep dalam penelitian ini secara lengkap digambarkan dalam
skema di bawah ini.
51
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
52
Skema 3.1
Kerangka Konsep
Independent Variable
Variable
Bayi prematur stabil
Dependent
Dilakukan terapi
musik
Suhu badan bayi
prematur (°C)
Bayi prematur stabil
Berat badan bayi
(kg)
Tidak dilakukan terapi
musik
Variabel confounding:
-
ASI/Formula
Jenis Kelamin
Usia
Usia Gestasi
Nilai APGAR
3.2 Hipotesis
Hipotesis yang dipakai pada penelitian ini adalah Hipotesis alternative (Ha)
dua arah. Ha penelitian ini terdiri dari:
1. Terdapat perbedaan efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat
badan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
2. Terdapat perbedaan efektifitas terapi musik terhadap peningkatan suhu
tubuh pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
53
3.3 Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional Kerangka Penelitian
Variabel
Independen
1. Terapi
musik
Dependen
1. Berat badan
bayi
Definisi
Operasional
Cara Ukur
Hasil Ukur
Peneliti memberikan
terapi musik pada
bayi prematur
dengan
menggunakan MP4,
selama 30 menit/hari
dalam 3 hari. Terapi
dilakukan saat bayi
dalam keadaan
bangun atau setelah
aktivitas.
Observasi
dalam 30
menit dan
diulang dalam
24 jam
1. Diberikan Nominal
terapi
musik
2. Tidak
diberikan
terapi
musik
Berat badan bayi
yang diukur
menggunakan
timbangan digital
yang sama pada
kondisi dan waktu
yang sama.
Peneliti
mengisi
format
pengkajian
berat badan
setelah
mengukur
berat badan
dengan
menggunakan
timbangan
digital.
Berat badan
dalam gram
2. Suhu badan
bayi
Suhu badan bayi
yang
diukur
menggunakan
termometer digital
yang sama pada
kondisi dan waktu
yang sama.
Skala
Rasio
Peneliti
Suhu tubuh Interval
mengukur
dalam °C
menggunakan
termometer
digital aksila
(°C)
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
54
Variabel
Definisi
Operasional
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
Penentuan seksual
bayi terdiri dari
perempuan dan lakilaki.
Peneliti
menentukan
jenis kelamin
berdasarkan
observasi
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
2. Usia
Usia yang telah
dilalui bayi yang
dihitung dari hari
kelahirannya.
Peneliti
menghitung
usia dari hari
kelahiran
bayi.
Usia
hari
3. Jenis
makanan
Nutrisi yang
diberikan kepada
bayi sampai usia 6
bulan yaitu berupa
ASI ataupun formula
4. Nilai
APGAR
Nilai untuk
menentukan derajat
asfiksia
Faktor
Perancu
1. Jenis
kelamin
Peneliti
menilai
melalui
observasi.
Peneliti
melihat nilai
APGAR pada
rekam medis
bayi
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
dalam Interval
Nominal
1. ASI
2. Susu
formula
3. ASI dan
susu
formula
1. Asfiksia
Berat
(Nilai
APGAR
1 - 3).
2. Asfiksia
Sedang
(Nilai
APGAR
4 – 6).
3. Asfiksia
Ringan
(Nilai
APGAR
7 – 10).
Ordinal
Universitas Indonesia
55
BAB IV
METODOLOGI
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan quasiexperimental design dengan pre-post test control group design untuk
membandingkan tindakan yang dilakukan sebelum dan sesudah eksperimen.
Pada penelitian ini subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
intervensi musik dan kelompok kontrol (tanpa intervensi musik).
Penelitian ini menggunakan pretest dan posttest. Pretest merupakan
pengukuran berat badan dan suhu badan sebelum intervensi dan dilakukan
pada kedua kelompok untuk mengetahui data dasar yang akan digunakan.
Pretest juga digunakan untuk mengetahui efek dari variabel independen.
Intervensi dilakukan pada kelompok intervensi terapi musik kemudian
dilakukan posttest, demikian juga kelompok kontrol. Hasil sebelum dan
sesudah intervensi dibandingkan, demikian juga kelompok kontrol. Hasil yang
diperoleh dibandingkan antara kelompok intervensi terapi musik dan
kelompok kontrol. Secara skematik, rancangan penelitian digambarkan pada
skema 4.1.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
56
Skema 4.1
Desain Penelitian
Pretest
BM1
Postest
BM2
Terapi
musik
Subjek
penelitian
BM4
X1
SM1
Consecutive
sampling
BM3
SM2
SM3
SM4
X2
BP2
BP1
Tanpa
terapi
musik
BP3
BP4
SP3
SP4
X3
SP1
SP2
X4
Keterangan
BM1 : berat badan bayi sebelum diberi terapi musik (pengukuran pada hari ke-1)
BM2 : berat badan bayi setelah diberi terapi musik hari ke-1 (pengukuran pada hari ke-2)
BM3 : berat badan bayi setelah diberi terapi musik hari ke-2 (pengukuran pada hari ke-3)
BM4 : berat badan bayi setelah diberi terapi musik hari ke-3 (pengukuran pada hari ke-4)
SM1 : suhu tubuh bayi sebelum diberi terapi musik hari ke-1.
SM2 : suhu tubuh bayi setelah diberi terapi musik hari ke-1
SM3 : suhu tubuh bayi setelah diberi terapi musik hari ke-2
SM4 : suhu tubuh bayi setelah diberi terapi musik hari ke-3
BP1 : berat badan bayi sebelum kelompok tanpa terapi musik.
BP2 : berat badan bayi setelah kelompok tanpa terapi musik hari ke-1
BP3 : berat badan bayi setelah kelompok tanpa terapi musik hari ke-2
BP4 : berat badan bayi setelah kelompok tanpa terapi musik hari ke-3
SP1 : suhu tubuh bayi sebelum kelompok tanpa terapi musik.
SP2 : suhu tubuh bayi sebelum kelompok tanpa terapi musik hari ke-1
SP3 : suhu tubuh bayi sebelum kelompok tanpa terapi musik hari ke-2
SP4 : suhu tubuh bayi sebelum kelompok tanpa terapi musik hari ke-3
X1 : perbedaan berat badan bayi sebelum dan sesudah diberi terapi musik.
X2 : perbedaan suhu badan bayi sebelum dan sesudah diberi terapi musik.
X3 : perbedaan berat badan pada kelompok kontrol
X4 : perbedaan suhu badan bayi pada kelompok kontrol.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
57
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1
Populasi
Populasi merupakan sejumlah subjek yang memenuhi karakteristik yang
telah ditentukan dalam penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh bayi prematur yang dirawat inap di
RSIA Pertiwi Makassar, RSIA Fatimah Makassar, RS Labuang Baji
Makassar.
4.2.2
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah bayi prematur stabil yang dirawat di
RSIA Pertiwi Makassar, RSIA Fatimah Makassar, RS Labuang Baji
Makassar, dan memenuhi kriteria inklusi yaitu bayi prematur dengan:
1. Orang tua bayi memberikan persetujuan bayi dijadikan sebagai
responden.
2. Usia gestasi berdasarkan nilai Ballard mulai dari 28 minggu hingga
kurang dari 37 minggu.
3. Berat badan lahir atau sebelum intervensi mulai dari 1500 gram
hingga 2500 gram.
Kriteria eksklusi bayi prematur dengan:
1. Bayi mengalami komplikasi prematur misalnya: RDS, anemia,
perdarahan intrakranial, NEC, PDA, infeksi aktif, dan apnea
prematuritas.
2. Bayi sedang menjalani perawatan fototerapi ataupun transfusi tukar.
3. Bayi mengalami anomali kongenital.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan probability
sampling yaitu systematic random sampling. Systematic random sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang menuntut peneliti untuk
mengambil sampel secara sistematis. Misalnya, setiap unsur populasi yang
keenam, yang dapat dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
58
populasi dapat dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan
ukuran sampel (Mustafa, 2000).
Penelitian ini menentukan kelompok intervensi terapi musik dan kelompok
kontrol berdasarkan jumlah bayi prematur yang diperoleh pada setiap
rumah sakit. Penentuan kelompok intervensi dan kontrol dilakukan
melalui teknik systematic random sampling yaitu dilakukan jika
bayi
pertama yang diperoleh ditentukan sebagai kelompok intervensi, maka
bayi berikutnya adalah kontrol dan begitu pula selanjutnya.
Jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus uji
hipotesis beda dua mean berpasangan adalah sebagai berikut (Ariawan,
1998):
n = δ² (Z1-α/2 + Z1-β)2
(µ1 - µ2)2
Keterangan:
n
: jumlah perkiraan sampel.
d
: Standar deviasi
Z1-α/2
: Derajat kemaknaan
Z1-β
: Kekuatan uji
(µ1 - µ2)
: Perbedaan rata-rata kedua kelompok
Perhitungan besar sampel digunakan untuk menilai ketepatan penelitian
(accuracy). Lima data statistik yang saling mempengaruhi dalam
perhitungan besar sampel adalah perbedaan hasil klinis atau effect size (d);
besarnya kesalahan tipe I (α); kekuatan uji yang diperlukan; karakteristik
data (simpang baku atau proporsi); dan besar sampel. Perubahan satu faktor
dapat mempengaruhi 4 faktor lainnnya. Perbedaan hasil klinis (d)
ditetapkan oleh peneliti dan angka yang digunakan tidak diambil dari
pustaka, namun berdasarkan judgment klinis peneliti, yakni perbedaan
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
59
terkecil yang secara klinis dianggap berarti. Pada penelitian ini perbedaan
klinis yang ditentukan peneliti adalah 7 gram, hal ini berdasarkan pada
pertimbangan skala timbangan yang digunakan adalah 10 gram
(Sastroasmoro, 2008).
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan derajat
kemaknaan 5% dan kekuatan uji 90%. Peneliti menggunakan penelitian
awal oleh Lubetzky, et al. (2009) dengan standar deviasi 8,12. Peneliti
menguji hipotesis dengan perbedaan rata-rata minimum yang ingin
dideteksi adalah 7 gram:
n = (8,12)2 (1,96+1,28)2
(7)2
n = 14,12
n = 14
Sampel minimal yang diperlukan sebanyak 14 bayi pada tiap kelompok.
Peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal untuk
mengantisipasi adanya drop out, sehingga jumlah sampel menjadi 15 bayi
pada tiap kelompok. Jumlah total sampel menjadi 30 bayi.
Penelitian dilaksanakan di tiga rumah sakit. Jumlah sampel yang
direncanakan pada setiap rumah sakit disamakan untuk menghindari faktor
bias. Setiap rumah sakit direncanakan diambil sepuluh bayi. Sepuluh bayi
yang menjadi responden ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Setiap rumah sakit terdiri dari 5 bayi
pada kelompok intervensi dan 5 bayi pada kelompok kontrol. Namun,
pada saat penelitian jumlah sampel yang diambil pada rumah sakit tidak
sama yaitu RSIA Fatimah Makassar sebanyak 11 bayi, RSIA Pertiwi
Makassar 12 bayi dan RS Labuang Baji Makassar 7 bayi.
Penelitian ini dilaksanakan di tiga rumah sakit pemerintah yaitu
RS.
Labuang Baji Makassar, RSIA Siti Fatimah Makassar, dan RSIA Pertiwi
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
60
Makassar yang memiliki karakteristik hampir sama. Berdasarkan data
yang diperoleh selama penelitian 19 April - 12 Juni 2010, responden yang
masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 33 bayi prematur. Tiga bayi
prematur mengalami drop out disebabkan dibawa pulang paksa oleh orang
tua. Responden dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi
sebanyak 16 bayi prematur dan kelompok kontrol sebanyak 14 bayi
prematur.
4.3 Tempat Penelitian
Lokasi penelitian di Makassar dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa
Sulawesi Selatan memiliki angka kelahiran bayi prematur yang lebih tinggi
dibandingkan persentase nasional. Pada awalnya penelitian direncanakan
diadakan di empat rumah sakit di Makassar, namun salah satu rumah sakit
tidak memberikan ijin penelitian, sehingga penelitian diadakan di tiga rumah
sakit pemerintah. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi
Makassar, Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Fatimah Makassar dan RS
Labuang Baji Makassar. Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pertiwi Makassar
dipilih karena merupakan rumah sakit ibu dan anak pemerintah provinsi
Sulawesi Selatan. Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Fatimah Makassar
dipilih karena merupakan rumah sakit bersalin pemerintah kota Makassar. RS
Labuang Baji merupakan rumah sakit umum pemerintah terbesar kedua di
kota Makassar. Selain itu, penelitian tentang efektifitas terapi musik
peningkatan berat badan dan suhu bayi prematur belum pernah dilakukan di
rumah sakit tersebut.
Penelitian ini dilakukan di tiga rumah sakit yang berbeda. Oleh karena itu
perlu melihat gambaran dari ketiga rumah sakit yang ada untuk melihat
adanya keseragaman tiap rumah sakit. Tujuannya adalah untuk mengurangi
faktor perancu dalam penelitian. Berikut gambaran ketiga rumah sakit yang
digunakan sebagai tempat penelitian ditinjau dari standar perawatan
berdasarkan NIC NOC yaitu:
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
61
1. Perawatan perawatan metode kangguru (PMK) kadang-kadang dilakukan
di ketiga rumah sakit. PMK belum menjadi standar perawatan pada ketiga
rumah sakit tersebut.
2. Cara pemberian susu di ketiga rumah sakit tersebut menggunakan oral
gastric tube (OGT) atau nasogastric tube (NGT), botol susu, spuit
(tabung suntik) dan sendok. OGT atau NGT diberikan ketika bayi
memiliki komplikasi atau memiliki refleks isap yang kurang. Jika
kemampuan isap bayi kuat maka susu diberikan melalui botol susu. Susu
yang diberikan melalui spuit (tabung suntik) atau sendok ketika bayi
memiliki refleks isap yang belum kuat.
3. Dua rumah sakit menghitung jumlah susu dalam sehari disesuaikan
berdasarkan usia dalam hari, berat badan harian bayi, serta kondisi bayi.
Jumlah total susu yang diperoleh kemudian dibagi untuk pemberian tiap 2
atau 3 jam sekali. Sedangkan, satu rumah sakit yang lain menghitung
jumlah susu yang akan diberikan kepada bayi disesuaikan dengan
toleransi minum bayi. Cara menghitungnya yaitu pada hari pertama lahir
diberikan 5 cc susu untuk setiap 2 jam, jika bayi tidak mengalami muntah
atau kembung maka jumlahnya akan ditambah sedikit demi sedikit untuk
setiap harinya.
4. Ketiga rumah sakit yang digunakan memiliki pencahayaan yang terang.
5. Perawat di ketiga rumah sakit tidak mengubah posisi (posisi supine atau
prone) bayi tiap tiga jam.
6. Perawat di ketiga rumah sakit tidak memberikan posisi fleksi
menggunakan bantalan bentuk U (nesting).
7. Semua bayi di ketiga rumah sakit meletakkan bayi dalam inkubator. Pada
saat kondisi bayi sudah stabil maka bayi akan di weaning yaitu dengan
mematikan inkubator.
8. Ketiga rumah sakit mengganti diapers bayi ketika diapers sudah penuh
atau bayi buang air besar.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
62
9. Ketiga rumah sakit tidak mensterilkan perlengkapan minum bayi (botol
susu, sendok, cawan, dan spuit (tabung suntik)) setiap kali pemberian
susu.
10. Ketiga rumah sakit langsung memberikan susu formula setelah bayi lahir.
11. Satu rumah sakit memberikan susu secara teratur sesuai jam minum bayi;
sedangkan dua rumah sakit lainnya memberikan susu secara tidak teratur.
Susu diberikan oleh mahasiswa yang praktek atau diberikan sendiri oleh
ibunya. Perawat kurang memperhatikan jadwal minum susu bayi.
12. Perawat di dua rumah sakit kadang-kadang memberikan pendidikan
kesehatan kepada ibu bayi tentang cara menyusui bayi dan perawatan bayi
prematur; sedangkan satu rumah sakit lainnya tidak.
13. Tingkat kebisingan ruangan di rumah sakit tergolong bising. Volume
suara di setiap rumah sakit secara rinci sebagai berikut:
a. RS Labuang Baji (inkubator: 40 - 71,7 dB; ruangan: 50,3 – 84,1 dB)
b. RSIA Pertiwi Makassar (inkubator: 52,2 - 65,1 dB; ruangan: 47,5 –
89,0 dB)
c. RSIA
Fatimah
Makassar
(inkubator:
53,0
–
75,1
dB;
ruangan: 56,6 – 89,0 dB)
4.4 Waktu Penelitian
Pelaksanaan pengumpulan data awalnya direncanakan 6 minggu namun
karena sampel tidak mencukupi maka penelitian dilakukan selama 8 minggu
yaitu 19 April hingga 12 Juni 2010.
4.5 Etika Penelitian
Peneliti tetap memperhatikan dan mempertahankan serta menjunjung tinggi
etika penelitian selama melakukan penelitian. Kode etik penelitian profesi
keperawatan berdasarkan American Nurses Assosiation (ANA) terdiri dari
lima yaitu (Lobiondo – Wood dan Haber, 2006; Polit & Beck, 2006):
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
63
4.5.1
Self determination
Setiap responden memiliki hak secara otonomi untuk membuat suatu
keputusan secara sadar untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam
suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan responden bayi, dimana
belum memiliki kemampuan untuk memberikan persetujuan. Oleh karena
itu, pada penelitian ini hak responden diwakilkan oleh orang tua bayi (ibu
atau ayah). Sebelum intervensi dilakukan, peneliti memberikan penjelasan
kepada orang tua responden tentang tujuan, prosedur penelitian, intervensi
yang akan dilakukan serta manfaat dan kerugian dari intervensi yang
diberikan pada bayi. Pada kelompok intervensi, peneliti memberikan
penjelasan bahwa bayi akan diberikan terapi musik 30 menit selama tiga
hari; sedangkan pada kelompok kontrol peneliti menjelaskan bahwa bayi
dikontrol berat badan dan suhu tubuhnya selama 3 hari kemudian pada hari
berikutnya bayi diberikan terapi musik selama 3 hari pula.
Orang tua responden diberikan kesempatan untuk memberikan persetujuan
ataupun menolak berpartisipasi dalam penelitian. Jika orang tua responden
bersedia, maka diberikan lembar persetujuan atau informed consent (lihat
lampiran 4) untuk ditandatangani. Sebelum menandatangani format,
responden diberikan kesempatan untuk bertanya. Pada saat pelaksanaan
penelitian terdapat 1 orang tua bayi yang menolak bayinya dijadikan
sebagai responden dengan alas an pribadi.
4.5.2
Privacy and dignity
Saat melakukan penelitian, peneliti menjaga privacy responden. Privacy
responden dijaga dengan cara menghargai setiap data yang diberikan
responden, tidak memaksa responden untuk memberikan informasi sesuai
dengan keinginan peneliti, dan peneliti tidak membagi informasi yang
diberikan responden kepada orang lain.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
64
4.5.3
Anonymity and Confidentially
Prinsip anonymity pada penelitian ini dilakukan dengan peneliti tidak
mencantumkan identitas responden, melainkan dengan memberikan kode
responden. Data penelitian dari responden hanya diketahui oleh peneliti
dan responden yang bersangkutan. Sedangkan, prinsip confidentiality
pada penelitian ini dilakukan dengan menjaga semua informasi yang
diperoleh dari responden dan hanya memakainya untuk keperluan
penelitian. Informasi yang telah dikumpulkan dalam bentuk lembaran
kertas dan data dipindahkan ke dalam software. Data disimpan selama
minimal 3 tahun, hal ini berdasarkan rekomendasi Human Research
Review Committee of Grand Valley State University bahwa data penelitian
minimal disimpan selama 3 tahun dan tidak ada maksimum lama
penyimpanan data penelitian.
4.5.4
Fair Treatment
Setiap individu memiliki hak yang sama untuk dipilih dan ikut terlibat
dalam suatu penelitian tanpa diskriminasi. Kedua kelompok penelitian
mendapat intervensi yang sama dengan waktu pelaksanaan yang berbeda.
Kelompok intervensi mendapatkan terapi musik pada tiga hari pertama
setelah menyetujui menjadi responden; sedangkan kelompok kontrol
mendapatkan terapi musik pada hari ke-empat setelah setuju menjadi
responden.
4.5.5
Protection from Discomfort and Harm
Peneliti tetap mempertimbangkan kenyamanan responden dan risiko
perlakuan yang diberikan selama penelitian. Kenyamanan responden baik
fisik, psikologis dan sosial tetap dipertimbangkan. Pada penelitian ini bayi
tetap diletakkan dalam inkubator selama terapi musik berlangsung. Peneliti
menghangatkan tangan dan alat sebelum disentuhkan ke tubuh bayi. Pada
pelaksanaan penelitian, semua bayi tampak nyaman ditandai dengan bayi
tidak menangis.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
65
4.6.Alat Pengumpulan Data
4.6.1
Alat Pengumpul Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. lembar observasi yang berisi tentang data demografi responden,
karakteristik responden, lembar observasi berat badan harian, dan
lembar observasi suhu badan harian.
2. timbangan bayi digital: Timbangan bayi yang digunakan untuk
mengukur berat badan bayi.
3. termometer aksila digital: termometer aksila yang digunakan untuk
mengukur suhu tubuh bayi.
4. MP4 dan speaker dengan merk yang sama digunakan untuk
mengeluarkan suara musik dengan volume 65 – 75 dB dan diletakkan
30 cm dari telinga bayi atau diletakkan di kaki bayi (berdasarkan
rekomendasi American Academy of Pediatric yaitu tidak lebih dari 75
dB).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
66
5. audiometri digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan suara musik,
inkubator dan ruangan.
6. lullabies merupakan instrumen musik yang digunakan. Lullabies
merupakan instrumen musik bayi yang dijual bebas. Di Indonesia, hak
produksi Lullabies dipegang oleh Ultima Production. Waktu
pemutaran Lullabies adalah 30 menit (berdasarkan hasil penelitian
Arnon et all, 2006; Standley, 2008).
4.6.2
Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas dan reabilitas pada setiap alat yang digunakan. Uji validitas
dilakukan pada timbangan berat badan bayi digital, termometer digital,
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
67
MP4, dan audiometri yang digunakan. Timbangan dan audiometri yang
digunakan telah dilakukan kalibrasi dulu sebelum digunakan (lihat
lampiran 15). Semua bayi memperoleh terapi musik, pengukuran berat
badan dan suhu tubuh menggunakan alat yang sama.
Uji reabilitas dilakukan pada timbangan berat badan bayi digital dan
termometer digital. Uji ini dilakukan dengan cara mengembalikan
timbangan dan termometer pada titik nol sebelum digunakan. Bayi
ditimbang sebanyak 3 kali untuk memastikan berat badannya.
4.7 Prosedur Pengumpulan data
4.7.1
Prosedur Administrasi
1. Peneliti mengajukan kaji etik penelitian pada komite etik FIK UI pada
25 Maret 2010 (lampiran 9).
2. Peneliti mengajukan surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh FIKUI dan ditujukan pada badan penelitian dan pengembangan daerah
(Balitbangda) Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 24
Maret 2010 (lampiran 10 & 11).
3. Peneliti
mengajukan
permohonan
surat
izin
penelitian
yang
dikeluarkan oleh FIK-UI dan Balitbangda Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan kepada RSIA Pertiwi Makassar dan RSIA Fatimah
Makassar, dan RS Labuang Baji Makassar (lampiran 12, 13 & 14).
4. Peneliti meneruskan izin kepada kepala ruangan masing-masing rumah
sakit tempat penelitian dilaksanakan, setelah mendapatkan surat izin
dari diklit masing-masing rumah sakit.
4.7.2
Prosedur Teknis
1. Peneliti melakukan penelitian pada tiga rumah sakit di Makassar.
Waktu kunjungan ke rumah sakit ditentukan berdasarkan jam pertama
kali mengukur bayi yang dijadikan responden pada tiap rumah sakit.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
68
2. Peneliti menggunakan lembar checklist untuk memastikan semua
rumah sakit yang digunakan homogen. Lembar checklist berisi
intervensi standar perawatan bayi prematur berdasarkan NIC – NOC
(lampiran 6).
3. Peneliti meminta kepada ruangan tempat penelitian untuk diberikan
contact person. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan informasi ada
atau tidaknya bayi prematur di ruangan rumah sakit tersebut.
4. Peneliti
mengidentifikasi
setiap
rumah
sakit
tentang
waktu
penimbangan harian bayi (pada jam berapa dan kondisi apa bayi
ditimbang setiap harinya). Bayi pada setiap rumah sakit ditimbang
sesuai dengan kondisinya. Bayi yang stabil ditimbang setiap pagi hari
sebelum diberikan minum. Bayi yang kurang stabil ditimbang sebelum
dan setelah menyusu.
5. Peneliti menentukan responden bayi prematur berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi. Responden ditentukan dengan selang seling
antara kelompok inrtervensi dan kontrol sesuai dengan urutan bayi
prematur yang diperoleh pada waktu tertentu untuk setiap rumah sakit.
6. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian kepada orang
tua responden
7. Peneliti memberikan lembaran persetujuan atau informed consent
untuk ditandatangani oleh orang tua responden, Jika orang tua
responden bersedia untuk memberikan persetujuan untuk melibatkan
bayinya dalam penelitian, maka bayi digunakan sebagai responden
dalam penelitian. Jika orang tua menolak, maka bayi tidak digunakan
sebagai responden dalam penelitian.
8. Peneliti mengambil data awal (sesuai lembar observasi). Sebagian data
yang diperlukan ditanyakan pada orang tua misalnya paritas, usia ibu
dan alamat. Sebagian data lainnya diambil dari rekam medik bayi
misalnya berat badan lahir, panjang badan lahir, APGAR, usia gestasi
dan riwayat pengobatan.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
69
9. Peneliti memberikan terapi musik selama 30 menit/hari selama 3 hari
sesuai dengan prosedur pemberian terapi musik.
10. Peneliti memberikan terapi musik kepada kelompok kontrol setelah 3
hari observasi penelitian.
11. Peneliti mengukur berat badan pada kedua kelompok diukur setiap hari
dalam 1 kali 24 jam. Jarak pengukuran pada tiap bayi tiap harinya
adalah 24 jam.
12. Pengukuran berat badan dilakukan pada kondisi, waktu dan alat yang
sama. Berat badan diukur setiap hari selama bayi menjadi responden.
Berat badan diukur sebelum terapi musik diberikan.
13. Pengukuran suhu tubuh dilakukan pada kondisi, waktu dan alat yang
sama. Suhu tubuh diukur setiap hari selama bayi menjadi responden.
Suhu tubuh diukur sebelum dan setelah terapi musik diberikan setiap
harinya.
14. Data yang diperoleh kemudian didokumentasikan.
4.7.3
Prosedur Intervensi Terapi Musik
1. Peneliti mengukur berat badan dan suhu badan sebelum diberikan
intervensi terapi musik pada setiap harinya selama 3 hari (observasi
hingga hari ke-4). Pada kelompok kontrol dilakukan sebelum
dilakukan kontrol selama 4 hari.
2. Peneliti mengukur berat badan dan suhu badan harian bayi prematur
(setiap 24 jam). Pengukuran berat badan dilakukan sebelum terapi
musik diberikan pada tiap harinya selama 3 hari dan 1 hari post
intervensi. Suhu badan diukur sebelum dan setelah diberikan terapi
musik pada setiap harinya selama 3 hari masa intervensi musik dan 1
hari setelah intervensi.
3. Pengukuran berat badan dilakukan pada waktu, alat dan kondisi
(setelah bayi ganti popok, dimandikan dan minum susu) yang sama.
4. Peneliti memberikan intervensi terapi musik selama 30 menit/hari
selama 3 hari.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
70
5. Prosedur pemberian terapi musik meliputi:
a. Peneliti mengukur berat badan bayi 15 menit sebelum terapi musik
dilakukan.
b. Peneliti mengukur suhu tubuh sebelum diberikan terapi musik.
c. Peneliti memberikan terapi musik pada waktu 15 menit setelah
touching time (ganti popok, minum susu, kunjungan orang tua,
tindakan-tindakan yang lain pada bayi) dan saat bayi menuju tidur
kembali.
d. Peneliti mengendalikan lingkungan untuk mengurangi kebisingan
misalnya dengan menutup pintu dan mengurangi suara yang lain
misalnya diajak bicara, suara mesin. Peneliti berusaha agar pada
saat musik diputar, bayi hanya mendengar suara dari alat musik
saja.
Namun,
pada
pelaksanaannya
peneliti
sulit
untuk
mengendalikan kebisingan karena aktivitas dalam ruangan dan
luasnya ruangan yang tanpa sekat sehingga tingkat kebisingan
masih tinggi (lihat di karakteristik tempat penelitian).
e. Peneliti mengukur tingkat kebisingan ruangan dan inkubator
menggunakan audiometri sebelum dilakukan penelitian. Pengukuran
kebisingan ini dilakukan pada setiap rumah sakit. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa kebisingan didalam inkubator lebih rendah
dibandingkan dengan kebisingan ruangan.
Pengukuran kebisingan di dalam inkubator
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
71
Pengukuran kebisingan di ruangan
f. Peneliti memutar musik Lullabies dengan menggunakan MP4 pada
waktu setelah waktu aktivitas bayi (minum susu, ganti popok dan
interaksi dengan orang tua) bayi prematur.
g. Peneliti mengatur volume CD menjadi 65 – 75 dB.
h. Peneliti meletakkan speaker ke dalam inkubator dan memberikan
jarak sekitar 30 cm dari telinga bayi atau meletakkan di bagian kaki
bayi.
i. Peneliti memastikan keadaan bahwa suara yang didengar bayi hanya
berasal dari speaker musik yang diputar.
j. Musik diputar selama 30 menit.
k. Peneliti menghentikan musik setelah 30 menit.
l. Peneliti mengukur suhu tubuh setelah diberikan terapi musik selama
30 menit.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
72
Skema 4.2
Alur intervensi
Kelompok intervensi
Pengukuran berat
badan (BB)
sebelum intervensi
Pengukuran suhu
tubuh sebelum
intervensi
Pemilihan sampel pada
setiap RS sesuai
prosedur pengambilan
sampel (simple random
sampling)
Kelompok kontrol
Pengukuran berat badan
dan suhu tubuh sebelum
dikontrol hari 1
Intervensi musik selama 30 menit
sesuai prosedur
Kontrol selama 30
menit sesuai prosedur
Pengukuran suhu tubuh setelah
intervensi musik hari 1
Pengukuran suhu tubuh setelah
dikontrol 30 menit hari 1
BB dan suhu tubuh
sebelum terapi hari 2
Intervensi musik
sesuai prosedur
Pengukuran suhu tubuh setelah
intervensi musik hari 2
BB dan suhu tubuh
sebelum terapi hari 3
Intervensi musik
sesuai prosedur
Pengukuran suhu tubuh setelah
intervensi musik hari 2
Pengukuran BB dan suhu tubuh
post terapi musik (hari 4)
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Pengukuran berat badan
dan suhu tubuh sebelum
dikontrol hari 2
Kontrol selama 30
menit sesuai prosedur
Pengukuran suhu tubuh setelah
dikontrol 30 menit hari 2
Pengukuran berat badan
dan suhu tubuh sebelum
dikontrol hari 3
Kontrol selama 30
menit sesuai prosedur
Pengukuran suhu tubuh setelah
dikontrol 30 menit hari 3
Pengukuran BB dan suhu tubuh
post kontrol (hari 4) dan
diberikan terapi musik
Universitas Indonesia
73
4.8 Rencana Analisis Data
4.8.1
Pengolahan data
4.8.1.1 Editing
Semua hasil pengukuran yang ada di lembar observasi (terlampir)
diperiksa kelengkapannya. Semua data yang diperoleh lengkap kecuali
lembar observasi dari responden yang drop out.
4.8.1.2 Coding
Pada tahap ini, diberikan kode atau nilai pada tiap jenis data untuk
menghindari kesalahan dan memudahkan pengolahan data.
4.8.1.3 Tabulating
Data dikelompokkan ke dalam kategori yang telah ditentukan dan
dilakukan tabulasi kemudian diberikan kode untuk kemudahan pengolahan
data.
4.8.1.4 Entry Data
Data yang telah terkumpul kemudian dimasukkan dalam program analisis
dengan menggunakan komputer.
4.8.1.5 Data Cleansing
Tindakan yang dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan saat
memasukkan data. Jika telah dipastikan tidak terdapat kesalahan dalam
entry data maka data siap untuk dianalisis dengan menggunakan program
komputer.
4.8.2
Analisis Data
4.8.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data seperti rerata,
median, modus, proporsi dan lain-lain (Sastroasmoro & Ismael, 2008).
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang
diteliti dalam penelitian, yaitu dengan melihat semua distribusi data dalam
penelitian. Analisis univariat pada penelitian ini adalah variabel bebas,
karakteristik responden dan variabel terikat yaitu berat badan dan suhu
badan.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
74
Data kategorik menggunakan frekuensi dan persentase. Data numerik
menggunakan mean, median, standar deviasi, minimal maksimal dan
confident interval (CI) 95%. Data yang menggunakan mean dan standar
deviasi (SD) adalah berat badan, suhu tubuh, karakteristik responden
(usia). Data yang dinyatakan dengan proporsi atau presentase adalah jenis
kelamin, nilai APGAR, jenis makanan.
4.8.2.2 Analisis Bivariat
Uji statistik yang digunakan terdiri dari uji parametrik dan uji nonparametrik.
Uji
parametrik
merupakan
uji
statistik
yang
mempertimbangkan distribusi data, yaitu apakah data berdistribusi normal
atau tidak. Uji non parametrik merupakan uji statistik yang tidak
mempertimbangkan distribusi data. Data yang terdistribusi normal diuji
menggunakan statistik parametrik dan data yang tidak terdistribusi normal
akan diuji menggunakan uji non parametrik.
Analisis bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap dua
variabel, yaitu 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Uji hipotesis yang
biasa digunakan pada analisis bivariat parametrik adalah uji t, Anova, uji
hipotesis untuk proporsi (uji kai-kuadrat, uji mutlak Fisher). Uji bivariat
non parametrik misalnya uji Mann-Whitney, uji binomial, uji chi-square,
uji friedman dan lain-lain. Pada penelitian ini digunakan uji t untuk uji
parametrik dan uji Mann-Whitney untuk uji non parametrik (Sastroasmoro
& Ismael, 2008).
Analisis bivariat digunakan untuk melihat perbedaan peningkatan berat
badan dan suhu badan bayi prematur yang diberikan intervensi dengan
terapi musik dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi
terapi musik. Sebelum dilakukan analisis bivariat perlu dilakukan uji
homogenitas varian dan uji normalitas. Uji homogenitas dilakukan pada
variabel yang diteliti untuk melihat varian antara kelompok data yang
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
75
diberikan intervensi terapi musik apakah sama dengan kelompok yang
tidak diberikan musik. Uji homogenitas yang digunakan adalah Levene
test. Uji normalitas dilakukan untuk melihat distribusi data yang akan
diuji. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk test karena
jumlah sampel yang kecil. Jika hasil uji normalitas data menunjukkan data
berdistribusi tidak normal maka data diuji dengan statistik non parametrik;
sedangkan data yang berdistribusi normal diuji dengan statistik parametrik
(Hasil uji dibahas pada BAB.V).
Uji t digunakan untuk menganalisis data dengan variabel bebas nominal (2
nilai) dengan variabel terikat berskala numerik. Uji t dibedakan menjadi 2
jenis yaitu uji untuk kelompok independen (pooled t test) dan untuk
kelompok berpasangan (paired t test). Pada kelompok independen,
pemilihan subjek pada kelompok yang satu tidak bergantung pada
karakteristik kelompok yang lain. Pada kelompok berpasangan, cara
pemilihan subjek berdasarkan subjek yang sama diperiksa pra- dan pascaintervensi (desain before and after), atau pemilihan subjek kelompok yang
satu dilakukan matching dengan kelompok yang lain (Sastroasmoro &
Ismael, 2008).
Tabel 4.1
Analisis Variabel Dependen dan Variabel Independen
Variabel Pre
Berat badan sebelum diberikan
intervensi terapi musik setiap
hari
Suhu badan sebelum penelitian
pada kelompok kontrol setiap
hari
Variabel
Kelompok
Intervensi
Peningkatan
berat
badan
setelah diberi terapi musik
Variabel Post
Berat badan setelah diberikan
intervensi terapi musik setiap
hari
Suhu badan setelah periode
penelitian pada kelompok
kontrol setiap hari.
Variabel Kelompok Kontrol
Uji Statistik
Paired t-test
Paired t-test
Uji Statistik
Peningkatan berat
tanpa terapi musik
badan Pooled t-test/
MannWhitney test
Perubahan suhu badan setelah Perubahan suhu badan tanpa Pooled t-test/
diberi terapi musik
terapi musik
MannWhitney test
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
76
4.8.2.3 Analisis Kovarians
Pengaruh terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh
setelah dikontrol oleh variabel confounding menggunakan analisis
kovarians (Ankova). Analisis kovarians merupakan analisis yang
digunakan untuk mengontrol variabel pengganggu. Analisis kovarian
merupakan gabungan dari analisis varians (ANOVA) dengan analisis
regresi (Mawarni, 2008).
Pendekatan yang digunakan dalam analisis kovarians adalah dengan
memasukkan model regresi ganda, dimana faktor-faktor yang dipelajari
(perlakuan) ditempatkan sebagai variabel nominal. Variabel yang
dikendalikan dinamakan kovariat. Variabel ini dapat berupa skala
pengukuran, misalnya untuk skala pengukuran nominal digunakan variabel
“dummy”. Penggunaan analisis kovarians memberikan asumsi bahwa
tidak ada interaksi antara variabel pengganggu (Confounding) dengan
variabel perlakuan. Bila terdapat interaksi yang kuat maka penentuan suatu
variabel sebagai penggangu adalah tidak tepat (Mawarni, 2008).
Pada penelitian ini dianalisis apakah ada interaksi antara variabel
pengganggu (jenis kelamin, APGAR, usia dan pemberian ASI/formula)
dengan peningkatan berat badan dan suhu tubuh akibat terapi musik. Uji
Ancova dilakukan dengan menganalisis terlebih dahulu variabel
independen dan variabel dependen tanpa memasukkan variabel kovariat.
Jika hasil uji menunjukkan P value < α (0,05), maka variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Kemudian variabel independen dan
dependen tersebut dianalisis kembali dengan memasukkan variabel
kovariat. Jika hasil uji menunjukkan P value < α (0,05), maka variabel
confounding tersebut mempengaruhi intervensi. Namun, jika P value > α
(0,05), maka variabel confounding tersebut tidak mempengaruhi intervensi
yaitu perubahan yang terjadi memang karena intervensi yang diberikan
dan tidak ada pengaruh variabel lainnnya.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab kelima ini menguraikan hasil penelitian tentang efektifitas terapi musik
terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh di Makassar. Penelitian ini
dilaksanakan di 3 rumah sakit pemerintah yaitu RS. Labuang Baji Makassar,
RSIA Siti Fatimah Makassar, dan RSIA Pertiwi Makassar. Hasil penelitian yang
diuraikan meliputi analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat.
Hasil penelitian ini ditampilkan dalam bentuk tabel dan penjelasannya. Hasil
penelitian tersebut diuraikan secara berurutan dari analisis univariat dan bivariat
adalah sebagai berikut:
5.1 Hasil Analisis Univariat
5.1.1
Karakteristik Responden
Karakteristik responden terdiri dari usia kronologis, jenis kelamin, nilai
APGAR menit 1, nilai APGAR menit 2, dan jenis makanan bayi.
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut usia kronologis
di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Variabel
Mean
SD
Minimum
Maximum
Usia (hari)
5,87
5,090
3
28
Hasil analisis usia bayi pada tabel 5.1 menggambarkan bahwa rata- rata
usia bayi yang menjadi responden penelitian adalah 5,87 hari dengan
standar deviasi 5,090 hari. Umur bayi termuda adalah 3 hari dan umur bayi
tertua adalah 28 hari.
77
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
78
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut jenis kelamin, APGAR
menit1, APGAR menit 2, & jenis makanan bayi di Makassar
19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Variable
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulatif
Percent
Jenis Kelamin
a. Laki- Laki
b. Perempuan
11
19
46,7
53,3
46,7
53,3
46,7
100,0
APGAR menit 1
a. Asfiksia ringan
b. Asfiksia sedang
c. Asfiksia berat
18
12
0
60,0
40,0
0
60,0
40,0
0
60,0
100,0
0
APGAR menit 5
a. Asfiksia ringan
b. Asfiksia sedang
c. Asfiksia berat
29
1
0
96,7
3,3
0
96,7
3,3
0
96,7
100,0
0
0
4
26
0
13,3
86,7
0
13,3
86,7
0
13,3
100,0
Jenis makanan
a.
ASI
b.
Susu formula
c.
ASI dan susu
formula
Hasil analisis univariat pada tabel 5.2 menggambarkan tentang jenis
kelamin bayi, derajat asfiksia berdasarkan nilai APGAR dan jenis
makanan yang diberikan kepada bayi. Bayi prematur yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 11 bayi (46,7%) lebih sedikit bila dibandingkan
dengan bayi yang berjenis kelamin perempuan yaitu 19 bayi prematur
(53,3). Asfiksia yang dialami bayi berdasarkan nilai APGAR menit
pertama adalah asfiksia ringan sebanyak 18 bayi (60%), asfiksia sedang
sebanyak 12 bayi (40%) dan tidak ada bayi yang mengalami asfiksia berat.
Asfiksia yang dialami bayi berdasarkan nilai APGAR menit kelima adalah
asfiksia ringan sebanyak 26 bayi (86,7%), dan asfiksia sedang sebanyak 4
bayi (13,3%). Jenis makanan yang diberikan kepada bayi sebagian besar
adalah campuran ASI dan susu formula yaitu 86,7% dan 13,3% bayi
minum susu formula saja.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
79
5.1.2
Berat Badan Harian Responden
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi berat badan harian bayi prematur pada kelompok
intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Variabel Berat Badan
N
Mean
SD
Minimum
Maximum
Hari I
a.
Kelompok intervensi
b.
Kelompok kontrol
16
14
1720,00
1967,14
275,874
331,951
1320
1380
2250
2510
Hari II
a.
Kelompok intervensi
b.
Kelompok kontrol
16
14
1743,75
1945,71
284,344
292,988
1320
1380
2300
2400
Hari III
a.
Kelompok intervensi
b.
Kelompok kontrol
16
14
1761,88
1960,00
279,171
303,315
1330
1410
2300
2450
Hari IV
a.
Kelompok intervensi
b.
Kelompok kontrol
16
14
1790,63
1976,43
276,296
302,721
1360
1420
2340
2450
Hasil analisis yang tercantum dalam tabel 5.3 menguraikan tentang
gambaran berat badan bayi yang diukur setiap harinya selama proses
intervensi (4 hari), baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok
intervensi. Hasil analisis hari I pada kelompok intervensi menunjukkan
bahwa rata-rata berat badan bayi adalah 1720 gram dengan standar deviasi
275,874 gram, serta berat badan minimum bayi berkisar 1320 gram dan
maksimum 2250 gram lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Rata-rata berat badan bayi pada kelompok kontrol adalah 1967,14
gram dengan standar deviasi 331,951 gram, serta berat badan minimum
bayi adalah 1380 gram dan maksimum 2510 gram.
Hasil analisis hari II pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa berat
badan rata-rata bayi berada pada 1743,75 gram dengan standar deviasi
284,344 gram dengan berat badan minimum bayi pada kelompok
intervensi ini berada pada 1320 gram dan maksimum berada pada 2300
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
80
gram lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berat badan
rata-rata pada kelompok kontrol pada hari II berkisar 1945,71 gram
dengan standar deviasi 292,988 gram. Berat badan minimum bayi pada
kelompok kontrol adalah 1380 gram dan berat badan maksimumnya
adalah 2400 gram.
Hasil analisis hari III pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa berat
badan rata-rata bayi berada pada 1761,88 gram dengan standar deviasi
279,171 gram dengan berat badan minimum bayi pada kelompok
intervensi ini berada pada 1330 gram dan maksimum berada pada 2300
gram lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berat badan
rata-rata pada kelompok kontrol pada hari II berkisar 1960,00 gram
dengan standar deviasi 303,315 gram. Berat badan minimum bayi pada
kelompok kontrol adalah 1410 gram dan berat badan maksimumnya
adalah 2450 gram.
Hasil analisis hari IV pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa berat
badan rata-rata bayi berada pada 1790,63 gram dengan standar deviasi
276,296 gram dengan berat badan minimum bayi pada kelompok
intervensi ini berada pada 1360 gram dan maksimum berada pada 2340
gram lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berat badan
rata-rata pada kelompok kontrol pada hari II berkisar 1976,43 gram
dengan standar deviasi 302,271 gram. Berat badan minimum bayi pada
kelompok kontrol adalah 1420 gram dan berat badan maksimumnya
adalah 2450 gram.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
81
5.1.3
Suhu Tubuh Harian Responden
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi suhu tubuh harian bayi prematur pada kelompok
intervensi & kontrol 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Variabel suhu tubuh
Hari I
a. Kelompok intervensi
- Sebelum terapi
- Setelah terapi
b. Kelompok kontrol
- Sebelum 30 menit
- Setelah 30 menit
Hari II
a. Kelompok intervensi
- Sebelum terapi
- Setelah terapi
b. Kelompok kontrol
- Sebelum 30 menit
- Setelah 30 menit
Hari III
a. Kelompok intervensi
- Sebelum terapi
- Setelah terapi
b. Kelompok kontrol
- Sebelum 30 menit
- Setelah 30 menit
N
Mean
SD
Minimum
Maximum
36,6
36,8
0,5759
0,4674
35,4
35,8
37,6
37,4
36,6
36,6
0,3159
0,3298
36,0
35,8
37,1
37,0
36,6
36,8
0,3733
0,2971
35,6
36,2
37,2
37,3
36,5
36,5
0,6855
0,7199
34,9
34,9
37,6
37,5
36,7
36,9
0,4015
0,3642
36,0
36,2
37,6
37,6
36,7
36,7
0,5195
0,5347
35,6
35,6
37,4
37,5
16
14
16
14
16
14
Hasil analisis yang tercantum dalam tabel 5.4 menguraikan tentang
gambaran suhu tubuh bayi yang diukur setiap harinya selama proses
intervensi (4 hari), baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok
intervensi. Suhu tubuh bayi prematur diukur sebelum dan setelah terapi
musik pada setiap harinya. Hasil analisis hari I pada kelompok intervensi
menunjukkan bahwa rata-rata suhu tubuh bayi sebelum terapi adalah
36,6°C dengan standar deviasi 0,5759°C, serta suhu tubuh minimum bayi
adalah 35,4°C dan maksimum 37,6°C. Sedangkan, rata-rata suhu tubuh
bayi setelah terapi berkisar 36,8°C dengan standar deviasi 0,4674°C, serta
suhu tubuh minimum bayi adalah 35,8°C dan maksimum 37,4°C. Hasil
analisis pada kelompok kontrol menunjukkan rata-rata suhu tubuh bayi
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
82
sebelum dikontrol selama 30 menit berada pada 36,6°C dan standar deviasi
0,3159°C dan suhu tubuh minimum bayi 36,0°C serta suhu tubuh
maksimum 37,1°C. Sedangkan, rata-rata suhu tubuh bayi setelah 30 menit
berkisar 36,6°C dengan standar deviasi
0,3298°C, serta suhu tubuh
minimum bayi adalah 35,8°C dan maksimum 37,0°C.
Hasil analisis hari II pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa ratarata suhu tubuh bayi sebelum terapi adalah 36,6°C dengan standar deviasi
0,3733°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 35,6°C dan maksimum
37,2°C. Sedangkan, rata-rata suhu tubuh bayi setelah terapi berkisar
36,8°C dengan standar deviasi 0,2971°C, serta suhu tubuh minimum bayi
adalah 36,2°C dan maksimum 37,3°C. Hasil analisis pada kelompok
kontrol menunjukkan rata-rata suhu tubuh bayi sebelum dikontrol selama
30 menit berada pada 36,7°C dan standar deviasi 0,5195°C dan suhu tubuh
minimum bayi 34,9°C serta suhu tubuh maksimum 37,6°C. Sedangkan,
rata-rata suhu tubuh bayi setelah 30 menit berkisar 36,5°C dengan standar
deviasi 0,7199°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 34,9°C dan
maksimum 37,5°C.
Hasil analisis hari III pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa ratarata suhu tubuh bayi sebelum terapi adalah 36,7°C dengan standar deviasi
0,4015°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 36,0°C dan maksimum
37,6°C. Sedangkan, rata-rata suhu tubuh bayi setelah terapi berkisar
36,9°C dengan standar deviasi 0,3642°C, serta suhu tubuh minimum bayi
adalah 36,2°C dan maksimum 37,6°C. Hasil analisis pada kelompok
kontrol menunjukkan rata-rata suhu tubuh bayi sebelum dikontrol selama
30 menit berada pada 36,5°C dan standar deviasi 0,6855°C dan suhu tubuh
minimum bayi 35,6°C serta suhu tubuh maksimum 37,4°C. Sedangkan,
rata-rata suhu tubuh bayi setelah 30 menit berkisar 36,7°C dengan standar
deviasi 0,5347°C, serta suhu tubuh minimum bayi adalah 35,6°C dan
maksimum 37,5°C.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
83
5.1.4
Peningkatan Berat Badan Harian Responden
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi peningkatan berat badan harian bayi pada kelompok
intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Variabel Berat Badan
Peningkatan Hari ke-2
a. Kelompok terapi
b. Kelompok kontrol
Peningkatan Hari ke-3
a. Kelompok terapi
b. Kelompok kontrol
Peningkatan Hari ke-4
a. Kelompok terapi
b. Kelompok kontrol
Peningkatan Total
a. Kelompok terapi
b. Kelompok kontrol
N
Mean
SD
Minimum
Maximum
16
14
23,75
-21,43
29,183
77,346
-30
-260
70
50
16
14
18,13
14,29
19,738
28,206
-10
-50
50
50
16
14
28,75
16,43
17,038
11,507
0
-10
60
30
16
14
70,63
9,29
37,677
67,307
-10
-10
120
70
Grafik 5.1
Peningkatan berat badan harian bayi prematur pada kelompok intervensi &
kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Hasil analisis yang tercantum dalam tabel 5.5 menguraikan tentang
peningkatan berat badan harian dan total bayi selama proses intervensi
pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Hasil analisis
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
84
peningkatan berat badan hari ke-2 adalah peningkatan berat badan dari hari
ke-1 hingga hari ke-2 intervensi. Pada kelompok intervensi terlihat bahwa
rata-rata peningkatan berat badan bayi berkisar 23,75 gram dengan standar
deviasi 29,183. Hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata
peningkatan berat badan bayi pada kelompok kontrol yang mengalami
penurunan berkisar 21,43 gram dengan standar deviasi 77,346 gram. Berat
badan bayi pada kelompok intervensi ini minimum mengalami penurunan
30 gram dan maksimum mengalami peningkatan 70 gram. Hal ini lebih
besar bila dibandingkan dengan nilai minimum berat badan bayi adalah
mengalami penurunan sebesar 260 gram dan maksimum mengalami
peningkatan sebesar 50 gram.
Hasil analisis peningkatan berat badan hari ke-3 adalah peningkatan berat
badan dari hari ke-2 hingga hari ke-3 intervensi. Pada kelompok intervensi
terlihat bahwa rata-rata peningkatan berat badan bayi berkisar 18,13 gram
dengan standar deviasi 19,738. Hal ini lebih besar bila dibandingkan
dengan rata-rata peningkatan berat badan bayi pada kelompok kontrol
yang berkisar 14,29 gram dengan standar deviasi 28,206 gram. Berat
badan bayi pada kelompok intervensi ini minimum mengalami penurunan
10 gram sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar
50 gram. Berat badan maksimum mengalami peningkatan 50 gram pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol juga mengalami peningkatan
sebesar 50 gram.
Hasil analisis peningkatan berat badan hari ke-4 adalah peningkatan berat
badan dari hari ke-3 hingga hari ke-4 intervensi. Pada kelompok intervensi
terlihat bahwa rata-rata peningkatan berat badan bayi berkisar 28,75 gram
dengan standar deviasi 17,038. Hal ini lebih besar bila dibandingkan
dengan rata-rata peningkatan berat badan bayi pada kelompok kontrol
yang berkisar 16,43 gram dengan standar deviasi 11,507. Berat badan bayi
pada kelompok intervensi ini minimum mengalami peningkatan 0 gram
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
85
sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 10 gram.
Berat badan maksimum mengalami peningkatan 60 gram pada kelompok
intervensi yang lebih besar dari kelompok kontrol yang mengalami
peningkatan sebesar 30 gram.
Hasil analisis peningkatan berat badan total yaitu peningkatan berat badan
dari hari I hingga hari ke IV. Pada kelompok intervensi terlihat bahwa
rata-rata peningkatan berat badan bayi berkisar 70,63 gram dengan standar
deviasi 37,677. Hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata
peningkatan berat badan bayi pada kelompok kontrol yang berkisar 9,29
gram dengan standar deviasi 67,307. Berat badan bayi pada kelompok
intervensi ini minimum mengalami penurunan sebesar 10 gram, demikian
pula pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 10 gram. Berat
badan maksimum mengalami peningkatan 120 gram pada kelompok
intervensi yang lebih besar dari kelompok kontrol yang mengalami
peningkatan sebesar 70 gram.
5.1.5
Peningkatan Suhu Tubuh Harian Responden Sebelum dan Setelah
Terapi Musik
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi peningkatan suhu tubuh harian sebelum & setelah
terapi bayi prematur pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar
19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Variabel Suhu Tubuh
Peningkatan Hari I
a. Kelompok terapi
b. Kelompok kontrol
Peningkatan Hari II
a. Kelompok terapi
b. Kelompok kontrol
Peningkatan Hari III
a. Kelompok terapi
b. Kelompok kontrol
N
Mean
SD
Minimum
Maximum
16
14
0,181
-0,057
0,2713
0,1089
-0,3
-0,2
0,8
0,1
16
14
0,194
0,014
0,1436
0,1351
0,0
-0,2
0,6
0,2
16
14
0,231
0,014
0,1922
0,1351
0,0
-0,2
0,8
0,2
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
86
Grafik 5.2
Peningkatan suhu tubuh harian sebelum & setelah terapi bayi prematur
pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar
19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Hasil analisis yang tercantum dalam tabel 5.6 menguraikan tentang
peningkatan suhu tubuh harian dan total bayi selama proses intervensi
pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Hasil analisis
peningkatan suhu tubuh hari I adalah peningkatan suhu tubuh sebelum dan
setelah terapi musik selama 30 menit pada hari I baik pada kelompok
kontrol maupun pada kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi
terlihat bahwa rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi berkisar 0,181°C
dengan standar deviasi 0,2713°C. Hal ini lebih besar bila dibandingkan
dengan rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi pada kelompok kontrol yang
mengalami penurunan sebesar 0,057°C dengan standar deviasi 0,1089°C.
Suhu tubuh bayi pada kelompok intervensi ini minimum mengalami
penurunan 0,3°C sedangkan
pada
kelompok kontrol mengalami
penurunan sebesar 0,2°C. Suhu tubuh maksimum mengalami peningkatan
0,8°C pada kelompok intervensi yang lebih besar dari kelompok kontrol
yang mengalami peningkatan sebesar 0,1°C.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
87
Hasil analisis peningkatan suhu tubuh hari II adalah peningkatan suhu
tubuh sebelum dan setelah terapi musik selama 30 menit pada hari II baik
pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi. Pada kelompok
intervensi terlihat bahwa rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi berkisar
0,194°C dengan standar deviasi 0,1436°C. Hal ini lebih besar bila
dibandingkan dengan rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi pada
kelompok kontrol yang mengalami penurunan sebesar 0,014°C dengan
standar deviasi 0,1351°C. Suhu tubuh bayi pada kelompok intervensi ini
minimum berkisar 0,0°C sedangkan pada kelompok kontrol mengalami
penurunan sebesar 0,2°C. Suhu tubuh maksimum mengalami peningkatan
0,6°C pada kelompok intervensi yang lebih besar dari kelompok kontrol
yang mengalami peningkatan sebesar 0,2°C.
Hasil analisis peningkatan suhu tubuh hari III adalah peningkatan suhu
tubuh sebelum dan setelah terapi musik selama 30 menit pada hari III baik
pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi. Pada kelompok
intervensi terlihat bahwa rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi berkisar
0,231°C dengan standar deviasi 0,1922°C. Hal ini lebih besar bila
dibandingkan dengan rata-rata peningkatan suhu tubuh bayi pada
kelompok kontrol yang mengalami penurunan sebesar 0,014°C dengan
standar deviasi 0,1351°C. Suhu tubuh bayi pada kelompok intervensi ini
minimum berkisar 0,0°C sedangkan pada kelompok kontrol mengalami
penurunan sebesar 0,2°C. Suhu tubuh maksimum mengalami peningkatan
0,8°C pada kelompok intervensi yang lebih besar dari kelompok kontrol
yang mengalami peningkatan sebesar 0,2°C.
5.2 Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel
independen dengan variabel dependen. Hasil yang diperoleh dari penelitian
adalah sebagai berikut:
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
88
5.2.1
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa dua
atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki
variasi yang sama. Uji homogenitas pada penelitian ini terdiri dari
karakteristik responden (usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR
menit 1, dan APGAR menit 5) antara kelompok kontrol dan intervensi,
berat badan dan suhu tubuh harian bayi prematur antara kelompok kontrol
dan kelompok intervensi, perbedaan peningkatan berat badan dan suhu
tubuh pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi
5.2.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 5.7
Uji kesetaraan usia dan berat badan awal bayi pada kelompok
intervensi & kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Variabel
Mean Kelompok kontrol
(N=14)
Mean Kelompok intervensi
(N=16)
P
value
Usia
4,57
7,00
0,073
Berat badan awal
1967,14
1720,00
0,410
Ket: α=0,05
Hasil analisis pada tabel 5.7 menunjukkan adanya kesetaraan antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dengan P
value usia bayi dan berat badan awal (0,073 & 0,410). yang nilainya lebih
besar dari 0,05. P value yang lebih besar dari α (0,05) menunjukkan bahwa
semua variabel tersebut homogen antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
89
Tabel 5.8
Uji kesetaraan karakteristik responden (jenis kelamin, jenis makanan,
APGAR menit 1, dan APGAR menit 5) antara kelompok intervensi &
kelompok kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Variabel
Kelompok kontrol
(N=14)
n
persen
Kelompok intervensi
(N=16)
n
P value
persen
Jenis kelamin
0,846
- Laki-laki
5
(35,7%)
6
(62,5%)
- Perempuan
9
(64,3%)
10
(37,5%)
Jenis makanan
0,784
- ASI
12
(0%)
14
(0%)
- Susu formula
2
(14,3%)
2
(12,5%)
- Gabungan ASI dan susu
formula
0
(85,7%)
0
(87,5%)
APGAR menit 1
0,898
- Asfiksia ringan
8
(57,1%)
10
(62,5%)
- Asfiksia sedang
6
(42,9%)
6
(37,5%)
- Asfiksia berat
0
(0%)
0
(0%)
APGAR menit 5
0,093
- Asfiksia ringan
13
(92,9%)
16
(100%)
- Asfiksia sedang
1
(7,1%)
0
(0%)
- Asfiksia berat
0
(0%)
0
(0%)
Ket: α=0,05
Hasil analisis pada tabel 5.8 menunjukkan adanya kesetaraan antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dengan P
value jenis kelamin (0,846), jenis makanan (0,784), APGAR menit 1
(0,898) dan menit kelima (0,093) yang nilainya lebih besar dari 0,05. P
value yang lebih besar dari α (0,05) menunjukkan bahwa semua variabel
tersebut homogen antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
90
5.2.2
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk memperlihatkan bahwa data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji ini juga
dimaksudkan untuk menentukan uji bivariat yang akan digunakan yaitu uji
parametrik untuk data yang berdistribusi normal dan uji non-parametrik
untuk data yang berdistribusi tidak normal. Hasil penelitian di uji
normalitasnya adalah berat badan harian bayi prematur, suhu tubuh harian
bayi prematur sebelum dan setelah terapi, peningkatan berat badan harian
dan total bayi prematur, serta peningkatan suhu tubuh harian dan total bayi
prematur.
5.2.2.1 Berat Badan dan Suhu Tubuh Harian Bayi Prematur
Tabel 5.9
Uji normalitas data berat badan & suhu tubuh bayi pada kelompok
intervensi & kontrol di Makassar 19 April -12 Juni 2010 (N= 30)
Variabel
Perlakuan
BB I (gram)
Kontrol
Intervensi
BB II (gram)
Kontrol
Intervensi
0,201
0,119
14
16
0,131
0,200
0,950
0,959
14
16
0,561
0,650
BB III (gram)
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
0,188
0,116
0,205
0,098
0,161
0,178
0,123
0,177
0,232
0,148
0,243
0,106
0,094
0,124
0154
0,135
14
16
14
16
14
16
14
16
14
16
14
16
14
16
14
16
0,194
0,200
0,113
0,200
0,200
0.189
0,200
0,195
0,040
0,200
0,025
0,200
0,200
0,200
0,200
0,200
0,951
0,970
0,943
0,969
0,953
0,933
0,951
0,922
0,883
0,913
0,838
0,968
0,965
0,969
0,950
0,976
14
16
14
16
14
16
14
16
14
16
14
16
14
16
14
16
0,573
0,841
0,461
0,825
0,612
0,271
0,574
0,179
0,063
0,131
0,016*
0,807
0,797
0,827
0,564
0,925
BB IV (gram)
suhu sb I (°C)
Suhu ss I (°C)
suhu sb II (°C)
Suhu ss II (°C)
suhu sb III (°C)
Suhu ss III (°C)
Ket: * bermakna pada < α (0,05)
Kolmogorov-Smirnov
Statistik
Df
P value
0,170
14
0,200
0,110
16
0,200
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Shapiro-Wilk
Statistik
Df
P value
0,958
14
0,691
0,962
16
0,699
Universitas Indonesia
91
Hasil analisis tabel 5.9 menunjukkan hasil uji normalitas dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-wilk. Hasil analisis yang
digunakan adalah Shapiro-Wilk karena jumlah sampel yang digunakan
kurang dari 50 bayi. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh bahwa P
value berat badan hari I kelompok intervensi dan kontrol (0,691; 0,699),
berat badan hari II kelompok intervensi dan kontrol (0,561; 0,650), berat
badan hari III kelompok intervensi dan kontrol (0,573; 0,841),berat badan
hari IV kelompok intervensi dan kontrol (0,461; 0,825) lebih besar dari α
(0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa data berat badan berdistribusi
normal.
Hasil analisis suhu tubuh pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa terdapat data
yang berdistribusi normal dan data yang berdistribusi tidak normal. Data
yang berdistribusi normal terlihat dengan P value yang lebih besar dari α
(0,05) yaitu suhu tubuh hari I sebelum intervensi pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi (0,612; 0,271), suhu tubuh hari I setelah
intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi (0,574; 0,179),
suhu tubuh hari II sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi (0,063; 0,131), suhu tubuh hari II setelah intervensi
pada kelompok intervensi (0,807), suhu tubuh hari III sebelum intervensi
pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi (0,797; 0,827), suhu
tubuh hari III setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi (0,564; 0,925). Sedangkan, data yang berdistribusi tidak normal
yaitu memiliki P value yang lebih kecil dari α (0,05) terdapat pada suhu
tubuh setelah intervensi pada kelompok kontrol (0,016)
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
92
5.2.2.2 Peningkatan Berat Badan dan Suhu Tubuh Harian dan Total Bayi
Prematur
Tabel 5.10
Uji normalitas data peningkatan berat badan & suhu tubuh bayi
prematur pada kelompok intervensi & kontrol di Makassar
19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Peningkatan BB hari 2
Peningkatan BB hari 3
Peningkatan BB hari 4
peningkatan BB total
peningkatan suhu hari 1
peningkatan suhu hari 2
peningkatan suhu hari 3
Kolmogorov-Smirnov(a)
Statistik
Df
P value
0,250
30
0,000
0,112
30
0,200
0,195
30
0,005
0,189
30
0,008
0,181
30
0,013
0,209
30
0,002
0,163
30
0,042
Statistik
0,692
0,939
0,930
0,822
0,922
0,913
0,886
Shapiro-Wilk
Df
30
30
30
30
30
30
30
P value
0,000*
0,087*
0.050
0,000*
0,030*
0,017*
0,004*
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Hasil analisis tabel 5.10 menunjukkan hasil uji normalitas dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-wilk. Hasil analisis yang
digunakan adalah Shapiro-Wilk karena jumlah sampel yang digunakan
kurang dari 50 bayi. Analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat data
yang berdistribusi normal dan data yang berdistribusi tidak normal. Data
yang berdistribusi normal terlihat dengan P value yang lebih besar dari α
(0,05) yaitu peningkatan berat badan hari ke-3 dan ke-4 (0,087 dan 0,050).
Data yang berdistribusi tidak normal terlihat dengan P value yang lebih
kecil dari α (0,05) yaitu peningkatan berat badan hari ke-2, peningkatan
berat badan total (0,000 dan 0,000), dan peningkatan suhu tubuh hari I, II
dan III (0,030; 0,017; dan 0,004).
5.2.3
Perbedaan Berat Badan Bayi Prematur Sebelum dan Setelah Terapi
Musik pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.
Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa berat badan harian bayi
prematur berdistribusi normal. Oleh karena itu, uji bivariat untuk melihat
adanya perbedaan berat badan bayi prematur sebelum dan setelah
diberikan terapi musik adalah menggunakan uji parametrik. Uji parametrik
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
93
yang digunakan adalah paired t-test. Hasil uji ini dijabarkan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 5.11
Perbedaan berat badan hari I sebelum & setelah terapi musik di
Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Kelompok
Berat badan
Mean
Standar
Deviasi
Intervensi
Hari I
Hari II
Hari I
Hari II
-23,750
29,183
95%
Interval
Lower
-39,301
21,429
77,346
-23,230
Kontrol
Confidence P value
Upper
-8,199
0,005*
66,087
0,319
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Hasil analisis pada tabel 5.11 menunjukkan perbedaan berat badan
sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi. Hasil uji statistik pada kelompok intervensi menunjukkan
adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah
diberikan terapi musik. Hal ini dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu
0,005 (95% Confidence Interval -39,301 dan -8,199). Berdasarkan nilai
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
perbedaan berat badan pada hari I dan II
pada kelompok intervensi
(diberikan terapi musik).
Hasil uji statistik pada kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya
adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah
dilakukan kontrol berat badan selama 3 hari. Hal ini dibuktikan dengan P
value > α (0,05) yaitu 0,319 (95% Confidence Interval -23,230 dan
66,087). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan berat badan pada hari I dan II
pada kelompok kontrol (tidak diberikan terapi musik).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
94
Tabel 5.12
Perbedaan berat badan hari II sebelum & setelah intervensi di
Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Kelompok
Intervensi
Kontrol
Berat badan
Hari II
Hari III
Hari II
Hari III
Mean
Standar
Deviasi
-18,125
19,738
95%
Interval
Lower
-28,643
-14,286
28,206
-30,572
Confidence P value
Upper
-7,607
0,002*
2,000
0,081
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Hasil analisis pada tabel 5.12 menunjukkan perbedaan berat badan
sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi. Hasil uji statistik pada kelempok intervensi menunjukkan
adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah
diberikan terapi musik. Hal ini dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu
0,002 (95% Confidence Interval -8,643 dan -7,607). Berdasarkan nilai
tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
perbedaan berat badan pada hari II dan III pada kelompok intervensi.
Hasil uji statistik pada kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya
adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah
dilakukan kontrol berat badan selama 3 hari. Hal ini dibuktikan dengan P
value > α (0,05) yaitu 0,081 (95% Confidence Interval -30,572 dan 2,000).
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan berat badan pada hari II dan III
pada kelompok kontrol.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
95
Tabel 5.13
Perbedaan berat badan hari III sebelum & setelah intervensi di
Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Kelompok
Intervensi
Kontrol
Berat badan
Hari III
Hari IV
Hari III
Hari IV
Mean
Standar
Deviasi
-28,750
17,078
95%
Interval
Lower
-37,850
-16,429
11,507
-23,073
Confidence P value
Upper
-19,650
0,000*
-9,784
0,000*
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Hasil analisis pada tabel 5.13 menunjukkan perbedaan berat badan
sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi. Hasil uji statistik pada kelempok intervensi menunjukkan
adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah
diberikan terapi musik pada hari III dan IV. Hal ini dibuktikan dengan P
value < α (0,05) yaitu 0,000 (95% Confidence Interval
-37,850 dan -
19,650). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat perbedaan berat badan pada hari III dan IV
pada kelompok intervensi (diberikan terapi musik).
Hasil uji statistik pada kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan
berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah dilakukan kontrol
pada hari III dan IV. Hal ini dibuktikan dengan P value > α (0,05) yaitu
0,000 (95% Confidence Interval -23,073 dan -9,784). Berdasarkan nilai
tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
perbedaan berat badan pada hari III dan IV pada kelompok kontrol (tidak
diberikan terapi musik).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
96
Tabel 5.14
Perbedaan berat badan total sebelum & setelah intervensi di Makassar
19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Kelompok
Intervensi
Kontrol
Berat badan
Hari I
Hari IV
Hari I
Hari IV
Mean
Standar
Deviasi
-70,625
37,677
95%
Interval
Lower
-90,702
-9,286
67,307
-48,148
Confidence P value
Upper
-50,548
0,000*
29,576
0,614
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Hasil analisis pada tabel 5.14 menunjukkan perbedaan berat badan
sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi. Hasil uji statistik pada kelempok intervensi menunjukkan
adanya perbedaan berat badan yang bermakna antara sebelum dan setelah
diberikan terapi musik selama 3 hari. Hal ini dibuktikan dengan P value <
α (0,05) yaitu 0,000 (95% Confidence Interval -90,702 dan -50,584).
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat perbedaan berat badan yang bermakna setelah
diberikan terapi musik selama 3 hari pada kelompok intervensi (diberikan
terapi musik).
Hasil uji statistik pada kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan
berat badan yang tidak bermakna antara sebelum dan setelah dilakukan
kontrol selama 3 hari. Hal ini dibuktikan dengan P value > α (0,05) yaitu
0,614 (95% Confidence Interval -48,148 dan 29,576). Berdasarkan nilai
tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak
terdapat perbedaan berat badan setelah dikontrol selama 3 hari
pada
kelompok kontrol (tidak diberikan terapi musik).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
97
5.2.4
Perbedaan Suhu Tubuh Bayi Prematur Sebelum dan Setelah Terapi
Musik pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.
Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa suhu tubuh harian bayi
prematur berdistribusi normal. Oleh karena itu, uji bivariat untuk melihat
adanya perbedaan suhu tubuh bayi prematur sebelum dan setelah diberikan
terapi musik adalah menggunakan uji parametrik. Uji parametrik yang
digunakan adalah paired t-test. Hasil uji ini dijabarkan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 5.15
Perbedaan suhu tubuh total sebelum & setelah intervensi di Makassar
19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Hari
Kelompok Berat
badan
Mean
Mean
total
I
Intervensi
36,6
36.8
36.6
36.6
36.6
36.8
36.5
36.5
36.7
36.9
36.7
36.7
-0,1813
Kontrol
II
Intervensi
Kontrol
III
Intervensi
Kontrol
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Standar 95% Confidence P
Deviasi Interval
value
Lower
Upper
0,2713 -0,3258 -0,0367 0,017*
0,0571
0,1089
-0,058
0,1200
0,071
0,1938
0,1436
-0,2703
-0,1172
0,000*
-0,0143
0,1351
-0,0923
0,0637
0,699
-0,2313
0,1922
-0,3337
-0,1288
0,000*
-0,0143
0,1351
-0,0923
0,0637
0,699
Hasil analisis pada tabel 5.15 menunjukkan perbedaan suhu tubuh sebelum
dan setelah intervensi kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada
hari I, II, III dan total. Hasil uji statistik pada hari I kelompok intervensi
menunjukkan adanya perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara
sebelum dan setelah diberikan terapi musik selama 30 menit. Hal ini
dibuktikan dengan P value < α (0,05) yaitu 0,017 (95% Confidence
Interval -0,3258 dan -0,367). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan
bahwa pada tingkat kepercayaan 95%
terdapat perbedaan suhu tubuh
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
98
yang bermakna setelah diberikan terapi musik selama 30 menit pada
kelompok intervensi (diberikan terapi musik).
Hasil uji statistik pada hari I kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya
perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah dikontrol
selama 30 menit (tanpa terapi musik). Hal ini dibuktikan dengan P value <
α (0,05) yaitu 0,071 (95% Confidence Interval -0,058 dan 1,200).
Berdasarkan
nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada
tingkat
kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna
setelah dikontrol selama 30 menit (tanpa terapi musik).
Hasil uji statistik pada hari II kelompok intervensi menunjukkan adanya
perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah
diberikan terapi musik selama 30 menit. Hal ini dibuktikan dengan P value
< α (0,05) yaitu 0,000 (95% Confidence Interval -0,2703 dan -0,1127).
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna setelah
diberikan terapi musik selama 30 menit pada kelompok intervensi
(diberikan terapi musik) pada hari ke-2.
Hasil uji statistik pada hari II kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya
perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah dikontrol
selama 30 menit (tanpa terapi musik). Hal ini dibuktikan dengan P value <
α (0,05) yaitu 0,699 (95% Confidence Interval -0,0923 dan 0,0637).
Berdasarkan
nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada
tingkat
kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna
setelah dikontrol selama 30 menit (tanpa terapi musik) di hari ke-2.
Hasil uji statistik pada hari III kelompok intervensi menunjukkan adanya
perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah
diberikan terapi musik selama 30 menit. Hal ini dibuktikan dengan P value
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
99
< α (0,05) yaitu 0,000 (95% Confidence Interval -0,3337 dan -0,1288).
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna setelah
diberikan terapi musik selama 30 menit pada kelompok intervensi
(diberikan terapi musik) pada hari ke-3.
Hasil uji statistik pada hari III kelompok kontrol menunjukkan tidak
adanya perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah
dikontrol selama 30 menit (tanpa terapi musik). Hal ini dibuktikan dengan
P value < α (0,05) yaitu 0,699 (95% Confidence Interval -0,0923 dan
0,0637). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpukan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan suhu tubuh yang bermakna
setelah dikontrol selama 30 menit (tanpa terapi musik) di hari ke-2.
5.2.5
Perbedaan Peningkatan Berat Badan Bayi Prematur Sebelum dan
Setelah Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.
Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa peningkatan berat badan
harian bayi prematur berdistribusi normal pada hari ke-2 dan peningkatan
berat badan total sedangkan peningkatan pada hari ke-3 dan hari ke-4
berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, uji bivariat yang digunakan
pada hasil penelitian ini dipilih berdasarkan distribusi data. Data yang
berdistribusi normal akan diuji menggunakan uji parametrik yaitu pooled
t-test. Data yang berdistribusi tidak normal akan diuji menggunakan uji
non-parametrik yaitu Mann Whitney Test.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
100
Tabel 5.16
Perbedaan peningkatan berat badan pada kelompok intervensi &
kontrol di Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Variabel
Peningkatan berat
badan hari ke-2
Peningkatan berat
badan hari ke-3
Peningkatan berat
badan hari ke-4
Peningkatan berat
badan total
Kelompok
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Mean
23,75
-21,43
18,13
14,29
28,75
16,43
70,63
P value
0,031*
0,666
0,030*
0,002*
9,29
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Hasil analisis pada tabel 5.16 memaparkan tentang perbedaan peningkatan
berat badan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada hari
ke-2, 3, 4 dan total. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi pada hari ke-2 (berat badan hari I dan II).
Hal ini dibuktikan dengan melihat P value < α (0,05) yaitu 0,031.
Berdasarkan P value tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang
bermakna antara hari I dan II terapi musik antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
peningkatan berat badan yang bermakna antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi pada hari ke-3 (berat badan hari II dan III). Hal ini
dibuktikan dengan melihat P value > α (0,05) yaitu 0,666. Berdasarkan P
value tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan
95% tidak terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna
antara hari II dan III terapi musik antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensi.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
101
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan
berat badan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensi pada hari ke-4 (berat badan hari III dan IV). Hal ini dibuktikan
dengan melihat P value < α (0,05) yaitu 0,030. Berdasarkan P value
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%
terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna antara hari III
dan IV terapi musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan
berat badan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensi setelah 3 hari terapi musik (berat badan hari I dan IV). Hal ini
dibuktikan dengan melihat P value < α (0,05) yaitu 0,002. Berdasarkan P
value tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan
95% terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang bermakna setelah 3
hari terapi musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
5.2.6
Perbedaan Peningkatan Suhu Tubuh Bayi Prematur Sebelum dan
Setelah Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.
Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa peningkatan suhu tubuh
total bayi prematur berdistribusi normal sedangkan peningkatan pada hari
ke-1, hari ke-2 dan hari ke-3 berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu,
uji bivariat yang digunakan pada hasil penelitian ini dipilih berdasarkan
distribusi data. Data yang berdistribusi normal akan diuji menggunakan uji
parametrik yaitu pooled t-test. Data yang berdistribusi tidak normal akan
diuji menggunakan uji non-parametrik yaitu Mann Whitney Test.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
102
Tabel 5.17
Perbedaan peningkatan berat badan pada kelompok intervensi & kontrol di
Makassar 19 April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Variabel
Peningkatan suhu
tubuh hari 1
Peningkatan suhu
tubuh hari 2
Peningkatan suhu
tubuh hari 3
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Kelompok
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
Mean
0,181
P value
0,006*
-0,057
0,194
0,014
0,002*
0,231
0,014
0,002*
Hasil analisis pada tabel 5.17 memaparkan tentang perbedaan peningkatan
suhu tubuh antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada hari I,
II, III dan total. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang bermakna peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah terapi pada
hari I antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hal ini
dibuktikan dengan melihat P value < α (0,05) yaitu 0,006. Berdasarkan P
value tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan
95% terdapat perbedaan peningkatan suhu tubuh yang bermakna pada hari
I terapi musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah terapi pada hari II antara
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hal ini dibuktikan dengan
melihat P value < α (0,05) yaitu 0,002. Berdasarkan P value tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
perbedaan peningkatan suhu tubuh yang bermakna pada hari II terapi
musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah terapi pada hari III antara
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hal ini dibuktikan dengan
melihat P value < α (0,05) yaitu 0,002. Berdasarkan P value tersebut,
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
103
maka dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat
perbedaan peningkatan suhu tubuh yang bermakna pada hari III terapi
musik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
5.3 Ancova
Tabel 5.18
Rata-Rata peningkatan berat badan dan suhu tubuh setelah terapi musik
sebelum dikontrol variabel confounding di Makassar 19 April hingga 12 Juni
2010 (N=30)
Variabel
Kelompok
N
Mean
SD
Peningkatan
berat badan
Intervensi
16
70,63
67,307
Kontrol
14
9,29
37,677
Peningkatan
suhu tubuh
Intervensi
16
0,231
0,1922
Kontrol
14
0,014
0,1351
Levene test
0,292
0,641
Ket: α=0,05
Hasil analisis pada tabel 5.20 menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan berat
badan pada kelompok intervensi adalah 70,63 gram dan lebih besar
dibandingkan kelompok kontrol rata-rata peningkatannya 9,29 gram. Hasil
levene test menunjukkan nilai P=0,29 > α (0,05), hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan berat badan antara kelompok kontrol dan intervensi memiliki
varian yang sama.
Hasil analisis pada tabel 5.18 menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan suhu
tubuh pada kelompok intervensi adalah 0,231°C dan lebih besar dibandingkan
kelompok kontrol rata-rata peningkatannya 0,014°C. Hasil levene test
menunjukkan nilai P=0,641 > α (0,05), hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan suhu tubuh antara kelompok kontrol dan intervensi memiliki
varian yang sama.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
104
Tabel 5.19
Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan setelah dikontrol
variabel confounding (usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1,
APGAR menit 5 di Makassar 19 April hingga 12 Juni 2010 (N=30)
Variabel
P Value
Intervensi
0,004*
Usia
0,154
Jenis Kelamin
0,630
Jenis makanan
0,771
APGAR menit 1
0,040*
APGAR menit 5
0,440
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Hasil analisis tabel 5.19 menjelaskan tentang pengaruh terapi musik terhadap
peningkatan berat badan setelah dikontrol variabel confounding (Usia, Jenis
kelamin, Jenis makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5) di Makassar.
Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa intervensi terapi musik
memiliki pengaruh terapi musik terhadap peningkatan berat badan, hal ini
terlihat dari nilai P value 0,004 < α (0,05). Variabel usia, jenis kelamin, jenis
makanan, nilai APGAR menit 5 tidak memiliki pengaruh terhadap
peningkatan berat badan bayi prematur, hal ini terlihat dari nilai P > α (0,05)
yaitu 0,154; 0,630; 0,771 dan 0,440. Sedangkan APGAR menit 1 memiliki
pengaruh terhadap peningkatan berat badan yaitu memiliki nilai P value 0,040
< α (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel usia, jenis kelamin, jenis
makanan, dan APGAR menit 5 tidak memiliki pengaruh terhadap
peningkatan berat badan bayi prematur, sedangkan APGAR menit 1 memiliki
pengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi prematur.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
105
Tabel 5.20
Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh setelah dikontrol
variabel confounding (usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1,
APGAR menit 5) di Makassar 19 April hingga 12 Juni 2010 (N=30)
Variabel
P Value
Intervensi
0,001*
Usia
0,825
Jenis Kelamin
0,229
Jenis makanan
0,777
APGAR menit 1
0,784
APGAR menit 5
0,491
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Hasil analisis tabel 5.20 menjelaskan tentang pengaruh terapi musik terhadap
peningkatan suhu tubuh bayi prematur setelah dikontrol variabel confounding
(usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5) di
Makassar. Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa intervensi terapi
musik memiliki pengaruh terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh bayi
prematur, hal ini terlihat dari nilai P value 0,001 < α (0,05). Variabel usia,
jenis kelamin, jenis makanan, nilai APGAR menit 1 dan 5 tidak memiliki
pengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur, hal ini terlihat dari
P value > α (0,05) yaitu 0,825; 0,229; 0,777; 0,784 dan 0,491. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel usia, jenis kelamin, jenis makanan, dan APGAR
menit 1 dan 5 tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh bayi
prematur.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab keenam ini menguraikan tentang pembahasan yang meliputi interpretasi dan
diskusi hasil penelitian dan dikaitkan dengan teori dan hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Bab ini juga akan membahas tentang implikasi penelitian
untuk keperawatan dan berbagai keterbatasan penelitian.
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil
Penelitian ini mengacu pada tujuan yang telah dibuat sebelumnya yaitu agar
diketahuinya efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan
peningkatan suhu bayi prematur di beberapa rumah sakit di Makassar,
Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, interpretasi dan diskusi hasil ini
disesuaikan dengan tujuan umum dan tujuan khusus penelitian. Berikut ini
akan diuraikan interpretasi dan diskusi hasil penelitian.
6.1.1
Gambaran Peningkatan Berat Badan Harian.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa peningkatan berat badan
harian bayi prematur bervariasi pada setiap harinya selama masa terapi.
peningkatan berat badan terjadi baik pada kelompok intervensi maupun
kelompok kontrol. Peningkatan berat badan pada kelompok intervensi
lebih besar bila dibandingkan dengan peningkatan berat badan pada
kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi berat badan naik hingga >
20 gram/hari; sedangkan kelompok kontrol < 20 gram/hari.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Anderson, Johnson, Townsend dan
Hay (2002) yang mengemukakan bahwa bayi prematur akan mengalami
penurunan berat badan secara fisiologis pada tiga hari pertama
kehidupannya, yaitu sebanyak 6%-8% dari berat lahirnya. Penambahan
berat badan bayi prematur sehat berkisar 15–20 gram/kg/hari pada hari-
106
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
107
hari pertama kehidupannya. Namun, penambahan berat badan pada bayi
prematur sakit baru terjadi setelah 2 minggu pertama kehidupannya. Hal
ini mendukung hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa bayi
prematur yang mendapat terapi musik mengalami peningkatan berat
badan lebih besar dari 20 gram/hari; sedangkan bayi prematur yang
menjadi kontrol mengalami peningkatan berat badan yang kurang dari 15
gram perhari.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Cevasco dan Grant
(2005) melakukan penelitian pada 62 bayi prematur. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat perbedaan peningkatan berat badan pada
pemberian terapi musik menggunakan pacifier activated lullaby (PAL)
selama 3 hari. Penelitian ini melihat perbedaan peningkatan berat badan
pada hari pertama terapi, selama terapi dan setelah terapi musik. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata peningkatan berat badan pada hari
pertama terapi 13,85 gram; peningkatan berat badan hari kedua adalah
26,67 gram; peningkatan hari ketiga adalah 29,64 gram; dan pada setelah
terapi adalah 22,89 gram. Hasil ini menunjukkan tidak ada perbedaan
peningkatan berat badan bayi selama terapi musik, namun perbedaan yang
signifikan terjadi setelah terapi musik diberikan selama 3 hari.
Hasil penelitian Standley (1998) pada 40 bayi prematur yang dibagi dalam
10 bayi perempuan dan 10 bayi laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat efek terapi musik dan stimulasi multimodal terhadap respon bayi
prematur di ruang level III Newborn Intermediate Care Unit. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi rata-rata
peningkatan berat badan bayi laki-laki 18,2 gram/hari; Sedangkan, ratarata peningkatan berat badan bayi perempuan adalah 17,8 gram/hari. Pada
kelompok kontrol rata-rata peningkatan berat badan bayi laki-laki adalah
16,0
gram/hari;
sedangkan
bayi
perempuan
mengalami
rata-rata
peningkatan berat badan 12,3 gram/hari. Hasil ini menunjukkan bahwa
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
108
rata-rata peningkatan berat badan bayi yang diberikan terapi musik adalah
antara 15-20 gram.hari; sedangkan bayi yang tidak diberikan terapi musik
adalah berkisar dibawah 15 gram/hari. Hasil penelitian standley
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata peningkatan berat badan
antara bayi laki-laki dan perempuan, namun perbedaannya tidak
signifikan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Caine
(1991) pada 52 bayi prematur selama dirawat di rumah sakit. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan berat badan total
bayi selama dirawat dirumah sakit hingga pulang antara kelompok yang
diberikan terapi musik (517,91) dan tidak diberikan terapi musik (590,96)
memiliki perbedaan yang tidak signifikan. Perbedaan yang tidak signifikan
ini dikarenakan bayi yang diberikan terapi musik (rata-rata lama hari rawat
26 hari) memiliki lama hari rawat yang lebih pendek dibandingkan bayi
yang tidak diberikan terapi musik (rata-rata lama hari rawat 31 hari).
Pemberian terapi musik memberikan pengaruh terhadap peningkatan berat
badan bayi prematur. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian dan teori
yang telah dibahas diatas. Peningkatan berat badan bayi prematur yang
diberikan terapi musik berkisar diatas peningkatan berat badan normal
untuk bayi prematur sehat yaitu diatas 20 gram/hari. Peningkatan berat
badan untuk kelompok kontrol berkisar pada peningkatan berat badan
normal bahkan di bawahnya yaitu berkisar 15 gram/hari.
6.1.2
Gambaran
Peningkatan
Suhu
Tubuh
Sebelum dan
Sesudah
Diberikan Terapi Musik.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa peningkatan suhu tubuh antara
sebelum dan setelah terapi musik bervariasi pada setiap harinya baik pada
kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol. Peningkatan suhu
tubuh bayi terjadi baik pada kelompok intervensi Maupun kelompok
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
109
kontrol; namun, peningkatan pada kelompok intervensi lebih besar
dibandingkan pada kelompok kontrol.
Peningkatan suhu tubuh ketika diberikan terapi musik ini didukung oleh
penelitian yang telah dilakukan oleh Vogtmann (2002) pada bayi-bayi
yang memiliki berat badan 1000 gram. Terapi musik diberikan selam 43
menit pada setiap siang dan malam hari. Penelitian ini menemukan bahwa
suhu perifer mendekati suhu pusat pada kelompok yang diberikan terapi
musik. Rata-rata suhu perifer pada kelompok yang diberikan terapi musik
adalah 35,7°C dengan suhu pusat 37,1°C; sedangkan kelompok kontrol
memiliki rata-rata suhu perifer 35,1°C dengan suhu pusat 36,7°C.
Bayi prematur ini rentan terhadap ketidakstabilan suhu. Faktor-faktor
yang menyebabkan ketidakstabilan suhu adalah; kehilangan panas yang
sangat besar
akibat luas permukaan tubuh terhadap berat badan,
penyekatan lemak subkutan yang minimal, cadangan lemak coklat (sumber
internal untuk menghasilkan panas, terdapat pada bayi cukup bulan
normal) terbatas, kontrol refleks pada kapiler kulit tidak ada atau lemah
(respon mengigil), aktivitas massa otot tidak adekuat (sehingga bayi
prematur tidak dapat menghasilkan panasnya sendiri), kapiler-kapiler
mudah rusak, pengaturan suhu di otak tidak matur (Bobak, Lowdermik &
Jensen, 2005; Johnston, Flood & Spinks, 2003).
Blake dan Murray (2002) mengemukakan bahwa rentang normal suhu
aksila bayi prematur bekisar antara 36,3-36,9°C. Bila bayi dibiarkan
dalam suhu kamar (25 ºC) maka bayi akan kehilangan panas melalui
evaporasi (penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg
BB/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya
per sepuluh dari jumlah kehilangan panas di atas, dalam waktu yang
bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2
ºC dalam waktu 15 menit (Wong et.all, 2009). Oleh karena itu, terdapat
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
110
beberapa cara untuk mempertahankan suhu tubuh bayi prematur yaitu
dengan inkubator, radiant warmer, dan dengan metode lain misalnya
membedong, perawatan model kangguru (PMK).
Penjabaran hasil penelitian dan teori tersebut mendukung bahwa
pemberian terapi musik dapat meningkatkan suhu tubuh bayi prematur.
Rata-rata Peningkatan suhu tubuh terjadi selama terapi musik diberikan.
Rata-rata peningkatan suhu tubuh selama terapi musik adalah lebih besar
dari 0,1°C; sedangkan kelompok yang tidak diberikan terapi musik
memiliki rata-rata peningkatan suhu tubuh kuramg dari 0,1°C.
6.1.3
Gambaran Variabel Confounding (Usia, Jenis Kelamin, APGAR
Menit 1, APGAR Menit 5 dan Jenis Makanan).
6.1.3.1 Usia Bayi
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa rata-rata usia bayi yang
menjadi responden adalah 5,87 hari dengan standar deviasi 5,090 hari.
Umur bayi termuda adalah 3 hari dan umur bayi tertua adalah 28 hari. Hal
ini hampir sama dengan usia bayi yang digunakan dalam penelitian
Lubetzky et.all (2009) yaitu pada rentang 5-51 hari.
Usia bayi yang digunakan ini didukung oleh penelitian Cassidy dan
Standley (1995) pada 20 bayi prematur pada usia gestasi 24-30 minggu
gestasi. Studi ini menggunakan musik rekaman lullabies yang diberikan
selama 36 menit dalam 3 hari terapi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa musik tidak memiliki kontraindikasi jika diberikan pada minggu
pertama kehidupan bayi.
Usia bayi yang digunakan pada penelitian ini juga sama dengan usia bayi
yang digunakan pada penelitian Lubetzky (2009) yang melakukan
penelitian pada 20 bayi prematur sehat. Hasil uji univariat menunjukkan
bahwa rentang usia yang digunakan pada penelitian ini adalah antara 5-51
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
111
hari. Namun, pada penelitian Lubetzky rata-rata usia bayi yang digunakan
berbeda dengan rata-rata usia bayi yang digunakan pada penelitian ini.
Pada penelitian Lubetzky, rata-rata usia bayi yang digunakan adalah 30,4
hari dengan standar deviasi 14,1 hari.
Standley (1998) melakukan penelitian pada 40 bayi prematur yang dirawat
di level III ruang Newborn Intermediate Care Unit. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat manfaat nyanyian lullaby dan stimulasi multimodal
pada bayi prematur. Namun, kriteria inklusi yang digunakan pada
penelitian ini berbeda dengan kriteria inklusi penelitian yang peneliti
lakukan. Standley menentukan kriteria inklusi usia bayi yang digunakan
adalah lebih dari 10 hari yang dihitung dari hari pertama lahir.
Hasil penelitian ini didukung pula oleh Anderson, Johnson, Townsend dan
Hay (2002) dalam Merenstein dan Gardner yang mengemukakan bahwa
bayi prematur akan kehilangan berat badan secara fisiologis sebesar 6%8% berat lahirnya pada tiga hari pertama kehidupannya. Oleh karena itu
usia bayi minimal yang digunakan pada waktu pertama kali terapi adalah
usia 3 hari. Hal ini juga didukung dengan uji homogenitas data yang
menunjukkan variabel usia memiliki varian yang sama (homogen) antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Penjabaran teori dan hasil penelitian tersebut menggambarkabn bahwa
usia bayi yang efektif untuk dijadikan sebagai sampel penelitian pada
terapi musik untuk meningkatkan berat badan adalah diatas 3 hari. Terapi
musik yang diberikan pada usia dibawah 3 hari akan memiliki banyak
faktor perancu karena berat badan bayi turun secara fisiologis pada 3 hari
pertama kehidupannya. Namun, jika tujuan penelitian untuk melihat
efektifitas terapi musik terhadap pengurangan kehilangan berat badan
maka usia bayi yang diambil adalah usia bayi dibawah 3 hari atau dimulai
pada hari pertama kehidupannya
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
112
6.1.3.2 Jenis Kelamin
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa Bayi prematur yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 11 bayi (46,7%) lebih sedikit bila
dibandingkan dengan bayi yang berjenis kelamin perempuan yaitu 19 bayi
prematur (53,3). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arnon et.all (2006) pada 31 bayi prematur. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa bayi prematur berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14
bayi dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 bayi.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Arnon
et.al (2006) pada 31 bayi prematur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui manfaat live music pada bayi prematur yang dirawat di
lingkungan neonatus intensive care unit (NICU). Pada penelitian ini juga
menunjukkan bahwa bayi prematur yang digunakan pada penelitian lebih
banyak bayi perempuan (17 bayi) dibandingkan dengan bayi laki-laki (14
bayi).
Penelitian lain dengan kondisi yang sama dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Lubetzky (2009) pada 18 bayi prematur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek musik Mozart dalam
menurunkan pemakaian energi bayi prematur pada saat istirahat. Bayi
prematur yang digunakan pada penelitian ini juga lebih banyak bayi yang
berjenis kelamin wanita (12 bayi) dibandingkan bayi laki-laki (6 bayi).
Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Zeitlin et.al
(2003) yang melakukan penelitian pada 2624 bayi prematur pada usia
gestasi kurang dari 33 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
jenis kelamin bayi yang lahir prematur. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sebanyak 50,8% bayi prematur berjenis kelamin laki-laki (p<0,05).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
113
Standley (1998) melakukan penelitian pada 40 bayi prematur sehat.
enelitian ini bertujuan untuk melihat efek terapi musik dan stimulasi
multimodal terhadap respon bayi prematur di ruang level III Newborn
Intermediate Care Unit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada
kelompok intervensi rata-rata peningkatan berat badan bayi laki-laki 18,2
gram/hari; Sedangkan, rata-rata peningkatan berat badan bayi perempuan
adalah 17,8 gram/hari. Pada kelompok kontrol rata-rata peningkatan berat
badan bayi laki-laki adalah 16,0 gram/hari; sedangkan bayi perempuan
mengalami rata-rata peningkatan berat badan 12,3 gram/hari. Hasil
penelitian ini menunjukkan terdapat jumlah peningkatan berat badan yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan penelitian ini
menunjukkan
bahwa
bayi
prematur
laki-laki
memiliki
rata-rata
peningkatan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi
prematur perempuan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terapi
musik lebih efektif diberikan pada bayi perempuan dibandingkan bayi
laki-laki, hal ini terlihat dari lama hari rawat bayi perempuan yang lebih
rendah daripada lama hari rawat bayi laki-laki yaitu berbeda lebih dari 1,5
hari rawat.
Jenis kelamin bayi prematur menentukan keefektifan suatu terapi. bayi
yang berjenis kelamin laki-laki memiliki rata-rata peningkatan berat badan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi perempuan. Namun, bayi
perempuan lebih efektif menerima terapi musik dibandingkan bayi lakilaki jika dilihat dari masalah lama hari rawat.
6.1.3.3 Jenis Makanan
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jenis makanan yang diberikan
kepada bayi sebagian besar adalah gabungan ASI dan susu formula yaitu
86,7% dan 13,3% bayi minum susu formula. Namun, tidak ada bayi yang
hanya diberikan ASI saja. Hasil penelitian ini bertentangan dengan
rekomendasi American Academy of Pediatric (AAP) yaitu ASI sebagai
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
114
pilihan pertama untuk semua bayi, walaupun suplemen yang mengandung
ASI dibutuhkan juga untuk bayi prematur. Hal ini juga dinyatakan dalam
UU kesehatan no 36 tahun 2009 tentang ASI eksklusif yaitu pasal 128
ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu
ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi
medis.
Schanler (2010) mengemukakan bahwa walaupun ASI sebagai pilihan
pertama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi prematur, namun susu
formula juga dapat digunakan sebagai jika terjadi suplai yang tidak
adekuat dari ibu yaitu ketika ibu tidak mampu menyusui. Susu formula
mengandung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi,
namun tidak sama dengan faktor bioaktif yang dimiliki oleh ASI.
Davis (1999) mengemukakan bahwa komposisi ASI pada kelahiran
prematur biasanya menyesuaikan kebutuhan bayi prematur. Namun, fungsi
adaptasi ini belum optimal bagi bayi yang lahir ekstrem prematur. Susu
yang berasal dari ibu memiliki kuantitas yang kecil untuk bayi yang lahir
dengan berat badan yang rendah. Air susu Ibu yang melahirkan bayi
prematur mengandung asam amino dan campuran lemak yang berguna
bagi pertumbuhan fisik bayi. Komponen susu memiliki fungsi yang
overlapping dan interdependent. Globula lemak pada susu prematur adalah
lebih kecil yang mana hal ini ditujukan agar dapat diabsorpsi secara
langsung dengan pencernaan bayi yang masih immatur. Walaupun
demikian, bayi yang lahir prematur dapat mengabsorpsi 95% lemak yang
berasal dari ASI dibandingkan dengan 83-85 % dari susu formula.
Davis (1999) juga mengemukakan bahwa ASI juga mengandung faktor
yang bertujuan dalam digestif dan absorpsi. Rantai fatty acid yang panjang
sangat berguna bagi pertumbuhan neurologis yang adekuat. Lemak ini
merupakan precursor yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi. Hal ini
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
115
kelihatannya terdapat suatu mekanisme biologi yang tak diketahui pada
ibu yang melahirkan prematur yang meningkatkan konsentrasi agen anti
mikroba ( IgA, laktoferin dan lizosim), faktor anti-inflamasi dan
modulator immune (Goldman). Komponen immunologi ini sangat vital
untuk bayi berat badan lahir rendah untuk mencegah infeksi nosokomial ,
sepsis, necrotizing enterocolitis, bakteri, dan infeksi virus.
UNICEF menyatakan bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia
dan 10 juta kematian anak Balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah
melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal
kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan
kepada bayi. UNICEF juga menyatakan bahwa bayi yang diberikan susu
formula, memiliki risiko kematian dibulan pertama kelahirannya 25 kali
lebih besar dibandingkan bayi yang diberikan ASI eksklusif.
Penelitian Edmond, Zandoh, Quigley, Etego, Agyei dan Kirkwood (2006)
yang menghubungkan antara waktu dilakukannya tindakan inisiasi
penyusuan serta pola pemberian ASI dengan kejadian kematian bayi
mengidentifikasi bahwa bayi yang tertunda sampai 24 jam lebih baru
dilakukan kontak dengan ibunya mengalami kematian 2,5 kali lebih
banyak dibandingkan dengan bayi yang dilakukan inisiasi dini. Bayi yang
diberi susu formula mempunyai risiko kematian empat kali lebih banyak
daripada bayi yang hanya minum ASI. 22% kematian bayi dibawah 28
hari akan dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif sejak umur 1
hari.
ASI dari sang ibu tetap merupakan nutrisi terbaik untuk memenuhi
kebutuhan bayi prematur. Namun, menyusui bayi prematur tidak mudah
dan Perlu bekal dan persiapan mental yang kuat. Sebab, biasanya ibu saat
menyususi dilanda berbagai perasaan Seperti kesal, kecewa, kuatir,
bingung dan juga letih. Namun, Deretan perasaan dapat diatasi dengan
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
116
dukungan moril dan mental dari pasangan dan juga orang-orang terdekat
di sekitar ibu. Namun, pada kenyataannya bayi prematur tidak bisa
langsung disusui langsung dari payudara ibu karena kondisi ibu yang
masih lemah akibat melahirkan. Bila ini terjadi, sebaiknya ASI perah
sebelumnya dan diberikan dengan sendok, cangkir kecil atau alat bantu
lainnya.
6.1.3.4 APGAR Menit 1 dan APGAR Menit 5
Hasil analisis statistik nilai APGAR menunjukkan bahwa Asfiksia yang
dialami bayi berdasarkan nilai APGAR menit pertama adalah asfiksia
ringan sebanyak 18 bayi (60%), asfiksia sedang sebanyak 12 bayi (40%)
dan tidak ada bayi yang mengalami asfiksia berat. Asfiksia yang dialami
bayi berdasarkan nilai APGAR menit kelima adalah asfiksia ringan
sebanyak 26 bayi (86,7%), asfiksia sedang sebanyak 4 bayi (13,3%) dan
tidak ada bayi yang mengalami asfiksia berat.
Lubetzky (2009) telah melakukan penelitian pada 18 bayi prematur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek musik Mozart dalam
menurunkan pemakaian energi bayi prematur pada saat istirahat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai APGAR menit 1 berada pada median
8 (asfiksia ringan) dengan rentang nilai APGAR 1-9. APGAR menit 1
berada pada median 9 (asfiksia ringan) dengan nilai APGAR
4-10.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Arnon
et.al (2006) pada 31 bayi prematur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui manfaat live music pada bayi prematur yang dirawat di
lingkungan neonatus intensive care unit (NICU). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai APGAR menit 1 berada pada median 4 (asfiksia
sedang) dengan rentang nilai APGAR 0-9. APGAR menit 5 berada pada
median 7 (asfiksia ringan) dengan rentang nilai APGAR
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
4-10.
Universitas Indonesia
117
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak adalah asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan
bernafas spontan pada saat lahir dan beberapa saat setelah lahir. Asfiksia
neonatorum diukur dengan menggunakan nilai APGAR. Blake dan
Murray (2002) mengemukakan bahwa nilai APGAR yang rendah akan
mempengaruhi kegagalan respon dalan termoregulasi.
APGAR berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan juga
dibuktikan dengan penelitian Pin, Eldrige dan Galea (2008) tentang A
review of developmental outcomes of term infants with post-asphyxia
neonatal encephalopathy. Penelitian ini melihat adanya pengaruh neonatus
yang mengalami post-asfiksia encephalopathy merupakan penyebab dari
terjadinya disabilitas pada bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
47% bayi mengalami gangguan perkembangan seperti kematian,
keterlambatan kognitif dan keterlambatan sensorik-motorik.
6.1.4
Perbedaan Peningkatan Berat Badan Bayi antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol.
Hasil analisis statistik menggunakan paired t-test menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan berat badan bayi prematur yang signifikan antara
sebelum dan setelah terapi musik pada kelompok intervensi. Namun, pada
kelompok kontrol tidak terdapat peningkatan berat badan yang signifikan
pada setiap harinya kecuali pada hari ke-4.
Peningkatan berat badan bayi yang tidak signifikan ini dapat dipengaruhi
oleh fisiologis organ pencernaan bayi prematur yang belum berkembang
dengan sempurna. Bayi prematur mempunyai tonus otot yang lebih kecil
pada area spinkter esofagus bawahnya; kapasitas lambung yang kecil;
kemampuan menghisap dan menelan telah ada sebelum bayi lahir, namun
kemampuan koordinasi belum sempurna; bayi yang sangat prematur
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
118
menghabiskan 70% atau lebih waktunya untuk tidur aktif (Johnston,
Flood & Spinks, 2003; Wilson & Hockenberry, 2007).
Hasil penelitian tiap kelompok intervensi dan kontrol tersebut kemudian
dianalisis lebih lanjut menggunakan pooled t-test untuk melihat adanya
perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan berat badan bayi prematur
yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada
setiap harinya kecuali pada hari ke-3 (antara hari kedua hingga hari ketiga
terapi) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p=0,666; α=0,05).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh
standley (1998) pada 40 bayi prematur di level III Newborn Intermediate
Care Unit. Bayi prematur dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok
intervensi sebanyak 20 bayi dan 20 bayi pada kelompok kontrol dengan
pair matching berdasarkan jenis kelamin, berat badan, usia gestasi dan
komplikasi prematur. Terapi musik diberikan selama 10-30 menit dalam 2
kali seminggu. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
berat badan harian pada bayi prematur baik pada laki-laki maupun pada
bayi perempuan.
Hasil penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh caine (1991) pada 52 bayi prematur dan
BBLR di neonatal intensive care unit (NICU). Bayi tersebut dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen terdiri dari 11 bayi laki-laki dan 15 bayi
perempuan yang menerima stimulasi musik. Stimulasi musik diberikan
selama 60 menit dengan menggunakan tape recorder. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada rata-rata
penambahan berat badan setelah kehilangan berat badan antara kelompok
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
119
intervensi dan kelompok kontrol (p<0,01), perbedaan yang signifikan
rata-rata konsumsi formula dan pemasukan kalori antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol (p<0,05), terdapat perbedaan yang
signifikan pada rata-rata penambahan berat badan harian antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi (p<0,01).
Penelitian lain yang berbentuk meta-analisis dilakukan oleh Standley
(2002) yang mengkaji sepuluh penelitian tentang musik. Sepuluh
penelitian tersebut terdiri dari enam yang menggunakan tape recorded
dengan speaker, tiga menggunakan musik rekaman dengan earphones dan
satu studi yang menggunakan penyanyi langsung. Hasil penelitian ini
merekomendasikan bahwa musik yang diberikan pada volume 55-80 dB
akan meningkatkan berat badan, saturasi oksigen, heart rate, respiratory
rate, feeding rate, status tingkah laku, non-nutritive sucking, dan lama
hari rawat.
Scanlon dan Sanders (2007) dan Sherwood (2004) mengemukakan bahwa
Peningkatan berat badan dapat terjadi melalui mekanisme keseimbangan
energi yang positif. Keseimbangan energi yang positif terjadi akibat
jumlah energi dari pemasukan makanan lebih besar dibandingkan dengan
jumlah pemakaian energi yang berasal dari kerja eksternal dan fungsi
internal. Ekstra energi ini akan disimpan dan tidak digunakan oleh tubuh
sehingga akan tersimpan dalam jaringan adiposa dan pada akhirnya akan
meningkatkan energi.
Mekanisme kehilangan energi pada bayi prematur dijelaskan oleh Wilson
dan Hockenberry (2007) yang mengemukakan bahwa Bayi yang sangat
prematur menghabiskan 70% atau lebih waktunya untuk tidur aktif. Tidur
aktif membutuhkan banyak pemakaian energi dibandingkan dengan tidur
yang tenang. Banyaknya pemakaian energi tersebut terjadi karena
frekuensi jantung biasanya lebih tinggi pada saat bayi berada pada periode
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
120
bangun tetapi lebih bervariasi selama bayi pada periode tidur aktif.
Tekanan darah lebih tinggi pada saat bayi pada kondisi bangun. Aliran
darah otak lebih banyak selama tidur aktif (lebih banyak pada fase tidur
tenang pada bayi cukup bulan). Frekuensi nafas lebih berfluktuasi dan
lebih tinggi pada periode tidur aktif. Oksigen arteri dan karbon dioksida
lebih rendah pada tidur aktif daripada tidur tenang atau kondisi bangun.
Hipoventilasi dan koordinasi yang rendah pada gerakan dinding dada dan
gerakan perut terjadi pada periode tidur aktif. Kondisi apneu <20 detik
lebih sering pada periode aktif daripada tidur tenang pada bayi prematur.
Holditch-Davis
(1998)
dalam
Hockenberry
&
Wilson
(2007)
mengemukakan bahwa Perkembangan kematangan untuk bayi prematur
terlihat dengan penurunan jumlah tidur aktif dengan peningkatan tidur
tenang, periode bangun dan menangis. Respon terhadap suara dan
sentuhan lebih besar selama periode tidur aktif (REM) menyebabkan
periode yang lebih panjang pada fase tidur yang mudah terganggu.
Terapi musik akan mengurangi kehilangan energi pada bayi prematur
melalui peningkatkan tidur tenang. Peningkatan tidur tenang dibuktikan
dengan penelitian Arnon et.all (2006) pada 31 bayi prematur. Penelitian
ini menggunakan live music untuk melihat status fisiologis dan tingkah
laku bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa live music memiliki
efek yang tidak signifikan pada respon fisiologis dan tingkah laku bayi
pada parameter selama 30 menit pemberian musik; setelah 30 menit
pemberian terapi musik berakhir, live music memberikan efek yang
signifikan dalam menurunkan denyut nadi dan meningkatkan nilai tingkah
laku (tidur tenang) (P value 0,001; α=0,05).
Penurunan kehilangan energi juga dibuktikan oleh penelitian Cassidy dan
Standley (1995) yang menemukan efek terapi musik terhadap respon
fisiologis bayi prematur di ruang NICU. Mereka melakukan studi pada 20
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
121
bayi prematur pada usia gestasi 24-30 minggu gestasi. Studi ini
menggunakan musik rekaman lullabies yang diberikan selama 36 menit
dalam 3 hari terapi. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musik tidak
memiliki kontraindikasi jika diberikan pada minggu pertama kehidupan
bayi; namun musik memiliki efek yang positif terhadap saturasi oksigen,
denyut nadi, jumlah pernapasan dan mengurangi insiden apnea/bradipnea
selama episode pemberian musik.
Peningkatan tidur tenang akan meningkatkan penurunan pemakaian
energi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh lubetzky
et.all (2009) pada 20 bayi prematur yang stabil. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa pemberian terapi musik akan menurunkan Resting
Energy Expenditure (REE). Penurunan REE akan meningkatkan efisiensi
dari metabolisme sehingga akan meningkatkan berat badan bayi prematur.
Proses pembentukan energi pada bayi prematur terjadi melalui
peningkatan kemampuan reseptor mulut. Hal ini didukung oleh Guyton
dan Hall (1997) mengemukakan bahwa Asupan makanan untuk
meningkatkan berat badan dipengaruhi oleh reseptor mulut. Faktor mulut
ini terdiri dari pengunyahan, saliva, penelanan, pengecapan, pengukuran
jumlah makanan yang masuk dalam mulut. Namun, Price dan Kalhan
(1993) dalam Gorrie, Mckinney dan Murrray (1998) yang mengemukakan
bahwa bayi prematur fungsi organ pencernaan masih belum berkembang
secara secara lengkap. Kemampuan menghisap dan menelan telah ada
sebelum bayi lahir, namun kemampuan koordinasinya baru terbentuk
pada 32-34 minggu usia gestasi dan sinkronisasinya secara lengkap terjadi
pada 36-37 minggu usia gestasi. Kemampuan menghisap pada bayi ini
tidak diikuti dengan kemampuan koordinasi otot menelan dan kontraksi
esophageal. Oleh karena itu pemberian nutrisi yang optimal pada bayi
prematur masih menjadi suatu permasalahan.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
122
Beberapa
penelitian
membuktikan
bahwa
terapi
musik
dapat
meningkatkan kemampuan mengisap dan menelan bayi prematur.
Penelitian yang dilakukan oleh Standley (2008) pada 12 bayi prematur
mengkaji tentang apakah musik dapat menguatkan non-nutritive sucking
(NNS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah mengisap selama
periode musik kontingen meningkat 2,43 kali dibandingkan periode
hening sehingga dapat disimpulkan bahwa musik sangat berkontribusi
secara signifikan terhadap perkembangan NNS pada bayi prematur.
Hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh Whipple (2000) yang
menggunakan 20 pasang bayi dan orang tua, yang dibagi dalam 2
kelompok yaitu kelompok kontrol 10 dan kelompok intervensi 10.
Whipple mempelajari tentang efek pelatihan musik dan stimulasi
multimodal yang diberikan pada orang tua terhadap kuantitas dan kualitas
interaksi neonatus dan ibu, penambahan berat badan dan lama perawatan
prematur dan BBLR di NICU. Hasil penelitian Whiple bertentangan
dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu tidak terdapat perbedaan
penambahan berat badan harian dan total penambahan berat badan hingga
discharge
yang
signifikan
antara
kelompok
intervensi
(Mean
harian=11,33 gram; Mean total= 1067 gram) dan kelompok kontrol
(Mean harian=3,44 gram; Mean total= 878 gram).
Hasil analisis hari ke-3 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
peningkatan berat badan antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Tidak adanya perbedaan ini terjadi karena peneliti menentukan
presisi atau perbedaan minimum antara kelompok intervensi dan kontrol
yang menyatakan bermakna adalah 7 gram, sementara perbedaan rata-rata
peningkatan berat badan antara kelompok kontrol (14 gram) dan
intervensi (18 gram) adalah sebesar 4 gram.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
123
Perbedaan hasil penelitian ini juga dapat terjadi akibat perbedaan kondisi
yang ada di tempat penelitian. Hal ini didukung oleh data gambaran
tempat penelitian yaitu tingkat kebisingan dan pencahayaan rata-rata pada
ketiga rumah sakit yang digunakan berbeda. Tingkat kebisingan ruangan
berkisar 47,5 dB hingga 89,0 dB dan tingkat kebisingan ruangan
inkubator berkisar 53,0 dB hingga 75,1 dB. Hal ini bertentangan dengan
anjuran American Pediatric Association yaitu sebaiknya ruangan NICU
memiliki kebisingan < 45 dB untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Ketiga rumah sakit memiliki tingkat pencahayaan
yang terang. Hal ini bertentangan dengan teori bahwa lingkungan yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi adalah lingkungan
yang tenang dan tidak terang.
Hasil uji statistik dengan pooled t-test pada hari ke-3 yang menunjukkan
tidak ada perbedaan peningkatan berat badan antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi. Namun, hasil uji statististik dengan menggunakan
paired t-test yaitu uji statistik pada satu sampel, pada kelompok intervensi
menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang signifikan
sebelum dan setelah diberikan terapi musik pada kelompok intervensi.
Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik tetap efektif dalam
meningkatkan berat badan bayi prematur.
Mekanisme peningkatan berat badan bayi melalui keseimbangan energi
juga didukung oleh teori keperawatan yang dikemukan oleh Levine
(1991) yang menjabarkan konservasi energi sebagai seorang individu
akan membutuhkan keseimbangan energi dan pembaharuan energi yang
konstan untuk mempertahankan aktivitas kehidupan. Konservasi energi
tergantung dari pertukaran energi bebas dengan lingkungan dalam sistem
kehidupan yang dapat secara konstan memberikan energi. Konservasi
energi
merupakan bagian integral dari
respon adaptif
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
individu.
Universitas Indonesia
124
Konservasi energi ini adalah informasi tentang aktifitas fisik seseorang,
nutrisi, pertukaran oksigen dan suhu tubuh (Tomey & Alligood, 2006).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini dan didukung oleh
penelitian sebelumnya dan teori-teori yang ada bahwa terapi musik
berperan dalam meningkatkan berat badan melalui beberapa mekanisme.
Peningkatan berat badan pada bayi prematur dapat terjadi melalui
mekanisme keseimbangan energi yang positif yaitu pemasukan energi
lebih besar daripada pengeluaran energi. Pemasukan energi yang besar
melalui pengaruh terapi musik terjadi karena terapi musik dapat
meningkatkan refleks isap bayi sehingga pemasukan kalori akan
meningkat. Pengeluaran energi yang kecil terjadi karena terapi musik
dapat meningkatkan tidur tenang bayi sehingga terjadi penurunan
pemakaian energi, terapi musik dapat menstabilkan respon fisiologis bayi
prematur sehingga akan menghemat energi bayi prematur. Berdasarkan
proses pemasukan dan pengeluaran energi tersebut maka berat badan bayi
prematur dapat meningkat akibat pengaruh terapi musik.
6.1.5
Perbedaan Peningkatan Suhu Tubuh Bayi Antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol.
Hasil analisis statistik menggunakan paired t-test menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan suhu tubuh bayi prematur yang signifikan antara
sebelum dan setelah terapi musik pada kelompok intervensi. Hasil yang
berbeda didapatkan pada kelompok kontrol. Hasil analisis statistik
menggunakan paired t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
suhu tubuh bayi prematur yang signifikan antara sebelum dan setelah
dikontrol selama 30 menit pada setiap harinya.
Hasil penelitian tiap kelompok intervensi dan kontrol tersebut kemudian
dianalisis lebih lanjut menggunakan pooled t-test untuk melihat adanya
perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
125
penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan peningkatan
suhu tubuh bayi prematur sebelum dan setelah terapi musik antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada setiap harinya.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Vogtmann (2002). Penelitian ini menggunakan musik dari Vogtmann
yaitu the breath of a new life. Musik ini ditempatkan di dalam inkubator
dengan alat stereo khusus selama 43 menit. Penelitian ini ditujukan untuk
bayi prematur yang memiliki berat badan sekitar 1000 gram dan memiliki
respirasi yang belum stabil. Hasil penelitian ini mengidentifikasi beberapa
efek positif musik yaitu meningkatkan saturasi oksigen dalam darah,
menurunkan saturasi (jumlah, kedalaman, dan durasi per menit),
menurunkan basal heart frequency per menit, meningkatkan suhu pusat
dan perifer.
Guyton dan Hall (1997) mengemukakan bahwa Mekanisme pengaturan
temperatur tubuh ditentukan oleh laju pembentukan panas dan laju
kehilangan panas. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar
dari laju kehilangan panas maka temperatur tubuh meningkat. Bila laju
pembentukan panas dalam tubuh lebih kecil dari laju kehilangan panas
maka temperatur akan menurun.
Penurunan laju kehilangan panas pada bayi prematur terjadi melalui
penurunan hormon stress dan peningkatan tidur tenang pada bayi
prematur. Hal ini dibuktikan oleh beberapa penelitian dan teori. Hal ini
didukung oleh Halim (2002) mengemukakan bahwa Musik menimbulkan
perubahan pada status gelombang otak dan hormon stress pasien.
Terdapat peningkatan frekwensi pada bagian kelompok ritme alfa dan
persamaan yang lebih besar (koheren) diantara wilayah yang berbeda
pada korteks serebral, yang paling sering terjadi pada lobus frontal.
Aktivasi lobus frontal kanan turun sehingga terjadi sekresi hormon
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
126
kortisol dan hormon stress menurun sampai keduanya berada pada
rentang normal. Chiu dan Kumar (2003) berpendapat bahwa Penurunan
stress akan menimbulkan respon relaksasi. Karakteristik respon relaksasi
yang ditimbulkan meliputi penurunan frekwensi nadi, relaksasi otot dan
tidur.
Penurunan frekwensi nadi, relaksasi otot dan tidur akibat terapi musik
dapat kita lihat dari hasil penelitian Arnon et.all (2006) pada 31 bayi
prematur. Penelitian ini menggunakan live music untuk melihat status
fisiologis dan tingkah laku bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
live music memiliki efek yang tidak signifikan pada respon fisiologis dan
tingkah laku bayi pada parameter selama 30 menit pemberian musik;
setelah 30 menit pemberian terapi musik berakhir, live music memberikan
efek yang signifikan dalam menurunkan denyut nadi dan meningkatkan
nilai tingkah laku (tidur tenang) (p=0,001; α=0,05).
Respon fisiologis bayi yang efektif dapat menurunkan proses kehilangan
panas. Terapi musik memiliki efek positif terhadap respon fisiologis bayi
juga dibuktikan melalui penelitian lain yaitu Cassidy dan Standley (1995)
dalam penelitiannya juga menemukan efek terapi musik terhadap respon
fisiologis bayi prematur di ruang NICU. Mereka melakukan studi pada 20
bayi prematur pada usia gestasi 24-30 minggu gestasi. Studi ini
menggunakan musik rekaman lullabies yang diberikan selama 36 menit
dalam 3 hari terapi. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musik tidak
memiliki kontraindikasi jika diberikan pada minggu pertama kehidupan
bayi; namun musik memiliki efek yang positif terhadap saturasi oksigen,
denyut nadi, jumlah pernapasan dan mengurangi insiden apnea/bradipnea
selama episode pemberian musik.
Brazelton dan Nugent (1995) mengemukakan bahwa bayi prematur
memiliki kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan stimulus lingkungan.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
127
Hal ini akan ditunjukkan dengan perubahan warna, peningkatan usaha
pernapasan, rendahnya kemampuan regulasi temperatur dan gangguan
fungsi viseral dan pencernaan. Bayi-bayi ini sering tidur hanya sebentar,
kesulitan adaptasi, dan mempunyai masalah dalam mempertahankan
tonus dan postur yang rileks. Berbagai tanda ketidakmampuan pengaturan
ini akan mempengaruhi kemampuan bayi untuk mempunyai energi dalam
berinteraksi dengan orang yang merawatnya dan usahanya dalam regulasi
dalam tubuhnya.
Respon relaksasi ini akan membantu regulasi suhu bayi prematur yaitu
mengurangi kehilangan panas. Hal ini sejalan dengan pendapat Blake dan
Murray (2002) dalam Merenstein dan gardner yang mengemukakan
bahwa seseorang akan kehilangan kontrol termoregulasi pada saat tidur
REM (rapid eye movement) yang biasa kita sebut sebagai tidur aktif. Bayi
prematur memakai sebagian besar waktunya untuk berada tidur aktif
sehingga berisiko untuk kehilangan panas lebih besar. Berdasarkan
penelitian Arnon et.all (2006) serta Cassidy dan Standley (1995), yang
menemukan bahwa terapi musik akan meningkatkan tidur tenang dan
mengurangi tidur aktif bayi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
terapi musik dapat mengurangi kehilangan panas yang dialami bayi
prematur.
Laju pembentukan panas bayi prematur dapat terjadi melalui mekanisme
NonShivering thermogenesis (NST). Hal ini sesuai dengan Olds, London
dan Ladewig (2000) yang
mengemukakan bahwa bayi baru lahir
memiliki mekanisme produksi panas yang unik disebut NonShivering
thermogenesis (NST). Mekanisme ini terjadi ketika reseptor kulit
menerima rangsangan dari suhu lingkungan dan kemudian direspon oleh
sistem saraf pusat, dimana akan menstimulasi sistem saraf simpatis. NST
digunakan oleh bayi untuk mengambil brown adipose tissue (BAT)
sebagai sumber panas primer pada keadaan dingin atau stress. BAT
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
128
disimpan dalam area midscapular area, sekitar leher dan aksila, juga
terdapat di bagian terdalam sekitar trakea, esophagus, aorta abdominal,
ginjal, dan glandula adrenal.
Pengaruh terapi musik pada pembentukan panas dapat terjadi melalui
mekasinisme perangsangan saraf simpatis yang akan merangsang
pembentukan panas melalui penggunaan BAT. Hal ini sesuai dengan Chiu
dan Kumar (2003) dalam Darliana (2008) yang mengemukakan bahwa
Musik dihasilkan dari stimulus yang dikirim dari saraf-saraf serabut saraf
asendens ke neuron-neuron reticular activating system (RAS). Stimulus
ini kemudian akan ditransmisikan oleh nuklei spesifik dari thalamus
melewati area korteks srebral, sistem limbik, dan korpus kolosum serta
melalui area-area sistem saraf otonom dan neuroendokrin. Sistem limbik
dibentuk oleh cincin yang dihubungkan dengan cigulate gyrus,
hippocampus, forniks, badan-badan mamilari, hipotalamus, traktus
mamilotalamik, thalamus anterior dan bulbus olfaktorius. Ketika musik
dimainkan maka semua area yang berhubungan dengan sistem limbik
akan terstimulasi sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi. Siatem
saraf otonom ini berisi saraf simpatis dan parasimpatis.
Produksi panas juga dapat terjadi melalui mekanisme peningkatan set
point di hipotalamus. Guyton dan Hall (1997) mengemukakan bahwa
peningkatan set point di hipotalamus dapat terjadi melalui mekanisme
peningkatan interleukin 1 (IL-1), peningkatan IL-1 ini akan merangsang
sisi
spesifik dari hipothalamus sehingga mengeluarkan prostaglandin
yang akan meningkatkan set point di hipotalamus meningkat. Jika set
point di hipotalamus meningkat maka terjadi peningkatan produksi panas.
Terapi musik dapat meningkatkan produksi interleukin 1 (IL-1). Hal ini
sesuai dengan penelitian bitmann, et.all (2001) yang menemukan bahwa
Musik dapat meningkatkan Dehidroepiandrosterone (DHEA) terhadap
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
129
rasio kortisol, meningkatkan aktivitas sel pembunuh alami, meningkatkan
lymphokine- mengaktivasi sel pembunuh alami tanpa gangguan pada
plasma interleukin 2 dan interferon-gamma. Glukokortikoid khususnya
kortisol merupakan steroid adrenal yang mempunyai efek anti-inflamatory
dan efek inhibitor yang kedunya berperan pada respon imun. Namun,
tidak semua efek immunologi dari tingkat fisiologis glukokortikoid
merupakan
inhibitor.
Glukokortikoid
dapat
berperan
dalam
menyeimbangkan produksi sitokine sel T dari TH1 (IL-2, IFN-γ) toward
TH2 (IL-4, IL-10).
Terapi musik dapat meningkatkan produksi interleukin 1 (IL-1) juga
didukung oleh Halim (2002) yang mengemukakan bahwa Musik terbukti
dapat meningkatkan interleukin-1 (IL-1) pada darah sehingga dapat
meningkatkan immunitas. Musik juga dapat berpengaruh pada sistem
kardiovaskular dan respirasi. Musik yang lembut dapat melambatkan
pernapasan
sehingga
terjadi
relaksasi,
kontrol
emosional
dan
metabolisme.
Mekanisme peningkatan suhu tubuh bayi dengan terapi musik juga
didukung oleh teori keperawatan yang dikemukan oleh Levine (1991)
yang menjabarkan konservasi energi sebagai seorang individu akan
membutuhkan keseimbangan energi dan pembaharuan energi yang
konstan untuk mempertahankan aktivitas kehidupan. Konservasi energi
tergantung dari pertukaran energi bebas dengan lingkungan dalam sistem
kehidupan yang dapat secara konstan memberikan energi. Konservasi
energi
merupakan bagian integral dari
respon adaptif
individu.
Konservasi energi ini adalah informasi tentang aktifitas fisik seseorang,
nutrisi, pertukaran oksigen dan suhu tubuh (Tomey & Alligood, 2006).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini dan didukung oleh
penelitian sebelumnya dan teori-teori yang ada bahwa terapi musik
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
130
berperan dalam meningkatkan suhu tubuh bayi prematur melalui
mekanisme keseimbangan antara laju pembentukan dan kehilangan panas.
Jika laju pembentukan panas lebih besar dari laju kehilangan panas maka
akan terjadi peningkatan suhu tubuh bayi prematur yang cenderung
mengalami hipotermi. Terapi musik meningkatkan laju pembentukan
panas melalui proses perangsangan saraf simpatis yang akan merangsang
metabolisme
BAT.
Selain
itu,
terapi
musik
meningkatkan
laju
pembentukan panas melalui peningkatan IL-1 yang akan meningkatkan set
point di hipotalamus. Terapi musik mengurangi laju kehilangan panas
melalui penurunan hormon stress dan meningkatkan respon relaksasi,
dimana akan meningkatkan fase tidur tenang sehingga kehilangan panas
karena fase tidur aktif akan berkurang. Maka dapat disimpulkan bahwa
terapi musik dapat meningkatkan laju pembentukan panas dan mengurangi
laju kehilangan panas sehingga akan memberikan keseimbangan
termoregulasi dan mengurangi hipotermi pada bayi prematur.
6.1.6
Perbedaan Peningkatan Suhu Tubuh Bayi Setelah Diberikan Terapi
Musik pada Kelompok Intervensi dan Bayi yang Tidak Diberikan
Terapi Musik pada Kelompok Kontrol Setelah Dikontrol oleh
Variabel
Confounding
(APGAR,
Jenis
Kelamin,
Usia,
Jenis
Makanan).
Hasil analisis ANCOVA menunjukkan bahwa menjelaskan tentang
pengaruh terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur
setelah dikontrol variabel confounding (usia, jenis kelamin, jenis
makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5) di Makassar. Berdasarkan
hasil analisis tersebut terlihat bahwa intervensi terapi musik memiliki
pengaruh terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur,
hal ini terlihat dari nilai P=0,001 yang lebih kecil dari α (0,05). Variabel
usia, jenis kelamin, jenis makanan, nilai APGAR menit 1 dan 5 tidak
memiliki pengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur, hal
ini terlihat dari nilai P yang lebih besar dari α (0,05) yaitu 0,825; 0,229;
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
131
0,777; 0,784 dan 0,491. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel usia,
jenis kelamin, jenis makanan, dan APGAR menit 1 dan 5 tidak memiliki
pengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh variabel
confounding (APGAR menit 1, APGAR menit 5, jenis Kelamin, usia,
jenis makanan). terhadap peningkatan suhu tubuh bayi. Peningkatan suhu
tubuh bayi prematur benar-benar dipengaruhi oleh terapi musik. Hal ini
sesuai dengan penelitian Vogtmann (2002) yang menggunakan musik dari
Vogtmann yaitu the breath of a new life. Musik ini ditempatkan di dalam
inkubator dengan alat stereo khusus selama 43 menit. Penelitian ini
ditujukan untuk bayi prematur yang memiliki berat badan sekitar 1000
gram dan memiliki respirasi yang belum stabil. Hasil penelitian ini
mengidentifikasi beberapa efek positif musik yaitu meningkatkan saturasi
oksigen dalam darah, menurunkan saturasi (jumlah, kedalaman, dan
durasi per menit), menurunkan basal heart frequency per menit,
meningkatkan suhu pusat dan perifer.
6.1.7
Perbedaan Peningkatan Berat Badan Bayi Setelah Diberikan Terapi
Musik pada Kelompok Intervensi dan Bayi yang Tidak Diberikan
Terapi Musik pada Kelompok Kontrol Setelah Dikontrol oleh
Variabel
Confounding
(APGAR,
Jenis
Kelamin,
Usia,
Jenis
Makanan).
Hasil analisis ANCOVA menjelaskan tentang pengaruh terapi musik
terhadap peningkatan berat badan setelah dikontrol variabel confounding
(usia, jenis kelamin, jenis makanan, APGAR menit 1, APGAR menit 5) di
Makassar. Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa intervensi
terapi musik memiliki pengaruh terapi musik terhadap peningkatan berat
badan, hal ini terlihat dari nilai P=0,004 yang lebih kecil dari α (0,05).
Variabel usia, jenis kelamin, jenis makanan, nilai APGAR menit 5 tidak
memiliki pengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi prematur.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
132
Namun, APGAR menit pertama memiliki pengaruh terhadap peningkatan
berat badan bayi prematur. Hal ini menunjukkan bahwa selain terapi
musik, APGAR menit 1 juga memiliki pengaruh terhadap peningkatan
berat badan bayi prematur.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak adalah asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan
bernafas spontan pada saat lahir dan beberapa saat setelah lahir. Asfiksia
neonatorum diukur dengan menggunakan nilai APGAR. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian Pin, Eldrige & Galea (2008) tentang A
review of developmental outcomes of term infants with post-asphyxia
neonatal encephalopathy. Penelitian ini melihat adanya pengaruh
neonatus yang mengalami post-asfiksia encephalopathy
merupakan
penyebab dari terjadinya disabilitas pada bayi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa 47% bayi mengalami gangguan perkembangan
seperti kematian, keterlambatan kognitif dan keterlambatan sensorikmotorik.
Variabel jenis kelamin tidak memiliki pengaruh terhadap terapi musik
terhadap peningkatan berat badan bayi prematur, maka variabel jenis
kelamin
bukan
merupakan
confounding
faktor.
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa peningkatan berat badan pada bayi prematur memang
diakibatkan oleh terapi musik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Standley (1998) yang menemukan bahwa terapi musik
lebih efektif diberikan pada bayi perempuan daripada bayi laki-laki
(p<0,05; α:0,05); Namun peningkatan berat badan antara bayi perempuan
dan laki-laki tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
133
6.2 Implikasi Penelitian untuk Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam bidang keperawatan. Implikasi
keperawatan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
6.2.1
Pelayanan Keperawatan
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan khususnya berat badan
dan suhu tubuh merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi
prematur. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang kurang optimal dan
ketidakstabilan suhu merupakan masalah yang paling sering terjadi pada
bayi prematur akibat ketidakmatangan organ-organnya. Ketidakmatangan
organ ini juga menimbulkan masalah-masalah kesehatan yang lain pada
bayi prematur. Oleh karena itu, bayi prematur membutuhkan terapi-terapi
khusus sehingga lebih mengefektifkan penatalaksanaan bayi prematur.
Terapi musik dapat digunakan dalam pelayanan keperawatan bayi
prematur untuk meningkatkan berat badan dan menstabilkan suhu tubuh
bayi serta banyak manfaat lainnya. Selain memberikan manfaat yang
besar, terapi musik juga mudah dilakukan dan biaya yang murah pula.
6.2.2
Pendidikan Ilmu keperawatan
Salah satu peran perawatan anak pada bayi prematur adalah memberikan
asuhan keperawatan dengan memperhatikan upaya mempertahankan dan
mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal. Hasil penelitian ini
memberikan
ide
dasar
mengenai
upaya
untuk
mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur. Hasil penelitian ini juga
dapat dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa ilmu keperawatan yang akan
memperhatikan dan menindaklanjuti keperawatan di masa yang akan
datang.
6.2.3
Penelitian Keperawatan
Peran perawat anak yang lainnya adalah sebagai peneliti. Untuk
menjalankan peran sebagai peneliti maka hasil penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai dasar penelitian keperawatan lainnya khususnya
tentang bayi prematur dan terapi musik. Sehingga pada akhirnya akan
menambah khasanah ilmu keperawatan.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
134
6.3 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat banyak hal yang belum dapat dieksplorasi oleh
peneliti. Hal-hal tersebut antara lain:
6.3.1
Lingkungan
Salah satu hal yang penting dalam merangsang pertumbuhan dan
perkembangan bayi prematur khususnya berat badan dan suhu tubuh
adalah lingkungan yang kondusif. Lingkungan yang kondusif bagi bayi
prematur adalah lingkungan yang tidak terang dan tingkat kebisingan yang
kurang dari 45 dB. Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran
kebisingan di tempat penelitian, terlihat bahwa lingkungan yang kondusif
tersebut tidak tersedia bagi bayi prematur. Peneliti sulit mengendalikan
lingkungan karena banyaknya mahasiwa praktik, tidak adanya jadwal
kunjungan bagi keluarga dan kondisi ruangan yang tanpa sekat sehingga
peneliti sulit untuk mengendalikan tingkat kebisingan saat terapi musik
diberikan.
6.3.2 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini pada walnya direncanakan diadakan di empat rumah sakit
pemerintah di kota Makassar, namun karena salah satu rumah sakit tidak
memberikan ijin penelitian maka penelitian ini diadakan di tiga rumah
sakit pemerintah di Makassar. Namun demikian, jumlah sampel minimal
yang diperlukan pada penelitian ini tetap terpenuhi, walaupun waktu
penelitian menjadi lebih panjang. Waktu penelitian pada awalnya
direncanakan 6 minggu, namun karena sampel belum mencukupi jumlah
sampel minimal maka waktu penelitian diperpanjang menjadi 8 minggu
yaitu mulai 19 April hingga 12 Juni 2010.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan
ditarik berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirancang,
kemudian didukung dengan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada BAB
V dan pembahasannya pada BAB VI. Berdasarkan hal tersebut maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan berat badan harian rata-rata kelompok intervensi adalah lebih
besar dari 20 gram; sedangkan peningkatan berat badan harian rata-rata
kelompok kontrol adalah lebih kecil dari 20 gram.
2. Peningkatan suhu tubuh harian rata-rata kelompok intervensi adalah lebih
besar dari 0,1°C; sedangkan peningkatan suhu tubuh harian rata-rata
kelompok kontrol adalaha lebih kecil dari 0,1°C.
3. Gambaran variabel confounding adalah rata-rata usia bayi yang terlibat
dalam penelitian adalah 5,87 hari (rentang 3 – 28 hari); jenis kelamin bayi
yang terlibat dalam penelitian lebih banyak perempuan dibandingkan lakilaki; jenis makanan yang paling banyak diberikan pada bayi permatur
adalah gabungan antara ASI dan susu formula; dan sebagian besar
APGAR menit 1 dan 5 bayi yang terlibat dalam penelitian tergolong
asfiksia ringan.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan berat badan harian
dan total sebelum dan setelah diberikan terapi musik selama 3 hari pada
kelompok intervensi.
135
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
136
5. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan berat badan
harian dan total sebelum dan setelah dilakukan observasi selama 3 hari
pada kelompok kontrol.
6. Terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan suhu tubuh harian
dan total sebelum dan setelah diberikan terapi musik selama 3 hari pada
kelompok intervensi.
7. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan suhu tubuh
harian dan total sebelum dan setelah dilakukan observasi selama 3 hari
pada kelompok kontrol.
8. Terdapat perbedaan peningkatan berat badan pada hari ke-2, ke-4 dan total
yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Namun
tidak terdapat peningkatan berat badan yang signifikan pada hari ke-3
antara kelompok intervensi dan kelopok kontrol.
9. Terdapat perbedaan peningkatan suhu tubuh pada hari I, II dan III yang
signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
10. Terdapat pengaruh terapi musik terhadap peningkatan berat badan setelah
dikontrol variabel confounding (APGAR menit 1, APGAR menit 5, Jenis
Kelamin, Usia kronologis, Jenis makanan).
11. Terdapat pengaruh variabel confounding(APGAR menit 1) pada efektifitas
terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu tubuh bayi
prematur.
12. Terdapat pengaruh terapi musik terhadap peningkatan suhu tubuh setelah
dikontrol variabel confounding (APGAR menit 1, APGAR menit 5, Jenis
Kelamin, Usia kronologis, Jenis makanan).
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
137
7.2 Saran
7.2.1
Pelayanan Keperawatan
1. Terapi musik terbukti efektif dalam meningkatkan berat badan dan
suhu tubuh bayi prematur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi pertimbangan bagi manajer pelayanan keperawatan untuk
menjadikan terapi musik sebagai salah satu intervensi keperawatan dan
standar operasional prosedur dalam penatalaksanaan bayi prematur.
2. Manajer keperawatan juga diharapkan untuk membekali staff perawat
perinatologi dengan seminar tentang terapi musik pada bayi prematur
agar semua perawat mampu memahami dan mengimplementasikan
terapi musik dalam penatalaksanaan bayi prematur.
7.2.2
Pendidikan keperawatan
1. Mahasiswa keperawatan hendaknya melakukan kajian lebih lanjut
tentang manfaat lain terapi musik jika diberikan kepada bayi prematur.
Manfaat yang telah ditemukan adalah peningkatan berat badan,
peningkatan respon fisiologis, peningkatan tidur tenang, dan lain-lain.
Oleh karena itu, mahasiswa perlu mengeksplorasi lebih lanjut tentang
manfaat terapi musik.
2. Mahasiswa keperawatan hendaknya mengkaji lebih lanjut tentang
optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur sehingga
angka kematian dan kecacatan berkurang.
7.2.3
Penelitian Selanjutnya
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengontrol variabel APGAR menit
pertama untuk mendapatkan hasil yang akurat. Hal ini atas
pertimbangan bahwa pada hasil penelitian ini menemukan bahwa
APGAR menit pertama mempengaruhi peningkatan berat badan.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan mengidentifikasi kepuasan orang tua
terhadap pemberian terapi musik kepada bayinya.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
138
3. Penelitian selanjutnya diharapkan memperhatikan faktor lingkungan
sekitar
bayi
atau
mengontrol
lingkungan.
Pertimbangan
ini
berdasarkan hasil penelitian bahwa lingkungan yang digunakan masih
tergolong bising. Pengontrolan lingkungan akan memberikan hasil
yang akurat. Pengontrolan lingkungan dapat dilakukan melalui seleksi
pemilihan tempat penelitian yaitu mengukur tingkat kebisingan
lingkungan yang digunakan dibawah 45 dB.
4. Penelitian
selanjutnya
sebaiknya
mempertimbangkan
variabel
confounding yang lainnya misalnya jumlah asupan makanan bayi dan
pengaturan inkubator.
5. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah hari terapi musik
untuk melihat efek yang lebih lanjut dan melihat sampai hari berapa
peningkatan berat badan menjadi konstan pada setiap harinya.
6. Peningkatan berat badan melalui terapi musik terjadi melalui efek yang
tidak langsung atau diperantarai oleh variabel lain. Oleh karena itu,
penelitian selanjutnya hendaknya menguji secara statistik efek tidak
langsung peningkatan berat badan melalui terapi musik. Uji statistik
yang dapat digunakan adalah analisis jalur (path analysis)
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Abromeit, D.E. (2006). The newborn individualized developmental care and
assessment program (NIDCAP) as model for clinical music therapy
interventions with premature infants. Diperoleh 7 Februari 2010 dari
http://www.chinamusictherapy.org/html/data/en/a23.html.
Ariawan, I. (1998). Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Depok:
Jurusan Biostatistik Dan Kependudukan FKM-UI.
Arnon, S., Shapsa, A., Forman, L., Regev, R., Bauer, S., Litmanovizt, I., &
Doflin, T. (2006). Live music is beneficial to preterm infants in the
neonatal intensive care unit environment. Birth, 33 (2). 131-136.
Diperoleh
7
Februari
2010
dari
http://www.ahealingharp.com/documents/NeonatalStudy.pdf
Behrman, R.E., & Butler, A.S. (2007). Preterm birth: Causes, consequences, and
prevention. Washington, D.C: The National Academies Press.
Behrman, R.E. & Vaughan, V.C. (2000). Nelson: Ilmu kesehatan anak. Jakarta:
Penerbit EGC
Berk, A.E. (2001). Child development. (4th Ed). America: Allyn and Bacon.
Bitmann, B.B., Berk, L.E., Felten, D.L., Westengard, J., Simonton, O.C.,
Pappars, J.,& Ninehouser, M. (2001). Composite effect of group
drumming music therapy on modulation of neuroendocrine-immune
parameters in normal subjects. Alternative Therapies, 7 (1). Diperoleh 8
Maret
2010
dari
www.mindbody.org/Bittman%20Immune%20System%20Study.pdf.
Bobak, I.M., Lowdermik, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Keperawatan maternitas.
(Edisi 4). Jakarta: Penerbit EGC
Bowden, V.R., Dickey, S.B., & Greenberg, C.S. (1998). Children & their family:
The continuum of care. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Brazelton T.B. & Nugent J.K. (1995), Neonatal Behavior Assessment Scale.
(3rd Ed). London : The lavenham Press Ltd, Mac Keith Press
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Caine, J. (1990). The effects of music on the selected stress behaviors, weight,
caloric and formula intake, and length of hospital stay of premature and
low birth weight neonates in a newborn intensive care unit. Diperoleh 4
Februari 2010 dari
http://www.esnips.com/doc/9178bb84-2e91-4e5aa7d0-cf8522bb8f48/effect-of-music.
Cevasco, A.M. (2008). The effects of mothers' singing on full-term and preterm
infants and maternal emotional responses. J Music Therapy, 45(3). 273306.
Diperoleh
1
Maret
2010
dari
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18959452.
Cevasco, A.M., & Grant, R.E. (2005). Effects of the pacifier activated lullaby on
weight gain of premature infants. J Music Therapy, 42 (2). 123-139.
Diperoleh 16 Maret 2010 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15913390
Cooke, R.W.I., & Hughes, L.F. (2003). Growth impairment in the very preterm
and cognitive and motor performance at 7 years. Arch Dis Child, 88.
482-487.
26
Diperoleh
Januari
2010
dari
http://adc.bmj.com/content/88/6/482.abstract
Dahlan, M.P. (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian: Bidang
kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Darliana, D. (2008). Pengaruh terapi musik terhadap respon stress psikopatologis
pada pasien yang menjalani coronary angiography di pusat pelayanan
jantung rumah sakit ciptomangunkusumo Jakarta. Depok: Tesis FIK-UI.
Davis Marie. (1999). The premature infant. Diperoleh 7 Februari dari
http://www.lactationconsultant.info/preterm.htmly
Delaune, S.C., & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of nursing: Standards &
practice. (2nd Ed). Australia: Delmar Thomson Learning.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Profil kesehatan Indonesia
2007.
Diperoleh
1
Februari
2010
dari
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20In
donesia.pdf.
Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. (2009). Profil kesehatan Sulawesi Selatan
2008.
Diperoleh
1
Februari
2010
dari
http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/profil/profil%20kesehatan%20sulsel%202008
%20(narasi).pdf
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Estrella, E. (2010). The element of music. Diperoleh 16 Maret 2010 dari
http://musiced.about.com/od/beginnerstheory/a/musicelements.htm
Gomella,T.L., Cuningham, M.D., Eyal, F.G., & Zenk, K.E. (1999). Neonatology
management procedures: On call problem, desease, and drugs. (4th Ed).
London: Appleton & Lange.
Golonka, D. (2009). Premature infant. Diperoleh 1 Februari 2010 dari
http://health.yahoo.com/children-baby/premature-infant/healthwise-tn5684.html.
Gorrie, T.M., McKinney, E.S., & Murray, S.S. (2005). Foundation of maternalnewborn nursing. (2nd Ed). Philadelphia: W.B. Saunders Company.
George, J. B. (1995). Nursing Theories. The Base for Professional Nursing
Practice. (4th Ed). Connecticut : Appleton & Lange.
Halim S. (2002). Music as complementary therapy in medical treatment.
Med J Indones, 11(4). 250-257.
Hockenberry,M.J. (2003). Wong’s nursing care of infants and children. St.Louis:
Mosby , Inc.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007). Nursing care of infant & children.
(7th Ed). Missouri: Mosby Inc.
Johnston, P., Flood, K., & Spinks, K. (2003). The newborn child. (9th Ed).
Edinburg: Churchill Livingstone.
Kusharissupeni. (1996). Peran berat lahir dan masa gestasi terhadap
pertumbuhan linear bayi di Kecamatan Sliyeg dan Gabus Wetan
Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Disertasi. Depok: FKM UI (tidak
dipublikasikan).
Lang S. (2003). Breastfeeding special care babies. (2nd Ed). London:
Bailliere Tindall.
Lobiondo-Wood, G., & Haber, J. (2006). Nursing research: Methods and critical
appraisalfor evidence – based practice. St.Louis: Mosby Elsevier.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Lubetzky, R., Mimouni, F.B., Ashbel, G., Dollberg, S., Reifen, R., &
Mandel, D. (2009). Effect of music by Mozart on energy expenditure in
growing preterm infants . Journal of American Academy of Pediatric,
125.
e24-e28.
Diperoleh
23
Februari
2010
dari
http://pediatrics.aappublications.org/cgi/reprint/125/1/e24?maxtoshow=&h
its=10&RESULTFORMAT=&fulltext=music+%2B+energy&searchid=1
&FIRSTINDEX=0&sortspec=relevance&resourcetype=HWCIT
Markum, A.H., Ismael, S., Alatas, H., Akib, A., Firmansyah, A., &
Sastroasmoro, S. (1996). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Mawarni, A. (2008). Pengendalian variabel penggangu/ confounding dengan
analisis
kovarians.
Diperoleh
16
Maret
dari
http://eprints.undip.ac.id/762/1/ANALISIS_COVARIANS.pdf.
Merenstein, G.B., & Gardner, S.L. (2002). Handbook of: Neonatal Intensive
Care. (5th Ed). St.Louis: Mosby Co.
Mitchell, D., & Logan, J. (2006). Basic element of music. Diperoleh 16 Maret
2010
dari
www.
cartage.org.lb/en/themes/Arts/music/elements/elemofmusic/main.htm.
Mucci, K., & Mucci, R. (2002). The healing sound of music: Manfaat musik untuk
kesembuhan kesehatan dan kebahagiaan anda. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Muennich, M. (2009). Premature babies: How they develop. Diperoleh 13 Januari
2010 dari http://www.thinkbaby.co.uk/labour-and-birth/premature-babieshow-they-develop/1368.html
Olds, S.B., London,M.L., & Ladewig, P.A.W. (2000). Maternal newborn nursing:
A family and community based approach. (6th Ed). New Jersey: Prentice
Hall Health.
Payne, V.G., & Isaacs, L.D. (1999). Human motor development: Lifespan
approach. California: Mayfield Publishing Company.
Pillitteri, A. (2003). Maternal & child health nursing: Care of the childbearing &
childrearing family. (4th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Pin, T.W., Eldridge, B., & Galea, M.P. (2008). A review of developmental
outcomes of term infants with post-asphyxia neonatal encephalopathy.
European Journal of Pediatric Neurology, 13(3). 224-234. Diperoleh 15
Maret 2010 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18585940
Plains, W. (2009). Global death toll: One million premature babies every year.
Diperoleh 6 Maret 2010 dari
http://www.marchofdimes.com/aboutus/49267_61471.asp
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2006). Essential of nursing research: Methods,
appraisal, and utilization. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P.A., & Perri, A.G. (2005). Fundamental nursing. Philadelpia:
W.B.Saunders
Rusmil, K. (2008). Pertumbuhan dan perkembangan anak. Diperoleh 03 Februari
2010
dari
http://setengahbaya.info/PERTUMBUHAN-DANPERKEMBANGAN-ANAK.html
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
(Edisi 3). Jakarta: Penerbit Sagung Seto.
Snyder, M., & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in
nursing. (4th Ed). New York: Springer Publishing company.
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit EGC.
Sabri, L., & Hastono, S.P. (2006). Statistik kesehatan. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Schanler, R.J. (2010). Nutritional composition of human milk and preterm
formula for the premature infant. Diperoleh 20 Juni 2010 dari
http://www.uptodate.com/patients/content/topic.do?topicKey=~.uDDle1g
mt1jtR
Sherwood, L. (2004). Human physiology: From cells to system. (5th Ed).
Australia: Thomson Learning Inc.
Stables, D., & Novak, B. (1999). Physiology in childbearing: With anatomy and
related biosciences. London: Bailliere Tindall.
Standley, J.M. (2002). A meta-analysis of beneficial music therapy for
premature infants. Journal of Pediatric Nursing, 17. 107-113. Diperoleh
1
Februari
2010
dari
http://web.mac.com/nordoff_robbins/NRZENTRUM/Newborns.html
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Standley, J.M. (2000). The effect of contingent music to increase non-nutritive
sucking of premature infants. Journal of Pediatric Nursing, 26(5). 493495.
Diperoleh
1
Februari
2010
dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12026338.
Standley, J.M. (1998). The effect of music and multimodal stimulation on
responses of premature infants in neonatal intensive care. Pediatric
Nursing,
24 (6). 532-538. Diperoleh 1 Februari 2010 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10085995
Stouffer, J.W., Shirk, B.J., & Pollomano, R.C. (2007). Practices guidelines for
music interventions with hospitalized pediatric patients. Journal of
Pediatric Nursing, 22 (6). 448 – 456.
Target MDGs Indonesia. (2008). The effort to achieve the MDGs to Indonesia.
Diperoleh 26 November 2009 dari http://www.targetmdgs.org.
Tender baby Care. (2007). Growth and development premature babies. Diperoleh
20 Januari 2010 dari. http://www.tenderbabycare.com/prematurebabies/preemie-development.html.
Tim Redaksi WAO. (2008). Bayi dan musik. Diperoleh 8 Maret 2010 dari
http://www.bogorsda.org/bogor-seventh-day-adventist/bayi-dan-musik.pdf
Tim www.asianbrain.com. (2008). Pertumbuhan berat badan bayi ideal.
Diperoleh 12 Maret 2010 dari http://www.anneahira.com/perawatanbayi/berat-badan-bayi.htm.
Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006). Nursing theorists and their
work. (4th Ed). St.Louis : Mosby-Year book Inc.
Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006). Nursing theory: Utilization &
application. (3rd Ed). St.Louis: Mosby Co.
Trachtenberg, D.E., & Golemon,T.B. (1998). Care of the premature infant: Part I.
monitoring growth and development. Diperoleh 26 November 2009 dari
http://www.aafp.org/afp/980501ap/trachten.html.
Trinity School Nottingham. (2007). Element of music. Diperoleh 16 Maret 2010
dari http://www.trinity.nottingham.sch.uk/music/year7/elements.htm
Vogtmann, C. (2002). The breath of a new life: Music therapy for premature
infants.
Diperoleh
20
Februari
2010
dari
www.fruehchenmusik.de/starter.php?id=ergebnisse&s=en.
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Whiple, J. (2008). The effect of music-reinforced nonnutritive sucking on state of
preterm, low birthweight infants experiencing heelstick. Diperoleh 26
November 2009 dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18959451.
White-Traut, R.C., Nelson, M.N., Silvestri, J.M., Cunningham, N., & Patel, M.
(1997). Responses of preterm infants to unimodal and multimodal sensory
intervention. Diperoleh 20 Juni 2010 dari
http://findarticles.com/p/articles/mi_m0FSZ/is_n2_v23/ai_n18607371/pg_
3/
Wilkinson, J.M. (2000). Prentice hall nursing diagnosis handbook with NIC
intervention and NOC outcomes. New Jersey: Prentice Hall.
Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., &
Schwartz, P. (2009). Buku ajar: Keperawatan pediatrik. (Edisi 6). Jakarta:
EGC.
Zeitlin, J., Ancel, P.Y., Larroque, B., & Kaminski, M. (2003). Fetal sex and
indicated very preterm birth: results of the EPIPAGE study. Diperoleh 20
Juni 2010 dari http://www.ajog.org/article/S0002-9378(03)019604/abstract
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Lampiran 1
LEMBAR OBSERVASI
A. Data Demografi
Kode Responden
:
Nama Bayi
:
Tgl Lahir
:
Jenis Kelamin
: L/P
Nama Ibu
:
Umur Ibu
:
Tahun
Alamat Orang Tua
:
B. Riwayat Kelahiran
Berat badan lahir
:
Gram
Panjang badan lahir
:
Cm
APGAR menit ke-1/ke-5
:
Usia gestasi (Ballard)
:
Riwayat terapi
- Obat
:
- Oksigen
:
C. Riwayat kesehatan sekarang
Berat badan saat ini :
Gram
Panjang badan saat ini:
Cm
Suhu Tubuh
:
°C
Frekwensi nadi
:
x/menit
Pernapasan
:
x/menit
D. Lembar Pengukuran
Hari Tgl & Jam Terapi Musik
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Suhu Tubuh
Berat Badan
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Keterangan
Universitas Indonesia
Lampiran 2
FORMULIR INFORMASI PENELITIAN KELOMPOK INTERVENSI
Nama Peneliti : Suni Hariati
Alamat
: Jl.Prof.Dr.Ir.Sutami No.01 RT.03/RW.01 Kel.Bira
Kec.Tamalanrea Makassar
Pekerjaan
: Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia Kekhususan Keperawatan Anak
No. Hp
: 081387192990
Ibu yang terhormat, dengan ini diberitahukan bahwa peneliti bermaksud
melaksanakan penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Peningkatan Berat Badan Dan Suhu Tubuh Bayi Prematur Di Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik bayi prematur dan
melihat pengaruh musik terhadap peningkatan berat badan bayi prematur.
Peneliti menawarkan partisipasi ibu untuk mengizinkan bayi ibu untuk menjadi
responden dan mengikuti penelitian. Ibu akan diwawancarai tentang identitas dan
riwayat kehamilan, kemudian bayi akan diberikan terapi musik 30 menit/hari
selama 3 hari.
Penelitian tidak berbahaya maupun berisiko bagi keselamatan ibu dan bayi. Data
diri responden yang diperoleh pada penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan
setelah penelitian selesai maka data akan disimpan dalam waktu 5 tahun kemudian
akan dimusnahkan. Partisipasi responden dalam penelitian ini tidak dipaksakan
dan apabila ibu tidak memberikan ijin kepada bayi untuk dijadikan responden,
akan diperkenankan mengundurkan diri dari responden tanpa konsekuensi apapun.
Demikian informasi ini, apabila ada yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung
kepada peneliti, atas partisipasi yang diberikan disampaikan terima kasih
Makassar April – Mei 2010
Peneliti
Suni Hariati
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Lampiran 3
FORMULIR INFORMASI PENELITIAN KELOMPOK KONTROL
Nama Peneliti : Suni Hariati
Alamat
: Jl.Prof.Dr.Ir.Sutami No.01 RT.03/RW.01 Kel.Bira
Kec.Tamalanrea Makassar
Pekerjaan
: Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia Kekhususan Keperawatan Anak
No. Hp
: 081387192990
Ibu yang terhormat, dengan ini diberitahukan bahwa peneliti bermaksud
melaksanakan penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Peningkatan Berat Badan Dan Suhu Tubuh Bayi Prematur Di Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik bayi prematur dan
melihat pengaruh musik terhadap peningkatan berat badan bayi prematur.
Peneliti menawarkan partisipasi ibu untuk mengizinkan bayi ibu untuk menjadi
responden dan mengikuti penelitian. Ibu akan diwawancarai tentang identitas dan
riwayat kehamilan, kemudian bayi akan ditimbang berat badan dan suhu tubuh
setiap hari selama 3 hari. Setelah penelitian selesai bayi akan diberikan terapi
musik.
Penelitian tidak berbahaya maupun berisiko bagi keselamatan ibu dan bayi. Data
diri responden yang diperoleh pada penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan
setelah penelitian selesai maka data akan disimpan dalam waktu 5 tahun kemudian
akan dimusnahkan. Partisipasi responden dalam penelitian ini tidak dipaksakan
dan apabila ibu tidak memberikan ijin kepada bayi untuk dijadikan responden,
akan diperkenankan mengundurkan diri dari responden tanpa konsekuensi apapun.
Demikian informasi ini, apabila ada yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung
kepada peneliti, atas partisipasi yang diberikan disampaikan terima kasih
Makassar April – Mei 2010
Peneliti
Suni Hariati
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Lampiran 4
SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: ….......................
Nama bayi
: ….......................
Umur
: …....................... Tahun
Alamat
: ….......................
Menyatakan bahwa
1. telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian Pengaruh Terapi Musik
Terhadap Peningkatan Berat Badan Dan Suhu Tubuh Bayi Prematur Di
Makassar.
2. telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan menerima penjelasan dari
peneliti.
3. memahami prosedur penelitian, tujuan, manfaat, dan dampak buruk yang
kemungkinan terjadi akibat penelitian.
Dengan pertimbangan di atas, dengan ini saya menyatakan tanpa paksaan dari
pihak manapun, bahwa saya bersedia/ tidak bersedia berpartisipasi untuk
mengizinkan bayi kami sebagai responden dalam penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan seperlunya.
Makassar………….2010
Saksi I
(…………………….)
Yang membuat pernyataan
(…………………….)
Saksi II
(…………………….)
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Lampiran 15
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Suni Hariati
Tempat, tanggal lahir : Tuban (Ja-tim), 24 September 1984
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia Kekhususan Keperawatan Anak
Alamat Rumah
: Jl. Prof. Dr. Ir. Sutami No.01 RT.03/RW.01
Kel. Bira Kec. Tamalanrea Makassar
Alamat Institusi
: Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10
Riwayat Pendidikan :
-
Mahasiswa magister kekhususan keperawatan anak
FIK UI (2008 hingga sekarang)
-
Program
Studi
Ilmu
Keperawatan
Universitas
Hasanuddin (2007)
Riwayat Pekerjaan
-
SMU Negeri 06 Makassar (2002)
-
SMP Negeri IX Makassar (1999)
-
SD Negeri Pagandongan Makassar (1996)
-
PSIK UNHAS (2007 hingga sekarang)
-
Rumah Sakit Ibnu Sina (2007 - 2008)
:
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Checklist Standar Intervensi Perawatan Bayi Prematur
Rumah Sakit
:
Tgl pengambilan :
Pengambil data
:
Isilah kolom dibawah ini sesuai hasil observasi
No Dilakukan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Intervensi Standar
Keterangan
Ruangan menerapkan Kangoroo mother
care
Pengukuran Ballard Score
Susu diberikan melalui:
1. NGT
2. Botol susu
3. Cawan atau sendok
Jumlah (ml) susu pada bayi diberikan sesuai
dengan usia dan berat badan
Susu diberikan secara teratur sesuai jadwal
Perawat ruangan memberikan terapi pijat
Pencahayaan ruangan
1. Terang
2. Remang-remang
3. Gelap
Perawat mengubah posisi bayi setiap 3 jam
Perawat memberikan pendidikan kesehatan
untuk menstimulasi bayi ketika waktu
kunjungan
Bayi diletakkan dalam inkubator
Perawat berbicara pada bayi ketika
memberikan susu ataupun mengganti popok
Penggantian diapers dilakukan setiap basah
Cawan atau botol susu yang digunakan
selalu disterikan kembali
Tingkat kebisingan
1. ≤ 45 dB
2. > 45 dB
Ket: nomor diagnosa NIC NOC yang digunakan: 00005, 00002, 00095, 00104, 00107, 00113,
00115, 00117
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Lampiran 6
Cheklist Prosedur Terapi Musik
Nama bayi
:
Rumah Sakit
:
Nama Ibu
:
Beri tanda (√) setelah melakukan prosedur pada kolom dibawah ini
No
1
2
3
4
Dilakukan
Intervensi standar
Persiapan
Keterangan
Peneliti mengukur berat badan bayi 15 menit sebelum terapi musik
dilakukan.
Peneliti memberikan terapi musik pada waktu 15 menit setelah touching
time (ganti popok, kunjungan orang tua, tindakan-tindakan yang lain
pada bayi) dan saat bayi menuju tidur kembali.
Peneliti mengendalikan lingkungan untuk mengurangi kebisingan
misalnya dengan menutup pintu dan mengurangi suara yang lain
misalnya diajak bicara, suara mesin. Peneliti akan berusaha agar pada
saat musik diputar, bayi hanya mendengar suara dari alat musik saja.
Peneliti Mengukur tingkat kebisingan ruangan dan inkubator
menggunakan audiometri (kebisingan harus diminimalkan menjadi
<
45 dB).
Intervensi
1
Peneliti memutar musik Lullabies dengan menggunakan MP4 pada
waktu touching time bayi prematur.
2
3
Peneliti mengatur volume CD menjadi 65 – 75 dB.
Peneliti meletakkan speaker ke dalam inkubator dan memberikan jarak
sekitar 30 cm dari telinga bayi atau meletakkan di bagian kaki bayi.
4
Peneliti memastikan keadaan bahwa suara yang didengar bayi hanya
berasal dari speaker musik yang diputar.
Musik diputar selama 30 menit (menggunakan alarm visual sebagai
pengingat).
Peneliti menghentikan musik setelah 30 menit.
Peneliti mengukur suhu tubuh 5 menit setelah diberikan terapi musik.
5
6
Dokumentasi
1
Semua data yang diperoleh didokumentasikan ke dalam lembar
observasi
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Lampiran 8
Tabel 5.1
Karakteristik Tempat Penelitian
Intervensi standar
Keterangan
Penerapan kangaroo mother care
Kadang-kadang (3 rumah sakit)
Susu diberikan melalui
NGT (3 RS) ; Botol susu (3 RS);
Sendok (3 RS)
Jumlah susu diberikan sesuai dengan usia dan Ya (2 RS) ; Tidak (1 RS)
berat badan bayi
Pencahayaan ruangan
Terang (3 RS); Remang-remang (0)
Gelap (0)
Perawat mengubah posisi bayi tiap 3 jam
Ya (0)
Tidak (3 RS)
Bayi diletakkan dalam inkubator
Ya (3 RS) ; Tidak (0 RS)
Penggantian Diapers dilakukan setiap
Basah atau BAB (3 RS)
Cawan atau botol susu selalu disterilkan setelah Ya (0 RS); Tidak (3 RS)
digunakan
Perawat memberikan pendidikan kesehatan Tidak (2 RS) ; Kadang-kadang (1
pada keluarga bayi
RS)
Nutrisi yang diberikan setelah bayi lahir
Susu formula (3 RS)
Susu diberikan secara teratur sesuai dengan jam Ya (1 RS) ; Tidak (2 RS)
minum bayi
Tingkat kebisingan ruangan
1. RS Labuang Baji
- Inkubator : 40 dB- 71,7 dB
- Ruangan : 50,3 dB – 84,1 dB
2. RSIA Pertiwi Makassar
- Inkubator : 65,1 dB – 52,2 dB
- Ruangan : 47,5 dB – 89,0 dB
3. RSIA Fatimah Makassar
- Inkubator : 53,0 dB – 75,1 dB
- Ruangan : 56,6 dB – 89,0 dB
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Lampiran 7
1. Premature Girls – Weight
2. Premature Boys – Weight
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
3. Premature Girls – Length
4. Premature Boys – Length
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
5. Head Circumference - Premature Infant Girls
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
6. Head Circumference - Premature Infant Boys
Sumber : http://www.kidsgrowth.com/resources/articledetail.cfm?id=304
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Lampiran 14
Efektivitas terapi musik…. Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Universitas Indonesia
Peningkatan Berat Badan dan Suhu Tubuh Bayi Prematur dengan Terapi Musik
Suni Hariati*, Yeni Rustina**, Hanny Handiyani***
Abstrak
Bayi prematur sering mengalami masalah akibat hipotermi dan berat badan rendah. Penelitian ini
bertujuan mengetahui peningkatan berat badan dan suhu tubuh melalui terapi musik. Desain penelitian
menggunakan quasi-experimental pada 30 bayi prematur stabil. Musik diputar selama 30 menit/hari
dalam 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan berat badan yang
signifikan pada hari ke-2, ke-4 dan total (P value 0,031; 0,030; dan 0,002). Terdapat perbedaan
peningkatan suhu tubuh yang signifikan pada hari I, II, dan III (P value 0,006; 0,002; dan 0,002).
Terdapat pula pengaruh APGAR menit 1
pada peningkatan berat badan. Penelitian ini
merekomendasikan penggunaan terapi musik dalam penanganan bayi prematur di ruang perinatologi.
Kata kunci: berat badan, hipotermi, Lullaby, musik, prematur, suhu
Abstract
Premature Baby often experience of low body weight and hypothermic problem. This research
purposed to know weight body and temperature by music therapy. Research Design use quasiexperimental on 30 stabilize premature babies. Music turned around during 30 minute / day in 3 day.
Result of research show there is difference of body weight increase which is significant on second,
fourth and total day (P Value 0,031; 0,030; and 0,002). There are difference of body temperature
increase which is significant on I, II, and III ( P Value 0,006; 0,002; and 0,002). There are also first
minute APGAR influence at body weight increase. This research recommend to use music therapy in
premature baby in perinatology room.
Keywords: Body weight, hypothermia, Lullaby, music, premature, temperature
PENDAHULUAN
Angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia masih tergolong tinggi.
Penyebab tingginya AKB adalah
kelahiran
prematur.
Penyebab
kematian bayi prematur sering
dihubungkan dengan masalah yang
terjadi akibat immaturitas organ.
Penyebab terbanyak kematian bayi
prematur adalah hipotermi dan berat
badan yang rendah (Pilliteri, 2003;
Riskesdas, 2007).
Peran perawatan anak pada bayi
prematur adalah memberikan asuhan
keperawatan dengan memperhatikan
upaya
mempertahankan
dan
mendukung
pertumbuhan
dan
perkembangan
normal
(Bobak,
Lowdermik
&
Jensen,
2005;
Hockenberry & Wilson, 2007; Potter
& Perry, 2005). Intervensi perawatan
standar bayi prematur yang sering
digunakan adalah menyimpan bayi ke
dalam inkubator, memberikan susu
sesuai kebutuhan bayi, memegang bayi
seminimal mungkin dan membiarkan
tumbuh kembang bayi berkembang
dengan sendirinya (Berk, 2001; Bobak,
Lowdermik
&
Jensen,
2005;
Wilkinson,2000).
Banyak studi yang menunjukkan
manfaat jangka pendek musik yaitu
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
mempercepat kenaikan berat badan,
meningkatkan
pola
tidur,
dan
kewaspadaan yang lebih besar pada
minggu-minggu setelah dilahirkan.
Namun, di Indonesia penggunaan
terapi musik untuk meningkatkan berat
badan dan suhu badan bayi belum
digunakan secara luas. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka peneliti
ingin meneliti tentang efektifitas terapi
musik terhadap peningkatan berat
badan dan suhu tubuh bayi prematur di
beberapa rumah sakit di Makassar.
Penelitian
ini
bertujuan
agar
diketahuinya efektifitas terapi musik
terhadap peningkatan berat badan dan
peningkatan suhu tubuh bayi prematur
di beberapa rumah sakit di Makassar,
Sulawesi Selatan. Secara khusus,
penelitian ini juga bertujuan agar
diketahuinya
pengaruh
variabel
perancu (APGAR menit 1, APGAR
menit 5, Jenis Kelamin, Usia, jenis
makanan). Terhadap peningkatan berat
badan dan suhu tubuh bayi prematur.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif
dengan
menggunakan
quasi-experimental design dengan prepost test control group design. Pada
penelitian ini subjek dibagi menjadi
dua kelompok yaitu kelompok
intervensi musik dan kelompok kontrol
(tanpa intervensi musik).
Teknik pengambilan sampel pada
penelitian
ini
menggunakan
probability sampling yaitu systematic
random sampling. Sampel pada
penelitian ini diambil secara selang
seling antara intervensi dan kontrol
pada setiap rumah sakit yang
digunakan.
Penelitian
dilakukan
selama 8 minggu yaitu 19 April hingga
12 Juni 2010.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh bayi prematur yang dirawat
inap di RSIA Pertiwi Makassar, RSIA
Fatimah Makassar, RS Labuang Baji
Makassar. Sampel pada penelitian ini
adalah bayi prematur stabil yang
dirawat di ketiga rumah sakit tersebut
dan memenuhi kriteria inklusi yaitu
usia gestasi mulai dari 28 minggu
hingga kurang dari 37 minggu; berat
badan lahir atau sebelum intervensi
mulai dari 1500 gram hingga 2500
gram; dan orang tua responden
memberikan persetujuan. Kriteria
eksklusi pada penelitian ini adalah
bayi mengalami komplikasi prematur
(RDS, anemia, perdarahan intrakranial,
NEC, PDA, infeksi aktif, dan apnea
prematuritas); bayi sedang menjalani
perawatan fototerapi ataupun transfusi
tukar; bayi mengalami anomali
kongenital.
Terapi musik diberikan selama 3 hari
untuk setiap bayi dalam kelompok
intervensi. Terapi musik diberikan
selama 30 menit pada setiap harinya.
Volume suara musik berkisar 65-75
dB
berdasarkan
rekomendasi
American Academy of Pediatric < 75
dB. Berat badan bayi ditimbang setiap
hari; sedangkan suhu tubuh bayi
ditimbang sebelum dan setelah terapi
musik dilakukan. Data pada penelitian
ini dikumpulkan menggunakan lembar
observasi.
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Penelitian ini dilakukan di tiga rumah
sakit yang berbeda. Oleh karena itu
perlu melihat gambaran dari ketiga
rumah sakit yang ada. Karakteristik
ketiga rumah sakit tersebut adalah:
Perawatan
perawatan
metode
kangguru
(PMK)
kadang-kadang
dilakukan di ketiga rumah sakit;
Ketiga rumah sakit yang digunakan
memiliki pencahayaan yang terang;
Perawat di ketiga rumah sakit tidak
memberikan posisi fleksi (nesting).
Tingkat kebisingan ruangan di rumah
sakit tergolong bising dengan rata-rata
kebisingan dalam inkubator 48,4-70,63
dB dan ruangan 51,5-87,4 dB.
Data pada penelitian ini dianalisis
menggunakan satu program komputer.
Data dianalisis dengan menggunakan
analisis univariat, bivariat, dan
ANCOVA.
analisis
univariat
dilakukan pada variabel karakteristik
responden (usia, jenis kelamin, jenis
makanan, APGAR menit 1 dan 5),
berat badan harian, suhu tubuh harian,
peningkatan berat badan, dan suhu
tubuh harian responden. Analisis
bivariat yang digunakan adalah
analisis paired t-test, pooled t-test, dan
Mann-Whitney test.
lebih besar bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Hal ini dapat dilihat
dari grafik 1 dan 2.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini membuktikan dan
menjawab pertanyaan penelitian yang
diajukan bahwa apakah peningkatan
berat badan dan suhu tubuh dapat
meningkat melalui terapi musik. Dari
hasil penelitian didapatkan data bahwa
terjadi peningkatan berat badan dan
suhu tubuh pada setiap harinya baik
pada kelompok kontrol maupun
kelompok
intervensi.
Namun,
peningkatan pada kelompok intervensi
Hasil analisis data menggunakan
rumus pooled t-test dan Mann-Whitney
test
menggambarkan
tentang
peningkatan
berat
badan
pada
kelompok intervensi dan kontrol.
Berdasarkan hasil analisis tersebut
maka terlihat bahwa bayi yang
mendapatkan terapi musik memiliki
peningkatan
berat
badan
yang
signifikan bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol (P value < 0,05).
Hal ini terlihat dari tabel 3.
Grafik 1
Peningkatan berat badan harian bayi prematur pada
intervensi terapi musik di Makassar 19 April – 12 Juni
2010 (N=30)
Grafik 2
Peningkatan suhu tubuh harian sebelum &
setelah terapi bayi prematur di Makassar 19
April – 12 Juni 2010 (N= 30)
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Tabel 4 menggambarkan tentang
peningkatan
suhu
tubuh
pada
kelompok intervensi dan kontrol.
Berdasarkan hasil analisis tersebut
maka terlihat bahwa bayi yang
mendapatkan terapi musik memiliki
peningkatan
suhu
tubuh
yang
signifikan bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol (P value < 0,05).
Tabel 3
Perbedaan peningkatan berat
badan di Makassar 19 April – 12
Juni 2010 (N= 30)
Variabel
Kelompok Mean
P
value
Peningkatan
Intervensi
23,75 0,031*
berat badan Kontrol
21,43
hari ke-2
Peningkatan
Intervensi
18,13 0,666
berat badan Kontrol
14,29
hari ke-3
Peningkatan
Intervensi
28,75 0,030*
berat badan Kontrol
16,43
hari ke-4
Peningkatan
Intervensi
70,63 0,002*
berat badan Kontrol
9,29
total
Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan
berat badan dan suhu tubuh setelah dikontrol
variabel confounding
Variabel
P Value BB
P Value Suhu
Intervensi
0,004
*
0,001*
Usia
0,154
0,825
Jenis Kelamin
0,630
0,229
Jenis makanan
0,771
0,777
APGAR menit 1
0,040
*
0,784
APGAR menit 5
0,440
0,491
PEMBAHASAN
Peningkatan Berat Badan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bayi yang diberikan terapi musik
selama 30 menit/hari dalam 3 hari
dengan volume 65-75 dB memiliki
peningkatan
berat
badan
yang
signifikan dibandingan bayi yang tidak
diberikan terapi musik.
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Tabel 5 menunjukkan
pengaruh APGAR menit
memiliki
pengaruh
peningkatan berat badan (P
0,05).
terdapat
pertama
terhadap
value <
Tabel 4
Perbedaan peningkatan berat badan di
Makassar 19 April – 12 Juni 2010
Variabel
Kelompok Mean
P
value
Peningkatan
Intervensi
0,181 0,006*
suhu tubuh Kontrol
-0,057
hari 1
Peningkatan
Intervensi
0,194 0,002*
suhu tubuh Kontrol
0,014
hari 2
Peningkatan
Intervensi
0,231 0,002*
suhu tubuh Kontrol
0,014
hari 3
Ket: * bermakna pada α (0,05)
Tabel 5
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang telah dilakukan oleh
standley (1998) pada 40 bayi prematur
menemukan adanya peningkatan berat
badan harian pada bayi prematur baik
pada laki-laki maupun pada bayi
perempuan. Penelitian lain yang
mendukung caine (1991) pada 52 bayi
prematur
menemukan
terdapat
perbedaan yang bermakna pada ratarata penambahan berat badan setelah
kehilangan berat badan
antara
kelompok intervensi dan kelompok
kontrol (p<0,01), perbedaan yang
signifikan rata-rata konsumsi formula
dan pemasukan kalori antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
(p<0,05), terdapat perbedaan yang
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
signifikan pada rata-rata penambahan
berat badan harian antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi
(p<0,01).
Penelitian lain yang berbentuk metaanalisis dilakukan oleh Standley
(2002) yang mengkaji sepuluh
penelitian tentang musik. Standley
merekomendasikan bahwa musik yang
diberikan pada volume 55-80 dB akan
meningkatkan berat badan, saturasi
oksigen, heart rate, respiratory rate,
feeding rate, status tingkah laku, nonnutritive sucking, dan lama hari rawat.
Scanlon dan Sanders (2007) dan
Sherwood (2004) mengemukakan
bahwa Peningkatan berat badan dapat
terjadi
melalui
mekanisme
keseimbangan energi yang positif.
Keseimbangan energi yang positif
terjadi akibat jumlah energi dari
pemasukan makanan lebih besar
dibandingkan
dengan
jumlah
pemakaian. Ekstra energi ini akan
disimpan dan tidak digunakan oleh
tubuh sehingga akan tersimpan dalam
jaringan adiposa dan meningkatkan
berat badan.
Mekanisme kehilangan energi pada
bayi prematur dijelaskan oleh Wilson
dan Hockenberry (2007)
yang
mengemukakan bahwa Bayi yang
sangat prematur menghabiskan 70%
atau lebih waktunya untuk tidur aktif.
Tidur aktif membutuhkan banyak
pemakaian
energi
dibandingkan
dengan tidur yang tenang. Banyaknya
pemakaian energi tersebut terjadi
karena frekuensi jantung, tekanan
darah, aliran darah ke otak dan
frekwensi nafas biasanya lebih tinggi
pada saat bayi berada pada periode
bangun.
Terapi musik akan mengurangi
kehilangan energi pada bayi prematur
melalui peningkatkan tidur tenang.
Peningkatan tidur tenang dibuktikan
dengan penelitian Arnon et.all (2006)
pada 31 bayi prematur. Penurunan
kehilangan energi juga dibuktikan oleh
penelitian Cassidy dan Standley (1995)
yang menemukan efek terapi musik
terhadap respon fisiologis bayi
prematur di ruang NICU. Peningkatan
tidur tenang akan meningkatkan
penurunan pemakaian energi. Hal ini
sesuai
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh lubetzky et.all (2009)
yang menemukan pemberian terapi
musik akan menurunkan Resting
Energy Expenditure (REE). Penurunan
REE akan meningkatkan efisiensi dari
metabolisme
sehingga
akan
meningkatkan berat badan bayi
prematur.
Proses pembentukan energi pada bayi
prematur terjadi melalui peningkatan
kemampuan reseptor mulut. Hal ini
didukung oleh Guyton dan Hall (1997)
mengemukakan
bahwa
Asupan
makanan untuk meningkatkan berat
badan dipengaruhi oleh reseptor mulut.
Namun, Price dan Kalhan (1993)
dalam Gorrie, Mckinney dan Murrray
(1998) yang mengemukakan bahwa
bayi prematur fungsi organ pencernaan
masih belum berkembang secara
secara
lengkap.
Kemampuan
menghisap dan menelan belum
sempurna.
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Beberapa penelitian membuktikan
bahwa
terapi
musik
dapat
meningkatkan kemampuan mengisap
dan menelan bayi prematur. Penelitian
yang dilakukan oleh Standley (2008)
pada 12 bayi prematur menemukan
jumlah mengisap selama periode
musik kontingen meningkat 2,43 kali.
Hasil
penelitian
yang
berbeda
ditemukan oleh Whipple (2000) yang
menggunakan 20 pasang bayi dan
orang tua. Hasil penelitian Whiple
bertentangan dengan hasil penelitian
yang diperoleh yaitu tidak terdapat
perbedaan penambahan berat badan
harian dan total penambahan berat
badan
hingga
discharge
yang
signifikan antara kelompok intervensi
dan kontrol.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
hasil penelitian ini dan didukung oleh
penelitian sebelumnya dan teori-teori
yang ada bahwa terapi musik berperan
dalam meningkatkan berat badan
melalui mekanisme keseimbangan
energi yang positif yaitu pemasukan
energi
lebih
besar
daripada
pengeluaran energi.
Pemasukan energi yang besar melalui
pengaruh terapi musik terjadi karena
terapi musik dapat meningkatkan
refleks isap bayi sehingga pemasukan
kalori akan meningkat. Pengeluaran
energi yang kecil terjadi karena terapi
musik dapat meningkatkan tidur
tenang bayi sehingga terjadi penurunan
pemakaian energi, terapi musik dapat
menstabilkan respon fisiologis bayi
prematur sehingga akan menghemat
energi bayi prematur. Berdasarkan
proses pemasukan dan pengeluaran
energi tersebut maka berat badan bayi
prematur dapat meningkat akibat
pengaruh terapi musik.
Peningkatan Suhu Tubuh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bayi yang diberikan terapi musik
selama 30 menit/hari dalam 3 hari
dengan volume 65-75 dB memiliki
peningkatan
suhu
tubuh
yang
signifikan dibandingan bayi yang tidak
diberikan terapi musik.
Hasil penelitian ini didukung oleh
Vogtmann (2002) yang menemukan
beberapa efek positif musik yaitu
meningkatkan saturasi oksigen dalam
darah, menurunkan saturasi (jumlah,
kedalaman, dan durasi per menit),
menurunkan basal heart frequency per
menit, meningkatkan suhu pusat dan
perifer.
Guyton
dan
Hall
(1997)
mengemukakan bahwa Mekanisme
pengaturan
temperatur
tubuh
ditentukan oleh laju pembentukan
panas dan laju kehilangan panas. Bila
laju pembentukan panas dalam tubuh
lebih besar dari laju kehilangan panas
maka temperatur tubuh meningkat.
Penurunan laju kehilangan panas pada
bayi
prematur
terjadi
melalui
penurunan
hormon
stress
dan
peningkatan tidur tenang pada bayi
prematur. Hal ini dibuktikan oleh
beberapa penelitian dan teori. Hal ini
didukung
oleh
Halim
(2002)
mengemukakan
bahwa
Musik
menimbulkan perubahan pada status
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
gelombang otak dan hormon stress
pasien. Chiu dan Kumar (2003)
berpendapat bahwa Penurunan stress
akan menimbulkan respon relaksasi.
Karakteristik respon relaksasi yang
ditimbulkan
meliputi
penurunan
frekwensi nadi, relaksasi otot dan
tidur. Penurunan frekwensi nadi,
relaksasi otot dan tidur akibat terapi
musik dapat kita lihat dari hasil
penelitian Arnon et.all (2006) pada 31
bayi prematur.
Respon fisiologis bayi yang efektif
dapat menurunkan proses kehilangan
panas. Terapi musik memiliki efek
positif terhadap respon fisiologis bayi
juga dibuktikan melalui penelitian lain
yaitu Cassidy dan Standley (1995)
dalam penelitiannya juga menemukan
efek terapi musik terhadap respon
fisiologis bayi prematur di ruang
NICU.
Respon relaksasi ini akan membantu
regulasi suhu bayi prematur yaitu
mengurangi kehilangan panas. Hal ini
sejalan dengan pendapat Blake dan
Murray (2002) dalam Merenstein dan
gardner yang mengemukakan bahwa
seseorang akan kehilangan kontrol
termoregulasi pada saat tidur REM
(rapid eye movement) yang biasa kita
sebut sebagai tidur aktif. Berdasarkan
penelitian Arnon et.all (2006) serta
Cassidy dan Standley (1995), yang
menemukan bahwa terapi musik akan
meningkatkan tidur tenang dan
mengurangi tidur aktif bayi. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa
terapi musik dapat mengurangi
kehilangan panas yang dialami bayi
prematur.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat efektifitas terapi musik
terhadap peningkatan berat badan dan
peningkatan suhu bayi prematur di
beberapa rumah sakit di Makassar,
Sulawesi Selatan.
REKOMENDASI
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi pertimbangan bagi manajer
pelayanan
keperawatan
untuk
menjadikan terapi musik sebagai salah
satu intervensi keperawatan. Penelitian
selanjutnya sebaiknya mengontrol
variabel APGAR menit pertama untuk
mendapatkan hasil yang akurat.
Keterangan
* Peneliti
** Pembimbing 1
*** Pembimbing 2
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Daftar Pustaka
Arnon, S., Shapsa, A., Forman, L.,
Regev,
R.,
Bauer,
S.,
Litmanovizt, I., & Doflin, T.
(2006).
Live
music
is
beneficial to preterm infants in
the neonatal intensive care unit
environment. Birth, 33 (2).
131-136. Diperoleh 7 februari
2010
dari
http://www.ahealingharp.com/d
ocuments/NeonatalStudy.pdf
Berk, A.E. (2001). Child development.
(4th Ed). America: Allyn and
Bacon.
Bobak, I.M., Lowdermik, D.L., &
Jensen,
M.D.
(2005).
Keperawatan
maternitas.
(Edisi 4). Jakarta: Penerbit
EGC.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
(2008).
Profil
kesehatan Indonesia 2007.
Diperoleh 1 Februari 2010 dari
http://www.depkes.go.id/downl
oads/publikasi/Profil%20Keseh
atan%20Indonesia.pdf.
Lubetzky, R., Mimouni, F.B.,
Ashbel, G., Dollberg, S.,
Reifen, R., & Mandel, D.
(2009). Effect of music by
Mozart on energy expenditure
in growing preterm infants .
Journal of American Academy
of Pediatric, 125. e24-e28.
Diperoleh 23 Februari 2010
dari www.pediatrics.org.
Merenstein, G.B., & Gardner, S.L.
(2002). Handbook of: Neonatal
Intensive Care. (5th Ed).
St.Louis: Mosby Co.
Mucci, K., & Mucci, R. (2002). The
healing sound of music:
Manfaat
musik
untuk
kesembuhan kesehatan dan
kebahagiaan anda. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Pillitteri, A. (2003). Maternal & child
health nursing: Care of the
childbearing & childrearing
family. (4th Ed). Philadelphia:
Lippincott
Williams
&
Wilkins.
Standley, J.M. (1998). The effect of
music
and
multimodal
stimulation on responses of
premature infants in neonatal
intensive
care.
Pediatric
Nursing,
24 (6). 532-538.
Diperoleh 1 Februari 2010 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
ubmed/10085995
Jumlah kata : 2535
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Efektifitas terapi..., Suni Hariati, FIK UI, 2010
Download