MODUL PERKULIAHAN DASAR-DASAR LOGIKA Modul ini berisi langkahlangkah awal untuk memahami prinsip-prinsip logis dalam bernalar. Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Tatap Muka 07 Kode MK Disusun Oleh MK42002 Ety Sujanti, M.Ikom Abstract Kompetensi Modul ini ditulis untuk membantu mahasiswa mengenal dasar dari segala ilmu dan pengetahuan yaitu logika. Diharapakan dengan adanya modul ini, mahasiswa dapat lebih mengetahui dan memahami alur berpikir dan bernalar menggunakan logika. Membangun Penalaran yang baik 3.Memahami Validitas Deduktif Pada umumnya argumen deduktif yang benar diartikan sebagai argumen yang mempunyai premis-premis yang benar. Anggapan demikian tidaklah selalu tepat, sebab banyak argumen yang premis dan konklusinya benar, namun merupakan argumen deduktif yang salah, sebaliknya ada argumen deduktif yang benar tetapi makna atau isi premis dan konklusinya salah. Sebuah deduksi yang baik tidaklah selalu merupakan deduksi yang pernyataanpernyataan pembentuknya benar. Deduksi yang valid diartikan sebagai deduksi yang baik atau tepat, tanpa memandang kebenaran atau kesalahan pernyataan-pernyataan pembentuknya. Sebuah argumen deduktif dikatakan valid, jika konklusinya merupakan akibat logis dari premis-premisnya. Perhatikan contoh berikut: 1) Semua manusia adalah mahluk hidup Ety adalah manusia Jadi, Ety adalah mahluk hidup 2) Semua bidadari adalah bangsa Yunani Ety adalah bidadari Jadi, Ety adalah bangsa Yunani Kedua argumen tersebut merupakan argument yang valid, walaupun premis-premis pada argumen 2) salah. Representasi pada contoh di atas dapat kita ganti dengan : Semua p adalah q P Jadi q Bentuk argumen pada contoh di atas merupakan serangkaian simbol yang berisi variabel pernyataan, sehingga jika pernyataan lain disubstitusikan pada variabel pernyataan tersebut, hasilnya merupakan sebuah argumen. Argumen hasil substitusi ini disebut “substitution instance” (argumen hasil) dari bentuk argumen itu. Argumen invalid (yang tidak ‘14 2 Dasar-Dasar Logiks Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id valid) mempunyai paling sedikit satu substitution instance dengan premis-premis yang benar dan sebuah konklusi yang salah. Sedangkan argumen yang valid tak mempunyai satupun substitution instance yang premis-premisnya benar tetapi konklusinya salah. Jadi untuk mengetahui argumen yang valid, kita dapat menunjukkan bahwa argumen tersebut mempunyai bentuk yang sama dengan argumen yang valid. Apakah argumen berikut valid ? Romianti ada di Bandung atau di Jakarta Romianti tidak ada di Bandung Jadi Romianti ada di Jakarta Argumen ini merupakan argumen deduktif yang valid, dengan representasi simbolnya adalah : p atau q Bukan p Jadi q Argumen di atas dapat diubah menjadi ; pq p q Cara lain untuk mengetahui validitas argumen deduktif adalah dengan cara penggunaan tabel kebenaran. Sebelum menggunakan tabel kebenaran, kita harus mencari dulu bentuk pernyataan kondisional yang berkorespondensi dengan argumen tersebut. Setiap pernyataan yang berbentuk pernyataan kondisional selalu berkorespondensi dengan sebuah argumen. Premis-premis argumen tersebut sebagai antisedennya, sedangkan konklusi argumen merupakan konsekuennya. Contoh 1 Misalkan kita mempunyai argumen berikut : p q p Argumen ini berkorespondensi dengan pernyataan kondisional (p q) p Selanjutnya kita buktikan dengan tabel kebenaran, apakah pernyataan (p q) p merupakan tautology atau bukan. Jika merupakan tautologi, berarti argumen yang kita buktikan termasuk valid. Contoh 2 Tentukan pernyataan kondisional yang berkorespondensi dengan argumen berikut ; q r ‘14 3 Dasar-Dasar Logiks Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id p q p r jawab pernyataan yang berkorespondensi dengan argumen tersebut adalah ; [(q r) (p q)] (p r) Tabel Kebenaran Untuk mengecek apakah suatu argumen merupakan kalimat yang valid, dapat dilakukan langkah – langkah sebagai berikut : 1. Tentukan hipotesa dan kesimpulan kalimat. 2. Buat tabel yang merupakan nilai kebenaran untuk semua hipotesa dan kesimpulan. 3. Carilah baris kritis, yaitu baris dimana semua hipotesa bernilai benar. 4. Dalam baris kritis tersebut, jika semua nilai bernilai benar, maka argumen itu valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan nilai kesimpulan yang salah, maka argumen itu invalid. ‘14 4 Dasar-Dasar Logiks Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4.Aturan Inferensi (Penarikan Kesimpulan) Suatu inferensi merupakan proses yang menggambarkan suatu konklusi. Menurut Schwartz (Jacob, 1997, h. 35) bahwa ada dua pola inferensi, yaitu: (1) inferensi dengan segera, dan (2) silogisme. Pola inferensi dari suatu argumen menyatakan bentuk inferensinya. Menurut (Copi, 1979, 1982, dalam Jacob, 1997, h. 36) bahwa suatu argumen dapat didefinisikan sebagai setiap kelompok proposisi atau pernyataan di mana salah satu diklaim untuk diikuti oleh pernyataan lainnya (secara positif tetapi tanpa bukti), ditetapkan dengan alasan kebenaran dari salah satu pernyataan. Sedangkan, menurut Schwartz (1994, h. 1) bahwa suatu argumen adalah setiap diskursus yang diupayakan seseorang untuk mendukung suatu klaim yang diberikan dengan alasan. Alasan yang diberikan untuk mendukung klaim disebut premis, dan klaim yang didukung disebut konklusi. Menentukan suatu pola inferensi argumen adalah penting untuk menentukan validitas dan invaliditasnya. Argumen valid adalah suatu argumen yang premisnya mengakibatkan konklusi. Sedangkan, argumen invalid adalah suatu argumen yang premisnya tidak mengakibatkan konklusi. Validitas argumen bergantung pada bentuk inferensinya, bukan bergantung pada kontennya. Bentuk-bentuk inferensi ini dapat dikemukakan dan ditelaah sebagai pola inferensi. Dengan demikian, suatu argumen yang dibangun dengan aturan inferensi dikatakan valid. Ada cara lain untuk membuktikan validitas argumen yaitu dengan menggunakan aturan-aturan inferensi (penarikan kesimpulan). Dengan aturan ini kita tidak saja menarik kesimpulan dari premis-premisnya secara langsung, tetapi juga mampu membentuk argumen-argumen yang diperoleh dari rangkaian langkah pembuktian yang relatif sederhana. Konklusi lanjutan disimpulkan. Konklusi lanjutan ini (yang terdiri dari bagian-bagian) masing-masing merupakan konklusi yang dapat ditarik lagi untuk membentuk konklusi berikutnya, dan demikian seterusnya hingga hasil akhir diperoleh. Adapun aturan-aturan yang digunakan dalam aturan penarikan kesimpulan (Rule of Inferences) adalah seperti dibawah ini. 1. Modus Ponen (MP) p ⇒q p ∴q 2. Modus Tollen (MT) p ⇒q ~q ‘14 5 Dasar-Dasar Logiks Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ∴~p 3. Simplifikasi (Simp) p ∧q ∴p 4. Konjungsi (Konj) p q ∴p ∧q 5. Hypothetical Syllogism (HS) p ⇒q q ⇒r ∴p ⇒r 6. Disjunctive Syllogism (DS) p ∨q ~p ∴q 7. Constructive Dilemma (CD) p ⇒q r ⇒s p ∨r ∴q ∨s 8. Destructive Dilemma (DD) p ⇒q r ⇒s ~q ∨~s ∴~p ∨~r 9. Addition (Add) p ∴p ∨q Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan aturan diatas. Contoh1: Buktikan bahwa argumen berikut valid.. Jika pintu kereta api ditutup, lalu lintas akan berhenti. Jika lalu lintas berhenti, akan terjadi kemacetan lalu lintas. ‘14 6 Dasar-Dasar Logiks Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pintu kereta api ditutup. Jadi, terdapat kemacetan lalu lintas. Misal: p : pintu kereta api ditutup q : lalu lintas akan berhenti r : terjadi kemacetan lalu lintas Simbol untuk argumen diatas adalah: p ⇒q q ⇒r p ∴r Proses pembuktian validitas argumen diatas adalah sebagai berikut: 1. p ⇒q Pr 2. q ⇒r Pr 3. p Pr / ∴r 4. q 1,3 MP 5. r 2,4 MP Contoh 2: Jika Ibu pergi ke pasar, maka bapak pergi ke kantor. Ibu dan kakak pergi ke pasar. Jadi, bapak pergi ke kantor. Misal: p : Ibu pergi ke pasar q : Bapak pergi ke kantor r : Kakak pergi ke pasar Simbol argumen diatas adalah sebagai berikut: p ⇒q p ∧r ∴q Proses pembuktian validitas argumen diatas adalah sebagai berikut: 1. p ⇒q Pr 2. p ∧r Pr / ∴q 3. p 2, Simp 4. q 1,3 MP ‘14 7 Dasar-Dasar Logiks Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Copi, I.M. (1978). Introduction to Logic.New York: Macmillan. 2. Djoni Dwijono dan F. Soesianto, Seri Logika Matematika: Logika Proposisional, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003). 3. Giere, R. N. (1984). Understanding Scientific Reasoning (2 nd Edition). New York: Holt, Rinehart and Winston. 4. Glass, A. L., & Holyoak, K. J, Cognition (2nd ed.). Auckland: McGraw-Hill International 5. Jacobs, H.R. (1982). Mathematics, A Human Endeavor (2nd Ed). San Fransisco: W.H. Freeman and Company. 6. Jacobus Ranjabar, Dasar-Dasar Logika, Sebuah Langkah Awal untuk Masuk ke Berbagai Disiplin Ilmu dan Pengetahuan (Bandung: Alfabeta, 2014) 7. Matlin, M. W. (1994). Cognition (3rd ed.). Fort Worth: Harcourt Brace Publishers. (1986). 8. Patrick J. Hurley, A Concise Introduction to Logic, Eleventh edition, 2012, Wadsworth, Cengage Learning 9. Surajiyo, dkk.,Dasar-Dasar Logika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006). 10. Wittgenstein, L, 1951, Tractacus Logico Philosophicus, London, Routlede & Kegan Paul Ltd. ‘14 8 Dasar-Dasar Logiks Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id