rancangan - Hukumonline.com

advertisement
www.hukumonline.com
PENJELASAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ....... TAHUN 2003
TENTANG
JAMINAN PRODUK HALAL
I.
UMUM
Sejak diundangkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, UndangUndang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan dan peraturan pelaksanaan lainnya maka jaminan produk halal
yang tadinya diatur dalam kitab fiqih saat ini telah diatur dalam hukum positif. Dengan
demikian maka tanggung jawab kehalalan produk makanan, minuman, obat, kosmetika
dan produk lainnya tidak hanya menjadi tanggung jawab individu dan tokoh agama saja
tetapi juga menjadi tanggung jawab Pemerintah.
Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah, segala permasalahan yang berkaitan dengan agama termasuk di antaranya
jaminan produk halal tidak diotonomikan tetapi diurus oleh Pemerintah Pusat dalam hal
ini Departemen Agama.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pasal 30 ayat (1) dan (2)
menggariskan bahwa setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam
wilayah Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan
label yang antara lain memuat keterangan tentang halal agar masyarakat terhindar dari
mengkonsumsi yang tidak halal.
Keterangan pada label ditulis atau dicetak dan ditampilkan secara tegas dan jelas
dengan menggunakan bahasa, angka arab, dan huruf latin atau istilah asing sepanjang
tidak ada padanannya sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 8 ayat (1)
huruf h menggariskan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau
memperdagangkan barang dan atau jasa yang tidak memenuhi ketentuan produksi
secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label. Undangundang ini menggariskan penerapan ketentuan produksi secara halal sebagaimana
kehalalan yang dinyatakan dalam label untuk menciptakan kepastian hukum dan
perlindungan kepada masyarakat dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk halal.
Lebih lanjut dalam Pasal 10 ayat 1 Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa
setiap orang yang memproduksi atau memasarkan pangan yang dikemas ke dalam
wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal
bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan halal tersebut dan wajib
mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label.
Diterbitkannya berbagai macam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
produk halal telah membuktikan kesungguhan pemerintah dalam merespon tuntutan
masyarakat tentang pentingnya jaminan produk halal bagi konsumen maupun produsen
dalam menghadapi situasi global. Itu semua dimaksudkan agar masyarakat dapat
dilindungi dari produksi dan peredaran makanan, minuman, obat, dan kosmetika yang
tidak memenuhi syarat-syarat keyakinan agama pada umumnya dan khususnya tentang
kehalalannya.
Masyarakat Islam Indonesia dalam menyikapi perkembangan teknologi pengolahan
makanan, minuman, obat, kosmetik dan produk lainnya serta mengambil pelajaran dari
kasus lemak babi, kasus mie instan, kasus susu, kasus sabun, pasta gigi, kasus
penyedap masakan yang diduga kuat mengandung unsur haram, dan kasus peredaran
daging babi yang terjadi beberapa tahun yang lalu menjadi sangat sensitif dan lebih
selektif dalam memilih produk yang halal.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Label halal sering disalahgunakan oleh pelaku usaha untuk menarik minat konsumen
dalam membeli suatu produk, walaupun produk dimaksud belum pernah diperiksa
lembaga pemeriksa halal dan belum memiliki sertifikat halal. Akibatnya konsumen
dirugikan karena barang haram diberi label halal. Akibat dari peristiwa ini masyarakat
menolak peredaran produk dimaksud dan pihak perusahaan menderita kerugian relatif
besar karena harus menarik semua produk dari peredaran, bahkan pemusnahan produk
dimaksud.
Sertifikasi dan labelisasi halal yang selama ini dilakukan baru menjangkau sebagian kecil
produk makanan, minuman, obat, kosmetika, dan produk barang gunaan halal lainnya
yang beredar di masyarakat. Hal tersebut disebabkan antara lain kurangnya informasi
dan peraturan yang tentang sistem jaminan produk halal, sertifikasi halal dan labelisasi
halal, sehingga menurunkan daya saing produk dalam negeri di pasaran domestik,
nasional maupun internasional. Pada akhirnya hal tersebut akan mengganggu
kelancaran peningkatan produksi nasional dalam meningkatkan pendapatan negara
sebagaimana yang kita rasakan saat ini.
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur sertifikasi dan labelisasi halal
sampai saat ini belum menjangkau bahan baku, bahan tambahan maupun bahan
penolong dalam bentuk "bukan kemasan" yang tidak diecerkan. Padahal bahan tersebut
perlu kepastian halal karena akan menentukan kehalalan produk makanan, minuman,
obat-obatan, kosmetik, dan produk lain yang dihasilkan. Akibat dari kondisi ini pelaku
usaha memiliki kesan bahwa untuk memperoleh sertifikat dan label halal di Indonesia
sangat sulit sehingga mereka lari ke luar negeri.
Belum memasyarakatnya labelisasi halal di dalam negeri mengakibatkan kesulitan
konsumen untuk memperoleh produk yang terjamin kehalalannya. Akibatnya produk
import makanan, minuman, obat, kosmetika dan produk halal dari luar negeri lainnya
yang berlabel halal membanjiri pasar dalam negeri dan merupakan ancaman bagi daya
saing produk dalam negeri, di pasar lokal, nasional maupun pasar bebas. Saat ini produk
halal dari negara lain telah masuk ke sebagian kawasan Indonesia Barat, Tengah dan
Timur dan apabila tidak segera diatasi akan dapat menurunkan pangsa pasar produk
dalam negeri.
Sementara itu produk Indonesia yang diekspor ke beberapa negara yang berpenduduk
mayoritas muslim tidak dapat diterima karena belum mampu berproduksi yang dapat
memenuhi jaminan produk halal sesuai dengan standard internasional dan belum
mencantumkan label halal resmi. Di sisi lain, dengan mulai diberlakukannya era
persaingan bebas seperti APTA yang pada tahun 2003 akan mulai diberlakukan dan
telah dicantumkannya "ketentuan halal" dalam CODEX yang didukung oleh WHO dan
WTO, maka negara-negara produsen telah mengubah strategi dan sistem produksinya
agar memenuhi sistem jaminan produk halal. Saat ini negara-negara produsen telah
menerapkan sistem jaminan produk halal dalam setiap produksinya.
Untuk menarik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri maka produk-produk
nasional harus mampu meningkatkan daya saingnya pada pasar dalam negeri maupun
pasar internasional. Pada tahun 2000, setiap hari negara-negara di kawasan Timur
Tengah memerlukan produk halal dari Indonesia dalam jumlah besar. Akan tetapi
Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan dimaksud karena para pelaku usaha
Indonesia belum dapat memenuhi sistem jaminan produk halal yang memenuhi standar
internasional, sehingga kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh negara lain.
Dari jutaan produsen makanan, minuman, obat, kosmetika dan produk lainnya hanya
sebagian kecil pelaku usaha yang menerapkan sistem jaminan produk halal dan
menggunakan label halal. Hal tersebut disebabkan belum siapnya pemerintah. dalam
menyediakan fasilitas yang sesuai dengan tuntutan pasar. Sebagai akibat dari kondisi
tersebut terjadi kecenderungan bagi para pelaku usaha mendirikan pabrik di luar negeri
untuk memperoleh sertifikat halal dan label halal dari pemerintah yang bersangkutan.
Walaupun untuk mendapatkan sertifikat halal dan label halal pelaku usaha harus
mengeluarkan biaya yang besar. Apabila seluruh sektor terkait telah siap dalam
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
memberikan pelayanan sertifikasi dan labelisasi halal, hal tersebut tidak perlu terjadi,
sehingga dana dimaksud dapat digunakan untuk menambah pendapatan negara bukan
pajak.
Peraturan Pemerintah ini mewajibkan agar setiap produk makanan, minuman, obat,
kosmetika dan produk lain yang digunakan oleh orang Islam diproduksi dengan
menerapkan sistem jaminan produk halal. Untuk memastikan kehalalan produk dimaksud
wajib diberi label halal setelah diperiksa oleh lembaga pemeriksa halal dan memperoleh
sertifikat halal dari MUI yang dikukuhkan oleh Menteri Agama.
Pada akhirnya, dengan diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Produk Halal
ini akan memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat bahwa
setiap produk yang berlabel halal betul-betul halal menurut syari'at Islam dan hukum
positif sehingga masyarakat tidak ragu dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan
produk halal dan merasa dilindungi oleh hukum
II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan keharaman tumbuhan atau tanaman yang mengandung bahan
beracun dan berbahaya adalah keharaman jenis tumbuhan atau tanaman yang
mengandung racun atau bahan lain yang membahayakan kehidupan manusia karena
racun tersebut tidak dapat dihilangkan. Tetapi apabila racun dan bahaya tersebut dapat
dihilangkan dari tanaman atau tumbuhan dimaksud dengan proses yang sesuai dengan
sistem jaminan produk halal dan memberikan nilai positif dalam kehidupan manusia,
maka tumbuhan atau tanaman tersebut menjadi halal.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan khamr adalah jenis etil alkohol yang dalam jumlah tertentu dapat
memabukkan. Sedangkan jenis alkohol lain yang biasanya digunakan untuk kesehatan
disebut polyhydric alkohol dan dalam jumlah banyak tidak memabukkan. Contoh gliserol,
sorbitol, manitol atau semua jenis yang mempunyai kumpulan rumus kimia -OH.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 4
MUI sebagai wadah berhimpunnya para ulama dari berbagai organisasi agama Islam seluruh
Indonesia diberi kewenangan untuk memutuskan fatwa halal bahan-bahan yang tidak
tercantum dalam peraturan ini untuk ditetapkan Menteri.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Penyembelihan dengan bantuan alat staring (mati rasa) adalah penyembelihan dengan
bantuan staring listrik yang menyebabkan hewan yang akan disembelih menjadi mati
rasa sementara, tidak mengalami stres dan darah dapat menyembur keluar dengan
tuntas sehingga mutu daging akan lebih baik dan tidak mudah membusuk. Ayam,
unggas, dan sejenisnya distaning dengan listrik berkekuatan antara 0.2 sampai 0.5
miliamper 40 voltase akan mati rasa antara 5 sampai 6 detik, kambing dan sejenisnya
distaning dengan listrik berkekuatan antara 0.5 sampai 0.9 amper 90 voltase akan mati
rasa antara 3 sampai 5 detik, sapi dan binatang ternak sejenisnya distaning dengan listrik
berkekuatan antara 2.5 sampai 4 ampher 550 voltase akan mati rasa antara 2.5 sampai 4
detik.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
a.
Untuk menjaga agar proses produksi makanan, minuman, obat, kosmetika dan
produk lainnya yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat dapat memenuhi
ketentuan sistem jaminan produk halal dan thayyib (higienis) sarana produksi halal
harus bersih dari kotoran dan najis.
b.
Cukup jelas.
c.
Cukup jelas
d.
Cukup jelas.
e.
Cukup jelas.
f.
Cukup jelas.
g.
Cukup jelas.
h.
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 7
Dokumentasi sistem jaminan produk halal sangat penting sebagai bahan kajian dalam
mengadakan penilaian dan evaluasi terhadap pelaksanaan sistem jaminan produksi halal agar
mudah dikontrol dan diperbaiki serta dilaksanakan oleh setiap personil yang terlibat dalam
proses produksi halal. Dokumen dimaksud dapat berupa buku, disket, kaset, Compact Disk
(CD), Laser Disk (LD), film atau bentuk lain yang mudah disimpan, dibaca atau dipahami dan
tidak mudah rusak.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Peralatan dan sarana yang digunakan untuk memproduksi halal tidak boleh digunakan untuk
memproduksi barang haram agar produk haram dimaksud tidak mencemari produk halal yang
dihasilkan.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Lembaga pemeriksa halal wajib menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah,
konsumen, dan MUI baik dalam hal manajemen organisasi, kinerja, dan personalia yang
mencerminkan profesionalisme dan penerapan nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlaqul
karimah dalam penampilan maupun komitmennya sebagai pelayanan terhadap masyarakat.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Lembaga pemeriksa halal wajib menetapkan aturan dan prosedur pemeriksaan ulang terhadap
pelaku usaha yang melakukan perubahan bahan baku, bahan tambahan, bahan bantu, proses
produksi, penyimpanan, pendistribusian dan penyajian yang diduga kuat dapat mempengaruhi
kehalalan produk untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan tetap terjamin
kehalalannya.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Ayat (1)
Untuk menjaga kepercayaan masyarakat konsumen maupun pelaku usaha dalam
pembinaan dan pengawasan pelaku usaha di bidang penerapan sistem jaminan produk
halal dilaksanakan oleh Menteri Agama yang secara umum bidang tugasnya memberikan
bimbingan dan pengawasan di bidang agama, termasuk di dalamnya bidang jaminan
produk halal. Untuk itu Menteri Agama menetapkan pedoman pembinaan dan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
pengawasan jaminan produk halal agar mudah dipedomani oleh jajarannya dan sektor
terkait lainnya.
Ayat (2)
Pelaksanaan pengawasan jaminan terhadap produk makanan, minuman, obat,
kosmetika dan produk halal lainnya yang berasal dari dalam negeri maupun import perlu
dilaksanakan secara lebih cermat, sistematis dan profesional. Untuk itu selain penyidik
pejabat polisi negara Republik Indonesia kepada pejabat pegawai negeri sipil tertentu
diberi wewenang khusus sebagai penyidik produksi halal.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Ditetapkan Di Jakarta
Pada Tanggal ........
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ttd.
MEGAWATI SOEKARNO PUTRI
Diundangkan Di Jakarta
Pada Tanggal .......
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
BAMBANG KESOWO
www.hukumonline.com
Download