BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1 Tabel State of the Art
No
Nama Penulis
Judul Penelitian
1
Shindy Zara Syafira.
Pengaruh Rubrik Wisata Metode penelitian:
(e-jurnal.com), Tahun dan
2012
(
Minat
Studi
Berwisata Korelasional
Korelasional
Tentang
Rubrik
Deskripsi Penelitian
Pengaruh Tujuan penelitian:
Wisata
Harian Untuk mengetahui sejauh
Analisa Terhadap Minat mana pengaruh rubrik
Berwisata
Kota Medan )
Masyarakat wisata
harian
Analisa
terhadap minat berwisata
masyarakat,
khususnya
masyarakat Kota Medan.
Hasil penelitian:
Hasil
penelitian
menjelaskan
bahwa
rubrik
harian
wisata
Analisa
mampu
mempengaruhi
minat
wisata masyarakat Kota
Medan,
dengan
penggunaan bahasa yang
menarik,
teknik
pewarnaan, serta letak
gambar
dan
tentunya
topik mengenai lokasi
wisata
menarik
yang
dianggap
untuk
dikunjungi masyarakat.
2
Raden Roro Marfia Pengaruh
Program Metode penelitian:
Adlina Susilowati.
Explore Indonesia
di Survey
Binus University.
Kompas TV Terhadap
Tahun 2013
Minat Travelling (Studi Teori:
Kasus Mahasiswa Bina Uses
Nusantara
&
Gratification
Jurusan Theory
Marketing
Communication 2014)
Tujuan penelitian:
Untuk
mengetahui
pengaruh
tayangan
“Explore
Indonesia”
terhadap
minat
mahasiswa
Bina
Nusantara
jurusan
Marketing
Communication
2014
untuk travelling.
Hasil penelitian:
Terdapat
antara
hubungan
kedua
sebesar
variabel
0,796
variabel
dimana
memiliki
hubungan
yang
kuat
karena berada diantara
0,60-0799.
Maka
sebagian besar responden
mengetahui
program
Explore
Indonesia,
sehingga
responden
dapat mengisi kuesioner
yang
diberikan
oleh
peneliti.
Berdasarkan
penelitian,
program
Explore
Indonesia
memiliki pengaruh yang
cukup
kuat
minat
terhadap
travelling
mahasiswa
Bina
Nusantara, hal tersebut
menjadikan
program
Explore Indonesia dapat
menjelaskan
variasi
variabel minat travelling
sebesar
63,4%
dan
sisanya sebesar 36,6%
merupakan faktor lain
yang tidak diikutsertakan
dalam model penelitian.
3
Choirunnisa.
Pengaruh
Binus University.
“Jalan-Jalan
Tahun 2014
Chanel
Tayangan Metode penelitian:
Men!”
di Survey
Youtube
malesbanget.com
Teori:
Terhadap
Minat Uses & Effect Theory
Masyarakat
Untuk
Berwisata
Negeri
di
Dalam Tujuan penelitian:
Untuk
mengetahui
adakah
tayangan
Men!”
pengaruh
“Jalan-Jalan
di
Chanel
Youtube
malesbanget.com
terhadap
minat
masyarakat
untuk
berwisata dalam negeri.
Hasil penelitian:
Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
hubungan antar kedua
variabel sebesar 0,740
dimana variabel memiliki
hubungan
yang
kuat
karena berada diantara
0,60-0799.
4
Yonita Prakteka Sari
Pengaruh
Terpaan Metode Penelitian:
Informasi
Melalui Kuantitatif Eksplanatif
Internet
Tentang
Pariwisata
Terhadap Teori:
Minat
Komunitas S-O-R Theory
Penggemar
Traveling
Berkunjung
ke Tujuan Penelitian:
Yogyakarta
(Studi Untuk
mengetahui
Eksplanatif Pada Website pengaruh
terpaan
www.jogjatrip.com
melalui
informasi
Dikalangan
Anggota internet
mengenai
Komunitas
Backpacker pariwisata
terhadap
Malang Raya)
minat
Komunitas
Malang
berwisata
Backpacker
Raya
ke
Yogyakarta.
Hasil Penelitian:
Tingkat
terpaan
informasi media internet
mempengaruhi
minat
tingkat
penggemar
traveling berkunjung ke
Yogyakarta,
dibuktikan
dari nilai signifikasi yang
diperoleh adalah 0,001,
dengan nilai R sebesar
0,572 dan mempunyai
pengaruh
dalam
taraf
sedang.
5
Saad
Abdullah Internet Adoption in Gulf Metode Penelitian:
Alrashid, Ph.D.
Cooperation
Council’s Kualitatif
Al Imam Mohammad Tourism Industry
Ibn
Saud
University.
Islamic
Teori:
New Media
Year 2012
Tujuan Penelitian:
Untuk
mengeksplor
bagaimana kegunaan dari
aplikasi
internet
(e-
tourism) dan dampaknya
bagi industri pariwisata
dari Dewan Kerjasama
Teluk
Hasil Penelitian:
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa etourism di GCC memiliki
efektivitas
yang
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
Eropa
dan
Amerika, namun apabila
ditinjau
integrasi
dari
adanya
berkelanjutan
melalui internet terhadap
industri pariwisata, serta
adanya
investasi
infrastruktur
terkait
pariwisata, masa depan
industri pariwisata GCC
sangat menjanjikan.
6
Dr. Dhyan Singh.
Impacts
Dept. Journalism & Television
Mass
of
Scary Metode Penelitian:
Programmes Kuantitatif
on Children Psychology,
Communication, Givt. Attitude and Behavior
Teori:
PG
Uses & Effect Theory
College
Dharamshala.
Year 2014
Tujuan Penelitian:
Untuk
mengetahui
dampak dari tayangan
seram
atau horror di
televisi
terhadap
psikologi,
sikap,
dan
tingkah laku anak-anak.
Hasil Penelitian:
Hasil
penelitian
menunjukkan
tayangan
televisi
bahwa
horror
di
mempengaruhi
psikologis,
sikap
dan
tingkah laku anank-anak
dalam jangka waktu yang
cukup lama. Dibuktikan
oleh hasil survey dimana
dari 97% anak-anak yang
menonton
tayangan
horror,
kepercayaan
mereka
terhadap
keberadaan hantu dan hal
supranatural meningkat,
65% menangis setelah
menonton
adegan
menyeramkan, 54% tidak
lupa
dengan
tokoh
menyeramkan, dan 89%
merasa takut akan gelap.
7
Desy Amelia.
Penyajian Artikel Rubrik Metode Penelitian:
Binus University.
Adventure Pada Media Kualitatif, Studi Kasus
Tahun 2015
DestinAsianIndonesia
Dalam
Meningkatkan Teori:
Minat Berwisata (Studi Uses
Kasus
&
Gratification
Komunitas Theory
Backpacker Jakarta)
Tujuan Penelitian:
Untuk
mengetahui
bagaimana
cara
penyajian
artikel
di
media
DestinAsian
Indonesia
dalam
meningkatkan
minat
berwisata
Komunitas
Backpacker Jakarta.
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1
Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner, yaitu: (Ardianto dkk, 2007:3)
“Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang. (Mass communication is messages
comunicated through a mass medium to a large number of people)”
Melalui definisi diatas, terlihat jelas bahwa komunikasi massa
merupakan komunikasi yang menggunakan media massa sebagai salurannya.
Wright mengungkapkan definisi komunikasi massa sebagai berikut :
“This new form can be distinguished from older types by the following
major characteristics: it is directed toward relatively large, heterogenous,
and anonymous audiences; messages are transmitter publicly, of ten-times to
reach most audience members simultaneously, and are transient in character;
the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization
that may involve great expense” (Ardianto dkk, 2007:4).
Dari definisi diatas, terlihat lengkap apa yang dikemukakan oleh
Wright
tentang
komunikasi
massa.
Komunikasi
massa
merupakan
komunikasi yang diarahkan kepada jumlah audience yang banyak, audience
bersifat heterogen dan anonim, pesan ditransmisikan secara terbuka, dan
seringkali dapat mencapai audience secara bersamaan, lalu bersifat sebentar,
serta komunikator lebih condong berada atau bergerak di organisasi yang
sangat kompleks, yang mungkin saja menggunakan biaya yang besar.
Setelah melihat dari beberapa definisi komunikasi massa diatas, tidak
terlihat adanya perbedaan yang jauh, pada dasarnya memiliki prinsip yang
sama. Rahmat (Ardianto dkk, 2007: 6) merangkum definisi komunikasi
massa menjadi: “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah masyarakat yang tersebar, heterogen, dan anonim
melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat
diterima secara serentak dan sesaat.
2.2.2
Karakteristik Komunikasi Massa
Setelah disebutkan definisi dari komunikasi massa menurut para ahli,
maka akan diketahuilah jenis-jenis karakteristik komunikasi massa :
1.
Komunikator terlembagakan
Hal utama dalam komunikasi massa adalah komunikator,
siapakah yang berperan dibalik semua itu, siapa yang membuat
pesan, kepada siapa pesan itu diproses sampai bisa diterima
oleh audience.
2.
Pesannya bersifat umum
Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum,
terbuka, dan tidak ditujukan kepada sekelompok orang tertentu,
sehingga setiap orang dapat mengetahui informasi yang
disampaikan.
3.
Komunikannya bersifat anonim dan heterogen
Dalam komunikasi massa, komunikan bersifat anonim karena
komunikator tidak mengetahui identitas komunikan, karena
mereka berkomunikasi melalui media massa seperti televisi
atau radio. Lalu heterogen, yang dimana komunikan terdiri dari
berbagai
lapisan
masyarakat,
lebih
spesifiknya
dapat
dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, latar
belakang pekerjaan, dan sebagainya.
4.
Media massa menimbulkan keserempakan
Salah satu kelebihan dari media massa adalah mampu
menyampaikan pesan atau informasi ke masyarakat banyak
secara langsung, dan komunikan dapat menerima pesan secara
bersamaan pula.
5.
Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan
Setiap komunikasi mempunyai isi pesan dan hubungan, isi
pesan lebih megarah kepada apa yang akan disampaikan,
sedangkan
hubungan
lebih
penyampaian pesan tersebut.
kepada
bagaimana
cara
6.
Komunikasi massa bersifat satu arah
Kelemahan yang dimiliki oleh komunikasi massa adalah
komunikasinya yang bersifat satu arah, dimana komunikator
menyampaikan pesan, komunikan bersifat menerima pesan,
namun kedua belah pihak tidak dapat melakukan komunikasi
secara langsung. Jadi, komunikan tidak memberikan feedback
kepada komunikator mengenai pesan yang disampaikan.
7.
Stimulasi alat indra
Ketika sedang berkomunikasi, kita dapat menggunakan seluruh
alat indra yang ada di tubuh kita, ekspresi muka, bahasa tubuh,
dan sebagainya. Tetapi dalam komunikasi massa, alat indra
yang dipergunakan sangatlah terbatas, tergantung pada media
apa
yang
dipergunakan.
Contohnya
televisi
hanya
menggunakan alat indra mata untuk melihat dan alat indra
telinga untuk mendengar.
8.
Umpan balik tertunda dan tidak langsung
Dalam komunikasi, umpan balik atau feedback selalu menjadi
hal yang ditunggu-tunggu oleh komunikator. Namun pada
komunikasi massa, feedback bersifat tertunda, dan juga tidak
langsung.
2.2.3
Efek Komunikasi Massa
Menurut Steven M. Chaffee dalam buku Psikologi Komunikasi
(Rakhmat, 2008: 87), efek komunikasi massa dapat dilihat dari tiga
pendekatan. Pendekatan pertama yaitu efek dari media massa yang berkaitan
dengan pesan ataupun media itu sendiri, kemudia pendekatan kedua adalah
dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada khalayak komunikasi massa
yang dapat berupa perubahan sikap, perilaku, dan perasaan atau dikenal
sebagai perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga yaitu
observasi terhadap khalayak yang dikenai efek komunikasi massa.
a.
Efek Kehadiran Media Massa
Mc Luhan mengemukakan the medium is the message, media
adalah pesan itu sendiri. Oleh sebab itu, bentuk media saja
sudah mempengaruhi khalayak. Menurut Steven M. Chaffee
dalam buku Psikologi Komunikasi (Rakhmat, 2008: 87), ada
lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik,
yaitu: efek ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan
kegiatan, efek penyaluran/menghilangkan perasaan tertentu,
dan efek pada perasaan orang terhadap media.
b.
Efek Pesan
Media massa memiliki tiga efek yang memberikan perubahan
terhadap khalayak, yaitu:
-
Efek kognitif : adalah efek yang timbul pada diri
komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya.
Melalui media massa, kita memperoleh informasi
tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah
kita kunjungi secara langsung.
-
Efek afektif : efek ini memiliki kadar lebih tinggi
dibandingkan dengan efek kognitif. Tujuan dari
komunikasi
massa
bukan
sekedar
memberitahu
khalayak tentang sesuatu, namun lebih dari itu,
khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan
iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.
Contohnya, setelah mendengar atau membaca berita,
maka muncul perasaan sebal, jengkel, marah, atau
senang
pada
diri
khalayak.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan
media massa adalah:
1.
Suasana emosional: respon kita terhadap sebuah
film, sinetron, atau novel akan dipengaruhi oleh
suasana emosional kita.
2.
Skema kognitif: skema kognitif merupakan
naskah yang ada dalam pikiran kita yang
menjelaskan tentang suatu alur peristiwa.
3.
Suasana terpaan: kita akan merasa takut ketika
menyaksikan film horror, jika kita menontonnya
sendirian di rumah tua, diiringi oleh suara hujan
dan petir.
4.
Predisposisi
individual:
karakteristik
khas
melankolis
mengacu
individu,
cenderung
orang
menanggapi
kepada
yang
tragedi
secara lebih emosional daripada orang yang
periang. Orang yang memiliki sifat sensitif akan
sulit untuk diajak bercanda. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa suatu acara yang sama,
dapat ditanggapi secara berlainan oleh orangorang yang berbeda.
5.
Faktor identifikasi: menunjukkan sejauh mana
orang merasa terlibat dengan tokoh yang
ditonjolkan dalam media massa. Melalui adanya
identifikasi, penonton, pembaca, atau pendengar
menempatkan dirinya dalam posisi tokoh, ia
dapat merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh
tersebut.
-
Efek Behavioral : efek ini merupakan akibat yang
timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam
televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi
kasar. Siaran kesejahteraan keluarga yang banyak
disiarkan dalam televisi menjadikan para ibu rumah
tangga memiliki keterampilan baru.
2.2.4
Media Massa
Media massa merupakan media yang digunakan untuk kepentingan
komunikasi massa yang pada dasarnya adalah komunikasi yang mengirim
pesan kepada masyarakat banyak secara serempak. Menurut Cangara dalam
buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Ardianto, 2006: 122) media massa
adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada
masyarakat (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis
seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.
a.
Media massa cetak
Media massa cetak pada dasarnya adalah media massa yang
dicetak di kertas, seperti majalah dan surat kabar. Surat kabar
merupakan media massa yang paling tua karena telah muncul
sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guttenberg di
Jerman.
b.
Media elektronik
Media massa elektronik pada dasarnya menggunakan teknologi
elektronik suara dan gambar visual seperti televisi dan radio.
c.
Media online
Media massa telah beranjak dari tradisional ke modern. Media
merupakan channel atau saluran informasi, dan online itu
sendiri merupakan istilah yang digunakan saat kita sedang
terhubung dengan koneksi internet. Jadi media online bisa saja
berupa TV online, radio online, situs, dan lainnya. Website
atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman-halaman
yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar
diam atau gerak, animasi, suara dan atau gabungan dari semua
itu, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk
suatu rangkaian yang saling terkait dimana masing-masing
dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink).
2.2.5
Feature
Feature merupakan cerita atau karangan khas yang berpijak pada
fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Feature bukanlah
menu utama surat kabar, tabloid, atau media massa. Menu utama surat kabar
tetap adalah berita. Dalam teori jurnalistik, dijelaskan bahwa berita disajikan
dengan menggunakan pola piramida terbalik dan mengandung rumusan
5W1H. Artinya, pesan berita disusun secara deduktif, sedangkan penulisan
feature tidak tunduk pada pola piramida terbalik dan rumusan 5W1H. Namun
demikian, setiap karya feature harus mengandung semua unsur yang terdapat
pada 5W1H. Selain itu, feature disajikan dengan gaya bahasa kreatif informal,
jadi sangat berbeda dengan berita langsung (straight news) yang disajikan
dengan gaya bahasa yang lugas dan formal.
Feature memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Ditulis dengan teknik bercerita tentang suatu situasi, peristiwa,
atau keadaan secara faktual.
b.
Berisikan tentang suatu situasi, keadaan, atau aspek kehidupan
yang sifatnya faktual, objektif, benar, dan akurat.
c.
Hasil karya liputan jurnalistik melalui proses proyeksi,
observasi, investigasi, komunikasi dan konfirmasi dengan
pihak narasumber.
d.
Bertujuan untuk memberitahu dan menyampaikan informasi
tetapi juga menghibur khalayak (informatif dan rekreatif).
e.
Rangkaian fakta atau informasi disajikan secara tidak resmi
(informal).
f.
Tidak terikat pada aktualitas, karena feature dapat dipersiapkan,
diliput, ditulis, dan disajikan kapan saja sesuai dengan
kebutuhan.
g.
Nama lengkap wartawan atau penulis biasanya dicantumkan
secara lengkap.
h.
Cerita feature dicitrakan sebagai cerminan karya kreatif
individual seorang reporter atau wartawan.
i.
Tidak mencantumkan baris tanggal (date line) pada awal intro
cerita atau paragraf pertama.
j.
Ditulis dengan teknik diluar pola piramida terbalik, sehingga
setiap bagian feature sama pentingnya satu sama lain dan tidak
dapat dipotong begitu saja.
k.
Selalu membawa pesan moral tertentu yang ingin disampaikan
kepada khalayak seperti nilai-nilai kejujuran, kesetiaan, sikap
tulus dan pamrih, pengorbanan, kegigihan suatu perjuangan,
kebersihan hati, keluhuran budi, pengabdian, dan cinta kasih.
l.
Ditulis dengan menggunakan judul yang dicetak normal tipis,
miring (italic), mengesankan informal dan feminin (soft news).
m.
Dapat ditulis dengan pola induktif, kronologis, logis, topikal,
ataupun spasial.
Jadi, berdasarkan apa yang disampaikan oleh Barus (2010: 116) dalam
bukunya yang berjudul Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, feature
memiliki karakteristik yang berbeda dengan penulisan hard news. Feature
merupakan suatu karya jurnalistik yang memiliki tujuan untuk menyampaikan
informasi, namun juga menghibur khalayak, dengan menggunakan bahasa
yang informal dan tanpa mengutamakan nilai aktualitas.
2.2.5.1 Fungsi Feature
Dalam buku Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita,
(Barus, 2010: 119), dikatakan bahwa feature memiliki fungsi yang
mencakup lima hal, yaitu:
a.
Sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian berita
langsung (straight news).
b.
Pemberi informasi tentang suatu situasi, keadaan, atau
peristiwa yang terjadi.
c.
Penghibur atau sarana rekreasi dan pengembangan
imajinasi yang menyenangkan.
d.
Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu
keadaan atau peristiwa.
e.
Sarana
ekspresi
yang
mempengaruhi khalayak.
paling
efektif
dalam
2.2.6
Feature Perjalanan
Feature perjalanan merupakan jenis feature yang mengajak pembaca
atau audience untuk mengenal lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempattempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu. Sesuai dengan namanya,
feature perjalanan merupakan kisah perjalanan wartawan atau seseorang
beserta kelompoknya ke objek-objek tertentu yang menarik seperti hutan,
gunung, lembah, laut, danau, pantai, gua, termasuk juga objek-objek wisata
peninggalan sejarah. Jenis feature ini dimaksudkan untuk memberi informasi
serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora dan
fauna, baik di dalam maupun di luar negeri.
2.2.7 Teori Penggunaan & Kepuasan
Teori Penggunaan dan Kepuasan atau yang dikenal juga dengan Uses
& Gratifications Theory merupakan teori yang mengajukan gagasan bahwa
perbedaan individu menyebabkan audience mencari, menggunakan, dan
memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda, yang
disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda diantara
setiap individu.
Teori penggunaan dan kepuasan memfokuskan perhatian pada
audience sebagai konsumen komunikasi massa, dan bukan pada pesan yang
disampaikan. Teori ini beranggapan bahwa dalam menggunakan media,
audience berorientasi pada tujuan, bersifat aktif sekaligus diskriminatif.
Audience dipercaya mengetahui kebutuhan mereka dan juga bertanggung
jawab terhadap pilihan media yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Teori penggunaan dan kepuasan juga menjelaskan mengenai kapan
dan bagaimana audience sebagai konsumen media menjadi lebih aktif atau
kurang aktif dalam menggunakan media dan akibat atau konsekuensi dari
penggunaan media tersebut. Dalam perspektif teori penggunaan dan kepuasan,
audience dipandang sebagai partisipan yang aktif dalam proses komunikasi,
namun tingkat keaktifan setiap audience tidaklah sama. Penggunaan media
didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan yang ditentukan oleh audience
itu sendiri.
Jay G. Blumler (1979) dalam buku Teori Komunikasi Massa: Dasar,
Pergolakan, dan Masa Depan (Stanley, 2010: 57) menyatakan bahwa satu
masalah dalam perkembangan yang kuat tradisi uses and gratifications adalah
“jangkauan makna yang luar biasa besar” terhadap konsep aktifitas. Beberapa
pengertian untuk istilah tersebut, termasuk beberapa dibawah ini:
a.
Kegunaan: media memiliki kegunaan untuk orang-orang, dan
mereka dapat menggunakan media untuk kegunaan-kegunaan
tersebut.
b.
Ketersengajaan: konsumsi konten media dapat ditujukan secara
langsung dengan motivasi yang sebelumnya sudah dimiliki
seseorang.
c.
Selektivitas: penggunaan media oleh seseorang mencerminkan
ketertarikan dan kesukaan mereka.
d.
Kebal terhadap pengaruh: khalayak seringkali keras kepala,
mereka tidak ingin dikontrol oleh siapapun atau apapun,
bahkan media massa sekalipun. Khalayak secara aktif
menghindari berbagai jenis pengaruh media.
Terdapat sejumlah asumsi dasar yang menjadi inti atau gagasan dari
teori penggunaan dan kepuasan, sebagaimana dikemukakan oleh Katz,
Blumler dan Gurevitch (1974) dalam buku Teori Komunikasi Individu
Hingga Massa (Morissan, 2014) yang mengembangkan teori penggunaan dan
kepuasan, menyatakan lima asumsi dasar dari teori ini:
1.
Audience
aktif
dan
berorientasi
pada
tujuan
ketika
menggunakan media
2.
Inisiatif untuk mendapatkan kepuasan media, ditentukan oleh
audience itu sendiri
3.
Media bersaing dengan sumber kepuasan lain
4.
Audience sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif, dan
penggunaan media
5.
Penilaian isi media ditentukan oleh audience
Audience aktif dan berorientasi pada tujuan ketika menggunakan
media. Perilaku komunikasi audience mengacu pada target dan tujuan yang
ingin dicapai serta berdasarkan motivasi, tujuan, dan kebutuhan pribadi
mereka.
Inisiatif untuk mendapatkan kepuasan media, ditentukan oleh
audience itu sendiri. Asumsi kedua berhubungan dengan kebutuhan terhadap
kepuasan yang dihubungkan dengan pilihan media yang telah ditentukan oleh
audience. Dikarenakan oleh sifatnya yang aktif, maka audience mengambil
inisiatif. Dengan demikian, audience memiliki kewenangan penuh dalam
proses komunikasi massa.
Media bersaing dengan sumber kepuasan lain, karena media dan
audience tidak berada dalam ruang hampa yang tidak menerima pengaruh
apapun. Keduanya menjadi suatu bagian dari masyarakat yang lebih luas, dan
hubungan antara media dan audience dipengaruhi oleh masyarakat. Media
bersaing dengan bentuk komunikasi lainnya dalam hal pilihan, perhatian dan
penggunaan untuk memuaskan kebutuhan audience. Misalnya pasangan yang
lebih menonton bioskop daripada menonton televisi.
Audience sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif, dan
penggunaan media. Kesadaran diri yang cukup akan adanya ketertarikan dan
motif yang muncul dalam diri yang kemudian dilanjutkan dengan
penggunaan media memungkinkan peneliti untuk mendapatkan gambaran
yang tepat mengenai penggunaan media oleh audience. Audience melakukan
pilihan secara sadar terhadap suatu media yang akan digunakannya.
Penilaian isi media ditentukan oleh audience. Menurut teori ini, isi
dari media hanya dapat dinilai oleh audience itu sendiri. Seseorang yang
membaca surat kabar tertentu tidak berarti merasa puas dengan surat kabar
yang dibacanya tersebut, karena mungkin saja hanya surat kabar tersebut
yang tersedia.
Apabila teori penggunaan dan kepuasan ini dikaitkan dengan
penelitian ini, maka penilaian atau penerimaan anggota Komunitas
Backpacker Jakarta terhadap pesan atau informasi yang disampaikan oleh
DestinAsian Indonesia akan berbeda dengan wisatawan atau audience lainnya,
karena tanggapan audience terhadap isi media tidaklah sama, tergantung oleh
faktor sosial dan psikologis audience tersebut.
Mungkin Komunitas Backpacker Jakarta memiliki kebutuhan untuk
mencari informasi mengenai lokasi wisata di Indonesia atau disebut sebagai
audience aktif, sedangkan audience lain menikmati konten dari media
DestinAsian Indonesia sebagai audience pasif.
2.2.8
Berwisata
Pengertian dari berwisata adalah kegiatan berpindah dari satu tempat
ke tempat lain untuk periode sementara, atau periode yang cukup lama.
Berwisata pun dapat memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu untuk
keperluan bisnis, liburan, ataupun kepentingan lainnya. Setiap orang memiliki
definisi yang berbeda terhadap berwisata, ada yang melakukannya karena
keperluan pekerjaan, ada yang berwisata karena keperluan penelitian, ada
pula yang melakukan kegiatan berwisata karena hobi dan ingin menemukan
hal-hal baru diluar zona nyamannya, serta mendapatkan kepuasan karena
berhasil melakukan apa yang mereka inginkan.
Definisi berwisata dapat dikaitkan dengan komunikasi, karena dengan
melakukan kegiatan berwisata, kita dapat bertemu dengan banyak orang baru
dengan bahasa dan latar belakang budaya yang berbeda, dan dari situlah kita
dapat berkomunikasi dengan mereka.
2.2.9
Jenis Wisata
Dalam melakukan wisata, ada banyak sekali hal yang akan ditemui
dan didapat oleh para wisatawan, tergantung dari sifat wisata yang sedang
dijalankan, petualang, santai, dan lainnya. Menurut James J. Spillane (1987:
29-31), berdasarkan motif tujuan perjalanan, wisata dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis khusus, yaitu:
1.
Wisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis
wisata
ini
dilakukan
oleh
orang-orang
yang
meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara
segar, memenuhi rasa ingin tahunya, mengurangi ketegangan
saraf, melihat hal-hal baru, menikmati keindahan alam,
mengetahui sejarah dan budaya rakyat setempat, serta
mendapatkan ketenangan.
2.
Wisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)
Wisata ini dilakukan untuk memanfaatkan hari-hari libur untuk
beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan
rohani, serta mnyegarkan diri dari keletihannya. Wisata ini
dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan rekreasi
yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi
pantai, pegunungan, pusat peristirahatan dan pusat kesehatan.
3.
Wisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis wisata ini ditandai dengan serangkaian motivasi, seperti
keinginan untuk belajar di pusat pengajaran dan riset,
mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup
masyarakat yang berbeda-beda, mendatangi tempat-tempat
bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat kesenian dan
keagamaan, festival seni musik, teater, tarian tradisional, dan
lainnya.
4.
Wisata untuk olahraga (Sport Tourism)
Jenis wisata ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
a.
Big sports event, yaitu kegiatan-kegiatan olahraga besar
seperti Olympiade Games, kejuaraan tinju dunia, piala
dunia,dan acara lainnya yang menarik perhatian para
penonton atau penggemarnya.
b.
Sporting tourism of Practitioners, yaitu kegiatan wisata
olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan
mempraktekkan kegiatannya sendiri, seperti pendakian
gunung, arung jeram, berburu, berselancar, dan lainlain.
5.
Wisata untuk usaha dagang (Business Tourism)
Menurut para ahli teori, perjalanan wisata ini merupakan
bentuk profesional travel atau perjalanan karena memiliki
kaitan dengan pekerjaan atau jabatan.
6.
Wisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)
Jenis wisata ini banyak diminati oleh negara-negara, karena
ketika diadakannya suatu konvensi atau pertemuan, maka akan
ada banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka
waktu tertentu di negara yang mengadakan konvensi tersebut.
Negara-negara yang sering mengadakan konvensi akan
mendirikan bangunan yang mendukung untuk diadakannya
wisata konvensi.
Ada pula banyak jenis wisata yang dapat dilakukan pada saat
berwisata ke tempat-tempat tertentu, berdasarkan observasi yang dilakukan
terhadap pernyataan James J. Spillane, jenis wisata dapat dibagi lagi menjadi
4 bagian, yaitu:
1.
Wisata Budaya / Heritage
Biasanya kegiatan wisata ini memiliki kaitan dengan
mengunjungi tempat-tempat yang memiliki kebudayaan yang
sangat kuat, dan memiliki banyak peninggalan sejarah.
Kegiatan wisata juga dilengkapi dengan bertemu dengan
penduduk lokal dan beradaptasi dengan budaya mereka.
2.
Wisata Alam
Wisata ini mungkin merupakan suatu kegiatan wisata yang
paling digemari oleh para wisatawan yang sangat suka dengan
petualangan dan merasakan kebebasan di alam bebas. Wisata
ini dapat dilakukan di tempat-tempat yang tentunya masih
berada di ruang lingkup alam, seperti Indonesia yang memiliki
kekayaan alam yang sangat besar, seperti pantai, gunung,
hutan, sungai, air terjun, danau, serta kekayaan alam bawah
laut.
3.
Wisata Kota
Jenis wisata ini merupakan kegiatan wisata dimana wisatawan
mengunjungi berbagai kota besar di setiap wilayah atau negara
yang dikunjungi untuk menikmati hal-hal yang ditawarkan
oleh kota tersebut.
4.
Wisata Keagamaan
Wisatawan umumnya melakukan kegiatan wisata ini dengan
mengunjungi tempat-tempat keagamaan. Misalnya dengan
mengunjungi kota Aceh yang disebut sebagai serambi Mekkah,
atau dengan mengunjungi Pura di Bali bagi wisatawan yang
beragama Hindu.
2.2.10 Konsep Minat
Definisi minat menurut Tidjan (1976: 71) adalah suatu gejala
psikologis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap suatu objek,
sebab adanya perasaan senang. Melalui pengertian tersebut, dapat dilihat jelas
bahwa minat merupakan reaksi terhadap suatu objek seperti benda atau situasi
tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap objek tersebut.
(Hariyanto, 2010)
Minat merupakan kekuatan pendorong yang memaksa seseorang
menaruh perhatian pada situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang
lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular oleh
hadirnya seseorang atau sesuatu objek, atau karena berpartisipasi dalam suatu
aktifitas tertentu.
Atkinson dan Hilgard (1976) dalam buku Psikologi Komunikasi
(Jalaludin, 2008) mengungkapkan bahwa minat termasuk dalam taksonomi
afektif dan meliputi lima kategori:
a.
Penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran
kemauan untuk menerima perhatian yang terpilih
b.
Menanggapi (responding) yang terdiri dari sub-kategori
persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasan
c.
Penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori penerimaan,
pemilihan, dan komitmen terhadap nilai-nilai tertentu
d.
Organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori
penggambaran dan pengorganisasian terhadap nilai
e.
Pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori
pencirian dan pemasyarakatan nilai.
Faktor timbulnya minat menurut Crow and Crow (1982), terdiri dari 3
faktor (Jalaludin, 2008: 76):
1.
Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu dan
dorongan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Dorongan ini dapat membuat seseorang menjadi berminat
untuk melakukan hal-hal baru, seperti mempelajari ilmu yang
belum pernah dipelajari, melakukan penelitian ilmiah, juga
aktifitas yang menantang lainnya.
2.
Faktor sosial, yaitu minat dalam usaha untuk mengembangkan
diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami
oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja,
atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari
keluarga atau teman.
3.
Faktor emosional, yaitu minat yang berkaitan dengan perasaan
dan emosi. Misalnya, suatu keberhasilan akan menimbulkan
perasaan puas dan dapat meningkatkan minat, sedangkan
kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang.
Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, maka peneliti ingin mengkaji
konsep minat, yaitu faktor apa saja yang dapat mempengaruhi minat
seseorang dalam melakukan suatu kegiatan, dalam penelitian ini yaitu minat
untuk berwisata.
2.3
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini memfokuskan pada konten dan
minat berwisata Komunitas Backpacker Jakarta. Pertama-tama, peneliti akan mencari
informasi apa saja yang disajikan dalam rubrik adventure pada media DestinAsian
Indonesia, kemudian informasi-informasi tersebut merujuk kepada pengetahuan
anggota Komunitas Backpacker Jakarta, yang berkaitan erat dengan minat berwisata
Komunitas Backpacker Jakarta.
Konten Rubrik Adventure
DestinAsian Indonesia
-
Lokasi wisata - Foto
Rute/akses
- Biaya
Akomodasi - Aktivitas
Transportasi
Pengetahuan Komunitas Backpacker Jakarta
Minat Berwisata
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Download