Document

advertisement
ISSN 2805 - 2754
GAMBARAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ELIMINASI
ALVI
(Telaah Pustaka)
Oleh
R. T. Handayani*)
*) Dosen Tetap Akademi Keperawatan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
ABSTRAK
Manusia merupakan mahluk hidup yang paling komplek yang diciptakan tuhanYME.Sebagai
mahluk hidup, tentunya manusia memerlukan makan dan hasil dari prosesmakanan tersebut akan
dikeluarkan sebagai kotoran yang tidak lagi bermanfaat bagi tubuhmanusia itu sendiri. Sedangkan
proses pengeluaran kotoran disebut proses eliminasi
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk hidup
yang paling komplek yang
diciptakan
tuhanYME.Sebagai
mahluk hidup, tentunya manusia
memerlukan makan dan hasil dari
prosesmakanan tersebut akan
dikeluarkan sebagai kotoran yang
tidak lagi bermanfaat bagi
tubuhmanusia itu sendiri.Proses
pengubahan dari makanan sampai
menjadi
sisa
dinamakan
prosespencernaan yang dilakukan
oleh organ percernaan di dalam
tubuh manusia.Sedangkan proses
pengeluaran kotoran disebut proses
eliminasi
B. Pengertian
Eliminasi
adalah
proses
pembuangansisa
metabolisme
tubuh baik berupa urin atau bowel
(feses).Eliminasi
pada
manusiadigolongkan menjadi 2
macam, yaitu:
DefekasiBuang air besar atau
defekasi adalah suatu tindakan atau
proses
makhluk
hidupuntuk
membuang kotoran atau tinja yang
padat atau setengah-padat yang
berasaldari sistem pencernaan
(Dianawuri, 2009)
Fisiologi Dalam Eliminasi
62
1. Fisiologi Defekasi Rektum
biasanya kosong sampai
menjelang defekasi. Seorang
yang
mempunyaikebiasaan
teratur akan merasa kebutuhan
membung air besar kira-kira
pada waktuyang sama setiap
hari. Hal ini disebabkan oleh
refleks gastro-kolika yang
biasanyabekerja
sesudah
makan pagi. Setelah makanan
ini mencapai lambung dan
setelahpencernaan
dimulai
maka peristaltik di dalam usus
terangsang, merambat ke
kolon,dan sisa makanan dari
hari kemarinnya, yang waktu
malam
mencapai
sekum
mulaibergerak. Isi kolon pelvis
masuk ke dalam rektum,
serentak peristaltik keras
terjadidi dalam kolon dan
terjadi perasaan di daerah
perineum. Tekanan intraabdominalbertambah dengan
penutupan glottis dan kontraksi
diafragma
dan
otot
abdominal,sfinkter
anus
mengendor dan kerjanya
berakhir (Pearce, 2002).
Usus besar dimulai dari katup
iliosekal sampai dengan anus.
JKèm-U, Vol. IV, No. 11, 2012:62-66
a. sekum
b. kolon asenden
c. kolon transversum
d. kolon desenden
e. kolon sigmoid
f. rektum
g. anus
h. Panjang Kolon dewasa  125
– 150 cc
Lapisan kolon dari dalam ke luar :
a. membran mukosa
b. membran sub mukosa
c. lapisan otot sirkular
d. lapisan otot longitudinal, yg
lebih pendek dari panjang
kolon,
sehingga
kolon
berlekuk-lekuk
membentuk
haustra
1. Anus
a. Anus dikelilingi oleh otot
sfingter internal & eksternal.
b. Sfingter internal bekerja secara
involunter, dipengaruhi oleh
sistem saraf otonom.
c. Sfingter eksternal bekerja
secara volunter, digerakkan
oleh otot-otot levator ani pada
dinding pelvis & dipengaruhi
oleh sistem saraf somatik.
2. Fungsi kolon
a. Absorbsi air, Na, CL
b. Makanan yg dicerna dalam
lambung & usus halus
menghasilkan chyme, yang
akan dibawa ke kolon untuk
diserap airnya. Sekitar 1500 ml
chyme melewati kolon setiap
hari. Setelah diabsorbsi tinggal
sekitar 100 ml yg terdapat
dalam feses.
c. Fungsi proteksi
d. Melalui sekresi mukus oleh
membran mukosa, yg berfungsi
utk:
e.  m’lindungi dinding usus dari
trauma oleh feses yg b’sifat
asam
f.  melindungi usus dari
aktivitas bakteri
g.  mukus keluar bersama
feses
h. KDM II-eliminasi alvi/room/I/04
i. Fungsi defekasi
Gerakankolonn
Haustral shuffling / gerakan haustral
Gerakan peristaltic
Gerakan peristaltik massa
C. Fisiologi defekasi
1. Secara
normal,
defekasi
disebabkan oleh 2 macam reflek,
yaitu :
2. Refleks defekasi intrinsik
3. Dimulai dari masuknya feses ke
dalam rektum, sehingga terjadi
distensi rektum kemudian akan
memulai sinyal yg menyebar
melalui
pleksus
mesentrikus,
sehingga
terjadi
gelombang
peristaltik pada kolon desenden,
sigmoid & rektum, & mendorong
feses ke anus. Sfingter interna
terbuka & sfingter eksterna terbuka,
maka terjadilah defekasi.
4. Refleks defekasi para simpatik
5. Adanya stimulus syaraf di rektum &
sinyal diteruskan ke sinyal cord,
kemudian sinyal dikembalikan ke
kolon desenden, sigmoid & rektum.
6. Terjadi relaksasi sfingter interna &
sfingter eksterna terbuka, sehingga
terjadilah proses defekasi.
7. Defekasi dipermudah oleh fleksi
lutut pada posisi jongkok atau
duduk yang dapat meningkatkan
tekanan ke bawah di rektum.
8. Konstraksi otot –otot abdomen &
diafragma meningkatkan tekanan
intra abdomen, otot –otot levator ani
di dinding pelvis mendorong feses
ke kanal anus.
D. Komponen feses
Secara normal feses normal terdiri dari :
1. bakteri
2. sel-sel epitel yg lepas
3. lemak, protein
4. sisa makanan yg tak dapat dicerna
5. garam : kalsium, phospat.
E. Faktor yang mempengaruhi BAB
Gambaran Pelaksanaan .....................................................
63
Umur tidak hanya mempengaruhi
karakteristik
feses,
tapi
juga
pengontrolannya.Anak-anak
tidak
mampu
mengontrol
eliminasinya
sampai
sistem
neuromuskularberkembang, biasanya
antara umur 2 – 3 tahun. Orang
dewasa juga mengalamiperubahan
pengalaman
yang
dapat
mempengaruhi proses pengosongan
lambung. Diantaranya adalah atony
(berkurangnya tonus otot yang normal)
dari otot-otot poloscolon yang dapat
berakibat pada melambatnya peristaltik
dan mengerasnya(mengering) feses,
dan menurunnya tonus dari otot-otot
perut yagn juga menurunkantekanan
selama proses pengosongan lambung.
Beberapa orang dewasa juga
mengalami penurunan kontrol terhadap
muskulus spinkter ani yang dapat
berdampak pada proses defekasi.
1. DIET: Makanan adalah faktor utama
yang mempengaruhi eliminasi
feses. Cukupnyaselulosa, serat
pada makanan, penting untuk
memperbesar
volume
feses.
Makanantertentu pada beberapa
orang sulit atau tidak bisa dicerna.
Ketidakmampuan
iniberdampak
pada gangguan pencernaan, di
beberapa bagian jalur dari
pengairanfeses. Makan yang teratur
mempengaruhi defekasi. Makan
yang
tidak
teratur
dapatmengganggu keteraturan pola
defekasi. Individu yang makan pada
waktu yang samasetiap hari
mempunyai suatu keteraturan
waktu, respon fisiologi pada
pemasukanmakanan
dan
keteraturan pola aktivitas peristaltik
di colon.3.
2. CAIRAN: Pemasukan cairan juga
mempengaruhi eliminasi feses.
Ketika pemasukan cairanyang
adekuat ataupun pengeluaran (cth:
urine, muntah) yang berlebihan
64
untuk beberapa alasan, tubuh
melanjutkan untuk mereabsorbsi air
dari chyme ketika ialewat di
sepanjang colon. Dampaknya
chyme menjadi lebih kering dari
normal,menghasilkan feses yang
keras. Ditambah lagi berkurangnya
pemasukan cairanmemperlambat
perjalanan chyme di sepanjang
intestinal,
sehingga
meningkatkanreabsorbsi cairan dari
chyme.4.
3. TONUS OTOT: onus perut, otot
pelvik dan diafragma yang baik
penting untuk defekasi.Aktivitasnya
juga merangsang peristaltik yang
memfasilitasi
pergerakan
chymesepanjang colon. Otot-otot
yang lemah sering tidak efektif pada
peningkatan tekananintraabdominal
selama proses defekasi atau pada
pengontrolan
defekasi.
Ototototyang lemah merupakan akibat
dari
berkurangnya
latihan
(exercise), imobilitas ataugangguan
fungsi syaraf.5.
4. FAKTOR PSIKOLOGI: Dapat dilihat
bahwa stres dapat mempengaruhi
defekasi.
Penyakit-penyakit
tertentutermasuk diare kronik,
seperti ulcus pada collitis, bisa jadi
mempunyai
komponenpsikologi.
Diketahui juga bahwa beberapa
orang yagn cemas atau marah
dapatmeningkatkan
aktivitas
peristaltik dan frekuensi diare.
Ditambah lagi orang yagndepresi
bisa
memperlambat
motilitas
intestinal, yang berdampak pada
konstipasi.6.
5. GAYA
HIDUP:
Gaya
hidup
mempengaruhi eliminasi feses pada
beberapa cara. Pelathan buang
airbesar pada waktu dini dapat
memupuk kebiasaan defekasi pada
waktu yang teratur,seperti setiap
hari setelah sarapan, atau bisa juga
JKèm-U, Vol. IV, No. 11, 2012:62-66
digunakan pada pola defekasi
yangireguler. Ketersediaan dari
fasilitas toilet, kegelisahan tentang
bau, dan kebutuhanakan privacy
juga mempengaruhi pola eliminasi
feses.
Klien
yang
berbagi
saturuangan dengan orang lain
pada suatu rumah sakit mungkin
tidak inginmenggunakan bedpan
karena privacy dan kegelisahan
akan baunya.7.
6. OBAT-OBATAN: Beberapa obat
memiliki efek samping yang dapat
berpengeruh
terhadap
eliminasiyang normal. Beberapa
menyebabkan diare; yang lain
seperti
dosis
yang
besar
daritranquilizer tertentu dan diikuti
dengan
prosedur
pemberian
morphin dan codein,menyebabkan
konstipasi.Beberapa obat secara
langsung
mempengaruhi
eliminasi.Laxative adalah obat yang
merangsang aktivitas usus dan
memudahkan eliminasifeses. Obatobatan ini melunakkan feses,
mempermudah defekasi. Obatobatantertentu seperti dicyclomine
hydrochloride (Bentyl), menekan
aktivitas peristaltik dan kadangkadang digunakan untuk mengobati
dia
F. GANGGUAN ELIMINASI FEKAL
1. KONSTIPASI
2. FEKAL IMPACTION
3. DIARE
4. INKONTINENSIA FEKAL
5. FLATULENCE / KEMBUNG
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Deskripsi feses
warna, konsistensi, bentuk,
bau, perubahan
b. Pola defekasi
waktu, frekwensi & perubahan
yg terjadi
c. Masalah yg dirasakan
masalah, kapan terjadinya,
penyebab, koping & hasilnya
d. Diet
makanan
yg
dipercaya
mempengaruhi bab, jenis
makanan yg dimakan &
dihindari, keteraturan makan
e. Cairan
jenis & jumlah cairan yg
diminum
f. Aktivitas
pola aktivitas harian klien &
perubahan
g. Medikasi
h. adakah
obat-obatan
yg
diperoleh m’pengaruhi bab
i.
Stress
adakah
stresor
jangka
panjang/pendek
serta
pengaruhnya terhadap bab
B. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen
1) inspeksi : simetris, adanya
distensi, gerak peristaltik,
keadaan kulit
2) auskultasi: bising usus
(frekwensi, kwalitas &
intensitas)
3) perkusi : bunyi timpani
4) palpasi : adanya massa
fekal
b. Rektum & anus
1) Inspeksi:
tanda-tanda
inflamasi
perubahan
warna,
lesi/iritasi,
haemoroid
2) palpasi : palpasi nodul,
tenderness & adanya
massa
fekal
dinding
rektum terhadap adanya
c. Obsevarsi keadaan feses
feses diobservasi terhadap
adanya
penyimpangan
terhadap karakteristik yg
normal
KDM II-eliminasi alvi/room/I/04
1. Pemeriksaan diagnostik
2.  anoskopi, proctoskopi,
rontgen
dengan
kontras,
pemeriksaan feses untuk
Gambaran Pelaksanaan .....................................................
65
analisa
laboratorium,
proktosigmoidoskopi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi b.d kurangnya
intake serat, intake cairan yg
tak adekuat, kurangnya /
keterbatasan aktivitas fisik
2. Diare
b.d
intolenransi
makanan, stress & kecemasan,
efek
dari
pengobatan
(antibiotik, kemoterapi)
3. Resiko defisit volume cairan
b.d
pengeluaran
cairan
berlebih lewat diare
4. Resiko gangguan integritas
kulit (di daerah perianal) b.d
iritasi oleh feses
5. Gangguan konsep diri : harga
diri rendah b.d inkontinensia
fekal
DAFTAR PUSTAKA
Perry
& Potter
(2006) Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep,
proses dan praktik Edisi 4 vol 1
Jakarta: EGC.
Donges, RE.(2000). Rencana Asuhan
Keperawatan untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien
Edisi 3. Jakarta: EGC
66
JKèm-U, Vol. IV, No. 11, 2012:62-66
Download