Gangguan belajar membaca, menulis dan matematika

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Pendidikan
Individu berkebutuhan khsus
dan pendidikan inklusi 1
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
09
Kode MK
Disusun Oleh
MK61022
Ainul Mardiah, M.Sc
Abstrak
Kompetensi
Dalam perkuliah ini akan dibahas
tentang anak berkebutuhan khsusu
dan pendidikan inklusi
Mahasiswa mampu mengetahui mampu
memahami dan menjelaskan individu
berkebutuhan khusus dan pendidikan
inklusi
Individu berkebutuhan khusus dan pendidikan
inklusi 1
Anak Berkebutuhan khusus
Sekolah tidak bisa mengakomodir individu per individu kebutuhan siswa. Untuk kebutuhan
efisiensi, siswa dikelompokkan kedalam kelas dan diberikan instruksi yang umum yang
memberikan manfaat pada siswa secara keseluruhan. Namun, sebagian siswa terkadang
tidak bisa ditempatkan dalam situasi yang sama, seperti siswa yang mengalami gangguan
fisik, sensori yang membuat mereka sulit menyesuaikan diri tanpa adanya bantuan dari
guru. Siswa lainnya memiliki diagnose mental retardasi, gangguan emosional dan perilaku,
genius dimana pendidikan umum yang disediakan oleh pemerintah tidak bisa mengakomodir
kebutuhan mereka tanpa adanya bantuan dari guru.
Untuk mendapatkan pendidikan khusus maka siswa harus memiliki ciri-ciri tertentu untuk
dikategorikan bahwa mereka memiliki gangguan ataupun sindrom. Contoh lebel yang
banyak digunakan adalah “gangguan belajar spesifik”, “mental retardasi” yang digunakan
secara umum.
Pelabelan cenderung melekat, membuatnya susah untuk diubah, dan label yang diberikan
itu sendiri dapat membuat “cacat” siswa. Oleh karenanya para professional pendidikan mesti
menghindari penggunaan label yang secara tidak sengaja menstigma siswa, membuat
mereka kedengaran tidak manusiawi, memisahkan mereka dari teman-temannya, dan
mungkin menyebabkan mereka terdiskriminasi. Istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
digunakan untuk menggambarkan anak yang secara fisik, mental dan perilaku sangat
berbeda dari norma pada umumnya- bisa jadi berbeda karena kurang ataupun karena
kelebihan- dimana bantuan tambahan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ABK.
Istilah ABK dengan anak cacat adalah hal yang berbeda. ABK adalah keterbatasan fungsi
dari siswa yang mempengaruhi kemampuan fisik dan kognisi anak, ABK mengalami
kesulitan dalam proses belajar baik itu dalam pemahaman, berbicara, menulis, dan kesulitan
terkadang muncul pada pendengaran, berpikir, membaca, menulis dan pelafalan. Cacat
atau disabilitas adalah kondisi yang membebankan individu dengan disabilitas yang
dilakukan oleh masyarakat, lingkungan fisik, ataupun sikap. Contoh: tidak tersedianya jalan
khusus untuk siswa yang menggunakan kursi roda. Oleh karenanya disabilitas tidak sama
dengan ABK.
Orang yang biasanya pertama sekali mengidentifikasikan gangguan belajar pada anak
adalah guru kelas. Ketika guru melihat hal tersebut, maka akan dipanggil spesialis untuk
mendiagnosa ganguan pada anak. Evaluasi psikologis (contoh: intelegensi) dan pendidikan
2014
2
Psikologi Pendidikan
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(contoh: level prestasi) adalah hal paling penting. Tes tambahan lainny a adalah
kemampuan penglihatan, bahasa dan juga memori.
Gangguan belajar membaca, menulis dan matematika
Gangguan belajar yang paling umum pada anak sekolah gangguan membaca, menulis dan
matematika.
Diseleksia adalah gangguan dalam membaca dan pengejaan. Sekitar 80% anak-anak
mengalami gangguan membaca. Anak-anak ini mengalami kesulitan dalam elajar fonologi,
bagaimana kata yang diucapkan cocok dengan penulisan huruf dan kata, dan juga
mengalami masalah dalam memahami.
Disgrafia adalah gangguan dalam menulis. Biasanya anak dengan gangguan disgrafia
menulis sangat lambat, tulisan mereka tidak terbaca, dan penulisan sering salah pengejaan
karena ketidak mampuan mereka mencocokkan antara suara yang dihasilkan denga huruf.
Sebuah studi menunjukkan bahwa anak laki-laki mengalami gangguan disgrafia lebih
banyak dibandingkan anak perempuan (Berninger & others, 2008).
Diskalkulia atau yang lebih dikenal dengna ganguan belajar aritmatika. Di Amerika ganguan
ini menyerang 2 sampai 6 persen anak usia sekolah dasar. Hasil penelitian menemukan
bahwa anak yang mengalami kesulitan dalam menghitung dalam pelajaran matematika
mengalami kekurangan dalam kognisi dan neurospikologis, termasuk kesulitan dalam
mengingat, persepsi visual, dan kemampuan visua-spasial. Anak mungkin memiliki masalah
membaca dan juga dalam matematika, karakteristik dari dua gangguan ini adalah deficit
dalam hal kognisi seperti: masalah dalam hal memori/ mengingat.
Penyebab dan strategi untuk intervensi
Penyebab secara pasti dari gangguan belajar tidak bisa ditetapkan secara pasti, namun ada
beberapa kemungkinan yang sudah diteliti. Gangguan belajar memiliki kecenderung turun
temurun dalam sebuah keluarga meskipun sampai sekarang gen mana yang mewarisinya
belum dapat ditemukan. Sebagian gangguan belajar penyebabnya adanya dalam
perkembangan janin ataupun kelahiran, contoh: gangguan belajar cenderung terjadi pada
anak yang dilahirkan dengna berat badan yang kurang.
Hasil riset dengan menggunakan teknik brain-imaging (contoh: Magnetic Resonance
Imaging -MRI), yang mencoba mengidentifikasikan area mana yang menyebabkan
gangguan belajar. Hasil menunjukkan tidak ada area yang khusus di otak. Sehingga
gangguan
belajar
kemungkinan
besar
adanya
mengalami
gangguan
dalam
mengintegrasikan informasi dari berbagai area di otak ataupun gangguan halus pada
struktur dan fungsi otak (National Institute of Health, 1993).
2014
3
Psikologi Pendidikan
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Banyak intervensi yang sudah dilakukan untuk membantu anak dengan masalah gangguan
belajar. Pemberian instruksi intensif pada waktu yang telah ditetapkan oleh seoerang guru
yang kompeten, sebagai contoh: pada studi brain-imaging, 15 anak kelas 1 sekolah dasar
dengan gangguan membaca menunjukkan kemajuan dalam memberikan respon terhadap
intruksi membaca setelah mengikuti program 8 minggu keterampilan phonologi decoding,
dan 8 minggu lainnya program keterampilan mengenali kata. Perubahan signifikan pada
keterampilan membaca anak sekaligus perubahan pada area yang ada di otak sebagai hasil
dari mengikuti program ini.
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD)
Karakteritis ADHD adalah cacat di mana anak-anak secara konsisten menunjukkan satu
atau lebih dari karakteristik berikut ini selama periode waktu: (1) kurang mampu
memperhatikan, (2) hiperaktif, dan (3) impulsive. Untuk diagnosis ADHD, awal dari
karakteristik ini di masa anak usia dini adalah dibutuhkan, dan karakteristik tersebut
melemahkan anak-anak.
Anak yang kurang memperhatikan mengalami kesulitan focus pada satu hal dan mungkin
bosan dengan tugas setelah hanya beberapa menit. Satu studi menemukan bahwa masalah
dalam mempertahankan perhatian adalah jenis yang paling umum dari masalah perhatian
pada anak-anak dengan ADHD. Anak hiperaktif menunjukkan tingginya tingkat aktivitas fisik,
hamper seakan selalu menjadi bergerak. Anak impulsive mengalami kesulitan membatasi
reaksi mereka dan tida melakukan pekerjaan berpikir yang baik sebelum mereka bertindak.
Tergantung pada karakteristik bahwa anak-anak dengan ADHD layar, mereka dapat
didiagnosis sebagai (1) ADHD dengan didominasi kurangnya kemampuan memperhatikan
ADHD dengan hiperaktif/impulsive, atau (3) ADHD dengan kurangnya perhatian dan
hiperaktivitas/impulsive
Diagnosis dan status. Jumlah anak didiagnosis dan diobati untuk ADHD telah meningkat
secara substansial, oleh bebrapa perkiraan dua kali lipat pada 1990-an. Survei nasional
menemukan bahwa 7 persen anak-anak A.S. berusia 3 sampai 17 tahun usia menderita
ADHD. Gangguan tersebut terjadi sebanyak empat sampai Sembilan kali lebih banyak pada
anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan. Bagaimanapun, terdapat kontroversi
atribut kenaikan terutama untuk kesadaran dari gangguan. Lainnya adalah prihatin bahwa
banyak anak yang didiagnosis tanpa menjalani evaluasi pofesional yang luas berdasarkan
masukan dari berbagai sumber.
Tidak sepertik ketidakmampuan belajar, ADHD tidak seharusnya didiagnosis oleh tim
sekolah karena ADHD adalah gangguan yang muncul dalam klasifikasi gangguan kejiwaan
(DSM-V) denga kriteria diagnostic yang spesifik. Meskipun beberapa tim sekolah dapat
2014
4
Psikologi Pendidikan
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menyebabkan masalah hukum bagi sekolah dan guru. Salah satu alasan yang diberikan
mengapa tim sekolah tidak harus melakukan diagnosis untuk ADHD adalah bahwa ADHD
sulit untuk dibedakan dengan gangguan anak lainnya, dan diagnosis akurat dalam
gangguan memerlukan evaluasi oleh seorang spesialis, seperti psikiater anak.
Meskipun tanda-tanda ADHD sering hadir di tahun prasekolah, anak-anak dengna ADHD
biasanya tidak diklasifikasikan sampai tahun sekolah dasar. Peningkatan akademik dan
tuntuan social dari pendidikan formal, serta standar ketat untuk kontrol perilaku, sering
meningkatan masalah anak dengan ADHD. Guru sekolah dasar biasanya melaporkan
bahwa tipe anak ini memiliki kesulitan dalam bekerja secara independen, menyelesaikan
tugas dengna duduk, dan mengatur pekerjaan. Kegelisahan dan mudah dialihkan juga
sering dicatat. Masalah-maslah ini lebih mungkin diamati pada tugas yang berulang atau
sulit, atau anak merasakan tugas-tugas menjadi membosankan (seperti menyelesaikan
lembar kerja atau melakukan pekerjaan rumah).
Dulu dianggap bahwa anak-anak dengan ADHD meningkat selama masa remaja, namun
sekarang tampaknya peningkatan ini terjadi hanya sekitar sepertiga dari remaja. Kini, diakui
gejala ADHD dapat berlanjut ke masa dewasa.
Penyebab dan Perawatan. Penyebab pasti dari ADHD belum ditemukan. Namun, sejumlah
penyebab telah diungkapkan. Beberapa anak mungkin mewarisi kecenderungan untuk
menderita ADHD dari orangtua mereka. Anak-anak lain mungkin mengembangkan ADHD
karena kerusakan otak mereka selama perkembangan janin atau setelah melahirkan.
Beberapa penyebab munculnya ADHD adalah rokok dan papaparan alcohol selama
perkembangan janin, selain berat badan lahir rendah.
Sama seperti ketidakmampuan belajar, perkembangan teknik pencitraan-otak mengarah
pada pemahaman yang lebih baik mengenai peran otak dalam ADHD. Penelitian terbaru
mengungkapkan bahwa ketebalan puncak korteks serebral terjadi tiga tahun kemudian (10,5
tahun) pada anak dengna ADHD dibandingkan anak-anak tanpa ADHD. Penundaan
tersebut lebih menonjol di daerah prefrontal otak yang sangat penting dalam perhatian dan
neurotransmitter, seperti serotonin dan dopamine, yang mungkin berperan pada ADHD.
Stimulan obat seperti Rital atau Addreall (yang memiliki efek samping yang lebih sedikit
daripada Ritalin) efektif dalam meningkatkan banyak perhatian anak dengan ADHD, namun
biasanya tidak meningkatkan perhatian mereka ke tingkat yang sama seperti anak-anak
tanpa ADHD. Sebuah meta-analisis ini menyimpulkan bahwa perilaku perawatan
manajemen efektif dalam mengurangi efek ADHD. Para peneliti telah menemukan bahwa
kombinasi obat-obatan (seperti Ritalin) dan manajemen perilaku, sering kali-namun tidak
selalu-memperbaiki perilaku anak-anak dengna ADHD lebih dari obat saja atau perilaku
manajemen saja.
2014
5
Psikologi Pendidikan
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Guru memainkan peran penting dalam memantau apakah obat ADHD telah diresepkan
pada tingkat dosis yang tepat. Sebagai contoh, merupakan hal baisa bagi seorang siswa
yang sedang dalam pengobatan ADHD untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik di pagi
hari, tetapi di sore hari, ketika dosisi telah memudah, mereka kembali lalai atau hiperaktif.
Para kritikus berpendapat bahwa banyak dokter yang terlalu cepat untuk meresepkan
stimulant untuk anak-anak ADHD dengna gejala yang lebih ringan. Pada tahun 2006,
pemerintah A.S. mengeluarkan peringatan tentang resiko kardiovaskular dari obat stimulant
untuk mengobati ADHD.
Keterbelakangan Mental
Jumlah anak-anak dengan keterbelakangan mental yang diajarkan di kelas regular semakin
meningkat. Fitur yang paling khas dari keterbelakangan mental adalah fungsi intelektual
yang tidak memadai. Jauh sebelum tes formal dikembangkan untuk menilai kecerdasan,
individu dengan keterbelakangan mental diidentifikasi sesuai dengan kurang sesuainya usia
keterampilan dalam belajar dan dalam merawat diri mereka sendiri. Setelah tes kecerdasan
diciptakan, beberapa digunakan untuk menunjukkan seberapa ringan atau berat
keterbelakangan tersebut. Seorang anak mungkin hanya sedikit terbelakang dan mampu
belajar dalam kelas regular atau sangat terbelakang dan tidak mampu belajar dalam
pengaturan tersebut.
Selain kecerdasan yang rendah, deficit dalam perilaku adaptif juga termasuk dalam definisi
keterbelakangan mental. Keterbelakangan mental adalah kondisi dengan gejala sebelum
usia 18 yange melibatkan kecerdasan yang rendah (biasanya, nilai pada tes kecerdasan
tradisional individu yang diberikan di bawah 70) dan kesulitan dalam beradaptasi dengan
kehidupan sehari-hari. Bagi seorang individu untuk didiagnosis masa kanak-kanak, tidak
mengikuti fungsi normal jangka panjang yang terganggu oleh kecelakaan atau jenis lain dari
serangan pada otak.
Klasifikasi dan jenis keterbelakangan mental. Keterbelakangan mental dikategorikan
dalam ringan, sedang, berat, atau mendalam. Sekitar 89 persen dari siswa dengan
keterbelakangan mental jatuh kedalam kategori ringan. Pada akhir masa remaja, individu
dengan keterbelakangan mental ringan diharapkan untuk mengembangkan keterampilan
akademik di sekitar kelas enam. Pada masa dewasa, banyak yang dapat memegang
pekerjaan dan hidup mereka sendiri dengan beberapa pengawasan yang mendukung atau
di dalam rumah-rumah kelompok. Individu dengan keterbelakangan mental lebih parah
memerlukan lebih banyak dukungan.
Jika anda memiliki siswa dengna keterbelakangan mental di dalam kelas anda, tingkat
keterbelakangna cenderung ringan. Anak-anak dengna keterbelakangan mental yang berat
2014
6
Psikologi Pendidikan
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lebih mungkin untuk menunjukkan tanda-tanda komplikasi neurologis lainnya, seperti
cerebral palsy, epilepsy, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau kekurangan
fisik lahir metabolic lainnya yang mempengaruhi sistem saraf pusat.
Sebagian besar system sekolah masih menggunakan klasifikasi
ringan,
sedang,
berat,
dan
mendalam.
Namun,
karena
kategorisasi berdasarkan rentang IQ bukan predictor sempurna
dari
fungsi,
asosiasi
keterbelakangan
Mental
Amerika
mengembangkan sistem klasifikasi baru berdasarkan tingkat
dukungan yang dibutuhkan anak untuk berfungsi pada tingkat
tertinggi mereka.
Penyebab. Faktor genetic, kerusakan otak, dan faktor lingkungan merupakan penentu
utama penyebab keterbelakangan mental. Faktor Genetik, bentuk yang paling sering
diidetifikasikan sebagai keterbelakangan mental adalah down syndrome, yang ditularkan
secara genetik. Mereka memiliki wajah bulat, tengkorak yang rata, lipatan tambahan kulit di
atas kelopak mata, lidah yang menonjol, kaki pendek, dan keterbelakangan kemampuan
motoric dan mental. Tidak diketahui mengapa kromosom ekstra hadir, tetapi kesehatan
sperma laki-laki atau ovum perempuan mungkin terlibat. Wanita berusia antar a18 dan 38
lebih jauh dari kemungkinan melahirkan anak dengna
down syndrome dibandingkan
dengan perempuan lebih muda atau lebih tua. Down Syndrome muncul pada sekitar 1 dari
setiap 700 kelahiran hidup. Anak-anak Afro-Amerika jarang lahir dengan down syndrome.
Dengan intervensi dini dan dukungan yang luas dari keluarga anak dan professional, banyak
anak-anak down syndrome dapat tumbuh menjadi orang dewasa mandiri. Anak-anak
dengna down syndrome dapat jatuh ke dalam kategori ringan sampai keterbelakangan yang
parah.
Kerusakan Otak dan Faktor Lingkungan. Kerusakan otak dapat disebabkan oleh banyak
infeksi yang berbeda dan bahaya lingkungan. Infeksi pada ibu yang akan hamil, seperti
rubella, sifilis, herpes, dan AIDS dapat menyebabkan keterbelakangan pada anak.
Meningitis dan ensefalitis adalah infeksi yang dapat berkembang di masa kecil. Mereka
menyebabkan peradangan di otak dan dapat menghasilkan keterbelakangan mental.
Bahaya lingkungan yang dapat mengakibatkan keterbelakangan mental meliputi pukulan ke
kepala, kekurangan gizi, keracunan, cedera lahir, dan alcohol atau minum berat dari wanita
hamil.
Gangguan Fisik
Gangguan fisik pada anak-anak meliputi gangguan ortopedi, seperti cerebral palsy, dan
gangguan kejang. Banyak anak dengan gangguan fisik memerlukan pendidikan khusus dan
2014
7
Psikologi Pendidikan
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
layanan terkait, seperti transaportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan sekolah, dan layanan
psikologis.
Gangguan Ortopedi. Anak-anak dengan gangguan ortopedi mengalami gerakan yang
terbatas atau kurangnya control atas gerakan karena otot, tulang, atau masalah sendi.
Tingkat keparahan masalah berkisar luas. Gangguan ortoopedi dapat disebabkan oleh
masalah prenatal atau perinatal, dapat juga karena penyakit atau kecelakaan. Dengna
bantuan perangkat adaptif dna teknologi medis, banyak anak dengan gangguan ortopedi
melakukan kegiatan dengan baik di dalam keals.
Cerebral Palsy adalah gangguan yang melibatkan kurangnya koordinasi otot, gemetar, atau
bicara tidak jelas. Penyebab paling umum dari cerebral palsy adalah kekurangan oksigen
saat lahir. Computer khusus sangat berguna dalam membantu anak-anak dengan cerebral
palsy ketika belajar.
Gangguan Kejang.
Gangguan kejang yang paling umum adalah epilepsi, gangguan
neurologis yang ditandai dengan serangan sensor motoric berulang-ulang atau gerakan
kejang-kejang. Anak-anak yang mengalami kejang biasanya diobati dengan satu atau lebih
obat anti-konvulsan, yang sering kali efektif dalam mengurangi kejang, tetapi tidak selalu
menghilangkannya. Ketika mereka tidak mengalami kejang, siswa dengan epilepsi
menunjukkan perilaku normal. Jika anda memiliki anak di kelas yang memiliki gangguan
kejang, akrablah dengan prosedur untuk memantau atau membantu anak selama kejang.
Gangguan Sensorik
Gangguan sensorik meliputi tunanetra dan tunarungu. Tunanetra termasuk kebutuhan untuk
lensa korektif, penglihatan rendah, dan tidak mampu melihat. Anak-anak gangguan
pendengaran dapat lahir tuli atua mengalami kehilangan perkembangan indra pendengaran
mereka.
Gangguan Penglihatan. Sebagian kecil siswa (sekitar 1 dalam setiap 1000 siswa) memiliki
masalah penglihatan yang serius dan diklasifikasikan sebagai tunanetra. Kategori ini
termasuk siswa yang memiliki kemampuan penglihatan rendah (low vision) dan siswa yang
buta. Anak-anak dengna penglihatan rendah memiliki ketajaman visual antara 20/70 dan
20/200 (pada skala Snellen, dimana penglihatan 20/20 termasuk normal) denga lensa
korektif. Anak-anak dengna penglihatan rendah dapat membaca buku-buku cetak besar
atau buku biasa dengna bantuan kaca pembesar. Anak-anak yang buta secara pendidikan
tidak dapat menggunakan penglihatan mereka dalam belajar dan harus bergantung pada
pendengaran dan sentuhan untuk belajar mereka. Sekitar 1 dari 3000 anak buta secara
2014
8
Psikologi Pendidikan
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pendidikan. Banyak anak-anak yang buta secara pendidikan memiliki kecerdasan dan fungsi
normal sangat baik secara akademis dengan dukungna yang tepat dan alat bantu belajar.
Tugas penting dalam bekerja dengna anak yang memiliki gangguan penglihatan adalah
untuk menentukan modalitas (sperti sentuhan atau pendengaran) di mana siswa belajar
dengan baik. Duduk di depan kelas sering kali bermanfaat bagi anak dengan gangguan
penglihatan.
Gangguan Pendengaran.
Gangguan pendengaran dapat membuat belajar sangat sulit
bagi anak-anak. Anak-anak yang lahir tuli atau mengalami gangguan pendengaran yang
signifikan dalam beberapa tahun pertama kehdiupan biasanya bicara dengan bahasa tidak
berkembang normal. Anda mungkin juga memiliki beberapa anak di dalam kelas yang
memiliki gangguan pendengaran yang belum terdetksi. Jika anda memiliki siswa yang
mengarahkan satu telinga kea rah pembicara, sering meminta sesuatu untuk yang diulang,
tidak mengikuti arah, atau sering mengeluh sakit telinga, pilek, dan alergi, pertimbangkan
pendengarna siswa tersebut dievaluasi oleh spesialiasi, seperti audiolog.
Banyak anak dengan gangguan pendengaran menerima instruksi tambahan di luar kelas
regular. Pendekatan pendidikan belajar untuk membantu siswa dengan gangguan
pendengaran terbagi dalam dua kategori: lisan dan manual. Pendekatan lisan termasuk
menggunakan pembacaan bibir, pidato (ketergantungan pada isyarat visual untuk mengajar
membaca), dan apa pun yang dapat siswa dengar. Pendekatan manual melibatkan bahasa
isyarat dan ejaan jari. Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan
kata-kata. Ejaan jari terjdir ata “mengeja” setiap kata dengan menandatangani.
2014
9
Psikologi Pendidikan
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Gage, N.L & Berliner, David C. (1998). Educational Psychology (6th ed). Boston, New
York: Houghton Mifflin Company.
2. Moreno, R. (2010). Educational Psychology. United State of America: John Wiley & Son,
Inc
3. Santrock, J.W. (2007). Educational Psychology(5the edition). NY, America: McGraw- Hill
Company Inc.
4. Slavin, R.E (2006). Educational psychology: theory and practice (8th edition). Boston,
MA: Pearson.
2014
10
Psikologi Pendidikan
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download