MODUL PERKULIAHAN Psikologi Pendidikan Individu berkebutuhan khsus dan pendidikan inklusi 1 Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 09 Kode MK Disusun Oleh MK61022 Ainul Mardiah, M.Sc Abstrak Kompetensi Dalam perkuliah ini akan dibahas tentang anak berkebutuhan khsusu dan pendidikan inklusi Mahasiswa mampu mengetahui mampu memahami dan menjelaskan individu berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusi Individu berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusi 1 Anak Berkebutuhan khusus Sekolah tidak bisa mengakomodir individu per individu kebutuhan siswa. Untuk kebutuhan efisiensi, siswa dikelompokkan kedalam kelas dan diberikan instruksi yang umum yang memberikan manfaat pada siswa secara keseluruhan. Namun, sebagian siswa terkadang tidak bisa ditempatkan dalam situasi yang sama, seperti siswa yang mengalami gangguan fisik, sensori yang membuat mereka sulit menyesuaikan diri tanpa adanya bantuan dari guru. Siswa lainnya memiliki diagnose mental retardasi, gangguan emosional dan perilaku, genius dimana pendidikan umum yang disediakan oleh pemerintah tidak bisa mengakomodir kebutuhan mereka tanpa adanya bantuan dari guru. Untuk mendapatkan pendidikan khusus maka siswa harus memiliki ciri-ciri tertentu untuk dikategorikan bahwa mereka memiliki gangguan ataupun sindrom. Contoh lebel yang banyak digunakan adalah “gangguan belajar spesifik”, “mental retardasi” yang digunakan secara umum. Pelabelan cenderung melekat, membuatnya susah untuk diubah, dan label yang diberikan itu sendiri dapat membuat “cacat” siswa. Oleh karenanya para professional pendidikan mesti menghindari penggunaan label yang secara tidak sengaja menstigma siswa, membuat mereka kedengaran tidak manusiawi, memisahkan mereka dari teman-temannya, dan mungkin menyebabkan mereka terdiskriminasi. Istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) digunakan untuk menggambarkan anak yang secara fisik, mental dan perilaku sangat berbeda dari norma pada umumnya- bisa jadi berbeda karena kurang ataupun karena kelebihan- dimana bantuan tambahan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ABK. Istilah ABK dengan anak cacat adalah hal yang berbeda. ABK adalah keterbatasan fungsi dari siswa yang mempengaruhi kemampuan fisik dan kognisi anak, ABK mengalami kesulitan dalam proses belajar baik itu dalam pemahaman, berbicara, menulis, dan kesulitan terkadang muncul pada pendengaran, berpikir, membaca, menulis dan pelafalan. Cacat atau disabilitas adalah kondisi yang membebankan individu dengan disabilitas yang dilakukan oleh masyarakat, lingkungan fisik, ataupun sikap. Contoh: tidak tersedianya jalan khusus untuk siswa yang menggunakan kursi roda. Oleh karenanya disabilitas tidak sama dengan ABK. Orang yang biasanya pertama sekali mengidentifikasikan gangguan belajar pada anak adalah guru kelas. Ketika guru melihat hal tersebut, maka akan dipanggil spesialis untuk mendiagnosa ganguan pada anak. Evaluasi psikologis (contoh: intelegensi) dan pendidikan 2014 2 Psikologi Pendidikan Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (contoh: level prestasi) adalah hal paling penting. Tes tambahan lainny a adalah kemampuan penglihatan, bahasa dan juga memori. Gangguan belajar membaca, menulis dan matematika Gangguan belajar yang paling umum pada anak sekolah gangguan membaca, menulis dan matematika. Diseleksia adalah gangguan dalam membaca dan pengejaan. Sekitar 80% anak-anak mengalami gangguan membaca. Anak-anak ini mengalami kesulitan dalam elajar fonologi, bagaimana kata yang diucapkan cocok dengan penulisan huruf dan kata, dan juga mengalami masalah dalam memahami. Disgrafia adalah gangguan dalam menulis. Biasanya anak dengan gangguan disgrafia menulis sangat lambat, tulisan mereka tidak terbaca, dan penulisan sering salah pengejaan karena ketidak mampuan mereka mencocokkan antara suara yang dihasilkan denga huruf. Sebuah studi menunjukkan bahwa anak laki-laki mengalami gangguan disgrafia lebih banyak dibandingkan anak perempuan (Berninger & others, 2008). Diskalkulia atau yang lebih dikenal dengna ganguan belajar aritmatika. Di Amerika ganguan ini menyerang 2 sampai 6 persen anak usia sekolah dasar. Hasil penelitian menemukan bahwa anak yang mengalami kesulitan dalam menghitung dalam pelajaran matematika mengalami kekurangan dalam kognisi dan neurospikologis, termasuk kesulitan dalam mengingat, persepsi visual, dan kemampuan visua-spasial. Anak mungkin memiliki masalah membaca dan juga dalam matematika, karakteristik dari dua gangguan ini adalah deficit dalam hal kognisi seperti: masalah dalam hal memori/ mengingat. Penyebab dan strategi untuk intervensi Penyebab secara pasti dari gangguan belajar tidak bisa ditetapkan secara pasti, namun ada beberapa kemungkinan yang sudah diteliti. Gangguan belajar memiliki kecenderung turun temurun dalam sebuah keluarga meskipun sampai sekarang gen mana yang mewarisinya belum dapat ditemukan. Sebagian gangguan belajar penyebabnya adanya dalam perkembangan janin ataupun kelahiran, contoh: gangguan belajar cenderung terjadi pada anak yang dilahirkan dengna berat badan yang kurang. Hasil riset dengan menggunakan teknik brain-imaging (contoh: Magnetic Resonance Imaging -MRI), yang mencoba mengidentifikasikan area mana yang menyebabkan gangguan belajar. Hasil menunjukkan tidak ada area yang khusus di otak. Sehingga gangguan belajar kemungkinan besar adanya mengalami gangguan dalam mengintegrasikan informasi dari berbagai area di otak ataupun gangguan halus pada struktur dan fungsi otak (National Institute of Health, 1993). 2014 3 Psikologi Pendidikan Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Banyak intervensi yang sudah dilakukan untuk membantu anak dengan masalah gangguan belajar. Pemberian instruksi intensif pada waktu yang telah ditetapkan oleh seoerang guru yang kompeten, sebagai contoh: pada studi brain-imaging, 15 anak kelas 1 sekolah dasar dengan gangguan membaca menunjukkan kemajuan dalam memberikan respon terhadap intruksi membaca setelah mengikuti program 8 minggu keterampilan phonologi decoding, dan 8 minggu lainnya program keterampilan mengenali kata. Perubahan signifikan pada keterampilan membaca anak sekaligus perubahan pada area yang ada di otak sebagai hasil dari mengikuti program ini. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD) Karakteritis ADHD adalah cacat di mana anak-anak secara konsisten menunjukkan satu atau lebih dari karakteristik berikut ini selama periode waktu: (1) kurang mampu memperhatikan, (2) hiperaktif, dan (3) impulsive. Untuk diagnosis ADHD, awal dari karakteristik ini di masa anak usia dini adalah dibutuhkan, dan karakteristik tersebut melemahkan anak-anak. Anak yang kurang memperhatikan mengalami kesulitan focus pada satu hal dan mungkin bosan dengan tugas setelah hanya beberapa menit. Satu studi menemukan bahwa masalah dalam mempertahankan perhatian adalah jenis yang paling umum dari masalah perhatian pada anak-anak dengan ADHD. Anak hiperaktif menunjukkan tingginya tingkat aktivitas fisik, hamper seakan selalu menjadi bergerak. Anak impulsive mengalami kesulitan membatasi reaksi mereka dan tida melakukan pekerjaan berpikir yang baik sebelum mereka bertindak. Tergantung pada karakteristik bahwa anak-anak dengan ADHD layar, mereka dapat didiagnosis sebagai (1) ADHD dengan didominasi kurangnya kemampuan memperhatikan ADHD dengan hiperaktif/impulsive, atau (3) ADHD dengan kurangnya perhatian dan hiperaktivitas/impulsive Diagnosis dan status. Jumlah anak didiagnosis dan diobati untuk ADHD telah meningkat secara substansial, oleh bebrapa perkiraan dua kali lipat pada 1990-an. Survei nasional menemukan bahwa 7 persen anak-anak A.S. berusia 3 sampai 17 tahun usia menderita ADHD. Gangguan tersebut terjadi sebanyak empat sampai Sembilan kali lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan. Bagaimanapun, terdapat kontroversi atribut kenaikan terutama untuk kesadaran dari gangguan. Lainnya adalah prihatin bahwa banyak anak yang didiagnosis tanpa menjalani evaluasi pofesional yang luas berdasarkan masukan dari berbagai sumber. Tidak sepertik ketidakmampuan belajar, ADHD tidak seharusnya didiagnosis oleh tim sekolah karena ADHD adalah gangguan yang muncul dalam klasifikasi gangguan kejiwaan (DSM-V) denga kriteria diagnostic yang spesifik. Meskipun beberapa tim sekolah dapat 2014 4 Psikologi Pendidikan Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyebabkan masalah hukum bagi sekolah dan guru. Salah satu alasan yang diberikan mengapa tim sekolah tidak harus melakukan diagnosis untuk ADHD adalah bahwa ADHD sulit untuk dibedakan dengan gangguan anak lainnya, dan diagnosis akurat dalam gangguan memerlukan evaluasi oleh seorang spesialis, seperti psikiater anak. Meskipun tanda-tanda ADHD sering hadir di tahun prasekolah, anak-anak dengna ADHD biasanya tidak diklasifikasikan sampai tahun sekolah dasar. Peningkatan akademik dan tuntuan social dari pendidikan formal, serta standar ketat untuk kontrol perilaku, sering meningkatan masalah anak dengan ADHD. Guru sekolah dasar biasanya melaporkan bahwa tipe anak ini memiliki kesulitan dalam bekerja secara independen, menyelesaikan tugas dengna duduk, dan mengatur pekerjaan. Kegelisahan dan mudah dialihkan juga sering dicatat. Masalah-maslah ini lebih mungkin diamati pada tugas yang berulang atau sulit, atau anak merasakan tugas-tugas menjadi membosankan (seperti menyelesaikan lembar kerja atau melakukan pekerjaan rumah). Dulu dianggap bahwa anak-anak dengan ADHD meningkat selama masa remaja, namun sekarang tampaknya peningkatan ini terjadi hanya sekitar sepertiga dari remaja. Kini, diakui gejala ADHD dapat berlanjut ke masa dewasa. Penyebab dan Perawatan. Penyebab pasti dari ADHD belum ditemukan. Namun, sejumlah penyebab telah diungkapkan. Beberapa anak mungkin mewarisi kecenderungan untuk menderita ADHD dari orangtua mereka. Anak-anak lain mungkin mengembangkan ADHD karena kerusakan otak mereka selama perkembangan janin atau setelah melahirkan. Beberapa penyebab munculnya ADHD adalah rokok dan papaparan alcohol selama perkembangan janin, selain berat badan lahir rendah. Sama seperti ketidakmampuan belajar, perkembangan teknik pencitraan-otak mengarah pada pemahaman yang lebih baik mengenai peran otak dalam ADHD. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa ketebalan puncak korteks serebral terjadi tiga tahun kemudian (10,5 tahun) pada anak dengna ADHD dibandingkan anak-anak tanpa ADHD. Penundaan tersebut lebih menonjol di daerah prefrontal otak yang sangat penting dalam perhatian dan neurotransmitter, seperti serotonin dan dopamine, yang mungkin berperan pada ADHD. Stimulan obat seperti Rital atau Addreall (yang memiliki efek samping yang lebih sedikit daripada Ritalin) efektif dalam meningkatkan banyak perhatian anak dengan ADHD, namun biasanya tidak meningkatkan perhatian mereka ke tingkat yang sama seperti anak-anak tanpa ADHD. Sebuah meta-analisis ini menyimpulkan bahwa perilaku perawatan manajemen efektif dalam mengurangi efek ADHD. Para peneliti telah menemukan bahwa kombinasi obat-obatan (seperti Ritalin) dan manajemen perilaku, sering kali-namun tidak selalu-memperbaiki perilaku anak-anak dengna ADHD lebih dari obat saja atau perilaku manajemen saja. 2014 5 Psikologi Pendidikan Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Guru memainkan peran penting dalam memantau apakah obat ADHD telah diresepkan pada tingkat dosis yang tepat. Sebagai contoh, merupakan hal baisa bagi seorang siswa yang sedang dalam pengobatan ADHD untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik di pagi hari, tetapi di sore hari, ketika dosisi telah memudah, mereka kembali lalai atau hiperaktif. Para kritikus berpendapat bahwa banyak dokter yang terlalu cepat untuk meresepkan stimulant untuk anak-anak ADHD dengna gejala yang lebih ringan. Pada tahun 2006, pemerintah A.S. mengeluarkan peringatan tentang resiko kardiovaskular dari obat stimulant untuk mengobati ADHD. Keterbelakangan Mental Jumlah anak-anak dengan keterbelakangan mental yang diajarkan di kelas regular semakin meningkat. Fitur yang paling khas dari keterbelakangan mental adalah fungsi intelektual yang tidak memadai. Jauh sebelum tes formal dikembangkan untuk menilai kecerdasan, individu dengan keterbelakangan mental diidentifikasi sesuai dengan kurang sesuainya usia keterampilan dalam belajar dan dalam merawat diri mereka sendiri. Setelah tes kecerdasan diciptakan, beberapa digunakan untuk menunjukkan seberapa ringan atau berat keterbelakangan tersebut. Seorang anak mungkin hanya sedikit terbelakang dan mampu belajar dalam kelas regular atau sangat terbelakang dan tidak mampu belajar dalam pengaturan tersebut. Selain kecerdasan yang rendah, deficit dalam perilaku adaptif juga termasuk dalam definisi keterbelakangan mental. Keterbelakangan mental adalah kondisi dengan gejala sebelum usia 18 yange melibatkan kecerdasan yang rendah (biasanya, nilai pada tes kecerdasan tradisional individu yang diberikan di bawah 70) dan kesulitan dalam beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Bagi seorang individu untuk didiagnosis masa kanak-kanak, tidak mengikuti fungsi normal jangka panjang yang terganggu oleh kecelakaan atau jenis lain dari serangan pada otak. Klasifikasi dan jenis keterbelakangan mental. Keterbelakangan mental dikategorikan dalam ringan, sedang, berat, atau mendalam. Sekitar 89 persen dari siswa dengan keterbelakangan mental jatuh kedalam kategori ringan. Pada akhir masa remaja, individu dengan keterbelakangan mental ringan diharapkan untuk mengembangkan keterampilan akademik di sekitar kelas enam. Pada masa dewasa, banyak yang dapat memegang pekerjaan dan hidup mereka sendiri dengan beberapa pengawasan yang mendukung atau di dalam rumah-rumah kelompok. Individu dengan keterbelakangan mental lebih parah memerlukan lebih banyak dukungan. Jika anda memiliki siswa dengna keterbelakangan mental di dalam kelas anda, tingkat keterbelakangna cenderung ringan. Anak-anak dengna keterbelakangan mental yang berat 2014 6 Psikologi Pendidikan Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id lebih mungkin untuk menunjukkan tanda-tanda komplikasi neurologis lainnya, seperti cerebral palsy, epilepsy, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau kekurangan fisik lahir metabolic lainnya yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Sebagian besar system sekolah masih menggunakan klasifikasi ringan, sedang, berat, dan mendalam. Namun, karena kategorisasi berdasarkan rentang IQ bukan predictor sempurna dari fungsi, asosiasi keterbelakangan Mental Amerika mengembangkan sistem klasifikasi baru berdasarkan tingkat dukungan yang dibutuhkan anak untuk berfungsi pada tingkat tertinggi mereka. Penyebab. Faktor genetic, kerusakan otak, dan faktor lingkungan merupakan penentu utama penyebab keterbelakangan mental. Faktor Genetik, bentuk yang paling sering diidetifikasikan sebagai keterbelakangan mental adalah down syndrome, yang ditularkan secara genetik. Mereka memiliki wajah bulat, tengkorak yang rata, lipatan tambahan kulit di atas kelopak mata, lidah yang menonjol, kaki pendek, dan keterbelakangan kemampuan motoric dan mental. Tidak diketahui mengapa kromosom ekstra hadir, tetapi kesehatan sperma laki-laki atau ovum perempuan mungkin terlibat. Wanita berusia antar a18 dan 38 lebih jauh dari kemungkinan melahirkan anak dengna down syndrome dibandingkan dengan perempuan lebih muda atau lebih tua. Down Syndrome muncul pada sekitar 1 dari setiap 700 kelahiran hidup. Anak-anak Afro-Amerika jarang lahir dengan down syndrome. Dengan intervensi dini dan dukungan yang luas dari keluarga anak dan professional, banyak anak-anak down syndrome dapat tumbuh menjadi orang dewasa mandiri. Anak-anak dengna down syndrome dapat jatuh ke dalam kategori ringan sampai keterbelakangan yang parah. Kerusakan Otak dan Faktor Lingkungan. Kerusakan otak dapat disebabkan oleh banyak infeksi yang berbeda dan bahaya lingkungan. Infeksi pada ibu yang akan hamil, seperti rubella, sifilis, herpes, dan AIDS dapat menyebabkan keterbelakangan pada anak. Meningitis dan ensefalitis adalah infeksi yang dapat berkembang di masa kecil. Mereka menyebabkan peradangan di otak dan dapat menghasilkan keterbelakangan mental. Bahaya lingkungan yang dapat mengakibatkan keterbelakangan mental meliputi pukulan ke kepala, kekurangan gizi, keracunan, cedera lahir, dan alcohol atau minum berat dari wanita hamil. Gangguan Fisik Gangguan fisik pada anak-anak meliputi gangguan ortopedi, seperti cerebral palsy, dan gangguan kejang. Banyak anak dengan gangguan fisik memerlukan pendidikan khusus dan 2014 7 Psikologi Pendidikan Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id layanan terkait, seperti transaportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan sekolah, dan layanan psikologis. Gangguan Ortopedi. Anak-anak dengan gangguan ortopedi mengalami gerakan yang terbatas atau kurangnya control atas gerakan karena otot, tulang, atau masalah sendi. Tingkat keparahan masalah berkisar luas. Gangguan ortoopedi dapat disebabkan oleh masalah prenatal atau perinatal, dapat juga karena penyakit atau kecelakaan. Dengna bantuan perangkat adaptif dna teknologi medis, banyak anak dengan gangguan ortopedi melakukan kegiatan dengan baik di dalam keals. Cerebral Palsy adalah gangguan yang melibatkan kurangnya koordinasi otot, gemetar, atau bicara tidak jelas. Penyebab paling umum dari cerebral palsy adalah kekurangan oksigen saat lahir. Computer khusus sangat berguna dalam membantu anak-anak dengan cerebral palsy ketika belajar. Gangguan Kejang. Gangguan kejang yang paling umum adalah epilepsi, gangguan neurologis yang ditandai dengan serangan sensor motoric berulang-ulang atau gerakan kejang-kejang. Anak-anak yang mengalami kejang biasanya diobati dengan satu atau lebih obat anti-konvulsan, yang sering kali efektif dalam mengurangi kejang, tetapi tidak selalu menghilangkannya. Ketika mereka tidak mengalami kejang, siswa dengan epilepsi menunjukkan perilaku normal. Jika anda memiliki anak di kelas yang memiliki gangguan kejang, akrablah dengan prosedur untuk memantau atau membantu anak selama kejang. Gangguan Sensorik Gangguan sensorik meliputi tunanetra dan tunarungu. Tunanetra termasuk kebutuhan untuk lensa korektif, penglihatan rendah, dan tidak mampu melihat. Anak-anak gangguan pendengaran dapat lahir tuli atua mengalami kehilangan perkembangan indra pendengaran mereka. Gangguan Penglihatan. Sebagian kecil siswa (sekitar 1 dalam setiap 1000 siswa) memiliki masalah penglihatan yang serius dan diklasifikasikan sebagai tunanetra. Kategori ini termasuk siswa yang memiliki kemampuan penglihatan rendah (low vision) dan siswa yang buta. Anak-anak dengna penglihatan rendah memiliki ketajaman visual antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen, dimana penglihatan 20/20 termasuk normal) denga lensa korektif. Anak-anak dengna penglihatan rendah dapat membaca buku-buku cetak besar atau buku biasa dengna bantuan kaca pembesar. Anak-anak yang buta secara pendidikan tidak dapat menggunakan penglihatan mereka dalam belajar dan harus bergantung pada pendengaran dan sentuhan untuk belajar mereka. Sekitar 1 dari 3000 anak buta secara 2014 8 Psikologi Pendidikan Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pendidikan. Banyak anak-anak yang buta secara pendidikan memiliki kecerdasan dan fungsi normal sangat baik secara akademis dengan dukungna yang tepat dan alat bantu belajar. Tugas penting dalam bekerja dengna anak yang memiliki gangguan penglihatan adalah untuk menentukan modalitas (sperti sentuhan atau pendengaran) di mana siswa belajar dengan baik. Duduk di depan kelas sering kali bermanfaat bagi anak dengan gangguan penglihatan. Gangguan Pendengaran. Gangguan pendengaran dapat membuat belajar sangat sulit bagi anak-anak. Anak-anak yang lahir tuli atau mengalami gangguan pendengaran yang signifikan dalam beberapa tahun pertama kehdiupan biasanya bicara dengan bahasa tidak berkembang normal. Anda mungkin juga memiliki beberapa anak di dalam kelas yang memiliki gangguan pendengaran yang belum terdetksi. Jika anda memiliki siswa yang mengarahkan satu telinga kea rah pembicara, sering meminta sesuatu untuk yang diulang, tidak mengikuti arah, atau sering mengeluh sakit telinga, pilek, dan alergi, pertimbangkan pendengarna siswa tersebut dievaluasi oleh spesialiasi, seperti audiolog. Banyak anak dengan gangguan pendengaran menerima instruksi tambahan di luar kelas regular. Pendekatan pendidikan belajar untuk membantu siswa dengan gangguan pendengaran terbagi dalam dua kategori: lisan dan manual. Pendekatan lisan termasuk menggunakan pembacaan bibir, pidato (ketergantungan pada isyarat visual untuk mengajar membaca), dan apa pun yang dapat siswa dengar. Pendekatan manual melibatkan bahasa isyarat dan ejaan jari. Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata-kata. Ejaan jari terjdir ata “mengeja” setiap kata dengan menandatangani. 2014 9 Psikologi Pendidikan Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Gage, N.L & Berliner, David C. (1998). Educational Psychology (6th ed). Boston, New York: Houghton Mifflin Company. 2. Moreno, R. (2010). Educational Psychology. United State of America: John Wiley & Son, Inc 3. Santrock, J.W. (2007). Educational Psychology(5the edition). NY, America: McGraw- Hill Company Inc. 4. Slavin, R.E (2006). Educational psychology: theory and practice (8th edition). Boston, MA: Pearson. 2014 10 Psikologi Pendidikan Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id