BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan terapi psikologi bidang klinis tentunya dipengaruhi oleh berbagai aspek baik dari penderita, terapis, psikolog, orangtua, keluarga, dan berbagai pihak lainnya yang terlibat dalam proses terapi. Berdasarkan hasil penelitian Anil, dkk (2008), menyatakan bahwa teknik The Strategies to Enhance Positive Parenting (STEEP) pada single mother dapat mengurangi problematik pada perilaku anak Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) dan meningkatkan parental stress dan psikopatologi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang ibu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan terapi ADHD. Menurut Paternotte & Buitelaar (2010) ADHD sendiri adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, atau dalam bahasa Indonesia disebut Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Ini tidak berarti anak penyandang ADHD mendapat perhatian yang kurang dari orang tua atau gurunya. Kita membicarakan attention deficit (kekurangan pemusatan perhatian) karena anak – anak ini mengalami kesulitan untuk melakukan pemusatan perhatian terhadap tugas – tugas yang diberikan kepada mereka. 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ ADHD adalah sebuah nama untuk gangguan perilaku dengan gejala – gejala gangguan pemusatan perhatian dan konsentrasi, impulsivitas, dan hiperaktivitas. Menurut Haugaard (2008) anak yang menderita ADHD memiliki masalah pada pusat perhatian dan aktivitasnya yang berlebihan dapat mempengaruhi prestasi belajarnya dan cenderung memiliki prestasi yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki gangguan. Guru –guru di sekolah sering menemukan perilaku mereka yang mengganggu dan ketakutan untuk berurusan dengan mereka. Teman- teman di sekolah sering merasa terganggu karena perilaku aktivitasnya yang berlebihan dan cenderung menolak mereka. Begitu juga orang tua mereka merasa frustasi karena perilakunya yang bermasalah dan memungkinkan timbulnya hubungan antara mereka dengan orang tua serta anggota keluarga lainnya menjadi tegang. Menurut Barkley (1998), pemandangan anak seperti ini ketika berada di sekolah atau sedang mengerjakan tugas individu seperti tidak duduk di kursi mereka, berjalan – jalan di ruang kelas tanpa izin, menggerakan tangan dan kaki karena gelisah saat mengerjakan tugas, bermain dengan benda yang tidak ada hubungannya dengan tugas, menyela pembicaraan, membuat suara yang tidak biasa. Anak ADHD juga cenderung lebih sering merusak properti dibandingkan dengan anak normal lainnya. Ketika mereka menginginkan sesuatu dimana orang lain yang memegang kontrol dan mereka harus menunggu untuk mendapatkannya, seperti orangtua menjanjikan akan mengajaknya berbelanja atau menonton di bioskop, mereka merengek – rengek secara berlebihan pada saat waktu menunggu, mereka tak 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ henti – hentinya menuntut dan egois. Kelompok anak ADHD dengan tingkat mood yang berlebihan, cepat marah, serta adaptasi dan harmonisasi yang rendah merupakan hal yang paling menyusahkan bagi para ibu. Hal ini menyebabkan para ibu cenderung lebih banyak memberikan perintah, bimbingan, kritik, pengawasan, dan hukuman dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak normal. Menurut penelitian, penyebab ADHD dikarenakan oleh beberapa faktor seperti faktor neurologis, faktor genetik, racun dari lingkungan, efek samping obat, dan faktor psikososial (Barkley, 1998). Adapun hambatan serta dampak yang dialami anak ADHD adalah munculnya perilaku agresif, berkembangnya perilaku rasa takut dan depresif, prestasi di sekolah seringkali di bawah rata – rata dan seringkali dikeluarkan dari pihak sekolah serta tidak dapat meneruskan ke sekolah yang lebih tinggi, kesulitan untuk membangun konsep diri yang positif yang pada gilirannya akan membawanya pada masalah – masalah emosional (Paternotte & Buitelaar, 2010). Keadaan yang demikian membuat orangtua harus melakukan terapi khusus ADHD untuk anak mereka. Untuk mengobati gangguan ini dibagi menjadi tiga macam jenis terapi, yaitu medical therapy, behavioral therapy dan gabungan antara medical serta behavioral therapy (mix method). Penelitian yang dilakukan Davis, dkk (2010) terhadap 22 keluarga menyatakan 17 keluarga memilih medical therapy. Padahal, mereka sebelumnya kontra dengan penggunaan obat – obatan untuk ADHD. Sedangkan 19 keluarga menyatakan 68% sudah megikuti behavioral therapy. Beberapa keluarga merasa 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ puas terhadap hasil dari treatment ini namun ada juga yang merasa bahwa behavioral therapy tidaklah cukup dan tidak efektif. Dari ketiga jenis terapi tersebut terlihat adanya pro dan kontra orangtua dalam memilih terapi yang tepat untuk anak mereka yang ADHD. Pro dan kontra tersebut timbul karena tingkat keberhasilan, dampak positif dan negatif dari kedua jenis terapi baik medical maupun behavioral therapy. Orang tua umumnya lebih cenderung menggunakan terapi perilaku melalui pengasuhan menurut Paternotte & Buitelaar (2010). Bukan karena kekurangannya, tetapi karena banyak sekali kritik yang diberikan terhadap penggunaan obat – obatan untuk penggunaan terapi perilaku. Beberapa terapi disebut – sebut misalnya terapi diet, suplemen makanan, obat-obatan homeopathy, neurofeedback dan metode stimulasi otak anak. Sekalipun kini berbagai metode itu tidak melalui penelitian ilmiah atau belum ada bukti yang cukup untuk efektivitasnya, tetapi banyak orang tua mengatakan “katanya” berbagai metode itu bekerja dengan baik. Tetapi tidak semua orangtua mempercayai behavioral therapy adalah jenis terapi yang tepat untuk anak mereka. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lon Castle, dkk ( 2007) rata – rata penggunaan obat ADHD cukup tinggi (mendekati 200 hari terapi dalam setahun). Penggunaan obat ADHD cukup tinggi untuk anak – anak dibawah 10 tahun, dengan rata – rata 227 hari pengobatan dalam setahun pada tahun 2005; koresponden ini setidaknya mengikuti terapi harian selama tujuh bulan atau sepuluh bulan hanya untuk terapi di hari kerja saja. 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Lebih lanjut Paternotte & Buitelaar (2010), juga mengatakan bahwa obat – obatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam terapi ADHD : antara 80% 90% penyandang ADHD secara drastis dapat mengalami perubahan perilaku. Isu – isu yang berkembang dalam penanganan anak ADHD adalah dengan mengonsumsi obat stimulan. Obat ini dipercaya memiliki efek yang lebih baik daripada behavioral therapy. Sekalipun begitu tetap saja para psikolog behavior tetap tidak menyetujui hal ini. Berdasarkan data di atas peneliti melihat bahwa penggunaan medical therapy lebih dominan daripada behavioral therapy. Thorell & Dhalstrom (2009) menemukan hanya 20% anak – anak merasa “jika saya menyerahkan kepada mereka untuk mengambil keputusan, mereka akan memilih untuk berhenti pengobatan”, 43% tidak ingin berhenti pengobatan, dan 37% terkadang ingin berhenti pengobatan. Hasilnya menunjukan bahwa perasaan senang ketika berada di sekolah selama pengobatan lah yang menjadi prediksi terbaik terhadap kesediaan untuk melanjutkan pengobatan. Walaupun penggunaan medical therapy memberikan dampak positif pada anak selama di sekolah tetapi obat – obat ini juga memiliki resiko yang tinggi. Mengenai dampak negatif dari medical therapy juga dibahas oleh Jane Collingwood (www.psychcentral.com, 22 Desember 2014). Pada tahun 2007 telah diadakan pengujian terhadap sejumlah bukti dan ditemukannya sejumlah faktor – faktor yang menghubungkan antara nafsu makan dengan pertumbuhan tinggi dan berat badan. Kehilangan nafsu makan terjadi sebesar 60% dialami anak ADHD yang mengkonsumsi obat stimulan. Hasil penelitian ini juga mengatakan bahwa 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ obat stimulan berhubungan dengan penurunan tinggi badan yang terjadi setidaknya pada tiga tahun awal pengobatan. Salah satu dokter yaitu, Dr. Willemijn M. Meijer dari Institute PHARMO di Utrecht juga mengatakan bahwa penurunan tinggi dan berat badan bukanlah sesuatu yang harus difokuskan pada anak – anak ADHD yang mengonsumsi obat stimulan. Tetapi yang terpenting adalah peran orang tua untuk memberikan nutrisi yang baik untuk anak mereka. Efek samping dari mengonsumsi obat – obatan untuk ADHD tidak hanya pada gangguan pola tidur, berkurangnya nafsu makan dan berat badan. Berdasarkan berita yang dilaporkan oleh Cathy Becker (www.abcnews.go.com, 12 Juni 2009), di Texas terdapat seorang anak berumur 14 tahun penderita ADHD yang dicurigai meninggal dunia setelah meminum obat Adderal XR yang diberikan ibunya. Di Amerika sendiri terdapat 2,5 juta anak yang menderita ADHD mengkonsumsi obat – obatan sebagai upaya untuk menyembuhkan penyakitnya. Orangtuanya percaya bahwa kematian anaknya yang sangat tiba – tiba disebabkan karena faktor obat – obatan untuk mengontrol penyakit ADHD. Penelitian yang dilakukan New York State Psychiatric Institute dan Columbia University di New York City pada 564 anak – anak dan remaja yang meninggal secara tiba - tiba setidaknya terjadi 7,4 kali lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi obat stimulan. Hasil dari penelitian ini dilaporkan juga secara online dalam The American Journal of Psychiatry. American Heart Association menyarankan supaya melakukan cek jantung rutin 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ seperti electrocardiograms atau ECGs, sebelum mulai mengkonsumsi obat stimulan untuk anak ADHD. Begitu banyak isu mengenai berbagai dampak negatif medical therapy ADHD bahkan munculnya korban sudden death di Amerika akibat mengonsumsi obat – obatan ADHD. Disamping itu penggunaan obat – obatan ini juga cenderung lebih dominan daripada terapi perilaku dikarenakan obat – obatan ini lebih cepat berpengaruh dalam mengatasi perilaku anak dengan ADHD. Berbeda dengan behavior therapy yang mengharuskan orangtua lebih bersabar untuk melihat perubahan perilaku anak mereka. Tidak hanya jenis terapi medis dan perilaku saja yang diberikan pada penderita ADHD. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rostain & Ramsay (2006), kombinasi antara pharmacotherapy dan Cognitive Behavior Therapy (CBT) membantu dalam treatment ADHD yang disertai dengan simtom kecemasan dan depresi, serta berbagai simtom lainnya. Walaupun terapi medis berada pada level bottom-up treatment untuk simtom inti ADHD, CBT merupakan pendekatan psikososial top-down yang membantu untuk mengatasi masalah fungsional, memodifikasi pola pikiran negatif, dan membangun strategi coping baru. Dalam memutuskan jenis terapi untuk anak ADHD yang memiliki peran besar adalah orangtua sendiri. Menurut Davis, dkk (2010), menyatakan 12,57% setuju bahwa keluarga adalah satu – satunya pihak yang paling berperan dalam memilih terapi untuk anaknya yang ADHD, sedangkan 6,28.6% mereka memilih untuk menyerahkan baik kepada pihak keluarga maupun kepada psikiater dan 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ sebesar 3,14.3% berpendapat bahwa satu – satunya orang yang paling bertanggung jawab dalam jenis terapi anaknya yang ADHD adalah psikiater. Dapat disimpulkan bahwa orangtua lah yang sangat berperan dalam mengambil keputusan jenis terapi ADHD untuk anak mereka. Walaupun demikian, yang terjadi di masyakarat pada umumnya antara ayah dan ibu memiliki peran yang berbeda dalam rumah tangga. Dimana ayah lebih fokus bekerja untuk menafkahi keluarganya sedangkan seorang ibu cenderung lebih fokus mengasuh anak mereka. Bahkan para ibu yang bekerja di luar rumah tetap berusaha meluangkan waktunya untuk mengasuh anak mereka. Sehingga, dalam penelitian ini peneliti hanya fokus melakukan wawancara kepada ibu yang memiliki anak ADHD. Sangat krusial sekali bagi pihak keluarga dalam menentukan jenis terapi yang tepat untuk anaknya yang menderita ADHD. Tidak hanya tepat tetapi juga aman untuk buah hati mereka. Di samping adanya hasil yang begitu menjanjikan pada medical therapy namun juga memiliki dampak negatif. Sedangkan, behavioral therapy lebih aman dibandingkan dengan medical therapy namun hasil yang diberikan tidak secepat medical therapy serta orangtua harus lebih banyak mengorbankan waktu kerja mereka untuk menemui psikolog. Adapun jenis terapi kombinasi antara medical dengan behavioral therapy yang bisa dikatakan efektif namun anak tetap diharuskan mengkonsumsi obat. Sehubungan dengan penggunaan medical therapy ADHD lebih dominan daripada behavioral therapy dan adanya penelitian mengenai keefektifan combined therapy, maka peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ keberhasilan terapi ADHD dilihat dari proses pengambilan keputusan oleh ibu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena dengan metode ini dapat melihat bagaimana proses pengambilan keputusan ibu dalam memilih jenis terapi untuk anak ADHD, aspek – aspek apa saja yang berperan dalam pengambilan keputusan tersebut dan dari hasil data tersebut dapat dilihat aspek - aspek apa saja yang berpengaruh dalam keberhasilan terapi ADHD. Pengambilan data yang cocok dilakukan untuk mendapatkan data – data yang mendukung adalah dengan melakukan wawancara dan observasi langsung pada para ibu juga observasi pada anak mereka yang ADHD. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana keberhasilan terapi ADHD yang didasari oleh pengambilan keputusan oleh ibu. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas terdapat beberapa permasalahan pada penelitian ini, yaitu : 1. Aspek - aspek apa saja yang memengaruhi keberhasilan terapi ADHD? 2. Bagaimana tahap – tahap pengambilan keputusan yang dialami oleh ibu dalam memilih jenis terapi untuk anaknya yang ADHD? 3. Bagaimanakah faktor – faktor dalam pengambilan keputusan dapat berperan bagi ibu dalam memilih jenis terapi untuk anaknya yang ADHD? 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pemikiran dan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui secara mendalam mengenai keberhasilan terapi ADHD dilihat dari proses pengambilan keputusan mengenai jenis terapi tertentu oleh ibu. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan gambaran yang mendalam mengenai keberhasilan terapi ADHD dilihat dari proses pengambilan keputusan mengenai jenis terapi tertentu oleh ibu. 2. Dapat memberikan gambaran yang mendalam tentang tahap – tahap pengambilan keputusan oleh ibu dalam memilih jenis terapi untuk anaknya yang ADHD. 3. Dapat memberikan gambaran yang mendalam tentang bagaimana faktor – faktor dalam pengambilan keputusan dapat berperan bagi ibu dalam memilih jenis terapi untuk anaknya yang ADHD. 4. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang jenis terapi ADHD. 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan masukan kepada orangtua yang memiliki anak ADHD dalam memilih jenis terapi yang sesuai untuk anak mereka. 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/