PENGADILAN TINGGI MEDAN

advertisement
ME
DA
N
PUTUSAN
Nomor : 54/PDT/2016/PT-MDN
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
GI
Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan
ING
sebagai berikut dalam perkara antara :
1. KASIRUN GULTOM, Jenis kelamin : laki-laki, Pekerjaan : Bertani,
Kebangsaan : Indonesia, Agama : Kristen, Tempat Tinggal di
NT
Huta Sipollung Desa Sitamiang
Kabupaten Samosir
Kecamatan Onan Runggu
Provinsi Sumatera Utara; selanjutnya
disebut sebagai Pembanding I semula tergugat I;
ILA
2. JOSMAN GULTOM, Jenis kelamin : laki-laki, Pekerjaan : Bertani,
Kebangsaan : Indonesia, Agama : Kristen, Tempat tinggal di
Huta Sipollung Desa Sitamiang
Kecamatan Onan Runggu
NG
AD
Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara, selanjutnya
disebut sebagai Pembanding II semula tergugat II;
3. TAHAN GULTOM., Jenis kelamin : laki-laki, Pekerjaan : Bertani ,
Kebangsaan : Indonesia, Agama : Kristen, Tempat tinggal di
Sosor mangambit
Pardomuan
Kabupaten Samosir
Kecamatan
Onan
Provinsi Sumatera Utara,
PE
Runggu
Desa
selanjutnya disebut sebagai Pembanding III semula tergugat III;
4. BANGUN GULTOM, Jenis kelamin : laki-laki, Pekerjaan : Bertani ,
Kebangsaan : Indonesia, Agama : Kristen, Tempat tinggal di
Huta Sipollung Desa Sitamiang Kecamatan Onan Runggu
Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara, selanjutnya
disebut sebagai Pembanding IV semula tergugat IV;
5. MARIANA br.SAMOSIR NY. MANGANTAR GULTOM, Jenis kelamin :
Perempuan, , Pekerjaan : Bertani, Kebangsaan : Indonesia,
Agama : Kristen, Tempat tinggal di Huta Sipollung Desa
Sitamiang
Provinsi
Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir.
Sumatera
Utara,
selanjutnya
Pembanding V semula tergugat V;
disebut
sebagai
ME
DA
N
-2-
6. LISBEN GULTOM, Jenis kelamin : laki-laki, Pekerjaan : Bertani ,
Kebangsaan : Indonesia, Agama : Kristen, Tempat tinggal di
Huta Sipollung Desa Sitamiang Kecamatan Onan Runggu
Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara, selanjutnya
GI
disebut sebagai Pembanding VI semula tergugat VI;
7. JOSAFAT GULTOM, Jenis kelamin : laki-laki, , Pekerjaan : wiraswasta,
ING
Kebangsaan : Indonesia, Agama : Kristen, tempat tinggal
Huta Sipollung Desa Sitamiang
Kabupaten Samosir
di
Kecamatan Onan Runggu
Provinsi Sumatera Utara, selanjutnya
NT
disebut sebagai Pembanding VII semula tergugat VII;
8. DEMAS GULTOM, Jenis kelamin : laki-laki, Pekerjaan : wiraswasta ,
Kebangsaan : Indonesia, Agama : Kristen, Tempat tinggal di
Huta Sipollung Desa Sitamiang
Provinsi
ILA
Kabupaten
Sumatera
Kecamatan Onan Runggu
Utara,
selanjutnya
disebut
sebagai Pembanding VIII semula tergugat VIII;
NG
AD
9. LUPINUS GULTOM, Jenis kelamin : laki-laki, Pekerjaan : wiraswasta/Ketua
Umum Perhimpunan Gultom Hutabalian Jakarta Bogor Depok
Tangerang Bekasi (Jabodetabek), Kebangsaan : Indonesia,
Agama : Kristen, alamat : Jl.Tanah Merdeka No.11.A RT 09/
RW 05. Kel. Susukan Kec.Ciracas Jakarta Timur 13750 DKI
Jakarta, selanjutnya disebut sebagai Pembanding IX semula
PE
tergugat IX;
10. K.SIMBOLON, Jenis kelamin : Laki-laki, , Pekerjaan : wiraswasta/Sekretaris
Perhimpunan
Gultom
Hutabalian
Jakarta
Bogor
Depok
Tangerang Bekasi (Jabodetabek), Kebangsaan : Indonesia,
Agama : Kristen, Alamat : Jl.Tanah Merdeka No.11 A RT 09/RW
05 Kel.Susukan Kec.Ciracas Jakarta Timur 13750 DKI Jakarta,
selanjutnya disebut sebagai Pembanding X semula tergugat X;
Lawan
1. SARLES GULTOM, Jenis kelamin : Laki-laki, Umur : 48 tahun, Pekerjaan :
Wiraswasta, Kewarganegaraan : Indonesia, Alamat di Kompleks
Ruko Griya Sitorus jalan Kapten M.H. Sitorus No. B.10
Kelurahan Timbang Galung Kecamatan Siantar Barat Kota
ME
DA
N
-3-
Pematangsiantar Provinsi Sumatera Utara; selanjutnya disebut
sebagai Terbanding I semula Penggugat I;
2. SAHALA GULTOM,Jenis kelamin : Laki-laki, Umur : 50 tahun, Pekerjaan :
Wiraswasta, Kewarganegaraan : Indonesia, Alamat di Huta
GI
Sibutar Desa Siriaon Kecamatan Onanrunggu Kabupaten
Samosir Provinsi Sumatera Utara, selanjutnya disebut sebagai
ING
Pembanding II semula tergugat II;
3. HARLEM GULTOM, Jenis kelamin : Laki-laki, Umur : 56 tahun, Pekerjaan :
Wiraswasta, Kewarganegaraan : Indonesia, Alamat di
Jalan
NT
Sumatera No. 149 Kota Jambi Provinsi Jambi, selanjutnya
disebut sebagai Pembanding III semula tergugat III;
Dalam hal ini memberikan kuasa kepada 1. Sarles Gultom,SH.,MH 2. Antoni
Purba.,SH.,
Pandiangan.SH.,MH
3.Rosmawari
ILA
Sumihar
masing-masing
Purba.,SH.
Advokat/
4.
Penasihat
Mangembang
Hukum
dan
Pengacara, berkantor di Ruko Griya Sitorus Jalan Kapten M.H Sitorus No. B.10
NG
AD
Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tertanggal 01 September 2014, yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri
Balige
tanggal
06
Oktober
2014
dibawah
Register
No.
119/SK/2014/PN.BLG, selanjutnya Penggugat I juga ada memberikan Kuasa
Kepada 1. Mangembang Pandiangan,SH,.MH. 2. Antoni Sumihar Purba,SH. 3.
Rosmawari Purba, SH Advokat/ Penasihat Hukum dan Konsultan Hukum
PE
berkantor pada Kantor Advokat Sarles Gultom SH., MH & Rekan beralamat di
Ruko Griya Sitorus Jln. Kpt. MH Sitorus No. B.10 Kota Pematang Siantar,
Sumut berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 30 Juni 2015 yang telah
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Balige No. 134/SK/2015/PN.BLG
tanggal 15 Juli 2015;
Dan
CAMAT Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir, beralamat di Onanrunggu
Kecamatan
Onanrunggu Kabupaten Samosir
Provinsi
Sumatera Utara, selanjutnya disebut sebagai Turut Terbanding
semula Tergugat XI;
Pengadilan Tinggi tersebut;
Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan
dengan perkara tersebut;
ME
DA
N
-4-
TENTANG DUDUK PERKARA;
Menimbang, bahwa Para Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal
06 Oktober 2014, yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Balige
dibawah Register Nomor : 43/Pdt.G/2014/PN.Blg tertanggal 06 Oktober 2014,
GI
telah mengajukan gugatan yang berbunyi sebagai berikut :
1. Bahwa kakek moyang Para Penggugat adalah benama Gultom Hutapea,
anak
kedua atau keturunan dari Toga
ING
dan Gultom Hutapaea adalah
Gultom yang merupakan sub clan marga keturunan dari Toga Pandiangan,
dan Toga Pandiangan adalah anak ketiga dari Raja Lontung, dan Raja
Lontung adalah keturunan dari Raja Sariburaja dan Raja Sariburaja adalah
NT
keturunan dari Guru Tatea Bulan dan Guru Tatea Bulan adalah keturunan
dari Siraja Batak yang menjadi Kakek Moyang Suku Batak yang bermula di
Sianjurmula-mula Pulau Samosir;
ILA
2. Bahwa sesuai dengan riwayat silsilah yang ada dimiliki oleh para penggugat
bahwa Toga Gultom mempunyai 3 (tiga) orang anak laki-laki kandung yaitu
: 1. Gultom Hutatoruan atau disebut juga Gultom Tujuan laut. 2. Gultom
NG
AD
Hutapea, 3. Gultom Hutabagot;
3. Bahwa sesuai hikayat yang diketahui secara umum dikalangan keturunan
Toga Gultom bahwa semasa hidupnya Toga Gultom juga ada mengangkat
seorang anak laki-laki ( batak : mangain anak) yang diberi nama Gultom
Hutabalian;
4. Bahwa dahulu kala Toga Gultom (kakek moyang penggugat) membuka
yang dijadikan
PE
tanah kosong di wilayah Onanrunggu Pulau Samosir
sebagai Tanah leluhur ( batak : bona pasogit) dan sebagai pemukiman dan
areal pertanian bagi keturunan dari Toga Gultom, dan tanah kosong yang
dibuka Toga Gultom (kakek moyang para penggugat) itu menjadi satu
wilayah NAGARI pada masa penjajahan belanda dan disebut dengan
NAGARI
GULTOM,
dan
wilayah
tersebut
menjadi
masuk
wilayah
Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir pada masa sekarang;
5. Bahwa selanjutnya Tanah kosong yang dibuka oleh Toga Gultom (kakek
moyang para penggugat) tersebut kemudian diwariskan kepada ketiga anak
keturunannya menjadi tiga bagian dan tanah tersebut menjadi tanah pusaka
ulayat ( batak : Golat) bagi masing-masing keturunan Toga Gultom;
6. Bahwa Tanah pusaka yang dibuka oleh Toga Gultom tersebut menjadi tiga
bagian tanah ulayat (batak : golat), yaitu :
a. Tanah Ulayat ( batak :Golat ) Gultom Hutatoruan (tujuan laut) meliputi
wilayah Lumban Niambit Tujuan Laut berbatasan dengan Sosor Pea,
Simarjojong dan sekitarnya;
ME
DA
N
-5-
b. Tanah Ulayat ( batak :Golat ) Gultom Hutapea diantaranya
wilayah
SITAMIANG
yang
terdiri
dari
meliputi
wilayah
SIPOLLUNG,SIMARDALIHAN,SIBUTAR, SIRIAON ,SIATULAN, SILIMA
LOMBU, HUTA HOTANG dan JANJI MATOGU dan juga di wilayah
RIANIATE, LUMBAN TONGA-TONGA GONTING dan sekitarnya;
GI
c. Tanah Ulayat ( batak :Golat ) Gultom Hutabagot meliputi Huta Joring
wilayah Janji Matogu;
ING
7. Bahwa Gultom Hutabalian yang menjadi anak angkat ( batak : anak ain) dari
Toga Gultom tersebut tidak mempunyai tanah pusaka ulayat ( batak : golat)
dari Toga Gultom sesuai dengan hikayat yang diketahui oleh para
penggugat;
(golat)
secara
NT
8. Bahwa akibat Gultom Hutabalian tidak mempunyai tanah pusaka ulayat
tersendiri
maka
Gultom
Hutabalian
beserta
para
keturunannya bermukim bersama di tanah ulayat ( batak : Golat) milik
ILA
Gultom Hutapea hingga sampai sekarang ini, sehingga kedudukan Gultom
Hutabalian beserta keturunannya adalah saudara pemukim bersama ulayat
(batak : dongan tubu parripe pangisi ni golat) di tanah ulayat (golat) Gultom
NG
AD
Hutapea;
9. Bahwa sesuai hukum adat batak tentang kepemilikan tanah ulayat (golat)
maka saudara pemukim bersama ulayat (batak : dongan tubu parripe
pangisi ni golat) tidak mempunyai hak kepemilikan atas tanah ulayat (golat)
tetapi hanya mempunyai hak mendiami dan mengusahai atas tanah ulayat
(golat) atas ijin pemilik tanah ulayat (golat), sehingga saudara pemukim
PE
bersama ulayat (batak : dongan tubu parripe pangisi ni golat) tidak boleh
mendirikan atau membangun sesuatu di atas tanah ulayat (golat) secara
tetap atau kekal (permanent) tanpa persetujuan dari keturunan pemilik
tanah ulayat (golat);
10. Bahwa kakek moyang para penggugat adalah keturunan (batak : pomparan)
dari Gultom Hutapea yang mempunyai tanah ulayat (golat) di tanah ulayat
(golat) Gultom Hutapea di wilayah SITAMIANG yaitu di Kampung (huta)
SIPOLLUNG;
11. Bahwa para penggugat adalah keturunan dari Oppu Balubu Gultom
Hutapea, dan Oppu Balubu Gultom Hutapea memiliki 3 orang anak yaitu :
1. Oppu Solonggahon gelar Raja Lan Gultom Hutapea Kepala Kampung
Sibutar kakek Penggugat I , 2. St.Lusius Gultom Hutapea kakek Penggugat
II , 3. St. Elias Gultom Hutapea kakek Penggugat III;
ME
DA
N
-6-
12. Bahwa Oppu Solonggahon gelar Raja Lan Gultom Hutapea yang semasa
hidupnya berkedudukan sebagai Kepala Kampung Sibutar
orang anak yaitu :
memiliki 3
a. Ganjang Gultom Hutapea bermukim di kampung Sipollung.
b. Barkansit Gultom Hutapea bermukim di kampung Sibutar.
GI
c. Monang Gultom Hutapea bermukim di Kota Medan .
13. Bahwa sesuai dengan ranji silsilah di atas maka Ganjang Gultom Hutapea,
ING
dan Barkansit Gultom Hutapea serta Monang Gultom Hutapea adalah cucu
dari OPPU BALUBU GULTOM HUTAPEA;
14. Bahwa Ganjang gultom Gultom Hutapea memiliki keturunan yaitu : Jaman
Gultom Hutapea;
NT
15. Bahwa Barkansit Gultom Hutapea memiliki keturunan yaitu :
a. Rolman Gultom Hutapea.
b. Ir. Sabungan Gultom Hutapea.
ILA
c. Dules Gultom Hutapea.
d. Drs. Morris Gultom Hutapea..
e. Sarles Gultom SH.MH ( in casu : Penggugat I ).
NG
AD
f. Nikson Gultom Hutapea.
16. Bahwa Monang Gultom memiliki keturunan yaitu : Zulkifli Gultom Hutapea;
17. Bahwa St.Lusius Gultom Hutapea memiliki keturunan yaitu Jansen Gultom
Hutapea dan Jansen Gultom Hutapea Memiliki keturunan
yaitu Sahala
Gultom Hutapea ( in casu : Penggugat II ) dan Herdal Gultom Hutapea;
18. Bahwa Elias Gultom Hutapea memiliki keturunan yaitu : 1. Medan Gultom
PE
Hutapea ,2.Sudin Gultom Hutapea,3.Mangiring Gultom Hutapea
dan
Medan Gultom Hutapea Memiliki keturunan yaitu : 1.Harlem Gultom
Hutapea (in casu : Penggugat III ),2.Hardiman Gultom Hutapea ,3.Hadirun
Gultom Hutapea
4.Harmadi Gultom Hutapea dan 5.Koradin Gultom
Hutapea dan Sudin Gultom Hutapea memiliki keturunan yaitu : Fredddy
Gultom Hutapea dan Edu Gultom Hutapea;
19. Bahwa dahulu Kakek moyang para penggugat yang bernama OPPU
BALUBU GULTOM
HUTAPEA telah membuka dan mendirikan sebuah
kampung (batak : huta) di dalam Tanah ulayat (golat) Gultom Hutapea
dengan cara membuat benteng (batak : parik) sekeliling kampung (huta)
dan kampung (huta) tersebut diberi nama HUTA SIPOLLUNG, dan Oppu
Balubu Gultom Hutapea telah mendaftarkan kampung Sipollung tersebut
kepada pemerintah Belanda pada masa penjajahan sesuai aturan yang
berlaku pada saat itu, dan Pemerintah Belanda melalui Asissten controleur
di Pangururan Samosir telah menerbitkan surat besluit pendaftaran
ME
DA
N
-7-
kampung Sipollung tersebut sesuai dengan
Petikan dari Register der
Kampoengs Met de daarover besturende Radja’s dengan Nummer 111,
Nama
Kampoeng
:
SIPOLLUNG,
nama
Toenggane
ni
Hoeta
O.Baloeboe(baca: : O.BALUBU), dan sekaligus menjabat sebagai R.II
(batak : RAJA PADUA ) : O. BALUBU, dan Nama Djaihutan : O.R NAHAL
20. Bahwa
Kampung
Sipollung
GI
GULTOM;
merupakan tempat
perkampungan
dan
ING
mempunyai areal pekarangan di sekelilingnya yang luasnya kira-kira 16822
m2 dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah timur
: Danau Toba
Sebelah selatan : Sungai/Tanah Op.Balubu.
: Jalan Raya Onanrunggu - Lagundi .
Sebelah utara
: Tanah Op.Balubu
NT
Sebelah barat
21. Bahwa sesuai aturan yang berlaku pada masyarakat batak pada umumnya
ILA
dan masyarakat batak di pulau Samosir khususnya pada zaman dahulu
bahwa seseorang hanya dapat mendirikan kampung (huta) di atas tanah
ulayat kakek moyangnya atau para leluhurnya, dan orang yang mendirikan
NG
AD
kampung (huta) di dalam tanah ulayat kakek moyangnya atau leluhurnya
itulah yang menjadi tungganeni huta / pemilik kampung;
22. Bahwa sesuai Petikan dari Buku Bius atau Buku Register der Kampoeng
Met de daarover besturende Radja’s dengan Nummer 111, Nama
Kampoeng : SIPOLLUNG, nama Toenggane ni Hoeta : O.BALUBU dan
sekaligus menjabat sebagai R.II (batak : RAJA PANDUA ) : O. BALUBU,
PE
dan Nama Djaihutan : O.R NAHAL GULTOM, telah terbukti bahwa
Kampung (huta) Sipollung terdaftar dan tercatat atas nama OPPU BALUBU
GULTOM HUTAPEA maka sebagai pemilik dan pendiri dari kampung (huta)
Sipollung
adalah
Oppu
Balubu
Gultom
Hutapea
sesuai
dengan
Yurisprudensi (Putusan) Mahkamah Agung R.I tanggal 18 Mei 1977 No.
1333 K/Sip/1974 yang menyatakan bahwa Buku Bius adalah Suatu alat
bukti sempurna yang membuktikan sipemilik/Sipendiri suatu perkampungan
yang namanya tertulis dalam buku bius);
23. Bahwa Jaman alias Ama Rosli Gultom Hutapea ( cicit
dari Raja Op.
Baloeboe Gultom Hutapea) telah memdaftarkan kembali kampung Sipollung
ke kantor Camat Onanrunggu sesuai dengan Surat Keterangan No.
1045/2/1980 yang menyatakan
tentang pendaftaran Kampung/Huta
Sipollung atas nama Jaman alias Ama Rosli Gultom ( cicit dari Raja Op.
Baloeboe Gultom Hutapea) di Kecamatan Onan Runggu dahulu Kabupaten
Tapanuli Utara dan sekarang Kabupaten Samosir, sehingga berdasarkan
ME
DA
N
-8-
surat tersebut telah terbukti bahwa Kampung Sipollung tetap dikuasai dan
diusahai oleh keturunan Oppu Balubu Gultom Hutapea dan termasuk para
penggugat;
24. Bahwa kakek moyang Para Tergugat adalah keturunan (batak : pomparan)
dari belahan marga (sub clan) Gultom Hutabalian yang merupakan anak
GI
angkat (batak : anak ain) dari Toga Gultom, dan para Tergugat adalah
keturunan dari OPPU MANGKOMAT GULTOM HUTABALIAN berdasarkan
ING
keterangan Lupinus Gultom (Tergugat IX);
25. Bahwa para kakek dan orangtua para penggugat memberitahukan kepada
para penggugat bahwa semasa hidupnya Oppu Mangkomat Gultom
Hutabalian telah turut bermukim di Kampung (huta) Sipollung tersebut
NT
bersama dengan kakek para penggugat yang bernama Oppu Balubu
Gultom Hutapea dan kedudukan Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian
adalah sebagai saudara semarga pemukim bersama (batak : dongan tubu
ILA
parripe pangisini huta), sehingga Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian
beserta keturunannya tidak termasuk sebagai marga yang meraja ( belanda
: HEERSENDE MARGA atau batak : tungganihuta/raja huta) di kampung
NG
AD
(huta) Sipollung maupun di tanah ulayat sekitarnya sehingga Oppu
Manghomat Gultom Hutapea beserta keturunannya tidak mempunyai hak
milik mutlak (eigendom recht) atas tanah yang dikuasai dan diusahainya di
tanah ulayat (golat) Gultom Hutapea maupun di kampung Sipollung dan
tanah sekitarnya;
26. Bahwa ketika Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian turut bermukim di
PE
kampung Sipollung tersebut, juga ada mengusahai beberapa bidang tanah
yang berada disekitar kampung Sipollung tersebut yang dijadikan sebagai
areal
pertanian,
dan
tanah
tersebut
beralih
diusahai
oleh
para
keturunannnya setelah Oppu Manghomat Gultom Hutabalian meninggal
dunia;
27. Bahwa ada beberapa keluarga keturunan dari Oppu Manghomat Gultom
Hutabalian juga masih turut bermukim di kampung (huta) Sipollung hingga
sampai sekarang dan juga ada mengusahai tanah ulayat yang kosong
peninggalan kakek moyang para penggugat yang ada di sekitar kampung
sipollung;
28. Bahwa para Tergugat I sampai dengan Tergugat VIII adalah sebagian dari
keturunan dari Oppu Manghomat Gultom Hutabalian yang masih turut
bermukim di kampung Sipollung tersebut hingga sampai sekarang, dan para
Tergugat I sampai dengan Tergugat VIII juga ada mengusahai beberapa
ME
DA
N
-9-
bidang tanah ulayat kosong peninggalan kakek moyang para penggugat
yang ada disekitar kampung Sipollung tersebut;
29. Bahwa sesuai kedudukan dari Oppu Manghomat Gultom Hutabalian dan
para Tergugat I sampai dengan Tergugat VIII yang bukan termasuk
keturunan dari Gultom Hutapea yang menjadi pemegang hak ulayat di
GI
Tanah ulayat Gultom Hutapea, maka para Tergugat I sampai dengan
Tergugat VIII juga tidak turut mempunyai hak ulayat di atas tanah ulayat
ING
Gultom Hutapea termasuk di kampung Sipollung dan tanah sekitar kampung
Sipollung tersebut;
30. Bahwa sesuai asal-usul kekerabatan Para Tergugat I sampai dengan
Tergugat VIII adalah sebagai Keturunan Gultom Hutabalian maka Tergugat I
NT
sampai dengan Tergugat VIII tidak turut sebagai pemangku hak ulayat di
atas tanah ulayat Nagari Gultom termasuk di tanah ulayat Gultom Hutapea
dan di kampung sipollung khususnya;
ILA
31. Bahwa kedudukan Gultom Hutabalian beserta keturunannya tidak termasuk
sebagai marga yang meraja ( belanda : heersende marga) yang mempunyai
tanah ulayat (golat) di wilayah nagari Gultom juga disebutkan secara tegas
NG
AD
dalam Notulen Rapat Adat Negeri Gultom dalam pemilihan Candidat Kepala
Nagari Gultom pada tanggal 18 September 1936 dimana para pengetua
adat keturunan (batak : Pomparan ) Toga Gultom yang bermusyawarah
dalam rapat tersebut menerangkan tentang sejarah dari keturunan (batak :
pomparan) GULTOM HUTABALIAN hingga dapat bermukim di wilayah
tanah ulayat Nagari Gultom umumnya dan di tanah Hak Ulayat Sitamiang
PE
dan Kampung Sipollung khususnya,
dan dalam notulen rapat pada
halaman empat dituliskan sebagai berikut: “SEGALA JANG HADLIR SAMA
SETOEDJOE MENERANGKAN BAHASA HOETABALIAN BOEKAN ANAK
SEDJATI
DARI
GOELTOM,
HANJALAH
ANAK
JANG
DIANGKAT,
SEDJARAHNJA DOELOE ADA LELAKI DIHANJOETKAN AROES = BADAI
SAMPAI KEPOELAU SAMOSIR INI DARI MANA ASALNJA TIADA
TENTOE,
LANTAS
INI
ORANG
SELAKOE
TEMAN
MANOESIA
DIPANDANG HINGGA DIANGKAT GOELTOM DJADI ANAKNJA YANG
BOENGSOE.
BOEKAN
SADJA
BAGIAN
GOELTOM
MEMANDANG
HOETABALIAN SEBAGAI ADIKNYA, DJUGA TOEROENAN SIDARI
(SAMOSIR), PAKPAHAN DAN SITINDJAK (SEGALA TOEROENAN SI
TOGA SAMOSIR) SAMA BERADIK PADA HOETABALIAN, BOLEH
DIBILANG HOTEABLIAN ADALAH MARTABAT RENDAH, KETERANGAN
INI DIKUATKAN OLEH CANDIDATEN TOEROENAN LOEMBANTORUAN,
ME
DA
N
- 10 -
HUTAPEA DAN RADJA-RADJA SERTA KETOEA-KETOEA TOEROENAN
HUTABAGOT;
32. Bahwa sesuai sejarah di Nagari Gultom dan dengan Notulen Rapat Adat
Negeri Gultom dalam pemilihan Candidat Kepala Nagari Gultom pada
tanggal 18 September 1936 yang menerangkan tentang sejarah dan latar
HUTABALIAN
telah
terbukti
GI
belakang serta asal-usul kekerabatan ( batak : partuturon ) dari GULTOM
bahwa
Gultom
Hutabalian
beserta
ING
keturunannya tidak ikut menjadi sebagai pemilik tanah ulayat (Golat) di
daerah Nagari Gultom pada umumnya dan tanah ulayat Gultom Hutapea
khususnya yang
masuk wilayah admnistratif pemerintahan Kecamatan
Onanrunggu Kabupaten Samosir pada masa sekarang;
Rapat Adat Negeri Gultom dalam pemilihan
NT
33. Bahwa dalam Notulen
Candidat Kepala Nagari Gultom pada tanggal 18 September 1936 juga ada
diterangkan para pengetua adat tentang Hak penerimaan sesajen adat
ILA
(batak : parjambaran ) dari Hewan atau ternak yang dipotong apabila ada
pesta adat yang diselenggarakan masyarakat adat di Nagari Gultom maka
keturunan Toga Gultom yang berhak menerima jambar Raja Bius adalah
NG
AD
sebagai berikut :
a. Gultom Hutatoruan (tujuan laut) yaitu mendapat jambar atas anak sulung
dari Toga Gultom berupa badan kerbau
yaitu PANGKAL PAHA
TERNAK/HEWAN SESAJEN (batak : HAE BONA atau TOELAN BONA
= belanda : achterpoot);
b. Gultom Hutapea yaitu mendapat jambar sebagai anak kedua dari Toga
PE
Gultom mendapat jambar berupa paha kerbau sebelah bawah (batak :
HALINGKIS);
34. Bahwa Keturunan sub clan Gultom Hutabagot dan sub clan Gultom
Hutabalian tidak ada mendapat jambar bius sebagai pemilik Hak ulayat
(Golat) di wilayah Nagari Gultom sejak dari dahulu hingga sampai sekarang
apabila ada pesta adat yang dilaksanakan oleh masyarakat ulayat (batak :
Pesta Bius);
35. Bahwa Para Tergugat I sampai dengan Tergugat VIII ada menguasai
beberapa bidang tanah kosong yang berada disekitar kampung ( Huta)
Sipollung dimana tanah tersebut merupakan sebagian dari tanah ulayat
peninggalan dari kakek para penggugat yang bernama OPPU BALUBU
GULTOM HUTAPEA yang dikuasai dan diusahai secara tersendiri oleh
OPPU BALUBU GULTOM HUTAPEA semasa hidupnya selaku keturunan
dari Gultom Hutapea selaku pemegang hak ulayat (golat) di wilayah
tersebut;
ME
DA
N
- 11 -
36. Bahwa Para Tergugat I sampai dengan Tergugat VIII mengaku tanah ulayat
yang dikuasai oleh para Tergugat tersebut sebagai tanah peninggalan dari
kakeknya yang benama Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian;
37. Bahwa tindakan Para Tergugat I sampai dengan Tergugat VIII mengaku
tanah ulayat yang
dikuasai oleh para Tergugat tersebut sebagai tanah
GI
peninggalan dari kakeknya yang bernama Oppu Mangkomat Gultom
Hutabalian tidak benar dan mengkangkangi Hak Ulayat para penggugat
ING
selaku keturunan dari OPPU BALUBU GULTOM HUTAPEA khususnya dan
keturunan (pomparan) Gultom Hutapea pada umumnya yang menjadi
pemegang hak ulayat di kampung (huta) Sipollung tersebut, karena semula
Gultom Hutabalian maupun para keturunannya yang menjadi kakek moyang
NT
dari Oppu Manghomat Gultom Hutabalian dan para Tergugat I sampai
dengan Tergugat VIII dapat bermukim di daerah Tanah ulayat milik Gultom
Hutapea yang berada di wilayah Nagari Gultom dan atau Tanah Ulayat
MENUMPANG
“PARRIPE”
ILA
Sitamiang dimana kampung Sipollung terletak adalah hanya bersifat “
atau
atau
Semarga
DONGAN
Pendiam bersama
TUBU
PARRIPE)
”
(bahasa
batak
berdasarkan
tali
NG
AD
persaudaraan karena Gultom Hutabalian khususnya dan Oppu Mangkomat
Gultom Hutabalian
tidak
ada memiliki tanah ulayat (Golat) di wilayah
Nagari Gultom pada masa dahulu;
38. Bahwa
baru-baru ini Para penggugat melihat para Tergugat I sampai
dengan Tergugat X mendirikan sebuah Monument atau Tugu terbuat dari
semen beton (batak : Tambak batu napir) atas nama GULTOM
PE
HUTABALIAN di atas sebidang tanah ulayat (golat) peninggalan dari Oppu
Balubu Gultom Hutapea yang merupakan bagian dari tanah ulayat Gultom
Hutapea yang terletak di kampung (huta) Sipollung Desa Sitamiang
Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir yang luasnya lebih kurang
kira-kira 64 M2 (enampuluh empat meter bujur sangkar) dengan batasbatas sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan : Perkampungan Sipollung.
Sebelah barat berbatasan dengan
: Jalan raya Onan Runggu –Lagundi.
Sebelah Utara berbatasan dengan : Jalan Kampung.
Sebelah Selatan berbatasan dengan
:
Tanah
yang
diusahai
Pangihutan Sijabat.
Dan selanjutnya disebut : Objek Terperkara.
39. Bahwa sesuai pengakuan Tergugat IX dan Tergugat X kepada Tergugat XI
bahwa Tanah tempat pendirian atau tempat pembangunan Monument atau
Tugu Gultom Hutabalian tersebut telah diserahkan oleh Tergugat I sampai
dengan Tergugat VIII
ME
DA
N
- 12 -
selaku keturunan atau ahli waris dari Oppu
Mangkomat Gultom Hutabalian kepada Pengurus perkumpulan marga
Gultom Hutabalian Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang- Bekasi (Jabodetabek)
yang diwakili oleh
LUPINUS GULTOM
dan K.SIMBOLON ( in casu :
Tergugat IX dan Tergugat X) selaku Ketua dan Sekretaris dari perkumpulan
Gultom
Hutabalian
Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-
GI
marga
Bekasi
(Jabodetabek), dan penyerahan dibuat dihadapan Notaris Ny.Edith Siahaan
Bekasi Provinsi Jawabarat;
40. Bahwa
ING
Naibaho,SH. dengan Akta Notaris tanggal 12 April 2014 di Jatiasih Kota
Para Tergugat I sampai dengan Tergugat X telah mendirikan
Monument atau Tugu
(batak : Tambak Batu napir)
Gultom Hutabalian
NT
tersebut tanpa seijin dan tanpa persetujuan dari keturunan atau ahli waris
dari Oppu Balubu Gultom Hutapea selaku ahli waris pemilik hak ulayat
(golat) dan pendiri Kampung (batak : sipukka huta) Sipollung dan tanah
ILA
perladangan di sekitarnya.
41. Bahwa Para Penggugat selaku keturunan dari Oppu Balubu Gultom
Hutapea yang menjadi pemegang hak ulayat atas tanah tempat berdirinya
Gultom Hutabalian tersebut telah melarang para
NG
AD
Monument atau Tugu
Tergugat I sampai dengan Tergugat X untuk meneruskan pembangunan
atau pendirian Monument atau Tugu tersebut sampai ada mufakat dan
musyawarah antara para Tergugat I sampai dengan Tergugat X dengan
keturunan dari Oppu Balubu Gultom Hutapea yang menjadi pemegang hak
ulayat atas tanah tempat berdirinya Monument atau Tugu
Gultom
PE
Hutabalian tersebut, tetapi para Tergugat I sampai dengan Tergugat X tidak
menghiraukan himbauan para Penggugat tersebut;
42. Bahwa para Tergugat I sampai dengan Tergugat X tetap melanjutkan
pembangunan Monument atau Tugu Gultom Hutabalian tersebut dengan
alasan bahwa tanah tempat beridirinya Monument atau Tugu Gultom
Hutabalian tersebut merupakan harta peninggalan dari Ompu Mangkomat
Gultom Hutabalian dan pendirian atau pembangunan Tugu Gultom
Hutabalian tersebut telah mendapat ijin atau rekomendasi dari Tergugat XI
sesuai dengan surat NOMOR :06/TAHUN 2014 tanggal 17 Juni 2014;
43. Bahwa para penggugat sangat keberatan atas tindakan Para Tergugat I
sampai dengan Tergugat X yang membangun atau mendirikan Monument
atau Tugu
Gultom Hutabalian tanpa seijin dan tanpa persetujuan dari
Keturunan Oppu BALOEBOE GULTOM HUTAPEA selaku pemilik hak
ulayat atas tanah terperkara tersebut, karena tindakan Para Tergugat I
sampai dengan Tergugat X tersebut telah mengkangkangi hak dari
ME
DA
N
- 13 -
Keturunan Oppu BALOEBOE GULTOM HUTAPEA selaku pemilik hak
ulayat atas tanah terperkara tersebut.
44. Bahwa Para Tergugat I sampai dengan Tergugat X selaku keturunan dari
Gultom Hutabalian dan atau keturunan dari Oppu Manghomat Gultom
Hutabalian tidak boleh
mendirikan bangunan yang bersifat kekal
GI
(permanent) di atas tanah ulayat milik keturunan Oppu Balubu Gultom
Hutapea selaku keturunan dari Gultom Hutapea yang terletak di kampung
ING
Sipollung tersebut tanpa seijin dan tanpa persetujuan dari keturunan Oppu
Balubu Gultom Hutapea sebagai pemegang hak ulayat karena semula
Gultom Hutabalian maupun para keturunannya yang menjadi kakek moyang
dari Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian dan para Tergugat I sampai
NT
dengan Tergugat X hanya bersifat “ menumpang atau Semarga Pendiam
bersama ” (bahasa batak “PARRIPE” atau DONGAN TUBU PARRIPE) di
kampung (huta) Sipollung khususnya dan di
Tanah ulayat (golat) milik
ILA
Gultom Hutapea yang berada di wilayah Nagari Gultom maupun di Tanah
Ulayat Gultom Hutapea di Sitamiang pada umumnya;
45. Bahwa tindakan para Tergugat I sampai dengan Tergugat X mendirikan
NG
AD
Monument atau Tugu Gultom Hutabalian di atas tanah terperkara tanpa
seijin dan tanpa persetujuan dari keturunan Oppu Balubu Gultom Hutapea
sebagai pemegang hak ulayat adalah suatu perbuatan yang mendahulukan
kekuatan dan tidak mengindahkan aturan (batak : PAJOLO GOGO, PAPUDI
UHUM), maka perbuatan para Tergugat I sampai dengan Tergugat X
tersebut
dapat
dikualifikasikan
sebagai perbuatan
melawan
hukum
PE
(onrechtmatige daad);
46. Bahwa Para penggugat sangat keberatan atas tindakan para Tergugat I
sampai dengan Tergugat X mendirikan Monument atau Tugu Gultom
Hutabalian di atas tanah terperkara tanpa seijin dan tanpa persetujuan dari
keturunan Oppu Balubu Gultom Hutapea sebagai pemegang hak ulayat,
dan Para penggugat tidak mungkin dapat menyelesaikan perselisihan atau
persengketaan hak atas pendirian atau pembangunan Monument atau Tugu
Gultom Hutabalian tersebut dengan para Tergugat I sampai dengan
Tergugat X secara damai, maka Perselisihan atau persengketaan ini harus
diselesaikan melalui putusan pengadilan;
47. Bahwa para Tergugat I sampai dengan Tergugat X telah nyata melakukan
perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) terhadap para penggugat
khususnya dan para keturunan Oppu Balubu Gultom Hutapea pada
umumnya, sehingga akibat dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh
para Tergugat I sampai dengan Tergugat X tersebut, maka
Para
ME
DA
N
- 14 -
Penggugat atau Keturunan dari Oppu Balubu Gultom Hutapea telah
mengalami kegoncangan bathin yang menimbulkan keresahan sehingga
para penggugat mengalami kerugian Immateriel yang tidak ternilai
besarnya;
48. Bahwa pada hakekatnya kerugian immaterial yang dialami oleh para
GI
penggugat khususnya dan Keturunan Oppu BALUBU GULTOM HUTAPEA
pada umumnya tidak dapat dinilai secara pasti, tetapi Para Penggugat
ING
menaksirnya sekedar biaya pemulihan kegoncangan bathin tersebut
sebanyak Rp. 2.000.000.000 ( dua millyard rupiah);
49. Bahwa Para Penggugat dan atau keturunan Oppu Balubu Gultom Hutapea
selalu melakukan pelarangan dan menghimbau supaya Para Tergugat I
NT
sampai dengan Tergugat X tidak melanjutkan pembangunan Moniment
atau tugu Gultom Hutabalian di kampung (huta) Sipollung Desa Sitamiang
Kecamatan Onan runggu Kebaupaten Samosir tersebut
sampai ada
ILA
penyelesaian persengketaan atau persilisihan hak atas tanah tempat
pendirian atau pembangunan Monument atau Tugu Gultom Hutabalian
tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku, tetapi Para Tergugat I sampai
Tergugat
X
tetap
NG
AD
dengan
mengerjakan
atau
melakukan
kegiatan
pembangunan Monument atau Tugu Gultom Hutabalian hingga sampai
saat Gugatan ini diajukan, dan oleh karena itu Para penggugat memohon
agar
Pengadilan
Negeri
Balige
membuat
putusan
provisi
untuk
memerintahkan Para Tergugat I sampai dengan Tergugat X menghentikan
sementara pembangunan Monument atau Tugu
Gultom Hutabalian
PE
tersebut untuk mencegah kerugian yang lebih banyak lagi bagi para
penggugat;
50. Bahwa agar Gugatan Para Penggugat tidak menjadi hampa dikemudian hari
apabila Gugatan Para Penggugat dikabulkan Pengadilan, maka Para
Penggugat memohon supaya Pengadilan Negeri Balige meletakkan sita
jaminan (conservatoir beslag) atas tanah terperkara;
51. Bahwa Gugatan ini didasarkan atas Alat Bukti yang Sah dan tidak mungkin
dapat dibantah oleh Para Tergugat I sampai dengan Tergugat XI, maka
Putusan Pengadilan yang mengabulkan gugatan Para Penggugat patut
dapat dilaksanakan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) walaupun ada
Perlawanan atau Banding maupun Kasasi;
52. Bahwa Gugatan ini timbul sebagai akibat perbuatan Para Tergugat I sampai
dengan Tergugat XI yang melawan hukum dengan menguasai tanah
terperkara tanpa persetujuan dari Para Penggugat selaku keturunan dari
Oppu Balubu Gultom Hutapea, maka para Tergugat I sampai dengan
ME
DA
N
- 15 -
Tergugat XI patut dihukum untuk membayar semua ongkos perkara yang
timbul dalam perkara ini.
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Para Penggugat
memohon agar sudilah kiranya Bapak Ketua Pengadilan Negeri Balige
menetapkan satu hari persidangan untuk memeriksa dan mengadili Perkara
GI
Gugatan ini, serta memanggil Para Penggugat dan Para Tergugat untuk hadir
dalam persidangan yang ditetapkan untuk perkara gugatan ini guna didengar
ING
keterangannya, dan selanjutnya memutus Perkara ini dengan Amar Putusan
sebagai berikut :
--------------------------------------------------MENGADILI---------------------------------------I.
DALAM PROVISI :
NT
Memerintahkan Para Tergugat I sampai dengan Tergugat X menghentikan
sementara pembangunan Monument atau Tugu Gultom Hutabalian di atas
tanah terperkara sampai ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum
ILA
tetap (inkrahgt van gewijsde);
II. DALAM POKOK PERKARA
1. Menerima dan mengabulkan Gugatan Para Penggugat untuk Seluruhnya;
Para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan
NG
AD
2. Menyatakan bahwa
hukum terhadap para penggugat dan atau keturunan Oppu Balubu Gultom
Hutapea dalam pembangunan Monument atau Tugu Gultom Hutabalian di
atas tanah ulayat peninggalan Oppu Balubu Gultom Hutapea seluas lebih
kurang 64 M2 yang terletak di kampung (huta) Sipollung Desa Sitamiang
Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir ;
PE
3. Menyatakan batal demi hukum Surat penyerahan hak atas tanah terperkara
tanggal 12 April 2014 antara Tergugat I sampai dengan Tergugat VIII dengan
Tergugat IX dan Tergugat X yang dibuat dihadapan Notaris Ny. Edith
Siahaan Naibaho,SH di Jatiasih Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat.
4. Menyatakan Tanah Terperkara lebih kurang seluas 64 M2 dengan batasbatas sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan : Perkampungan huta Sipollung .
Sebelah barat berbatasan dengan
: Jalan Raya Onanrunggu-Lagundi.
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Tanah yang diusahai Pangihutan
Sijabat.
Sebelah Utara berbatasan dengan
Adalah sah tanah ulayat (golat)
: Jalan Kampung .
OPPU BALOEBOE GULTOM HUTAPEA
SELAKU KETURUNAN DARI GULTOM HUTAPEA ;
5. Menghukum
Para
Tergugat
I
sampai
dengan
Tergugat
X
untuk
mengosongkan tanah terperkara seluas kurang lebih 64 M2 tersebut dan
ME
DA
N
- 16 -
menyerahkan tanah terperkara kepada Para Penggugat dengan baik dan
kosong tanpa beban ;
6. Menghukum Para Tergugat I sampai dengan Tergugat X membayar kerugian
moril kepada Para Penggugat sebanyak Rp. 2.000.000.000 ( dua millyard
rupiah) dengan kontan dan sekaligus ;
sah dan berharga Sita Jaminan yang telah diletakkan atas
GI
7. Menyatakan
Tanah terperkara ;
ING
8. Menghukum Tergugat XI untuk tunduk dan mentaati putusan dalam Perkara
ini .
9. Menyatakan Putusan dalam perkara ini dapat dijalankan serta merta
Kasasi ;
NT
(uitvoerbaar bij voorraad) walaupun ada Perlawanan atau Banding maupun
10. Menghukum Para Tergugat untuk membayar semua Ongkos Perkara yang
timbul dalam Perkara ini;
ILA
Atau : Apabila Pengadilan berpendapat lain, maka Penggugat memohon
putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
NG
AD
Menimbang, bahwa atas gugatan Para Penggugat, Kuasa Hukum Para
Penggugat menyatakan ada mengajukan suatu perubahan yaitu sebagai
berikut;
1. Bahwa dalam surat gugatan hal 2 No. 5 tertulis “MARIANA br SAMOSIR NY
MANGANTAR GULTOM, jenis kelamin : Perempuan, Pekerjaan : Bertani,
Kebangsaan : Indonesia, Agama : Kristen, Tempat tinggal di Huta Sipollung
PE
Desa Sitamiang Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Provinsi
Sumatera Utara, dan selanjutnya dalam hal ini akan disebut : TERGUGAT V;
Selanjutnya dirubah/ diperbaiki bunyinya sebagai berikut:
5. MARIANA br SIMARE-MARE NY. MANGANTAR GULTOM, Jenis
Kelamin: Perempuan, Pekerjaan Bertani, Kebangsaan Indonesia, Agama
: Kristen, Tempat Tinggal di Huta Sipollung Desa Sitamiang Kecamatan
Onanrunggu
Kabupaten
Samosir
Propinsi
Sumatera
Utara
dan
selanjutnya dalam hal ini akan disebut : TERGUGAT V;
2. Bahwa dalam surat gugatan hal 2 No.8 tertulis “DEMAS GULTOM, Jenis
Kelamin : laki-laki, Pekerjaan : wiraswasta, Kebangsaan : Indonesia, Agama
: Kristen, Tempat tinggal di Huta Sipollung Desa Sitamiang Kecamatan Onan
Runggu Kabupaten Provinsi Sumatera Utara, dan selanjutnya dalam hal ini
akan disebut : TERGUGAT VIII;
Selanjutnya dirubah/ diperbaiki bunyinya sebagai berikut:
8. DEMAS GULTOM, Jenis Kelamin : Laki-laki, Pekerjaan : Wiraswasta,
Kebangsaan : Indonesia, Agama : Kristen, Tempat Tinggal di Huta
ME
DA
N
- 17 -
Sipollung Desa Sitamiang Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir
Propinsi Sumatera Utara dan selanjutnya dalam hal ini disebut :
TERGUGAT VIII;
3. Bahwa dalam surat surat gugatan hal 4 No. 18 tertulis “Bahwa Elias Gultom
Hutapea memiliki keturunan yaitu : 1. Medan Gultom Hutapea, 2. Sudin
GI
Gultom Hutapea,3.Mangiring Gultom Hutapea dan Medan Gultom Hutapea
Memiliki keturunan yaitu : 1. Herlem Gultom Hutapea (in casu : Penggugat
ING
III), Hardiman Gultom Hutapea 4.Harmadi Gultom Hutapea dan 5. Koradin
Gultom Hutapea dan Sudin Gultom Hutapea memiliki keturunan yaitu :
Fredddy Gultom Hutapea dan Edu Gultom Hutapea.
Selanjutnya dirubah/ diperbaiki bunyinya sebagai berikut:
NT
18. Bahwa dalam surat surat gugatan hal 4 No. 18 tertulis “Bahwa Elias
Gultom Hutapea memiliki keturunan yaitu : 1. Medan Gultom Hutapea, 2.
Sudin Gultom Hutapea,3.Mangiring Gultom Hutapea dan Medan Gultom
ILA
Hutapea Memiliki keturunan yaitu : 1. Herlem Gultom Hutapea (in casu :
Penggugat III), Hardiman Gultom Hutapea 4.Harmadi Gultom Hutapea
dan 5. Koradin Gultom Hutapea dan Sudin Gultom Hutapea memiliki
NG
AD
keturunan yaitu : Fredddy Gultom Hutapea dan Edu Gultom Hutapea.
4. Bahwa dalam surat gugatan hal 4 No.20 tertulis “bahwa Kampung Sipollung
merupakan
perkampungan
dan
mempunyai
areal
pekarangan
disekelilingnya yang luasnya kira-kira 16822 m2 dengan batas-batas sebagai
berikut:
Sebelah Timur
: Danau Toba;
PE
Sebelah Selatan : Sungai/ Tanah Op. Balubu;
Sebelah Barat
: Jalan Raya Onanrunggu-Lagundi;
Sebelah Utara
: Tanah Op. Balubu;
Selanjutnya dirubah/ diperbaiki sebagai berikut:
20. Bahwa Kampung Sipollung merupakan perkampungan dan mempunyai
areal pekarangan disekelilingnya yang luasnya lebih kurang 16822 m2
dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Timur
: Danau Toba;
Sebelah Selatan : Sungai/ Tanah Op. Balubu;
Sebelah Barat
: Jalan Raya Onanrunggu-Lagundi;
Sebelah Utara
: Tanah Op. Balubu;
5. Bahwa dalam surat gugatan hal 5 no. 25 tertulis “Bahwa para kakek dan
orangtua para penggugat memberitahukan kepada para penggugat bahwa
semasa hidupnya Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian telah turut bermukim
di Kampung (huta) Sipollung tersebut bersama dengan kakek para
ME
DA
N
- 18 -
penggugat yang bernama Oppu Balubu Gultom Hutapea dan kedudukan
Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian adalah sebagai saudara semarga
pemukim bersama (batak : dongan tubu parripe pangisini huta), sehingga
Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian beserta keturunannya tidak termasuk
sebagai marga yang meraja ( belanda : HEERSENDE MARGA atau batak :
sekitarnya
sehingga
Oppu
GI
tungganihuta/raja huta) di kampung (huta) Sipollung maupun di tanah ulayat
Manghomat
Gultom
Hutapea
beserta
ING
keturunannya tidak mempunyai hak milik mutlak (eigendom recht) atas tanah
yang dikuasai dan diusahainya di tanah ulayat (golat) Gultom Hutapea
maupun di kampung Sipollung dan tanah sekitarnya;
Selanjutnya dirubah/ diperbaiki sebagai berikut:
NT
25. Bahwa para kakek dan orangtua para penggugat memberitahukan kepada
para penggugat bahwa semasa hidupnya Oppu Mangkomat Gultom
Hutabalian telah turut bermukim di Kampung (huta) Sipollung tersebut
ILA
bersama dengan kakek para penggugat yang bernama Oppu Balubu Gultom
Hutapea dan kedudukan Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian adalah
sebagai saudara semarga pemukim bersama (batak : dongan tubu parripe
NG
AD
pangisini huta), sehingga Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian beserta
keturunannya tidak termasuk sebagai marga yang meraja ( belanda :
HEERSENDE MARGA atau batak :
tungganihuta/raja huta) di kampung
(huta) Sipollung maupun di tanah ulayat sekitarnya sehingga Oppu
Manghomat Gultom Hutapea beserta keturunannya tidak mempunyai hak
milik mutlak (eigendom recht) atas tanah yang dikuasai dan diusahainya di
PE
tanah ulayat (golat) Gultom Hutapea maupun di kampung Sipollung dan
tanah sekitarnya;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Para Penggugat tersebut, Kuasa
Hukum Tergugat I sampai dengan Tergugat X begitu juga kuasa Tergugat XI
telah mengajukan jawaban tertulis yang masing-masing dibacakan pada
persidangan tanggal 27 Mei 2015 yang isinya sebagai berikut:
Jawaban Tergugat I sampai dengan Tergugat X:
I
DALAM PROVISI :
Bahwa letak tanah tempat pembangunan Tugu GULTOM HUTA BALIAN
berada di Kampung
( Huta ) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan
Runggu, Kabupaten Samosir dan Kampung ( Huta ) Sipollung tersebut adalah
sah secara hukum milik turunan GULTOM HUTA BALIAN sesuai dengan
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Tanggal 19 Desember 1979
Nomor 178 K / Sip / 1978 Jo.Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01
Agustus 1977 Nomor 184 / PERD / 1977 / PT-MDN, Jo. Putusan Pengadilan
ME
DA
N
- 19 -
Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg ,
dengan demikian dimohonkan kepada Majelis Hakim yang mulia agar menolak
gugatan Provisi yang dimintakan oleh para Penggugat
agar Para Tergugat
menghentikan pembangunan Monumen atau TUGU GULTOM HUTA BALIAN
diatas tanah perkara , sebab Para Penggugat tidak mempunyai otoritas dan
mendirikan TUGU GULTOM
GI
tidak memiliki Hak apapun untuk melarang Para Tergugat membangun dan atau
HUTA BALIAN diatas tanah miliknya para
ING
Tergugat ;------------------------------------------------------------------------------------------II DALAM KONVENSI
DALAM EKSEPSI :
1. GUGATAN PARA PENGGUGAT ADALAH NEBIS IN IDEM ;
bahwa Kampung
NT
Bahwa memperhatikan dalil gugatan para Penggugat yang menyatakan
( Huta ) Sipollung dimana tempat Tugu GULTOM HUTA
BALIAN didirikan adalah milik Para Penggugat selaku keturunan OMPU
ILA
BALUBU GULTOM HUTAPEA ; --------------------------------------------------------Bahwa sebenarnya Kampung ( Huta ) Sipollung, Desa Sitamiang,
Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir dimana TUGU GULTOM HUTA
NG
AD
BALIAN didirikan adalah tanah milik GULTOM HUTA BALIAN bukanlah milik
GULTOM HUTAPEA sebagaimana dalam Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K / Sip / 1978 Jo.Putusan
Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184 / PERD / 1977 /
PT-MDN, Jo. Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14
/ Perdata / 1975 / PN-Blg ; -----------------------------
PE
Bahwa masalah kepemilikan Huta ( Kampung ) Sipollung, Desa
Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir ( sekarang ),
keturunan dari OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA yakni 1. MONANG
GULTOM, 2. NYONYA TAOAR
ALS. NAN JAMAN BORU SITINDAON,
JANDA DARI MENDIANG GANJANG GULTOM HUTA PEA, 3. JAMAN
GULTOM HUTA PEA, selaku PENGGUGAT telah pernah menggugat : 1.
ALLER GULTOM HUTA BALIAN, 2. JIRMAN GULTOM HUTA BALIAN, 3.
KASIRUN GULTOM HUTA BALIAN, 4. AMA NI GAUL GULTOM HUTA
BALIAN, 5. AMA NI PURIDIN GULTOM HUTA BALIAN, 6. AMA NI BOLUK
GULTOM HUTA BALIAN, 7. AMA NI BERLI GULTOM HUTA BALIAN, 8.
MANGANTAR GULTOM
HUTA
BALIAN ( selaku TERGUGAT ) dalam
Perkara Perdata Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg ; ----Bahwa dengan Putusan Mahkamah Agung Nomor 178 K / Sip / 1978
tanggal 19 Desember 1979, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal
01 Agustus 1977, Nomor 184 / PERD / 1977 / PT-MDN, Jo Putusan
ME
DA
N
- 20 -
Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 /
PN-Blg putusan mana telah berkekuatan hukum tetap ( incracht van
gewijsde ) dimana dalam putusan tersebut telah dengan tegas menyebutkan
bahwa Huta ( Kampung ) Sipollung adalah milik keturunan GULTOM HUTA
BALIAN ; --
GI
Bahwa kemudian dalam perkara aquo ( Perkara Perdata No.43 / Pdt.G /
2014/ PN-Blg ), PARA PENGGUGAT ( sekarang ), adalah juga sama yaitu
ING
: KETURUNAN DARI OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA, dan dalam
Perkara Nomor 14 / Perdata / 1975/ PN-Blg para Penggugat juga adalah
keturunan OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA ; ---Bahwa Objek perkara dalam perkara Nomor.43 / Pdt.G / 2014 / PN-Blg
NT
dan Objek dalam Perkara Perdata Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg
juga adalah sama yaitu TANAH TEMPAT TUGU GULTOM HUTA BALIAN
YAKNI HUTA ( KAMPUNG ) SIPOLLUNG ; -----------
ILA
Bahwa dari apa yang telah terurai diatas, dimana Para PENGGUGAT
dalam Perkara Perdata No 14 / Perdata / 1975
/ PN-Blg dan pihak
PENGGUGAT dalam Perkara Nomor 43 / Pdt.G / 2014 / PN-Blg adalah
NG
AD
sama yaitu KETURUNAN OMPU BALUBU dan Objek Perkara adalah juga
sama yaitu : HUTA (KAMPUNG ) SIPOLLUNG TEMPAT TUGU GULTOM
HUTA BALIAN BERDIRI , oleh karena Pihak Penggugat adalah sama yakni
Turunan OMPU BALUBU dan objek perkara adalah sama yakni Tanah
tempat TUGU GULTOM HUTABALIAN / HUTA SIPOLLUNG berada untuk
itu kami mohon kepada Majelis Hakim yang mulia, agar menolak gugatan
PE
Para Penggugat dengan dasar : Nebis in Idem ; ---2. SURAT KUASA TIDAK SAH DAN GUGATAN JUGA TIDAK SAH ;
Bahwa bila memperhatikan Surat Gugatan Para Penggugat pada halaman 1
(satu) dinyatakan bahwa Penggugat - II SAHALA GULTOM dan Penggugat - III
HARLEM GULTOM sesuai dengan Surat Kuasa Tanggal 1 September 2014
diwakili Kuasa Hukumnya dan telah memilih kediaman hukum ( domicilie ) di
alamat Kantor Kuasa Hukumnya :
SARLES GULTOM,S.H.M,H
ANTONI SUMIHAR PURBA,S.H
ROSMAWARI PURBA,S.H
MANGEMBANG PANDIANGAN,S.H, M.H
Para Advokat dan Anggota Perhimpunan Advokat Indonesia ( PERADI ),
Kewarganegaraan Indonesia, Alamat kantor di Kompleks Ruko Griya Sitorus
Jalan Kapten M.H.Sitorus No.B.10 Kelurahan Timbang Galung Kecamatan
Siantar Barat Kota Pematang Siantar Provinsi Sumatera Utara, dan selanjutnya
bertindak baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama sebagai
ME
DA
N
- 21 -
kuasa hukum dari dan sebagai demikian untuk dan atas nama PenggugatPenggugat
Bahwa Penggugat- I SARLES GULTOM telah dengan tegas menyatakan
mengajukan gugatan atas dan untuk dirinya sendiri
kuasa khusus kepada
atau telah memberikan
SARLES GULTOM,S.H,M.H
selaku Advokat /
GI
Penasehat Hukum. Bahwa ternyata SARLES GULTOM selaku PENGGUGAT-I
juga adalah merupakan Advokat / Penasehat Hukum dalam perkara aquo yang
ING
juga merupakan kuasa hukum dari pada PENGGUGAT–I,
dan PENGGUGAT – III ;
PENGGUGAT -II
Bahwa secara umum pengertian Kuasa, dapat dirujuk pada pasal 1792
KUHPerdata yang menyatakan “ Pemberian kuasa “ adalah suatu persetujuan
NT
dengan mana seseorang memberikan kekuasaan pada orang lain, yang
menerimanya untuk dan atas namanya menyelenggarakan sesuatu urusan “.
Bahwa oleh karena “ Pemberian Kuasa “ itu bersifat konsensual dan sifat
perjanjian atau persetujuan Kuasa adalah konsensual ( consensuale
ILA
dari
overeenkomst ) yaitu perjanjian berdasarkan kesepakatan ( agreement ) antara
hubungan Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa dalam arti hukum ;
NG
AD
Bahwa oleh karena hubungan antara Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa
merupakan dalam bentuk persetujuan maka tidak terlepas dari apa yang telah
diatur dalam pasal 1313 KUHPerdata
yang berbunyi : “ Suatu persetujuan
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih “ ;
Bahwa selanjutnya dalam pasal 1315 KUHPerdata berbunyi : “ Pada
PE
umumnya tak seseorang dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau
meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri “
Bahwa kemudian berdasarkan Pasal 18 Ayat ( 2 ) Undang-undang No.18
Tahun 2003 tentang Advokat jelas dinyatakan bahwa “ Advokat tidak dapat di
identikan dengan klientnya dalam membela perkara klient --------------------------“
Bahwa ternyata SARLES GULTOM selaku Penggugat - I dalam perkara
aquo, juga merupakan Kuasa hukum bagi dirinya sendiri sebagaimana yang
telah diuraikan dalam gugatan aquo adalah tidak dapat dibenarkan sebab
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku kemudian juga
akan dapat menimbulkan suatu conflict interest dalam perkara aquo ;
Bahwa oleh karena Surat Kuasa Khusus dalam perkara aquo bertentangan
dengan ketentuan hukum dengan jelas dan tegas Surat Kuasa Khusus yang
demikian adalah tidak sah, dan selanjutnya oleh karena Surat Kuasa Khusus
tersebut tidak sah dengan demikian Gugatan para penggugat juga adalah tidak
sah. Oleh karena itu Kami mohonkan kepada Majelis Hakim yang mulia agar
ME
DA
N
- 22 -
menolak
seluruh
dalil
gugatan
para
Penggugat
atau
setidak-tidaknya
menyatakan gugatan para penggugat tidak dapat diterima ( Niet Ontvantkeljik
veerklaard ) ; -------------------------------------ERROR IN OBJECTO ;
Bahwa dalil gugatan para Penggugat
menyatakan objek perkara adalah
GI
sebidang tanah yang luasnya ± 64 m2 ( enam puluh empat meter persegi )
tempat TUGU GULTOM HUTA BALIAN berdiri, di Huta ( Kampung ) Sipollung,
ING
Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir dengan batasbatas sebagai berikut
Sebelah Timur berbatas dengan Perkampungan Sipollung
Sebelah Barat berbatas dengan Jalan Raya Onan Runggu – Lagundi
NT
Sebelah Utara berbatas dengan Jalan Kampung
Sebelah Selatan berbatas dengan Tanah yang diusahai Pangihutan Sijabat
Bahwa dalil para Penggugat
tersebut harus ditolak oleh karena para
ILA
Penggugat telah salah menetapkan Objek perkara ( error in objecto ) sebab
Tempat / lokasi TUGU GULTOM HUTA BALIAN didirikan adalah berada di huta
( Kampung ) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten
NG
AD
Samosir. Sedangkan huta ( Kampung ) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan
Onan Runggu tersebut adalah huta ( Kampung ) milik GULTOM HUTA BALIAN
sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Tanggal 19
Desember 1979 Nomor 178 K / Sip / 1978, Jo Putusan Pengadilan Tinggi
Medan Tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184 / PERD / 1977 / PT.MDN, Jo
Putusan Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata /
PE
1975 / PN-Blg dan sudah berkekuatan hukum tetap ( Incracht van gewijsde ) ; -KURANG PIHAK YANG DIGUGAT ( PLURIUM LITIS CONSORTIUM ) ;
Bahwa huta ( Kampung ) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan
Runggu, Kabupaten Samosir adalah milik bersama semua keturunan GULTOM
HUTA BALIAN baik yang sekarang tinggal di Sipollung maupun diluar huta (
Kampung ) Sipollung oleh karenanya ada banyak pihak yang tidak ditarik
sebagai pihak dalam perkara aquo, termasuk yang tinggal di huta ( Kampung )
Sipollung. Oleh karena ada beberapa orang / pihak yang memiliki, menguasai
dan mengusahai huta ( Kampung ) Sipollung tidak ditarik sebagai pihak dalam
perkara aquo, dengan demikian gugatan para Penggugat harus ditolak, atau
setidak-tidaknya gugatan para Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima
( Niet Ontvantkelijk veerklaard ) ;.
DALAM POKOK PERKARA :
1. Bahwa seluruh dalil-dalil yang telah para TERGUGAT kemukakan dan
telah diuraikan pada bagian Eksepsi tersebut diatas, secara mutatis-
ME
DA
N
- 23 -
mutandis mohon dianggap telah termasuk dan atau menjadi bagian yang
tidak terpisahkan pada bagian Dalam Pokok Perkara ini ; --------------------Bahwa para TERGUGAT menolak dengan tegas setiap pernyataan,
klaim, dalil, posita maupun petitum Para PENGGUGAT sebagaimana
disebutkan dalam gugatan aquo, kecuali terhadap hal-hal yang telah
GI
secara tegas diakui kebenarannya oleh Para TERGUGAT ; -----------------2. Bahwa para TERGUGAT menolak dengan tegas seluruh dalil, klaim para
ING
PENGGUGAT dalam gugatannya karena didasarkan pada cerita belaka,
maupun hikayat dan bersifat sepihak yang nilai kebenarannya sulit
dipertanggung jawabkan secara hukum ; ------------------------------------------3. Bahwa Para TERGUGAT sangat keberatan dan menolak semua dalil-
NT
dalil gugatan Para Penggugat yang menyatakan di Samosir ada istilah :
HAK ULAYAT, PEMEGANG HAK ULAYAT, TANAH ULAYAT ,
PEMANGKU HAK ULAYAT, TANAH PUSAKA ULAYAT DAN SESAJEN
ILA
ADAT / HEWAN SESAJEN ;
Bahwa secara umum dalam Hukum Adat Batak di Samosir dan
sekitarnya yakni tentang tanah serta kepemilikan tanah di Samosir tidak
NG
AD
dikenal dengan kata-kata atau istilah HAK ULAYAT, PEMEGANG HAK
ULAYAT, TANAH ULAYAT, PEMANGKU HAK ULAYAT, TANAH
PUSAKA ULAYAT dan SESAJEN ADAT / HEWAN SESAJEN yang ada
adalah antara lain : TANAH ADAT( TANO ADAT ), GOLAT MARGA,
HUTA, LUMBAN, SOSOR, TUNGGANE HUTA
/ SIPUNGKA HUTA,
atau SI SUAN BULU, JAMBAR , RAJA HUTA, BIUS dan kemudian
PE
adalagi berbentuk jabatan yang diberikan oleh Pemerintah Belanda
kepada Pribumi yaitu antara lain RAJA PAIDUA ( R-II ) dan DJAIHUTAN ;
Bahwa dalil-dalil para Penggugat dalam gugatannya dengan
menggunakan istilah-istilah tersebut diatas dalam gugatannya adalah
sangat terlalu dipaksakan dengan demikian sekali lagi kami memohon
kepada Majelis Hakim yang mulia agar menolak semua gugatan para
Penggugat ; ---4. Bahwa dalil gugatan para PENGGUGAT pada point 3 ( tiga ) dan point 7
(tujuh) pada halaman 3 ( tiga ) yang menyatakan bahwa TOGA GULTOM
semasa hidupnya ada mengangkat seorang anak laki-laki (mangain)
yang diberi nama GULTOM HUTA BALIAN dan sebagai anak angkat
(anak ain) tidak mempunyai pusaka ( golat ) ; ----------------------Bahwa dalil Para PENGGUGAT tersebut tidak dapat dibenarkan dan
harus ditolak, bila benar TOGA GULTOM semasa hidupnya ada
mengangkat anak laki-laki ( mangain anak ) yakni GULTOM HUTA
ME
DA
N
- 24 -
BALIAN, jelaslah Para PENGGUGAT tidak memahami dengan baik arti
atau makna yang sebenarnya tentang mangain ( mengangkat ) anak
dan Hak-hak anak na diain ( yang diangkat sebagai anak ) dalam arti
hukum ( Adat Batak ) yakni hak kepemilikan harta warisan dalam hukum
Adat Batak : -----------------------
Balai
Pustaka
Jakarta
yang
GI
Bahwa menurut Kamus Bahasa dan Budaya Batak Toba, Penerbit
ditulis
oleh
M.A.MARBUN
dan
ING
I.M.T.HUTAPEA bahwa “ Mangain “ berarti menerima seseorang masuk
dan memakai marga keluarga baik secara perseorangan maupun secara
kelompok . Selanjutnya menurut buku PUSTAHA TOMBAGA HOLING,
Adat Batak, Patik Uhum, yang ditulis oleh RAJA PATIK TAMPUBOLON,
niain
NT
Penerbit Dian Utama, Jakarta, perihal kepemilikan harta pusaka anak na
menyatakan “ adong do deba sian anak pungut laos diain gabe
anakna ima sian natading dilampin naso marama dohot naso marina,
ILA
torus dipagodang-godang jala laos dipanggoarhon asa gabe anakna , jala
na rap mamusakai di arta pusaka dohot anak nanitubuhonna “ ( dalam
bahasa Indonesia : ada dari sebahagian anak pungut
jadi diangkat
NG
AD
menjadi anaknya dari sejak kecil yang yatim piatu terus dibesarkan dan
dibuatkan
anak
dan
marganya
sama
dengan
marga
yang
mengangkatnya dan mengenai harta pusaka anak angkat sama-sama
memiliki dengan anak kandung ) ; ------------------------------Bahwa kedua pendapat tersebut diatas telah didukung dan
dikuatkan oleh pendapat Mr.Teer Haar,Bzn dalam bukunya “ Beginselen
PE
en stelsel van het Adatrecht “ ( Asas asas dan Susunan Hukum Adat )
terjemahan dari K.Ng.Soebakti Poesponoto, Penerbit Pradnya Paramata,
Jakarta, Cetakan ke 8 Tahun 1985, halaman 247 menyatakan : “ Anak
angkat berhak atas warisan sebagai anak, bukannya
sebagai orang
asing, sepanjang perbuatan ambil anak (adoptie) telah menghapuskan
perangainya sebagai
orang asing dan menjadikannya perangai anak
maka anak angkat berhak atas warisan sebagai seorang anak itulah titik
pangkalnya Hukum Adat “
Bahwa dari pendapat tersebut diatas, dan dihubungkan dengan
hukum waris adat Batak secara umum anak angkat ( anak na diain )
mempunyai hak kepemilikan warisan sebagaimana anak kandung. Dan
untuk itu kami mohon kepada Majelis Hakim yang mulia menolak dalildalil gugatan para Penggugat ; -------------------------------------------------------5. Bahwa dalil gugatan para PENGGUGAT pada posita point 5 ( lima ) dan
point 6 ( enam ) dihalaman 3
( tiga ) harus ditolak, sebab dalil para
ME
DA
N
- 25 -
Penggugat sangat dipaksakan dan hanya bersumber dari hikayat yang
diciptakan para Penggugat yang nilai kebenarannya sangat diragukan ; 6. Bahwa tidak benar GULTOM HUTA BALIAN hanya dongan tubu parripe
pangisi huta di Sipollung dan tidak mempunyai kampung ( huta )
Sipollung sebagaimana didalilkan Para Penggugat dalam posita point 7
GI
( tujuh ) dan 8 ( delapan ) halaman 3 ( tiga ), yang benar adalah : bahwa
GULTOM HUTA BALIAN sebagai pemilik Huta ( Kampung ) Sipollung,
ING
Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir dan hal
ini dapat dibuktikan dengan Jurisprudensi Hukum Indonesia yakni
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Tanggal 19 Desember
1979 Nomor 178 K / Sip / 1978 Jo.Putusan Pengadilan Tinggi Medan
NT
Tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184 / PERD / 1977 / PT.MDN, Jo
Putusan Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 /
Perdata / 1975 / PN-Blg ( Incracht van gewijsde ) ; -----------
ILA
7. Bahwa tidak benar OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA yang membuka
dan mendirikan HUTA SIPOLLUNG sebagaimana didalilkan Para
Penggugat pada point 19 ( sembilan belas ) halaman 4 (empat), sebab
NG
AD
jauh sebelum OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA moyang para
Penggugat berada di HUTA SIPOLLUNG, GULTOM HUTA BALIAN dan
keturunannya telah berada di HUTA SIPOLLUNG, ini dapat dibuktikan
dengan Makam moyang para Tergugat telah lebih dahulu dimakamkan di
HUTA SIPOLLUNG sementara makam moyang Para Penggugat OMPU
BALUBU GULTOM HUTAPEA tidak dimakamkan di Huta Sipollung dan
PE
hal tersebut membuktikan bahwa Moyang Para Tergugat adalah si
Pemilik Kampung / Sipungka Huta dan jika benar
Moyang Tergugat
tidak pemilik kampung Sipollung tentu tidak dapat dimakamkan di
Kampung Sipollung ;
Bahwa
Buku Raja Bius Samosir adalah ciptaan pemerintahan
Belanda pada waktu itu, bahwa OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA
yang disebut Raja di kampung Sipollung, dengan putusan tertanggal 25
Mei 1908 Nomor.2043 diberi pangkat R – II oleh Pemerintah Belanda
dan sebutan Raja – II tidak sama dengan SIPUKKA HUTA ; ----------------Bahwa dalam Buku Bius tersebut tidak ada menerangkan bahwa
OMPU
BALUBU
GULTOM
HUTAPEA
adalah
pemilik
Kampung
Sipollung,melainkan hanya menerangkan bahwa OMPU BALUBU
GULTOM HUTAPEA
mempunyai pangkat R-II
yakni satu golongan
pangkat dalam Pemerintahan Belanda dan Bukanlah merupakan
SIPUKKA HUTA atau sebagai PEMILIK HUTA SI POLLUNG ; ------------
ME
DA
N
- 26 -
Bahwa
kemudian
Sebutan
Djaihutan
juga
pada
masa
Pemerintahan Belanda ketika itu adalah bentuk jabatan yang diberikan
oleh Pemerintah Belanda di Samosir, seorang Djaihutan bukanlah juga
berarti seorang pemilik Huta atau Sipukka Huta ; -------------------------------Bahwa dalil gugatan Para penggugat pada Posita point 23 ( dua puluh
GI
tiga ) di halaman 5 ( lima ) yang menyatakan bahwa JAMAN GULTOM
HUTAPEA Als AMA ROSLI GULTOM telah mendaftarkan kembali
ING
Kampung Sipollung ke Kantor Camat atas namanya pada tahun 1980
dan menyatakan Kampung Sipollung adalah tetap dikuasai dan diusahai
oleh keturunan OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA termasuk para
Penggugat ; --------------------------------------dalil
Para
Penggugat
NT
Bahwa
tersebut
adalah
dalil
dipaksakan, dan sifatnya mencoba-coba, dan harus ditolak
yang
sebab
sebenarnya Putusan Mahkamah Agung tanggal 19 Desember 1979
ILA
Nomor 178 K / Sip / 1978, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Tanggal 01
Agustus 1977 Nomor 184 / PERD / 1977 / PT.MDN, Jo Putusan
Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata /
NG
AD
1975 / PN-Blg telah dengan tegas dinyatakan bahwa KAMPUNG (HUTA)
SIPOLLUNG adalah milik GULTOM HUTA BALIAN ;
Bahwa JAMAN GULTOM HUTAPEA, NAN JAMAN BORU
SITINDAON ISTERI MENDIANG GANJANG GULTOM HUTAPEA dan
MONANG GULTOM HUTAPEA selaku Keturunan OMPU BALUBU
GULTOM HUTAPEA adalah pihak yang dikalahkan dalam Putusan
PE
Mahkamah Agung Tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K / Sip / 1978,
Jo.Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 1 Agustus 1977, Jo
Putusan Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 /
Perdata / 1975 / PN-Blg
dan kemudian
mencoba-coba kembali
mendaftarkan Kampung SIPOLLUNG pada Tahun 1980 seakan-akan
Pemilik Kampung Sipollung adalah keturunan OMPU BALUBU yaitu
JAMAN GULTOM d.k.k, padahal pemilik Kampung Sipollung sebenarnya
adalah GULTOM HUTA BALIAN ; ------------------------------------------------Bahwa
adalah
benar
Moyang
Para
Tergugat
adalah
OMPU
MANGKOMAT GULTOM HUTA BALIAN sebagaimana didalilkan Para
Penggugat dalam posita point 24 ( dua puluh empat ) pada halaman 5 (
lima )
8. Bahwa sebenarnya, sebelum OMPU MANGKOMAT GULTOM
HUTA
BALIAN yakni semasa hidup TOGA GULTOM , GULTOM HUTA BALIAN
telah bermukim dan memiliki kampung Sipollung, dan tidak benar kalau
ME
DA
N
- 27 -
OMPU MANGKOMAT GULTOM HUTA BALIAN sebagai saudara
semarga pemukim bersama sebagaimana didalilkan Para Penggugat
dalam gugatan Para Penggugat pada posita point 25 ( dua puluh lima ),
dan OMPU BALUBU bukanlah Tunggane Huta di Sipollung dan perlu
diketahui bahwa TUNGGANE HUTA tidak identik dengan RAJA HUTA
GI
dengan demikian dimintakan kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan
memutus perkara aquo agar menolak dalil Para Penggugat ;----------------
keturunannya
ING
9. Bahwa adalah benar OMPU MANGKOMAT GULTOM HUTA BALIAN dan
tinggal di Huta Sipollung serta menguasai dan
mengusahai beberapa bidang lahan pertanian sebagai warisan dari
GULTOM HUTA BALIAN sebagaimana didalilkan para Penggugat pada
NT
gugatannya pada posita point 26
( dua puluh enam ) di halaman 5 (
lima ) dan tidak ada pihak manapun yang keberatan ; ------------------------10. Bahwa adalah benar ada beberapa orang dari keturunan dari OMPU
ILA
MANGKOMAT GULTOM HUTA BALIAN yang sampai sekarang tinggal di
Kampung Sipollung sebagaimana didalilkan Para Penggugat dalam
posita point 27 ( dua puluh tujuh ), dan posita point 28 ( dua puluh
NG
AD
delapan ) dan keturunan dari OMPU MANGKOMAT GULTOM HUTA
BALIAN adalah tetap menguasai dan mengusahai lahan yang ada di
Huta Sipollung dan sekitarnya sebagai milik mereka tanpa ada larangan
dari pihak lain, sebab Kampung ( Huta ) Sipollung adalah benar milik
Moyang Para Tergugat dan telah dikuatkan Putusan Mahkamah Agung
tanggal 19 Desember 1979, Nomor : 178 K / Sip / 1978 , Jo.Putusan
PE
Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 1 Agustus 1977 Nomor : 184 / PERD /
1977 / PT.MDN ‘ Jo. Keputusan Pengadilan Negeri Balige tanggal 20
Juni 1975, Nomor : 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg ;
11. Bahwa Kampung ( Huta ) Sipollung adalah milik GULTOM
HUTA
BALIAN berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Repubik Indonesia
tanggal 19 Desember 1979 Nomor : 178 K / Sip / 1978, Jo Putusan
Pengadilan Tinggi Medan tanggal 1 Agustus 1977 Nomor : 184 / PERD /
1977 / PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal 20 Juni
1975 Nomor: 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg. Dan sampai sekarang
keturunan GULTOM HUTA PEA, yakni : 1. SARIANA BR PAKPAHAN
ALS. NAI ROSLI BR PAKPAHAN ,
2. TURANNA BR NAINGGOLAN
ALS. NAI LUKINAR BR NAINGGOLAN 3. HALOMOAN SITANGGANG
( Menantu NAI ROSLI )
4.
SOBIL GULTOM Anak NAI ROSLI BR
PAKPAHAN tanpa izin dari keturunan GULTOM HUTA BALIAN masih
tinggal dan hidup di SIPOLLUNG ; ---------------------------------------------------
ME
DA
N
- 28 -
12. Bahwa adalah benar Tergugat I sampai dengan Tergugat X bukanlah
termasuk keturunan GULTOM HUTAPEA sebagaimana didalilkan Para
penggugat pada posita point 29 ( dua puluh sembilan ), tetapi Tergugat I
sampai dengan Tergugat X
adalah keturunan OMPU MANGKOMAT
GULTOM HUTA BALIAN sebagai pewaris dan Pemilik Huta ( Kampung )
GI
Sipollung sebagaimana telah dikuatkan dengan Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K /
ING
Sip / 1978, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus
1977 Nomor 184 / PERD / 1977 / PT-MDN, Jo. Putusan pengadilan
Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg ;
13. Bahwa benar sesuai asal usul kekerabatan Para Tergugat I sampai
NT
dengan Tergugat X adalah keturunan GULTOM HUTA BALIAN tidak
turut sebagai Pemangku hak ulayat diatas tanah ulayat Nagari Gultom,
sebagaimana didalilkan Para Penggugat pada posita 30 ( tiga puluh )
Bahwa
ILA
halaman 6 ( enam ) ; -
Para Tergugat I sampai dengan Tergugat
X
adalah
keturunan GULTOM HUTA BALIAN dan merupakan pewaris dan pemilik
NG
AD
huta ( kampung ) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu,
Kabupaten Samosir, dibuktikan dengan Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K / Sip /
1978, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus 1977
Nomor 184 / PERD / 1977 / PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan Negeri
Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg ; ---------
PE
Bahwa dalil gugatan para Penggugat pada posita point 31 ( tiga puluh
satu ) , point 32 ( tiga puluh dua ), 33 ( tiga puluh tiga ) dan point 34 ( tiga
puluh empat ) adalah dalil yang sangat mengada-ada, tidak jelas,
diragukan dan sangat dipaksakan dengan demikian dalil para Penggugat
harus ditolak ; ---14. Bahwa adalah benar Tergugat – I sampai dengan Tergugat – VIII
menguasai dan mengusahai tanah di Kampung Sipollung, Desa
Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir sebagaimana
didalilkan Para Penggugat pada posita point 35 ( tiga puluh lima ) dan
Point 36 ( tiga puluh enam ) adalah didasari bahwa tanah yang berada di
Kampung ( Huta ) Sipollung adalah tanah milik GULTOM HUTA BALIAN
yang merupakan peninggalan moyang para Tergugat yang bernama
OMPU MANGKOMAT GULTOM HUTA BALIAN, bukanlah milik OMPU
BALUBU GULTOM HUTAPEA dan Keturunannya termasuk para
Penggugat, hal ini telah dibuktikan dengan Putusan Mahkamah Agung
ME
DA
N
- 29 -
tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K / Sip / 1978, Jo Putusan
Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184 / PERD /
1977 / PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20 Juni
1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg ; ---------------------------------15. Bahwa dalil gugatan Penggugat dapa posita point 37 ( tiga puluh tujuh )
GI
dengan tegas harus ditolak oleh Para Tergugat, sebab tidak benar
OMPU MANGKOMAT GULTOM HUTA BALIAN dan keturunannya
ING
sebagai MENUMPANG ATAU SEMARGA PENDIAM BERSAMA di
HUTA SIPOLLUNG, tetapi OMPU MANGKOMAT GULTOM HUTA
BALIAN dan keturunannya adalah sah dan benar sebagai Pemilik
KAMPUNG SIPOLLUNG hal ini dibuktikan dengan Putusan Mahkamah
NT
Agung Nomor 178 K / Sip / 1978, Tanggal 19 Desember 1979 , Jo
Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184
/ PERD / 1977 / PT-MDN, Putusan Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20
ILA
Juni 1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg ; ----16. Bahwa dalil gugatan para Penggugat pada posita point 38 ( tiga puluh
delapan ) pada halaman 7( tujuh ) menyatakan bahwa sebidang tanah
NG
AD
dengan luas 64 M2 ( enam puluh empat meter persegi ) terletak di
Kampung ( Huta ) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu,
Kabupaten Samosir, dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatas dengan Perkampungan Sipollung,
Sebelah Barat berbatas dengan Jalan raya Onan Runggu – Lagundi
Sebelah Utara berbatas dengan Jalan Kampung
PE
Sebelah Selatan berbatas dengan tanah yang diusahai Pangihutan
Sijabat
Dan selanjutnya disebut : Objek Terperkara ;
Bahwa dalil Para penggugat tersebut diatas harus ditolak, sebab
Tanah
Perkara
sebagaimana
didalilkan
Para
Penggugat
adalah
merupakan bagian dari Kampung ( Huta ) Sipollung dan merupakan satu
kesatuan dengan Huta (Kampung) Sipollung, sementara Huta (Kampung)
Sipollung adalah milik waris Para Tergugat yang diterima dari Moyang
Tergugat OMPU MANGKOMAT GULTOM HUTA BALIAN ; -----------------Bahwa sebenarnya tanah yang luasnya ± 64 M2 ( enam puluh empat
meter persegi ) dimana tempat TUGU GULTOM HUTA BALIAN didirikan
berada dalam huta ( kampung ) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan
Onan Runggu, Kabupaten Samosir. Dan Huta ( Kampung ) Sipollung
adalah milik GULTOM
HUTA BALIAN dan keturunannya
Ic. Para
Tergugat sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Tanggal 19 Desember 1979 Nomor
ME
DA
N
- 30 -
178 K / Sip / 1978 Jo.Putusan
Pengadilan Tinggi Tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184 / PERD / 1977 /
PT-MDN, Jo. Putusan Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975
Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg. Dengan demikian sangat cukup
beralasan bagi Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini
GI
agar dalil dalam gugatan para Penggugat ditolak ; ----17. Bahwa tentang KAMPUNG ( HUTA ) SIPOLLUNG tidak benar milik O.
GULTOM
HUTA PEA , tetapi yang benar adalah Milik
ING
BALUBU GULTOM
HUTA BALIAN ,untuk kesekian kali kami kemukakan
kehadapan Majelis Hakim yang mulia
bahwa KAMPUNG ( HUTA )
SIPOLLUNG sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung Republik
NT
Indonesia Tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K / Sip / 1978, Jo
Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184
/ PERD / 1977 / PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige Tanggal
ILA
20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg ; ----18. Bahwa keturunan O.BALUBU GULTOM HUTAPEA yang bernama
MONANG GULTOM HUTAPEA , Ny.TAOAR ALIAS NAN JAMAN BORU
NG
AD
SITINDAON Janda dari Mendiang GANJANG GULTOM HUTAPEA, dan
JAMAN GULTOM HUTAPEA ( PENGGUGAT ) telah pernah mengajukan
gugatan ke Pengadilan Negeri Balige perihal : Kepemilikan Kampung (
Huta ) SIPOLLUNG terhadap : 1. ALLER GULTOM HUTA BALIAN, 2.
JIRMAN GULTOM
HUTA BALIAN, 3. KADIRAN GULTOM
HUTA
BALIAN, 4. AMA NI GAUL GULTOM HUTA BALIAN, 5. AMA NI PURIDIN
PE
GULTOM HUTA BALIAN, 6. AMA NI BOLUK GULTOM HUTA BALIAN,
7. AMA NI BERLI GULTOM HUTA BALIAN, 8. MANGANTAR GULTOM
HUTA BALIAN ( TERGUGAT )
dalam Perkara Perdata Nomor 14 /
Perdata / 1975 / PN-Blg ;
19. Bahwa adapun Amar Putusan Perkara Perdata Nomor 14 / Perdata /
1975 / PN-Blg, tertanggal 20 Juni 1975 tersebut adalah sebagai berikut :
MENGADILI:
-
Menerima gugat Penggugat untuk sebagian ;
-
Menyatakan sebagai hukum, bahwa Kampung Sipollung terperkara
adalah Kampung Penggugat sebagai sipukka huta ;
-
Menyatakan sebagai hukum bahwa Tergugat2 adalah sebagai Parripe
di Kampung Sipollung ;
-
Menghukum Tergugat2
supaya meninggalkan dan mengosongkan
Kampung Sipollung, dan menyerahkan dalam keadaan baik kepada
ME
DA
N
- 31 -
Penggugat guna dapat
leluasa diusahai dan dimiliki dengan jalan
membongkar segala bangunan2nya dari atau Kampung Sipollung ;
-
Menetapkan bahwa gongga yang telah dilakukan lebih dahulu tetap
sah dan berharga ;
-
Menghukum Tergugat2
untuk membayar ongkos ongkos perkara
-
GI
yang sampai hari ini berjumlah Rp 20,000,- ( dua puluh ribu rupiah ) ;
Menolak gugat selebihnya ;
ING
20. Bahwa atas Putusan Pengadilan Negeri Balige Nomor 14 / Perdata /
1975 / PN-Blg tertanggal 20 Juni 1975 tersebut, ALLER GULTOM, d.k.k
selaku Tergugat dalam Perkara Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg
tersebut telah mengajukan Banding kepada Pengadilan Tinggi Medan,
NT
dengan Nomor Perkara 184 / PERD / 1977 / PT-MDN ;
21. Bahwa adapun Amar Putusan Pengadilan Tinggi Medan
tanggal 01
Agustus 1977, Nomor 184 / PERD / 1977 / PT-MDN adalah sebagai
ILA
berikut :
MENGADILI:
Menerima permohonan banding dari Tergugat ;
-
Membatalkan Keputusan Pengadilan Negeri Balige, tertanggal 20 Juni
NG
AD
-
1975 No.14/Perdata/1975/PN-Blg dalam perkara antara kedua pihak
yang dibanding ;
MENGADILI SENDIRI :
-
Menolak gugatan Penggugat-Terbanding ;
-
Memerintahkan supaya gongga yang telah diletakkan atas Kampung
PE
Sipollung terperkara dan rumah bangunan Tergugat dicabut dengan
segera ;
-
Menghukum Penggugat membayar ongkos2 perkara dalam kedua
tingkatan, dalam tingkat pertama ditetapkan sebanyak Rp 20,000,- (
dua puluh ribu rupiah )
dan dalam tingkat banding ini dihitung
sebanyak Rp 3,125,- ( tiga ribu seratus dua puluh lima rupiah ) ;
22. Bahwa
kemudian
MONANG
GULTOM
HUTAPEA,
d.k.k,
selaku
Terbanding / semula Penggugat, atas putusan Pengadilan Tinggi Medan
Tanggal 1 Agustus 1977 Nomor 184 / PERD / 1977 / PT-MDN tersebut
mengajukan permohonan Kasasi kepada Mahkamah Agung, yang
terdaftar dengan perkara Nomor 178 K / Sip / 1978 ;
23. Bahwa adapun Amar putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Tanggal 19 Desember 1979, Nomor 178 K / Sip / 1978 tersebut adalah
sebagai berikut :
M E M U T US K A N :
ME
DA
N
- 32 -
-
Menolak permohonan Kasasi dari Penggugat
untuk Kasasi :
MONANG GULTOM, untuk diri sendiri dan sebagai Kuasa dari : 1. Ny.
TAOAR ALIAS NAN JAMAN BORU SITINDAON, 2. JAMAN GULTOM
dan pemohon Kasasi dari Penggugat untuk Kasasi : ALLER GULTOM
tersebut ;
Menghukum Penggugat2 untuk Kasasi akan membayar biaya perkara
GI
-
ribu seratus lima rupiah ) ;
ING
dalam tingkat Kasasi ini ditetapkan sebanyak Rp 10,105 ( sepuluh
24. Bahwa dengan Keputusan Mahkamah Agung tanggal 19 Desember
1979, Nomor 178 K / Sip / 1978 tersebut, Penggugat MONANG
GULTOM,d.k.k / Pemohon Kasasi tidak mengajukan upaya hukum
NT
PENINJAUAN KEMBALI ( P K ) atas Putusan Mahkamah Agung Nomor
178 K / Sip / 1978 tersebut, dengan demikian Putusan Mahkamah Agung
tersebut yang telah memutuskan bahwa Kampung ( Huta ) Sipollung
ILA
adalah milik GULTOM HUTA BALIAN adalah telah berkekuatan hukum
tetap ( Incracht van gewijsde )
25. Bahwa oleh karena tanah tempat Tugu Gultom Huta balian tersebut
NG
AD
berada atau berdiri di Kampung ( Huta ) Sipollung dan Huta ( Kampung )
Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten
Samosir adalah milik Gultom Huta balian Ic Para Tergugat
maka
penyerahan tanah tempat Tugu Gultom Huta balian berdiri / berada yang
dilakukan oleh Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat
V, Tergugat VI, Tergugat VII, Tergugat VIII kepada Tergugat
IX dan
PE
Tergugat X dihadapan Notaris Ny.Edith Siahaan Naibaho,S.H dengan
Akta Notaris tanggal 12 April 2014 adalah sah dan berkekuatan hukum ;-26. Bahwa oleh karena Para TERGUGAT I sampai dengan TERGUGAT X
yang telah mendirikan TUGU GULTOM HUTA BALIAN diatas tanah milik
nya sendiri yaitu di Kampung ( Huta ) Sipollung, adalah tidak perlu
mendapat izin atau persetujuan dari Keturunan OPPU BALUBU
GULTOM HUTAPEA, sebab tanah tempat berdirinya TUGU GULTOM
HUTA BALIAN yang terletak di Kampung ( Huta ) Sipollung adalah tanah
milik GULTOM
HUTA
BALIAN , bukanlah milik OPPU BALUBU
GULTOM HUTAPEA hal ini sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 178 K / Sip / 1978 Tanggal 19 Desember
1979, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus 1977
Nomor 184 / PERD / 1977 / PT-MDN,Jo Putusan Pengadilan Negeri
Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg ; ----
ME
DA
N
- 33 -
27. Bahwa oleh karena tanah tempat berdirinya TUGU GULTOM
BALIAN berada dan terletak di Huta
HUTA
( Kampung ) Sipollung dan oleh
karena Huta ( Kampung ) Sipollung adalah tanah milik GULTOM HUTA
BALIAN sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Tanggal 19 desember 1979 Nomor 178 K / Sip / 1978 Jo.Putusan
GI
Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184 / PERD /
1977 / PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20 Juni
ING
1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg dengan demikian Para
Penggugat tidak mempunyai otoritas untuk melarang Para Tergugat I
sampai Tergugat X untuk membangun TUGU GULTOM HUTABALIAN
diatas tanah miliknya sendiri, kami memohon kepada Majelis Hakim yang
NT
memeriksa dan memutus perkara aquo agar menolak dalil-dalil gugatan
para Penggugat ; ----------------------------------------28. Bahwa adalah benar Tergugat I sampai dengan Tergugat VIII tetap
ILA
melanjutkan pembangunan TUGU GULTOM HUTA BALIAN dengan
alasan bahwa tanah tempat berdirinya TUGU GULTOM HUTA BALIAN
tersebut merupakan harta peninggalan / warisan
dari OMPU
NG
AD
MANGKOMAT GULTOM HUTA BALIAN. Dan Ijin ataupun Rekomendasi
dari Tergugat XI ( Camat Kecamatan Onan Runggu ) untuk mendirikan
TUGU
GULTOM
HUTA
BALIAN
adalah
sudah
benar,
sebab
Rekomendasi yang dikeluarkan Tergugat XI yakni Camat Onan Runggu
dengan Nomor : 06 / Tahun 2014, tertanggal 17 Juni 2014 adalah telah
berdasarkan keabsahan kepemilikan Kampung ( Huta ) Sipollung yakni
PE
milik GULTOM HUTABALIAN sesuai dengan Keputusan Mahkamah
Agung Tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K / Sip / 1978, Jo Putusan
Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184 / PERD /
1977 / PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20 Juni
1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg ;----------------------------------------29. Bahwa keberatan Para Penggugat selaku Keturunan OMPU BALUBU
GULTOM HUTAPEA atas didirikannya Tugu GULTOM HUTA BALIAN
oleh keturunan OPPU MANGKOMAT GULTOM
HUTA BALIAN
sebagaimana didalilkan para penggugat pada posita point 43 ( empat
puluh tiga ) di halaman 8 ( delapan ) adalah sangat tidak beralasan. Dalil
para Penggugat tersebut adalah dalil yang sangat tidak berdasar dan
sifatnya mencoba-coba, sebab sudah jelas bahwa tanah tempat / lokasi
berdirinya Tugu GULTOM HUTA BALIAN adalah berada di kampung (
Huta ) Sipollung yang merupakan Kampung ( Huta ) milik Para Tergugat
I ~ tergugat - VIII sebagai keturunan OPPU MANGKOMAT GULTOM
ME
DA
N
- 34 -
HUTA BALIAN hal ini berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Tanggal
19 Desember 1979 Nomor 178 K / Sip / 1978, Jo Putusan Pengadilan
Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184 / PERD / 1977 / PTMDN, Jo Putusan Pengadilan Neger Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor
14 / Perdata / 1975 / PN.Blg. Dan untuk itu kami mohon kepada Majelis
GI
Hakim yang mulia agar menolak dalil gugatan para Penggugat tersebut ;
30. Bahwa tindakan para Tergugat-I sampai dengan Tergugat-X yang
ING
mendirikan TUGU GULTOM HUTA BALIAN diatas tanah milik para
tergugat–I sampai dengan tergugat – X yakni di Huta Sipollung, Desa
Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu sesuai dengan Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K /
NT
Sip / 1978 Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus
1977 Nomor 184 / PERD / 1977 / PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan
Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN -Blg
ILA
tidak dapat dikwalifisir sebagai perbuatan Melawan Hukum, oleh karena
itu dalil-dalil Para Penggugat harus di kesampingkan ; -----------------------31. Bahwa tindakan Para Penggugat yang
melarang para Tergugat–I
NG
AD
sampai Tergugat-X untuk meneruskan pembangunan Tugu GULTOM
HUTA BALIAN di Huta Sipollung tidak dapat dibenarkan, sebab para
Tergugat-I sampai dengan Tergugat–X membangun Tugu GULTOM
HUTA BALIAN diatas tanah milik mereka sendiri sesuai dengan Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Tanggal 19 Desember 1979
Nomor 178 K / Sip / 1978,Jo.Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal
PE
01 Agustus 1977 Nomor 184 / PERD / 1977 / PT-MDN, Jo.Putusan
Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata /
1975 / PN-Blg, dengan demikian gugatan dalam Provisi para penggugat
harus ditolak ; --------------------------------------------------32. Bahwa permohonan sita ( conservatoir beslag ) atas tanah perkara oleh
para Penggugat harus ditolak sebab tidak didasari oleh hukum, oleh
karena tanah perkara berada dihuta ( kampung ) Sipollung, Desa
Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir sedangkan
Kampung ( Huta ) Sipollung adalah jelas milik Para Tergugat sesuai
dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Tanggal 19
Desember 1979 Nomor 178 K / Sip / 1978, Jo Putusan Pengadilan Tinggi
Medan Tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184 / PERD / 1977 / PT-MDN,
Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975 nomor 14 /
Perdata / 1975 / PN-Blg ;-----------------------------------
ME
DA
N
- 35 -
33. Bahwa oleh karena para Penggugat di pihak yang dikalahkan dalam
perkara aquo, adalah pantas dan wajar bagi Majelis Hakim yang
memeriksa dan memutus perkara ini agar menghukum para Penggugat
untuk membayar semua biaya yang timbul dalam perkara ini ; --------------DALAM REKONVENSI
GI
Bahwa Para Tergugat I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX, X dalam Konvensi, sekarang
menjadi Para Penggugat dalam Rekonvensi I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X ;
disebut
:
-----------------------------------------------------------------
ING
Selanjutnya
PENGGUGAT DALAM REKONVENSI :
Bahwa PENGGUGAT DALAM REKONVENSI dengan ini akan membuat,
menandatangani dan mengajukan Gugatan Rekonvensi terhadap :
: SARLES GULTOM,
NT
PENGGUGAT DALAM KONVENSI - I
PENGGUGAT DALAM KONVENSI - II : SAHALA GULTOM,
PENGGUGAT DALAM KONVENSI – III : HARLEM GULTOM ,
ILA
Selanjutnya disebut : -------TERGUGAT DALAM REKONVENSI :
Bahwa adapun alasan-alasan hukum diajukannya gugatan ini adalah
sebagai berikut :
NG
AD
1. Bahwa apa yang telah disampaikan oleh Penggugat d/r sebagaimana
telah disampaikan didalam konvensi adalah satu kesatuan dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam gugatan ini ;
2. Bahwa para Penggugat d/r adalah keturunan GULTOM HUTA BALIAN
dari Turunan OMPU MANGKOMAT GULTOM HUTA BALIAN ‘
3. Bahwa tanah perkara yang diperkarakan oleh Para Tergugat d/r yang
PE
luasnya ± 64 M2 (enam puluh empat meter persegi ) tempat TUGU
GULTOM HUTA BALIAN didirikan adalah terletak didalam huta (
kampung ) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu,
Kabupaten Samosir dengan batas-batas :
Sebelah Timur berbatas dengan Perkampungan Sipollung
Sebelah Barat berbatas dengan Jalan Raya Onan Runggu – Lagundi
Sebelah Utara berbatas dengan Jalan Kampung
Sebelah Selatan berbatas dengan Tanah yang diusahai Pangihutan
Sijabat
4. Bahwa Huta ( Kampung ) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan
Runggu, Kabupaten Samosir, sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Tanggal 19 Desember 1979,Nomor : 178 K / Sip /
1978 . Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus 1977
Nomor 184 / PERD / 1977 / PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan Negeri
ME
DA
N
- 36 -
Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg, adalah
sah milik GULTOM HUTA BALIAN dan Keturunannya ; ---------------------5. Bahwa Huta ( Kampung ) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan
Runggu, Kabupaten Samosir, adalah milik Penggugat Dalam Rekonvensi
berdasarkan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 19
GI
Desember 1979 Nomor : 178 K / Sip /1978, Jo.Putusan Pengadilan
Tinggi Medan tanggal 1 Agustus 1977, Nomor : 184 / PERD / 1977 / PT-
ING
MDN Jo. Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal 20 Juni 1975 Nomor
: 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg . Dan sampai sekarang turunan OMPU
BALUBU GULTOM HUTA PEA
masih berada di Huta SIPOLLUNG
antara lain : 1. SARIANA BR PAKPAHAN Als. NAI ROSLI BR
NT
PAKPAHAN, 2. TURIANNA BR NAINGGOLAN Als. NAI LUKINAR BR
NAINGGOLAN, 3. HALOMOAN SITANGGANG ( Menantu dari SARIANA
BR PAKPAHAN Als. NAI ROLI BR PAKPAHAN, 4. SOBIL ( Anak dari
ILA
NAI ROSLI BR PAKPAHAN ) ;
6. Bahwa atas tindakan para Tergugat d/r yang telah mengajukan gugatan
kepada Penggugat d/r ke Pengadilan telah menimbulkan kerugian
NG
AD
kepada Para Penggugat d/r, kerugian mana dapat dirinci sebagai berikut
KERUGIAN MATERIIL :
Bahwa akibat tindakan dari pada Tergugat d/r membuat pengurus
Punguan GULTOM HUTA BALIAN (Ketua, Sekretaris, Bendahara)
sejabodetabek yang berkedudukan di Jakarta harus datang ke Sipollung,
Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir (pulanguntuk
mengadakan
pertemuan-pertemuan,
yang
dapat
PE
pergi)
diperhitungkan dilakukan sebanyak 5 (lima) kali dengan besarnya
pembiayaan sebagai berikut : 5 x 3 x Rp 4,000,000.- = Rp 60.000.000.(enam puluh juta rupiah ) ;
KERUGIAN IMMATERIIL :
Bahwa akibat dari tindakan para Tergugat d/r yang melakukan gugatan
ke Pengadilan telah mempermalukan dan merendahkan harkat dan
martabat semua keturunan GULTOM HUTA BALIAN yang tidak ternilai
tetapi cukup kami tetapkan sebesar Rp 5,000,000,000.- ( lima miliard
rupiah ) ;--------------Hingga kerugian Materiill dan Immateriil yang dialami para Penggugat d/r
adalah sebesar Rp 5.060,000,000.- (lima miliard enam puluh juta rupiah);
7. Bahwa oleh karena gugatan ini diajukan didasari fakta-fakta hukum yang
tidak dapat dibantah oleh Para Tergugat d/r, supaya putusan dalam
ME
DA
N
- 37 -
perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu ( uit voerbaar bij voorraad )
meskipun ada banding, kasasi maupun verzet;
Demikian jawaban, eksepsi dan Gugat Rekonvensi ini kami sampaikan
kehadapan Majelis Hakim yang terhormat dan dengan segala kerendahan hati
memohon agar Majelis Hakim yang terhormat agar memuat putusan yang
GI
amarnya berbunyi sebagai berikut :
MENGADILI:
-
ING
DALAM PROVISI :
Menolak gugatan Provisi para Penggugat untuk seluruhnya ;
DALAM KONVENSI
DALAM EKSEPSI :
Menerima Eksepsi para Penggugat untuk seluruhnya ;
DALAM POKOK PERKARA :
-
NT
-
Menolak gugatan para penggugat untuk seluruhnya ;
ILA
DALAM REKONVENSI :
1. Menerima gugatan Rekonvensi untuk seluruhnya :
2. Menyatakan dalam hukum bahwa Para Penggugat adalah Keturunan
NG
AD
GULTOM HUTA BALIAN ;
3. Menyatakan dalam hukum bahwa Para Penggugat adalah keturunan
GULTOM HUTA BALIAN dari OMPU MANGKOMAT GULTOM HUTA
BALIAN ;
4. Menyatakan dalam hukum bahwa tanah tempat berdirinya TUGU
GULTOM
HUTABALIAN adalah terletak didalam Huta ( Kampung )
PE
Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten
Samosir ;
5. Menyatakan Sah dan berkekuatan hukum tetap Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K /
Sip / 1978, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus
1977 Nomor 184 / PERD / 1977
/ PT.MDN, Jo Putusan Pengadilan
Negeri Balige Tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14 / Perdata / 1975 / PN-Blg ;
6. Menyatakan dalam hukum bahwa huta ( kampung ) Sipollung adalah
huta ( kampung ) milik GULTOM HUTABALIAN ;
7. Menghukum semua turunan OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA yang
tinggal di Huta Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu,
Kabupaten Samosir, termasuk didalamnya :1.
ROSLI
BR PAKPAHAN , 2. TURIANNA
SARIANA ALS. NAI
ALS. NAI LUKINAR BR
NAINGGOLAN , 3. HALOMOAN SITANGGANG ( Menantu dari NAI
ROSLI ) , 4. SOBIL ( Anak dari NAI ROSLI ) agar menyerahkan tanah
ME
DA
N
- 38 -
huta ( kampung ) Sipollung kepada keturunan dari GULTOM HUTA
BALIAN tanpa dibebani persyaratan apapun ;
8. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu walaupun ada
banding, kasasi maupun verzet ( uit voor baar bij voorraad ) ;
9. Menghukum Tergugat d/r untuk membayar ganti Kerugan Materill dan
GI
Kerugian Materiil keseluruhannya sebesar Rp 5,060,000,000.- ( lima
miliard enam puluh juta rupiah ) sekaligus ;
ING
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI :
1. Menghukum Penggugat d.k/ Tergugat d.r membayar seluruh biaya yang
timbul dalam perkara ini ;
ATAU :
NT
Bila Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini berpendapat lain,
mohon putusan yang seadil-adilnya ( aequo et bono ).
I. DALAM EKSEPSI
ILA
Jawaban Tergugat XI sebagai berikut :
A. TENTANG KEWENANGAN ABSOLUT
1. Bahwa
apabila
dicermati
dan
diteliti
dalil-dalil
gugatan
PARA
NG
AD
PENGGUGAT, maka secara jelas dapat diketahui bahwa yang menjadi
objek gugatan PARA PENGGUGAT merupakan kewenangan Pengadilan
Tata
Usaha
Negara
karena
PARA
PENGGUGAT
mendalilkan
Gugatannya pada Surat Rekomendasi Izin Mendirikan Tugu yang
dikeluarkan oleh TERGUGAT XI.
2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor
PE
5 Tahun 1986 jo Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Pengadilan Tata Usaha Negara yang dimaksud dengan Keputusan Tata
Usaha Negara adalah "suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
kongkret, individual dan final yang membawa akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata".
3. Bahwa berdasarkan defenisi sebagaimana dikemukakan dalam angka 2
di atas, Surat Rekomendasi Izin Mendirikan Tugu Nomor: 06 Tahun 2014
yang
ditujukan
benderang
kepada
berbentuk
Saudara
keputusan
Kasirun
tertulis
Gultom adalah terang
yang
berisi
penetapan
(beschikking) dan langsung berlaku sejak dikeluarkan oleh pejabat yang
membuatnya (einmalig), sehingga objek sengketa berupa Rekomendasi
ME
DA
N
- 39 -
Izin Mendirikan Tugu adalah kewenangan Pengadilan Tata Usaha
Negara.
4. Bahwa selanjutnya maksud dan tujuan gugatan Para Penggugat adalah
untuk penyelesaian masalah hak ulayat di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Samosir khususnya yang berada di Sipollung Desa Sitamiang
GI
Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir, dimana hak ulayat pada
pokoknya adalah hak publik dan berada dalam lingkup hukum publik
ING
bukan hukum privat, karena hak ulayat adalah hak untuk mengatur
penggunaan, penguasaan dan pemanfaatan tanah bukanlah sebuah alas
hak untuk memiliki.
5. Bahwa gugatan Para Penggugat adalah disebabkan oleh belum adanya
NT
Peraturan Daerah Kabupaten Samosir tentang penetapan hak ulayat
sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
ILA
Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota dimana
ditegaskan bahwa kewenangan pengaturan hak ulayat ada pada
Pemerintah Kabupaten/Kota dimana hal tersebut juga selaras dengan
NG
AD
Peraturan Menteri Agraria Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman
Penyelesaian Hak Ulayat yang mengatakan bahwa penetapan ada
tidaknya hak ulayat ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
6. Bahwa berdasarkan pada poin 4-5 diatas, maka gugatan Para Penggugat
adalah juga menyangkut Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat
Fiktif Negatif sehingga hal tersebut adalah merupakan kewenangan dari
PE
Pengadilan Tata Usaha Negara.
7. Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka
TERGUGAT XI memohon agar Majelis Hakim menyatakan bahwa
Pengadilan Negeri Balige tidak berwenang secara absolut untuk
memeriksa dan mengadili perkara a-quo oleh karena perkara a-quo
merupakan kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara.
B. TENTANG PLURIUM LITIS CONSORTIUM (DIMANA PENGGUGAT DAN
TERGUGAT TIDAK LENGKAP).
1. bahwa Para Penggugat mengajukan gugatannya dengan mendalilkan
bahwa Oppu Balubu Gultom Hutapea mewariskan Huta Sipollung kepada
Para Penggugat, termasuk objek perkara.
2. bahwa Huta Sipollung bukan hanya dimiliki/dikuasai oleh Para Penggugat
dan Tergugat I s/d Tergugat X, tetapi masih banyak pihak lain yang
menguasai tanah Huta Sipollung tersebut, namun tidak diikutsertakan
sebagai Tergugat atau setidak-tidaknya sebagai Turut Tergugat yang
ME
DA
N
- 40 -
mempunyai hubungan hukum dengan yang didalilkan dalam gugatan
PARA PENGGUGAT.
3. bahwa Keturunan dan/atau ahli waris dari Oppu Balubu Gultom Hutapea
bukan hanya Para Penggugat saja, akan tetapi masih banyak keturunan
dan/atau ahli warisnya yang lain, namun tidak diikutsertakan sebagai
4. Bahwa
berdasarkan
GI
pihak dalam perkara ini.
hal-hal
tersebut
diatas
dengan
tidak
ING
diikutsertakannya Pihak-pihak tersebut, maka subjek gugatan PARA
PENGGUGAT tidak lengkap sehingga harus ditolak atau setidak-tidaknya
dinyatakan tidak dapat diterima.
C. TENTANG GUGATAN KABUR ATAU TIDAK JELAS (OBSCUUR LIBEL)
Bahwa Para Penggugat menyatakan dalam posita nomor 52 Tergugat XI
NT
•
ikut serta dalam menguasai tanah terperkara tanpa persetujuan Para
Penggugat sedangkan dalam posita nomor 47 yang melakukan perbuatan
ILA
melawan hukum hanyalah Tergugat I s/d Tergugat X, sehingga gugatan
diatas adalah kabur (obscuur libel). Dengan demikian Gugatan yang
demikian haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat
NG
AD
diterima.
D. TENTANG GUGATAN NEBIS IN IDEM
Bahwa gugatan Para Penggugat dalam perkara ini yang intinya mendalilkan
bahwa Para Tergugat melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
Para Penggugat, yaitu dengan menguasai dan mendirikan Monumen atau Tugu
Gultom Hutabalian di Huta Sipollung yang luasnya lebih kurang 64 M2 adalah
PE
Nebis In Idem, karena terhadap objek sengketa dimaksud telah pernah
diperiksa dan telah diputus oleh Pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum
yang tetap, yaitu dalam:
•
Putusan Pengadilan Negeri Balige No. 14/Perdata/1975/PN.BIg tanggal 20
Juni
1975
jo.
Putusan
Pengadilan
Tinggi
Medan
No.
184/PRD/1977/PT.MDN tanggal 26 Juni 1977 Jo. Putusan Mahkamah
Agung Rl No. 178/K/Sip/1978 tanggal 19 Desember 1979.
II. DALAM POKOK PERKARA
Bahwa apabila majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini
berpendapat lain tentang eksepsi yang diajukan TERGUGAT XI bersama ini
kami sampaikan Jawaban atas Gugatan PARA PENGGUGAT sebagai berikut:
1. Bahwa apa yang telah kami uraikan DALAM EKSEPSI diatas mohon
secara mutatis mutandis dianggap telah kami uraikan DALAM POKOK
PERKARA ini sehingga tidak perlu diulangi lagi.
ME
DA
N
- 41 -
2. Bahwa TERGUGAT XI menolak secara tegas seluruh dalil-dalil Gugatan
PARA PENGGUGAT kecuali ada hal-hal yang diakui dengan tegas
dalam Eksepsi dan Jawaban ini.
3. Bahwa PARA PENGGUGAT sesungguhnya tidak dapat membedakan
aspek hukum Publik dalam hak ulayat sehingga dalam dalil-dalil
GI
Gugatannya telah mempersamakan hak ulayat dengan hak milik. Bahwa
Hak Ulayat harus dilihat sebagai hak pemanfaatan bersama, dimana
ING
konsep hak ulayat mengandung pengertian bahwa wilayah tertentu itu
adalah wilayah yang dikuasai secara bersama-sama oleh seluruh warga
persekutuan. Basis material hak-hak ulayat adalah satu persekutuan
hidup setempat, bukan pada satu kategori kebudayaan, sub-kebudayaan,
NT
atau etnisitas. Secara kewilayahan, persekutuan hidup terikat pada satu
wilayah tentorial tertentu. Hak-hak adat hidup dan/atau melekat pada
wilayah
teritorial
yang
menjadi
wilayah
kedaulatan
persekutuan.
ILA
Kesatuan wilayah teritorial inilah yang disebut sebagai wilayah dibawah
hak ulayat persekutuan hidup setempat itu.
4. Bahwa tidak ada hak ulayat yang bisa diwarisi sebagaimana dalam dalil
NG
AD
PARA PENGGUGAT pada angka 5 karena apabila seseorang anggota
persekutuan tidak lagi menggunakan tanah ulayat, maka tanah tersebut
akan kembali kepada persekutuan hidup setempat sehingga hak ulayat
lebih menekankan kepada hak publik dan tidak ada hak ulayat yang
dimiliki oleh orang pribadi.
5. Bahwa
sesuai
BPN
ketentuan
Nomor
5
Peraturan
Tahun
1999
Menteri
tentang
Negara
pedoman
PE
Agraria/Kepala
dengan
penyelesaian masalah Hak Ulayat masyarakat hukum adat, kriteria dan
penentuan masih adanya hak ulayat meliputi 3 (tiga) unsur yaitu:
-
Unsur masyarakat adat, yaitu terdapatnya sekelompok orang yang masih
merasa terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama
suatu persekutuan hukum tertentu, yang mengakui dan menerapkan
ketentuan-ketentuan persekutuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
-
Unsur wilayah, yaitu terdapatnya tanah ulayat tertentu yang menjadi
lingkungan hidup para warga persekutuan hukum tersebut dan
tempatnya mengambil keperluan hidupnya sehari-hari.
-
Unsur hubungan antara masyarakat tersebut dengan wilayahnya, yaitu
terdapatnya tatanan hukum adat mengenai pengurusan, penguasaan dan
penggunaan tanah ulayatnya yang masih berlaku dan ditaati oleh para
warga persekutuan hukum tersebut.
ME
DA
N
- 42 -
Senada dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN tersebut kriteria
penentuan masih adanya hak ulayat menurut Maria Soemardjono (Tanah Dalam
Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Penerbit Buku Kompas, Jakarta,
2008, hal.43) adalah bahwa bila disepakati untuk mengatur tentang pengakuan
hak ulayat, maka persyaratan tersebut harus dipenuhi secara kumulatif karena
GI
merupakan petunjuk bahwa hak ulayat dikalangan masyarakat hukum itu masih
ada, sebaliknya kiranya adil bila salah satu diantara persyaratan itu sudah tidak
ING
ada lagi, maka dapat dikatakan bahwa hak ulayat sudah tidak ada lagi.
6. Bahwa dalil - dalil PARA PENGGUGAT yang mengatakan bahwa Huta
Sipollung sebagai hak ulayatnya adalah hal yang mengada-ada dan tidak
berdasar atas hukum karena penentuan ada tidaknya hak ulayat harus
NT
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dimana sampai dengan saat ini
belum pernah diterbitkan suatu Peraturan Perundang-undangan di
Indonesia terutama di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Samosir yang
ILA
menetapkan Huta Sipollung Desa Sitamiang Kecamatan Onanrunggu
Kabupaten Samosir sebagai hak ulayat dari PARA PENGGUGAT.
7. Bahwa TERGUGAT XI menolak dalil gugatan PARA PENGGUGAT pada
NG
AD
angka 52 karena TEGUGAT XI tidak dapat dinyatakan telah melakukan
perbuatan melawan hukum karena perbuatan TERGUGAT XI dalam
mengeluarkan Rekomendasi Izin Mendirikan Tugu tidak memenuhi
unsur-unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal
1365 KUH Perdata, dimana unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
- Adanya suatu perbuatan: bahwa perbuatan TERGUGAT XI yang
PE
mengeluarkan Rekomendasi Izin Mendirikan Tugu adalah sematamata dalam posisinya sebagai Camat Onanrunggu yang mempunyai
wewenang dalam memberikan rekomendasi tersebut sesuai dengan
ketentuan dan syarat yang telah diajukan pemohon yaitu adanya datadata sebagai berikut:
a. Formulir Permohonan IMB dari TERGUGAT I;
b. Surat
Keterangan
Keabsahan
Tanah
Nomor:
60/2008/04/SAM/2014 yang ditandatangani oleh Kepala Desa;
c. Surat Pernyataan dan Penyerahan Tanah Kampung Sipollung
kepada Pengurus Punguan Gultom Hutabalian se-Jabodetabek;
d. Putusan Pengadilan Negeri Balige No. 14/Perdata/1975/PN.BIg
tanggal 20 Juni 1975 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.
184/PRD/1977/PT.MDN tanggal 26 Juni 1977 Jo. Putusan
Mahkamah Agung Rl No. 178/K/Sip/1978 tanggal 19 Desember
1979.
ME
DA
N
- 43 -
-
Perbuatan tersebut melawan hukum: bahwa perbuatan-perbuatan yang
dilakukan oleh TERGUGAT XI sama sekali bukan merupakan perbuatan
melawan hukum, melainkan dalam rangka melaksanakan tugasnya
sebagai abdi masyarakat yang melayani permohonan masyarakat.
Adanya kesalahan dari pihak pelaku: bahwa PARA PENGGUGAT dalam
gugatannya
tidak
menguraikan
perihal
adanya
GI
-
kesalahan
dari
TERGUGAT XI dan TERGUGAT XI tidak melakukan kesalahan dalam
-
ING
penerbitan Rekomendasi Izin Mendirikan Tugu tersebut.
Adanya kerugian bagi korban: bahwa dengan adanya tindakan
TERGUGAT XI yaitu mengeluarkan Rekomendasi Izin Mendirikan Tugu
tidak merugikan pihak manapun.
Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian: bahwa
NT
-
mengacu pada uraian butir diatas terbukti tidak ada perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT XI, sehingga dengan demikian
ILA
tidak ada hubungan kausalitas antara perbuatan TERGUGAT XI
terhadap kerugian yang didalilkan oleh PARA PENGGUGAT.
8. Bahwa dalil Gugatan PARA PENGGUGAT pada angka 48 adalah dalil
NG
AD
gugatan yang mengada-ada dan tidak berdasar hukum sama sekali
karena tidak didukung oleh alat bukti yang sah, dimana tuntutan tersebut
semata-mata
hanya
merupakan
pemikiran
dan
asumsi
PARA
PENGGUGAT belaka tanpa didasari oleh suatu data yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan, sebagaimana ditegaskan dalam beberapa
yurisprudensi berikut:
Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl No. 558.K.SIP/1983 tanggal 28 Mei
PE
-
1984, menegaskan: Tuntutan penggugat mengenai ganti rugi, karena
tidak disertai dengan bukti, harus ditolak.
-
Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl No. 117K/SIP/1971 tanggal 2 Juni
1971 dan No. 459K/SIP/1975 tanggal 18 September 1975, menegaskan:
Ganti rugi yang tidak dirinci berdasarkan fakta harus dinyatakan tidak
mempunyai dasar hukum dan harus ditolak.
-
Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl No. 550K/SIP/1979 pada intinya
menyatakan bahwa suatu tuntutan ganti kerugian immateril haruslah
dirinci.
9. Bahwa tuntuntan uitvoerbaar bij voorraad dari PARA PENGGUGAT
adalah sangat mengada-ada karena sangat bertentangan dengan SEMA
Rl No.Um/282/VI/1136/III/69 tertanggal 2 Juli 1969 Jo. SEMA No. 3
Tahun 2000 tertanggal 21 Juli 2000 tentang Putusan Serta Merta dan
Provisionil Jo. SEMA No. 4 Tahun 2001 tertanggal 20 Agustus 2001
ME
DA
N
- 44 -
tentang permohonan Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan
provisionil yang ditujukan kepada Ketua/Hakim Pengadilan Negeri dan
Ketua/Hakim Pengadilan Agama di seluruh Indonesia, yang menyatakan
bahwa : setiap kali akan melaksanakan putusan serta merta (uitvoerbaar
bij voorraad) harus disertai penetapan sebagaimana diatur dalam butir 7
GI
SEMA No. 3 Tahun 2000 yang menyebutkan agar setiap akan
melaksanakan putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) harus
ING
disertai adanya pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai
barang/objek eksekusi sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak
lain
apabila
ternyata
dikemudian
hari
dijatuhkan
putusan
yang
membatalkan putusan pengadilan tingkat pertama. Tanpa jaminan
NT
tersebut, tidak boleh ada pelaksanaan putusan serta merta. Bahwa
selanjutnya menurut pasal 180 (1) HIR, putusan uitvoerbaar bij voorraad
hanya dapat dijatuhkan apabila jika ada suatu tanda alas hak yang
ILA
otentik, atau jika telah ada suatu keputusan hakim yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap. Bahwa kalaupun terdapat akta otentik, quod non,
terhadap permohonan uitvoerbaar bij voorraad ini, Mahkamah Agung Rl
-
NG
AD
berpendapat sebagai berikut:
Dalam
Surat
Edaran
Negeri/Pengadilan
No.
Tinggi
02
Tahun
untuk
1975:
sangat
agar
Pengadilan
berhati-hati
dalam
mempergunakan lembaga uitvoerbaar bij voorraad.
-
Dalam Surat Edaran No. 06 Tahun 1975: kepada Ketua/Hakim
Pengadilan Negeri agar tidak menjatuhkan keputusan uitvoerbaar bij
PE
voorraad walaupun syarat-syarat dalam Pasal 180 ayat 1 HIR/191 RBg
telah dipenuhi.
-
Dalam Surat Edaran No. 03 Tahun 1978 tertanggal 1 April 1978:
menegaskan
kepada
Ketua/Hakim
Pengadilan
Negeri
diseluruh
Indonesia agar tidak menjatuhkan keputusan uitvoerbaar bij voorraad
walaupun syarat-syarat dalam Pasal 180 ayat (1) HIR telah dipenuhi. Bila
putusan uitvoerbaar bij voorraad dikabulkan maka dalam waktu 2 (dua)
minggu setelah putusan, Pengadilan Negeri yang bersangkutan harus
mengirimkan salinannya kepada Pengadilan Tinggi dan tembusannya
kepada Mahkamah Agung.
Bahwa pendapat Mahkamah Agung tersebut sangat tepat mengingat akibat
hukum yang ditimbulkan apabila putusan bersangkutan ditingkat berikutnya
dibatalkan, maka dengan demikian tuntutan/Gugatan Penggugat yang meminta
agar Putusan dapat dilaksanakan lebih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad)
haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan sebagai tidak dapat diterima.
ME
DA
N
- 45 -
Berdasarkan seluruh uraian tersebut diatas TERGUGAT XI memohon agar
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutus dengan
amar putusan sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
1. Memeriksa dan memutuskan dalam Eksepsi terlebih dahulu sebelum
GI
pemeriksaan Pokok Perkara;
2. Menerima Eksepsi TERGUGAT XI untuk seluruhnya;
ING
3. Menyatakan Gugatan PARA PENGGUGAT tidak dapat diterima.
DALAM POKOK PERKARA:
1. Menolak Gugatan PARA PENGGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menghukum PARA PENGGUGAT untuk membayar semua biaya yang
NT
timbul dalam perkara ini.
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya.
Pengadilan
ILA
Menimbang, bahwa terhadap gugatan dari Para Penggugat tersebut
Negeri
Balige
telah
menjatuhkan
putusan
nomor
:
43/Pdt.G/2014/PN.Blg tanggal 11 Nopember 2015, yang amarnya berbunyi
NG
AD
sebagai berikut :
Dalam Konvensi;
Dalam Provisi;
-
Menolak tuntutan Provisi Para Penggugat;
Dalam Eksepsi:
- Menolak eksepsi Para Tergugat;
PE
Dalam Pokok Perkara:
- Mengabulkan gugatan Para Penggugat sebagian;
- Menyatakan bahwa Para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan
hukum terhadap para penggugat dan atau keturunan Oppu Balubu
Gultom Hutapea dalam pembangunan Monument atau Tugu
Gultom
Hutabalian di atas tanah ulayat peninggalan Oppu Balubu Gultom
Hutapea seluas lebih kurang 64 M2 yang terletak di kampung (huta)
Sipollung Desa Sitamiang Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir ;
- Menyatakan
terperkara
batal demi hukum Surat penyerahan hak atas tanah
tanggal 12 April 2014 antara Tergugat I sampai dengan
Tergugat VIII dengan
Tergugat IX dan Tergugat X yang dibuat
dihadapan Notaris Ny. Edith Siahaan Naibaho,SH
di Jatiasih Kota
Bekasi Provinsi Jawa Barat.
- Menyatakan Tanah Terperkara lebih kurang seluas 64 M2
batas-batas sebagai berikut :
dengan
ME
DA
N
- 46 -
Sebelah Timur berbatasan dengan : Perkampungan huta Sipollung .
Sebelah barat berbatasan dengan
: Jalan Raya Onanrunggu-Lagundi.
Sebelah Selatan berbatasan dengan: Tanah yang diusahai Pangihutan
Sijabat.
Sebelah Utara berbatasan dengan
: Jalan Kampung .
GI
Adalah sah tanah ulayat (golat) OPPU BALOEBOE GULTOM HUTAPEA
SELAKU KETURUNAN DARI GULTOM HUTAPEA ;
Menghukum Tergugat I sampai dengan Tergugat X untuk mengosongkan
tanah terperkara
seluas
ING
-
kurang lebih
64
M2 tersebut
dan
menyerahkan tanah terperkara kepada Para Penggugat dengan baik dan
kosong tanpa beban ;
Menghukum Tergugat XI untuk tunduk dan mentaati putusan dalam
NT
-
Perkara ini .
Dalam Rekonvensi;
-
ILA
- Menolak gugatan Para Penggugat selain dan selebihnya;
Menolak gugatan Rekonvensi Para Penggugat dalam Rekonvensi untuk
seluruhnya;
-
NG
AD
Dalam Konvensi dan Rekonvensi;
Menghukum Tergugat I sampai dengan Tergugat X dalam Konvensi/
Penggugat I sampai dengan Penggugat X dalam Rekonvensi untuk
membayar biaya perkara secara tanggung renteng sebesar Rp.
3.146.000,- (tiga juta seratus empat puluh enam ribu rupiah)
PE
Membaca Akte Banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri
Balige, yang menerangkan bahwa Pembanding I sampai dengan X semula
Tergugat I sampai dengan X melalui kuasa hukumnya, pada tanggal 16
Nopember 2015, telah mengajukan permohonan banding terhadap putusan
Pengadilan Negeri Balige nomor : 43/Pdt.G/2014/PN.Blg tanggal 11 Nopember
2015, permohonan banding mana telah diberitahukan kepada Terbanding I
sampai dengan III semula Penggugat I sampai dengan III melalui kuasa
hukumnya pada tanggal 6 Januari 2016, dan kepada Turut Terbanding semula
Tergugat XI tanggal 7 Januari 2016;
Membaca memori banding yang diajukan oleh Pembanding I sampai
dengan X semula Tergugat I sampai dengan X melalui kuasa hukumnya
tertanggal 21 Desember 2015, yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Balige pada tanggal 21 Desember 2015, dan memori banding tersebut telah
diberitahukan dan diserahkan kepada Terbanding I sampai dengan III semula
Penggugat I sampai dengan III melalui kuasa hukumnya pada tanggal 6 Januari
ME
DA
N
- 47 -
2016, dan kepada Turut Terbanding semula Tergugat XI tanggal 15 Januari
2016;
Membaca kontra memori banding yang diajukan oleh Terbanding I
sampai dengan III semula Penggugat I sampai dengan III melalui kuasa
GI
hukumnya tertanggal 18 Januari 2016, yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Balige pada tanggal 18 Januari 2016, dan kontra memori
ING
banding tersebut telah diberitahukan dan diserahkan kepada Pembanding I
sampai dengan X semula Tergugat I sampai dengan X melalui kuasa hukumnya
tanggal 18 Januari 2016;
Relas
Pemberitahuan
Untuk
Melihat,
Membaca
dan
NT
Membaca
Memeriksa Berkas Perkara Pengadilan Negeri Balige, yang disampaikan
kepada Pembanding I sampai dengan X semula Tergugat I sampai dengan X
melalui kuasa hukumnya tanggal 18 Januari 2016, kepada Terbanding I sampai
ILA
dengan III semula Penggugat I sampai dengan III melalui kuasa hukumnya
tanggal 19 Januari 2016, dan kepada Turut Terbanding semula Tergugat XI
tanggal 15 Januari 2016, yang menerangkan bahwa dalam tenggang waktu 14
NG
AD
(empat belas) hari setelah tanggal pemberitahuan tersebut kepada kedua belah
pihak berperkara telah diberi kesempatan untuk memeriksa dan mempelajari
berkas perkara tersebut sebelum dikirim ke Pengadilan Tinggi;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA;
Menimbang,
bahwa
permohonan
banding
yang
diajukan
oleh
PE
Pembanding I sampai dengan X semula Tergugat I sampai dengan X melalui
kuasa hukumnya melalui kuasa hukumnya telah diajukan dalam tenggang waktu
dan menurut tata cara serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan UndangUndang, oleh karenanya permohonan banding tersebut secara formal dapat
diterima;
Menimbang bahwa memori banding yang diajukan oleh Pembanding I
sampai dengan X semula Tergugat I sampai dengan X melalui kuasa
hukumnya, menerangkan sebagai berikut :
KEBERATAN KE-SATU :
Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Balige yang memeriksa dan
mengadili perkara aquo telah salah dan keliru menenerapkan hukum
pembuktian lebih-lebih dalam kepemilikan huta Sipollung tempat Tugu Gultom
Hutabalian Berdiri.
ME
DA
N
- 48 -
Bahwa Majelis hakim dalam pertimbangan hukumnya pada putusannya
tanggal 11 November 2015 Nomor : 43/Pdt.G/2014/PN-Blg, yakni pada halaman
71 ( tujuh puluh satu ) alinea 3 ( tiga ) yang menyatakan bahwa Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 19 Desember 1979, Nomor 178
K/Sip/1978, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 1 Agustus 1977
GI
Nomor 184/PERD/1977/PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal
20 Juni 1975 Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg tidaklah sama dengan perkara
ING
aquo yang mempermasalakan pendirian Tugu Gultom Hutabalian, sedangkan
Putusan Mahkamah Agung Indonesia tanggal 19 Desember 1979 Nomor
178/K/Sip/1978, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 01 Agustus 1977
Nomor 184/PERD/1977/PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal
NT
20 Juni 1975 Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg mempermasalahkan Gongga
yang diletakkan atas kampung Sipollung terperkara dan rumah bangunan
Tergugat sebagaimana dalam amar putusan Pengadilan Tinggi tanggal
1977
Nomor
184/PERD/1977/PT-MDN
ILA
01Agustus
disebutkan
bahwa
“ Memerintahkan supaya gongga yang telah diletakkan atas Kampung Sipollung
terperkara dan rumah bangunan bangunan Tergugat dicabut segera “.
NG
AD
Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Balige jelas-jelas telah salah
dan keliru, bahwa yang dipermasalahan dalam putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K/Sip/1978, Jo
Putusan
pengadilan
Tinggi
Medan
tanggal
01
Agustus 1977
Nomor
184/PERD/1977/ PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal 20
Juni 1975 Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg adalah “ Masalah kepemilikan
PE
Kampung Sipollung “.
Bahwa Gugatan ini dulunya telah pernah diajukan oleh MONANG
GULTOM HUTAPEA, d.k.k ( Pihak Penggugat ) melawan ALLER GULTOM
HUTABALIAN, d.k.k dalam perkara Perdata Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg ;
Bahwa duduk perkara Perdata Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg tersebut
adalah sebagai berikut :
-
Bahwa Kampung Sipollung adalah Kampung Penggugat dimana atas
Kampung tersebut Nenek Penggugat sebagai Sipukka huta ;
-
Bahwa Tergugat – I
JIRMAN GULTOM HUTABALIAN dengan tidak
setahu Penggugat telah memperbesar rumahnya di Kampung Sipollung,
dan hal ini telah Penggugat larang akan tetapi tidak dihiraukan oleh
Tergugat – I ;
-
Kemudian bahwa Tergugat2 tidak mau mengikuti adat2 di Kampung
Sipollung dan tidak patuh kepada peraturan2 Kampung dan telah sering
mengadakan
hal2
yang
tidak
diingini
oleh
Penggugat,
dengan
ME
DA
N
- 49 -
mengatakan bahwa Kampung Sipollung adalah kepunyaan mereka
Tergugat2 ;
-
Maka atas tindakan Tergugat2 Penggugat merasa telah dirugikan dan
merupakan penghinaan kepada Penggugat, ter-lebih2 bahwa TergugatTergugat menghilangkan hak Penggugat atas Kampung Sipollung ;
Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg tersebut sebagai
berikut :
1. Menerima Gugat Penggugat ;
ING
dalam perkara Perdata
GI
Bahwa Para Penggugat telah mengajukan petitum dalam Gugatannya
2. Menyatakan sebagai hukum,bahwa kampung Sipollung terperkara adalah
kampung Penggugat sebagai Sipukka huta ;
kampung Sipollung
NT
3. Menyatakan sebagai hukum bahwa Tergugat2 adalah sebagai parripe di
4. Menghukum Tergugat2 supaya meninggalkan dan mengosongkan
ILA
kampung Sipollung dan menyerahkan dalam keadaan baik kepada
Penggugat guna dapat leluasa diusahai dan dimiliki dengan jalan
membongkar segala bangunan2nya dari atas kampung Sipollung ;
NG
AD
5. Menetapkan bahwa Gongga yang telah dilakukan lebih dahulu tetap syah
dan berharga ;
6. Menghukum Tergugat2 untuk membayar segala ongkos2 perkara ;
7. Menyatakan keputusan dapat terus dijalankan kendatipun TergugatTergugat banding ataupun kasasi ;
Bahwa adapun Putusan Perkara Perdata Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg
PE
adalah sebagai berikut :
MENGADILI:
-
Menerima gugat Penggugat untuk sebagian ;
-
Menyatakan sebagai hukum, bahwa kampung Sipollung terperkara
adalah kampung Penggugat sebagai Sipukka huta ;
-
Menyatakan sebagai hukum bahwa Tergugat2 adalah sebagai parripe di
kampung Sipollung
-
Menghukum Tergugat2
supaya meninggalkan dan mengosongkan
kampung Sipollung dan menyerahkan dengan baik kepada Penggugat
guna dapat leluasa diusahai dan dimiliki, dengan jalan membongkar
segala bangunan2 dari atas kampung Sipollung ;
-
Menetapkan Gongga yang telah dilakukan lebih dahulu tetap syah dan
berharga ;
-
Menghukum Tergugat2 untuk membayar ongkos-ongkos perkara yang
sampai hari ini berjumlah Rp 20,000,- ( dua puluh ribu rupiah ) ;
ME
DA
N
- 50 -
-
Menolak gugat selebihnya ;
Bahwa atas putusan Pengadilan Balige Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg
tangal 20 Juni 1975 tersebut
ALLER GULTOM HUTABALIAN d.k.k ( Para
Tergugat ) telah mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Medan ;
Bahwa adapun Putusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 01 Agustus
GI
1977 Nomor 184/PERD/ 1977/PT-MDN amarnya berbunyi :
MENGADILI:
Menerima permohonan banding dari Tergugat ;
-
Membatalkan keputusan Pengadilan Negeri Balige, tertanggal 20 Juni
ING
-
1975 No.14 / Perdata /1975/PN- Blg dalam perkara antar kedua belah
pihak yang dibanding ;
NT
D AN M E N G A D I L I S E N D I R I ;
-
Menolak Gugatan Penggugat – Terbanding ;
-
Memerintahkan supaya gongga yang telah diletakkan atas kampung
ILA
Sipollung terperkara dan rumah bangunan Tergugat, dicabut dengan
segera ;
-
Menghukum Penggugat membayar ongkos2 perkara dalam kedua
NG
AD
tingkatan, dalam tingkat pertama ditetapkan sebanyak Rp 20,000,- ( dua
puluh ribu rupiah ) dan dalam tingkat banding ini sampai hari ini dihitung
sebanyak Rp 3,125 ,- ( tiga ribu seratus dua puluh lima rupiah ) ;
Bahwa atas Keputusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 1 Agustus 1977
Nomor 184/PERD/1977/PT.MDN tersebut kedua belah pihak yang berperkara
telah mengajukan Kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia ;
PE
Bahwa adapun Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 19
Desember 1979 Nomor 178 K / Sip / 1978 amarnya berbunyi sebagai berikut :
MEMUTUSKAN :
-
Menolak permohonan kasasi dari Penggugat untuk kasasi : MONANG
GULTOM , untuk diri sendiri dan sebagai kuasa dari : 1. NY TAOAR alias
NAN JAMAN BORU SITINDAON, 2. JAMAN GULTOM, dan permohonan
kasasi dari penggugat kasasi untuk kasasi : ALLER GULTOM tersebut;
-
Menghukum Penggugat2 untuk kasasi akan membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebanyak Rp 10,105,- ( sepuluh ribu
seratus lima rupiah ) ;
Bahwa atas Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 19
Desember 1979
Nomor 178 K/Sip/1978 tersebut yang telah menolak
permohanan kasasi , dan tidak ada pihak yang mengajukan Peninjauan Kembali
atas Keputusan Mahkamah Agung tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178
K/Sip/1978 tersebut dengan demikian telah berkekuatan hukum tetap ;
ME
DA
N
- 51 -
Bahwa Keputusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 1 Agustus 1977 Nomor
184 /PERD/1977/ PT-MDN dalam pertimbangan hukumnya 4 ( empat ) alinea 3
dan alinea 4 ( empat ) dengan tegas menyatakan bahwa Nenek Tergugatlah (
GULTOM HUTABALIAN – red ) yang lebih dahulu berada di kampung itu dan
yang membukanya sebagai pemilik kampung Sipollung terperkara ;
GI
KEBERATAN KE-DUA :
Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Balige yang memeriksa dan
ING
mengadili perkara aquo telah salah dan keliru yang menyatakan bahwa OMPU
BALUBU GULTOM HUTAPEA kakek Para Penggugat adalah Sipungka huta
Sipollung.
Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Balige dalam Putusan tanggal
Nomor 43/Pdt.G/2014/PN-Blg yakni pada pertimbangan
NT
11 November 2015
hukumnya pada halaman 70 ( tujuh pulu ) alinea 3 ( tiga ), 4 ( empat ), dan 5 (
lima ) dengan mengutip pendapat J.C.Vergouwen dalam bukunya yang berjudul
ILA
“ Masyarakat dan Hukum Adat Batak “ pada halaman 129 buku tersebut
menyatakan bahwa “ Penguasa di kampung biasanya adalah Kepala Kampung
yang dikenal dengan yang paling umum adalah Raja Huta . ...... dst, “. Dan Raja
NG
AD
huta tidak sama dengan sipukka huta;
Bahwa selanjutnya pada alinea 4 ( empat ) putusan Pengadilan Negeri
Balige yakni dalam pertimbangan hukumnya dengan mengutip pendapat
J.P.Sitanggang dalam bukunya
“ Raja Napogos “ pada
halaman 5 ( lima ) buku tersebut menyatakan : bahwa yang dimaksud dengan
Tunggane Huta adalah Orang yang membangun huta baru . Dan OMPU
PE
BALUBU GULTOM HUTAPEA bukanlah membuka huta ( kampung ) yang baru;
Bahwa fakta hukum dalam perkara aquo yakni keterangan saksi Para
Penggugat yang bernama SAHATMAN MANIK
dipersidangan menyatakan
bahwa “ sebelum OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA ke huta Sipollung
sudah ada GULTOM HUTABALIAN tinggal dihuta Sipollung kira-kira 900 (
sembilan ratus ) tahun yang lalu atau 11 ( sebelas ) generasi , dan OMPU
BALUBU GULTOM HUTAPEA meninggal dunia sekitar tahun 1930-an , dan
kemudian OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA adalah Bapak uda dari Nenek
saksi , sedangkan keturunan OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA baru 4 ~ 5
generasi tinggal di huta Sipollung. Dan keterangan saksi ini membuktikan
bahwa tidak benar OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA sipukka huta atau
membangun huta baru ;
Bahwa fakta hukum juga dalam perkara aquo yakni keterangan saksi
Para Tergugat yang bernama TANJUNG RUMAHORBO dipersidangan dibawah
sumpah mengemukakan bahwa sipukka huta ( yang membuka huta baru ) di
ME
DA
N
- 52 -
Sipollung adalah OMPU MANGKOMAT GULTOM HUTABALIAN. Dan benar
OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA berada/tinggal di huta Sipollung namun
bukan OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA sipukka huta Sipollung karena
GULTOM HUTABALIAN telah berada di Sipollung pada saat OMPU BALUBU
GULTOM HUTAPEA datang ke Sipollung. Dan sebelum ke kampung Sipollung
GI
OMPU NI ONGGANG GULTOM HUTAPEA ( Ayah OMPU BALUBU GULTOM
HUTAPEA ) dan OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA tinggal di Huta Bolon.
ING
Dan keterangan saksi Para Tergugat yang bernama TANJUNG RUMAHORBO
ini membuktikan bahwa bukan OMPU BALUBU GULTOM HUTAPEA sipukka
huta ( yang membuka huta ) di huta Sipollung ;
Bahwa kemudian dalam Keputusan Pengdilan Tinggi Medan tanggal 01
NT
Agustus 1977 Nomor 184/PERD/1977/PT-MDN dalam pertimbangan hukumnya
pada halaman 3 ( tiga ) dan halaman 4 ( empat ) telah dengan tegas dinyatakan
bahwa Buku Raja Bius Samosir adalah ciptaan dari Pemerintahan Belanda
ILA
pada waktu itu, dalam mana diterangkan bahwa O.BALUBU yang bermarga
Gultom yang disebut sebagai raja di kampung Sipollung, dengan keputusan
tertanggal 25 Mei 1908 No.2043 diberi pangkat R II , dan dikolom lain dari Buku
NG
AD
Raja Bius Samosir tersebut di jelaskan pula bahwa O.BALUBU berada dibawah
( staat onder ) 995 dan terdaftar dalam buku register VIII halaman 174 ( register
on bladzijde ), dengan demikan jelas bahwa Buku Raja Bius tidak menerangkan
sedikitpun bahwa O.BALUBU
adalah sebagai pemilik Kampung Sipollung
terperkara ,melainkan menerangkan bahwa O.BALUBU mempunyai pangkat R
II yakni satu golongan pangkat dalam pemerintahan Belanda pada ketika itu (
PE
tahun 1908 ) ;
Bahwa masih dalam keputusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 1
Agustus 1977 Nomor 188 PERD/1977/PT-MDN dalam pertimbangan hukumnya
pada halaman 4 ( empat ) alinea 3
dengan
tegas
menyatakan
bahwa
( tiga ) dan alinea 4 ( empat ) telah
Nenek
Tergugat
(
Red-GULTOM
HUTABALIAN ) terlebih dahulu berada dikampung tersebut ( Red-Kampung
Sipollung ) dari Nenek Penggugat ( Red – GULTOM HUTAPEA ) , Dan Nenek
Tergugatlah ( GULTOM HUTABALIAN )
yang mendirikan dan memiliki
kampung Sipollung ;
KEBERATAN KE-TIGA :
Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Balige telah salah dan keliru
menyatakan Para Tergugat yang mendirikan TUGU GULTOM HUTA BALIAN di
Kampung Sipollung adalah Perbuatan Melawan Hukum ;
Bahwa Para Tergugat yang mendirikan TUGU / MONUMEN GULTOM
HUTABALIAN diatas tanah yang berada di Kampung Sipollung, Desa
ME
DA
N
- 53 -
Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir bukanlah Perbuatan
Melawan Hukum, sebab secara yuridis Kampung Sipollung adalah milik Para
Tergugat selaku keturunan dari GULTOM HUTABALIAN ;
Bahwa Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 19
Desember 1979 Nomor 178 K/Sip/1978.
Jo Keputusan Pengadilan Tinggi
GI
Medan tanggal 1 Agustus No.184/PERD/1977 /PT-MDN Jo. Keputusan
Pengadilan Negeri Balige tanggal 20 Juni 1975 No.14/Perdata/1975/PN-Blg
ING
telah menyatakan bahwa Kampung Sipollung adalah didirikan dan dimiliki oleh
Nenek Tergugat yakni GULTOM HUTABALIAN ;
Bahwa dengan demikian tindakan mendirikan/membangun TUGU
GULTOM HUTABALIAN di kampung Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan
NT
Onan Runggu adalah sah dan bukanlah Perbuatan Melawan Hukum, sebab
kampung Sipollung adalah milik bersama milik GULTOM HUTABALIAN sesuai
dengan Putusan Mahkamah Agung tanggal 19 Desember 1979 Jo Putusan
ILA
Pengadilan Tinggi tanggal 1 Agustus 1977 Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige
tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg ;
KEBERATAN KE – EMPAT :
NG
AD
Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Balige yang memeriksa dan
mengadili perkara aquo telah dengan sengaja menerima Surat Kuasa Khusus
Para Penggugat sebanyak 2 ( dua ) kali pada hal pada Surat Kuasa Khusus
yang pertama telah di eksepsi, dan kemudian setelah Surat Kuasa Khusus yang
pertama dieksepsi oleh Para Tergugat kemudian para Penggugat mengajukan
Surat Kuasa Khusus yang kedua pada Tanggal 30 Juni 2015 ;
PE
Bahwa pada waktu giliran Para Tergugat memberi jawaban, eksepsi dan
juga mengajukan Gugat Rekonvensi, Kuasa Hukum Para Tergugat telah
mengajukan eksepsi tentang Surat Kuasa Khusus yang tidak syah yang
mengakibatkan Surat Gugatan Para Penggugat tidak sah ;
Bahwa Penggugat-I
SARLES GULTOM,S.H,,M.H , Penggugat – II
SAHALA GULTOM dan Penggugat – III HARLEM GULTOM memberi kuasa
kepada : 1. SARLES GULTOM,S.H,,MH, 2. ANTONI SUMIHAR PURBA,S.H , 3.
ROSMAWARI PURBA,S.H, 4. MANGEMBANG PANDIANGAN,S.H,,MH Alamat
Kantor di Kompleks Ruko Griya Sitorus, Jalan Kapten M.H.Sitorus No B 10
Kelurahan Timbang Galung Kecamatan Siantar Barat , Kota Pematang Siantar,
Provinsi Sumatera Utara ;
Bahwa
melihat
formasi
yang
demikian
adalah
jelas
SARLES
GULTOM,S.H,,M.H selaku Penggugat – I ada memberi kuasa kepada SARLES
GULTOM,S.H,,M.H selaku Penasehat hukum. Dan oleh Kuasa hukum para
Tergugat telah mengajukan eksepsi atas Surat Kuasa Khusus tersebut dengan
ME
DA
N
- 54 -
alasan aturan hukum tidak membenarkannya, hal ini merujuk pada pasal 1792
KUHPerd yang menyatakan
“ Pemberian Kuasa “ adalah suatu persetujuan
dengan mana seseorang memberi kekuasaan pada orang lain yang
menerimanya untuk dan atas namanya menyelenggarakan sesuatu urusan “.
Dan kemudian pada Pasal 1313 KUHPerd yang berbunyi : “ Suatu persetujuan
GI
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih “ kemudian dikaitkan lagi dengan
ING
Pasal 1315 berbunyi “ Pada umumnya tak seorang pun dapat mengikatkan diri
atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji pada dirinya sendiri “.
Bahwa kemudian setelah Para Tergugat memberi jawaban, eksepsi dan
Gugatan Rekonvensi atas surat Gugatan Para Penggugat pada sekitar tanggal
NT
30 Juni 2015 Para Penggugat mengajukan lagi Surat Kuasa Khusus dalam
perkara yang sama. Dan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Balige yang
memeriksa dan mengadili perkara aquo menerimanya dan dengan mudahnya
selaku
Penggugat-
Gultom,S.H,M.H ;
I
ILA
menyatakan dalam pertimbangan hukumnya bahwa Sarles Gultom,S.H,M.H
tidak
ada
memberikan
Kuasa
kepada
Sarles
NG
AD
Demikian Memori banding ini kami ajukan kepada Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Medan kiranya Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan yang
memeriksa dan memutus perkara ini dapat memberi putusan yang amarnya
berbunyi :
MENGADILI:
Menerima Banding dari Pembanding ;
-
Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal 11 November
PE
-
2015 Nomor 43/Pdt.G/2014/PN-Blg ;
MENGADILI SENDIRI:
DALAM KONVENSI :
DALAM PROVISI :
-
Menolak tuntutan Provisi Para Penggugat ;
DALAM EKSEPSI :
-
Menolak eksepsi Para Tergugat ;
DALAM POKOK PERKARA :
-
Menolak Gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya ;
-
Menyatakan sah dan berkekuatan hukum Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia tanggal 19 Desember 1979, Nomor 178 K/Sip/978, Jo
Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 1 Agustus 1977, Nomor
184/PERD/1977/PT-MDN , Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige
Tanggal 20 Juni 1975, Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg ;
ME
DA
N
- 55 -
-
Menyatakan dalam hukum bahwa huta Sipollung , Desa Sitamiang ,
Kecamatan Onan Runggu , Kabupaten Samosir adalah Milik GULTOM
HUTABALIAN dan semua keturunannya berdasarkan
Keputusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 19 Desember 1979, Jo
Putusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 1 Agustus 1977 Nomor :
GI
184/PERD/1977/PT-MDN, Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal
20 Juni 1975 Nomor : 14/Perdata/ 1975 /PN-Blg ;
Menyatakan bahwa Para Tergugat yang telah membangun Tugu /
ING
-
Monumen GULTOM HUTABALIAN diatas tanah seluas kurang lebih 64
M² di Kampung Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu,
Kabupaten Samosir adalah sah dan bukan Perbuatan Melawan Hukum ;
-
NT
DALAM REKONVENSI :
Menolak gugatan Rekonvensi para Penggugat I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX
dan Penggugat X dalam Rekonvensi untuk seluruhnya ;
-
ILA
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI :
Menghukum Para Penggugat I , II, III d.k / Tergugat ,I,II,III d.r untuk
ATAU :
NG
AD
membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini ;
Bila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya ( ex
aequo et bono ).
Menimbang bahwa terhadap memori banding dari Pembanding I sampai
dengan X semula Tergugat I sampai dengan X melalui kuasa hukumnya
PE
tersebut, Terbanding I sampai dengan III semula Penggugat I sampai dengan III
melalui kuasa hukumnya telah mengajukan kontra memori banding yang
menerangkan sebagai berikut :
Dalam Konvensi;
Dalam Provisi;
Menimbang, bahwa dalam gugatannya Para Penggugat telah mengajukan
tuntutan Provisi
yang pada pokoknya memohon
agar
Majelis Hakim
memerintahkan Tergugat I sampai dengan Tergugat X menghentikan sementara
pembangunan Monument atau Tugu Gultom Hutabalian di atas terperkara
sampai ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap;
Menimbang, bahwa makna tuntutan Provisi adalah tuntutan yang bersifat
sementara yang sangat mendesak untuk segera diambil tindakan berupa
putusan yang mendahului putusan akhir, sebelum pokok perkara diperiksa;
Menimbang, bahwa terhadap Monoment atau Tugu Gultom Hutabalian
yang dimintakan supaya dihentikan pembangunannya, sesuai dengan hasil
ME
DA
N
- 56 -
Pemeriksaan Setempat bahwa Tugu Gultom Hutabalian tersebut telah selesai
pembangunannya dan terhadap tuntutan provisi para penggugat tersebut
Majelis berpendapat tidak terdapat hal yang mendesak untuk segera diambil
tindakan, dengan demikian tuntutan Provisi dari para Penggugat tersebut
haruslah dinyatakan ditolak;
GI
Dalam eksepsi;
Menimbang, bahwa Tergugat I sampai dengan Tergugat X begitu juga
ING
Tergugat XI dalam jawabannya telah mengajukan eksepsi atas gugatan Para
Penggugat, terhadap seksepsi mana Majelis Hakim mempertimbangkan
sebagai berikut:
1. Eksepsi tentang Gugatan Penggugat Nebis In Idem;
NT
Menimbang, bahwa Kuasa Hukum Tergugat I sampai dengan Tergugat X
dalam eksepsinya poin 1, sama dengan eksepsi Tergugat XI pada huruf D yang
pada pokoknya menyatakan bahwa Objek Perkara dalam perkara aquo adalah
ILA
sama dengan objek perkara dalam perkara sebagaimana dalam Putusan
Mahkamah Agung Nomor 178 K/Sip/1978 tanggal 19 Desember 1979, Jo
Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 184/PERD/1977/PT-MDN tanggal 01
NG
AD
Agustus 1977 Jo Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal 20 Juni 1975
Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg dimana putusan tersebut telah berkekuatan
hukum tetap;
Menimbang, bahwa terhadap hal tersebut Majelis Hakim berpendapat
bahwa untuk menentukan apakah gugatan Para Penggugat tersebut Nebis In
Idem atau tidak, baru dapat diketahui setelah ada pembuktian dalam
PE
persidangan dan akan dipertimbangkan bersama-sama dengan pokok perkara,
dengan demikian eksepsi tersebut haruslah ditolak;
2. Eksepsi tentang Surat Kuasa Tidak Sah dan Gugatan juga Tidak Sah;
Menimbang, bahwa Kuasa Hukum Tergugat I sampai dengan Tergugat X
menyatakan dalam Eksepsinya pada poin ke 2 bahwa ternyata Sarles Gultom
selaku Penggugat I dalam perkara aquo, juga merupakan Kuasa Hukum bagi
dirinya sendiri sebagaimana yang telah diuraikan dalam gugatan aquo adalah
tidak dapat dibenarkan sebab bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku juga akan dapat menimbulkan suatu conflict interest dalam
perkara aquo;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati Gugatan Para
Penggugat, bahwa yang menjadi Penggugat I adalah Sarles Gultom,
selanjutnya berdasarkan Surat Kuasa tertanggal 01 September 2014 bahwa
Penggugat II dan Penggugat III memberikan Kuasa kepada Kuasanya salah
satunya adalah Sarles Gultom, dimana pada Surat Kuasa tersebut tidak ada
ME
DA
N
- 57 -
Sarles Gultom memberikan kuasa kepada Sarles Gultom, selanjutnya
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 30 Juni 2015 Sarles Gultom ada
juga memberikan Kuasa kepada Kuasanya dan tidak ada memberikan Kuasa
kepada dirinya sendiri;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas bahwa Penggugat
GI
II dan Penggugat III ada memberikan Kuasa kepada Kuasanya salah satunya
adalah Penggugat I, artinya apabila Penggugat I hadir dalam persidangan
ING
adalah sebagai Penggugat I sekaligus sebagai kuasa dari Penggugat II dan
Penggugat III, dan apabila Penggugat I tidak hadir dalam persidangan, maka
Penggugat I sudah diwakili oleh Kuasanya sebagaimana dalam Surat Kuasa
tertanggal 30 Juni 2015, dengan demikian Surat Kuasa Khusus dalam perkara
NT
ini baik yang tertanggal 01 September 2014 maupun yang tertanggal 30 Juni
2015 adalah sah;
Menimbang, bahwa Kuasa Hukum Tergugat I sampai dengan Tergugat X
ILA
dalam eksepsi poin 2 juga menyatakan bahwa dalil Para Penggugat harus
ditolak oleh karena Para Penggugat telah salah menetapkan Objek Perkara
sebab tempat/lokasi Tugu Gultom Hutabalian didirikan berada di Huta
NG
AD
(Kampung) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten
Samosir, sedangkan Huta Sipollung Desa Sitamiang Kecamatan Onan Runggu
tersebut adalah Huta (Kampung) milik Gultom Huta Balian sesuai dengan
Putusan Mahkamah Agung Nomor 178 K/Sip/1978 tanggal 19 Desember 1979,
Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 184/PERD/1977/PT-MDN tanggal
01 Agustus 1977 Jo Putusan Pengadilan Negeri balige tanggal 20 Juni 1975
PE
Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg dimana putusan tersebut telah berkekuatan
hukum tetap;
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi tersebut Majelis Hakim berpendapat
bahwa hal tersebut sudah masuk dalam pokok perkara yang memerlukan
pembuktian dalam persidangan;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka
eksepsi Tergugat I sampai dengan Tergugat X pada poin 2 harus dinyatakan
ditolak;
3. Eksepsi tentang Gugatan Penggugat kurang pihak;
Menimbang, bahwa eksepsi Kuasa Hukum Tergugat I sampai dengan
Tergugat X, begitu juga eksepsi Kuasa Tergugat XI pada huruf B pada dasarnya
adalah sama yaitu mengenai Kurang Pihak, dimana kuasa kuasa Tergugat I
sampai dengan Tergugat X menyatakan bahwa ada banyak pihak yang tidak
ditarik sebagai pihak dalam perkara aquo, termasuk yang tinggal dihuta
(Kampung) Sipollung, selanjutnya Kuasa Tergugat XI menyatakan bahwa Huta
ME
DA
N
- 58 -
Sipollung bukan hanya dimiliki/dikuasai oleh Para Penggugat dan Tergugat I
sampai dengan Tergugat X, tetapi masih banyak pihak lain yang menguasai
tanah Huta Sipollung tersebut, namun tidak diikutsertakan sebagai Tergugat
atau setidak-tidaknya sebagai Turut Tergugat, bahwa Keturunan Oppu Balubu
Gultom Hutapea bukan hanya Para Penggugat saja, akan tetapi masih banyak
GI
keturunan dan/atau ahli warisnya yang lain namun tidak diikutsertakan sebagai
pihak dalam perkara ini;
ING
Menimbang, bahwa atas eksepsi tersebut, Majelis Hakim memberikan
pertimbangan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa menurut Hukum Acara Perdata, prinsip siapa Tergugat
adalah orang yang dipandang telah merugikan kepentingan Penggugat, oleh
NT
karena itu prinsip siapa yang digugat merupakan hak Penggugat untuk
menentukannya, sepanjang tidak merugikan Tergugat dalam Pembelaannya,
kemudian jika dari pihak berperkara secara sepihak menghendaki ada pihak-
ILA
pihak lain untuk disertakan menjadi salah satu pihak tersebut dapat
melakukannya melalui penarikan para pihak tersebut untuk menjadi pihak
(Intervensi), namun didalam proses persidangan perkara ini, Tergugat tidak
NG
AD
melakukan lembaga Intervensi tersebut;
Menimbang, bahwa selanjutnya selain hal tersebut diatas untuk memulai
dan kemudian mempertimbangkan sejauh anakah keterkaitan ada pihak lain
dengan gugatan Para Penggugat untuk kemudian menyimpulkan kualitasnya
sebagai pihak dalam perkara ini, pada hakikatnya sudah termasuk materi pokok
perkara yang memerlukan pembuktian;
PE
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi kurangnya pihak Penggugat karena
Keturunan Oppu Balubu Gultom Hutapea bukan hanya Para Penggugat saja,
akan tetapi masih banyak keturunan dan/atau ahli warisnya yang lain namun
tidak diikutsertakan sebagai pihak dalam perkara ini, Majelis berpendapat
bahwa dalam hal menuntut dan mempertahankan hak Waris, salah seorang ahli
waris dapat mengajukan gugatan terkecuali dalam hal mengalihkan ataupun
menjual harta warisan;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas
Majelis Hakim berpendapat bahwa eksepsi Kuasa Hukum Tergugat I sampai
dengan Tergugat X, begitu juga Eksepsi Kuasa Tergugat XI beralasan oleh
karenanya haruslah ditolak;
Dalam Pokok Perkara;
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Para Penggugat
sebagaimana diuraikan diatas;
ME
DA
N
- 59 -
Menimbang, bahwa Para Penggugat dalam surat gugatannya mendalilkan
bahwa Para Penggugat adalah keturunan dari Oppu Balubu Gultom Hutapea,
dan Oppu Balubu Gultom Hutapea memiliki 3 orang anak yaitu: 1. Oppu
Solonggahon gelar Raja Lan Gultom Hutapea Kepala Kampung Sibutar kakek
Penggugat I, 2. St. Lusius Gultom Hutapea kakek Penggugat II, 3. St. Elias
GI
Gultom Hutapea kakek Penggugat III. Bahwa dahulu Kakek moyang para
penggugat yang bernama OPPU BALUBU GULTOM HUTAPEA telah membuka
ING
dan mendirikan sebuah kampung (batak: huta) didalam Tanah ulayat (golat)
Gultom Hutapea dengan cara membuat benteng (batak: parik) sekeliling
kampung (huta) dan kampung (huta) tersebut diberi nama HUTA SIPOLLUNG,
dan Oppu Balubu Gultom Hutapea telah mendaftarkan kampung Sipollung
NT
tersebut kepada pemerintah Belanda pada masa penjajahan sesuai aturan yang
berlaku pada saat itu, dan Pemerintah Belanda melalui Assisten controleur di
Pangururan Samosir telah menerbitkan surat besluit pendaftaran kampung
ILA
Sipollung tersebut sesuai dengan Petikan dari Register der Kampengs Met de
daarover besturende Radja’s dengan Nummer 111, Nama Kampoeng :
SIPOLLUNG, nama Toenggane ni Hoeta O. Baloeboe (baca: O. BALUBU), dan
NG
AD
sekalligus menjabat sebagai R. II (batak: RAJA PADUA) : O. BALUBU, dan
Nama Djaihutan: O.R. NAHAL GULTOM. Bahwa sesuai dengan Petikan dari
Register tersebut, telah terbukti bahwa Kampung (huta) Sipollung terdaftar dan
tercatat atas nama Oppu Balubu Gultom Hutapea maka sebagai pemilik dan
pendiri dari kampung (huta) Sipollung adalah Oppu Balubu Gultom Hutapea.
Bahwa baru-baru ini Para penggugat melihat para Tergugat I sampai dengan
PE
Tergugat X mendirikan sebuah Monument atau Tugu terbuat dari semen beton
(batak: Tambak batu napir) atas nama GULTOM HUTABALIAN di atas sebidang
tanah ulayat (golat) peninggalan dari Oppu Balubu Gultom Hutapea yang
merupakan bagian dari tanah ulayat Gultom Hutapea yang terletak di kampung
(huta) Sipollung Desa Sitamiang Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir
yang luasnya lebih kurang kira-kira 64 M2 (enampuluh empat meter bujur
sangkar) dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Timur berbatasan dengan : Perkampungan Sipollung
Sebelah Barat berbatasan dengan : Jalan Raya Onan Runggu-Lagundi
Sebelah Utara berbatasan dengan : Jalan Kampung
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Tanah yang diusahai Pangihutan
Sijabat
Bahwa pembangunan Tugu Gultom Hutabalian tersebut telah mendapat ijin atau
rekomendasi dari Tergugat XI sesuai surat Nomor: 06/TAHUN 2014 tanggal 17
Juni 2014. Bahwa para penggugat sangat keberatan atas tindakan Tergugat I
ME
DA
N
- 60 -
sampai dengan Tergugat X yang membangun atau mendirikan Monument atau
Tugu Gultom Hutabalian tanpa seijin dan tanpa persetujuan dari Keturunan
Oppu BALOEBOE GULTOM HUTAPEA selaku pemilik hak ulayat atas tanah
terperkara tersebut, karena tindakan Tergugat I sampai dengan Tergugat X
tersebut telah mengkangkangi hak dari Keturunan Oppu BALOEBOE GULTOM
GI
HUTAPEA selaku pemilik hak ulayat atas tanah terperkara tersebut;
Menimbang, bahwa atas gugatan Para Penggugat tersebut, Tergugat I
ING
sampai dengan Tergugat X telah mengemukakan jawaban bahwa Kampung
(Huta) Sipollung adalah milik Gultom Huta Balian, bahwa Tergugat I sampai
dengan Tergugat X bukanlah termasuk keturunan Gultom Hutapea, tetapi
Tergugat I sampai dengan Tergugat X adalah keturunan Ompu Mangkomat
NT
Gultom Huta Balian sebagai pewaris dan Pemilik Huta (Kampung) Sipollung
sebagaimana telah dikuatkan dengan Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K/Sip/1978, Jo Putusan
ILA
Pengadilan Tinggi Medan tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184/PERD/1977/PTMDN, Jo. Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal 20 Juni 1975 Nomor
14/Perdata/1975/PN-Blg (sebagaimana dalam jawaban Tergugat I sampai
NG
AD
dengan Tergugat X pada poin ke 15). Bahwa tanah perkara yang luasnya + 64
M2 (enam puluh empat meter persegi) dimana tempat Tugu Gultom Huta Balian
didirikan berada dalam Huta (Kampung) Sipollung, Desa Sitamiang, Kecamatan
Onan Runggu, Kabupaten Samosir, dan Huta (Kampung) Sipollung adalah milik
Gultom Huta Balian dan keturunannya;
Menimbang,
bahwa
oleh
karena
dalil
gugatan
Para
Penggugat
PE
disangkal/diantah oleh pihak Tergugat, maka beban pembuktian dalam perkara
ini pertama sekali harus dipikul oleh Para Penggugat;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil gugatannya para Penggugat
telah mengajukan bukti surat (Bukti P-1 sampai dengan bukti P-16) dan 5 (lima)
orang saksi;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan penyangkalannya atas dalil-dalil
gugatan Para Penggugat, Tergugat I sampai dengan Tergugat X telah
mengajukan bukti surat (Bukti T.I-X-1 sampai dengan T.I-X-18), serta
mengajukan 4 (empat) orang saksi;
Menimbang, bahwa terhadap sesuatu dalil yang telah diakui atau tidak
secara tegas dibantah, harus dianggap telah terbukti dan tidak perlu dibuktikan
lagi;
Menimbang, bahwa alat bukti berupa fotocopy yang tidak dicocokan
dengan aslinya yang tidak ditolak/diakui para pihak dapat dijadikan sebagai
ME
DA
N
- 61 -
bukti, sedangkan alat bukti yang tidak berhubungan dengan pembuktian
sesuatu dalil yang masih dibantah, tidak akan dipertimbangkan;
Menimbang, bahwa berdasarkan jawab-menjawab yang diajukan para
pihak, maka yang menjadi pokok sengketa dalam perkara ini adalah:
Siapakah pemilih sah tanah tempat berdirinya Tugu Gultom Huta Balian yang
GI
terletak di kampung (huta0 Sipollung Desa Sitamiang Kecamatan Onanrunggu
Kabupaten Samosir yang luasnya lebih kurang kira-kira 64 M2 (enampuluh
ING
empat meter bujur sangkar) dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Timur berbatasan dengan : Perkampunguan Sipollung.
Sebelah Barat berbatasan dengan : Jalan Raya Onan Runggu-Lagundi.
Sebelah Utara berbatasan
: Jalan Kampung.
NT
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Tanah yang diusahai Pangihutan
Sijabat
Selanjutnya disebut tanah perkara;
ILA
Menimbang, bahwa untuk mengetahui siapa pemilik yang sah atas tanah
perkara, Majelis akan mempertimbangkan terlebih dahulu bukti-bukti surat yang
diajukan para pihak untuk mengetahui apakah surat-surat yang diajukan para
NG
AD
pihak telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan kemudian akan
dipertimbangkan keterangan saksi-saksi yang diajukan pada pihak sejauhmana
keterangan tersebut dapat menguatkan alasan atau dalil masing-masing pihak
dalam perkara ini:
Menimbang, bahwa bukti P-1 merupakan Kutiban dari Register De
Kampoengs Met De Daarover Besturende Radja’s Hoendoelan Goeltom,
PE
dimana pada bukti tersebut tertulis bahwa Nama Kampoeng: Sipolloeng, Nama
Toenggane Ni Hoeta : O. Baoleboe,Nama R.II : O. Baloeboe, nama Djaihoetan:
O. R Nahal;
Menimbang, bahwa dengan demikian P-1 tersebut bersesuaian dengan
dalil gugatan Para Penggugat pada Posita Poin 11;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Toenggane Ni Hoeta dapat
diketahui berdasarkan bukti P-7 yang diajukan oleh Penggugat, yaitu Buku
Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba oleh J. Cvergouwen, pada halaman
129 alinea terakhir disebutkan bahwa “Penguasa di Kampung biasanya adalah
Kepala Kampung yang dikenal dengan pelbagai gelar: yang paling umum
adalah Raja Huta. Di Samosir ia disebut tunggane ni huta (tetua kampung).
Dialah yang bertugas atas pengelolaan kampung dan penegakan hukum serta
adat, ketertiban dan disiplin. Dia merupakan keturunan Patrilineal pendiri
kampung yang menjadi raja huta pertama. Jabatan ini jika mungkin, diturunkan
dari Bapak ke Anak, atau kepada waris;
ME
DA
N
- 62 -
Menimbang, bahwa pengertian Tunggane Ni Huta ini dapat dilihat dalam
buku Raja napogos yang ditulis oleh J.P. Sitanggang, pada halaman 5
dijelaskan bahwa orang yang membangun huta baru disebut Raja Ni Huta atau
Tunggane ni huta sering dipanggil Tungga Nihuta. Tungga Nihuta adalah
penguasa tertinggi di huta, apabila kemudian bertambah orang yang
GI
membangun rumah di huta baru itu, semuanya harus dibawah kendali tungga
nihuta;
ING
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian diatas yaitu bukti P-7 dihubungkan
dengan buku Raja Napogos yang ditulis oleh J.P. Sitanggang, bahwa yang
dimaksud dengan Tunggane ni Huta disebut juga Raja Ni Huta adalah
penguasa tertinggi di Huta (Kampung), apabila kemudian bertambah orang yang
NT
membangun rumah semuanya harus dibawah kendali tungga nihuta, dan
Tunggane Ni Huta adalah merupakan keturunan Patrilineal pendiri Kampung
yang menjadi raja huta pertama;
ILA
Menimbang, bahwa bukti P-3 merupakan Surat Keterangan Ahli Waris
yang ditandatangani oleh Sekretaris Desa Pardomuan, dimana pada bukti surat
tersebut disebutkan bahwa Para Penggugat adalah ahli waris Op. Baloeboe
NG
AD
Goeltom Hutapea Raja Pandua Sipollung dan selanjutnya Tergugat I sampai
dengan Tergugat X dalam jawabannya tidak pernah menyangkal bahwa Para
Penggugat keturunan Op. Baloeboe Goeltom Hutapea;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas Majelis
berpendapat bahwa yang menjadi Tunggane ni huta sering dipanggil Tungga
Nihuta di Kampung (Huta) Sipollung adalah Op. Baloeboe, dengan demikian
PE
Op. Baloeboe merupakan Raja Ni Huta Sipollung merupakan penguasa tertinggi
di Huta (Kampung) Sipollung, apabila kemudian bertambah orang yang
membangun rumah semuanya harus dibawah kendali tungga nihuta yaitu Op.
Baloeboe, dan Op. Baloeboe adalah merupakan keturunan Patrilineal pendiri
Kampung yang menjadi raja huta pertama di Kampung (Huta) Sipollung.
Menimbang, bahwa terhadap dalil gugatan Para Penggugat yang
menyatakan
Tergugat
I
sampai
dengan
Tergugat
X
ada
melakukan
Pembangunan sebuah Monument atau Tugu terbuat dari semen beton (batak:
Tambak batu napir) atas nama GULTOM HUTABALIAN) diatas tanah perkara
tanpa seijin dari keturunan atau ahli waris Oppu Balubu Gultom Hutapea,
Tergugat I sampai dengan Tergugat X tidak menyangkalnya dengan
mengajukan bukti T.I-X-5 sampai dengan bukti T.I-17;
Menimbang, bahwa karena Kampung (Huta) Sipollung telah dinyatakan
bahwa Op. Baloeboe sebagai Tunggane Ni Huta, sedangkan Tergugat I sampai
dengan Tergugat X tidak ada izin dari keturunan Op. Balubu untuk membangun
ME
DA
N
- 63 -
Tugu Gultom Hutabalian di tanah perkara yang termasuk Huta (Kampung)
Sipollung maka Tergugat I sampai dengan Tergugat X harus dinyatakan
melakukan Perbuatan Melawan Hukum;
Menimbang, bahwa terhadap Jawaban Tergugat I sampai dengan
Tergugat X yang menyatakan bahwa perkara aquo sudah pernah diputuskan
GI
sebagaimana dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 19
Desember 1979 Nomor 178 K/Sip/1978, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan
ING
tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184/PERD/1977/PT-MDN, Jo. Putusan
Pengadilan Negeri Balige tanggal 20 Juni 1975 Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg,
Majelis Hakim berpendapat bahwa masalah yang dipermasalahkan dalam
perkara aquo dengan dalam perkara dalam Putusan Mahkamah Agung
Putusan
Pengadilan
Tinggi
NT
Republik Indonesia tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K/Sip/1978, Jo
Medan
tanggal 01
Agustus 1977
Nomor
184/PERD/1977/PT-MDN, Jo. Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal 20
ILA
Juni 1975 Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg, dimana dalam perkara aquo yang
dipermasalahkan adalah Pembangunan Tugu Gultom Hutabalian oleh Tergugat
I sampai dengan Tergugat X, sedangkan Putusan Mahkamah Agung Republik
NG
AD
Indonesia tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K/Sip/1978, Jo Putusan
Pengadilan Tinggi Medan tanggal 01 Agustus 1977 Nomor 184/PERD/1977/PTMDN, Jo. Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal 20 Juni 1975 Nomor
14/Perdata/1975/PN-Blg mempermasalahkan Gongga yang diletakkan atas
kampung Sipollung terperkara dan rumah bangunan Tergugat sebagaimana
dalam amar Putusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 01 Agustus 1977 Nomor
PE
184/PERD/1977/PT-MDN disebutkan bahwa “memerintahkan supaya gongga
yang telah diletakkan atas Kampung Sipollung terperkara dan rumah bangunan
Tergugat, dicabut dengan segera, dengan demikian Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia tanggal 19 Desember 1979 Nomor 178 K/Sip/1978, Jo
Putusan
Pengadilan
Tinggi
Medan
tanggal 01
Agustus 1977
Nomor
184/PERD/1977/PT-MDN, Jo. Putusan Pengadilan Negeri Balige tanggal 20
Juni 1975 Nomor 14/Perdata/1975/PN-Blg harus dikesampingkan;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian-uraian dan pertimbangan seperti
tersebut diatas, Majelis berpendapat bahwa petitum gugatan Para Penggugat
pada poin 2, 3, 4, 5, dan 8 patut untuk dikabulkan;
Menimbang, bahwa terhadap petitum ke-6 yang meminta supaya Tergugat
I sampai dengan Tergugat X untuk membayar kerugian moril kepada para
Penggugat sebanyak Rp. 2.000.000.000,- (dua milyard rupiah) dengan kontan
dan
sekaligus,
Majelis berpendapat
bahwa
selama
persidangan
Para
Penggugat tidak dapat membuktikan bahwa Para Penggugat telah mengalami
ME
DA
N
- 64 -
kerugian sebesar Rp. 2.000.000.000,- (dua milyard rupiah), oleh karena itu
Petitum ke-6 ini harus ditolak;
Menimbang, bahwa petitum ke-7 mengenai permintaan agar Sita Jaminan
dinyatakan sah dan berharga, karena sejak pemeriksaan perkara ini tidak
dilakukan penyitaan atas tanah perkara maka hal tersebut haruslah ditolak;
GI
Menimbang, bahwa terhadap petitum ke-9 mengenai putusan serta merta
Majelis berpendapat bahwa permohonan ini harus ditolak karena Penggugat
ING
tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan dalam SEMA No. 4 Tahun 2001;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum sebagaimana
diuraikan diatas ternyata bahwa ada petitum yang ditolak dengan demikian
gugatan Para Penggugat dikabulkan sebagian dan menolak untuk selain dan
NT
selebihnya;
DALAM REKONVENSI
Menimbang, bahwa maksud dari gugatan Para Penggugat dalam
ILA
Rekonvensi/Para Penggugat dalam Konvensi adalah pada pokoknya Para
Penggugat dalam Rekonvensi/Para Penggugat dalam Konvensi menyatakan
bahwa tanah perkara adalah tanah Huta (Kampung) milik Gultom Hutabalian
NG
AD
dimana Para Penggugat dalam Rekonvensi merupakan keturunan Gultom
Hutabalian dari Ompu Mangkomat Gultom Hutabalian;
Menimbang, bahwa tanah perkara yang diakui Para Penggugat dalam
Rekonvensi/Para Tergugat dalam Konvensi sebagai tanah milik Gultom
Hutabalian tersebut telah dipertimbangkan dalam pertimbangan Konvensi diatas
dan dinyatakan Tergugat dalam Rekonvensi dan ahli waris lainnya dari Op.
PE
Baloeboe. Sebagai Tunggane Ni Huta dan pemilik tanah perkara, oleh karena
itu gugatan Para Penggugat dalam Rekonvensi dinyatakan harus ditolak untuk
seluruhnya;
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI
Menimbang, bahwa dalam hal ini Gugatan Para Penggugat dalam
Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi dikabulkan sebahagian maka Para
Tergugat dalam Konvensi/Para Penggugat dalam Rekonvensi secara tanggung
renteng dihukum untuk membayar biaya perkara;
Bahwa Memori Banding telah diterima oleh Para Terbanding, pada
tanggal 6 Januari 2016 .
Bahwa setelah Para Pembanding
membaca dan mencermati Memori
Banding dari Para Pembanding , maka Alasan-alasan Banding dalam Memori
Banding patut ditolak seluruhnya karena Alasan-alasan Banding tersebut tidak
tepat menurut Hukum dengan alasan-alasan sebagai berikut :
ME
DA
N
- 65 -
1. Bahwa Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Balige
dalam perkara
aquo telah tepat menurut Hukum dan atau Pengadilan Negeri Balige telah
menerapkan
Hukum
sebagaimana
mestinya
karena
Majelis
Hakim
Pengadilan Negeri Balige telah mengadili dan memutus Perkara ini sesuai
GI
dengan Alat Bukti yang diajukan di Persidangan oleh Para Terbanding dan
Para Pembanding.
ING
2. Bahwa Keberatan dan atau alasan Banding ke satu dari Para Pembanding
pada halaman 3 sampai dengan halaman 6 tidak dapat diterima dan patut
dikesampingkan, karena
Para Terbanding
Gugatannya
persidangan
dihadapan
telah mampu membuktikan
sesuai
dengan
hukum
Acara
NT
berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh Terbanding dengan alasan
sebagai berikut :
a. Bahwa sesuai dengan Keterangan saksi MARIHOT GULTOM,Belawan
ILA
Gultom, Sahatman Manik Mansur Gultom,Jannes Gultom dan Jasule
M.B.Sitindaon,Tianggur br. Gultom,Tanjung Rumahorbo , Mayur Gultom
menerangan dipersidangan bahwa
yang menjadi objek terperkara
NG
AD
adalah luasnya lebih kurang 64 M2 (enampuluh meter bujur sangkar)
dengan batas-batas
Sebelah Timur berbatasan dengan : Perkampungan Huta Sipollung.
Sebelah Barat berbatasan dengan : Jalan Umum Lagundi.
Sebelah Utara berbatasan dengan : Jalan ke Huta Sipollung.
Sebelah Selatan berbatasan dengan : tanah marga Sijabat.
telah terbukti
PE
b. Bahwa sesuai dengan Bukti P.8,Bukti P.9 dan Bukti P.10
dipersidangan bahwa tanah seluas kira-kira 64 M2 yang menjadi objek
dalam perkara Gugatan ini tidak ada kaitannya dengan objek perkara
dalam putusan perkara yang dimaksud oleh para Tergugat I sampai
dengan X dk. (vide: Putusan MA 17-4-1979 No.1149 K/Sip/1975 ).
c. Bahwa sesuai dengan Bukti P.8,Bukti P.9 dan Bukti P.10 telah terbukti
dipersidangan
bahwa
dalam
Amar
putusan
perkara
perdata
No.14/Perdata/1975/PN-Blg.Trt tanggal 20 Juni 1975 yo Putusan
Pengadilan Tinggi No.184/PERD/19077/PT.MDN tanggal 1 Agustus 1978
yo Putusan Mahkamah Agung No.178 K/Sip/1978 tanggal 19 Desember
1979 tidak ada disebutkan bahwa Kampung (Huta) Sipollung sebagai
milik Para Tergugat I s/d. Tergugat X dk.
d. Bahwa sesuai dengan bukti P.1 dan Bukti P.7 serta
tata hukum
keperdataan dalam suku batak maka siapa yang menjadi TOENGGANE
NI HOETA maka dialah sebagai Pendiri dan atau Pemilik Kampoeng dan
ME
DA
N
- 66 -
tanah disekitar kampung, sehingga berdasarkan alasan tersebut maka
pertimbangan hukum Hakim Majelis Persidangan dalam Putusan
Pengadilan Tinggi No.184/PERD/19077/ PT.MDN tanggal 1 Agustus
1978 tidak tepat menurut hukum pertanahan yang berlaku pada
masyarakat batak toba di Samosir.
GI
e. Bahwa sesuai dengan keterangan saksi saksi Para Penggugat dr/Para
Tergugat dk dan berdasarkan fakta persidangan telah terbukti bahwa
ING
hak ulayat ( Batak : golat ) ada di Masyarakat Hukum Adat di Daerah
Samosir khususnya di Nageri Gultom.
f. Bahwa tanah tempat berdirinya Tugu Gultom Hutapea yang berada di
Huta/Perkampungan Sipollung adalah Golat atau Hak Ulayat Gultom
NT
Hutapea.
g. Bahwa sesuai dengan Bukti P.1 serta keterangan saksi-saksi telah
Gultom Hutapea.
ILA
terbukti dipersidangan bahwa Op. Balubu Gultom adalah keturunan
h. Bahwa Kelompok marga Gultom Hutapea sebagai Masyarakat Batak
yang
bermukim
di
Samosir
NG
AD
Perkampungan Sipollung
khususnya
Negeri
Gultom
wilayah
mempunyai tanah Pusaka yang menjadi
wilayah kekuasaan dari Kakek Moyang Marga Gultom Hutapea.
i. Bahwa Tanah Pusaka yang menjadi Golat dari sekelompok marga hanya
dapat dimiliki atau dikuasai oleh keturunan dari Pemilik Golat,
SEDANGKAN ORANG LUAR DARI KELOMPOK MARGA PEMILIK
GOLAT HANYA BERHAK MEMUNGUT HASIL DI ATAS TANAH GOLAT.
PE
( VIDE : Asas-asas dan Susunan Hukum Adat oleh B. Ter Haar, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1974, halaman 79).
Bahwa Tanah Golat mempunyai ciri-ciri yang sama dengan Tanah Ulayat
yang dikenal pada Masyarakat Adat Indonesia lainnya.
Bahwa kata “GOLAT” dalam bahasa batak mempunyai makna yang
sama dengan istilah “ULAYAT” dalam bahasa minang dan melayu atau “
tanah DATI atau Patuanan” di Ambon atau BESCHIKKINGSRECHT
dalam bahasa belanda atau HAK PERTUANAN. ( vide : Asas-asas dan
Susunan Hukum Adat oleh B. Ter Haar, Penerbit PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 1974, halaman 85).
j.
Bahwa Keberatan atau bantahan yang diajukan oleh Para Pembanding
dalam memori Banding pada halamn 6 , Para Pembanding tidak dapat
membuktikan
dipersidangan
yang
membuktikan
bantahannya
dipersidangan bahwa Gultom Hutabalian adalah Nenek Para Tergugat
merupakan orang yang terlebih dahulu bermukim di Huta sipollung.
Bahwa
sesuai
dengan
Bukti
Bukti
ME
DA
N
- 67 -
yang
diajukan
oleh
Para
Terbanding/Para Penggugat telah mampu membuktikan dipersidangan
bahwa Tunggane Huta adalah
Nenek dari Para Penggugat/Para
Terbanding sesuai dengan Bukti P.1 dan bukti P.2,Bukti P.3,Bukti
P.5,Bukti P.6, Bukti P.7
GI
3. Bahwa Keberatan dan atau alasan Banding ke dua dari Para Pembanding
pada halaman 6 sampai dengan halaman 7 tidak dapat diterima
telah mampu membuktikan Gugatannya dihadapan
ING
Para Terbanding
, karena
persidangan sesuai dengan hukum Acara
berdasarkan bukti-bukti yang
diajukan oleh Para Terbanding dengan alasan sebagai berikut :
a. Bahwa
bantahan Para Pembanding dalam memori Banding pada
NT
halaman 6 memiliki penafsiran dan pengertian yang tidak tepat menurut
hukum, karena Majelis Hakim Pengadilan Negeri Balige telah tepat
menurut hukum
dalam pertimbangan hukumnya dalam memutus
ILA
Perkara Aquo berdasarkan buku
yang berjudul “Masyarakat dan
Hukum Adat Batak Toba” yang dihimpun oleh J.C Vergouwen seorang
sarjana peneliti Hukum dan Adat Batak Toba dan dalam Buku “Asas-
NG
AD
asas dan Susunan Hukum Adat” oleh Terr Haar mengatakan bahwa
Huta dipimpin oleh Raja Huta dan kekuasaannya diteruskan keturunan
dari marga pionir pendiri Huta.
b. Bahwa dihadapan Majelis Persidangan Perkara Aquo, Para Pembanding
tidak dapat membantah dipersidangan dan tidak ada bukti-bukti untuk
membantah tentang buku yang berjudul “Masyarakat dan Hukum Adat
PE
Batak Toba” yang dihimpun oleh J.C Vergouwen seorang sarjana
peneliti Hukum dan Adat Batak Toba dan dalam Buku “Asas-asas dan
Susunan Hukum Adat” oleh Terr Haar mengatakan bahwa Huta
dipimpin oleh Raja Huta dan kekuasaannya diteruskan keturunan dari
marga pionir pendiri Huta.
c. Bahwa sesuai dengan Bukti P.7 dalam buku yang berjudul “Masyarakat
dan Hukum Adat Batak Toba” yang dihimpun oleh J.C Vergouwen
seorang sarjana peneliti Hukum dan Adat Batak Toba dan dalam Buku
“Asas-asas dan Susunan Hukum Adat” oleh Terr Haar mengatakan
bahwa Huta dipimpin oleh Raja Huta dan kekuasaannya diteruskan
keturunan dari marga pionir pendiri Huta.
Bahwa Raja Huta mempunyai kewenangan dan kekuasaan untuk
menyelesaikan masalah-masalah antar keluarga warga huta, membagi
lahan garapan bagi keluarga-keluarga penghuni Huta, menyelesaikan
ME
DA
N
- 68 -
masalah perkawinan dengan warga huta lain, mewakili huta ke dalam
dan keluar dan sebagainya.
Bahwa status kekuasaan Raja Huta bersifat turun temurun kepada anak
sulung atau beralih kepada anak saudara laki-laki lain apabila Raja Huta
tidak mempunyai keturunan anak laki-laki.
GI
Bahwa Raja Huta adalah pengayom adat dan penegak atas hak ulayat
(golat) yang ada dibawah wilayah kekuasaannya, dan Raja Huta juga
ING
berkuasa sebagai pemimpin sekuler (soal-soal duniawi).
d. Bahwa sesuai dengan Bukti P.3 dan bukti P.4 serta Keterangan saksisaksi dari Para Pembanding maupun Para Terbanding telah terbukti
dipersidangan bahwa Para terbanding adalah keturunan dari Op.
NT
Balubu Gultom dan selanjutnya jabatan Tunggane Huta sebagai Pemilik
Kampung diteruskan oleh Ahliwarisnya.
e. Bahwa didalam Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01 Agustus
ILA
1977 No. 184/Perd/1977/PT-Mdn, dalam pertimbangannya tidak ada
disebutkan bahwa Tunggane Huta Sipollung adalah Nenek Para
Pebanding/Gultom Hutabalian.
NG
AD
f. Bahwa benar dalam Putusan
Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 01
Agustus 1977 No. 184/Perd/1977/PT-Mdn,
dalam pertimbangannya
Pangkat Raja R.II adalah Gelar yang diberikan kepada Oppu Balubu,
dimana pada saat gelar Pangkat Raja R.II diberikan kepada Oppu
Balubu Gultom Hutapea sekaligus juga sebagai Tunggane Huta
SIPOLLUNG sesuai dengan Bukti P.1 (merupakan Bukti
tentang
PE
kepemilikan perkampungan di Pulau Samosir yang terdapat di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Balige)
g. Bahwa sesuai Bukti P.1 yaitu Petikan dari Buku Bius atau Buku Register
der Kampoeng Met de daarover besturende Radja’s dengan Nummer
111, Nama Kampoeng : SIPOLLUNG, nama Toenggane ni Hoeta :
O.BALUBU dan sekaligus menjabat sebagai R.II (batak : RAJA
PANDUA ) : O. BALUBU, dan Nama Djaihutan : O.R NAHAL GULTOM,
telah terbukti bahwa Kampung (huta) Sipollung terdaftar dan tercatat
atas nama OPPU BALUBU GULTOM HUTAPEA maka sebagai pemilik
dan pendiri dari kampung (huta) Sipollung adalah Oppu Balubu Gultom
Hutapea sesuai dengan Yurisprudensi (Putusan) Mahkamah Agung R.I
tanggal 18 Mei 1977 No. 1333 K/Sip/1974 yang menyatakan bahwa
Buku Bius adalah Suatu alat bukti sempurna yang membuktikan
sipemilik/Sipendiri suatu perkampungan yang namanya tertulis dalam
buku bius).
ME
DA
N
- 69 -
h. Bahwa Para Pembanding dalam Persidangan tidak dapat membuktikan
bahwa Nenek para Pembanding sebagai orang yang mendirikan dan
memiliki Kampung sipollung, karena berdasarkan saksi Para Penggugat
dk dan fakta dipersidangan
bahwa Gultom Hutabalian benar sebagai
anak angkat ( Batak : Anak Ain ) dari Toga GULTOM dan diakui oleh
GI
Para Tergugat dk dalam jawabannya point ke 5
Bahwa Anak Angkat ( batak : anak ain) pada masyarakat adat Indonesia
ING
tidak mempunyai hak dan kedudukan hukum yang sama dengan anak
kandung dalam hal mewarisi harta peninggalan orangtua maupun dalam
susunan kekerabatan terhadap orangtua angkat.
Bahwa anak angkat (anak ain) tidak dapat mewarisi harta pusaka yang
NT
bersifat tanah Golat atau ulayat dari suatu kelompok suku atau marga
tertentu dari suatu masyarakat adat.
Bahwa anak angkat ( anak ain ) hanya dapat mewarisi harta-harta
ILA
tertentu dari orangtua angkat, dan anak angkat yang berhak mendapat
harta warisan tertentu adalah anak angkat yang diangkat secara resmi
menurut hukum adat setempat.
NG
AD
i. Bahwa berdasarkan Bukti P.4,Bukti P.5 serta keterangan saksi-saksi
dipersidagan telah terbukti bahwa riwayat silsilah yang ada dimiliki para
Penggugat,dk. Benar keturunan Toga Gultom hanya mempunyai 3(tiga)
orang anak laki-laki kandung yaitu 1.Gultom Hutatoruan atau disebut
juga Gultom Tujuan Laut ,2.Gultom Hutapea dan 3.Gultom Hutabagot
dan sesuai keterangan kesaksian MARIHOT GULTOM dengan Saksi
PE
TANJUNG RUMAHORBO telah ada dilakukan suatu Muasywarah Besar
di Kota Pematangsiantar pada tahun 1982 untuk meresmikan Gultom
Hutabalian sah menjadi adik dari Gultom hutatoruan, Gultom Hutapea,
Gultom Hutabagot
dan
hikayat tersebut
tentang Gultom Hutablian
yang diketahui secara umum dikalangan keturunan Toga Gultom bahwa
semasa hidupnya Toga Gultom ada mengangkat seorang anak laki-laki
( batak : mangain anak) yang diberi nama Gultom Hutabalian dan baru
diresmikan pada tahun 1982 sebagai anak angkat Toga Gultom dan
Gultom Hutabalian ini dulunya adalah yang dipungut orangtua Toga
Gultom dari tepi Danau Toba yang tidak jelas asal usulnya .
j. Bahwa sesuai dengan Keterangan kesaksian Para Penggugat dk dan
Sesuai dengan bukti P.1 s/d Bukti P.7 menerangkan bahwa Tanah Hak
Ulayat yang dimiliki oleh Toga Gultom (kakek moyang para penggugat)
tersebut kemudian diwariskan kepada ketiga anak keturunannya
menjadi tiga bagian dan tanah tersebut menjadi tanah pusaka ulayat (
ME
DA
N
- 70 -
batak : Golat) bagi masing-masing keturunan Toga Gultom yaitu : Tanah
Ulayat ( batak :Golat ) Gultom Hutatoruan (tujuan laut) meliputi wilayah
Tujuan Laut/Sosor Pea, Simarjojong dan sekitarnya.Tanah Ulayat (
batak :Golat ) Gultom Hutapea diantaranya
SITAMIANG
meliputi wilayah
yang terdiri dari wilayah SIPOLLUNG, SIBUTAR,
GI
SIRIAON ,SIATULAN, SILIMA LOMBU, HUTA HOTANG dan JANJI
MATOGU dan juga di wilayah LUMBAN TONGA-TONGA GONTING
ING
dan sekitarnya .Tanah Ulayat ( batak :Golat ) Gultom Hutabagot meliputi
Huta Joring wilayah Janji Matogu.
k. Bahwa Para Tergugat dk sebagai keturunan Gultom Hutabalian tidak
dapat membuktikan dipersidangan benar
mempunyai tanah pusaka
NT
ulayat (golat) secara tersendiri maka Gultom Hutabalian beserta para
keturunannya bermukim bersama di tanah ulayat ( batak : Golat) milik
Gultom Hutapea hingga sampai sekarang ini, sehingga kedudukan
ILA
Gultom Hutabalian beserta keturunannya adalah saudara pemukim
bersama ulayat (batak : dongan tubu parripe pangisi ni golat) di tanah
ulayat (golat) Gultom Hutapea. Bahwa sesuai hukum
adat batak
NG
AD
tentang kepemilikan tanah ulayat (golat) maka saudara pemukim
bersama ulayat (batak : dongan tubu parripe pangisi ni golat) tidak
mempunyai hak kepemilikan atas tanah ulayat (golat) tetapi hanya
mempunyai hak mendiami dan mengusahai atas tanah ulayat (golat)
atas ijin pemilik tanah ulayat (golat), sehingga saudara pemukim
bersama ulayat (batak : dongan tubu parripe pangisi ni golat) tidak boleh
PE
mendirikan atau membangun sesuatu di atas tanah ulayat (golat) secara
tetap atau kekal (permanent) tanpa persetujuan dari keturunan pemilik
tanah ulayat (golat).
l. Bahwa sesuai dengan Bukti P. 1 s/d Bukti P.7 serta keterangan saksisaksi dipersidangan bahwa kakek moyang para penggugat adalah
keturunan (batak : pomparan ) dari Gultom Hutapea yang mempunyai
tanah ulayat (golat) di tanah ulayat (golat) Gultom Hutapea di wilayah
SITAMIANG yaitu di Kampung (huta) SIPOLLUNG dan sesuai aturan
yang berlaku pada masyarakat batak pada umumnya dan masyarakat
batak di pulau Samosir khususnya pada zaman dahulu bahwa
seseorang hanya dapat mendirikan kampung (huta) di atas tanah ulayat
kakek moyangnya atau para leluhurnya, dan orang yang mendirikan
kampung (huta) di dalam tanah ulayat kakek moyangnya atau
leluhurnya itulah yang menjadi tungganeni huta / pemilik kampung.
ME
DA
N
- 71 -
m. Bahwa makam dari leluhur seseorang tidak dapat dijadikan sebagai alas
hak untuk menyatakan diri sebagai pemilik atau pemegang hak atas
tanah disekitar makam, karena pada umumnya Huta atau kampung di
daerah Samosir tidak hanya didiami oleh Pendiri Kampung dan
keturunannya tetapi juga ada kalanya orang lain yang turut bermukim di
GI
kampung tersebut, dan apabila orang yang menumpang atau turut
bermukim di suatu kampung meninggal dunia maka adakalanya orang
ING
tersebut dimakamkan di tanah kosong di sekitar kampung yang didiami.
n. Bahwa sesuai dengan keterangan saksi Para Penggugat,dk dan bukti P.1
s/d Bukti P.7 telah terbukti dipersidangan, bahwa Para Tergugat dk
NT
tidak dapat membuktikan dipersidangan tentang amar putusan perkara
perkara perdata No.14/Perdata/1975/PN-Blg.Trt tanggal 20 Juni 1975
yo Putusan Pengadilan Tinggi No.184/PERD/19077/PT.MDN tanggal 1
Agustus 1978 yo Putusan Mahkamah Agung No.178 K/Sip/1978 tanggal
menyatakan bahwa Gultom Hutabalian atau
ILA
19 Desember 1979
keturunannya sebagai pemilik Kampung Sipollung.
NG
AD
Bahwa Hakim Majelis Persidangan dalam Putusan Pengadilan Tinggi
No.184/PERD/19077/PT.MDN tanggal 1 Agustus 1978 pada tingkat
banding, telah membuat pertimbangan hukum yang keliru tentang
kedudukan
hukum
OPPU
BALOEBOE
GULTOM
ATAS
HUTA
SIPOLLUNG, karena Hakim Majelis Persidangan menyimpulkan bahwa
Oppu Baloeboe Gultom hanya berkedudukan sebagai RAJA PAIDUA
PE
pada hal Oppu Baloeboe Gultom berkedudukan sebagai Raja Huta dan
Toenggne ni Hoeta atas Huta Sipollung
Bahwa sesuai dengan Bukti P.1 dalam Buku Register Huta Sipollung
yang
dikeluarkan
oleh
Pemerintah
Penjajahan
Belanda
dahulu
disebutkan sebagai berikut : Nama Kampoeng : SIPOLLUNG, nama
Toenggane ni Hoeta : O.BALUBU dan sekaligus menjabat sebagai R.II
(batak : RAJA PANDUA ) : O. BALUBU, dan Nama Djaihutan : O.R
NAHAL GULTOM.
Bahwa berdasarkan besluit Huta Sipollung tersebut, maka sebagai
Pendiri dan Pemilik Huta Sipollung adalah Oppu Baloeboe Gultom, yaitu
Kakek moyang dari Para Penggugat,dk. karena pada umumnya di
daerah samosir bahwa siapa sebagai Toenggane huta maka dialah
pendiri atau pemilik kampung.
4. Bahwa Keberatan dan atau alasan Banding ketiga dari Para Pembanding
pada halaman 7 tidak dapat diterima
, karena Majelis Hakim Persiangan
ME
DA
N
- 72 -
dalam memberikan pertimbangan hukumnya dalam putusan perkara Aquo
sudah tepat menurut pembuktian-pembuktian dan fakta persidangan dan
selanjutnya Para Terbanding
telah mampu membuktikan Gugatannya
dihadapan persidangan tentang objek Terperkara dan telah sesuai dengan
hukum Acara
berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh Terbanding
GI
dengan alasan sebagai berikut :
a. Bahwa bantahan Pembanding dalam memori Banding pada halaman 7
karena
ING
memiliki penafsiran dan pengertian yang tidak tepat menurut hukum,
sesuai dengan keterangan saksi-saksi
para Terbanding
dihadapan Persidangan bahwa Ompu Mangkomat Gultom Huta Balian
NT
bukanlah sebagai pemilik Kampung Sipollung melainkan bahwa semasa
hidupnya Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian telah turut bermukim di
Kampung (huta) Sipollung tersebut bersama dengan kakek para
Terbanding yang bernama Oppu Balubu Gultom Hutapea dan kedudukan
ILA
Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian adalah sebagai saudara semarga
pemukim bersama (batak : dongan tubu parripe pangisini huta), sehingga
Oppu Mangkomat Gultom Hutabalian beserta keturunannya tidak
NG
AD
termasuk sebagai marga yang meraja ( belanda : HEERSENDE MARGA
atau batak :
tungganihuta/raja huta) di kampung (huta) Sipollung
maupun di tanah ulayat sekitarnya sehingga Oppu Manghomat Gultom
Hutapea beserta keturunannya tidak mempunyai hak milik mutlak
(eigendom recht) atas tanah yang dikuasai dan diusahainya di tanah
ulayat (golat) Gultom Hutapea maupun di kampung Sipollung dan tanah
PE
sekitarnya dan amar putusan perkara perdata sebagaimana yang
disebutkan para Pembanding tidak ada yang menyatakan bahwa Huta
(kampung) Sipollung adalah milik Ompu Mangkomat Gultom Hutabalian
dan Perkara perdata tersebut tidak ada kaitannya secara hukum dengan
objek terperkara .
b. Bahwa Para Pembanding tidak dapat membuktikan dipersidangan dan
tidak ada mengajukan bukti-bukti tentang
Ompu Mangkomat Gultom
Huta Balian sebagai pemilik Kampung Sipollung.
c. Bahwa
Para
Pembanding
tidak
dapat
mengajukan
bukti-bukti
dipersidangan yang menyatakan bahwa GULTOM HUTABALIAN (IN
CASU : Kakek Moyang Para Pembanding.) sebagai
pemilik Huta
(Kampung) Sipollung Desa Sitamiang Kecamatan Onan Runggu
Kabupaten Samosir.
ME
DA
N
- 73 -
d. Bahwa bukti T.1,Bukti T.2, Bukti T.3 yaitu
putusan perkara perdata
No.14/Perdata/1975/PN-Blg.Trt tanggal 20 Juni 1975 yo Putusan
Pengadilan Tinggi No.184/PERD/19077/PT.MDN tanggal 1 Agustus 1978
yo Putusan Mahkamah Agung No.178 K/Sip/1978 tanggal 19 Desember
1979, dan Putusan tersebut
tidak ada dinyatakan bahwa Kampung
tersebut tidak ada kaitannya secara hukum dengan tanah
terperkara dalam perkara ini.
ING
perdata
GI
Sipollung adalah milik Gultom Hutabalian, dan lagi pula putusan perkara
Bahwa keturunan Oppu Balubu Gultom Hutapea juga tetap tinggal di
Kampung (Huta) Sipollung selaku pemilik sah dari Kampung (Huta)
NT
Sipollung hingga sampai sekarang,
Bahwa para Pembanding.
bukan termasuk keturunan dari Gultom
Hutapea yang menjadi pemegang hak ulayat di Tanah ulayat Gultom
ILA
Hutapea
Bahwa para Pembanding tidak turut mempunyai hak ulayat di atas tanah
ulayat Gultom Hutapea termasuk di kampung Sipollung dan tanah sekitar
NG
AD
kampung Sipollung tersebut maka Para Pembanding sebagai Keturunan
Gultom Hutabalian tidak turut sebagai pemangku hak ulayat ( batak :
NDANG PARGOLAT) di atas tanah ulayat Nagari Gultom termasuk di
tanah ulayat Gultom Hutapea dan di kampung sipollung khususnya.
e. Bahwa sesuai dengan Bukti P.1 ,Bukti P.2 , Bukti P.3 , Bukti P.4 dan
Bukti P.5 serta Bukti P.6 , Bukti P.7 telah terbukti dipersidangan bahwa
PE
kedudukan Ompu Mangkomat Gultom Hutabalian beserta keturunannya
adalah sebagai PENUMPANG ATAU SEMARGA PENDIAM BERSAMA
dan tidak termasuk sebagai marga yang meraja (belanda : heersende
marga) yang mempunyai tanah ulayat (golat) di wilayah nagari Gultom,
dan hal ini
juga disebutkan secara tegas dalam Notulen Rapat Adat
Negeri Gultom dalam pemilihan Candidat Kepala Nagari Gultom pada
tanggal 18 September 1936 dimana para pengetua adat keturunan (batak
: Pomparan ) Toga Gultom yang bermusyawarah dalam rapat tersebut
menerangkan tentang sejarah dari keturunan (batak : pomparan)
GULTOM HUTABALIAN hingga dapat bermukim di wilayah tanah ulayat
Nagari Gultom umumnya dan di tanah Hak Ulayat Sitamiang dan
Kampung Sipollung khususnya, dan dalam notulen rapat pada halaman
empat dituliskan sebagai berikut: “SEGALA JANG HADLIR SAMA
SETOEDJOE MENERANGKAN BAHASA HOETABALIAN BOEKAN
ANAK SEDJATI DARI GOELTOM, HANJALAH ANAK JANG DIANGKAT,
ME
DA
N
- 74 -
SEDJARAHNJA DOELOE ADA LELAKI DIHANJOETKAN AROES =
BADAI SAMPAI KEPOELAU SAMOSIR INI DARI MANA ASALNJA
TIADA TENTOE, LANTAS INI ORANG SELAKOE TEMAN MANOESIA
DIPANDANG HINGGA DIANGKAT GOELTOM DJADI ANAKNJA YANG
BOENGSOE. BOEKAN SADJA BAGIAN GOELTOM MEMANDANG
GI
HOETABALIAN SEBAGAI ADIKNYA, DJUGA TOEROENAN SIDARI
(SAMOSIR), PAKPAHAN DAN SITINDJAK (SEGALA TOEROENAN SI
DIBILANG
HOTEABLIAN
ING
TOGA SAMOSIR) SAMA BERADIK PADA HOETABALIAN, BOLEH
ADALAH
MARTABAT
RENDAH,
KETERANGAN INI DIKUATKAN OLEH CANDIDATEN TOEROENAN
LOEMBANTORUAN, HUTAPEA DAN RADJA-RADJA SERTA KETOEA-
f. Bahwa
NT
KETOEA TOEROENAN HUTABAGOT.
sesuai dengan Bukti
P.8,P.9Bukti P.10
telah terbukti
dipersidangan bahwa Objek Sengketa dalam Putusan tersebut tidak ada
g. Bahwa
ILA
hubungannya dengan objek perkara Pendirian Tugu Gultom Hutabalian,
tentang
perkara perdata yang dimaksud para Pembanding
NG
AD
dalam Bukti P.8, Bukti P.9, Bukti P.10 tidak ada kaitannya dengan objek
terperkara dan yang menjadi penggugat pada perkara perdata tersebut
adalah benar keturunan dari Oppu Balubu gultom Hutapea dengan objek
perkara tentang pendirian/pembangunan rumah oleh Aller Gultom dkk di
Kampung Sipollung tanpa persetujuan dari Keturunan Oppu Balubu
Gultom Hutapea selaku pemilik sah Kampung Sipollung dan amar
PE
putusan perkara perdata sebagaimana yang dimaksud para tergugat
tidak ada yang menyatakan bahwa huta Sipollung adalah milik Gultom
Hutabalian .
h. Bahwa
Bukti T.3
yaitu putusan Mahkamah Agung Reg.No.178
K/Sip/1978 tanggal 19 Desember 1979 tidak ada memutuskan bahwa
Kampung (Huta) Sipollung adalah milik Gultom Hutabalian dan pendapat
para Tergugat adalah pendapat yang sangat keliru .
i. Bahwa
para Pembanding
tidak ada mengajukan pembuktian
dipersidangan sebagai pihak yang berhak mendirikan TUGU GULTOM
HUTABALIAN di atas tanah terperkara karena tanah terperkara adalah
milik Para Terbanding/para Penggugat yang berasal dari peninggalan
dari Oppu Balubu Gultom Hutapea yang merupakan bagian dari tanah
ulayat Gultom Hutapea yang terletak di kampung (huta) Sipollung Desa
Sitamiang Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir
yang luasnya
ME
DA
N
- 75 -
kira-kira 64 M2 (enampuluh empat meter bujur sangkar) sesuai dengan
Bukti P.1.
j.
Bahwa sesuai dengan keterangan saksi-saksi dipersidangan , bahwa
penyerahan tanah tempat pendirian Tugu Gultom Hutabalian yang
GI
menjadi Objek Perkara yang dilakukan oleh Tergugat I sampai dengan
Tergugat VIII selaku keturunan atau ahli waris dari Oppu Mangkomat
Gultom Hutabalian kepada Pengurus perkumpulan marga Gultom
Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-
ING
Hutabalian
Bekasi
(Jabodetabek)
yang diwakili oleh LUPINUS GULTOM dan K.SIMBOLON ( in casu :
Tergugat IX dan Tergugat X) selaku Ketua dan Sekretaris dari
marga
Gultom
Hutabalian
Jakarta-Bogor-Depok-
NT
perkumpulan
Tangerang- Bekasi (Jabodetabek), dan penyerahan tersebut dibuat
dihadapan Notaris Ny.Edith Siahaan Naibaho,SH. dengan Akta Notaris
tanggal 12 April 2014 di Jatiasih Kota Bekasi Provinsi Jawabarat adalah
ILA
tidak sah dan melanggar hukum.
Bahwa tindakan Para Terbanding yang telah mendirikan tugu Gultom
diatas tanah terperkara
tersebut juga tidak sah dan
NG
AD
Hutabalian
melanggar hukum karena Pembanding telah mendirikan Monument
(Tugu) tersebut di atas tanah terperkara tanpa seijin dan tanpa
persetujuan dari keturunan atau ahli waris dari Oppu Balubu Gultom
Hutapea selaku ahli waris pemilik hak ulayat (golat) dan pendiri Kampung
(batak : sipukka huta) Sipollung dan tanah perladangan di sekitarnya.
PE
k. Bahwa sesuai dengan bukti P.14, Bukti .P.15, Bukti P.16 telah terbukti
dipersidangan bahwa para penggugat selaku keturunan dari Oppu
Balubu Gultom Hutapea yang menjadi pemegang hak ulayat atas tanah
tempat berdirinya Tugu Gultom Hutabalian tersebut telah melarang para
Tergugat untuk meneruskan pembangunan Tugu tersebut akan tetapi
para Tergugat I sampai dengan Tergugat X tidak menghiraukan
himbauan para Penggugat tersebut dan tindakan para Tergugat yang
tidak menghiraukan larangan para Penggugat adalah merupakan
tindakan yang melawan hukum dan para penggugat tidak bosan-bosan
mengingatkan para Tergugatdk.
5. Bahwa Keberatan dan atau
alasan Banding keempat
Pembanding pada halaman 7 s/d 8 tidak dapat diterima
seluruhnya , karena
dari Para
dan patut ditolak
Majelis Hakim Persiangan dalam memberikan
pertimbangan hukum sudah tepat menurut Hukum Acara Perdata dengan
alasan sebagai berikut :
ME
DA
N
- 76 -
a. Bahwa Para Terbanding tidak
mencermati Gugatan Para Penggugat,
bahwa yang menjadi Penggugat I adalah Sarles Gultom, selanjutnya
berdasarkan Surat Kuasa tertanggal 01 September 2014 bahwa
Penggugat II dan Penggugat III memberikan Kuasa kepada Kuasanya
salah satunya adalah Sarles Gultom, dimana pada Surat Kuasa tersebut
GI
tidak ada Sarles Gultom memberikan kuasa kepada Sarles Gultom,
selanjutnya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 30 Juni 2015
ING
Sarles Gultom ada juga memberikan Kuasa kepada Kuasanya dan tidak
ada memberikan Kuasa kepada dirinya sendiri.
b. Bahwa
berdasarkan
uraian
tersebut
diatas
bahwa
Terbanding
NT
II/Penggugat II dan Terbanding III/Penggugat III ada memberikan Kuasa
kepada Kuasanya salah satunya adalah Terbanding I/Penggugat I,
artinya apabila Terbanding/ Penggugat I hadir dalam persidangan adalah
sebagai Terbanding I/Penggugat I sekaligus sebagai kuasa dari
ILA
Terbanding II/Penggugat II dan Terbanding III /Penggugat III, dan apabila
Terbanding I/Penggugat I tidak hadir dalam persidangan, maka
Terbanding I/Penggugat I sudah diwakili oleh Kuasanya sebagaimana
NG
AD
dalam Surat Kuasa tertanggal 30 Juni 2015, dengan demikian Surat
Kuasa Khusus dalam perkara ini baik yang tertanggal 01 September
2014 maupun yang tertanggal 30 Juni 2015 adalah sah menurut Hukum
Acara perdata.
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas maka alasan-alasan
PE
Memori Banding dari Para Pembanding tidak tepat menurut hukum dan harus
ditolak seluruhnya.
Bahwa berdasarkan
Terbanding tersebut
kepada
alasan Kontra memori Banding dari Para
di atas maka
Bapak Ketua
Para Terbanding memohon memohon
Pengadilan Tinggi Sumatera Utara / Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi . yang memeriksa dan mengadili Permohonan Banding di
Pengadilan Tinggi Sumatera utara ,
Memori
Banding dari
menerima semua alasan-alasan Kontra
Terbanding dan menolak
semua alasan-alasan
Permohonan Banding dari Pembanding dan selanjutnya memutus perkara ini
dengan amar putusan sebagai berikut :
MENGADILI
1. Menolak Memori Banding dari Para Pembanding untuk seluruhnya;---------2. Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Balige No. 43 /Pdt-G/2014/PNPms tanggal 11 Nopember 2015. ;-------------------------------------------------------
ME
DA
N
- 77 -
3. Menghukum Para Pembanding untuk membayar semua ongkos Perkara
yang timbul dalam perkara Permohonan Banding ini ;-----------------------------Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding setelah mempelajari
memori banding yang diajukan oleh Pembanding I sampai dengan X semula
GI
Tergugat I sampai dengan X melalui kuasa hukumnya tersebut, ternyata tidak
ditemukan adanya hal-hal yang dapat melemahkan atau membatalkan putusan
ING
Pengadilan tingkat pertama, melainkan hanya pengulangan yang telah
disampaikan di persidangan dan ternyata telah dipertimbangkan dengan tepat
dan benar oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama, sedangkan kontra memori
banding yang diajukan oleh Terbanding I sampai dengan III semula Penggugat I
NT
sampai dengan III melalui kuasa hukumnya tersebut pada prinsipnya
mendukung putusan Pengadilan Tingkat Pertama, oleh karenanya baik memori
banding maupun kontra memori banding dari masing-masing pihak tersebut,
ILA
tidak dipertimbangkan lebih lanjut oleh Majelis Hakim Tingkat Banding;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Tingkat Banding membaca,
meneliti dan mempelajari dengan seksama berkas perkara dan surat-surat yang
NG
AD
berhubungan dengan perkara ini, turunan resmi putusan Pengadilan Negeri
Balige nomor : 43/Pdt.G/2014/PN.Blg tanggal 11 Nopember 2015, memori
banding yang diajukan oleh Pembanding I sampai dengan X semula Tergugat I
sampai dengan X melalui kuasa hukumnya dan kontra memori banding yang
diajukan oleh Terbanding I sampai dengan III semula Penggugat I sampai
dengan III melalui kuasa hukumnya, berpendapat alasan dan pertimbangan
PE
hukum yang telah diambil oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam
putusannya berkenaan dengan hal-hal yang disengketakan oleh kedua belah
pihak, telah tepat dan benar menurut hukum, maka Majelis Hakim Tingkat
Banding mengambil alih alasan dan pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat
Pertama tersebut dan menjadikannya sebagai alasan dan pertimbangannya
sendiri dalam mengadili perkara ini ditingkat banding dengan penguatan
pertimbangan bahwa yang menjadi Tunggane ni huta sering dipanggil Tungga
Nihuta di Kampung (Huta) Sipollung adalah Op. Baloeboe, dengan demikian
Op. Baloeboe merupakan Raja Ni Huta Sipollung merupakan penguasa tertinggi
di Huta (Kampung) Sipollung, apabila kemudian bertambah orang yang
membangun rumah semuanya harus dibawah kendali tungga nihuta yaitu Op.
Baloeboe, dan Op. Baloeboe adalah merupakan keturunan Patrilineal pendiri
Kampung yang menjadi raja huta pertama di Kampung (Huta) Sipollung, oleh
karena itu tindakan Tergugat I sampai dengan Tergugat X yang melakukan
Pembangunan sebuah Monument atau Tugu terbuat dari semen beton (batak :
ME
DA
N
- 78 -
Tambak batu napir) atas nama GULTOM HUTABALIAN di atas tanah perkara
tanpa seijin dari keturunan atau ahli waris Oppu Balubu Gultom Hutapea adalah
perbuatan melawan hukum;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka
GI
Putusan Pengadilan Negeri Balige nomor : 43/Pdt.G/2014/PN.Blg tanggal 11
Nopember 2015, yang dimintakan banding tersebut dapat dipertahankan dalam
ING
peradilan tingkat banding dan haruslah dikuatkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding I sampai dengan X semula
Tergugat I sampai dengan X tetap dipihak yang kalah, baik dalam peradilan
NT
tingkat pertama maupun dalam peradilan tingkat banding, maka semua biaya
perkara dalam kedua tingkat peradilan tersebut dibebankan kepadanya;
Memperhatikan KUHPerdata dan R.B.g, serta peraturan-peraturan
ILA
hukum lainnya yang bersangkutan dalam perkara ini;
MENGADILI:
Menerima permohonan banding dari Pembanding I sampai dengan X semula
NG
AD
-
Tergugat I sampai dengan X melalui kuasa hukumnya tersebut;
-
Menguatkan
Putusan
Pengadilan
Negeri
Balige
nomor
:
43/Pdt.G/2014/PN.Blg tanggal 11 Nopember 2015, yang dimohonkan
banding tersebut;
Menghukum Pembanding I sampai dengan X semula Tergugat I sampai
PE
-
dengan X untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan,
yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp.150.000,- (seratus lima
puluh ribu rupiah);
Demikian diputus dalam sidang musyawarah Majelis Hakim Pengadilan
Tinggi Medan pada hari Selasa tanggal 22 Maret 2016 oleh kami : DHARMA E.
DAMANIK, SH.MH. Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi Medan sebagai
Hakim Ketua Majelis, DALIZATULO ZEGA, SH. dan MARYANA, SH.MH.
masing-masing sebagai Hakim-Hakim Anggota, yang ditunjuk untuk memeriksa
dan mengadili perkara tersebut dalam peradilan tingkat banding, berdasarkan
Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Medan tanggal 16 Maret 2016, nomor :
54/PDT/2016/PT-MDN, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2016, oleh Hakim Ketua Majelis
dengan didampingi Hakim-Hakim Anggota serta HAMONANGAN RAMBE,
ME
DA
N
- 79 -
SH.MH. sebagai Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi Medan, tanpa
dihadiri oleh kedua belah pihak berperkara maupun kuasa hukumnya;
Hakim - Hakim Anggota,
Hakim Ketua Majelis,
GI
ttd
DHARMA E. DAMANIK, SH.MH.
ING
1. DALIZATULO ZEGA, SH.
ttd
ttd
2. MARYANA, SH.MH.
ILA
Perincian Biaya :
NT
Panitera Pengganti,
Rp.
6.000,-
2. Redaksi
Rp.
5.000,-
3. Pemberkasan
Rp
139.000,-
PE
Jumlah
NG
AD
1. Meterai
Rp. 150.000,-
ttd
HAMONANGAN RAMBE, SH.MH.
Download