CDK-193_vol39_no5_th2012 ok.indd

advertisement
PRAKTIS
OPINI
Dokterpreneurship
Yusuf Alam Romadhon
Bagian Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah, Surakarta, Indonesia
PENDAHULUAN
Mulai era 1990-an, karier dokter di Indonesia
mengalami perubahan signifikan. Sebelumnya, setiap dokter yang lulus, hampir pasti akan
menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Sejak era
1990-an, dokter hanya “dijamin” oleh pemerintah selama tiga tahun sebagai dokter pegawai
tidak tetap (PTT), setelah itu harus mandiri. Di
era sesudahnya, tuntutan kemandirian dokter
lebih kuat lagi; pada banyak kasus, tidak pernah
“dijamin” oleh pemerintah sebagai dokter PTT.
Penyebab tuntutan kemandirian itu meliputi,
desakan penghapusan subsidi pemerintah
serta ketidakmerataan distribusi dokter yang
terpusat di kota besar dan pulau Jawa (walaupun jumlah dokter mulai melimpah). Secara
nasional, walaupun rasio dokter umum dibanding jumlah penduduk masih di bawah negara-negara lain (Indonesia 1/10.000; Malaysia
7/10.000; Iraq 5/10.000; Cuba 64/10.000; China
14/10.000; Kamboja 2/10.000)1, tetapi karena
dua faktor tersebut, para dokter baru harus realistis memikirkan nasibnya. Di berbagai daerah
terutama Jawa, lebih banyak pendaftar dibanding jumlah kebutuhan tenaga dokter PNS (1
lowongan PNS diperebutkan 4 – 6 dokter)2,
sehingga dokter lulusan baru harus benarbenar mandiri agar tidak menjadi penganggur
intelektual. Tuntutan kemandirian ini juga relevan dengan kebutuhan pemulihan perekonomian nasional Indonesia berupa pertambahan proporsi entrepreneur dalam masyarakat.
Saat ini proporsi entrepreneur (wirausahawan/
wati) di Indonesia sebesar 0,38% total populasi
(dibandingkan Malaysia 3% dan Singapura 7%).
Proporsi ideal jumlah wirausaha di Indonesia
adalah 2 % populasi3.
Dengan berbagai kondisi tersebut, kompetensi entrepreneurship bagi dokter adalah
kebutuhan mendesak. Alasannya meliputi:
1) tuntutan kemandirian dokter itu sendiri, 2)
keperansertaan dokter dalam usaha pemulihan perekonomian nasional Indonesia. Tulisan
ini membahas definisi entrepreneur dan entrepreneurship, bidang-bidang cakupan entrepreneurship bagi profesi dokter, konsep sustaina-
CDK-193/ vol. 39 no. 5, th. 2012
CDK-193_vol39_no5_th2012 ok.indd 387
bilitas dalam entrepreneur bidang kesehatan
dan kedokteran, penjagaan hubungan yang
dinamis dengan pelanggan dan stakeholder
bisnis bidang kesehatan dan kedokteran.
DEFINISI ENTREPRENEUR DAN
ENTREPRENEURSHIP
Entrepreneur atau dalam istilah bahasa Indonesia wirausaha, lebih menekankan pada Subjek
orang. Sehingga batasan tentang wirausaha
melekat pada orangnya. Entrepreneur atau
wirausaha adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan
ketidakpastian demi mencapai keuntungan
dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi berbagai peluang penting dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mengkapitalisasikan sumber daya-sumber
daya tersebut.4 Sedangkan kewirausahaan atau
entrepreneurship, secara bahasa berarti segala
sesuatu mengenai aktivitas wirausaha. Sedangkan tujuan aktivitas bisnis adalah menciptakan
dan mempertahankan pelanggan yang akan
mendatangkan laba bagi keberlangsungan
bisnis (Peter Drucker).5 Jadi dapat dikatakan
bahwa, aktivitas wirausaha adalah aktivitas
sistematik dengan berbagai pertimbangan
risiko yang diprediksi dapat dikendalikan untuk
menciptakan dan mempertahankan pelanggan; pelanggan mendapatkan apa yang dibutuhkan dengan menukarkannya dalam bentuk
uang dan laba kepada seseorang yang telah
menjalankan aktivitas wirausaha tersebut.
Agar sustainable, lestari tidak sekedar bertahan
tetapi terus berkembang, maka aktivitas wirausaha ini harus mendatangkan surplus laba
yang dapat diinvestasikan lagi untuk meningkatkan kapabilitas pelayanan, cakupan pelanggan dan diversifikasi usaha yang serumpun dan
saling menguatkan, sehingga memberikan
nilai tambah dan daya saing wirausaha.6 Karena itu, seseorang yang mulai berwirausaha,
harus membekali diri dengan kompetensi dalam manajemen, keuangan, pemasaran, keterampilan hubungan antar manusia, memotivasi orang, sikap mental ulet dan tahan banting
serta tidak kalah penting memiliki mentor dalam menjalankan aktivitas wirausahanya.4
BIDANG-BIDANG CAKUPAN
ENTREPRENEURSHIP BAGI PROFESI
DOKTER
Dalam dunia bisnis, menentukan cakupan bidang garap sama dengan menentukan batas
market (pasar = kumpulan pembeli [pelanggan] atau potensi pembelian) yang akan digarap; kadang disebut pula dengan definisi
bisnis. Menentukan batas market memerlukan
cara pandang kreatif. Secara konvensional dan
umumnya pola dokter ketika praktik, batas
market bisnis dokter adalah mengobati orang
sakit. Menurut konsep produksi kesehatan
Grossman (gambar 1), sebenarnya kunjungan
pasien ke layanan kesehatan ketika sakit hanyalah salah satu bagian kecil saja input yang
diusahakan seseorang untuk memproduksi
Gambar 1 Konsep produksi kesehatan Grossman pada seorang individu8
387
6/5/2012 11:03:42 AM
OPINI
kesehatan. Input produksi kesehatan lainnya
meliputi diet berimbang, lingkungan yang
bersih dan higienis, olah raga teratur, serta
pendapatan yang memadai; semuanya dibutuhkan untuk memproduksi kesehatan yang
bisa dilihat dari banyaknya hari-hari sehat yang
bisa dinikmati sekaligus digunakan sebagai
modal untuk menaikkan taraf kehidupan.7,8
Gambar 2 Stadium perjalanan penyakit dikaitkan dengan upaya kesehatan yang sesuai
Sebagai dokter yang berorientasi pada layanan
primer dengan pendekatan dokter keluarga, aktivitas upaya kesehatan akan dilakukan mengikuti perjalanan penyakit mulai dari sehat sampai
dengan kondisi lanjut. Termasuk di dalamnya
adalah aktivitas surveilans epidemiologi untuk
skrining dan mengklasifikasi individu anggota
komunitas ke dalam stadium perjalanan penyakit yang dialami. Jenis upaya kesehatan yang
disesuaikan dengan kondisi perjalanan penyakit pasien dapat dilihat pada gambar 2.
Bila dikaitkan dengan definisi bisnis, maka
muncul pertanyaan, sampai batas mana
seorang dokter bisa berbisnis sekaligus
mengembangkan aktivitas entrepreneurshipnya? Secara kreatif, dapat dilakukan kapitalisasi
(menghasilkan kemampulabaan) di setiap upaya kesehatan yang dilakukan dokter sebagai
aktivitas bisnis tanpa mengurangi misi sosial.
Di masing-masing upaya kesehatan terdapat
peluang-peluang bisnis yang dapat dilakukan
oleh dokter (gambar 3). Aktivitas bisnis yang
bisa dikembangkan sesuai dengan tingkat
prevensi dapat dilihat pada tabel 1 – 3.
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari
tabel 1:
1. Rentang bisnis yang bisa diusahakan
tidak melulu berbentuk klinik, praktik
(solo atau bersama), poliklinik atau rawat
jalan di rumah sakit.
2. Bentuk usaha bisa melebar ke bidang
lain seperti penerbitan (menulis dan/atau
menerbitkan buku-buku kreatif berisi pesan kesehatan seperti komik atau sebangsanya sesuai segmen sasaran yang dituju),
house production yang memproduksi filmfilm kesehatan (dijual ke perusahaan sebagai komunikasi marketing perusahaan
tersebut), lembaga pelatihan, event organizer dan lembaga konsultan.
3. Merujuk pada pilihan nomor dua, membuka daerah bisnis baru yang lebih luas,
relatif tanpa persaingan, dan membahagiakan banyak pihak disebut juga blue
ocean strategy.
388
CDK-193_vol39_no5_th2012 ok.indd 388
Gambar 3 Kerangka berpikir bisnis dokter yang menunjukkan batasan bisnis dokter dikaitkan dengan upaya kesehatan
yang diselenggarakan oleh dokter
Tabel 1 Upaya kesehatan dikaitkan peluang aktivitas bisnis yang bisa diusahakan oleh dokter
Tindakan pencegahan primer
Aktivitas bisnis yang
potensial diusahakan
Kelompok
kebutuhan khusus
Promosi kesehatan
Ibu hamil dan ibu
menyusui
• Pendidikan kesehatan
kehamilan
• Pendidikan pengasuhan bayi
• Imunisasi
• Suplementasi Fe
Event organizer, buku,
house production, klinik
• Stimulasi bayi
• Pendidikan ibu
• Imunisasi
• Makanan tambahan
Klinik, buku, pameran,
bisnis makanan bayi
Anak pra sekolah
• Pemeriksaan kesehatan
berkala
• Imunisasi
• Alat permainan
Dokter TK, klinik, buku,
produsen alat bermain
Anak sekolah dasar
• Pemeriksaan kesehatan
berkala
• Pelatihan untuk guru
• Imunisasi
• Konsultasi kesehatan
Dokter sekolah,
klinik, event organizer,
pelatihan, buku
• Pendidikan dokter sekolah
• Pemeriksaan kesehatan
berkala
• Pendidikan gaya hidup sehat
• Imunisasi
• Skrining lab remaja
berisiko
• Konseling remaja
berisiko
event organizer untuk
guru BP, klinik, dokter
sekolah, lab klinik,
komik remaja, lembaga
konsultasi remaja
• Pendidikan gaya hidup sehat
• Pemeriksaan lab berkala
event organizer, lab
klinik, dokter praktik,
buku, house production
• Pendidikan gaya hidup sehat
• Pemeriksaan lab berkala
Lab klinik, event
organizer, klinik lansia
dokter praktik, buku
• Pemeriksaan kesehatan
berkala
• Pemeriksaan risiko kerja
• Pemeriksaan lab berkala
• Konsultasi keselamatan
dan kesehatan kerja
Lab klinik, event
organizer, dokter
perusahaan, buku
Bayi dan balita
Remaja
(SMP dan SMA)
Specific protection
Dewasa
Lanjut usia
Masyarakat Industri
Keterangan: Tabel ini membantu dokter untuk menentukan definisi bisnisnya pada tindakan pencegahan primer
CDK-193/ vol. 39 no. 5, th. 2012
6/5/2012 11:03:46 AM
OPINI
Tabel 2 Upaya kesehatan dikaitkan peluang aktivitas bisnis yang bisa diusahakan oleh dokter
Kelompok
kebutuhan khusus
Ibu hamil dan ibu
menyusui
Bayi dan balita
Anak prasekolah
Anak sekolah dasar
Remaja
(SMP dan SMA)
Tindakan pencegahan sekunder
Disability limitation
Aktivitas bisnis yang
potensial diusahakan
• Deteksi dini kelainan
kehamilan
• Deteksi dini penyakitpenyakit khusus
• Penanganan kelainan
dan penyakit kehamilan
• Sistem rujukan yang
optimum
Laboratorium klinik,
poliklinik, praktik
bersama, apotik, rumah
sakit
• Deteksi dini kelainan tumbuh
kembang
• Deteksi dini penyakitpenyakit khusus
• Penanganan kelainan
dan penyakit khusus
• Sistem rujukan yang
optimum
Laboratorium klinik,
poliklinik, praktik
bersama, apotik, rumah
sakit, klinik tumbuh
kembang
• Deteksi dini kelainan tumbuh
kembang
• Deteksi dini penyakitpenyakit khusus
• Penanganan kelainan
dan penyakit khusus
• Sistem rujukan yang
optimum
Laboratorium klinik,
poliklinik, praktik
bersama, apotik, rumah
sakit, klinik tumbuh
kembang
• Deteksi dini kelainan tumbuh
kembang
• Deteksi dini penyakitpenyakit khusus
• Penanganan kelainan
dan penyakit khusus
• Sistem rujukan yang
optimum
Laboratorium klinik,
poliklinik, praktik
bersama, apotik, rumah
sakit, klinik tumbuh
kembang
• Deteksi dini kelainan tumbuh
kembang
• Deteksi dini penyakitpenyakit khusus
• Penanganan kelainan
dan penyakit khusus
• Sistem rujukan yang
optimum
Laboratorium klinik,
poliklinik, praktik
bersama, apotik, rumah
sakit, klinik remaja
• Deteksi dini penyakitpenyakit khusus
• Penanganan kelainan
dan penyakit khusus
• Sistem rujukan yang
optimum
Laboratorium klinik,
poliklinik, praktik
bersama, apotik,
rumah sakit, buku, klub
diabetes dan sejenisnya
• Deteksi dini penyakitpenyakit khusus
• Penanganan kelainan
dan penyakit khusus
• Sistem rujukan yang
optimum
Laboratorium klinik,
poliklinik, praktik
bersama, apotik, rumah
sakit, klub lansia, buku
• Deteksi dini penyakitpenyakit khusus
• Penanganan kelainan
dan penyakit khusus
• Sistem rujukan yang
optimum
Laboratorium klinik,
poliklinik, praktik
bersama, apotik, rumah
sakit, dokter perusahaan
Early diagnosis,
prompt treatment
Dewasa
Lanjut usia
Masyarakat Industri
Keterangan: Tabel ini membantu dokter dalam menentukan definisi bisnisnya pada tindakan pencegahan sekunder
Tabel 3 Upaya kesehatan dikaitkan peluang aktivitas bisnis yang bisa diusahakan oleh dokter
Tindakan pencegahan tersier
Kelompok
kebutuhan khusus
Rehabilitation
Paliative care
Aktivitas bisnis yang
potensial diusahakan
• Rehabilitasi penyakit lanjut
• Terapi jangka panjang
dan pengurangan
penderitaan
• Sistem rujukan yang
optimum
Home care
• Rehabilitasi penyakit lanjut
• Terapi jangka panjang
dan pengurangan
penderitaan
• Sistem rujukan yang
optimum
Home care
Anak – Dewasa
Lanjut usia
Keterangan: Tabel ini membantu dokter dalam menentukan definisi bisnisnya pada tindakan pencegahan tersier
Aktivitas pada tabel 2 umumnya sudah menjadi
cakupan bisnis kesehatan konvensional umum;
perlu ada semacam unit fund raising untuk memaksimalkan misi sosial pelayanan kesehatan
dan kedokteran sehingga kita sebagai pelayan
kesehatan tidak seperti lilin, yang bersinar menerangi lingkungannya, tetapi menghancurkan diri sendiri. Dengan penggalian dana yang
optimal, dokter dan profesional kesehatan
lain bisa memberikan pelayanan profesional
kepada kaum dhuafa, tanpa mengalami burn
out. Pada tingkat ini, bisnis media pendidikan
CDK-193/ vol. 39 no. 5, th. 2012
CDK-193_vol39_no5_th2012 ok.indd 389
tetap masih relevan, karena pasien dan keluarganya selalu membutuhkan informasi yang
komunikatif berkaitan dengan penyakit yang
diderita. Bentuknya bisa berupa buku, event
organizer, klub-klub komunitas (bila klub sudah
ada bisa ditawari merchandise atau souvenir
yang dijual langsung kepada anggota komunitas atau mencari sponsorship untuk menutup
biaya overhead dan mendapatkan laba) dan
lembaga-lembaga konsultasi remaja (satu paket dengan sumber pendanaan yang sustainable).
Untuk pencegahan tersier (tabel 3), pembahasan dibatasi pada pelayanan home care.
Pelayanan home care merupakan primadona
pelayanan penyakit pada stadium lanjut, terutama pada kasus-kasus yang sering dirawat
di rumah sakit. Pemilihan pelayanan home
care dinilai lebih ekonomis, meskipun dalam
keadaan tertentu seperti kegawatan, tetap
harus masuk rumah sakit.
KONSEP SUSTAINABILITY DALAM
ENTREPRENEURSHIP DI BIDANG
KESEHATAN DAN KEDOKTERAN
Setiap usaha atau bisnis, dapat dipastikan
ingin lestari (sustainable). Artinya tidak hanya
sekedar bertahan hidup, tetapi sekaligus
berkembang baik bersifat organik (pertumbuhan institusinya) maupun cakupan pelanggan
dan pelayanan yang disajikan. Prinsip-prinsip
sustainability dapat dilihat pada gambar 4.
Sebuah bisnis kesehatan dan kedokteran
dikatakan sustainable jika aktivitas pelayanan kesehatan dengan berbagai bentuk dan
jenis upaya kesehatan yang disajikan kepada pelanggan (memenuhi standar ilmiah
dan kepuasan pelanggan) berimbal-balik
uang (bersumber dari fee for pocket maupun
pihak ketiga) yang diterima oleh pemberi
pelayanan kesehatan. Uang tersebut menghasilkan laba (selisih uang yang diterima
dengan biaya operasional yang harus ditutup), yang diinvestasikan kembali untuk
meningkatkan kapabilitas layanan, cakupan
pelanggan, diversifikasi produk dan peningkatan kualitas, yang pada akhirnya akan
meningkatkan daya saing pemberi layanan
dalam pasar (kumpulan pembeli atau potensi pembelian).
Dari gambar 4, dapat dilihat pula implikasi
dokter yang menggeluti entrepreneur haruslah mempunyai keterampilan kompleks
berkaitan dengan manajemen umum, pemasaran (untuk meningkatkan cakupan
pelanggan dan cakupan sumber keuangan,
berimplikasi dua jalur pemasaran yang ditujukan untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan dan yang ditujukan kepada pemilik dana pihak ketiga), keuangan dan
risiko bisnis, kepemimpinan dan pengelolaan tata pamong organisasi. Keterampilanketerampilan ini sejauh pengamatan penulis,
belum muncul dalam kurikulum pendidikan
dokter yang berbasis kompetensi dewasa
ini.
389
6/5/2012 11:03:48 AM
OPINI
MEMELIHARA HUBUNGAN
DINAMIS DENGAN PELANGGAN
DAN STAKEHOLDER BISNIS BIDANG
KESEHATAN DAN KEDOKTERAN
Institusi pelayanan kesehatan tidak berdiri
di dalam ruang hampa. Ia berhubungan dengan banyak pihak yang berkepentingan
baik langsung maupun tidak langsung. Pihakpihak yang berkepentingan (stakeholder =
pemangku kepentingan) terhadap kehadiran
institusi layanan kesehatan, harus terpenuhi
kepentingannya agar institusi layanan kesehatan berlangsung sebagaimana diharapkan.
Pada gambar 5, dapat dilihat pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap kehadiran institusi
layanan kesehatan, beserta rincian kepentingan yang ia peroleh dari dan apa yang ia berikan kepada institusi layanan kesehatan.
Gambar 4 Prinsip-prinsip sustainability suatu bisnis bidang kesehatan dan kedokteran yang dijalankan
SIMPULAN
Kompetensi entrepreneurship profesi dokter,
jika dilandasi dengan pemahaman komprehensif mengenai bisnis dan upaya kesehatan
beserta sumber pendanaannya akan lebih
meningkatkan kualitas pelayanan profesional
yang diberikan dokter kepada pasien dan
orang-orang dengan berbagai tingkatan
proses perkembangan sakit di satu sisi. Di
sisi lain akan memberikan dampak signifikan
pada aspek tujuan finansial dokter sendiri.
Gambar 5 Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap institusi layanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
1.
WHO. World Health Statistics 2010. pp 116 – 23.
2.
Wawancara pribadi dengan salah seorang dokter PNS di Kabupaten Klaten Jawa Tengah, 2009.
3.
Rinny. Ingin punya start – up yang sukses; Resensi buku 7 Steps to a successful start up. SWAsembada 19/XXVII/ 8 – 21 September 2011.
4.
Zummerer TW, Scarborough NM, Wilson D. Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management, 5th ed, Edisi Indonesia: Kewirasuhaan dan Manajemen Usaha Kecil, Edisi 5,
Penerbit Salemba Empat, 2008. hal 1 – 54.
5.
Kotler P, Armstrong G. Principles of Marketing, Prentice Hall Inc 1996, Edisi Indonesia: Dasar-dasar Pemasaran, Penerbit Prenhalindo, 1997.
6.
Porter ME. Competitive Advantage, 1993. Edisi Bahasa Indonesia: Keunggulan Bersaing. Binarupa Aksara, 1994.
7.
Clewer A, Perkins D. Economics for Helath Care Management, Prentice Hall Europe 1998, p 7.
8.
Bhisma Murti. Sesi kuliah Ekonomi Kesehatan, Program Pasca Sarjana Ekonomi Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004.
390
CDK-193_vol39_no5_th2012 ok.indd 390
CDK-193/ vol. 39 no. 5, th. 2012
6/5/2012 11:03:50 AM
Download