Hasil penelitian - FKIP UNIDAR AMBON

advertisement
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA
(PBAS) PADA KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN
NONELEKTROLIT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 AMBON
Oleh
LA ARIFIN
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON
2013
1.1
Latar Belakang
Dalam suatu proses pembelajaran, dua faktor yang sangat penting adalah
metode mengajar dan model pembelajaran yang dipakai pada saat guru
menyampaikan materi di dalam kelas. Oleh karena itu, guru harus jeli dalam
melihat materi yang akan disampaikan kepada siswa agar tidak merasa bosan
dan kelelahan atau kurang semangat dalam menerima pelajaran.
Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa (PBAS) dapat di pandang
sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada
aktifitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa paduan
antara aspek kognitif afektif, dan psikomotor secara seimbang.
Berdasarkan hasil wawancara secara formal yang peneliti lakukan pada guru,
dalam hal ini dengan guru bidang studi, bahwa kegiatan pembelajaran untuk
mata pelajaran kimia khususnya materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
biasanya guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan praktikum
dengan menggunakan bahan-bahan atau indikator yang sudah ada di
laboratorium untuk menguji eksperimen dengan larutan-larutan yang ada.
Jika dilihat kembali pembelajaran dilaboratorium juga merupakan media yang
sangat baik bagi siswa dalam belajar, yang menggunakan bahan dan alat yang
canggih dan mahal yang telah tersedia dan dapat langsung di pergunakan secara
instan
oleh
siswa
maupun
guru.
Tetapi kami sebagai guru mata pelajaran kimia merasa kesulitan sebab alat dan
bahan yang akan kami gunakan dalam praktikum tidak ada sama sekali bahkan
ruang laboratorium saja tidak ada. Oleh karena itu, peneliti mengambil sebuah
kebijakan bersama guru mata pelajaran untuk melakukan kegiatan ini di
ruangan kelas dengan alat dan bahan yang bersifat alami dan sederhana.
Oleh Karena itu, mengingat karena didalam proses pembelajaran kurangnya
aktivitas dari siswa maka disini peneliti merasa tertarik untuk mengangkat
sebuah judul tentang “Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas
Siswa (PBAS) pada Konsep larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Ambon.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan Model Pembelajaran
Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada konsep Larutan Elektrolit dan
Nonelektrolit dapat Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA
Negeri 13 Ambon.
1.3
Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada materi larutan elektrolit
dan nonelektrolit dengan menggunakan bahan-bahan dari alam sebagai
indikator seperti : air sumur, air sungai, air kelapa muda, air perasan
belimbing, air laut, larutan asam cuka dan alkohol.
1.4
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum
penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Penerapan Model Pembelajaran
Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam meningkatkan hasil belajar
kimia konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit pada siswa kelas X SMA
Negeri 13 Ambon.
1.5
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa dan guru terhadap
pentingnya proses pembelajaran kimia melalui model pembelajaran yang
diterapkan oleh peneliti serta menambah pengetahuan serta pemahaman
kepada penulis dan guru dalam memilih model pembelajaran sebagai alat
untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan bersama. Dapat menjadi bahan
masukan bagi guru dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa dan
menemukan sumber-sumber belajar yang dapat membuat siswa kreatif
dalam proses pembelajaran.
1.6
Definisi Operasional
Agar tidak timbul suatu penafsiran yang keliru dalam memahami judul
yang penulis paparkan, maka penulis merasa perlu untuk menjelaskan
istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebagai berikut :
1
Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa adalah suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktifitas siswa
secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa paduan
antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
(Dwi, 2010 ; 23)
2
Hasil Belajar kimia adalah suatu gambaran prestasi belajar siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar pada suatu jenjang yang
diikutinya. (Djamarah, 2000)
3
Media bahan alam adalah sesuatu yang digunakan (bahan, alat
atau suatu kegiatan yang bersifat alamiah atau berasal dari alam /
lingkungan sekitar kita yang merangsang perhatian, minat, atau
motivasi siswa dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. (Rohani, 1997)
4
Larutan elektolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus
listrik dan larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. (Taufik, 2006: 27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Belajar, perkembangan dan pendidikan merupakan gejala yang berkaitan
dengan pembelajaran. Belajar dilakukan oleh siswa secara individu,
perkembangan dialami dan dihayati oleh individu siswa, sedangkan pendidikan
merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi itu pendidik atau guru
bertindak mendidik siswa sehingga tindakan mendidik tersebut tertuju pada
perkembangan siswa menjadi mandiri.
Pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi didalam diri
seseorang setelah melakukan aktivitas belajar (Djamarah, 2006 : 58). Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003 : 127). Oleh sebab itu,
aktivitas mempelajari bahan tersebut tergantung pada kemampuan siswa. Dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah perubahan tingkah laku kearah
yang lebih baik (Yusfiani, 2006 : 65).
2.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu gambaran prestasi belajar
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada suatu jenjang
yang diikutinya. Menurut Djamarah, 2000 “ hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dan aktivitas dalam
belajar.” Hasil belajar itu merupakan hasil yang diperoleh siswa
setelah menyelesaikan suatu paket belajar tertentu, yang dapat di
ukur dalam berbagai bentuk melalui proses evaluasi tertentu.
Dengan demikian hasil belajar adalah hasil yang diperoleh
berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan tingakah laku
dalam diri siswa sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Jadi, hasil
belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran kimia, yaitu diperoleh melalui tes yang
diberikan pada sampel penelitian. (Djamarah, 2002 : 74)
2.3
Media sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar
adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipungkiri karena memang
gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam
menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan
oleh guru kepada anak didik. Guru menyadari bahwa tanpa bantuan
media maka bahan pelajaran sukar dicerna, dipahami oleh setiap
anak, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.
(Raharjo, 1991), menyatakan bahwa media dalam arti terbatas yaitu
sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat
bantu yang digunakan guru untuk :
1. Memotivasi siswa belajar
2.
3.
4.
5.
Memperjelas informasi bagi peserta pengajar
Memperjelas struktur pengajaran
Memberi variasi pengajaran
Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting.
2.4 Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi
pada aktivitas siswa. Pertama, asumsi filosofis tentang
pendidikan.
Pendidikan
merupakan
usaha
sadar
mengembangkan
manusia
menuju
kedewasaan,
baik
kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral.
Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu
siswa bukanlah manusia dalam ukuram mini akan tetapi
manusia yang sedang dalam tahap perkembangan, setiap
manusia mempunyai kemampuan yang berbeda. Siswa pada
dasarnya adalah insani yang aktif, kreatif dan dinamis dalam
menghadapi lingkungannya, siswa memiliki motivasi untuk
memenuhi kebutuhannya. Asumsi tersebut menggambarkan
bahwa siswa bukanlah objek yang harus dijejali dengan
informasi, tetapi mereka adalah subjek yang memiliki potensi
dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa
tersebut. (Dwi, 2010 : 17).
Ketiga, asumsi tentang guru adalah guru bertanggung jawab atas
tercapainya hasil belajar siswa, guru memiliki kemampuan
professional dalam mengajar. Guru mempunyai kode etik keguruan,
guru meiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin dalam belajar
yang memungkinkan tercapainya kondisi yang baik bagi siswa
dalam belajar.
Keempat, asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran
adalah bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan
sebagai suatu sistem, peristiwa belajar akan terjadi manakala siswa
berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh guru. Proses
pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan metode dan
teknik yang tepat dan berdaya guna, pengajaran memberi tekanan
kepada proses dan produk secara berimbang, inti proses dan produk
secara seimbang. Inti proses pengajaran adalah adanya kegiatan
belajar siswa secara optimal.
PBAS dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara
optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan
antara aspek kognitif dan psikomotor secara seimbang. Dari
konsep tersebut diatas ada dua hal yang harus dipahami.
Pertama dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS
menekankan kepada aktivitas secara optimal, artinya PBAS
menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental,
termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Kedua di
pandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar
yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual
(kognitif ) sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor).
Artinya dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh
merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran.
Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna.
Artinya melalui PBAS siswa tidak hanya dituntut untuk
menguasai sejumlah informasi tetapi juga bagaiman
memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya.
Mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki artinya
melalui
PBAS diharapkan tidak hanya kemampuan
intelektual saja yang berkembang tetapi juga seluruh pribadi
siswa termasuk sikap dan mental.
Dalam implementasi PBAS, guru tidak berperan sebagai
satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan
materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh
karena itu, penerapan PBAS menuntut guru untuk kreatif dan
inovatif
sehingga
mampu
menyesuaikan
kegiatan
mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa.
1 Kadar PBAS dilihat dari proses perencanaan
2. Kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran
a. Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental,
emosisonal maupun intelektual dalam proses
pembelajaran. Hal ini dapt dilihat dari tingginya perhatian
serat motivasi siswa untuk menyelesaiakan setiap tugas
yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Siswa belajar secara langsung. Dalam proses belajar secar
langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui
pengalaman nyata seperti merasakan, meraba,
mengoperasikan, melakukan sendiri dan lain sebagainya.
c. Adanya kegiatan siswa untuk menciptakan iklim belajar
yang kondusif.
d. Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan
setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan
dengan tujuan pembelajaran.
e. Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti
menjawab dan mengajukan pertanyaan..
f. Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antar siswa dengan siswa
atau guru dengan siswa.
3. Kadar PBAS ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran
a. Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil
pembelajaran yang telah di lakukannya.
b. Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan
semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
c. Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun
secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya. \
2.5 Penerapan PBAS Dalam Pembelajaran Kimia
Dilihat dari materi, dalam mempelajari kimia bukan hanya
membutuhkan pemahaman serta penguasaan konsep saja tetapi
dalam mempelajari kimia siswa dituntut aktif bersama guru untuk
menerapkan ilmu yang dipelajari kedalam pengembangan diri.
Oleh karena itu, pembelajaran kimia menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
pengembangan dan keterampilan proses dan sikap ilmiah
sehingga dalam mempelajarinya yang khusus. (Sanjaya,
2008 : 171).
Dalam
implementasi
PBAS
terutama
dalam
pembelajaran kimia guru diharapkan tidak berperan
sebagai satu-satunya sumber belajar, akan tetapi yang
lebih penting guru harus bisa memfasilitasi agar siswa
belajar secara aktif. (Dwi Retno Suyanti, 2010 : 25).
2.6 Langkah-Langkah Pembelajaran Berorientasi
Aktivitas Siswa (PBAS)
Menurut Abu dan Joko Tri, 1997:130) langkah-langkah
PBAS dalam proses pembelajaran kimia adalah sebagai
berikut :
a. Aktifitas dari guru yaitu :
1. Mengemukakan beberapa alternatif tujuan
pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai.
2. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
3. Memberikan informasi tentang kegiatan
pembelajaran yang harus dilakukan.
4. Memberikan bantuan dan layanan kepada siswa
yang memerlukan.
5. Memberikan motifasi mendorong siswa untuk
belajar, membimbing dan lain sebagainya, melalui
pengajuan pertanya-pertanyaan.
6. Membantu siswa dalam menarik kesimpulan.
b
2.7.2 Gejala Hantaran Listrik pada Larutan
2
5.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3 Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas X6 SMA Negeri 13 Ambon yang
berjumlah 40 siswa.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
 Silabus, RPP, LKS
 Soal tes ulangan harian siklus I dan siklus II
 Wawancara dan pengisian Angket (non tes)
 Lembar observasi dan Dokumentasi atau
gambar.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3,7 Teknik Analisis Data
1
2.
=
Sumber : Arikunto, 1993
No
KD
3
Deskripsi hasil wawancara, didapatkan dengan
melakukan wawancara secara langsung dengan guru dan
siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan
bahan alam tentang materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit untuk menguji daya hantaran listrik. Untuk
lebih memperjelas hasil wawancara tersebut penulis
membagikan lembar pengisian angket (Quisioner) untuk
diisi oleh setiap siswa.
Hasil yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
metode kualitatif dimana peneliti menjelaskan hasil yang
diperoleh dengan bantuan tabel konversi nilai KKM,
kemudian untuk melihat hubungannya di persentasikan
dengan menggunakan rumus :
X =
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil Penelitian ini diperoleh dari tindakan pada siklus I
dan siklus II. Hasil penelitian berupa hasil penilaian
ulangan harian sebagai hasil tes. Hasil nontes berupa hasil
pengamatan afektif dan psikomotor, hasil wawancara
dengan guru dan melalui angket siswa yang diperoleh pada
akhir siklus II.
1. Hasil Tes Ulangan Harian Siklus I
Penilaian hasil tes pada siklus I menggambarkan
kemampuan siswa memahami materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit. Kualifikasi pencapaian
siswa pada tes siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1,
dimana terlihat bahwa sebanyak 8 orang siswa (20%)
mencapai kualifikasi cukup, 23 orang siswa (57,5%)
lainnya mencapai kualifikasi kurang dan 9 orang siswa
(22,5%) mencapai kualifikasi gagal.
 Hal ini menunjukan bahwa dari 40 orang siswa,
sebagian besar diantaranya belum mencapai standar
nilai KKM yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran,
sehingga peneliti perlu melakukan tindakan siklus
lanjutan agar para siswa bisa memahami materi tentang
larutan elektrolit dan nonelektrolit. Dengan demikian
dari data tersebut peneliti sajikan dalam sebuah tabel
berikut.
Tabel 4.1 Hasil Ulangan Harian Siklus I
Nilai
Frekuensi
Persentase (%)
Kualifikasi
90 – 99
-
-
Sangat Baik
80 – 89
-
-
Baik
70 – 79
8
20
Cukup
60 – 69
23
57,5
Kurang
< 60
9
22,5
Gagal
40
100
2. Deskripsi Hasil Observasi Selama Proses
Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan
nonelektrolit
Hasil observasi yang dilakukan adalah observasi
selama kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan bahan
alam berlangsung, yang berupa aspek afektif dan
psikomotor siswa selama pembelajaran dengan bahan
alam pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.
Penilaian aspek afektif dan psikomotor siswa tersebut
dicek dengan menggunakan instrument, berupa lembar
pengamatan sikap (lampiran 14.2) dan lembar penilaian
psikomotor (lampiran 14.4). kualifikasi pencapaian siswa
pada aspek afektif dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Kualifikasi Pencapaian Siswa (Aspek Afektif)
Nilai
Frekuensi
Persentase(%)
Kualifikasi
90 – 99
-
-
Sangat Baik
80 – 89
28
70
Baik
70 – 79
12
30
Cukup
60 - 69
-
-
Kurang
< 60
-
-
Gagal
40
100
Dari tabel 4.2 terlihat bahwa sebanyak 28 orang siswa
(70%) mencapai kualifikasi baik, 12 orang siswa lainnya (30%)
mencapai kualifikasi cukup.
Selanjutnya kualifikasi pencapaian siswa pada aspek
psikomotor selama kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan
bahan alam pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Nilai
Frekuensi
Persentase (%) Kualifikasi
90 – 99
-
-
Sangat Baik
80 – 89
35
87,5
Baik
70 – 79
5
12,5
Cukup
60 – 69
-
-
Kurang
< 60
-
-
Gagal
40
100
Tabel 4.3 menunjukan bahwa sebanyak 35 orang siswa
(87,5%) mencapai kualifikasi baik dan 5 orang siswa (12,5%)
lainnya mencapai kualifikasi cukup. Dari data tersebut dapat
dikatakan bahwa penguasaan siswa terhadap aspek psikomotor
dengan penerapan PBAS pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit melalui metode praktikum dengan bahan alam
cukup baik.
3. Hasil Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil tes ulangan harian siklus I yang
peneliti lakukan kepada siswa kelas X6 sebagai kelas
sampel dalam melihat ketuntasan hasil belajar kimia
pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
dengan menggunakan model PBAS, belum mencapai
pada hasil yang diharapkan oleh peneliti. Dalam hal
ini siswa sudah berusaha memecahkan masalah yang
dikerjakan, namun kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal larutan elektrolit dan nonelektrolit
masih kurang dipahami oleh sebagian siswa serta
siswa masih bingung dalam membedakan yang mana
tergolong elektrolit, elektrolit kuat, elektrolit lemah
dan nonelektrolit dari larutan yang digunakan dalam
praktikum. Selain itu masih banyak siswa kurang aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran serta kerja sama
kelompok belum berjalan dengan baik.
Oleh karena itu, dari hasil tes ulangan harian keseluruhan
nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas X6 pada siklus I
sebesar 62,82. Selain itu, peneliti melihat dari hasil
observasi pembelajaran tentang materi larutan elektrolit
dan nonelektrolit pada siklus I berdasarkan langkahlangkah PBAS hanya beberapa poin saja dari langkahlangkah PBAS yang dilakukan guru dan siswa yaitu sebagai
berikut :
 Siswa kebanyakan diam dan siswa tidak mengajukan
pertanyaan terhadap materi yang disampaikan oleh
guru.
 Guru tidak memberikan tugas-tugas belajar untuk
dikerjakan oleh siswa dirumah.
 Guru tidak memberikan motivasi atau dorongan
kepada siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
 Siswa tidak mampu mengaplikasikan hasil
pembelajaran lewat tindakan yang dilakukan oleh
guru.
 Siswa banyak bermain dalam kegiatan praktikum.
Sehingga kemunculan pernyataan yang muncul dari data
observasi yaitu Ya dan Tidak. Oleh sebab itu, dari hasil
observasi tersebut peneliti akan meninjau kembali baik
dari hasil tes maupun dari hasil observasi atau
pengamatan. Untuk itu berdasarkan hasil refleksi maka
dilanjutkan ke siklus yang ke 2 selanjutnya masalah yang
belum teratasi pada siklus 1 dilihat kembali pada siklus 2.
Deskripsi Hasil Tes Ulangan Harian Siklus II
Pencapaian hasil tes siswa dapat dilihat pada tabel
kualifikasi pencapaian siswa pada tabel 4.4 dan terlampir
pada lampiran 12. Tes ulangan harian siklus II ini dilakukan
untuk memperbaiki nilai pada tes ulangan harian siklus I
sekaligus untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap indikator-indikator materi dari kompetensi dasar
yang dikembangkan sebagai bentuk tindakan perbaikan
yang terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan, observasi
baik afektif dan psikomotor dan refleksi yang dirancang
berdasarkan kesalahan, kelemahan dan kekurangan yang
terjadi.
Tabel 4.4 Hasil Tes Ulangan Harian Siklus II
Nilai
Frekuensi
Persentase
Kualifikasi
90 – 99
4
10
Sangat Baik
80 – 89
18
45
Baik
70 – 79
18
45
Cukup
60 – 69
-
-
Kurang
< 60
-
-
Gagal
Tabel 4.4 menunjukan bahwa sebanyak 4 orang siswa
(10%) mencapai kualifikasi sangat baik, 18 orang siswa
(45%) mencapai kualifikasi baik dan 18 orang siswa
(45%) mencapai kualifikasi cukup dan tidak ada siswa
yang mencapai kualifikasi gagal
Hal ini menunjukan bahwa peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam menyelesaikan soalsoal materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan
penerapan model Pembelajaran Berorientasi Aktifitas
Siswa (PBAS) melalui praktikum pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit sangat baik.
Hasil tes ulangan harian siklus II tersebut
kemudian dibandingkan dengan hasil tes ulangan
harian siklus I baik klasikal maupun perorangan dapat
dilihat pada lampiran 13.
Kegiatan belajar mengajar pada siklus II terlihat
lebih baik dari siklus I, diasumsikan mungkin karena
sudah mengerti dengan sistem pembagian kelompok
dalam bentuk kegiatan praktikum dan disertai dengan
diskusi.
Selain itu dari hasil observasi siklus II berdasarkan
langkah - langkah
PBAS menunjukan bahwa :
 Siswa aktif dalam proses pembelajaran
kegiatan praktikum serta mampu merangkai
alat uji elektrolit dengan baik.
 Siswa mulai aktif bertanya terhadap materi
yang disampaikan oleh guru.
 Siswa mampu mengaplikasikan hasil
pembelajaran lewat tindakan.
 Guru banyak memberikan tugas-tugas rumah
secara berkelompok.
 Guru memberikan motivasi atau dorongan
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
 Guru dan siswa sama-sama aktif dalam
menarik kesimpulan.
 Dari hasil observasi tersebut banyak kemunculan
pernyataan yang muncul pada data observasi siklus II
adalah pernyataan Ya. Dari hasil tes juga pada siklus ini
peneliti melihat sangat mendukung sekali dalam
keberhasilan model PBAS dan mencapai ketuntasan
hasil belajar sangat meningkat dari keseluruhan jumlah
nilai rata-rata siswa sebesar 62,82 pada siklus I menjadi
80,15 pada siklus II.
7. Deskripsi Hasil Wawancara dan Pengisian Angket Siswa
Hasil wawancara didapatkan setelah proses
pembelajaran mengenai larutan elektrolit dan
nonelektrolit selesai. Wawancara dilakukan pada siswa
dengan menanyakan minat dan tanggapan mereka
tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
penerapan model PBAS. Respon yang diperlihatkan
oleh siswa sangat baik dan mereka lebih aktif serta
termotivasi dengan pembelajaran yang dilakukan
dengan penerapan model PBAS pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Tes Ulangan Harian Siklus I
Berdasarkan hasil tes pada siklus I yang
dilakukan
sebelum
kegiatan
praktikum
berlangsung. Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa
sebanyak 8 orang siswa dengan persentase 20%
mencapai kualifiaksi cukup, 23 orang siswa dengan
persentase 57,5% mencapa kualifikasi kurang dan
9 orang siswa 22,5% lainnya mencapai kualifikasi
gagal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
seluruh indikator yang dikembangkan dari standar
kompetensi, terhadap materi yang ada perlu
dipraktikumkan dan diaplikasikan .
Deskripsi Observasi Selama Proses Pembelajaran
Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
terhadap siswa selama proses kegiatan belajar
mengajar dikelas dengan penerapan model PBAS pada
materi
larutan
elektrolit
dan
nonelektrolit
berlangsung melalui praktikum dengan menggunakan
alat dan bahan yang sederhana diperoleh dari kedua
aspek yaitu :
1. Aspek Afektif
Aspek keaktifan siswa selama kegiatan belajar
mengajar dengan penerapan model PBAS
berlangsung, dapat dilihat pada tabel kualifkasi
pencapaian siswa pada aspek afektif. Pada tabel
4.2 dimana terlihat bahwa dari 40 orang siswa
sebanyak 28 orang siswa dengan persentase 70
% dengan pencapaian nilai interval diatas 79 %
mencapai kualifikasi baik dan 12 orang siswa
lainnya dengan persentase 30 % mencapai
kualifikasi cukup.
2. Aspek Psikomotor
Berdasarkan tabel 4.3 dimana kualifikasi
pencapaian siswa pada aspek psikomotor terlihat
bahwa sebanyak 35 orang siswa dengan persentase
87,5% mencapa kualifikasi baik (terampil) dan 5 orang
siswa lainnya dengan persentase 12,5% mencapai
kualifikasi cukup (cukup terampil). Hal ini
menunjukan bahwa penguasaan siswa terhadap aspek
psikomotor dengan penerapan model Pembelajaran
Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada konsep
larutan elektolit dan nonelektrolit melalui kegiatan
praktikum tercapai dengan baik.
Pada aspek ini ada 6 aspek yang dinilai, yakni
keterampilan siswa dalam menyiapkan alat dan bahan
yang sesuai dengan LKS, merangkai alat uji elektrolit,
mengidentifikasi nyala lampu, mengamati adanya
gelembung gas dan mengisi tabel pengamatan.
4.2.3 Deskrispi Hasil Tes Siklus II
Setelah proses pembelajaran dengan alat dan bahan
alam dalam melakukan praktikum tentang uji elektrolit
selesai, dilakukan tes siklus II dalam bentuk tindakan
perubahan terhadap hasil tes pada siklus I. Hasil tes siklus
II dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
dan aktivitas siswa agar termotivasi terhadap materi yang
telah diajarkan dengan penerapan model PBAS. Hasil tes
siklus II dapat dilihat pada tabel kualifikasi pencapaian
siswa pada tes siklus II (tabel 4.4) dan yang terlampir pada
lampiran 12.
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa sebanyak 4 orang
siswa dengan persentase 10% mencapai kualifikasi sangat
baik, 18 orang siswa dengan persentase (45%) mencapai
kualifikasi baik dan 18 orang siswa dengan persentase
(45%) mencapai kualifikasi cukup dan tidak ada yang
mencapai kualifikasi gagal.
4.2.4 Deskripsi Hasil Wawancara
 Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa
setelah pembelajaran dengan penerapan model
PBAS yang diterapkan melalui praktikum, siswa
merasa termotivasi dan berminat dengan
pembelajaran yang dilakukan. Dan untuk
memperkuat hasil wawancara tersebut peneliti
membagikan lembar angket (lembar quisioner),
yang diisi oleh masing-masing siswa. Hasil
pengisian lembar angket tersebut dapat dilihat
pada lampiran 16 yang menunjukan bahwa 93%
siswa merasa senang dan tertarik serta termotivasi
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
penerapan model PBAS yang diterapkan oleh
peneliti.
4.2.5 Data dari Sumber-sumber Lain
Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas
Siswa (PBAS) pada konsep larutan elektrolit dan
nonelektrolit di kelas X SMA Negeri 13 Ambon
memberikan banyak manfaat dan wawasan bukan hanya
bagi siswa dan peneliti sendiri tetapi juga bagi guru dan
sekolah yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil wawancara secara formal yang
peneliti lakukan pada guru dalam hal ini dengan guru
bidang studi, bahwa dalam kegiatan pembelajaran
praktikum untuk materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit, kami sebagai guru kimia di SMA 13
Ambon merasa sulit karena tidak ada ruang
laboratorium sebagai tempat untuk melakukan
praktikum.
 Dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di
SMA 13 Ambon tentu sangat fatal bila materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit di ajarkan secara teori.
Oleh karena itu, peneliti dan guru mata pelajaran
memberikan informasi sebelumnya kepada siswa
mengenai kegiatan praktikum ini dilaksanakan.
Dengan cara membagikan kelompok dan setiap
kelompok mencari bahan-bahan atau indikator yang
ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian, hal ini
sangat tentu membuat siswa merasa termotivasi dan
aktif untuk belajar mengenal dan langsung
mengetahui zat yang tergolong elektrolit dan
nonelektrolit melalui praktik serta para siswa bisa
belajar sendiri atau secara berkelompok untuk
dilakukannya dirumah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan penulis
merasa perlu memberikan saran-saran sebagai
berikut :
Siswa akan lebih aktif dalam mengembang
pengetahuannya apabila diberikan kesempatan
untuk menemukan sendiri dan melihat secara
nyata fakta-fakta yang terkait dengan pengetahuan
yang diterimanya. Dibandingkan dengan hanya
duduk dan mendengar guru menjelaskan di depan
kelas, maka seharusnya guru mempunyai peran
yang lebih kuat dalam menyediakan sumbersumber belajar yang dapat membuat siswa lebih
aktif dalam belajar.
Download