RINGKASAN Hasil penelitian PENERAPAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) PADA KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 AMBON OLEH LA ARIFIN NIM. 2008 14 063 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya manusia secara sadar yang tujuannya bersifat ganda, yaitu mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia. Menurut Usman (1993:6), pembelajaran merupakan komponen yang dapat memberikan motivasi kepada aktivitas siswa. Dengan media suasana belajar lebih efektif terarah, serta memungkinkan siswa untuk menerima informasi yang disampaikan guru. Keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajar bukan saja peran guru tetapi didukung oleh media pembelajaran yang menimbulkan minat belajar dan keingintahuan siswa terhadap apa yang dipelajari. Hal ini juga dikemukakan oleh Arsyad (1996:41), bahwa proses belajar mengajar akan berjalan dengan efektif bila terjadi interaksi antara guru dan siswa maka guru harus memanfaatan media pembelajaran dengan tepat. Sehubungan dengan hal tersebut, (Roestiyah, 1991 : 1), mengatakan bahwa “ guru harus memiliki strategi dalam proses belajar mengajar, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itulah harus menguasai teknik penyajian atau disebut metode mengajar.” Untuk mencapai apa yang dituntut dalam kurikulum tingkat satuan Pendidikan KTSP terhadap konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit maka guru diharapkan memilih metode dan model yang sesuai dengan aktivitas siswa. Olehnya itu, dalam mempelajari konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit siswa diharapkan aktif untuk mencari bahan-bahan yang digunakan dalam menguji eksperimen melalui bahan-bahan yang di ambil dari alam seperti air sumur, air sungai, air kelapa muda dan lain sebagainya. (Rostiyah, 1991 : 2). Dalam suatu proses pembelajaran, dua faktor yang sangat penting adalah metode mengajar dan model pembelajaran yang dipakai pada saat guru menyampaikan materi di dalam kelas. Oleh karena itu, guru harus jeli dalam melihat materi yang akan disampaikan kepada siswa agar tidak merasa bosan dan kelelahan atau kurang semangat dalam menerima pelajaran. Hal ini tentu tidak dapat mereka hindari, sadar kebosanan dan kelelahan siswa adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan oleh guru serta pengalaman belajar guru yang secara bersimpang siur dalam penyampaian materi hingga akhirnya siswa merasa bosan dan tidak ada aktivitas belajar serta kurangnya motivasi atau dorongan untuk mau belajar. Hal ini terjadi di sekolah SMA Negeri 13 Ambon ,dimana rata-rata nilai yang diperoleh siswa yaitu 50 – 60 dan bahkan sebagian kecil saja siswa yang mendapat nilai melebihi standar KKM, sehingga demikian keadaan pembelajaran kimia yang selama ini terjadi di kelas X SMA Negeri 13 Ambon kurang begitu maksimal. Dengan berdasarkan KKM yang ditentukkan oleh koordinator mata pelajaran kimia yang berstandar 70 maka siswa harus lebih optimal dalam belajar karena jika tidak mencapai KKM maka akan mempengaruhi hasil belajar. Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa (PBAS) dapat di pandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktifitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa panduan antara aspek kognitif afektif, dan psikomotor secara seimbang. Dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami. Pertama, dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual (kognitif) sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Artinya dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa (PBAS). Kedua di pandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif) sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Artinya dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara secara formal yang peneliti lakukan pada guru, dalam hal ini dengan guru bidang studi, bahwa kegiatan pembelajaran untuk mata pelajaran kimia khususnya materi larutan elektrolit dan nonelektrolit biasanya guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan praktikum dengan menggunakan bahan-bahan atau indikator yang sudah ada di laboratorium untuk menguji eksperimen dengan larutan-larutan yang ada. Bentuk dan jenis sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam eksperimen pada pembelajaran mengenai larutan elektrolit dan nonelektrolit bermacam-macam seperti air laut, air sumur, air perasan belimbing, air kelapa muda air sungai dan lain sebagainya. Disamping itu, belajar menggunakan bahan alam sebagai indikator dalam melakukan praktikum menjadi sarana pengembangan media didalam proses pembelajaran. Oleh Karena itu, mengingat karena didalam proses pembelajaran kurangnya aktivitas dari siswa maka disini peneliti merasa tertarik untuk mengangkat sebuah judul tentang “Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada Konsep larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Ambon. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan Model Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dapat Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Ambon. 1.3 Batasan Masalah Masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan menggunakan bahan-bahan dari alam sebagai indikator seperti : air sumur, air sungai, air kelapa muda, air perasan belimbing, air laut, larutan asam cuka dan alkohol. 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Penerapan Model Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam meningkatkan hasil belajar kimia konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit pada siswa kelas X SMA Negeri 13 Ambon. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa dan guru terhadap pentingnya proses pembelajaran kimia melalui model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti serta menambah pengetahuan serta pemahaman kepada penulis dan guru dalam memilih model pembelajaran sebagai alat untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan bersama. 2. Dapat menjadi bahan masukan bagi guru dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa dan menemukan sumber-sumber belajar yang dapat membuat siswa kreatif dalam proses pembelajaran. 1.6 Definisi Operasional Agar tidak timbul suatu penafsiran yang keliru dalam memahami judul yang penulis paparkan, maka penulis merasa perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebagai berikut : 1. Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktifitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa paduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. (Dwi, 2010 ; 23) 2. Hasil Belajar kimia adalah suatu gambaran prestasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada suatu jenjang yang diikutinya. (Djamarah, 2000) 3. Media bahan alam adalah sesuatu yang digunakan (bahan, alat atau suatu kegiatan yang bersifat alamiah atau berasal dari alam / lingkungan sekitar kita yang merangsang perhatian, minat, atau motivasi siswa dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. (Rohani, 1997) 4. Larutan elektolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dan larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. (Taufik, 2006: 27) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses belajar. Kalau sudah terjadi proses / saling berintegrasi, antara yang mengajar dan yang belajar. Sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak sengaja, masing-masing pihak berada dalam susasana belajar. Jadi guru walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung guru melakukan belajar (Sardiman, 2000 : 104). Pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas belajar (Djamarah, 2006 : 58). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003 : 127). Oleh sebab itu, aktivitas mempelajari bahan tersebut tergantung pada kemampuan siswa. Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik (Yusfiani, 2006 : 65). 2.2 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu gambaran prestasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada suatu jenjang yang diikutinya. Menurut Djamarah, 2000 “ hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesankesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dan aktivitas dalam belajar.” Hasil belajar itu merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan suatu paket belajar tertentu, yang dapat di ukur dalam berbagai bentuk melalui proses evaluasi tertentu. Hasil yang dicapai dapat berupa ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) yang semuanya itu tercermin dalam hasil belajar siswa. Dengan demikian hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan tingakah laku dalam diri siswa sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Jadi, hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kimia, yaitu diperoleh melalui tes yang diberikan pada sampel penelitian. (Djamarah, 2002 : 74) 2.3 Media sebagai Alat Bantu Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipungkiri karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru menyadari bahwa tanpa bantuan media maka bahan pelajaran sukar dicerna, dipahami oleh setiap anak, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks. (Raharjo, 1991), menyatakan bahwa media dalam arti terbatas yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk a) Memotivasi siswa belajar b) Memperjelas informasi bagi peserta pengajar c) Memperjelas struktur pengajaran d) Memberi variasi pengajaran e) Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting. Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa. Pertama, asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh Karena itu proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa. Dengan demikian, hakikat pendidikan pada dasarnya adalah interaksi manusia pembinaan dan pengembangan potensi manusia, berlangsung sepanjang hayat kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa, keseimbangan antara kebebasan subjek didik dan kewibawaan guru, dan peningkatan kualitas manusia. (Dwi, 2010 : 15) Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu siswa bukanlah manusia dalam ukuram mini akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan, setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda. Ketiga, asumsi tentang guru adalah guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar siswa, guru memiliki kemampuan professional dalam mengajar. Guru mempunyai kode etik keguruan, guru meiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin dalam belajar yang memungkinkan tercapainya kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar. Keempat, asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran adalah bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem, peristiwa belajar akan terjadi manakala siswa berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh guru. Proses pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna, pengajaran memberi tekanan kepada proses dan produk secara berimbang, inti proses dan produk secara seimbang. Inti proses pengajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal. Dalam pandangan psikologi modern belajar bukan hanya sekedar menghapal sejumlah fakta atau informasi akan tetapi peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh karena itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif, dan sosial) penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam membentuk sikap (Joni, 1980 : 2) Dari penjelasan tersebut maka PBAS sebagai salah satu bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar bertujuan untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri.dengan kemampuan itu di harapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasioanal yang di citacitakan. Sedangkan secara khusus pendekatan PBAS bertujuan. (Dwi, 2010 : 23) a. Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Artinya melalui PBAS siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi tetapi juga bagaiman memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. b. Mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki artinya melalui PBAS diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental. 2.4 Penerapan PBAS Dalam Pembelajaran Kimia Dilihat dari materi, dalam mempelajari kimia bukan hanya membutuhkan pemahaman serta penguasaan konsep saja tetapi dalam mempelajari kimia siswa dituntut aktif bersama guru untuk menerapkan ilmu yang dipelajari kedalam pengembangan diri. Siswa juga melakukan praktikum karena kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika dan energetika zat. Oleh karena itu, pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui pengembangan dan keterampilan proses dan sikap ilmiah sehingga dalam mempelajarinya yang khusus. (Sanjaya, 2008 : 171). Dalam implementasi PBAS terutama dalam pembelajaran kimia guru diharapkan tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, akan tetapi yang lebih penting guru harus bisa memfasilitasi agar siswa belajar secara aktif. (Dwi Retno Suyanti, 2010 : 25). 2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Menurut Abu dan Joko Tri, 1997:130) langkah-langkah PBAS dalam proses pembelajaran kimia adalah sebagai berikut : a. Aktifitas dari guru yaitu : 1. Mengemukakan beberapa alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. 2. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa. 3. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. 4. Memberikan bantuan dan layanan kepada siswa yang memerlukan. 5. Memberikan motifasi mendorong siswa untuk belajar, membimbing dan lain sebagainya, melalui pengajuan pertanyapertanyaan. 6. Membantu siswa dalam menarik kesimpulan. b. Aktivitas dari siswa yaitu : 1. Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir 2. Memecahkan masalah (problem solving). 3. 4. 5. 6. Melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau berkelompok. Belajar mengatur waktu dengan baik. Mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan atau action. Melakukan kegiatan/ praktikum dengan belajar berkelompok. 2.6 Ruang Lingkup Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit 2.6.1 Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit dapat mengalirkan arus listrik karena adanya ion-ion yang bebas bergerak. Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak adanya ion-ion yang bebas bergerak. 2.6.2 Gejala Hantaran Listrik pada Larutan Daya hantar listrik pada larutan dapat diukur dengan menggunakan suatu alat uji elektrolit. Jika yang diuji adalah larutan elektrolit, maka perubahan yang terjadi pada alat adalah lampu pijar menyala dan muncul gelombang gas pada kedua elektroda. Sebaliknya, jika larutan yang diuji adalah larutan nonelektrolit, maka lampu pijar tidak menyala dan tidak ada gelembung gas pada kedua elektroda. 2.6.3 Larutan Elektrolit dan Hantaran Listrik Hantaran listrik terjadi karena adanya ionion yang dapat melakukan serah terima elektron, sehingga aliran elektron atau listrik dapat muncul. Pada tahun 1887, seorang ilmuan Swedia, Svante August Arrhenius, menjelaskan penemuannya tentang hantaran listrik pada larutan elektrolit. Menurut Arrhenius adanya ion-ion yang bergerak bebas dalam larutan elektrolit menyebabkan larutan tersebut dapat menghantarkan listrik. Dalam air molekul HCl terurai sempurna menjadi ion H+ dan ion Cl menurut reaksi berikut : HCl (aq) + H2O (l) H3O+ (aq) HCl (aq) H+ (aq) + Cl Ion-ion H+ akan bergerak menuju katoda dan mengambil elektron, kemudian berubah menjadi gas hidrogen. Ion-ion Cl akan bergerak menuju anoda dan melepaskan elektron kemudian berubah menjadi gas klorin. 2H+ (aq) 2e H2 (g) 2Cl (aq) Cl2 (g) + 2e Dari hasil tersebut reaksi penguraian asam klorida dapat di tulis sebagai berikut : 2H+(aq) + 2Cl(aq) H219 (g) + Cl2 (g) Arus listrik yang mengalir pada rangkaian akan menguraikan senyawa HCl menjadi H2 dan Cl2. Peristiwa ini lebih dikenal dengan peristiwa elektrolisis. Kata elektrolisis berasal dari kata electro yang berarti listrik dan lysis yang berarti pemecahan. Jadi elektrolisis adalah proses penguraian kimia suatu elektrolit oleh arus listrik. 2.6.4 Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah Elektrolit kuat adalah elektrolit yang akan mengalami ionisasi atau peruraian sempurna menjadi ion-ion jika dilarutkan dalam air. Sebagai contoh, NaCl akan terurai sempurna menjadi ion Na+ dan ion Cl jika dilarutkan dalam air. Oleh karena NaCl terurai sempurna, jumlah ion-ion yang dihasilkan banyak dan daya hantar listriknya pun menjadi besar. Oleh karena itu NaCl dikelompokkan sebagai elektrolit kuat. Elektrolit lemah adalah elektrolit yang hanya akan mengalami ionisasi atau peruraian sebagian menjadi ion-ion jika dilarutkan dalam air. Oleh karena hanya terurai sebagian, daya hantar listrik elektrolit lemah lebih kecil jika dibandingkan dengan elektrolit kuat meskipun konsentrasinya sama. Sebagai contoh asam asetat atau asam cuka akan terionisasi sebagian jika dilarutkan dalam air. CH3COOH (aq) CH3COO (aq) + H+(aq) 2.6.5 Elektrolit Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen Polar 1. Senyawa Ion Senyawa ion yang dilarutkan dalam air dapat menghantarkan listrik. Ketika senyawa ion dilarutkan dalam air, ion-ionnya akan bergerak bebas dan bisa melakukan 20 transfer elektron sehinga menghantarkan arus listrik selain larutan senyawa ion, lelehan senyawa ion juga dapat menghantarkan listrik. Senyawa ion yang berwujud, padat tidak dapat menghantarkan listrik senyawa ion padat berada dalam suatu struktur Kristal yang kompak, sehingga ion-ionnya tidak dapat bergerak bebas. Agar dapat menghantarkan listrik, senyawa ion padat harus dilelehkan terlebih dahulu. Beberapa contoh elektrolit yang mengandung senyawa ion adalah larutan NaCl, larutan MgCl2, larutan KOH dan larutan NaOH. 2. Senyawa Kovalen Polar Senyawa kovalen terdiri atas molekulmolekul. Molekul tidak dapat menghantarkan listrik karena molekul tidak bermuatan atau bersifat netral molekul dapat bersifat polar ataupun nonpolar. Molekul kovalen polar terbentuk karena adanya ikatan antara unsur-unsur yang memiliki perbedaan keelektronegatifan yang cukup tinggi atau bentuk molekul yang tidak simetris. 2.7 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat uji elektrolit yang bersifat sederhana, berupa baterai kabel, lampu, jepitan buaya dan batang elektroda (tembaga). Alat ini sebelumnya telah dipersiapkan oleh peneliti dan pada pertemuan pertama atau sebelum dilakukan proses pembelajaran dikelas. Penulis memperkenalkan bahan-bahan yang digunakan dan mempraktekan alat dan bahan tersebut bersama-sama siswa di kelas untuk lebih menambah pengetahuan siswa tentang alat dan bahan yang digunakan pada saat menguji elektrolit kuat dan elektrolit lemah berdasarkan bahan yang diambil dari alam. Bahan yang digunakan ada 7 bahan yang berasal dari alam yaitu : air sumur, air sungai, air laut, air perasan belimbing, air kelapa muda larutan asam cuka, dan alkohol. Bahan-bahan yang digunakan disesuaikan dengan konsep materi yang ada yang mewakili larutan elektrolit dan nonelektrolit, elektrolit kuat dan elektrolit lemah serta senyawa ion dan senyawa kovalen polar. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guna mengetahui hasil belajar kimia melalui penerapan model Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) untuk meningkatkan hasil belajar kimia konsep larutan Elektrolit dan Nonelektrolit pada siswa kelas X SMA Negeri 13 Ambon. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri 13 Ambon Kecamatan Sirimau. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan terhitung mulai pada tanggal 14 Januari - 14 Pebruari dan akan berlangsung Ujian Seminar setelah Hasil Penelitian ini disahkan dan disetujui oleh pembimbing 1 dan Pembimbing 2. 3.3 Subjek Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X6 SMA Negeri 13 Ambon yang berjumlah 40 siswa. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Silabus, RPP, LKS 2. Soal tes ulangan harian siklus I dan siklus II 3. Wawancara dan pengisian Angket (non tes) 4. Lembar observasi dan Dokumentasi atau gambar. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terbagi atas tiga bagian yaitu : 1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung pada saat mengadakan penelitian dengan mengunakan teknik tes, wawancara dan angket (non tes) 2. Data sekunder yaitu : data yang didapat atau yang diperoleh dari literatur hasilhasil penelitian dari instansi terkait dengan permasalahan yang diteliti. 3. Data Observasi yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan terhadap siswa selama kegiatan proses KBM berlangsung di dalam kelas, baik dari sikap afektif, kognitif dan psikomotor. 3.6 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak 2 siklus yaitu Siklus pertama selama 1 kali pertemuan dan Siklus kedua 1 kali pertemuan. Perencanaan Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus III Pelaksanaan Pengamatan 3.7 Teknik Analisis Data 1. 2. 3. Deskripsi Hasil Observasi Deskripsi Hasil Tes Deskripsi Hasil Wawancara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil Penelitian ini diperoleh dari tindakan pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian berupa hasil penilaian ulangan harian sebagai hasil tes. Hasil nontes berupa hasil pengamatan afektif dan psikomotor, hasil wawancara dengan guru dan melalui angket siswa yang diperoleh pada akhir siklus II. Hasil penelitian yang diperoleh dengan menerapkan PBAS pada konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit di kelas X SMA Negeri 13 Ambon dalam penerapan model Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) melalui bahan alam sebagai indikator yang digunakan pada saat melakukan praktikum. Oleh karena itu, dengan penerapan model ini telah banyak memberikan wawasan pada guru dan peneliti serta para siswa bahwa begitu banyak kemungkinan pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa untuk belajar. 1. Hasil Tes Ulangan Harian Siklus I Penilaian hasil tes pada siklus I menggambarkan kemampuan siswa memahami materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Kualifikasi pencapaian siswa pada tes siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1, dimana terlihat bahwa sebanyak 8 orang siswa (20%) mencapai kualifikasi cukup, 23 orang siswa (57,5%) lainnya mencapai kualifikasi kurang dan 9 orang siswa (22,5%) mencapai kualifikasi gagal. Hal ini menunjukan bahwa dari 40 orang siswa, sebagian besar diantaranya belum mencapai standar nilai KKM yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran, sehingga peneliti perlu melakukan tindakan siklus lanjutan agar para siswa bisa memahami materi tentang larutan elektrolit dan nonelektrolit. Dengan demikian dari data tersebut peneliti sajikan dalam sebuah tabel berikut. Tabel 4.1 Hasil Ulangan Harian Siklus I - Persentase (%) - Sangat baik 80 - 89 - - Baik 70 – 79 8 20 Cukup 60 – 69 23 57,5 Kurang < 60 9 22,5 Gagal Jumlah 40 100 Nilai Frekuensi 90 – 100 Kualifikasi 2. Deskripsi Hasil Observasi Selama Proses Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan nonelektrolit Hasil observasi yang dilakukan adalah observasi selama kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan bahan alam berlangsung, yang berupa aspek afektif dan psikomotor siswa selama pembelajaran dengan bahan alam pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Penilaian aspek afektif dan psikomotor siswa tersebut dicek dengan menggunakan instrument, berupa lembar pengamatan sikap (lampiran 14.2) dan lembar penilaian psikomotor (lampiran 14.4). kualifikasi pencapaian siswa pada aspek afektif dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Kualifikasi Pencapaian Siswa (Aspek Afektif) Nilai Frekuensi Persentase(%) Kualifikasi 90 – 100 - - Sangat baik 80 – 89 28 70 Baik 70 – 79 12 30 Cukup 60 – 69 - - Kurang < 60 - - Gagal 40 100 Dari tabel 4.2 terlihat bahwa sebanyak 28 orang siswa (70%) mencapai kualifikasi baik, 12 orang siswa lainnya (30%) mencapai kualifikasi cukup. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa mampu merespon kegiatan yang dilakukan dengan bahan alam sebagai indikator yang digunakan dalam praktikum sehingga dari 40 orang siswa 70% siswa diantaranya memiliki keaktifan yang cukup baik dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan metode praktikum mengenai materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Selanjutnya kualifikasi pencapaian siswa pada aspek psikomotor selama kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan bahan alam pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.3 Kualifikasi Pencapaian Siswa (Aspek Psikomotor) Nilai Frekuensi Persen(%) Kualifikasi 90 – 100 - - Sangat baik 80 – 89 35 87,5 Baik 70 – 79 5 12,5 Cukup 60 – 69 - - Kurang < 60 - - Gagal 40 100 Tabel 4.3 menunjukan bahwa sebanyak 35 orang siswa (87,5%) mencapai kualifikasi baik dan 5 orang siswa (12,5%) lainnya mencapai kualifikasi cukup. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan siswa terhadap aspek psikomotor dengan penerapan PBAS pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit melalui metode praktikum dengan bahan alam cukup baik. 3. Hasil Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil tes ulangan harian siklus I yang peneliti lakukan kepada siswa kelas X6 sebagai kelas sampel dalam melihat ketuntasan hasil belajar kimia pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan menggunakan model PBAS, belum mencapai pada hasil yang diharapkan oleh peneliti. Dalam hal ini siswa sudah berusaha memecahkan masalah yang dikerjakan, namun kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal larutan elektrolit dan nonelektrolit masih kurang dipahami oleh sebagian siswa serta siswa masih bingung dalam membedakan yang mana tergolong elektrolit, elektrolit kuat, elektrolit lemah dan nonelektrolit dari larutan yang digunakan dalam praktikum. Selain itu masih banyak siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran serta kerja sama kelompok belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dari hasil tes ulangan harian keseluruhan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas X6 pada siklus I sebesar 62,82. Selain itu, peneliti melihat dari hasil observasi pembelajaran tentang materi larutan elektrolit dan nonelektrolit pada siklus I berdasarkan langkahlangkah PBAS hanya beberapa poin saja dari langkah-langkah PBAS yang dilakukan guru dan siswa yaitu sebagai berikut : 1. Siswa kebanyakan diam dan siswa tidak mengajukan pertanyaan terhadap materi yang disampaikan oleh guru. 2. Guru tidak memberikan tugas-tugas belajar untuk dikerjakan oleh siswa dirumah. 3. Guru tidak memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. 4. Siswa tidak mampu mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan yang dilakukan oleh guru. 5. Siswa banyak bermain dalam kegiatan praktikum. Sehingga kemunculan pernyataan yang muncul dari data observasi yaitu Ya dan Tidak. Oleh sebab itu, dari hasil observasi tersebut peneliti akan meninjau kembali baik dari hasil tes maupun dari hasil observasi atau pengamatan. Untuk itu berdasarkan hasil refleksi maka dilanjutkan ke siklus yang ke 2 selanjutnya masalah yang belum teratasi pada siklus 1 dilihat kembali pada siklus 2. 4. Deskripsi Hasil Tes Ulangan Harian Siklus II Pencapaian hasil tes siswa dapat dilihat pada tabel kualifikasi pencapaian siswa pada tabel 4.4 dan terlampir pada lampiran 12. Tes ulangan harian siklus II ini dilakukan untuk memperbaiki nilai pada tes ulangan harian siklus I sekaligus untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap indikator-indikator materi dari kompetensi dasar yang dikembangkan sebagai bentuk tindakan perbaikan yang terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan, observasi baik afektif dan psikomotor dan refleksi yang dirancang berdasarkan kesalahan, kelemahan dan kekurangan yang terjadi. Perbaikan yang memperhatikan kesalahan dan kekurangan pada siklus I, menghasilkan nilai ulangan harian seperti pada tabel berikut. Tabel 4.4 Hasil Tes Ulangan Harian Siklus II Nilai Frekuensi Persentase(%) Kualifikasi 90 – 100 4 10 Sangat baik 80 – 89 18 45 Baik 70 – 79 18 45 Cukup 60 – 69 - - Kurang < 60 - - Gagal 40 100 Tabel 4.4 menunjukan bahwa sebanyak 4 orang siswa (10%) mencapai kualifikasi sangat baik, 18 orang siswa (45%) mencapai kualifikasi baik dan 18 orang siswa (45%) mencapai kualifikasi cukup dan tidak ada siswa yang mencapai kualifikasi gagal. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan penerapan model Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa (PBAS) melalui praktikum pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit sangat baik. 4. Hasil Refleksi Siklus II Masalah yang belum teratasi pada siklus 1 adalah kemampuan siswa untuk memahami materi larutan elektrolit dan nonelektrolit yang dilakukan guru dengan pemberian materi melalui metode ceramah. Maka cara mengatasinya pada siklus II adalah dengan metode praktikum agar siswa bisa mengetahui langsung tentang materi yang diajarkan melalui kegiatan eksperimen untuk menguji larutan elekrolit dan nonelektrolit. Serta siswa bisa membedakan yang mana merupakan larutan elektrolit, elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan nonelektrolit dari kegiatan tersebut. Selain itu dari hasil observasi siklus II berdasarkan langkah - langkah PBAS menunjukan bahwa : 1. Siswa aktif dalam proses pembelajaran kegiatan praktikum serta mampu merangkai alat uji elektrolit dengan baik. 2. Siswa mulai aktif bertanya terhadap materi yang disampaikan oleh guru. 3. Siswa mampu mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan. 4. Guru banyak memberikan tugas-tugas rumah secara berkelompok. 5. Guru memberikan motivasi atau dorongan pada saat proses pembelajaran berlangsung. 6. Guru dan siswa sama-sama aktif dalam menarik kesimpulan. Dari hasil observasi tersebut banyak kemunculan pernyataan yang muncul pada data observasi siklus II adalah pernyataan Ya. Dari hasil tes juga pada siklus ini peneliti melihat sangat mendukung sekali dalam keberhasilan model PBAS dan mencapai ketuntasan hasil belajar sangat meningkat dari keseluruhan jumlah nilai rata-rata siswa sebesar 62,82 pada siklus I menjadi 80,15 pada siklus II Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBAS melalui metode ceramah dan praktikum pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit berhasil di siklus II dan peneliti tidak melanjutkan untuk ke siklus berikutnya. 2. Deskripsi Hasil Wawancara dan Pengisian Angket Siswa Hasil wawancara didapatkan setelah proses pembelajaran mengenai larutan elektrolit dan nonelektrolit selesai. Wawancara dilakukan pada siswa dengan menanyakan minat dan tanggapan mereka tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan penerapan model PBAS. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Hasil Tes Ulangan Harian Siklus I Berdasarkan hasil tes pada siklus I yang dilakukan sebelum kegiatan praktikum berlangsung. Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa sebanyak 8 orang siswa dengan persentase 20% mencapai kualifiaksi cukup, 23 orang siswa dengan persentase 57,5% mencapa kualifikasi kurang dan 9 orang siswa 22,5% lainnya mencapai kualifikasi gagal. Hal ini menunjukan suatu kewajaran karena materi larutan elektrolit dan nonelektrolit belum dipraktekan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh indikator yang dikembangkan dari standar kompetensi, terhadap materi yang ada perlu dipraktikumkan dan diaplikasikan . 4.2.2 Deskripsi Observasi Selama Proses Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa selama proses kegiatan belajar mengajar dikelas dengan penerapan model PBAS pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit berlangsung melalui praktikum dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana diperoleh dari kedua aspek yaitu : a. Aspek Afektif Aspek keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model PBAS berlangsung, dapat dilihat pada tabel kualifkasi pencapaian siswa pada aspek afektif. Pada tabel 4.2 dimana terlihat bahwa dari 40 orang siswa sebanyak 28 orang siswa dengan persentase 70 % dengan pencapaian nilai interval diatas 79 % mencapai kualifikasi baik dan 12 orang siswa lainnya dengan persentase 30 % mencapai kualifikasi cukup. Respon yang diperlihatkan siswa cukup baik dengan berusaha memahami dan mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas, terlihat dengan kehadiran siswa yang tepat pada waktunya dan kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran praktikum dengan membawa atau menyiapkan alat sederhana dan beberapa bahan atau indikator yang diambil dari alam yang telah diinstrusikan guru sebelumnya. a. Aspek Psikomotor Berdasarkan tabel 4.3 dimana kualifikasi pencapaian siswa pada aspek psikomotor terlihat bahwa sebanyak 35 orang siswa dengan persentase 87,5% mencapa kualifikasi baik (terampil) dan 5 orang siswa lainnya dengan persentase 12,5% mencapai kualifikasi cukup (cukup terampil). Hal ini menunjukan bahwa penguasaan siswa terhadap aspek psikomotor dengan penerapan model Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada konsep larutan elektolit dan nonelektrolit melalui kegiatan praktikum tercapai dengan baik. Pada aspek ini ada 6 aspek yang dinilai, yakni keterampilan siswa dalam menyiapkan alat dan bahan yang sesuai dengan LKS, merangkai alat uji elektrolit, mengidentifikasi nyala lampu, mengamati adanya gelembung gas dan mengisi tabel pengamatan. 4.2.3 Deskrispi Hasil Tes Siklus II Setelah proses pembelajaran dengan alat dan bahan alam dalam melakukan praktikum tentang uji elektrolit selesai, dilakukan tes siklus II dalam bentuk tindakan perubahan terhadap hasil tes pada siklus I. Hasil tes siklus II dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan aktivitas siswa agar termotivasi terhadap materi yang telah diajarkan dengan penerapan model PBAS. Hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel kualifikasi pencapaian siswa pada tes siklus II (tabel 4.4) dan yang terlampir pada lampiran 12. Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa sebanyak 4 orang siswa dengan persentase 10% mencapai kualifikasi sangat baik, 18 orang siswa dengan persentase (45%) mencapai kualifikasi baik dan 18 orang siswa dengan persentase (45%) mencapai kualifikasi cukup dan tidak ada yang mencapai kualifikasi gagal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa mampu menguasai indikator-indikator pembelajaran pada konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit sesuai KKM. Sejalan dengan hal itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBAS dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar serta siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar karena dirasakan langsung manfaatnya oleh setiap siswa. 4.2.4 Deskripsi Hasil Wawancara Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa setelah pembelajaran dengan penerapan model PBAS yang diterapkan melalui praktikum, siswa merasa termotivasi dan berminat dengan pembelajaran yang dilakukan. Dan untuk memperkuat hasil wawancara tersebut peneliti membagikan lembar angket (lembar quisioner), yang diisi oleh masing-masing siswa. Hasil pengisian lembar angket tersebut dapat dilihat pada lampiran 16 yang menunjukan bahwa 93% siswa merasa senang dan tertarik serta termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan model PBAS yang diterapkan oleh peneliti. Motivasi yang diperlihatkan siswa tersebut berakibat pada hasil tes siklus II yang mengalami peningkatan hasil belajar yang baik, dimana 87,5% siswa mampu menguasai indikator-indikator pembelajaran pada konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan baik. Sejalan dengan hal itu tersebut, dapat dilihat analisis hasil tes siswa pada siklus I dan siklus II pada lampiran 13, dimana hasil tes siklus II yang diperoleh siswa, mengalami peningkatan yang baik bila dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model PBAS membuat siswa merasa aktif dan termotivasi dalam mempelajari konsep materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBAS mampu menarik dan memotivasi siswa belajar. 4.2.5 Data dari Sumber-sumber Lain Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit di kelas X SMA Negeri 13 Ambon memberikan banyak manfaat dan wawasan bukan hanya bagi siswa dan peneliti sendiri tetapi juga bagi guru dan sekolah yang bersangkutan. Berdasarkan hasil wawancara secara formal yang peneliti lakukan pada guru dalam hal ini dengan guru bidang studi, bahwa dalam kegiatan pembelajaran praktikum untuk materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, kami sebagai guru kimia di SMA 13 Ambon merasa sulit karena tidak ada ruang laboratorium sebagai tempat untuk melakukan praktikum. Oleh karena itu, peneliti mengambil inisiatif dengan guru untuk melakukan praktikum dikelas dengan menggunakan bahan dan alat yang bersifat sederhana. Salah satu contoh alat dan bahan yang digunakan yaitu batu baterai, kabel, lampu, batang tembaga dan jepitan buaya sedangkan bahan yaitu air kelapa muda, air sumur, air aqua, dan lain-lain. Dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di SMA 13 Ambon tentu sangat fatal bila materi larutan elektrolit dan nonelektrolit di ajarkan secara teori. Oleh karena itu, peneliti dan guru mata pelajaran memberikan informasi sebelumnya kepada siswa mengenai kegiatan praktikum ini dilaksanakan. Dengan cara membagikan kelompok dan setiap kelompok mencari bahan-bahan atau indikator yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian, hal ini sangat tentu membuat siswa merasa termotivasi dan aktif untuk belajar mengenal dan langsung mengetahui zat yang tergolong elektrolit dan nonelektrolit melalui praktik serta para siswa bisa belajar sendiri atau secara berkelompok untuk dilakukannya dirumah. Dengan Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) membuat siswa dapat berfikir kreatif mencari bahan-bahan dari alam yang dapat dipergunakan sebagai bahan dalam eksperimen, sehingga dengan hal tersebut membuat siswa tahu dan menambah wawasannya, bahwa ternyata begitu banyak sumber daya alam di bumi ini yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sehingga menimbulkan keyakinan dan semangat yang kuat untuk terus belajar guna peningkatan sumber daya manusia. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuaraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBAS dalam pembelajaran konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit di kelas X6 SMA Negeri 13 Ambon mampu meningkatkan hasil belajar kimia yaitu meningkat dari nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 62,82 hingga mencapai nilai rata-rata pada siklus II sebesar 80,15. Oleh karena itu dapat disimpulkan secara umum sebagai berikut : 1. Kemampuan penguasaan siswa terhadap materi larutan elektrolit dan nonelektrolit yang diperoleh melalui hasil penilaian pada Aspek Afektif dan Psikomotor diperoleh sebanyak 87,5% siswa mampu merespon dan aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan PBAS dan sebanyak 70% siswa memiliki keterampilan (aspek Psikomotor) dengan baik dalam materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan penerapan model Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS). 2. Hasil observasi pada siklus I menunjukan kemunculan pada beberapa langkah-langkah PBAS yang dilakukan oleh guru dan siswa menyatakan pernyataan Ya, dan Tidak. Sedangkan pada siklus II menunjukan kemunculan pada beberapa langkah-langkah PBAS yang dilakukan oleh guru dan siswa menyatakan pernyataan Ya. 3. Hasil wawancara dengan guru dan berdasarkan data angket yang diperoleh secara langsung dengan siswa menunjukan bahwa siswa merasa tertarik termotivasi dan bertambah wawasannya dengan mengikuti pembelajaran dengan penerapan PBAS Terlihat dengan hasil pengisian angket siswa sebesar 93 % siswa aktif serta mampu merespon dan memahami materi larutan elektrolit dan nonelektrolit melalui penerapan strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) yang diterapkan oleh peneliti. 4. Dari hasil sumber data lain terlihat bahwa penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ini mampu memberikan semangat dan sumber belajar yang baik serta memberikan manfaat yang baik bagi siswa, guru maupun sekolah yang bersangkutan, hal ini terlihat dengan pendapat yang diberikan oleh guru, bahwa penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya siswa SMA Negeri 13 Ambon. 5.2 Saran Dari penelitian yang telah dilakukan penulis merasa perlu memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Siswa akan lebih aktif dalam mengembang pengetahuannya apabila diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri dan melihat secara nyata fakta-fakta yang terkait dengan pengetahuan yang diterimanya. Dibandingkan dengan hanya duduk dan mendengar guru menjelaskan di depan kelas, maka seharusnya guru mempunyai peran yang lebih kuat dalam menyediakan sumbersumber belajar yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar. 2. Guru jangan hanya terpaku dengan sumber belajar yang telah di sediakan, tapi bagaimana guru bisa memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di alam sekitar untuk dijadikan media dalam belajar agar lebih menambah wawasan dan kreatifitas siswa dalam belajar. 3. Disarankan agar para guru lebih kreatif dalam menemukan sumber-sumber belajar yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar, seperti penerapan PBAS dalam pembelajaran. Dengan demikian, para guru selalu siap dengan berbagai cara dalam rangka menunjang para siswa untuk belajar. Hal ini juga akan ditiru oleh para siswa sehingga pada pembelajaran berikutnya ideide siswa untuk Pembelajaran Berorintasi Aktifitas Siswa (PBAS) akan semakin meningkat.