PSKP Unila Gelar FGD Penanganan Konflik Sosial : Universitas

advertisement
This page was exported from Universitas Lampung [ http://www.unila.ac.id ]
Export date: Wed Jul 19 0:33:37 2017 / +0000 GMT
PSKP Unila Gelar FGD Penanganan Konflik Sosial
FGD "Strategi Kebijakan Penanganan Konflik Sosial di
Provinsi Lampung". Kamis (4/12) di ruang sidang Lt 4 Rektorat Unila.
(Unila): Keprihatianan terhadap konflik sosial yang marak terjadi di beberapa kabupaten Provinsi Lampung
belakangan ini menginisiasi Pusat Studi Kebijakan Publik Lembaga Penelitian Universitas Lampung (PSKP
Lemlit Unila) untuk menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Strategi Kebijakan
Penanganan Konflik Sosial di Provinsi Lampung.
Diskusi terbatas yang diselenggarakan di ruang rapat Lemlit Unila, gedung rektorat lantai V, Kamis (4/12) ini
dihadiri 16 akademisi Unila dari berbagai disiplin ilmu. Di antaranya Dr. Eng Admi Syarif, Dr. Ambya, S.E.,
M.Si., Dr. Nairobi, S.E., M.Si., Dr. HS Tisnanta, S.H., M.H., Drs. Ikram, M.Si., Dr. Heni Siswanto, S.H.,
M.H., Dr. Eko Raharjo, S.H., M.H., dan Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si.
Penyelenggaraan kegiatan dilatarbelakangi oleh sorotan berbagai pihak yang muncul karena beberapa wilayah
kabupaten di Lampung dalam beberapa tahun terakhir sering terjadi konflik kekerasan dengan tingkat eskalasi
dan intensitas yang cukup tinggi.
Data mutakhir dari Polda Lampung (2012) menunjukkan, terdapat 108 titik rawan konflik sosial di 15
kabupaten/kota se-Provinsi Lampung. Dari jumlah tersebut faktor penyebab paling besar adalah poleksosbud
71,2 persen, kemudian faktor SARA 18,5 persen, lalu faktor sumberdaya alam 5,5 persen, dan faktor batas
wilayah 4,6 persen. Hal itu menunjukkan Lampung sesungguhnya sangat rentan terhadap konflik sosial yang
bernuansa etnik.
Kepala PSKP Unila Hartoyo yang menjadi moderator dalam FGD ini mengatakan, keprihatinan terhadap
konflik sosial di Lampung yang seharusnya damai, tentram, tapi masih diwarnai konflik sosial dan kekerasan
yang merusak harta benda, menimbulkan korban nyawa, hingga pengungsian ini mulai bersifat rutin. Ini
menunjukkan masyarakat kita rentan terhadap konflik sosial yang bernuansa etnik.
“Atas dasar itu PSKP Unila berinisiatif mengundang para ahli untuk menangani konflik ini dalam focus
discussion group khususnya dalam bidang ilmu sosial dan ilmu-ilmu tekait dalam rangka penanganan konflik.
Diharapkan ada strategi global yang bisa kita rekomendasikan bagi kabupaten/kota sehingga ke depan konflikkonflik ini tidak terjadi lagi,” paparnya.
Adapun tujuan diselenggarakannya diskusi terbatas ini antara lain untuk mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab konflik sosial bernuansa etnik yang disetai dengan tindak kekerasan dan perusakan harta benda yang
terus terjadi di Provinsi Lampung. Kemudian mencari apa saja strategi yang perlu dilakukan pihak terkait agar
masyarakat Lampung ke depan dapat hidup rukun dan damai. Tak hanya itu, kegiatan diharapkan mampu
menghasilkan beberapa masukan yang dapat menjadi bahan pertimbangan lembaga eksekutif dan legisatif
dalam merumuskan strategi kebijakan dalam rangka menciptakan kerukunan dan kedamaian hidup bersama
antaretnik di Provinsi Lampung secara berkelanjutan.
Dari hasil diskusi kelompok terfokus FGD ini dihasilkan beberapa faktor penyebab terjadinya berbagai konfli
social di Lampung. Antara lain dimulai dari kecemburuan sosial akibat adanya kesenjangan ekonomi
antarpenduduk asli dan pendatang, kemudian faktor budaya, pendekatan hukum yang masih lemah, persepsi,
prioritas yang tidak seimbang, dominasi akses sumberdaya, hilangnya rasa nasionalisme, pendidikan ilmu
agama yang sudah memudar, kurangnya ruang interaksi antaretnis, hilangnya rasa saling menghormati dan
menghargai, hingga kurikulum pendidikan yang sudah mengalami pergeseran.
Menanggapi hasil diskusi tersebut, Admi Syarif yang juga peserta sekaligus Ketua Lembaga Penelitian Unila
berencana menindaklanjuti kegiatan terbatas tersebut dengan mengagendakan roadshow ke kabupetan/kota seProvinsi Lampung. Roadshow akan dilakukan melalui PSKP Unila ke beberapa wilayah di Lampung yang
rentan konflik. Hal ini ditujukan untuk menangkap isu-isu mendasar dan terkini.
“PSKP sebagai media untuk mewadahi para akademisi menyelesaikan konflik/memfasilitasi dan hasilnya
direkomendasikan ke kabupaten/kota khususnya yang berkaitan dengan kebijakan publik. Lemlit sangat
mendukung, payungnya sudah ada, pintunya sudah terbuka lebar. Harapan saya diskusi ini akan berlanjut agar
kita bias duduk bersama menggali dan membahas isu-isu yang terjadi,” kata dia.[] Inay
Post date: 2014-12-05 14:34:02
Post date GMT: 2014-12-05 07:34:02
Post modified date: 2014-12-05 16:11:02
Post modified date GMT: 2014-12-05 09:11:02
Powered by [ Universal Post Manager ] plugin. MS Word saving format developed by gVectors Team www.gVectors.com
Download