Lima Hukum Komunikasi Efektif

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etik UMB
Komunikasi Efektif
Fakultas
Program Studi
FIKOM
Marcomm
Tatap Muka
Kode MK
05
Disusun Oleh
Reddy Anggara, S. IKom., M. IKom
Deskripsi
Kompetensi
Pokok
bahasan
komunikasi
efektif
membahas mengenai manfaat komunikasi,
macam-macam
komunikasi,
cara
berkomunikasi, komunikasi efektif..
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan
mahasiswa dapat mengertian komunikasi, dan unsurunsur komunikasi, mengetahui cara berkomunikasi,
memahami bahasa tubuh, mampu melakukan
komunikasi efektif.
0
Pengantar
Bayangkan jika kita hidup dalam dunia yang tidak ada komunikasi.
Betapa sunyinya dunia ini. Bagaimana kita bisa berteman, mempunyai pacar,
ataupun berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Tuhan menciptakan
manusia di dunia ini tidak hanya seorang diri. Setelah menciptakan Adam,
Tuhan menciptakan Hawa untuk menemaninya. Tuhan juga memberikan saranasarana agar manusia dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi, seperti mulut
untuk bicara, telinga untuk mendengar, mata untuk menatap, serta seluruh
tubuhnya untuk menyampaikan pesan melalui bahasa tubuh.
"Halo, sepertinya saya mengenalmu deh."Doni berusaha membuka
percakapan dengan gadis yang duduk di sampingnya di angkutan umum menuju
kampus. Sang gadis menoleh dan menatap Doni yang memperlihatkan wajah
ramahnya. "Boleh kenalan? Saya Doni, kuliah di Universitas Mercu Buana
Program StudiArsitektur. Nama kamu siapa?" Doni tidak menyia-nyiakan
kesempatan tersebut sambil mengulurkan tangannya. Mendengar suara dan
wajah ramahnya, sang gadis menyambut tangan Doni dan menyebutkan
namanya, "Saya Dinda, kita kuliah di UMB juga, Program Studi Manajemen"
Kemudian terjalinlah komunikasi di antara keduanya dan berlanjut pada
persahabatan yang lebih erat karena mereka selalu berangkat dengan angkutan
yang sama pada waktu yang sama menuju kampus.
Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal (katakata) dan nonverbal (non kata-kata) yang melibatkan dua orang atau lebih. Pada
contoh di atas, Doni dan Dinda memulai komunikasi dengan berbagi informasi
melalui perilaku verbal (kata-kata), dan non verbal yaitu bahasa tubuh Doni
(wajah ramahnya) yang mengekspresikan ketulusan serta niat baik, yang
membuat Dinda percaya untuk merespons pesannya (berkenalan). Apabila
pesan yang disampaikan Doni justru membuat Dinda takut (tidak percaya), maka
komunikasi tidak akan terjalin, malah kemungkinan Dinda akan segera turun di
1
perhentian terdekat.Menurut Albert Mahrabiyan dari Universitas California Los
Angeles (UCLA), ada 3 unsur dalam pesan:
1. Pelafalan: berhubungan dengan kata-kata dan kalimat
2. Fonetik: aksen suara dan cara mengucapkan kata-kata tanpa ada
hubungannya dengan makna kata
3. Visi: apa yang dilihat seseorang pada pembicara.
Pada kondisi normal, apabila pesan datang dengan jelas dan tidak
kontradiktif, maka tingkat kredibilitasnya atau kepercayaannya akan naik. Tetapi
jika pesan datang dengan kacau dan kontradiktif di antara ketiga unsur di atas,
maka tingkat kredibilitasnya sebagai berikut: Pelafalan : 7%; Fonetfik : 38%, dan
Visi 55%. Hal ini menunjukkan manusia lebih mempercayai apa yang dia lihat
daripada yang dia dengar. Perhatikan kasus Doni dan Dinda tadi.
Komunikasi Efektif
Seperti telah dibahas sebelumnya, komunikasi dikatakan efektif bila
pesan yang
disampaikan bisa dipahami dengan tepat
oleh penerima
pesan.Untuk mencapai komunikasi efektif, berikut ini terdapat beberapa teknik
yang harus diperhatikan:
1. Komunikasi Dua Arah
Saat Anda sedang kesal dengan pacar, sering Anda mendiamkan dia.
Tetapi sesungguhnya Anda berharap pacar akan membujuk, merayu atau paling
tidak bertanya agar Anda tidak marah lagi. Tapi dia ternyata tidak melakukan
apa-apa, jangankan bertanya atau merayu, telepon pun tidak dilakukannya.
Kesalahpahaman
seperti
ini
menandakan
macetnya
komunikasi.
Komunikasi dua arah tidak terjadi. Pesan yang Anda sampaikan tidak diterima
oleh pacar Anda dengan tepat. Agar komunikasi efektifharus ada usaha dari
kedua belah pihak untuk saling memahami pesan yang diterima dan disampaikan
serta saling mengerti untuk mau mendengarkan dan menanggapi dengan benar.
2
Sehingga bila Anda kesal pada pacar Anda, komunikasikan perasaan
Anda dengan kata-kata yang jelas, sampaikan bahwa Anda kesal dan sampaikan
pula apa yang Anda inginkan darinya. Bahasa tubuh Anda saja tidak cukup
mengkomunikasikan apa yang Anda harapkan darinya. Jadi jangan hanya diam
dan cemberut saja.Dalam komunikasi dua arah terdapat dua peran, yaitu
pembawa pesan dan penerima pesan. Ada pihak yang berbicara dan ada yang
pihak yang mendengar. Berikut ini akan dibahas bagaimana berbicara dan
bagaimana mendengar dengan efektif.
a. Berbicara
Berbicara adalah sarana terpenting untuk berhubungan dengan orang lain
dan memberi pengaruh kepada mereka. Berbicara adalah keahlian yang
sangat mahal, membutuhkan latihan untuk mahir berbicara. Sebelumnya
telah dibahas tentang hal-hal teknis dalam cara berbicara, yaitu pengaturan
volume, kecepatan bicara dan nada bicara. Perhatikan bila seorang orator
berbicara di televisi atau pada ceramah umum, misalnya Aa Gym. Beliau
adalah seorang pembicara yang menggugah dan mengubah. Teknik
berbicara seperti ini adalah sebuah ketrampilan menyampaikan gagasan atau
ide kepada orang lain sehingga mendorong dan memotivasi orang tersebut
untuk melakukan perubahan.
Kiat-kiat yang harus diperhatikan saat berbicara antara lain:
1. Tujuan pembicaraan yang terfokus Seseorang harus memiliki tujuan
pembicaraan yang jelas dan terfokus, agar dia dapat menyampaikan
pesannya dengan jelas karena mengetahui arah pembicaraan. Orang yang
tidak memiliki tujuan pembicaraan, tidak tahu apa yang harus dikatakan,
bicara berbelit-belit dan lompat-lompat, sehingga tidak menarik orang untuk
mendengarnya.
2. Jiwai tujuan Agar tercapai, tujuan yang telah ditetapkan harus dihayati. Jika
pembicara menghayati tujuannya, maka ia akan mudah mentrasfernya
kepada pendengar dengan percaya diri. Penghayatan terhadap tujuan
dilakukan dengan mengamalkan isi pembicaraan tersebut, sehingga menjadi
bagian dari dirinya.
3
3. Memperhatikan latar belakang pendengar, Perhatikan latar belakang
pendengar baik latar belakang sosial, budaya maupun keilmuan. Di antara
pendengar ada kalangan akademisi, orang awam, anak-anak, orang dewasa,
laki-laki dan perempuan, dsb. Dengan mengenal pendengar dan dapat
memilih kalimat-kalimat yang tepat, agar pean tersampaikan dengan jelas.
4. Penggunaan ungkapan atau istilah sesuai situasi. Contohnya jangan
menggunakan bahasa gaul dalam berbicara dengan guru/dosen. Hindari
menggunakan istilah-istilah ilmiah yang hanya dimengerti sekelompok
tertentu bila berbicara di depan orang-orang awam. Penggunaan ungkapan
yang kurang tepat menyebabkan pesan tidak dapat dipahami dengan benar
atau Anda dianggap sok tahu.
5. Penggunaan contoh-contoh, Menyelipkan contoh-contoh, kisah-kisah atau
peristiwa membantu menambah tingkat pengaruh dan keyakinan kepada
pendengar.
6. Memperhatikan waktu dalam berbicara, Bila Anda bicara terlalu lama orang
akan bosan, tetapi bila terlalu sebentar orang tidak puas dan informasi tidak
sampai dengan tuntas dan jelas.
7. Memperhatikan pengaturan volume suara, intonasi, gerak tubuh. Dalam
pembicaraan perlu memberikan penekanan-penekanan pada hal-hal penting,
salah satunya dengan memperbesar volume suara, menaikkan intonasi,
memajukan tubuh. Jadikanlah suara Anda penuh energi dan vitalitas. Kenali
tempat-tempat berhenti dalam bicara Anda dan ungkapan-ungkapan penting
yang perlu penegasan. Diamlah pada ungkapan tesebut dan ulangi sekali
lagi. Tersenyumlah pada saat yang tepat, tataplah mata pendengar / audiens.
8. Lengkapi informasi Pelajari semua informasi tentang topik atau tujuan
pembicaraan, misalnya ruang lingkup, akibat yang mungkin timbul, prosedur,
resiko dan aturan. Dengan demikian orang yakin Anda menguasai tujuan
pembicaraan dan akan lebih mudah memahami pesan yang Anda
sampaikan.
9. Peka terhadap pendengar. Pendengar adalah partner berbicara. Diamlah
untuk memberi kesempatan pihak lain berbicara dan mengungkapkan
pendapatnya. Dengan mendengar pendapat orang lain Anda bisa menilai
apakah pesan yang Anda dipahami oleh orang tersebut. Jangan memonopoli
pembicaraan
4
10. Selipkan humor Humor dan hal-hal menarik dapat diselipkan untuk
menghangatkan dan mempermudah proses komunikasi serta mempermudah
meyakinkan dan memberi pengaruh pada orang lain.
b. Memulai Percakapan
Percakapan adalah cara komunikasi verbal yang paling umum dan
mudah dilaksanakan oleh dua orang atau lebih. Sebagai manusia kita
membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi. Bahkan di tempat umum yang
asing pun kita tidak bisa menghindari percakapan dengan orang lain, entah itu
hanya menanyakan waktu, arah ataupun berbicara dengan penjaga toko. Di
berbagai tempat kita bisa bertemu dan berkenalan dengan orangorang baru, dan
percakapan adalah alat yang paling mudah digunakan.
Dalam berinteraksi dengan orang lain, perlu diingat bahwa tindakan Anda
terhadap orang lain akan membawa reaksi yang sama pada Anda. Jika Anda
baik pada mereka, mereka akan baik pada Anda. Jika Anda santun pada orang
lain, mereka akan santun pula pada Anda. Kesimpulannya Jika Anda ingin
memperoleh, maka Anda harus terlebih dulu memberi. Untuk memulai
percakapan dengan orang asing Anda harus membuat lawan bicara menjadi
orang yang paling penting di seluruh dunia. Contoh:

"Saya sangat tertarik pada komputer, tetapi sayang saya betul-betul tidak
memahaminya. Maukah Anda menerangkannya lebih banyak?" (kiat ini dapat
digunakan dalam berbagai pekerjaan dan profesi)

"Saya suka bau harum parfum yang Anda gunakan. Bolehkah saya tahu
parfum apa yang Anda pakai dan di mana saya dapat membelinya?"
Jurus jurus pembuka seperti di atas akan membuat percakapan berlanjut,
karena orang yang Anda ajak bicara pasti dengan senang hati menyambut
percakapan Anda karena memancing orang untuk membicarakan minat mereka.
Hindari menggunakan jurus pembuka yang hanya membutuhkan jawaban
jawaban singkat dan topiknya tidak dia minati. Karena dapat dipastikan
percakapan mengalami kebuntuan dan tidak akan berlanjut. Contoh:

"Halo .......... apa kabar? ;jawaban yang diharapkan adalah "Baik-baik
saja"; dan percakapan mandeg dalam kebisuan, karena penanya tidak
benar-benar berminat mendengar keluh kesahnya.

"Hari ini indah............ lebih sejuk dari biasanya.... Rasanya akan hujan".
5
c. Mendengar
Menurut Olliver Wendell Holmes, mampu mendengarkan orang lain
dengan sikap simpatik dan penuh pengertian mungkin merupakan mekanisme
paling efektif untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain dan menjalin
persahabatan abadi.
Mendengarkan ternyata tidak mudah. Banyak dari kita yang tidak tahu
bagaimana mendengarkan. Di bawah ini akan dibahas gaya mendengarkan yang
buruk, manfaat mendengarkan dan seni mendengarkan
Lima Hukum Komunikasi Efektif
Banyak ahli komunikasi yang memiliki kesamaan pandangan mengenai
hubungan antara proses komunikasi dan kinerja perkantoran. Mereka bersepakat
bahwa komunikasi efektif dan tingkat kinerja perkantoran berhubungan secara
signifikan. Memperbaiki komunikasi perkantoran berarti memperbaiki kinerja
perkantoran perkantoran. Perkantoran yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya
kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai komponen. Senantiasa
terjadi komunikasi, kerjasama, saling koreksi, dan terdapat sistem pembagian
tugas antarkomponen tersebut.
Suatu perkantoran dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi.
Artinya, ketika proses komunikasi antarkomponen tersebut dapat diselenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan
kinerja perkantoran akan meningkat.
Lima (5) Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of
Efffective Communication) dikembangkan dan dirangkum dalam satu kata
yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti
merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya
6
adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian,
simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
Hukum # 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif
adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang
kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum
yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada
prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus
mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap
harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi
dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat
membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai
sebuah tim.
Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya
How
to
Win
Friends
and
Influence
People,
rahasia
terbesar
yang
merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah
dengan memberikan
penghargaan
yang
jujur
dan
tulus.
Seorang
ahli
psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa "Prinsip
paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia
mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan
yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah
suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh
Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan
hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan
Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan
bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam
membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan
antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan
memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga
7
rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson,
The One Minute Manager.
Hukum # 2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi
atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam
memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau
mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan
sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu
kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to
Understand – understand then be understood to build the skills of empathetic
listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan
Komunikasi Empatik.
Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita
dapat membangun
keterbukaan
dan
kepercayaan
yang
kita
perlukan
dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan
memampukan
kita
untuk
dapat
menyampaikan
pesan
(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima
pesan (receiver) menerimanya.
Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku
konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami
perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi
kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian
halnya
dengan
bentuk komunikasi
lainnya,
misalnya
komunikasi
dalam
membangun kerjasama tim.
Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam
tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa
respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam
membangun teamwork.
8
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita
perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita.
Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan
psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap
perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan
sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran,
masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah
aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada
umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh
karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media
advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan
balik dari audiensi atau penerima pesan.
Hukum # 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti
dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun
mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang
kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan
bahwa
pesan
harus
disampaikan
melalui media
atau
delivery
channel
sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini
mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun
perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan
yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal
ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima
oleh penerima pesan.
Dari sisi delivery channel, penggunaan teknologi bisa membantu
melipatgandakan pancaran sinyal pesan yang ingin disampaikan sehingga bisa
diterima oleh jauh lebih banyak orang. Ini yang disebut sebagai kerjacerdas.
Misalnya saja, dengan menggunakan media Internet, kita bisa berkomunikasi
dengan sangat mudah dan murah kepada banyak orang. Pendeknya High Tech
namun tetap High Touch.
9
Hukum # 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum
keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga
tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.
Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling
utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan
penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan
menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam
berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi
atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari
penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul
sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan
antusiasme kelompok atau tim kita.
Hukum # 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap
rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama
untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap
rendah hati yang kita miliki. Sikap Rendah Hati pada intinya antara lain: sikap
yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap
menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan
memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan,
lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan
yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok
komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang
handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang
lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat
10
membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling
menguatkan.
Pendapat lain mengemukakan, bahwa untuk membangun komunkasi
yang efektif perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Kontak Mata
Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah
menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah
pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk
menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan
kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara Anda tak merasa
diabaikan.
2. Ekspresi Wajah
Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah
mengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri seseorang.
Sebagi contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan dan
kasih-sayang;Mengangkat
alis
mata
menunjukan
ekpresi
heran;
Mengernyitkan dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua
emosi dan berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi
yang berbeda yang tergambar di wajah. Jadi saat melakukan komunikasi
tunjukan ekspresi bahwa Anda tertarik dengan bahan pembicaraan.
3. Postur Tubuh
Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan
kekuatan meyakinkan dari Anda. Mereka bisa jadi semacam tambahan
untuk cara efektif yang dapat ditangkap secara visual daripada secara
verbal. Sebagai contoh: menundukan kepala menunjukkan penyelesaian
pernyataan; mengangkat kepala menunjukkan akhir pertanyaan; Terlalu
sering menggerakan bagian tubuh mengungkapkan sedang bergegas
atau kebingungan. Untuk itu perhatikan gerak-gerik Anda saat melakukan
komunikasi dengan lawan bicara.
11
4. Selera Berbusana
Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang
berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik.
Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan membuat
dampak pasti pada proses komunikasi. Kita semua berbusana dan
mungkin banyak diantara kita tak terlalu memperhatikan, namun hal kecil
ini memiliki peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan
bagaimana cara berbusana, hal itu akan memperbaiki kemampun
komunikasi kita.
12
Download