BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun – akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar dapat memahami laporan keuangan lebih baik. Berikut ini adalah kebijakan dan penjelasan akun – akun tersebut, antara lain : IV.I Evaluasi atas penghasilan Penghasilan yang telah diterima oleh PT Mitra Wisata Permata dikenakan pajak penghasilan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No.17 tahun 2000 pasal 4 ayat (1) tentang Pajak Penghasilan. Tetapi tidak semua penghasilan merupakan objek pajak. Penghasilan yang diterima dan diperoleh oleh PT Mitra Wisata Permata selama tahun 2006 berasal dari : 1. Pendapatan Usaha Pendapatan usaha merupakan pendapatan perusahaan yang berasal dari pekerjaan jasa perhotelan. Pendapatan usaha PT Mitra Wisata Permata antara lain pendapatan sewa kamar sebesar Rp 2.170.005.000,- dan pendapatan restauran sebesar Rp 331.070.620,- .Total pendapatan usaha PT Wisata Permata selama tahun 2006 adalah sebesar Rp 2.501.075.620,- 42 2. Pendapatan Lain –lain Pendapatan lain – lain diperoleh dari penghasilan di luar kegiatan usaha yang dilakukan PT Mitra Wisata Permata, selama tahun 2006 yaitu pendapatan jasa giro bank sebesar Rp 4.751.277,- .Atas penghasilan ini, telah dilakukan koreksi fiskal negatif seluruhnya oleh perusahaan. Karena atas pendapatan jasa giro bank telah dikenakan PPh final oleh fiskus sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) UU PPh. Dari unsur- unsur pajak penghasilan yang terdapat dalam laporan rugi laba perusahaan maka dapat diketahui unsur – unsur mana yang diakui oleh ketentuan perpajakan dan unsur – unsur mana yang tidak diakui. Apabila ada unsur yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan maka akan dilakukan koreksi fiskal. Koreksi fiskal tersebuut dapat menambah ataupun mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan, Setelah mengevaluasi penghasilan yang diperoleh PT Mitra Wisata Permata selama tahun 2006 dengan mengacu pada ketentuan pajak yang berlaku, maka dapat diketahui bahwa unsur penghasilan yang diakui dalam laporan laba rugi PT Mitra Wisata Permata telah sesuai dengan ketentuan perpajakan dan tidak perlu dilakukan koreksi fiskal lagi. IV.2 Evaluasi Perhitungan atas Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan adalah segala bentuk pengeluaran yang terkait dengan harga pokok dari barang/jasa tersebut, yang masing-masing bidang usaha berbeda strukturnya. Perhitungan Harga Pokok penjualan adalah sebagai berikut : 43 Persediaan Awal Rp 45.154.012,60 Pembelian Rp 21.445.653,10 Barang tersedia untuk dijual Rp 66.599.665,70 Persediaan Akhir Rp 45.499.765,- Harga pokok Penjualan Rp 21.099.900,70 PT Mitra Wisata Permata melakukan penilaian persediaan dengan metode FIFO (First in First Out). Penilaian persediaan ini sesuai dengan Ketentuan Perpajakan yang berlaku dalam penentuan metode persediaan yaitu sesuai dengan Undang – undang Pajak Penghasilan Pasal 10 ayat (6). Sehingga harga pokok penjualan tidak perlu dilakukan koreksi. Untuk menghitung harga pokok penjualan harus diperhatikan terlebih dahulu unsur-unsur yang berhubungan dengan harga pokok penjualan. Unsur-unsur itu antara lain persediaan awal, pembelian, biaya angkut pembelian, retur pembelian dan pengurangan harga, potongan pembelian. Jumlah barang tersedia untuk dijual tidak ada karena perusahaan bergerak di bidang jasa. Di bidang perhotelan dan restoran, Harga Pokok Penjualan dipengaruhi oleh harga pembelian dan persediaan. Adapun unsur –unsur dalam harga pokok penjualan PT Mitra Wisata Permata adalah : 1. Persediaan terdiri dari pembelian perlengkapan fasilitas hotel dan restoran, seperti bangku, meja, selimut, bantal dan persediaan bahan makanan restoran serta perlengkapan makan. Persediaan awal Rp 45.154.012,60- Persediaan akhir Rp 45.499.765,- 2. Pembelian terdiri dari pembelian bahan baku makanan, pembelian perlengkapan kamar dan pembelian alat bantu lainnya. Selama tahun 2006 44 PT Mitra Wisata Permata tidak melakukan retur pembelian, namun terdapat biaya angkut pembelian, pengurangan harga, dan potongan pembelian. IV.3 Evaluasi atas Biaya Penerapan pajak PT Mitra Wisata Permata atas semaua transaksi bebannya adalah dengan menggunakan metode akrual dan penandingan pendapatan terhadap beban. Namun, karena perlakuan yang berbeda antara akuntansi komersial dengana akuntansi fiskal menyebabkan perlu adanya rekonsiliasi atas semua transaksi bebannya agar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Dalam menentukan besarnya penghasilan neto, penghasilan bruto dikurangi terlebih dahulu dengan pengurangan penghasilan bruto. Pengurangan penghasilan bruto ini diatur dalam pasal 6 ayat (1), pasal 9 ayat (1) termasuk peraturan pelaksanaannya Penerapan atas transaksi biaya didasarkan atas metode dan pengakuan beban, peraturan perpajakan yang berlaku, serta bukti fisik yang mendukung transaksi pengeluaran beban tersebut. Pengeluaran atau biaya yang boleh dikurangkan bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT diatur dan dijelaskan dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan, sedangkan pengeluaran atau biaya yang tidak boleh dikurangkan diatur dan dijelaskan dalam pasal 9 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan. Beban – beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun dan beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat yang lebih dari satu 45 tahun pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun adalah biaya yang terjadi selama tahun yang bersangkutan seperti biaya gaji, biaya administrasi bank dan bunga. Biaya yang yang terdapat pada PT Mitra Wisata Permata akan dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 4.1 Tabel Rincian Persentase Biaya PT Mitra Wisata Permata Tahun 2006 No Keterangan Biaya Operasional Jumlah Persentase 1 Biaya Sewa tanah 33,333,324.00 1,62% 2 Biaya Tol-Parkir-Transport 10,595,200.00 0,52% 3 Biaya Bahan Bakar 44,500,899.00 2,17% 4 Biaya Listrik 226,285,330.00 11,02% 5 Biaya Telepon 12,966,149.00 0,63% 6 Biaya Iuran 75,539,050.00 3,68% 7 Biaya Astek 31,836,619.00 0,15% 8 Biaya Repair 34,728,550.00 1,69% 9 Biaya Gaji/THR 865,133,674.00 42,14% 10 Biaya Pemeliharaan Bangunan 35,558,157.00 1,73% 11 Biaya Administrasi Kantor 8,928,270.00 0,43% 12 Biaya Percetakan/Iklan 7,483,570.00 0,38% 13 Biaya Fasilitas Kamar 41,056,463.80 1,99% 14 Biaya Berobat 8,478,600.00 0,41% 15 Biaya PBB 26,888,600.00 1,31% 16 Biaya PAM 18,265,753.00 0,89% 17 Biaya Penyemprotan 880,800.00 0,04% 18 Biaya Asuransi 13,819,350.00 0,67% 19 Biaya Sumbangan 8,500,000.00 0,41% 46 20 Biaya Adm Bank & Pajak Bunga 3,048,487.00 0,15% 21 Biaya Seragam 5,940,000.00 0,29% 22 Biaya Lampu 827,000.00 0,04% 23 Biaya Lain-Lain 562,950.00 0,03% 24 Biaya Pajak Reklame 1,644,600.00 0,08% 25 Biaya Pajak Mobil 3,091,000.00 0,15% 26 Biaya Laundry 160,324,023.90 7,81% 27 Biaya Perlengkapan Hotel 38,795,063.00 1,89% 28 Biaya Belanja Restaurant 125,223,151.60 6,09% 29 Biaya Perlengkapan Restaurant 48,186,861.40 2,35% 30 Biaya Penyusutan 160,188,185.25 7,80% 31 Biaya Amortisasi 376,345.80 0,02% 2,052,986,026.75 100% Total Dari tabel di atas dapat diketahui persentase dari seluruh biaya – biaya terhadap total biaya. Biaya Gaji/THR merupakan biaya dengan persentase terbesar terhadap keseluruhan total biaya yaitu 42% dengan biaya sebesar Rp 865,133,674.00 dari keseluruhan total biaya Rp 2,052,986,026.75 . Biaya ini sangat berpengaruh dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak karena biaya gaji boleh dikurangkan dari penghasilan dan mengurangi laba. Untuk menekan biaya gaji ini PT Mitra Wisata Permata dapat mengurangi jumlah karyawannya dan mengoptimalkan kinerja karyawan yang masih dipekerjakan. Biaya yang terbesar kedua yaitu biaya listrik sebesar 11,02% dari keseluruhan total biaya. Biaya listrik ini dapat ditekan biayanya apabila perusahaan melakukan penghematan pemakaian listrik dan menghimbau karyawannya agar memakai listrik sesuai dengan kebutuhan. 47 Selama tahun 2006 PT Mitra Wisata Permata melakukan beberapa koreksi fiskal terhadap akun beban yang terdapat dalam Laporan Keuangan Komersialnya. Untuk lebih jelasnya, maka berikut ini diuraikan mengenai Evaluasi atas masing – masing akun beban yang terjadi selama tahun 2006. • Biaya PB 1 Merupakan biaya pajak pembangunan atas hotel dan restoran yang ditarik oleh Dispenda sebesar Rp 250.107.650,90 dan mengurangi pendapatan usaha. Unsur biaya ini tidak dilakukan koreksi fiskal karena mengurangi penghasilan bruto dan menjadi beban perusahaan. Unsur-unsur biaya operasi PT Mitra Wisata Permata selama tahun 2006 terdiri dari : 1. Biaya sewa tanah Adalah biaya yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha dan diperlukan untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan. Selama tahun 2006 perusahaan mengeluarkan biaya untuk sewa tanah sebesar Rp 33.333.324,2. Biaya tol, parkir, dan transport Biaya ini merupakan pengeluaran dalam hal penggunaan fasilitas jalan tol, serta tarif parkir, dan kendaraan milik perusahaan yang beroperasi selama tahun 2006. Transport tidak diberikan dalam bentuk fasilitas yakni penyediaan bus antar jemput karyawan, karena biaya transport yang diberikan dalam bentuk uang tunai. Menurut penulis pembebanan atas biaya tol dan parkir pun pada tahun 2006 sudah didukung oleh bukti yang lengkap dan wajar maka koreksi fiskal tidak dilakukan. 48 Jumlah biaya bahan bakar kendaraan bermotor, parkir, dan tol PT Mitra Wisata Permata selama tahun 2006 adalah sebesar Rp 10.595.200,3. Biaya bahan bakar Biaya ini dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan kebutuhan bahan bakar kendaraan milik perusahaan. Jumlah biaya bahan bakar kendaraan bermotor selama tahun 2006 adalah sebesar Rp 44.500.899,00,- Dalam hal ini pengeluaran atas biaya bahan bakar sudah didukung oleh bukti pengisian bahan bakar transportasi yang lengkap dan sudah dibiayakan sebagai pengurang Penghasilan Bruto. 4. Biaya listrik Merupakan pengeluaran perusahaan sehubungan dengan penggunaan fasilitas listrik setiap bulannya oleh perusahaan selama tahun 2006 yang besarnya Rp 226.285.330,- PT Mitra Wisata Permata telah membebankan seluruh biaya listrik sebagai pengurang penghasilan bruto sehingga tidak perlu dilakukan kembali koreksi fiskal 5. Biaya telepon Biaya ini merupakan pengeluaran atas penggunaan fasilitas komunikasi yang diperlukan dalam menunjang aktivitas operasional perusahaan seperti telepon dan faximile. Biaya yang telah dikeluarkan oleh PT Mitra Wisata permata untuk keperluan telepon sebesar Rp 12.966.149,- dan telah dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan, sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal 49 6. Biaya Iuran Merupakan pengeluaran perusahaan atas biaya-biaya seperti iuran RT, iuran keamanan dimana perusahaan bertempat, iuran kebersihan, langganan koran atau majalah. Menurut penulis biaya iuran pada PT Mitra Wisata Permata sebesar Rp 75.539.050,- selama tahun 2006 sudah disertai dengan lengkap bukti pendukung sehingga tidak ada koreksi fiskal atas akun ini. 7. Biaya ASTEK Berdasarkan surat edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-02/PJ.31/1996 perlakuan pajak penghasilan terhadap terhadap PT JAMSOSTEK berkenaan dengan penyelenggaraan program Jaminan Kecelakaan kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan disamakan dengan perlakuan perusahaan asuransi serta program Jaminan Hari Tua disamakan dengan perlakuan terhadap Dana pensiun yang telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Biaya ASTEK selama tahun 2006 pada PT Mitra Wisata Permata sebesar Rp 31.836.619,- dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan bagi karyawan merupakan penghasilan objek pemotongan PPh Pasal 21. 8. Biaya repair Biaya ini merupakan pengeluaran dalam hal perbaikan dan perawatan aktiva berwujud dan inventaris milik perusahaan, tetapi tidak termasuk perbaikan dan perawatan kendaraan. Jumlah biaya perbaikan dan perawatan yang dikeluarkan oleh PT Mitra Wisata permata selama tahun 2006 adalah sebesar Rp 34.728.550,- 50 9. Biaya gaji atau THR Biaya gaji merupakan pengeluaran PT Mitra Wisata Permata selama tahun 2006 yang berhubungan dengan pemberian gaji karyawan, dan pemberian tunjangan, yaitu sebesar Rp 865.133.674,- .Biaya gaji ini merupakan akun untuk mencatat : • Gaji Pokok karyawan Rp 631.547.274 Unsur biaya gaji tersebut telah sesuai dengan Ketentuan perpajakan dan telah sesuai dengan SPT 1721. • Tunjangan Hari Raya Rp 75.000.000 Pada akhir tahun, perusahaan memberikan dalam bentuk tunjangan berupa uang, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal. • Uang Makan Rp 104.315.000 Biaya makan yang diberikan dalam bentuk uang, termasuk uang makan lembur sebesar Rp 36.000.000 sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal. • Bonus Rp 54.271.400 Bonus yang diberikan sesuai dengan peraturan perpajakan, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal. Sesuai dengan Pasal 21 UU No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, maka atas penghasilan yang diterima oleh karyawan selama tahun 2006 wajib diipotong PPh Pasal 21. Pada akhir tahun pajak, perusahaan harus mengisi SPT 1721 mengenai pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan selama tahun 2006. Atas unsur biaya gaji tersebut di atas telah sesuai dengan ketentuan perpajakan dan telah sesuai dengan SPT 1721. 51 10. Biaya pemeliharaan bangunan Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan pembelian bahan-bahan yang digunakan dalam perawatan dan pemeliharaan bangunan. Besarnya biaya bahan pemeliharaan perawatan bangunan yang dikeluarkan oleh PT Mitra Wisata Permata adalah sebesar Rp 35.558.157,11. Biaya administrasi kantor Merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk mendukung kegiatan administrasi kantor sebesar Rp 8.928.270,- tercatat dalam akun ini. Seluruh pengeluaran ini telah dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto tahun 2006 dan tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. Sesuai dengan Ketentuan Perpajakan semua biaya yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan harus didukung dengan bukti yang kuat. Menurut penulis pembebanan atas biaya administrasi kantor pada tahun 2003 sudah didukung oleh bukti yang lengkap dan wajar, juga sudah dikurangkan dari penghasilan bruto PT Mitra Wisata Permata sehingga koreksi fiskal tidak perlu dilakukan. 12. Biaya percetakan/iklan Biaya ini merupakan biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk memperkenalkan atau menarik pihak luar untuk menggunakan jasa perhotelan PT Mitra Wisata Permata. Biaya yang dikeluarkan perusahaan atas pembelian alat-alat cetak dan keperluan iklan selama tahun 2006 sebesar Rp 7.483.570,- Seluruh pengeluaran ini telah dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto tahun 2006 dan tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. 52 13. Biaya fasilitas kamar Biaya ini merupakan pengeluaran perusahaan untuk menfasilitasi setiap kamar hotel dalam hal biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha. Besarnya biaya fasilitas kamar yang dikeluarkan oleh PT Mitra Wisata Permata selama tahun 2006 sebesar Rp 41.056.463,80 14. Biaya berobat Biaya pengobatan kesehatan pegawai PT Mitra Wisata Permata selama tahun 2006 sebesar Rp 8.478.600,- dan tidak mengalami koreksi fiskal. Hal ini terjadi karena perusahaan memberikan tunjangan kesehatan secara tunai 15. Biaya PBB Pengeluaran perusahaan untuk membayar pajak yang terutang atas bumi dan bangunan yang dimiliki oleh perusahaan. Besarnya biaya PBB yang dikeluarkan oleh PT Mitra Wisata Permata selama tahun 2006 adalah sebesar Rp 26.888.600,16. Biaya PAM Didalam biaya ini terdapat pembayaran dalam menggunakan air (PAM) untuk kebutuhan operasional pada PT Mitra Wisata Permata selama tahun 2006 sebesar Rp 18.265.753,17. Biaya penyemprotan Biaya penyemprotan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dan termasuk biaya untuk mendapatkan, menagih serta memelihara 53 penghasilan. Biaya tersebut dikeluarkan oleh PT Mitra Wisata Permata sebesar Rp 880.800,18. Biaya asuransi Biaya asuransi sebesar Rp 13.819.350,- merupakan akun untuk mencatat pengeluaran perusahaan dalam rangka membayar asuransi karyawan yang ditanggungnya meliputi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan. Selama tahun 2006 PT Mitra Wisata Permata telah membebankan seluruh pengeluaran biaya asuransi dengan benar, sehingga dapat dikurangkan sebagai penghasilan brutonya. 19. Biaya sumbangan Besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk sumbangan yaitu Rp 8.500.000,- Pada tahun 2006, PT Mitra Wisata Permata melakukan koreksi fiskal positif atas sumbangan karena hadiah dan sumbangan bukan merupakan pengurang penghasilan bruto sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Pasal 9 ayat (1) Undang- undang Pajak Penghasilan. 20. Biaya administrasi bank dan pajak bunga Merupakan pengeluaran dan biaya administrasi yang dikenakan oleh bank dan pajak atas bunga. Selama tahun 2006 PT Mitra Wisata Permata mengeluarkan biaya administrasi bank dan pajak bunga sebesar Rp 3.048.487,- .Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengam pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan bukan merupakan penghasilan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto sehingga dilakukan koreksi fiskal positif . 54 21. Biaya seragam Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan dan keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai natura/kenikmatan diatur dalam Nomor 466/KMK.04/2000 dan nomor Kep.231/PJ/2001 yaitu pakaian seragam pegawai, satpam atau hansip yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan pekerja dapat dijadikan biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Biaya yang dikeluarkan PT Mitra Wisata Permata untuk biaya seragam sebesar Rp 5.940.000,22. Biaya lampu Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT Mitra Wisata Permata atas pembelian lampu sehubungan dengan kegiatan perusahaan selama tahun 2006, yaitu sebesar Rp 827.000,23. Biaya lain-lain Biaya lain-lain akun sebesar Rp 562.950,- untuk mencatat pengeluaran yang terkait dengan usaha operasional perusahaan, seperti pembelian air minum, kopi, gula, dan minuman serta makanan lainnya. Menurut penulis, dapat membiayakan seluruh pengeluaran operasional perusahaan sepanjang didukung bukti – bukti pendukung yang sah dan wajar. 24. Biaya pajak reklame dan mobil Selama tahun 2006 biaya pajak reklame PT Mitra Wisata Permata sebesar Rp 1.644.600,- dan biaya pajak mobil sebesar Rp 3.091.000,- . Pajak reklame dan pajak mobil termasuk ke dalam pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangka kegiatan usaha. 55 25. Biaya atau pengeluaran yang lazim disebut biaya sehari –hari Biaya tersebut mempunyai kegiatan langsung dengan usaha dan merupakan biaya pengurang penghasilan bruto. Adapun total biaya sehari – hari PT Mitra Wisata Permata selama tahun 2006 sebesar Rp 372.529.099,9 terdiri dari : • Biaya laundry Rp 160.324.023,9 • Biaya perlengkapan hotel Rp 38.795.063,- • Biaya belanja restaurant Rp 125.223.151,6 • Biaya perlengkapan restaurant Rp 48.186.861,4 26. Biaya penyusutan dan amortisasi Besarnya nilai penyusutan dan amortisasi PT Mitra Wisata Permata adalah Rp 160.564.531,05 , terdiri dari biaya penyusutan sebesar Rp 160.188.185,25,- yang merupakan penyusutan atas biaya aktiva tetap perusahaan dan biaya amortisasi sebesar Rp 376.345,8. Nilai penyusutan dan amortisasi tersebut dicatat sebagai biaya oleh perusahaan yang mengurangi penghasilan bruto. Terdapat dua metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan menurut Undang – Undang Perpajakan, yakni metode garis lurus dan metode saldo menurun. Pemilihan metode penyusutan untuk satu perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya. Dalam menghitung penyusutan terhadap aktiva tetapnya PT Mitra Wisata Permata menggunakan saldo menurun. 56 Setelah dilakukannya evaluasi terhadap unsur-unsur biaya yang terdapat dalam laporan rugi laba perusahaan dan mengacu kepada ketentuan perpajakan yang berlaku mengenai biaya yang boleh dikurangkan dari jumlah penghasilan, maka dapat diketahui unsurunsur mana yang diakui oleh ketentuan perpajakan dan unsur-unsur mana yang tidak diakui menurut ketentuan perpajakan namun diperbolehkan menurut akuntansi komersial. Pada umumnya perbedaan tersebut merupakan penyesuaian atas beban yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak. Apabila ada unsur-unsur yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan akan dilakukan koreksi fiskal untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak PT Mitra Wisata Permata. Koreksi fiskal tersebut dapat menambah atau pun mengurangi jumlah penghasilan kena pajak perusahaan. Dalam SPT 1771 PT Mitra Wisata Permata tahun 2006 yang telah dilaporkan perusahaan tidak terdapat koreksi fiskal terhadap penghasilan maupun biaya. Tetapi jika dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan terhadap unsur –unsur dalam laporan rugi laba perusahaan seharusnya ada biaya-biaya perusahaan selama tahun 2006 yang harus dilakukan koreksi Koreksi fiskal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1). Koreksi Fiskal Positif Koreksi Fiskal Positif yaitu koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak bertambah sebagai akibat beban menurut akuntansi tidak diakui sebagai beban menurut pajak. Koreksi fiskal yang dilakukan PT Mitra Wisata Permata adalah sebagai berikut : 57 • Biaya sumbangan Biaya ini dilakukan koreksi positif sebesar Rp 8.500.000,- karena menurut Pasal 9 ayat (1) UU PPh, sumbangan bukan merupakan pengurang penghasilan. Sumbangan yang diberikan oleh PT Mitra Wisata Permata ialah untuk sumbangan uang keamanan dan sumbangan yayasan amal pendidikan. • Biaya administrasi bank dan pajak bunga Biaya ini dilakukan koreksi fiskal positif seluruhnya sebesar Rp 3.048.487,karena merupakan bukan merupakan penghasilan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengam pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan 2). Beda Tetap dan Waktu Koreksi yang terjadi pada pada Laporan Keuangan PT Mitra Wisata Permata dapat diklasifikasikan kedalam dua perbedaan yaitu : o Perbedaan Tetap Terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan menurut SAK. Perbedaan tetap negatif yang terdapat PT Mitra Wisata Permata adalah :\ Koreksi Biaya sumbangan sebesar Rp 8.500.000,Koreksi Biaya adm bank dan pajak bunga sebesar Rp 3.048.487,Perbedaan Tetap negatif disebabkan karena adanya pengeluaran pengeluaran yang dicatat di Laporan Keuangan Komersial sebagai beban laba akuntansi tetapi tidak diakui oleh Ketentuan Fiskal. 58 o Perbedaan Waktu Tidak terdapat perbedaan waktu negatif dalam pengakuan biaya penyusutan karena pengakuan beban menurut Ketentuan Perpajakan sama dengan pengakuan beban akuntansi komersial. Setelah dilakukan koreksi terdapat selisih perhitungan antara Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal. Dalam Laporan Keuangan Komersial mengakui penghasilan sebesar Rp 181.633.318,65 sedangkan menurut Laporan keuangan Fiskal penghasilan sebesar Rp 188.430.528,65 Besarnya Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan tarif umum : IV.4 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000,- 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000,- 30% x Rp 88.430.528,65 = Rp 26.529.158,6 Jumlah PPh yang terutang = Rp 39.029.158,6 Pembulatan = Rp Jumlah PPh yang terutang = Rp 39.029.159 0,4 Rekonsiliasi Fiskal Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersial berdasarkan laba pada konsep dasar akuntansi yaitu the proper matching cost againts revenue, sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya 59 adalah penerimaan negara. Dalam menyusun laporan keuangan fiskal Wajib Pajak harus mengacu kepada peraturan perpajakan, sehingga laporan keuangan komersial yang dibuat berdasarkan standar akuntansi keuangan harus disesuaikan/koreksi fiskal terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Deskripsi hubungan kausal antara laba fiskal dan laba pembukuan menghasilkan angka yang bersifat permanent atau sementara. Perbedaan permanent terjadi karena administrasi pajak menghitung laba fiskal berbeda dengan laba pembukuan (menurut standar akuntansi) tanpa koreksi dikemudian hari. Perbedaan permanen tidak memungkinkan adanya restorasi hubungan kausal antara laba fiskal dan laba pembukuan karena selama keberadaannya perusahaan kedua laba itu tidak akan terjadi kesamaan jumlah laba. Perbedaan waktu, yang bersifat sementara terjadi karena adanya ketidaksamaan saat pengakuan penghasilan dan beban oleh administrasi pajak dan masyarakat profesi akuntan. Perbedaan waktu menyebabkan penghitungan (pembebanan) pajak atas jumlah pajak yang berbeda dengan laba menurut pembukuan. Namun, perbedaan itu akan terkoreksi secara otomatis di kemudian hari. Dengan demikian, tidak ada perbedaan total laba fiskal dan pembukuan, yang terjadi adanya perbedaan alikasi beban dan penghasilan antar periode untuk tujuan fiskal dan akuntansi. Apabila administrasi pajak menghitung pajak atas jumlah laba yang lebih rendah dari laba menurut pembukuan akan terdapat utang pajak yang ditangguhkan. Penangguhan tersebut akan memunculkan jumlah laba fiskal yang lebih besar (dari laba pembukuan) dimasa kemudian. Hal tersebut sering disebut pembalikan perbedaan waktu positif. Keadaan sebaliknya akan terjadi pembalikan perbedaan 60 waktiu negatif apabila administrasi pajak menghitung jumlah laba yang lebih besar dari jumlah laba menurut pembukuan. Setelah dilakukan evaluasi terhadap penghasilan dan biaya, penulis akan menyajikan rekonsiliasi fiskal dari kedua hal tersebut. IV.5 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 25 Sesuai denga self assessment wajib pajak diminta untuk menghitung sendiri hutang pajak penghasilannya pada akhir tahun pajak. Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah pajak atas penghasilan dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap masa pajak yang besarnya ditentukan oleh jumlah pajak yang terutang pada tahun sebelumnya dikurangi dengan PPh pasal 22,23,24 dari tahun pajak yang bersangkutan dibagi dengan 12. Jika terdapat kekurangan maka harus disetor Wajib pajak sebelum tanggal 25 pada bulan akhir pemasukan SPT. PPh Pasal 25 : PPh terutang menurut SPT Tahun lalu – (PPh Pasal 22,23,24 Tahun lalu) 12 PPh Pasal 22 : PT Mitra Wisata Permata selama beroperasi tahun 2006, tidak melakukan import barang dan oleh sebab itu tidak dikenakan PPh Pasal 22. PPh Pasal 23 : Transaksi PT Mitra Wisata Permata yang berkaitan dengan PPh Pasal 23 adalah Pendapatan Jasa Giro Bank (Bersifat Final) Jasa Giro adalah imbalan yang diberikan oleh bank kepada giran atas dana yang disimpan di bank. Menurut Undang-Undang No.17 tahun 2000 pasal 4 ayat (2) 61 tentang pajak penghasilan diatur mengenai penghasilan yang dikenakan pajak dengan tarif khusus yaitu “Penghasilan yang berupa bunga deposito dan tabungantabungan lainnya pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah” Kemudian menurut Peraturan Pemerintah No.131 tahun 2000, penghasilan berupa bunga dengan nama dan dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia dipotong pajak penghasilan yang bersifat final. Yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan pada bank dengan nama apapun, termasuk giro. Berdasarkan ketentuan ini, penghasilan jasa giro dikenakan pajak final. Pendapatan yang telah dipotong pajak final tidak boleh ditambahkan dengan penghasilan lain untuk menentukan penghasilan kena pajak. Jasa giro PT Mitra Wisata Permata sebesar Rp 4.751.277,- merupakan penghasilan final yang tidak boleh ditambahkan sebagai penghasilan sehingga harus dilakukan koreksi negatif. PPh Pasal 24 : PT Mitra Wisata Permata tidak memiliki penghasilan yang berasal dari luar negeri, sehingga tidak dikenakan PPh Pasal 24 Dalam SPT tahunan Pajak penghasilan WP badan formulir 1771, PT Mitra Wisata Permata sebagai wajib pajak badan yang memiliki NPWP 01.622.747.2.035.000 menyajikan besarnya angsuran Pajak penghasilan pasal 25 adalah sebesar Rp Rp 3.082.500,- dengan perhitungan sebagai berikut : 1. Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan anggaran Rp 181.633.318,65 2. Kompensasi Kerugian Rp - 3. Penghasilan Kena Pajak Rp 181.633.318,65 4. PPh yang terutang PPh Pasal 29 yang terutang : 62 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000,- 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000,- 30% x Rp 81.633.318,65 = Rp 24.489.995,6 PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 36.989.995,6 Pembulatan = Rp 0,4 PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 36.989.996,5. Kredit Pajak tahun lalu atas penghasilan yang Termasuk dalam angka 1 Rp - 6. PPh yang harus dibayar sendiri (Rp 36.989.996 – Rp 0 ) Rp 36.989.996,- 7. PPh Pasal 25 (Rp 36.989.996/ 12) Rp 3.082.500,- Dan untuk perhitungan anggaran Pajak penghasilan Pasal 25 yang mengacu pada ketentuan pajak yang berlaku adalah : 1) Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan anggaran Rp 188.430.528,65 2) Kompensasi Kerugian Rp - 3) Penghasilan Kena Pajak Rp 188.430.528,65 4) PPh yang terutang : PPh Pasal 29 yang terutang : 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000,- 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000,- 30% x Rp 88.430.528,65 = Rp 26.529.158,6 PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 39.029.158,6 Pembulatan = Rp 0,4 63 PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 39.029.159,5). Kredit Pajak tahun lalu atas penghasilan yang Termasuk dalam angka 1 Rp - 6). PPh yang harus dibayar sendiri (Rp 39.029.159 – Rp 0 ) 7). PPh Pasal 25 (Rp 39.029.159/ 12) Rp 39.029.159,Rp 3.252.430,- Dalam perhitungan PPh Pasal 25 antara perusahaan dengan ketentuan perpajakan terdapat perbedaan perhitungan. Perusahaan membayar PPh yang terutang sebesar Rp 3.082.500,- sedangkan menurut ketentuan perpajakan sebesar Rp 3.252.430,-. Sehingga perusahaan mengalami kurang bayar tambahan Rp 169.930,-. Di samping itu, perusahaan juga diharuskan membayar denda administrasi sebesar 2% per bulan. 64 Tabel 4.2 PT Mitra Wisata Permata Rekonsiliasi Laporan Rugi Laba Komersial dan Fiskal Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006 Keterangan Komersial (Rp) Pendapatan Sewa Kamar Pendapatan Restaurant Total Pendapatan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Biaya PB 1 Koreksi Fiskal Beda Tetap Beda Waktu Fiskal (Rp) 2,170,005,000.00 2,170,005,000.00 331,070,620.00 331,070,620.00 2,501,075,620.00 2,501,075,620.00 (21,099,900.70) 2,479,975,719.30 (250,107,650.90) (21,099,900.70) 2,479,975,719.30 (250,107,650.90) 2,229,868,068.40 2,229,868,068.40 Biaya Sewa tanah 33,333,324.00 33,333,324.00 Biaya Tol-Parkir-Transport 10,595,200.00 10,595,200.00 Biaya Bahan Bakar 44,500,899.00 44,500,899.00 226,285,330.00 226,285,330.00 Biaya Telepon 12,966,149.00 12,966,149.00 Biaya Iuran 75,539,050.00 75,539,050.00 Biaya Operasional : Biaya Listrik 65 Biaya Astek 31,836,619.00 31,836,619.00 Biaya Repair 34,728,550.00 34,728,550.00 865,133,674.00 865,133,674.00 35,558,157.00 35,558,157.00 Biaya Administrasi Kantor 8,928,270.00 8,928,270.00 Biaya Percetakan/Iklan 7,483,570.00 7,483,570.00 Biaya Fasilitas Kamar 41,056,463.80 41,056,463.80 8,478,600.00 8,478,600.00 Biaya PBB 26,888,600.00 26,888,600.00 Biaya PAM 18,265,753.00 18,265,753.00 880,800.00 880,800.00 13,819,350.00 13,819,350.00 Biaya Gaji/THR Biaya Pemeliharaan Bangunan Biaya Berobat Biaya Penyemprotan Biaya Asuransi Biaya Sumbangan 8,500,000.00 8,500,000.00 - Bunga 3,048,487.00 3,048,487.00 - Biaya Seragam 5,940,000.00 5,940,000.00 Biaya Lampu 827,000.00 827,000.00 Biaya Lain-Lain 562,950.00 562,950.00 Biaya Pajak Reklame 1,644,600.00 1,644,600.00 Biaya Pajak Mobil 3,091,000.00 3,091,000.00 1,519,892,395.80 1,508,343,908.80 160,324,023.90 160,324,023.90 Biaya Adm Bank & Pajak Total I Biaya Laundry 66 Biaya Perlengkapan Hotel 38,795,063.00 38,795,063.00 Biaya Belanja Restaurant 125,223,151.60 125,223,151.60 48,186,861.40 48,186,861.40 Total II 372,529,099.90 372,529,099.90 Biaya Penyusutan 160,188,185.25 160,188,185.25 Biaya Amortisasi 376,345.80 376,345.80 160,564,531.05 160,564,531.05 Biaya Perlengkapan Restaurant Total Penyusutan & Amortisasi Pendapatan Lain-lain : Jasa Giro Bank 4,751,277.00 4,751,277.00 - Laba Sebelum Pajak 181,633,318.65 188.430.528,65 Pajak Penghasilan (36,989,995.60) (39.029.159) Laba Sesudah Pajak 144,643,323.05 149,401,369.65 67