F50 Gangguan Makan (Eating Disorders) Gangguan makan adalah penyakit di mana korban menderita gangguan parah pada perilaku makan mereka yang berkaitan dengan pikiran dan emosi. Mereka yang menderita gangguan makan biasanya terobsesi dengan makanan dan juga berat badan mereka. Gangguan makan mempengaruhi beberapa juta orang pada waktu tertentu, paling sering mempengaruhi perempuan diantara usia 12 sampai 35. Orang dengan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa cenderung perfeksionis yang merasa rendah diri dan sangat kritis terhadap diri mereka sendiri dan tubuh mereka. Mereka biasanya "merasa gemuk" dan melihat diri mereka sebagai orang yang memiliki kelebihan berat badan, bahkan meskipun terkadang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh semikelaparan (atau malnutrisi). Rasa takut yang kuat pada bertambahnya berat badan dan menjadi gemuk ini dapat menjalar. Pada tahap awal gangguan ini, pasien sering menyangkal bahwa mereka memiliki masalah. Dalam banyak kasus, gangguan makan terjadi bersamaan dengan gangguan kejiwaan lain seperti kecemasan, panik, gangguan obsesif kompulsif, alkohol dan masalah penyalahgunaan narkoba. Bukti baru menunjukkan bahwa faktor keturunan mungkin berperan dalam mengapa orang-orang tertentu mengembangkan gangguan makan, tetapi gangguan ini juga menimpa banyak orang yang tidak memiliki riwayat keluarga sebelumnya. Tanpa pengobatan baik gejala emosional dan fisik dari gangguan ini, kekurangan gizi, masalah jantung, dan kondisi yang berpotensi fatal lainnya dapat muncul. Namun, dengan perawatan medis yang tepat, mereka yang menderita gangguan makan dapat kembali melanjutkan kebiasaan makan yang baik, dan kembali ke kesehatan emosional dan psikologis yang lebih baik. Menurut American Psychiatric Association (APA), ada tiga jenis utama dari gangguan makan, yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan pesta makan (binge eating disorders). Berat Ideal versi Rumus BMI (Body Mass Index) BMI adalah suatu rumus kesehatan, di mana berat badan (BB) seseorang (kg) dibagi dengan tinggi badan (TB) pangkat dua (m2). BMI = (BB) / [(TB) * (TB)] Kategori berat badan menurut BMI, yaitu: BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight) BMI 18.5 - 24 = normal BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight) BMI >30 = obesitas Anorexia Nervosa Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan mempertahankan berat badan tubuh dalam batas-batas yang normal. Individu yang mengalami gangguan ini memiliki citra tubuh yang menyimpang, menganggap dirinya mengalami obesitas. Gangguan didiagnosis ketika pasien memiliki berat badan setidaknya kurang dari 15 persen dibandingkan berat badan sehat yang dianggap normal dan sesuai dengan tinggi badan mereka. Orang dengan anoreksia nervosa tidak menjaga berat badan normal karena mereka menolak untuk makan dengan cukup, sering berolahraga secara obsesif, dan kadang-kadang memaksa diri untuk memuntahkan atau menggunakan obat pencahar untuk menurunkan berat badan. Penyakit ini disebabkan oleh suatu kecemasan tentang bentuk tubuh dan berat yang berasal dari rasa takut akan gemuk atau keinginan menjadi kurus. Bagaimana orang-orang dengan anoreksia nervosa melihat diri mereka sering bertentangan dengan bagaimana mereka terlihat oleh orang lain. Orang dengan anoreksia nervosa dapat melihat penurunan berat badan mereka sebagai prestasi positif yang dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan self-esteem mereka. Anoreksia nervosa lebih sering muncul pada wanita dan dari kalangan sosial ekonomi menengah ke atas. Seiring waktu, gejala tersebut dapat berkembang pada tubuh yang kelaparan. Akibat dari anoreksia nervosa, yaitu: Menstruasi berhenti Osteopenia atau osteoporosis (penipisan tulang) melalui hilangnya kalsium Rambut / kuku menjadi rapuh Mengeringnya kulit dan kulit dapat berubah menjadi kuning Anemia ringan dan otot, termasuk otot jantung Sembelit parah Turunnya tekanan darah, melambatnya pernapasan dan denyut nadi suhu tubuh internal jatuh, menyebabkan orang merasa dingin sepanjang waktu Depresi, dan kelesuan Pada pria dapat menderita kurangnya minat pada seks atau impotensi . Insiden 1. 2. 3. 4. komplikasi jantung terjadi pada 87% remaja penderita anoreksia nervosa kira-kira 5% penderita anoreksia nervosa adalah laki-laki komplikasi ginjal terjadi pada kurang lebih 70% remaja penderita anoreksia nervosa anoreksia nervosa diderita oleh 1% perempuan kulit putih antara umur 16 dan 24 tahun 5. puncak gangguan adalah antara umur 14 dan 18 tahun 6. angka mortalitas berkisar antara 2% dan 8% 7. angka insiden meningkat pada kelompok sosial yang lebih tinggi 8. 5% anak-anak yang terkena berumur kurang dari 12 tahun Komplikasi 1. jantung a. b. c. d. e. bradikardia takikardia aritmia hipotensi gagal jantung 2. gastrointestinal a. esofhagus b. ulkus peptikum c. hepatomegami 3. ginjal a. abnormalitas urea serum dan elektrolit (hipokalemia, hiponatremia, hipokloremia, alkalosis metabolic hipokloremik) b. pitting edema 4. hematologik a. anemia dan leucopenia ringan (umum) b. trombositopenia (jarang terjadi) 5. skelet a. osteoporosis b. fraktur patologik 6. endokrin a. penurunan fertilitas b. peningkatan kadar kartisol dan hormone pertumbuhan c. peningkatan glukoneogenesis 7. metabolik 1. penurunan metabolisme basal 2. gangguan pengaturan suhu badan 3. gangguan tidur Bulimia Nervosa Bulimia nervosa adalah penyakit di mana orang merasa bahwa mereka telah kehilangan kontrol atas makan mereka. Seperti di anoreksia nervosa, mereka mengevaluasi sendiri sesuai dengan bentuk tubuh dan berat badan mereka. Memang dalam beberapa kasus (meskipun tidak semua), bulimia nervosa berkembang dari anoreksia nervosa. Orang dengan bulimia nervosa tertangkap dalam siklus makan makanan dalam jumlah besar ('pesta makan'), dan kemudian memuntahkan, menggunakan obat pencahar dan diuretik (disebut 'membersihkan'), atau berlebihan berolahraga dan berpuasa, untuk mencegah kenaikan berat badan. Perilaku ini dapat mendominasi kehidupan sehari-hari , dan menyebabkan kesulitan dalam hubungan dan situasi sosial. Biasanya orang menyembunyikan perilaku ini dari orang lain, dan berat badan mereka seringkali normal . Orang dengan bulimia nervosa cenderung tidak mencari bantuan atau dukungan. Penderita juga mengalami perubahan dalam suasana hati mereka, seperti merasa cemas dan tegang. Mereka juga mungkin memiliki perasaan rendah diri , dan mungkin mencoba untuk melukai diri sendiri dengan menggaruk atau melakukan pemotongan. Meskipun mereka mungkin sering melakukan diet dan olahraga dengan penuh semangat, individu dengan bulimia nervosa dapat terlihat sedikit kurus, berat badan normal, kelebihan berat badan atau bahkan obesitas. Tapi, mereka tidak pernah terlihat kurus seperti penderita anoreksia nervosa. Pasien dengan bulimia nervosa sering melakukan pesta makan, dan selama ini penderita dapat makan dalam jumlah yang besar dalam waktu singkat, sering mengkonsumsi ribuan kalori yang tinggi akan gula, karbohidrat, dan lemak. Mereka bisa makan sangat cepat, kadang-kadang menelan makanan tanpa mencicipinya. Pesta makan mereka sering berakhir hanya ketika mereka terganggu oleh orang lain, atau mereka tertidur, atau perut mereka sakit dari yang terentang melampaui kapasitas normal. Selama pesta makan penderita merasa lepas kendali. Setelah pesta makan, sakit perut dan rasa takut akan berat badan adalah alasan umum yang mengakibatkan penderita bulimia nervosa melakukan pembersihan dengan cara memuntahkan atau menggunakan pencahar. Siklus ini biasanya diulang setidaknya beberapa kali seminggu atau, dalam kasus-kasus yang serius, beberapa kali sehari. Banyak orang tidak tahu jika ada anggota keluarga atau teman memiliki bulimia nervosa karena penderita hampir selalu menyembunyikan perilaku pesta makan mereka. Karena tubuh mereka tidak menjadi kurus secara drastis, sehingga perilaku mereka mungkin tidak diketahui oleh orang-orang terdekat mereka. Bulimia nervosa memiliki gejala yaitu : Tenggorokan kronis meradang dan sakit kelenjar saliva di leher dan di bawah rahang menjadi bengkak. Enamel gigi habis , gigi mulai membusuk dari paparan asam lambung muntah secara rutin yang menyebabkan gangguan gastroesophageal reflux penyalahgunaan Laksatif menyebabkan iritasi pada usus Diuretik ( pil air) menyebabkan masalah ginjal Dehidrasi berat dari membersihkan cairan Binge Eating Disorders Saat ini, kriteria untuk gangguan pesta makan berada di bawah penyelidikan atau masih sedang didefinisikan. Dalam DSM - 5 , gangguan tersebut didefinisikan sebagai suatu kondisi kejiwaan yang unik dengan kriteria yang lebih spesifik. Namun, orang dengan gangguan makan binge memiliki waktu pesta makan di mana mereka mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang sangat besar secara singkat dan merasa lepas kendali saat pesta tersebut. Tidak seperti penderita bulimia nervosa, mereka tidak mencoba untuk menyingkirkan makanan dengan memuntahkan atau dengan menggunakan praktik yang tidak aman lainnya seperti puasa atau penyalahgunaan pencahar. Pesta makan adalah gangguan kronis dan dapat menyebabkan komplikasi serius kesehatan, terutama obesitas, diabetes, hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Kriteria penderita Binge Eating Disorders: Makan lebih cepat dari biasanya Makan sampai merasa perutnya penuh Makan makanan dalam jumlah besar meski tidak merasa lapar secara fisik Makan sendirian karena merasa malu Merasa jijik dengan diri sendiri, depresi , atau sangat bersalah sesudahnya Treatment Gangguan makan jelas menggambarkan hubungan yang erat antara kesehatan emosional dan fisik. Langkah pertama dalam mengobati anoreksia nervosa adalah dengan membantu pasien mendapatkan kembali berat badan ke tingkat yang sehat dan dianggap normal. Untuk pasien dengan gangguan pesta makan adalah penting untuk membantu mereka menghentikan perilaku binges. Namun, mengembalikan seseorang untuk berat badan normal atau sementara mengakhiri siklus pesta ‘pembersihan’ tidak mengatasi masalah emosional yang mendasari yang menyebabkan atau diperparah oleh perilaku makan abnormal. Psikoterapi membantu individu dengan gangguan makan untuk memahami pikiran, emosi dan perilaku yang memicu gangguan ini . Selain itu, beberapa obat juga terbukti efektif dalam proses pengobatan . Karena masalah fisik yang serius yang disebabkan oleh penyakit ini , adalah penting bahwa setiap rencana pengobatan untuk orang dengan anoreksia nervosa , bulimia nervosa , atau gangguan pesta makan termasuk perawatan medis umum , manajemen gizi dan konseling gizi . Langkah-langkah ini dilakukan untuk membangun kembali kesejahteraan dan praktek makan sehat. F51. Gangguan tidur non organik Gangguan tidur adalah gangguan utama dari pola tidur normal yang mengakibatkan tekanan dan menggangu fungsi di siang hari. Tidak hanya gangguan tidur sangat umum terjadi dan dapat mempengaruhi hampir semua orang di beberapa titik dalam kehidupan mereka, tetapi juga dapat menyebabkan stres serius dan konsekuensi kesehatan lainnya. Gangguan tidur adalah sebuah gangguan yang terus menerus dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur. Karena tidur mengembalikan stamina tubuh, meningkatkan konsentrasi dan suasana hati, sulit tidur berkepanjangan memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup dan kemampuan fungsional. Gangguan tidur non organik mencakup : a. Disomnia : kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan pada jumlah, kualitas atau waktu tidur -> insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur b. Parasomnia : peristiwa episodik abnormal selama tidur. Pada masa kanak ada hubungan dengan perkembagan anak, pada orang dewasa berupa -> somnabulisme, night terror, nightmare Gangguan tidur non-organik terdiri dari : F51.0 Insomnia non organik Menurut DSM-IV, insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. The International Classification of Diseases mendefinisikan insomnia sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan. Menurut The International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur tersebut. Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi dan suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup. Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem diagnostik yaitu International code of diagnosis (ICD) 10, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV dan International Classification of Sleep Disorders (ISD). Etiologi Insomnia Stres. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau penyakit dari orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan insomnia. Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi. Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid. Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur,tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah malam. Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal refluxdisease (GERD), stroke, penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer. Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh. 'Belajar' insomnia. Hal ini dapat terjadi ketika individu khawatir berlebihan tentang tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau membaca. Faktor Resiko Insomnia Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi resiko insomnia meningkat jika terjadi pada : 1. Wanita. Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan hormon selama siklus menstruasi dan menopause mungkin memainkan peran. Selama menopause, sering berkeringat pada malam hari dan hot flashes sering mengganggu tidur. 2. Usia yang lebih tua. Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia meningkat sejalan dengan usia. 3. Memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak gangguan, termasuk depresi, kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu tidur. 4. Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan insomnia kronis. Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia. 5. Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja. Bekerja di malam hari sering meningkatkan resiko insomnia. Tanda dan Gejala Insomnia 1. Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari 2. Sering terbangun pada malam hari 3. Bangun tidur terlalu awal 4. Kelelahan atau mengantuk pada siang hari 5. Iritabilitas, depresi atau kecemasan 6. Konsentrasi dan perhatian berkurang 7. Peningkatan kesalahan dan kecelakaan 8. Ketegangandan sakit kepala 9. Gejala gastrointestinal Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ • Hal ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti : a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan. c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan • Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. • Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”) tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2) Pengobatan 1. Non Farmakoterapi a. Terapi Tingkah Laku Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku iniumumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita insomnia. Terapi tingkah laku meliputi : - Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik. - Teknik Relaksasi : Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot,dan mood. - Terapi kognitif : Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau dalam grup. - Restriksi Tidur : Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di tempattidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya. - Kontrol stimulus : Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas. Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol : 1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk membaca, menonton televisi, makan atau bekerja. 2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila dalam waktu 20 menit di tempat tidur seseorang tidak juga bisa tidur, tinggalkan tempat tidur dan pergi ke ruangan lain dan melakukan hal- hal yang membuat santai. Hindari menonton televisi. Bila sudah merasa mengantuk kembali ke tempat tidur,namun bila dalam 20 menit di tempat tidur tidak juga dapat tidur, kembali lakukan hal yang membuat santai, dapat berulang dilakukan sampat seseorang dapat tidur. 3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa mengindahkan berapa lama tidur pada malam sebelumnya. Hal ini dapat memperbaiki jadwal tidur-bangun (kontrol waktu). 4. Tidur siang harus dihindari. b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia : - Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur. Tidak berada ditempat tidur ketika tidak tidur. - Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa. Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur. - Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan pernapasan atau beribadah. - Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur pada malam hari. - Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari kebisingan - Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur. - Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin. Menghindari makan besar sebelum tidur. Cek kesehatan secara rutin. - Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik 2. Medikamentosa Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine. a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam) b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital) Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur : - Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur) Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep inducing anti-insomnia” yaitu golongan benzodiazepine (Short Acting) Misalnya pada gangguan anxietas - Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk kembali ke proses tidur selanjutnya) Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Prolong latent phase Anti-Insomnia”, yaitu golongan heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik), Misalnya pada gangguan depresi - Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan terpecahpecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening). Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep Maintining Anti-Insomnia”, yaitu golongan phenobarbital atau golongan benzodiazepine (Long acting). Misalnya pada gangguan stres psikososial. Komplikasi Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur. Insomnia dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik. Komplikasi insomnia meliputi : a. Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah. b. Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan reaksi kecelakaan. c. Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi. d. Kelebihan berat badan atau kegemukan. e. Daya tahan tubuh yang rendah f. Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes F51.1 Hipersomnia non organik Hipersomnia adalah bertambahnya waktu tidur sampai 25% dari pola tidur yang biasa. Hipersomnia merupakan gejala yang seringkali menunjukkan kemungkinan adanya penyakit yang serius. Hipersomnia temporer (sementara) bisa terjadi pada seseorang yang sehat, selama beberapa malam atau hari setelah mengalami kurang tidur atau kelelahan fisik yang luar biasa. Hipersomnia yang berlangsung lebih dari beberapa hari bisa merupakan gejala dari : a. Kelainan psikis (misalnya kecemasan atau depresi yang berat) b. Pemakaian obat tidur yang berlebihan c. Kekurangan oksigen dan penimbunan karbondioksida di dalam tubuh sebagai akibat dari tidur apneu d. Kelainan otak. Hipersomnia menahun yang mulai timbul pada usia dini bisa merupakan gejala dari narkolepsi. Gejala a. Rasa ngantuk siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur dan atau transisi yang memanjak dari saat mulai bangun hingga sadar penuh. b. Terjadi setiap hari, lebih dari 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu lebih pendek. c. Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukan gejala rasa kantuk pada siang hari. Penderita merasa sangat mengantuk dan sering ingin tidur atau bahkan tertidur bukan pada tempatnya dan bukan pada waktunya tidur. Diagnosa Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan laboratorium, karena hipersomnia bisa disebabkan oleh penyakit tertentu. Hipersomnia yang baru saja timbul dan penyebabnya sulit dijelaskan, mungkin merupakan akibat dari kelainan psikis (misalnya depresi) atau kelainan neurologis (misalnya ensefalitis, meningitis atau tumor di dalam tengkorak). Pemeriksaan psikis ditujukan untuk depresi, gangguan ingatan atau tanda-tanda kelainan neurologis. Pemeriksaan CT scan atau MRI dilakukan pada penderita dengan tanda-tanda kelainan neurologis. Pengobatan Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. F51.2 Gangguan jadwal tidur non organik Gangguan ini timbul akibat ketidakcocokan antara ritme sirkadian normal dan siklus tidurterjaga normal yang dituntut oleh lingkungan. Keadaan ini terjadi untuk sementara ketika seseorang mengalami perubahan zona waktu dengan cepat (jet lag) atau perubahan jadwal kerja, seperti pada ketika suatu periode kerja dijadwalkan selama periode tidur kebiasaan seseorang. Terdapat tiga tipe gangguan jadwal tidur-jaga : (1) tipe lanjut atau tertunda : tipe tertunda lebih sering diamati pada orang yang sebelumnya mempunyai jadwal kerja atau komitmen sosial yang sedikit. Keadaan ini seringkali diobati terlalu agresif dengan medikasi. Tipe lanjut lebih sering diamati pada manula. Keadaan ini dapat menimbulkan keadaan terjaga di pagi hari dan mungkin sukar dibedakan dari depresi. (2) tipe disorganisasi : memperlihatkan pola waktu tidur dan terjaga acak dan tak dapat diramalkan. Keadaan ini dapat terjadi pada orang yang tidur secara sembarang atau seringkali tidur siang sebentar, khususnya manula atauorang yang lama terbaring di tempat tidur. (3) tipe sering berubah. Satu-satunya pendekatan pengobatan yang paling efektif adalah kronoterapi yang melibatkan perubahan harian sistematik dari rangsangan lingkungan hingga siklus tidur-terjaga disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan lingkungan. Sedatif-hipnotik seringkali diresepkan pada gangguan ini tetapi membantu sedikit saja. Ditandai dengan : a. Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama dengan pola tidur-jaga yang normal bagi masyarakat setempat. b. Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan orang jaga, yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek. c. Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti cemas, depresi. (Muslim, 2002; Joeana dan Musadik, 1988) F51.3 Somnambulisme (Sleepwalking) Somnambulisme adalah gangguan tidur sambil berjalan, yang merupakan gangguan perilaku yang terjadi dalam tahap mimpi dari tidur. Selama fase ini, tubuh melepaskan zat kimia yang melumpuhkan tubuh. Namun, mereka yang berjalan sambil tidur tidak memiliki pemicu kimia tersebut, sehingga dapat berjalan-jalan. Kebanyakan somnambulisme terjadi pada anak-anak karena sistem saraf mereka belum sepenuhnya bekembang. Bila terjadi pada orang dewasa, mungkin penyebabnya adalah psikologis, seperti stres berat atau penyebab medis seperti epilepsi. Penderita somnambulisme disebut sleepwalker. Walaupun tidur berjalan ini dapat terjadi pada semua tingkatan usia, tetapi mayoritas terjadi pada anak berusia 8 sampai 12 tahun. Berdasarkan studi epidemiologi, somnambulisme terutama terjadi di usia 4 – 8 tahun, dengan prevalensi 15-30%. Di usia dewasa, prevalensinya 1-4 %. Di Swedia, angka prevalensi setahun 6-17% dan angka insiden 40%. Angka rasio pria : wanita sebesar 1:1, menunjukkan bahwa somnambulisme tidak memandang jenis kelamin. "Tidur sambil berjalan, cenderung terjadi pada paruh pertama periode tidur. Orang dewasa yang berjalan sambil tidur biasanya memiliki ekspresi kosong dengan mata terbuka," Tidur berjalan ini biasanya terjadi selama tidur dalam/tidur nyenyak pada awal tidur sekitar satu sampai dua jam awal tidur. Beberapa kasus tidur berjalan ini hanya berlangsung selama beberapa menit saja, tetapi beberapa kasus dapat terjadi sampai 30 menit. Pelaku tidur berjalan sendiri tidak akan sadar apayang dilakukannya saat bangun pagi. Penyebab Beberapa kondisi yang merupakan penyebab somnambulisme antara lain (Faktor Lingkungan) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kurang tidur (sleep deprivation) Jadwal tidur yang tidak teratur/kacau (chaotic sleep schedules) Demam (fever) Stres atau tekanan (stress) Kekurangan (deficiency) magnesium Intoksikasi obat atau zat kimia, misalnya : a. alkohol, b. hipnotik/sedative (misal: Zolpidem), c. antidepresan (misal: bupropion, paroxetine, amitriptyline), d. neuroleptik (misal: lithium, reboxetine), e. minor tranquilizers, f. stimulan, g. antibiotik (misal: fluoroquinolone), h. medikasi anti-Parkinson (misal: levodopa), i. antikonvulsan (misal: topiramate), j. antihistamin. Kasus tidur berjalan terkadang berhubungan dengan pengobatan atau kondisi kesehatan mental seperti : 1. Detak jantung tidak normal (arrhythmias) 2. Aliran balik asam lambung ke dalam esophagus atau saluran yang menghubungkan tenggorokan dengan perut. 3. Berhentinya napas saat tidur (obstructive sleep apnea) 4. Kelainan akibat trauma 5. Kepanikan Pencegahan dan pengobatan Tidak ada pengobatan dan cara pencegahan yang pasti. Jika memergoki seseorang tidur berjalan maka hal pertama yang sebaiknya dilakukan adalah dengan menuntunnya kembali ke tempat tidur. Sebaiknya tidak membangunkan, karena hal ini akan menggangu proses tidurnya, walalupun dengan membangunkannya tidak menimbulkan bahaya apapun. Hanya saja jika dibangunkan saat tidur berjalan, maka orang tersebut akan merasa kebingungan. F51.4 Teror tidur (night terrors) Night terror adalah suatu kondisi terbangun dari sepertiga awal tidur malam dimana tidur dalam keadaan non REM ( Rapid Eye Movement) (stage 3 dan 4 fase tidur). Biasanya night terror ini diikuti dengan teriakan dan tampakan gejala cemas yang berlebihan. Berlangsung selama 1 – 10 menit. Kondisi ini juga disebut Pavor Nocturnus, dan sleep terror. Teror tidur adalah masalah tidur yang umum terjadi pada anak-anak. Diperkirakan sekitar 15% dari anak-anak memiliki pengalaman teror malam sesekali. Meskipun paling umum terjadi pada anak-anak antara usia 2 dan 6 tahun, teror tidur dapat terjadi pada hampir semua usia. Teror tidur biasanya dianggap normal atau tidak berbahaya, tetapi hal ini sering membuat para orang tua sangat ketakutan dan kesulitan, terutama pada teror malam pertama kali pada anak. Ketika episode ini muncul pada orang dewasa biasanya dimulai pada umur 20 dan 30an tahun. Episode setelah umur 40 tahun jarang terjadi. Pada anak-anak episode ini lebih sering muncul pada laki-laki daripada perempuan. Dan night terror lebih sering muncul dalam lingkungan keluarga daripada dalam lingkungan masyarakat umum. Gejala Dalam episode yang khas, penderita akan terduduk di tempat tidur dengan kecemasan yang sangat dan tampakan agitasi serta gerakan motorik perseverativ (seperti menarik selimut), ekspresi ketakutan, pupil dilatasi, keringat yang berlebihan, merinding, nafas dan detak jantung yang cepat. Penderita dalam keadaan ini sifatnya tidak responsive terhadap dukungan dari orang lain untuk menenangkannya sampai agitasi dan kecemasannya berkurang. Penderita biasanya akan menceritakan memiliki perasaan terror dan mimpi yang terputus sebelum terbangun. Suatu episode night terror, setelah timbulnya teriakan panik biasanya akan berkembang menjadi episode sleepwalking. Rekaman poligrafik dari night terror adalah mirip dengan yang didapati pada episode sleepwalking. Dan seperti episode sleepwalking, penderita lupa akan night terror yang sudah dialaminya. Hal ini dinamakan Morning Amnesia. Kebanyakan night terrors berlangsung selama 5 sampai 30 menit, dan setelah itu anak akan kembali tidur. Diagnosis Kriteria DSM-IV untuk Night Terror : a. Episode berulang dari bangun secara tiba-tiba dari tidur, biasanya berlangsung pada sepertiga awal tidur dan dimulai dengan teriakan yang panik. b. Ketakutan yang sangat dan tanda-tanda sistem autonomik yang meningkat seperti takikardi, bernafas dengan cepat, dan keringat dalam setiap episode. c. Tidak responsif secara relatif terhadap dukungan orang sekitar untuk menenangkan disaat episode. d. Tidak dijumpainya mimpi yang dapat diingat dan timbulnya amnesia terhadap episode. e. Episode-episode serangan dapat menyebabkan distress tang tampak secara klinis dan ketidak seimbangan dalam lingkungan, pekerjaan dan dalam aspek lain. f. Gangguan tidak disebabkan oleh efek psikologis suatu zat secara langsung (seperti penyalahgunaan zat atau untuk medikasi) ataupun dalam suatu kondisi medis umum. Pengobatan Tidak ada pengobatan khusus yang diperlukan untuk night terror. Pada dasarnya night terror dipicu oleh kondisi anak-anak yang kelelahan, sehingga membiasakan rutinitas tidur yang baik dan memastikan anak mendapatkan istirahat yang cukup dapat membantu untuk mencegah terjadinya night terror. Untuk anak-anak yang sering mendapatkan night terror, mungkin akan membantu untuk membangunkan anak sebelum waktu yang ia biasanya memiliki night terror. Hal ini dilakukan untuk mengganggu atau mengubah siklus tidur dan mencegah night terror terjadi (itu juga bekerja untuk sleepwalking). Selain itu, obat tidur juga dapat digunakan untuk waktu yang singkat jika anak mendapat night terror yang sangat sering. Pengobatan night terror ini dimulai dengan rekomendasi untuk menunggu gangguan ini apakah akan hilang sendiri. Karena night terror memiliki kecenderungan untuk berkurang semakin lama dan akan hilang sendiri. Saat seorang anak mulai remaja Night terror juga biasanya akan hilang. Dan ketika night terror tidak menghilang, dibutuhkan medikasi pemberian antidepressan (imipramine) atau benzodiazepine yang walaupun efektifitasnya tidak begitu terbukti. Sekarang ini, tidak didapati bukti-bukti yang cukup dalam menterapi night terror secara baik dan menuntaskan. Komplikasi dan Prognosis Komplikasi dari gangguan ini tidak didapati akan tetapi dapat dijumpai ketidakseimbangan hubungan penderita dalam lingkungan sosial. Prognosis dari pasien dengan night terror adalah baik, karena gangguan ini memiliki kecenderungan untuk hilang sendiri. F51.5 Mimpi buruk (nightmare) Gangguan ini terdiri dari terjaga dari tidur yang berulang dengan ingatan terperinci yang hidup akan mimpi menakutkan. Keadaan ini dapat meningkat selama periode stres mental dan berkurang karena kelelahan. Keadaan ini terjadi selama periode tidur REM, seringkali pada akhir malam ketika tidur REM lebih banyak. Peningkatan frekuensi mimpi buruk dapat berkaitan dengan depresi dan ansietas, serta dengan penarikan diri dari obat-obatan, seperti reserpin, penyekat beta, alkohol, dan tiotiksen. Namun, jika obat-obatan atau alkohol jelas merupakan faktor pencetus, maka gangguan ini diklasifikasikan sebagai NOS (DSM III-R 307.40). Gambaran klinis berikut adalah esensial untuk diagnosis secara pasti terhadap mimpi buruk, yaitu: 1. Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang menakutkan yang dapat diingat kembali secara terperinci dan jelas (vivid), biasanya perihal ancaman kelangsungan hidup, keamanan atau harga diri; terbangunnya dapat terjadi kapan saja selama periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paro kedua masa tidur. Pada anak, setelah mimpi buruk setelah menceritakan mimpinya biasanya tidur kembali setelah ditenangkan oleh orang tuanya. 2. Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar dan mampu mengenali lingkungannya. 3. Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu, menyebabkan penderitaan yang cukup berat bagi individu. Psikoterapi dan pengobatan perilaku merupakan metode pengobatan paling efektif. F52. Disfungsi Seksual Gangguan disfungsi seksual adalah masalah yang mengganggu inisiasi, penyempurnaan, atau kepuasan seksual. Ada empat fase aktivitas seksual yang diakui secara umum, yang melibatkan respon mental dan fisik dan berlaku untuk pria dan wanita. Fase-fase tersebut secara berurutan adalah: • Hasrat: nafsu atau fantasi tentang seks. • Keterangsangan: perubahan fisik untuk mempersiapkan tubuh untuk melakukan hubungan dan kenikmatan seksual yang menyertainya • Orgasme: respon fisik yang mengarah pada puncak kenikmatan dan pelepasan ketegangan seksual • Resolusi: relaksasi fisik disertai dengan perasaan sejahtera dan kepuasan Gangguan disfungsi seksual dapat terjadi pada masing-masing dari keempat fase. Lebih dari satu gangguan disfungsi seksual dapat muncul secara bersamaan. Ada sembilan disfungsi seksual yang saat ini teridentifikasi: F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks .10 Tidak menyukai seks .11 Tidak menikmati seks F52.2 Kegagalan dari respons genital F52.3 Disfungsi Orgasme F52.4 Ejakulasi dini F52.5 Vaginismus Nonorganik F52.6 Dispareunia Nonorganik F52.7 Dorongan seksual yang berlebihan F52.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik • • • F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual Gangguan Hasrat Seksual Hipoaktif Gangguan hasrat seksual hipoaktif (hypoactive sexual desire disorder/ HSDD) didefinisikan sebagai keengganan ekstrim atau ketiadaan hasrat yang persisten atau berulang untuk menghindari semua, atau hampir semua, kontak seksual genital dengan pasangan seksual. Sinonim untuk HSDD adalah keengganan seksual, hambatan gairah seksual, apatisme seksual, frigiditas dan anoreksia seksual. Ini adalah salah satu gangguan seksual yang paling umum dan lebih sering pada wanita. HSDD dicirikan oleh kegagalan untuk memulai atau merespon inisiasi pasangan untuk aktivitas seksual. HSDD menjadi gangguan. HSDD dapat situasional (sematamata terhadap satu pasangan), atau umum, yaitu pada siapa pun. Pada bentuk ekstrim HSDD, pasien tidak hanya tidak memiliki hasrat seksual, tetapi juga menganggap seks menjijikkan, memuakkan, dan jorok. Tanggapan fobia atau panik mungkin terjadi pada kasus HSDD ekstrim. HSDD mungkin disebabkan faktor baik fisik maupun emosional. F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks .10 Tidak menyukai seks .11 Tidak menikmati seks Gangguan Keengganan Seksual Gangguan keengganan seksual (sexual aversion disorder) adalah gangguan yang ditandai dengan rasa jijik, takut, muak, atau kurangnya keinginan dalam hubungan yang melibatkan kontak kelamin. Adalah normal bagi setiap orang untuk kehilangan minat aktivitas seksual sesekali, misalnya selama menopause, setelah kelahiran anak, sebelum atau selama menstruasi, selama pemulihan dari sakit atau operasi, dan selama seperti perubahan besar dalam hidup atau stres akibat kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, pensiun, atau perceraian. Gangguan keengganan seksual merupakan ketidaksukaan yang lebih kuat dari itu, ditandai tidak hanya oleh kurangnya keinginan, tetapi juga oleh rasa takut, jijik, muak, atau emosi yang sama ketika penderita gangguan tersebut terlibat dalam kontak kelamin dengan pasangan. Keengganan mengambil bentuk yang berbeda-beda, tetapi mungkin terkait dengan aspek-aspek tertentu dari hubungan seksual, seperti melihat alat kelamin, mencium bau badan atau bau sekresi tubuh pasangannya, dll. Dalam beberapa kasus penderita gangguan keengganan seksual menghindari segala bentuk kontak seksual, yang lainnya mau mencium dan membelai dengan normal sampai terjadi kontak kelamin. Keengganan seksual dapat seumur hidup (selalu hadir) atau diperoleh setelah pengalaman traumatik situasional (dengan mitra tertentu atau dalam keadaan tertentu) atau umum (terjadi dengan pasangan manapun dan dalam segala situasi). Keengganan seksual dapat disebabkan oleh faktor psikologis atau kombinasi faktor fisik dan psikologis. Gangguan Keterangsangan Seksual Wanita Gangguan keterangsangan seksual wanita (female sexual arousal disorder/ FSAD) adalah ketidakmampuan berulang wanita untuk mencapai atau mempertahankan respon lubrikasi dan pembesaran yang cukup selama aktivitas seksual. Kurangnya pelumasan adalah masalah fisik yang mungkin memiliki penyebab fisik maupun psikologis. Wanita penderita FSAD merasakan hubungan tidak nyaman atau bahkan menyakitkan. Sebagai hasilnya, wanita tersebut akan sering menghindari hubungan seksual dan aktivitas seksual yang dapat membawa ke hubungan seksual. F52.2 Kegagalan dari respons genital Disfungsi Ereksi Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan yang konsisten untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk memungkinkan hubungan seksual yang memuaskan. Kata “konsisten” termasuk dalam definisi tersebut karena kebanyakan pria mengalami episode DE yang bersifat sementara dan biasanya berhubungan dengan kelelahan, depresi, kemarahan, stres atau emosi lainnya. Istilah impotensi yang sebelumnya digunakan kini telah hampir ditinggalkan karena stigma yang melekat berupa kelemahan dan kekurangan daya. Pria yang berbeda mengalami pola DE yang berbeda. Sebagian pria melaporkan ketidakmampuan ereksi sejak awal kontak seksual, sementara yang lain tidak dapat mempertahankan ereksi untuk penetrasi. Pria lain mungkin kehilangan ereksi selama hubungan seksual, dan lainnya hanya dapat mengalami ereksi ketika bangun tidur atau saat masturbasi. Disfungsi ereksi dapat terjadi sebagai bagian dari gangguan mental atau merupakan gejala dari gangguan lain, seperti disfungsi seksual karena kondisi medis umum atau disfungsi seksual yang dipengaruhi obat. Dorongan Seksual Dorongan seksual (sexual drive) adalah keinginan pribadi dan subyektif atau rasa kesiapan untuk memiliki pengalaman erotoseksual. F52.3 Disfungsi Orgasme Definisi:Gangguan Orgasme Laki-Laki Gangguan orgasme laki-laki adalah ketidakmampuan yang persisten atau berulang untuk mencapai orgasme meskipun melakukan kontak seksual lama. Kondisi ini adalah salah satu disfungsi seksual, bersama dengan ejakulasi dini, dispareunia, dan lainnya. Individu yang terkena gangguan orgasme pria tidak dapat mengalami orgasme setelah fase eksitasi seksual yang normal. Mereka secara teratur dapat mengalami keterlambatan dalam orgasme, atau mungkin tidak dapat mengalami orgasme sama sekali. Sensasi orgasme pada pria meliputi emisi diikuti dengan ejakulasi. Emisi merujuk pada sensasi akan hadirnya ejakulasi yang dihasilkan oleh kontraksi kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan uretra disertai dengan ketegangan otot umum, kontraksi perineum, dan penyodoran panggul. Orgasme diikuti oleh periode resolusi ditandai dengan perasaan relaksasi otot. Selama fase ini, orang mungkin tidak dapat menanggapi rangsangan seksual lebih lanjut, mengalami ereksi, dan orgasme untuk jangka waktu tertentu. Definisi:Gangguan Orgasme Wanita Gangguan orgasme wanita adalah ketidakmampuan persisten atau berulang dari seorang wanita untuk mengalami orgasme setelah gairah seksual dan stimulasi seksual yang memadai. Kondisi ini memengaruhi kualitas pengalaman seksual wanita. Gangguan orgasme dapat primer (tidak pernah mengalami orgasme) atau sekunder (diperoleh setelah trauma), dan dapat berupa umum atau kondisional pada situasi tertentu. Gangguan primer lebih banyak terjadi, yang berarti bahwa seorang wanita tidak pernah mencapai orgasme dalam setiap jenis rangsangan, termasuk masturbasi, rangsangan langsung klitoris oleh pasangan, atau hubungan seks vagina. Gangguan sekunder dapat terjadi setelah sakit, trauma emosional, atau sebagai efek samping operasi atau obat Definisi:Anorgasmia Anorgasmia adalah ketidakmampuan untuk mencapai orgasme. Secara medis dibedakan sebagai gangguan orgasme wanita dan gangguan orgasme laki-laki. F52.4 Ejakulasi dini Ejakulasi Dini Ejakulasi dini (ED) atau ejakulasi prematur mengacu pada keluarnya cairan mani (ejakulasi) yang persisten atau berulang dengan stimulasi seksual minimal sebelum, pada, atau sesaat setelah penetrasi, sebelum orang menginginkannya, dan lebih awal dari yang diharapkannya. Ejakulasi dini adalah keluhan umum dan umumnya dikaitkan dengan gejala psikologis, terutama kecemasan kinerja dan rasa bersalah. ED jarang yang disebabkan oleh masalah fisik atau struktural. Dalam kasus ini, penyebab biasanya berhubungan dengan gejala fisik lain, misalnya rasa sakit. Dalam kasus yang jarang, ejakulasi dini mungkin terkait dengan kondisi neurologis, infeksi kelenjar prostat, atau uretritis (radang saluran yang membawa urin dan air mani ke luar tubuh) dan penyalahgunaan zat. F52.5 Vaginismus Nonorganik Vaginismus merupakan suatu keadaan disfungsi seksual dimana terdapat kejang otot yang abnormal pada sepertiga vagina bagian luar dan bagian dalam vagina. Pada vaginismus, wanita mengalami gangguan atau penolakan baik dalam fisik maupun psikisnya. Mereka biasanya merapatkan kedua tungkainya jika mengalami sentuhan pada alat kelaminnya a. Kejadian ini yang akan mengakibatkan terhambatnya rutinitas bercinta. Reaksi akan nampak terlihat dari wanita dengan vaginismus, karena ia cenderung merapatkan kedua tungkainya bila terjadi sentuhan pada area kelaminnya. Vaginismus bisa menyerang wanita dengan variasi usia. Mulai dari usia ketika seorang wanita sudah aktif secara seksual, sampai wanita yang sudah berusia lanjut atau tua. Dan diduga, sekitar 2-3 persen wanita dewasa mengalami vaginismus. • • • • Penyebab vaginismus Adanya infeksi yang menimbulkan luka disekitar lubang vagina atau labia. Gangguan selaput dara, termasuk apabila adanya tarikan saat penetrasi berlangsung. Adanya bekas robekan pada saat melahirkan yang tidak sembuh secara sempurna, sehingga menimbulkan reaksi penolakan sebagi bentuk beban fisik dan fsikis. Pernah mengalami traumatik secara seksual, seperti pemerkosaan, dimana jika trauma itu masih dirasakan hingga masa menikah, makan hal itu merupakan vaginismus sekunder. • • • Momen bercinta yang kerap menimbulkan rasa nyeri bisa jadi menyebabkan trauma psikis, sehingga rasa trauma itu bisa menjadi vaginismus. Perasaan takut yang berlebihan apabila bercinta menjadikan wanita itu hamil. Serta perasaan takut tertular penyakit kelamin dari pasangannya. Mengatasi vaginismus Penanggulangan gangguan seksual ini bisa dilakukan dengan cara membuat komunikasi yang baik dengan suami atau pasangan. Selain itu, cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter ahli. Pada sesi pemeriksaan, salah satu metode pemeriksaan akan mengarah pada dilator. Dilator adalah suatu alat yang terbuat dari bahan semacam plastik yang berbentuk silinder, yang fungsinya untuk merelaksasi otot vagina yang mengalami kekejangan tidak normal. Sebelum menggunakan dilator, biasanya terlebih dahulu pihak wanita akan diminta untuk melakukan latihan kontraksi dan relaksasi otot panggulnya. Apabila sudah mampu melakukan relaksasi otot, barulah dilator bisa digunakan. Dimulai dari ukuran terkecil (nomor 1). dilator akan dibiarkan didalam vagina sekitar 10-15 menit, dan dapat diulang 3-4 kali di siang hari dan sekali lagi menjelang malam. Pencegahan • Pendidikan seks sangat perlu bagi pasangan suami istri. Maka dari itu, carilah informasi sebanyak-banyak seputar apa-apa saja yang bisa meningkatkan dan menghambat kehidupan seksual Anda dan pasangan. • Hindari traumatik pada hubungan seksual pertama kali. Maka dari itu, perlu adanya pemahaman dan pengetahuan seputar aktivitas seks sebelum menikah, baik pada wanita maupun pria. • Binalah komunikasi yang baik dengan pasangan. • Jagalah kesehatan kelamin dan setialah dengan pasanga, supaya tidak tertular atau terinfeksi penyakit kelamin. • Pasca melahirkan, pastikan luka sobekan akibat melahirkan sembuh dengan baik dan sempurna F52.6 Dispareunia Nonorganik Dispareunia Dispareunia adalah nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama hubungan seksual. Dispareunia lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, tetapi dapat menjadi penghambat aktivitas seksual genital pada kedua jenis kelamin. Pada wanita, dispareunia dapat disebabkan oleh vaginismus atau trauma urogenital lokal atau kondisi peradangan seperti robekan hymen, laserasi labial, uretritis, atau kondisi peradangan pada kelenjar labial atau vagina (vaginitis). Kadang-kadang, reaksi alergi terhadap spermisida atau kondom juga dapat mengganggu hubungan seksual. Pada wanita, penyebab dispareunia biasanya fisik dan berhubungan dengan infeksi pada kelenjar prostat (prostatitis), salurana kencing (sistitis), atau testis. Ereksi menyakitkan mungkin akibat penyakit Peyronie, yang ditandai oleh perubahan fibrotik pada batang penis yang mencegah tercapainya ereksi normal. F52.7 Dorongan seksual yang berlebihan Nymphomania Nymphomania adalah kondisi di mana seorang wanita atau pria tak mampu menahan hasrat seksualnya. Hal ini yang menyebabkan si penderita berhubungan seksual dengan siapapun. Penyebab pasti dari penyakit ini belum diketahui. Beberapa ahli kesehatan dan psikiatri berpendapat bahwa penyakit ini disebabkan oleh trauma di masa kecil. Ahli lain menyatakan penyakit ini disebabkan si penderita ingin melarikan diri dari kekosongan emosi. Gejala Keinginan seksual yang berlebihan dan penderita berulang kali gagal untuk mengendalikannya. Perawatan Perawatan diperlukan jika penderita memang benar-benar mengalami penyakit ini. Artinya, kecanduan seks tersebut mengarah pada ketidakwajaran. Penderita, meskipun terkadang tidak berani mengungkapkan penyakitnya, dapat melakukan konsultasi psikologis untuk mengelimir atau menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Ada beberapa lembaga konsultasi yang memberikan jaminan rahasia identitas penderita, salah satunya Sex Addicts Anonymous (SAA). Satyriasis atau Hiperseks Menurut terjaemahan dari kamus, Satyriasis (baca: seytu'rIusis) adalah suatu keabnormalan gairah seksual yang intense daripada lelaki. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani "satyros" yang berarti "satyr." Dalam Mitologi Yunani, satyr merupakan mahluk separuh manusia dan separuh kambing yang merupakan ikon perilaku seksual yang acap membuat keonaran. Satyriasis atau "Don Juanisme" atau satyrisme atau satyromania merupakan beberapa terminologi dari lelaki yang mengalami hiperseksualitas. Atau dengan kata lain Satyriasis adalah perilaku seksual/romantik yang berlebihan, tidak normal, tidak terkontrol yang dialami para lelaki. Satyriasis dipercaya merupakan akibat dari kondisi narcissisme yang ekstrim, seseorang menganggap atau merasa segalanya selalu menyangkut dirinya bukan orang atau hal yang lain (dominan). Perasaan inferoir yang muncul ditekan dengan cara bereaksi aktif untuk menundukkan perempuan secara seksual. Beberapa pihak juga menganggap penyebab Satyriasis adalah hal biologis atau psikologis. Don Juan adalah sebutan bagi mereka yang mengalami kondisi Satyriasis. Seorang yang disebut Don Juan umumnya memiliki banyak partener seksual. Pengobatan untuk menangani kondisi Satyriasis adalah dengan bantuan seorang psikolog untuk mengatasi gangguan psikologi penderitanya. Ini guna mempelajari perilaku dan proses pikiran si penderita untuk dieksplorasi dan kemudian diketahui pola kelainan yang terjadi. Bisa juga dengan berkonsultasi dengan seorang psikiater untuk mendapatkan pengobatan medis yang bisa menekan gairah seksual yang berlebihan tersebut. Umumnya pasien akan diberikan pengobatan antidepresan untuk mengatasi problem yang dialami. F52.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik Disfungsi seksual atau kerusakan seksual adalah kesulitan yang dialami oleh individu atau pasangan dalam setiap tahap kegiatan seksual yang normal, termasuk kesenangan/kepuasan fisik, keinginan, preferensi, gairah atau orgasme. Disfungsi seksual dapat memiliki dampak besar pada kualitas kehidupan seksual individu. Melalui sejarah seksual dan penilaian kesehatan umum dan masalah seksual lainnya (jika ada) sangat penting.. Menilai (kinerja) kecemasan, rasa bersalah, stres dan khawatir merupakan bagian integral dari pengelolaan yang optimal dari disfungsi seksual. Banyak disfungsi seksual yang didefinisikan didasarkan pada manusia siklus respon seksual, diusulkan oleh William H. Masters dan Virginia E. Johnson, dan kemudian dimodifikasi oleh Helen Singer Kaplan. F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik Perubahan fungsi seksual yang dipandang sebagai tidak memuaskan, tidak menguntungkan, tidak memadai Perubahan merusak pada respon seks Gangguan gairah seksual dan perubahan psychophysiologic yang mencirikan siklus respon seksual dan menyebabkan penderitaan dan kesulitan ditandai interpersonal. (APA, DSM-iv, 1994) F.53 Gangguan Jiwa dan Perilaku yang Berhubungan dengan Masa Nifas YTK Sepanjang masa setelah melahirkan hampir 85% wanita mengalami gangguan emosi. Bagi kebanyakan wanita, gejalanya hanya sementara dan ringan (postpartum blues/babyblues); namun 10-15% wanita mengalami gangguan emosi yang berkelanjutan (persisten); seperti pada depresi postpartum pada mulanya ialah kelainan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, oleh karena itu secara diagnostiknya bisa dibedakan dengan penyakit gangguan jiwa lainnya. Namun penelitian yang terbaru mengatakan bahwa gangguan psikiatri pada wanita yang terjadi sepanjang hidupnya. Sejak dahulu. Hipocrates, Celcus dan Galen merasakan adanya kondisi-kondisi khusus pada kehamilan memegang peranan sebagai faktor pencetus timbulnya penyakit. Kondisikondisi ini meliputi antara lain perubahan-perubahan hormonal, perubahan bentuk badan, meningkatkan aktivitas konflik yang berhubungan dengan kehamilan dan reorganisasi intrapsikis yang berhubungan dengan sifat keibuan. Kelahiran sering kali merupakan faktor pencetus terjadinya skizofrenia, yang sering kali dinamakan gangguan psikiatri pada postpartum. Pengarang lain mengatakan bahwa onset terjadinya gangguan psikiatri pada postpartum disebabkan oleh stres akibat dari persalinan, faktor hormonal atau perubahanperubahan metabolik, kelelahan fisik, kehilangan darah dan infeksi. Walaupun faktor fisik turut memegang peranan, tetapi yang merupakan faktor utama mungkin psikogenetik alamiah. Psikosis Postpartum Psikosis postpartum ialah suatu sindrom yang ditandai oleh depresi berat dan waham. Umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama dan biasanya kasus terjadi 2-3 hari setelah melahirkan. Perempuan yang menderita bipolar disorder atau masalah psikotik lainnya yang disebut Skizoafektif disorder mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena postpartum psikosis. Gejalanya antara lain mengalami delusi, halusinasi, gangguan saat tidur dan obsesi mengenai bayinya. Penderita dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke gusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu yang singkat. Etiologi Gangguan psikotik pada postpartum biasanya terjadi karena penyakit mental mendasar, misalnya skizofrenia atau gangguan bipolar, perubahan mendadak keadaan umum setelah melahirkan juga ikut berperan. Bisa juga terjadi karena konflik psikodinamik mengenai keibuan misalnya seperti kehamilan yang tak dikehendaki, terjadinya perkawinan yang tak bahagia atau takut menjadi ibu. Patofisiologi 1) Faktor Hormon Kadar estrogen dan progesteron menurun drastis saat persalinan. Perubahan kadar estrogen dan progesteron pada saat kehamilan memicu peningkatan ikatan pada reseptor dopamin dan penurunan kadar hormon saat persalinan menyebabkan terjadinya suatu supersensitivitas reseptor dopamin yang mencetuskan terjadinya psikotik postpartum. Prolaktin dan kortisol atau kadar perubahan hormon-hormon ini, namun individu yang terlibat menjadi lebih sensitif kepada perubahan hormon dan bisa menyebabkan depresi apabila diterapi dengan estrogen atau progesteron exogenous. 2) Faktor Psikososial Penelitian psikodinamik menunjukkan bahwa pada gangguan postpartum terdapat konflik antara sang ibu denga tugasnya sebagai ibu yang harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya yang baru dengan suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas dirinya sebagai seorang ibu yang tak dapat berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu ini menemukan jati dirinya dan ini merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara ibu dan anak. Walaupun wanita ini mempunyai pengalaman dengan ibunya, tetapi pengalaman masa kanak-kanak memaksanya menolak figur ibunya untuk ditiru dan didentifikasi. Penolakan ini mengakibatkan seorang ibu kehilangan arah dan menjadi bingung. Gangguan identifikasi ini menyebabkan perasaan terganggu, mereka sebagai ibu yang tidak tahu bagaimana seharusnya bertindak, dan melahirkan anak tetapi tidak tahu bagaimana merawatnya. 3) Faktor Biologis Wanita dengan riwayat psikosis cenderung untuk terjadi rekurensi sebanyak 90%. I. Epidemiologi Secara epidemiologinya, psikosis postpartum sangat jarang terjadi yaitu 1 atau 2 dalam setiap 1000 kelahiran. Pada kasus yang berat psikosis postpartum yang ditandai dengan halusinasi, waham dan pikiran membunuh bayi (infabticide). Wanita yang mengalami psikosis postpartum merupakan suatu kondisi yang sangat serius, memerlukan penanganan yang cepat dan biasanya perlu diopname II. Gejala Klinis Gejala dapat terjadi dalam jangka setahun setelah melahirkan anak. Namun awalnya sering terjadi pada minggu ke-dua atau ke-tiga selepas persalinan. Kebanyakan pasien tidak mengidap gangguan jiwa sebelumnya, namun demikian insidennya amat besar pada pasien dengan riwayat gangguan bipolar, gangguan jiwa masa nifas (psikosis dan depresi) dan riwayat keluarga tentang gangguan jiwa masa nifas. Gejala yang khas pada psikosis postpartum terdiri dari agitasi, gelisah, emosi yang labil, termasuk kegembiraan berlebih, insomnia, menangis,bingung dan akhirnya timbal episode psikotik yang gawat dengan gambaran mania dan delirium. Peristiwa bunuh diri dan membunuh bayi (Suicide dan infanticida) mencapai 10% kasus yang tak diobati. Obsesi juga sering dan terfokus pada statu impuls untuk mencederai atau membunuh bayinya.(10) Diagnosis Menurut DSM-IV-TR, tidak ada kriteria bagi gangguan psikotik pada postpartum. Namun diagnosis bisa ditegakkan apabila psikosis yang terjadi mempunyai hubungan dengan persalinan dan perlangsungannya hanya sementara. Harus juga dipertimbangkan diagnosis gangguan mood DSM-IB-TR sebagai diferensial diagnosisnya. Gejala karakteristik bagi gangguan psikotik pada postpartum terdiri atas delusi, gangguan kognitif, gangguan motilitas, mood atau suasana perasaan tak terkontrol dan halusinasi. Gejala psikotik ini hanya mencakup hal-hal yang menyangkut keibuan dan kehamilan. DSM-IV-TR juga menyetujui diagnosis gangguan psikotik dan gangguan mood (suasana perasaan) yang singkat disebabkan karena pasca persalinan. Diagnosis Banding Seperti gangguan psikotik yang lain, perlu ditimbangkan kemungkinan adanya gangguan psikotik lain yang disebabkan oleh kondisi kesehatan yang lain atau gangguan psikotik yang disebabkan oleh pennggunaan zat-zat tertentu. Masalah kesehatan lain yang berpotensi untuk menyebabkan gejala yang sama adalah seperti hipertiroid atau sindrom cushing. Gangguan psikotik yang disebabkan oleh penggunaan zat biasanya berhubungan dengan penggunaan obat anti nyeri seperti pentazocine (palwin) atau obat anti hipertensi semasa kehamilan. Kondisi kesehatan lain yang bisa menyebabkan gejala yang sama termasuk infeksi, toksemia dan neoplasma. Wanita dengan riwayat gangguan mood diklasifikasikan sebagai pasien yang mengalami gangguan rekurens. Psikosis postpartum tidak bisa disamakan dengan baby blues, yang merupakan gejala ringan, berlangsung hanya beberapa hari dan ditandai dengan gejala sering menangis, fatigue, anxietas, iritasi yang bermula setelah persalinan dan gejalanya berkurang dalam durasi satu minggu. Depresi postpartum non-psikotik tidak mengalami delusi dan halusinasi. Ia lebih berat dari baby blues sementara terjadi pada 10-20% wanita dan ditandai denga perasaan sedih dan berputus asa, merasakan diri tidak sesuai untuk menjadi orang tua dan gangguan tidur. Biasanya disertai dengan pemikiran obsesif untuk mencelakai bayi yang dilahirkan sehingga perlu diobservasi dengan seksama. Penatalaksanaan Psikosis postparum Psikosis postpartum merupakan suatu kondisi emergensi dan memerlukan perhatian dan penganan segera. Pasien mungkin akan membutuhkan terapi obat untuk jangka waktu tertentu, seperti haloperidol atau flufenazin, keduanya diberikan dalam dosis 2-5 mg per os 3 kali perhari. Bila agitasi maka pasien membutuhkan anti psikotika berpotensi tinggi dan diberikan IM. Mood stabilizer seperti lithium, valproid acid, carbamazepine digunakan sebagai terapi akut yang dikombinasi dengan obat anti psikotik dan benzodiapezine. Indikasi pemakaian ECT sama seperti psikosis tanpa persalinan tetapi dianjurkan ditunda sampai satu bulan postpartum untuk menghindari terjadinya emboli. Prognosis Hampir pada semua kasus psikosis postpartum prognosisnya adalah baik, kebanyakan sembuh dalam waktu 3 bulan, 70% dalam waktu 6 bulan dan 30% kemungkinan rekurensi pada kehamilan yang berikutnya. Prognosis pada serangan pertama relatif lebih baik, seperti juga pada skizofrenia yang mempunyai penyakit fisik sebagai faktor presipitasi. Kira-kira 90% penderita ini sembuh dari keadaan psikotik dalam waktu relatif singkat. Prognosis psikosis postpartum relatif lebih jelek dari bentuk lain dari gangguan psikotik pada postpartum. Dalam depresi postpartum, sebagian besar sembuh dalam beberapa bulan. Bagaimanapun resiko terjadinya psikosis lagi yang berhubungan dengan kehamilan berikutnya adalah besar. Kemungkinan terjadinya lagi diperkirakan berkisar antara 15-30%. Pencegahan Berikut adalah beberapa cara pencegahan dari terjadinya gangguan psikotik pada postpartum : Wanita yang beresiko tinggi untuk terjadinya gangguan psikotik pada postpartum harus diidentifikasi sebelum persalinan. Wanita dengan gangguan bipolar atau dengan riwayat psikosis postpartum dapat diberikan lithium yang diberikan pertama kali sebelum atau 24 sebelum persalinan. F.54 Faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit yang diklasifikasikan di tempat lain (Psychological and behavioral factors associated with disorders or diseases classified elsewhere) Kategori dari F54 mengenai faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit yang diklasifikasikan di tempat lain ini digunakan untuk melaporkan adanya pengaruh psikologis atau perilaku yang diduga memiliki peranan utama dalam manifestasi gangguan fisik. Contoh dari kategori ini meliputi asma, dermatritis, peptic ulcer, irritable bowel syndrome (IBS), ulcerative colitis, dan urticaria. Asma Asma merupakan sebuah penyakit kronis dimana saluran udara bronkus di paru-paru menjadi menyempit dan bengkak, sehingga individu menjadi sulit untuk bernapas. Asma adalah penyakit kronis yang mempengaruhi saluran udara, dimana saluran udara tersebut berupa tabung yang membawa udara masuk dan keluar dari paru-paru. Jika individu memiliki asma, dinding bagian dalam saluran napas tersebut akan menjadi sakit dan bengkak, sehingga membuat bagian tersebut menjadi sangat sensitif dan mungkin bereaksi kuat terhadap hal-hal yang menmbuat alergi. Gejala penyakit asma meliputi mengi, batuk, sesak di dada, sesak napas, dan bernapas cepat. Biasanya serangan asma dapat disebabkan oleh rambut hewan peliharaan, debu, asap, serbuk, jamur, udara dingin, atau stres. Menurut Jonathan Bernstein, MD, seorang professor di University of Cincinnati di Ohio mengatakan bahwa stress dan asma memiliki hubungan yang lumayan rumit (everydayhealth.com). Kedua aspek ini, asma dan stress memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya, stress yang berlebihan dapat saja menyebabkan asma, begitu juga asma yang tidak terkendali akan menyebabkan stress. Efek fisik dari stress seseorang dapat menjadi pemicu kambuhnya asma. Ketika seseorang sedang tertekan karena stress atau emosi, mereka akan bernapas lebih berat, cepat dan pendek. Jika seseorang tidak bisa mengontrol cara bernapas mereka maka kemungkinan asma akan kambuh. Selain itu, stress juga dapat melemahkan imunitas tubuh dan membuat seseorang semakin rentan terhadap asma. Gejala-gejala dari penyakit asma tidak semua dimiliki oleh individu yang memiliki penyakit asma. Dokter akan mendiagnosa penyakit asma berdasarkan tes fungsi paru, riwayat kesehatan, dan pemeriksaan fisik. Penyakit asma dapat dicegah dengan mengatur pola hidup yang seimbang dan sehat dengan menjaga kondisi tubuh dari perubahan cuaca yang terkadang tidak menentu, pola makan, olahraga yang teratur, terapi cara rileks dan mengatur napas apabila terjadi serangan asma, serta menjaga kebersihan dan keseimbangan ekosistem sekitar lingkungan. Dermatitis Dermatitis seirng juga disebut eksim atau eksema, yaitu peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan. Dermatitis cenderung memiliki perjalanan yang lama atau kronis dan resitif atau berulang. Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal, sedangkan kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batas dapat tegas atau tidak tegas, penyebaran dapat setempat, generalisata, bahkan universal. Gejala utama dari timbulnya eksim ringan adalah daerah halus, sedikit memerah kering, bersisik, dapat menimbulkan gatal ataupun tidak, dan biasanya terdapat pada kaki atau lengan.Pada penderita eksim akut, kulit akan mengalami gatal yang intens, biasanya terjadi di bagian depan siku, belakang lutut, dan wajah. Namun, setiap daerah kulit mungkin terpengaruh. Selanjutnya, kulit menjadi lebih sensitif terhadap kain gatal, terutama wol. Pada musim dingin, eksim akan menjadi makin parah karena udara di dalam ruangan sangat kering. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan dapat memperburuk eksim adalah pasir, debu, bahan kimia, suhu lingkungan, makanan, stres, gangguan emosi, klorin, serta penggarukan dan penggosokan. Peptic ulcer Peptic ulcer atau bisul perut (radang pada dinding lambung) adalah luka terbuka yang terjadi di dalam lapisan perut, bagian atas usus kecil atau esophagus. Berdasarkan lokasinya, peptic ulcer memiliki nama yang berbeda, yaitu : - Gastric ulcer merupakan bisul perut yang terjadi pada usus. Duodenal ulcer merupakan jenis yang terjadi pada bagian pertama usus kecil (duodenum). Esophageal ulcer, biasanya berlokasi pada bagian bawah esophagus dan sering dihubungkan dengan chronic gastroesophageal reflux disease (GERD). Gejala yang dirasakan penderita biasanya meliputi nyeri pada daerah pusar sampai tulang dada, nyeri yang hilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam, nyeri yang memburuk ketika perut sedang kosong, nyeri yang memburuk ketika malam hari dan sering hilang untuk sementara waktu dengan memakan makanan tertentu yang menahan asam lambung atau meminum obat penurun asam lambung. Sementara itu, tanda atau gejala yang lebih parah, yaitu muntah darah, darah yang menghitam atau gelap pada kotoran, mual atau muntah, hilang berat badan, perubahan nafsu makan. Penyebab kondisi ini yang paling umum adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori (H. pylori). Bakteri H. pylori hidup dan melipatgandakan diri di dalam lapisan lendir yang melapisi dan melindungi jaringan dinding perut dan usus kecil. Seringkali H. pylori tidak menyebabkan masalah, tetapi terkadang dapat merusak lapisan lendir dan membuat radang pada lapisan perut atau duodenum. Selain bakteri H. pylori, penyebab lain yang dapat menyebabkan peptic ulcer yaitu, penggunaan obat pereda nyeri secara rutin, merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan stress. Irritable bowel syndrome (IBS) Irritable bowel syndrome (IBS) adalah gangguan umum pada usus besar. IBS biasanya menyebabkan kejang, nyeri pada area perut, perut kembung, diare dan konstipasi. IBS tidak menyebabkan kerusakan permanen pada usus besar anda. Tidak seperti penyakit pencernaan lain yang lebih serius, IBS tidak menyebabkan kerusakan atau pembengkakan pada jaringan usus dan juga tidak meningkatnya risiko kanker usus. Tanda dan gejala IBS dapat bervariasi pada setiap orang dan sering menyerupai penyakit lain. Tanda dan gejala IBS, yaitu nyeri pada area perut, perut kembung, diare atau konstipasi dan terkadang bahkan keduanya, lendir pada tinja. Penyebab IBS tidak dapat diketahui secara pasti. Pada IBS, kontraksi otot alat pencernaan yang menghantarkan alat pencernaan dari usus ke dubur menjadi tidak normal dari pada sebelumnya. Apabila kontraksi tersebut lebih kuat, maka makanan yang didorong akan lebih cepat, menyebabkan kelebihan gas pada perut dan diare. Pada beberapa kasus sebaliknya adalah aliran makanan melambat dan tinja yang keluar menjadi kering dan sulit dikeluarkan. Ketidaknormalan pada sistem syaraf di usus besar mungkin juga merupakan penyebab IBS. Ada beberapa pemicu IBS, yaitu : - - - Makanan. Orang yang memiliki IBS biasanya tanda dan gejala akan menjadi parah ketika makan makanan tertentu. Cokelat, susu dan alkohol dapat menyebabkan konstipasi atau diare. Minuman berkarbonasi dan beberapa buah dan sayur dapat menyebabkan perut kembung dan tidak nyaman. Stres. Stres dapat memicu memburuknya tanda dan gejala IBS. Hormon. Karena wanita dua kali lebih banyak mengalami IBS daripada laki-laki, maka ilmuan percaya perubahan hormon memiliki peran dalam kondisi ini. Banyak wanita diketahui memiliki tanda dan gejala IBS yang memburuk saat datang bulan. Penyakit lain. Untuk mencegah IBS dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut: - - Psikolog ataupun psikiater dapat menolong untuk mengontrol stress yang dapat memicu IBS. Lakukan teknik-teknik relaksasi untuk menurunkan tingkat ketegangan otot dan menurunkan detak jantung. Lakukan teknik pernapasan dengan diagfragma untuk membuat diri lebih tenang. Ketika menghirup napas, biarkan perut mengembang, dan ketika membuang napas makan perut anda secara alami akan berkontraksi. Teknik bernapas seperti ini juga dapat membantu menenangkan otot bagian perut dan dapat memicu membuat aktifitas berjalan normal. Mendengarkan musik, membaca, bermain game atau mandi akan membuat anda rileks. Ulcerative colitis Ulcerative colitis adalah penyakit peradangan usus yang menyebabkan peradangan kronis pada saluran pencernaan. Penyakit ini merupakan penyakit menahun, yang dapat menyebabkan diare berdarah, berlendir, bernanah, kram perut dan demam. Penyakit ini ditandai dengan sakit perut dan diare. Tanda dan gejalanya termasuk nyeri perut, diare, demam, penurunan berat badan, dan perdarahan usus. Ulcerative colitis biasa menyerang pada usia 15-35 tahun, tetapi dapat juga menyerang usia diatas 50 tahun. Penyebab penyakit ini tidak diketahui, tetapi faktor keturunan dan respon sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif di usus, diduga berperan dalam terjadinya ulcerative colitis. Selain itu, ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya ulcerative colitis, yaitu hipersensitifitas terhadap faktor lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh darah, dan stress. Pada kondisi fisiologis, sistem imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus. Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah. Urticaria Urtikaria adalah suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak (akut) karena pengeluaran histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan perembesan cairan dari pembuluh darah. Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Dalam perjalanan penyakitnya dikenal 2 macam urtikaria, yaitu : 1. Urtikaria akut yang timbul mendadak dan hilang dengan cepat serta urtikaria kronis yang timbul berulang-ulang atau berlangsung tiap hari selama lebih dari 6 minggu. 2. Urtikaria kronik ditandai dengan bengkak yang edema, diikuti dengan rasa gatal, papul atau plak pada kulit. Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, antara lain : 1. Obat. Bermacam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun non-imunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria, secara imunologik terdapat 2 tipe, yaitu tipe I atau II. Contohnya ialah aspirin, obat anti inflamasi non steroid, penisilin, sepalosporin, diuretik, dan alkohol. Sementara obat yang secara non-imunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya opium dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin di asam arakidonat. 2. Makanan. Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut, umumnya akibat reaksi imunologik, pada beberapa kasus urtikaria terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah mengkonsumsi makanan tersebut. Makanan berupa protein atau bahan yang dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika. Makanan yang paling sering menimbulkan urtikaria pada orang dewasa yaitu, ikan, kerang, udang, telur, kacang, buah beri, coklat, arbei, keju. Sedangkan pada bayi yang paling sering yaitu, susu dan produk susu, telur, tepung, dan buah-buah sitrus (jeruk). 3. Gigitan atau sengatan serangga. Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika setempat, agaknya hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom dan toksin bakteri, biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinding, dan serangga lainnya menimbulkan urtika bentuk papular di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh sendiri setelah beberapa hari, minggu, atau bulan. 4. Bahan fotosenzitiser. Bahan semacam ini, misalnya griseovulfin, fenotiazin, sulfonamid, bahan kosmetik, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria. 5. Inhalan. Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, asap, bulu binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik. 6. Kontaktan. Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect repellent (penangkis serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan urtikaria. 7. Trauma Fisik. Trauma fisik dapat diakibatkan oleh : - Faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin. - Faktor panas, misalnya sinar matahari, radiasi, dan panas pembakaran. - Faktor tekanan, yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena darier. 8. Infeksi. Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun infeksi parasit. 9. Psikis. Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis menghambat eritema dan urtika, pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit dan ambang rangsang eritema meningkat. 10. Genetik. Faktor genetik juga berperan penting pada urtikaria, walaupun jarang menunjukkan penurunan autosomal dominan. 11. Penyakt sistemik. Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi. Contoh penyakit sistemik yang sering menyebabkan urtikaria yaitu, sistemik lupus eritematosa (SLE), penyakit serum, hipetiroid, penyakit tiroid autoimun, karsinoma, limfoma, penyakit rheumatoid arthritis, leukositoklast vaskulitis, polisitemia vera (urtikaria akne-urtikaria papul melebihi vesikel), demam reumatik, dan reaksi transfusi darah. F55. Penyalahgunaan Zat yang tidak Menyebabkan Ketergantungan Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengkonsumsi atau menggunakan zat – zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri sendiri maupun orang lain. Menurut DSM, peyalahgunaan zat melibatkan pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang merusak. Konsekuensi yang merusak bisa termasuk kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab utama seseorang (misalnya: sebagai pelajar, sebagai pekerja, atau sebagai orang tua), menempatkan diri dalam situasi di mana penggunaan zat secara fisik berbahaya (contoh mencampur minuman dan penggunaan obat), berhadapan dengan masalah hukum berulang kali yang meningkat karena penggunaan obat dan lain sebagainya. Berikut ini adalah beberapa zat yang penyalahgunaannya tidak menyebabkan ketergantungan, yaitu: a. Pencahar Pencahar (laksatif) adalah zat atau obat yang merangsang percepatan gerakan usus besar. Contoh obat pencahar yang sering digunakan adalah dulcolax, laxing, bicolax, dan lain sebagainya. Penyalahgunaan pencahar (laxative abuse) adalah penggunaan berlebihan zat-zat tersebut, khususnya obat perangsang berbasis pencahar, untuk berbagai keperluan. Beberapa alasan penyalahgunaan obat pencahar adalah sebagai penurun berat badan serta jalan keluar bagi mereka yang memiliki kesulitan buang air besar (sembelit). Obat pencahar yang digunakan sebagai penurun berat badan terutama disalahgunakan oleh orang-orang yang memiliki gangguan makan. Sedangkan pencahar yang digunakan untuk merangsang buang air besar (BAB) lazim dilakukan oleh orang yang berusia lebih tua atau yang mengambil obat (mungkin termasuk menyalahgunakannya) yang menyebabkan sembelit. Penyalahgunaan pencahar harus dihindari. Pencahar tidak menyebabkan penurunan berat badan, meskipun mereka yang menggunakannya mungkin mengalami penurunan berat badan pada saat pemakaian awal. Pencahar sebenarnya hanya membantu merangsang gerakan usus dan tidak mencegah sistem pencernaan menyerap kalori dari makanan. Itu sebabnya, obat pencahar tidak bisa digunakan untuk menurunkan berat badan. Penggunaan obat pencahar melebihi dosis yang dianjurkan akan mengakibatkan tubuh kehilangan air. Hal ini akan membuat seseorang mengalami dehidrasi, mengalami ketidakseimbangan elektrolit, atau mengalami berbagai keluhan lain seperti mual, muntah, pingsan, dan mungkin koma. Bahaya lain, penyalahgunaan pencahar membuat usus besar menjadi “ketagihan” sehingga tidak bisa berfungsi normal tanpa diberi pencahar terlebih dahulu. Peningkatan resiko kanker usus besar serta anemia (jika darah dikeluarkan bersama tinja) bisa pula terjadi pada orang yang menyalahgunakan obat-obatan ini. b. Analgetika Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik). Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak digunakan obat-obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin) yang bekerja dengan memblokir pelepasan mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak menerima rangsang nyeri. Zat analgetika juga berdaya antipiretis dan anti radang. Oleh karena itu obat ini tidak hanya digunakan sebagai obat anti nyeri, melainkan juga pada gangguan demam (infeksi virus / kuman, selema , pilek) dan peradangan seperti encok. Obat ini banyak digunakan pada nyeri ringan sampai sedang, yang penyebabnya beraneka ragam, misalnya nyeri kepala, gigi, otot, atau sendi (rema, encok), perut, nyeri haid, dan nyeri akibat benturan atau kecelakaan (trauma). Efek samping dari zat ini yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, dan juga reaksi alergi pada kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu,penggunaan analgetika secara kontinu tidak dianjurkan. c. Antasida Antasid (antacid) adalah obat yang berguna untuk mengurangi keasaman lambung. Anatasid biasanya digunakan untuk mengurangi sakit maag atau gangguan pencernaan. Antasid juga membantu meredakan nyeri lambung. Antasid tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, granul, wafer, bubuk dan cairan. Contohnya adalah Promag dan Mylanta. Antasid dapat dibeli tanpa menggunakan resep dari dokter. Antasid mengandung sodium, kalsium, magnesium, atau aluminium, atau kombinasi dari zat tersebut. Setiap bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan pH dengan cara menetralkan asam lambung. Beberapa antasid juga mengandung simetikon untuk menghilangkan kelebihan gas di lambung. Setiap jenis antasid akan menyebabkan efek samping yang berbeda. Efek samping mungkin akan hilang dengan sendirinya saat tubuh telah terbiasa dengan obat. Berikut adalah efek samping dari tiap jenis antasid: - Antasid dari Aluminium. Beberapa efek samping antasid yang mengandung aluminium diantaranya adalah sembelit, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan, kelemahan otot, serta nyeri tulang. - Antasid dari Kalsium. Beberapa efek samping antasid yang mengandung kalsium meliputi sembelit, murung, rasa nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, mual, gelisah, dan kelelahan. - Antasid dari Magnesium. Beberapa efek samping antasid yang mengandung magnesium termasuk murung, pusing, nyeri saat buang air kecil, penurunan berat badan, dan kelelahan. - Antasid dari Natrium Bikarbonat. Beberapa efek samping antasid yang mengandung natrium bikarbonat termasuk diantaranya sering buang air kecil, kehilangan nafsu makan, mual, bengkak pada kaki, nyeri otot, sakit kepala, dan kelelahan. - Efek Samping Lain. Antasid kadang-kadang menyebabkan efek samping yang kurang umum seperti rasa haus yang berlebihan, sembelit ringan, diare, kram perut, dan tinja berubah warna. d. Vitamin Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan, dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup. Kekurangan vitamin dapat menyebabkan besarnya peluang terkena penyakit. Vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air : Vitamin yang larut di dalam air : Vitamin B dan Vitamin C Vitamin yang tidak larut di dalam air : Vitamin A, D, E, dan K. - Vitamin A Sumber: susu, ikan, sayuran berwarna hijau dan kuning, hati, buah-buahan warna merah dan kuning (cabe merah, wortel, pisang, pepaya, dan lain-lain). Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A : rabun senja, katarak, infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, kulit yang tidak sehat, dan lain-lain. Penyalahgunaan vitamin A dapat menyebabkan sakit perut, penglihatan kabur, mengalami kerontokan rambut, terhambatnya pertumbuhan, dan kerusakan hati, limpa, dan tulang. - Vitamin B1 Sumber: gandum, daging, susu, kacang hijau, ragi, beras, telur, dan sebagainya. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin kering/kusik/busik, kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang. B1 : kulit - Vitamin B2 Sumber yang mengandung vitamin B2 : sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, susu, dan banyak lagi lainnya. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2 : turunnya daya tahan tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, sariawan, dan sebagainya. - Vitamin B3 Sumber yang mengandung vitamin B3 : buah-buahan, gandum, ragi, hati, ikan, ginjal, kentang manis, daging unggas dan sebagainya. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B3 : terganggunya sistem pencernaan, otot mudah keram dan kejang, insomnia, bedan lemas, mudah muntah dan mual-mual, dan lain-lain. - Vitamin B5 Sumber yang mengandung vitamin B5 : daging, susu, sayur mayur hijau, ginjal, hati, kacang ijo, dan lainnya. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B5 : otot mudah menjadi kram, sulit tidur, kulit pecah-pecah dan bersisik, dan lain-lain. - Vitamin B6 Sumber yang mengandung vitamin B6 : kacang-kacangan, jagung, beras, hati, ikan, beras tumbuk, ragi, daging, dan lain-lain. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B6 : pelagra atau kulit pecah-pecah, keram pada otot, insomnia atau sulit tidur, dan lainnya. - Vitamin B12 Sumber yang mengandung vitamin B12 : telur, hati, daging, dan lainnya. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B12 : kurang darah atau anemia, mudah lelah/lesu/lemas, penyakit pada kulit, dan sebagainya. - Vitamin C Sumber yang mengandung vitamin C : jambu klutuk atau jambu batu, jeruk, tomat, nanas, sayur segar, dan lainnya. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C : mudah infeksi pada luka, gusi berdarah, rasa nyeri pada persendian, dan lainnya. - Vitamin D Sumber yang mengandung vitamin D : minyak ikan, susu, telur, keju, dan lainlain. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D : gigi akan lebih mudah rusak, otot bisa mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal yang biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X. - Vitamin E Sumber yang mengandung vitamin E : ikan, ayam, kuning telur, kecambah, ragi, minyak tumbuh-tumbuhan, havermut, dan lain-lain. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E : penyembuhan luka yang lambat. Resiko yang dapat terjadi jika mengkonsumsi vitamin D secara berlebihan adalah dapat meningkatkan asam lambung, sakit kepala, cepat lelah, dan lemah otot. - Vitamin K Sumber yang mengandung vitamin K : susu, kuning telur, sayuran segar, dan lainlain. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K = darah sulit membeku bila terluka/berdarah, pendarahan di dalam tubuh, dan sebagainya. Kelebihan vitamin yang sering ditemukan adalah vitamin A, D, E, dan K. Bila vitamin ini berlebih, bisa mengganggu fungsi hati. Sebab, vitamin-vitamin tersebut larut dalam lemak yang diproses di hati. Salah satu tugas hati adalah menyaring zat racun yang masuk melalui makanan. Vitamin dan mineral pun akan disimpan di hati. Jika vitamin larut lemak itu berlebih, vitamin itu akan bertumpujk dan mengganggu fungsi hati karena bekerja terlalu berat. Sedangkan, kelebihan vitamin yang larut dalam air dapat dibuang melalui air seni. e. Steroida Steroid telah digunakan untuk mengobati berbagai masalah kesehatan termasuk nafsu makan yang rendah, AIDS, pertumbuhan tulang, kondisi kronis wasting akibat kanker, keterlambatan pubertas, dan lain-lain. Steroid anabolik dikenal untuk meningkatkan kinerja atletik dan pertumbuhan otot. Steroid anabolik juga memiliki kualitas androgenik karena berasal dari hormon pria. Jadi bila menggunakan obat-obatan ini dapat mempengaruhi karakteristik seksual. Karena kemampuan steroid untuk meningkatkan kinerja atletik dan kekuatan, pada awal tahun 60-an jenis obat ini mulai disalahgunakan oleh banyak orang dalam bidang olahraga. Penggunaan yang salah dan overdosis dapat menimbulkan berbagai efek samping dan banyak negara memberlakukan larangan distribusi dan memproduksi untuk mengontrol penggunaan steroid anabolik. Sekarang obat ini, hanya dapat dibeli dengan resep dokter. Efek umum dari penggunaan steroid adalah : - - Meningkatnya pertumbuhan tulang, Meningkatnya massa tubuh secara keseluruhan dengan pertumbuhan otot meningkat dalam waktu singkat, Dapat mempengaruhi karakteristik seksual. Pada wanita, mereka mungkin mengalami perubahan dalam pita suara dan hasilnya adalah suara yang lebih dalam seperti pria. Pria mungkin mengalami efek pada dada seperti pembesaran pada dada karena peningkatan kadar estrogen karena tubuh berusaha untuk menyeimbangkan kadar hormon. Meningkatkan jumlah jerawat. Meningkatkan tekanan darah. Meningkatkan pertumbuhan rambut (kemaluan, wajah, kepala). Lebih tinggi kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan tingkat kadar kolesterol baik (HDL). Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kardiovaskular. F59 Sindrom perilaku yang tidak tergolonkan yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik BRUXISM Istilah bruxism berasal dari kata Greek (brychein), yang berarti to gnash the teeth atau mengerotkan gigi-gigi. Fenomena bruxism yang merujuk pada keadaan yaitu mengerotkan gigi-gigi (grinding) atau mengatupkan dengan keras rahang atas dan bawah (clenching). Definisi bruxism menurut The Academy of Prosthodontics, 2005 yaitu parafunsional grinding dari gigi-gigi, suatu kebiasaan yang tanpa disadari dan berulang atau tidak beraturan (spasmodik), non fungsional grinding atau clenching, selain dari gerakan pengunyahan mandibula yang akan mengarah ke trauma oklusal, situasi ini disebut pula sebagai neurosis oklusal5. Sedangkan definisi bruxsim menurut American Academy of Orofacial Pain, 2008 bruxism adalah diurnal or nocturnal parafunctional activity that includes clenching, bracing, gnashing and grinding of teeth5. Bruxism pada saat tidur berbeda pada saat bangun yaitu tanpa keinginannya melakukan clencing gigi-gigi merupakan reaksi terhadap rangsang tertentu, umumnya tanpa grinding, keadaan ini biasanya berhubungan dengan kebiasaan atau tic. Penyebab 1. Faktor psikologis Etiologi dari bruxism termasuk kebiasaan, stress emosional (misalnya respon terhadap kecemasan, ketegangan, kemarahan, atau rasa sakit), parasomnia (gangguan tidur yang muncul pada ambang batas antara saat terjaga dan tidur, misalnya gangguan mimpi buruk dan gangguan tidur sambil berjalan). Saat muncul rasa frustasi dan marah, perasaan ini harus disalurkan agar individu merasa nyaman. Dalam keadaan marah individu melampiaskan dengan menggigit sesuatu. Bruxism merupakan kebiasaan buruk yang merupakan mekanisme untuk mendapatkan kepuasan tersebut. 2. Faktor morfologi Oklusi gigi geligi dan anatomi skeletal orofasial dianggap terkait dalam penyebab dari bruxism. Perbedaan oklusal, gangguan oklusal yang bentuknya dapat berupa trauma oklusal ataupun tonjol yang tajam, gigi yang maloklusi secara historis dianggap sebagai penyebab paling umum dari bruxism. Disharmoni lokal antara bagian-bagian sistem alat kunyah yang berdampak pada peningkatan tonus otot di region tersebut juga dipandang sebagai salah satu etiologi yang hingga saat ini masih dapat diterima banyak kalangan. 3. Faktor patofisiologis Bruxism kemungkinan terjadi akibat kelainan neurologis yaitu ketidakmatangan sistem neuromuskular mastikasi, perubahan kimia otak, alkohol, trauma, penyakit, dan obat-obatan. Hal ini berpotensi sistemik menyebabkan aktivitas parafunctional melalui alergi makanan, kekurangan gizi, dan disfungsi endokrin. Penyelidikan efek gangguan gizi dan endokrin bersama dengan parasit pencernaan pada fungsi otot mastikasi, serat kepekaan terhadap trigeminal sampai potensi alergi kemungkinan berguna untuk penelitian di masa depan baik temporomandibular disorders dan hiperaktivitas otot mastikasi. Gejala Pada saat tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan suara gigi-gigi yang beradu. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya abrasi pada permukaan atas gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah. Bila lapisan email yang hilang cukup banyak dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi yang mengalami abrasi. Kadang terlihat adanya jejas atau tanda yang tidak rata pada tepi lidah. Tanda-tanda lainnya adalah Kerusakan enamel gigi, memperlihatkan lapisan dalam gigi Gigi sensitivitas pada panas, dingin, atau manis Rahang sakit atau tegang pada otot rahang Sakit pada telinga (karena sebagian struktur sendi temporomandibular sangat dekat dengan lubang telinga, menyebabkan referred pain atau nyeri menjalar dari lokasi yang berbeda dari sumbernya) Sakit kepala Nyeri wajah kroni Akibat Bruxism dapat menyebabkan abrasi (aus) permukaan gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah, baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan email (lapisan terluar dari gigi) yang melindungi permukaan atas gigi hilang, sehingga dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus dan berlangsung dalam waktu lama, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal (jaringan penyangga gigi), maloklusi, patahnya gigi akibat tekanan yang berlebihan, dan kelainan pada sendi Temporo Mandibular Joint (sendi yang menghubungkan rahang bawah dan tulang kepala). Perawatan Biasanya kasus-kasus bruxism terlambat didiagnosa karena penderita tidak menyadari bahwa mereka memiliki kebiasaan tersebut. Untuk perawatan kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang didesain dan dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut night-guard dan digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk batas antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi dan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan buruknya. Bila penyebab utama dari bruxism adalah stres, maka melakukan konsultasi dengan psikolog merupakan salah satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini KUIS 1. Dibawah ini merupakan perbedaan antara Anoreksia Nervosa dengan Bulimia Nervosa, kecuali: a. Cara ‘pembersihan’ b. Berat badan c. Penyebab munculnya gangguan d. Gaya berolahraga 2. Berapakah berat badan ideal (normal) menurut perhitungan BMI (Body Mass index)? a. <18.5 b. 18.5 – 24 c. 25-29 d. >30 3. Dibawah ini termasuk gangguan tidur non-organik, kecuali : a) Somnambulisme (Sleepwalking) b) Night terrors c) Nightmare d) Vaginismus 4.Yang termasuk parasomnia adalah : a) Insomnia b) Somnabulisme c) Hipersomnia d) Gangguan jadwal tidur 5. kondisi di mana seorang wanita atau pria tak mampu menahan hasrat seksualnya. Hal ini yang menyebabkan si penderita berhubungan seksual dengan siapapun adalah: a. Vaginimus b. Orgasme c. Anorgasme d. Nymphomania 6. nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama hubungan seksual disebut? a. Vaginimus b. Nymphomania c. Dismenora d. Dispareunia 7. Tanda dan gejala berupa nyeri perut, diare, demam, penurunan berat badan, dan perdarahan usus merupakan bagian dari penyakit ... a. Asma b. Dermatritis c. Peptric ulcer d. Ulcerative colitis 8. Obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan tidak menghilangkan kesadaran adalah: a. Pencahar b. Antacida c. Steroida d. Analgesik 9. Dibawah ini adalah gejala individu yang mengalami bruxism, kecuali: a. Rahang sakit atau tegang pada otot rahang anda b. Sakit pada telinga c. Sakit kepala d. Sakit pada leher 10. Pada minggu keberapakah gangguan masa nifas muncul? a. b. c. d. 6 minggu 4 minggu 1 minggu 2 minggu Referensi : http://spesialiskulit.com/gangguan-kulit/dermatitis-dan-penyakit-kulit/ http://www.news-medical.net/health/What-Causes-Dermatitis-(Indonesian).aspx http://www.totalkesehatananda.com/pepticulcer1.html http://health.detik.com/read/2010/03/29/141624/1327763/770/ulcerative-colitis http://dicmuhono.wordpress.com/2009/12/26/9/ http://www.psych.org http://www.scribd.com/doc/113070637/Somnambulisme-adalah http://www.scribd.com/doc/49807570/Insomnia-non-organik http://www.scribd.com/doc/174389304/Resume-Insomnia-Dan-Hipersomnia http://www.appi.org/Pages/SleepDisorders.aspx http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-tidur-mimpi-buruk-dan-teror.html http://bukanuntukasal.blogspot.com/2009/09/night-terror.html http://pediatrics.about.com/cs/sleep/a/night_terrors.htm http://www.icd9data.com/2014/Volume1/290-319/300-316/306/306.8.htm http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/bruxism.pdf http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Bruxism-makalah.doc. Shilpa Shetty, Varun Pitti, C. L. Satish Babu, G. P. Surendra Kumar, B. C. Deepthi. Bruxism: A Literature Review. J Indian Prosthodont Soc. 2010; 10(3): 141–148