F50 Gangguan Makan (Eating Disorders) Gangguan makan adalah

advertisement
F50
Gangguan Makan (Eating Disorders)
Gangguan makan adalah penyakit di mana korban menderita gangguan parah pada
perilaku makan mereka yang berkaitan dengan pikiran dan emosi. Mereka yang menderita
gangguan makan biasanya terobsesi dengan makanan dan juga berat badan mereka.
Gangguan makan mempengaruhi beberapa juta orang pada waktu tertentu, paling sering
mempengaruhi perempuan diantara usia 12 sampai 35.
Orang dengan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa cenderung perfeksionis yang
merasa rendah diri dan sangat kritis terhadap diri mereka sendiri dan tubuh mereka. Mereka
biasanya "merasa gemuk" dan melihat diri mereka sebagai orang yang memiliki kelebihan
berat badan, bahkan meskipun terkadang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh semikelaparan (atau malnutrisi). Rasa takut yang kuat pada bertambahnya berat badan dan
menjadi gemuk ini dapat menjalar. Pada tahap awal gangguan ini, pasien sering menyangkal
bahwa mereka memiliki masalah.
Dalam banyak kasus, gangguan makan terjadi bersamaan dengan gangguan kejiwaan
lain seperti kecemasan, panik, gangguan obsesif kompulsif, alkohol dan masalah
penyalahgunaan narkoba. Bukti baru menunjukkan bahwa faktor keturunan mungkin
berperan dalam mengapa orang-orang tertentu mengembangkan gangguan makan, tetapi
gangguan ini juga menimpa banyak orang yang tidak memiliki riwayat keluarga sebelumnya.
Tanpa pengobatan baik gejala emosional dan fisik dari gangguan ini, kekurangan gizi,
masalah jantung, dan kondisi yang berpotensi fatal lainnya dapat muncul. Namun, dengan
perawatan medis yang tepat, mereka yang menderita gangguan makan dapat kembali
melanjutkan kebiasaan makan yang baik, dan kembali ke kesehatan emosional dan psikologis
yang lebih baik.
Menurut American Psychiatric Association (APA), ada tiga jenis utama dari gangguan
makan, yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan pesta makan (binge eating
disorders).
Berat Ideal versi Rumus BMI (Body Mass Index)
BMI adalah suatu rumus kesehatan, di mana berat badan (BB) seseorang (kg) dibagi
dengan tinggi badan (TB) pangkat dua (m2).
BMI = (BB) / [(TB) * (TB)]
Kategori berat badan menurut BMI, yaitu:
BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)
BMI 18.5 - 24 = normal
BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight)
BMI >30 = obesitas
Anorexia Nervosa
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan
mempertahankan berat badan tubuh dalam batas-batas yang normal. Individu yang
mengalami gangguan ini memiliki citra tubuh yang menyimpang, menganggap dirinya
mengalami obesitas. Gangguan didiagnosis ketika pasien memiliki berat badan setidaknya
kurang dari 15 persen dibandingkan berat badan sehat yang dianggap normal dan sesuai
dengan tinggi badan mereka. Orang dengan anoreksia nervosa tidak menjaga berat badan
normal karena mereka menolak untuk makan dengan cukup, sering berolahraga secara
obsesif, dan kadang-kadang memaksa diri untuk memuntahkan atau menggunakan obat
pencahar untuk menurunkan berat badan. Penyakit ini disebabkan oleh suatu kecemasan
tentang bentuk tubuh dan berat yang berasal dari rasa takut akan gemuk atau keinginan
menjadi kurus. Bagaimana orang-orang dengan anoreksia nervosa melihat diri mereka sering
bertentangan dengan bagaimana mereka terlihat oleh orang lain. Orang dengan anoreksia
nervosa dapat melihat penurunan berat badan mereka sebagai prestasi positif yang dapat
membantu meningkatkan kepercayaan diri dan self-esteem mereka. Anoreksia nervosa lebih
sering muncul pada wanita dan dari kalangan sosial ekonomi menengah ke atas. Seiring
waktu, gejala tersebut dapat berkembang pada tubuh yang kelaparan. Akibat dari anoreksia
nervosa, yaitu:










Menstruasi berhenti
Osteopenia atau osteoporosis (penipisan tulang) melalui hilangnya kalsium
Rambut / kuku menjadi rapuh
Mengeringnya kulit dan kulit dapat berubah menjadi kuning
Anemia ringan dan otot, termasuk otot jantung
Sembelit parah
Turunnya tekanan darah, melambatnya pernapasan dan denyut nadi
suhu tubuh internal jatuh, menyebabkan orang merasa dingin sepanjang waktu
Depresi, dan kelesuan
Pada pria dapat menderita kurangnya minat pada seks atau impotensi .
Insiden
1.
2.
3.
4.
komplikasi jantung terjadi pada 87% remaja penderita anoreksia nervosa
kira-kira 5% penderita anoreksia nervosa adalah laki-laki
komplikasi ginjal terjadi pada kurang lebih 70% remaja penderita anoreksia nervosa
anoreksia nervosa diderita oleh 1% perempuan kulit putih antara umur 16 dan 24
tahun
5. puncak gangguan adalah antara umur 14 dan 18 tahun
6. angka mortalitas berkisar antara 2% dan 8%
7. angka insiden meningkat pada kelompok sosial yang lebih tinggi
8. 5% anak-anak yang terkena berumur kurang dari 12 tahun
Komplikasi
1. jantung
a.
b.
c.
d.
e.
bradikardia
takikardia
aritmia
hipotensi
gagal jantung
2. gastrointestinal
a. esofhagus
b. ulkus peptikum
c. hepatomegami
3. ginjal
a. abnormalitas urea serum dan elektrolit (hipokalemia, hiponatremia, hipokloremia,
alkalosis metabolic hipokloremik)
b. pitting edema
4. hematologik
a. anemia dan leucopenia ringan (umum)
b. trombositopenia (jarang terjadi)
5. skelet
a. osteoporosis
b. fraktur patologik
6. endokrin
a. penurunan fertilitas
b. peningkatan kadar kartisol dan hormone pertumbuhan
c. peningkatan glukoneogenesis
7. metabolik
1. penurunan metabolisme basal
2. gangguan pengaturan suhu badan
3. gangguan tidur
Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa adalah penyakit di mana orang merasa bahwa mereka telah
kehilangan kontrol atas makan mereka. Seperti di anoreksia nervosa, mereka mengevaluasi
sendiri sesuai dengan bentuk tubuh dan berat badan mereka. Memang dalam beberapa kasus
(meskipun tidak semua), bulimia nervosa berkembang dari anoreksia nervosa. Orang dengan
bulimia nervosa tertangkap dalam siklus makan makanan dalam jumlah besar ('pesta makan'),
dan kemudian memuntahkan, menggunakan obat pencahar dan diuretik (disebut
'membersihkan'),
atau
berlebihan
berolahraga
dan
berpuasa,
untuk
mencegah kenaikan berat badan. Perilaku ini dapat mendominasi kehidupan sehari-hari , dan
menyebabkan kesulitan dalam hubungan dan situasi sosial. Biasanya orang menyembunyikan
perilaku ini dari orang lain, dan berat badan mereka seringkali normal . Orang dengan
bulimia nervosa cenderung tidak mencari bantuan atau dukungan. Penderita juga mengalami
perubahan dalam suasana hati mereka, seperti merasa cemas dan tegang. Mereka juga
mungkin memiliki perasaan rendah diri , dan mungkin mencoba untuk melukai diri sendiri
dengan menggaruk atau melakukan pemotongan.
Meskipun mereka mungkin sering melakukan diet dan olahraga dengan penuh
semangat, individu dengan bulimia nervosa dapat terlihat sedikit kurus, berat badan normal,
kelebihan berat badan atau bahkan obesitas. Tapi, mereka tidak pernah terlihat kurus seperti
penderita anoreksia nervosa. Pasien dengan bulimia nervosa sering melakukan pesta makan,
dan selama ini penderita dapat makan dalam jumlah yang besar dalam waktu singkat, sering
mengkonsumsi ribuan kalori yang tinggi akan gula, karbohidrat, dan lemak. Mereka bisa
makan sangat cepat, kadang-kadang menelan makanan tanpa mencicipinya.
Pesta makan mereka sering berakhir hanya ketika mereka terganggu oleh orang lain,
atau mereka tertidur, atau perut mereka sakit dari yang terentang melampaui kapasitas
normal. Selama pesta makan penderita merasa lepas kendali. Setelah pesta makan, sakit perut
dan rasa takut akan berat badan adalah alasan umum yang mengakibatkan penderita bulimia
nervosa melakukan pembersihan dengan cara memuntahkan atau menggunakan pencahar.
Siklus ini biasanya diulang setidaknya beberapa kali seminggu atau, dalam kasus-kasus yang
serius, beberapa kali sehari. Banyak orang tidak tahu jika ada anggota keluarga atau teman
memiliki bulimia nervosa karena penderita hampir selalu menyembunyikan perilaku pesta
makan mereka. Karena tubuh mereka tidak menjadi kurus secara drastis, sehingga perilaku
mereka mungkin tidak diketahui oleh orang-orang terdekat mereka. Bulimia nervosa
memiliki gejala yaitu :
 Tenggorokan kronis meradang dan sakit
 kelenjar saliva di leher dan di bawah rahang menjadi bengkak.
 Enamel gigi habis , gigi mulai membusuk dari paparan asam lambung
 muntah secara rutin yang menyebabkan gangguan gastroesophageal reflux
 penyalahgunaan Laksatif menyebabkan iritasi pada usus
 Diuretik ( pil air) menyebabkan masalah ginjal
 Dehidrasi berat dari membersihkan cairan
Binge Eating Disorders
Saat ini, kriteria untuk gangguan pesta makan berada di bawah penyelidikan atau
masih sedang didefinisikan. Dalam DSM - 5 , gangguan tersebut didefinisikan sebagai suatu
kondisi kejiwaan yang unik dengan kriteria yang lebih spesifik.
Namun, orang dengan gangguan makan binge memiliki waktu pesta makan di mana
mereka mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang sangat besar secara singkat dan merasa
lepas kendali saat pesta tersebut. Tidak seperti penderita bulimia nervosa, mereka tidak
mencoba untuk menyingkirkan makanan dengan memuntahkan atau dengan menggunakan
praktik yang tidak aman lainnya seperti puasa atau penyalahgunaan pencahar. Pesta makan
adalah gangguan kronis dan dapat menyebabkan komplikasi serius kesehatan, terutama
obesitas, diabetes, hipertensi dan penyakit kardiovaskuler.
Kriteria penderita Binge Eating Disorders:
 Makan lebih cepat dari biasanya
 Makan sampai merasa perutnya penuh
 Makan makanan dalam jumlah besar meski tidak merasa lapar secara fisik
 Makan sendirian karena merasa malu
 Merasa jijik dengan diri sendiri, depresi , atau sangat bersalah sesudahnya
Treatment
Gangguan makan jelas menggambarkan hubungan yang erat antara kesehatan
emosional dan fisik. Langkah pertama dalam mengobati anoreksia nervosa adalah dengan
membantu pasien mendapatkan kembali berat badan ke tingkat yang sehat dan dianggap
normal. Untuk pasien dengan gangguan pesta makan adalah penting untuk membantu mereka
menghentikan perilaku binges. Namun, mengembalikan seseorang untuk berat badan normal
atau sementara mengakhiri siklus pesta ‘pembersihan’ tidak mengatasi masalah emosional
yang mendasari yang menyebabkan atau diperparah oleh perilaku makan abnormal.
Psikoterapi membantu individu dengan gangguan makan untuk memahami pikiran,
emosi dan perilaku yang memicu gangguan ini . Selain itu, beberapa obat juga terbukti efektif
dalam proses pengobatan . Karena masalah fisik yang serius yang disebabkan oleh penyakit
ini , adalah penting bahwa setiap rencana pengobatan untuk orang dengan anoreksia nervosa ,
bulimia nervosa , atau gangguan pesta makan termasuk perawatan medis umum , manajemen
gizi dan konseling gizi . Langkah-langkah ini dilakukan untuk membangun kembali
kesejahteraan dan praktek makan sehat.
F51.
Gangguan tidur non organik
Gangguan tidur adalah gangguan utama dari pola tidur normal yang mengakibatkan tekanan
dan menggangu fungsi di siang hari. Tidak hanya gangguan tidur sangat umum terjadi dan
dapat mempengaruhi hampir semua orang di beberapa titik dalam kehidupan mereka, tetapi
juga dapat menyebabkan stres serius dan konsekuensi kesehatan lainnya. Gangguan tidur
adalah sebuah gangguan yang terus menerus dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur. Karena
tidur mengembalikan stamina tubuh, meningkatkan konsentrasi dan suasana hati, sulit tidur
berkepanjangan memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup dan kemampuan fungsional.
Gangguan tidur non organik mencakup :
a. Disomnia : kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan pada jumlah, kualitas
atau waktu tidur -> insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur
b. Parasomnia : peristiwa episodik abnormal selama tidur. Pada masa kanak ada
hubungan dengan perkembagan anak, pada orang dewasa berupa -> somnabulisme,
night terror, nightmare
Gangguan tidur non-organik terdiri dari :
F51.0 Insomnia non organik
Menurut DSM-IV, insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan
untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung
setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi
individu. The International Classification of Diseases mendefinisikan insomnia sebagai
kesulitan memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama
minimal satu bulan. Menurut The International Classification of Sleep Disorders, insomnia
adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah
episode tidur tersebut. Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan
berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk
melakukannya.
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai
penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Insomnia
dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi dan suasana hati tetapi juga kesehatan,
kinerja dan kualitas hidup. Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem diagnostik
yaitu International code of diagnosis (ICD) 10, Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM) IV dan International Classification of Sleep Disorders (ISD).
Etiologi Insomnia
 Stres.






Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga dapat membuat
pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur. Peristiwa kehidupan
yang penuh stres, seperti kematian atau penyakit dari orang yang dicintai, perceraian
atau kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan insomnia.
Kecemasan dan depresi.
Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak atau karena
kekhawatiran yang menyertai depresi.
Obat-obatan.
Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk beberapa
antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan (seperti Ritalin)
dan kortikosteroid.
Kafein, nikotin dan alkohol.
Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal.
Nikotin merupakan stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat
penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur,tetapi mencegah tahap lebih
dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah malam.
Kondisi Medis.
Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dan sering buang air
kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia lebih besar dibandingkan
mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat
artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal refluxdisease
(GERD), stroke, penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.
Perubahan lingkungan atau jadwal kerja.
Kelelahan akibat perjalanan jauh atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan
terganggunya irama sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian
bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu
tubuh.
'Belajar' insomnia.
Hal ini dapat terjadi ketika individu khawatir berlebihan tentang tidak bisa tidur
dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh tertidur. Kebanyakan orang
dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka berada jauh dari lingkungan tidur
yang biasa atau ketika mereka tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka
menonton TV atau membaca.
Faktor Resiko Insomnia
Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi resiko insomnia
meningkat jika terjadi pada :
1. Wanita.
Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan hormon selama siklus
menstruasi dan menopause mungkin memainkan peran. Selama menopause,
sering berkeringat pada malam hari dan hot flashes sering mengganggu tidur.
2. Usia yang lebih tua.
Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia meningkat sejalan dengan usia.
3. Memiliki gangguan kesehatan mental.
Banyak gangguan, termasuk depresi, kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic
stress disorder, mengganggu tidur.
4. Stres.
Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang seperti kematian
orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan insomnia kronis. Menjadi
miskin atau pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia.
5. Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja.
Bekerja di malam hari sering meningkatkan resiko insomnia.
Tanda dan Gejala Insomnia
1. Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
2. Sering terbangun pada malam hari
3. Bangun tidur terlalu awal
4. Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
5. Iritabilitas, depresi atau kecemasan
6. Konsentrasi dan perhatian berkurang
7. Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
8. Ketegangandan sakit kepala
9. Gejala gastrointestinal
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ
• Hal ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti :
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur
yang buruk
b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan.
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan kekhawatiran yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan
yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
• Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan diagnosis
insomnia diabaikan.
• Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh
karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas
(seperti pada “transient insomnia”) tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi
stres akut (F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2)
Pengobatan
1. Non Farmakoterapi
a. Terapi Tingkah Laku
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan
mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku
iniumumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita
insomnia.
Terapi tingkah laku meliputi :
- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.
- Teknik Relaksasi : Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat
biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi
kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu Anda mengontrol
pernapasan, nadi, tonus otot,dan mood.
- Terapi kognitif : Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur
dengan pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling
tatap muka atau dalam grup.
- Restriksi Tidur : Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang
dihabiskan di tempattidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
- Kontrol stimulus : Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang
dihabiskan untuk beraktivitas. Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol :
1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk membaca,
menonton televisi, makan atau bekerja.
2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila dalam waktu
20 menit di tempat tidur seseorang tidak juga bisa tidur, tinggalkan
tempat tidur dan pergi ke ruangan lain dan melakukan hal- hal yang
membuat santai. Hindari menonton televisi. Bila sudah merasa
mengantuk kembali ke tempat tidur,namun bila dalam 20 menit di
tempat tidur tidak juga dapat tidur, kembali lakukan hal yang membuat
santai, dapat berulang dilakukan sampat seseorang dapat tidur.
3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa mengindahkan berapa
lama tidur pada malam sebelumnya. Hal ini dapat memperbaiki jadwal
tidur-bangun (kontrol waktu).
4. Tidur siang harus dihindari.
b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :
- Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur. Tidak berada
ditempat tidur ketika tidak tidur.
- Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa. Hanya menggunakan
tempat tidur hanya untuk tidur.
- Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan
pernapasan atau beribadah.
- Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur pada
malam hari.
- Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari
kebisingan
- Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap
hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
- Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin. Menghindari makan besar sebelum
tidur. Cek kesehatan secara rutin.
- Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik
2. Medikamentosa
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan
yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :
- Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur) Obat yang dibutuhkan
adalah bersifat “Sleep inducing anti-insomnia” yaitu golongan benzodiazepine
(Short Acting) Misalnya pada gangguan anxietas
- Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk kembali
ke proses tidur selanjutnya) Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Prolong
latent phase Anti-Insomnia”, yaitu golongan heterosiklik antidepresan
(Trisiklik dan Tetrasiklik), Misalnya pada gangguan depresi
- Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan terpecahpecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening). Obat yang dibutuhkan
adalah bersifat “Sleep Maintining Anti-Insomnia”, yaitu golongan
phenobarbital atau golongan benzodiazepine (Long acting). Misalnya pada
gangguan stres psikososial.
Komplikasi
Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur. Insomnia
dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik. Komplikasi insomnia meliputi :
a. Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.
b. Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan reaksi
kecelakaan.
c. Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi.
d. Kelebihan berat badan atau kegemukan.
e. Daya tahan tubuh yang rendah
f. Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya tekanan
darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes
F51.1 Hipersomnia non organik
Hipersomnia adalah bertambahnya waktu tidur sampai 25% dari pola tidur yang biasa.
Hipersomnia merupakan gejala yang seringkali menunjukkan kemungkinan adanya penyakit
yang serius. Hipersomnia temporer (sementara) bisa terjadi pada seseorang yang sehat,
selama beberapa malam atau hari setelah mengalami kurang tidur atau kelelahan fisik yang
luar biasa.
Hipersomnia yang berlangsung lebih dari beberapa hari bisa merupakan gejala dari :
a. Kelainan psikis (misalnya kecemasan atau depresi yang berat)
b. Pemakaian obat tidur yang berlebihan
c. Kekurangan oksigen dan penimbunan karbondioksida di dalam tubuh sebagai akibat
dari tidur apneu
d. Kelainan otak.
Hipersomnia menahun yang mulai timbul pada usia dini bisa merupakan gejala dari
narkolepsi.
Gejala
a. Rasa ngantuk siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur dan atau transisi
yang memanjak dari saat mulai bangun hingga sadar penuh.
b. Terjadi setiap hari, lebih dari 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu lebih pendek.
c. Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukan gejala rasa kantuk pada
siang hari.
Penderita merasa sangat mengantuk dan sering ingin tidur atau bahkan tertidur bukan pada
tempatnya dan bukan pada waktunya tidur.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosis bisa
dilakukan pemeriksaan laboratorium, karena hipersomnia bisa disebabkan oleh penyakit
tertentu. Hipersomnia yang baru saja timbul dan penyebabnya sulit dijelaskan, mungkin
merupakan akibat dari kelainan psikis (misalnya depresi) atau kelainan neurologis (misalnya
ensefalitis, meningitis atau tumor di dalam tengkorak). Pemeriksaan psikis ditujukan untuk
depresi, gangguan ingatan atau tanda-tanda kelainan neurologis. Pemeriksaan CT scan atau
MRI dilakukan pada penderita dengan tanda-tanda kelainan neurologis.
Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya.
F51.2 Gangguan jadwal tidur non organik
Gangguan ini timbul akibat ketidakcocokan antara ritme sirkadian normal dan siklus tidurterjaga normal yang dituntut oleh lingkungan. Keadaan ini terjadi untuk sementara ketika
seseorang mengalami perubahan zona waktu dengan cepat (jet lag) atau perubahan jadwal
kerja, seperti pada ketika suatu periode kerja dijadwalkan selama periode tidur kebiasaan
seseorang.
Terdapat tiga tipe gangguan jadwal tidur-jaga :
(1) tipe lanjut atau tertunda : tipe tertunda lebih sering diamati pada orang yang sebelumnya
mempunyai jadwal kerja atau komitmen sosial yang sedikit. Keadaan ini seringkali diobati
terlalu agresif dengan medikasi. Tipe lanjut lebih sering diamati pada manula. Keadaan ini
dapat menimbulkan keadaan terjaga di pagi hari dan mungkin sukar dibedakan dari depresi.
(2) tipe disorganisasi : memperlihatkan pola waktu tidur dan terjaga acak dan tak dapat
diramalkan. Keadaan ini dapat terjadi pada orang yang tidur secara sembarang atau seringkali
tidur siang sebentar, khususnya manula atauorang yang lama terbaring di tempat tidur.
(3) tipe sering berubah.
Satu-satunya pendekatan pengobatan yang paling efektif adalah kronoterapi yang melibatkan
perubahan harian sistematik dari rangsangan lingkungan hingga siklus tidur-terjaga
disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan lingkungan. Sedatif-hipnotik seringkali
diresepkan pada gangguan ini tetapi membantu sedikit saja.
Ditandai dengan :
a. Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama dengan pola tidur-jaga yang normal bagi
masyarakat setempat.
b. Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan orang
jaga, yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang dengan
kurun waktu yang lebih pendek.
c. Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti cemas, depresi.
(Muslim, 2002; Joeana dan Musadik, 1988)
F51.3 Somnambulisme (Sleepwalking)
Somnambulisme adalah gangguan tidur sambil berjalan, yang merupakan gangguan
perilaku yang terjadi dalam tahap mimpi dari tidur. Selama fase ini, tubuh melepaskan zat
kimia yang melumpuhkan tubuh. Namun, mereka yang berjalan sambil tidur tidak memiliki
pemicu kimia tersebut, sehingga dapat berjalan-jalan. Kebanyakan somnambulisme terjadi
pada anak-anak karena sistem saraf mereka belum sepenuhnya bekembang. Bila terjadi pada
orang dewasa, mungkin penyebabnya adalah psikologis, seperti stres berat atau penyebab
medis seperti epilepsi.
Penderita somnambulisme disebut sleepwalker. Walaupun tidur berjalan ini dapat terjadi
pada semua tingkatan usia, tetapi mayoritas terjadi pada anak berusia 8 sampai 12 tahun.
Berdasarkan studi epidemiologi, somnambulisme terutama terjadi di usia 4 – 8 tahun, dengan
prevalensi 15-30%. Di usia dewasa, prevalensinya 1-4 %. Di Swedia, angka prevalensi
setahun 6-17% dan angka insiden 40%. Angka rasio pria : wanita sebesar 1:1, menunjukkan
bahwa somnambulisme tidak memandang jenis kelamin. "Tidur sambil berjalan, cenderung
terjadi pada paruh pertama periode tidur. Orang dewasa yang berjalan sambil tidur biasanya
memiliki ekspresi kosong dengan mata terbuka,"
Tidur berjalan ini biasanya terjadi selama tidur dalam/tidur nyenyak pada awal tidur sekitar
satu sampai dua jam awal tidur. Beberapa kasus tidur berjalan ini hanya berlangsung selama
beberapa menit saja, tetapi beberapa kasus dapat terjadi sampai 30 menit. Pelaku tidur
berjalan sendiri tidak akan sadar apayang dilakukannya saat bangun pagi.
Penyebab
Beberapa kondisi yang merupakan penyebab somnambulisme antara lain (Faktor
Lingkungan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kurang tidur (sleep deprivation)
Jadwal tidur yang tidak teratur/kacau (chaotic sleep schedules)
Demam (fever)
Stres atau tekanan (stress)
Kekurangan (deficiency) magnesium
Intoksikasi obat atau zat kimia, misalnya :
a. alkohol,
b. hipnotik/sedative (misal: Zolpidem),
c. antidepresan (misal: bupropion, paroxetine, amitriptyline),
d. neuroleptik (misal: lithium, reboxetine),
e. minor tranquilizers,
f. stimulan,
g. antibiotik (misal: fluoroquinolone),
h. medikasi anti-Parkinson (misal: levodopa),
i. antikonvulsan (misal: topiramate),
j. antihistamin.
Kasus tidur berjalan terkadang berhubungan dengan pengobatan atau kondisi kesehatan
mental seperti :
1. Detak jantung tidak normal (arrhythmias)
2. Aliran balik asam lambung ke dalam esophagus atau saluran yang menghubungkan
tenggorokan dengan perut.
3. Berhentinya napas saat tidur (obstructive sleep apnea)
4. Kelainan akibat trauma
5. Kepanikan
Pencegahan dan pengobatan
Tidak ada pengobatan dan cara pencegahan yang pasti. Jika memergoki seseorang tidur
berjalan maka hal pertama yang sebaiknya dilakukan adalah dengan menuntunnya kembali ke
tempat tidur. Sebaiknya tidak membangunkan, karena hal ini akan menggangu proses
tidurnya, walalupun dengan membangunkannya tidak menimbulkan bahaya apapun. Hanya
saja jika dibangunkan saat tidur berjalan, maka orang tersebut akan merasa kebingungan.
F51.4 Teror tidur (night terrors)
Night terror adalah suatu kondisi terbangun dari sepertiga awal tidur malam dimana tidur
dalam keadaan non REM ( Rapid Eye Movement) (stage 3 dan 4 fase tidur). Biasanya night
terror ini diikuti dengan teriakan dan tampakan gejala cemas yang berlebihan. Berlangsung
selama 1 – 10 menit. Kondisi ini juga disebut Pavor Nocturnus, dan sleep terror.
Teror tidur adalah masalah tidur yang umum terjadi pada anak-anak. Diperkirakan sekitar
15% dari anak-anak memiliki pengalaman teror malam sesekali. Meskipun paling umum
terjadi pada anak-anak antara usia 2 dan 6 tahun, teror tidur dapat terjadi pada hampir semua
usia. Teror tidur biasanya dianggap normal atau tidak berbahaya, tetapi hal ini sering
membuat para orang tua sangat ketakutan dan kesulitan, terutama pada teror malam pertama
kali pada anak. Ketika episode ini muncul pada orang dewasa biasanya dimulai pada umur 20
dan 30an tahun. Episode setelah umur 40 tahun jarang terjadi. Pada anak-anak episode ini
lebih sering muncul pada laki-laki daripada perempuan. Dan night terror lebih sering muncul
dalam lingkungan keluarga daripada dalam lingkungan masyarakat umum.
Gejala
Dalam episode yang khas, penderita akan terduduk di tempat tidur dengan kecemasan yang
sangat dan tampakan agitasi serta gerakan motorik perseverativ (seperti menarik selimut),
ekspresi ketakutan, pupil dilatasi, keringat yang berlebihan, merinding, nafas dan detak
jantung yang cepat. Penderita dalam keadaan ini sifatnya tidak responsive terhadap dukungan
dari orang lain untuk menenangkannya sampai agitasi dan kecemasannya berkurang.
Penderita biasanya akan menceritakan memiliki perasaan terror dan mimpi yang terputus
sebelum terbangun. Suatu episode night terror, setelah timbulnya teriakan panik biasanya
akan berkembang menjadi episode sleepwalking. Rekaman poligrafik dari night terror adalah
mirip dengan yang didapati pada episode sleepwalking. Dan seperti episode sleepwalking,
penderita lupa akan night terror yang sudah dialaminya. Hal ini dinamakan Morning
Amnesia. Kebanyakan night terrors berlangsung selama 5 sampai 30 menit, dan setelah itu
anak akan kembali tidur.
Diagnosis
Kriteria DSM-IV untuk Night Terror :
a. Episode berulang dari bangun secara tiba-tiba dari tidur, biasanya berlangsung pada
sepertiga awal tidur dan dimulai dengan teriakan yang panik.
b. Ketakutan yang sangat dan tanda-tanda sistem autonomik yang meningkat seperti
takikardi, bernafas dengan cepat, dan keringat dalam setiap episode.
c. Tidak responsif secara relatif terhadap dukungan orang sekitar untuk menenangkan
disaat episode.
d. Tidak dijumpainya mimpi yang dapat diingat dan timbulnya amnesia terhadap
episode.
e. Episode-episode serangan dapat menyebabkan distress tang tampak secara klinis dan
ketidak seimbangan dalam lingkungan, pekerjaan dan dalam aspek lain.
f. Gangguan tidak disebabkan oleh efek psikologis suatu zat secara langsung (seperti
penyalahgunaan zat atau untuk medikasi) ataupun dalam suatu kondisi medis umum.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus yang diperlukan untuk night terror. Pada dasarnya night terror
dipicu oleh kondisi anak-anak yang kelelahan, sehingga membiasakan rutinitas tidur yang
baik dan memastikan anak mendapatkan istirahat yang cukup dapat membantu untuk
mencegah terjadinya night terror.
Untuk anak-anak yang sering mendapatkan night terror, mungkin akan membantu untuk
membangunkan anak sebelum waktu yang ia biasanya memiliki night terror. Hal ini
dilakukan untuk mengganggu atau mengubah siklus tidur dan mencegah night terror terjadi
(itu juga bekerja untuk sleepwalking). Selain itu, obat tidur juga dapat digunakan untuk
waktu yang singkat jika anak mendapat night terror yang sangat sering.
Pengobatan night terror ini dimulai dengan rekomendasi untuk menunggu gangguan ini
apakah akan hilang sendiri. Karena night terror memiliki kecenderungan untuk berkurang
semakin lama dan akan hilang sendiri. Saat seorang anak mulai remaja Night terror juga
biasanya akan hilang. Dan ketika night terror tidak menghilang, dibutuhkan medikasi
pemberian antidepressan (imipramine) atau benzodiazepine yang walaupun efektifitasnya
tidak begitu terbukti. Sekarang ini, tidak didapati bukti-bukti yang cukup dalam menterapi
night terror secara baik dan menuntaskan.
Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi dari gangguan ini tidak didapati akan tetapi dapat dijumpai ketidakseimbangan
hubungan penderita dalam lingkungan sosial. Prognosis dari pasien dengan night terror
adalah baik, karena gangguan ini memiliki kecenderungan untuk hilang sendiri.
F51.5 Mimpi buruk (nightmare)
Gangguan ini terdiri dari terjaga dari tidur yang berulang dengan ingatan terperinci yang
hidup akan mimpi menakutkan. Keadaan ini dapat meningkat selama periode stres mental
dan berkurang karena kelelahan. Keadaan ini terjadi selama periode tidur REM, seringkali
pada akhir malam ketika tidur REM lebih banyak. Peningkatan frekuensi mimpi buruk dapat
berkaitan dengan depresi dan ansietas, serta dengan penarikan diri dari obat-obatan, seperti
reserpin, penyekat beta, alkohol, dan tiotiksen. Namun, jika obat-obatan atau alkohol jelas
merupakan faktor pencetus, maka gangguan ini diklasifikasikan sebagai NOS (DSM III-R
307.40).
Gambaran klinis berikut adalah esensial untuk diagnosis secara pasti terhadap mimpi buruk,
yaitu:
1. Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang
menakutkan yang dapat diingat kembali secara terperinci dan jelas (vivid), biasanya
perihal ancaman kelangsungan hidup, keamanan atau harga diri; terbangunnya dapat
terjadi kapan saja selama periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paro kedua masa
tidur. Pada anak, setelah mimpi buruk setelah menceritakan mimpinya biasanya tidur
kembali setelah ditenangkan oleh orang tuanya.
2. Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar dan mampu
mengenali lingkungannya.
3. Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu, menyebabkan
penderitaan yang cukup berat bagi individu.
Psikoterapi dan pengobatan perilaku merupakan metode pengobatan paling efektif.
F52.
Disfungsi Seksual
Gangguan disfungsi seksual adalah masalah yang mengganggu inisiasi, penyempurnaan, atau
kepuasan seksual. Ada empat fase aktivitas seksual yang diakui secara umum, yang
melibatkan respon mental dan fisik dan berlaku untuk pria dan wanita. Fase-fase tersebut
secara berurutan adalah:
• Hasrat: nafsu atau fantasi tentang seks.
• Keterangsangan: perubahan fisik untuk mempersiapkan tubuh untuk melakukan
hubungan dan kenikmatan seksual yang menyertainya
• Orgasme: respon fisik yang mengarah pada puncak kenikmatan dan pelepasan
ketegangan seksual
• Resolusi: relaksasi fisik disertai dengan perasaan sejahtera dan kepuasan
Gangguan disfungsi seksual dapat terjadi pada masing-masing dari keempat fase. Lebih dari
satu gangguan disfungsi seksual dapat muncul secara bersamaan. Ada sembilan disfungsi
seksual yang saat ini teridentifikasi:
F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual
F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks
.10 Tidak menyukai seks
.11 Tidak menikmati seks
F52.2 Kegagalan dari respons genital
F52.3 Disfungsi Orgasme
F52.4 Ejakulasi dini
F52.5 Vaginismus Nonorganik
F52.6 Dispareunia Nonorganik
F52.7 Dorongan seksual yang berlebihan
F52.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan oleh
gangguan atau penyakit organik
F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh
gangguan atau penyakit organik
•
•
•
F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual
Gangguan Hasrat Seksual Hipoaktif
Gangguan hasrat seksual hipoaktif (hypoactive sexual desire disorder/ HSDD)
didefinisikan sebagai keengganan ekstrim atau ketiadaan hasrat yang persisten atau
berulang untuk menghindari semua, atau hampir semua, kontak seksual genital
dengan pasangan seksual. Sinonim untuk HSDD adalah keengganan seksual,
hambatan gairah seksual, apatisme seksual, frigiditas dan anoreksia seksual. Ini
adalah salah satu gangguan seksual yang paling umum dan lebih sering pada wanita.
HSDD dicirikan oleh kegagalan untuk memulai atau merespon inisiasi pasangan
untuk aktivitas seksual. HSDD menjadi gangguan. HSDD dapat situasional (sematamata terhadap satu pasangan), atau umum, yaitu pada siapa pun. Pada bentuk ekstrim
HSDD, pasien tidak hanya tidak memiliki hasrat seksual, tetapi juga menganggap
seks menjijikkan, memuakkan, dan jorok. Tanggapan fobia atau panik mungkin
terjadi pada kasus HSDD ekstrim. HSDD mungkin disebabkan faktor baik fisik
maupun emosional.
F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks
.10 Tidak menyukai seks
.11 Tidak menikmati seks
Gangguan Keengganan Seksual
Gangguan keengganan seksual (sexual aversion disorder) adalah gangguan yang
ditandai dengan rasa jijik, takut, muak, atau kurangnya keinginan dalam hubungan
yang melibatkan kontak kelamin.
Adalah normal bagi setiap orang untuk kehilangan minat aktivitas seksual sesekali,
misalnya selama menopause, setelah kelahiran anak, sebelum atau selama menstruasi,
selama pemulihan dari sakit atau operasi, dan selama seperti perubahan besar dalam
hidup atau stres akibat kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, pensiun, atau
perceraian. Gangguan keengganan seksual merupakan ketidaksukaan yang lebih kuat
dari itu, ditandai tidak hanya oleh kurangnya keinginan, tetapi juga oleh rasa takut,
jijik, muak, atau emosi yang sama ketika penderita gangguan tersebut terlibat dalam
kontak kelamin dengan pasangan. Keengganan mengambil bentuk yang berbeda-beda,
tetapi mungkin terkait dengan aspek-aspek tertentu dari hubungan seksual, seperti
melihat alat kelamin, mencium bau badan atau bau sekresi tubuh pasangannya, dll.
Dalam beberapa kasus penderita gangguan keengganan seksual menghindari segala
bentuk kontak seksual, yang lainnya mau mencium dan membelai dengan normal
sampai terjadi kontak kelamin.
Keengganan seksual dapat seumur hidup (selalu hadir) atau diperoleh setelah
pengalaman traumatik situasional (dengan mitra tertentu atau dalam keadaan tertentu)
atau umum (terjadi dengan pasangan manapun dan dalam segala situasi). Keengganan
seksual dapat disebabkan oleh faktor psikologis atau kombinasi faktor fisik dan
psikologis.
Gangguan Keterangsangan Seksual Wanita
Gangguan keterangsangan seksual wanita (female sexual arousal disorder/ FSAD)
adalah ketidakmampuan berulang wanita untuk mencapai atau mempertahankan
respon lubrikasi dan pembesaran yang cukup selama aktivitas seksual. Kurangnya
pelumasan adalah masalah fisik yang mungkin memiliki penyebab fisik maupun
psikologis. Wanita penderita FSAD merasakan hubungan tidak nyaman atau bahkan
menyakitkan. Sebagai hasilnya, wanita tersebut akan sering menghindari hubungan
seksual dan aktivitas seksual yang dapat membawa ke hubungan seksual.
F52.2 Kegagalan dari respons genital
Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan yang konsisten untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk memungkinkan hubungan seksual yang
memuaskan. Kata “konsisten” termasuk dalam definisi tersebut karena kebanyakan
pria mengalami episode DE yang bersifat sementara dan biasanya berhubungan
dengan kelelahan, depresi, kemarahan, stres atau emosi lainnya. Istilah impotensi
yang sebelumnya digunakan kini telah hampir ditinggalkan karena stigma yang
melekat berupa kelemahan dan kekurangan daya.
Pria yang berbeda mengalami pola DE yang berbeda. Sebagian pria melaporkan
ketidakmampuan ereksi sejak awal kontak seksual, sementara yang lain tidak dapat
mempertahankan ereksi untuk penetrasi. Pria lain mungkin kehilangan ereksi selama
hubungan seksual, dan lainnya hanya dapat mengalami ereksi ketika bangun tidur atau
saat masturbasi. Disfungsi ereksi dapat terjadi sebagai bagian dari gangguan mental
atau merupakan gejala dari gangguan lain, seperti disfungsi seksual karena kondisi
medis umum atau disfungsi seksual yang dipengaruhi obat.
Dorongan Seksual
Dorongan seksual (sexual drive) adalah keinginan pribadi dan subyektif atau rasa
kesiapan untuk memiliki pengalaman erotoseksual.
F52.3 Disfungsi Orgasme
Definisi:Gangguan Orgasme Laki-Laki
Gangguan orgasme laki-laki adalah ketidakmampuan yang persisten atau berulang
untuk mencapai orgasme meskipun melakukan kontak seksual lama. Kondisi ini
adalah salah satu disfungsi seksual, bersama dengan ejakulasi dini, dispareunia, dan
lainnya.
Individu yang terkena gangguan orgasme pria tidak dapat mengalami orgasme setelah
fase eksitasi seksual yang normal. Mereka secara teratur dapat mengalami
keterlambatan dalam orgasme, atau mungkin tidak dapat mengalami orgasme sama
sekali.
Sensasi orgasme pada pria meliputi emisi diikuti dengan ejakulasi. Emisi merujuk
pada sensasi akan hadirnya ejakulasi yang dihasilkan oleh kontraksi kelenjar prostat,
vesikula seminalis, dan uretra disertai dengan ketegangan otot umum, kontraksi
perineum, dan penyodoran panggul. Orgasme diikuti oleh periode resolusi ditandai
dengan perasaan relaksasi otot. Selama fase ini, orang mungkin tidak dapat
menanggapi rangsangan seksual lebih lanjut, mengalami ereksi, dan orgasme untuk
jangka waktu tertentu.
Definisi:Gangguan Orgasme Wanita
Gangguan orgasme wanita adalah ketidakmampuan persisten atau berulang dari
seorang wanita untuk mengalami orgasme setelah gairah seksual dan stimulasi seksual
yang memadai. Kondisi ini memengaruhi kualitas pengalaman seksual wanita.
Gangguan orgasme dapat primer (tidak pernah mengalami orgasme) atau sekunder
(diperoleh setelah trauma), dan dapat berupa umum atau kondisional pada situasi
tertentu. Gangguan primer lebih banyak terjadi, yang berarti bahwa seorang wanita
tidak pernah mencapai orgasme dalam setiap jenis rangsangan, termasuk masturbasi,
rangsangan langsung klitoris oleh pasangan, atau hubungan seks vagina. Gangguan
sekunder dapat terjadi setelah sakit, trauma emosional, atau sebagai efek samping
operasi atau obat
Definisi:Anorgasmia
Anorgasmia adalah ketidakmampuan untuk mencapai orgasme. Secara medis
dibedakan sebagai gangguan orgasme wanita dan gangguan orgasme laki-laki.
F52.4 Ejakulasi dini
Ejakulasi Dini
Ejakulasi dini (ED) atau ejakulasi prematur mengacu pada keluarnya cairan mani
(ejakulasi) yang persisten atau berulang dengan stimulasi seksual minimal sebelum,
pada, atau sesaat setelah penetrasi, sebelum orang menginginkannya, dan lebih awal
dari yang diharapkannya.
Ejakulasi dini adalah keluhan umum dan umumnya dikaitkan dengan gejala
psikologis, terutama kecemasan kinerja dan rasa bersalah. ED jarang yang disebabkan
oleh masalah fisik atau struktural. Dalam kasus ini, penyebab biasanya berhubungan
dengan gejala fisik lain, misalnya rasa sakit. Dalam kasus yang jarang, ejakulasi dini
mungkin terkait dengan kondisi neurologis, infeksi kelenjar prostat, atau uretritis
(radang saluran yang membawa urin dan air mani ke luar tubuh) dan penyalahgunaan
zat.
F52.5 Vaginismus Nonorganik
Vaginismus merupakan suatu keadaan disfungsi seksual dimana terdapat kejang otot
yang abnormal pada sepertiga vagina bagian luar dan bagian dalam vagina. Pada
vaginismus, wanita mengalami gangguan atau penolakan baik dalam fisik maupun
psikisnya. Mereka biasanya merapatkan kedua tungkainya jika mengalami sentuhan
pada alat kelaminnya
a. Kejadian ini yang akan mengakibatkan terhambatnya rutinitas bercinta.
Reaksi akan nampak terlihat dari wanita dengan vaginismus, karena ia cenderung
merapatkan kedua tungkainya bila terjadi sentuhan pada area kelaminnya.
Vaginismus bisa menyerang wanita dengan variasi usia. Mulai dari usia ketika
seorang wanita sudah aktif secara seksual, sampai wanita yang sudah berusia lanjut
atau tua. Dan diduga, sekitar 2-3 persen wanita dewasa mengalami vaginismus.
•
•
•
•
Penyebab vaginismus
Adanya infeksi yang menimbulkan luka disekitar lubang vagina atau labia.
Gangguan selaput dara, termasuk apabila adanya tarikan saat penetrasi berlangsung.
Adanya bekas robekan pada saat melahirkan yang tidak sembuh secara sempurna,
sehingga menimbulkan reaksi penolakan sebagi bentuk beban fisik dan fsikis.
Pernah mengalami traumatik secara seksual, seperti pemerkosaan, dimana jika trauma
itu masih dirasakan hingga masa menikah, makan hal itu merupakan vaginismus
sekunder.
•
•
•
Momen bercinta yang kerap menimbulkan rasa nyeri bisa jadi menyebabkan trauma
psikis, sehingga rasa trauma itu bisa menjadi vaginismus.
Perasaan takut yang berlebihan apabila bercinta menjadikan wanita itu hamil.
Serta perasaan takut tertular penyakit kelamin dari pasangannya.
Mengatasi vaginismus
Penanggulangan gangguan seksual ini bisa dilakukan dengan cara membuat
komunikasi yang baik dengan suami atau pasangan. Selain itu, cobalah untuk
berkonsultasi dengan dokter ahli. Pada sesi pemeriksaan, salah satu metode
pemeriksaan akan mengarah pada dilator. Dilator adalah suatu alat yang terbuat dari
bahan semacam plastik yang berbentuk silinder, yang fungsinya untuk merelaksasi
otot vagina yang mengalami kekejangan tidak normal.
Sebelum menggunakan dilator, biasanya terlebih dahulu pihak wanita akan diminta
untuk melakukan latihan kontraksi dan relaksasi otot panggulnya.
Apabila sudah mampu melakukan relaksasi otot, barulah dilator bisa digunakan.
Dimulai dari ukuran terkecil (nomor 1). dilator akan dibiarkan didalam vagina sekitar
10-15 menit, dan dapat diulang 3-4 kali di siang hari dan sekali lagi menjelang
malam.
Pencegahan
• Pendidikan seks sangat perlu bagi pasangan suami istri. Maka dari itu, carilah
informasi sebanyak-banyak seputar apa-apa saja yang bisa meningkatkan dan
menghambat kehidupan seksual Anda dan pasangan.
• Hindari traumatik pada hubungan seksual pertama kali. Maka dari itu, perlu adanya
pemahaman dan pengetahuan seputar aktivitas seks sebelum menikah, baik pada
wanita maupun pria.
• Binalah komunikasi yang baik dengan pasangan.
• Jagalah kesehatan kelamin dan setialah dengan pasanga, supaya tidak tertular atau
terinfeksi penyakit kelamin.
• Pasca melahirkan, pastikan luka sobekan akibat melahirkan sembuh dengan baik
dan sempurna
F52.6 Dispareunia Nonorganik
Dispareunia
Dispareunia adalah nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama hubungan
seksual. Dispareunia lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, tetapi dapat
menjadi penghambat aktivitas seksual genital pada kedua jenis kelamin.
Pada wanita, dispareunia dapat disebabkan oleh vaginismus atau trauma urogenital
lokal atau kondisi peradangan seperti robekan hymen, laserasi labial, uretritis, atau
kondisi peradangan pada kelenjar labial atau vagina (vaginitis). Kadang-kadang,
reaksi alergi terhadap spermisida atau kondom juga dapat mengganggu hubungan
seksual. Pada wanita, penyebab dispareunia biasanya fisik dan berhubungan dengan
infeksi pada kelenjar prostat (prostatitis), salurana kencing (sistitis), atau testis. Ereksi
menyakitkan mungkin akibat penyakit Peyronie, yang ditandai oleh perubahan
fibrotik pada batang penis yang mencegah tercapainya ereksi normal.
F52.7 Dorongan seksual yang berlebihan
Nymphomania
Nymphomania adalah kondisi di mana seorang wanita atau pria tak mampu menahan
hasrat seksualnya. Hal ini yang menyebabkan si penderita berhubungan seksual
dengan siapapun.
Penyebab pasti dari penyakit ini belum diketahui. Beberapa ahli kesehatan dan
psikiatri berpendapat bahwa penyakit ini disebabkan oleh trauma di masa kecil. Ahli
lain menyatakan penyakit ini disebabkan si penderita ingin melarikan diri dari
kekosongan emosi.
Gejala
Keinginan seksual yang berlebihan dan penderita berulang kali gagal untuk
mengendalikannya.
Perawatan
Perawatan diperlukan jika penderita memang benar-benar mengalami penyakit ini.
Artinya, kecanduan seks tersebut mengarah pada ketidakwajaran. Penderita, meskipun
terkadang tidak berani mengungkapkan penyakitnya, dapat melakukan konsultasi
psikologis untuk mengelimir atau menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Ada
beberapa lembaga konsultasi yang memberikan jaminan rahasia identitas penderita,
salah satunya Sex Addicts Anonymous (SAA).
Satyriasis atau Hiperseks
Menurut terjaemahan dari kamus, Satyriasis (baca: seytu'rIusis) adalah suatu
keabnormalan gairah seksual yang intense daripada lelaki. Istilah ini berasal dari
bahasa Yunani "satyros" yang berarti "satyr." Dalam Mitologi Yunani, satyr
merupakan mahluk separuh manusia dan separuh kambing yang merupakan ikon
perilaku seksual yang acap membuat keonaran.
Satyriasis atau "Don Juanisme" atau satyrisme atau satyromania merupakan beberapa
terminologi dari lelaki yang mengalami hiperseksualitas. Atau dengan kata lain
Satyriasis adalah perilaku seksual/romantik yang berlebihan, tidak normal, tidak
terkontrol yang dialami para lelaki.
Satyriasis dipercaya merupakan akibat dari kondisi narcissisme yang ekstrim,
seseorang menganggap atau merasa segalanya selalu menyangkut dirinya bukan orang
atau hal yang lain (dominan). Perasaan inferoir yang muncul ditekan dengan cara
bereaksi aktif untuk menundukkan perempuan secara seksual. Beberapa pihak juga
menganggap penyebab Satyriasis adalah hal biologis atau psikologis.
Don Juan adalah sebutan bagi mereka yang mengalami kondisi Satyriasis. Seorang
yang disebut Don Juan umumnya memiliki banyak partener seksual. Pengobatan
untuk menangani kondisi Satyriasis adalah dengan bantuan seorang psikolog untuk
mengatasi gangguan psikologi penderitanya. Ini guna mempelajari perilaku dan
proses pikiran si penderita untuk dieksplorasi dan kemudian diketahui pola kelainan
yang terjadi. Bisa juga dengan berkonsultasi dengan seorang psikiater untuk
mendapatkan pengobatan medis yang bisa menekan gairah seksual yang berlebihan
tersebut. Umumnya pasien akan diberikan pengobatan antidepresan untuk mengatasi
problem yang dialami.
F52.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan oleh
gangguan
atau
penyakit organik
Disfungsi seksual atau kerusakan seksual adalah kesulitan yang dialami oleh individu
atau pasangan dalam setiap tahap kegiatan seksual yang normal, termasuk
kesenangan/kepuasan fisik, keinginan, preferensi, gairah atau orgasme. Disfungsi
seksual dapat memiliki dampak besar pada kualitas kehidupan seksual individu.
Melalui sejarah seksual dan penilaian kesehatan umum dan masalah seksual lainnya
(jika ada) sangat penting.. Menilai (kinerja) kecemasan, rasa bersalah, stres dan
khawatir merupakan bagian integral dari pengelolaan yang optimal dari disfungsi
seksual. Banyak disfungsi seksual yang didefinisikan didasarkan pada manusia siklus
respon seksual, diusulkan oleh William H. Masters dan Virginia E. Johnson, dan
kemudian dimodifikasi oleh Helen Singer Kaplan.
F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh
gangguan
atau
penyakit organik
Perubahan fungsi seksual yang dipandang sebagai tidak memuaskan, tidak
menguntungkan, tidak memadai
Perubahan merusak pada respon seks
Gangguan gairah seksual dan perubahan psychophysiologic yang mencirikan siklus
respon seksual dan menyebabkan penderitaan dan kesulitan ditandai interpersonal.
(APA, DSM-iv, 1994)
F.53
Gangguan Jiwa dan Perilaku yang Berhubungan dengan Masa Nifas YTK
Sepanjang masa setelah melahirkan hampir 85% wanita mengalami gangguan emosi.
Bagi kebanyakan wanita, gejalanya hanya sementara dan ringan (postpartum
blues/babyblues); namun 10-15% wanita mengalami gangguan emosi yang berkelanjutan
(persisten); seperti pada depresi postpartum pada mulanya ialah kelainan yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan, oleh karena itu secara diagnostiknya bisa dibedakan
dengan penyakit gangguan jiwa lainnya. Namun penelitian yang terbaru mengatakan bahwa
gangguan psikiatri pada wanita yang terjadi sepanjang hidupnya.
Sejak dahulu. Hipocrates, Celcus dan Galen merasakan adanya kondisi-kondisi khusus
pada kehamilan memegang peranan sebagai faktor pencetus timbulnya penyakit. Kondisikondisi ini meliputi antara lain perubahan-perubahan hormonal, perubahan bentuk badan,
meningkatkan aktivitas konflik yang berhubungan dengan kehamilan dan reorganisasi
intrapsikis yang berhubungan dengan sifat keibuan. Kelahiran sering kali merupakan faktor
pencetus terjadinya skizofrenia, yang sering kali dinamakan gangguan psikiatri pada
postpartum. Pengarang lain mengatakan bahwa onset terjadinya gangguan psikiatri pada
postpartum disebabkan oleh stres akibat dari persalinan, faktor hormonal atau perubahanperubahan metabolik, kelelahan fisik, kehilangan darah dan infeksi. Walaupun faktor fisik
turut memegang peranan, tetapi yang merupakan faktor utama mungkin psikogenetik
alamiah.
Psikosis Postpartum Psikosis postpartum ialah suatu sindrom yang ditandai oleh depresi
berat dan waham. Umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama dan biasanya kasus terjadi
2-3 hari setelah melahirkan. Perempuan yang menderita bipolar disorder atau masalah
psikotik lainnya yang disebut Skizoafektif disorder mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk terkena postpartum psikosis. Gejalanya antara lain mengalami delusi, halusinasi,
gangguan saat tidur dan obsesi mengenai bayinya. Penderita dapat terkena perubahan mood
secara drastis, dari depresi ke gusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu yang
singkat.
Etiologi
Gangguan psikotik pada postpartum biasanya terjadi karena penyakit mental mendasar,
misalnya skizofrenia atau gangguan bipolar, perubahan mendadak keadaan umum setelah
melahirkan juga ikut berperan. Bisa juga terjadi karena konflik psikodinamik mengenai
keibuan misalnya seperti kehamilan yang tak dikehendaki, terjadinya perkawinan yang tak
bahagia atau takut menjadi ibu.
Patofisiologi
1) Faktor Hormon Kadar estrogen dan progesteron menurun drastis saat persalinan.
Perubahan kadar estrogen dan progesteron pada saat kehamilan memicu peningkatan ikatan
pada reseptor dopamin dan penurunan kadar hormon saat persalinan menyebabkan terjadinya
suatu supersensitivitas reseptor dopamin yang mencetuskan terjadinya psikotik postpartum.
Prolaktin dan kortisol atau kadar perubahan hormon-hormon ini, namun individu yang
terlibat menjadi lebih sensitif kepada perubahan hormon dan bisa menyebabkan depresi
apabila diterapi dengan estrogen atau progesteron exogenous.
2) Faktor Psikososial Penelitian psikodinamik menunjukkan bahwa pada gangguan
postpartum terdapat konflik antara sang ibu denga tugasnya sebagai ibu yang harus mengasuh
anaknya, dengan kelahiran anaknya yang baru dengan suaminya. Konflik ini mempunyai
peranan dalam menentukan identitas dirinya sebagai seorang ibu yang tak dapat
berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu ini menemukan jati dirinya dan ini
merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara ibu dan anak. Walaupun wanita ini
mempunyai pengalaman dengan ibunya, tetapi pengalaman masa kanak-kanak memaksanya
menolak figur ibunya untuk ditiru dan didentifikasi. Penolakan ini mengakibatkan seorang
ibu kehilangan arah dan menjadi bingung. Gangguan identifikasi ini menyebabkan perasaan
terganggu, mereka sebagai ibu yang tidak tahu bagaimana seharusnya bertindak, dan
melahirkan anak tetapi tidak tahu bagaimana merawatnya.
3) Faktor Biologis Wanita dengan riwayat psikosis cenderung untuk terjadi rekurensi
sebanyak 90%.
I. Epidemiologi
Secara epidemiologinya, psikosis postpartum sangat jarang terjadi yaitu 1 atau 2 dalam
setiap 1000 kelahiran. Pada kasus yang berat psikosis postpartum yang ditandai dengan
halusinasi, waham dan pikiran membunuh bayi (infabticide). Wanita yang mengalami
psikosis postpartum merupakan suatu kondisi yang sangat serius, memerlukan penanganan
yang cepat dan biasanya perlu diopname
II. Gejala Klinis
Gejala dapat terjadi dalam jangka setahun setelah melahirkan anak. Namun awalnya
sering terjadi pada minggu ke-dua atau ke-tiga selepas persalinan. Kebanyakan pasien tidak
mengidap gangguan jiwa sebelumnya, namun demikian insidennya amat besar pada pasien
dengan riwayat gangguan bipolar, gangguan jiwa masa nifas (psikosis dan depresi) dan
riwayat keluarga tentang gangguan jiwa masa nifas. Gejala yang khas pada psikosis
postpartum terdiri dari agitasi, gelisah, emosi yang labil, termasuk kegembiraan berlebih,
insomnia, menangis,bingung dan akhirnya timbal episode psikotik yang gawat dengan
gambaran mania dan delirium. Peristiwa bunuh diri dan membunuh bayi (Suicide dan
infanticida) mencapai 10% kasus yang tak diobati. Obsesi juga sering dan terfokus pada statu
impuls untuk mencederai atau membunuh bayinya.(10)
Diagnosis
Menurut DSM-IV-TR, tidak ada kriteria bagi gangguan psikotik pada postpartum.
Namun diagnosis bisa ditegakkan apabila psikosis yang terjadi mempunyai hubungan dengan
persalinan dan perlangsungannya hanya sementara. Harus juga dipertimbangkan diagnosis
gangguan mood DSM-IB-TR sebagai diferensial diagnosisnya. Gejala karakteristik bagi
gangguan psikotik pada postpartum terdiri atas delusi, gangguan kognitif, gangguan motilitas,
mood atau suasana perasaan tak terkontrol dan halusinasi. Gejala psikotik ini hanya
mencakup hal-hal yang menyangkut keibuan dan kehamilan. DSM-IV-TR juga menyetujui
diagnosis gangguan psikotik dan gangguan mood (suasana perasaan) yang singkat disebabkan
karena pasca persalinan.
Diagnosis Banding
Seperti gangguan psikotik yang lain, perlu ditimbangkan kemungkinan adanya
gangguan psikotik lain yang disebabkan oleh kondisi kesehatan yang lain atau gangguan
psikotik yang disebabkan oleh pennggunaan zat-zat tertentu. Masalah kesehatan lain yang
berpotensi untuk menyebabkan gejala yang sama adalah seperti hipertiroid atau sindrom
cushing. Gangguan psikotik yang disebabkan oleh penggunaan zat biasanya berhubungan
dengan penggunaan obat anti nyeri seperti pentazocine (palwin) atau obat anti hipertensi
semasa kehamilan. Kondisi kesehatan lain yang bisa menyebabkan gejala yang sama
termasuk infeksi, toksemia dan neoplasma. Wanita dengan riwayat gangguan mood
diklasifikasikan sebagai pasien yang mengalami gangguan rekurens. Psikosis postpartum
tidak bisa disamakan dengan baby blues, yang merupakan gejala ringan, berlangsung hanya
beberapa hari dan ditandai dengan gejala sering menangis, fatigue, anxietas, iritasi yang
bermula setelah persalinan dan gejalanya berkurang dalam durasi satu minggu. Depresi
postpartum non-psikotik tidak mengalami delusi dan halusinasi. Ia lebih berat dari baby blues
sementara terjadi pada 10-20% wanita dan ditandai denga perasaan sedih dan berputus asa,
merasakan diri tidak sesuai untuk menjadi orang tua dan gangguan tidur. Biasanya disertai
dengan pemikiran obsesif untuk mencelakai bayi yang dilahirkan sehingga perlu diobservasi
dengan seksama.
Penatalaksanaan
Psikosis postparum Psikosis postpartum merupakan suatu kondisi emergensi dan
memerlukan perhatian dan penganan segera. Pasien mungkin akan membutuhkan terapi obat
untuk jangka waktu tertentu, seperti haloperidol atau flufenazin, keduanya diberikan dalam
dosis 2-5 mg per os 3 kali perhari. Bila agitasi maka pasien membutuhkan anti psikotika
berpotensi tinggi dan diberikan IM. Mood stabilizer seperti lithium, valproid acid,
carbamazepine digunakan sebagai terapi akut yang dikombinasi dengan obat anti psikotik dan
benzodiapezine. Indikasi pemakaian ECT sama seperti psikosis tanpa persalinan tetapi
dianjurkan ditunda sampai satu bulan postpartum untuk menghindari terjadinya emboli.
Prognosis
Hampir pada semua kasus psikosis postpartum prognosisnya adalah baik, kebanyakan
sembuh dalam waktu 3 bulan, 70% dalam waktu 6 bulan dan 30% kemungkinan rekurensi
pada kehamilan yang berikutnya. Prognosis pada serangan pertama relatif lebih baik, seperti
juga pada skizofrenia yang mempunyai penyakit fisik sebagai faktor presipitasi. Kira-kira
90% penderita ini sembuh dari keadaan psikotik dalam waktu relatif singkat. Prognosis
psikosis postpartum relatif lebih jelek dari bentuk lain dari gangguan psikotik pada
postpartum. Dalam depresi postpartum, sebagian besar sembuh dalam beberapa bulan.
Bagaimanapun resiko terjadinya psikosis lagi yang berhubungan dengan kehamilan
berikutnya adalah besar. Kemungkinan terjadinya lagi diperkirakan berkisar antara 15-30%.
Pencegahan
Berikut adalah beberapa cara pencegahan dari terjadinya gangguan psikotik pada
postpartum :


Wanita yang beresiko tinggi untuk terjadinya gangguan psikotik pada
postpartum harus diidentifikasi sebelum persalinan.
Wanita dengan gangguan bipolar atau dengan riwayat psikosis postpartum dapat
diberikan lithium yang diberikan pertama kali sebelum atau 24 sebelum
persalinan.
F.54
Faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
yang diklasifikasikan di tempat lain (Psychological and behavioral factors associated
with disorders or diseases classified elsewhere)
Kategori dari F54 mengenai faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan
gangguan atau penyakit yang diklasifikasikan di tempat lain ini digunakan untuk melaporkan
adanya pengaruh psikologis atau perilaku yang diduga memiliki peranan utama dalam
manifestasi gangguan fisik. Contoh dari kategori ini meliputi asma, dermatritis, peptic ulcer,
irritable bowel syndrome (IBS), ulcerative colitis, dan urticaria.
Asma
Asma merupakan sebuah penyakit kronis dimana saluran udara bronkus di paru-paru
menjadi menyempit dan bengkak, sehingga individu menjadi sulit untuk bernapas. Asma
adalah penyakit kronis yang mempengaruhi saluran udara, dimana saluran udara tersebut
berupa tabung yang membawa udara masuk dan keluar dari paru-paru. Jika individu memiliki
asma, dinding bagian dalam saluran napas tersebut akan menjadi sakit dan bengkak, sehingga
membuat bagian tersebut menjadi sangat sensitif dan mungkin bereaksi kuat terhadap hal-hal
yang menmbuat alergi.
Gejala penyakit asma meliputi mengi, batuk, sesak di dada, sesak napas, dan bernapas
cepat. Biasanya serangan asma dapat disebabkan oleh rambut hewan peliharaan, debu, asap,
serbuk, jamur, udara dingin, atau stres. Menurut Jonathan Bernstein, MD, seorang professor
di University of Cincinnati di Ohio mengatakan bahwa stress dan asma memiliki hubungan
yang lumayan rumit (everydayhealth.com). Kedua aspek ini, asma dan stress memiliki
hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya, stress yang
berlebihan dapat saja menyebabkan asma, begitu juga asma yang tidak terkendali akan
menyebabkan stress. Efek fisik dari stress seseorang dapat menjadi pemicu kambuhnya asma.
Ketika seseorang sedang tertekan karena stress atau emosi, mereka akan bernapas lebih berat,
cepat dan pendek. Jika seseorang tidak bisa mengontrol cara bernapas mereka maka
kemungkinan asma akan kambuh. Selain itu, stress juga dapat melemahkan imunitas tubuh
dan membuat seseorang semakin rentan terhadap asma.
Gejala-gejala dari penyakit asma tidak semua dimiliki oleh individu yang memiliki
penyakit asma. Dokter akan mendiagnosa penyakit asma berdasarkan tes fungsi paru, riwayat
kesehatan, dan pemeriksaan fisik. Penyakit asma dapat dicegah dengan mengatur pola hidup
yang seimbang dan sehat dengan menjaga kondisi tubuh dari perubahan cuaca yang
terkadang tidak menentu, pola makan, olahraga yang teratur, terapi cara rileks dan mengatur
napas apabila terjadi serangan asma, serta menjaga kebersihan dan keseimbangan ekosistem
sekitar lingkungan.
Dermatitis
Dermatitis seirng juga disebut eksim atau eksema, yaitu
peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau
gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya pecah dan
mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk
sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit
dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan.
Dermatitis cenderung memiliki perjalanan yang lama atau kronis
dan resitif atau berulang.
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal, sedangkan kelainan kulit bergantung
pada stadium penyakit, batas dapat tegas atau tidak tegas, penyebaran dapat setempat,
generalisata, bahkan universal. Gejala utama dari timbulnya eksim ringan adalah daerah
halus, sedikit memerah kering, bersisik, dapat menimbulkan gatal ataupun tidak, dan
biasanya terdapat pada kaki atau lengan.Pada penderita eksim akut, kulit akan mengalami
gatal yang intens, biasanya terjadi di bagian depan siku, belakang lutut, dan wajah. Namun,
setiap daerah kulit mungkin terpengaruh. Selanjutnya, kulit menjadi lebih sensitif terhadap
kain gatal, terutama wol. Pada musim dingin, eksim akan menjadi makin parah karena udara
di dalam ruangan sangat kering. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan dapat memperburuk
eksim adalah pasir, debu, bahan kimia, suhu lingkungan, makanan, stres, gangguan emosi,
klorin, serta penggarukan dan penggosokan.
Peptic ulcer
Peptic ulcer atau bisul perut (radang pada dinding lambung) adalah luka terbuka yang
terjadi di dalam lapisan perut, bagian atas usus kecil atau esophagus. Berdasarkan lokasinya,
peptic ulcer memiliki nama yang berbeda, yaitu :
-
Gastric ulcer merupakan bisul perut yang terjadi pada usus.
Duodenal ulcer merupakan jenis yang terjadi pada bagian pertama usus kecil
(duodenum).
Esophageal ulcer, biasanya berlokasi pada bagian bawah esophagus dan sering
dihubungkan dengan chronic gastroesophageal reflux disease (GERD).
Gejala yang dirasakan penderita biasanya meliputi nyeri pada daerah pusar sampai tulang
dada, nyeri yang hilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam, nyeri yang memburuk
ketika perut sedang kosong, nyeri yang memburuk ketika malam hari dan sering hilang untuk
sementara waktu dengan memakan makanan tertentu yang menahan asam lambung atau
meminum obat penurun asam lambung. Sementara itu, tanda atau gejala yang lebih parah,
yaitu muntah darah, darah yang menghitam atau gelap pada kotoran, mual atau muntah,
hilang berat badan, perubahan nafsu makan.
Penyebab kondisi ini yang paling umum adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori (H.
pylori). Bakteri H. pylori hidup dan melipatgandakan diri di dalam lapisan lendir yang
melapisi dan melindungi jaringan dinding perut dan usus kecil. Seringkali H. pylori tidak
menyebabkan masalah, tetapi terkadang dapat merusak lapisan lendir dan membuat radang
pada lapisan perut atau duodenum. Selain bakteri H. pylori, penyebab lain yang dapat
menyebabkan peptic ulcer yaitu, penggunaan obat pereda nyeri secara rutin, merokok,
konsumsi alkohol yang berlebihan, dan stress.
Irritable bowel syndrome (IBS)
Irritable bowel syndrome (IBS) adalah gangguan umum pada usus besar. IBS biasanya
menyebabkan kejang, nyeri pada area perut, perut kembung, diare dan konstipasi. IBS tidak
menyebabkan kerusakan permanen pada usus besar anda. Tidak seperti penyakit pencernaan
lain yang lebih serius, IBS tidak menyebabkan kerusakan atau pembengkakan pada jaringan
usus dan juga tidak meningkatnya risiko kanker usus.
Tanda dan gejala IBS dapat bervariasi pada setiap orang dan sering menyerupai penyakit
lain. Tanda dan gejala IBS, yaitu nyeri pada area perut, perut kembung, diare atau konstipasi
dan terkadang bahkan keduanya, lendir pada tinja.
Penyebab IBS tidak dapat diketahui secara pasti. Pada IBS, kontraksi otot alat
pencernaan yang menghantarkan alat pencernaan dari usus ke dubur menjadi tidak normal
dari pada sebelumnya. Apabila kontraksi tersebut lebih kuat, maka makanan yang didorong
akan lebih cepat, menyebabkan kelebihan gas pada perut dan diare. Pada beberapa kasus
sebaliknya adalah aliran makanan melambat dan tinja yang keluar menjadi kering dan sulit
dikeluarkan. Ketidaknormalan pada sistem syaraf di usus besar mungkin juga merupakan
penyebab IBS. Ada beberapa pemicu IBS, yaitu :
-
-
-
Makanan. Orang yang memiliki IBS biasanya tanda dan gejala akan menjadi parah
ketika makan makanan tertentu. Cokelat, susu dan alkohol dapat menyebabkan
konstipasi atau diare. Minuman berkarbonasi dan beberapa buah dan sayur dapat
menyebabkan perut kembung dan tidak nyaman.
Stres. Stres dapat memicu memburuknya tanda dan gejala IBS.
Hormon. Karena wanita dua kali lebih banyak mengalami IBS daripada laki-laki,
maka ilmuan percaya perubahan hormon memiliki peran dalam kondisi ini. Banyak
wanita diketahui memiliki tanda dan gejala IBS yang memburuk saat datang bulan.
Penyakit lain.
Untuk mencegah IBS dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
-
-
Psikolog ataupun psikiater dapat menolong untuk mengontrol stress yang dapat
memicu IBS.
Lakukan teknik-teknik relaksasi untuk menurunkan tingkat ketegangan otot dan
menurunkan detak jantung.
Lakukan teknik pernapasan dengan diagfragma untuk membuat diri lebih tenang.
Ketika menghirup napas, biarkan perut mengembang, dan ketika membuang napas
makan perut anda secara alami akan berkontraksi. Teknik bernapas seperti ini juga
dapat membantu menenangkan otot bagian perut dan dapat memicu membuat aktifitas
berjalan normal.
Mendengarkan musik, membaca, bermain game atau mandi akan membuat anda
rileks.
Ulcerative colitis
Ulcerative colitis adalah penyakit peradangan usus yang menyebabkan peradangan
kronis pada saluran pencernaan. Penyakit ini merupakan penyakit menahun, yang dapat
menyebabkan diare berdarah, berlendir, bernanah, kram perut dan demam. Penyakit ini
ditandai dengan sakit perut dan diare. Tanda dan gejalanya termasuk nyeri perut, diare,
demam, penurunan berat badan, dan perdarahan usus. Ulcerative colitis biasa menyerang
pada usia 15-35 tahun, tetapi dapat juga menyerang usia diatas 50 tahun.
Penyebab penyakit ini tidak diketahui, tetapi faktor keturunan dan respon sistem
kekebalan tubuh yang terlalu aktif di usus, diduga berperan dalam terjadinya ulcerative
colitis. Selain itu, ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya
ulcerative colitis, yaitu hipersensitifitas terhadap faktor lingkungan dan makanan, interaksi
imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami
perbaikan pembuluh darah, dan stress.
Pada kondisi fisiologis, sistem imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan
dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis
maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus.
Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang menyebabkan
darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini
tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah
kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan
peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah.
Urticaria
Urtikaria adalah suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak (akut) karena pengeluaran
histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan perembesan cairan dari
pembuluh darah. Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul
(bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Dalam perjalanan
penyakitnya dikenal 2 macam urtikaria, yaitu :
1. Urtikaria akut yang timbul mendadak dan hilang dengan cepat serta urtikaria kronis
yang timbul berulang-ulang atau berlangsung tiap hari selama lebih dari 6 minggu.
2. Urtikaria kronik ditandai dengan bengkak yang edema, diikuti dengan rasa gatal,
papul atau plak pada kulit.
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab
urtikaria bermacam-macam, antara lain :
1. Obat. Bermacam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun
non-imunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria, secara
imunologik terdapat 2 tipe, yaitu tipe I atau II. Contohnya ialah aspirin, obat anti
inflamasi non steroid, penisilin, sepalosporin, diuretik, dan alkohol. Sementara obat
yang secara non-imunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan
histamin, misalnya opium dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria karena
menghambat sintesis prostaglandin di asam arakidonat.
2. Makanan. Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut, umumnya
akibat reaksi imunologik, pada beberapa kasus urtikaria terjadi setelah beberapa jam
atau beberapa hari setelah mengkonsumsi makanan tersebut. Makanan berupa protein
atau bahan yang dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau
bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika. Makanan yang paling sering
menimbulkan urtikaria pada orang dewasa yaitu, ikan, kerang, udang, telur, kacang,
buah beri, coklat, arbei, keju. Sedangkan pada bayi yang paling sering yaitu, susu dan
produk susu, telur, tepung, dan buah-buah sitrus (jeruk).
3. Gigitan atau sengatan serangga. Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan
urtika setempat, agaknya hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe
seluler (tipe IV). Tetapi venom dan toksin bakteri, biasanya dapat pula mengaktifkan
komplemen. Nyamuk, kepinding, dan serangga lainnya menimbulkan urtika bentuk
papular di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh sendiri setelah beberapa hari,
minggu, atau bulan.
4. Bahan fotosenzitiser. Bahan semacam ini, misalnya griseovulfin, fenotiazin,
sulfonamid, bahan kosmetik, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.
5. Inhalan. Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, asap, bulu
binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik.
6. Kontaktan. Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk
tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya
insect repellent (penangkis serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan
bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan urtikaria.
7. Trauma Fisik. Trauma fisik dapat diakibatkan oleh :
- Faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin.
- Faktor panas, misalnya sinar matahari, radiasi, dan panas pembakaran.
- Faktor tekanan, yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau
semprotan air. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena darier.
8. Infeksi. Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi
bakteri, virus, jamur, maupun infeksi parasit.
9. Psikis. Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan
permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis
menghambat eritema dan urtika, pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit
dan ambang rangsang eritema meningkat.
10. Genetik. Faktor genetik juga berperan penting pada urtikaria, walaupun jarang
menunjukkan penurunan autosomal dominan.
11. Penyakt sistemik. Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan
urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi. Contoh
penyakit sistemik yang sering menyebabkan urtikaria yaitu, sistemik lupus
eritematosa (SLE), penyakit serum, hipetiroid, penyakit tiroid autoimun, karsinoma,
limfoma, penyakit rheumatoid arthritis, leukositoklast vaskulitis, polisitemia vera
(urtikaria akne-urtikaria papul melebihi vesikel), demam reumatik, dan reaksi
transfusi darah.
F55.
Penyalahgunaan Zat yang tidak Menyebabkan Ketergantungan
Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengkonsumsi atau menggunakan zat – zat
tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri sendiri maupun orang lain. Menurut
DSM, peyalahgunaan zat melibatkan pola penggunaan berulang yang menghasilkan
konsekuensi yang merusak. Konsekuensi yang merusak bisa termasuk kegagalan untuk
memenuhi tanggung jawab utama seseorang (misalnya: sebagai pelajar, sebagai pekerja, atau
sebagai orang tua), menempatkan diri dalam situasi di mana penggunaan zat secara fisik
berbahaya (contoh mencampur minuman dan penggunaan obat), berhadapan dengan masalah
hukum berulang kali yang meningkat karena penggunaan obat dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa zat yang penyalahgunaannya tidak menyebabkan
ketergantungan, yaitu:
a. Pencahar
Pencahar (laksatif) adalah zat atau obat yang merangsang percepatan gerakan usus besar.
Contoh obat pencahar yang sering digunakan adalah dulcolax, laxing, bicolax, dan lain
sebagainya.
Penyalahgunaan pencahar (laxative abuse) adalah penggunaan berlebihan zat-zat tersebut,
khususnya obat perangsang berbasis pencahar, untuk berbagai keperluan.
Beberapa alasan penyalahgunaan obat pencahar adalah sebagai penurun berat badan serta
jalan keluar bagi mereka yang memiliki kesulitan buang air besar (sembelit).
Obat pencahar yang digunakan sebagai penurun berat badan terutama disalahgunakan oleh
orang-orang yang memiliki gangguan makan. Sedangkan pencahar yang digunakan untuk
merangsang buang air besar (BAB) lazim dilakukan oleh orang yang berusia lebih tua atau
yang mengambil obat (mungkin termasuk menyalahgunakannya) yang menyebabkan
sembelit.
Penyalahgunaan pencahar harus dihindari. Pencahar tidak menyebabkan penurunan berat
badan, meskipun mereka yang menggunakannya mungkin mengalami penurunan berat badan
pada saat pemakaian awal. Pencahar sebenarnya hanya membantu merangsang gerakan usus
dan tidak mencegah sistem pencernaan menyerap kalori dari makanan. Itu sebabnya, obat
pencahar tidak bisa digunakan untuk menurunkan berat badan.
Penggunaan obat pencahar melebihi dosis yang dianjurkan akan mengakibatkan tubuh
kehilangan air. Hal ini akan membuat seseorang mengalami dehidrasi, mengalami
ketidakseimbangan elektrolit, atau mengalami berbagai keluhan lain seperti mual, muntah,
pingsan, dan mungkin koma. Bahaya lain, penyalahgunaan pencahar membuat usus besar
menjadi “ketagihan” sehingga tidak bisa berfungsi normal tanpa diberi pencahar terlebih
dahulu.
Peningkatan resiko kanker usus besar serta anemia (jika darah dikeluarkan bersama tinja) bisa
pula terjadi pada orang yang menyalahgunakan obat-obatan ini.
b. Analgetika
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran.
Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek
ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis
Analgetik Narkotik).
Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak digunakan
obat-obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin) yang bekerja dengan
memblokir pelepasan mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak menerima rangsang nyeri.
Zat analgetika juga berdaya antipiretis dan anti radang. Oleh karena itu obat ini tidak hanya
digunakan sebagai obat anti nyeri, melainkan juga pada gangguan demam (infeksi virus /
kuman, selema , pilek) dan peradangan seperti encok. Obat ini banyak digunakan pada nyeri
ringan sampai sedang, yang penyebabnya beraneka ragam, misalnya nyeri kepala, gigi, otot,
atau sendi (rema, encok), perut, nyeri haid, dan nyeri akibat benturan atau kecelakaan
(trauma).
Efek samping dari zat ini yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan
darah, kerusakan hati dan ginjal, dan juga reaksi alergi pada kulit. Efek-efek samping ini
terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu,penggunaan
analgetika secara kontinu tidak dianjurkan.
c. Antasida
Antasid (antacid) adalah obat yang berguna untuk mengurangi keasaman lambung. Anatasid
biasanya digunakan untuk mengurangi sakit maag atau gangguan pencernaan. Antasid juga
membantu meredakan nyeri lambung. Antasid tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, granul,
wafer, bubuk dan cairan. Contohnya adalah Promag dan Mylanta. Antasid dapat dibeli tanpa
menggunakan resep dari dokter.
Antasid mengandung sodium, kalsium, magnesium, atau aluminium, atau kombinasi dari zat
tersebut. Setiap bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan pH dengan cara menetralkan asam
lambung. Beberapa antasid juga mengandung simetikon untuk menghilangkan kelebihan gas
di lambung.
Setiap jenis antasid akan menyebabkan efek samping yang berbeda. Efek samping mungkin
akan hilang dengan sendirinya saat tubuh telah terbiasa dengan obat. Berikut adalah efek
samping dari tiap jenis antasid:
-
Antasid dari Aluminium. Beberapa efek samping antasid yang mengandung
aluminium diantaranya adalah sembelit, kehilangan nafsu makan dan penurunan
berat badan, kelemahan otot, serta nyeri tulang.
- Antasid dari Kalsium. Beberapa efek samping antasid yang mengandung
kalsium meliputi sembelit, murung, rasa nyeri saat buang air kecil, sering buang
air kecil, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, mual, gelisah, dan kelelahan.
- Antasid dari Magnesium. Beberapa efek samping antasid yang mengandung
magnesium termasuk murung, pusing, nyeri saat buang air kecil, penurunan berat
badan, dan kelelahan.
- Antasid dari Natrium Bikarbonat. Beberapa efek samping antasid yang
mengandung natrium bikarbonat termasuk diantaranya sering buang air kecil,
kehilangan nafsu makan, mual, bengkak pada kaki, nyeri otot, sakit kepala, dan
kelelahan.
- Efek Samping Lain. Antasid kadang-kadang menyebabkan efek samping yang
kurang umum seperti rasa haus yang berlebihan, sembelit ringan, diare, kram
perut, dan tinja berubah warna.
d. Vitamin
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang
berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia,
hewan, dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup. Kekurangan
vitamin dapat menyebabkan besarnya peluang terkena penyakit.
Vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air :
Vitamin yang larut di dalam air : Vitamin B dan Vitamin C
Vitamin yang tidak larut di dalam air : Vitamin A, D, E, dan K.
-
Vitamin A
Sumber: susu, ikan, sayuran berwarna hijau dan kuning, hati, buah-buahan warna
merah dan kuning (cabe merah, wortel, pisang, pepaya, dan lain-lain).
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A : rabun senja, katarak,
infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, kulit yang tidak sehat,
dan lain-lain.
Penyalahgunaan vitamin A dapat menyebabkan sakit perut, penglihatan kabur,
mengalami kerontokan rambut, terhambatnya pertumbuhan, dan kerusakan hati,
limpa, dan tulang.
-
Vitamin B1
Sumber: gandum, daging, susu, kacang hijau, ragi, beras, telur, dan sebagainya.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin
kering/kusik/busik, kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang.
B1
:
kulit
-
Vitamin B2
Sumber yang mengandung vitamin B2 : sayur-sayuran segar, kacang kedelai,
kuning telur, susu, dan banyak lagi lainnya.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2 : turunnya daya tahan
tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, sariawan, dan
sebagainya.
-
Vitamin B3
Sumber yang mengandung vitamin B3 : buah-buahan, gandum, ragi, hati, ikan,
ginjal, kentang manis, daging unggas dan sebagainya.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B3 : terganggunya sistem
pencernaan, otot mudah keram dan kejang, insomnia, bedan lemas, mudah muntah
dan mual-mual, dan lain-lain.
-
Vitamin B5
Sumber yang mengandung vitamin B5 : daging, susu, sayur mayur hijau, ginjal,
hati, kacang ijo, dan lainnya.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B5 : otot mudah menjadi
kram, sulit tidur, kulit pecah-pecah dan bersisik, dan lain-lain.
-
Vitamin B6
Sumber yang mengandung vitamin B6 : kacang-kacangan, jagung, beras, hati,
ikan, beras tumbuk, ragi, daging, dan lain-lain.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B6 : pelagra atau kulit
pecah-pecah, keram pada otot, insomnia atau sulit tidur, dan lainnya.
-
Vitamin B12
Sumber yang mengandung vitamin B12 : telur, hati, daging, dan lainnya.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B12 : kurang darah atau
anemia, mudah lelah/lesu/lemas, penyakit pada kulit, dan sebagainya.
-
Vitamin C
Sumber yang mengandung vitamin C : jambu klutuk atau jambu batu, jeruk,
tomat, nanas, sayur segar, dan lainnya.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C : mudah infeksi pada
luka, gusi berdarah, rasa nyeri pada persendian, dan lainnya.
-
Vitamin D
Sumber yang mengandung vitamin D : minyak ikan, susu, telur, keju, dan lainlain.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D : gigi akan lebih mudah
rusak, otot bisa mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal yang
biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X.
-
Vitamin E
Sumber yang mengandung vitamin E : ikan, ayam, kuning telur, kecambah, ragi,
minyak tumbuh-tumbuhan, havermut, dan lain-lain.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E : penyembuhan luka yang
lambat.
Resiko yang dapat terjadi jika mengkonsumsi vitamin D secara berlebihan adalah
dapat meningkatkan asam lambung, sakit kepala, cepat lelah, dan lemah otot.
-
Vitamin K
Sumber yang mengandung vitamin K : susu, kuning telur, sayuran segar, dan lainlain.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K = darah sulit membeku
bila terluka/berdarah, pendarahan di dalam tubuh, dan sebagainya.
Kelebihan vitamin yang sering ditemukan adalah vitamin A, D, E, dan K. Bila vitamin ini
berlebih, bisa mengganggu fungsi hati. Sebab, vitamin-vitamin tersebut larut dalam lemak
yang diproses di hati. Salah satu tugas hati adalah menyaring zat racun yang masuk melalui
makanan. Vitamin dan mineral pun akan disimpan di hati. Jika vitamin larut lemak itu
berlebih, vitamin itu akan bertumpujk dan mengganggu fungsi hati karena bekerja terlalu
berat. Sedangkan, kelebihan vitamin yang larut dalam air dapat dibuang melalui air seni.
e. Steroida
Steroid telah digunakan untuk mengobati berbagai masalah kesehatan termasuk nafsu makan
yang rendah, AIDS, pertumbuhan tulang, kondisi kronis wasting akibat kanker,
keterlambatan pubertas, dan lain-lain.
Steroid anabolik dikenal untuk meningkatkan kinerja atletik dan pertumbuhan otot. Steroid
anabolik juga memiliki kualitas androgenik karena berasal dari hormon pria. Jadi bila
menggunakan obat-obatan ini dapat mempengaruhi karakteristik seksual. Karena kemampuan
steroid untuk meningkatkan kinerja atletik dan kekuatan, pada awal tahun 60-an jenis obat ini
mulai disalahgunakan oleh banyak orang dalam bidang olahraga.
Penggunaan yang salah dan overdosis dapat menimbulkan berbagai efek samping dan banyak
negara memberlakukan larangan distribusi dan memproduksi untuk mengontrol penggunaan
steroid anabolik. Sekarang obat ini, hanya dapat dibeli dengan resep dokter.
Efek umum dari penggunaan steroid adalah :
-
-
Meningkatnya pertumbuhan tulang,
Meningkatnya massa tubuh secara keseluruhan dengan pertumbuhan otot
meningkat dalam waktu singkat,
Dapat mempengaruhi karakteristik seksual. Pada wanita, mereka mungkin
mengalami perubahan dalam pita suara dan hasilnya adalah suara yang lebih
dalam seperti pria. Pria mungkin mengalami efek pada dada seperti pembesaran
pada dada karena peningkatan kadar estrogen karena tubuh berusaha untuk
menyeimbangkan kadar hormon.
Meningkatkan jumlah jerawat.
Meningkatkan tekanan darah.
Meningkatkan pertumbuhan rambut (kemaluan, wajah, kepala).
Lebih tinggi kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan tingkat kadar kolesterol baik
(HDL). Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kardiovaskular.
F59
Sindrom perilaku yang tidak tergolonkan yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik
BRUXISM
Istilah bruxism berasal dari kata Greek (brychein), yang berarti to gnash the teeth atau
mengerotkan gigi-gigi. Fenomena bruxism yang merujuk pada keadaan yaitu mengerotkan
gigi-gigi (grinding) atau mengatupkan dengan keras rahang atas dan bawah (clenching).
Definisi bruxism menurut The Academy of Prosthodontics, 2005 yaitu parafunsional grinding
dari gigi-gigi, suatu kebiasaan yang tanpa disadari dan berulang atau tidak beraturan
(spasmodik), non fungsional grinding atau clenching, selain dari gerakan pengunyahan
mandibula yang akan mengarah ke trauma oklusal, situasi ini disebut pula sebagai neurosis
oklusal5. Sedangkan definisi bruxsim menurut American Academy of Orofacial Pain, 2008
bruxism adalah diurnal or nocturnal parafunctional activity that includes clenching, bracing,
gnashing and grinding of teeth5. Bruxism pada saat tidur berbeda pada saat bangun yaitu
tanpa keinginannya melakukan clencing gigi-gigi merupakan reaksi terhadap rangsang
tertentu, umumnya tanpa grinding, keadaan ini biasanya berhubungan dengan kebiasaan atau
tic.
Penyebab
1. Faktor psikologis
Etiologi dari bruxism termasuk kebiasaan, stress emosional (misalnya respon
terhadap kecemasan, ketegangan, kemarahan, atau rasa sakit), parasomnia (gangguan tidur
yang muncul pada ambang batas antara saat terjaga dan tidur, misalnya gangguan mimpi
buruk dan gangguan tidur sambil berjalan). Saat muncul rasa frustasi dan marah, perasaan ini
harus disalurkan agar individu merasa nyaman. Dalam keadaan marah individu
melampiaskan dengan menggigit sesuatu. Bruxism merupakan kebiasaan buruk yang
merupakan mekanisme untuk mendapatkan kepuasan tersebut.
2. Faktor morfologi
Oklusi gigi geligi dan anatomi skeletal orofasial dianggap terkait dalam
penyebab dari bruxism. Perbedaan oklusal, gangguan oklusal yang bentuknya dapat berupa
trauma oklusal ataupun tonjol yang tajam, gigi yang maloklusi secara historis dianggap
sebagai penyebab paling umum dari bruxism. Disharmoni lokal antara bagian-bagian sistem
alat kunyah yang berdampak pada peningkatan tonus otot di region tersebut juga dipandang
sebagai salah satu etiologi yang hingga saat ini masih dapat diterima banyak kalangan.
3. Faktor patofisiologis
Bruxism kemungkinan terjadi akibat kelainan neurologis yaitu ketidakmatangan sistem
neuromuskular mastikasi, perubahan kimia otak, alkohol, trauma, penyakit, dan obat-obatan.
Hal ini berpotensi sistemik menyebabkan aktivitas parafunctional melalui alergi makanan,
kekurangan gizi, dan disfungsi endokrin. Penyelidikan efek gangguan gizi dan endokrin
bersama dengan parasit pencernaan pada fungsi otot mastikasi, serat kepekaan terhadap
trigeminal sampai potensi alergi kemungkinan berguna untuk penelitian di masa depan baik
temporomandibular disorders dan hiperaktivitas otot mastikasi.
Gejala
Pada saat tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan suara gigi-gigi yang
beradu. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya abrasi pada permukaan atas gigi-geligi
rahang atas dan rahang bawah. Bila lapisan email yang hilang cukup banyak dapat timbul
rasa ngilu pada gigi-gigi yang mengalami abrasi. Kadang terlihat adanya jejas atau tanda
yang tidak rata pada tepi lidah.
Tanda-tanda lainnya adalah
 Kerusakan enamel gigi, memperlihatkan lapisan dalam gigi
 Gigi sensitivitas pada panas, dingin, atau manis
 Rahang sakit atau tegang pada otot rahang
 Sakit pada telinga (karena sebagian struktur sendi temporomandibular sangat dekat
dengan lubang telinga, menyebabkan referred pain atau nyeri menjalar dari lokasi
yang berbeda dari sumbernya)
 Sakit kepala
 Nyeri wajah kroni
Akibat
Bruxism dapat menyebabkan abrasi (aus) permukaan gigi-gigi pada rahang atas dan rahang
bawah, baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan email (lapisan terluar dari gigi)
yang melindungi permukaan atas gigi hilang, sehingga dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi
tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus dan berlangsung dalam waktu lama, dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal (jaringan penyangga gigi), maloklusi,
patahnya gigi akibat tekanan yang berlebihan, dan kelainan pada sendi Temporo Mandibular
Joint (sendi yang menghubungkan rahang bawah dan tulang kepala).
Perawatan
Biasanya kasus-kasus bruxism terlambat didiagnosa karena penderita tidak menyadari bahwa
mereka memiliki kebiasaan tersebut. Untuk perawatan kasus ini dokter gigi akan
membuatkan alat tertentu yang didesain dan dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi
pasien, alat ini disebut night-guard dan digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan
membentuk batas antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling
beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi dan
membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan buruknya. Bila penyebab utama dari
bruxism adalah stres, maka melakukan konsultasi dengan psikolog merupakan salah satu hal
yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini
KUIS
1. Dibawah ini merupakan perbedaan antara Anoreksia Nervosa dengan Bulimia Nervosa,
kecuali:
a. Cara ‘pembersihan’
b. Berat badan
c. Penyebab munculnya gangguan
d. Gaya berolahraga
2. Berapakah berat badan ideal (normal) menurut perhitungan BMI (Body Mass index)?
a. <18.5
b. 18.5 – 24
c. 25-29
d. >30
3. Dibawah ini termasuk gangguan tidur non-organik, kecuali :
a) Somnambulisme (Sleepwalking)
b) Night terrors
c) Nightmare
d) Vaginismus
4.Yang termasuk parasomnia adalah :
a) Insomnia
b) Somnabulisme
c) Hipersomnia
d) Gangguan jadwal tidur
5. kondisi di mana seorang wanita atau pria tak mampu menahan hasrat seksualnya. Hal ini
yang menyebabkan si penderita berhubungan seksual dengan siapapun adalah:
a. Vaginimus
b. Orgasme
c. Anorgasme
d. Nymphomania
6. nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama hubungan seksual disebut?
a. Vaginimus
b. Nymphomania
c. Dismenora
d. Dispareunia
7. Tanda dan gejala berupa nyeri perut, diare, demam, penurunan berat badan, dan perdarahan
usus merupakan bagian dari penyakit ...
a. Asma
b. Dermatritis
c. Peptric ulcer
d. Ulcerative colitis
8. Obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan tidak menghilangkan kesadaran
adalah:
a. Pencahar
b. Antacida
c. Steroida
d. Analgesik
9. Dibawah ini adalah gejala individu yang mengalami bruxism, kecuali:
a. Rahang sakit atau tegang pada otot rahang anda
b. Sakit pada telinga
c. Sakit kepala
d. Sakit pada leher
10. Pada minggu keberapakah gangguan masa nifas muncul?
a.
b.
c.
d.
6 minggu
4 minggu
1 minggu
2 minggu
Referensi :
http://spesialiskulit.com/gangguan-kulit/dermatitis-dan-penyakit-kulit/
http://www.news-medical.net/health/What-Causes-Dermatitis-(Indonesian).aspx
http://www.totalkesehatananda.com/pepticulcer1.html
http://health.detik.com/read/2010/03/29/141624/1327763/770/ulcerative-colitis
http://dicmuhono.wordpress.com/2009/12/26/9/
http://www.psych.org
http://www.scribd.com/doc/113070637/Somnambulisme-adalah
http://www.scribd.com/doc/49807570/Insomnia-non-organik
http://www.scribd.com/doc/174389304/Resume-Insomnia-Dan-Hipersomnia
http://www.appi.org/Pages/SleepDisorders.aspx
http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-tidur-mimpi-buruk-dan-teror.html
http://bukanuntukasal.blogspot.com/2009/09/night-terror.html
http://pediatrics.about.com/cs/sleep/a/night_terrors.htm
http://www.icd9data.com/2014/Volume1/290-319/300-316/306/306.8.htm
http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/bruxism.pdf
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Bruxism-makalah.doc.
Shilpa Shetty, Varun Pitti, C. L. Satish Babu, G. P. Surendra Kumar, B. C. Deepthi. Bruxism:
A Literature Review. J Indian Prosthodont Soc. 2010; 10(3): 141–148
Download