pengaruh pertanyaan produktif dalam model pembelajaran inkuiri

advertisement
PENGARUH PERTANYAAN PRODUKTIF DALAM MODEL
PEMBELAJARAN INKUIRI TERSTRUKTUR TERHADAP
PENGUASAAN KONSEP STRUKTUR JARINGAN
TUMBUHAN
(Kuasi eksperimen di kelas XI SMAN 9 Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi
Persyaratan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH
DWI SUGIANTI
NIM : 107016100294
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
1
2
3
Dwi Sugianti, Pengaruh Pertanyaan Produktif dalam Model Pembelajaran
Inkuiri Terstruktur Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep
Struktur Jaringan Tumbuhan (kuasi eksperimen di SMAN 9 Kota Tangsel).
Skripsi, Program Studi Biologi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
pertanyaan produktif dalam model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap
penguasaan konsep siswa pada konsep struktur jaringan tumbuhan. Penelitian ini
dilaksanakan di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang
digunakan adalah eksperimen semu (kuasi eksperimen) dengan disain pretespostes grup kontrol tidak secara acak. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa
untuk kelas eksperimen dan 34 siswa untuk kelas kontrol. Pengambilan data
menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya, dan instrumen nontes berupa lembar observasi VICS
(Verbal Interaction Category System) dari Flanders. Analisis data menggunakan
uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata postes kedua kelompok pada taraf
signifikansi 5% diperoleh thitung = 4.90 > ttabel = 2.00, maka dapat dikatakan bahwa
thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan
pertanyaan produktif dalam model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap
penguasaan konsep siswa pada konsep struktur jaringan tumbuhan.
Kata Kunci: Pertanyaan Produktif, Inkuiri Terstruktur
4
Dwi Sugianti, The Effect of Using The Productive Questions in a Structured
Inquiry Learning Model to The Students' mastery of Concepts in The Concept
of the Structure of Plant Tissues (quasi experiments at SMAN 9 South
Tangerang city). Thesis, Biological Studies Program, Department of Natural
Sciences, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta.
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of using the productive questions
in a structured inquiry learning model to the students' mastery of concepts in the
concept of the structure of plant tissues. The research was conducted at SMAN 9
South Tangerang city. The research method used is quasi-experimental with
nonrandomized control group pre-test post-test design. Sampling was conducted
using purposive sampling technique. Study sample of 30 students for the
experimental class and 34 students for grade control. Retrieval of data using a
test instrument in the form of multiple-choice learning outcomes that have tested
the validity and reliability, and nontes instruments of observation sheet of VICS
(Verbal Interaction Category System) by Flanders. Analysis of data using the ttest, data calculated the average difference post-test both groups at a significance
level of 5% is obtained tcount = 4.90 > ttable = 2.00, it can be said that tcount> ttable.
This suggests that there is influence of the use of productive questions in a
structured inquiry learning model to the students' mastery of concepts in the
concept of the structure of plant tissue.
Key words: Productive Questions, Structured Inquiry
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pertanyaan
Produktif dalam Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Terhadap Penguasaan
Konsep Siswa Pada Konsep Struktur Jaringan Tumbuhan”. Shalawat dan salam
terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai
akhir zaman.
Alhamdulillah berkat ridho-Nya dan bantuan, bimbingan serta dorongan
dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
sebagai ungkapan rasa hormat yang tulus, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Zulfiani M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bantuan ketika peneliti kesulitan dalam penelitian.
4. Ibu Nengsih Juanengsih M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bantuan ketika peneliti kesulitan dalam penelitian.
5. Ibu Dra. Neng Nurhemah M.Pd, Kepala Sekolah SMAN 9 Kota Tangsel
yang telah memberikan izin penelitian.
i
6. Ibu Dwi Indriyanti S.Si, Guru bidang studi biologi di SMAN 9 Kota
Tangsel, yang telah memberikan bantuan dan saran selama penelitian.
7. Kedua orang tua tercinta dan segenap keluarga serta pelipur lara yang
dengan penuh keikhlasan memberikan doa, motivasi, dan memberikan
bantuan moril maupun materil yang tak terhingga demi terselesaikannya
skripsi ini.
8. Sobat-sobatku tersayang Dahlia, Ina, Vina, Neneng dan rekan-rekan
mahasiswa Pendidikan IPA Angkatan 2007 serta pihak-pihak lainnya yang
tak tersebutkan satu per satu terima kasih atas kebersamaan, dukungan dan
bantuannya demi terselesaikan skripsi ini.
Hanya harapan dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi
ini dapat menjadi kontribusi positif dan menambah referensi bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Jakarta, November 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ..................................................................................
i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................
6
C. Pembatasan Masalah .................................................................
6
D. Perumusan Masalah ..................................................................
7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................
7
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis ......................................................................
8
1. Pembelajaran Inkuiri ..........................................................
8
a. Pengertian Pembelajaran Inkuiri .....................................
8
b.Karakteristik Pembelajaran Inkuiri ................................. 10
c. Tingkatan-tingkatan Inkuiri ............................................ 12
d.Keunggulan Pembelajaran Inkuiri .................................. 13
e. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri ......................... 14
2. Pembelajaran Inkuiri Terstruktur ........................................ 16
a.Pengertian Pembelajaran Inkuiri Terstruktur .................. 16
b.Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terstruktur ... 18
3. Pertanyaan Produktif dalam Pembelajaran Inkuiri
iii
Terstruktur .......................................................................... 20
a. Definisi dan Fungsi Pertanyaan ..................................... 20
b.Pengertian Pertanyaan Produktif ..................................... 21
c. Urgensi Pertanyaan Produktif dalam Pembelajaran
Inkuiri Terstruktur ........................................................... 26
4. Penguasaan Konsep ............................................................ 27
5. Konsep Struktur Jaringan Tumbuhan.................................. 29
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 30
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 32
D. Perumusan Hipotesis ................................................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 34
B. Metode dan Disain Penelitian.................................................... 34
C. Populasi dan Sampel.................................................................. 35
D. Variabel Penelitian .................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36
F. Instrumen Penelitian .................................................................. 37
1. Tes Penguasaan Konsep ....................................................... 37
2. Lembar Observasi Aktivitas Guru ....................................... 39
3. Lembar Observasi VICS Flanders ....................................... 39
G. Uji Coba Instrumen ................................................................... 41
1. Validitas Instrumen ............................................................ 41
2. Reliabilitas Instrumen ......................................................... 42
3. Tingkat Kesukaran ............................................................. 43
4. Daya Pembeda .................................................................... 44
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 45
1. Analisis Data Kuantitatif ..................................................... 45
a. Uji Normalitas ................................................................. 45
b. Uji Homogenitas ............................................................. 46
c. Uji Hipotesis .................................................................... 47
iv
d. Uji Normal Gain.............................................................. 48
2. Analisis Data Kualitatif ....................................................... 49
I. Hipotesis Statistik ........................................................................ 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 50
1. Data Hasil Pretes ............................................................... 50
2. Data Hasil Postes............................................................... 50
3. Normal Gain ...................................................................... 53
4. Pengujian Prasyarat Analisis Data .................................... 54
a. Uji Normalitas ............................................................... 54
b. Uji Homogenitas ........................................................... 55
5. Pengujian Hipotesis ........................................................... 55
6. Data Hasil Observasi Kelas Eksperimen........................... 56
B. Pembahasan ................................................................................ 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 61
B. Saran ........................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan antara Pertanyaan Produktif dan Pertanyaan
Nonproduktif .............................................................................. 23
Tabel 3.1 Disain Penelitian ........................................................................ 34
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 37
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep .................................... 38
Tabel 3.4 Kategori dan Deskripsi Flanders ................................................ 39
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Pretes Kelompok Kontrol dan
Eksperimen ................................................................................. 50
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Hasil Postes Kelompok Kontrol dan
Eksperimen ................................................................................. 51
Tabel 4.3 Penguasaan Konsep Siswa Untuk Setiap Subkonsep ................. 51
Tabel 4.4 Perbandingan Penguasaan Konsep Setelah Pembelajaran
(Postes) Pada Jenjang Kognitif C1, C2 dan C3 .......................... 52
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Normal Gain ................................................. 53
Tabel 4.6 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 54
Tabel 4.7 Perhitungan Uji Homogenitas .................................................... 55
Tabel 4.8 Pengujian Hipotesis Nilai Postes dengan Uji-t Kelompok
Eksperimen dan Kontrol............................................................. 56
Tabel 4.9 Rekapitulasi Pertanyaan Guru Pada Tahap Retrieving dan
Processing dalam Inkuiri Terstruktur Kelas Eksperimen .......... 57
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kisi-kisi Tes Kognitif
Lampiran 2
Kisi-kisi Instrumen Tes
Lampiran 3
Rekapitulasi Analisis Butir Instrumen
Lampiran 4
Instrumen Penguasaan Konsep
Lampiran 5
Kunci Jawaban
Lampiran 6
Peta Konsep
Lampiran 7
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
Lampiran 8
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol
Lampiran 9
Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen
Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol
Lampiran 11 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Kelas Eksperimen
Lampiran 12 Deskripsi Pertanyaan Guru
Lampiran 13 Data Nilai Kelas Eksperimen
Lampiran 14 Data Nilai Kelas Kontrol
Lampiran 15 Data Mentah Pretes Kelas Eksperimen
Lampiran 16 Data Mentah Pretes Kelas Kontrol
Lampiran 17 Data Mentah Postes Kelas Eksperimen
Lampiran 18 Data Mentah Postes Kelas Kontrol
Lampiran 19 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
Lampiran 20 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol
Lampiran 21 Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Lampiran 22 Uji Normalitas Kelas Kontrol
Lampiran 23 Persiapan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen
Lampiran 24 Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen
Lampiran 25 Persiapan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol
Lampiran 26 Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol
Lampiran 27 Persiapan Uji Homogenitas Pretes
Lampiran 28 Persiapan Uji Homogenitas Postes
vii
Lampiran 29 Uji Hipotesis Data Pretes
Lampiran 30 Uji Hipotesis Data Postes
Foto-foto Pembelajaran
Uji Referensi
Surat Bimbingan Skripsi
Surat Permohonan Izin Penelitian
Surat Keterangan Penelitian
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
diperlukan strategi pembelajaran yang diharapkan mampu memperbaiki
kualitas sistem pendidikan yang telah berlangsung selama ini. Kegiatan belajar
mengajar, model pembelajaran dan sumber belajar merupakan faktor yang
sangat
penting
untuk
menentukan
keberhasilan
pencapaian
tujuan
pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang baik dan tepat sangat
diperlukan untuk terciptanya kegiatan belajar mengajar yang aktif yang pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga
pembelajaran dapat memberikan sumbangan berarti bagi peningkatan sumber
daya manusia.
Belajar adalah proses terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan
tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasar pada asumsi bahwa
sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah dan
tujuan yang ingin dicapainya. Dalam proses mencapai tujuan itu, manusia akan
dihadapkan pada berbagai rintangan. Itulah sebabnya, makna belajar bukan
hanya mendorong siswa agar mampu menguasai sejumlah materi pelajaran
akan tetapi bagaimana agar anak itu memiliki kompetensi untuk mampu
menghadapi rintangan yang muncul dalam kehidupannya.
Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Guru didalam mengajar
dituntut kesabaran, keuletan dan sikap terbuka disamping kemampuannya
dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Sedangkan siswa dituntut
adanya semangat dan motivasi belajar.
Biologi merupakan salah satu cabang pendidikan sains yang
menggunakan pendekatan empiris secara sistematis dalam mencari penjelasan
alami tentang fenomena alam. Dengan demikian, pembelajaran biologi menjadi
1
wahana dalam menyiapkan siswa sebagai anggota masyarakat agar dapat
berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan dan mengkaji solusi atas masalahmasalah yang dihadapi masyarakat.
Pada dasarnya tujuan mata pelajaran biologi dalam Kurikulum
Pendidikan Nasional adalah memahami konsep-konsep biologi dan saling
keterkaitannya,
mengembangkan
keterampilan
dasar
biologi
untuk
menumbuhkan nilai serta sikap ilmiah, menerapkan konsep dan prinsip biologi
untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan
kebutuhan manusia, mengembangkan kepekaan nalar untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan proses kehidupan dalam kejadian sehari-hari
dan meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan. Sebagaimana pula
yang tercantum dalam BSNP, mata pelajaran biologi dikembangkan melalui
kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar.1
Melalui pembelajaran biologi, siswa diharapkan dapat memahami
konsep sains lebih mendalam sehingga hakikat sains yang diwujudkan dalam
pembelajaran IPA dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan sumber daya
manusia dan kelestarian alam sekitar. Pembelajaran sains yang diharapkan
dapat mewujudkan hakikat IPA tersebut biasanya diperoleh melalui kegiatan
ilmiah. Melalui serangkaian kegiatan ilmiah, pembelajaran sains dapat
menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai ilmiah
kepada siswa. KTSP menekankan pembelajaran biologi pada pemberian
pengalaman secara langsung dengan tidak melepaskan konsep dengan kerja
ilmiah.2
Hakikat sains yang diwujudkan dalam pembelajaran biologi dapat
memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan. Namun
pembelajaran biologi yang diterapkan sampai saat ini belum memberikan
kontribusi yang baik pada perbaikan mutu pendidikan. Konsep-konsep biologi
1
BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar
dan Menengah, (Jakarta: BSNP, 2006), h.451
2
Zulfiani, Tonih feronika, Kinkin suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 46
2
masih diajarkan melalui transfer pengetahuan dan bersifat hafalan sehingga
konsep-konsep yang esensial dalam mata pelajaran biologi tidak dikuasai
secara tuntas oleh siswa. Pada akhirnya rata-rata nilai tes yang diperoleh siswa
sebagai gambaran penguasaan konsep yang telah diajarkan masih tergolong
rendah.
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai sebuah sistem karena tersusun
dari beberapa komponen yang saling berkaitan dan berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan yakni membelajarkan siswa.
Pembelajaran
akan
dipastikan
berhasil
apabila
komponen-komponen
didalamnya dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Oleh karena itu diperlukan
upaya-upaya untuk mengoptimalkan seluruh komponen sistem pembelajaran
tersebut. Dalam hal ini komponen-komponen utama yang mempengaruhi
sistem pembelajaran adalah guru, siswa, sarana dan prasarana beserta
lingkungannya.
Pembelajaran biologi yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya masih berupa transfer pengetahuan dan bukan sebuah transformasi
pengetahuan. Pengetahuan sains yang diwariskan sampai saat ini hanya berupa
produk, guru hanya memberikan ilmu sebagai produk dengan memindahkan
teori-teori dari para ahli ke dalam otak anak didik untuk dihafalkan. Sehingga
siswa tidak terstimulus untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya
dan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran.
Kenyataan di lapangan bahwa pengajaran sains khususnya biologi
yang hanya mencurahkan pengetahuan dapat menimbulkan miskonsepsi.
Dalam hal ini, fakta, konsep dan prinsip sains lebih banyak dicurahkan melalui
ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa didasarkan pada hasil kerja praktik.
Pencurahan pengetahuan dengan cara tersebut telah menimbulkan miskonsepsi
karena dalam pembelajaran sains siswa menemukan sejumlah fakta, konsep
dan prinsip tidak berdasarkan hasil kerja ilmiah. Dengan demikian, hasil
pelajaran sains diberikan kepada siswa terjadi sebelum eksperimen dan tidak
berdasarkan data hasil eksperimen atau pengamatan. Hal ini menyebabkan
3
hasil pelajaran hanya berupa kesimpulan yang sudah terbentuk tanpa
membutuhkan partisipasi siswa dalam membangun pengetahuannya.
Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan yang memandang
bahwa siswa belajar sains dengan cara mengkonstruksi pengertian atau
pemahaman baru tentang fenomena dari pengalaman yang telah dimilikinya
sebelumnya.3 Dalam pembelajaran sains berbasis konstruktivisme, siswa
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat
mengkonstruksi sendiri pemahamannya yang sudah tersimpan dalam memori
dengan informasi yang baru diterimanya sehingga menghasilkan pengetahuan
baru bagi siswa tersebut.
Pembelajaran
berbasis
inkuiri
adalah
pembelajaran
berbasis
konstruktivisme yang melibatkan peran aktif siswa dalam membangun
pemahamannya melalui pembelajaran penemuan. Dalam pembelajaran dengan
penemuan, siswa didorong untuk mempelajari konsep-konsep dan prinsipprinsip melalui pengalaman langsung.
Pada kenyataannya penerapan
pembelajaran yang berbasis konstruktivisme banyak menghabiskan waktu
ketika siswa berkesempatan membangun pengetahuannya secara mandiri
sehingga sering tujuan pembelajaran tidak tercapai dan pada akhirnya siswa
kurang menguasai konsep yang dibahas. Oleh karena itu dibutuhkan teknik
pembelajaran yang dapat memberi kesempatan siswa untuk membangun
pengetahuan secara aktif dengan siswa tetap terfokus pada konsep yang
diberikan guru sehingga siswa dapat mencapai penguasaan konsep yang
diharapkan.
Inkuiri terstruktur (structured/discovery inquiry) adalah salah satu cara
dalam pembelajaran berbasis inkuiri yang digunakan dalam pendidikan sains.
Dalam pembelajaran inkuiri terstruktur siswa bertindak layaknya seorang
ilmuwan dalam menemukan konsepnya, meskipun pembelajaran didominasi
oleh peran aktif siswa, namun guru juga memiliki peranan penting dalam
pembelajaran inkuiri terstruktur. Dalam hal ini guru berperan sebagai
3
Pudyo Susanto, Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme, (Malang: Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, 2002), h.6
4
fasilitator, mediator dan membantu serta membimbing siswa untuk
menemukan konsepnya. Melalui pembelajaran inkuiri terstruktur, pengarahan
dilakukan dalam bentuk pertanyaan dan tuntunan LKS yang diberikan bukan
memberi tahu secara langsung.
Salah satu dasar penting untuk bisa melakukan inkuiri adalah
pertanyaan
produktif.4
Pertanyaan
produktif
adalah
pertanyaan
yang
jawabannya bisa ditemukan melalui kegiatan ilmiah atau penyelidikan,
sehingga dengan pertanyaan produktif kegiatan yang dilakukan lebih terarah
dan bermakna. Pertanyaan tersebut bermaksud untuk menggiring siswa
sehingga siswa mau berpikir kritis dan terlibat aktif dalam pembelajaran
konsep-konsep IPA biologi yang membutuhkan proses inkuiri. Dengan
penerapan pertanyaan produktif guru dapat membimbing dan mengarahkan
siswa pada konsep yang sedang dibahas dengan tetap memberi kesempatan
siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga siswa dapat
mancapai tujuan pembelajaran dan menguasai konsep yang diharapkan.
Konsep struktur jaringan tumbuhan merupakan konsep yang banyak
memberikan pengalaman melalui fakta-fakta yang diamati sehingga dengan
menggunakan pertanyaan produktif dalam model pembelajaran inkuiri
terstruktur, siswa dapat memiliki pemahaman dan penguasaan konsep lebih
mendalam. Hal ini dikarenakan dengan pengalaman langsung melalui
penyelidikan dan verifikasi dapat memberikan bukti kebenaran konsep atau
prinsip yang dipelajari. Melalui pertanyaan produktif siswa akan lebih aktif
dalam membangun pengetahuannya dan lebih terfokus pada konsep yang
diajarkan oleh guru. Dengan demikian hasil dari pembelajaran akan lebih
maksimal dan bermakna sehingga siswa dapat menguasai konsep-konsep
tersebut serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang, penulis mengangkat masalah dalam
bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul ”Pengaruh Pertanyaan Produktif
4
Ari Widodo, Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Mengajukan Pertanyaan
Produktif untuk Mendukung Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri, Jurnal Pendidikan Vol.10, No.1,
Maret 2009, h.22
5
dalam Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Terhadap Penguasaan
Konsep Struktur Jaringan Tumbuhan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat diidentifikasi beberapa
masalah yaitu:
1. Pembelajaran biologi yang diterapkan belum memberikan kontribusi yang
baik pada perbaikan mutu pendidikan.
2. Konsep-konsep biologi masih diajarkan melalui transfer pengetahuan dan
bersifat hafalan.
3. Rata-rata nilai tes siswa sebagai gambaran penguasaan konsep yang
diajarkan masih tergolong rendah.
4. Pengajaran biologi yang telah menimbulkan adanya miskonsepsi.
5. Proses pembelajaran yang masih bersifat teacher centered.
6. Pembelajaran berbasis konstruktivisme membutuhkan teknik pembelajaran
yang dapat mengarahkan siswa pada penguasaan konsep yang diharapkan.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Penguasaan konsep siswa pada konsep struktur jaringan tumbuhan dilihat
dari hasil tes kognitif pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2),
dan penerapan (C3) menurut teori kognitif Bloom.
2. Konsep dibagi menjadi empat yaitu jaringan epidermis, jaringan dasar,
jaringan penyokong dan pengangkut, serta jaringan pada organ tumbuhan.
3. Pertanyaan produktif yang diterapkan berupa pertanyaan guru secara lisan
(dirancang dalam RPP) dan tulisan (tercantum pada LKS).
D. Perumusan Masalah
6
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah,
maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: ”Apakah terdapat
pengaruh penggunaan pertanyaan produktif dalam model pembelajaran inkuiri
terrstruktur terhadap penguasaan konsep struktur jaringan tumbuhan?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pembelajaran biologi menggunakan pertanyaan produktif
dalam model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap penguasaan konsep
struktur jaringan tumbuhan.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai
berikut :
1. Bagi sekolah, diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan bagi guru,
khususnya guru mata pelajaran biologi agar dapat menerapkan metode
pembelajaran yang tepat dalam upaya peningkatan penguasaan konsep
siswa.
2. Bagi pihak penyelenggara pendidikan, diharapkan dapat dipergunakan
sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam menentukan metode
pembelajaran yang sesuai dan tepat dalam usaha meningkatkan
penguasaan konsep siswa baik pada materi biologi pada khususnya dan
materi-materi lain pada umumnya.
3. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah pengalaman dalam upaya
peningkatan hasil belajar siswa dan menerapkannya dengan baik dalam
proses pembelajaran serta mengetahui adanya pengaruh pertanyaan
produktif dalam model inkuiri terstruktur terhadap penguasaan konsep.
7
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan,
atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang
dilakukan
manusia
untuk
mencari
atau
memahami
informasi.5
Pembelajaran inkuiri menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif
dalam memperoleh informasi, sehingga siswa dapat mengkonstruksi
pengetahuan yang diperolehnya dengan pengetahuan yang sudah ada
dalam struktur kognitif siswa tersebut. Dengan demikian model
pembelajaran inkuiri merupakan model pemrosesan informasi yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa dalam suatu rangkaian kegiatan
untuk mencari, menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis
sehingga memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Menurut Zulfiani dalam Dwirahayu mengungkapkan inkuiri yang
juga berarti mengajukan pertanyaan yang bermakna, yang melibatkan
pemaknaan, performa dengan operasi intelektual untuk menghasilkan
pengalaman yang mudah dipahami.6 Pertanyaan yang bermakna adalah
pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa pada kegiatan penyelidikan
sehingga siswa memperoleh pengalaman secara langsung dalam proses
kegiatan tersebut. Dengan kata lain, inkuiri adalah proses aktif pencarian
informasi melalui kegiatan ilmiah seperti mengajukan pertanyaan,
pengumpulan data, pelaksanaan penyelidikan dan penarikan kesimpulan.
5
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan
Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 135
6
Gelar Dwirahayu dan Munasprianto Ramli, Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran
Matematika dan Sains Dasar Sebuah Antologi, (Jakarta: PIC UIN, 2007), h. 6
8
Menurut Alberta, pembelajaran berbasis inkuiri adalah sebuah
proses dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, mengajukan
pertanyaan, penyelidikan secara luas, dan kemudian membangun
pemahaman baru, pengertian dan pengetahuan. Pengetahuan tersebut
merupakan pengetahuan yang baru bagi siswa dan mungkin dapat
digunakan untuk menjawab sebuah pertanyaan, mengembangkan solusi
atau mendukung suatu keadaan atau pendapat. Pengetahuan itu biasanya
dikomunikasikan kepada orang lain dan mungkin merupakan hasil dari
suatu rangkaian kegiatan.7
Salah satu prinsip pembelajaran inkuiri adalah siswa dapat
mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas
aktif. Dalam proses belajar mengajar, inkuiri ini digunakan sebagai
metode pengajaran yang memungkinkan ide siswa berperan dalam suatu
investigasi yang akan dilakukan oleh pembelajar/siswa.8
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan.9 Dalam proses pembelajaran ini siswa dapat
berpikir secara kritis dan analitis melalui pertanyaan-pertanyaan yang
mengajak siswa untuk terlibat aktif sehingga pembelajaran berpusat pada
siswa. Teknik yang dipergunakan guru dalam menstimulus agar siswa
dapat terlibat aktif dalam proses pencarian pemahaman sangat
menentukan keberhasilan suatu proses inkuiri. Inkuiri sebagai suatu
proses penyelidikan membantu siswa untuk mempelajari konsep-konsep
biologi bukan hanya sekedar dalam bentuk produk namun sebuah proses.
Pembelajaran inkuiri adalah suatu metode pembelajaran biologi
yang menekankan dan mengarahkan siswa pada proses pencarian
7
Alberta, Focus On Inquiry: A Teacher’s Guided to Implementing Inquiry-Based Learning,
(Canada: Learning and Teaching Resources Branch, 2004), h. 1
8
Zulfiani, Tonih feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 121
9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2009), Cet.6, 2009, h. 194
9
informasi atas pertanyaan atau permasalahan yang diajukan sehingga
mendukung adanya aktivitas hands on dan keterlibatan aktif siswa dalam
membangun pengetahuan dan memahami konsep-konsep yang diajarkan.
Selama proses belajar mengajar, guru dapat mengajukan suatu
pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang
bersifat open-ended, sehingga memberi peluang siswa untuk melakukan
penyelidikan mereka sendiri, menemukan jawaban-jawaban yang
mungkin diperoleh melalui serangkaian kegiatan aktif siswa dan
mengarahkan siswa untuk merekonstruksi pengetahuan berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dimiliki.
b. Karakteristik Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan
perkembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) anak
menurut Piaget seperti yang dikutip Wina Sanjaya dipengaruhi oleh
empat
faktor,
yaitu
kematangan,
pengalaman-pengalaman
fisik,
pengalaman sosial, dan equilibrasi. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, yakni :
1. berorientasi pada pengembangan intelektual
2. prinsip interaksi
3. prinsip belajar
4. prinsip belajar untuk berpikir
5. prinsip keterbukaan10
Kegiatan ilmiah merupakan intisari dalam pembelajaran inkuiri.
Inkuiri sebagai metode yang membantu siswa untuk mengembangkan
kemampuan intelektual memiliki hubungan yang erat dengan prosesproses inkuiri. Inkuiri ilmiah lebih tepat dikaitkan dengan tahapantahapan tindakan para saintis yang mengarahkan mereka pada
pengetahuan ilmiah. Dalam kegiatan ilmiah para saintis melakukan
pengamatan, menemukan masalah, melakukan hipotesis, bereksperimen,
10
Ibid., h. 197
10
mengumpulkan data berdasarkan instrumen yang dibuatnya dan membuat
kesimpulan.11
Hinrichsen & Jarsett dalam Program Report The Northwest
Regional Educational Laboratory seperti yang dikutip Zulfiani dalam
Dwi Rahayu menyatakan empat karakter inkuiri, yaitu:
1) Proses koneksi yang meliputi konsiliasi, pertanyaan dan observasi
2) Desain eksperimen
3) Investigasi
4) Membangun pengetahuan berdasarkan hasil eksperimen.12
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran
inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa
secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan
sikap
percaya
diri.
Dengan
demikian,
strategi
pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas
pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru
dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
tujuan
dari
penggunaan
strategi
pembelajaran
inkuiri
Ketiga,
adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental.13
11
12
13
Zulfiani, op.cit., h. 15
Ibid., h. 18
Tim Penulis, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 6-9
11
Menurut peneliti berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas,
intisari
pembelajaran
inkuiri
karakteristik-karakteristik
adalah
utama
proses
inkuiri
inkuiri.
mencakup
Sehingga
hal-hal
yang
mengarahkan pada kegiatan berinkuiri. Salah satu peran guru dalam
mengarahkan siswa untuk berinkuiri adalah pertanyaan. Sedangkan
metode-metode yang dapat dilakukan dalam pembelajaran inkuiri adalah
metode yang tidak lepas dari adanya kegiatan ilmiah seperti observasi,
investigasi, demonstrasi atau eksperimentasi.
c. Tingkatan-tingkatan Inkuiri
Dalam Standard for Science Teacher Preparation seperti yang
dikutip Zulfiani terdapat 3 tingkatan inkuiri, yakni:
1)
Discovery/Structured Inquiry
Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi
permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif
hasil.
2)
Guided Inquiry
Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah
mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian
masalah.
3)
Open Inquiry
Tindakan utama pada Open Inquiry ialah guru memaparkan
konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah.14
Menurut Colburn pembelajaran inkuiri adalah penciptaan kondisi
kelas
dimana
siswa
berada
dalam
situasi
bebas
berpendapat,
pembelajaran berpusat pada siswa dan adanya aktivitas hands-on.
Berdasarkan pengertian ini, maka pembelajaran inkuiri terdiri dari
beberapa jenis pendekatan, yaitu:
1) Structured Inquiry (inkuiri terstruktur). Dalam inkuiri terstruktur,
guru menyediakan tujuan, petunjuk, dan prosedur kegiatan tetapi
14
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, op.cit., h. 121
12
tidak memberitahukan hasil. Siswa diharapkan menemukan sendiri
hubungan antar variabel ataupun alternatif lainnya berdasarkan data
yang dikumpulkan.
2) Guided Inquiry (inkuiri terbimbing). Guru hanya menyediakan alat
dan bahan serta permasalahan yang akan diteliti siswa. Siswa
merancang sendiri prosedur pemecahan masalahnya.
3) Inquiry Open-ended. Pendekatan ini mirip dengan pendekatan
terbimbing,
dengan
tambahan
siswa
merumuskan
sendiri
permasalahannya yang akan diteliti.
4) Learning Cycle. Siswa dilibatkan dalam suatu aktivitas dimana siswa
dikenalkan pada konsep yang baru, kemudian konteks penggunaan
dan penerapan konsep tersebut disesuaikan dengan fenomena yang
biasa ditemukan oleh siswa.15
d. Keunggulan Pembelajaran Inkuiri
Teknik inkuiri ini memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri
siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan
ide-ide lebih baik.
2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
proses belajar yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri,
bersikap objektif, jujur dan terbuka.
4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri.
5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
15
Alan Colburn, An Inquiry Primer, (Science Scope, 2000) diakses pada 10 Desember 2010
dari http://www.experientiallearning.ucdavis.edu/module2/el2-60-primer.pdf, h. 42
13
9) Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar yang
tradisional.
10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga
mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.16
Ada
beberapa
alasan
yang
mendasari
mengapa
model
pembelajaran inkuiri disarankan untuk membelajarkan biologi, yaitu
sebagai berikut:
1) Model pembelajaran ini khusus dirancang hanya untuk mata
pelajaran biologi dan dalam beberapa hasil penelitian telah terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar biologi.
2) Model pembelajaran inkuiri biologi, memiliki prosedur dan
langkah-langkah yang sistematis sehingga mudah diterapkan guru.
3) Model pembelajaran inkuiri biologi dirancang dengan memadukan
ketepatan strategi pembelajaran dengan cara otak bekerja selama
proses pembelajaran.17
e. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri
Langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri, disajikan sebagai
berikut:
1) Penyajian masalah
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada situasi teka-teki. Rumusan
masalah didapat setelah siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan ini merupakan stimulus yang efektif untuk mendorong
siswa berpikir dan memulai belajar.
2) Pengumpulan dan verifikasi data
Pada tahap ini siswa merancang jawaban sementara (hipotesis),
selanjutnya merancang kegiatan untuk menguji kebenaran jawaban
sementara yang telah dibuat.
3) Mengadakan eksperimen atau pengumpulan data
16
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet.7, h. 76
Made Wena, Strategi pembelajaran inovatif kontemporer:suatu tinjauan konseptual
operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. 4, h. 67
17
14
Pada tahap ini siswa melaksanakan kegiatan yang telah
dirancang dan mengobservasi fakta yang muncul, mencatat
datanya,
dan
melakukan
interpretasi
terhadap
data
hasil
pengamatan.
4) Merumuskan penjelasan
Pada tahap ini siswa menentukan apakah jawaban sementara yang
telah disusun sebelumnya terbukti kebenarannya.
5) Mengolah analisis tentang proses inkuiri
Pada tahap ini siswa melakukan refleksi terhadap cara-cara mereka
saat melakukan kegiatan untuk membuktikan kebenaran jawaban
sementara. Hasil yang diharapkan dari tahap ini adalah siswa
mengetahui cara pemecahan masalah yang paling baik.18
Proses inkuiri memiliki banyak hal-hal penting saat awal. Namun
faktanya siswa tetap akan melewati fase-fase inkuiri sepanjang
penyelidikan. Adapun fase inkuiri meliputi :
1) Inquiry Phase (fase berinkuiri)
Fase awal ini mengajak siswa untuk memikirkan topik dan
mengundang siswa melakukan kerja ilmiah serta mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan.
2) Verifikasi/Hipotesis
Fase dimana siswa diajak untuk mengawali penelitian dan eksplorasi
serta mengungkapkan hipotesis-hipotesis yang nantinya akan
diselidiki.
3) Eksperimentasi/Analisis Data
Pada fase ini, siswa berusaha dalam penelitian secara teliti, dan
pengumpulan data (observasi, pengukuran), untuk mempelajari datadata dan untuk menganalisa data.
18
Nuryani Rustaman, Materi Pokok Strategi Pembelajaran Biologi, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), Cet.1, h. 12-19
15
4)
Implementation Phase (fase implementasi)
Pada fase ini, siswa diharuskan mengorganisasi data dan
menganalisa, menggambarkan kesimpulan dan menformulasikan
penjelasan-penjelasan.19
Langkah-langkah yang digunakan dalam penyajian materi dengan
model pembelajaran inkuiri adalah fase berhadapan dengan masalah,
fase pengumpulan dan pengujian data, fase pengumpulan data dalam
eksperimen, fase formulasi penjelasan dan fase analisis proses
inkuiri.20
2. Pembelajaran Inkuiri Terstruktur
a. Pengertian Inkuiri Terstruktur
Menurut Harlen, inkuiri terstruktur adalah pembelajaran discovery
(penemuan) yang dimodifikasi
dimana
siswa
menerima
dan
mendapatkan petunjuk-petunjuk untuk prosedur yang digunakan,
selanjutnya
mengumpulkan
data,
mengorganisasi
data,
serta
mendapatkan serangkaian pertanyaan yang mengantarkan kepada
kesimpulan (solusi dari sebuah masalah).21
Menurut
Colburn,
pendekatan
inkuiri
terstruktur
adalah
pembelajaran dengan guru menyediakan tujuan, petunjuk, dan
prosedur kegiatan tetapi tidak memberitahukan hasil.
Siswa
diharapkan menemukan sendiri hubungan antar variabel ataupun
alternatif lainnya berdasarkan data yang dikumpulkan.22
Dalam inkuiri terstruktur, petunjuk praktikum berisi masalah,
prosedur-prosedur kerja tanpa analisis hasil dan kesimpulan sehingga
19
The Acces Center, Science Inquiry, U.S Office of Special Education Program diakses pada 29
Mei 2011 dari http://www.k8accesscenter.org/documents/ScienceInquiry-PDF.pdf h. 9-11
20
I Made Wirtha dan Ni ketut Rapi, Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal
Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMAN 4 Singaraja, Jurnal penelitian
dan Pengembangan Pendidikan, 2008, h. 20
21
Wayne Harlen, The Teaching of Science, (Great Britain: David Fulton Publisher, 1992), h. 47
22
Alan Colburn, op.cit., h. 42
16
siswa dituntut untuk menemukan hubungan atau membuat kesimpulan
berdasarkan hasil analisis siswa.23
Metode inkuiri dikembangkan melalui pendekatan heuristik yang
memandang saintis sebagai penemu (discoverer). Bertanya merupakan
strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual.
Menemukan merupakan inti dari proses kegiatan pembelajaran
kontekstual. Dengan demikian dapat diketahui bahwa inkuiri
terstruktur yang berciri pada pembelajaran penemuan memerlukan
teknik atau alat bantu yang dapat menstimulus siswa untuk terlibat
dalam pembelajaran. Pembelajaran melalui penemuan memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman
sehingga membantu siswa dalam memahami dan menguasai konsep.
Melalui verifikasi yang ditemukan siswa selama pembelajaran
diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai pemahaman
konsep yang diharapkan.
Dalam model pembelajaran inkuiri terstruktur guru memiliki
peran untuk memilih topik/bahasan, pertanyaan dan menyediakan
materi
beserta
prosedur
kerja.
Akan
tetapi
dalam
proses
pembelajarannya siswa diharuskan menganalisis hasil dan menarik
kesimpulan dari kegiatan ilmiah yang telah dilakukan.
b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terstruktur
Alberta mengemukakan enam fase dalam inkuiri, yaitu :
Planning, retrieving, processing, creating, sharing, dan evaluating.
1) Planning (perencanaan).
Siswa harus memahami bahwa tujuan pokok pembelajaran berbasis
inkuiri
adalah
untuk
mengembangkan
kemampuannya.
Pembelajaran inkuiri dimulai dengan ketertarikan siswa atau
keingintahuannya terhadap suatu pokok bahasan. Untuk siswa yang
23
Laura B.Buck, dkk, Characterizing the Level of Inquiry in the Undergraduated Laboratory,
Journal of College Science Teaching, 2008, diakses pada tanggal 29 Mei 2011 dari
http://www.chem.purdue.edu/towns/Towns%20Publications/Bruck%20Bretz%20Towns%202008
pdf, h. 54
17
sedikit atau tidak sama sekali mempunyai latar belakang
pengetahuan dari pokok bahasan yang akan dipelajari, guru harus
memberikan informasi atau latar belakang pengetahuan yang akan
memotivasi siswa.
2) Retrieving (mengungkapkan kembali).
Tahap selanjutnya siswa mulai memikirkan informasi yang mereka
punya dan yang mereka inginkan. Siswa mungkin perlu
mempergunakan
waktu
sebaik-baiknya
untuk
menyelidiki
informasi yang telah mereka temukan. Pada fase ini siswa aktif
mencari informasi yang berhubungan dengan pokok bahasan yang
akan dipelajari. Guru membantu siswa memahami bahwa informasi
yang telah mereka dapatkan baik itu dari buku perpustakaan,
majalah ataupun internet, dihasilkan oleh orang yang dipercaya.
3) Processing (proses).
Fase ini dimulai ketika siswa telah menemukan fokus untuk
berinkuiri. Fokus tersebut adalah aspek dari pokok bahasan/topik
sehingga
siswa
menentukan
untuk
melakukan
investigasi/
penyelidikan. Pada fase ini siswa memilih dan mencatat informasi
yang berhubungan dengan topik yang dibahas, dan informasi yang
menjawab pertanyaan siswa.
4) Creating (menciptakan).
Pada fase ini, siswa mengorganisasi dan mensintesis informasi dan
gagasannya mereka mengembangkan dan memperbaiki laporan
serta merumuskan jawaban, solusi, dan kesimpulan. Pada fase ini
siswa menghasilkan produk yang tertuang baik dalam bentuk oral,
visual, tulisan, gerak maupun multimedia.
5) Sharing (bertukar pendapat).
Pada fase ini siswa mempresentasikan produk inkuiri mereka
kepada guru ataupun teman mereka. Fase ini harus menjadi
kesempatan bagi siswa untuk mempertimbangkan peran anggota
diskusi
guna
meningkatkan
18
pengalaman
diskusi.
Dalam
mempresentasikan produknya mungkin siswa akan gugup, mereka
merasa khawatir bahwa teman-teman yang lain tidak memahami
dan menghargai karya mereka. Karena itu, guru harus mengajarkan
siswa untuk menghargai karya orang lain untuk mendukung fase
ini.
6) Evaluating (evaluasi).
Pada fase evaluasi, menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses penilaian seperti dalam penyelidikan untuk menghasilkan
produk. Penekanan ini terletak pada penilaian pemahaman siswa
terhadap proses dan terhadap penguasaan konsep.24
Siklus inkuiri yang termodifikasi meliputi lima tahapan adalah,
sebagai berikut :
1) Challange (Tantangan) adalah fase dimana siswa diberikan
deskripsi-deskripsi masalah.
2) Initial Thoughts (pemikiran-pemikiran awal) adalah fase
dimana siswa-siswa menyediakan pemikiran-pemikiran awal
berdasarkan sebuah masalah.
3) Resources (Pencarian data) adalah fase dimana siswa dapat
mempelajari masalah.
4) Self Assesment adalah fase dimana siswa-siswa menjawab
beberapa pertanyaan untuk mendapat umpan balik dalam
pengetahuan siswa.
5) Wrap up (akhir) adalah tahap akhir dimana siswa-siswa dapat
melihat
kembali
pemikiran-pemikiran
awal
mereka
(hipotesis) dan memberikan kesimpulan atas modul yang
telah diberikan guru.25
3. Pertanyaan Produktif dalam Pembelajaran Inkuiri Terstruktur
24
Alberta, op.cit., h. 11-13
Hogyeong, Jeong dkk, Analysis of Productive Learning Behaviors in a Structured Inquiry Cycle
Using Hidden Markov Models, Institute for Software Integrated System, Vanderbilt University,
dari http://educationaldatamining.org/EDM2010/uploads/proc/edm2010_submission_59.pdf
diakses pada 29 Mei 2011, h. 82
25
19
a. Definisi dan Fungsi Pertanyaan
Menurut G.A. Brown dan R.Edmondson dalam Udin Winataputra
mendefinisikan
pertanyaan
sebagai
segala
pernyataan
yang
menginginkan tanggapan verbal (lisan).26
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan
penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik
pelontaran yang tepat akan:
1) Meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar
2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap sesuatu
masalah yang sedang dibicarakan
3) Mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa,
sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya
4) Menuntun proses berpikir murid, sebab pertanyaan yang baik akan
membantu murid dalam menentukan jawaban yang baik dan
5) Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang
dibahas.27
Dalam aktivitas pembelajaran, kegiatan bertanya dapat dilakukan
antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan orang
lain dan sebagainya. Kegiatan bertanya dalam pembelajaran berguna
untuk:
a) Menggali informasi, baik informasi administrasi maupun akademis
b) Mengecek pemahaman siswa
c) Memecahkan persoalan yang dihadapi
d) Membangkitkan respon kepada siswa
e) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
f) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
26
Udin S. Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), Cet.4, h.
7.7
27
Marno, M.Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Cet.5, h.
115
20
g) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
h) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
i) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa 28
Menurut Harlen lebih jauh mengungkapkan bahwa pertanyaan
merupakan komponen yang amat diperlukan dalam pembelajaran,
yang menjadi ciri dari model sebuah pembelajaran. Pertanyaan dalam
pembelajaran digunakan untuk berbagai macam tujuan, diantaranya
adalah untuk mengontrol siswa, sebagai informasi, untuk menguji
daya
ingat
siswa,
untuk
mendorong
siswa
berpikir,
untuk
mengarahkan dan menuntun pada arah tertentu, dan untuk
mengungkapkan gagasan siswa.29
b. Pengertian Pertanyaan Produktif
Guru sangat dianjurkan untuk mengajukan pertanyaan dalam
proses pembelajaran. Bertanya merupakan keterampilan dasar yang
harus dikuasai guru karena sampai saat ini kegiatan bertanya masih
dianggap metode yang efektif sebagai selingan metode ceramah.
Pertanyaan yang efektif lebih potensial daripada metode mengajar
yang lain, terutama jika ingin mendorong siswa berpikir dan bernalar.
Selanjutnya diketahui juga bahwa dengan menggunakan pertanyaan
yang efektif berarti guru mendorong siswa untuk berpikir dan bernalar
sehingga belajar menjadi terpusat pada diri siswa. 30
Peningkatan pertanyaan yang menyangkut kualitas pertanyaan
akan tertuju pada proses berpikir yang diharapkan terjadi pada diri
siswa. Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban berupa fakta
atau informasi akan mengakibatkan proses berpikir yang lebih rendah
pada penjawab pertanyaan. Namun pertanyaan-pertanyaan yang
membutuhkan jawaban dimana jawaban tersebut harus diorganisasi
28
Kunandar, Guru Profesional : Implementasi KTSP dan sukses dalam sertifikasi guru, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 310
29
Wayne Harlen, op.cit, h. 109
30
Nuryani Y.Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri
Malang, 2005), Cet.1, h. 206
21
atau disusun dari fakta-fakta atau informasi sebelumnya membutuhkan
proses yang lebih tinggi dan kompleks.31 Dengan demikian kualitas
suatu pertanyaan akan bersangkut paut dengan jenis-jenis pertanyaan
itu.
Beberapa pengelompokkan pertanyaan telah dilakukan Sheila
Jelly seperti yang dikutip Ari Widodo, pertanyaan dibedakan menjadi
dua yakni pertanyaan produktif dan non produktif. Pertanyaan
produktif adalah pertanyaan yang jawabannya bisa ditemukan melalui
kegiatan atau pengamatan, sedangkan pertanyaan non produktif adalah
pertanyaan yang jawabannya didasarkan pada buku atau sumber kedua
lainnya.
Tabel 2.1 Perbedaan antara Pertanyaan Produktif dan
Pertanyaan Nonproduktif
Pertanyaan Nonproduktif
a) Mendorong munculnya
Pertanyaan Produktif
a) Mendorong munculnya
pengertian sains sebagai
pengertian bahwa sains
informasi
adalah cara kerja
b) Jawaban diperoleh dari
b) Jawaban diperoleh dari
sumber kedua misalnya dari
pengamatan langsung yang
bacaan
menuntut tindakan
pengamatan/percobaan
c) Cenderung menekankan
c) Mendorong munculnya
bahwa ada jawaban tertentu
31
Marno, M.Idris, op.cit., h. 116
22
kesadaran bahwa jawaban
Pertanyaan Nonproduktif
yang benar
Pertanyaan Produktif
yang berbeda bisa saja benar,
tergantung konteksnya.
d) Anak yang mempunyai
d) Hampir semua anak bisa
kemampuan verbal yang baik
menjawab pertanyaan32
cenderung lebih aktif dan
banyak menjawab
Sedangkan menurut Nuryani Y.Rustaman pertanyaan produktif
adalah pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk berbuat atau
melakukan sesuatu. Sebaliknya pertanyaan nonproduktif memerlukan
jawaban terpikir dan yang diucapkan, yang tidak selalu mudah
dilakukan oleh siswa.33
Menurut Kinkin Suartini dalam Dwirahayu mengungkapkan
peranan
guru
dalam
kegiatan
pembelajaran
sains
dengan
menggunakan metode inquiry adalah menstimulus siswa agar
tertantang untuk berpikir kritis.34 Bertanya merupakan salah satu cara
untuk menstimulus siswa agar berpikir kritis. Selain membuat siswa
berpikir kritis juga memiliki fungsi lainnya dalam kegiatan
pembelajaran, seperti:
1) Memberikan dorongan dan pengarahan kepada siswa dalam
berpikir untuk memecahkan suatu masalah
2) Memberikan latihan kepada siswa untuk menggunakan informasi
dan keterampilan memproseskan perolehan dalam menjelaskan
atau memecahkan suatu masalah
32
Ari Widodo, Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Mengajukan Pertanyaan
Produktif untuk Mendukung Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri, (Jurnal Pendidikan, Vol. 10,
No.1, Maret 2009), h. 23
33
Nuryani Y.Rustaman dkk., op.cit., h. 207
34
Gelar Dwirahayu dan Munasprianto Ramli, Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran
Matematika dan Sains Dasar Sebuah Antologi, (Jakarta: PIC UIN, 2007), h. 105
23
3) Memberikan dorongan atau mengajak siswa untuk berpikir dan
memecahkan suatu masalah dengan kemampuannya sendiri
4) Memberikan dorongan atau mengajak siswa untuk berperan serta
secara aktif dalam proses belajar-mengajar
5) Memperoleh umpan balik dari siswa mengenai:
a)
tingkat keberhasilan penyampaian bahan ajar
b) daya serap siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dibahas
c)
ketepatan bahan pelajaran yang telah dipilih untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan
d) bagian-bagian bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit atau
belum dipahami
6) Merangsang rasa ingin tahu siswa
7) Merangsang penanaman nilai-nilai tertentu.35
Mengajukan berbagai pertanyaan menantang termasuk salah satu
cara untuk merangsang berpikir kreatif pada diri siswa. Pertanyaan
menantang ini berhubungan dengan jenis-jenis pertanyaan yang
bersifat sebagai berikut:
a) Menanyakan
apa
kemungkinan-kemungkinan
akibat
apabila
kejadian yang telah pernah terjadi dan yang tidak pernah terjadi.
b) Menanyakan kemungkinan-kemungkinan akibat dari suatu situasi
yang memang belum
pernah
terjadi,
tetapi
siswa
harus
membayangkan apa saja kemungkinan-kemungkinan akibatnya
andaikata kejadian atau situasi itu terjadi di sini.36
Elsgeest seperti yang dikutip Harlen menyarankan pertanyaan
yang diajukan guru sebaiknya memiliki tujuan lebih jelas dan
menghasilkan kemudian menyatakan pertanyaan nonproduktif sebagai
pertanyaan-pertanyaan
pertanyaan-pertanyaan
pengujian.
produktif
Selanjutnya
berdasarkan
membedakan
urutannya
dalam
memotivasi siswa untuk melakukan penyelidikan:
35
Ibid., h. 107
Edi Soegito, Yuliani Nurani, Kemampuan Dasar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2003), Cet.5, h. 2.2
36
24
1)
Pertanyaan yang memfokuskan perhatian
Contoh: Sudahkah kamu perhatikan …?
2)
Pertanyaan mengukur dan membilang
Contoh: Berapa banyak? Berapa lama?
3)
Pertanyaan membandingkan
Contoh: Apakah persamaan dari kedua helai daun?
4)
Pertanyaan tindakan
Contoh: Apakah yang akan terjadi apabila seberkas cahaya
mengenai tubuh cacing tanah?
5)
Pertanyaan menghadapkan pada masalah
a) Contoh:
Dapatkah
kaupikirkan
cara
untuk
memperjelas maksudnya?
b) Bagaimana kamu dapat membuat bayang-bayang
yang
berwarna?37
Dalam model pembelajaran inkuiri terstruktur, pertanyaan
produktif sangat penting gunanya untuk membimbing siswa pada
proses
inkuiri.
Pertanyaan
produktif
yang
digunakan
dalam
pembelajaran ini adalah pertanyaan yang jawabannya hanya dapat
ditemukan siswa melalui sebuah kegiatan. Dengan demikian
berdasarkan penjelasan diatas pertanyaan produktif dalam model
pembelajaran inkuiri terstruktur adalah pertanyaan yang menuntun
siswa untuk melakukan pengamatan atau penyelidikan sehingga
mendorong siswa untuk berinkuiri berdasarkan prosedur kerja yang
telah diberikan guru.
c. Urgensi Pertanyaan Produktif dalam Pembelajaran Inkuiri
Terstruktur
Melalui pembelajaran inkuiri terstruktur guru membimbing dan
mengarahkan kepada siswa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan
ilmiah
seperti
observasi,
investigasi,
dan
eksplorasi.
Dalam
pelaksanaan kegiatan, bimbingan hendaknya dilakukan dalam bentuk
37
Wayne Harlen, op.cit., h. 110
25
pertanyaan pengarah dan bukan memberi tahu secara langsung. 38
Pertanyaan produktif adalah pertanyaan yang mengarahkan siswa
untuk berbuat atau melakukan sesuatu sebelum menjawab pertanyaan
yang diajukan.39
Pertanyaan
yang
baik
adalah
pertanyaan
yang
lebih
mementingkan isi dan hakekat pertanyaan. Banyaknya pertanyaan
yang
diajukan
menunjukkan
dalam
bahwa
sebuah
kegiatan
pembelajaran
tersebut
pembelajaran
lebih
tidak
berkualitas.
Pertanyaan yang berkualitas dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikirnya. Dengan pertanyaan yang berkualitas siswa
tertantang untuk berpikir kritis dan kreatif.
Selain itu juga pertanyaan yang berkualitas akan mendorong
siswa
untuk
terlibat
mengakomodasikan,
secara
aktif
mengorganisasikan
dalam
mengasimilasikan,
dan
mengkonstruksikan
konsep-konsep dalam benak siswa. Hal ini tentu akan membuat siswa
dengan mudah dapat memahami konsep yang sedang dipelajari dan
pada akhirnya akan mempertinggi penguasaan konsep siswa.
Pertanyaan produktif adalah salah satu pertanyaan berkualitas yang
dapat menggiring siswa untuk berinkuiri karena dapat menstimulus
siswa untuk berpikir kritis sehingga siswa dapat memahami konsep
secara personal.
Penggunaan pertanyaan produktif mendukung pembelajaran inkuiri
terstruktur yang diterapkan dalam pembelajaran sains khususnya
biologi. Hal ini dikarenakan melalui pertanyaan produktif banyak
siswa yang dapat ikut terlibat dalam kerja ilmiah, berbeda dengan
pertanyaan kognitif yang hanya bisa dijawab oleh sebagian kecil siswa
yang sudah memahami konsep. Pertanyaan produktif sangat berperan
untuk menimbulkan keberanian menjawab atau mengemukakan
38
Ari Widodo, op.cit., h. 22
Siti Sriyati, dkk., Penerapan Pertanyaan Produktif dalam Pembelajaran Biologi untuk
Meningkatkan Kemampuan Kerja Ilmiah dan Pemahaman Konsep Siswa di SMA, (Artikel Ilmiah
FPMIPA UPI, 2006), h. 4 diakses pada tanggal 10 Desember 2010 dari http://file.upi.edu
39
26
pendapat dan meningkatkan kegiatan belajar mengajar.40 Dengan
demikian kegiatan pembelajaran IPA melalui kegiatan ilmiah yang
menerapkan pertanyaan produktif akan sejalan dengan hakikat IPA
yaitu IPA bukan hanya sekedar produk namun juga sebagai proses.
4. Penguasaan Konsep
Dalam mempelajari sebuah konsep orang akan mengadakan
abstraksi, yaitu dalam objek-objek yang meliputi benda, kejadian dan orang
hanya ditinjau dari aspek-aspek tertentu saja. Objek tidak ditinjau dalam
semua detail-detailnya, tetapi aspek tertentu seolah diangkat dan
disendirikan. Dengan demikian konsep dapat diartikan sebagai satuan arti
yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama.41
Konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri,
karakter, atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatu fakta,
baik merupakan suatu peristiwa, benda atau fenomena di alam yang
membedakannya dari kelompok lainnya.42
Menurut Ausubel seperti yang dikutip Dahar konsep-konsep
diperoleh dengan dua cara yaitu formasi konsep dan asimilasi konsep.
Formasi konsep terutama merupakan bentuk perolehan konsep-konsep
sebelum anak-anak masuk sekolah. Asimilasi konsep merupakan cara utama
untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.43 Prayekti
mengungkapkan bahwa penguasaan konsep merupakan penguasaan
terhadap abstraksi yang memiliki satu kelas atau objek-objek kejadian atau
hubungan yang mempunyai atribut yang sama.44
Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan
untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa
40
Nuryani Y.Rustaman, Andrian Rustaman, Peranan Pertanyaan Produktif dalam Pengembangan
KPS
dan
LKS,
(bahan
seminar
dan
lokakarya
FPMIPA
UPI,
2003)
http://file.upi.edu/Direktori/D%20%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20BIOLOGI/131353755%20%
20ANDRIAN%20RUSTAMAN/PERANAN%20PERTANYAAN%20PRODUKTIF%2C%20KP
S%20%26%20LKS.pdf diakses pada tanggal 10 Desember 2010, h. 7
41
Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet.4, h. 82
42
Nuryani Y.Rustaman, dkk, op.cit.., h. 51
43
Ratna W. Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 81
44
Prayekti, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada Pembelajaran IPA SD,
diakses pada tanggal 20 Januari 2011 dari http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/590617.pdf, h. 2
27
materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama keilmuan
tersebut haruslah dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya
dalam bentuk hafalan.45
Ranah kognitif merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan
mental/otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir
berdasarkan taksonomi Bloom, mulai dari tingkatan yang rendah sampai
tinggi, yakni pengetahuan/ingatan-knowledge, pemahaman-comprehension,
penerapan-application,
analisis-analysis,
sintesis-syntesis,
evaluasi-
evaluation. Pada tahun 2001, Lorin W. Anderson dan David R.Krathwohl
melakukan revisi terhadap taksonomi Bloom (teori kognitif) menjadi:
a. Ingatan (remember) adalah kemampuan menyatakan kembali fakta,
konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajari dan tersimpan dalam
memori jangka panjang (long term memory).
b. Pemahaman (understand) adalah membangun pengertian dari pesan
instruksional termasuk pesan secara lisan, tulisan dan komunikasi secara
grafis.
c. Penerapan (apply) adalah kemampuan menyelesaikan atau menggunakan
prosedur yang dipelajarinya pada suatu keadaan.
d. Analisis (analyze) adalah kemampuan untuk menguraikan materi menjadi
komponen-komponennya
dan
menentukan
bagaimana
komponen-
komponen tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga
secara keseluruhan menjadi suatu struktur atau pengertian.
e. Evaluasi (evaluate) adalah kemampuan untuk membuat pertimbangan
suatu penilaian terhadap sesuatu berdasarkan ukuran-ukuran atau standar
yang diterapkan.
f. Mencipta (create) adalah kemampuan untuk menyusun kembali unsurunsur ke dalam suatu pola atau struktur baru.46
45
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 14
46
Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl; whit Peter W. Airasian (et. al.), A Taxonomy for
Learning, Teaching and Assesing, (Newyork: Longman, 2001), h. 67-68
28
Penguasaan konsep merupakan penguasaan materi berkenaan
dengan hasil konstruksi pengetahuan setelah pembelajaran.
5. Konsep Struktur Jaringan Tumbuhan
Pada penelitian ini konsep struktur jaringan tumbuhan dibatasi
pada beberapa subkonsep utama yang menyangkut macam-macam jaringan
tumbuhan yakni jaringan epidermis, jaringan dasar, penyokong dan
pengangkut serta jaringan pada organ tanaman. Selanjutnya, setiap sub-sub
konsep tersebut tentu berkaitan dengan fungsinya masing-masing.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk mata pelajaran
Biologi kelas XI pada konsep struktur jaringan tumbuhan memiliki
kompetensi dasar mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan
mengaitkannya dengan fungsinya. Karakteristik materi ini banyak
memberikan fakta-fakta sehingga dengan melakukan kegiatan untuk
membuktikan
adanya
macam-macam
struktur
jaringan
tumbuhan
diharapkan siswa mendapat pengalaman atas macam-macam struktur
jaringan tumbuhan sehingga dapat mengaitkannya dengan fungsi yang
dimiliki jaringan tersebut. Oleh sebab itu diperlukan model pembelajaran
yang berorientasi pada konstruktivisme untuk memperoleh verifikasi atas
teori yang ada di bawah bimbingan guru. Dengan pengalaman yang didapat
siswa melalui proses inkuiri diharapkan penguasaan konsep siswa lebih
mendalam.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Di bawah ini penulis paparkan beberapa hasil penelitian yang
bersinggungan dengan judul penelitian, diantaranya:
Siti Sriyati, Yanti Rumbiyati, dan Rengky Meliani dengan
penelitian
yang
berjudul
“Penerapan
Pertanyaan
Produktif
Dalam
Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja Ilmiah dan
Pemahaman Konsep Siswa di SMA”. Dalam kesimpulannya dikatakan terjadi
29
peningkatan pemahaman konsep siswa yang signifikan dari pretes ke postes
pada siklus I dengan nilai gain= 28,41 dan pada siklus II dengan gain=32,83. 47
Noverita dengan penelitiannya yang berjudul “Metode Pertanyaan
Produktif dan Percobaan Sederhana Sebagai Langkah Mempermudah
Pemahaman Terhadap Sifat Koligatif Larutan dan Meningkatkan Keaktifan
Siswa Belajar Kimia”. Dalam kesimpulannya dapat dikatakan bahwa
pembelajaran kimia pada materi sifat koligatif larutan dengan metode
pertanyaan produktif dan percobaan sederhana dapat meningkatkan keaktifan
siswa, meningkatkan pemahaman siswa, dan hasil belajar siswa dengan
persentase peningkatan 40 % siswa yang mendapat nilai > 75.48
I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, dengan penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal Terhadap
Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja”.
Dalam kesimpulannya dapat dikatakan bahwa penguasaan konsep fisika siswa
yang belajar melalui model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada siswa
yang belajar melalui model pembelajaran konvensional (F=10,790; p<0,05;
nilai rata-rata pembelajaran inkuiri 64,3750; dan konvensional 57,0417).49
Ari Widodo dengan penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Mengajukan Pertanyaan Produktif untuk
Mendukung Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri”. Penelitian ini dilaksanakan
dalam rangka meningkatkan kemampuan inkuiri sains. Metode yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
peningkatan rata-rata pertanyaan produktif 0,6 %.50
Arief
Sidhartha
dengan
penelitian yang berjudul
“Model
Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana
Pendidikan Sains Siswa SMP”. Dalam kesimpulannya dikatakan melalui
47
Siti Sriyati, op.cit., h. 6
Noverita, Metode Pertanyaan Produktif dan Percobaan Sederhana Sebagai Langkah
Mempermudah Pemahaman Terhadap Sifat Koligatif Larutan dan Meningkatkan Keaktifan Siswa
Belajar Kimia, Jurnal Cendikia, Jilid 1, Nomor 1, Juli 2008, diakses pada 30 Mei 2011 dari
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11082935.pdf, h. 34
49
I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, op.cit., h. 27
50
Ari Widodo, op.cit.. h. 27
48
30
pembelajaran berbasis inkuiri laboratorium pemahaman konsep yang telah
dipelajari siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata skor sebesar 3,9
(19,5%) dan skor rata-rata total 4,3 (21,5%).51
C. Kerangka Berpikir
Tujuan pendidikan sains adalah mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman serta keterampilan siswa sehingga dapat memberikan konstribusi
bagi peningkatan sumber daya manusia dan kelestarian alam sekitar. Untuk itu
pendidikan sains harus melibatkan pengalaman langsung agar berkembangnya
pengetahuan dapat diikuti dengan penerapannya dalam pemecahan masalah
sehari-hari.
Biologi merupakan mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga bukan hanya belajar
kumpulan fakta, konsep dan prinsip-prinsip saja yang bersifat statis tetapi juga
merupakan penemuan. Pendidikan biologi diarahkan untuk berinkuiri dan
berbuat agar hakikat pembelajaran sains, yaitu sains sebagai produk dan proses
dapat tercapai. Melalui proses inkuiri siswa mendapatkan pengalaman
langsung sehingga membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
Model pembelajaran inkuiri terstruktur merupakan salah satu
model
pembelajaran
inkuiri
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa melalui serangkaian kegiatan
ilmiah yang melibatkan peran aktif siswa sehingga memberi kesempatan siswa
untuk membangun struktur kognitifnya secara mandiri. Dalam kegiatan ilmiah
tersebut siswa mengalami proses-proses mental seperti yang dialami para
ilmuwan dalam menemukan suatu konsep yaitu merumuskan permasalahan,
51
Arief Sidhartha, Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai
Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP diakses pada tanggal 9 Februari 2011 dari
http://www.p4tkipa.org/data/A_SIDHARTA.pdf
31
berhipotesis, mendesain dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil kegiatan
penyelidikannya.
Dalam
komponen
yang
pembelajaran
mendukung
inkuiri
terstruktur
pembelajaran
tersebut
terdapat
sehingga
berbagai
proses
pembelajaran dapat berjalan efektif. Pembelajaran inkuiri yang didominasi oleh
bimbingan dari guru ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep
siswa. Hal ini dikarenakan melalui proses inkuiri siswa dapat mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya berdasarkan informasi yang sudah ada dalam struktur
kognitifnya. Pengalaman langsung yang diperoleh saat siswa berinkuiri
menghasilkan verifikasi yang membuat siswa lebih memahami suatu konsep
sehingga berdampak pada peningkatan penguasaan dan penggunaan konsep
tersebut dalam kehidupan nyata.
Pertanyaan produktif sebagai stimulus yang diberikan guru kepada
siswa mendukung terjadinya proses pembelajaran inkuiri terstruktur yang
efektif. Guru menggiring siswa untuk berinkuiri melalui pertanyaan produktif.
Pengajuan pertanyaan produktif ini dapat menstimulus siswa agar berpikir
kritis sehingga siswa merasa tertantang untuk ikut terlibat aktif dalam sebuah
kegiatan ilmiah. Dengan demikian, penggunaan pertanyaan produktif dalam
pembelajaran
inkuiri
terstruktur
diduga
dapat
berpengaruh
terhadap
penguasaan konsep biologi siswa.
D. Perumusan Hipotesis
Pengajuan hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai
berikut:
terdapat
pengaruh
penggunaan
pertanyaan
produktif
dalam
pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap penguasaan konsep struktur jaringan
tumbuhan.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 yang berlokasi di
SMAN 9 Kota Tangsel.
B. Metode dan Disain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen, dengan analisis uji-t yang menganalisis pengaruh yang terjadi
antara variabel x dan variabel y berdasarkan perbedaan penguasaan konsep
antara kelompok yang diberikan perlakuan pertanyaan produktif dalam model
pembelajaran inkuiri terstruktur dan kelompok yang tidak diberi perlakuan.
Dalam disain eksperimen ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus (variabel yang akan
diuji akibatnya) yaitu dengan menggunakan pertanyaan produktif dalam model
pembelajaran
inkuiri
terstruktur.
Kemudian
kelompok
kontrol
tanpa
menggunakan pertanyaan produktif akan dibandingkan hasilnya dengan
kelompok eksperimen.
Disain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah disain
Pretes-Postes Grup Kontrol tidak Secara Random (Nonrandomized control
group pretest-postest design) yang divisualisasikan sebagai berikut:52
Tabel 3.1 Disain Penelitian
Group
Eksperimen
Kontrol
Pretes
Variabel
Terikat
X1
X1
XEksperimen
XKontrol
Postes
X2
X2
Keterangan :
52
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), Cet.7, h. 186
33
Xeksperimen : Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen menggunakan
pertanyaan produktif dalam model pembelajaran inkuiri terstruktur
Xkontrol
: Perlakuan yang diberikan kepada kelas kontrol tanpa menggunakan
pertanyaan produktif
X1
: Tes awal yang sama pada kedua kelas
X2
: Tes akhir yang sama pada kedua kelas
Berdasarkan disain penelitian diatas, kedua kelompok diberi tes awal
(pretest) dengan soal yang sama (konsep struktur jaringan tumbuhan). Setelah
diberi perlakuan yang berbeda, kedua kelompok dites dengan tes yang sama
sebagai tes akhir (posttest). Kemudian hasil tes (pretest dan posttest) dari
masing-masing kelas dibandingkan (diuji perbedaannya). Perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok menunjukkan pengaruh dari perlakuan yang
diberikan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 9
Tangsel sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas XI (sebelas)
SMAN 9 Tangsel. Pengambilan sampel dilaksanakan dengan teknik purposive
sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel non
random berdasarkan tujuan.53 Pengambilan sampel ini dilakukan oleh peneliti
dengan cara melihat nilai rata-rata hasil belajar siswa berdasarkan
pertimbangan atau kebijaksanaan guru bidang studi yang bersangkutan.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua variabel yaitu:
1. Variabel Independent (variabel bebas) adalah pertanyaan produktif dalam
model pembelajaran inkuiri terstruktur, disimbolkan dengan X.
a. Definisi konseptual
53
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2010), h.254
34
Pertanyaan produktif dalam model pembelajaran inkuiri terstruktur
adalah pertanyaan yang menuntun siswa untuk melakukan pengamatan atau
penyelidikan sehingga mendorong siswa untuk berinkuiri berdasarkan prosedur
kerja yang telah diberikan guru.
b. Definisi operasional
Dalam model pembelajaran inkuiri terstruktur guru mengajukan
pertanyaan produktif untuk menstimulus siswa agar berpikir kritis dan aktif
berpartisipasi dalam pembelajaran tentang konsep struktur jaringan tumbuhan
untuk kemudian guru mengukur penguasaan konsep siswa.
2. Variabel Dependent (variabel terikat) adalah penguasaan konsep struktur
jaringan tumbuhan, disimbolkan dengan Y.
a. Definisi konseptual
Penguasaan konsep dalam ranah kognitif menurut Anderson yang
merupakan penguasaan materi berkenaan dengan kemampuan berpikir setelah
pembelajaran. Ranah kognitif tersebut merupakan ranah yang lebih banyak
melibatkan mental/otak.
b. Definisi operasional
Penguasaan konsep adalah hasil belajar yang dimiliki siswa setelah
proses pembelajaran dalam bentuk skor total dari hasil tes tentang penguasaan
konsep struktur jaringan tumbuhan yang meliputi jenjang pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), dan penerapan (C3) menurut teori kognitif Anderson.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan tes dan non
tes. Dalam pengumpulan data, terlebih dahulu ditentukan sumber data, jenis
data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan.
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
35
No
Sumber
Data
Jenis Data
1.
Siswa
2.
Guru
Penguasaan
konsep
siswa
Kegiatan
belajar
mengajar
3.
Guru
Deskripsi
pertanyaan
guru
Teknik
Pengumpulan
Data
Melaksanakan
pretest
dan posttest
Observasi
Rekaman Audio
Instrumen
Butir
soal
pilihan ganda
Lembar
observasi
berbentuk
daftar cek
Verbal
Interaction
Category
Systems
(VICS)
berdasarkan
Flander
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian diartikan sebagai alat yang dapat menunjang
sejumlah data yang diasumsikan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dan menguji hipotesis penelitian. Sesuai dengan jenis data yang
dibutuhkan, penelitian ini menggunakan beberapa instrumen penelitian
diantaranya:
1. Tes Penguasaan Konsep
Tes penguasaan konsep siswa yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diberikan. Tes penguasaan
konsep ini dalam bentuk tes objektif atau dalam bentuk pilihan ganda sebanyak
36 soal dengan 5 option. Tes ini diberikan sebelum dan setelah siswa
mempelajari
materi
dengan
pembelajaran
inkuiri
terstruktur
yang
menggunakan pertanyaan produktif pada kelas eksperimen dan pembelajaran
inkuiri terstruktur tanpa menggunakan pertanyaan produktif pada kelas kontrol.
Adapun untuk lebih jelasnya kisi-kisi indikator instrumen secara terperinci
dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep
36
Kompetensi
Dasar
Subkonse
p
Nomor
soal
Aspek
Kognitif
2.1
Mengidentifikas
i
struktur
jaringan
tumbuhan dan
mengkaitkannya
dengan
fungsinya,
menjelaskan
sifat totipotensi
sebagai
dasar
kultur jaringan
Jaringan
Epidermis
1, 2, 3,
4, 13, 22,
49
5, 21, 23,
16, 33,
50
18, 27,
28, 31,
37
6, 9, 17,
25, 36,
44, 46
7, 15, 26,
32, 47
8, 10, 11,
12, 19,
20, 28,
29, 30,
34, 35,
38, 39,
40, 41,
42, 43,
45, 48
Jaringan
Parenkim
Jaringan
Penyokon
g
Jaringan
Pengangk
ut
Jaringan
Meristem
Jaringan
Pada
Akar,
Batang
dan Daun
C2, C1, C2,
C3, C2, C2,
C1
C2, C2, C2,
C2, C3, C1
Kunci
Jawaba
n
D, D, D,
B, C, C,
E
D, B, E,
A, A, E
Persentas
e Jumlah
(%)
14 %
C2, C2,
C1, C1,
C2
C2, C3, C1
C1, C2,
C2, C2
C1, C2, C1,
C1, C1
C2, C2, C2,
C2, C2,
C2, C1,
C2, C2,
C2, C2,
C1, C2,
C1, C1,
C2, C2,
C1, C1
B, A,
A, E,
B
C, C, C,
D, D,
B, B
E, B, B,
A, D
B, A, D
A, B,
B, A,
C, C,
D, D,
A, D,
B, B,
E, C,
C, A
10 %
12 %
14 %
10 %
38 %
2. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lembar observasi aktivitas guru berisi aspek-aspek pengamatan terhadap
pembelajaran baik di kelas kontrol maupun eksperimen. Hal yang menjadi
fokus observasi adalah aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan pertanyaan produktif dalam pembelajaran inkuiri
terstruktur (terlampir).
Dalam observasi ini dibutuhkan satu observer yang bertugas mengamati
aktivitas guru mengajar dalam menggunakan pertanyaan produktif pada
pembelajaran inkuiri terstruktur. Hasil observasi diharapkan dapat mendukung
data yang mungkin tidak muncul melalui teknik pengumpulan data lainnya.
3. Lembar Observasi VICS berdasarkan Flander
37
Lembar observasi Verbal Interaction Category Systems (VICS) Flanders
merupakan instrumen interaksi kelas yang telah dikembangkan oleh Flanders.
Sistem observasi ini digunakan untuk merekam pengajaran yang dilakukan
oleh guru selama proses belajar mengajar. Bagaimana guru mengajar dikelas
dapat direkam secara audio maupun audio visual. Selanjutnya segala perkataan
guru murid selama pembelajaran dicatat untuk kemudian dikodekan sesuai
sistem kategori Flanders. Catatan percakapan guru murid tersebut disebut
transkrip.
Verbal Interaction Category Systems menggunakan sejumlah kategori
perilaku interaksi belajar-mengajar.54 Dalam penerapan pertanyaan produktif di
dalam kelas, instrumen ini dapat membantu untuk mengumpulkan data-data
tentang deskripsi pertanyaan yang digunakan guru selama proses pembelajaran.
Tabel 3.4 Kategori dan deskripsi Flanders (1970)
Pengajar
DIMENSI
A. Mulai
B. Menjawab
NO KATEGORI DAN DESKRIPSI
1
Menyajikan
informasi
atau
pendapat,
digunakan apabila pengajar menyajikan konten,
fakta atau opini, eksplanasi, diskusi, dan
pertanyaan retorika juga termasuk.
2
Memberikan arahan, digunakan apabila
pengajar memberikan perintah, arahan, atau
petunjuk
agar
pembelajar
melakukan
mematuhinya. Contoh: coba lihat halaman 24.
3
Mengajukan pertanyaan sempit digunakan
apabila jawaban pertanyaan diperkirakan
mudah dijawab oleh pembelajar. Ini mencakup
drill tanya jawab yang menghendaki jawaban
satu atau dua. Contoh : Apakah ini benar?
4
Mengajukan pertanyaan luas, digunakan
bilamana suatu pertanyaan agak terbuka
menghendaki pemikiran, atau mengesankan
sebagai suatu pendapat atau perasaan. Contoh:
Mengapa kamu pikir model gelombang dapat
menjelaskan dengan memuaskan.
5
Menerima
a Menerima pendapat, digunakan apabila
54
Nelson Siregar, Penelitian Kelas: Teori, Metodologi, dan Analisis, (Bandung: IKIP Press, 1998),
h.151
38
Pembelajar
DIMENSI
NO KATEGORI DAN DESKRIPSI
pengajar
menerima,
memantulkan,
menjelaskan, atau memuji pendapat
pembelajar. Juga jika pengajar mengulangi,
menyimpulkan,
atau
mengomentari
pendapat pembelajar. Contoh: bagus, itu
jawaban yang cukup baik.
b Menerima prilaku, digunakan apabila
pengajar menerima dan menggiatkan
prilaku. Contoh: Hasil percobaanmu bagus!
c Menerima perasaan, digunakan bilamana
pengajar
merefleksikan
perasaan
pembelajar, atau menjawab perasaan dengan
menyenangkan. Contoh: tidak heran kamu
kecewa
6
Menolak
a Menolak ide, digunakan apabila pengajar
menolak, mengeritik, mengabaikan, atau
kurang menggiatkan ide pembelajar.
Contoh: itu tidak benar!
b Menolak prilaku, digunakan apabila
pengajar mengomentari atau mengeritik
untuk menekan prilaku pembelajar yang
kurang diterima. Contoh: duduk. Apa yang
kamu kerjakan?
c Menolak perasaan, digunakan untuk
mengabaikan pertanyaan atau perasaan
pembelajar. Contoh: Apa kamu tidak malu,
jangan libatkan perasaanmu!
A. Menjawab 7
Jawaban kepada pengajar
a Dapat diprediksi, biasanya mengikuti ktagori
3 dan bersifat pendek, apakah simbol atom
carbon? Jawaban C
b Tidak
dapat
memprediksi,
biasanya
mengikuti kategori 4, atau juga 3: Apa yang
menyebabkan bengkok tersebut? Dijawab:
sebabnya tidak satu. Atau mungkin banyak
sebab.
8
Jawaban kepada pembelajar lain, digunakan
apabila
seorang
pembelajar
menjawab
pembelajar lain.
B. Berbicara/ 9
Bicara/bertanya kepada pengajar, pembelajar
bertanya/
membuka pembicaraan kepada pengajar.
berkomentar 10 Bicara (bertanya atau berkomentar) kepada
pembelajar
lain,
pembelajar
membuka
39
DIMENSI
NO KATEGORI DAN DESKRIPSI
pembicaraan (pertanyaan atau komentar)
kepada pembelajar lain.
11 Senyap, karena adanya kegiatan membaca, atau
latihan. Jika berlangsung lama, dibuat catatan
dipinggir tabel.
12 Kebingungan, terjadi keributan yang mencolok,
dan kegaduhan, tidak seperti direncanakan.
G. Uji Coba Instrumen
1. Validitas Instrumen
Validitas adalah derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.55 Instrumen
dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki
kesejajaran antara hasil tes dengan kriterium.56 Untuk pengujian validitas
instrumen dengan menggunakan rumus sebagai berikut :57
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua yang
dikorelasikan variabel
X = skor butir
Y = skor total
N = jumlah subyek
Suatu butir instrumen dinyatakan valid apabila memiliki harga r xy >rtabel
pada taraf signifikansi 5%. Secara empirik, tinggi rendahnya validitas
ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien validitas.58
Dengan besar koefisien korelasi sebagai berikut:
55
Sugiyono, METODE PENELITIAN PENDIDIKAN : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: ALFABETA, 2007), Cet.3, h. 363
56
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Cet.9, h. 69
57
Ibid., h. 72
58
Ahmad sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:UIN Jakarta Press,
2006), cet 1, h.105
40
a. Antara 0,8 sampai dengan 1,0 = sangat tinggi
b. Antara 0,6 sampai dengan 0,8 = tinggi
c. Antara 0,4 sampai dengan 0,6 = cukup
d. Antara 0,2 sampai dengan 0,4 = rendah
e. Antara 0,0 sampai dengan 0,2 = sangat rendah59
Untuk mengukur keabsahan tes kognitif dilakukan dengan menggunakan
program ANATES. Berdasarkan hasil perhitungan ANATES, dari 50 butir soal
yang diuji cobakan terdapat 36 butir soal yang valid.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah sejauhmana hasil pengukuran dari suatu instrumen
mewakili karakteristik yang diukur. Sedangkan untuk menguji reliabilitas soal
tes
dengan
menggunakan
metode
Kuder
Richardson
yaitu
dengan
menggunakan rumus KR-21:
Keterangan:
r11 = reliabilitas
M
= rata-rata skor total
K
= jumlah butir tes
V1
= variasi skor total60
Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel product moment
dengan taraf signifikan 5%. Jika r hitung > tabel product moment maka
instrumen yang diujicobakan bersifat reliabel.
Secara empirik, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu
angka yang disebut koefisien reliabilitas, berkisar 0 sampai 1. 61 Perhitungan
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program ANATES. Berdasarkan
hasil perhitungan ANATES, diperoleh nilai reliabilitas soal yaitu 0,87.
59
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 75
Ibid., h. 103
61
Ahmad Sofyan, op.cit., h. 105
60
41
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah tingkat yang menunjukkan derajat pengerjaan
soal oleh peserta tes. Tingkat kesukaran diketahui dengan membandingkan
antara jumlah peserta tes yang menjawab dengan benar dan jumlah seluruh
peserta tes. Menurut Arikunto (2002) tingkat kesukaran soal dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan:
P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab benar
JS
= banyaknya peserta tes keseluruhan62
Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh,
maka soal tersebut termasuk kategori sukar. Sebaliknya, semakin besar indeks
yang diperoleh, maka soal tersebut termasuk kategori mudah.
Adapun kriteria indeks tingkat kesukaran soal tersebut adalah:
a)
Proporsi 0,00-0,30
: soal kategori sukar
b)
Proporsi 0,30-0,70
: soal kategori sedang
c)
Proporsi 0,70-1,00
: soal kategori mudah63
Dalam penelitian ini, tingkat kesukaran untuk masing-masing butir soal
dihitung dengan menggunakan program ANATES.
4. Daya Pembeda
Daya beda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang
pandai
(berkemampuan
tinggi)
dengan
siswa
yang
kurang
pandai
(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya beda
disebut indeks diskriminasi disingkat D. Menurut Arikunto (2002) daya beda
dinyatakan dengan rumus :64
62
Suharsismi Arikunto, op.cit., h. 209
Ibid., h. 210
64
Ibid., h. 213-214
63
42
Keterangan:
D
= indeks diskriminasi soal
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA
= banyaknya peserta kelompok atas
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah
PA
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Selanjutnya indeks diskriminasi diinterpretasikan dengan klasifikasi nilai
D sebagai berikut:
D = 0,00 – 0,20 adalah jelek
D = 0,21 – 0,40 adalah cukup
D = 0,41 – 0,70 adalah baik
D = 0,71 – 1,00 adalah baik sekali65
Dari hasil pengujian daya pembeda soal, maka soal yang digunakan
sebagai instrumen penelitian adalah soal dengan daya pembeda 0,20 ke atas,
dengan klasifikasi minimal cukup. Dalam penelitian ini, daya beda untuk
masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan program AN
H. Teknik Analisis Data
1.
Analisis Data Kuantitatif
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis, yaitu uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji
homogenitas varians menggunakan uji Fisher. Kemudian untuk pengujian
hipotesis, data dianalisis dengan menggunakan uji-t.
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis
dengan uji kesamaan dua rata-rata populasi dengan menggunakan Uji-t.
Sebelum melakukan Uji-t, terlebih dahulu harus dilakukan uji pemenuhan
asumsi uji-t (uji persyaratan analisis untuk uji-t). Uji persyaratan analisis untuk
65
Ibid., h. 218
43
uji-t ada dua yaitu kedua populasi berdistribusi normal (uji normalitas) dan
kedua populasi memiliki varians yang sama (uji homogenitas).
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu disusun kedalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, yaitu penyusunan sistematis dari pengukuran individual
dari nilai tertinggi ke rendah. Tabel distribusi frekuensi ini dapat dilihat bentuk
distribusinya, yaitu apakah nilai atau skor yang diperoleh terbagi secara merata
ataukah cenderung berkelompok, dimana pengelompokan terjadi dalam
distribusi frekuensi tersebut.
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data
berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu uji
Lilliefors dengan kriteria adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi
berdistribusi normal jika L0 yang diperoleh dari data pengamatan
melebihi dari daftar dan sebaliknya untuk hipotesis nol diterima. Adapun
langkah-langkah uji Lilliefors sebagai berikut:66
1. Kolom Xi
Data diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar
2. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus;
Zi =
π‘₯𝑖−π‘₯
𝑆
Keterangan:
Zi = Skor baku
π‘₯
= Mean
Xi = Skor data
S
= Simpangan baku
3. Kolom Zt
Nilai Zt dikonsultasikan pada Ftabel, misalnya mencari -2,7167
maka pada tabel dilihat baris ke 2,7 kolom 2 maka diperoleh Zt=
0,4967
66
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung:Tarsito, 2005), h. 466-467
44
4. Kolom F(Zi)
Jika Zi bernilai negative, maka F (Zi) = 0,5 - Zt
Jika Zi bernilai positif, maka F (Zi) = 0,5 + Zt
5. Kolom S (Zi)
𝑍𝑛
S (Zi) = π½π‘’π‘šπ‘™π‘Ž β„Ž π‘Ÿπ‘’π‘ π‘π‘œπ‘›π‘‘π‘’π‘›
6. Kolom F(Zi)-S(Zi)
Merupakan harga mutlak dari selisih antara F(Zi) dan S (Zi)
7. Menentukan harga terbesar dari harga-harga mutlak selisih tersebut
untuk mendapatkan L0.
H0 = Sebaran data mengikuti distribusi normal
Ha = Sebaran data tidak mengikuti distribusi normal
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada lampiran
b.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi homogen atau tidak. Persyaratan agar uji
homogenitas dapat dilakukan ialah apabila datanya telah terbukti
berdistribusi normal. Untuk melakukan pengujian homogenitas ada
beberapa cara, salah satunya adalah dengan cara menghitung varians
terbesar dibandingkan dengan varians terkecil. Rumus uji homogenitas
yang digunakan adalah uji fisher, sebagai berikut:67
𝑆12
Fhitung = 𝑆22
Keterangan:
F
= Homogenitas
2
S1
= Varians terbesar atau data pertama
S22 = Varians terkecil atau data kedua
Dengan derajat kebebasan (db)
db = n-1
Kriteria pengujian jika
67
Russeffendi, Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung:IKIP Bandung Press, 1998),
h. 295
45
Fhitung<Ftabel maka H0 diterima
Fhitung>Ftabel maka H0 ditolak
c.
Uji Hipotesis
Berdasarkan uji normalitas, data berdistribusi normal dan
berdasarkan uji homogenitas, data berdistribusi homogen maka melihat
perbedaan hasil tes siswa dari kelompok eksperimen dan kontrol dapat
digunakan uji parametrik, yaitu uji t. Uji hipotesis digunakan untuk
menghitung korelasi antara variabel X dan variabel Y dengan
menggunakan rumus t.uji (t.tes) pada taraf signifikasi 5 % (0,05).
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 68
𝑀1−𝑀2
to = 𝑆𝐸
𝑀 1−𝑀 2
1. Mencari Mean yaitu M =
𝑓𝑖π‘₯𝑖
𝑓𝑖
𝑁π‘₯
2. Mencari Standar Deviasi (SD) =
𝑓𝑖 π‘₯𝑖 2 − ( 𝑓𝑖π‘₯𝑖 )2
𝑛(𝑛−1)
𝑆𝐷
3. Mencari Standar Error Mean (SEM). yaitu SEM =
𝑁−1
4. Mencari Standar Error dari perbedaan mean (SE M1-M2) antar
variabel, yaitu:
𝑆𝐸𝑀1
SEM1-M2 =
2
+ 𝑆𝐸𝑀2
2
𝑀1−𝑀2
5. Mencari “t” atau “to”, yaitu to = 𝑆𝐸
𝑀 1−𝑀 2
Keterangan :
t0
= t skor
M1
= Mean kelas eksperimen
M2
= Mean kelas kontrol
SD1
= Simpangan baku kelompok eksperimen
SD2
= Simpangan baku kelompok kontrol
N1
= Jumlah sampel kelas eksperimen
N2
= Jumlah sampel kelas kontrol
𝑆𝐸𝑀1
= Standar error mean sampel kelompok eksperimen
68
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), Cet.8,
h.297-299
46
𝑆𝐸𝑀2
= Standar error mean sampel kelompok kontrol
𝑆𝐸𝑀1−𝑀2 = Standar error mean gabungan
Hasil perhitungan statistik tersebut digunakan untuk menguji
kebenaran hipotesis statistik, dengan pengujian t.tes dalam tabel
dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Apabila t hitung ≤ ttabel, berarti
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh pertanyaan produktif
dalam model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap penguasaan
konsep struktur jaringan tumbuhan, sedangkan apabila t hitung ≥ ttabel,
berarti dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh pertanyaan produktif
dalam model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap penguasaan
konsep struktur jaringan tumbuhan artinya siswa yang diajar dalam
pembelajaran
inkuiri
terstruktur
dengan
pertanyaan
produktif
penguasaan konsepnya lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan
pembelajaran tanpa pertanyaan produktif.
d.
Uji Normal Gain
Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain
menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa
setelah pembelajaran dilakukan guru. Sedangkan normal gain dicari
dengan menggunakan rumus menurut Meltzer, yaitu:69
Ng =
posttest ο€­ pretestscore
mps ο€­ pretestscore
Keterangan :
Ng
: normal gain
Posttest
: skor posttest
Pretest
: skor pretest
mps
: maximum possible score; skor ideal
Dengan kategorisasi perolehan:
g-tinggi : nilai (<g>) > 0.7
69
David E. Meltzer, Addendum to: The Relationship between Mathematic Preparation and
Conception Learning Gain in Physic = a Possible-Hidden Variable “in Diagnosis Pretest Score”, dari
http://phsyic.lastate.edu/per/dose/addendum_on_normalized.gain.polf di akses pada tanggal 10
Desember 2010, h.3
47
g-sedang : nilai 0.7 > (<g>) > 0.3
g-rendah : nilai (<g>) < 0.3070
2.
Analisis Data Kualitatif
Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan
menggunakan analisis data deskriptif. Analisis data deskriptif yaitu data
yang diperoleh dianalisis atau dipaparkan dalam bentuk deskriptif.
I. Hipotesis Statistik
Ho : µA = µB
H1 : µA > µB
Keterangan :
H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata penguasaan konsep antara kelompok
eksperimen dan kontrol
H1 : Terdapat perbedaan rata-rata penguasaan konsep antara kelompok
eksperimen dan kontrol
70
Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, diakses pada 7 Juli 2011 dari
http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855>, h.1
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Hasil Pretes
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai hasil
pretes pada kelompok kontrol dan eksperimen diperoleh data seperti yang
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Pretes Kelompok Kontrol
dan Eksperimen
Nilai
Kontrol
Eksperimen
Tertinggi
37
39
Terendah
3
3
Rata-rata
21
25
Median
22
26
Modus
25
27
Standar deviasi
9,48
8,67
Variansi
89,87
75,17
Diketahui bahwa rata-rata nilai pretes pada kelompok eksperimen
adalah 25 dan standar deviasi 8,67. Sedangkan rata-rata nilai pretes pada
kelompok kontrol adalah 21 dan standar deviasi 9,48.
2. Data Hasil Postes
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai hasil
postes pada kelompok kontrol dan eksperimen diperoleh data seperti yang
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Hasil Postes Kelompok
49
Kontrol dan Eksperimen
Nilai
Kontrol
Eksperimen
Tertinggi
83
94
Terendah
39
56
Rata-rata
61
77
Median
68
78
Modus
72
79
Standar deviasi
13,40
12,32
Variansi
179,56
151,78
Rata-rata nilai postes pada
kelompok eksperimen adalah 77
standar deviasi 12,32. Sedangkan rata-rata nilai postes pada kelompok
kontrol adalah 61 dengan standar deviasi 13,40. Selanjutnya data postes
kedua kelompok juga memperlihatkan persentase penguasaan konsep
siswa dalam konsep struktur jaringan tumbuhan untuk setiap subkonsep
yang terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Penguasaan Konsep Siswa Untuk Setiap Subkonsep
Subkonsep
Persentase Penguasaan Konsep
Kelompok Kontrol
Kelompok
Eksperimen
Jaringan Epidermis
65 %
88 %
Jaringan Dasar
76 %
83 %
Jaringan Penyokong
61 %
80 %
47 %
59 %
dan Pengangkut
Jaringan pada Organ
Tumbuhan
62,25 %
Total Rata-rata
77,5%
Berdasarkan hasil postes kelompok eksperimen menunjukkan
bahwa penguasaan konsep siswa yang tertinggi yaitu pada subkonsep
50
jaringan epidermis dengan persentase sebesar 88%. Sedangkan penguasaan
konsep siswa yang terendah yakni pada subkonsep jaringan pada organ
tumbuhan dengan persentase 59%. Berbeda dengan kelompok kontrol
penguasaan subkonsep tertinggi adalah 76%, yakni pada subkonsep
jaringan dasar dan penguasaan subkonsep terendah adalah 45% yakni pada
subkonsep jaringan pada organ tumbuhan.
Setelah diberikan perlakuan berupa pertanyaan produktif pada
kelompok eksperimen maka berdasarkan hasil postes menunjukkan adanya
perbedaan penguasaan konsep siswa antara kelompok eksperimen dan
kontrol. Perbedaan tersebut dapat terlihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Perbandingan Penguasaan Konsep Setelah Pembelajaran
(Postes) Pada Jenjang Kognitif C1, C2 dan C3
Subkonsep
C1
C2
C3
K
E
K
E
K
E
70,59 %
100%
70,59%
87,78 %
44,12%
76,67%
Jaringan Dasar
82,35%
83,33%
73,53%
84,44%
61,76%
73,33%
Jaringan
67,65%
88,67%
63,03%
75,24%
35,29%
66,67%
-
-
46,73%
59,26%
-
-
Jaringan
Epidermis
Penyokong
dan
Pengangkut
Jaringan Pada
Organ
Tumbuhan
Rata-rata
72,93%
90,67% 64,31% 76,68% 47,06% 72,22%
Keterangan :
K = Kelompok Kontrol
E = Kelompok Eksperimen
Berdasarkan tabel perbandingan penguasaan konsep di atas
menunjukkan bahwa penguasaan konsep yang dimiliki kelompok
eksperimen pada jenjang kognitif C1, C2 dan C3 lebih tinggi dibandingkan
51
kelompok kontrol. Rata-rata penguasaan konsep pada kelompok
eksperimen yang tertinggi pada jenjang C1 sebesar 90,67% sedangkan
terendah pada C3 sebesar 72,22%. Butir soal jenjang C1 dan C3 tidak
terdapat pada subkonsep jaringan pada organ tumbuhan. Hal ini
dikarenakan setelah ujicoba instrumen, butir-butir soal tersebut tidak valid
sehingga tidak dapat digunakan.
3. Normal Gain
Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes. Gain
menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa
setelah pembelajaran dilakukan oleh guru.
Berdasarkan hasil perhitungan N-Gain diperoleh skor N-Gain pada
kelompok kontrol dan eksperimen sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Normal Gain
Normal Gain
Kontrol
Eksperimen
Terendah
0.19
0.31
Tertinggi
0.83
0.93
Rata-rata
0.50
0.66
Kategori
Sedang
Sedang
Nilai rata-rata N-gain kelompok eksperimen sebesar 0.66, standar deviasi
0.19 dan varians 0.04. Hal
ini
menunjukkan
besarnya
peningkatan
penguasaan konsep siswa secara langsung tampak dari rata-rata nilai Ngain sebesar 0.66 yang termasuk kategori sedang. Sedangkan nilai rata-rata
N-gain kelompok kontrol sebesar 0.50 berkategori sedang, standar deviasi
0.18 dan varians 0.03.
4. Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilaksanakan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu
dilaksanakan pengujian prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji
homogenitas.
52
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari
populasi berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji Liliefors.
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas pretes dan postes pada
kelompok eksperimen diperoleh Lhitung (L0) pretes sebesar 0.0894,
Lhitung (L0) postes sebesar 0.1353, dan Lhitung (L0) N-gain sebesar 0.12
dengan jumlah sampel sebanyak 30 pada taraf signifikansi 5%, maka
Ltabel sebesar 0.1618. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Data
Statistik
Lhitung
Eksperimen
Kontrol
Pretes
Postes
N-gain
Pretes
Postes
N-gain
0.0894
0.1353
0.12
0.0841
0.1437
0.12
Ltabel
Kesimpulan
0.1618
0.1519
H0 diterima
H0 diterima
Dari tabel tersebut dapat diketahui L0 pretes, postes dan N-gain <
Ltabel, maka hipotesis nol (H0) diterima dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data sampel kelompok eksperimen berdistribusi
normal.
Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas pretes
dan postes pada kelompok kontrol dapat diketahui L0 pretes, postes
dan N-gain < Ltabel, maka hipotesis nol (H0) diterima dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data sampel kelompok kontrol berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F (Fisher).
Kriteria uji homogenitas adalah H0 ditolak jika Fhitung lebih besar dari
Ftabel dan jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka H0 diterima. Dengan
diterimanya H0 berarti sampel kelompok eksperimen dan kelompok
53
kontrol homogen. Data hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Perhitungan Uji Homogenitas
α
Data
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
0,05
Pretes
1.20
1.80
H0 diterima
Postes
1.18
1.80
Berdasarkan
tabel
tersebut
dapat
diketahui
bahwa
hasil
perhitungan uji homogenitas data pretes dari kelompok kontrol dan
eksperimen didapat Fhitung sebesar 1.20 dan Ftabel 1.80 artinya Fhitung <
Ftabel. Sedangkan hasil perhitungan uji homogenitas data postes dari
kelompok kontrol dan eksperimen didapat Fhitung sebesar 1.18 dan
Ftabel 1.80 artinya Fhitung < Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa pada taraf
signifikan α = 0.05 (5%) H0 diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kedua sampel tersebut berasal dari populasi yang
berdistribusi homogen.
5. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui
bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Maka dari itu
pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Uji-t dilakukan bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan pertanyaan produktif dalam model
pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap penguasaan konsep siswa pada
konsep struktur jaringan tumbuhan. Pengujian tersebut dilakukan dengan
membandingkan hasil pretes dan postes pada masing-masing kelompok.
Hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.8 Pengujian Hipotesis Nilai Postes dengan Uji-t Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Kelompok
Jumlah
dk
Thitung
Ttabel
Kesimpulan
Eksperimen
NA=30
60
4.90
2.00
Ha diterima
Kontrol
NB=34
54
Dari tabel tersebut diperoleh thitung > ttabel, maka hipotesis nol (H0)
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen. Hal ini
menunjukkan penggunaan pertanyaan produktif dalam model pembelajaran
inkuiri terstruktur berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa pada
konsep struktur jaringan tumbuhan.
6. Data Hasil Observasi Kelas Eksperimen
Dari hasil observasi aktivitas pengajar yang dilakukan oleh guru
mata pelajaran terlihat bahwa proses pembelajaran berlangsung sesuai
dengan tahap-tahap model pembelajaran inkuiri terstruktur. Persentase pada
pertemuan pertama subkonsep jaringan epidermis sebesar 100 %, persentase
pertemuan kedua subkonsep jaringan dasar sebesar 100 %, pertemuan ketiga
subkonsep jaringan penyokong dan pengangkut sebesar 100 % sedangkan
pertemuan keempat subkonsep jaringan pada organ tumbuhan sebesar 100
%. Hasil observasi lebih rinci dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.9 Rekapitulasi Pertanyaan Guru Pada Tahap Retrieving dan
Processing dalam Inkuiri Terstruktur Kelas Eksperimen
Subkonsep
Banyaknya Pertanyaan
Produktif
Non
Produktif
55
Jumlah
Jaringan Epidermis
12
4
16
Jaringan Dasar
8
3
11
Jaringan
7
5
12
5
3
8
Penyokong
dan Pengangkut
Jaringan pada Organ
Tumbuhan
Dari hasil rekapitulasi pertanyaan guru berdasarkan pengolahan
data rekaman audio dapat diketahui pertanyaan produktif yang diberikan
guru paling banyak terdapat pada subkonsep jaringan epidermis yakni
sebanyak 12 pertanyaan produktif, sedangkan pertanyaan produktif yang
paling sedikit terdapat pada subkonsep jaringan pada organ tumbuhan
dengan 5 pertanyaan produktif.
B. Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis terhadap data pretes kelompok
eksperimen dan kontrol dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kontrol. Dengan demikian kelompok eksperimen dan kontrol
memiliki kemampuan awal yang sama. Namun setelah diterapkan pertanyaan
produktif dalam model pembelajaran inkuiri terstruktur pada kelompok
eksperimen dan tanpa pertanyaan produktif untuk kelompok kontrol diperoleh
nilai rata-rata postes pada kelompok eksperimen lebih besar daripada nilai ratarata postes kelompok kontrol (77>61). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok
eksperimen memiliki penguasaan konsep yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok kontrol.
Hasil pengujian hipotesis terhadap data postes kelompok eksperimen
dan kontrol dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol. Hal ini
dibuktikan dengan thitung > ttabel (4,90 > 2,00). Berdasarkan hasil tersebut dapat
diketahui adanya pengaruh yang signifikan dalam penggunaan pertanyaan
56
produktif terhadap penguasaan konsep siswa pada konsep struktur jaringan
tumbuhan.
Penguasaan konsep siswa pada jenjang kognitif C1, C2, dan C3 pada
kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol setelah
pembelajaran diberikan (tabel 4.4). Hal ini dibuktikan dengan adanya pengaruh
penerapan pertanyaan produktif yang diberikan oleh guru pada kelompok
eksperimen selama pembelajaran berlangsung. Persentase tertinggi terdapat
pada jenjang C1 yaitu sebesar 90,67%, sedangkan persentase terendah pada
jenjang C3 sebesar 72,22%. Tingginya persentase pada jenjang C1 sesuai
dengan pendapat Anderson yang telah merevisi ranah kognitif taksonomi
Bloom bahwa jenjang pengetahuan (C1) merupakan kemampuan menyatakan
kembali fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajari.71
Sedangkan berdasarkan perhitungan N-gain rata-rata kelompok
eksperimen sebesar 0,66 dan kelompok kontrol sebesar 0,50. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa kelompok
eksperimen lebih besar dengan kategori sedang dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Dengan demikian penggunaan pertanyaan produktif dalam
model pembelajaran inkuiri terstruktur dapat meningkatkan penguasaan konsep
siswa.
Berdasarkan persentase hasil penguasaan konsep siswa (tabel 4.3) yang
dikorelasikan dengan banyaknya pertanyaan produktif yang diterapkan oleh
guru selama pembelajaran (tabel 4.9) menunjukkan bahwa pertanyaan
produktif tersebut dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa. Pertanyaan
produktif yang paling banyak adalah pada subkonsep jaringan epidermis yakni
sebanyak 12 pertanyaan produktif dibandingkan subkonsep lainnya, hal ini
menyebabkan penguasaan konsep siswa paling tinggi terdapat pada subkonsep
jaringan epidermis itu pula dengan persentase sebesar 88%.
71
Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl; whit Peter W. Airasian (et. al.), A Taxonomy for
Learning, Teaching and Assesing, (Newyork: Longman, 2001), h. 67-68
57
Peningkatan penguasaan konsep yang lebih tinggi pada kelompok
eksperimen diperoleh dengan adanya penggunaan pertanyaan produktif pada
proses pembelajaran dan LKS yang memuat sejumlah pertanyaan produktif
pada setiap subkonsep yang harus dikuasai siswa. Pertanyaan produktif yang
telah dirancang dan disusun pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dilontarkan oleh guru di awal pembelajaran. Dengan diawali apersepsi berupa
pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian
dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan produktif yang dapat mengajak siswa
untuk termotivasi belajar. Hal ini ternyata dapat membuat perhatian siswa
terfokus pada pembelajaran.
Perhatian siswa yang terfokus pada materi pelajaran dapat terlihat dari
jawaban serempak yang diberikan siswa. Banyaknya siswa yang dapat
menjawab pertanyaan guru dikarenakan jawaban pertanyaan tersebut dapat
diamati dan diidentifikasi dari media atau obyek (tumbuhan) yang digunakan
oleh guru ketika mengajukan pertanyaan produktif. Hal ini sejalan dengan
pendapat Sheila Jelly dalam Widodo bahwa pertanyaan produktif adalah
pertanyaan yang hampir semua anak bisa menjawabnya, berbeda dengan
pertanyaan nonproduktif yang bisa dijawab oleh anak yang mempunyai
kemampuan tertentu.72
Setelah siswa termotivasi pada materi yang akan diajarkan melalui
sejumlah pertanyaan produktif di awal pembelajaran, selanjutnya guru
berupaya melontarkan pertanyaan produktif yang mengajak siswa untuk
melakukan kerja ilmiah atau pengamatan yang mengarahkan siswa pada materi
atau konsep yang harus dikuasai siswa.
Dalam proses pembelajaran guru juga memberikan LKS yang memuat
pertanyaan produktif. Pertanyaan produktif dalam LKS tersebut dapat
menuntun siswa melakukan kerja ilmiah yang diharapkan, sehingga apa yang
harus diamati siswa saat praktikum menjadi lebih terfokus dan bermakna.
72
Ari Widodo, Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Mengajukan Pertanyaan
Produktif untuk Mendukung Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri, (Jurnal Pendidikan, Vol. 10,
No.1, Maret 2009), h. 23
58
Dengan terfokusnya kegiatan siswa pada materi yang harus dikuasai siswa
membuat siswa dapat mencapai pemahaman pada materi yang diberikan guru
sehingga penguasaan konsep siswa dapat meningkat melalui kerja ilmiah yang
dialaminya. Seperti yang diungkapkan Mary Lee Martens yaitu beberapa guru
yang melibatkan murid-murid dalam kegiatan hands-on berasumsi bahwa
semenjak anak-anak terlibat dalam kegiatan hands-on pembelajaran dapat
dialami
dan
pemahaman
dapat
meningkat.
Pertanyaan
produktif
memungkinkan guru untuk menghubungkan antara kegiatan hands-on dengan
siswa. Sehingga pertanyaan produktif memungkinkan siswa dapat mencapai
pemahaman yang diharapkan.73
Dengan meningkatnya keterampilan proses siswa yang difasilitasi oleh
model pembelajaran inkuiri terstruktur menyebabkan kesempatan siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya lebih besar. Kemudian peran guru yang lebih
mengarahkan siswa dengan menggunakan pertanyaan produktif untuk setiap
subkonsep menyebabkan siswa lebih menguasai konsep atau materi yang harus
siswa kuasai. Melalui penggunaan pertanyaan produktif dalam model
pembelajaran inkuiri terstruktur, siswa dapat aktif mengkonstruksi pengetahuan
berdasarkan pengalaman dengan tetap fokus pada konsep-konsep yang
diajarkan oleh guru.
73
Mary Lee Martens, Productive Questions: Tools for Supporting Constructivist Learning, (New
York, 1999) diakses pada tanggal 30 Mei 2011 dari http://web.missouri.edu
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh penggunaan pertanyaan produktif dalam model
pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap penguasaan konsep siswa pada
konsep struktur jaringan tumbuhan. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata
postes pada kelompok eksperimen lebih besar daripada nilai rata-rata postes
kelompok kontrol (77 > 61) setelah perlakuan. Selain itu dapat terukur dengan
adanya pengaruh pada penguasaan konsep di jenjang pengetahuan (ingatan)
yang merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip dan
prosedur yang telah dipelajari dan diaplikasikan dalam pembelajaran inkuiri
terstruktur yang menggunakan pertanyaan produktif.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi guru mata pelajaran IPA pada khususnya, hendaknya dalam
menggunakan pertanyaan produktif dalam pembelajaran inkuiri terstruktur
diharapkan dapat mempersiapkan alat, objek atau media yang dapat
menarik perhatian siswa saat pengajuan pertanyaan produktif.
2. Penerapan pertanyaan produktif hendaknya lebih sering digunakan dalam
proses pembelajaran baik itu mata pelajaran IPA atau yang lainnya jika
memungkinkan mengingat manfaat yang diperoleh dari penggunaan
pertanyaan produktif dibandingkan dengan pertanyaan biasa. Hal ini tentu
dimaksudkan juga demi didapatkannya hasil belajar siswa yang lebih baik
bukan hanya sekedar penguasaan konsep namun meningkatnya kualitas
pembelajaran yang diberikan.
60
3. Diharapkan lebih banyak penelitian-penelitian selanjutnya tentang
penerapan pertanyaan produktif baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif.
61
DAFTAR PUSTAKA
Alberta. Focus On Inquiry : A Teacher’s Guided to Implementing Inquiry-Based
Learnig. Canada: Learning and Teaching Resources Branch, 2004
Anderson, Lorin W, David R. Krathwohl, whit Peter W. Airasian (et. al.). A
Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing. Newyork: Longman,
2001.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara,
2009.
BSNP. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP, 2006.
Buck, Laura B. dkk,. Characterizing the Level of Inquiry in the Undergraduated
Laboratory. Journal of College Science Teaching, 2008, diakses dari
http://www.chem.purdue.edu/towns/Towns%20Publications/Bruck%20Br
etz%20Towns%202008pdf pada tanggal 29 Mei 2011.
Colburn, Alan. An Inquiry Primer. Science Scope, 2000 dari
http://www.experientiallearning.ucdavis.edu/module2/el2-60-primer.pdf
diakses pada 10 Desember 2010.
Dahar, Ratna W. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga, 1996.
Dwirahayu, Gelar, Munasprianto Ramli, Pendekatan Baru dalam Proses
Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar Sebuah Antologi. Jakarta: PIC
UIN, 2007.
Hake, Richard R. Analyzing Change/Gain Scores. dari http://lists.asu.edu/cgibin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 diakses pada 7 Juli 2011.
Harlen, Wayne. The Teaching of Science. Great Britain: David Fulton Publisher,
1992.
Hogyeong, Jeong dkk,. Analysis of Productive Learning Behaviors in a Structured
Inquiry Cycle Using Hidden Markov Models. Institute for Software
Integrated System, Vanderbilt University. diakses pada 29 Mei 2011 dari
http://educationaldatamining.org/EDM2010/uploads/proc/edm2010_submi
ssion_59.pdf.
62
Kunandar. Guru Profesional : implementasi KTSP dan sukses dalam sertifikasi
guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Marno, M. Idris. Strategi dan Metode Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2010.
Martens, Mary Lee. Productive Questions: Tools for Supporting Constructivist
Learning. New York, 1999 dari http://web.missouri.edu diakses pada
tanggal 30 Mei 2011.
Meltzer, David E. Addendum to: The Relationship between Mathematic
Preparation and Conception Learning Gain in Physic = a PossibleHidden
Variable
“in
Diagnosis
Pretest
Score”.
dari
http://phsyic.lastate.edu/per/dose/addendum_on_normalized.gain.pdf, di
akses pada 10 Desember 2010.
Noverita. Metode Pertanyaan Produktif dan Percobaan Sederhana Sebagai
Langkah Mempermudah Pemahaman Terhadap Sifat Koligatif Larutan
dan Meningkatkan Keaktifan Siswa Belajar Kimia. Jurnal Cendikia, Jilid
1, Nomor 1, Juli 2008, h.34 diakses pada 30 Mei 2011 dari
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11082935.pdf.
Prayekti. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada Pembelajaran
IPA SD. diakses pada tanggal 20 Januari 2011 dari
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/590617.pdf.
Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Russeffendi. Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP
Bandung Press, 1998.
Rustaman, Nuryani Y., Andrian Rustaman. Peranan Pertanyaan Produktif dalam
Pengembangan KPS dan LKS. bahan seminar dan lokakarya FPMIPA
UPI,
2003
diakses
pada
tanggal
10
Desember
dari
http://file.upi.edu/Direktori/D%20%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20BIO
LOGI/131353755%20%20ANDRIAN%20RUSTAMAN/PERANAN%20
PERTANYAAN%20PRODUKTIF%2C%20KPS%20%26%20LKS.pdf.
Rustaman, Nuryani Y. dkk. Strategi Belajar
Malang:Universitas Negeri Malang, 2005.
Mengajar
Biologi.
Rustaman, Nuryani Y. Materi Pokok Strategi Pembelajaran Biologi. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007.
63
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2009.
Sidhartha, Arief. Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium
Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. diakses pada tanggal 9
Februari 2011 dari http://www.p4tkipa.org/data/A_SIDHARTA.pdf.
Siregar, Nelson. Penelitian Kelas: Teori, Metodologi, dan Analisis. Bandung:
IKIP Press, 1998.
Soegito, Edi, Yuliani Nurani. Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2003.
Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama. Evaluasi Pembelajaran
IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Sriyati, Siti, Yanti Rumbiyati, dan Rengky Meliani. Penerapan Pertanyaan
Produktif Dalam Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Kemampuan
Kerja Ilmiah dan Pemahaman Konsep Siswa di SMA. Artikel Ilmiah,
FMIPA UPI diakses pada tanggal 10 Desember 2010 dari
http://file.upi.edu.
Sudijono, Anas. Pengantar Statisitik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1997.
Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: ALFABET, 2007.
Sukardi. C Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2010.
Susanto, Pudyo. Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme.
Malang: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, 2002.
Tim Penulis. Strategi Pembelajaran. Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008.
The Access Center. Science Inquiry. U.S Office of Special Education Program
diakses dari http://www.k8accesscenter.org/documents/ScienceInquiryPDF.pdf pada 29 Mei 2011.
64
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik:
Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007.
Wena, Made. Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: suatu tinjauan
konseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Widodo, Ari. Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Mengajukan
Pertanyaan Produktif untuk Mendukung Pembelajaran IPA Berbasis
Inkuiri. Jurnal Pendidikan Vol.10, No.1, Maret 2009.
Winataputra, Udin S. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka,
2001.
Winkel. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo, 1996.
Wirtha, I Made dan Ni Ketut Rapi. Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran
Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa
SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(2), 2008.
Zulfiani, Tonih feronika, Kinkin suartini. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009.
65
Lampiran 1
KISI-KISI TES KOGNITIF
Standar Kompetensi : 2. Memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan dan hewan serta penerapannya dalam
konteks Saling temas
Kompetensi Dasar
Sub
konsep
Jaringan
Epidermis
: 2.1 Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan
mengkaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan sifat
totipotensi sebagai dasar kultur jaringan
Indikator
1. Mengidentifikasi
struktur jaringan
epidermis beserta
fungsinya
Aspek Kognitif
C1
C2
C3
2*,
1*, 3*,
4*
32,
13*, 22*,
49
33*
2. Membedakan
struktur jaringan
epidermis dan
parenkim
Jaringan
Dasar
Jumlah
Persen
9
18%
5*
1
2%
3
6%
3
6%
1. Mengidentifikasi
macam-macam
struktur jaringan
parenkim
50*
21*, 24*
2. Mengaitkan
struktur jaringan
parenkim beserta
fungsinya
14*
16*
Jaringan
1. Mengidentifikasi
Penyokong
macam-macam
dan
jaringan
Pengangkut
penyokong
(kolenkim,
sklerenkim)
28,
31*
18*, 27*,
37*
5
10%
2. Menjelaskan
struktur jaringan
pengangkut
beserta fungsinya
7*,
47*,
17*
6*, 36,
44*, 46*,
20*, 26*
9
18%
66
23*
Sub
konsep
Indikator
3. Membuktikan
adanya fungsi
xylem sebagai
jaringan
pengangkut
Jaringan
penyusun
organ
tumbuhan
(akar,
batang dan
daun)
Menjelaskan macam
jaringan penyusun
organ tumbuhan
(akar, batang, dan
daun) pada
tumbuhan dikotil
dan monokotil
Jumlah
Aspek Kognitif
C1
C2
C3
9*
38,
40,
25*,
41,
45,
48
16
Keterangan:
* = soal yang digunakan
67
8, 10*,
11, 19*,
12*, 15,
29, 30*,
34*, 35,
39*, 42*,
43*
31
3
Jumlah
Persen
1
2%
19
38%
50
100%
Lampiran 2
Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep Struktur dan Jaringan Tumbuhan
No
1
2
3
4
5
Indikator
Jenjang
Soal
Kunci
Instrumen
Kognitif
Jawaban
Menjelaskan ciri
C2
1. Jaringan daun manakah yang tersusun atas sel-sel
a
jaringan
yang sangat rapat ?
epidermis
a. epidermis
b. parenkim palisade
c. parenkim spons
d. sel penjaga
e. stomata
Mengenal ciri
C1
2. Salah satu hasil diferensiasi dari jaringan epidermis
d
jaringan
adalah ....
epidermis
a. xilem
b. floem
c. empulur
d. stomata
e. parenkim
Menjelaskan
C2
3. Pernyataan berikut merupakan ciri jaringan
d
ciri-ciri jaringan
epidermis, kecuali . . . .
epidermis
a. sel-selnya berbentuk seperti balok
b. dilengkapi lapisan lilin
c. bermodifikasi menjadi stomata
d. mengandung banyak kloroplas
e. sel-selnya tersusun rapat
Menghubungkan
C3
4. Pernyataan manakah yang benar menyangkut fungsi
B
fungsi jaringan
jaringan epidermis sebagai alat pertukaran gas?
epidermis
a. terdiri atas sel-sel yang rapat
berdasarkan
b. terdapat stomata pada epidermis bawah daun
strukturnya
c. epidermis termodifikasi menjadi kutikula
d. epidermis membentuk bulu-bulu halus pada daun
durian
e. terletak paling luar dan menutupi seluruh tubuh
tumbuhan.
Menjelaskan
fungsi jaringanjaringan pada
tumbuhan
C2
5. Pelajari tabel berikut.
68
d
No
6
Indikator
Instrumen
Menunjukkan
letak floem
sebagai jaringan
pengangkut
Jenjang
Kognitif
C2
7
Mengenal
jaringan
meristem
C1
8
Menjelaskan
macam-macam
jaringan
penyusun akar
monokotil
C2
9
Membuktikan
fungsi xylem
sebagai jaringan
pengangkut air
dan mineral
C3
Soal
Pernyataan mana yang benar?
a. I dan II
d. II dan IV
b. I dan III
e. III dan IV
c. I dan III
6. Perhatikan gambar berikut. Jaringan yang berfungsi
mengangkut hasil fotosintesis ditunjuk oleh nomor ....
a. 1
d. 4
b. 2
e. 5
c. 3
7. Apa nama jaringan yang terdapat pada ujung-ujung
tanaman (titik tumbuh) adalah . . . .
a. jaringan epidermis
b. jaringan endodermis
c. jaringan parenkim
d. jaringan penunjang
e. jaringan meristem
8. Manakah yang bukan jaringan penyusun akar
tanaman monokotil adalah . . . .
a. epidermis
b. kambium ikatan pembuluh
c. korteks
d. perisikel
e. endodermis
9. Batang tanaman Impatiens balsemina direndam
dalam larutan eosin (warna merah). Setelah beberapa
lama, batang tersebut disayat melintang setipis
mungkin, kemudian diamati dengan mikroskop (lihat
gambar)
69
Kunci
Jawaban
a
e
b
c
No
Indikator
Instrumen
Jenjang
Kognitif
10
Menjelaskan
susunan anatomi
akar dikotil
C2
11
Menjelaskan
fungsi jaringan
sekunder
C2
12
Menjelaskan
fungsi kambium
C2
Soal
Jaringan mana yang berwarna merah?
a. 1
d. 4
b. 2
e. 5
c. 3
10. Jika kita membuat sayatan melintang akar
tumbuhan dikotil, kemudian diamati dengan
mikroskop, akan terlihat susunan anatomis akar
dikotil sebagai berikut: 1. stele, 2. korteks, 3.
epidermis, 4. endodermis.
Urutan mana yang menunjukkan susunan
anatomis akar dikotil dari luar ke dalam?
a. 3-2-4-1
d. 1-3-2-4
b. 1-4-3-2
e. 3-1-4-2
c. 4-3-1-2
11. Pembentukan akar cabang pada tumbuhan dikotil
terjadi karena aktivitas . . . .
a. floem
b. endodermis
c. parenkim
d. perisikel
e. korteks
12. Apa fungsi kambium intravaskuler?
a. ke luar membuat floem, ke dalam
membuat xilem
b. ke luar membuat korteks, ke dalam
membuat kayu
c. ke luar membuat kulit, ke dalam membuat
kayu
d. ke luar membuat korteks, ke dalam
membuat xilem
e. ke luar membuat xilem, ke dalam
membuat floem
70
Kunci
Jawaban
A
D
A
No
13
Indikator
Instrumen
Menjelaskan
fungsi kutikula
pada jaringan
epidermis
14
Mengenal
macam-macam
jaringan
parenkim
15
Menjelaskan
ciri-ciri jaringan
meristem
16
Menjelaskan
fungsi jaringan
parenkim
palisade
17
Menjelaskan
fungsi jaringan
xilem
18
Menerangkan
ciri-ciri jaringan
sklerenkim
Jenjang
Soal
Kunci
Kognitif
Jawaban
C2
13. Pernyataan mana yang merupakan fungsi lapisan
C
kutikula?
a. Membantu proses fotosintesis
b. Membantu mengalirkan air
c. Mencegah penguapan
d. Melindungi daun yang masih muda
e. Membantu penyerapan air
C1
14. Apa nama jaringan dasar pada tumbuhan air yang
a
memiliki fungsi untuk menyimpan udara?
a. Aerenkim
b. Kolenkim
c. Sklerenkim
d. Klorenkin
e. Parenkim Penimbun
C2
15. Manakah pernyataan yang bukan merupakan ciri
b
jaringan meristem ?
a. Mampu terus-menerus membelah
b. Berdinding tipis, banyak mengandung kloroplas
c. Dapat dipergunakan untuk perbanyakan secara
kultur jaringan
d. Berinti besar dan plastid yang belum matang
e. Terletak diujung akar, batang dan kambium.
C2
16. Manakah jaringan yang paling banyak berperan
a
dalam proses fotosintesis?
a. Jaringan palisade
d. Mulut daun
b. Jaringan pengangkut
e. Kambium
c. Jaringan epidermis
C1
17. Manakah jaringan yang berfungsi menyalurkan air
c
dan mineral dari akar ke daun?
a. Kolenkim
b. Parenkim
c. Xilem
d. Floem
e. Sklernkim
C2
18. Manakah pernyataan yang merupakan ciri-ciri dari
b
jaringan sklerenkim?
a. terdiri atas selapis sel yang tersusun rapat
b. terdiri dari sel-sel mati
c. mengalami modifikasi membentuk lapisan tebal
seperti kutikula
d. dinding sel mengalami penebalan yang tidak
berlignin
e. sebagai jaringan dasar yang berfungsi untuk
menyimpan makanan
71
No
19
20
21
22
Indikator
Jenjang
Soal
Kunci
Instrumen
Kognitif
Jawaban
Menjelaskan
C2
19. Dimanakah letak jaringan endodermis yang tepat
d
susunan anatomi
pada akar?
akar
a. di antara xylem dan floem
b. di antara parenkima dan epidermis
c. di antara felem dan feloderma
d. di antara korteks dan silinder pusat
e. di antara silinder pusat dan epidermis
Menerangkan
C2
20. Manakah urutan yang benar tentang letak jaringan
b
susunan anatomi
penyusun daun dari atas ke bawah ?
jaringan pada
a. Epidermis atas-parenkima-kolenkima-epidermis
daun
bawah
b. epidermis
atas-palisade-parenkima
sponsepidermis bawah
c. epidermis atas-klorenkim-parenkima-epidermis
d. epidermis atas-jaringan spons-palisade-xilemepidermis bawah
e. epidermis
atas-xilem-floem-palisade-jaringan
spons-epidermis bawah
Menerangkan
C2
21. Apa nama jaringan yang memiliki ciri yakni selb
ciri-ciri jaringan
selnya berukuran besar, berdinding tipis dan
parenkim
susunannya renggang sehingga banyak ruang antar sel
dan vakuolanya besar ?
a. Kolenkim
b. Parenkim
c. Epidermis
d. Xilem
e. Sklerenkim
Menjelaskan
C2
22. Pernyataan berikut ini merupakan ciri-ciri jaringan :
c
ciri-ciri jaringan
1. sel-sel mengalami penebalan sekunder dengan
epidermis
lignin
2. berfungsi sebagai pelindung dan dilengkapi lapisan
lilin
3. bentuknya memanjang tegak, dan banyak
mengandung klorofil
4. sel-sel jaringan muda selalu membelah atau bersifat
embrional
5. pada beberapa tempat termodifikasi menjadi
stomata atau rambut
Manakah ciri-ciri jaringan epidermis tumbuhan?
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 2 dan 5
d. 3 dan 4
e. 4 dan 5
72
No
23
24
25
26
27
28
Indikator
Instrumen
Membuktikan
letak parenkim
sebagai jaringan
dasar
Jenjang
Soal
Kunci
Kognitif
Jawaban
C3
23. Apa nama jaringan yang berada hampir pada semua bagian
e
tumbuhan?
a. Sklerenkim
b. Epidermis
c. xylem
d. floem
e. parenkim
Memberi contoh
C2
24. Manakah tumbuhan dibawah ini yang memiliki
b
tumbuhan yang
aerenkim?
memiliki
a. Kaktus
aerenkim
b. Eceng gondok
c. Singkong
d. Lidah buaya
e. Rhoe discolor
Mengenal tipe
C1
25. Manakah tipe berkas pembuluh yang dimiliki
d
berkas
tanaman pacar air adalah
pengangkut
a. Kolateral
pada monokotil
b. Konsentris tertutup
c. Konsentris terbuka
d. Kolateral tertutup
e. Kolateral terbuka
Menjelaskan
C1
26. Apakah yang dimaksud sifat totipotensi tumbuhan?
b
sifat totipotensi
a. kemampuan tumbuhan untuk tumbuh dan
pada tumbuhan
berkembang
b. kemampuan sel, jaringan, atau organ tumbuhan
untuk tumbuh dan berkembang menjadi suatu
organisme utuh
c. kemampuan tumbuhan untuk menduplikasi diri
d. kemampuan tumbuhan mengeluarkan energinya
e. kemampuan tumbuhan berubah menjadi individu
yang lengkap jaringannya
Menjelaskan
C2
27. Manakah yang merupakan ciri dari struktur
a
struktur jaringan
kolenkim?
kolenkim
a. selnya mengalami penebalan dan tak berlignin
b. terdiri dari sel-sel mati
c. dapat ditemukan pada tempurung kelapa
d. selnya berbentuk panjang ramping dan tirus
e. terdapat banyak kloroplas
Mengenal fungsi
C1
28. Apa nama jaringan yang menyusun kulit batang pada
a
jaringan
monokotil?
sklerenkim pada
a. Sklerenkim
monokotil
b. Kolenkim
c. Meristem
d. Epidermis
73
No
29
Indikator
Instrumen
Membedakan
struktur batang
dikotil dan
monokotil
Jenjang
Kognitif
C2
Soal
e. Parenkim
29. Perbedaan batang dikotil dengan monokotil yang
benar adalah.....
Dikotil
Monokotil
a.
b.
c.
Susunan
pembuluh angkut
tidak teratur
Selalu
ada
empulur
Memiliki
kambium
Kunci
Jawaban
c
Susunan pembuluh angkut
teratur
Tidak ada empulur
Tidak memiliki kambium
d.
30
Menerangkan
struktur
tumbuhan
monokotil
C2
31
Mengenal
jaringan
sklerenkim
C1
32
Menyebutkan
fungsi jaringan
meristem
C1
Jaringan
Jaringan
penyokongnya
penyokongnya
adalah sklerenkim
adalah kolenkim
dan sklerenkim
Jaringan
e. penyokongnya
Jaringan
penyokongnya
adalah
adalah kolenkim
sklerenkim
30. Manakah pernyataan yang benar tentang struktur
tumbuhan monokotil dibawah ini?
a. Memiliki pembuluh angkut yang teratur dalam
susunan lingkaran
b. Memiliki kambium vaskuler
c. Batas korteks dan silinder pusat pada batang tidak
tampak
d. Berakar tunggang
e. Mempunyai empulur sempit atau tidak
mempunyai empulur pada pusat akar.
31. Apa nama jaringan yang hanya ditemukan pada
tempurung kelapa?
a. trakeid
d. kolenkim
b. endodermis
e. sklerenkim
c. parenkim
32. Apa nama jaringan yang tersusun atas sel-sel yang
dapat digunakan untuk kultur jaringan?
a. meristem
b. sklerenkim
c. parenkim
74
c
e
a
No
Indikator
Instrumen
Jenjang
Kognitif
33
Menjelaskan
fungsi jaringan
parenkim
C2
34
Menjelaskan
susunan jaringan
batang dikotil
C2
35
Membedakan
tumbuhan
monokotil dan
dikotil
C2
36
Menjelaskan
syarat
mencangkok
C2
37
Menjelaskan
fungsi kolenkim
C2
38
Menjelaskan
pengertian
jaringan
C1
Soal
d. akar
e. semua sel tubuh
33. Manakah fungsi jaringan palisade berikut ini yang
erat hubungannya dengan strukturnya yang rapat dan
terletak dibawah epidermis atas?
a. pengambilan oksigen
b. penguapan uap air
c. pengeluaran karbon dioksida
d. asimilasi karbon
e. penyerapan karbon dioksida
34. Manakah jaringan berikut yang bukan termasuk
silinder pusat batang tumbuhan dikotil?
a. perisikel
d. endodermis
b. kambium
e. empulur
c. ikatan pembuluh
35. Manakah struktur dibawah ini yang bukan ciri khas
untuk membedakan tumbuhan monokotil dan
tumbuhan dikotil?
a. susunan akar
b. susunan anatomi batang
c. morfologis bunganya
d. sifat haploid sel kelaminnya
e. bangun dasar daunnya
36. Manakah jaringan yang tidak dihilangkan pada waktu
mencangkok?
a. gabus
b. perikambium interfasis
c. floem
d. xilem
e. kambium
37. Manakah jaringan yang dimiliki batang tumbuhan
sehingga memiliki daya lentur tertentu jika dihembus
angin?
a. parenkim
d. trakea
b. kolenkim
e. xilem
c. sklerenkim
38. Apakah yang dimaksud dengan jaringan?
a. gabungan sejumlah sel sejenis yang mempunyai
fungsi khusus
b. gabungan sejumlah sel sejenis yang belum
mempunyai fungsi
c. gabungan sejumlah sel tidak sejenis yang
mempunyai fungsi khusus
75
Kunci
Jawaban
a
d
d
d
b
a
No
Indikator
Instrumen
Jenjang
Kognitif
39
Menjelaskan
jaringa-jaringan
daun
C2
40
Menyebutkan
fungsi tudung
akar
C1
41
Menyebutkan
zat penyusun
dinding sel
C1
42
Menjelaskan
fungsi kambium
C2
43
Menjelaskan
jaringan
penyusun batang
C2
44
Menjelaskan
pengertian
pengangkutan
intravaskular
C2
Soal
d. gabungan sejumlah sel tidak sejenis yang belum
mempunyai fungsi khusus
e. salah semua
39. Beberapa jaringan pada tumbuhan:
1. epidermis 4. xilem
2. sklerenkim
5. palisade
3. kambium
Manakah jaringan yang hanya terdapat pada organ
daun?
a. 1, 2, dan 3
b. 1,3, dan 4
c. 1, 3, dan 5
d. 1, 4, dan 5
e. 2, 3, dan 5
40. Apa fungsi dari tudung akar pada bagian ujung akar?
a. menyerap unsur hara
b. melindungi titik tumbuh akar
c. membantu membelah batuan
d. membantu menembus tanah
e. menghindarkan akar dari luka
41. Manakah zat-zat berikut ini yang bukan merupakan
bahan pembangun dinding sel tumbuhan?
a. pektin
b. protein
c. suberin
d. selulose
e. lignin
42. Manakah jaringan yang dapat membentuk lapisan
kayu pada batang tumbuhan dikotil?
a. xilem
d. korteks
b. floem
e. kambium fasis
c. empulur
43. Manakah jaringan yang tidak terdapat pada batang
tumbuhan?
a. parenkim
d. floem
b. kolenkim
e. xylem
c. endoderm
44. Apakah yang dimaksud dengan pengangkutan
intravaskular?
a. Pengangkutan dari rambut akar ke xylem
b. Pengangkutan hasil fotosintesis melalui floem
c. Pengangkutan air mineral melalui floem
d. Pengangkutan air dan hasil fotosintesis melalui
floem
76
Kunci
Jawaban
d
b
b
e
c
b
No
Indikator
Instrumen
Jenjang
Kognitif
45
Menyebutkan
fungsi rambutrambut akar
C1
46
Menjelaskan
proses
pengangkutan
ekstravaskular
C2
47
Menjelaskan
fungsi felogen
C1
48
Menyebutkan
ciri-ciri daun
tumbuhan
dikotil
C1
49
Mengenal
macam-macam
modifikasi
epidermis
C1
50
Mengenal
jaringan
klorenkim
C1
Soal
e. Pengangkutan dari korteks ke xylem
45. Apa fungsi dari rambut-rambut akar?
a. Perluasan dari permukaan akar
b. Penguat berdirinya pohon
c. Perluasan bidang penyerapan
d. Pemekaran jaringan epidermis akar
e. Penampung cadangan mineral di akar
46. Manakah urutan pengangkutan ekstravaskular yang
benar?
a. Epidermis-korteks-floem-xilem
b. Epidermis-korteks-endodermis-xilem
c. Epidermis-endodermis-korteks-xilem
d. Epidermis-endodermis-floem-xilem
e. Epidermis-endodermis-korteks-floem
47. Manakah jaringan berikut ini yang mempunyai
kemampuan membelah terus menerus?
a. Kolenkim
b. Feloderm
c. Felem
d. Felogen
e. Floem
48. Manakah yang merupakan ciri daun tumbuhan
dikotil?
a. Menjari atau menyirip
b. Melengkung atau menyirip
c. Melengkung dan menjari
d. Sejajar dan menyirip
e. Menjari dan sejajar
49. Manakah yang bukan modifikasi dari epidermis?
a. Spina
b. Stomata
c. Kutikula
d. Trikoma
e. Lignin
50. Apa nama jaringan parenkim yang memiliki klorofil?
a. Kolenkim
b. Aerenkim
c. Klorofil
d. Sklerenkim
e. Klorenkim
77
Kunci
Jawaban
c
b
d
a
e
e
78
79
Lampiran 4
Nama :
Kelas :
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda
silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e!
1. Jaringan daun manakah yang tersusun atas sel-sel sangat rapat?
a. epidermis
b. parenkim palisade
c. parenkim spons
d. sel penjaga
e. stomata
2. Salah satu hasil diferensiasi dari jaringan epidermis adalah ....
a. xilem
b. floem
c. empulur
d. stomata
e. parenkim
3. Pernyataan berikut merupakan ciri jaringan epidermis, kecuali . . . .
a. sel-selnya berbentuk seperti balok
b. dilengkapi lapisan lilin
c. bermodifikasi menjadi stomata
d. mengandung banyak kloroplas
e. sel-selnya tersusun rapat
4. Manakah pernyataan yang benar menyangkut fungsi jaringan epidermis
sebagai alat pertukaran gas?
a. terdiri atas sel-sel yang rapat
b. terdapat stomata pada epidermis bawah daun
c. epidermis termodifikasi menjadi kutikula
d. epidermis membentuk bulu-bulu halus pada daun durian
e. terletak paling luar dan menutupi seluruh tubuh tumbuhan
5. Pelajari tabel berikut.
Manakah pernyataan yang benar?
a. I dan II
b. I dan III
c. I dan III
d. II dan IV
e. III dan IV
80
6. Perhatikan gambar berikut. Jaringan yang berfungsi mengangkut hasil
fotosintesis ditunjuk oleh nomor ....
a. 1
b. 2
d. 4
e. 5
c. 3
7. Jaringan pengangkutan memiliki dua macam berkas vaskuler. Berkas
vaskuler itu adalah
a. Trakeid dan sel batu
b. Sel serat dan sklereid
c. Trakeid dan stele
d. Korteks dan stele
e. Xylem dan floem
8. Batang tanaman Impatiens balsamina direndam dalam larutan eosin
(warna merah). Setelah beberapa lama, batang tersebut disayat melintang
setipis mungkin, kemudian diamati dengan mikroskop (lihat gambar)
Manakah jaringan yang akan berwarna merah?
a. 1
d. 4
b. 2
e. 5
c. 3
9. Jika kita membuat sayatan melintang akar tumbuhan dikotil, kemudian
diamati dengan mikroskop, akan terlihat susunan anatomis akar dikotil
sebagai berikut: 1. stele, 2. korteks, 3. epidermis, 4. endodermis.
Manakah urutan yang menunjukkan susunan anatomis akar dikotil dari
luar ke dalam?
a. 3-2-4-1
d. 1-3-2-4
b. 1-4-3-2
e. 3-1-4-2
c. 4-3-1-2
81
10. Apa fungsi kambium vaskuler?
a. ke luar membuat floem, ke dalam membuat xilem
b. ke luar membuat korteks, ke dalam membuat kayu
c. ke luar membuat kayu, ke dalam membuat kulit
d. ke luar membuat korteks, ke dalam membuat xilem
e. ke luar membuat xilem, ke dalam membuat floem
11. Manakah pernyataan yang merupakan fungsi lapisan kutikula?
a. Membantu proses fotosintesis
b. Membantu mengalirkan air
c. Mencegah penguapan
d. Melindungi daun yang masih muda
e. Membantu penyerapan air
12. Apa nama jaringan dasar pada tumbuhan air yang memiliki fungsi untuk
menyimpan udara?
a. Aerenkim
b. Kolenkim
c. Sklerenkim
d. Klorenkin
e. Parenkim Penimbun
13. Manakah jaringan yang paling banyak berperan dalam proses fotosintesis?
a. Jaringan palisade
b. Jaringan Pengangkut
c. Jaringan epidermis
d. Mulut daun
e. Kambium
14. Apa nama jaringan yang berfungsi menyalurkan air dan mineral dari akar
ke daun?
a. Kolenkim
b. Parenkim
c. Xilem
d. Floem
e. Sklerenkim
15. Manakah pernyataan yang merupakan ciri-ciri dari jaringan sklerenkim?
a. terdiri atas selapis sel yang tersusun rapat
b. terdiri dari sel-sel mati
c. mengalami modifikasi membentuk lapisan tebal seperti kutikula
d. dinding sel mengalami penebalan yang tidak berlignin
e. sebagai jaringan dasar
16. Dimanakah letak jaringan endodermis yang tepat pada akar?
a. di antara xylem dan floem
b. di antara parenkima dan epidermis
c. di antara felem dan feloderma
d. di antara korteks dan silinder pusat
e. di antara silinder pusat dan epidermis
17. Dimanakah letak berkas pengangkutan banyak ditemukan pada batang
tumbuhan monokotil?
82
a. Epidermis
b. Korteks
c. Lenti sel
d. Kambium
e. Empulur
18. Apa nama jaringan yang memiliki ciri yakni sel-selnya berukuran besar,
berdinding tipis dan susunannya renggang sehingga banyak ruang antar sel
dan vakuolanya besar ?
a. Kolenkim
b. Parenkim
c. Epidermis
d. Xilem
e. Sklerenkim
19. Pernyataan berikut ini merupakan ciri-ciri jaringan :
1. sel-sel mengalami penebalan
sekunder dengan lignin
2. berfungsi sebagai pelindung dan dilengkapi lapisan lilin
3. bentuknya memanjang tegak, dan banyak mengandung klorofil
4. sel-sel jaringan muda selalu
membelah atau bersifat embrional
5. pada beberapa tempat termodifikasi
menjadi stomata atau rambut
Manakah yang merupakan ciri-ciri jaringan epidermis ?
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 2 dan 5
d. 3 dan 4
e. 4 dan 5
20. Apa nama jaringan yang di jumpai hampir pada semua bagian tumbuhan?
a. Sklerenkim
b. Epidermis
c. xylem
d. floem
e. parenkim
21. Manakah tumbuhan dibawah ini yang memiliki aerenkim?
a. Kaktus
b. Eceng gondok
c. Singkong
d. Lidah buaya
e. Rhoe discolor
22. Manakah tipe berkas pembuluh yang dimiliki tanaman pacar air?
a. Kolateral
b. Konsentris tertutup
c. Konsentris terbuka
d. Kolateral tertutup
e. Kolateral terbuka
23. Apa nama pengangkutan yang terjadi di dalam berkas pembuluh yakni
xylem dan floem secara vertikal?
f. Ekstravaskuler
83
g. Intravaskuler
h. Pompa proton
i. Difusi
j. Osmosis
24. Manakah yang merupakan ciri dari struktur kolenkim?
a. selnya mengalami penebalan dan tak berlignin
b. terdiri dari sel-sel mati
c. dapat ditemukan pada tempurung kelapa
d. selnya berbentuk panjang ramping dan tirus
e. terdapat banyak kloroplas
25. Manakah pernyataan yang benar tentang struktur tumbuhan monokotil
dibawah ini?
a. Memiliki pembuluh angkut yang teratur dalam susunan lingkaran
b. Memiliki kambium vaskuler
c. Batas korteks dan silinder pusat pada batang tidak tampak
d. Berakar tunggang
e. Mempunyai empulur sempit atau tidak mempunyai empulur pada pusat
akar.
26. Apa nama jaringan yang hanya ditemukan pada tempurung kelapa?
a. trakeid
b. endodermis
c. parenkim
d. kolenkim
e. sklerenkim
27. Di bawah ini yang termasuk fungsi jaringan epidermis yaitu ....
a. penguat jaringan lainnya
b. menyalurkan hasil fotosintesis
c. melindungi dan menutup jaringan di bawahnya
d. mengangkut air dan zat terlarut ke dalam tubuh
e. bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tubuh
28. Manakah jaringan berikut yang bukan termasuk silinder pusat batang
tumbuhan dikotil?
a. perisikel
b. xilem
c. ikatan pembuluh
d. endodermis
e. empulur
29. Manakah jaringan yang dimiliki batang tumbuhan sehingga memiliki daya
lentur tertentu jika dihembus angin?
a. parenkim
b. kolenkim
c. sklerenkim
d. trakea
e. xylem
30. Beberapa jaringan pada tumbuhan:
84
1. epidermis
4. xilem
2. sklerenkim
5. palisade
3. kambium
Manakah jaringan yang hanya terdapat pada organ daun?
a. 1, 2, dan 3
b. 1,3, dan 4
c. 1, 3, dan 5
d. 1, 4, dan 5
e. 2, 3, dan 5
31. Manakah jaringan yang dapat membentuk lapisan kayu pada batang
tumbuhan dikotil?
a. xilem
b. floem
c. empulur
d. korteks
e. kambium fasis
32. Manakah jaringan yang tidak terdapat pada batang tumbuhan monokotil?
a. parenkim
b. kolenkim
c. endoderm
d. floem
e. xylem
33. Apakah yang dimaksud dengan pengangkutan intravaskular?
a. Pengangkutan dari rambut akar ke xylem
b. Pengangkutan hasil fotosintesis melalui floem
c. Pengangkutan air mineral melalui floem
d. Pengangkutan air dan hasil fotosintesis melalui floem
e. Pengangkutan dari korteks ke xylem
34. Manakah urutan pengangkutan ekstravaskular yang benar?
a. Epidermis-korteks-floem-xilem
b. Epidermis-korteks endodermis-xilem
c. Epidermis-endodermis-korteks-xilem
d. Epidermis-endodermis-floem-xilem
e. Epidermis-endodermis-korteks-floem
35. Manakah jaringan berikut ini yang mempunyai trakeid?
a. epidermis
b. parenkim
c. empulur
d. xylem
e. floem
36. Apa nama jaringan parenkim yang memiliki klorofil?
a. Kolenkim
b. Aerenkim
c. Klorofil
d. Sklerenkim
e. Klorenkim
85
Lampiran 5
Kunci Jawaban
1. A
2. D
3. C
4. B
5. D
6. A
7. E
8. C
9. A
10. A
11. C
12. A
13. A
14. C
15. B
16. D
17. B
18. B
19. C
20. E
21. B
22. E
23. B
24. A
25. C
26. E
27. C
28. D
29. B
30. D
31. E
32. C
33. B
34. B
35. D
36. E
86
Lampiran 6
Peta Konsep
Jaringan Tumbuhan
Terdiri dari
Jaringan Dewasa
Jaringan Meristem
Terdiri dari
Terdiri dari
- Promeristem
- Meristem Primer
- Meristem Sekunder
Epidermis
Parenkim
Jaringan
Penyokong
Meliputi
- Kolenkim
- Sklerenkim
87
Jaringan
Pengangkut
Meliputi
- Xilem
- Floem
Jaringan
Gabus
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Kelas Eksperimen)
Sekolah
: SMAN 9 Kota Tangsel
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XI (sebelas)/1(satu)
Pertemuan ke-
:1
Alokasi waktu
: 2x45 menit
Subkonsep
: Jaringan Epidermis
Standar Kompetensi : 2. Memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan dan hewan serta penerapannya
dalam konteks saling temas
Kompetensi Dasar
: 2.1 Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan
mengkaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar
kultur jaringan
Indikator
:
2.1.1 Mengidentifikasi struktur jaringan epidermis beserta fungsinya
2.1.2 Membedakan struktur jaringan epidermis dan parenkim
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat
1. Menjelaskan struktur dan fungsi jaringan epidermis
2. Menggambarkan struktur jaringan epidermis tumbuhan berdasarkan hasil
pengamatan
3. Membuat preparat jaringan epidermis
4. Membedakan struktur jaringan epidermis dan parenkim menggunakan
gambar
88
A. Materi Pembelajaran :
Jaringan tumbuhan adalah sekumpulan sel tumbuhan yang
mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan pada tumbuhan dapat
di kelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu jaringan meristem dan
jaringan dewasa.
1. jaringan meristem berdasarkan asal terbentuknya ada meristem
primer dan meristem sekunder. Jaringan meristem berdasarkan
letaknya ada meristem apikal, meristem interkalar dan meristem
lateral.
2. jaringan dewasa merupakan jaringan yang telah mengalami
diferensiasi dan tidak bersifat meristem lagi, terdiri dari:
a. jaringan epidermis (jaringan pelindung)
jaringan terluar yang menutupi seluruh permukaan tubuh
tumbuhan seperti akar, batang, daun maupun biji
b. jaringan parenkim (jaringan dasar)
jaringan parenkim merupakan jaringan yang terbentuk
dari meristem dasar. Jaringan ini hampir terdapat disemua
bagian tumbuhan dan mengisi jaringan tumbuhan.
B. Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran
: Inkuiri Terstruktur
2. Metode
: Praktikum
C. Langkah-langkah Pembelajaran:
Tahapan
Tahap
Inkuiri
Kegiatan
Guru
Siswa
Waktu
ο‚· Siswa menyimak
pertanyaan dan
menjawab dengan
lugas
ο‚· Siswa
berkelompok
10
menit
Terstruktur
Awal
ο‚· Apersepsi guru
menanyakan
macam-macam
organ pada
tumbuhan
ο‚· Guru membagi
siswa ke dalam
beberapa
kelompok
89
Tahapan
Tahap
Inkuiri
Kegiatan
Guru
Siswa
Waktu
ο‚· Guru menjelaskan
tujuan praktikum
ο‚· Guru membagikan
LKS dan
menjelaskan cara
kerja praktikum
ο‚· Guru
memperlihatkan
bawang merah
dan daun rhoe
discolor
ο‚· Guru mengajukan
pertanyaan
produktif
1. “Menurut
kalian apakah
kedua tanaman
ini memiliki
struktur
jaringan
epidermis yang
sama?”
“ Coba kalian
buat preparat
segar dari
kedua tanaman
tersebut,
kemudian
dengan
menggunakan
mikroskop
amatilah
struktur
jaringan
epidermisnya!”
2. “Bagaimanakah
bentuk sel
kedua tanaman
tersebut?”
3. “Dengan
menggunakan
mikroskopmu,
coba kalian
ο‚· Siswa menyimak
10
menit
ο‚· Masing-masing
kelompok
menyimak dan
memperhatikan
ο‚· Siswa
mempersiapkan
alat dan bahan
praktikum
10
menit
ο‚· Siswa berhipotesis
dan menjawab
pertanyaanpertanyaan LKS
20
menit
Terstruktur
Inti
Planning
Retrieving
Processing
90
Tahapan
Tahap
Inkuiri
Kegiatan
Guru
Siswa
bandingkan
struktur
jaringan
epidermis
dengan jaringan
parenkim pada
tangkai daun
pepaya!”
4. “Apakah
terdapat
perbedaan
antara struktur
sel jaringan
epidermis Rhoe
discolor dengan
jaringan yang
terlihat pada
preparat
tangkai daun
pepaya?”
5. “Bagaimanakah
bentuk selselnya?”
6. “Apakah
terlihat ada
ruang-ruang
antar sel pada
preparat
tangkai daun
papaya?”
7. “Jaringan
manakah yang
memiliki
modifikasi lain
seperti terdapat
stomata atau
kutikula?”
ο‚· Guru mengawasi
jalannya
praktikum dan
memberi
bimbingan jika
diperlukan
ο‚· Guru meminta
siswa
mendiskusikan
ο‚· Siswa melakukan
pengamatan sesuai
LKS yang
diberikan secara
berkelompok
Waktu
Terstruktur
Creating
91
10
menit
ο‚· Siswa berdiskusi
secara kelompok
10
menit
Tahapan
Tahap
Kegiatan
Inkuiri
Guru
Siswa
Waktu
ο‚· Perwakilan
kelompok
mempresentasikan
hasil pengamatan
10
menit
ο‚· Siswa menyimak
dan mencatat
5 menit
ο‚· Beberapa siswa
membuat
kesimpulan
5 menit
Terstruktur
hasil pengamatan
dan pertanyaanpertanyaan LKS
secara kelompok
untuk selanjutnya
dipresentasikan
Sharing
Evaluating
Penutup
ο‚· Guru meminta
perwakilan
kelompok untuk
mempresentasikan
jawaban atas
pertanyaan LKS
dan kesimpulan
hasil pengamatan
ο‚· Guru
mengevaluasi hasil
presentasi tiap
kelompok dan
memberi materi
tambahan jika
diperlukan, guru
mengajukan
pertanyaan
“Perbedaan apa
sajakah yang dapat
kalian lihat antara
jaringan epidermis
dan parenkim?’
ο‚· Guru
membimbing
siswa membuat
kesimpulan
D. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran
Buku biologi yang relevan, LKS
92
E. Penilaian
1. Penilaian kinerja
2. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda
Mengetahui,
Dilaksanakan,12-09-2011
Guru Bidang studi
Dwi Indriyati, S.Si
Dwi Sugianti
93
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Kelas Eksperimen)
Sekolah
: SMAN 9 Kota Tangsel
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XI (sebelas)/1(satu)
Pertemuan ke-
:2
Alokasi waktu
: 2x45 menit
Subkonsep
: Jaringan Dasar
Standar Kompetensi : 2. Memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan dan hewan serta penerapannya
dalam konteks saling temas
Kompetensi Dasar
: 2.1 Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan
mengkaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar
kultur jaringan
Indikator
:
2.1.1 Mengidentifikasi macam-macam struktur jaringan parenkim
2.1.2 Mengaitkan struktur jaringan parenkim dengan fungsinya
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat
5. Menggambarkan macam-macam struktur jaringan parenkim tumbuhan
berdasarkan hasil pengamatan
6. Mengaitkan struktur jaringan parenkim dengan fungsinya
7. Membuat macam-macam preparat jaringan parenkim
C. Materi Pembelajaran :
Jaringan parenkim merupakan bentuk lain dari jaringan dewasa.
Jaringan parenkim menyusun tubuh tumbuhan setelah jaringan epidermis.
Jaringan parenkim disebut juga jaringan dasar. Alasannya, jaringan dasar
94
bisa ditemukan pada semua organ tumbuhan, seperti akar, batang, dan
daun. Berdasarkan fungsinya, jaringan parenkim terbagi menjadi beberapa
jaringan, yaitu parenkim air, parenkim pengangkut, parenkim penyimpan
udara, parenkim asimilasi, parenkim penimbun, dan parenkim penutup
luka.
D. Metode Pembelajaran
3. Model Pembelajaran
: Inkuiri Terstruktur
4. Metode
: Praktikum
C. Langkah-langkah Pembelajaran:
Tahap
Tahapan
Inkuiri
Terstruktur
Awal
Inti
Planning
Retrieving
Kegiatan
Guru
Siswa
Waktu
ο‚· Guru mengaitkan
pelajaran
sebelumnya
dengan pelajaran
yang akan
dipelajari
ο‚· Guru membagi
siswa ke dalam
beberapa
kelompok
ο‚· Siswa menyimak
ο‚· Siswa
berkelompok
5 menit
ο‚· Guru
menjelaskan
tujuan praktikum
ο‚· Guru
membagikan
LKS dan
menjelaskan cara
kerja praktikum
ο‚· Guru
memperlihatkan
dua tanaman
berbeda yakni
eceng gondok
dan batang
tanaman
ο‚· Siswa
memperhatikan
95
ο‚·
ο‚·
Siswa menyimak
Siswa
mempersiapkan
alat dan bahan
praktikum
10
menit
10
menit
Tahap
Tahapan
Inkuiri
Terstruktur
Kegiatan
Guru
Siswa
Waktu
singkong
ο‚· Guru mengajukan
pertanyaan
produktif
Processing
Creating
1. “Menurut kalian
apakah kedua
tanaman ini
memiliki jaringan
parenkim?”
2. “Apakah kedua
tanaman tersebut
memiliki struktur
parenkim yang
sama?”
3. “Dengan
ο‚· Siswa
menggunakan
berhipotesis dan
mikroskop coba
menjawab
kalian amati
pertanyaanstruktur jaringan
pertanyaan LKS
parenkim pada
ο‚· Siswa melakukan
masing-masing
pengamatan
tumbuhan
sesuai LKS yang
tersebut,
diberikan secara
bagaimanakah
berkelompok
bentuk sel-sel
yang
menyusunnya?“
4. “Preparat
manakah yang
menunjukkan
adanya ruang
antar sel yang
besar-besar?”
ο‚· Guru mengawasi
jalannya
praktikum dan
memberi
bimbingan jika
diperlukan
ο‚· Guru meminta
ο‚· Siswa berdiskusi
siswa
secara kelompok
96
30
menit
10
Tahap
Tahapan
Inkuiri
Terstruktur
Sharing
Evaluating
Kegiatan
Guru
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Penutup
ο‚·
mendiskusikan
hasil pengamatan
dan pertanyaanpertanyaan LKS
secara kelompok
untuk selanjutnya
dipresentasikan
Guru meminta
perwakilan
kelompok untuk
mempresentasika
n jawaban atas
pertanyaan LKS
dan kesimpulan
hasil pengamatan
Guru
mengevaluasi
hasil presentasi
tiap kelompok
Guru
menerangkan
kembali macammacam jaringan
parenkim yang
telah diketahui
berdasarkan hasil
pengamatan lalu
guru mengajukan
pertanyaan
“Menurut kalian,
mengapa eceng
gondok memiliki
struktur
parenkim yang
dapat
menyimpan
udara?”
Guru
membimbing
siswa membuat
kesimpulan
97
Siswa
Waktu
menit
ο‚· Perwakilan
kelompok
mempresentasikan
hasil pengamatan
15
menit
ο‚· Siswa menyimak
dan mencatat
ο‚· Siswa menjawab
5 menit
ο‚· Beberapa siswa
membuat
kesimpulan
5 menit
D. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran
Buku Biologi yang Relevan, LKS
E. Penilaian
1. Penilaian Kinerja
2. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda
Mengetahui,
Dilaksanakan,15-09-2011
Guru Bidang Studi
Dwi Indriyati, S.Si
Dwi Sugianti
98
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Kelas Eksperimen)
Sekolah
: SMAN 9 Kota Tangsel
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XI (sebelas)/1(satu)
Pertemuan ke-
:3
Alokasi waktu
: 2x45 menit
Subkonsep
: Jaringan
Penyokong
dan
Pengangkut
Standar Kompetensi : 2. Memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan dan hewan serta penerapannya
dalam konteks saling temas
Kompetensi Dasar
: 2.1 Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan
mengkaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar
kultur jaringan
Indikator
:
2.1.1 Mengidentifikasi macam-macam struktur jaringan penyokong
2.1.2 Menjelaskan struktur jaringan pengangkut beserta fungsinya
2.1.3 Membuktikan adanya fungsi xilem sebagai jaringan pengangkut
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat
8. Mengidentifikasi struktur jaringan kolenkim
9. Mengidentifikasi struktur jaringan sklerenkim
10. Menjelaskan struktur jaringan pengangkut beserta fungsinya
11. Melakukan percobaan untuk membuktikan adanya fungsi xylem
99
E. Materi Pembelajaran :
Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) memiliki pembuluh
pengangkut yang disebut xilem dan floem. Keduanya tersusun oleh lebih
dari satu macam sel. Xilem memiliki dua fungsi utama, yaitu penyokong
dan pengangkut air dan garam-garam tanah dari akar menuju ke bagian
atas tumbuhan. Xilem tersusun oleh 4 macam sel, yaitu trakeid, trakea,
parenkim, dan serabut (serat). parenkim xilem berfungsi pula untuk
menimbun cadangan makanan.
Floem memiliki struktur tubuler mirip dengan xilem, dinding sel
penyusunnya mengalami penebalan selulosa dan pektin. Floem adalah
jaringan pengangkutan untuk zat makanan, seperti gula (hasil fotosintesis),
protein, dan mineral pada tumbuhan. Floem tersusun dari 4 macam sel,
yaitu sel buluh tapis, sel pengiring, sel serabut, dan sel parenkim.
B. Metode Pembelajaran
5. Model Pembelajaran
: Inkuiri Terstruktur
6. Metode
: Praktikum
C. Langkah-langkah Pembelajaran:
Tahap
Awal
Tahapan
Inkuiri
Terstruktur
Kegiatan
Guru
ο‚· Guru mengaitkan
pelajaran
sebelumnya
dengan pelajaran
yang akan
dipelajari
ο‚· Guru membagi
siswa ke dalam
beberapa
kelompok
100
Siswa
Waktu
ο‚· Siswa menyimak
ο‚· Siswa
berkelompok
5 menit
Tahap
Inti
Tahapan
Kegiatan
Inkuiri
Guru
Siswa
Terstruktur
Planning
ο‚· Guru menjelaskan ο‚· Siswa menyimak
tujuan praktikum
ο‚· Guru membagikan
LKS dan
menjelaskan cara
kerja praktikum
Retrieving
ο‚· Guru meminta
siswa merendam
batang Impatiens
balsamina dengan
larutan eosin
selama 15 menit
ο‚· Guru mengajukan
pertanyaan
produktif
1. “Menurut
kalian apa yang
akan terjadi
pada batang
tersebut?”
2. “Dapatkah
kalian temukan
perbedaan
antara
penampang
melintang
batang yang
telah direndam
dengan yang
tidak
direndam?”
Processing
3. “Apakah
penampang
batang pacar air
memiliki
susunan berkas
pengangkut
yang
beraturan?”
4. “Apakah pada
101
ο‚· Siswa
mempersiapkan
alat dan bahan
praktikum
Waktu
10 menit
5 menit
ο‚· Siswa berhipotesis 30 menit
dan menjawab
pertanyaanpertanyaan LKS
ο‚· Siswa melakukan
pengamatan
sesuai LKS yang
diberikan secara
berkelompok
Tahap
Tahapan
Inkuiri
Terstruktur
Creating
Sharing
Evaluating
Kegiatan
Guru
batang yang
telah direndam
hanya xylem
saja yang
terlihat
berwarna?”
5. Bagaimanakah
struktur dan
bentuk sel-sel
xylem
tersebut?”
6. “Dapatkah
kalian temukan
perbedaannya
dengan struktur
kolenkim
batang cabai?”
ο‚· Guru mengawasi
jalannya praktikum
dan memberi
bimbingan jika
diperlukan
ο‚· Guru meminta
siswa
mendiskusikan
hasil pengamatan
dan pertanyaanpertanyaan LKS
secara kelompok
untuk selanjutnya
dipresentasikan
ο‚· Guru meminta
perwakilan
kelompok untuk
mempresentasikan
jawaban atas
pertanyaan LKS
dan kesimpulan
hasil pengamatan
ο‚· Guru
mengevaluasi hasil
presentasi tiap
102
Siswa
ο‚· Siswa berdiskusi
secara kelompok
Waktu
10 menit
15 menit
ο‚· Perwakilan
kelompok
mempresentasikan
hasil pengamatan
ο‚· Siswa menyimak
dan mencatat
ο‚· Siswa menjawab
10 menit
Tahap
Tahapan
Inkuiri
Terstruktur
Penutup
Kegiatan
Guru
kelompok dan
mengajukan
pertanyaan
1. “Selain xylem,
adakah struktur
lainnya yang
terwarnai
eosin?”
2. “Mengapa hal
itu dapat
terjadi?”
ο‚· Guru
membimbing
siswa membuat
kesimpulan
Siswa
ο‚· Beberapa siswa
membuat
kesimpulan
Waktu
5 menit
E. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran
Buku Biologi yang Relevan, LKS
F. Penilaian
1. Penilaian Kinerja
2. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda
Mengetahui,
Dilaksanakan,19-09-2011
Guru Bidang Studi
Dwi Indriyati, S.Si
Dwi Sugianti
103
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Kelas Eksperimen)
Sekolah
: SMAN 9 Kota Tangsel
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XI (sebelas)/1(satu)
Pertemuan ke-
:4
Alokasi waktu
: 2x45 menit
Subkonsep
: Jaringan pada akar dan batang
Standar Kompetensi : 2. Memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan dan hewan serta penerapannya
dalam konteks Saling temas
Kompetensi Dasar
: 2.1 Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan
mengkaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar
kultur jaringan
Indikator
:
2.1.1 Mengidentifikasi struktur jaringan penyusun akar tumbuhan dikotil dan
monokotil
2.1.2 Mengidentifikasi struktur jaringan penyusun batang tumbuhan dikotil dan
monokotil
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat
12. Mengidentifikasi struktur jaringan penyusun akar
104
13. Mengidentifikasi struktur jaringan penyusun batang
14. Mengamati perbedaan struktur jaringan penyusun akar pada tanaman
dikotil dan monokotil menggunakan preparat awetan
15. Mengamati perbedaan struktur jaringan penyusun batang pada tanaman
dikotil dan monokotil menggunakan preparat awetan
F. Materi Pembelajaran :
Tubuh tumbuhan terbagi dalam sistem akar dan sistem tunas.
Sesuai namanya, sistem akar terdiri atas organ akar dan bagian-bagiannya.
Sedangkan sistem batang meliputi organ batang dan daun.
105
Struktur batang tumbuhan dikotil
dan monokotil
G. Metode Pembelajaran
7. Model Pembelajaran
: Inkuiri Terstruktur
8. Metode
: Praktikum
C. Langkah-langkah Pembelajaran:
Tahapan
Tahap
Inkuiri
Kegiatan
Guru
Siswa
Waktu
ο‚· Apersepsi guru
menanyakan macammacam tumbuhan
yang ada disekitar
lingkungan sekolah
ο‚· Guru membagi siswa
ke dalam beberapa
kelompok
ο‚· Siswa menyimak
pertanyaan dan
menjawab
dengan lugas
ο‚· Siswa
berkelompok
5
menit
ο‚· Guru menjelaskan
tujuan praktikum
ο‚· Guru membagikan
LKS dan menjelaskan
cara kerja praktikum
ο‚· Guru memperlihatkan
tanaman monokotil
dan dikotil
ο‚· Guru mengajukan
ο‚· Siswa menyimak
5
menit
ο‚· Siswa menyimak
ο‚· Siswa
menyiapkan alat
dan bahan
10
menit
Terstruktur
Awal
Inti
Planning
Retrieving
106
Tahapan
Tahap
Kegiatan
Inkuiri
Guru
Siswa
Waktu
Terstruktur
Processing
ο‚·
Creating
ο‚·
Sharing
ο‚·
Evaluating
ο‚·
pertanyaan produktif
1. “Apakah kedua
tanaman ini
memiliki struktur
jaringan penyusun
batang yang
berbeda?”
2. “Pada preparat
manakah terdapat
berkas pengangkut
bertipe kolateral
terbuka?”
3. “ Perbedaan apa
saja yang dapat
kalian temukan
antara batang
monokotil dengan
akarnya dikotil?”
Guru mengawasi
jalannya praktikum
dan memberi
bimbingan jika
diperlukan
Guru meminta siswa
mendiskusikan hasil
pengamatan dan
pertanyaanpertanyaan LKS
secara kelompok
untuk selanjutnya
dipresentasikan
Guru meminta
perwakilan kelompok
untuk
mempresentasikan
jawaban atas
pertanyaan LKS dan
kesimpulan hasil
pengamatan
Guru mengevaluasi
hasil presentasi tiap
107
praktikum
ο‚· Siswa
berhipotesis
ο‚· Siswa melakukan
pengamatan
sesuai LKS yang
diberikan secara
berkelompok
ο‚· Siswa menjawab
pertanyaanpertanyaan LKS
30
menit
ο‚· Siswa berdiskusi
secara kelompok
10
menit
ο‚· Perwakilan
kelompok
mempresentasika
n hasil
pengamatan
15
menit
ο‚· Siswa menyimak
dan mencatat
10
menit
Tahapan
Tahap
Inkuiri
Kegiatan
Guru
Siswa
Waktu
Terstruktur
kelompok
ο‚· Guru mengajukan
pertanyaan kembali
“ Menurut kalian,
mengapa tumbuhan
dikotil dapat tumbuh
membesar dan
berkayu sedangkan
tumbuhan monokotil
tidak?”
Penutup
ο‚· Guru membimbing
siswa membuat
kesimpulan
D. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran
ο‚· Beberapa siswa
membuat
kesimpulan
5
menit
Buku Biologi yang Relevan, LKS
E. Penilaian
1. Penilaian Kinerja
2. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda
Mengetahui,
Dilaksanakan, 22-09-2011
Guru Bidang Studi
Dwi Indriyati, S.Si
Dwi Sugianti
108
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Kelas Kontrol)
Sekolah
: SMAN 9 Kota Tangsel
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XI (sebelas)/1(satu)
Pertemuan ke-
:1
Alokasi waktu
: 2x45 menit
Subkonsep
: Jaringan Epidermis
Standar Kompetensi : 2. Memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan dan hewan serta penerapannya
dalam konteks Saling temas
Kompetensi Dasar
: 2.1 Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan
mengkaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar
kultur jaringan
Indikator
:
2.1.1 Mengidentifikasi struktur jaringan epidermis beserta fungsinya
2.1.2 Membedakan struktur jaringan epidermis dan parenkim
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat
16. Menjelaskan struktur dan fungsi jaringan epidermis
17. Menggambarkan struktur jaringan epidermis tumbuhan berdasarkan hasil
pengamatan
18. Membedakan struktur jaringan epidermis dan parenkim menggunakan
gambar
19. Membuat preparat jaringan epidermis
H. Materi Pembelajaran :
Jaringan tumbuhan adalah sekumpulan sel tumbuhan yang
mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan pada tumbuhan dapat
di kelompokkan menjadi dua yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa.
109
3. jaringan meristem berdasarkan asal terbentuknya ada meristem
primer dan meristem sekunder. Jaringan meristem berdasarkan
letaknya ada meristem apikal, meristem interkalar dan meristem
lateral.
4. jaringan dewasa merupakan jaringan yang telah mengalami
diferensiasi dan tidak bersifat meristem lagi, terdiri dari:
a. jaringan epidermis (jaringan pelindung)
jaringan terluara yang menutupi seluruh permukaan tubuh
tumbuhan seperti akar, batang, daun maupun biji
b. jaringan parenkim (jaringan dasar)
jaringan parenkim merupakan jaringan yang terbentuk
dari meristem dasar. Jaringan ini hampir terdapat disemua
bagian tumbuhan dan mengisi jaringan tumbuhan.
I. Metode Pembelajaran
9. Model Pembelajaran
: Inkuiri Terstruktur
10. Metode
: Praktikum
C. Langkah-langkah Pembelajaran:
Tahapan
Tahap
Inkuiri
Kegiatan
Guru
Siswa
Waktu
ο‚· Siswa menyimak
5 menit
Terstruktur
Awal
ο‚· Apersepsi Guru
menanyakan macam-
pertanyaan
macam organ pada
menjawab dengan
tumbuhan
lugas
ο‚· Guru membagi siswa
ke dalam beberapa
kelompok
110
ο‚· Siswa
berkelompok
dan
Tahapan
Tahap
Kegiatan
Inkuiri
Siswa
Waktu
ο‚· Siswa menyimak
10 menit
Guru
Terstruktur
Inti
Planning
ο‚· Guru menjelaskan
tujuan praktikum
ο‚· Guru membagikan
LKS dan
ο‚· Siswa
mempersiapkan
alat dan bahan
menjelaskan cara
kerja praktikum
ο‚· Guru
mempersilahkan
siswa menyiapkan
alat dan bahan
praktikum
Retrieving
ο‚· Guru mengajukan
ο‚· Masing-masing
pertanyaan sebagai
kelompok
rumusan masalah
berhipotesis/
”Bagaimanakah
berpendapat
5 menit
struktur jaringan
epidermis dan
parenkim sebagai
jaringan dewasa yang
dimiliki oleh
tanaman? ”
Processing ο‚· Guru mengawasi
Creating
ο‚· Siswa melakukan
jalannya praktikum
pengamatan sesuai
dan memberi
LKS
bimbingan jika
diberikan
diperlukan
berkelompok
ο‚· Guru meminta siswa
mendiskusikan hasil
pengamatan dan
pertanyaan-
111
ο‚· Siswa
30 menit
yang
secara
berdiskusi
secara kelompok
10 menit
Tahapan
Tahap
Kegiatan
Inkuiri
Guru
Waktu
Siswa
Terstruktur
pertanyaan LKS
secara kelompok
untuk selanjutnya
dipresentasikan
Sharing
ο‚· Guru meminta
ο‚· Perwakilan
15 menit
perwakilan kelompok
kelompok
untuk
mempresentasikan
mempresentasikan
hasil pengamatan
jawaban atas
pertanyaan LKS dan
kesimpulan hasil
pengamatan
Evaluating ο‚· Guru memngevaluasi
hasil presentasi tiap
ο‚· Siswa
menyimak
5 menit
dan mencatat
kelompok dan
memberi materi
tambahan jika
diperlukan
Penutup
ο‚· Guru membimbing
ο‚· Beberapa
siswa membuat
membuat
kesimpulan
kesimpulan
berdasarkan jawaban
atas rumusan
masalah di awal
praktikum
D. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran
Buku Biologi yang Relevan, LKS
112
siswa
10 menit
E. Penilaian
3. Penilaian kinerja
4. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda
Mengetahui,
Dilaksanakan, 12-09-2011
Guru Bidang Studi
Dwi Indriyati, S.Si
Dwi Sugianti
113
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Kelas Kontrol)
Sekolah
: SMAN 9 Kota Tangsel
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XI (sebelas)/1(satu)
Pertemuan ke-
:2
Alokasi waktu
: 2x45 menit
Subkonsep
: Macam-macam Jaringan Parenkim
Standar Kompetensi : 2. Memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan dan hewan serta penerapannya
dalam konteks Saling temas
Kompetensi Dasar
: 2.1 Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan
mengkaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar
kultur jaringan
Indikator
:
2.1.1 Mengidentifikasi macam-macam struktur jaringan parenkim
2.1.2 Mengaitkan struktur jaringan parenkim dengan fungsinya
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat
20. Menggambarkan macam-macam struktur jaringan parenkim tumbuhan
berdasarkan hasil pengamatan
21. Mengaitkan struktur jaringan parenkim dengan fungsinya
22. Membuat preparat macam-macam jaringan parenkim
J. Materi Pembelajaran :
Jaringan parenkim merupakan bentuk lain dari jaringan dewasa.
Jaringan parenkim menyusun tubuh tumbuhan setelah jaringan epidermis.
Jaringan parenkim disebut juga jaringan dasar. Alasannya, jaringan dasar
bisa ditemukan pada semua organ tumbuhan, seperti akar, batang, dan
daun. Berdasarkan fungsinya, jaringan parenkim terbagi menjadi beberapa
114
jaringan, yaitu parenkim air, parenkim pengangkut, parenkim penyimpan
udara, parenkim asimilasi, parenkim penimbun, dan parenkim penutup
luka.
K. Metode Pembelajaran
11. Model Pembelajaran
: Inkuiri Terstruktur
12. Metode
: Praktikum
C. Langkah-langkah Pembelajaran:
Tahapan
Tahap
Kegiatan
Inkuiri
Siswa
Waktu
ο‚· Apersepsi Guru
ο‚· Siswa menyimak
5 menit
menanyakan
pertanyaan dan
macam-macam
menjawab dengan
organ pada
lugas
Guru
Terstruktur
Awal
tumbuhan
ο‚· Guru membagi
ο‚· Siswa
berkelompok
siswa ke dalam
beberapa
kelompok
Inti
Planning
ο‚· Guru membagikan
ο‚· Siswa menyimak
10
menit
LKS dan
menjelaskan cara
kerja praktikum
ο‚· Guru
mempersilahkan
siswa menyiapkan
alat dan bahan
praktikum
Retrieving
ο‚· Guru mengajukan
perumusan
115
ο‚· Masing-masing
kelompok
5 menit
Tahapan
Tahap
Kegiatan
Inkuiri
Guru
Siswa
Waktu
Terstruktur
masalah
berhipotesis/
“Bagaimanakah
berpendapat
struktur jaringan
parenkim pada
batang eceng
gondok dan
empulur
singkong?”
Processing
ο‚· Guru mengawasi
ο‚· Siswa melakukan
jalannya
pengamatan sesuai
praktikum dan
LKS yang
memberi
diberikan secara
bimbingan jika
berkelompok
30
menit
diperlukan
Creating
ο‚· Guru meminta
siswa
ο‚· Siswa berdiskusi
secara kelompok
10
menit
mendiskusikan
hasil pengamatan
dan pertanyaanpertanyaan LKS
secara kelompok
untuk selanjutnya
dipresentasikan
Sharing
ο‚· Guru meminta
ο‚· Perwakilan
15
perwakilan
kelompok
menit
kelompok untuk
mempresentasikan
mempresentasikan
hasil pengamatan
jawaban atas
pertanyaan LKS
dan kesimpulan
116
Tahapan
Tahap
Kegiatan
Inkuiri
Guru
Siswa
Waktu
Terstruktur
hasil pengamatan
Evaluating
ο‚· Guru
ο‚· Siswa menyimak
mengevaluasi hasil
5 menit
dan mencatat
presentasi tiap
kelompok dan
memberi materi
tambahan jika
diperlukan
Penutup
ο‚· Guru
ο‚· Beberapa siswa
membimbing
membuat
siswa membuat
kesimpulan
10
menit
kesimpulan
berdasarkan
jawaban atas
rumusan masalah
di awal praktikum
D. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran
Buku Biologi yang Relevan, LKS
E. Penilaian
5. Penilaian kinerja
6. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda
Mengetahui,
Dilaksanakan,14-09-2011
Guru Bidang Studi
Dwi Indriyati, S.Si
Dwi Sugianti
117
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Kelas Kontrol)
Sekolah
: SMAN 9 Kota Tangsel
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XI (sebelas)/1(satu)
Pertemuan ke-
:3
Alokasi waktu
: 2x45 menit
Subkonsep
: Jaringan
Penyokong
dan
Pengangkut
Standar Kompetensi : 2. Memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan dan hewan serta penerapannya
dalam konteks Saling temas
Kompetensi Dasar
: 2.1 Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan
mengkaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar
kultur jaringan
Indikator
:
2.1.1 Mengidentifikasi macam-macam struktur jaringan penyokong
2.1.2 Menjelaskan struktur jaringan pengangkut beserta fungsinya
2.1.3 Membuktikan adanya fungsi xilem sebagai jaringan pengangkut
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat
23. Mengidentifikasi struktur jaringan kolenkim
24. Mengidentifikasi struktur jaringan sklerenkim
25. Menjelaskan struktur jaringan pengangkut beserta fungsinya
26. Melakukan percobaan untuk membuktikan adanya fungsi xylem
L. Materi Pembelajaran :
Jaringan penyokong terbagi atas dua jenis jaringan, yakni jaringan
kolenkim dan jaringan sklerenkim. Jaringan kolenkim memiliki sel hidup,
dan tak berlignin. Selain itu, selnya mengalami penebalan. jaringan
118
sklerenkim hanya terdapat pada organ tumbuhan dewasa. Sel sklerenkim
mati dan dindingnya tebal berlignin. Dibandingkan sel kolenkim, sel-sel
sklerenkim ini jauh lebih kaku
Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) memiliki pembuluh
pengangkut yang disebut xilem dan floem. Keduanya tersusun oleh lebih
dari satu macam sel. Xilem memiliki dua fungsi utama, yaitu penyokong
dan pengangkut air dan garam-garam tanah dari akar menuju ke bagian
atas tumbuhan. Xilem tersusun oleh 4 macam sel, yaitu trakeid, trakea,
parenkim, dan serabut (serat). parenkim xilem berfungsi pula untuk
menimbun cadangan makanan.
Floem memiliki struktur tubuler mirip dengan xilem, dinding sel
penyusunnya mengalami penebalan selulosa dan pektin. Floem adalah
jaringan pengangkutan untuk zat makanan, seperti gula (hasil fotosintesis),
protein, dan mineral pada tumbuhan. Floem tersusun dari 4 macam sel,
yaitu sel buluh tapis, sel pengiring, sel serabut, dan sel parenkim.
B. Metode Pembelajaran
13. Model Pembelajaran
: Inkuiri Terstruktur
14. Metode
: Praktikum
C. Langkah-langkah Pembelajaran:
Tahapan
Tahap
Inkuiri
Kegiatan
Guru
Siswa
Waktu
ο‚· Siswa menyimak
5 menit
Terstruktur
Awal
ο‚· Apersepsi Guru
menanyakan macam-
pertanyaan dan
macam organ pada
menjawab dengan
tumbuhan
lugas
ο‚· Guru menjelaskan
tujuan praktikum
ο‚· Guru membagi siswa
119
ο‚· Siswa
berkelompok
Tahapan
Tahap
Inkuiri
Kegiatan
Guru
Siswa
Waktu
Terstruktur
ke dalam beberapa
kelompok
Inti
Planning
ο‚· Guru membagikan
ο‚· Siswa menyimak
10
menit
LKS dan menjelaskan
cara kerja praktikum
ο‚· Guru mempersilahkan
siswa menyiapkan
alat dan bahan
praktikum
Retrieving
ο‚· Guru mengajukan
ο‚· Masing-masing
rumusan masalah
kelompok
“Pada penampang
berhipotesis/
batang Impatiens
berpendapat
5 menit
balsamina yang
telah direndam
eosin mengapa
hanya bagian xylem
yang terlihat
berwarna?”
Processing
Creating
ο‚· Guru mengawasi
ο‚· Siswa melakukan
jalannya praktikum
pengamatan sesuai
dan memberi
LKS yang
bimbingan jika
diberikan secara
diperlukan
berkelompok
ο‚· Guru meminta siswa
ο‚· Siswa berdiskusi
mendiskusikan hasil
secara kelompok
pengamatan dan
pertanyaanpertanyaan LKS
secara kelompok
120
30
menit
10
menit
Tahapan
Tahap
Kegiatan
Inkuiri
Guru
Siswa
Waktu
Terstruktur
untuk selanjutnya
dipresentasikan
Sharing
ο‚· Guru meminta
ο‚· Perwakilan
15
perwakilan kelompok
kelompok
menit
untuk
mempresentasikan
mempresentasikan
hasil pengamatan
jawaban atas
pertanyaan LKS dan
kesimpulan hasil
pengamatan
Evaluating
ο‚· Guru memngevaluasi
ο‚· Siswa menyimak
hasil presentasi tiap
dan mencatat
5 menit
kelompok dan
memberi materi
tambahan jika
diperlukan
Penutup
ο‚· Guru membimbing
ο‚· Beberapa siswa
siswa membuat
membuat
kesimpulan
kesimpulan
berdasarkan jawaban
atas rumusan
masalah di awal
praktikum
D. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran
Buku Biologi yang Relevan, LKS
121
10
menit
E. Penilaian
7. Penilaian kinerja
8. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda
Mengetahui,
Dilaksanakan, 19-09-2011
Guru Bidang Studi
Dwi Indriyati, S.Si
Dwi Sugianti
122
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Kelas Kontrol)
Sekolah
: SMAN 9 Kota Tangsel
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XI (sebelas) / 1(satu)
Pertemuan ke-
:4
Alokasi waktu
: 2x45 menit
Subkonsep
: Jaringan pada akar dan batang
Standar Kompetensi : 2. Memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan
Kompetensi Dasar
: 2.1
Mengidentifikasi
struktur
dan
fungsi
jaringan
tumbuhan
Indikator
:
2.1.1 Mengidentifikasi struktur jaringan penyusun akar tumbuhan dikotil dan
monokotil
2.1.2 Mengidentifikasi struktur jaringan penyusun batang tumbuhan dikotil dan
monokotil
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat
27. Mengidentifikasi struktur jaringan penyusun akar
28. Mengidentifikasi struktur jaringan penyusun batang
29. Mengamati perbedaan struktur jaringan penyusun akar pada tanaman
dikotil dan monokotil menggunakan preparat awetan
30. Mengamati perbedaan struktur jaringan penyusun batang pada tanaman
dikotil dan monokotil menggunakan preparat awetan
M. Materi Pembelajaran :
Tubuh tumbuhan terbagi dalam sistem akar dan sistem tunas.
Sesuai namanya, sistem akar terdiri atas organ akar dan bagian-bagiannya.
Sedangkan sistem batang meliputi organ batang dan daun.
123
Struktur batang tumbuhan dikotil
dan monokotil
N. Metode Pembelajaran
15. Model Pembelajaran
: Inkuiri Terstruktur
16. Metode
: Praktikum
C. Langkah-langkah Pembelajaran:
Tahapan
Tahap
Inkuiri
Kegiatan
Guru
Siswa
Waktu
Terstruktur
Awal
ο‚· Apersepsi guru
ο‚· Siswa menyimak
menanyakan
pertanyaan dan
macam-macam
menjawab dengan
124
5 menit
Tahapan
Tahap
Kegiatan
Inkuiri
Guru
Siswa
Waktu
Terstruktur
organ pada
tumbuhan
ο‚· Guru menjelaskan
lugas
ο‚· Siswa
berkelompok
tujuan praktikum
ο‚· Guru membagi
siswa ke dalam
beberapa
kelompok
Inti
Planning
ο‚· Guru membagikan
ο‚· Siswa menyimak
5 menit
ο‚· Masing-masing
5 menit
LKS dan
menjelaskan cara
kerja praktikum
ο‚· Guru
mempersilahkan
siswa menyiapkan
alat dan bahan
praktikum
Retrieving
ο‚· Guru mengajukan
rumusan masalah
kelompok
“Bagaimanakah
berhipotesis/
susunan jaringan
berpendapat
pada tanaman
monokotil dan
dikotil?”
Processing
ο‚· Guru mengawasi
ο‚· Siswa melakukan
jalannya
pengamatan sesuai
praktikum dan
LKS yang diberikan
memberi
secara berkelompok
bimbingan jika
125
30
menit
Tahapan
Tahap
Kegiatan
Inkuiri
Guru
Siswa
Waktu
Terstruktur
diperlukan
Creating
ο‚· Guru meminta
siswa
ο‚· Siswa berdiskusi
secara kelompok
10
menit
mendiskusikan
hasil pengamatan
dan pertanyaanpertanyaan LKS
secara kelompok
untuk selanjutnya
dipresentasikan
Sharing
ο‚· Guru meminta
ο‚· Perwakilan
perwakilan
kelompok
kelompok untuk
mempresentasikan
mempresentasikan
hasil pengamatan
15
menit
jawaban atas
pertanyaan LKS
dan kesimpulan
hasil pengamatan
Evaluating
ο‚· Guru
ο‚· Siswa menyimak
memngevaluasi
5 menit
dan mencatat
hasil presentasi
tiap kelompok dan
memberi materi
tambahan jika
diperlukan
Penutup
ο‚· Guru
ο‚· Beberapa siswa
membimbing
membuat
siswa membuat
kesimpulan
kesimpulan
berdasarkan
126
10
menit
Tahapan
Tahap
Inkuiri
Kegiatan
Guru
Siswa
Waktu
Terstruktur
jawaban atas
rumusan masalah
di awal praktikum
D. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran
Buku Biologi yang Relevan, LKS
E. Penilaian
9. Penilaian kinerja
10. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda
Mengetahui,
Dilaksanakan, 21-09-2011
Guru Bidang Studi
Dwi Indriyati, S.Si
Dwi Sugianti
127
Lampiran 9
LKS 1
STRUKTUR JARINGAN TUMBUHAN
Tujuan
Mengamati struktur jaringan epidermis
Mengamati perbedaan struktur jaringan epidermis dengan jaringan parenkim
Alat dan bahan
1. Alat
a.
Mikroskop
b.
Silet / skapel stainless
c.
Kaca preparat
d.
Penutup preparat (cover glass)
e.
Beaker glass
f.
Pipet tetes
g.
Tissue
2. Bahan
a.
Bawang merah (Allium cepa)
b.
Daun Rhoe discolor
c.
Tangkai daun papaya
d.
Daun durian
Cara Kerja
1. Sebelum melakukan praktikum siapkanlah mikroskop cahaya dan
bersihkan sehingga mikroskop siap untuk mengamati.
2. Bersihkan kaca benda dan teteskan air di atasnnya.
3. Bagilah
tugas
pembuatan
preparat
pada
semua
anggota
kelompok. Berilah kode pada setiap kaca benda.
4. Buatlah:
a. Pembuatan preparat bawang merah (Allium cepa)
1)
Bawang merah dikupas dan diambil selaput bagian dalam
umbi lapis
2) Kemudian ambil bagian transparan berupa selaput sel tipis
dengan menggunakan pinset, lalu diletakan di atas kaca
128
objek yang telah ditetesi air, kemudian tutup dengan kaca
penutup usahakan jangan sampai terdapat gelembung udara.
3) Amati
dengan
mengunakan
mikroskop
cahaya
dengan
perbesaran lemah hingga kuat.
b. Pembuatan preparat Rhoe discolor
1) Daun rhoe discolor bagian bawah diris tipis secara
membujur
2) Irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi
penutup
3) Diamati sel epidermis
c. Pembuatan preparat tangkai daun papaya
1)
Tangkai daun papaya diris tipis secara melintang
2) Irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi
penutup
3) Diamati jaringan parenkim
Evaluasi
Diskusikan soal-soal berikut dengan teman sekelompok
1. Bagaimanakah struktur dan bentuk sel daun Rhoe discolor ?
Jawab:
2. Adakah perbedaan struktur antara sel daun Rhoe discolor dengan sel
Allium cepa?
Jawab:
3. Pada preparat manakah terlihat susunan sel-selnya yang sangat rapat?
Jawab:
4. Apakah preparat tangkai daun pepaya terlihat memiliki sel-sel berbentuk
segi enam?
Jawab:
129
5. Pada preparat tangkai daun papayamu, adakah sel yang berbentuk selain
segi enam?
Jawab:
6. Adakah perbedaan antara struktur sel pada preparat tangkai daun pepaya
dengan rhoe discolor? Coba terangkan!
Jawab:
7. Apakah pada sel-sel tangkai daun pepaya terlihat adanya klorofil?
Jawab:
8. Jaringan manakah yang terlihat memiliki ruang-ruang antar sel?
Jawab:
9. Dari ketiga preparat yang telah kalian buat, pada preparat manakah terlihat
adanya stomata?
Jawab:
10. Pada perbesaran berapakah preparat tangkai daun papaya dapat terlihat
jelas?
Jawab:
11. Berikanlah kesimpulan tentang hal-hal yang telah kalian ketahui pada
praktikum kali ini?
Jawab:
Nama Kelompok
:
130
LKS 2
STRUKTUR JARINGAN TUMBUHAN
Tujuan
Mengamati macam-macam struktur jaringan parenkim
Alat dan bahan
1. Alat
a. Mikroskop
b. Silet / skapel stainless
c. Kaca preparat
d. Penutup preparat (cover glass)
e. Beaker glass
f. Pipet tetes
g. Tissu
2. Bahan
a. Batang Eceng gondok
b. Lidah buaya
c. Empulur Singkong (Manihot esculenta)
Cara Kerja
1. Sebelum melakukan praktikum siapkanlah mikroskop cahaya dan
bersihkan sehingga mikroskop siap untuk mengamati.
2. Bersihkan kaca benda dan teteskan air di atasnnya.
3. Bagilah
tugas
pembuatan
preparat
pada
semua
anggota
kelompok. Berilah kode pada setiap kaca benda.
4. Buatlah:
1. Pembuatan preparat batang eceng gondok
a. Batang eceng gondok diris tipis secara melintang
b. Irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi
penutup
c. Diamati sel parenkimnya dari perbesaran lemah hingga kuat
2. Pembuatan preparat empulur batang singkong
a. Iris secara melintang empulur batang Manihot esculenta
setipis mungkin
b. Beri air dan tutup dengan cover glass
c. Diamati sel parenkim dari perbesaran lemah hingga kuat
3. Pembuatan preparat Lidah buaya
131
a. Lidah buaya diris tipis secara melintang
b. Irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi
penutup
c. Diamati sel parenkim dari perbesaran lemah hingga kuat
Evaluasi
Diskusikan soal-soal berikut dengan teman sekelompok.
1. Pada preparat manakah terdapat jaringan yang tersusun atas
sel-sel yang berongga besar?
Jawab:
2. Apakah terdapat klorofil pada jaringan eceng gondok yang kalian
amati?
Jawab:
3. Berdasarkan
pengamatanmu,
apa
saja
perbedaan
antara
jaringan eceng gondok dengan empulur Manihot utilisima
(singkong)?
Jawab:
4. Pada preparat manakah terdapat bagian bening serupa air?
Jawab:
5. Berdasarkan pengamatan struktur jaringan ketiga preparat yang
telah dibuat, dapatkah kalian membedakan masing-masing fungsi
jaringan parenkim dari ketiga tumbuhan tersebut?
Jawab:
6. Pada perbesaran berapakah sel-sel preparat eceng gondok dapat
terlihat?
Jawab:
132
7. Berikanlah kesimpulan tentang hal-hal yang telah kalian ketahui
pada praktikum kali ini?
Jawab:
Nama Kelompok
:
Anggota
:
133
LKS 3
STRUKTUR JARINGAN TUMBUHAN
Tujuan
Mengamati struktur jaringan penyokong (kolenkim)
Membuktikan pengangkutan air dan zat terlarut (mineral) melalui xilem
Alat dan bahan
1. Alat
a.
Mikroskop
b.
Silet / skapel stainless
c.
Kaca preparat
d.
Penutup preparat
e.
Beaker glass
f.
Pipet tetes
g.
Tissu
2. Bahan
a.
Batang tanaman cabai
b.
Tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina)
c.
Eosin
Cara Kerja Bagian 1
1. Buatlah larutan eosin di dalam beaker glass 300ml/500 ml
2. Ambillah tumbuhan pacar air dan potong akarnya, kemudian
masukkan batangnya ke dalam beaker glass yang berisi larutan
eosin dan biarkan selama 15 menit
3. Setelah itu ambillah batang tumbuhan pacar air tersebut dan
buat irisan melintang tipis untuk diamati di bawah mikroskop
Cara Kerja Bagian 2
1. Sebelum melakukan praktikum siapkanlah mikroskop cahaya dan
bersihkan sehingga mikroskop siap untuk mengamati.
2. Bersihkan kaca benda dan teteskan air di atasnya.
134
3. Bagilah
tugas
pembuatan
preparat
pada
semua
anggota
kelompok. Berilah kode pada setiap kaca benda.
4. Buatlah
1. Preparat batang cabai
a. Batang cabai diris tipis secara melintang
b. irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi penutup
c. Diamati sel kolenkim beserta penebalan sudut-sudutnya
2. Preparat batang pacar air
a. Batang pacar air diiris tipis secara melintang
b. irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi penutup
c. Diamati susunan berkas pengangkutnya
Evaluasi
Diskusikan soal-soal berikut dengan teman sekelompok.
1. Apakah pada batang yang telah direndam eosin hanya xylem saja yang
terlihat berwarna merah? Jelaskan bentuk sel-sel xylem tersebut!
Jawab:
2. Apakah susunan berkas pengangkut pada pacar air terlihat beraturan
namun tidak merata hingga empulur?
Jawab:
3. Menurutmu, proses pengangkutan eosin tersebut
intravaskular atau ekstravaskular? berikan alasanmu!
Jawab:
termasuk
4. Apakah pada preparat batang cabai terlihat adanya penebalan di sudutsudut selnya?
Jawab:
5. Pada perbesaran berapakah sel-sel batang cabai dapat terlihat jelas?
Jawab:
135
6. Berikanlah kesimpulan tentang hal-hal yang telah kalian ketahui pada
praktikum kali ini?
Jawab:
Nama kelompok :
136
LKS 4
STRUKTUR JARINGAN TUMBUHAN
Tujuan
Membedakan struktur jaringan penyusun batang tanaman monokotil dan
dikotil
Alat dan Bahan
Alat : Mikroskop
Bahan :
Batang Monokotil (awetan)
Batang Dikotil (awetan)
Cara kerja :
Penampang lintang batang preparat awetan. Perhatikan letak
berkas-berkas pengangkut terdiri atas phloem dan xylem.
Pertanyaan
1. Manakah gambar berikut yang mirip dengan preparat yang telah
kalian amati ?
A.
B
Jawab:
2. Apakah pada preparat yang kalian amati terdapat susunan
berkas pengangkut yang tidak beraturan?
Jawab:
137
3. Berikanlah kesimpulan tentang hal-hal yang telah kalian ketahui
pada praktikum kali ini?
Jawab:
Nama Kelompok
:
138
Lampiran 10
LKS 1
STRUKTUR JARINGAN TUMBUHAN
Tujuan
Mengamati struktur jaringan epidermis
Mengamati perbedaan struktur jaringan epidermis dengan jaringan parenkim
Alat dan bahan
1. Alat
h. Mikroskop
i. Silet / skapel stainless
j. Kaca preparat
k. Penutup preparat
l. Beaker glass
m. Pipet tetes
n. Tissu
2. Bahan
e. Bawang merah (Allium cepa)
f. Daun Rhoe discolor
g. Tangkai daun pepaya yang masih muda
Cara Kerja
5. Sebelum melakukan praktikum siapkanlah mikroskop cahaya dan
bersihkan sehingga mikroskop siap untuk mengamati.
6. Bersihkan kaca benda dan teteskan air di atasnnya.
7. Bagilah tugas pembuatan preparat pada semua anggota kelompok. Berilah
kode pada setiap kaca benda.
8. Buatlah:
a. Pembuatan preparat bawang merah (Allium cepa)
4) Bawang merah dikupas dan diambil selaput bagian dalam umbi
lapis
5) Kemudian ambil bagian transparan berupa selaput sel tipis dengan
menggunakan pinset, lalu diletakan di atas kaca objek yang telah
ditetesi air, kemudian tutup dengan kaca penutup usahakan jangan
sampai terdapat gelembung udara.
6) Amati dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran
lemah hingga kuat.
b. Pembuatan preparat Rhoe discolor
4) Daun rhoe discolor diris tipis secara melintang
5) Irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi penutup
139
6)
Diamati sel epidermis
c. Pembuatan preparat tangkai daun papaya
4) Tangkai daun papaya diris tipis
5) Irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi penutup
6) Diamati jaringan parenkim
Evaluasi
Diskusikan soal-soal berikut dengan teman sekelompok.
12. Sebutkan ciri-ciri yang dimiliki oleh jaringan epidermis?
Jawab:
13. Jelaskan perbedaan antara struktur jaringan epidermis dan parenkim?
Jawab:
14. Jelaskan fungsi jaringan epidermis?
Jawab:
15. Berikanlah kesimpulan tentang hal-hal yang telah kalian ketahui pada
praktikum kali ini?
Jawab:
Nama kelompok
:
Anggota
:
140
LKS 2
STRUKTUR JARINGAN TUMBUHAN
Tujuan
Mengamati macam-macam jaringan parenkim
Mengamati struktur jaringan parenkim aerenkim, parenkim penimbun
Alat dan bahan
1. Alat
h. Mikroskop
i. Silet / skapel stainless
j. Kaca preparat
k. Penutup preparat (cover glass)
l. Beaker glass
m. Pipet tetes
n. Tissu
2. Bahan
a. Batang Eceng gondok
b. Lidah buaya
c. Empulur Singkong
Cara Kerja
5. Sebelum melakukan praktikum siapkanlah mikroskop cahaya dan
bersihkan sehingga mikroskop siap untuk mengamati.
6. Bersihkan kaca benda dan teteskan air di atasnnya.
7. Bagilah tugas pembuatan preparat pada semua anggota kelompok. Berilah
kode pada setiap kaca benda.
8. Buatlah:
1. Pembuatan preparat batang eceng gondok
a. Batang eceng gondok diris tipis secara melintang
b. Irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi penutup
c. Diamati sel parenkimnya
2. Pembuatan preparat empulur singkong
d. Sayat batang Manihot esculenta (singkong) secara melintang setipis
mungkin
e. Beri air dan tutup dengan cover glass
f. Diamati sel parenkimnya
3. Pembuatan preparat Lidah buaya
a. Lidah buaya diris tipis secara melintang
b. Irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi penutup
c. Diamati sel parenkim
141
Evaluasi
Diskusikan soal-soal berikut dengan teman sekelompok.
8. Bagaimanakah struktur sel pada preparat eceng gondok?
Jawab:
9. Jelaskan fungsi jaringan parenkim pada empulur singkong?
Jawab:
10. Sebutkan jenis-jenis jaringan parenkim yang kalian ketahui?
Jawab:
11. Berikanlah kesimpulan tentang hal-hal yang telah kalian ketahui pada
praktikum kali ini?
Jawab:
Nama kelompok :
Anggota
:
142
LKS 3
STRUKTUR JARINGAN TUMBUHAN
Tujuan
Mengamati struktur jaringan kolenkim dan sklerenkim
Membuktikan pengangkutan air dan zat terlarut (mineral) melalui xilem
Alat dan bahan
1. Alat
h. Mikroskop
i. Silet / skapel stainless
j. Kaca preparat
k. Penutup preparat
l. Beaker glass
m. Tissu
2. Bahan
d. Batang tanaman cabai
e. Tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina)
f. Eosin
Cara Kerja Bagian 1
4. Buatlah larutan eosin di dalam beaker glass 300 ml/500 ml
5. Ambillah tumbuhan pacar air dan potong akarnya, kemudian masukkan
batangnya ke dalam beaker glass yang berisi larutan eosin dan biarkan
selama 15 menit
6. Setelah itu ambillah batang tumbuhan pacar air tersebut dan buat irisan
tipis untuk diamati di bawah mikroskop
Cara Kerja Bagian 2
5. Sebelum melakukan praktikum siapkanlah mikroskop cahaya dan
bersihkan sehingga mikroskop siap untuk mengamati.
6. Bersihkan kaca benda dan teteskan air di atasnnya.
7. Bagilah tugas pembuatan preparat pada semua anggota kelompok. Berilah
kode pada setiap kaca benda.
8. Buatlah
1. Pembuatan preparat batang tanaman cabai
a. Batang diris tipis
b. irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi penutup
c. Diamati sel kolenkim beserta penebalan sudut-sudutnya
2. Preparat batang pacar air
a. Batang pacar air diiris tipis secara melintang
b. irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi penutup
c. Diamati susunan berkas pengangkutnya
143
3. Preparat batang seledri
a. Batang seledri diiris tipis secara melintang
b. irisan diletakkan pada gelas preparat diberi air dan diberi penutup
c. Diamati sel kolenkim beserta penebalan sudut-sudutnya
Evaluasi
Diskusikan soal-soal berikut dengan teman sekelompok.
7. Mengapa pada batang pacar air yang direndam eosin sel-sel xylem
terlihat berwarna merah?
Jawab:
8. Jelaskan fungsi xylem dan floem pada tumbuhan?
Jawab:
9. Jelaskan ciri yang dimiliki oleh jaringan kolenkim?
Jawab:
10. Jelaskan berlangsungnya proses intravaskuler pada tumbuhan?
Jawab:
11. Berikanlah kesimpulan tentang hal-hal yang telah kalian ketahui pada
praktikum kali ini?
Jawab:
Nama kelompok
:
Anggota
:
144
LKS 4
STRUKTUR JARINGAN TUMBUHAN
Tujuan
Membedakan struktur jaringan penyusun batang tanaman monokotil dan dikotil
Alat dan Bahan
Alat : Mikroskop
Bahan :
Batang Monokotil (awetan)
Batang Dikotil (awetan)
Cara kerja :
Penampang lintang batang preparat awetan. Perhatikan hypodermis
yang berupa sel-sel sklerenkim, berkas-berkas pengangkut terdiri
atas phloem dan xylem.
Pertanyaan
4. Sebutkan macam-macam berkas pengangkut berdasarkan letaknya? Coba
jelaskan!
Jawab:
5. Jelaskan perbedaan-perbedaan antara batang tanaman dikotil dan
monokotil?
Jawab:
6. Berikanlah kesimpulan tentang hal-hal yang telah kalian ketahui pada
praktikum kali ini?
Jawab:
Nama kelompok :
Anggota
:
145
Lampiran 11
Hasil Observasi
Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
No
1.
Tahapan
Awal
Uraian Kegiatan
a. Guru mengajukan apersepsi
b. Guru membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok
2.
Inti
Fase Planning
a. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
Fase Retrieving
a. Guru mengajukan pertanyaan
produktif
b. Guru memberi kesempatan
siswa untuk berhipotesis/
berpendapat/bertanya
Fase Processing
a. Guru mengawasi jalannya
praktikum
b. Guru memberi bimbingan jika
diperlukan
Fase Creating
a. Guru meminta siswa
mendiskusikan hasil
pengamatan dengan teman
sekelompok dan mencatatnya
b. Guru meminta siswa
menjawab pertanyaanpertanyan LKS
Fase Sharing
a. Guru meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok
b. Guru meminta siswa
menyimak presentasi dan
menghargai pendapat dari
siswa yang lain
146
Keterangan
Ya
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
No
Tahapan
Uraian Kegiatan
c. Guru memberi kesempatan
siswa dari kelompok lain
untuk bertanya/berpendapat
Fase Evaluating
a. Guru mengevaluasi presentasi
kelompok
3.
Penutup
Keterangan
Ya
Tidak
√
√
b. Guru memberikan materi
tambahan jika diperlukan
√
c. Guru mengajukan pertanyaan
untuk mengetahui penguasaan
siswa atas hal-hal yang telah
dipraktikumkan
√
Guru membimbing siswa
membuat kesimpulan
√
Jumlah
100%
147
Lampiran 12
DESKRIPSI PERTANYAAN GURU SUBKONSEP JARINGAN
EPIDERMIS
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pertanyaan Guru
Jenis dan Sifat Pertanyaan
Guru
Pertanyaan Lisan
Ada yang masih ingat, organ-organ apa
sajakah yang dimiliki tumbuhan?
Siapa yang tidak berhasil mendapatkan
Rhoe discolor?
Apakah pada kedua organ tumbuhan
ini terdapat jaringan epidermis ? (Guru
sambil menunjuk bawang merah dan
daun Rhoe discolor)
Apakah kedua organ tanaman ini
memiliki struktur jaringan epidermis
yang sama? (Guru sambil menunjuk
bawang merah dan daun Rhoe
discolor)
Ada yang tahu bagaimana membuat
preparat segar dari tangkai daun
pepaya ?
Pertanyaan diskusi dalam LKS
Berdasarkan pengamatan
mikroskopmu, bagaimanakah struktur
dan bentuk sel daun Rhoe discolor?
Adakah perbedaan struktur antara sel
daun Rhoe discolor dengan sel Allium
cepa?
Pada preparat manakah terlihat
susunan sel-selnya yang sangat rapat?
Apakah preparat tangkai daun pepaya
terlihat memiliki sel-sel berbentuk segi
enam?
Pada preparat tangkai daun pepayamu,
adakah sel yang berbentuk selain segi
enam?
Adakah perbedaan antara struktur dan
bentuk sel pada preparat tangkai daun
pepaya dengan rhoe discolor?
Apakah pada sel-sel tangkai daun
148
Non produktif
Non produktif
Memusatkan perhatian
(Produktif)
Melakukan tindakan
(Produktif)
Non produktif
Melakukan tindakan
(Produktif)
Membandingkan (Produktif)
Melakukan tindakan
(Produktif)
Melakukan tindakan
(Produktif)
Melakukan tindakan
(Produktif)
Membandingkan (Produktif)
Melakukan tindakan
No
13
14
15
16
Pertanyaan Guru
Jenis dan Sifat Pertanyaan
Guru
(Produktif)
Melakukan tindakan
(Produktif)
Melakukan tindakan
(Produktif)
pepaya terlihat adanya klorofil?
Jaringan manakah yang terlihat
memiliki ruang-ruang antar sel?
Dari ketiga preparat yang telah kalian
buat, pada preparat manakah terlihat
adanya stomata?
Mengukur (Produktif)
Pada perbesaran berapakah preparat
tangkai daun pepaya dapat terlihat
jelas?
Berikan kesimpulan tentang hal-hal
Non Produktif
yang telah kalian ketahui pada
praktikum ini?
Sumber : Pengolahan data hasil rekaman audio selama pembelajaran
149
DESKRIPSI PERTANYAAN GURU SUBKONSEP STRUKTUR
JARINGAN DASAR
No
Pertanyaan Guru
Jenis dan Sifat
Pertanyaan Produktif
Pertanyaan Lisan
1
ada yang masih ingat sel-sel pada tangkai daun
Non produktif
pepaya bagaimana bentuknya?
2
jika kedua tanaman ini ibu masukkan ke dalam
Memusatkan perhatian
air, manakah tanaman yang akan mengapung?
(Produktif)
(Guru sambil menunjuk tanaman lidah buaya dan
eceng gondok)
3
Mengapa eceng gondok dapat mengapung?
Non produktif
4
Menurut kalian apakah struktur parenkim kedua
Membandingkan
tanaman ini sama? (Guru sambil menunjuk
(Produktif)
tanaman lidah buaya dan eceng gondok)
5
Jaringan manakah yang memiliki rongga-rongga Melakukan tindakan
sel paling besar? (Guru sambil menunjuk
(Produktif)
tanaman lidah buaya, empulur singkong dan
eceng gondok)
Pertanyaan diskusi dalam LKS
6
Apakah terdapat klorofil pada jaringan eceng Melakukan tindakan
(Produktif)
gondok yang kalian amati?
7
Berdasarkan pengamatanmu, apa saja perbedaan Membandingkan
antara jaringan eceng gondok dengan empulur (Produktif)
Manihot utilisima (singkong)?
8
Pada preparat manakah terdapat bagian bening Melakukan tindakan
(Produktif)
serupa air?
9
Berdasarkan pengamatan struktur jaringan ketiga Membandingkan
preparat yang telah dibuat, dapatkah kalian (Produktif)
membedakan masing-masing fungsi jaringan
parenkim dari ketiga tumbuhan tersebut?
10 Pada perbesaran berapakah sel-sel preparat eceng Mengukur (Produktif)
gondok dapat terlihat?
11 Berikan kesimpulan tentang hal-hal yang telah
Non Produktif
kalian ketahui pada praktikum ini?
Sumber : Pengolahan data hasil rekaman audio selama pembelajaran
150
DESKRIPSI PERTANYAAN GURU
SUBKONSEP JARINGAN PENYOKONG DAN PENGANGKUT
No
Pertanyaan Guru
Jenis dan Sifat
Pertanyaan Produktif
Pertanyaan Lisan
Ada yang masih ingat macam-macam
Non produktif
jaringan parenkim apa saja?
2
ada yang tahu fungsi eosin apa?
Non produktif
3
jika ibu rendam batang pacar air selama 15
Melakukan tindakan
menit kedalam larutan eosin apakah yang
(Produktif)
akan terjadi pada batang tersebut?
4
Apakah terdapat perbedaan struktur jaringan Membandingkan
antara batang yang direndam eosin dengan
(Produktif)
yang tidak?
5
Pada tumbuhan ada dua macam jaringan
Non produktif
pengangkut apa sajakah itu?
6
kalau xylem untuk menyalurkan air dan
Non produktif
mineral dari bawah ke atas kalau floem
berguna untuk apa?
7
apakah pada batang yang telah direndam
Melakukan tindakan
hanya xylem saja yang terwarnai oleh eosin? (Produktif)
8
apakah pada sel-sel batang cabai terdapat
Melakukan tindakan
adanya penebalan-penebalan sudut ?
(Produktif)
Pertanyaan diskusi dalam LKS
9
Apakah susunan berkas pengangkut pada Melakukan tindakan
pacar air terlihat beraturan namun tidak (Produktif)
merata hingga empulur?
10 Menurutmu, proses pengangkutan eosin
Memecahkan masalah
(Produktif)
tersebut termasuk intravaskular atau
ekstravaskular?
11 Pada perbesaran berapakah sel-sel batang Mengukur (Produktif)
cabai dapat terlihat jelas?
12 Berikan kesimpulan tentang hal-hal yang
Non Produktif
telah kalian ketahui pada praktikum ini?
Sumber : Pengolahan data hasil rekaman audio selama pembelajaran
1
151
DESKRIPSI PERTANYAAN GURU
SUBKONSEP JARINGAN PADA ORGAN TUMBUHAN
No
Pertanyaan Guru
Jenis dan Sifat
Pertanyaan Produktif
Pertanyaan Lisan
ada yang masih ingat, apa sajakah ciri-ciri
Non produktif
tanaman dikotil?
2
manakah dari kedua tanaman ini yang
Memusatkan perhatian
merupakan tanaman dikotil?
(Produktif)
3
Apakah kedua tanaman ini memiliki batang
Membandingkan
dengan struktur jaringan yang berbeda?
(Produktif)
4
pada preparat manakah terdapat berkas
Melakukan tindakan
pengangkut yang bertipe kolateral terbuka?
(Produktif)
5
Apakah fungsi floem pada tumbuhan?
Non produktif
Pertanyaan diskusi dalam LKS
6
Manakah gambar berikut yang mirip dengan Memecahkan masalah
(Produktif)
preparat yang telah kalian amati ?
7
Apakah pada preparat yang kalian amati Melakukan tindakan
terdapat susunan berkas pengangkut yang (Produktif)
tidak beraturan?
8
Berikan kesimpulan tentang hal-hal yang telah Non Produktif
kalian ketahui pada praktikum ini?
Sumber : Pengolahan data hasil rekaman audio selama pembelajaran
1
152
Lampiran 13
Data Nilai Kelas Eksperimen
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Pretes
28
28
25
25
31
25
17
28
25
17
25
36
25
39
25
31
14
3
39
14
22
19
17
33
33
6
31
28
31
31
153
Postes
72
58
81
81
81
72
94
64
94
94
83
56
72
72
83
83
94
81
64
64
81
56
58
56
94
83
83
81
81
81
N-Gain
0.61
0.42
0.75
0.75
0.81
0.63
0.93
0.50
0.92
0.93
0.77
0.31
0.63
0.54
0.77
0.75
0.93
0.80
0.41
0.58
0.76
0.46
0.49
0.34
0.91
0.82
0.75
0.74
0.72
0.72
Lampiran 14
Data Nilai Kelas Kontrol
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Pretes
17
28
14
14
14
14
14
19
17
28
17
36
37
33
6
25
25
28
25
6
33
31
6
25
3
31
28
3
19
28
25
25
25
25
154
Postes
42
53
61
61
75
53
61
67
67
42
61
83
67
67
67
67
83
75
47
39
75
61
61
53
83
47
61
75
47
44
67
39
75
39
N-Gain
0.30
0.35
0.55
0.55
0.71
0.45
0.55
0.59
0.60
0.19
0.53
0.73
0.48
0.51
0.65
0.56
0.77
0.65
0.29
0.35
0.63
0.43
0.59
0.41
0.82
0.23
0.46
0.74
0.35
0.22
0.56
0.19
0.67
0.19
155
156
157
158
Lampiran 19
Distribusi Frekuensi
Kelas Eksperimen
1. Pretes
a. Banyak data3
25
31
6
25
31
14
25
31
14
25
31
17
b. Nilai terbesar
Nilai terkecil
25
31
17
25
33
17
28
33
19
28
36
22
28
39
25
28
39
Nilai tengah
(Xi)
5,5
11,5
17,5
23,5
29,5
35,5
41,5
Xi2
fixi
fixi2
30,25
132,25
306,25
552,25
870,25
1260,25
1722,25
11
23
70
188
265,5
106,5
83
60,5
264,5
1221
4418
7832,25
3780,25
3444,25
= 39
=3
Rentang kelas = 39-3 = 36
c. Banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 30
K = 1 + 4,88
K = 5,88 ≈ 6
𝑅
d. Panjang kelas = 𝐾
Panjang kelas =
36
6
e. Tabel Distribusi Frekuensi
No
1
2
3
4
5
6
7
Interval
3-8
9-14
15-20
21-26
27-32
33-38
39-44
Jumlah
F
2
2
4
8
9
3
2
30
159
Mean π‘₯
𝑓𝑖π‘₯𝑖
=
=
𝑓𝑖
747
30
= 24,9 = 25
Median
1
2
= L2 + C
𝑛−𝐹
𝑓
1
2
= 20,5 + 6
30−8
8
= 20,5 + 6 0,875
= 20,5 + 5,25
= 25,75 = 26
Modus
= L+C
𝑑1
𝑑1+𝑑2
= 26,5 + 6
1
1+6
= 26,5 + 0,86
= 27,4 = 27
2. Postes
a. Banyak data
56
72
83
56
72
83
56
81
83
58
81
83
58
81
83
64
b. Nilai terbesar
= 94
Nilai terkecil
= 56
Rentang kelas
= 94-56 = 38
81
94
64
81
c. Banyak kelas (K)
K = 1+ 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 30
= 1 + 4,88
= 5,88 ≈ 6
160
94
64
81
94
72
81
94
72
81
94
𝑅
d. Panjang kelas = 𝐾
Panjang kelas =
38
6
= 6,46 ≈ 7
e. Tabel Distribusi Frekuensi
Nilai tengah
Xi2
fixi
fixi2
59
3481
295
17405
3
66
4356
198
13068
70-76
4
73
5329
292
21316
4
77-83
13
80
6400
1040
83200
5
84-90
0
87
7569
0
0
6
91-97
5
94
8836
282
44180
No
Interval
F
1
56-62
5
2
63-69
3
Jumlah
Mean π‘₯
=
=
(Xi)
30
𝑓𝑖π‘₯𝑖
𝑓𝑖
2295
30
= 76,5 = 77
Median
1
2
= L2 + C
𝑛−𝐹
𝑓
1
2
= 76,5 +7
30−12
13
= 76,5 + 7 0,231
= 76,5 + 1,6154
= 78, 1154 = 78
Modus
= L+C
𝑑1
𝑑1+𝑑2
= 76,5 + 7
9
9+13
= 76,5 + 2,86
= 79,36 = 79
161
Lampiran 20
Distribusi Frekuensi
Kelas Kontrol
1. Pretes
a. Banyak data
3
17
25
33
3
17
25
33
6
17
b. Nilai terbesar
25
36
6
19
28
36
14
25
28
14
25
28
14
25
28
14
25
31
14
25
31
= 36
Nilai terkecil
=3
Rentang kelas
= 36-3 = 33
c. Banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 34
K = 1 + 5,054
K = 6,054≈ 6
𝑅
d. Panjang kelas = 𝐾
Panjang kelas =
33
5
= 5,5 ≈ 6
e. Tabel Distribusi Frekuensi
Nilai tengah
Xi2
fixi
fixi2
5,5
30,25
27,5
151,25
5
11,5
132,25
57,5
661,25
15-20
5
17,5
306,25
87,5
1531,25
4
21-26
8
23,5
552,25
188
4418
5
27-32
7
29,5
870,25
206,5
6091,75
6
33-38
4
35,5
1260,25
142
5041
No
Interval
F
1
3-8
5
2
9-14
3
Jumlah
(Xi)
34
162
Mean π‘₯
𝑓𝑖π‘₯𝑖
=
=
𝑓𝑖
709
34
= 20,85 = 21
Median
1
2
= L2 + C
𝑛−𝐹
𝑓
1
2
= 20,5 + 6
34−15
8
= 20,5 + 6 0,25
= 20,5 + 1,5
= 22
Modus
= L+C
𝑑1
𝑑1+𝑑2
= 20,5 + 6
3
3+1
= 20,5 + 4,5
= 25
2. Postes
a. Banyak data
39
53
67
75
39
53
67
83
39
61
67
83
42
61
67
b. Nilai terbesar
= 83
Nilai terkecil
= 39
83
42
61
67
44
Rentang kelas = 83-39 = 44
c. Banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 34
K = 1 + 5,054
K = 6,054≈ 6
163
61
67
47
61
75
47
61
75
53
67
75
𝑅
d. Panjang kelas = 𝐾
Panjang kelas =
44
6
= 7,3 ≈ 7
e. Tabel Distribusi Frekuensi
Nilai tengah
Xi2
fixi
fixi2
42,5
1806,25
255
10837,5
3
50,5
2550,25
313
7650,75
55-62
3
58,5
3422,25
419,5
10266,75
4
63-70
7
66,5
4422,25
532
30955,75
5
71-78
8
74,5
5550,25
298
44402
6
79-86
4
82,5
6806,25
247,5
27,225
No
Interval
F
1
39-46
6
2
47-54
3
Jumlah
Mean π‘₯
=
=
(Xi)
34
𝑓𝑖π‘₯𝑖
𝑓𝑖
2065
34
= 60,74 = 61
Median
1
2
= L2 + C
𝑛−𝐹
𝑓
1
2
= 62,5 + 7
34−12
7
= 62,5 + 7 0,71
= 62,5 + 4,97
= 67,47 = 68
Modus
= L+C
𝑑1
𝑑1+𝑑2
= 70,5 + 7
1
1+4
= 70,5 + 7 (0,2)
= 71,9 = 72
164
Lampiran 21
UJI NORMALITAS
KELAS EKSPERIMEN
1. Pretes
β”‚Fz-
Zi
Z tabel
F(Z)
Sz
Szβ”‚
-2.3934
0.4916
0.0084
0.0333
0.0249
2
-2.0656
0.4808
0.0192
0.0666
0.0474
2
4
-1.1913
0.3830
0.1170
0.1333
0.0163
17
3
7
-0.8634
0.3051
0.1949
0.2333
0.0384
19
1
8
-0.6448
0.2422
0.2578
0.2666
0.0088
22
1
9
-0.3169
1.1255
0.3745
0.3000
0.0745
25
7
16
0.0109
0.0040
0.5040
0.5333
0.0293
28
4
20
0.3388
0.1331
0.6331
0.6666
0.0335
31
5
25
0.6667
0.2486
0.7486
0.8333
0.0847
33
2
27
0.8853
0.3106
0.8106
0.9000
0.0894
36
1
28
1.2131
0.3869
0.8869
0.9333
0.0464
39
2
30
1.5410
0.4382
0.9382
1.0000
0.0618
Xi
fi
Zn
3
1
1
6
1
14
L hitung = 0.0894
L tabel = 0.886/ 30
L tabel = 0.1618
L tabel > L hitung, maka data berdistribusi normal
2. Postes
β”‚Fz-
Zi
Z tabel
F(Z)
Sz
Szβ”‚
-1.8402
0.4671
0.0329
0.1000
0.0671
5
-1.6607
0.4515
0.0485
0.1667
0.1182
3
8
-1.1221
0.3686
0.1314
0.2667
0.1353
4
12
-0.4039
0.1554
0.3444
0.4000
0.0554
Xi
fi
Zn
56
3
3
58
2
64
72
165
81
8
20
0.4039
0.1554
0.6554
0.6667
0.0113
83
5
25
0.5835
0.2190
0.7190
0.8333
0.1143
94
5
30
1.5709
0.4418
0.9418
1.0000
0.0582
L hitung = 0.1353
L tabel = 0.886/ 30
L tabel = 0.1618
L tabel > L hitung, maka data berdistribusi normal
166
Lampiran 22
UJI NORMALITAS
KELAS KONTROL
1. Pretes
β”‚Fz-
Zn
Zi
Z tabel
F(Z)
Sz
Szβ”‚
2
-1.8402
0.4671
0.0329
0.0588
0.0259
3
5
-1.5309
0.4370
0.0630
0.1471
0.0841
14
5
10
-0.7062
0.2612
0.2388
0.2941
0.0553
17
3
13
-0.3969
0.1517
0.3483
0.3824
0.0341
19
2
15
-0.1907
0.0754
0.4246
0.4412
0.0166
25
8
23
-0.4278
0.1664
0.6664
0.6765
0.0101
28
5
28
-0.7371
0.2704
0.7704
0.8235
0.0531
31
2
30
1.0464
0.3531
0.8531
0.8824
0.0293
33
2
32
1.2526
0.3944
0.8944
0.9412
0.0468
36
2
34
1.5619
0.4406
0.9406
1.0000
0.0594
Xi
fi
3
2
6
L hitung = 0.0841
L tabel = 0.0886/ 34
L tabel = 0.1519
L tabel > L hitung, maka data berdistribusi normal
2. Postes
β”‚Fz-
Zn
Zi
Z tabel
F(Z)
Sz
Szβ”‚
3
-1.7594
0.4608
0.0392
0.0882
0.0490
2
5
-1.5374
0.4382
0.0618
0.1471
0.0853
44
1
6
-1.3893
0.4177
0.0823
0.1765
0.0942
47
3
9
-1.1673
0.3790
0.1210
0.2647
0.1437
53
3
12
-0.7232
0.2642
0.2358
0.3529
0.1171
Xi
fi
39
3
42
167
61
7
19
-0.1310
0.0517
0.4483
0.5588
0.1105
67
7
26
0.3131
0.1217
0.6217
0.7647
0.1430
75
5
31
0.9053
0.3184
0.8186
0.9118
0.0932
83
3
34
1.4974
0.4319
0.9319
1.0000
0.0681
L hitung = 0.1437
L tabel = 0.886/ 34
L tabel = 0.1519
L tabel > L hitung, maka data berdistribusi normal
168
Lampiran 23
Persiapan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen
No
Xi
fi
Xi2
fiXi
fiXi2
1
0.31
1
0.1
0.31
0.1
2
0.34
1
0.12
0.34
0.12
3
0.41
1
0.17
0.41
0.17
4
0.42
1
0.17
0.42
0.17
5
0.46
1
0.21
0.46
0.21
6
0.49
1
0.24
0.49
0.24
7
0.5
1
0.25
0.5
0.25
8
0.54
1
0.29
0.54
0.29
9
0.58
1
0.34
0.58
0.34
10
0.61
1
0.37
0.61
0.37
11
0.63
1
0.39
0.63
0.39
12
0.71
1
0.51
0.71
0.51
13
0.72
2
0.53
1.45
1.05
14
0.74
1
0.55
0.74
0.55
15
0.75
2
0.56
1.49
1.12
16
0.75
2
0.57
1.51
1.14
17
0.76
1
0.57
0.76
0.57
18
0.77
2
0.6
1.55
1.2
19
0.8
1
0.65
0.8
0.65
20
0.81
1
0.66
0.81
0.66
21
0.82
1
0.67
0.82
0.67
22
0.91
1
0.83
0.91
0.83
23
0.92
1
0.85
0.92
0.85
24
0.93
2
0.86
1.86
1.72
25
0.93
1
0.87
0.93
0.87
Rata-rata
0.66
SD
0.19
Varians
0.04
169
Lampiran 24
Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen
Xi
fi
Zn
Zi
Ztabel
F(z)
Sz
β”‚Fz-Szβ”‚
0.31
0.34
0.41
0.42
0.46
0.49
0.50
0.54
0.58
0.61
0.63
0.71
0.72
0.74
0.75
0.75
0.76
0.77
0.80
0.81
0.82
0.91
0.92
0.93
0.93
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
17
19
20
22
23
24
25
26
27
29
30
-2.06
-1.89
-1.52
-1.48
-1.26
-1.06
-1.02
-0.80
-0.57
-0.41
-0.32
0.16
0.22
0.28
0.34
0.38
0.40
0.49
0.66
0.70
0.74
1.25
1.30
1.34
1.36
0.48
0.47
0.44
0.43
0.40
0.36
0.35
0.29
0.22
0.16
0.13
0.06
0.09
0.11
0.13
0.15
0.15
0.19
0.25
0.26
0.27
0.39
0.40
0.41
0.41
0.02
0.03
0.06
0.07
0.10
0.14
0.15
0.21
0.28
0.34
0.37
0.56
0.59
0.61
0.63
0.65
0.65
0.69
0.75
0.76
0.77
0.89
0.90
0.91
0.91
0.03
0.07
0.10
0.13
0.17
0.20
0.23
0.27
0.30
0.33
0.37
0.40
0.47
0.50
0.57
0.63
0.67
0.73
0.77
0.80
0.83
0.87
0.90
0.97
1.00
0.05
0.00
0.04
0.06
0.06
0.06
0.08
0.05
0.02
0.01
0.01
0.04
0.12
0.11
0.07
0.01
0.02
0.05
0.02
0.04
0.06
0.03
0.00
0.06
0.09
L hitung = 0.12
L tabel = 0.886/ 30
L tabel = 0.16
L tabel > L hitung, maka data berdistribusi normal
170
Lampiran 25
Persiapan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol
No
Xi
fi
Xi2
fiXi
fiXi2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
0.19
0.19
0.22
0.23
0.29
0.3
0.35
0.35
0.35
0.41
0.43
0.45
0.46
0.48
0.51
0.53
0.55
0.56
0.59
0.59
0.6
0.63
0.65
0.65
0.67
0.71
0.73
0.74
0.77
0.82
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0.03
0.04
0.05
0.05
0.09
0.09
0.12
0.12
0.12
0.17
0.19
0.21
0.21
0.23
0.26
0.28
0.3
0.31
0.34
0.35
0.36
0.39
0.42
0.43
0.44
0.5
0.54
0.55
0.6
0.68
0.37
0.19
0.22
0.23
0.29
0.3
0.35
0.35
0.35
0.41
0.43
0.45
0.45
0.48
0.51
0.53
1.64
1.12
0.59
0.59
0.6
0.63
0.65
0.65
0.67
0.71
0.73
0.74
0.77
0.82
0.07
0.04
0.05
0.05
0.09
0.09
0.12
0.12
0.12
0.17
0.19
0.21
0.21
0.23
0.26
0.28
0.9
0.63
0.34
0.35
0.36
0.39
0.42
0.43
0.44
0.5
0.54
0.55
0.6
0.68
Rata-rata
SD
Varians
0.50
0.18
0.03
171
Lampiran 26
Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol
Xi
fi
Zn
Zi
Ztabel
F(z)
Sz
β”‚Fz-Szβ”‚
0.19
0.19
0.22
0.23
0.29
0.30
0.35
0.35
0.35
0.41
0.43
0.45
0.46
0.48
0.51
0.53
0.55
0.56
0.59
0.59
0.60
0.63
0.65
0.65
0.67
0.71
0.73
0.74
0.77
0.82
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
21
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
-1.99
-1.95
-1.77
-1.70
-1.31
-1.26
-0.97
-0.96
-0.93
-0.53
-0.39
-0.27
-0.24
-0.07
0.07
0.22
0.33
0.41
0.58
0.62
0.69
0.85
0.98
1.01
1.10
1.38
1.54
1.59
1.79
2.12
0.48
0.47
0.46
0.46
0.40
0.40
0.33
0.33
0.32
0.20
0.15
0.11
0.09
0.03
0.03
0.09
0.13
0.16
0.22
0.23
0.25
0.30
0.34
0.34
0.36
0.41
0.44
0.44
0.46
0.48
0.02
0.03
0.04
0.04
0.10
0.10
0.17
0.17
0.18
0.30
0.35
0.39
0.41
0.47
0.53
0.59
0.63
0.66
0.72
0.73
0.75
0.80
0.84
0.84
0.86
0.91
0.94
0.94
0.96
0.98
0.06
0.09
0.12
0.15
0.18
0.21
0.27
0.26
0.29
0.32
0.35
0.38
0.41
0.50
0.53
0.57
0.60
0.62
0.68
0.03
0.74
0.87
0.79
0.93
0.97
0.88
0.91
0.94
0.97
1.00
0.04
0.06
0.08
0.10
0.08
0.10
0.10
0.10
0.12
0.03
0.00
0.01
0.01
0.03
0.01
0.02
0.03
0.04
0.04
0.07
0.02
0.06
0.04
0.08
0.01
0.03
0.03
0.00
0.01
0.02
L hitung = 0.12
L tabel = 0.886/ 34
L tabel = 0.15
L tabel > L hitung, maka data berdistribusi normal
172
Lampiran 27
Persiapan Uji Homogenitas Pretes
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua
varians atau uji fisher. Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui sama
atau tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi. Rumus uji homogenitas yang
digunakan adalah uji fisher, dengan rumus:
𝑆12
Fhitung = 𝑆22
=
𝑆 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿ 2
𝑆 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘˜π‘’π‘π‘–π‘™ 2
Dimana,
𝑆𝑖 2 =
𝑁π‘₯
𝑓𝑖 π‘₯𝑖 2 − (𝑓𝑖π‘₯𝑖 )2
𝑛(𝑛−1)
atau 𝑆𝑖 2 = π‘†π‘‘π‘Žπ‘›π‘‘π‘Žπ‘Ÿ π‘‘π‘’π‘£π‘–π‘Žπ‘ π‘–
2
Untuk menguji homogenitas populasi, maka penulis menempuh beberapa
langkah berikut:
a. Merumuskan hipotesis
H0 = Data memiliki varians yang homogen
Ha = Data tidak memiliki varians yang homogen
b. Kriteria pengujian
1) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians
kedua populasi homogen
2) Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti varians kedua
populasi tidak homogen
c. Jumlah sampel N1 = 30
Jumlah sampel N2 = 34
d. Derajat kebebasan
Penyebut (varians terkecil): dk2 = N-1 = 30-1 = 29
Pembilang (varians terbesar): dk1 = N-1 = 34-1 = 33
e. Menentukan nilai Ftabel
173
Untuk dk penyebut 29 dan dk pembilang 33 (0.05:29:33) tidak
terdapat pada F tabel, maka digunakan dk penyebut dan dk
pembilang yang terdekat, yaitu dk penyebut 29 dan 40 (0.05:29:40).
Adapun F tabel dengan dk penyebut 29 dan dk pembilang 40 pada
taraf signifikansi 5% adalah 1.80
f. Menentukan Fhitung
Fhitung
𝑆12
= 𝑆22
89.87
= 75.17
= 1.20
Karena Fhitung < Ftabel ; 1.2 < 1.8, maka H0 diterima yang berarti
bahwa kedua
sampel memiliki variansi populasi yang homogen.
174
Lampiran 28
Persiapan Uji Homogenitas Postes
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua
varians atau uji fisher. Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui sama
atau tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi. Rumus uji homogenitas yang
digunakan adalah uji fisher, dengan rumus:
𝑆12
Fhitung = 𝑆22
=
𝑆 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿ 2
𝑆 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘˜π‘’π‘π‘–π‘™ 2
Dimana,
𝑆𝑖 2 =
𝑓𝑖 π‘₯𝑖 2 − (𝑓𝑖π‘₯𝑖 )2
𝑁π‘₯
𝑛(𝑛−1)
atau 𝑆𝑖 2 = π‘†π‘‘π‘Žπ‘›π‘‘π‘Žπ‘Ÿ π‘‘π‘’π‘£π‘–π‘Žπ‘ π‘–
2
Untuk menguji homogenitas populasi, maka penulis menempuh beberapa
langkah berikut:
a. Merumuskan hipotesis
H0 = Data memiliki varians yang homogen
Ha = Data tidak memiliki varians yang homogen
b. Kriteria pengujian
1) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians kedua
populasi homogen
2) Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti varians kedua
populasi tidak homogen
c. Jumlah sampel N1 = 30
Jumlah sampel N2 = 34
d. Derajat kebebasan
Penyebut (varians terkecil): dk2 = N-1 = 30-1 = 29
Pembilang (varians terbesar): dk1 = N-1 = 34-1 = 33
e. Menentukan nilai Ftabel
175
Untuk dk penyebut 29 dan dk pembilang 33 (0.05:29:33) tidak terdapat
pada F tabel, maka digunakan dk penyebut dan dk pembilang yang
terdekat, yaitu dk penyebut 29 dan 40 (0.05:29:40). Adapun F tabel
dengan dk penyebut 29 dan dk pembilang 40 pada taraf signifikansi 5%
adalah 1.80
f. Menentukan Fhitung
𝑆12
Fhitung = 𝑆22
179.56
= 151.78
= 1.18
Karena Fhitung < Ftabel ; 1.18 < 1.80, maka H0 diterima yang berarti bahwa
kedua sampel memiliki variansi populasi yang homogen.
176
Lampiran 29
Uji Hipotesis Data Pretes
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada hasil
pretes siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji hipotesis yang
digunakan adalah Uji-t karena berdasarkan hasil perhitungan secara statistic data
pretes terdistribusi normal dan homogen.
𝑀1−𝑀2
to = 𝑆𝐸
𝑀 1−𝑀 2
Langkah-langkah perhitungan Uji-t adalah sebagai berikut:
6. Mencari Mean yaitu M =
𝑓𝑖π‘₯𝑖
𝑓𝑖
𝑓𝑖 π‘₯𝑖 2 − ( 𝑓𝑖π‘₯𝑖 )2
𝑁π‘₯
7. Mencari Standar Deviasi (SD) =
𝑛(𝑛−1)
8. Mencari Standat Error Mean (SEM). yaitu SEM =
𝑆𝐷
𝑁−1
9. Mencari Standar Error dari perbedaan mean (SEM1-M2) antar variabel,
yaitu:
SEM1-M2 =
𝑆𝐸𝑀1
2
+ 𝑆𝐸𝑀2
2
𝑀1−𝑀2
10. Mencari “t” atau “to”, yaitu to = 𝑆𝐸
𝑀 1−𝑀 2
Tabel Perhitungan Uji-t Pretes Kelompok Eksperimen
No
Xi
F
Xi2
fixi
fixi2
1
3
1
9
3
9
2
6
1
36
6
36
3
14
2
196
28
392
4
17
3
289
51
867
5
19
1
361
19
361
6
22
1
484
22
484
7
25
7
625
175
4375
8
28
4
784
112
3136
177
No
Xi
F
Xi2
fixi
fixi2
9
31
5
961
155
4805
10
33
2
1089
66
2178
11
36
1
1296
36
1296
12
39
2
1521
78
3042
Jumlah
273
30
7651
751
20981
Tabel Perhitungan Uji-t Pretes Kelompok Kontrol
No
Xi
F
Xi2
fixi
fixi2
1
3
2
9
6
18
2
6
3
36
18
108
3
14
5
196
70
980
4
17
3
289
51
867
5
19
2
361
38
722
6
25
8
625
200
5000
7
28
5
784
140
3920
8
31
2
961
62
1922
9
33
2
1089
66
2178
10
36
2
1296
72
2592
Jumlah
212
34
5646
723
18307
MI
25
M2
21.29
SD1
8.67
SD2
9.48
SEM1
1.58
SEM2
1.62
Standar error
2.28
to
1.64
df = N-2 = 64-2 = 62 (dikonsultasikan tabel nilai “t”), ternyata dalam tabel
tidak dapat df sebesar 62, maka dapat dipergunakan df yang terdekat yaitu df
178
sebesar 60. Dengan df 60 diperoleh harga kritik “t” pada tabel atau T tabel yaitu
2.00 pada taraf signifikansi 5%.
Dengan demikian t0 lebih kecil dari ttabel, yaitu 1.64 < 2.00. Karena itu H0
diterima. Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
kelompok eksperimen dan kontrol sebelum diberikan perlakuan.
179
Lampiran 30
Uji Hipotesis Data Postes
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada hasil
postes siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji hipotesis yang
digunakan adalah Uji-t karena berdasarkan hasil perhitungan secara statistik data
postes terdistribusi normal dan homogen.
𝑀1−𝑀2
to = 𝑆𝐸
𝑀 1−𝑀 2
Langkah-langkah perhitungan Uji-t adalah sebagai berikut:
1. Mencari Mean yaitu M =
𝑓𝑖π‘₯𝑖
𝑓𝑖
𝑓𝑖 π‘₯𝑖 2 − ( 𝑓𝑖π‘₯𝑖 )2
𝑁π‘₯
2. Mencari Standar Deviasi (SD) =
𝑛(𝑛−1)
3. Mencari Standat Error Mean (SEM). yaitu SEM =
𝑆𝐷
𝑁−1
4. Mencari Standar Error dari perbedaan mean (SEM1-M2) antar variabel,
yaitu:
SEM1-M2 =
𝑆𝐸𝑀1
2
+ 𝑆𝐸𝑀2
2
𝑀1−𝑀2
5. Mencari “t” atau “to”, yaitu to = 𝑆𝐸
𝑀 1−𝑀 2
Tabel Perhitungan Uji-t Pretes Kelompok Eksperimen
No
Xi
F
Xi2
fixi
fixi2
1
56
3
3136
168
9408
2
58
2
3364
116
6728
3
64
3
4096
192
12288
4
72
4
5184
288
20736
5
81
8
6561
641
52488
6
83
5
6889
415
34445
7
94
5
8836
470
44180
Jumlah
508
30
38066
2290
180273
180
Tabel Perhitungan Uji-t Postes Kelompok Kontrol
No
Xi
F
Xi2
fixi
fixi2
1
39
3
1521
117
4563
2
42
2
1764
84
3528
3
44
1
1936
44
1936
4
47
3
2209
141
6627
5
53
3
2809
159
8427
6
61
7
3721
427
26047
7
67
7
4489
469
31423
8
75
5
5625
375
28125
9
83
3
6889
249
20667
Jumlah
511
34
30963
2065
131343
MI
76.57
M2
60.74
SD1
12.32
SD2
13.39
SEM1
2.25
SEM2
2.29
Standar error
3.23
to
4.90
df = N-2 = 64-2 = 62 (dikonsultasikan tabel nilai “t”), ternyata dalam tabel
tidak dapat df sebesar 62, dapat dipergunakan df yang terdekat yaitu df sebesar 60.
Dengan df 60 diperoleh harga kritik “t” pada tabel atau T tabel yaitu 2.00 pada taraf
signifikansi 5%.
Dengan demikian t0 lebih besar dari ttabel, yaitu 4.90 > 2.00. Karena itu Ha
diterima. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok
eksperimen dan kontrol setelah diberikan perlakuan.
181
Foto-foto Kegiatan Pembelajaran
dalam Tahapan Inkuiri Terstruktur
1. Tahap Planning
2. Tahap Retrieving
3. Tahap Processing
182
4.
Tahap Creating
5. Tahap Sharing
6. Tahap Evaluating
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
Download