I. PENGANTAR Sebenarnya, secara sadar maupun tidak, dunia mengakui bahwa kedatangan Tuhan Yesus Kristus merupakan peristiwa yang istimewa. Hal ini dapat dilihat dalam perhitungan kalendar internasional menggunakan acuan kedatangan Kristus, yaitu yang dinamakan Anno Domini (AD), artinya tahun Tuhan, untuk menandai tahun-tahun sesudah kelahiran Kristus; dan Before Christ (BC) untuk menandai tahun-tahun sebelum kelahiran Kristus. Dengan demikian, kedatangan Kristus membagi sejarah manusia menjadi dua, dan titik pusatnya adalah Kristus sendiri. Ini adalah kenyataan yang terjadi berabad-abad dan patokan AD dan BC akan terus berlaku sampai akhir zaman. 1. Maksud Pedoman Pedoman Lingkaran Natal berikut ini disusun dengan maksud sebagai bantuan bagi seluruh umat beriman terutama para petugas liturgi dan panitia perayaan liturgi di Gereja Santo Aloysius Perumnas Mojosongo untuk memahami, mempersiapkan, serta melaksanakan perayaan liturgi dalam masa Adven dan Natal, demi tercapainya misi “Menyelenggarakan kegiatan liturgi dan peribadatan yang benar, inspiratif dan inkulturatif untuk semakin mendukung pengungkapan dan penghayatan iman”. 2. Isi Pedoman Pedoman Lingkaran Natal ini memuat penjelasan tentang makna, teologi, spiritualitas, serta beberapa pedoman berkaitan dengan lingkaran Natal. 3. Makna Lingkaran Natal 3.1. Lingkaran Natal merupakan salah satu dari lingkaran perayaan misteri-misteri Kristus sepanjang satu tahun liturgi dengan kekhususan misteri kedatangan Tuhan. 3.2. Lingkaran Natal terdiri dari masa Adven sebagai masa penantian kedatangan Al-Masih, Sang Mesias dan masa Natal sebagai perayaan misteri kelahiran Tuhan. Pedoman Lingkaran Natal 1 II. MASA ADVEN 4. Makna 4.1. Kata adven berasal dari kata Latin “adventus” yang berarti kedatangan. 4.2. Masa Adven merupakan masa penantian penuh pengharapan dan sukacita akan kedatangan Tuhan dan masa mempersiapkan Natal dengan sikap pertobatan. 4.3. Peringatan Adven merupakan perayaan akan tiga hal: peringatan akan kedatangan Kristus yang pertama di dunia, kehadiran-Nya di tengah Gereja, dan penantian akan kedatangan-Nya kembali di akhir zaman. Maka kata “Adven” harus dimaknai dengan arti yang penuh, yaitu: dulu, sekarang dan di waktu yang akan datang. 4.3. Masa Adven mempunyai dua tujuan: a. Pertama, masa Adven mempersiapkan hari raya Natal yaitu perayaan kedatangan Tuhan yang pertama di antara umat manusia. b. Kedua, masa Adven mengarahkan hati supaya umat, dengan penuh harapan, menantikan kedatangan Tuhan pada akhir zaman. 4.4. Minggu Adven I juga merupakan awal tahun baru liturgi Gereja Katolik. 5. Teologi 5.1. Adven mengingatkan dimensi historis - sakramental keselamatan Allah. Tuhan yang dinantikan adalah Tuhan yang hadir secara konkrit dalam sejarah hidup manusia. Karya keselamatan Allah teraktualisasi dalam realitas sejarah perjalanan hidup manusia di dunia. 5.2. Gereja hidup dalam keberlangsungan proses karya keselamatan Allah yang sudah dan sedang terwujud serta sekaligus masih senantiasa dinantikan kepenuhannya. 5.3. Adven mengingatkan Gereja akan tugas misionernya untuk mewartakan sabda Allah kepada segala bangsa dan untuk senantiasa berjaga-jaga menyongsong kepenuhan Kerajaan Allah. Tindakan berjaga-jaga dan penantian tersebut tidak dilakukan Pedoman Lingkaran Natal 2 dengan perasaan takut dan cemas, melainkan dilakukan dengan suasana penuh kegembiraan dan harapan. 5.4. Dalam Katekismus Gereja Katolik no.534, diajarkan tentang masa Adven, “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua (Bdk. Why 22:17.). Dengan merayakan kelahiran dan mati syahid sang perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: ‘Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil’ (Yoh 3:30).” 6. Spiritualitas Selama masa Adven, Gereja mengajak umat beriman untuk menghayati keutamaan-keutamaan kristiani. Semangat dasar yang dihayati selama masa Adven adalah pengharapan, takwa dalam iman, sikap tobat dan berpaling kepada Allah, berjaga-jaga, kemurnian hati, dan penghargaan atas martabat oranglain. Semangat dasar itu ditampilkan antara lain oleh tokoh-tokoh kitab suci seperti Yesaya, Yohanes Pembaptis, Maria dan Yosef. 7. Waktu Masa Adven mulai dengan ibadat sore menjelang hari Minggu yang jatuh pada tanggal 30 November atau yang terdekat dengan tanggal itu, dan berakhir sebelum ibadat sore menjelang Hari Raya Natal. 8. Struktur 8.1. Masa Adven terdiri dari empat minggu, yaitu Minggu Adven I sampai dengan Minggu Adven IV. 8.2. Masa Adven terdiri dari dua bagian, yakni Adven Eskatologis (Minggu Adven I sampai dengan tanggal 16 Desember) dan Adven Natalis (17 Desember sampai dengan 24 Desember). 8.3. Tingkat Perayaan: a. Hari Minggu Adven I, II, III, dan IV setingkat Hari Raya. b. Hari-hari biasa dalam masa Adven dari tanggal 17 – 24 Desember setingkat pesta. c. Hari-hari biasa dalam masa Adven sampai tanggal 16 Desember termasuk hari biasa. Pedoman Lingkaran Natal 3 d. Bila hari raya Santa Perawan Maria Tak Bernoda, tanggal 8 Desember jatuh pada hari Minggu, maka hari raya tersebut dipindahkan ke hari Senin sesudahnya. 9. Tema-tema Pokok Perayaan 9.1. Minggu Adven I berkaitan dengan pewartaan tentang kedatangan Tuhan kembali dan ajakan untuk berjaga-jaga. 9.2. Minggu Adven II berkaitan dengan pewartaan tentang kotbah Yohanes Pembaptis mengenai ajakan untuk bertobat. 9.3. Minggu Adven III menampilkan kembali tokoh Yohanes Pembaptis sebagai perintis atau pembuka jalan bagi kedatangan Yesus, serta menunjukkan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan. Minggu Adven III ini memiliki suasana kegembiraan atau suka cinta (Minggu Gaudete). 9.4. Minggu Adven IV berkaitan tentang kisah peristiwa-peristiwa menjelang kelahiran Yesus. Di sini, ditampilkan tokoh Maria, Yosef dan Elisabeth. Minggu Adven IV merupakan masa persiapan paling dekat pada hari raya kelahiran Tuhan. 10. Kegiatan Sepanjang masa Adven, dapat dilaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang bersifat selebrasi (perayaan liturgi dan peribadatan), edukasi (katekese-katekese pengetahuan iman), refleksi (renungan-renungan atau sharing iman) dan aksi sosial. 10.1. Kegiatan pewartaan dan peribadatan yang di dalamnya dapat bersifat selebrasi, edukasi dan refleksi antara lain pembekalan tentang liturgi, ibadat Adven, ibadat Tobat dan penerimaan Sakramen Pengampunan Dosa, pemberkatan Korona Adven, pertemuan atau sarasehan adven dan novena Natal (16 – 24 Desember). 10.2. Kegiatan aksi sosial yang dapat dilakukan antara lain Aksi Adven, perhatian kepada kaum miskin dan menderita, serta kerjasama dengan setiap orang yang berkehendak baik. 11. Busana dan Warna Liturgi Hendaknya warna liturgi yang digunakan mendukung pertobatan dan pengharapan. Warna yang mendukung kedua hal itu adalah warna ungu cerah. Sedangkan warna busana Minggu Adven III sebaiknya Pedoman Lingkaran Natal 4 merah jambu, untuk menggambarkan sukacita pengharapan di tengah suasana pertobatan. 12. Musik dan Nyanyian Hendaknya dipilih nyanyian liturgi yang sesuai dengan sifat masa Adven. 12.1. Pada Minggu Adven I dan II, nyanyian-nyanyian yang digunakan bertemakan pengharapan eskatologis yaitu tentang kedatangan Kristus pada akhir zaman. 12.2. Pada Minggu Adven III dan IV, nyanyian-nyanyian yang digunakan bertemakan kerinduan akan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. 12.3. Selama masa Adven, gloria atau madah kemuliaan tidak dinyanyikan. Sedangkan Alleluia tetap dinyanyikan. 12.4. Musik hendaknya digunakan sesuai dengan suasana masa Adven. 13. Dekorasi dan Tata Hias Altar 13.1. Pilihan dekorasi dan tata hias altar disesuaikan dengan suasana liturgis masa Adven. Pilihan dekorasi sebaiknya sederhana misalnya menggunakan daun-daunan dan ranting. 13.2. Termasuk di dalamnya apabila ada perayaan-perayaan ibadat atau ekaristi untuk mempelai atau perkawinan hendaknya menyesuaikan suasana liturgis masa Adven. 14. Perlengkapan Perlengkapan yang khas digunakan sepanjang masa Adven adalah Korona Adven. 14.1. Krans atau Korona Adven adalah rangkaian dedaunan hijau (everygreen) berbentuk lingkaran dengan empat batang lilin. Lilin Minggu Adven I (lilin harapan), lilin Minggu Adven II (lilin iman) dan lilin Minggu Adven IV (lilin kasih dan damai) berwarna ungu; sedangkan lilin Minggu Adven III (lilin sukacita) berwarna merah muda. Pada hari Natal keempat lilin tersebut diganti dengan lilin warna putih yang melambangkan sukacita yang penuh. 14.2. Makna dari simbol Korona Adven yaitu Bentuk “lingkaran” – tidak ada awal, tidak ada akhir, Tuhan yang abadi tanpa awal dan akhir; “dahan dan daun everygreen” – senantiasa hijau, Pedoman Lingkaran Natal 5 senantiasa hidup, keabadian jiwa; “buah-buah beri merah” – tetesan darah Kristus yang dicurahkan demi hidup kekal kita; kaki lilin-lilin yang berbentuk mangkuk warna biru – Maria yang mengandung dan melahirkan-Nya. 14.3. Korona Adven ditempatkan di dekat altar atau mimbar, di tempat yang mudah dilihat (mencolok) dan lilin korona Adven dinyalakan dalam upacara pembukaan ekaristi atau setelah homili. 14.4. Bentuk dan hiasan Korona Adven dapat juga disesuaikan dengan budaya setempat. 14.5. Keluarga-keluarga dianjurkan membuat korona Adven yang lebih kecil dipasang di ruang makan dan lilin Adven dinyalakan ketika hendak makan bersama dengan diawali berdoa bersama. Pedoman Lingkaran Natal 6 III. MASA NATAL 15. Makna Natal merupakan perayaan kelahiran Tuhan (Latin “natalis” yang berarti lahir). Masa Natal merupakan masa kegembiraan dan sukacita karena Allah mengangkat kita dari martabat manusiawi kepada martabat ilahi. 16. Teologi 16.1. Natal menekankan dan mewartakan kedatangan Allah yang masuk dalam sejarah dan menjadi manusia yakni dalam diri Yesus Kristus. 16.2. Dengan perayaan Natal, Gereja hendak mengungkapkan imannya bahwa peristiwa kelahiran Yesus “Sacramentum nativitatis Christi” merupakan saat terpenuhinya janji keselamatan Allah untuk umat manusia. 16.3. Peristiwa kelahiran Yesus merupakan tahap menentukan dalam sejarah keselamatan Allah yang berpuncak pada peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus. Dengan demikian, perayaan Natal tidak pernah dapat dipisahkan dari perayaan Paskah. 16.4. Kelahiran Yesus Kristus merupakan awal kehidupan Gereja, “Kelahiran Kristus adalah pokok pangkal kelahiran baru segenap umat Kristiani: Kelahiran Kepala yang memungkinkan kelahiran semua anggota tubuh mistik.” (Paus Leo Agung). 16.5. Pesta-pesta orang kudus yang diadakan langsung sesudah hari raya Natal seperti pesta Santo Stefanus, Santo Yohanes Rasul, para Kanak-Kanak Suci mengungkapkan kesetiaan iman mereka sebagai pengikut Kanak-Kanak Yesus (Commites Christi). 17. Spiritualitas Semangat dasar yang terdapat dalam perayaan Natal adalah: 17.1. Pengangkatan nilai hidup manusia secara utuh, menjadi anakanak Allah: “Sesungguhnya Kristus yang adalah Adam Baru mewahyukan misteri cinta Bapa dalam cara manusia sehingga semua orang mengenal Panggilan-Nya yang sangat luhur itu” (GS 22). Pedoman Lingkaran Natal 7 17.2. Kristus hadir sebagai penyelamat umat manusia dan pribadi yang patut diteladani: penuh cinta, setia, sederhana, taat, rendah hati, suci, dan lain sebagainya. 18. 19. 20. 21. 17.3. Cinta persaudaraan, hormat antar pribadi sebagai anggota Tubuh Mistik Kristus dan cinta dami dalam persaudaraan dengan semua orang. 17.4. Kepekaan terhadap situasi zaman. 17.5. Kesederhanaan dan perhatian kepada orang miskin. Waktu Masa Natal berlangsung mulai dari ibadat sore menjelang hari raya Natal sampai dengan pesta Pembaptisan Tuhan. Macam-Macam Perayaan Hari Raya Natal 19.1. Pada tanggal 24 Desember sebelum atau sesudah ibadat sore, dirayakan Misa sore Vigili Natal, yakni misa menjelang hari raya Natal. 19.2. Ada tiga misa hari raya Natal, yaitu Misa malam (yang hendaknya dirayakan setelah matahari terbenam), Misa fajar dan Misa siang. 19.3. Umat beriman hendaknya mengikuti Perayaan Ekaristi hari raya Natal pada malam Natal dan atau salah satu Misa fajar atau Misa siang. Tingkat Perayaan 20.1. Hari Natal dan hari Penampakan Tuhan merupakan Hari Raya. 20.2. Hari-hari Minggu dalam masa Natal dan hari-hari dalam oktaf Natal setingkat dengan pesta. 20.3. Hari-hari biasa dalam masa Natal dari tanggal 2 Januari sampai dengan Sabtu sesudah Penampakan Tuhan merupakan hari biasa. Hari-Hari Khusus Hari-hari khusus dalam masa Natal adalah sebagai berikut: 21.1. Pesta Keluarga Kudus dirayakan pada hari Minggu dalam oktaf Natal atau kalau tidak ada hari Minggu, dirayakan pada tanggal 30 Desember. 21.2. Pesta Santo Stefanus diadakan tanggal 26 Desember. 21.3. Pesta Santo Yohanes Rasul dan pengarang Injil diadakan tanggal 27 Desember. Pedoman Lingkaran Natal 8 21.4. Pesta para Kanak-Kanak Suci diadakan tanggal 28 Desember. 21.5. Hari-hari pada tanggal 29,30, dan 31 Desember adalah hari-hari biasa dalam oktaf Natal. 21.6. Tanggal 1 Januari merupakan hari raya Santa Perawan Maria Bunda Allah. 21.7. Penampakan Tuhan dirayakan pada hari Minggu antara tanggal 2 dan 8 Januari. 21.8. Bila hari Penampakan Tuhan jatuh pada hari Minggu, pesta Pembaptisan Tuhan diadakan pada hari Senin sesudahnya. 22. Kegiatan Kegiatan Pastoral selama masa Natal seharusnya dengan tujuan membentuk sikap yang otentik dalam Kristus sebab “hanya dalam misteri Sabda menjadi daging, hidup manusia menemukan cahaya yang benar dan sejati” (GS 22). Kegiatan Natal hendaknya mencakup kegiatan yang bersifat selebrasi (perayaan liturgi dan peribadatan), edukasi (katekese-katekese pengetahuan iman), refleksi (renunganrenungan atau sharing iman) dan aksi sosial. Ada berbagai kegiatan yang dapat dilaksanakan sepanjang masa Natal. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: 22.1. Maklumat Natal dilakukan menjelang pembukaan Perayaan Ekaristi malam Natal. 22.2. Penyalaan lilin setelah maklumat Natal. 22.3. Perarakan bayi Yesus ke dalam gua/kandang Natal dapat dilakukan pada saat maklumat Natal atau sesudahnya. 22.4. Pelaksanaan tablo Natal dalam Perayaan Ekaristi Natal, jika ada, tidak dimaksudkan sebagai pengganti bacaan Injil. 22.5. Aksi Natal yang berupa kegiatan sosial dimaksudkan untuk memberi perhatian pada anak-anak, orang berusia lanjut, dan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. 23. Busana dan Warna Liturgi Warna liturgi yang digunakan hendaknya mendukung suasana Natal. 23.1. Warna putih digunakan sepanjang masa Natal kecuali pesta Santo Stefanus, martir dan pesta Kanak-Kanak Suci, martir. 23.2. Secara khusus, warna keemasan juga dapat digunakan pada hari raya Natal dan hari raya Penampakan Tuhan. Pedoman Lingkaran Natal 9 24. Musik dan Nyanyian Liturgi 24.1. Hendaknya dipilih nyanyian liturgi (bukan nyanyian rohani) yang serasi baik peran dan fungsinya dengan suasana kegembiraan pada hari raya Natal. 24.2. Kor hendaknya mendukung keterlibatan umat dalam bernyanyi sebab fungsi kor adalah melayani partisipasi umat dalam bernyanyi demi kemeriahan perayaan. 24.3. Iringan musik hendaknya meriah. 25. Dekorasi dan Tata Hias Altar 25.1. Prinsip yang harus dipegang dalam mendekorasi dan menata hias altar adalah jangan sampai semua perlengkapan yang digunakan mengganggu tata perayaan dan tata ruang liturgi. 25.2. Apabila memungkinkan, dapat diadakan inkulturasi dalam hal perayaan liturgi Natal dan simbolisasinya. 25.3. Hiasan-hiasan untuk dekorasi dan tata hias altar hendaknya mendukung suasana liturgis dan kegembiraan Natal. 26. Perlengkapan Ada beberapa perlengkapan khas yang dapat digunakan sepanjang masa Natal yaitu dari hari menjelang malam Natal sampai dengan pesta Pembaptisan Tuhan, antara lain: 26.1. Gua atau kandang yang menggambarkan keluarga kudus dan suasana kelahiran. Dalam Katekismus Gereja Katolik no. 525 disebutkan, “Yesus datang ke dunia dalam kemiskinan sebuah kandang, dalam keluarga yang tidak kaya; para gembala sederhana adalah saksi-saksi pertama kejadian ini. Dalam kemiskinan ini bersinarlah kemuliaan surga....”. 26.2. Patung-patung natal, yaitu Maria, Yosef dan bayi Yesus serta para gembala dan domba diletakkan menjelang perayaan Natal; sedangkan patung para Majus diletakkan menjelang perayaan Epifani (Penampakan Tuhan) 26.3. Pohon Natal, pohon yang biasanya dipakai adalah pohon cemara. Pohon ini melambangkan kedamaian dan kekekalan karena daunnya senantiasa hijau dan bentuknya yang meruncing ke atas, melambangkan arah menuju surga, tujuan hidup manusia. ††† Pedoman Lingkaran Natal 10 Referensi Bacaan: A. Buku: 1. 2. 3. 4. Komisi Liturgi Regio Jawa Plus. 2012. Pedoman Berliturgi Lingkaran Natal dan Paskah. Yogyakarta: Kanisius. Konferensi Waligereja Indonesia. 1995. Katekismus Gereja Katolik. Ende: Arnoldus. Konferensi Waligereja Indonesia. 1998. Pedoman Umum Misale Romawi. Ende: Arnoldus. Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. 1992. Gaudium et Spes. Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Tugas Gereja dalam Dunia Dewasa Ini. B. Internet: 5. http://komkatkapal.blogspot.com/2010/10/memilih-nyanyianliturgi.html 6. http://www.carmelia.net/index.php/artikel/tanya-jawab-iman/856makna-perayaan-natal-dalam-liturgi-gereja?showall=1&limitstart= 7. http://id.wikipedia.org/wiki/Natal 8. http://id.wikipedia.org/wiki/Adven 9. http://www.indocell.net/yesaya/pustaka2/id355.htm 10. http://katolisitas.org/7671/seputar-adven-dan-natal Pedoman Lingkaran Natal 11 Pedoman Lingkaran Natal 12