LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI I DPR RI DALAM RESES MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2004 – 2005 KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TANGGAL 4 S/D 8 APRIL 2005 I. PENDAHULUAN A. UMUM DPR RI sebagai infrastruktur politik telah mengalami banyak perubahan dan peningkatan peran dalam mengatasi berbagai permasalahan bangsa melalui fungsi dan kewenangan yang dimilikinya, antara lain fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Ketiga fungsi tersebut dilaksanakan oleh DPR RI melalui Alat Kelengkapan DPR RI, antara lain Komisi-Komisi yang setiap tahun persidangan melakukan rapat kerja dengan Pemerintah sebagai mitra kerjanya. Disamping itu dalam setiap reses masa persidangan, DPR RI juga melaksanakan kegiatan kunjungan ke daerah-daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Komisi-Komisi dan Alat Kelengkapan DPR RI lainnya. Hal ini sesuai dengan Pasal 38 ayat 4 huruf (e) Tata Tertib DPR RI yang menyatakan bahwa “mengadakan kunjungan kerja dalam masa reses atau apabila dipandang perlu, dalam masa sidang dengan persetujuan Pimpinan DPR RI yang hasilnya dilaporkan kepada Rapat Paripurna untuk ditentukan tindak lanjutnya”. Tujuan dari kegiatan kunjungan kerja ke daerah adalah untuk mengetahui perkembangan situasi dan kondisi suatu daerah serta permasalahanpermasalahan yang terjadi, baik yang menyangkut kehidupan politik maupun ekonomi dan social budaya yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan kajian bagi DPR RI dalam rangka pembahasan rapat-rapat kerja dengan Pemerintah atau mitra kerja terkait lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka pada reses masa Persidangan III Tahun Sidang 2004 – 2005, Komisi I DPR RI telah membentuk 2 (dua) Tim Kunjungan Kerja, yaitu Kunjungan Kerja ke Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam laporan ini akan disampaikan mengenai Laporan Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Provinsi Kalimantan Timur. B. DASAR KUNJUNGAN KERJA Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan DPR RI Nomor : 25/PIMP/III/2004-2005 tanggal 22 Maret 2005 tentang Penugasan kepada Anggota Komisi I s/d Komisi XI dan Badan Legislasi DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja Berkelompok dalam reses Masa Persidangan III Tahun Sidang 2004 – 2005. C. MAKSUD DAN TUJUAN Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan dalam rangka melaksanakan fungsi dan wewenang DPR RI yaitu fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi anggaran. Disamping itu kunjungan dilaksanakan untuk mengetahui secara langsung situasi dan kondisi Provinsi Kalimantan Timur berkaitan dengan adanya peristiwa pengklaiman Negara Malaysia terhadap blok Ambalat dan untuk mengetahui sejauhmama perkembangan pembangunan mercusuar di Karang Unarang serta mengetahui pengamanan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di wilayah perbatasan, termasuk dukungan kekuatan alutsista, personel dan anggaran. Data dan informasi tersebut digunakan sebagai bahan masukan dan kajian Komisi I DPR RI dalam pembahasan rapat-rapat kerja dengan Pemerintah dan Instansi terkait dalam Masa Sidang IV Tahun Sidang 2004 – 2005. D. WAKTU DAN KOMPOSISI TIM KUNJUNGAN KERJA Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 8 April 2005 dengan komposisi keanggotaan tim yang terdiri dari 22 (duapuluh dua) orang Anggota Komisi I DPR RI didukung oleh 2 (dua) orang Sekretariat Komisi I DPR RI, 1 (satu) orang Penghubung Dephan, 2 (dua) orang Penghubung Deplu, 1 (satu) orang Penghubung Dep. Komino, 2 (dua) orang Reporter TVRI, 5 (lima) orang wartawan media cetak dan 1 (satu) orang Reporter Radio. Adapun susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja sebagai berikut : ANGGOTA KOMISI I DPR RI 1. Drs. Theo L. Sambuaga Ketua Tim / F-PG 2. A. Effendi Choirie, M.AG, MH Anggota Tim / F-KB 3. H. Afifuddin Thaib, SH Anggota Tim / F-PG 4. Drs. Hajriyanto Y. Thohari, MA Anggota Tim / F-PG 5. DR. Yuddy Chrisnandi, MA Anggota Tim / F-PG 6. DR. Happy Bone Zulkarnaen Anggota Tim / F-PG 7. Yorris TH Raweyai Anggota Tim / F-PG 8. Drs. Effendi MS. Simbolon Anggota Tim / F-PDI.P 9. Suparlan, SH Anggota Tim / F-PDI.P 10. RK. Sembiring Meliala Anggota Tim / F-PDI.P 11. Drs. Arief Mudatsir Mandan, Msi Anggota Tim / F-PPP 12. Usamah Muhammad Al-Haddar Anggota Tim / F-PPP 13. Andi M. Ghalib, SH Anggota Tim / F-PPP 14. Boy M. Saul Anggota Tim / F-Demokrat 15. Shidki Wahab Anggota Tim / F-Demokrat 16. Abdillah Thoha, SE Anggota Tim / F-PAN 17. Ir. Tristanti Mitayani, MT Anggota Tim / F-PAN 18. Drs. Deddy Djamaluddin Malik Anggota Tim / F-PAN 19. Muhammad Anis Matta Anggota Tim / F-PKS 20. Drs. Ali Mochtar Ngabalin Anggota Tim / F-BPD 21. Ade Iswandi Daud Nasution Anggota Tim / F-PBR 22. Jeffrey Massie Anggota Tim / F-PDS SEKRETARIAT DAN PENDUKUNG LAINNYA 1. Suprihartini, SIP Anggota Tim / Sekretariat Komisi I 2. Mulyadi Anggota Tim / Sekretariat Komisi I 3. Yan Manggesa Anggota Tim / Penghubung Dephan 4. Nazaruddin Nasution Anggota Tim / Penghubung Deplu 5. Sunarko Anggota Tim / Penghubung Deplu 6. Marihot Siahaan Anggota Tim / Penghubung Dep. Kominfo 7. Iman Nurizqi Anggota Tim / Reporter TVRI 8. Kombang Siswanto Anggota Tim / Reporter TVRI 9. Sutta Anggota Tim / Wartawan Kompas 10. Gusti Anggota Tim / Wartawan Suara Pembaharuan 11. Asep Anggota Tim / Wartawan Rakyat Merdeka 12. Jimmy Ratu Radjah Anggota Tim / Wartawan Suara Karya 13. Emi Anggota Tim / Wartawan Sinar harapan 14. Amir Anggota Tim / Reporter Radio Trijaya FM 2 E. ACARA SELAMA KUNJUNGAN 1. Tgl. 4 April 2005 - Pagi – siang : Pertemuan dengan Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Pertemuan dengan Pangdam VI/Tanjung Pura Pertemuan dengan Kapolda Kalimantan Timur Pertemuan dengan unsur Muspida Provinsi Kalimantan Timur - sore : Pertemuan dengan Kepala Stasiun TVRI Provinsi Kaltim Pertemuan dengan Kepala Stasiun RRI Samarinda Pertemuan dengan Ketua PWI dan Masyarakat Pers 2. Tgl. 5 April 2005 - Pagi : Pertemuan dengan Komandan Pangkalan TNI AU Balikpapan - Siang : Pertemuan dengan Walikota Tarakan Pertemuan dengan Panglima Armada Timur Pertemuan dengan Komandan Guspurla Armatim Pertemuan dengan unsur Muspida Tarakan 3. Tgl. 6 April 2005 - Pagi – sore : Kunjungan ke Nunukan (Penampungan TKI dan Pos TNI) Kunjungan ke Pulau Sebatik (Pos TNI) Kunjungan ke Karang Unarang (Mercusuar) Kunjungan ke Kawasan Blok Ambalat 4. Tgl. 7 April 2005 - Pagi – sore : Kunjungan ke Tawau – Malaysia 5. Tgl. 8 April 2005 : Tim kembali ke Jakarta 3 II. PELAKSANAAN KUNJUNGAN A. PERTEMUAN DENGAN GUBERNUR, PANGDAM VI/TANJUNG PURA, KAPOLDA KALIMANTAN TIMUR SERTA UNSUR MUSPIDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 1. PROVINSI KALIMANTAN TIMUR a. UMUM 1) Wilayah Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari 9 Kabupaten dan 4 Kota yang terbagi dalam 122 Kecamatan, 1.167 Desa dan 190 Kelurahan dengan jumlah penduduk 2.750.369 jiwa dan luas wilayah sebesar ± 245.237 Km2 atau ± 1,5 kali P. Jawa dan Madura dengan batas wilayah disebelah utara dengan Negara Malaysia (wilayah Sabah), sebelah timur Selat Makassar dan laut Sulawesi, sebelah selatan Kalimantan Selatan dan sebelah barat Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah serta Malaysia ( wilayah Serawak). 2) Struktur perekonomian daerah masih didominasi oleh sector industri pengolahan, terutama pengilangan minyak bumi dan LNG dan sector pertambangan/penggalian dengan total kontribusi kedua sector tersebut mencapai 75,16 % terhadap PDRB Provinsi Kaltim. 3) Heterogenitas penduduk Kalimantan cukup besar baik menyangkut ras maupun suku. Kepadatan penduduk rata-rata 18 jiwa/km. Medan yang sulit dan infrastruktur terbatas mengakibatkan penyebaran penduduk tidak merata, mobilitas rendah dan terkonsentrasi dikawasan pesisir dan sungai. 4) Kondisi wilayah perbatasan di Provinsi Kalimantan Timur pada umumnya relatif terisolir, terpencil serta kurang memiliki fasilitas sosial ekonomi yang memadai. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat pedalaman dan perbatasan cenderung mencari kemudahan-kemudahan dengan tersedianya fasilitas/infrastruktur yang lebih lengkap dari negara Malaysia. Kebutuhan masyarakat termasuk material bangunan masih dipasok dari luar Kalimantan Timur, merupakan kendala pembangunan daerah dan kawasan pedalaman dan perbatasan. Disisi lain, nampak adanya kesenjangan penghasilan antara penduduk pendatang dengan penduduk lokal, begitu pula terdapat kesenjangan pembangunan yang cukup besar diantara daerah perbatasan dengan pesisir, sehingga terjadi proses marginalisasi yang berakibat pada sumber daya manusia menjadi rendah, dimana sebagian besar masyarakat hanya tamat SD bahkan ada yang tidak pernah sekolah sama sekali. Rendahnya tingkat pendidikan berakibat pada tingkat kesehatan masyarakat yang berpengaruh langsung terhadap daya pikir, yang pada akhirnya mengakibatkan akses kerja menjadi rendah khususnya dipedalaman dan perbatasan. Sampai saat ini secara yuridis belum ada pengaturan yang menyeluurh mengenai penangann perbatasan dan belum adanya lembaga/badan khusus yang menangani perbatasan. 5) Dalam rangka peningkatan ekonomi di kawasan perbatasan, Pemda Kaltim telah menyusun rencana strategis pembangunan perbatasan dengan tujuan memacu pertumbuhan sosial ekonomi di kawasan perbatasan, mengingat kawasan perbatasan mempunyai potensi yang besar untuk dapat dikembangkan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ancaman disintegrasi. Kegiatan pengembangan wilayah terbagi dalam 3 bagian, yaitu pengembangan usaha komersial, pengembangan prasarana wilayah dan pembangunan fasilitas perkotaan. 4 6) Menanggapi permasalahan mengenai illegal logging dan illegal fishing di Provinsi Kaltim, Pemda Kaltim telah melakukan berbagai upaya dalam memberantas kegiatan illegal logging dan illegal fishing, termasuk melakukan koordinasi dengan instasi-instansi terkait. 7) Dalam pelaksanaan PILKADA, Pemda Kaltim telah melakukan berbagai upaya antara lain melalui sosialisasi, penyediaan anggaran, penyerahan daftar penduduk potensial pemilih Pilkada dari Pemda kepada KPUD untuk selanjutnya digunakan dalam penetapan daftar pemilih Pilkada dan pendaftaran calon sudah dilaksanakan di Kabupaten/kota yang akan melaksanakan Pilkada tahun 2005 dalam keadaan tertib dan aman. 8) Guna menunjang kegiatan TNI dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemda Kaltim telah memberikan bantuan kepada TNI melalui APBD tahun 2001 s/d 2004 sebesar Rp.72.830.105.000,- termasuk anggaran untuk pembangunan 4 unit pos perbatasan dalam tahun 2004 sebesar Rp.350.000.000,b. PERMASALAHAN 1) Ekploitasi sumber daya alam di Kalimantan Timur belum dapat memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Begitu pula kesenjangan pembangunan yang lebar dan masih rendahnya kesadaran berbangsa dan bernegara di wilayah perbatasan merupakan ancaman bagi intergritas vertical yang dapat berakibat terjadinya disintegrasi bangsa. 2) Kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh penebangan hutan yang tidak terkendali, kegiatan pertambangan dan industri yang kurang memperhatikan dampak lingkungan, kesadaran masyarakat yang kurang terhadap kelestarian lingkungan dan lemahnya penegakan hukum terhadap penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan. 3) Secara yuridis belum ada pengaturan yang menyeluruh yang mengatur mengenai penanganan perbatasan dan belum adanya lembaga khusus yang menangani perbatasan antar negara. 4) Illegal Fishing yang dilakukan oleh nelayan-nelayan Malaysia banyak ditemukan di perairan sebelah selatan Pulau Sipadan dan Ligitan, sedangkan nelayan-nelayan Philipina banyak melakukan penangkapan ikan diperairan Sulawesi Utara. 5) Illegal Logging yang dilakukan oleh kapal-kapal asing maupun lokal pada umumnya menggunakan jalur ALKI II dengan tujuan ke luar negeri. 6) Masalah pengiriman Tenaga Kerja (TKI) illegal melalui jalur laut, khususnya menuju ke Malaysia/Tawau. Kebijaksanaan Malaysia yang mendeportasikan TKI yang dinilai illegal berdasarkan Undang-undang Imigrasi Malaysia tanggal 1 Agustus 2002 berdampak pada pemberlakuan hukum cambuk, denda dan penjara, yang telah menimbulkan ketakuan bagi para TKI yang tidak mempunyai legalitas identitas maupun ijin kerja, sehingga mereka berkeinginan kembali ke Indonesia, namun terlantar di Nunukan, karena kehabisan ongkos atau gaji yang belum dibayarkan oleh majikan selama bekerja di Malaysia. Pengembalian para TKI tersebut menjadi tanggungjawab Pemerintah RI. Disisi lain kondisi barak penampungan TKI di Nunukan sangat memprihatinkan, dan pemerintah belum membekali para TKI, khususnya yang diproses di Nunukan dengan pengetahuan yang seharusnya dilakukan para TKI selama bekerja di luar negeri. 7) Adanya beberapa pulau terluar di Provinsi Kaltim yang perlu mendapatkan perlindungan dari intervensi pihak luar, yaitu : Pulau Sebatik, Pulau Batu Unarang/Karang Unarang, Pulau Sambit dan Pulau Maratua. 5 2. KODAM VI/TANJUNG PURA a. UMUM 1) Pembinaan territorial dalam T.A. 2005 dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan program kerja dan anggaran dari komando atas yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Program pembinaan teritorial tersebut antara lain pembinaan bhakti TNI, pembinaan perlawanan wilayah, dan pembinaan komunikasi social. 2) Organisasi Satuan Intel Kodam VI/Tanjung Pura terdiri dari 1 Den Inteldam, 4 Tim Intelrem dan 31 unit Inteldim. Pembinaan kekuatan personil intel secara kuantitas baru mencapai 757 orang dari DSPP 872 orang atau 87 %. Pembinaan kemampuan secara kualitas personel intel yang ada baru mencapai 68 %, hal ini disebabkan oleh terbatasnya alokasi dana pendidikan untuk meningkatkan kemampuan personel intelijen, sehingga menyebabkan adanya jabatan intel yang dijabat oleh personel yang belum mempunyai kualifikasi dan spesialisasi intelijen. Pembinaan kemampuan materil secara kualitas kondisinya baru mencapai 70 %, dimana masih banyak yang tidak sesuai dengan jenisnya, sehingga sudah tidak standart bila dihadapkan dengan tuntutan tugas di lapangan. 3) Kondisi Alutsista yang dimiliki satuan jajaran Kodam VI/Tanjung Pura secara kuantitas dan kualitas belum siap tempur. Secara kuantitas dan kualitas kekuatan alutsista yang ada terdiri dari : - Panser : 90 % (pembuatan tahun 1952 dan 1958) - Tank : 75 % (pembuatan tahun 1960) - Meriam Armed : 100 % (pembuatan tahun 1950) - Rudal Rapier : 100 % (pengadaan tahun 1985/expire) - Radar : Rusak 4) Kondisi satuan dan sarana operasional Kodam VI/Tanjung Pura belum memadai, antara lain personel militer dan PNS yang mencapai + 65 %, senjata 75,7 %, Munisi 90 %, kendaraan darat 85,5 %, kendaraan air 57,4 %, perlengkapan satuan 20 %, Alsatri 95 % dan kondisi pangkalan 49,39 %. 5) Partisipasi masyarakat dalam bela negara cukup tinggi, seperti dalam merespon kasus Ambalat. Hal ini terlihat dalam aksi munculnya poskoposko relawan dan kesediaan menjadi relawan yang siap diberangkatkan ke perbatasan dalam menentang sikap Malaysia. Disamping itu Kodam VI/Tanjung Pura juga melakukan kegiatan bhakti sosial dalam rangka membantu meningkatkan kehidupan sosial masyarakat di wilayah Kalimantan. 8) Kondisi kesejahteraan prajurit masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Fasilitas perumahan masih sangat kurang dan belum dapat mencukupi kebutuhan personil yang ada dan sebagian besar perumahan/asrama saat ini sudah tidak layak huni. Kodam VI/Tanjung Pura telah melakukan upaya dalam rangka meningkatkan fasilitas perumahan untuk personel, antara lain upaya perbaikan perumahan/asrama, pembangunan rumah dinas secara swadaya, pemberian fasilitas kredit perumahan melalui Asabri dan kerjasama dengan YKPP. 9) Dalam menjaga keutuhan NKRI di Kalimantan, Kodam VI/Tanjung Pura menempatkan pos-pos perbatasan di sepanjang perbatasan RI – Malaysia dengan jumlah pos yang sudah tergelar 30 pos, terdiri dari 17 pos di wilayah Kalimantan Barat dan 13 pos di wilayah Kalimantan Timur dengan kekuatan 1000 orang. Diantara pos-pos tersebut, ada 4 pos perbatasan yang merupakan pos gabungan bersama TNI AD – TDM, yaitu 2 pos di wilayah Indonesia (Entikong dan Simanggaris) dan 2 pos di wilayah Malaysia (Biawak dan Lubuk Antu). Dalam upaya 6 pengamanan perbatasan, Kodam VI/TPR menghadapi beberapa kendala, antara lain jumlah 30 pos batas dihadapkan dengan panjang garis batas 2004 km yang tidak memadai, infrastruktur yang belum terbangun, terbatasnya sarana transportasi dan lainnya. Dalam menghadapi kendala tersebut, Kodam VI/TPR telah melakukan upayaupaya, antara lain rencana penambahan 8 pos batas pada tahun 2005 dan 50 pos batas berikutnya serta 6 pos terpadu, mensosialisasikan kesadaran berbangsa dan bernegara kepada masyarakat perbatasan, mengajukan dukungan Alkom, navigasi, Alkapsat dan perlengkapan prajurit serta meningkatkan kegiatan patroli. 10) Kodam VI/TPR yang terdiri dari 4 Korem (Korem 091/ASN, Korem 101/ANT, Korem 102/PJG dan Korem 121/ABW) telah membuat Rencana Umum Tata Ruang wilayah pertahanan yang disesuaikan dengan wilayah masing-masing korem yang setiap tahun diadakan revisi, apabila terjadi perubahan dan pembangunan kekuatan dari komando atas. 11) Dalam pengamanan obyek vital, seperti Bontang dan lainnya, Kodam VI/TPR melakukan kerjasama dengan pihak otoritas obyek vital, serta operasional perusahaan dan telah berjalan dengan baik, lancar dan aman. Khusus pengamanan LNG Bontang, Kodam VI/TPR menempatkan Den Rudal 002/Btg sebagai satuan pertahanan udara dibawah koops AU II. 12) Mengenai pengamanan kawasan Ambalat, Kodam VI/TPR telah melakukan upaya-upaya, antara lain : meningkatkan kewaspadaan pasukan pengamanan perbatasan RI-Malaysia, dan menyiapkan seluruh pasukan jajaran Kodam VI/TPR untuk wilayah Kaltim sebagai pasukan pengamanan perbatasan. Kodam VI/TPR saat ini dalam kondisi siap tempur dalam upaya mempertahankan wilayah NKRI. 13) Pengisian personel di Kodim perbatasan saat ini baru mencapai + 60 % dari DSPP dengan unsur komanda dan staf Makodim serta koramil lengkap. Disamping itu telah dilakukan pembangunan Makodim Malinau dan Nunukan. Pembinaan personel di daerah perbatasan dilakukan melalui pembinaan pendidikan, karier, peningkatan kesejahteraan dengan melakukan rotasi penugasan, mendapatkan tunjangan kemahanan yaitu : Pama sebesar Rp.350.000,0/triwulan, Bintara dan Tamtama sebesar Rp.300.000,-/triwulan. 14) Kodam VI/TPR mendapatkan dukungan dari Pemda Kaltim, baik berupa dana maupun dukungan sarana dan prasarana. c. PERMASALAHAN 1) Kondisi Alutsista TNI, khususnya dalam pengamanan di wilayah perbatasan dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas masih jauh dari yang diharapkan, dimana kualitasnya sudah cukup tua dan kadaluarsa (expired), serta secara kuantitas alutsista yang ada masih mauh dari jumlah yang dibutuhkan, apabila dikaitkan dengan beban tugas yang diemban dalam pengamanan wilayah RI khususnya di wilayah perbatasan. 2) Dukungan personel TNI dalam pengamanan wilayah perbatasan dari kuantitas baru mencapai + 60 % dari kebutuhan. Kodam VI/Tanjungpura merencanakan akan mengembangkan kekuatan menjaga wilayah perbatasan dengan menambah 1 (satu) brigade dan 2 (dua) batalyon. Saat ini pasukan yang disiagakan terdiri dari Pasukan Yonif 613, Yonif 611, dan Yonif 600 Rider. Sesuai Probangkuat, Kodam VI/TPR tahun 2005 – 2009 perlu melakukan percepatan penambahan gelar kekuatan Satuan tempur yang meliputi Mabrigif di Sangatta, Yonif 612 di Botang, Yonif 632 di Muara Tewe, 7 Yonif khusus 614 di Malinau, Yonif khusus 644 di Kapuas Hulu serta pengembangan Satbanpur Denka-1 menjadi Yonkav di Balikpapan, Baterea Armed-BS menjadi Yonarmed-17 di Tenggarong serta penambahan perkuatan untuk Satkowil daerah perbatasan sejumlah 5 Kodim, diperkuat dengan masing-masing 1 pleton personel infantri dan 77 Koramil, masing-masing 1 regu infantri. 3) Dalam rangka penegakan kedaulatan dan penjagaan keutuhan NKRI, telah dibangun pos perbatasan sebanyak 30 pos dan pada tahun 2005 akan dibangun 8 pos, masih kekurangan 50 pos dengan kebutuhan anggaran sebesar Rp.11.671.996.875,-. 4) Dalam pengamanan obyek vital, sesuai UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI yang menyatakan bahwa tugas TNI salah satunya adalah pengamanan obyek vital nasional yang apabila dihadapkan dengan keputusan Presiden RI No. 63 tahun 2004 tentang perintah penyerahan tugas dan tanggung jawab pengamanan obyek vital nasional kepada pihak otoritas, menjadi kendala bagi Kodam VI/TPR, karena sampai saat ini belum ada kejelasan tentang pelaksanaan pengamanan obyek vital nasional yang harus dilaksanakan secara dini dan cepat, khususnya pengamanan obyek vital LNG Bontang yang sangat rawan terhadap serangan udara musuh. 3. POLDA KALIMANTAN TIMUR a. UMUM 1) Polda Kalimantan Timur terdiri 13 Polres dengan jumlah personel 7385 orang. Khusus untuk Nunukan, yang merupakan daerah perbatasan, personel baru mencapai 258 orang, sehingga masih jauh dari kekurangan. 2) Sarana dan prasarana terdiri dari kendaraan roda dua, alat apung (kapal laut, speet boat, perahu karet untuk polisi air), senjata api dan amunisi, dan peralatan lainnya. 1) Polda Kaltim telah mengembangkan GSP (Global Position System), dimana patroli-patroli di kota besar, seperti di Balikpapan dan Samarinda dapat dipantau dari satu lokasi ke lokasi lainnya, serta mengembangkan Early Warning Alarm System pada titik-titik tertentu. 2) Peristiwa/kasus yang menonjol dalam tahun 2004 berjumlah 4041 kasus dan baru dapat diselesaikan sekitar 62 %. Kasus yang menonjol adalah kasus illegal logging (147 kasus), korupsi, narkoba dengan daerah operasi yang telah mencapai daerah pedalaman (pertambangan batubara), operasi BBM, dan kasus lainnya. 3) Mengenai penanganan illegal logging, Polda Kaltim telah melakukan operasi lestari dan berhasil menangkap kapal-kapal yang membawa kayu curian serta banyak pembeli dari luar negeri yang datang langsung ke Indonesia. Disamping itu Polda Kaltim juga melakukan kegiatan preventif dan represif, antara lain memberikan saran kepada Pemda terhadap masalah perizinan, baik di daerah maupun di pusat, melakukan kegiatan penyuluhan terhadap kantong-kantong yang rawan dari hutan tanaman industri. 4) Dalam meningkatkan profesionalisme membangun citra polri, Polda Kaltim melakukan upaya melalui pembangunan kekuatan, pembinaan kekuatan dan operasi kepolisian. 5) Dalam mengamankan wilayah perbatasan, Polda Kaltim telah melakukan kerjasama dengan Polisi Diraja Malaysia untuk menangani permasalahan mengenai TKI, penyelundupan dan narkoba. Namun berkenaan dengan adanya peristiwa Ambalat, maka kerjasama tersebut untuk sementara dihentikan. Untuk pengamanan wilayah 8 Ambalat, Polda Kaltim telah melakukan koordinasi dan patroli bersama dengan TNI di sekitar wilayah Ambalat. 6) Dalam upaya mendukung kegiatan Polda Kaltim, Pemda Kaltim telah memberikan dukungan, baik berupa dana maupun sarana dan prasarana, antara lain memberikan bantuan dana untuk pembangunan kantor Polda Kaltim. b. PERMASALAHAN 1) Kondisi alutsista dari segi kualitas maupun kuantitas belum memadai, masih jauh dari kebutuhan. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan dukungan alutsista, sarana dan prasarana serta dukungan anggaran untuk menunjang kegiatan operasional Polda Kaltim. 2) Banyaknya penebangan liar yang dilakukan oleh masyarakat, karena berkaitan dengan pengakuan masyarakat adat tentang hutan yang diperoleh secara turun temurun, sehingga mereka dengan argumentasi tersebut melakukan kegiatan penebangan liar yang dapat mengakibatkan kerusakan pada ekosistem hutan. 3) Adanya peraturan yang tumpang tindih antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan hutan. Perlu adanya peraturan mengenai tata niaga kayu yang komprehensif dengan memperhatikan aspek sosial forestry, aspek kesamaan persepsi tentang pembagian hutan serta aspek-aspek lainnya. 4) Adanya penerapan Satu System Tawau berdagang (Tawau Golden Trade) di Malaysia, dimana barang legal maupun illegal apabila telah dibayar pajaknya dan masuk ke Negara Malaysia menjadi legal, sehingga di Malaysia tidak ada illegal logging. Dengan adanya penerapan sistem tersebut, maka Polda Kaltim mendapatkan kendalam untuk menangkap para pelaku kegiatan illegal logging. B. PERTEMUAN DENGAN KEPALA STASIUN TVRI, KEPALA STASIUN RRI, PWI DAN MASYARAKAT PERS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 1. STASIUN TVRI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR a. UMUM 1) TVRI Provinsi Kaltim merupakan stasiun produksi dan penyiaran yang memiliki sarana pemancar tersebar di 14 daerah Kabupaten/kota, antara lain : Samarinda, Sebrang, Gunung Intan, Balikpapan, Long Ikis, Tn. Grogot, Melak, Berau, Tarakan, Malinau, Nunukan, Sebatik, Long Bawan, dan Sangkurlirang. 2) TVRI Provinsi Kaltim didukung oleh peralatan studio, peralatan penyiaran, peralatan editing, peralatan liputan luar, peralatan elektrikal, dan peralatan mekanikal, 3) Pada umumnya kondisi peralatan sudah mulai menurun, namun masih dapat diatasi dengan melakukan perawatan secara kontinue. Peralatan yang sering mengalami kerusakan adalah peralatan perekam dan peralatan master control. 4) Jumlah pegawai seluruhnya adalah 209 orang dengan kondisi kesejahteraan pegawai yang belum baik. Pekerjaan broadcasters yang menuntut kecepatan, profesionalisme yang tinggi serta dituntut untuk tetap mengikuti perkembangan teknologi tidak dibarengi dengan penghasilan yang memadai. 9 5) TVRI Kaltim dalam kegiatannya juga mendapatkan dukungan dari Pemda Kaltim, baik berupa dukungan dana maupun dukungan sarana dan prasarana. b. PERMASALAHAN 1) Kondisi pemancar di Provinsi Kaltim pada umumnya sudah menurun, sehingga berakibat daya pancar berkurang. Letak geografis yang jauh dan kurang tersedianya alat ukur yang memadai menyebabkan preentif maintenance tidak dapat dilakukan secara berkala. Masalah yang sangat memprihatinkan adalah kurangnya dukungan suku cadang yang memadai, sehingga sebagian besar pemancar yang ada hanya bekerja dengan daya 50 % dari kemampuan maksimalnya. 2) Untuk operasional program, TVRI Kaltim mengalami hambatan, karena kondisi peralatan produksi yang hampir habis life timenya serta transmisi yang tidak mampu karena minimnya anggaran perawatan dan pemeliharaan. 3) Untuk siaran di daerah perbatasan, TVRI Kaltim mengalami hambatan, dimana kondisi pemancar saat ini sama sekali tidak berfunsi. Padahal apabila kondisi pemancar dalam keadaan berfungsi, dan mempunyai power yang kuat, maka siaran TVRI baik nasional maupun local lewat siaran tunda dapat spill over ke Negara Malaysia. TVRI Kaltim telah melakukan berbagai upaya seperti program Paket PSO (Public Service Obligation). TVRI Kaltim berharap untuk dapat segera dibangun 2 (dua) buah pemancar, yaitu di Long Bawan dan di Sebatik yang berhadapan langsung dengan Negara Malaysia. Sementara siaran dari Negara Malaysia dengan strategi komunikiasi dan peralatan transmisi yang tangguh dengan mudah spill over ke masyarakat Indonesia di daerah perbatasan. Hal ini dapat menurunkan rasa nasionalisme serta berdampak pada disintegrasi bangsa. 4) Mengenai konflik yang terjadi di kawasan Ambalat, TVRI Kaltim menyikapi konflik tersebut dengan berupaya memberikan informasi selengkap mungkin, melalui program News and Talks Lintas Kaltim, TVRI menyajikan berita terkini dari perbatasan serta kondisi masyarakat dan menempatkan berita Ambalat sebagai Stokies selama kurun waktu yang cukung panjang, lengkap dengan dialog dengan berbagai pihak termasuk dengan Danlanud, Danlanal, Panglima Gugus Tempur Laut tentang kesiapan TNI dalam mempertahankan wilayah NKRI. 5) Rendahnya tingkat kesejahteraan karyawan TVRI apabila dihadapkan dengan biaya hidup (living cost) di Provinsi Kalimantan Timur khususnya diwilayah perbatasan yang sangat tinggi. 2. STASIUN RRI SAMARINDA a. UMUM 1) Sebagai stasiun penyiaran, RRI Provinsi Kaltim (dalam hal ini RRI Samarinda) memiliki prasarana yang digunakan untuk menjalankan program-program siarannya. Wilayah siaran cukup luas sampai kewilayah utara perbatasan dengan Sabah – Malaysia Timur. 10 2) Pegawai RRI Samarinda berjumlah 98 pegawai dengan status kepegawaian adalah PNS, sehingga system penggajian sesuai dengan Keppres No. 11 th. 2003. Pendapatan hasil jasa siaran dan jasa non siaran RRI yang berasal dari pusat dan daerah diberikan kepada pegawai dalam bentuk THR, namun masih kurang memadai. 3) RRI Samarinda memiliki acara unggulan, seperti Liputan 17/Warta Kaltim, dialog interaktif (masalah actual) yang merupakan sarana pertemuan timbal balik (komunikasi dua arah) antara masyarakat dan instansi/lembaga/organisasi terkait, dan acara hiburan. 4) Berkenaan dengan konflik yang terjadi di Kawasan Ambalat, RRI Samarinda telah melakukan upaya dengan meningkatkan jumlah dan materi penyajian siaran, seperti informasi mengenai perbatasan RI – Malaysia, dialog interaktif mengenai kawasan Ambalat dan perbatasan RI – Malaysia serta program-program lainnya. 5) RRI Samarinda hanya mempunyai 2 (dua) frekuensi, yaitu pro-satu dan pro-dua. Kedua frekuensi tersebut mendapatkan perhatian dari masyarakat, khususnya pro-dua yang menyiarkan acara hiburan musik dari grup-grup terkenal, sehingga dapat mendatangkan income bagi RRI. 6) RRI Samarinda dalam kegiatan operasionalnya juga mendapatkan dukungan dari Pemda dan Pemkot Provinsi Kaltim, baik dukungan dana maupun dukungan sarana dan prasarana. b. PERMASALAHAN 1) Minimnya dukungan anggaran dan sarana operasional RRI, mengakibatkan RRI mengalami kendala dalam mengoperasionalkan kegiatannya. Disamping itu rendahnya tingkat kesejahteraan karyawan RRI apabila dihadapkan dengan biaya hidu (living cost) di Provinsi Kalimantan Timur khususnya di wilayah perbatasan sangat tinggi. 2) Berkenaan dengan luasnya wilayah Provinsi Kaltim dan berbatasan langsung dengan Negara Malaysia, maka jangkauan siaran RRI belum seluruhnya dapat menjangkau wilayah di Provinsi Kaltim. Hal ini disebabkan oleh kekuatan pemancar RRI yang tidak memadai, keterbatasan dana operasional peralatan teknik, suku cadang dan pengadaan peralatan. Namun RRI Samarinda telah melakukan upaya untuk menjangkau seluruh wilayah Kaltim yaitu dengan menempatkan Pemancar FM system Downlink bantuan dari Negara Jerman (program Kfw). Disamping itu RRI juga telah membuat program hiburan dan informasi dalam rangka meningkatkan nasionalisme masyarakat, khususnya di daerah perbatasan. 3) Kondisi wilayah Provinsi Kalimantan Timur terbagi dalam beberapa daerah dengan penempatan instansi pemerintah yang terpisah antar daerah, serta posisi stasiun radio swasta yang letaknya berada di dalam/luar ibukota provinsi, maka sulit untuk melakukan koordinasi antar instansi terkait. 3. PWI DAN MASYARAKAT PERS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR a. UMUM 1) Perkembangan pers di Provinsi Kalimantan Timur, baik cetak maupun elektronik telah berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai dengan telah terbentuknya organisasi-organisasi pers, seperti : AJRI (Asosiasi Jurnalistik Republik Indonesia), KWRI (Komite Wartawan Reformasi 11 Indonesia), Forum Balikpapan, GAWAK (Gabungan Wartawan Kalimantan) dan organisasi pers lainnya. 2) Menjelang pelaksanaan PON ke XVII yang akan dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Timur, berdasarkan hasil Pekan Olahraga Wartawan Nasional dan Konvensi Media Massa Nasional serta hasil pertemuan Rapat Kerja Nasional seksi wartawan olahraga, PWI Kalimantan Timur ditunjuk sebagai tuan rumah dalam Porwarnas ke 9 bulan Pebruari 2007. Porwarnas merupakan ajang silaturahmi bersama insan pers dan sebagai wadah dalam menggalang persatuan dan kesatuan bangsa. b. PERMASALAHAN 1) Fungsi pers sebagai social control di Provinsi Kalimantan Timur belum berjalan dengan baik, dimana persepsi keterbukaan belum dapat dipahami secara memadai oleh masyarakat khususnya tingkat narasumber yang belum dapat menerima sepenuhnya fungsi control pers. Sebagai contoh : masih adanya tindakan main hakim sendiri terhadap wartawan atas pemberitaan yang disampaikan oleh para wartawan. Pemberitaan tersebut dinilai bersifat mencemarkan nama baik atau melecehkan. Tindakan pemukulan/main hakim sendiri terhadap para wartawan tersebut dirasakan tidak sesuai dengan mekanisme penyelesaian secara jurnalistik. Persepsi keterbukaan perlu disosialisasikan kepada semua pihak supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Disamping itu PWI Provinsi Kalimantan Timur juga menghimbau kepada insan jurnalistik untuk dapat menghasilkan produk jurnalistik yang sesuai dengan standarisasi jurnalistik(akurat, jelas, berimbang, dan sebagainya), agar dapat dihasilkan produk jurnalistik yang berkualitas. Untuk itu mengharapkan agar dapat dibentuk Undang-undang anti pemukulan terhadap para wartawan. 2) Berkaitan dengan letak Provinsi Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Negara Malaysia, dimana telah terjadi permasalahanpermasalahan di daerah perbatasan, PWI Kalimantan Timur mendesak Komisi I DPR RI untuk segera membentuk Lembaga atau Badan Pengelola Wilayah Perbatasan yang mempunyai otoritas untuk membuat kebijakan penyelesaian konflik di daerah perbatasan dan kebijakan pembangunan di daerah perbatasan serta melakukan kerjasama regional antar Negara dalam penyelesaian konflik dan pembangunan di wilayah perbatasan. 3) Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Kalimantan Timur sampai saat ini belum terbentuk. Untuk itu diharapkan agar Pemda Provinsi Kalimantan Timur dapat segera membentuk Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, dalam upaya melakukan sosialisasi UndangUndang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. C. PERTEMUAN DENGAN KOMANDAN PANGKALAN ANGKATAN UDARA BALIKPAPAN 1. UMUM 1) Kondisi Lanud Balikpapan saat ini siap melaksanakan dan mendukung operasi penerbangan dan operasi khusus dalam rangka menegakan kedaulatan wilayah udara nasional. Disamping itu Lanud Balikpapan juga 12 melakukan kegiatan latihan, kegiatan Base Operation dan kegiatan Binpotdirga dengan didukung oleh kekuatan personel organic militer dan PNS Lanud Balikpapan saat ini sebanyak 119 personil. 2) Dukungan alutsista yang dimiliki Lanud Balikpapan adalah : - pesawat tempur F-16 sebanyak 3 unit - pesawat Helly SA-330 sebanyak 1 unit - pesawat angkut intai B-737 sebanyak 1 pesawat yang saat ini stand by di Lanut Hasanudin - Makasar - senjata, dan kendaraan operasional 3) Dalam rangka menjaga keutuhan wilayah kedaulatan RI, Lanud Balikpapan merencanakan akan melaksanakan pengembangan organisasi, yaitu peningkatan status : - Lanud Balikpapan dari tipe “C” menjadi Lanud tipe “B” - Perwakilan TNI AU Tarakan menjadi Lanud tipe “C” - Perwakilan TNI AU Melak menjadi Lanud tipe “D” 4) Dalam pelaksanaan tugas pengamanan obyek vital, Lanud Balikpapan sebagai unsur dalam pelaksanaan operasi pertahanan udara oleh Kosekhanudnas II Makassar yang didahului penerimaan BKO pesawat tempur. TNI AU telah melaksanakan latihan pengamanan obyek vital pada tahun 2004. 5) Untuk pengamanan kawasan Ambalat, sesuai Radiogram Pangkoopsau II, sejak tanggal 6 Maret 2005 Satlakopsud Balikpapan telah menerima BKO unsure dari Koopsau I, II dan Korpaskhas yaitu : 1 pesawat F-16 beserta pendukungnya, 1 pesawat Boeing 737 Intai strategis, 1 Helly jenis SA330 sebagai standby SAR tempur, 1 tim SAR, 1 tim Paskhas dan 1 tim Pam alutsista. Lanud Balikpapan siap mendukung pelaksanaan operasi Ambalat, baik operasi lawan udara offensive, operasi pertahanan udara maupun operasi dukungan udara. 6) Pembangunan perwakilan di daerah perbatasan adalah perwakilan TNI AU Tarakan (telah melaksanakan pembangunan irigasi dan renoasi gedung perkantoran dan mess dengan penempatan personel sebanyak 6 orang) dan perwakilan TNI AU Melak (belum dilaksanakan pembangunan, dengan penempatan personel sebanyak 3 orang). 2. PERMASALAHAN 1) Perlunya peningkatan dukungan alutsista, antara lain : standby flight tempur di Lanud Balikpapan yang bertugas melaksanakan patroli di wilayah perbatasan serta ALKI II, standby helly dan tim SAR, pengadaan Ground Support Equipment, dukungan base operation, dan penambahan senjata organic. 2)Minimnya dukungan logistik pasukan yang menjaga perbatasan udara Indonesia. Minimnya uang makan prajurit yang bertugas serta lambatnya proses pencairan, mengakibatkan mereka melakukan tambal sulam dalam mencukupi kebutuhan logistik pasukan yang menjaga wilayah perbatasan udara Indonesia. 3)Minimnya kondisi sarana dan prasarana untuk prajurit. Hal ini dilihat dari sejumlah Pasukan Khas (Paskhas) AU yang ditugaskan menjaga tiga dari empat pesawat tempur F-16 Fighting Falcom milik RI yang ditempatkan di Balikpapan, terpaksa harus tidur di ruang rapat Pangkalan AU yang disulap menjadi kamar dilengkapai veltbelt jika malam tiba. D. SATUAN RADAR 225 TARAKAN a. UMUM 13 1) Kondisi Satuan Radar 225 Tarakan sampai saat ini masih dalam keadaan aman dan terkendali, baik personel maupun alutsista. Kondisi alutsista sudah tua dan kemampuan radar yang menurun. Satuan Radar 225 Tarakan telah melakukan upaya untuk meningkatkan pelaksanaan maintenance dan pemeliharaan tingkat I dan tingkat II sesuai kewenangan Satuan Radar 225 Tarakan. Dalam pelaksanaan Sishanudnas, Satuan Radar 225 Tarakan melaksanakan operasi sesuai prosedur tetap sishanudnas, yaitu semua laporan sasaran (lasa) yang ditangkap oleh Radar dilaporkan ke Pusat Operasi Sektor Hanudnas II Makassar untuk dilaksanakan proses identifikasi. Dalam satu tahun ini Satuan Radar 225 tidak menangkap adanya lasa X. 2) Satuan Radar 225 Tarakan telah melakukan kerjasama dengan Satuan TNI lainnya, antara lain : tukar menukar informasi baik dari AL, AD dan sebaliknya dan mengadakan briefing bersama dalam konteks kedinasan. 3) Jumlah personel di Satuan Radar 225 Tarakan sebanyak 62 orang. Kondisi personel cukup baik, untuk perumahan sesuai dengan jumlah anggota yang berkeluarga. Peningkatan program perumahan sesuai dengan pembangunan fasilitas dalam Tahun Anggaran 2005 akan dibantun 6 unit perumahan type 54. b. PERMASALAHAN 1) Perlu dilakukan penggantian Alutsista (Radar), baik yang di Tarakan maupun di Balikpapan, mengingat usianya yang sudah tua dan kemampuannya yang sudah menurun. 2) Kebutuhan air bersih di perumahan dan komplek perkantoran agak sulit. Untuk itu diharapkan agar dapat segera dibangun fasilitas air bersih di sekitar perumahan dan komplek perkantoran. E. PERTEMUAN DENGAN WALIKOTA TARAKAN, TIMUR DAN KOREM 091/ASN PANGLIMA ARMADA 1. PEMERINTAH DAERAH KOTA TARAKAN a. UMUM 1) Secara umum kondisi Kota Tarakan dalam keadaan aman dan terkendali. Aspek ekonomi masyarakat dalam kondisi normal dan cenderung tumbuh dan berkembang pesat, melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada bulan Desember 2004 melebihi angka 11,4 % yang ditandai dengan tingkat investasi swasta yang melampaui kemampuan investasi pemerintah. 2) Sebagai dampak perubahan yang diakibatkan oleh pesatnya pembangunan kota, maka terdapat implikasi social meskipun tidak menonjol, diantaranya adaptasi perilaku social, pertanahan dan meningkatnya migrasi (7 %). 3) Pemerintah kota Tarakan memberikan dukungan penuh terhadap tugas-tugas TNI dan POLRI yang disesuaikan dengan pola akuntasi keuangan, dengan tidak mengabaikan ketentuan-ketentuan yang ada. 4) Mengenai masalah illegal fishing, Pemerintah Kota Tarakan telah melakukan berbagai upaya untuk memerangi kegiatan illegal fishing di wilayah Tarakan, antara lain mendukung penuh operasi kapal pengawas HIU 007 yang beroperasi di Kalimantan Timur khususnya di wilayah utara, membantu proses penanganan kasus-kasus yang 14 5) 6) 7) 8) ditemukan, dan menyediakan sarana penunjang operasional sesuai dengan UU No. 33 tahun 2004. Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi di wilayah Ambalat, reaksi masyarakat Kota Tarakan terhadap permasalahan tersebut adalah mendukung segala bentuk upaya dan kebijakan negara dalam mempertahankan NKRI, bahkan secara sporadic, ekspresi nasionalisme masyarakat Kota Tarakan sangat tinggi untuk mempertahankan wilayah Ambalat dari pengklaiman negara lain. Dukungan Pemerintah Kota Tarakan terhadap operasi pengamanan kawasan Ambalat adalah memposisikan diri sebagai unsure bantuan koordinasi dan konsolidasi dengan memfasilitasi segala bentuk dan kegiatanan koordinasi yang dilakukan di Tarakan. Secara khusus sikap Pemerintah Kota Tarakan menunggu perkembangan yang ada. Dampak peristiwa Ambalat terhadap perekonomian di Kota Tarakan secara umum tidak berpengaruh, namun secara khusus berpengaruh terhadap kegiatan perdagangan tradisional lintas batas yang telah bertahun-tahun dilakukan oleh masyarakat. Sebagai kota pendukung utama di wilayah perbatasan dalam menghadapi konflik dengan Negara Malaysia, khususnya yang berkenaan dengan permasalahan Blok Ambalat, Pemerintah Kota Tarakan merasa sangat prihatin terhadap alutsista yang dimiliki oleh TNI AL sebagai unjung tombak pengamanan kedaulatan di wilayah perairan NKRI. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Tarakan telah menyampaikan usul kepada Bapak Presiden RI untuk dapat membeli 1 unit kapal cepat type 65 m yang dilengkapi dengan Rudal Exocet seharga 45 juta USD (+ Rp.400 milliar). Dana tersebut dapat dikumpulkan dari 440 pemerintahan kabupaten/kota se-Indonesia, memberikan sumbangan sebesar Rp.1 milliar per kabupaten/kota. Apabila hal tersebut dapat diwujudkan, maka sangat membantu TNI AL untuk memperkuat armada tempur dalam melaksanakan tugas-tugas pengamanan di laut serta dalam mempertahankan wilayah kedaulatan NKRI. b. PERMASALAHAN 1) Pembangunan di wilayah perbatasan agar dapat dilakukan dengan segera, mengingat wilayah perbatasan sangat rentan terhadap berbagai bentuk permasalahan yang dapat membahayakan bagi wilayah NKRI. 2) Rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan, baik nasional maupun provinsi sangat panjang, sehingga menimbulkan permasalahan waktu dalam menyelesaikan permasalahan yang bersifat mendesak. 3) Penguasaan lahan oleh lembaga BUMN ataupun instansi vertical perlu dibatasi atau ditinjau ulang. 2. KOMANDO ARMADA RI KAWASAN TIMUR a. UMUM 1) Pada tanggal 17 Desember 2002 Mahkamah Internasional memenangkan sengketa sili antara Indonesia – Malaysia dengan memutuskan bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan resmi menjadi wilayah kedaulatan Malaysia. Namun sampai saat ini pihak Malaysia masih 15 menggunakan garis batas sesuai peta yang dikeluarkan oleh Pemerintah Malaysia tahun 1979 secara sepihak. 2) Berdasar pemetaan tersebut, Malaysia telah meningkatkan aktivitas di perairan perbatasan Ambalat dan melakukan pelanggaran wilayah oleh Unsur TLDM maupun Pesudnya hingga di perairan Laut Sulawesi. 3) Menindaklanjuti hal tersebut, TNI AL meningkatkan patroli keamanan perbatasan guna mencegah dan menanggulangi terhadap konflik yang mungkin terjadi. 4) Presiden RI kemudian menyampaikan perintah kepada TNI AL untuk melaksanakan Gaklat dan penegakan hukum dilaut sesuai dengan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional di wilayah perairan yurisdiksi nasional Indonesia dengan menghadirkan kekuatan secara berimbang, meneruskan pembangunan menara suar di Karang Unarang, TNI AL melaksanakan pengawasan pengamanan dan perlindungan serta Surs dan prajurit di perbatasan terdepan tidak melepaskan tembakan ke pihak TLDM, tembakan dilepaskan hanya untuk mempertahankan diri dan segera lapor ke komando atas. 5) Pesawat udara TLDM memasuki wilayah kedaulatan udara NKRI sewaktu KRI WIR-879 sedang melaksanakan peran pemeriksaan dan penggeledahan KRI di wilayah NKRI pada tanggal 26 Pebruari 2005 di Teluk Siboko – Laut Sulawesi. 6) Gelar kekuatan SURS TNI AL di daerah perbatasan yaitu 7 Kapal dan 2 pesawat intai maritim, dengan kekuatan KIEMAR 130 personil, terdiri dari : PATMAR P-836 & P-838, KRI NAL-363, KRI TDN-819, KRI HIU804, KRI KST-356, KRI IBL-383, KRI NUK-873 DAN KRI TWS-817. 7) Kesiapsiagaan TNI AL dalam menghadapi situasi di lapangan : - Tawau dan Simpurna digunakan sebagai Pangkalan AJU SUR TLDM - Karang Roach difungsikan sebagai pos pengamatan - Pelanggaran wilayah SUR TLDM terhadap perairan Indonesia yang diklaim sebagai wilayahnya. - Pemberian konsensi eksplorasi minyak Petronas kepada Shell di perairan Laut Sulawesi/East Ambalat - Intensitas patroli unsur TLDM/TUDM meningkat - Peningkatan kegiatan pengintaian oleh pesawat udara TLDM terhadap SURS TNI AL 8) Kegiatan Kapal TLDM dan Marine Police di wilayah yang diklaim oleh Malaysia serta Bangsit Rahops, yaitu : - Kehadiran kekuatan Kapal TLDM rata-rata 2 s/d 3 dan Kapal Marine Police rata-rata 1 s/d 2 - Pergantian kapal TLDM dan Marine Police di sekitar Karang Unarang dilaksanakan sekitar pukul 07.00 s.d 08.00 atau pukul 16.00 s/d 18.00 - Kapal TLDM dan Marine Police selalu ingin berkomunikasi melalui jarring VHF FM CH 16 dengan mengajukan pertanyaan : mengapa pembangunan menara suar tetap dilanjutkan, berapa ketinggian tiang pancang dan diameternya serta kemajuan pembanguannya. Panggilan tersebut tidak pernah dihiraukan oleh KRI. - Kapal TLDM dan Marine Police berusaha untuk mendekat ke Tongkang Lius Indah untuk mengganggu dan menghambat pembangunan Mercusuar di Karang Unarang - PKL AJU Kapal TLDM dan Police Marine menggunakan pelabuhan Simpurna yang berjarak 50 km dari Karang Unarang dan Pelabuhan Tawau yang berjarak 20 km dari Karang Unarang. - Pesawat intai maritime jenis super king, Cassa dan Hercules secara rutin melaksanakan patroli dan mengambil gambar kemajuan pembangunan Menara Suar. 16 7) Peran TNI AL dalam pengamanan pembangunan Menara Suar di Karang Unarang adalah : - Melaksanakan pengawasan pengamanan perairan Karang Unarang dari upaya Kapal TLDM dan Police Marine yang berupaya untuk mendekati ke TB. DC-2 dan Tongkang Lius Indah sebagai pelaksana pembangunan - Menempatkan 1 Tim Paska (7 – 8 orang) di Tongkang Lius Indah dalam rangka melaksanakan pengamanan fisik secara langsung yang dilengkapi dengan senjata perorangan dan pelontar granat. Penempatan dilaksanakan secara bergiliran maksimal 5 hari selama pelaksanaan pembangunan - Memberikan bantuan logistik berupa air tawar ke Tongkang Lius Indah dan siap membantu Serlog bila diperlukan. 8) Upaya antisipasi mengatasi terjadinya konflik dengan TLDM, yaitu : - Menyiapkan KRI dengan kemampuan Rudal dan Torpedo di Surabaya - Merubah komposisi pengerahan kekuatan sesuai kontijensi yang berkembang (telah disiapkan RO Rencana Jingga) - Kerjasama dan koordinasi dengan Komando Samping (TNI AU, AD dan POLRI) - Mengajukan bantuan perkuatan bila diperlukan - Mengoptimalkan peran Pemda dan komponen maritime di ALKI-II untuk dukungan operasi (telah dilakukan koordinasi dengan Pemda Kaltim, Pemda Sulteng dan Pemda Sulut) 9) Situasi di daerah perairan perbatasan RI – Malaysia (Karang Unarang dan Blok Ambalat) masih dapat dikendalikan oleh kekuatan TNI-AL dengan melakukan gelar kekuatan terdiri dari 7 kapal dan 2 pesawat intai maritime. Data aktivitas gelar kekuatan Malaysia diperoleh dari unsure pengawasan pengamanan, komando samping dan Atase Pertahanan RI di Malaysia. Rule of engagment khusus (particular) adalah hadapi kapal perang dan pesawat udara Malaysia di perbatasan RI – Malaysia. Pembangunan suar di Karang Unarang mencapai + 70 %. b. PERMASALAHAN 1) Perlunya pengembangan fasilitas pangkalan TNI AL di daerah perbatasan, dalam hal ini Tarakan sebagai pangkalan AJU. 2) Perlunya dipercepat perbaikan kapal-kapal yang sekarang tidak aktiv/rusak yang ada di pangkalan induk Surabaya 3. KOMANDO GUGUS TEMPUR LAUT ARMADA TIMUR a. UMUM 1) Guspurla Armada Timur sebagai pengemban fungsi operasional unsur-unsur Komando Armada RI Kawasan Timur yang memiliki fungsi sebagai penegak kedaulatan dan hukum di laut, mengemban tugas untuk mengamankan perairan yurisdiksi nasional kawasan timur 17 2) 3) 4) 5) 6) 7) Indonesia dari berbagai ancaman yang membahayakan intergritas dan stabilitas nasional. Tugas pokok Guspurla Armada Timur adalah melaksanakan proyeksi kekuatan guna menyelenggarakan operasi tempur laut, baik untuk mendukung pengendalian laut maupun mencapai tujuan strategis dalam rangka menegakan kedaulatan dan hukum di laut yurisdiksi nasional kawasan Timur Indonesia. Kehadiran unsur-unsur TNI AL dalam melaksanakan tugas penegakan kedaulatan dan hukum di laut disepanjang perbatasan RI - Malaysia khususnya di sekitar Karang Unarang dan sector pertambangan Migas di Ambalat tidak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan terjadinya pelibatan dengan unsur atas air, bawah air maupun unsur udara negara Malayasia. Pelibatan ini sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan dan dapat meningkat sampai pada taraf yang dapat menimbulkan dampak politik yang berbahaya dan melibatkan pemerintah RI dengan negara Malaysia atau pihak negara ketiga. Kekuatan personel Guspurla Armatim saat ini berjumlah 68 orang. Satuan operasional TNI-AL diwilayah perbatasan meliputi unsur-unsur BKO Guspurlaarmatim (KRI Karel Satsuit Tubun 356, KRI Hiu 804, KRI Imam Bonjol 383, KRI Nuku 873, KRI Hasan Basri 882, KRI Tedong Naga 819, KRI Taliwangsa 870, Pesud P-836, Pesud P-838, 1 Tim Taifib di P. Sebatik, dan 2 Tim Paska di TB DC-2/TK Lius Indah) dan Marinir BKO Lanal Nunukan. Situasi keamanan laut di daerah Perbatasan RI– Malaysia khususnya di Karang Unarang dan Blok Ambalat sampai saat ini masih dapat dikendalikan oleh unsur-unsur Guspurlatim dan kekuatan TNI AL dapat mengamankan sepenuhnya pelaksanaan pembangunan menara Suar di Karang Unarang. Berbagai bentuk pelanggaran kedaulatan dan hukum yang dilakukan oleh pihak Malaysia di Perairan perbatasan RI – Malaysia Meliputi : a. Pelanggaran wilayah oleh KD SRI Melaka – 3147 tanggal 7 Januari 2005, b. Penganiayaan terhadap pekerja pembangunan Mercusuar di Tongkang Lius Indah di sekitar perairan Karang Unarang oleh KD Sri Melaka-3147 tanggal 21 Februari 2005 (ABK di jemur selama 4 jam serta penganiayaan terhadap 1 orang mengakibatkan memar). c. Pelanggaran wilayah Pesud TLDM tanggal 26 Februari 2005 pukul 10.58 wita. d. Pelanggaran wilayah oleh Pesud TLDM tanggal 03 Februari 2005 dan berputar 1 (satu) kali dengan maksud mengamati dan mendokumentasikan kegiatan unsur TNI AL. e. Kontak KRI RCG-622 dengan KD, Kerambit-43 di Karang Unarang Teluk Siboko, laut Sulawesi tanggal 5 Maret 2005 KD Kerabit-43 menyampaikan bahwa pihak Malaysia mangajukan 2 (dua) hal Sbb : i. Bahwa status Perairan yang diklaim oleh Malaysia masih dalam proses penyelesaian diplomasi dan mengajak KRI RCG-622 untuk melaksanakan patroli bersama di perairan tersebut. ii. Memohon agar pekerjaan pemasangan suar di Karang unarang dihentikan sambil menunggu penyelsaian kepemilikan wilayayaaah tersebut. f. Kontak KRI NUK-873 dengan KD. Kerambit-43 dan Pesud TLDM jenis Cassa di Karang Unarang Teluk Siboko, Laut Sulawesi tanggal 6 Maret 2005. g. Kontak KRI NUK-873 dengan KD. Kerambit –43 dan PA-42 pada saat patroli pengamanan perbatasan tanggal 7 Maret 2005. Perkembangan situasi di perbatasan RI-Malaysia khususnya di sekitar perairan Karang Unarang dan sector Ambalat setelah tanggal 7 18 maret 2005 sampai dengan 04 April 2005, kondisinya relatif sama dengan kejadian tanggal 5, 6 dan 7 Maret 2005. Gelar kekuatan TLDM di sekitar Karang Unarang terdiri dari 2s.d 3 kapal TLDM dan 1 s.d 2 kapal police Marine, Pesud Intai Maritim Super King, pesawat Hercules dan Heli jenis Bolko. 8) Tingkat pelanggaran hukum di laut. Perairan laut Sulawesi yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia dan Philipina memiliki kerawanan terhadap pelanggaran hukum di laut yang dilakukan oleh kapal-kapal asing maupun nasional. Kerawanan tersebut meliputi : a. Illegal Fishing yang dilakukan oleh nelayan-nelayan Malaysia banyak ditemukan di perairan sebelah selatan pulau Sipadan dan Ligitan sedangkan nelayan-nelayan Philipina (Pump Boat) banyak melakukan penangkapan ikan di perairan Sulawesi Utara.Kapal penangkap ikan yang digunakan oleh nelayan-nelayan Malaysia maupun Philipina lebih modern dibanding dengan nelayan lokal (Kaltim dan Sulut). b. Illegal Logging yang dilakukan oleh kapal-kapal asing maupun lokal pada umumnya menggunakan jalur ALKI II dengan tujuan ke luar negeri. c. Masalah pengiriman TKI illegal melalui jalur laut, khususnya menuju ke Malaysia/Tawau. Kebijaksanaan Malaysia yang mendeportasikan TKI yang dinilai illegal berdasarkan UU Imigrasi Malaysia tanggal 1 Agustus 2002 berdampak pada Pemberlakuan hukuman cambuk, denda dan penjaran telah menimbulkan ketakutan bagi para TKI yang tidak mempunyai legalitas identitas maupun ijin kerja sehingga berkeinginan untuk kembali ke Indonesia dan terlantar di Nunukan karena kehabisan ongkos/Gaji yang belum dibayar oleh majikan selama di Malaysia dan tanggung jawab pengembalian para TKI dari Malaysia ke Indonesia sampai dengan ke daerah domisili asalnya menjadi tanggungjawab Pemerintah RI. 9) Penanganan secara hukum terhadap kapal-kapal asing yang beroperasi di laut Sulawesi adalah menjadi tanggung jawab Gugus Keamanan Laut ( Guskamla armatim) yang berkedudukan di Biak. Sedangkan Guspurla armatim dalam melaksanakan tugas pokoknya apabila unsur-unsur selama melaksanakan patroli menemukan kapalkapal yang dicurigai melakukan tindak pelanggaran hukum di laut, maka dilaksanakan proses penghentian dan Pemeriksaan terhadap kapal/sasaran yang dicurigai berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Apabila terdapat bukti bahwa kapal tersebut melakukan pelanggaran hukum, dikawal dan diserahkan ke Pangkalan TNI AL terdekat untuk diproses lanjut sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. 10)Pemerintah Propinsi/Kodya/Kabupaten serta komponen Maritim yang ada di Sepanjang ALKI II beserta jajaranya ( Pemda Provinsi Kaltim, Provinsi Sulteng, Kodya Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Toli-Toli) sepenuhnya membantu kelancaran kegiatan penegakan kedaulatan dan hukum unsur-unsur TNI AL di perbatasan RI – Malaysia. 11)Kesiapan TNI-AL dalam penangan masalah Ambalat adalah memperkecil resiko yang timbul bila eskalasi meningkat ke arah konflik terbuka dengan unsur TLDM. 12)Berkenaan dengan terjadinya masalah Ambalat, kehadiran unsur-unsur TNI AL dalam melaksanakan tugas penegakan kedaulatan dan hukum di laut di sepanjang perbatasan RI – Malaysia khususnya di sekitar Karang Unarang dan sektor pertambangan Migas di Ambalat tidak dilepas dari kemungkinan-kemungkinan terjadinya pelibatan dengan unsur atas air, bawah air maupun unsur udara negara Malaysia. Pelibatan ini sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan dan dapat meningkat sampai pada taraf yang dapat menimbulkan 19 dampak politik yang berbahaya dan melibatkan pemerintah RI dengan negara Malaysia atau pihak negara ketiga. Untuk memberikan kepastian bertindak kepada para Komandan KRI dan Pesawat Udara TNI AL yang sedang melaksanakan penegakan kedaulatan dan hukum di laut di perbatasan RI-Malaysia, Komandan Guspurla armatim menjalankan prosedur dalam bentuk Aturan Pelibatan taktis ( Rule of Engagement) yang bersifat khusus (Particular) yang meliputi 3 elemen dasar yang dibatasi oleh indikasi, tindakan dan Pembatasan. Dalam mengimplementasikan Aturan Pelibatan di atas telah digunakan azas legalitas berdasarkan hukum nasional, hukum internasional maupun kebiasaan internasional. 13) Penempatan pasukan Marinir serta Pengamanan Sebatik dan Karang Unarang adalah Pasukan Marinir ditempatkan antara lain, di Posal Seipancang dan sebagian sepanjang perbatasan Malaysia-Indonesia yang dinilai rawan konflik dan dihadapi dengan kesiapsiagaan penuh. Kekuatan Marinir yang digelar saat ini dari Pasmar I jumalah 129 orang dengan perbekalan cukup anatara lain, perahu karet, rompi anti peluru, dan Amonisi b. PERMASALAHAN 1) Perlunya pengembangan fasilitas pangkalan TNI AL di daerah perbatasan dalam hal ini Tarakan sebagai Pangkalan Aju. 2) Mohon percepatan perbaikan kapal-kapal yang sekarang tidak aktif/rusak yang ada di Pangkalan Induk Surabaya. 4. KOMANDO RESORT MILITER 091/AJI SURYA NEGARA a. Umum. 1) Korem 091/ASN sebagai badan pelaksana di bawah Kodam VI/TPR bertugas menjaga keutuhan wilayah NKRI diperbatasan Kalimantan Timur- Malaysia sesuai yang diamanatkan UU No.3 Tahun 2002. Dengan demikian segala permasalahan di sepanjang perbatasan tersebut perlu diidentifikasi dan dicarikan penyelesaiannya, sehingga tidak menimbulkan gejolak yang dapat mengancam keutuhan wilayah tersebut. 2) Salah satu fungsi utama Korem 091/ASN sebagai satuan kewilayahan adalah membina hubungan dengan segenap masyarakat melalui Bhakti TNI, Bintahwil dan komunikasi social, sehingga tercipta kemanunggalan TNI-rakyat untuk didayagunakan bagi kepentingan pertahanan negara didarat dalam rangka melaksanakan tugas pokok TNI AD. 3) Korem 091/ASN melaksanakan kegiatan operasi, antara lain : a. Operasi Pemulihan Keamanan. Yonif 611/AWL disiapkan untuk melaksanakan tugas ke daerah rawan NAD dan satuan ini sekarang sudah siap untuk berangkat tugas operasi. b. Operasi Pengamanan Perbatasan. Yonif 613/RJA melaksanakan tugas pengamanan perbatasan RI-Malaysia sepanjang tahun untuk mencegah dan menindak pelintas batas illegal, pencurian sumber daya alam dan masalah-masalah yang timbul di daerah perbatasan. Kegiatan yang dilaksanakan berupa patroli keamanan, kegiatan intelejen dan Binter dalam rangka pembinaan masyarakat sekitar perbatasan. Disamping itu juga mempererat hubungan kerjasama perbatasan kedua negara juga dilaksanakan kegiatan non operasi dengan kegiatan kunjungan balasan, olah raga bersama dan pertukaran anak asuh. 20 c. Operasi Gaktib dan Yustisi Denpom VI-1/SMD. Melaksanakan operasi gaktib dan yutisi secara rutin untuk menegakan disiplin dan tata tertib prajurit TNI diluar markas serta menyidikan perkara pelanggaran hukum yang dilakukan oleh prajurut TNI di wilayah Korem 091/ASN. d. Operasi Pengamanan VVIP. Satgas Pam VVIP Korem 091/ASN melaksanakan pengamanan VVIP guna memjamin keselamtan RI 1 dan RI 2 berserta keluarganya, tamu kepala negara sahabat atau yang setingkat yang melaksanakan kunjungan ke Wilayah Korem 091/ASN. e. Operasi Preventif. Kodim 0901/SMD melaksanakan pengamanan preventif dalam rangka cegah dini dan deteksi dini, khususnya di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur yaitu di Kota Samarinda dengan melaksanakan kegiatan patroli kota secara rutin, kegiatan intelijen dan binter serta kesiapsiagaan satuan dalam rangka pemberian bantuan kepada Kepolisian. 4) Dalam mengatasi permasalahan yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, Korem 091/ASN melaksanakan kegiatan antara lain : Melaksanakan patroli disekitar perbatasan, berkoordinasi dengan instansi terkait dan masyarakat yang berada disekitar daerah perbatasan terutama di titik-titik rawan terhadap kegiatan Illegal Logging, melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait apabila terjadi suatu permasalahan di daerah perbatasan, dan memanfaatkan peralatan, sarana dan prasarana yang ada serta memanfaatkan sarana trasportasi umum di masyarakat. b. PERMASALAHAN 1) Wilayah Kalimantan Timur yang sangat luas dan terdiri dari banyak pulau kecil tidak lepas dari permasalahan yang belum terselesaikan sampai saat ini, yaitu diantaranya adalah permasalahan perbatasan didarat maupun perbatasan dilaut, yaitu : a. Masalah Garis Batas, antara lain : - Di Pulau Sebatik. Permasalahan keberadaan tugu batas tidak sesuai dengan perjanjian pada tahun 1912, sehingga pihak Indonesia dirugikan seluas 103 Ha. - Di Sungai Simantipal dan Sungai Sinapat. Perbedaan pendapat tentang perjajian pada tahun 1915 dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan. b. Masalah Illegal Logging, yaitu : - Adanya permainan para cukong (Pemodal Nakal) baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri khususnya dari negara Malaysia yang memberikan modal kepada masyarakat yang ada di daerah perbatasan berupa dana dan sarana prasarana (Alat berat dan Show mill) - Adanya indikasi keterlibatan aparat yang terkait karena pengaruh materi sehingga terjadi penyalahgunaan wewenang dan tanggung jawabnya. - Melibatkan rakyat di daerah perbatasan, karena tingkat kehidupan masyarakat di wilayah perbatasan masih rendah sehingga mudah dipengaruhi dengan materi dan keterbatasan lapangan kerja selain pekerjaan menebang hutan. - Adanya perijinan yang belum jelas, karena masing-masing menerapkan aturan yang berada antara pusat dengan daerah (HPH dengan IPK) dan antara satu instansi dengan instansi lain juga berbeda. 21 - Lokasi yang tidak jelas dalam pengelolaan hutan, sehingga sering terjadi pekerjaan diluar lokasi yang sudah ditentukan (tidak sesuai dengan lokasi ijin yang ada) - Penipuan jumlah dalam pengelolaan dan pengangkutan serta tujuan pengiriman kayu dimana sering disalh gunakan dan tidak sesuai dengan ijinnya. 3) Panjangnya garis batas antara Kalimantan Timur-Malaysia sejauh 983,82 Km dengan jumlah Pos Pengamanan Perbatasan yang relatif sedikit (13 pos) sehinggaa sangat menyulitkan pemantauan di lapangan apalagi dihadapkan pada medan yang sulit sehingga kondisi riil ini mengundang kerawanan terhadap pelanggaran kedaulatan negara di wilayah perbatasan. 4) Terbatasnya infrastruktur khususnya jalan darat dan terbatasnya trasportasi di daerah perbatasan ke kota mengakibatkan masyarakat Kalimantan Timur diperbatasan lebih tertarik untuk bepergian ke Malaysia. 5) Banyaknya jalan terobosan (Jalan Tikus) yang tidak dapat terjangkau dan tidak terpantau oleh pos pengamanan perbatasan , mendorong masyarakat perbatasan dan cukong/pengusaha Malaysia malakukan kegiatan Illegal Logging. 6) Tidak meratanya penyebaran penduduk di sepanjang daerah perbatasan menyulitkan pengawasan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh oknum masyarakat kalimantan Timur maupun Oknum cukong/Pengusaha Malaysia yang melakukan kegiatan illegal logging di perbatasan. 7) Kesenjangan pembangunan dan ekonomi serta tingkat pendapatan yang berbeda antara masyarakat Kalimantan Timur dengan masyarakat Malaysia, mendorong keinginan sebagian penduduk didaerah perbatasan melakukan kegiatan illegal. 8) Kurangnya perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terhadap pembangunan di daerah perbatasan mengakibatkan wilayah perbatasan kalimantan Timur-Malaysia relatif tertinggal dari daerah lain dan terisolir sehingga masyarakat lebih cenderung mengenal Malaysia di banding negara sendiri. 9) Belum ada satu badan/instansi yang mengkoordinir dan menangani secara terpadu tentang permasalahan di perbatasan. 10)Kondisi alat peralatan, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pos pamtas saat ini belum memadai di hadapan dengan tugas yang dihapai. F. KUNJUNGAN KE NUNUKAN, PULAU SEBATIK, KARANG UNARANG DAN KAWASAN AMBALAT Kunjungan ke lapangan dilaksanakan pada hari ke-3 tanggal 6 April 2005 dengan menggunakan Kapal TNI AL Karel Satsuit Tubun. Tim mengadakan kunjungan ke Kabupaten Nunukan (melihat pos penampungan TKI), Karang Unarang (pembangunan Mercusuar), Pulau Sebatik (Pos TNI) dan Kawasan Blok Ambalat. 22 1) Pos Penampungan TKI di Kabupaten Nunukan Kunjungan pertama dilakukan dengan melihat penampungan TKI di Kabupaten Nunukan. Ketika berkunjung ke Nunukan dan melihat langsung kondisi barak penampungan TKI di Mambunut, Tim Kunker Komisi I mengkritik keras pemerintah, terkait penanganan yang dilakukan para TKI di Nunukan. Kritikan itu karena melihat kondisi barak penampungan yang dianggap sangat memprihatinkan. Dengan kondisi seperti ini dapat diketahui apa yang dialami para TKI di barak penampungan di Nunukan. Disamping itu pemerintah belum membekali TKI ke luar negeri yang diproses di Nunukan dengan pengetahuan-pengetahuan apa yang seharusnya dilakukan para TKI selama bekerja di luar negeri, sehingga diharapkan para TKI yang bekerja di luar negeri mengetahui aturan-aturan apa saja yang harus dipenuhi untuk bekerja di luar negeri, sebelum mereka berangkat ke negara tujuan. 2) Pembangunan Mercusuar di Karang Unarang. Dalam kunjungan tersebut Tim melihat langsung pembangunan mercusuar dan pengamanan dari TNI-AL dengan menempatkan 1 Tim Paska (7-8 orang) di TK. Lius Indah dalam rangka pengamanan fisik secara langsung yang dilengkapi senjata perorangan dan pelontar granat. Penempatan dilaksanakan secara bergiliran maksimal 5 hari selama pelaksanaan pembangunan. Dalam proses pembangunan mercusuar tersebut, telah dilakukan penganiayaan terhadap pekerja pembangunan mercusuar di Tongkang Lius Indah oleh KD Sri Melaka-3147 tanggal 21 Pebruari 2005 dimana ABK dijemur selama 4 jam serta penganiayaan terhadap 1 orang pekerja yang mengakibatkan luka memar ditubuhnya. Para pekerja mercusuar tetap bersemangat bekerja siang malam tanpa takut gangguan dari pihak Malaysia. Kondisi pembangunan Mercusuar pada waktu kunjungan Tim telah mencapai + 70 % 3) Kunjungan ke Kawasan Blok Ambalat Dalam kunjungan tersebut, Tim melihat kesiapan para TNI dalam menjaga wilayah Ambalat dari pengklaiman Negara Malaysia. Dalam upaya pengamanan wilayah perbatasan RI, TNI AL telah menempatkan 7 KRI dan 2 Pesud jenis Nomad, 2 Tim Paska, 1 Kompi Marinir. Di sekitar kawasan Ambalat, Tim melihat ada 4 kapal perang Malaysia yang jaraknya dengan Kapal RI sekitar 7 – 8 meter, sehingga dengan jelas terlihat persenjataan yang melengkapi kapal perang Malaysia. Dalam kunjungan tersebut, Tim dikawal oleh Pasukan Marinir dan Pasukan Katak lengkap dengan persenjataan perang. 4) Kunjungan ke wilayah perbatasan RI – Malaysia di Pulau Sebatik. a. Kondisi Pulau Sebatik. Pulau Sebatik terbagi dua oleh perbatasan dan penduduknya kebanyakan suku Bugis dari Sulawesi Selatan. Dipulau Sebatik terdapat + 167 Kepala Keluarga. Mereka ada yang tinggal di luar garis batas Indonesia dan diperbatasan wilayah Malaysia, tetapi mereka mempunyai KTP Indonesia. Walaupun mereka tinggal di wilayah perbatasan, namun mereka tetap memiliki rasa nasionalisme dan tetap mempertahankan wilayah NKRI. b. Pengamanan wilayah perbatasan - Dukungan Alutsista Sudah menjadi rahasia umum, luasnya wilayah territorial Indonesia menjadi kendala tersendiri bagi pengamanan kawasan perbatasan, terutama menyangkut jumlah personel, peralatan dan dukungan anggaran. Dalam kunjungan tersebut, Tim melihat bahwa sejumlah Alutsista TNI, baik AD, AU dan AL dalam mendukung pengamanan wilayah RI kondisinya baik dari segi kualitas maupun kuantitas 23 sangat memprihatinkan, masih jauh dari kebutuhan dan kesiapan. Pembuatannya berkisar dari tahun 150 – 1960, misalnya saja Panser, dengan kuantitas 90 % dan kualitas pembuatan tahun 1952-1958, Tank, dengan kuantitas 75 % dan kualitas pembuatannya tahun 1960, Meriam Armed, dengan kuantitas 100 % dan kualitas pembuatan tahun 1950, Rudal Rapier, dengan kuantitas 100 % buatan tahun 1985 dan saat ini sudah kadaluarsa atau tidak layak untuk digunakan lagi. - Dukungan Personil Dukungan personel TNI dalam pengamanan wilayah perbatasan dari segi kuantitas baru mencapai + 60 % dari kebutuhan. Untuk itu dilaporkan, bahwa Kodam VI/Tanjungpura merencanakan akan mengembangkan kekuatan menjaga wilayah perbatasan di Kalimantan Timur dengan menambah 1 (satu) Brigade dan 2 (dua) batalyon. Saat ini pasukan yang disiagakan terdiri dari Pasukan Yonif 613, Pasukan Yonif 611, dan Pasukan Yonif 600 Rider. Sesuai Probangkuat, Kodam VI/TPR tahun 2005 – 2009 perlu melakukan percepatan penambahan gelar kekuatan Satuan tempur yang meliputi Mabrigif di Sangatta, Yonif 612 di Botang, Yonif 632 di Muara Tewe, Yonif khusus 614 di Malinau, Yonif khusus 644 di Kapuas Hulu serta pengembangan Satbanpur Denka-1 menjadi Yonkav di Balikpapan, Baterea Armed-BS menjadi Yonarmed-17 di Tenggarong serta penambahan perkuatan untuk Satkowil daerah perbatasan sejumlah 5 Kodim, diperkuat dengan masing-masing 1 pleton personel infantri dan 77 Koramil, masing-masing 1 regu infantri. - Untuk pos-pos pengamanan perbatasan dilaporkan bahwa sudah dibangun 30 pos dan program tahun 2005 akan dibangun 8 pos perbatasan. Meskipun telah direncanakan pembangunan 8 pos perbatasan dalam tahun 2005, masih ada kekurangan 50 pos lagi, dengan biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan tersebut sebesar Rp.11.671.996.875,- Dukungan Anggaran Tim melihat langsung dukungan anggaran wilayah perbatasan, dan sangat prihatin dengan tidak jelasnya anggaran pertahanan untuk wilayah perbatasan, akibat implementasi proporsionalitas anggaran yang tidak jelas. Padahal Komisi I DPR RI telah menyetujui pengajuan anggaran pengamanan perbatasan dalam tahun 2005 sebesar Rp.246,99 milyat diluar anggaran TNI secara keseluruhan. Minimnya dukungan anggaran kesejahteraan prajurit khsusunya yang bertugas di wilayah perbatasan, apalagi biaya hidup (living cost) di wilayah perbatasan jauh lebih mahal apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya serta lambatnya proses pencairan dana, mengakibatkan para prajurit melakukan tambal sulam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Bagaimana mungkin dapat meningkatkan pengamanan kawasan perbatasan jika soal yang paling mendasar, yakni kesejahteraan prajurit yang berada di garda terdepan dan bertaruh nyawa ditempatkan pada prioritas yang kesekian. G. PERTEMUAN DENGAN DUBES RI UNTUK MALAYSIA DAN KONJEN RI DI TAWAU 1) Dalam menyikapi permasalahan di Kawasan Ambalat, Malaysia telah mempersiapkan kekuatan pertahanan dan keamanannya, antara lain : a. Latihan bersama AU-FPDA tanggal 12 – 16 April 2005 di Kuantan (Pangkalan Butter Worth) 24 b. Latihan Dog Fight, pesawat F-18/Hornet dan terbang malam hari di daerah sengketa (pangkalan labuhan) c. Latihan kavalary di perbatasan Tebedu (pangkalan Kuching) d. Pergeseran arteleri dan Radar Elektronik dari Labuhan ke Kuching e. Perkuatan 16 pesawat Hawk 208 ke Labuhan f. Operasi Pasir Selatan (pertahanan pulau-pulau kecil) : Kie Para, Kie Infantri dilengkapi dengan Fence, Bunker, Land Mine g. Membatalkan kunjungan Pasis MTAT ke Medan dan Riau sampai dengan tidak terbatas. h. Menarik seluruh personel yang melaksanakan bantuan kemanusiaan di Provinsi Aceh pada akhir bulan Maret 2005 i. Malaysia tidak ingin perang, tetapi siap. 2) Beberapa permasalahan yang ditangani oleh Konjen RI Kinabalu adalah masalah perlindungan warga khususnya para TKI yang bekerja di Malaysia. TKI pada umumnya masih illegal, karena tidak dilengkapi oleh surat-surat resmi dan hanya menggunakan passport lawatan untuk jangka waktu 1 bulan. Apabila waktunya telah habis, passport tersebut tidak diperpanjang oleh para majikan, karena untuk memperpanjang harus mengeluarkan dana sebesar 400 – 500 ringgit dan TKI illegal sangat murah. Disamping masalah TKI, Konjen Kinabalu menghadapi permasalahan mengenai penangkapan orang lintas batas Pulau Sebatik dan penculikan 3 orang WNI di wilayah perairan Malaysia – Filipina. Ketiga ABK bersama 4 rekan ABK lainnya sedang membawa kapal Tang Boat Bonggaya SDN BHD, perusahaan milik Warga Malaysia. Kapal tersebut berasal dari Berau, Kaltim menuju arah Sandakan – Malaysia. Pihak Konjen telah melakukan kerjasama dengan Kepolisian Malaysia dan Filipina. Informasi terakhir yang diperoleh, bahwa ketiga WNI berada di wilayah kepulauan Tawi-Tawi – Filipina, tepatnya di Pulau Sulu. Dugaan sementara yang melakukan penculikan ini adalah Kelompok Abu Sayap. Apabila benar, maka biasanya yang diminta adalah jaminan berupa financial. Konjen RI terus melakukan upaya pembebasan dan melakukan kerjasama dengan Gubernur Tawitawi. 3) Dalam pertemuan dengan Masyarakat Indonesia di Tawau (para pekerja di perkebunan), dijelaskan bahwa perusahaan pekerja telah memberikan fasilitas untuk para pekerja, seperti tempat tinggal, gaji, asuransi dan fasilitas lainnya. Menyikapi permasalahan yang terjadi di kawasan Ambalat, para pekerja mengharapkan agar Pemerintah RI dan Pemerintah Malaysia dapat menyelesaikan secara diplomatis, dan menghindari konflik yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik senjata, karena apabila terjadi konflik senjata (perang), Pemerintah Malaysia akan memulangkan seluruh pekerja Indonesia dan hal ini akan mengakibatkan mereka akan kehilangan lapangan pekerjaan. III. KESIMPULAN Dari hasil pertemuan dan kunjungan ke lapangan di Provinsi Kalimantan Timur, Tim Kunjungan Kerja Komisi I menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : A. BIDANG PERTAHANAN 25 1. Secara geografis, wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Negara Malaysia, memiliki permasalahan yang belum terselesaikan sampai saat ini, yaitu mengenai penetapan garis batas wilayah dengan Negara Malaysia, antara lain : - Di Pulau Sebatik. Permasalahan keberadaan tugu batas tidak sesuai dengan perjanjian pada tahun 1912, sehingga pihak Indonesia dirugikan seluas 103 Ha. - Di Sungai Simantipal dan Sungai Sinapat. Perbedaan pendapat tentang perjajian pada tahun 1915 dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan. 2. Kondisi alutsista TNI, khususnya dalam pengamanan di wilayah perbatasan dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas masih jauh dari yang diharapkan, dimana kualitasnya sudah cukup tua dan kadaluarsa, serta dari segi kuantitas, alutsista yang ada masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan, apabila dikaitkan dnegan beban tugas yang diemban dalam pengamanan wilayah RI, khususnya di wilayah perbatasan. 3. Dukungan personel TNI dalam pengamanan wilayah perbatasan dari segi kuantitas baru mencapai + 60 %. Dilaporkan bahwa Kodam VI/TJP merencanakan akan mengembangkan kekuatan menjaga wilayah perbatasan di Kalimantan Timur dengan menambah 1 (satu) brigade dan 2 (dua) batalyon. Saat ini pasukan yang disiagakan terdiri dari Pasukan Yonif 613, Yonif 611 dan Yonif 600 Rider. Sesuai Probangkuat, Kodam VI/TPR tahun 2005 – 2009 perlu melakukan percepatan penambahan gelar kekuatan Satuan tempur yang meliputi Mabrigif di Sangatta, Yonif 612 di Botang, Yonif 632 di Muara Tewe, Yonif khusus 614 di Malinau, Yonif khusus 644 di Kapuas Hulu serta pengembangan Satbanpur Denka-1 menjadi Yonkav di Balikpapan, Baterea Armed-BS menjadi Yonarmed-17 di Tenggarong serta penambahan perkuatan untuk Satkowil daerah perbatasan sejumlah 5 Kodim, diperkuat dengan masing-masing 1 pleton personel infantri dan 77 Koramil, masing-masing 1 regu infantri. 4. Komisi I DPR RI sangat prihatin dengan tidak jelasnya anggaran pertahanan untuk wilayah perbatasan, akibat implementasi proporsionalitas anggaran yang tidak jelas. Padahal Komisi I DPR RI telah menyetujui pengajuan anggaran pengamanan perbatasan dalam tahun 2005 sebesar Rp.246,99 milyat diluar anggaran TNI secara keseluruhan. Minimnya dukungan anggaran kesejahteraan prajurit khsusunya yang bertugas di wilayah perbatasan, apalagi biaya hidup (living cost) di wilayah perbatasan jauh lebih mahal apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya serta lambatnya proses pencairan dana, mengakibatkan para prajurit melakukan tambal sulam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Bagaimana mungkin dapat meningkatkan pengamanan kawasan perbatasan jika soal yang paling mendasar, yakni kesejahteraan prajurit yang berada di garda terdepan dan bertaruh nyawa ditempatkan pada prioritas yang kesekian. Disamping itu fasilitas perumahan masih sangat kurang dan belum dapat mencukupi kebutuhan personil yang ada dan sebagian besar perumahan/asrama saat ini sudah tidak layak huni. 5. Dalam menjaga keutuhan NKRI di Kalimantan, Kodam VI/Tanjung Pura menempatkan pos-pos perbatasan di sepanjang perbatasan RI – Malaysia dengan jumlah pos yang sudah tergelar 30 pos, terdiri dari 17 pos di wilayah Kalimantan Barat dan 13 pos di wilayah Kalimantan Timur dengan kekuatan 1000 orang. Diantara pos-pos tersebut, ada 4 26 pos perbatasan yang merupakan pos gabungan bersama TNI AD – TDM, yaitu 2 pos di wilayah Indonesia (Entikong dan Simanggaris) dan 2 pos di wilayah Malaysia (Biawak dan Lubuk Antu). Dalam upaya pengamanan perbatasan, Kodam VI/TPR menghadapi beberapa kendala, antara lain jumlah 30 pos batas dihadapkan dengan panjang garis batas 2004 km yang tidak memadai, infrastruktur yang belum terbangun, terbatasnya sarana transportasi dan lainnya. Dalam menghadapi kendala tersebut, Kodam VI/TPR telah melakukan upayaupaya, antara lain rencana penambahan 8 pos batas pada tahun 2005 dan 50 pos batas berikutnya dengan kebutuhan anggaran sebesar Rp.11.671.996.875,- serta 6 pos terpadu. 6. Berkenaan dengan terjadinya masalah Ambalat, kehadiran unsurunsur TNI AL dalam melaksanakan tugas penegakan kedaulatan dan hukum di laut di sepanjang perbatasan RI – Malaysia khususnya di sekitar Karang Unarang dan sektor pertambangan Migas di Ambalat tidak dilepas dari kemungkinan-kemungkinan terjadinya pelibatan dengan unsur atas air, bawah air maupun unsur udara negara Malaysia. Pelibatan ini sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan dan dapat meningkat sampai pada taraf yang dapat menimbulkan dampak politik yang berbahaya dan melibatkan pemerintah RI dengan negara Malaysia atau pihak negara ketiga. Situasi di daerah perairan perbatasan RI – Malaysia (Karang Unarang dan Blok Ambalat) masih dapat dikendalikan oleh kekuatan TNI-AL dengan melakukan gelar kekuatan terdiri dari 7 Kapal dan 2 pesawat pengintai maritim. Disamping itu TNI AU dan TNI AD juga melakukan kesiapsiagaan dalam upaya pengamanan di wilayah perbatasan. 7. Pembangunan Mercusuar pada waktu kunjungan Komisi I DPR RI telah mencapai + 70 %. Pembangunan mercusuar tersebut mendapatkan pengamanan dari TNI-AL dengan menempatkan 1 Tim Paska (7-8 orang) di TK. Lius Indah dalam rangka pengamanan fisik secara langsung yang dilengkapi senjata perorangan dan pelontar granat. Penempatan dilaksanakan secara bergiliran maksimal 5 hari selama pelaksanaan pembangunan. Dalam proses pembangunan mercusuar tersebut, telah dilakukan penganiayaan terhadap pekerja pembangunan mercusuar di Tongkang Lius Indah oleh KD Sri Melaka3147 tanggal 21 Pebruari 2005 dimana ABK dijemur selama 4 jam serta penganiayaan terhadap 1 orang pekerja yang mengakibatkan luka memar ditubuhnya. Para pekerja mercusuar tetap bersemangat bekerja siang malam tanpa takut gangguan dari pihak Malaysia. 8. Dalam rangka menjaga kedaulatan wilayah RI, TNI AU (Lanud Balikpapan) dan TNI AL (Gugus Laut Armada Timur) merencanakan akan melaksanakan pengembangan organisasi, yaitu peningkatan status : - Lanud Balikpapan dari tipe “C” menjadi Lanud tipe “B” - Perwakilan TNI AU Tarakan menjadi Lanud tipe “C” - Perwakilan TNI AU Melak menjadi Lanud tipe “D” - Pengembangan fasilitas Pangkalan TNI-AL di daerah perbatasan, dalam hal ini Tarakan sebagai Pangkalan AJU 9. Dalam pengamanan obyek vital, sesuai UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI yang menyatakan bahwa tugas TNI salah satunya adalah pengamanan obyek vital nasional yang apabila dihadapkan dengan keputusan Presiden RI No. 63 tahun 2004 tentang perintah penyerahan tugas dan tanggung jawab pengamanan obyek vital nasional kepada pihak otoritas, menjadi kendala bagi Kodam VI/TPR, 27 karena sampai saat ini belum ada kejelasan tentang pelaksanaan pengamanan obyek vital nasional yang harus dilaksanakan secara dini dan cepat, khususnya pengamanan obyek vital LNG Bontang yang sangat rawan terhadap serangan udara musuh. B. BIDANG LUAR NEGERI 1. Dalam menyikapi permasalahan di Kawasan Ambalat, Malaysia telah mempersiapkan kekuatan pertahanan dan keamanannya, dengan melakukan latihan-latihan di Pangkalan, pergeseran arteleri, perkuatan pesawat udara, operasi pertahanan di pulau-pulau kecil dan kegiatan lainnya. 2. Beberapa permasalahan yang ditangani oleh Konjen RI Kinabalu adalah masalah perlindungan warga khususnya para TKI yang bekerja di Malaysia. TKI pada umumnya masih illegal, karena tidak dilengkapi oleh surat-surat resmi dan hanya menggunakan passport lawatan untuk jangka waktu 1 bulan. Disamping masalah TKI, Konjen Kinabalu menghadapi permasalahan mengenai penangkapan orang lintas batas Pulau Sebatik dan penculikan 3 orang WNI di wilayah perairan Malaysia – Filipina. Ketiga ABK bersama 4 rekan ABK lainnya sedang membawa kapal Tang Boat Bonggaya SDN BHD, perusahaan milik Warga Malaysia. Kapal tersebut berasal dari Berau, Kaltim menuju arah Sandakan – Malaysia. Pihak Konjen telah melakukan kerjasama dengan Kepolisian Malaysia dan Filipina. Informasi terakhir yang diperoleh, bahwa ketiga WNI berada di wilayah kepulauan TawiTawi – Filipina, tepatnya di Pulau Sulu. Dugaan sementara yang melakukan penculikan ini adalah Kelompok Abu Sayap. Apabila benar, maka biasanya yang diminta adalah jaminan berupa financial. Konjen RI terus melakukan upaya pembebasan dan melakukan kerjasama dengan Gubernur Tawi-tawi. 3. Dalam pertemuan dengan Masyarakat Indonesia di Tawau (para pekerja di perkebunan), dijelaskan bahwa perusahaan pekerja telah memberikan fasilitas untuk para pekerja, seperti tempat tinggal, gaji, asuransi dan fasilitas lainnya. Menyikapi permasalahan yang terjadi di kawasan Ambalat, para pekerja mengharapkan agar Pemerintah RI dan Pemerintah Malaysia dapat menyelesaikan secara diplomatis, dan menghindari konflik yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik senjata, karena apabila terjadi konflik senjata (perang), Pemerintah Malaysia akan memulangkan seluruh pekerja Indonesia dan hal ini akan mengakibatkan mereka akan kehilangan lapangan pekerjaan. B. BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1. Minimnya dukungan sarana dan prasarana seperti pemancar TVRI dan RRI, sarana studio serta minimnya dukungan anggaran mengakibatkan TVRI Kaltim dan RRI Samarinda mengalami kendala dalam mengoperasionalkan programnya. 2. Untuk siaran di daerah perbatasan, dilaporkan bahwa TVRI Kaltim mengalami hambatan, dimana kondisi pemancar saat ini sama sekali tidak berfunsi. Padahal apabila kondisi pemancar dalam keadaan berfungsi, dan mempunyai power yang kuat, maka siaran TVRI baik nasional maupun local lewat siaran tunda dapat spill over ke Negara Malaysia. TVRI Kaltim telah melakukan berbagai upaya seperti program Paket PSO (Public Service Obligation). TVRI Kaltim berharap untuk dapat segera dibangun 2 (dua) buah pemancar, yaitu di Long Bawan dan di Sebatik yang berhadapan langsung dengan 28 Negara Malaysia. Sementara siaran dari Negara Malaysia dengan strategi komunikiasi dan peralatan transmisi yang tangguh dengan mudah spill over ke masyarakat Indonesia di daerah perbatasan. Hal ini dapat menurunkan rasa nasionalisme serta berdampak pada disintegrasi bangsa. Di sisi lain siaran RRI Samarinda juga belum seluruhnya dapat menjangkau wilayah di Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini disebabkan oleh kekuatan pemancar RRI tidak memadai, keterbatasan dana operasional peralatan teknik, suku cadang dan pengadaan peralatan. 3. Rendahnya tingkat kesejahteraan karyawan TVRI dan RRI, apabila dihadapkan dengan biaya hidup (living cost) di Provinsi Kalimantan Timur, khususnya di wilayah perbatasan yang sangat tinggi. 4. Fungsi pers sebagai social control di Provinsi Kalimantan Timur belum berjalan dengan baik, dimana persepsi keterbukaan belum dapat dipahami secara memadai oleh masyarakat khususnya tingkat narasumber yang belum dapat menerima sepenuhnya fungsi control pers. Persepsi keterbukaan perlu disosialisasikan kepada semua pihak supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Disamping itu PWI Provinsi Kalimantan Timur juga menghimbau kepada insan jurnalistik untuk dapat menghasilkan produk jurnalistik yang sesuai dengan standarisasi jurnalistik(akurat, jelas, berimbang, dan sebagainya), agar dapat dihasilkan produk jurnalistik yang berkualitas. 5. Keberadaan UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran belum tersosialisasikan, karena sampai saat ini Provinsi Kalimantan Timur belum membentuk KPID. IV. SARAN 1. Melihat kondisi geografis Provinsi Kalimantan Timur yang letaknya berbatasan dengan Negara Malaysia, maka perlu dilakukan pembangunan kawasan perbatasan untuk memacu pertumbuhan sosial ekonomi dan peningkatan kesejahteraan di kawasan tersebut, mengingat kawasan perbatasan Kaltim mempunyai potensi yang besar untuk dapat dikembangkan, baik potensi sumber daya alam maupun potensi di bidang perdagangan, wisata dan jasa. Disamping itu pembangunan kawasan perbatasan dilakukan untuk mengurangi tingkat kesenjangan ekonomi masyarakat yang dapat mengancam integritas bangsa yang berakibat terjadinya disintegrasi bangsa. 2. Melihat kondisi geografis wilayah Indonesia yang berbatasan dengan negara-negara tetangga serta banyaknya permasalahan yang terjadi di wilayah perbatasan, maka perlu segera dibentuk suatu badan/lembaga yang bertugas menangani wilayah perbatasan. Pembentukan Lembaga/badan tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan di wilayah perbatasan, baik dari segi ekonomi, politik dan sosial budaya. 3. TNI harus berada di seluruh titik perbatasan wilayah Indonesia, begitu juga soal pengamanan 12 pulau lain yang juga berpotensi memicu konflik di wilayah perbatasan. Untuk itu sarana dan prasarana TNI baik AD, AL dan AU dari segi kualitas dan kuantitas mendesak untuk diperhatikan, seperti radar, kapal-kapal patroli baik darat, laut maupun udara, standby flight tempur, jaringan komputer yang bersifat on-line system, termasuk alat-alat perhubungan dan komunikasi untuk keperluan tugas TNI agar mendapat dukungan segera. 29 4. Kesejahteraan prajurit khususnya yang ditugaskan di wilayah perbatasan agar disesuaikan dengan porsi anggaran yang telah disediakan, apalagi biaya hidup (living cost) di wilayah perbatasan jauh lebih mahal dibandingkan dengan wilayah lainnya. Demikian juga dengan sarana perumahan prajurit TNI diharapkan agar lebih diperhatikan dengan menyediakan rumah-rumah dan asrama yang layak huni, sehingga tingkat pengabdian mereka menjadi lebih tinggi. 5. Di pulau-pulau terluar juga harus dibangun Mercusuar dan aktivitas perekonomian, agar rakyat di daerah perbatasan meningkat kesejahteraan dan perekonomiannya, sehingga tidak ada jurang (gap) antara kehidupan masyarakat disepanjang perbatasan dengan warga yang berada di seberang perbatasan. Wilayah perbatasan dijadikan wilayah terdepan (serambi) bagi wilayah RI yang berhadapan langsung dengan negara tetangga dan hal itu merupakan benteng yang paling kuat untuk menjaga perbatasan Indonesia secara sosiologis. 6. Dalam bidang komunikasi dan informasi, perlu segera dibentuk KPID, karena kehadiran KPID sangat penting untuk lebih mengoptimalkan fungsi komunikasi dan informasi di Provinsi Kalimantan Timur guna meningkatkan proses integrasi bangsa. Disisi lain, perlu ditingkatkan sarana dan prasarana penunjang bagi TVRI dan RRI seperti transmisi dan pemancar khususnya di wilayah perbatasan, agar masyarakat Indonesia di wilayah Perbatasan dapat menikmati program-program siaran nasional dalam rangka meningkatkan rasa nasionalisme dan integrasi bangsa dan perlu peningkatan kesejahteraan pegawai, baik TVRI maupun RRI, apalagi biaya hidup (living cost) di wilayah perbatasan jauh lebih mahal dibandingkan dengan wilayah lainnya. V. PENUTUP Demikian Laporan Tim Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Provinsi Kalimantan Timur. Laporan tersebut diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Komisi I dalam melakukan pembahasan dengan pemerintah khususnya mitra kerja Komisi I pada Masa Sidang IV Tahun Sidang 2004 – 2005. Jakarta, 12 Mei 2005 TIM KUNJUNGAN KERJA KOMISI I DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR KETUA, SEKRETARIS, THEO L SAMBUAGA A - 525 BOY M.W. SAUL A - 97 30