SAINS ARSITEKTUR Perambatan Panas dan Pemanasan Ruang Studi Kasus Rumah “Joglo” M.DWI.RIZALUDIN.A 1251010003 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini di susun sebagai tugas untuk ujian tengah semester 4 mata kuliah Sains dan Seknologi Arsitektur 1. Dalam penyusunan demikian kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan karya ilmiah meskipun tersusun sangat sederhana. Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun. Dan berguna bagi para pembaca untuk menambah ilmu dan pengetahuan tentang saints dan tehnology arsitektur. DAFTAR ISI Kata Pengantar ……………………………………………………………………………….…. i Daftar Isi ………………………………………………………………………………………… ii BAB I. Pendahuluan ………………………………………………………………………….... 1 1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………..… 1 1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………………….….… 2 1.3. Tujuan ………………………………………………………………………….….. 2 BAB II. Pembahasan ……………………………………………………………………….….… 3 2.1. Pengertian Rumah adat Joglo ……..…….……………………………………..…… 3 2.2. Struktur…………………………….………….. ………………………………..….. 4 2.3. Hubungan Perambatan panas ruang dan Pengaruh bentuk atap pada rumah “joglo” untuk peningkatan kenyamanan pada penghuniny…………………………….…… 5 2.4 Perhitungan Panas Matahari ……………………………………………………….. 6 2.5 perambatan panas terjadi dalam bangunan……………………………………………….12 2.6 tingkat pemanasan yang terjadi dalam bangunan……………………….…………..….12 2.7 pemanasan yang terjadi dalam bangunan………………………………………..……..13 BAB III. Penutup 3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 16 DAFTAR PUSTAKA …………,…………………………………………………... 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Joglo berasal dari kerangka bangunan utama dari rumah adat jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau tumpang telu (tumpang tiga) di atasnya. Struktur joglo yang seperti itu, selain sebagai penopang struktur utama rumah, juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap rumah bisa berbentuk pencu. Mencapai kondisi nyaman dalam ruangan adalah sebuah masalah yang spesifik di daerah beriklim tropis lembab. Masalah yang timbul pada daerah ini adalah tingginya kondisi kelembaban dan temperatur. Suhu yang terlampau tinggi (melebihi ambang batas zona kenyamanan) sangat menganggu kenyamanan beraktifitas. Salah satu alternatif pemecahannya adalah meminimalisir beban panas di dalam ruangan, dengan metode penghawaan alami.passive cooling. Penghawaan alami pada bangunan tradisional di daerah tropis berguna untuk mencapai kondisi nyaman di dalam ruangan. Desain dari sistem penghawaan alami elemen atap pada rumah berbasis atap Joglo, diharapkan bisa menjadi solusi alternatif bagi tercapainya kondisi ventilasi bangunan yang lebih baik. Oleh karena itu, masalah yang timbul adalah, sejauhmana bukaan atap berbasis atap Joglo pada penghawaan alami dapat berguna bagi terbentuknya performa kondisi nyaman di dalam ruang. Pada intinya, sistim ventilasi atap dipergunakan sebagai penghapus panas pada bangunan di daerah tropis lembab. Optimasi desain ventilasi pada atap rumah Joglo diharapkan mampu menghasilkan proses sirkulasi udara ke dalam bangunan secara optimal,. 1.2.Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah kami uraikan maka masalah yang akan kami bahas: 1. Apa hubungan teori perambatan panas dan proses pemanasan ruang dalam salah satu bangunan didalam arsitektur tradisional nusantara, khususnya rumah joglo? 2. Bagaimana temperatur ruang dalam bangunan sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia sebagai pemakai maka kenyamanan akan didapatkan dan sebaliknya? 3. Apa langkah mengatasi pemanasan ruang dalam bangunan. bangunan tradisional nusantara? 4. Bagaimana perambatan panas dan pemanasan ruang terjadi dalam bangunan tradisional nusantara? 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana cara meredam panas dalam bangunan bangunan tradisional nusantara khususnya dalam hal ini rumah adat “joglo”. 2. Untuk mengetahui tingkat kenyamanan penghuni di dalam bangunan rumah tradisional. 3. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya perambatan panas dan proses pemanasan ruang di bangunan tradisional nusantara.dan cara mengatisipasinya. BAB ll Perambahan panas dan pemanasan ruang dalam rumah adat “joglo” 2.1 pengertian rumah adat joglo Joglo adalah rumah adat masyarakat Jawa. Bagian-bagian joglo yaitu : A) pendapa. B) Pringgitan. C) Dalem. D) gandok tengen. E) gandok kiwo. F) sentong. Bagian pendapa adalah bagian paling depan Joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan untuk acara besar bagi penghuninya. Seperti acara pagelaran wayang kulit, tari, gamelan dan yang lain. Pada waktu ada acara syukuran biasanya sebagai tempat tamu besar. Pendopo biasanya terdapat soko guru, soko pengerek, dan tumpang sari. Bagian Pringgitan adalah bagian penghubung antara pendopo dan rumah dalem. Bagian ini dengan pendopo biasanya di batasi dengan seketsel dan dengan dalem dibatasi dengan gebyok. Fungsi bagian pringgitan biasanya sebagai ruang tamu. Bagian Dalem adalah bagian tempat bersantai keluarga. Bagian ruangan yang bersifat lebih privasi. Penyebaran di Pulau Jawa, karena kedekatan budayanya bangunan ini juga banyak ditemukan di Pulau Madura dan Pulau Bali. Secara sosial, dulunya tidak banyak yang mempunyai rumah adat dikarenakan rumah ini merupakan lambang status sosial bagi orang-orang Jawa yang mempunyai kemampuan ekonomi yang berlebih. Rumah Joglo adalah jenis rumah yang membutuhkan banyak bahan materi rumah yang mahal, terutama dari kayu. Umumnya pemilik rumah Joglo dulunya berasal dari kalangan ningrat atau bangsawan. Rumah jenis ini biasanya juga membutuhkan lahan yang luas dikarenakan beberapa bagian rumahnya digunakan untuk menerima tamu atau memuat banyak orang. Umumnya bagian rumah adat Jawa Tengah terdiri dari tiga bagian utama: pendhopo, pringgitan, dan omah ndalem atau omah njero. Pendhopo adalah bagian rumah yang biasanya digunakan untuk menerima tamu. Pringgitan adalah bagian ruang tengah yang digunakan untuk pertunjukan wayang kulit; berasal dari akar kata “ringgit” yang artinya wayang kulit. Bagian ketiga adalah omah ndalem atau omah njero, yang merupakan ruang keluarga. Dalam omah njero terdapat tiga buah kamar (senthong), yaitu senthong kanan, tengah, dan kiri. 2.2 Struktur Dilihat dari strukturnya, rumah adat Jawa Tengah mungkin terlihat lebih sederhana. Pembangunan bagian rumah seperti pendhopo membutuhkan empat buah tiang penyangga guna menyangga berdirinya rumah. Tiang-tiang tersebut dinamakan soko guru, yang juga merupakan lambang penentu arah mata angin. Dari empat soko guru tersebut, terdapat juga tumpang sari yang merupakan susunan terbalik yang tersangga soko guru. Ndalem atau omah njero digunakan sebagai inti dari sebuah Joglo. Dilihat dari struktur tata ruangnya, bagian ndalem mempunyai 2 ketinggian yang berbeda. Hal ini bertujuan agar terdapat ruang sebagai tempat sirkulasi udara. Joglo adalah jenis rumah adat suku Jawa yang terlihat sederhana dan digunakan sebagai lambang atau penanda status sosial seorang priyayi atau bangsawan Jawa. Rumah ini mempunyai keunikan atau kekhasan tersendiri dengan adanya tiang-tiang penyangga atau soko guru, beserta tumpang sari nya. Setiap bagian rumah merepresentasikan fungsi yang berbeda, yang dibangun di atas lahan yang luas juga; oleh karena itu, rumah ini hanyalah dipunyai orang dari kalangan berpunya saja. 2.3 Hubungan Perambatan panas ruang dan Pengaruh bentuk atap pada rumah “joglo” untuk peningkatan kenyamanan pada penghuninya Dalam perkembangan arsitektur saat ini, bentuk atap tradisional Jawa masih diminati oleh masyarakat. Selain sarat muatan filosofis, bentuk atap tradisional juga bervariasi. Di sisi lain, arsitektur tradisional Jawa sangat memperhatikan aspek lingkungan, yang tertuang dalam konsep makro dan mikro kosmosnya, sehingga selaras dan nyaman untuk dihuni. Namundalam perkembangan dan penerapan pada bangunan modern, yang menggunakan bahan bangunan modern, aspek kenyamanan termal dan kekokohan konstruksi tidak dipertimbangkan. Dengan demikian diperlukan upaya untuk memahamikonsep dasar pembentukan arsitektur tradisional ini dalam konteks arsitektur tropis dan kekokohan konstruksinya. Penelitianini bertujuan untuk memberikan gambaran bagi masyarakat luas, mahasiswa dan arsitek, agar dapat memahami arti penting kenyamanan termal yang dapat diupayakan melalui perencanaan atap yang baik. Untuk mencapai hasil yang diharapkan,maka penelitian ini didekati dengan analisa terhadap kekokohan konstruksi, baik pada bangunan tradisional yang masih asli,maupun bangunan modern yang menggunakan atap tradisional Jawa. Analisa kenyamanan termal dilakukan dengan menggunakan alat-alat bantu berupa termometer digital, hygrometer digital dan anemometer digital. Hasil penelitian ini berupa rekomendasi desain untuk penyesuaian pada penggunaan material baru dengan bentuk atap bangunan tradisional Jawa. Dengan menampilkan software program komputer berbasis Visual Basic, diharapkan penelitian ini lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas dan dapat diterapkan dalam desain bangunan. bangunan di asia terutama di Indonesia masih banyak yang dapat diungkapkan dan diteliti dari berbagai macam aspek. Bangunan tradisional Jawa memiliki bentuk atap yang paling banyak dibandingkan bentuk atap bangunan tradisional lain di Indonesia. Keanekaragaman bentuk atap ini memperkaya khasanah ilmu arsitektur di Indonesia. Selain itu, bentuk atap rumah Jawa banyak diminati masyarakat sampai sekarang. Namun permasalahannya, banyak orang yang tidak mengetahui prinsip kerja dari konstruksi dan bentuk atap Jawa ini, sehingga modifikasi yang dilakukan untuk penerapan pada bangunan modern mengabaikan prinsip tersebut. Akibatnya kekokohan atap tidak terjamin. Selain itu, panas di dalam rongga atap yang berasal dari sinar matahari yang mengenai atap tidak terdistribusi dengan baik dan tidak direduksi dengan optimal, sehingga akibatnya panas tersebut merambat turun dan mempengaruhi ruang di bawahnya. Panas tersebut mengakibatkan kenyamanan bangunan berkurang secara drastis. Bangunan Tradisional Jawa yang ramah lingkungan dan merupakan bangunan tropis yang telah teruji oleh waktu, ironisnya pada saat diterapkan pada bangunan modern tidak menunjukkan kehandalannya. Hal tersebut dikarenakan pengabaian prinsip kerja dari konstruksi dan bentuk atap tersebut. Dengan mempelajari dan mengkajinya, penelitian ini mengungkap semua permasalahan dan memecahkan permasalahan akibat kesalahan konstruksi dan sistem bentuk bangunan tradisional tersebut. Hasil akhir dari penelitian ini adalah mendapatkan model atap bangunan tradisional Jawa yang tepat, sehingga dapat dijadikan acuan para mahasiswa arsitektur, praktisi arsitek dan masyarakat luas dalam aplikasi desain bangunan modern. Hasil penelitian ini juga dikemas dalam software simulasi, sehingga dapat tampil lebih menarik dan mudah dipahami masyarakat luas. 2.4.Perhitungan Panas Matahari Pada saat penelitian (bulan Juli dan Agustus 2005). kedudukan matahari berada bergeser ke sisi utara, dengan demikian bidang dinding maupun atap di sisi utara menerima sinar matahari lebih besar dibandingkan dengan sisi selatan. Dengan demikian sisi utara lebih panas dibandingkan dengan sisi selatan. Perhitungan radiasi matahari ini digunakan untuk memperhitungkan transfer panas melalui dinding dan atap bangunan. Transfer Panas Dengan metode perhitungan dan data dari perhitungan radiasi matahari dilakukan uji coba perhitungan di empat bentuk bangunan. Bentuk bangunan rumah seperti dalam klasifikasi yang dilakukan oleh K Ismunandar, R, (1990), dipilih bentuk Kampung Trajumas, Rumah Kampung Doro Gepak, Rumah Limasan dan Rumah Joglo, untuk diteliti dan dilakukan simulasi perhitungan transfer panas. Pemilihan bentuk atap ini mewakili dari seluruh variasi atap rumah Jawa. Rumah Kampung Trajumas, mewakili bentukan rumah Panggung dan bentuk dasar atap pelana, dimana ada sirkulasi udara dari arah depan dan belakang rumah. Atap Rumah Kampung Doro Gepak mewakili bentuk rumah yang memiliki lubang sirkulasi udara di atap, namun tidak selebar dan sebesar atap rumah kampung Pokok atau bentuk atap pelana lainnya. Rumah Limasan Pokok,mewakili bentuk atap yang tertutup, tanpa lubang sirkulasi udara dan hanya mengandalkan lubang-lubang di sela-sela penutup atapnya (genteng atausirap). Bentuk RumahJoglo dengan lubang sirkulasi udara di antara kemiringan atap yang landai dan curam. Bentuk atap semacam ini dapat mewakili bentuk atap Joglo dan Tajuk. Atap bangunan Joglo terpilih ini juga menggunakan bahan dari Sirap, yang berbeda dengan penutup atap bangunan terpilih lainnya, yang menggunakan genteng tanah liat.Pada saat pengukuran suhu udara mencapai ratarata 32°C dan dapat digambarkan transfer panasmelalui hasil perhitungan tersebut Berkaitan dengan ketebalan konstruksi atap yang berbeda (reng, usuk dan gording) dari obyek penelitian, maka hasil transfer panas juga berbeda satu sama lain. Bentuk konstruksi yang berbeda mempengaruhi hasil transfer panas Bentuk Atap Atap Kampung Trajumas Temperatur Hasil pengukuran dan perhitungan Temperatur Udara Luar (Pengukuran) 32,0 °C Temperatur Permukaan Luar (Pengukuran) 43,5 °C Temperatur Permukaan Dalam (Perhitungan) Temperatur Udara Dalam(Perhitungan) Atap Kampung Doro Gepak 40,4 °C 36,0 °C Temperatur Udara Luar (Pengukuran) 32,0 °C Temperatur Permukaan Luar (Pengukuran) 43,5 °C Temperatur Permukaan Dalam (Perhitungan) Temperatur Udara Dalam(Perhitungan) 40,7 °C 36,3 °C Atap Limasan Temperatur Udara Luar (Pengukuran) 32,0 °C Temperatur Permukaan Luar (Pengukuran) Temperatur Permukaan Dalam (Perhitungan) 43,5 °C 40,0 °C Temperatur Udara Dalam(Perhitungan) 38,0 °C Atap Joglo Temperatur Udara Luar (Pengukuran) 32,0 °C Temperatur Permukaan Luar (Pengukuran) Temperatur Permukaan Dalam (Perhitungan) Temperatur Udara Dalam(Perhitungan) 43,5 °C 39,0 °C 36,1 °C Tabel tersebut di atas merupakan hasil pengukuran temperatur udara luar dan temperatur permukaan luar dengan alat termometer digital. Selanjutnya dihitung untuk mendapat nilai temperatur permukaan dalam dan temperatur udara di dalam bangunan yang mempengaruhi perhitungan Kenyamanan termal selanjutnya. Distribusi panas di dalam ruang atap sendiri disimulasikan memakai plafond sehingga penyebaran panas yang mempengaruhi ruang dalam di bawahnya dapat diperhitungkan. Distribusi panas di dalam ruang atap tersebut. Kenyamanan Termal Kenyamanan termal sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia, jenis pakaian, temperatur, kelembaban udara, tekanan udara dan pergerakan udara. Dalam perhitungan termal, kondisi lingkungan sangat memegang peranan penting. Lingkungan dengan kerimbunan pepohonan dapat meredusir panas dan menghasilkan temperatur lingkungan yang lebih rendah dari sekitarnya yang tidak terlindung oleh kerimbunan pohon. Dengan demikian memberikan konstribusi positif bagi pengaruh Kenyamanan di dalam bangunan. Dari pengukuran yang dilakukan diketahui bahwa bentukan atap yang tidak memiliki sirkulasi udara di dalam atap, memberikan konstribusi panas di ruang dibawahnya, yang mempengaruhi kenyamanan termal. Atap limasan pokok, dengan modifikasi bentuk, banyak digunakan pada bangunan modern. Namun tanpa upaya memberikan sirkulasi udara yang baik, akan menurunkan kinerja bangunan itu sendiri. Dari bahan penutup atap modern, diketahui nilai yang mempengaruhi perpindahan panas ke dalam rongga atap. Nilai ini akan mempengaruhi dalam perhitungan kenyamanan termal dimana nilai Temperatur Mean Radiant diperhitungkan melalui temperatur yang dipengaruhidari sisi dinding dan atap. Sementara itu adanya kesalahan penerapan desain atap tradisional Jawa Tengah pada bangunan modern yang mengabaikan prinsip konstruksi dan bentuk atap tradisional. Penggunaan bahan penutup atap modern yang sangat presisi mengakibatkan tidak adanya pergerakan udara di dalam atap, mengakibatkan panas di rongga atap mempengaruhi ruang di bawahnya. Dengan demikian perlu dilakukan modifikasi yang benar, sehingga sirkulasi udara di dalam atap tidak berjalan sebagai mana mestinya. Mempertahankan temperatur bangunan pada tingkat kenyamanan umumnya menggunakan banyak energi karena konsumsi energi dipakai untuk pendinginan atau pemanasan ruangan. Ketika bangunan diinsulasi dengan baik, manfaat yang dapat diambil diantaranya: Lebih efisien dalam penggunaan energi. Menyediakan temperatur yang cenderung seragam di dalam ruang. Perbedaan temperatur secara horisontal maupun vertikal sangat kecil , menciptakan lingkungan yang nyaman untuk ditinggali meski temperatur udara di luar sedang dalam keadaan panas ataupun dingin. Tidak seperti alat pemanas atau pendingin, insulasi cenderung permanen dan hampir tidak membutuhkan perawatan, penyimpanan ataupun pengaturan. Beberapa jenis insulasi termal juga menyerap kebisingan dan getaran yang datang dari dalam dan luar ruangan sehingga menciptakan kenyamanan dalam bertempat tinggal. Insulasi pipa juga bermanfaat dalam bangunan untuk pipa yang menyalurkan fluida panas ataupun dingin. 2.5 perambatan panas terjadi dalam bangunan, Kenyamanan saat beraktivitas di ruang tak hanya tergantung pada suhu ruangan. Kenyamanan juga terkait pada elemen-elemen struktur yang "bekerja" menahan terpaan sinar dan menyaringnya sehingga panas tak masuk ke dalam ruangan. Menjaga suhu yang nyaman bisa dengan mengurangi perpindahan panas di luar ruangan ke dalam bangunan. Begitu pula sebaliknya. Sebisa mungkin, kita harus bisa menahan perpindahan suhu dingin dari dalam ke luar bangunan. Perpindahan ini bisa terjadi dalam 3 proses, yaitu konveksi (convection), konduksi (conduction), dan radiasi (radiation). konduksi bisa terjadi karena ada perpindahan panas yang melalui benda berpenghantar. Contoh : paling mudah adalah gelas teh yang bisa jadi panas karena menampung air panas. Konveksi adalah perpindahan panas akibat adanya gerakan udara, yaitu udara panas naik ke atas dan udara dingin akan turun ke bawah. Angin pun bisa membawa udara panas ke dalam rumah. Sedangkan radiasi terjadi akibat adanya panas meresap dalam bahan atau material yang memiliki kemampuan meningkatkan suhu benda tersebut. Contoh : paling mudah adalah mobil yang terparkir di bawah terik matahari. Radiasi panas matahari akan menyebabkan isi mobil juga ikut panas meskipun mobil tertutup rapat. Radiasi panas yang terakumulasi di dalam mobil adalah penyebabnya. Padahal, bisa jadi suhu di luar mobil tidak sepanas itu. Tentu saja, hal itu juga bisa terjadi pada bangunan Anda. Untuk mencegahnya, Anda bisa menggunakan pelapis yang berfungsi sebagai insulasi panas yang berasal dari ketiga proses di atas.Penggunaannya pun tak hanya untuk atap, melainkan juga dinding. Karena dinding yang biasanya menghadap ke barat pun bisa menjadi media konduksi dari radiasi panas. 2.6 tingkat pemanasan yang terjadi dalam bangunan tingkat pemanasan pada sebuah bangunan sebenarnya di pengaruhi oleh beberapa faktor mulai dari: 1) peletakan massa bangunan pada site(tapak) dengan mempertimbangkan arah angin atau posisi matahari. 2) bentuk dari massa bangunan itu sendiri.yang harus menyesesuaikan iklim pada site area tersebut. 3) Proses penghawaan yang lebih natural akan lebih ramah pada lingkungan atau bangunana itu sendiri. 4) Peletakan bukaan-bukaan yang mempengaruhi langsung terjadinyapemansan dari luar. 2.7 langkah mengatasi pemanasan ruang dalam bangunan. Untuk mengurangi orang-efek jangka panjang, banyak negara, masyarakat dan individu telah mengambil tindakan sekarang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pemanasan global yang lambat dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, meningkatkan penggunaan energi terbarukan, memperluas hutan, dan membuat pilihan gaya hidup yang membantu untuk mempertahankan lingkungan. Apakah mereka akan mampu merekrut cukup banyak orang untuk bergabung, dan apakah upaya gabungan mereka akan cukup untuk menghindari dampak yang paling serius dari pemanasan global? ini adalah pertanyaan terbuka yang hanya dapat dijawab oleh perkembangan masa depan. Melindungi & Melestarikan Lingkungan Mengurangi Pemanasan Global bisa juga dengan cara menyusaikan bentuk atap bangunan untuk iklim tropis.permainan tinggi rendahnya plafond,volume ketebalan dinding.lantai.bukaanbukaan(jendela.dll),material bangunan itu sendiri.memberikan vegetasi pada lingkungan. Penghawaan alami sangat diperlukan bagi suatu bangunan beserta para pengguna bangunan tersebut, karena selain pertimbangan efisiensi, juga kualitasnya masih jauh lebih baik dibandingkan dengan penghawaan buatan. Hal-hal yang alami memang sangat dibutuhkan untuk manusia pada saat ini, termasuk dalam melakukan aktifitasnya dalam suatu bangunan perkantoran. Adapun hal-hal yang sangat berkaitan dengan penghawaan alami adalah: -Pencahayaan Yaitu kebutuhan penerangan pada suatu ruang yang kita buat, terutama untuk pemanfaatan penerangan dari cahaya alami, karena berhubungan dengan pembukaan. -Kelembaban Yaitu banyaknya uap air pada udara dalam ruangan. -Luas bukaan Bukaan pada ruangan yang memungkinkan adanya pergantian udara, dan masuknya cahaya. Bukaan dapat berupa pintu, jendela, jalusi, lubang angin atau lostos atau lupangan, dan lubang-lubang lain yang mungkin ada pada suatu ruangan. Dalam perencanaan bangunan dihindari suatu ruang yang gelap dan pengap sehingga perlu adanya suatu penghawaan alami. Untuk itu perlu adanya penyelesaian dalam perencanaan yang baik dan sesuai dengan yang dibutuhkan serta semaksimal mungkin menggunakan sumber daya yang ada dari alam yang memang telah tersedia untuk kebutuhan manusia.Pada kenyataannya, saat ini sulit didapatkan ruang terbuka yang cukup, terutama di kota besar atau daerah industri, untuk mendapatkan tangkapan udara segar agar dapat masuk ke dalam ruangan, karena semua lahan telah yang ada dimanfaatkan untuk bangunan, atau ruang tertutup. Apalagi adanya polusi udara pada daerah tempat bangunan itu berada. Untuk itu pemanfaatan lahan yang sempit untuk penghawaan alami sangat penting untuk dipikirkan dan diteliti agar dapat membantu kita dalam membuat desain bangunan arsitektur yang bagus dengan kenyamanan yang terjamin. Atau bagaimana memanfaatkan atau mengolah udara yang telah kotor dan berdebu sehingga masih dapat dimanfaatkan untuk penghawaan alami. Karena bagaimanapun juga dalam suatu ruangan yang misalnya telah menggunakan penghawaan buatan, masih tetap memerlukan pergantian udara.Salah satu cara untuk mendapatkan penghawaan alami adalah dengan membuat bukaan pada atap yang kita buat. Untuk membuat bukaan pada atap ada banyak cara yang dapat kita gunakan, antara lain adalah seperti pada gambar-gambar berikut ini. Dalam suatu bangunan di lingkungan yang produktif dimana lahan menjadi sangat mahal, sering semua tempat yang ada dipenuhi untuk bangunan demi efisiensi, demikian juga biaya untuk bangunan bertingkat sangat tinggi. Untuk dapat memanfaatkan sedikit lahan terbuka yang dapat digunakan pada seluruh ruangan yang ada, kita dapat membuat lahan terbuka di tengah-tengah bangunan. Dengan bukaan yang ada di tengah, maka dapat dimanfaatkan pada semua ruangan yang berada di kanan dan di kiri lahan terbuka tersebut. Yang dimaksud dinding bernafas adalah dinding pembatas yang mempunyai lubanglubang sehingga memungkinkan adanya aliran udara. Dinding bernafas sangat penting sebagai salah satu cara untuk mendapatkan adanya pergantian udara demi kenyamanan pada ruangan. Untuk mengarahkan aliran udara atau membelokkan arah angin, perlu memanfaatkan adanya perbedaan tekanan udara, yaitu dengan pemberian vegetasi atau dinding. Pada daerah ini cenderung gelap dan pengap, maka untuk menyelesaikannya perlu dibuat dinding bernafas (dinding yang mempunyai banyak lubang-lubang), dan pembelokan aliran angin. Lubang angin sudah sangat umum dipakai pada bangunan sebagai sarana untuk pergantian udara. Bahkan lubang ini juga sering dimanfaatkan untuk estetika, mendampingi pintu dan jendela. Salah satu bentuk lubang angin adalah lostos atau lupangan, yang biasanya diletakkan di atas pintu atau jendela. Selain untuk keindahan, lubang ini dapat memasukkan atau mengeluarkan udara alami, sehingga ruangan yang ada di dalamnya menjadi segar dan sehat. Salah satu cara yang paling mudah untuk mendapatkan aliran udara di dalam bangunan kita adalah dengan membuka dinding ke arah angin datang. Dalam keadaan demikian maka kita tinggal mengatur besar kecilnya pembukaan untuk mengalirkan udara ke dalam bangunan sehingga kita bisa mendapatkan tingkat kenyamanan yang sesuai dengan keinginan kita. Tetapi adakalanya kita terpaksa menutup dinding ke arah datangnya angin. Dalam hal demikian maka kita bisa mengupayakan agar angin tersebut berbelok dari samping bangunan dan barulah kemudian kita masukkan ke dalam ruang-ruang dalam bangunan itu. Angin yang terlalu kencang masuk ke dalam bangunan kita tentu saja akan terasa kurang nyaman bagi kita. Untuk itu kita dapat memperlambat kecepatan angin yang dimaksud dengan cara memasang tabir-perlambatan. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan kenyamanan suhu telah telah menjadi factor utama dan mendominasi kehidupan manusia dalam rangka berinteraksi dengan lingkungan fisiknya, hampir pada setiap kesempatan manusia selalu membicarakan masalah sensasi termisnya terhadap udara disekitarnya, seperti terlalu panas atau terlalu dingin atau mungkin sekedar mengatakan bahwa pada saat tertentu mereka merasa kepanasan, kedinginan dan sebagainya Dalam teori kenyamanan suhu dinyatakan bahwa rasa panas atau dingin yang dirasakan oleh manusia sesungguhnya merupakan wujud respon dari sensor perasa yang terdapat pada kulit terhadap stimuli suhu yang ada disekitarnya. Daftar pustaka : http://arsitekturberkelanjutan.wordpress.com/2010/05/06/tropical-architecture/ https://www.google.com/search?q=wancana+nusanta http://kilasbaliknusantara.blogspot.com/2011/05/rumah-adat-nusantara-01.html