FRAMEWORK HUKUM LINGKUNGAN INDONESIA MASA DEPAN Indonesian Center for Environmental Law ICEL 2008 1 PERTUMBUHAN EKONOMI (Economic Growth) MENGABAIKAN SUSTAINABILITY SUSTAINABLE DEVELOPMENT (Pertumbuhan + Sustainability) EKONOMI, EKOLOGI, SOSIAL GG GSDG GOOD SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOVERNANCE KEMAMPUAN MELAKUKAN CHECK & BALANCE DI ANTARA 3 ELEMEN NEGARA BANGSA •Eksekutif •Legislatif •Judikatif MASYARAKAT DUNIA USAHA WARGA •Perbankan •Akademisi •Koperasi •Wartawan •BUMN •Tokoh masyarakat •BUMD •Pengamat •Private corporation •LSM •Masyarakat sadar politik GG + SD Belum tentu sensitif terhadap perlindungan daya dukung 2 ekosistem INTERDEPENDENSI DAN SALING MEMPERKUAT KOMPONEN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pembangunan ekonomi Pembangunan sosial Perlindungan daya dukung ekosistem 3 Pengentasan kemiskinan Perubahan pola konsumsi dan produksi yang tidak berkelanjutan Perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam sebagai basis pembangunan ekonomi dan sosial GOOD GOVERNANCE INTERDEPENDENSI PRASYARAT MUTLAK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 4 KETERKAITAN ANTARA PARADIGMA PEMBANGUNAN, KEBIJAKAN DAN PRAKTEK PENEGAKAN HUKUM DEVELOPMENT PARADIGM POLICY/ LAW ENFORCEMENT PRACTICES 5 5 KETERKAITAN ANTARA SUSTAINABLE DEVELOPMENT & GOOD GOVERNANCE (Point 4 Introduction, Plan of Implementation WSSD Johannesburg 1992) “…tata pemerintahan yang baik disetiap negara dan di tingkat Internasional adalah hal yang esensial untuk menunjang Pembangunan Berkelanjutan.. Ditingkat domestik, keberpihakan terhadap lingkungan , sosial, kebijakan ekonomi, institusi demokrasi yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, aturan hukum, tindakan anti korupsi, kesetaraan gender dan investasi yang mendukung lingkungan adalah dasar dari Pembangunan Berkelanjutan…” 6 6 KERANGKA KERJA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL Constitution General Environmental Legislation (GEL); UU No. 23/1997 dan Per-UU Pelaksanaannya Sectoral Environmental Legislation (SEL) UU Perindustrian, UU Pertambangan, UU Kehutanan, UU Migas, UU Pengairan dll Provincial Environmental Legislation (PEL) Local Environmental Legislation (LEL) Ratified Environmental Convention (REC) 7 7 PRINSIP-PRINSIP PENTING DALAM UU 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Hak setiap orang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat Hak setiap orang untuk berpartisipasi dalam setiap proses pengambilan keputusan lingkungan Kewajiban melakukan AMDAL untuk kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting Kewajiban institusi penerbit ijin bagi kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting untuk menyertakan persyaratan lingkungan dalam penerbitan ijin-nya Pengakuan Mediasi & Arbitrase sebagai pilihan dalam penyelesaian sengketa lingkungan 8 Pengakuan Strict Liability dalam aspek keperdataan untuk kegiatan tertentu Pengakuan NGO’s Legal Standing Pengakuan Class Actions Keberadaan PPNS Lingkungan Pengakuan Tindak Pidana & Pertanggungjawaban Korporasi 9 9 KENDALA PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN YANG EFEKTIF Perbedaan persepsi & rendahnya koordinasi diantara aparat penegak hukum terkait; Lemahnya pengetahuan tehnis & integritas aparat penegak hukum (judicial corruption); Keterbatasan kapasitas budget; Ketiadaan akses informasi & partisipasi yang menyebabkan kontrol eksternal menjadi tidak efektif 10 Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Terintegrasi • Unsur – unsur utama dalam pengelolaan lingkungan: – One Roof Enforcement System (ORES) – Greening the bench (i.e Ad-Hoc Judges) – First and second line enforcement (back up system) – Optimalisasi penggunaan Ijin sebagai alat pencegahan pencemaran – Institusi pengelolaan lingkungan hidup yang kuat (national and regional) – Program Penaatan Sukarela – Environmental dedicated fund – Sistem Pengaduan Masyarakat • Unsur Eksternal – Kepemimpinan & kemauan politik yang kuat (pengarusutamaan GSDG dalam pengambilan keputusan politik ) – Reformasi institusional didalam birokrasi dan institsui penegakan hukum (“sapu yang bersih untuk membersihkan lantai yang kotor) – Pengembangan kontrol publik 11 STRATEGI “ENFORCEMENT SATU ATAP” INSTITUSI LH DI PUSAT INSTITUSI LH DI DAERAH • Pejabat Pengawas • Pejabat Pengawas • Penyidik • Penyidik WORK PLAN YANG JELAS (Gabungan Polisi (Gabungan Polisi & dan PPNS) dan PPNS) ANGGARAN YANG MEMADAI • Jaksa Khusus • Jaksa Khusus PENGADILAN (3 opsi) 12 “ENFORCEMENT SATU ATAP” • • • One Action Under One policy Memudahkan pembinaan integritas & kualitas Tugas dan Pekerjaan lebih terkonsentrasi sehingga lebih fokus, piawai, dan trampil Memudahkan perencanaan dan koordinasi Penggunaan anggaran tidak tercerai berai Memudahkan kontrol publik MANFAAT • • • 13 LANGKAH-LANGKAH 1. MOU antara Men-LH, Jagung dan Kapolri tentang “satu atap” 2. Mengembangkan sistem rekrutmen bagi penyidik & jaksa sebagai penegak hukum satu atap 3. Membangun landasan hukum bagi penegakan hukum “satu atap” dalam peraturan perundang-undangan LH/SDA yang sedang disusun atau direvisi PILIHAN MODEL PELUANG KENDALA LANGKAH REALISASI 1. Hakim bersertifikat (Certified judges) – dg SEMA/Kep.KMA 2. Model Pengadilan Niaga, dg sistem hakim ad-hoc (special division) 3. Pengadilan Khusus LH, Pertanahan, SDA dan Tata Ruang (model Pengadilan Pajak) dg sistem hakim ad hoc Kamar Khusus tanah & LH (MA) 14 Strong Political will & Leadership Pembenahan integritas dan kualitas Institusi Peradilan, Kejaksaan, Kepolisian dan Institusi PLH Program Penaatan Sukarela Pemrosesan Dumas & PSLH Simplifikasi Perizinan & Pengembalia n sbg alat pengawasan INTEGRATED ENFORCEMENT & Institusi COMPLIANCE PLH “Greening Pusatthe Bench” Daerah SYSTEM yang kuat Tekanan & Kontrol Publik First & Second line enforcement Enforceme nt Satu Atap, P-P-P (3 pilar governance & hak-hak prosedural) 15 KERANGKA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL MASA DEPAN HARUS MERESPON (SETIDAKNYA) 6 PERTIMBANGAN Fisiografi, Geografi & Kondisi Demografi Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat resiko dan kerentanan tertinggi di dunia terhadap bencana alam dan lingkungan (Status Lingkungan Hidup Indonesia 2006, Kementerian Negara Lingkungan Hidup 2007) Tingkat Daya Saing Indonesia, adalah negara dengan “mega ecological diversity” dan salah satu negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar, keuntungan yang unik ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan memperkuat peran diplomatik Indonesia di tingkat internasional 16 16 KERANGKA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL MASA DEPAN HARUS MERESPON (SETIDAKNYA) 6 PERTIMBANGAN Kondisi ekonomi yang timpang Masyarakat yang tergantung pada SDA (masyarakat lokal/masyarakat adat) adalah pihak yang sangat rentan dengan adanya ancaman perubahan lingkungan Situasi berlanjutnya tata pemerintahan yang buruk Tata pemerintahan yang buruk (bad governance) secara serius akan menghambat pembangunan berkelanjutan 17 17 KERANGKA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL MASA DEPAN HARUS MERESPON (SETIDAKNYA) 6 PERTIMBANGAN Ketidakadilan dalam pengalokasian SDA Pemain aktif di arena kebijakan lingkungan internasional Sebagai pemain aktif di tingkat internasional, Indonesia memiliki kewajiban moral untuk menjadi pemimpun dengan memberikan contoh (misal: membuktikan komitmennya pada prinisip-prinsip dan perjanjian lingkungan internasional) 18 18 KERANGKA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL (GEL) MASA DEPAN HARUS MENGINTEGRASIKAN PRINSIP-PRINSIP HUKUM Persyaratan-persyaratan hukum umum dan Ukuran Pelaksanaan A. (Universal) Persyaratan-persyaratan Hukum Umum Prinsip-prinsip Substantif Pencegahan bahaya (Prevention of Harm) Kehati-hatian dini (Precautionary Principle) Prinsip Pencemar Membayar (The “Polluters Pays” Principle) Pembangunan berkelanjutan (3 pilar dalam pembuatan keputusan) 19 19 KERANGKA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL (GEL) MASA DEPAN HARUS MENGINTEGRASIKAN PRINSIP-PRINSIP HUKUM Prinsip Penting dalam Proses (3 Akses) Akses (Kewajiban dan Hak) atas informasi Akses untuk berpartisipasi Akses untuk memperoleh keadilan (pengaduan, menuntut dll) Prinsip Keadilan Keadilan antar generasi Tanggungjawab yang sama namun berbeda (Common But Differentiated Responsibilities) Perlindungan terhadap hak masyarakat adat (The Protection of the Right of the Indigenous People) 20 20 B. Ukuran Pelaksanaan Penilaian sebelum aktivitas dilaksanakan (AMDAL, Penilaian Resiko, Evaluasi lingkungan strategis ) Ukuran pengaturan (Pembuatan Standar, Pembatasan dan Pelarangan, Pengaturan Penggunaan Lahan, Perizinan ) Ukuran Ketaatan Insentif ekonomi Atur dan awasi (penegakan/enforcement) Administratif Perdata Pidana Pengaturan pada tingkat institusi (Satu atap) Kekuatan penegakan yang terdesentralisir dengan dukungan (back up) yang kuat 21 21 C. Penyelesaian Sengketa Antar negara Antar departemen Antar provinsi Antar distrik/Antar kota Antar komunitas D. Dana Lingkungan E. Ukuran Institusi (Mandat yang jelas dan kuat pada KLH & Pejabat Lingkungan Daerah) 22 22 Terimakasih 23