Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Peningkatan Berat Badan Bayi (studi di Kelurahan Ngaliyan Kecamatan Ngaliyan Semarang) Sasti Mega Suminar *) Machmudah **), Sayono ***) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang, **) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan UNIMUS Semarang, ***) Dosen Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat UNIMUS Semarang. ABSTRAK Gambaran ASI Eksklusif di Indonesia masih rendah dan menunjukkan perkembangan yang sangat lambat. Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah penyakit seperti diare dan pneumonia, sebab penyakit tersebut juga yang dapat menyebabkan kematian pada balita di Indonesia. Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.Penyebab kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif diantaranya ibu bekerja, pengetahuan ibu, budaya di masyarakat dan kurang informatifnya petugas kesehatan dalam mempromosikan ASI.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan peningkatan berat badan bayi di Kelurahan Ngaliyan Kecamatan Ngaliyan Semarang. Jenis penelitian ini observasional analitik, sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 responden. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sampel total, pengambilan data menggunakan lembar observasi. Analisa data menggunakan Uji tIndependent dengan α < 0,05. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan peningkatan berat badan bayi usia 1-4 bulan, ρ value=(α<0.05). Rekomendasi penelitian ini ditujukan kepada petugas pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi agar lebih memperhatikan berat badan bayinya. Bagi ibu yang mempunyai bayi di anjurkan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Kata kunci : Pola pemberian ASI, peningkatan berat badan bayi. Daftar Pustaka : 43 (2003-2012) ABSTRACT Description of exclusive breastfeeding in Indonesia is still low and shows a very slow progression. Exclusive breastfeeding can prevent diseases such as diarrhea and pneumonia, which also causes the disease can cause death for babies in Indonesia. Babies who are breastfed have a goog weight gainafter birth, good growth after te perinatal period, and reduces the likehood of obesity. Cause offailure in exclusive breastfeeding among working mothers, mothers knowledge, culture and lessinformation community health workers in promoting breastfeeding. This study aims to determine the relationship between exclusive breastfeeding with infant weight gain in the Village District Ngaliyan Semarang. This type of observational analytic studies, sample in this study were 41 respondents. Methods used in sampling is the total sample, data collection using observation sheets. Analisis of the data collection using observation sheets. Analysis of the data using Uji t-Independent α <0.05. the results showed that there is a relationship beetween exclusive breastfeeding with infant weight gain, ρ value =(α <0.05). This research recommendation is addressed to health care workers to provide information to mothers who have a baby in order to pay more attention to her baby weight.The study was also extended to the respondent, the mother of a baby on hold for exclusive breastfed her baby, and that is in order to further researchers in further studies in order to better and more careffully. Keywords: exclusive breastfeeding, infant weight again. Bibliography: 43 (2000-2012) PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Air susu Ibu adalah makanan pertama yang di terima bagi bayi. ASI menyediakan seluruh energi dan nutrien yang di butuhkan oleh bayi selama beberapa bulan pertama kehidupan, dan terus menyediakannya hingga setengah atau lebih kebutuhan nutrisi anak selama enam bulan kedua kehidupan, dan sepertiga selama tahun kedua kehidupan (Helen & Jennifer, 2002, hlm.141). Bayi di negara-negara berkembang seperti di Asia banyak tidak langsung di beri ASI, tetapi di negara barat juga memberi Dan pneumonia yang 40% menjadi penyebab kematian balita di Indonesia (Angela, 2012, ¶2). Penyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif diantaranya ibu bekerja, pengetahuan ibu, budaya di masyarakat dan kurang informatifnya petugas kesehatan dalam mempromosikan ASI (Wulandari, 2006, ¶1). Cakupan pemberian Air Susu Ibu di Jawa Tengah juga perlu di lihat tentang pemberian Air Susu Ibu terhadap bayi, baik itu yang tinggal di kota maupun di pedesaan. Berdasarkan cakupan praktik menyusuieksklusif pada bayi di bawah usia 6 bulan di jawa tengah berkisar antara 15,3 sampai 74,2 persen (Yekti, 2011, ¶1). Para ibu di pedesaan masih banyak yang menyusui bayinya sampai umur lebih dari satu tahun sebanyak 80-90%, tetapi di kota-kota Air Susu ibu (ASI) sudah banyak di ganti dengan susu botol, yang di sebabkan di kota-kota banyak ibu-ibu yang bekerja untuk mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui bayinya dengan baik dan teratur (Soetjiningsih, 1997, hlm.29). Kekurangan gizi pada bayi bayinya dengan cara di beri dot atau kempeng sebesar 75-85%. Bayi-bayi di Amerika Serikat telah diberikan dot sejak umur 6 minggu atau kurang dari 6 minggu. Selain itu prevalensi penggunaan dot tertinggi pada minggu ke tujuh yaitu sebesar 82% dan bayi yang usia 5 bulan di beri dot sebesar 78% (Ari, 2009, ¶6). Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih rendah dan menunjukkan perkembangan yang sangat lambat. Data Sensus 2010 menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi yang mendapatkan ASI (Putro, 2012, ¶5).Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah penyakit seperti diare umumnya terjadi karena berbagai sebab di antara nya adalah kualitas dan kuantitas asupan makanan yang kurang, kurangnya pemberian ASI khususnya kolostrum dan ASI ekslusif sehingga kekebalan bayi berkurang dan mudah terkena penyakit infeksi (Depkes RI, 2002). Mengingat hal ini peneliti tertarik ingin meneliti tentang masalah hubungan berat badan dengan judul “ Hubungan Pola Pemberian Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi”. Istilah Pemberian ASI atau Pola menyusui ASI dalam istilah kesehatan adala di mulai dari proses laktasi. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. ASI di produksi oleh organ tubuh wanita yang bernama payudara. (Kristiyansari, 2009, hlm1). Keuntungan Pemberian ASI yaitu Susu yang khusus di ciptakan untuk bayi, dapat di cerna lebih baik, mengandung lebih sedikit sodium dan protein, Lebih banyak penyerapan kalsium, Resiko alergi yang lebih rendah. ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur enam bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat (Syafrudin,2011,hal.227). Situasi pemberian ASI di Indonesia Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Inisiasi AI <1 jam ASI Eksklusif 0-4 bln ASI Eksklusif 0-6 bln Dengan botol Durasi ASI Durasi ASI Eksklusif 1997 2003 8% 52 % 42,4 % 10,8 % 23,9 % 1,7 % 3,7 % 55,1 % 39,5 % 32,4 % 22,3 % 1,6 % Istilah berat badan dan berat bayi Berat badan merupakan ukuran antromometri yang terpenting dan paling sering di gunakan pada bayi baru lahir. Pengukuran berat badan merupakan pengukuran yang terpenting dalam memeriksa bayi atau balita (Maryunani, 2010, hlm.56). Cara memeriksa atau menimbang berat badan bayi menggunakan timbangan badan (Saragih, 2010, hlm.2). Seorang anak di katakan tumbuh kembang optimal bila pertambahan fisiknya (berat badan dan tinggi) meningkat di barengi dengan kemampuan berpikir dan kreativitasnya yang baik. Pertumbuhan anak di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik, hormon, dan lingkungan(nutrisi) (Nurhaeni, 2009, hlm.7). Istilah Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI harus di lakukan secara bertahap dan sesuai dengan kemampuan bayi. Hal itu di maksudkan agar kualitas dan kuantitas untuk pertumbumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan bayi berkembang pusat (Indiarti& Bertiani, 2009, hlm.59). Macam-macam makanan pendamping ASI ialah 1.Susu formula adalah susu sapi yang telah di proses agar lebih mudah di cerna oleh bayi yang baru lahir (Suryoprajogo, 2009, hlm.105).2. nasi, bubur,roti, buah-buahan, dan sayursayuran (Nurhaeni, 2009, hlm. 124-125). Metode Pengumpulan Data Rancangan penelitian ditetapkan dengan tujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan studi Cohort Retrospektif. Cohort Retrospektif yaitu suatu penelitian survey (noneksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor resiko dengan efek melalui pendekatan retrospektif (Notoatmodjo, 2010, hlm.44). Penelitian ini menggunakan Metode survey ananlitik. Survey analitik yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2010, hlm. 37). Penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel akibat, dan variabel pengganggu. Variabel bebasnya yaitu ASI eksklusif,dan variabel pengganggunya yaitu penyakit, lingkungan, dan tinggi badan bayi. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua bayi yang ada di Kelurahan Ngaliyan Kecamatan Ngaliyan Semarang, yang di beri ASI eksklusif dan yang tidak eksklusif. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling ialah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010, hlm. 68). Pada penelitian ini sampel yg di gunakan sejumlah 36 responden. Pada analisa bivariat digunakan uji parametrik Kolmogorov_Smirnov Test. Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Univariat 1. menunjukan bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif usianya minimal 23 tahun, maksimal 36 tahun, dan bayi yang di berikan ASI eksklusif minimal 7 bulan maksimal, 20 bulan 2. menunujukan bahwa ibu yang memberikan ASI tidak eksklusif minimal usianya 23 tahun, maksimal 45 tahun, dan bayi yang di berikan ASI tidak eksklusif minimal usianya 6 bulan maksimal 24 bulan. 3. menunjukan bahwa jumlah bayi lakilaki sebanyak 21 bayi(51.2%), dan bayi perempuan sebanyak 20 bayi(48.8%). 4. menunjukan bahwa ibu yang sebagai ibu tumah tangga sebanyak 28 orang(68.3%), dan ibu yang bekerja sebanyak 13 orang(31.7%). 5. menunjukan bahwa ibu yang pendidikan SD sebanyak 2 orang(4.9%), SMP sebanyak 1 orang(2.4%), SMA sebanyak 17 orang(41.5%), dan ibu yang sampai di perguruan tinggi sebanyak 21 orang(51.2%). 6. menunjukan bahwa bayi yang di beri ASI secara eksklusif sebanyak 10 bayi(24.4%), dan bayi yang diberi ASI+PASI sebanyak 26 bayi(63.4), dan yang di beri susu formula sebanyak 5 bayi(12.2%). B. Bivariat Berdasarkan penelitian di dapatkan bahwa rata-rata berat badan bayi 3 bulan pertama, bayi yang di beri ASI eksklusif yaitu 3.075kg dengan standar deviasi 0.8121kg, dan yang tidak eksklusif ratarata berat badannya 2.400kg dengan standar deviasi 0.7892kg. Berdasarkan penelitian di dapatkan bahwa rata-rata berat badan bayi 0-6 bulan, bayi yang di beri ASI eksklusif yaitu 5.45kg dengan standar deviasi 0.72kg, dan yang tidak eksklusif rata-rata berat badannya 4.64kg dengan standar deviasi 0.86kg. Hasil uji statistik di dapatkan nilai ρ=0.011(α>0.05) artinya ada hubungan yang signifikan rata-rata peningkatan berat badan bayi usia 0-6 bulan dengan pola menyusui. Berdasarkan penelitian di dapatkan bahwa rata-rata berat badan bayi usia 1-6 bulan pertama, bayi yang di beri ASI eksklusif yaitu 4.1kg dengan standar deviasi 0.79kg, dan yang tidak eksklusif rata-rata berat badannya 3.5kg dengan standar deviasi 0.73kg. hasil uji statistik di dapatkan nilai ρ value=0.036(α<0.05) artinya ada hubungan yang signifikan rata-rata peningkatan berat badan bayi usia 1-6 bulan pertama dengan pola menyusui. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan 1. Gambaran karakteristik responden yang memberikan ASI eksklusif di Kelurahan Ngaliyan Kecamatan Ngaliyan. Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Ngaliyan dengan jumlah responden 41, responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 10 orang(24.4%), usia ibu minimal 23 tahun, dan maksimal 36 tahun. 2. Gambaran karakteristik responden yang memberikan ASI tidak eksklusif di Kelurahan Ngaliyan Kecamatan Ngaliyan Semarang. Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Ngaliyan dengan jumlah responden 18, responden yang memberikan ASI tidak eksklusif sebanyak 31 orang (75.6%). Usia ibu minimal 23 tahun, dan maksimal 45 tahun. 3. Gambaran hubungan pola pemberian ASI dengan peningkatan berat badan bayi di Kelurahan Ngaliyan Kecamatan Ngaliyan Semarang. Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Ngaliayan dengan jumlah responden 41 bayi, penlitian ini di dapatkan bahwa nilai ρvalue=0.011(α<0.05), sehingga ada hubungan antara pola pemberian ASI dengan peningkatan berat badan bayi antara usia 0-6 bulan yang di berikan ASI eksklusif dan tidak eksklusif. Berdasarkan penelitian di Kelurahan Ngaliyan di dapatkan nilai ρvalue=0.036 artinya ada hubungan yang signifikan rata-rata peningkatan berat badan bayi usia 1-6 bulan pertama dengan pola menyusui. 19/132344/2025874/764/hanya-336bayi-di-indonesia-yang-dapat-asieksklusif?l771108bcj di unduh tanggal 9 Februari 2013 4. Kearney, angela. 2012. Unicef: Pemberian ASI Eksklusif Tekan Kematian Balita 5. Wulandari, retno. 2006. Pemberian ASI eksklusif Relationship Between Works Status, Level Of Knoledge, Mother Adherence To the culture, And Information About Nutrient Corcerningthe Failure To giving Exclusive Breast Milk Feedinf. http://www.fkm.undip.ac.id/data/inde x.php?action=4&idx=3005 di unduh tanggal 4 Desember 2012 6. Widodo, yekti. 2011. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif: Akura Si Dan In Interpretasi Data Survey Dan Laporan Program http://www.persagi.org/document/ makalah/201_makalah.pdf di unduh tanggal 2 Februari 2013 7. Arif, nurhaeni. 2009. Panduan Ibu Cerdas ASI Dan Tumbuhan Kembang Bayi.Yogyakarta: MedPress 8. Muryanani, anik. 2010. ILMU KESEHATAN ANAK Dalam Kebidanan. Jakarta: CV.Trans Info Medika 9. Djitowiyono, Sugeng & Kristiyanasari,Weni. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika b. Saran Bagi para kader Puskesmas maupun kader Posyandu untuk lebih memberikan informasi atau memberikan dorongan kepada para ibu untuk ikut berpartisipasi di posyandu, agar dapat mengetahui atau memantau pemberian ASI eksklusif terhadap peningkatan berat badan bayi setiap bulannya, dan lebih teliti lagi dalam menimbang bayi.2 Bagi para ibu diharapkan lebih memperhatikan pentingnya ASI eksklusif terhadap kekebalan tubuh bayi, dan terhadap peningkatan berat badan bayi pada usia 4 bulan sampai 6 bulan pertama.3 Bagi peneliti selanjutnya di harapkan dapat melakukan penelitian dengan menambahkan variabel, dan sampel penelitian harus menggunakan metode penghitungan agar sampel terpenuhi. Daftar Pustaka 1. Helen & Jennifer. 2009. POSTNATAL. Jakarta: Penerbit EGC 2. Yunanto, ari. 2009. Masalah Penggunaan Dot Pada Bayi. Buku Indonesia Menyusui http://www.idai.or.id/asi/artikel.a sp?q=201239105845 di unduh tanggal 11 Februari 2013 10. MT. Indiarti. 2008. ASI Susu Formula & Makanan Bayi. Jakarta: EGC Agus, putro Harnowo. 2012. Hanya 33,3% Bayi di Indonesia yang dapat ASI Eksklusif http://health.detik.com/read/2012/09/ 11. Suryoprajogo, nadine. 2009. Keajaiban Menyusui. Jogjakarta: Keyword 3. 12. Kristiyansari, weni. 2009. ASI, Menyusui & Sadari. Yogjakarta: Nuha Medika 13. Indriastuti, puji & Edi,bambang susyanto. Maternal 2007. yang Faktor-Faktor Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan Bayi. http://jurnal.umy.ac.id/index.php/mut iaramedika/article/viewFile/23/25 di unduh tanggal 5 Desember 2012 14. Notoadmojo, soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta