revisi strategi pembiayaan tahunan melalui utang tahun 2016

advertisement
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO
REVISI STRATEGI PEMBIAYAAN TAHUNAN
MELALUI UTANG TAHUN 2016
LAMPIRAN
KEPUTUSAN
DIREKTUR
JENDERAL
PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO
NOMOR
/PR/2016 TENTANG PERUBAHAN
ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO
NOMOR 73/PR/2015 TENTANG
STRATEGI
PEMBIAYAAN TAHUNAN MELALUI UTANG
TAHUN 2016
REVISI STRATEGI PEMBIAYAAN TAHUNAN
MELALUI UTANG TAHUN 2016
I{ATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
perkenan-Nya pen;rusunan Strategi Pembiayaan Tahunan melalui Utang Tahun
2016 dapat diselesaikan. Pemenuhan pembiayaan APBNP tahun 2016 dihadapkan
pada tantangan atas kondisi pasar keuangan dan perekonomial, baik global
maupun domestik. Kondisi pasar keuangan global diperkirakan masih diliputi
ketidakpastian, temtama terkait dengan potensi peningkatan Fed Fund Rafe. Isu
relevan lainnya yang menjadi perhatian dalam pengelolaan utang adalah
perlambatan perekonomian Tiongkok, lambatnya pemulihan perekonomian di
Eropa pasca krisis utang, serta harga-harga komoditas yang diperkirakan masih
akan tertekan.
Tidak berbeda dengan kondisi global, perekonomian domestik juga sedang
mengalami tekalan. Pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dari rata-rata
sebesar 67o untuk tahun 2OIO-2OI3 menjadi 5o/o di tahun 2014. Realisasi
pertumbuhan ekonomi pada kuarta,l I tahun 2016 sebesar 4,92o/o masih lebih
rendah dari proyeksi pertumbuhal ekonomi tahun 2016 yang telah dipangkas dari
5,37o menjadi 5,2o/o. Sampai dengan akhir kuartal II tahun 2016, kondisi pasar
keuangan cukup fauorable, dimana terjadi penguatan nilai tukar rupiah dan
penurunan tingkat imbal hasil (gield) SBN yang berdampak langsung pada
pengelolaan utang negara serta pembiayaan melalui utang. Penguatan nilai tukar
rupiah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah capital inflotu, defisit
neraca pembayaran yang membaik dan perbaikan harga komoditas.
Strategi ini merupakan pedoman pelaksanaan bagi pengelola utang dalam rangka
memenuhi target pembiayaan melalui utang tahun 2016. Strategi ini juga sebagai
pedoman dalam pembiayaan kembali utang jatuh tempo dan pedoman untuk
pengelolaan portofolio utang agar tercapai portofolio utang yang optimal dengan
biaya yang efisien dan risiko yang terkendali.
Untuk memenuhi aspek transparansi pengelolaan utang, strategi ini dapat diakses
oleh publik melalui utebsite Kementerian Keuangan. Publikasi ini juga untuk
memenuhi amanat Undang-Undalg Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik. Dengan publikasi ini diharapkan pengelolaan utang pemerintah
dapat memenuhi aspek-aspek tata pemerintahan yang baik (good gouernancel,
transparansi dan akuntabilitas yang tinggi dengan didukung oleh peran aktif
masyarakat.
Jakarta, + Agustus
2O16
DIREKTUR JENDERAL
PENGELOT,AAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO,
./-ROBERT PAKPAHAN
DAFTAR ISI
Daftar Isi ..................................................................................................
Daftar Gambar .........................................................................................
Daftar Tabel .............................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan Strategi.........................................................................................
Kebijakan Umum Pembiayaan Tahunan .................................................
Kebutuhan Pembiayaan APBN 2016 .......................................................
Strategi Pembiayaan Utang Tunai ..........................................................
1. Pembiayaan Rupiah ........................................................................
2. Pembiayaan Valas ...........................................................................
3. Pengelolaan Portofolio .....................................................................
4. Fleksibilitas dan Potensi Tambahan Pembiayaan Utang ...................
Strategi Pembiayaan Kegiatan/Proyek ....................................................
1. Pinjaman Luar Negeri .....................................................................
2. Pinjaman Dalam Negeri ...................................................................
3. Pembiayaan Proyek melalui SBSN ....................................................
Indikator Risiko Pembiayaan Utang ........................................................
1. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk) . .......................................
2. Risiko Pembiayaan Kembali (Refinancing Risk) ................................
3. Risiko Nilai Tukar (Exchange Rate Risk) ..........................................
Ekspektasi Portofolio Utang di Akhir Tahun 2016 ................................
Penutup ...................................................................................................
i
ii
ii
1
1
1
2
3
3
4
5
5
6
6
6
6
7
7
7
8
8
8
Lampiran:
Lampiran 1 : Rencana Penarikan Pinjaman Luar Negeri . ...........................
Lampiran 2 : Rencana Penarikan Pinjaman Dalam Negeri ..........................
Lampiran 3 : Rencana Pembiayaan Proyek melalui Penerbitan SBSN .........
9
10
10
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Pembiayaan Utang Tahun 2016 ……………………………………
Ekspektasi Indikator Risiko Portofolio Utang Akhir
Tahun 2016 …………………………………………………………….
2
8
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rincian Pembiayaan melalui Utang Tahun 2016 .........................
Tabel 2 Range Penerbitan SBN Domestik Melalui Lelang .........................
Tabel 3 Target Indikator Pembiayaan Utang Tahun 2016 ..........................
3
3
7
ii
STRATEGI PEMBIAYAAN TAHUNAN
MELALUI UTANG TAHUN 2016
LATAR BELAKANG
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) Tahun
2016, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2016,
pembiayaan utang mengalami perubahan signifikan yaitu (i) peningkatan defisit
anggaran sebesar Rp23.545,0 miliar, yaitu dari Rp273.178,9 miliar (2,15% dari
PDB) menjadi Rp296.723,9 miliar (2,35% dari PDB), dan (ii) peningkatan
pengeluaran pembiayaan non-utang sebesar Rp11.299,2 miliar, yaitu dari
Rp57.705,9 miliar menjadi Rp69.005,1 miliar. Dengan perubahan tersebut, maka
perlu dilakukan revisi pada Strategi Pembiayaan Tahunan Melalui Utang Tahun
2016, agar peningkatan pembiayaan utang dapat dipenuhi dengan biaya dan
risiko yang optimal.
Revisi atas strategi pembiayaan utang tahunan mempertimbangkan
perkembangan kondisi pasar keuangan dan perekonomian. Ketidakpastian kondisi
pasar keuangan terutama disebabkan oleh potensi peningkatan Fed Fund Rate.
Secara umum perekonomian global masih lemah dimana perekonomian negaranegara maju belum pulih, perekonomian negara-negara berkembang, khususnya
Tiongkok, mengalami pelambatan, serta masih relatif rendahnya harga komoditas.
Dari sisi domestik, pencapaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun 2016
yang sebesar 4,92% turut memberi tekanan pada sisi fiskal. Realisasi penerimaan
negara relatif rendah sementara terjadi realisasi percepatan belanja sehingga
diperlukan dukungan dari sisi pembiayaan utang.
TUJUAN STRATEGI
Tujuan Strategi Pembiayaan Tahunan melalui Utang Tahun 2016 adalah untuk:
1. Memenuhi kebutuhan pembiayaan melalui utang tahun 2016 dan membiayai
kembali utang jatuh tempo dengan biaya yang efisien dan risiko yang
terkendali;
2. Mendukung pengembangan pasar SBN domestik untuk meningkatkan efisiensi
pengelolaan utang dalam jangka panjang;
3. Meningkatkan akuntabilitas publik sebagai bagian dari pengelolaan utang
Pemerintah yang transparan dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik.
KEBIJAKAN UMUM PEMBIAYAAN TAHUNAN
Kebijakan umum yang digunakan dalam penyusunan strategi pembiayaan
tahunan sebagai berikut:
1. Mengendalikan rasio utang terhadap PDB pada level yang aman dengan
mempertimbangkan kemampuan membayar kembali;
2. Mengoptimalkan penerbitan SBN di pasar domestik untuk memenuhi
pembiayaan APBN, sedangkan penerbitan SBN valas dilakukan sebagai
komplementer;
3. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pembiayaan dan melakukan pendalaman pasar SBN domestik;
4. Melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif antara lain melalui
buyback dan debt switch untuk meningkatkan likuiditas dan stabilitas pasar
1
serta implementasi Asset Liabilitiy Management (ALM) dalam upaya untuk
menjaga keseimbangan makro;
5. Mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui
pengadaan pinjaman kegiatan dan penerbitan sukuk yang berbasis proyek
dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan pendanaan pembangunan dalam
jangka menengah;
6. Mengoptimalkan penggunaan pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri
untuk mendukung pembiayaan belanja modal APBN dan pemanfaatan fasilitas
pinjaman sebagai alternatif instrumen pembiayaan;
7. Memperkuat fungsi Investor Relation Unit, antara lain melalui diseminasi
informasi secara proaktif, respon yang cepat dan efektif, dan komunikasi yang
efektif dengan investor dan stakeholder lainnya.
KEBUTUHAN PEMBIAYAAN MELALUI UTANG TAHUN 2016
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan APBNP tahun 2016 sesuai
dengan UU Nomor 12 Tahun 2016, kebutuhan penerbitan/pengadaan utang neto
sebesar Rp365.729,0 miliar dan setelah memperhitungkan jatuh tempo utang,
SPN cash management dan rencana cash buy back tahun 2016 sebesar
Rp316.509,1 miliar maka kebutuhan penerbitan/pengadaan utang bruto tahun
2016 direncanakan sebesar Rp682.238,1 miliar.
Gambar 1
Pembiayaan Utang Tahun 2016
(dalam miliar rupiah)
Utang Neto
Jatuh Tempo
Utang
Rp316.509,1
miliar
SBN Neto
Penerbitan
Jatuh Tempo + Cash Management
Pengelolaan Portofolio Utang
PLN Neto
Utang Gross
Rp682.238,1
miliar
Pembiayaan
Non Utang
Rp69.005,1
miliar
Pembiayaan
Defisit
Rp296.723,9
miliar
365.729,0
364.866,9
611.402,6
(243.535,7)
(3.000,0)
(2.526,9)
Penarikan
72.959,1
Penerusan Pinjaman
(5.833,7)
Jatuh Tempo
PDN Neto
Penarikan
Jatuh Tempo
(69.652,4)
3.389,0
3.710,0
(321,0)
Kebutuhan
tersebut akan dipenuhi melalui (a) penerbitan/penarikan utang tunai sebesar
Rp633.500,4 miliar dan (b) pembiayaan kegiatan/proyek sebesar Rp48.737,7
triliun dengan rincian sebagaimana pada Tabel 1. Pembiayaan tunai bersumber
dari penerbitan SBN yang mengutamakan penerbitan melalui lelang dan
pengadaan pinjaman program/tunai yang bersumber dari mitra pembangunan
(development partners) multilateral dan bilateral.
2
Tabel 1
Rincian Pembiayaan Melalui Utang Tahun 2016
(dalam miliar rupiah)
Uraian
Jumlah
I. Pembiayaan Utang Tunai
1. Penerbitan SBN
a. SBN Domestik
- Lelang
- Non Lelang
b. SBN Valas
2. Pinjaman Program
II. Pembiayaan Kegiatan/Proyek
1. Pinjaman Luar Negeri
2. Penerusan Pinjaman Luar Negeri
3. Pinjaman Dalam Negeri
4. Penerbitan SBSN untuk Pembiayaan Proyek
633.500,4
597.725,4
455.279,2
352.671,2
102.608,0
142.446,2
35.775,0
48.737,7
37.184,1
(5.833,7)
3.710,0
13.677,2
Total Pembiayaan melalui Utang (I + II)
*)
682.238,1
Penerbitan SBN belum termasuk target penerbitan SBSN untuk Pembiayaan Proyek
sebesar Rp13,7 triliun dan akan disesuaikan dengan pengelolaan portofolio utang
dan SPN cash management.
STRATEGI PEMBIAYAAN UTANG TUNAI
1. Pembiayaan Rupiah
Utang tunai dalam mata uang rupiah direncanakan sebesar Rp455.279,2 miliar
yang bersumber dari penerbitan SBN Rupiah di dalam negeri (SBN domestik)
melalui mekanisme lelang dan non-lelang. Pemenuhan target penerbitan SBN
dilakukan dengan mengutamakan penerbitan melalui lelang dengan jadwal
pelaksanaan lelang serta indikasi target penerbitan per lelang akan diumumkan
kepada para pihak secara terbuka, termasuk bila terdapat perubahan dalam
rencana penerbitan. Dalam tahun 2016, lelang penerbitan SBN domestik
dilakukan dengan batasan jenis instrumen dan tenor, dengan rincian sebagaimana
pada Tabel 2.
Penerbitan SBN melalui non lelang dapat dilakukan dengan metode bookbuilding
dan private placement. Penerbitan SBN melalui metode bookbuilding terutama
dilakukan untuk mengakomodasi penerbitan SBN ritel. Penerbitan SBN ritel
dilakukan untuk mendukung peran serta masyarakat dalam pembiayaan
pembangunan mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar dan
keterbatasan instrumen investasi di masyarakat. Pada tahun 2016, penerbitan
SBN ritel ditargetkan sebesar Rp65.000,0 miliar melalui Sukuk Ritel, Savings Bond
Ritel, Sukuk Tabungan, dan Obligasi Negara Ritel.
Tabel 2
Range Penerbitan SBN Domestik Melalui Lelang
Instrumen
SUN
SBSN
Seri
SPN 3 Bulan
SPN 12 Bulan
Benchmark
(tenor 5, 10, 15, 20 tahun)
Non Benchmark
SPN-S
PBS
Total Penerbitan
Range
Penerbitan
3% - 7%
8% - 12%
Frekuensi
Lelang
12 kali
17 kali
56% - 60%
23 kali
3% - 7%
17% - 21%
sesuai
kebutuhan
23 kali
23 kali
100%
46 kali
2% - 6%
3
Penerbitan melalui private placement dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:
(i) kebutuhan kas, (ii) hasil pelaksanaan lelang SBN tidak mencapai target
dan/atau memiliki biaya yang tinggi, (iii) kebutuhan untuk pengembangan pasar
SBN, termasuk pelaksanaan secara selektif dalam rangka mendukung
implementasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 1/POJK.05/2016, khususnya
bagi lembaga keuangan non-bank yang memiliki dana kelolaan relatif kecil dan
tidak memiliki akses terhadap pasar perdana.
Dalam UU Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (tax amnesty)
disebutkan bahwa salah satu instrumen untuk penempatan dana repatriasi
adalah instrumen SBN. Dalam rangka mendukung pelaksanaan program
dimaksud, investor yang berminat menempatkan dananya pada instrumen SBN
diarahkan pada mekanisme lelang. Selain itu, dibuka kemungkinan untuk
melakukan private placement dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan
pembiayaan tahun 2016 serta timing masuknya dana repatriasi. Dengan demikian,
komposisi target penerbitan SBN dapat disesuaikan, termasuk penyesuaian target
SBN ritel.
Pada tahun 2016, Pemerintah telah melakukan konversi penyaluran dana transfer
ke daerah dalam bentuk SBN non-tradable bagi daerah yang memiliki uang kas
dan/atau simpanan di bank dalam jumlah di atas rata-rata nilai kewajaran.
Kebijakan ini akan mengakibatkan adanya tambahan penerbitan SBN bruto,
namun tidak mempengaruhi target pemenuhan pembiayaan.
Selain untuk memenuhi pembiayaan APBN, penerbitan SBN domestik juga
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan instrumen dalam rangka pengembangan
pasar SBN, mendorong terciptanya investment-oriented society, mendukung
pengelolaan likuiditas rupiah melalui penggunaan instrumen SBN sebagai alat
Operasi Pasar Terbuka oleh Bank Indonesia, dan mengendalikan risiko nilai tukar
portofolio utang Pemerintah.
2. Pembiayaan Valas
a. Penerbitan SBN Valas
Penerbitan SBN valas dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1) Memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN, refinancing utang, dan sebagai
komplementer terhadap penerbitan SBN Rupiah;
2) Sebagai upaya diversifikasi instrumen pembiayaan dalam rangka mengelola
tingkat biaya dan risiko pembiayaan;
3) Memberikan ruang yang lebih lebar kepada institusi non-pemerintah untuk
memperoleh pembiayaan dari pasar keuangan domestik.
Penerbitan SBN valas dapat dilakukan di pasar keuangan domestik maupun pasar
keuangan global dalam mata uang yang sesuai dengan kebutuhan pembiayaan
APBN dan kas negara. Pada tahun 2016 penerbitan SBN valas direncanakan
dalam mata uang kuat (hard currency) yaitu USD, EUR, dan JPY. Pemerintah juga
sedang mengkaji kemungkinan penerbitan SBN dalam mata uang lainnya seperti
Renminbi,
Singapore
Dollar,
dan
Ringgit
Malaysia
dengan
tetap
mempertimbangkan pengelolaan risiko dan pengelolaan cadangan devisa.
Target penerbitan SBN valas direncanakan sebesar 23% dan dapat dimaksimalkan
hingga 27% dari total penerbitan SBN bruto dengan tetap mempertimbangkan
kebutuhan pembiayaan, kondisi pasar keuangan, dan/atau minat investor.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan program Pengampunan Pajak, dapat
dilakukan penerbitan SBN valas domestik dalam mata uang USD sebagai sarana
penempatan dana repatriasi.
4
b. Penarikan Pinjaman Program/Tunai
Kebijakan pinjaman program/tunai pada tahun 2016 diarahkan untuk menopang
pembiayaan APBN sekaligus mendukung pelaksanaan program-program
Pemerintah, mengingat kebutuhan pembiayaan APBN yang tinggi dan
keterbatasan sumber pembiayaan melalui SBN. Selain itu, pinjaman program
merupakan salah satu sumber pembiayaan yang memiliki biaya yang relatif lebih
kompetitif.
Target penarikan pinjaman program/tunai pada tahun 2016 adalah sebesar
Rp35.775,0 miliar ekuivalen USD2.650 juta. Rincian program yang menjadi dasar
pengadaan pinjaman program serta pemberi pinjaman potensial disajikan dalam
Lampiran 1. Pemerintah akan mengutamakan pembiayaan dari mitra
pembangunan multilateral dan bilateral, termasuk mengupayakan pencarian
sumber pembiayaan pinjaman program baru dan/atau melakukan up-size atas
pinjaman program yang telah direncanakan. Di samping itu, Pemerintah juga
membuka kemungkinan pemanfaatan pinjaman tunai komersial sebagai
pelengkap dari pemenuhan pinjaman program dengan tetap mempertimbangkan
biaya dan risikonya.
3. Pengelolaan Portofolio
Dalam rangka mendukung pencapaian portofolio utang yang optimal dan
pengembangan pasar SBN domestik, Pemerintah dapat menggunakan mekanisme
debt switching dan buyback.
Program debt switching dilakukan untuk mengurangi refinancing risk,
meningkatkan likuiditas pasar SBN, serta mengembangkan pasar SBN. Dalam
rangka mengurangi refinancing risk, debt switching dilakukan dengan menukar
seri-seri SBN yang akan jatuh tempo dalam 5 tahun dengan seri-seri SBN
benchmark atau seri lain yang direncanakan akan menjadi benchmark. Untuk
meningkatkan likuiditas pasar, buyback dilakukan dengan menarik off the run
series dan menggantikannya dengan on the run series. Cara ini juga dilakukan
untuk mendukung pengembangan pasar SBN.
Program buyback dilakukan dengan 3 (tiga) tujuan, yaitu: meningkatkan likuiditas
pasar dengan membeli seri yang tidak likuid, stabilisasi pasar sebagai langkah
untuk mengurangi volatilitas harga, dan portofolio manajemen dalam rangka
mengurangi refinancing risk serta salah satu langkah memanfaatkan idle cash.
Dalam hal pelaksanaan debt switch dan /atau cash buyback mempengaruhi
jumlah penerbitan SBN bruto, maka target penerbitan SBN bruto dapat
disesuaikan.
4. Fleksibilitas dan Potensi Tambahan Pembiayaan Utang
Ketidakpastian dalam perekonomian global di tahun 2016 diperkirakan masih
terus berlanjut. Guna merespons hal tersebut, UU Nomor 14 Tahun 2015
memberikan keleluasaan bagi Pemerintah untuk menentukan komposisi serta
timing penerbitan/pengadaan utang. Terkait komposisi, dalam rangka menjamin
pemenuhan target pembiayaan APBN, Pemerintah dapat melakukan perubahan
dari satu jenis pembiayaan tunai ke pembiayaan tunai lainnya dengan
memperhatikan biaya/risiko dan ketersediaan instrumen. Sementara itu, terkait
timing pengadaan utang, Pemerintah dapat merealisasikan sebagian kebutuhan
pembiayaan tahun 2016 di akhir tahun 2015 (prefunding). Prefunding diharapkan
dapat menjamin ketersedian anggaran di awal tahun, khususnya untuk
mengantisipasi lonjakan kebutuhan awal tahun dalam rangka percepatan realisasi
belanja infrastruktur. Besaran prefunding optimal untuk kebutuhan awal tahun
ditentukan melalui koordinasi dengan unit-unit terkait, utamanya unit pengelola
kas. Koordinasi juga dilakukan untuk mencari sumber-sumber alternatif
pendanaan awal tahun di luar utang. Sebagai bagian dari front-loading strategy,
5
prefunding akan dilakukan melalui penerbitan SBN pada kisaran 10% - 15% dari
target SBN bruto dengan tetap memperhatikan kondisi pasar, biaya dan risiko
utang.
Selain fleksibilitas tersebut, Pemerintah dapat menggunakan dana SAL,
melakukan penarikan pinjaman, dan/atau penerbitan SBN sebagai tambahan
pembiayaan dalam hal anggaran diperkirakan defisit melampaui target yang
ditetapkan
dalam
APBN.
Tambahan
pembiayaan
dimaksud
tetap
memperhitungkan adanya batasan maksimal defisit anggaran yang ditetapkan
dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yaitu sebesar 3% dari
PDB. Untuk mengantisipasi potensi tambahan pembiayaan melalui utang,
Pemerintah akan terus melakukan penjajakan atas potensi pembiayaan, baik yang
bersumber dari dalam maupun luar negeri. Potensi dimaksud dapat digunakan
sebagai alternatif pembiayaan dengan mempertimbangkan biaya dan risiko yang
lebih menguntungkan bagi Pemerintah dan/atau searah dengan upaya
pengembangan pasar SBN dalam negeri.
STRATEGI PEMBIAYAAN KEGIATAN/PROYEK
Pembiayaan kegiatan/proyek melalui utang pada tahun 2016 dilakukan dengan
menggunakan 3 (tiga) instrumen, yaitu: (i) Pinjaman Luar Negeri (PLN) yang
bersumber dari lembaga multilateral, bilateral, dan kredit ekspor/komersial, (ii)
Pinjaman Dalam Negeri (PDN) yang bersumber dari perbankan dalam negeri, dan
(iii) Pembiayaan Proyek melalui SBSN.
1. Pinjaman Luar Negeri
Rencana penarikan pinjaman proyek luar negeri tahun 2016 adalah sebesar
Rp37.184,1 miliar yang terdiri dari pinjaman proyek pemerintah pusat sebesar
Rp28.465,2 miliar, penerusan pinjaman (on-lending) ke pemerintah daerah dan
BUMN sebesar Rp5.833,7 miliar, dan pinjaman yang diterushibahkan ke
pemerintah daerah (on-granting) sebesar Rp2.885,3 miliar. Rincian rencana
penarikan pinjaman luar negeri berdasarkan Kementerian/Lembaga disajikan
dalam Lampiran 1. Dalam pelaksanaannya, realisasi penarikan pinjaman
disesuaikan dengan progress pelaksanaan proyek dan nilai tukar rupiah.
Untuk memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang optimal, koordinasi
antar-unit terkait perlu ditingkatkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan
sesuai rencana, salah satunya meningkatkan kualitas penganggaran serta
optimalisasi fungsi monitoring dan evaluasi. Upaya ini juga dilakukan untuk
meningkatkan kinerja realisasi pinjaman luar negeri dan untuk menghindari
tambahan biaya utang.
2. Pinjaman Dalam Negeri
Rencana penarikan PDN untuk tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp3.710,0 miliar.
Besaran tersebut merupakan batas tertingggi penarikan PDN dengan
memperhitungkan: (i) kapasitas industri pertahanan dalam negeri terkait delivery
barang dan jasa, (ii) upaya untuk mendorong percepatan penarikan, khususnya
atas kegiatan-kegiatan prioritas yang telah ditetapkan pada tahun-tahun
sebelumnya, serta (iii) kapasitas pemberi PDN serta biaya pinjaman. Sejalan
dengan itu, langkah-langkah proaktif dalam menangani slow disbursement dari
PDN perlu ditingkatkan, di antaranya adalah K/L perlu memastikan terpenuhinya
kriteria kesiapan (readiness criteria) kegiatan serta koordinasi antara Bappenas,
Kemenkeu, dan K/L untuk merencanakan kegiatan secara selektif dan hati-hati.
3. Pembiayaan Proyek melalui SBSN
Pembiayaan proyek melalui SBSN direncanakan sebesar Rp13.677,2 miliar dengan
rincian Kementerian Perhubungan sebesar Rp4.983,0 miliar, Kementerian
6
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp7.226,3 miliar, dan
Kementerian Agama sebesar Rp1.467,9 miliar. Waktu penerbitan SBSN tersebut
akan disesuaikan dengan kebutuhan (realisasi pelaksanaan kegiatan dari proyek
yang dibiayai) dan kondisi pasar keuangan khususnya pasar SBN dalam negeri.
INDIKATOR RISIKO PEMBIAYAAN UTANG
Secara umum, indikator risiko dalam pemenuhan pembiayaan APBN melalui
utang adalah sebagai berikut:
1. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)
Untuk mengendalikan risiko tingkat bunga, penerbitan SBN dan pengadaan
pinjaman tahun 2016 dilakukan dengan mengutamakan tingkat bunga tetap (fixed
rate). Namun demikian, utang dengan tingkat bunga mengambang masih
diperlukan sebagai penyeimbang portofolio dengan tetap memperhatikan
kebutuhan portofolio dan/atau hasil negosiasi antara pemerintah dengan pemberi
pinjaman. Porsi utang dengan tingkat bunga mengambang terhadap total
outstanding utang diupayakan berada pada tingkat yang aman yaitu di bawah
20%.
Indikator risiko tingkat bunga yang lain yaitu refixing rate yang merupakan waktu
portofolio utang disesuaikan tingkat bunganya. Indikator ini dikelola dengan
membatasi utang yang jatuh tempo dalam 1 tahun dan mengendalikan utang
dengan tingkat bunga mengambang. Untuk itu, tahun 2016 SBN jatuh tempo
dalam 1 tahun dibatasi maksimal sebesar 21% dari penerbitan SBN bruto.
Tabel 3
Target Indikator Pembiayaan Utang Tahun 2016
Jenis Risiko
Target Indikator Pembiayaan Utang
APBN 2016
Utang
SBN
Pinjaman
Interest Rate Risk
VR proportion
10% - 12%
0% - 2%
Maks 100%
Refinancing Risk
ATM (tahun)
Mature in 1 year
8,5 - 10,5
Maks. 19%
9,0 - 11,0
Maks. 21%
11,0 - 13,0
-
Exchange Rate Risk
FX proportion
Maks. 40%
thd Utang
Maks. 27%
Maks. 98%
thd SBN bruto thd Pinjaman
2. Risiko Pembiayaan Kembali (Refinancing Risk)
Indikator risiko pembiayaan kembali diwakili oleh Average Time to Maturity (ATM)
dan porsi utang jatuh tempo dalam 1 tahun. Pembiayaan utang tahun 2016
ditargetkan memiliki ATM di kisaran 9,4 tahun dengan range ±1 tahun dimana
ATM untuk penerbitan SBN ditargetkan sekitar 9,2 tahun dengan rincian ATM
penerbitan SBN domestik 9,1 tahun dan SBN valas 12,2 tahun.
Porsi pembiayaan utang jatuh tempo dalam 1 tahun maksimal sebesar 19%,
dimana untuk penerbitan SBN diperkirakan sebesar 21% dari penerbitan SBN
bruto. Sedangkan untuk penarikan pinjaman baru tahun 2015 diperkirakan tidak
akan memengaruhi utang yang jatuh tempo dalam 1 tahun mengingat sebagian
besar utang dalam pinjaman memiliki grace period lebih dari 1 tahun dan
pembayaran pokok dilakukan secara amortisasi.
7
3.
Risiko Nilai Tukar (Exchange Rate Rislc)
Untuk mengendalikan risiko nilai tukar, porsi penerbitan/penarikan utang valas
terhadap total pembiayaan utang tahun 2016 dibatasi maksimum 4O%o. Dari sisi
pinjaman, penarikan pinjaman luar negeri lebih dominan dibandingkan dengan
pinjaman dalam negeri, sedangkan dari sisi penerbitan SBN, pemerintah tetap
mengutamakan penerbitan SBN domestik dal membatasi penerbitan SBN valas
maksimum 27o/o dari total penerbitan SBN.
EKSPEKTASI PORTOFOLIO UTAI{G DI AI$IIR TAIIUN 2OL6
Berdasarkan rencana pembiayaan APBN melalui utang tahun 2016, portofolio
utang pada akhir tahun 2016 diperkirakan menjadi sebesar Rp3.404.433,9 miliar
dengan indikator risiko sebagaimana pada Gambar 2.
Gambar 2
Ekspektasi Indikator Risiko Portofolio Utang Akhir Tahun 2O16
Average Time to Maturity
(thn)
Rasio Utang Jatuh Tempo
Dalam 3 Tahun terhadap Total
Utang (o/o)
Proyeksi Akh r
Tahun 2016
Rasio Utang Tingkat Bunga
etap terhadap Total Utang (%)
Realisasi Akhir
Tahun 2015
Rasio Utang Valas terhadap
Total Utang (%)
oo%
. Proyeksi AkhirTahun
I SPUN 2014-2017
Catatan:
Proyeksi
20,1yo 40,oo/a 60,0% 80,0%100,0%
2016
akhir tahun 2016
r Realisasi AkhirTahun
sPUN 2014-2017
20'15
berdasarkan pembiayaan APBN-P
2016 dan asumsi
kurs
Rp13.5OO/USDL.
PENUTUP
ini disusun berdasarkan data pengelolaan utang, pembiayaan utang dan
pasar
kondisi
keuangan pada Juli 20 16. Untuk itu, Pemerintah akan memantau
secara seksama pelaksarraan strategi ini dalam tahun anggaran berjalan.
Strategi
DIREKTUR JENDERAL
PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO.
lz
ROBERTPAKPAHAN
7
Lampiran 1: Rencana Penarikan Pinjaman Luar Negeri
a. Indikasi Pinjaman Program/Tunai
(dalam juta USD)
Sumber Pinjaman
No
1
2
Jenis Program
W orld
Bank
Local Government and Decentralization
Project-II
200
Fiscal - Development Program Loan
400
Total
AFD
ADB
KFW
-
-
-
-
-
200
110
3
Sustainable and Inclusive Energy
Program (SIEP)
(Carry over dari 2015)
4
Stepping Up Investment for Growth
Acceleration Program
-
-
Fiscal and Public Expenditure
Management Program
-
-
5
Jumlah
510
500
500
-
1.100
110
-
-
500
220
720
500
220
720
1.000
440
2.650
Ket: Nilai realisasi penarikan pinjaman dapat berubah disesuaikan dengan nilai tukar
pada saat penarikan
b. Pinjaman Kegiatan/Proyek
(dalam miliar Rupiah)
No
Kementerian Lembaga
A. Rencana Penarikan Pinjaman Proyek/Kegiatan K/L
1
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2
Kementerian Pertahanan
3
Kepolisian Republik Indonesia
4
Kementerian Perhubungan
5
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
6
Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi
7
Kementerian Kelautan dan Perikanan
8
Kementerian Pertanian
9
Kementerian Komunikasi dan Informatika
10
Kementerian Ketenagakerjaan
11
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS
12
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
13
Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Batam
14
Biro Pusat Statistik
15
Kementerian Agama
16
Kementerian Keuangan
17
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
18
Kementerian Dalam Negeri
19
Badan Informasi Geospasial
Alokasi
Anggaran
2016
28.465,2
9.088,3
8.074,8
3.336,2
1.474,0
2.122,8
59,6
1.828,1
516,6
371,4
341,8
65,9
302,8
258,2
164,4
119,5
96,3
106,0
112,1
26,4
-
B. Rencana Penarikan Pinjaman yang Diteruspinjamkan (On-lending )
1
PT PLN
2
PT Pertamina
3
Kementerian Keuangan c.q. Ditjen Perbendaharaan
4
PT PII
5.833,7
4.046,4
1.593,4
179,4
14,5
C. Rencana Penarikan Pinjaman yang Diterushibahkan (On-granting )
1
Kementerian Keuangan c.q. DJPK
2.885,3
2.885,3
Total Rencana Penarikan Pinjaman Proyek/Kegiatan
37.184,1
9
Lampiran 2: Rencana Penarikan Pinjaman Dalam Negeri
(dalam miliar Rupiah)
Keterangan
Penarikan (gross)
1 Kementerian Pertahanan
2 Kepolisian RI
Pembayaran Cicilan Pokok
Total
Jumlah
3.710
3.000
710
(321)
3.389
Lampiran 3: Rencana Pembiayaan Proyek melalui Penerbitan SBSN
(dalam miliar Rupiah)
Kementerian/Lembaga/Proyek
Jumlah
Kementerian Agama
1.467,90
Revitalisasi Asrama Haji
Peningkatan Sarana Prasarana Perguruan Tinggi Agama Negeri
Pembangunan Gedung Balai Nikah dan Manasik Haji
Kementerian Perhubungan
4.983,00
Pembangunan Fasilitas Perkeretaapian untuk Manggarai s/d Jatinegara
Modernisasi Fasilitas Perkeretaapian untuk Jatinegara s/d Bekasi
Pembangunan jalur ganda antara Martapura-Baturaja
Pembangunan Jalan KA Layang di Perkotaan Medan
Pembangunan Jalur Ganda KA antara Purwokerto-Kroya
Pembangunan Jalur Ganda Lintas Solo-Surabaya antara Madiun-Jombang
Kementerian PUPR
Pembangunan/Revitalasi
Pembangunan/Revitalasi
Pembangunan/Revitalasi
Pembangunan/Revitalasi
Pembangunan/Revitalasi
Pembangunan/Revitalasi
Pembangunan/Revitalasi
885,00
400,00
182,90
1.220,00
530,00
523,14
1.430,00
689,09
590,77
7.226,30
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
Jalan
dan
dan
dan
dan
dan
dan
dan
Total Pembiayaan SBSN Project
Jembatan
Jembatan
Jembatan
Jembatan
Jembatan
Jembatan
Jembatan
Wilayah
Wilayah
Wilayah
Wilayah
Wilayah
Wilayah
Wilayah
Sumatera
Jawa
Kalimantan
Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku
Papua
1.540,93
1.050,77
1.040,39
584,47
953,93
840,57
1.215,25
13.677,20
10
Download