kementerian keuangan republik indonesia

advertisement
LAMPIRAN I
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIKINDONESIA
··KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
667 /KM.l/2013 TENTANG PERUBAHAN
'(ESEBELAS ATAS KEPUTUSAN MENTERI
KEUANGAN
NOMOR
339/KMK.Ol/2011
TENTANG
STANDAR
OPERASIGNAL
PROSEDUR YANG BERTAUTAN (STANDARD
OPERATING
PROCEDURES-LINK)
KEMENTERIAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor SOP-13/Link/2012
Tanggal Penetapan: 28 Mei 2012
Tanggal Revisi [ke-L]:
A. Deskripsi
Merupakan proses. kesinambungan antar SOP terkait (SOP - Link) pada masingrnasing unit organisasi Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan mengenai
prosedur atas penanganan kondisi krisis pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada
level Waspada (aware), level Siaga (alert) atau Krisis (crisis).
B. Daftar Istilah
1. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBN adalah suratberharga
yang diterbitkan oleh Pemerintah yang meliputi surat utang negara dan surat
berharga syariah Negara.
2. Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya disingkat SAL adalah akumulasi dari
sisa lebih pembiayaan anggaran tahunanggaran yang lalu dan tahun anggaran
yang bersangkutan setelah ditutup, ditambah/dikurangi dengan koreksi
pembukuan.
3. Surat Penetapan Rencana Kerja dan AnggaraJ} .Bendahara Umum Negara yang
selanjutnya disebut SP RKA-BUN adalah dokumen penetapan alokasi anggaran
menurut unit organisasi dan program serta dirinci ke dalam satuan kerja pada
Bagian Anggaran Bendahara UmUm Negara..
4. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA adalah
dokumen pelaksanaan anggaran. yang disusun oleh Direktur Jenderal
Pengelolaan Utang sebagai pengguna anggaran kuasa pengguna anggaran dan
disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku
BendaharaUmum Negara.
5. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Revisi yang selanjutnya
disebut SP-DIPA Revisi adalah surat pengesahan atas perubahan rincian dalam
DIPA akibat revisi rincian anggaran pada halaman Surat Pengesahan, halaman
I,halaman 11, halaman 11i, dan/atau halaman IV DIPA, termasuk akibat
perbaikan karena kesalahan administrasi.
6. Pembelian SBN di pasar sekunder adalah pembelian kembali SBN di pasar
sekunder oleh pemerintah sebelum jatuh tempo dengan cara tunai
7. Setelmen adalah penyelesaian transaksi SBN yang terdiri dari setelmen dana dan
setelmen kepemilikan SBN.
8. Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) adalah forum koordinasi
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
Otoritas Jasa Keuangan.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-2 -
-
c. Ruang LingkupRuang lingkup SOP penanganan kondisi krisis pasar Surat Berharga Negara (SBN)
meliputi beberapa kegiatan, antara lain:
1. Penetapan level kondisi Pasar SBN (level Waspada, Siaga, atau Krisis);
2. Pelaksanaan koordinasi dengan FKSSK dalam rangka penanganan kondisi
krisis pasar SBN pada level waspada, siaga, atau krisis;
3. Pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait di lingkungan Kementerian
Keuangan dan- Kementerian BUMN dalam rangka penanganan kondisi krisis
Pasar SBN pada level Siaga atau Krisis;
4. Pelaksanaan pembelian SEN menggunakan- dana DIPA Pengelolaan Utang
dalam rangka penanganan krisis pasar SBN;
5. Pelaksanaan pembelian SBN oleh Ditjen Perbendaharaan dan Zatau Pusat
Investasi Pemerintah dalam rangka penanganan krisis pasar SBN pada level
Siaga atau Krisis;
6. Pelaksanaan pembelian SBN menggunakan Saldo Anggaran Lebih (SAL) oleh
Ditjen Pengelolaan Utang dalam rangka penanganan kondisi pasar SBN pada
level Krisis;
7_ Pencabutan level kondisi krisis Pasar SBN (level Waspada, Siaga, atau Krisis].
Adapun mekanismej'prosedur
dimaksud antara lain:
dari
masing-masing
tata
cara.
penanganan
1. Penetapan Level Kondisi Pasar SBN (level Waspada, Siaga, atau Krisis)
a. Pelaksanaan pemantauan pergerakan yield Surat Utang Negara (SUN) dan
perhitungan indeksasi kondisi pasar Surat Berharga Negara sebagai indikasi
awal untuk penyiapan rekomendasi penetapan level kondisi pasar SBN dan
pengolahan data oleh Direktorat Surat Utang Negara, DJPU yang mengacu
kepada SOP terkait dengan Protokol Manajemen Krisis Pasar SBN;
b. Penyediaan data transaksi harian SBN melalui Penerima Laporan Transaksi
Efek (PLTE), Direktorat Transaksi dan Lembaga Efek, Otoritas Jasa
Keuangan yang mengacu kepada SOP terkait dengan penelaahan transaksi
obligasi harian sebagai bahan Direktorat Surat Utang Negara dalam
penyiapan rekomendasi penetapan level kondisi pasar SBN;
c. Penyampaian hasil qssesment atas perubahan harga/yield SUN, tren
harga/yield SUN darr/atau hasil stress test sebagai bahan rekomendasi
penetapan kondisi pasar SBNoieh Direktorat Strategi dan Portofolio Utang,
DJPU yang mengacu kepada SOP terkait dengan Protokol Manajemen Krisis
Pasar SBN;
d. Rapat penyusunan dan penyampaian rekomendasi penetapan kondisi pasar
SBN dan penyiapan langkah-Iangkah pelaksanaan penanganan kondisi
pasar SBN oleh Direktorat Surat Utang Negara, DJPU dan Direktorat Strategi
dan Portofolio Utang, DJPU kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang
yang mengacu kepada SOP terkait .dengan Protokol Manajemen Krisis Pasar
SBN;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-3 e. Penetapan kondisi pasar SBN pada level Waspada, Siaga, atau Krisis dan
langkah-langkah pelaksanaan penanganan kondisi pasar SBN oleh Direktur
Jenderal Pengelolaan Utang atas nama Menteri Keuangan yang mengacu
kepada SOP terkait denganProtokol Manajemen Krisis Pasar SBN;
f. Penyampaian nota dinas mengenai laporan hasil Penetapan kondisi pasar
SBN pada level Waspada, Siaga, atau Krisis dan langkah-Iangkah
pelaksanaan penanganan kondisi pasar SBN oleh Direktur Jenderal
Pengelolaan Utang kepada Menteri Keuangan yang mengacu kepada SOP
terkait dengan Protokol Manajemen Krisis Pasar SBN;
g. Penyampaian surat Direktur Surat Utang Negara mengenai informasi
Penetapan kondisi pasar SBN pada level Waspada, Siaga, atau Krisis kepada
Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Deputi Bidang Usaha JasaKementerian BUMN, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan Pusat
lnvestasi Pemerintah (PIP), yangmengacu kepada SOP terkait dengan
Protokol Manajemen KrisisPasar SBN;
h. Pemantauan secara intensif mengenai kondisi pasar Surat Utang Negara
terkini baik dengan pelaku pasar maupun pemberitaan di media massa oleh
Direktorat Surat Utang Negara, yang mengacu kepada SOP terkait dengan
Protokol Manajemen Krisis Pasar SBN.
2. Pelaksanaan koordinasidengan FKSSK dalam rangka penanganail kondisi
krisis pasar SBN pada level waspada, siaga, atau krisis;
a. Penyampaian informasi penetapan kondisi pasar SBN kepada Sekretariat
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) melalui surat
Direktur Surat Utang Negara;
b. Pelaksanaan komunikasi aktif dan penyampaian datajinformasi terkini
terkait dengan kondisi pasar SBN secara harian pada hari kerja melalui
email atau alat komunikasi lainnya kepada Sekretariat Forum Koordinasi
Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) dalam rangka koordinasi terkait
Stabilitas Sistem Keuangan.
3. Pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait di lingkungan Kementerian
Keuangan dan Kementerian BUMN dalam rangka perranganan kondisi Pasar
SBN pada level Siaga atau Krisi"
a. Penyiapan rapat koordinasi dalam rangka penanganan kondisi Pasar SBN
dengan unit terkait di lingkungan Kementerian Keuangan dan Kementerian
BUMN oleh Direktorat Surat Utang Negara, DJPU yang mengacu kepada
SOP terkait dengan Pelaksanaan .koordinaei dalam rangka penanganan
kondisi Pasar SBN;
b. Penyiapan rekomendasi jumlah, seri dan timing pembelian SBN serta market
update terkait rencana pembelian SBN dalam rangka stabilisasi pasar SBN
oleh Direktorat Surat Utang Negara, DJPU yang rnengacu kepada SOP terkait
dengan pelaksanaan koordinasi dalam rangka penanganan kondisi Pasar
SBN;
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-4c. Penyiapan data mengenai kondisi Kas Umum Negara yang dapat digunakan
untuk perrtbelian SBN oleh DJPB dalam rangka stabilisasi pasar SBN, oleh
Direktorat Pengelolaan Kas Negara, DJPB);
d. Penyiapan data mengenai kondisi keuangan PIP yang dapat digunakan
untuk pembelian SBN oleh PIP dalam rangka stabilisasi pasar SBN oleh PIP;
e. Penyiapan data mengenai dana SAL yang dapat digunakan untuk pembelian
SBN dalam rangka stabilisasi pasar SBN oleh Direktorat Pengelolaan Kas
Negara, DJPB;
f. Penyelenggaraan rapat koordinasi dalam rangka penanganan kondisi krisis
.Pasar SBN dengan unit terkait di lingkungan Kementerian Keuangan dan
Kementerian BUMN dipimpin oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang,
yang mengacu kepada SOP terkait dengan Pelaksanaan koordinasi dalam
rangka penanganan kondisi Pasar SBN;
g. Penyampaian hasil rapat koordinasi dalam rangka penanganan kondisi krisis
Pasar SBN dengan. unit .terkait di lingkungan Kementerian Keuangan dan
Kementerian BUMN kepada Menteri Keuangan oleh Direktur Jenderal
Pengelolaan Utang, yang mengacu kepada SOP terkait dengan Pelaksanaan
koordinasi dalam rangka penanganan kondisi Pasar SBN;
h. Persetujuan Menteri Keuangan untuk melaksanakan pembelian SBN dengan
menggunakan dana Kas tJmum Negara, dana PIP, dan Zatau menggunakan
dana SAL dalam rangka stabilisasi pasar SBN, yang mengacu kepada SOP
terkait dengan Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penanganan kondisi
Pasar SBN;
i. Dalam hal Persetujuan Menteri Keuangan untuk pembelian SBN dalam
rangka stabilisasi pasar SBN dengan menggunakan dana SAL, persetujuan
Menteri Keuangan termasuk persetujuan untuk penyampaian usulan
penggunaan dana SAL kepada Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), yang mengacu kepada SOP terkaitpelaksanaan Pembelian SBN dalam
rangka penanganan krisis dengan menggunakan dana SAL.
4. Pelaksanaan pembelian SBN menggunakan dana DIPA Pengelolaan Utang
dalam rangka penanganan krisis pasar SBN
a. Penyiapan pelaksanaan transaksi pembelian SBN dalam rangka stabilisasi
pasar SBN kepada Direktorat Surat Utang Negara, DJPU yang mengacu
kepada SOP terkait dengan pelaksanaan transaksi SUN secara langsung
dengan tujuan melaksanakan stabilisasi pasar SBN;
b. Pemberitahuan rencana pelaksanaan transaksi SUN secara langsung kepada
Otoritas Jasa Keuangan oleh Direktorat Surat Utang Negara, DJPU yang
mengacu kepada SOP terkait dengan pelaksanaan transaksi SUN secara
langsung dengan tujuan melaksanakan stabilisasi pasar SBN;
c. Pelaksanaan transaksi pembelian SBN secara langsung oleh Direktorat Surat
Utang Negara, DJPU yang mengacu kepada SOP terkait dengan pelaksanaan
transaksi SUN secara langsung dengan tujuan melaksanakan upaya
stabilisasi pasar SBN;
d. Penandatanganan dan penyampaian surat Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang atas nama Menteri Keuangan kepada Bank Indonesia mengenai hasil
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-5 -
e.
f.
g.
h.
pe1aksanaan transaksi SUN secara langsung dan Addendum· Terms and
Conditions'SUN, yang mengacu kepada SOP terkait dengan pelaksanaan
transaksi secara langsung dengan tujuan melaksanakan stabilisasi pasar
SBN;
Pelaksanaan proses penyelesaian transaksi pembelian SBN oleh Direktorat
Evaluasi Akuntansi dan Setelmen, DJPU yang mengacu kepada SOP terkait
pelaksanaan setelmen transaksi.
Pelaksanaan proses penyelesaian transaksi pembelian SBN oleh KPPN, DJPB
yang mengacu kepada SOP yang terkait dengan penyelesaian Transaksi SBN;
Penyampaian informasi hasil pembelian SBN kepada publik oleh Direktorat
Surat Utang Negara, DJPU melalui siaran pers yang dilakukan oleh Biro
Komunikasi dan Layanan Informasi, Setjen yang mengacu kepada SOP
terkait dengan pembuatan dan pendistribusian siaran pers;
Penyampaian nota dinas Direktur Jenderal Pengelolaan Utang mengenai
laporan hasil transaksi pembelian SBN dan/ atau laporan penanganan krisis
pasar SBN kepada Menteri Keuangan dengan tembusan kepada unit eselon I
dan eselon II terkait (DJPB dan PIP) yang mengacu kepada. SOP terkait
dengan Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penanganan kondisi Pasar
SBN. Laporan penanganan krisis pasar SBN dapat memuat laporan hasil
transaksi pembe1ian SBN(digabungkan dalam 11aporan).
5. Pelaksanaan pembelian SBN oleh Ditjen Perbendaharaan dan/atau Pusat
Investasi Pemerintah dalam rangka penanganan krisis pasar SBN pada level
Siaga atau Krisis
a. Koordinasi internal pada DJPB dan/ atau Pusat Investasi Pemerintah terkait
persetujuan Menteri Keuangan atas rencana pembelian SBN oleh DJPB
dari/ atau Pusat Investasi Pemerintah;
b. Penyampaian permintaan kepada DJPU untuk melaksanakan transaksi
pembelian SBN dalam rangka stabilisasi pasar SBN sesuai penugasan
Menteri Keuangan oleh Direktorat Pengelolaan Kas Negara, DJPB;
c. Penyampaian permintaan kepada DJPU untuk melaksanakan transaksi
pembelian SBN dalam rangka stabilisasi pasar SBN sesuai penugasan
Menteri Keuangan oleh Pusat Investasi Pemerintah;
d. Penyiapan pelaksanaan transaksi pembelian SBN dalam rangka stabilisasi
pasar SBN sesuai permintaail DJPB atau Pusat Investasi Pemerintah, oleh
Direktorat Surat Utang Negara, DJPU yang mengacu kepada SOP terkait
dengan Pelaksanaan Transaksi SUN secara langsung dengan tujuan
melaksanakan upaya stabilisasi pasar SBN;
e. Pemberitahuan rencana pe1aksanaan transaksi SUN secara langsung kepada
Otoritas Jasa Keuangan yang mengacu kepada SOP terkait dengan
Pelaksanaan Transaksi SUN secara langsung dengan tujuan melaksanakan
upaya stabilisasi pasar SBN;
f. Pe1aksanaan transaksi pembelian SBN secara langsung oleh Direktorat Surat
Utang Negara, DJPU yang mengacu kepada SOP terkait dengan pelaksanaan
transaksi secara langsung dengan tujuan melaksanakan upaya stabilisasi
pasar SBN;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-6 g. Penyampaian
dokumen-dokumen
yang
diperlukan
dalam
rangka
penyelesaian transaksi pembelian SBN dalam rangka stabilisasi pasar SBN
kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara atau Pusat Investasi Pemerintah
oleh Direktorat Surat Utang Negara, DJPU yang mengacu kepada SOP terkait
. dengan
pelaksanaan transaksi
secara langsung
dengan
tujuan
melaksanakan stabilisasi pasar SBN;
h. Penandatanganan dan penyampaian surat Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang atas nama Menteri Keuangan kepada B~k Indonesia mengenai hasil
pelaksanaan .transaksi SUN secara langsung yang mengacu kepada SOP
terkait dengan pelaksanaan transaksi secara langsung dengan tujuan
melaksanakanupaya stabilisasi pasar SBN;
1.
Pelaksanaan proses penyelesaian transaksi pembelian SBN oleh Direktorat
Pengelolaan Kas Negara, DJPB dau/atau Pusat Investasi Pemerintah yang
mengacu kepada SOP terkait pelaksanaan penyelesaian Transaksi SBN pada
Direktorat Pengelolaan Kas Negara, DJPB darr/ atau Pusat Investasi
Pemerintah; .
J. Penyampaian informasi hasil pembelian SBN .kepada publik oleh Direktorat
Surat Utang Negara, DJPU melalui siaran persyang dilakukan oleh Biro
Komunikasi dan Layanan Informasi, Setjen yang mengacu kepada SOP
terkait dengan pembuatan dan pendistribusian siaran pers;
k. Penyampaian nota dinas Direktur. Jenderal Pengelolaan Utang mengenai
laporan hasil transaksi pembelian SBN danj' atau laporan penanganan krisis
pasar SBN kepada Menteri Keuangan dengan tembusan kepada unit eselon I
dan eselon II terkait (DJPB dan PIP) yang mengacu kepada SOP terkait
dengan Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penanganan kondisi Pasar
SBN. Laporan penanganan krisis pasar SBN dapat memuat laporan basil
transaksi pembelian SBN (digabungkan dalam 1 laporan).
6. Pelaksanaan pembelian SBN menggunakan. Saldo Anggaran Lebih (SAL) oleh
Ditjen Pengelolaan Utang dalam rangka penanganan kondisi pasar SBN pada
level Krisis
a. Penyampaian surat Menteri Keuangan kepada Badan Anggaran Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) untuk permintaan persetujuan pembelian SBN
menggunakan SAL oleh Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Sekretariat
Jenderal;
.
b. Pelaksanaan pembahasan permintaan persetujuan Badan Anggaran Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) atas penggunaan dana SAL untuk pembelian SBN
dalam rangka stabilisasi pasar SBN, oleh Direktorat terkait pada DJA dan
unit terkait lainnya di lingkungan Kementerian Keuangan. Penyampaian
usulan penetapan revisi SP-RKABUN kepada Direktorat Jenderal Anggaran
dan usulan' pengesahan revrsi DIPA kepada Direktorat Jenderal
Perbendaharaan oleh Direktorat Strategi dan Portofolio Utang, DJPU yang
mengacu pada SOP terkait pelaksanaan Pembelian. SBN dalam rangka
penanganan krisis dengan menggunakan dana SAL;
c. Pelaksanaan proses penetapan revisi RKA oleh DJA, yang mengacu pada
SOP terkait dengan penyelesaian anggaran APBN-P;
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-7 d.
Pelaksanaan proses pengesahan dokumen SP-DIPA revisi oleh DJPB, yang
mengacu kepada SOP terkait dengan penelaahan dan pengesahan DIPA;
e. Pelaksanaan pemindahbukuan dana Rekening Kas Saldo Anggaran lebih ke
Rekening Kas Umum Negara oleh Direktorat Pengelolaan Kas Negara, DJPB
yang mengacu kepada SOP terkait dengan tata cara pengelolaan rekening
Saldo Anggaran Lebih;
f. Penyiapan pelaksanaan transaksi pembelian SUN dengan menggunakan
dana SAL dalam rangka stabilisasi pasar SBN, oleh Direktorat Surat Utang
Negara, DJPU yang mengacu kepada SOP terkait dengan Pelaksanaan
Transaksi pembelian SUN melalui lelang atau secara langsung dengan
tujuan melaksanakan upaya stabilisasi pasar SBN;
g. Pernberitahuan rencana pelaksanaan transaksi pembelian SUN dengan
menggunakan dana SAL dalam rangka stabilisasi pasar SBN kepada
Otoritas Jasa Keuangan, oleh Direktorat Surat Utang Negara, DJPU yang
mengacu kepada SOP terkait dengan Pelaksanaan Transaksi pembelian SUN
melalui lelang atau secara langsung dengan tujuan melaksanakan upaya
stabilisasi pasar SBN;
h. Pelaksanaan transaksi pembelian SBN dengan menggunakan dana SAL
dalam rangka stabilisasi pasar SBN oleh Direktorat Surat Utang Negara,
DJPU yang mengacu kepada SOP terkait dengan Pelaksanaan Traneakai
pembelianSUN melalui lelang atau secara langsung dengan tujuan
melaksanakan upaya stabilisasi pasar SBN;
1.
Penandatanganan dan penyampaian surat Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang atas nama Menteri Keuangan kepada Bank Indonesia mengenai hasil
pelaksanaan transaksi SUN secara langsung dan Addendum Terms and
Conditions SUN yang rnengacu kepada SOP terkait dengan pelaksanaan
transaksi secara langsung dengan tujuan melaksanakan upaya stabilisasi
pasar SBN;
J. Pelaksanaan proses penyelesaian transaksi pembelian SBN oleh Direktorat
Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen, DJPU yang mengacu kepada SOP terkait
pelaksanaan Setelrnen Transaksi;
k. Pelaksanaan proses penyelesaian transaksi pernbelian SBN oleh KPPN
Jakarta VI yang mengacu pada SOP terkait pelaksanaan penyelesaian
TransaksiSBN;
1. Penyampaian informasi hasil pembelian SBN kepada publik oleh Direktorat
Surat Utang Negara, DJPU melalui siaran pers yang dilakukan oleh Biro
Komunikasi dan Layanan Inforrnasi, Setjen yang rnengacu kepada SOP
terkait dengan pembuatan dan pendistribusian siaran pers;
m. Penyampaian nota dinas Direktur Jenderal Pengelolaan Utang mengenai
laporan hasil transaksi pernbelian SBN dan/ atau laporan penanganan krisis
pasar SBN kepada Menteri Keuangan dengan ternbusan kepada unit eselon I
dan eselon II terkait (DJPB dan PIP) yang mengacu. kepada SOP terkait
dengan Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penanganan kondisi Pasar
SBN. Laporan penanganan krisis .pasar SBN dapat memuat laporan hasil
transaksi pembelian SBN (digabungkan dalarn 1 laporan).
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-87. Pencabutan level kondisi krisis Pasar SBN (Level Waspada, Siaga, atau
Krisis)
a. Pelaksanaan pemantauan pergerakan yield Surat Utang Negara (SUN)
sebagai indikasi untuk penyiapan rekomendasi pencabutan level kondisi
pasar SBN oleh. Direktorat Surat Utang Negara, DJPU yang mengacu kepada
SOP terkait dengan Protokol Manajemen Krisis Pasar SBN;
b. Penyusunan dan penyampaian rekornendasi pencabutan kondisi pasar SBN
oleh Direktorat Surat Utang Negara dan Direktorat Strategi dan Portofolio
Utang, DJPU kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang yang mengacu
kepada SOP terkait denganProtokol Manajemen Krisis Pasar SBN;
c. Pencabutan level kondisi pasar SBN oleh Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang atas : nama. Menteri Keuangan yang mengacu kepada SOP terkait
dengan Protokol Manajemen Krisis Pasar SBN;
d. Penyampaian nota dinas kepada Menteri Keuangan mengenai laporan
pencabutan level kondisi ·pasar SBN yang mengacu kepada SOP. terkait
dengan Protokol Manajemen Krisis Pasar SBN;.
e. Penyampaian surat Direktur Surat Utang Negara mengenai informasi
Pencabutan kondisi pasar SBN pada level Waspada, Siaga, atau Krisis
kepada Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Deputi Bidang Usaha .JasaKementerian BUMN, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan Pusat
InvestasiPeinerintah (PIP) dan sekretariat FKSSK yang mengacu kepada SOP
terkait dengan Protokol Manajemen Krisis Pasar.
D. Dasar Hukum
1.
2.
Undang-Undang Nomor 24 Tahuri 2002 tentang Surat Utang Negara;
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK08/2008 tentang Transaksi
Surat Utang Negara Secara Langsung sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK08/2011;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMKOl/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Keuangan;
5. Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 206/PMK05/2010 tentang Pengelolaan
Saldo Anggaran Lebih;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK08/2011 tentang Tata Cara
Penggunaan Saldo. Anggaran Lebih Dalam Rangka Stabilisasi Pasar Surat
Berharga Negara Domestik;
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 175/KMK08/2011 tentang Mekanisme
Koordinasi Pembelian Surat Berharga Negara Dalam Rangka Stabilisasi Pasar
Surat Berharga Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan;
8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK08/2011 tentang Penetapan
Level dan Indikator Kondisi Pasar Surat Berharga Negara Dalam
Melaksanakan Protokol Manajernen Krisis Pasar Surat Berharga Negara
sebagaimana telah diubah dengan . Keputusan Menteri Keuangan Nomor
452/KMK08/2011;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-9 9.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 402/KMK.05/2011 tentang Penugasan
Kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan Untuk Melaksanakan Pembelian
Surat Berharga Negara Dalam Rangka Stabilisasi Pasar Surat. Berharga
Negara;
10. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 404 /KMK.05/2011 tentang Penugasan
Kepada Pusat Investasi Pemerintah Untuk Melaksanakan Pembelian Surat
Berharga Negara Dalam Rangka Stabilisasi Pasar Surat Berharga Negara.
E. Pihak yang terlibat
1. Direktorat Surat Utang Negara, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang;
2. Direktorat Strategi Portofolio Utang, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang;
3. Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen, Direktorat .Jenderal Pengelolaan
Utang;
4. Direktorat Pengelolaan Kas Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
5. Direktorat Pelaksanaan Anggaran, Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
6. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Khusus Jakarta VI, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan;
7. Direktorat terkait pada Direktorat Jenderal Anggaran;
8. Sekretariat Forum Koordinasi Stabilitas Sektor Keuangan (FKSSK);
9. Direktorat Transaksi dan LembagaEfek, Otoritas Jasa Keuangan;
10. Bank Indonesia;
11. Deputi Bidang Usaha Jasa-Kementerian BUMN;
12. Pusat Investasi Pemerintah;
13. Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Sekretariat Jenderal.
F. Keluaran (Output)
Keluaran SOP Penanganan Krisis SBN pada masing-masing tata cara sebagai
berikut:
1. Penetapan level kondisi Pasar SBN (level Waspada, Siaga, atau Krisis)
1.
2.
3.
Pelaksanaan
pemantauan
pergerakan yield Surat Utang
Negara (SUN) dan perhitungan
indeksasi kondisi pasar Surat
Berharga Negara
Penyediaan
data
transaksi
harian SBN dari, Otoritas Jasa
Keuangan
Data dan Informasi
pergerakan yield SUN, .
indeks kondisi pasar
SBN dan indikator
pendukung lainnya
Data trarisaksi harian
SBN melalui sistem
aplikasi PLTE
Direktorat Transaksi
dan Lembaga Efek,
Otoritas Jasa
Keuangan
Penyampaian hasil assesmene Data dan hasil
atas perubahan harga/yield ussesmenr atas
SUN, tren harga/yield SUN perubahan harga/ yield
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
dari/jitau hasil stress test
SUN, tren harga/yield
SUN dan/ atau hasil
Rapat
penyusunan
dan
penyampaian
rekornendasi
penetapan kondisi pasar, SBN
dan penyiapan langkah-langkah
pelaksanaan
penanganan
kondisi pasar
Penetapan kondisi pasar SBN
pada level Waspada, Siaga, atau
Krisis
dan langkah-langkah
pe1aksanaan
penanganan
kondisi pasar SBN
Penyampaian
nota
dinas
mengenai laporan penetapan
kondisi
pasar
SBN
oleh
Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang
kepada
Menteri
Keuailgan
Penyampaian
informasi
Penetapan kondisi pasar. SBN
pada level Waspada, Siaga, atau
Krisis kepada Otoritas .Jasa
Keuangan,
Bank Indonesia,
Deputi Bidang Usaha JasaKementerian BUMN, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, dan
Pusat
Investasi
Pemerintah
(PIP).
.
Pemantauan kondisi pasar SUN
terkini dengan pe1aku pasar
maupun pemberitaan di media
massa
Nota Dinas Bersama
Direktur SUN dan
Direktur SPU kepada
Direktur Jenderal PU
stress test
4.
5.
6.
7.
8.
Dokumen / Form
penetapan Level
Kondisi Pasar SBN
Nota Dinas Dirjen PU
kepada Menteri
Keuangan
Surat Direktur SUN
Data dan informasi
terkini terkait pasar
SUN
2. Pelaksanaan koordinasi dengan FKSSK dalam rangka penanganan kondisi
krisis pasar SBN pada level waspada, staga, atau krisis
1.
Penyampaian
informasi Surat Direktur SUN
penetapan kondisi pasar SBN kepada Sekretariat
kepada
Sekretariat
Forum FKSSK
Koordinasi Stabilitas Sistem
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -
Keuangan
(FKSSK)
melalui
surat Direktur SUN;
Pelaksanaari komunikasi aktif
2.
dan
penyampaian
datajinformasi terkini terkait
dengan pasar SBN secara
harian pada hari kerja melalui
email atau alat komunikasi
lainnya
kepada
Sekretariat
. Forum Koordinasi Stabilitas
Sistem
Keuangan
(FKSSK)
dalam rangka koordinasi terkait
Stabilitas Sisterri Keuangan;
Data dan Informasi
terkini terkait pasar
SUN, Surat Direktur
SUN kepada
Sekretariat FKSSK
.
3. Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penanganan kondisi krisis Pasar SBN
pada level Siaga atau Krisis
,.- -- --',"" " - ... T
" "
.
"I
'
' .
~;ffiM·',;lli
. , 1.@,['lj"].\.1$'4\
!'RIi{:l~"'-""·-:~~~;ID)~~~~c;:;;;~~'~l:
,_,
J
1.
2.
3.
4.
i,
'
1
_"
_
~
___
"
Penyiapan rapat koordinasi
dengan unit terkait di
lingkungan Kementerian
Keuangan dan Kementerian
BUMN
Penyiapan rekomendasi jumlah,
seri dan timing pembelian SBN
serta market update terkait
rencana pembelian SBN dalam
rangka stabilisasi pasar SBN
Penyiapan data mengenai
kondisi Kas Umum Negara oleh
DJPB, data mengenai kondisi
keuangan PIP oleh PIP, dan
data mengenai dana SAL oleh
Direktorat Pengelolaan Kas
Negara, DJPB yang dapat
digunakan untuk pembelian
SBN dalam rangka stabilisasi
pasar SBN
Rapat koordinasi dan
penyampaian hasil rapat
koordinasi dalarri rangka
penanganan kondisi krisis
Pasar SBN dengan unit terkait
di lingkungan Kementerian
'.
l' •
_'
Undangan Rapat,
Bahan presentasi,
Voice recorder, daftar
hadir dsb
Bahan rekomendasi
Data dan Bahan
rekornendasi
Notulen rapat dan
Nota dinas kepada
Menteri Keuangan
dilampiri Notulen
rapat dan konsep form
persetujuan Menteri
,I
-
I
.1.1
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- '- -..
- 12 l
~~r,,:
"i'--
"~"
~ ::~]:;":':
5.
6.
.
~--;--.T";-·r'
~\--'--:-
-',
.: :._·:~~:~~]Jg~(cC~'t~(·?t:l· ..'
. -::' _.-',' 'Ii:!-l\l~'ll~!'; .- '\
J_",",\_.~'.'...~-,.
~
____
Ii' '~l-)iji,n~i;fi~?~
~,"_.'",-."
~<
J'''':'~~lll~.,",e
Keuangan dan Kementerian
Keuangan
BUMN kepada Menteri
Keuangan
Persetujuan Menteri Keuangan
Form persetujuan
untuk melaksanakan pembelian Menteri Keuangan
SBN dengan menggunakan
dana Kas Umum Negara, dana
PIP, danr atau menggunakan
dana SAL daIam rangka
stabilisasi pasar SBN
Persetujuan Menteri Keuangan
Surat Menteri
terkait penyampaian usulan
Keuangan kepada
penggunaan dana SAL kepada
Badan Anggaran, DPR
Badan Anggarari DPR
4. Pelaksanaan pembelian SBN menggunakail dana DIPA Pengelolaan Utang
dalam rangka penanganan krisis pasar SBN
'-.
i~t~"
jjt&~r~
1~;;""l1·!;(·];i,:,r'fj1·'·,;~
t~illt~.(:.llt:~~ r~J
~ '.
~it~'{t~~li\ 1·~.t!~~~2 ... 0 •
!:'~_""
.......
1.
_Jl~" ~.
"'.:...... _ ,
-
-.l
Penyiapan pelaksanaan
transaksi pembelian SBN
daIam rangka stabilisasi
pasar SBN
2.
Pemberitahuan rencana
pe1aksanaan transaksi SUN
secara langsung kepada
Otoritas Jasa Keuangan
3.
Pelaksanaan transaksi
pembelian SBN secara
langsung
Penandatanganan dan
penyampaian hasil transaksi
pembelian SBN kepada Bank
Indonesia dan adendum
.Terms and Conditions SUN
4.
5.
Pelaksariaan proses
penyelesaian transaksi
pembelian SBN pada
~-'I..
~
-- ..,
,_ '...J , •.....!.___
.. ... Ii;
, r"
•
'
,'I:::...'
Ujicoba infrastruktur,
form persetujuan
limit transaksi,
benchmark price,
checklist evaIuasi
SOP
Surat Direktur SUN
kepada Direktorat
Transaksi dan
Lembaga Efek,
Otoritas Jasa
Keuangan
Deal ticket,
addendum terms and
conditions SUN
Surat Direktur
JenderaI Pengelolaan
Utang a.ri. Menteri
Keuangan kepada
Bank Indonesia
dilampiri dengan
adendum Terms and.
Conditions SUN
SPM kepada KPPN
Jakarta VI
- _'~'_:'_~_"?'~'"
').";1
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
rr;.f~o;~r-~~~:·~~ '''>-~t'~~jl~;~J~-l~~~~~~r" ~ ~~..1[ ~- ~~~'.-' ~~( ~i~~~~.:·~!~~:_ ~ _~ _~ r-~-_I ~~~~\~' -~-'>~'~:~~.i~. ~~!
Direk;torat t Evaluasi,
Akuntansi dan Setelmen,
DJPU
Pe1aksanaan proses
penyelesaian transaksi
pembelian SBN oleh KPPN.
Jakarta VI
6.
.
SP2D Menteri
Keuangan kepada BI
untuk
memindahbukukan
dari rekening
501.002.006.980
(Rekening
Pengeluaran KPPN
Khusus Jakarta VI)
dalam Rupiah ke
rekening pengeluaran
SBN
502.000.001.980
(Rekening Kas Umum
Negara]
7.
Penyampaian informasi hasil
pembe1ian SBN kepada
publik
8.
Penyampaian nota dinas
mengenai laporan hasil
transaksi pembelian SBN
danjatau laporan
penanganan krisis pasar SBN
kepada Menteri Keuangan
dengan tembusan kepada
unit eselon I dan eselon II
terkait (DJPB dan PIP)
Surat Direktur SUN
kepada Kepala Biro
KLI dan konsep
siaran pers
Nota Dinas Direktur
Jenderal kepada
Menteri Keuangan
Laporan
penanganan
krisis pasar SBN
dapat memuat
laporan hasil
transaksi
pembelian SBN
{digabungkan
dalam 1 laporan)
5. Pelaksanaan pembelian SBN oleh Ditjen Perbendaharaan dan/atau Pusat
Investasi Pemerintah dalam rangka penanganan krisis pasar SBN pada level
Siaga atau Krisis
1.
2.
Koordinasi internal pada DJPB
danjatau PIP terkait
persetujuan Menteri Keuangan
Mas rencana pembelian SBN
Penyampaian permintaan DJPB
kepada DJPU untuk
melaksanakan transaksi
pembelian SBN dalam rangka
Notulen Rapat dan
bahan rekomendasi
Surat Direktur
Jenderal
Perbendaharaan
kepada Direktur
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
~Rt~/ln:&'".~';Liuliji~ill]'~~t~:!'"
_"1._,"":::,,_,,,. __
}~ "~t.:_ ..
3.
4.
~
j
___
:;' ,'1~,"~'":
~(s(,)tl;'I:U,i
.,'~ i';;'l~~':;~!W~;q
1-"
'. _
.·tc:..J_~ - '_" ::". - ""F_
stabilisasi pasar SBN sesuai
penugasan Menteri Keuangan
Penyanipaian permintaan PIP
kepada DJPU untuk
melaksanakan transaksi
pembelian SBN dalam rangka
stabilisasi pasar SBN sesuai
penugasan Menteri Keuangan
Penyiapan pelaksanaan
transaksi pembelian SBN dalarn
rangka stabilisasi pasar SBN
sesuai permintaan DJPB atau
PIP
Pemberitahuan rencana
pelaksanaan transaksi SUN
secara langsung kepada
Otoritas Jasa Keuangan
_~_,
l
_" _
... ~.~.Iu
______ ,
~
--,_
.,'t'"
.Jenderal Pengelolaan
Utang
Surat Kepala PIP
kepada Direktur
Jenderal Pengelolaan
Utang
Ujicoba infrastruktur,
form persetujuan limit
transaksi, benchmark
price, checklist
evaluasi SOP
5.
Surat Direktur SUN
kepada Direktorat
Transaksi dan
Lembaga Efek,
Otoritas Jasa
Keuangan-Otoritas
Jasa Keuangan
Deal ticket, konsep
6. Pelaksanaan transaksi
pembelian SBN secara langsung surat ke Bank
oleh Direktorat Surat Utang
Indonesia
Negara, D,JPU
7. Penyampaian dokumenDeal ticket
dokumen yang diperlukan
dalam rangka penyelesaian
transaksi pembelian SBN dalam
rangka stabilisasi pasar SBN'
kepada Direktorat Pengelolaan
Kas Negara atau PIP
Penandatanganan dan .
Surat Direktur
8.
penyampaian hasil pelaksanaan Jenderal Pengelolaan
transaksi SUN secara langsung Utang a.n. Menteri
kepada Bank Indonesia
Keuangan kepada
Bank Indonesia
Pelaksanaan proses
Surat kepada Bank
9.
penyelesaian transaksi
Indonesia
pembelian SBN oleh Direktorat
Pengelolaan Kas Negara, DJPB
Pelaksanaan
proses
Surat kepada Bank
10.
penyelesaian transaksi
Indonesia
pernbelian SBN oleh PIP
Nota dinas Direktur
II. Penyampaian informasi hasil
.:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
pembelian SBN kepada publik
SUN kepada Kepala
Biro KLI dan konsep
siaran pers
Nota Dinas Direktur
Jenderal kepada
Menteri Keuangan
12. Penyarnpaian nota dinas
mengenai laporan hasil
transaksi pembelian SBN
dan/ atau laporan penanganan
krisis pasar SBN kepada
Menteri Keuangan dengan
tembusan kepada unit eselon I
dan eselon II terkait (DJPB dan
PIP)
Laporan
penanganan .
krisis pasar
SBN dapat
memuat
laporan hasil
transaksi
pembelian
SBN
(digabungkan
dalam 1
laporan)
6. Pelaksanaan pembelian SaN menggunakan Saldo Anggaran Lebih (SAL) oleh
DU:jen Pengelolaan Utang dalam rangka penanganan kondisi pasar saN pada
level Krisis
'I' -",
I T~J~
I'
, .
C",
"
1.
I
I
"'
"
-"I-""~?"--
... ""- -
-~....,-
--- -
T;1:!1Jr')~ ~']J 1./Sf;~,;r'OlC;.1~J
,-
-!"':;':-
Penyampaian surat Menteri
Keuangan kepada Badan
Anggaran DPR
Pelaksanaan pembahasan .
permintaan persetujuan Badan
Anggaran DPR atas penggunaan
dana SAL untuk pembelian SBN
dalam rangka stabilisasi pasar
SBN
Penyampaian usulan penetapan
revisi SP-RKABUN kepada
Direktorat Jenderal Anggaran
dan usulan pengesahan revisi
DIPA kepada Direktorat
Jenderal Perbehdaharaan
Pelaksanaan proses penetapan
revisi SP-RKABUN oleh DJA
".
2.
3.
4.
5.
6.
- "..
, . ) l<u ~ U·.ll i'_~ I~
';'-~II-"~"~
Pelaksanaan proses penetapan
revisi RKA oleh DJA
Pelaksanaan proses
pengesahan dokumen SP-DIPA
revisi oleh DJPB
"
:-~~~;,
~
-1
'--"-r-- .,' -,
Surat Menteri .
Keuangan kepada
Badan Anggaran DPR .
Risalah/ dokumen
tertulis persetujuan
Banggar DPR atas
penggunaan dana.8AL
untuk stabilisasi
pasar SBN
Surat Direktur
Jenderal Pengelolaan
Utang kepada Dirjen
Anggaran dan Dirjen
Perbendaharaan
.Dokumen
pembahasan dan
Dokumen Revisi SPRKA-BUN
Revisi RKA
Dokumen pembahasan dan Dokumen SPDIPA Revisi
~~
~-~--""l11
. 1;.... ,iH l~-'~J~fl;i\
I
MENTERIKEUANGAN
REPUBUK INDONESIA
- 16 -
7.
Penyampaian dokumen SPDIPA revisi oleh DJPB kepada
DJPU
8.
Pelaksanaan pemindahbukuan
dana dari Rekening Kas Saldo
Anggaran lebih ke Rekening Kas
Umum Negara
Penyiapan pelaksanaan
9.
transaksi pembelian SUN
dengan menggunakan dana
SAL dalam rangka stabilisasi
pasar.SBN
10. Pemberitahuan rencana
'pelaksanaan transaksi
pembelian SUN dengan
menggunakari dana SAL dalam
rangka stabilisasi pasar SBN
kepada Otoritas Jasa Keuangan
II. Pelaksanaan transaksi
pembelian SBN dengan
menggunakan dana SAL dalam
rangka stabilisasi pasar SBN
12. Penandatanganan dan
penyampaian hasil transaksi
pembelian SBN kepada Bank
Indonesia dan adendum Terms
and Conditions SUN
13. Pelaksanaan proses
penyelesaian transaksi
pembelian SBN oleh Direktorat
Evaluasi, Akuntansi dan .
Setelmen, DJPU
14. Pelaksanaan proses
penyelesaian transaksi
pembelian SBN oleh KPPN
Jakarta VI
Surat DJPB kepada
DJPU dan dokumen
SP-DIPA revisi
Pemindahbukuan
dana
Ujicoba infrastruktur,
form persetujuan limit
transaksi, benchmark
price, checklist
evaluasi SOP
Surat Direktur SUN
kepada Direktorat
Transaksi dan
Lembaga Efek,
Otoritas Jasa
Keuangan
Deal ticket, konsep
surat ke Bank
Indonesia dankonsep
adendum Terms and
Conditions SUN
Surat Direktur
Jenderal Pengelolaan
Utang a.n. Menteri
Keuangan kepada
Bank Indonesia
dilampiri dengan
adendum Terms and
Conditions SUN
SPM kepada KPPN
Jakarta VI
. SP2D Menteri
Keuangan kepada BI
untuk
memindahbukukan
dari rekening
501.002.006.980
(Rekening
Pengeluaran KPPN
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 r.< cc
I
I.
;:r~~I'-'~-~',~,-,...,'.N--:r:l''';:'"i:'m-h-.~'
~!:VI:- -
....~.
_.
7
"7,:-r "<"" '-~""F"'\""
: :i'H.ttl~L\I;1f:)'H_-J
_.
'" ,
r'
I
~_
• "r1.
1 ~((J ~i~'
....
~ >f:.~}\
q_
r --- - ,,-I
,J.
''-
h~1 _~.~~\~~.1:~~_tADd\ _
KhusUs Jakarta VI)
dalam Rupiah ke
rekening pengeluaran
SBN 502,000.001.980
(Rekening Kas Umum
Negara]'
15. Penyampaian informasi hasil
pembelian SBN kepada publik
16. Penyampaian nota dinas
mengenai laporan hasil
transaksi pembelian SBN
dan Zatau laporan perianganan
krisis pasar SBN kepada
Menteri Keuangan dengan
tembusan kepada unit eselon I
dan eselon II terkait (DJPB dan
PIP)
Surat Direktur SUN
kepada Kepala Biro
Komunikasi dan:
Layanan Informasi
dan konsep siaran
pers
Nota Dinas Direktur
Jenderal kepada
Menteri Keuangan
Laporan
penanganan
krisis pasar
SBN dapat
memuat
laporan hasil
transaksi
pembelian
SBN
(digabungkan
dalam 1
laporan)
7. Pencabutan level kondisi krisis Pasar SBN (level Waspada, Siaga, atau
Krisis)
-,
1
--:.'"~ .' . . lI.1"~-,
".-.",'1
,'-~---;'-Y
I;~ 'l1r{'±r
' 'JI
[~hJ;; t ,:..
rltt9';J.,y,j-,~i.\~~#,-"J.,J _,'
I"
- j;:\,; \!tHcf,'
s
U.~' ... "/.
'1:<l:'~r'·L
II
•
•
I
;
1. Pemantauan pergerakan yield
Data dan Informasi
SUN sebagai indikasi untuk
pergerakan yield SUN
penyiapan rekomendasi
pencabutan level kondisf pasar
SBN
Penyusunan dan penyampaian
2.
Nota Dinas Bersama
rekomendasi pencabutan
Direktur Surat Utang
kondisi pasar SBN
Negara dan Direktur
Strategi dan Portofolio
Utang
3,
Pencabutan level kondisi pasar
Dokumen /Form
SBN oleh Direktur Jenderal
Pencabutan Level
Pengelolaan Utang atas nama
Kondisi pasar SBN
Menteri Keuangan
Penyampaian nota dinas
Nota Dinas Dirjen PU
4.
kepada Menteri Keuangan
kepada Menteri
r""'~.~~r~.r.,~,,, .""t,~-
<
I
~
-''J'i~
~
~
-;
--;
~
.....
*.
"
-~--.-
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -
mengenai laporan pencabutan
level kondisi pasar SBN
Penyarripaian informasi
5.
Pencabutankondisi pasar SBN
pada level Waspada, Siaga, atau
Krisis kepada Otoritas Jasa
Keuangan, Bank Indonesia,
Deputi Bidarig Usaha JasaKementerian BUMN, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, dan
. Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
dan Sekretariat FKSSK.
Keuangan
Surat Direktur
Jenderal Pengelolaan
Utang
.
G. Jimgka Waktu Penyelesalan Kegiatan
Jangka waktu Penanganan Krisis SBN pada. masing-masing tata :cara adalah
sebagai berikut:
1. Penetapan level kondisi Pasar SUN (level Waspada, Siaga, atau Krisis)
\,~i~j: It' , "
f~'
_~I
1.
2.
3.
"
F
-
;1~t·t~f~·~·~:;,i; ;_~~lij
.~
~'-_-"---'-..:
, . <.
.'2.,
'.
Pelaksanaan
pemantauan
pergerakan yield SUN dan
pengolahan data
Pehyediaan
data
transaksi
harian SBN dari Otoritas Jasa
Keuangan
1"
~IM~j1)~hl lH~=-f~~~F£(s(~L~tot)
l'
_
~~
~_.
Paling lambat I jam
setelah data akhir hari
diterima
Pada pukul 17.00 WIB
Penyampaian hasil assesment Pada saat
atas perubahan hargaj yield pelaksanaan rapat
r 1;«~t~C~!~~I:H:1=-~1'~ -:,1
-,Jl~_,
__
~
~_~._~
Data akhir
hari (pukul
17.00 WIB)
Dalam hal
diperlukan
data rind oleh
Direktorat
Surat Utang
Negara,
Otoritas Jasa
Keuangan
Direktorat
Transaksi dan
Lembaga Efek,
menyediakan
data transaksi
harian SBN
pada saat
pelaksanaan
rapat
penyusunan
rekomendasi
(level Krisis).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
4.
5.
6.
7.
8.
2.
SUN, tren hargalyield SUN
dan/ atau hasil stress test
Rapat
penyusunan
dan
penyampaian
rekomendasi
penetapan kondisi pasar SBN
dan penyiapan langkah-langkah
pelaksanaan
penanganan
kondisi pasar
Penetapan kondisi pasar SBN
pada level waspada, siaga, atau
krisis
dan langkah-Iangkah
pelaksanaan
penanganan
kondisi pasar SBN
.
Penyampaian
nota
dinas
mengenai laporan penetapan
kondisi
pasar
SBN
oleh
Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang
kepada
Menteri
Keuangan
Penyarnpaian
informasi
Penetapan kondisi pasar SBN
pada level waspada, siaga, atau
krisis kepada Otoritas Jasa
Keuangan, Bank Indonesia,
Deputi Bidang Usaha JasaKementerian BUMN, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, dan
Pusat
Investasi
Pemerintah
(PIP).
Pelaksanaan
komunikasi
intensif dengan pelaku pasar
dan memantau pemberitaan di
media massa mengenai kondisi
terkini dan informasi yang
relevan yang terjadi pada pasar
SUN
penyUsunan
rekomendasi
Rapat dilakukan pada
hari yang sama
dengan hari
pemantauan
sebagaimana butir 1
Paling lambat hari
kerja berikutnya
setelah pelaksanaan
rapat
Paling lambat 1 hari
kerja setelah
penetapan
Paling lambat 1 hari
setelah penetapan
Paling lambat 1 hari
setelah penetapan
Pelaksanaan koordinasi dengan FKSSK dalam rangka penanganan kondisi
krisis pasar SBN pada level waspada, siaga, atau krisis;
1.
Penyampaian
inforrnasi Hari yang sarna
penetapan kondisi pasar SBN dengan penetapan
kepada
Sekretariat
Forum level kondisi pasar
MENTERIKEUANGAN
REPU8L1K INDONESIA
- 20 -
Koordinasi Stabilitas
Keuangan
(FKSSK) .
surat Direktur SUN;
2.
Sistem SBN
melalui
Pelaksanaan komunikasi aktif
dan
penyampaian
datajinformasi terkini terkait
dengan pasar SBN secara
harian
kepada
Sekretariat
Forum Koordinasi Stabilitas
Sistem
Keuangan
(FKSSK)
dalam rangka koordinasi terkait
Stabilitas Sisterri Keuangan;
Harian setelah
penetapan sampai
dengan pencabutan
level kondisi pasar
SBN
3. Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penanganan kondisi krisis Pasar
SBN pada level Siaga atau Krisis
1.
2.
3.
4.
Penyiapan rapat koordinasi
Paling lambat 1 hari
dengan unit terkait di
setelah penetapan
lingkungan Kementerian
level
Keuangan dan Kementerian
BUMN
Penyiapan rekomendasi jumlah, Paling lambat 1 jam
seri dan timing pembelian SBN
sebelum rapat
serta market update terkait
koordinasi
rencana pernbelian SBN dalam
rangka stabilisasi pasar SBN
Paling lambat 1 jam
Penyiapan data mengenai
kondisi Kas Umum Negara oleh sebelum rapat
DJPB, data mengenai kondisi
koordinasi
keuangan PIP oleh PIP, dan
data mengenai dana SAL oleh
Direktorat Pengelolaan Kas
Negara, DJPB yang dapat
digunakan untuk pembelian
SBN dalam rangka stabilisasi
pasar SBN
Penyampaian hasil rapat
Paling lambat 1 hari
koordinasi dalam rangka
setelah rapat
penanganan kondisi krisis
koordinasi
Pasar SBN dengan unit terkait
di lingkungan Kementerian
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDD!'l,ESIA
- 21 r (~~.
'IF'''T;;~~;: --r-,~,
i'j_~K~)) I~
r
_
"
JL_
-,.
,,-0'l="""-"7' - --
~- -~
7";0- -,-"
--
- r
,'"
"
1
Ii'-
Keuangan dan Kementerian
BUMN kepada Menteri
Keuangan
PersetujuanMenteri Keuangan
Paling larnbat 1 hari
untuk melaksanakan pembelian setelah rapat
SBN dengan menggunakan
koordinasi
dana Kas Umum Negara, dana
PIP, darr/atau menggunakan
dana, SAL dalarn rangka
stabilisasi pasar SBN
5.
-
.
~
,-
,
L j~\,-Jill~)~·J·t:{·:'fi\
--'.
'\~r:..~'h:~V~lJ-~G1§Q}-GJ - v~. , _J' \i}f.·~f~"!.I1~{-h_~~Jt;-;}.j~'tl,,_~
,_
__ __
~ _
~,
J
,
"
6.
Persetujuan Menteri Keuangan
terkait penyarnpaian usulan
penggunaan dana SAL kepada
Badan Anggaran DPR
Pada hari yang sarna
setelah Menteri
Keuangan
memberikan
persetujuan atas
penggunaan dana SAL
4.
Pelaksanaan pembelian SBN menggunakan dana nIPA Pengelolaan Utang
dalam rangka penanganan krisis pasar SBN
[i1~J! ''':"'~,
I_~
___ L __
L
2.
3.
4.
5.
6.
. -'!;t·iiJ~'[;J~,!,\ ~~'l;:r~,;
,
-
-,
.
')0
1'1
-
_ .:J
Penyiapan pelaksanaan
transaksi pembelian SBN dalam
rangka stabilisasi pasar SBN
Pemberitahuan rencana
pelaksanaan transaksi SUN
secara langsung kepada
Otoritas Jasa Keuangan
Pelaksanaan transaksi
pembelian SBN secara langsung
Penandatanganan dan
penyampaian hasil transaksi
pembe1ian SBN dan Addendum
Terms and Conditions SUN
kepada Bank Indonesia
Pelaksanaan proses
penyelesaian transaksi
pembelian SBN pada Direktorat
Evaluasi, Akuntansi dan
Setelmen, DJPU
Pelaksanaan proses
penyelesaian transaksi
pembelian SBN oleh KPPN
Jakarta VI
1
,-
'-.
__ -
,.
-"~
,-''''T''l-~''"
~~lhILr:1r;)J
l5{-=-)l~~;A~ll:.·r~t:Et.J'l
___ _ _, _
_ __
_ __
~
i_
~
--
"1"':"
Ilr-·-~,~,-'1."'-'
i~:~:.)fF~\f·~Ut*ll\'
Paling lambat 1 hari
setelah penetapan
Paling lambat pada
hari yang sama
dengan hari transaksi
Paling lambat 1 hari
T+O=Transaksi
setelah perietapan
Paling lambat 1 hari , T+l
kerja setelah transaksi
' Paling lambat 1 hari
sebelum tanggal
Setelmen
Paling larnbat 1 hari
sebelum tanggal
Setelmen
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 r~"
It'~'~Yj'
-.<
,
'
"'" -'-.,
~J-
5.
",". li:.(.lAj =i~:! ~i~~t~\I~l-LljEt;'
-,
IJ~~: t', ":, '.. ' 'Ht.:,~t:tq!l );,;....).\"'J."
-,
7.
Penyampaian informasi hasil
pembelian SBN kepada publik
8.
Penyampaian nota dinas
mengenai laporan hasil
transaksi pembelian SBN
darr/atau laporan penanganan
krisis pasar SBN kepada
Menteri Keuangan dengan
tembusan kepada unit eselon I
dan eselon II terkait (DJPB dan
PIP)
r y"., k;iJ!:~ ~~~XJ
Paling larnbat pada
hari yang sarna
dengan hari transaksi
Paling lambat 5 hari
kerja setelah
penetapan level
kondisi pasar SBN
Laporan
penanganan
krisis pasar
SBN dapat
memuat
laporan hasil
transaksi
pembelian
SBN
(digabungkan
dalarn 1
laporan)
Pelaksanaan pembelian SBN oleh Ditjen Perbendaharaan dan/atau Pusat
Investasi Pemerintah dalam rangkapenanganan krisis pasar SBN pada
level Siaga atau Krisis
1.
2.
3,
4.
5,
Koordinasi internal pada DJPB
dan.Zatau PIP terkait
persetujuan Menteri Keuangan
atas rencana pembelian SBN
Penyarnpaian permintaan DJPB
kepada DJPU untuk
rrielaksanakan transaksi
pembelian SBN dalam rangka
stabilisasi pasar SBN sesuai
penugasan Menteri Keuangan
Penyarnpaian permintaan PIP
kepada DJPU untuk
melaksanakan transaksi
pembelian SBN dalarn rangka
stabilisasi pasar SBN sesuai
penugasan Menteri Keuangan
oleh PIP
Penyiapan pelaksanaan
transaksi pembelian SBN dalam
rangka stabilisasi pasar SBN
sesuai permintaan DJPB atau
PIP
Pemberitahuan rencana
pelaksanaan transaksi SUN
Paling larnbat i hari
kerja sebelum
pelaksanaan transaksi
Paling larnbat 1 hari
kerja sebelum
pelaksanaan transaksi
Paling lambat 1 hari
kerja sebelum
pelaksanaan transaksi
Sebelum transaksi
dilaksanakan
Pada hari yang sarna
dengan pelaksanaan
MENTERIKEUANGAN
REPUBlIK INDONESIA
- 23 -
~;-,~t'O.h~1f'~" :~·c~~ '"~t~·.~,(r~:~i:~~~i~~~ij' ~'~~~ -~
L
.
~_
_
_
__
"
~ k'
__'"
'_.
, •
secara langsung kepada
Otoritas Jasa Keuangan
6.
Pelaksanaan transaksi
pembelian SBN secara langsung
oleh Direktorat Surat Utang
Negara
7.
Penyampaian dokumendokumen yang diperlukan
dalam rangka penyelesaian
transaksi pembelian SBN dalam
rangka stabilisasi pasar SBN
kepada Direktorat Pengelolaan
Kas Negara atau Pusat Investasi
Pemerintah
8.
Penandatanganan dan
penyampaian 'hasil transaksi
pembelian SBN kepada Bank
Indonesia
9.
Pe1aksanaan proses
penyelesaian transaksi
pembelian SBN oleh Direktorat
Pengelolaan Kas Negara, DJPB
10. Pelaksanaan proses
,
penyelesaian transaksi
pembelian SBN oleh PIP
11. Penyampaian informasi hasil
pembelian SBN kepada publik
12. Penyampaian nota dinas
mengenai laporan hasil
transaksi pembelian SBN
danl atau laporan periangarran
krisis pasar SBN kepada
Menteri Keuangan dengan
tembusan kepada unit eselon I
dan eselon II terkait (DJPB dan
PIP)
Ii' -\~~~;..~ili!I!~ -j'~t~·'~~~~~t*1:,~i~1- T-~-~-~~g~~--~~'~:~;-i
1"
_
'.
I
I'
_
_
,>""
transaksi
Sampai penutupan
jam tranaaksi
Pada hari yang sama
dengan pelaksanaan
transaksi
Paling lambat 1 hari
kerjasetelah
pelaksanaan transaksi
Paling lambat 1 hari
kerja sebelum tanggal
Setelmen transaksi
Paling lambat 1 hari
kerja sebelum tanggal
Setelmen transaksi
Pada hari yang sama
dengan pelaksanaan
transaksi
Paling lambat 5 hari
kerja setelah
penetapan level
kondisi pasar SBN
Laporan
penanganan
krisis pasar
SBN dapat
memuat
laporan hasil
transaksi
pembelian
SBN
(digabungkan
dalam 1
laporan)
'
MENTERI KEUANGAN
REPUBUK INDO!'lESIA
- 24 -
6. Pelaksanaan pembelian SBN menggunakan Saldo Anggaran Lebih (SALI
oleh Ditjen Pengelolaan Utang dalam rangka penanganan kondisi pasar
SON pada level Krisis
- ~\"
"I
l L-::l., 11
l.
2.
3.
4.
,.>oJ
'
--~
_
"-l
•
-
:
:
'
-
1tt~ ;J:'I~IL l.:-nt,'l~1-~!;} ,.
~
--
---
-
-
Penyarnpaian surat Menteri
Keuangan kepada Badan
Anggaran DPR
Pelaksanaan pembahasan
permintaan persetujuan Badan
Anggaran DPR atas penggunaan
dana SAL untuk pembelian SBN
dalam rangka stabilisasi pasar
SBN
Penyarnpaian usulan penetapan
revisi SP·RKABUN kepada
Direktorat Jenderal Anggaran
dan usulan pengesahan revisi
DIPA kepada Direktorat
.Jenderal Perbendaharaan
Pelaksanaan proses penetapan
revisiRKA oleh DJA
5.
Penyarnpaian dokumen sp·
RKABUN oleh DJA kepada
DJPB
6.
Pelaksanaan proses
pengesahan dokumen SP-DIPA
revisi oleh DJPB
7.
Penyarnpaian dokumen
dokumen SP-DIPA revisi oleh
DJPB kepada DJPU
Pelaksanaan pemindahbukuan
dana dari Rekening Kas Saldo
Anggaran Lebih ke Rekening
Kas Umum Negara
9.
Penyiapan pelaksanaan
transaksi pembelian SUN
dengan menggunakan dana
SAL dalarn rangka stabilisasi
pasar SBN
10. Pemberitahuan rencana
8.
;1 \~~~1l\1_, J ;"(,hNz;-H,CrI:§1'
0J, G'£-\llq~'~~i~:;~i'~j
Pada hari yang sarna
dengan persetujuan
Menteri Keuangan
Paling larnbat 1 x 24
jarn sete1ah surat
Menteri Keuangan
diterima Badan
Anggaran, DPR
Paling lambat 1 hari
kerja setelah
mendapat persetujuan
Badan Anggaran, DPR
Paling lambat 1 hari
kerja setelah
mendapat persetujuan
Badan Anggaran, DPR
Paling larnbat 1 hari
kerj a setelah
mendapat persetujuan
Badan Anggaran, DPR
Paling larnbat 2 hari
kerj a setelah
diterimanya dokumen
SP-RKABUN dari DJA
Paling larnbat 2 hari
kerja setelah setelah
diterimanya dokumen
SP-RKABUN dari DJA
lhari kerja
Sebelum transaksi
dilaksanakan
Pada hari yang sarna
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -
11.
12.
13.
14.
15.
pelaksanaan transaksi
pembelian SUN dengan
menggunakan dana SAL dalam
rangka stabilisasi pasar SBN
kepada Otoritas Jasa Keuangan
Pelaksanaan transaksi
pembelian SBN dengan
menggunakan dana SAL dalam
rangka stabilisasi pasar SBN
Penandatanganan dan
penyampaian hasil transaksi
pembelian SBN kepada Bank
Indonesia dan adendum Terms
and Conditions SUN
Pelaksanaan proses
penyelesaian transaksi
pembelian SBN oleh Direktorat
Evaluasi, Akuntansi dan
Setelmen, OJPU
Pelaksanaan proses
penyelesaian transaksi
pembelian SBN oieh KPPN
Jakarta VI
Penyampaian informasi hasil
pembelian SBN kepada publik
16: Penyampaian nota dinas
mengenai laporan hasil
transaksi pembelian SBN
dan/atau laporan penanganan
krisis pasar SBN kepada
Menteri Keuangan dengan
tembusan kepada unit eselon I
dan eselon II terkait (OJPB dan
PIP)
dengan pelaksanaan
transaksi
Paling lambat 1 hari
kerja setelah
persetujuan Badan
Anggaran, OPR .
Paling lambat 1 hari
kerja setelah
pelaksanaan transaksi
Paling lambat 1 hari
Paling lambat 1 hari
sebelum tanggal
Setelmen·
Pada hari yang sama
dengan pelaksanaan
transaksi
Paling lambat 5 hari
kerja setelah
penetapan level
kondisi pasar SBN
Laporan
penanganan
.krisis pasar
SBN dapat
memuat
laporan hasH
transaksi
pembelian
SBN
(digabungkan
dalam 1
laporan)
7. Pencabutan level kondisi krisis Pasar SBN (level Waspada, Siaga, atau
Krisis)
Pemantauan pergerakan yield
Surat Utang Negara (SUN)
Paling lambat 1 jam
setelah data akhir hari
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 26:.
",,;-,~=--,:-,
'J$i:.'. II ... :.._"__ L_~,.
2.
3.
4.
5.
_ -,
~
"
"
~~,
T
,~->
,-
'
II
-
--
, •
~
-.-
T~t§i1WD!J\ ';-,':il:J'X-;,u
_ ' " i' \)JI:'K<iiI!ll;K,,:·¥',\',l}";-:Hl:!l~\
__... ___ ..1
'_~,,,:: ~ "~L
J
J[
,"
~r
_.'. ___
i
1}~{"-
sebagai indikasi untuk
diterirna
penyiapan rekomendasi
pencabutan level kondisi pasar
SBN
Penyusunan dan penyampaian , Pada hari yang sama
rekomendasipencabutan
denganhari
kondisi pasar SBN
pemantauan
sebagaimana butir I
Pencabutan level .kondisi pasar Paling lambat 1 hari
kerj a setelah hari
SBN oleh Direktur Jenderal
Pengelolaan Utang atas nama
pemantauan
sebagaimana butir 1
Menteri Keuangan
Paling lambat 1 hari
Penyampaian nota dinas
kepada Menteri Keuangan
kerja setelah
mengenai laporan pencabutan
penetapan
level kondisi pasar SBN
Penyampaian informasi
Paling lambat 1 hari
kerja setelah
Pencabutan kondisi pasar SBN
pada level waspada, siaga, atau penetapan
krisiskepada Otoritas Jasa
Keuangan, Bank Indonesia;
Deputi Bidang Usaha .JasaKementerian BUMN, Direktorat
J enderal Perbendaharaan, Pusat
Investasi Pemerintah (PIP), dan
Sekretariat FKSSK.
-' -- -, '\l
1I
~
;y ;1\i~~Ji~lJ,r:1Al~ _"
_
• ..l. __
.'.......:.J'_J
,
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -
H. Baganarus (flowchart)
......
~.
onamenldllHl..
_ . r...r K.n<hIP"OI'
SaNlnulll SOPprOl<lkal
M......... Kol.P_
'"
I.n. M.RIl.~ mol\lltlllpkOll
...
L"'~"-achIM ......
.....
SOPPenelmllll
" ......I·bIIvnl
,"""'.......
.....
.......·""""'' 'lIoI...
~""''',."
LO\/Ill k iIII pu. SIN
(Io'Qop
s
..
KriUo) d.., m.".,.,., ....
""'''~PLTE.,"IHII
-.. .,.. . .-11II..._1.-
_ _,I,n
.............. kpdDlrj ...
........ NO
M
"..oQI ~ori... 58N
M....,."""I\II~.,."
•
..,
n_
-
.-,..,. ..........1IIp
••N
M
...
" " " _..
nlltlol••••'
PomonlllUl.M"n
r
~",UIla"olI~p
, - ..... ...
,,_.nol_.
..........,SO!'
11IN..n.H,"" ...
~
....'-1
.....
_,__-.....
KII~.p.'
SaN
........
..
_ 1 1•• 411.1
.llH....... ho<Ion
,
uot
SOPf'nIlo"""""'"l,m.n
~.Po"'.8fl
Dela/ltllormlli
hrl<ioill,kail
PO""f3IlH
DiMon""""",.
Te.7Joi ltfrc.~
p••• ,SBN
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -
-
..........
_01._
..."
.......
SOf'IIfkIlt
pononpmonl;D_
p•• 'PN
--...--,-..
Ibpal_... _
...
.....-
._.IIN
.......01'1_
..........._ "
Mo"",lrn. don
"'..)'MIll.....
. _p..,.....fMoIt..
, ..
pm •
Ke'"'"""""
i
SOl'
It.oo''''''''petlI!ILllIMtI
Imndioi
or SBN
.~
P.mbol
SeN
d... "" .....
.....llu.lp••• rSBH
"
1
P"'yl8p,. blllon
,op.I_.....
......,
..ua1 SOP lorbl
.-....
poI.knn .....
p".. ng""on
1Il
""*
P..,..".. datol",,"••
loondfllko........
",orn8"S8NAl...
" " " 11....1"11 pqlll
SllHI."""
AIo
mo",boIISIIN_..
KIlIu-.~,""V
dip", dIgunM . . lnlult
1II.ngltl8ld
SAL
PIPprig
dill_loin""'''
'",llIlti.lotlil.sl
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDON.ESIA
- 29 -
P'~lrIn"'.1
,-
......19111'
poI_lInn.on
tran,oIlli_
....
...... 11"11.""4
...bllln .. p..... _
..-
--
- ......
konullol .....01
SOf>'-lOI\Ion
'_01 SUN
oI_.,I""n,U"I
Mm'/~Ht.1l1
1nI. ...... 10aI""
....guMbi/II..1
p_a8tl
-..
8uI"~. Bj din
no
.
-"""1111"",1,"'oon:!
I
on
.....,.,mplik...,h •• i
p.notop.nlr.......1
.....1SliP
pI.. liln" ...
_01 SUN
....... 1.._
U'IlIllcll(_
Ill. . .Ii .... SIN
Ponylopondalwrrosn
p."l'.......
IrInIlko1plmlHliln
S81( ...... ISOP
letkolIPilokMM'R
.oIIlmtn llanl.1
'"'
'"
P•• yeI. ......
~1",lIltl"""eIarI
SSN , ....11sO!'
,."'oIlpo.,.""".
_uk,15IIN.'e,',
SPlO .... llt
."
P' .. _IRdo.
P._';~""."
81• .-1'...
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -
Koo'd
1.... 1ll
IlJP"",Pd.,_
........"""'I.p••
""",,,oIIon81N
alllll ..naka
lIo1ll11atl ••,SIt!
Ponyltp'nlrtnakli
••wolSOP
-.
pohk .......
lI"on,.I<oISUN
...."'lang""""
BH
.......... pu
_
P.lak
..k
.
1
8::-u~~U~""
HC. . . . . "lI .... g
unlull"') .."
,"IliI••
oIp'. . UN
OIlI1kt.,
',.1I.p,.I10."..0.
"""'."'.....
hOnll.po_
SDN 1....ol80P
l""'.l_........
InIn•• blBB'"
s.:~=':= f----t---------t-l
'"
Pombo.'ond,n
P....I... bonIon
...... P...
I!
It
I!
t,
I•I
IiH "I',I
•
Ii
Ii
J
!I;
i
j!
II
Ii
Id
HI
·'i,l II I'' .
n'll!it"ll
1If!
• ! Ii!
I
•
III
Ill',
· I'!
~
~
· ut
I
!
MENTER I KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 32 -
fft!~ri\;i~~~'o1~b~~;TP'f~~~rm~~l'dl;r!lftvtmll1~'W;!"~il~Jli1!II;}l)f~;i;~t~t~~
~<';'II'iII,<,:=!!;,,,;~. ~·I·::c..,:J,.., ;>;.il<u.;r.,"~~.;~<i.~!','"~~,,.'
,:'-',;" ~I ·lti,;r;"!X~~~i·.~'::':';;;';:;!;,;~litii<'';'; ~!'!' ~\,!t::':"'>;:~_l.h.,l5_~\$',. dilk;,r ~d;''''"'~''~;it;'\~R..1f;;'
,.
I,
,', .': .... ·7
.
"
."~"Oiljen.
Pengel~aanUlang .
Di~'kt~r.Jerldefal
.",
.'
Menleri 1<euangan
"'"
Pengelol~an Utang
,
(DI(SUN) .,..••..
..
'::Oiljen, ','" .•.. :Wnitteri<ail (BI,
'Kemenlerian 'BUMN,"
Peng~alaan Ul,ong
, , OJK, DJPB: PIP,
. (DiLSPU) '.
BKF,FKsSKj '.
"
t.l....i
"
')
1
I
Pemanlaullfl din
P.~boho~
i'lkom•.,qul
.,
pclQtlutln IDYeI kondisl
pIlWsaNl;II. .i SOP
Proloml Mar.ajemeo
KIi.PlllrSBN
I
P'''¥''N'I n6po"l''llIjI.''n
.
...
mo""pkllnPt..u:ll"rlan
f.hm.flIlulpo....~."_1
POll}OJs""'na,..fIIIIlI·...
IIl:Drnlllllllolpo_
_
.n<lIlipo ... ~pdOlljoll
~oMIIl pI"r Kplllijon
""IIIuINOHiuInI..lIIIi
5Of'1'mIa... M. . . .n
..... kdNObllt....I ....i
KrililP.... S9N
KriIlir.P...,SfIN
SOI'I'rIllOblIllloM/l_
l~koocliIipnirS6N
(waspadl, SiagIlI'-> 1Vi1i1)
d....menp~,~laparlrJ
Po...l:of>*'1
~butlnkondili
-I
plHrSUN
t:J-
I--
1
~
~
......
t5:J
NO~por.ln
PenQbutJnknndisi
pIlllrSUN
Pe<1C11bub1n kondisi
paurSUN
(
a.n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIS JENDERAL,
ttd.
KIAGUS AHMAD BADARUDDIN
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM
u.b.
KEPALA BAGIAN T.U. KEMENTERIAN
J4,....
GIARTOj
NIP 195904201984021001
·LAMPIRAN 1I
KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN NOMOR
/KM.l/2013 TENTANG PERUBAHAN
KESEBELAS ATAS KEPUTUSAN MENTER!
NOMOR
339/KMK01/201l
KEUANGAN
C'ENTANG
STANDAR
OPERAS10NAL
PROSEDUR YANG BERTAUTAN (STANDARD
667
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDO!'li¥~IA
OPERATING
PROCEDURES.LINK)
KEMENTER!AN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA·
Nomor SOPTanggal Perietapan:
/Link/2013
Tanggal Revisi [ke- ... ):
A. Deskripsi
Merupakan proseskesinambungan antar SOP yang bertautan (SOP -Link)
pada masing-masing unit organisasi Eselon I di lingkungan Kementerian :
Keuangan sebagai panduan mengenai prosedur pelaksanaan audit
Inspektorat Jenderal (Itjen] pada Oirektorat Jenderal Anggaran (OJA).
B. Daftar Istilah
1. Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti
yang dilakukan seeara independen, obyektif dan profesional berdasarkan
standar audit, untuk menilai kebenaran, kecerrna.tan, kredibilitas,
efektifitas, efisiensi, dan keandalan inforrnaai' pelaksanaan tugas dan
fungsi instansi pemerintah;
2. Auditor adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang mempunyai jabatan
fungsional auditor dan/ atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang,
tanggung jawab dan hak seeara penuh oleh pejabat yang berwenang
melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah untuk dan atas
.nama Aparat Pengawasan Intern Pemerintah;
3. Auditi adalah orang/instansi pemerintah yang diaudit oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah;
4. Pengendali Teknis adalah Auditor Muda atau Madya yang bertanggung
jawab terhadap teknis pelaksanaan pekerjaan pengawasan;
5. Pengendali Mutu adalah Auditor Utama yang. bertanggung jawab atas
mutu hasil kegiatan pengawasan:
6. Koordinator kelompok adalah pejabat fungsional auditor, serendahrendahnya mempunyai peran sebagai Pengendali Teknis, yang dipilih
untuk mengkoordinasikan ke1ompok jabatan fungsional auditor;
7. Program Kerja Pengawasan Tahunan, yang selanjutnya disingkat PKPT,
adalah reneana kerja yang dibuat setiap tahun yang menggambarkan
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 2-
jumlah auditi, jumlah auditor, hari pemeriksaan, dan biaya yang
diperlukan dalam rangka pelaksanaan audit;
8. Entry Meeting adalah pembicaraan pendahuluan yang dilakukan oleh
auditor dengan auditi sebelum penugasan dimulai, yang bertujuan untuk
menjelaskan .maksud dan tujuan penugasan serta manfaat yang akan
diperoleh auditi dari penugasan tersebut;
9. Exit Meeting adalah perternuan yang diadakan antara auditor dengan
auditi untuk membahas dan mengkonfirmasikan permasalahan yang
diternukan dalam . pelaksanaan penugasan, sebab, akibat, dan saran
perbaikan yang diberikan oleh auditor, serta memberikan kesempatan
auditi untuk memberikan tanggapan, dan mendiskusikan rencana tindak
. (action plan) yang akan dilakukan auditi untukmenindaklanjuti
permasalahan. Selanjutnya hasil pembahasan dituangkan ke dalam
Daftar Temuan Audit dan Matriks Rencana Tindak Lanjut;
10. Closing Conference adalah pertemuan akhir antara auditor dengan auditi
dan penyerahan serta penandatangan Daftar Temuan Audit dan Matriks .
Rencana Tindak Lanjut oleh auditor dan auditi;
11. Daftar Temuan Audit, yang selanjutnya disingkat DTA, adalah daftar yang
berisikan kondisi yang ada di auditi baik yang sesuai maupun yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebab
terjadinya kondisi, dan akibat yang terjadi karena kondisi tersebut, serta
rekomendasi yang diberikan oleh auditor untuk memperbaiki
kondisijsebab dan menindaklanjuti akibat yang terjadi;
12. Surat Hasil Audit, yang selanjutnya disingkat SHA, adalah ringkasan dari
LHA yang berisikan temuan hasil audit yang bersifat material, yang
ditandatangani oleh Inspektur Jenderal dan ditujukan kepada Pimpinan
unit eselon I auditi;
13. Matriks rencana tindak lanjutadalah matriksjdaftar yang berisi rencanarencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan oleh auditi atas
rekomendasi yang diberikan oleh auditor;
14. Laporan Hasil Audit, yang selanjutnya disingkat LHA, adalah tahap akhir
kegiatan audit yang menginformasikan hasil penilaian kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, efektivitas, dan efisiensi; LHA harus sesuai
dengan norma audit dan harus mempertimbangkan dampak psikologis,
terutama dampak negatif bagi auditor, auditi, serta pihak ketiga yang
terkaitjterlibat.
c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Pelaksanaan Audit Inspektorat Jenderal pada Direktorat
Jenderal Anggaran ini dimulai dari penyusunan usulan penugasan audit
oleh Koordinator Kelompok kepada Inspektur V Itjen berdasarkan Program
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDON~SIA
- 3-
Kerja Pengawasan Tahunan (P~) sampai dengan penyusunan Laporan
Hasil Audit, (LHA) dan Surat Hasil Audit (SHA), dengan tahapan prosedur
sebagai berikut :
.
1. Penyusunan usulan penugasan audit, berdasarkan pada Program Kerja
Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektur V Itjen menugaskan Koordinator
Kelompok untuk menyusun Nota Dinas Usulan Audit yang disertakan
dengan Proposal Audit dan Daftar Penyelesaian Laporan Hasil Audit
penugasan sebelumnya, atau menyertakan proposal untuk usulan
perpanjangan Surat Tugas;
2. Persiapan penugasan audit, yaitu setelah membuat Nota Dinas Usulan
Audit, Pengendali Teknis dan Tim Audit menyusun Program Audit sebagai
pedomanjacuan dalam melakukan pemeriksaarr/uudit. Penyusunan
Program Audit disusun berdasarkan:
a. Program Audit, LHA dan SHA sebelumnya/Kajian/Hasil Survei jika
ada;
b. Pedoman audit atas Unit eselon I terkait;
c. Tujuan audit;
d. Ruang lingkup audit;
e. Risikoyang ada; dan
f. Peraturan perundang-undangan yang melandasinya.
3. Penerbitan Surat Tugas Pengawasan dan Surat Pemberitahuan, yang
ditandatangani oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal atas nama Inspektur
Jenderal, yang kemudian disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait;
4. Pelaksanaan Audit, kegiatan ini berdasarkan pada Surat Tugas Audit
kepada Pengendali Mutu untuk melaksanakan penugasan audit. Kegiatan
ini dilakukan dengan Entry Meeting, antara Pengendali Teknia/Ketua Tim
dan pimpinan DJA (auditi). Pada akhir exit meeting tim audit bersama
dengan pimpinan DJA membahas permasalahan yang ditemukan selama
penugasan termasuk sebab, akibat, dan saran perbaikan yang diusulkan
oleh tim audit. Pada saat dosing conference, hasil temuan tim audit
dituangkan dalam Daftar Temuan Audit berikut matriks rencana tindak
lanjut yang akan dilaksanakan oleh DJA yang selanjutnya ditandatangani
oleh pimpinan DJA dan tim audit;
5. Pelaksanaan pelayanan pemeriksaanj'pembinaan Itjen pada Direktorat
Jenderal Anggaran, terkait dengan persiapan sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk pelaksanaan Audit. Dan pelaksanaan tindak lanjut atas
permintaan data dan dokumen pada Sekretariat DJA yang terkait dengan
tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Anggaran;
6. Pelaksanaan penyusunan Laporan Hasil Audit (LHA) dan Surat Hasil
Audit (SHA), kegiatan ini terkait .dengan daftar temuan audit yang telah
ditandatangani Pimpinan DJA dan Tim Audit. LHA ditandatangani oleh
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 4-
V, sedangkan SHA ditandatangani Inspektur Jenderal.
Kernudian LHA dan SHA tersebut disampaikan kepadapimpinan unit
Eselon I yang bersangkutan dalam hal ini Direktur Jenderal Anggaran.
Inspektur
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4.
Peraturan Pemerintah Nomor
Pengendalian Intern Pemerintah;
60
Tahun
2008
tentang
Sistem
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 296/KMK.09/2010 tentang
Pemberian Data dan Informasi Dalam Rangka Pengawasan Oleh
Inspektorat Jenderal Terhadap Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Unit
Eselon I Di Lingkungan Kementerian Keuangan;
6.
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan;
7.
Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-14/IJ/2010 tentang Susunan
dan Tata Kerja Kelompok Jabatart Fungsional di Lingkungan Inspektorat
Jenderal Kementerian Keuangan.
E, Pihak yang terlibat
1. Direktur Jenderal Anggaran;
2. Sekretaris Direktorat .Jenderal, Direktorat Jenderal Anggaran;
3. Direktur teknis, Direktorat J enderal Anggaran;
4. Sekretaris Inspetoratjenderal, Itjen;
5. Inspektur V, Inspektorat Jenderal.
F. Keluaran (Output)
Keluaran akhir SOP Pelaksanaan Audit Inspektorat Jenderal pada Direktorat
Jenderai Anggaran adalah Laporan Haail Audit (LHA), dan Surat Haail Audit
(SHA), dan masing-masing tahapan proses mempunyai keluaran antara
sebagai berikut:
1.
Usulan penugasan audit
2.
Persiapan penugasan
audit
3.
Penerbitan Surat Tugas
Nota DinasUsulan
Penugasan Audit
Program Audit
Surat Tugas, Surat
MENTERIKEUANGAN
REPUBllK INDONESIA
- 5-
Pengawasan
Pemberitahuan dan
Pakta Integritas
4.
Pelaksanaan audit
5.
Pelayanan
pemeriksaarr/ pembinaan
ltjen pada Direktorat
Jenderal Anggaran
Berita Acara Serah _
Terima Dokumen
bersama auditor j Itjen
6.
Penyusunan Laporan
Hasil Audit (LHA) dan
Surat Hasil Audit(SHA)
Laporan Hasil Audit
(LHA), dan Surat Hasil
Audit (SHA)
Daftar Temuan Audit
berikut matriks rencana
tindak lanjut yang
akan dilaksanakan oleh
DJA
G. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan
Waktu penyelesaian SOP Pelaksanaan Audit Inspektorat Jenderal pada
Direktorat Jenderal Anggaran, meliputi masing-masing kegiatan, antara lain:
1.
Usulan penugasan audit, '
2.
Persiapan penugasan audit
3.
Penerbitan Surat Tugas
Pengawasan
4.
Pelaksanaan audit
5.
Pelayanan
pemeriksaanjpembinaan Itjen
pada Direktorat .Jenderal:
Anggaran
5 hari kerja
20 hari kerja
5 hari kerja
permintaan
dokumen awal
secara resmi
dari 11jen pada
saat entry
meeting
6.
Penyusunan Laporan Hasil
Audit (LHA) dan Surat Hasil
Audit (SHA)
10 hari kerja
MENTERIKEUANOAN
REPUBLIK INDONESIA
-6 -
.....
Bagan arus lflowchart)
Objen Anggaran
.\.,
SOP
S
Pltl.klNln~.n
Alldll
,
PcI~...1IU1
pemeriksaan!
pembina.... hjltn
pad .. Direkt"rat
J.nd"r'll Mgll'........
Dokumon
SOP P..ld,,,,,,, ••,,
Audit
a.n.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIS JENDERAL,
ttd.
KIAGUS AHMAD BADARUDDIN
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM
u.b.
KEPALA BAGIAN T.U. KEMENTERIAN
IhGIARTOj
NIP 195904201984021001
·LAMPIRAN 1Il
KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN NOMOR
667/KM.l/2013 TENTANG PERUBAHAN
KESEBELAS ATAS KEPUTUSAN MENTER!
KEUANGAN
NOMOR
339/KMK.Ol/2011
TENTANG
STANDAR
OPERASIONAL
PRGSEDUR YANG BERTAUTAN (STANDARD
OPERATING
PROCEDURES·UNK)
KEMENTER!AN KEUANGAN
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor SOP-
Tanggal Penetapan:
/Link/2013
Tanggal Revisi (ke- ... ):
A. Deskripsi
Merupakan proses kesinambungan antar SOP terkait (SOP - Link) pada masingmasing unit organisasi EselonI di lingkungan Kementerian Keuangan mengenai
prosedur permohonan pencegahan terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak
bepergian ke luar negeri atas utang Pajak yang. belum dilunasi sekurang
kurangnya sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad
baiknya dalam melunasi utang pajak.
B. Daftar IstUah
1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak.
2. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggungjawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang
undangan perpajakan.
3. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang undangan perpajakan,
4. Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung
Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia
berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Penyelesaian Permohonan Pencegahan Wajib Pajak/
Penanggung Pajak Bepergian ke Luar Negeri dimaksud sebagai berikut:
1. Kantor Pelayanan Pajak mengajukan permohonan pencegahan Wajib
Pajak/Penanggung Pajak bepergian ke luar negeri, dilengkapi dengan dokumen
pendukungnya kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktorat Pemeriksaan
dan Penagihan
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-2- .
2. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, Direktorat Jenderal Pajak (Direktur P2
DJP) memeriksa dan menandatangani Nota Dinas Rahasia dan Verbal
permohonan pencegahan untuk diteruskan kepada Direktur Jenderal Pajak.
3. Direktur Jenderal Pajak menandatangani dan menyetujui Nota Dinas Rahasia
dengan lampiran Verbal RKMK permohonan pencegahan dan Verbal surat
rahasia kepada Menteri Hukum dan HAM (rangkap 3) untuk diteruskan kepada
. Menteri Keuangan, Sekretaris Jenderal dan Biro Hukum-Setjen.
4. Pusat Analisis dan Harrnonisasi Kebijakan (PUSHAKA) yang membidangi fungsi
layanan administrasi Menteri Keuangan meneruskan disposisi Nota Dinas
RahasiaDirektur Jenderal Pajak kepada Sekretaris Jenderal untuk "teliti dan
pendapat".
5. Sekretaris Jenderal menerima disposisi Menteri Keuangan, kemudian
mendisposisi kepada Biro Hukum untuk dilakukan Pene1aahan Perumusan
Rancangan Peraturan Perundang Undangan.
6. Kepala Biro Hukum.melakukan penelaahan hukum permohonan pencegahan
Wajib PajakjPenanggung Pajak, untuk kemudian disampaikan kepada Menteri
Keuangan me1alui Sekretaris Jenderal.
7. PUSHAKA menyampaikan kepada Menteri Keuangan dengan memberikan
catatan pada lembar disposisi "Sangat Segera".
8. Menteri Keuangan menandatangani Surat Rahasia kepada Menteri Hukum dan
HAM dan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) mengenai Pencegahan Wajib
PajakjPenanggung Pajak, untuk diadministrasikan:
a. Penomoran Surat Rahasia oleh PUSHAKA, dan
b. Biro Umum terkait penomoran KMK mengenai Pencegahan Wajib Pajakj
Penanggung Pajak dan pengiriman ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dana Tata
Cara Perpajakan Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007;
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2000;
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pe1aksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun2011 tentang Keimigrasian.
E. Pihak yang terlibat
1. Direktorat Jenderal Pajak;
2. Sekretariat Jenderal.
F. Keluaran (Output)
Keluaran
SOP
Penye1esaian
Permohonan
Pencegahan
Penanggung Pajak Bepergian ke Luar Negeri, sebagai berikut:
Wajib
Pajakj
MENTERI KEUANGAN
AEPUBLIK INDONESIA
-3-
Kepala Kantor Pelayanan
Pajak
mengajukan
permohonan
pencegahan
Wajib Pajak / Penanggung
Pajak bepergian ke luar
negeri, dilengkapi .dengan
dokumen pendukungnya ke
Direktur
Jenderal
Pajak
melalui
Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan
Direktur
Pemeriksaan dan
2.
Penagihan,
Direktorat
Jenderal Pajak (Direktur P2
DJP) meneliti, memeriksa
dan menandatangani Nota
Dinas Rahasia dan Verbal
permohonan
pencegahan
untuk diteruskan kepada
Direktur Jenderal Pajak
3. Direktur
Jenderal
Pajak
menandatangani
dan
menyetujui
Nota . Dinas
Rahasia
dan
Verbal
permohonan
pencegahan
untuk diteruskan kepada
Menteri Keuangan
1.
4.
5.
Surat permohonan
Konsep Nota Dinas
Rahasia, Verbal
permohorian pencegahan
dan Verbal Surat Rahasia
Konsep Nota Dinas
Dibuat
Rahasia, Verbal
rangkap 3
permohonan pencegahan (tiga) yakni
dan Verbal Surat Rahasia
kepada
Menteri
Keuangan RI,
Biro Hukum
dan Sekretaris
Jenderal
Kementerian
Keuangan
Menteri
Keuangan Disposisi.
mendisposisi
Nota Dinas
Rahasia Direktur Jenderal
Paj ak
kepada
Sekretaris
Jenderal untuk "teliti dan
pendapat'
Sekretaris
Jenderal Disposisi
menerima disposisi Menteri
Keuangan,
kemudian
mendisposisi kepada Biro
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
Hukum untuk dilakukan
penelaahaan hukum.
6.
7.
8.
Kepala
Biro
Hukum
melakukan
penelaahan
hukum
permohonan
pencegahan
Wajib Pajak/
Penanggung Pajak.
Sekretaris
Jenderal
menandatangani Nota Dinas
dari Kepala Biro Hukum dan
telaahan
beserta
verbal
pengantar
dan
menyarnpaikannya kepada
Menteri Keuangan untuk
mendapatkari. penetapan.
Menteri
Keuangan
menandatangani
Surat
Rahasiadan KMK mengenai
Pencegahan Wajib Pajak/
Penanggung Pajak.
Nota Dinas dan Telaahan
RPMK
mengenai
.pencegahan Wajib Pajak/
Penanggung Pajak
.Nota Dinas dan Telaahan
mengenai
RPMK
mengenai
pencegahan
Wajib Pajak/Penanggung
Pajak.
KMK tentang pencegahan
Wajib Pajak/Penanggung
Pajak dan Surat Rahasia
kepada Menteri Hukum
dan HAM.
G. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan
Jangka waktu SOP Penyelesain Permohonan Pencegahan. Wajib
Penanggung Pajak Bepergian ke Luar Negeri, sebagai berikut:
1.
2.
Kepala
Kantor
Pelayanan
Pajak
mengajukan permohonan pencegahan
Wajib
Pajak
/
Penanggung Pajak
bepergian ke Iuar negeri, dilengkapi
dengan dokumen pendukungnya ke
Direktur
Jenderal
Pajak
melalui
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan
Direktur Pemeriksaan dan Penagihan,
Direktorat Jenderal Pajak (Direktur P2
DJP)
meneliti,
memeriksa
dan
menandatangani Nota Dinas Rahasia dan
Verbal permohonan pencegahan untuk
diteruskan kepada Direktur Jenderal
Pajak
Paling lama 8
hari kerja
Pajak/
Sejak diterima
·lengkap di
Direktorat
Pemeriksaan
dan
Penagihan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
3.
Direktur Jenderal Pajak menandatangani Paling lama 7
dan menyetujui Nota Dinas Rahasia dan
hari kerja
Verbal permohonan pencegahan untuk
diteruskan kepada Menteri Keuangan
4.
Menteri Keuangan mendisposisi Nota
1 hari
Dinas Rahasia Direktur Jenderal Pajak
kepada Sekretaris Jenderal untuk "teliti
dan pendapat"
5. . Sekretaris Jenderal menerima disposisi
1 hari
Menteri
Keuangan,
kemudian
mendisposisi kepada Biro Hukum untuk
dilakukanpenelaahan masalah hukum.
6.
Kepala
Biro
Hukum
melakukan
4 hari
penelaahan
Keputusan
Menteri
Keuangan
permohonan
pencegahan
Wajib Pajakj Penanggung Pajak.
7.
Sekretaris Jenderal
menandatangani
1 hari
Nota Dinas dari Kepala Biro Hukum dan
telaahan beserta verbal pengantar dan
menyampaikannya
kepada
Menteri
Keuangan
untuk
mendapatkan
penetapan.
1 hari
8.
Menteri
Keuangan . menandatangani
Surat Rahasia dan KMK mengenai
Pencegahan Wajib PajakjPenanggung
Pajak.
9.
PUSHAKA yang membidarigi fungsi
layanan administrasi Menteri Keuangan
memberikan
nomor Surat Rahasia
Menteri
Keuangan
kepada Menteri
Hukum dan HAM.
1 hari
Biro Umum memberikan Nomor KMK
Pencegahan dan dibuat Salinan KMK
Pencegahan,
untuk
selanjutnya
disampaikan kepada Menteri Hukum dan
HAM serta pihak-pihak terkait.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
H. Bagan arus (flowchart)
.• :'<;:',:'
,;I;;;,.
Pfrektur Jendenill
.' ..
. ;,.~:.
:",;.
;<,.P_aJ~kc'·.·." ..
"""~':::";'<'~:;"""
,'~:::.:
,:";:
'.:
,'.
,..'...,"" ,..._h..
10
....
..
M... ~~ ... "'.~ ....I
NoloOlol. . _._",,"
v...... p do .. ...
,...-pI!
_
.....
WojIbPoI"IIIPMon.ggung
~,
','
?~,>,.,
..--..........._1Io••d.,
OInN_io~ ...
V4r1Hrl, .._
1'10>100 Din_. do..
V.,bll P.r""",,,,,O"
Pon""._"_"
sOPT.r.c:.,.
"'-
1'.....""""..
WopIo Pojoll /
"-_IPojM
• ..""
kfo-<lIl
_.tu.tnogo••
""*""'
""I
.........
, _..", •• l>l<oIo'..
~
J._'.IP .........
O••k..' .. P
ih••• d••
P.".~iII...
'ony.l... io"
PO""""O",""
PM*IIMI" Plf"I"..1
/'<Inc"gall.. Wojill
IC...."'U11 ~.k.m
""1.klP.nlngg,,"•.
""I_k.ln.
Polok IIq6lll1in
K<I LuwNo.o.1
(KPDS1-l10lMl
m••'IO"d.lIo ..... nl nDIo
din•• b•••,10 vlOfb.1
~.ng.nl ••
........ .
SOPP4Ml
.............
""
.
N... CIin•• _ooi.d••
p.,._p.,.,.j'"I
_1_'
v."'ol~
don to ... ~
~
.
3)
," •• oID
Nolo Di••• ~.oIIlol.. ~.n,
V..hIIlKMK d.n V."'.I
5u.. IIl.~..I.
M.n""dll.n••nl No.
01••• p.n••nlo'
101••" •• d.n "".v.11tMI(
mon••no! p.nc
.
1.''''11
W.jlb 1".1."''''
p.l.k d•• ""
l.u..l
,
i.
f'I.... Dlnuhl.sJI
1401••11111.
AKMK
".,.,.1
din ."'b.I ....1,.ho.l.
M.n.n~.t.nR.nl
KMK
mo"g ...i Po.."",Oho..
W.jibP.lokl
po... nUil'll\; Pti.1I dl ..
S .... I ok •• i.
'·1"'""·
K""'''''ftt.!••,.,1
K
.I
'J"._"""
"
t.<o_
K
..
acIP 'ilSJ
Slld1nKMKm.nl"'ol
Willb
"'••c•••".n
p.j.kIP"".......... Pllok
a.n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIS JENDERAL, .
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM
u.b.
KEPALA BAGIAN T.V. KEMENTERIAN
I'.
fh.-GIARTOi
NIP 195904201984021001
ttd.
KIAGUS AHMAD BADARUDDIN
. LAMPIRAN IV
KEPUTUSAN MENTER] KEUANGAN NOMOR
667/KM.l/2013 TENTANG PERUBAHAN
KESEBELAS ATAS KEPUTUSAN MENTER!
KlmANGAN
NOMOR
339/KMK.Ol/2011
TENTANG
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR YANG BERTAUTAN (STANDARD
OPERATING
PROCEDURES-liNK)
KEMENTERlAN KEUANGAN
MENTERIKEUANGAN
AEPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor SOP-
Tanggal Penetapan:
/Link/2013
Tanggal Revisi [ke- ... ):
A. Deskripsi
. Merupakan proses kesinambungan antar SOP terkait (SOP - Link) pada masingrnasingunit organisasi Eselon I di lingkungan Kernenterian Keuangan mengenai
prosedur perrnohonan perpanjangan pencegahan terhadap Wajib Pajakj
Penanggung Pajak bepergian ke luar negeri.
B. Daftar Istilah
1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk rnelakukan
kewajiban perpajakan, terrnasuk pemungut pajak atau pemotong pajak.
2. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan
rnernenuhi kewajiban Wajib Pajak rnenurut ketentuan peraturan
.perundang undangan perpajakan.
3. Utang Pajak adalah pajak yang rnasih hams dibayar terrnasuk sanksi
adrninistrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercanturn dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan 'ketentuan peraturan
perundang undangan perpajakan.
4. Pencegahan adalah larangan yang bersifat sernentara terhadap Penanggung
Pajak tertentu untuk ke1uar dari wilayah Negara Republik Indonesia
berdasarkan alasan tertentu. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan,
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Penyelesain Permoh6nan Perpanjangan Pencegahan Wajib
PajakjPenanggung Pajak Bepergian ke Luar Negeri dirnaksud sebagai berikut:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak rnengajukan permohonan perpanjangan
pencegahan Wajib PajakjPenanggung Pajak bepergian ke luar negeri,
dilengkapi dengan dokurnen pendukungnya kepada Direktur Jenderal Pajak
melalui Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan.
2. Direktur Perneriksaan dan Penagihan, Direktorat Jenderal Pajak (Direktur P2
DJP) meneliti, memeriksa dan menandatangani Nota Dinas Rahasta dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBlIK INDONESIA
-2-
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Verbal permohonan perpanjangan pencegahan untuk diteruskan kepada
Direktur Jenderal Pajak.
Direktur Jenderal Pajak menandatangani dan menyetujui Nota Dinas Rahasia
dengan lampiran Verbal RKMK permohonan perpanjangan pencegahan dan
Verbal surat rahasia kepada Menteri Hukum dan HAM (rangkap 3) untuk
diteruskan kepada Menteri Keuangan, Sekretaris Jenderal dan Biro HukumSetjen.
Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan (PUSHAKA) yang membidangi
fungsi layanan administrasi Menteri Keuangan meneruskan disposisi Nota
Dinas Rahasia Direktur Jenderal Pajak kepada Sekretaris Jenderal untuk
"teliti dan pendapat".
Sekretaris .Jenderal menerima disposisi Menteri Keuangan, kemudian
mendisposisi kepada Biro Hukum untuk dilakukan penelaahan masalah
hukum.
Kepala Biro Hukum melakukan penelaahan hukum· permohonan
perpanjangan pencegahan Wajib PajakjPenanggung Pajak, untuk kemudian
disampaikan kepada Menteri Keuangan melalui Sekretaris .Jenderal.
PUSHAKA menyampaikan kepada Menteri Keuangan dengan memberikan
catatan pada lembar disposisi "Sangat Segera".
Menteri Keuangan menandatangani Surat Rahasia kepada Menteri Hukum
dan HAM. dan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) mengenai Perpanjangan
Pencegahan Wajib PajakjPenanggung Pajak, untuk diadministrasikan:
a. Penomoran Surat Rahasia oleh PUSHAKA, dan
b. Biro Umum terkait penorrioran KMK mengenai Pencegahan Wajib Pajakj
Penanggung Pajak dan pengiriman ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dana Tata
Cara Perpajakan Sebagaimana te1ah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007;
2. Undang-Undang Nomor 19 .Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun ::WOO;
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
E. Pihak yang terlibat
1. Direktorat Jenderal Pajak;
2. Sekretariat Jenderal.
F. Keluaran (Output)
Keluaran SOP Penye1esaian Perrnohonan Perpanjangan Pencegahan Wajib Pajakj
Penanggung Pajak Bepergian ke Luar Negeri, sebagai berikut:
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-3r...... - ",'
I',
-
.
:·~~~X '_'~~.
".<
-ll
--,-,~..
~~~~~tf~t-!'t l}1Jto) t-;H,
__
l _
Kepala Kantor Pelayanan Pajak
meng~ukan
permohonan
perpanjangan pencegahan Wajib
Pajak/Penanggung
Pajak
bepergian
ke
luar
negeri,
dilengkapi dengan dokumen
pendukungnya
ke
Direktur
Jenderal
Pajak
melalui
Direktorat Perneriksaan dan
Penagihan
2.
Direktur
Pemeriksaan
dan
Penagihan, Direktorat Jenderal
Pajak
(Direktur
P2
DJP)
meneliti;
memeriksa
dan
menandatangani . Nota Dinas
Rahasia
dan
Verbal
permohonan
perpanjangan
pencegahan untuk diteruskan
kepada Direktur Jenderal Pajak
Jenderal
Pajak
3. Direktur
menandatangani
dan
menyetujui Nota Dinas Rahasia
dan
Verbal
permohonan
perpanjangan
. pencegahan
untuk
diteruskan
kepada
Menteri Keuangan
1.
4.
5.
6.
-
-
l~~~~i ~"3?t1
' "
•
-
, "
"
tl=~~~_~~o.p-~~~~
..
Surat permohonan
Konsep Nota Dinas Rahasia,
Verbal permohonan .
perpanjangan pencegahan
dan Verbal Surat Rahasia
Konsep Nota Dinas Rahasia,
Verbal permohonan
perpanjangan pencegahan
dan Verbal Surat Rahasia
Menteri Keuangan mendisposisi Disposisl.
Nota Dinas Rahasia Direktur
Jenderal
Pajak
kepada
Sekretaris .Ienderal untuk "teliti
dan pendapat"
Sekretaris Jenderal menerima Disposisi
disposisi Menteri Keuangan,
kemudian mendisposisi kepada
Biro Hukum untuk dilakukan
penelaahaan.
Kepala Biro Hukum melakukan Nota Dinas
penelaahan
hukum RKMK
dan
Telaahan
mengenai
Dibuat
rangkap 3
(tiga) yakni
kepada
Menteri
Keuangan
RI, Biro
Hukum dan
Sekretaris
Jenderal
Kementeria
n Keuangan
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 4-
l ,,'
-It
Lhl~£\!
7.
8.
,~"
J~ ~
~;;-
:
'_;:::-"r;~,~-~;- -~-~~-r-
~<ri"-
~".,..-
1Jc.l~(l~l'.?it):i~fJ~~__'. ' ___
, -
J ., e'
-
I
_t
permohonan
perpanjangan
pencegahan
Wajib Pajakj
Penanggung Paj ak.
Sekretaris
Jenderal
menandatangani Nota Dinas
dari Kepala Biro Hukum dim
verbal
telaahan
beserta
pengantar
dan
menyampaikannya
kepada
Keuangan
untuk
Menteri
mendapatkan penetapan.
Menteri
Keuangan
menandatangani Surat Rahasia
dan
KMK
mengenai
Perpanjangan Pencegahan Wajib
Pajakj Penanggung Pajak.
-
'.~'J~~ ~~t,; \l ~t' )i..tl
1_- _
-
-
~ ~~ 1~'1,ft,~,t:-l>51J __;~;\]
perpanjangan
pencegahan
Wajib Pajakj Penanggung
Pajak.
Nota Dinas dan Telaahan
RKMK
mengenai
perpanjangan
pencegahan
Wajib Pajakj Penanggung
Pajak.
KMK tentang perpanjangan
pencegahan
Wajib
PajakjPenanggung Pajak dan
Surat
Rahasia
kepada
Menteri Hukum dan HAM.-
G. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan
Jangka waktu SOP Penyelesain Permohonan Perpanjangan Pencegahan Wajib
PajakjPenanggung Pajak Bepergian ke Luar Negeri, sebagai berikut:
1.
2.
Diajukan-I (satu) bulan
Kantor
Pelayanan .Pajak
15 (lima belas] hari
mengajukan
permohonan
terhitung sebelum
perpanjangan
pencegahan
pencegahan Penanggung
Wajib
PajakjPenanggung
Pajak berakhir
Pajak bepergian ke luar
negeri, dilengkapi dengan
dokumen pendukungnya ke
Direktur
Jenderal
Pajak
melalui
Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan Direktur Pemeriksaan dan Paling lama 8 hari Sejak diterima lengkap di
kerja
Direktorat Pemeriksaan
Penagihan,
Direktorat
dan Penagihan
Jenderal Pajak (Direktur P2
DJP) meneliti, memeriksa
dan menandatangani Nota
Dinas Rahasia dan Verbal
permohonan
perpanjangan
pencegahan
untuk
diteruskan kepada Direktur
Jenderal Pajak
-
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
3.
4.
5.
6.
7.
8.
'.'
Direktur
.Jenderal
Pajak Paling lama 7 hari Diajukan 20 (dua puluh]
menandatangani
dan
kerja
hari terhitung sebe1um
menyetujui
Nota
Dinas
pencegahan Penanggung
Rahasia
dan
Verbal
,Pajak berakhir
permohonan
perpanjangan
pencegahan
untuk
diteruskan kepada Menteri
Keuangan
Menteri
Keuangan
1 hari
mendisposisi
Nota Dinas
Rahasia Direktur Jenderal
Pajak
kepada
Sekretaris
Jenderal untuk "teliti dan
pendapat"
Sekretaris
Jenderal
1 hari
menerima disposisi Menteri
Keuangan,
kemudian
mendisposisi kepada Biro
Hukum untuk dilakukan
penelaahan hukum.
Kepala
Biro
Hukum
2 hari
melakukan
penelaahan
hukum
permohonan
perpanjangan
pencegahan
Wajib
Pajak/Penanggung
Pajak.
Sekretaris,
J enderal
1 hari
menandatangani Nota Dinas
dari Kepala Biro Hukum dan
telaahan
beserta
verbal
pengantar
dan
menyampaikannya
kepada
Menteri Keuangan urituk
mendapatkan penetapan.
Menteri
Keuangan
1 hari
menandatangani
Surat
Rahasia dan KMK mengenai
Perpanjangan
Pencegahan
Wajib
Pajak/Penanggung
Pajak.
MENTERI KEUANClAN
REPUBLIKINDONESIA
- 6-
9.
PUSHAKA yang membidangi
fungsi layanan administrasi
Menteri
Keuangan
memberikan nomor Surat
Rahasia Menteri Keuangan
kepada Menteri Hukum dan
HAM.
Biro' . Umum memberikan
Nomor KMK Perpanjangan
Pencegahan
dan
dibuat
Salinan KMK Pencegahan,
untuk
selanjutnya
disampaikan kepada Menteri
Hukum dan HAM serta
pihak-pihak terkait.
1 hari
Paling lambat 3 (tiga) hari
sebelum masa
pencegahan Penanggung
Pajak berakhir, KMK
Perpanjangan
Pencegahan telah
disampaikankepada
Menteri Hukum dan HAM
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIKINDONESIA
-7-
H. Bagan arus lflowchartl
-_
.,
_
...._ p
~.n
,,".o_nIll'OjlbPlIjIlrI
.....ng..... 1'ajaII:
..............01
....;....n
~_
-
WOjIopojoill
'_,-,'ojIk
....Hoi."~"""".nm
a.,..
......-..V..k.. '
~
...-.~
<Ion
..........
IIan ... ,.......Il.
_
....
.........., ""'''''..
.-......
Dill •• "'
..
Vwloolpo_n",
~'",'"
Ilr=;;~~ii;;=l
..ojoIo~.,.,....
~M.nlklllli danptI
--
............ p."'h~'""ltll.·. ""
0""_ JOAd...1Pojok
_ 00_,..
OII, •• loi
• t. . . . .
'<!!)I,loui,.
Palmo.anon
p.",.njln.on
Plnola.hon ".,.1",... 1
Klpul.nn oukum
Ponc,"oIIan WoJib .
""jokIP..,.nllunll
poj.okHrlO
m....nd.'.n••nl ... q
.._."
'-.10k lIopofG".
& •• h •• rIavo"'o'
POllllonlo,
5DI'_",.
"'"""*"'...._ n...
..",..
... 00'l.
""'o"","",.n"""""gollotl
WtjIbPtj.''''''''I\fI''''f
ko luI' NII'II
KPO$1-l1001
.
, .......... FI...-. ...
'''''''''''''''''''0"''11
"""'' IIon
Nol;oDin.. huittolooh...,
Vorbo! I'lKMKdln Vo"','
Su.-R.h....
....n.no.l.now Not.
0
,.,. .hl"
'*,
"" •••
v... b.' KMK
mon'lnolp.rpanjo.'I.
p."c.g~an
Wtjlb
".j.liJI"....
ngll"ng "ljak
don ""baltu,alroh••I.
SOP ' .......R..
............... y ....
..
"*""~_.uII
ManI..t
...
/IO'_IO!IIAHI
lIu,ot'hh••I. M... lltl
Ko~.ngu kcPa<l1
Mlnto,1 Hu....m dIn HAM
_UUn
Kop
K
.... ""
"""""ed
IOU
nIo/l
1(0
00
..
oWU
In
mongon.,
"O,pl"J"ng.."
""j"l<l
".ncegab.n w.,;b
" .... n"U~ P Ik
a.n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIS JENDERAL,
Salinan sesuai dengan aslinya
ttd.
KEPALA BIRO UMUM
u.b.
KEPALA BAGIAN T.U. KEMENT]j;RIAN
IhGIARTOj
NIP 195904201984021001
KIAGUS AHMAD BADARUDDIN
..
LAMPIRANV
. KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN NOMOR
/KM.l/2013 TENTANG PERUBAHAN
KESEBELAS ATAS KEPUTUSAN MENTER!
KEUANGAN
NOMOR
339/KMKOl/2011
TENTANG
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR YANG BERTAUTAN (STANDARD
OPERATING
PROCEDURES-UNK)
KEMENTERIAN KEUANGAN
MENTERIKEUANGAN
REPUBlIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor SOPTanggal Penetapan:
/Link/2013
Tanggal Revisi (ke-... ):
A. Deskripsi
Merupakan proses kesinambungan antar SOP terkait (SOP - Link) pada masingmasing unit organisasi Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan mengenai
prosedur permohonan pencabutan pencegahan terhadap Wajib Pajak/
Penanggung Pajak bepergian ke luar negeri.
B. Daftar Istilah
1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
penatur an perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk me1akukan
kewajiban perpajakan, termasuk pernungut pajak atau pemotong pajak.
2. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan
perundang undangan perpajakan..
3. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercanturn dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang undangan perpajakan.·
4. Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung
Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia
berdasarkan alasan tertentusesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan,
c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SOP Penyelesain Permohonan Pencabutan Pencegahan Wajib
Pajak/Penanggung Pajak Bepergian ke Luar Negeri dimaksud sebagai berikut:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak mengajukan permohonan pencabutan
pencegahan Wajib Pajak/Penanggung Pajak bepergian ke luar negeri,
dilengkapi dengan dokumen pendukungnya kepada Direktur Jenderal Pajak
me1alui Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan.
2. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, Direktorat JenderalPajak (Direktur P2
DJP) meneliti, memeriksa dan menandatanganiNota Dinas Rahasia dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Verbal permohonan pencegahan untuk diteruskan kepada Direktur Jenderal
Pajak.
Direktur Jenderal Pajak menandatangani dan menyetujui Nota Dinas Rahasia
dengan lampiran Verbal RKMK permohonan pencabutan pencegahan dan
verbal surat rahasia kepada Menteri Hukum dan HAM (rangkap 31 untuk
diteruskan kepada Menteri Keuangan, Sekretaris Jenderal dan Biro HukumSetjen.
Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan (PUSHAKA) yang membidangi
fungsi layanan administrasi Menteri Keuangan meneruskan disposisi Nota
Dinas Rahasia Direktur Jenderal Pajak kepada Sekretaris Jenderal untuk
"teliti dan pendapat" ..
Sekretaris Jenderal menerima disposisi Menteri Keuangan, kemudian
mendisposisi kepada Biro Hukuin untuk dilakukan penelaahan masalah
hukum.
Kepala Biro Hukum melakukan penelaahan hukum permohonan pencabutan
pencegahanWajib PajakjPenanggung Pajak, untuk kemudian disampaikan
kepada Menteri Keuangan melalui Sekretaris .Jenderal,
PUSHAKA menyampaikan kepada Menteri Keuangan dengan memberikan
catatan pada Iembardisposisi "Sangat Segera".
.
Menteri Keuangan menandatangani Surat Rahasia kepada Menteri Hukum
dan HAM. dan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) mengenai Pencabutan
Pencegahan Wajib PajakjPenanggung Pajak, untuk diadministrasikan:
a. Penomoran Surat Rahasia oleh PUSHAKA, dan
b. Biro Umum terkait penoinoran KMK mengenai Pencabutan Pencegahan
Wajib Pajakj Penanggung Pajak dan pengiriman ke Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dana Tata
Cara Perpajakan Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nornor 28 Tahun2007;
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nornor 19
Tahun 2000;
3. Undang-Undang Nornor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;
4. Peraturan Pernerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
E. Pihak yang terlibat
1. Direktorat Jenderal Pajak;
·2. Sekretariat J enderal.
F. Keluaran (Output)
Keluaran SOP Penyelesaian Permohonan Pencabutan Pencegahan Wajib Pajakj
Penanggung Pajak Bepergian ke Luar Negeri, sebagai berikut:
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Kepala Kantor Pelayanan Pajak
mengajukan
permohonan
pencabutan pencegahan Wajib
Pajak /Penanggung Pajak
bepergian
ke
luar
negeri,
dilengkapi dengan dokurnen
pendukungnya
ke
Direktur
Jenderal
Pajak
melalui
Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan
Pemeriksaan
dan
2. Direktur
Penagihan, Direktorat Jenderal
Pajak
(Direktur
P2
DJP)
.meneliti;
memeriksa
dan
menandatangani . Nota Dinas
Rahasia
dan
Verbal
permohonan
pencabutan
pencegahan untuk diteruskan
kepada Direktur Jenderal Pajak
Jenderal
Pajak
3. Direktur
menandatangani
dan
menyetujui Nota Dinas Rahasia
dan
Verbal
permohonan
pencabutan pencegahan untuk
diteruskan
kepada . Menteri
Keuangan
1.
4.
5.
6.
Surat permohonan
Konsep Nota Dinas Rahasia,
Verbal permohonan
pencabutan pencegahan dan
Verbal Surat Rahasia
Konsep Nota Dinas Rahasia,
Verbal permohonan
pencabutan pencegahan dan
Verbal Surat Rahasia
Menteri Keuangan mendisposisi Disposisi.
Nota Dinas Rahasia Direktur
Jenderal
Pajak
kepada
Sekretaris .Jenderal untuk "teliti
dan pendapat"
Sekretaris Jenderal menerima Disposisi
disposisi Menteri Keuangan,
kemudian mendisposisi kepada
Biro Hukum untuk dilakukan
penelaahaan,
Kepala Biro Hukum melakukan Nota Dinas dan Telaahan
penelaahan
hukum RKMK mengenai pencabutan
Dibuat
rangkap 3
(tiga) yakni
kepada
Menteri
Keuangan
RI, Biro
Hukum dan
Sekretaris
Jenderal
Kementeria
n Keuangan
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
7.
8.
permohonan
'pencabutan
pencegahan
Wajib Pajak/
Penanggung Pajak.
Sekretaris
Jenderal
menandatangani Nota Dinas
dari Kepala Biro Hukum dim
telaahan
beserta
verbal
pengantar
dan
menyampaikannya
kepada
Menteri
Keuangan
untuk
mendapatkan penetapan.
Menteri
Keuangan
menandatangani Surat Rahasia
dan KMK mengenai Pencabutan
Pencegahan
Wajib
Pajak/
Penanggung Pajak.
pencegahan Wajib
Penanggung Pajak.
Pajak/
Nota Dinas : dan Telaahan
RKMK mengenai pencabutan
pencegahan Wajib Pajak/
Penanggung Pajak.
KMK tentang pencabutan
pencegahan
Wajib
Pajak/Penanggung Pajak dan
Surat
Rahasia
kepada
Menteri Hukum dan HAM.'
G. Jangka Waktu PenyelesaianKegiatan
Jangka waktu SOP Penyelesain Permohonan Pencabutan Pencegahan Wajib
Pajak/Penanggung Pajak Bepergian ke Luar Negeri, sebagai berikut:
1.
2.
Kantor
Pelayanan·. Pajak
Diajukan.segera setelah
utang pajak dilunasi atau
mengajukan
permohonan
sebab lain
pencabutan
pencegahan
Wajib
Pajak/Penanggung
Pajak bepergian ke luar
negeri, dilengkapi dengan
dokumen pendukungnya ke
Direktur
J enderal
Paj ak
melalui
Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan
Direktur Pemeriksaan' dan Paling lama 8 hari Sejak diterima lengkap di
kerja
Direktorat Pemeriksaan
Penagihan,
Direktorat
dan Penagihan
Jenderal Pajak (Direktur P2
DJP) meneliti, memeriksa
dan menandatangani Nota
Dinas Rahasia dan Verbal
permohonan
pencabutan
pencegahan
untuk
diteruskan kepada Direktur
Jenderal Pajak
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDOf'l,ESIA
-5-
Direktur
Jenderal
Pajak Paling lama 7 hari
menandatangani
dan
kerja
menyetujui
Nota
Dinas
Rahasia
dan
Verbal
permohonan
pencabutan
pencegahan
untuk
diteruskan kepada Menteri
Keuangan
Keuangan
1 hari
4. Menteri
mendisposisi
Nota Dinas
Rahasia Direkhir Jenderal
Pajak
kepada
Sekretaris
Jenderal untuk "teliti dan
pendapat"
1 hari
Jenderal
5. Sekretaris
menerima disposisi Menteri
Keuangan,
kemudian
mendisposisi kepada Biro
Hukum untuk dilakukan
penelaahan hukum.
Biro
Hukuni
2 hari
6. Kepala
melakukan
penelaahan
hukum
permohonan
pencabutan
pencegahan
Wajib
PajakjPenanggung
Pajak.
7.
Sekretaris
Jenderal
1 hari
menandatangani Nota Dinas
dari Kepala Biro Hukum dan
telaahan
beserta
verbal
pengantar
dan
menyarnpaikannya
kepada
Menteri Keuangan untuk
mendapatkan penetapan.
Menteri
Keuangan
1 hari
8.
menandatangani
Surat
Rahasia dan KMK mengenai
Pencabutan
Pencegahan
Wajib
PajakjPenanggung
Pajak.
3.
MENTERI KEUANGAN
REPUBUK INDONESIA
-6-
9.
PUSHAKA yang membidangi
fungsi layanan administrasi
Menteri
Keuangan
memberikan nomor Surat
Rahasia Menteri Keuangan
kepada Menteri Hukum dan
HAM.
memberikan
Biro Umum
Nomor
KMK Pencabutan
Pencegahan.
dan
dibuat
Salinan KMK Pencegahan,
untuk
selanjutnya
disampaikan kepada Menteri
Hukum dan HAM serta
pihak-pihak terkait.
1 hari
MENTERI KEUANGAN
REPUBUK INDONESIA
-7-
H. Bagan arus (flowchart)
Mo..-.......
~ .....ha
poroc_
nWajlbPojolrl
...............
....... OlI
_-
..........
" ........
........_p.nnl"..."
p
'oII.n\'flilllopoj.1lI
-,..."'
Noll DIN. _01
V.....
~
.. _
~
...
'''''-0'''''''0,_
'.trVI ....
d......
-_. ....__."
_rikl .....
,.....
lJlN
_
V_
_••
--
~
Nato. 0 .... d••
"'.tP."""~
....
Oi."".iol
III ""
P'Ajl'-'~
".,mahanln
Ponllalhl. PI,.luranl
...
...
.....
P ..... bu'.~
P'f\C<Ig.~••
_- -
-"". ,,,.. .......
-pjo>koft~
••
~
k~
g'
~ ....nb.ondl.
P.~........
"'"noobub"
lW""",.......hum
PlnOllg,hl" WlIjib
''i'h.-rli
P'laltIPuOIIuun,
"'.n.nUIa.......Al .at.
"'-.1011 BI"",.II"
dl.aslHl••rlIYlrb",
pon,...II'
K. luI' 1'11,""
Kf"D5''''002
lOP ........ "" ...
...........0""""""1...
Po,-"'''''''''''''''
Unol""l'.
. 'n.... """.
V.",.I flKMK """ Vlrb,1
S«'IU'la/lI.'-
Menlndlll"llani Natl
0.... '·"8·"..'
lei..",. din Yl<ll~ KMIt
",on'Onll ,...n•• ~""'n
..... ""t"luln Wajlb
Poj ....... n.nggun' "'o).ok
dIn ""rbal .....1 ..h,l.
SOP
......
V·III
P..... ,
.....
""'''''''IK"''"''IIon
ISOP_lmJAH)
..... R
u,.t
Ihas
MInt.
K'.I.V'" Kop.<I.
M.aloln Hokum dIn H....M
••pr
Kopuluu. Mo
KwI"'l... ""
.
~
..................
..."
u
~
_~J.
.. "Il_
Iltd..,KIIIK..o_ol
P....lHII.nP....
WIjlb
PollirJP",_ _
a.n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIS JENDERAL,
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM
u.b.
KEPALA BAGlAN T.U. KEMENT~RIAN
II....--
t
GIARTO
NIP 195904201984021001
ttd.
KIAGUS AHMAD BADARUDDlN
100"'01
i."'•••
.... I
k
..
..-..
1\1. .
Ol
Jot.l.,olp.....
........ 11I<_..
Download