Damianus Journal of Medicine; Vol.10 No.1 Februari 2011: hlm. 18–23. DAMIANUS Journal of Medicine ARTIKEL PENELITIAN POLA PEMBERIAN MAKAN KURUN WAKTU 5 TAHUN TERAKHIR PADA BALITA DI SEBUAH TAMAN KANAK-KANAK Edward Surjono Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2, Jakarta Utara 14440. ABSTRACT Background: Growth and development of children affected by nutritional status. The child nutrition related with feeding pattern. Breast milk had an important role in child growth and development. The additional food also support this concern. The parents knowledge and attitude related with the succeed of infant feeding. Methods: This was a descriptive study, done in the 2 playgroup in East Jakarta. Sample was done by consecutive sampling. Questionnaires was given to parents and interviewed was done Results: There was 61 responden divided as 38 % housewife and 62 % working mother. Ninty percent gave breastmilk, while only 21,3 % gave exclusively. Milk fomula gave by mother before 4 month old in 52.45 %, and there was a practice to gave additional food before 4 month old in 14.8 %responden. The group of non exclusively breastmilk would gave milk formula earlier (66.7 %). Conclusions: The number of exclusive breastfeeding was low and parents practice to give additional food was our concern in this survey. The role of Physician was important to educate the parents and other member of family to give nutrition for their child. Key words: breast milk, breast feeding, growth and development, nutritional pattern PENDAHULUAN Saat ini pemerintah Republik Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, gencar melakukan kampanye perbaikan gizi bagi Balita, disertai usaha meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memperhatikan pola asupan mereka sehari-hari. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menanamkan kesadaran bagi para ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa PASI ataupun makanan tambahan selama 6 bulan pertama kehidupan. ASI memiliki kandungan nutrisi yang sangat berguna, sehingga pemberian ASI harus merupakan prioritas bagi para ibu dalam memberikan asupan gizi kepada bayi mereka. Di samping pemberian ASI, peran orang tua dalam memberikan makanan tambahan tentunya sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Kadangkadang para orang tua juga mengalami kebingungan untuk menentukan waktu dan jenis yang tepat untuk 18 memberikan makanan tambahan. Informasi yang didapat oleh kalangan masyarakat pun beragam, mulai dari kebiasaan, promosi produk makanan, majalah popular, artikel ilmiah hingga internet. Dalam sebuah literatur dikatakan jika bayi sudah mampu duduk tanpa bantuan, sudah mampu mengontrol gerakan kepala dan tampak masih lapar setelah diberi ASI atau susu formula, inilah saatnya mulai diberikan makanan pendamping ASI.1 Hingga kini, belum tersedia data yang cukup memadai untuk menilai keberhasilan program yang telah berjalan. Keberhasilan program itu antara lain dapat dilihat dari angka kesadaran masyarakat untuk mem-berikan ASI eksklusif. Diharapkan studi ini dapat menjadi landasan bagi penelitian yang lebih luas da-lam menilai keberhasilan program yang dijalankan Pemerintah dalam rangka perbaikan gizi, khususnya Balita di Indonesia. Gambaran pola makan bagi Balita dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini akan menjadi suatu masukan yang harus diteliti lebih lanjut, karena tidak hanya mencerminkan suatu keberhasilan program, tetapi juga DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011 Pola pemberian makan kurun waktu 5 tahun terakhir pada Balita di sebuah taman kanak-kanak memberikan gambaran persepsi masyarakat serta sumber informasi yang selama ini mereka gunakan dalam menentukan pilihan terbaik untuk anak mereka. Melalui media tersebut, kiranya kita dapat melakukan intervensi yang lebih dalam sehingga informasi yang diterima orangtua menjadi lebih akurat dan terpercaya. Studi pendahuluan ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dan mengetahui gambaran pemberian ASI, PASI dan makanan pendamping ASI pada Balita dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI, PASI dan makanan pendamping ASI pada Balita dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. TINJAUAN PUSTAKA Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi yang utama dan alami. ASI dengan komposisi nutrisi yang unik diciptakan sesuai untuk kebutuhan dan tumbuh kembang bayi terutama untuk memenuhi kebutuhan pada 6 bulan pertama kehidupan. ASI memiliki beberapa keuntungan, yaitu:3,4 • Steril, aman dari pencemaran kuman. • Selalu tersedia dengan suhu yang optimal. • Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi. • Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau virus. • Tidak menimbulkan alergi. • Terjadinya hubungan psikologis yang baik antara ibu dan anak. • Menyusui membuat uterus berkontraksi, sehingga uterus dapat kembali ke keadaan fisiologis lebih cepat. • Perdarahan setelah melahirkan berkurang. • Mengurangi risiko kanker payudara. • Pemberian ASI akan mengurangi kesuburan ibu untuk beberapa bulan sehingga membantu program keluarga berencana. ASI mengandung antibodi terhadap bakteri dan virus, sel fagosit, granulosit, makrofag, limfosit tipe T, berbagai macam enzim, protein, komplemen dan hormon seperti ACTH,TRH,TSH, EGF dan prolaktin.4 Kandungan ini memiliki manfaat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Saat memulai diberikan makanan pendamping ASI harus disesuaikan dengan maturasi saluran cerna bayi dan kebutuhannya. Di atas usia 6 bulan kebanyakan bayi yang mendapatkan ASI memerlukan nutrisi tambahan dari makanan pendamping ASI, terutama untuk pemenuhan kebutuhan mikronutrisi. 5 Untuk menentukan usia yang tepat dalam pemberian makanan pendamping atau makanan padat bagi bayi perlu dipertimbangkan kesiapan fisiologik, tumbuh kembang serta kebutuhan nutrisi dan kalori untuk tumbuh kembangnya.2 Pola pemenuhan nutrisi bagi bayi baru lahir sampai usia satu tahun meliputi pem-berian ASI dan atau susu formula serta makanan pendamping. Pemberian susu formula saja mungkin dapat memenuhi kebutuhan kalori bagi seorang bayi selama satu tahun pertama, namun hal ini tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk dapat mengenal rasa, tekstur makanan ataupun kesempatan untuk melatih kemampuan makan. Selain itu pengenalan dini terhadap berbagai jenis rasa dan makanan pada anak dalam 2 tahun pertama dapat meningkatkan kemauan anak untuk mencoba makanan dan rasa yang baru di kemudian harinya.2 Beberapa manfaat serta tujuan lain dalam pengenalan makanan pendamping bagi anak: mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, melakukan adaptasi terhadap makanan lanjutan, mendidik anak supaya terbina selera dan kebiasaan makan yang sehat, memilih dan menyukai makanan sesuai keperluan anak. ASI eksklusif selama ini gencar dikampanyekan dan merupakan pilihan utama dalam asupan gizi bagi bayi. Sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2002 terdapat 13,3% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Data ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan pemberian ASI saja hingga usia 3 bulan yang mencapai angka 42,5%,walaupun demikian jumlah bayi pada usia 6 bulan yang masih menerima ASI mencapai 35,1%.6,7 Keberhasilan dalam pemberian ASI ditentukan oleh peran serta tenaga medis: dokter spesialis anak, dokter kebidanan, kebijaksanaan rumah sakit mengenai inisiasi pemberian ASI serta peran tenaga kesehatan lainnya dalam realisasi pemberian ASI eksklusif dan penyebaran informasi. Terlebih seorang dokter spesialis anak dituntut untuk berperan secara aktif dalam rangka meningkatkan angka keberhasilan pemberian ASI bagi bayi baru lahir.8 Kebijaksanaan pemerintah tentunya berperan besar dalam menyukseskan pemberian ASI eksklusif. Amerika Serikat, melalui program the Healthy People 2010 telah menargetkan 75% bayi baru lahir mendapatkan ASI dan 50% bayi tetap menerima ASI (walau bukan ASI eksklusif) pada tahun 2010.9 DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011 19 DAMIANUS Journal of Medicine Banyak penelitian dilakukan mencoba mencari faktorfaktor yang berkaitan dengan inisiasi dan lama pemberian ASI. Sebuah studi yang menarik dilakukan di kalangan residen di Amerika Serikat, data yang diperoleh menunjukkan 80% residen yang melahirkan saat pendidikan, memberikan ASI kepada bayi mereka, dan meneruskannya selama masa cuti. Setelah mereka kembali memasuki program pendidikan, 50% dari responden tidak lagi memberikan ASI dengan beragam alasan. Padatnya jadwal sebagai seorang residen menjadi alasan utama tidak memberikan ASI, walau secara intelektual mereka memiliki pemahaman yang baik mengenai manfaat ASI.10 Berdasarkan ting-kat ekonominya sebuah penelitan di Amerika mendapatkan 41,8% ibu yang berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah menyusui bayinya, sedangkan pada kelompok dengan tingkat pendapat-an tinggi didapati sebanyak 70,7%.11 Meyerink dkk dalam penelitiannya melaporkan pengalaman pribadi seorang ibu dalam menyusui ataupun pengalaman dari keluarganya, merupakan faktor yang lebih menentukan dibandingkan status ekonomi ataupun pendidikan dalam inisiasi dan lamanya pemberian ASI.12 Pada komunitas masyarakat, seringkali kita mendengar jumlah susu yang tidak mencukupi bagi bayi merupakan alasan utama untuk menghentikan pemberian ASI, hal ini sejalan dengan penelitian oleh Hornel dkk.13 Pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2001, tidak seperti yang diduga, ternyata hal ini tidak terkait dengan prilaku meng14 hentikan pemberian ASI. Pengenalan pada makanan pendamping ASI tidak akan mengubah frekuensi menyusui, namun apabila susu formula atau PASI tuanya. Bagi mereka yang bersedia mengikuti akan melengkapi kuesioner yang terdiri dari identitas orangtua, pekerjaan dan pendidikan, usia anak, serta menjawab pertanyaan dalam kuesioner mengenai pola makan anak sampai dengan usia 1 tahun. Semua data penelitian dicatat dalam formulir yang telah ditentukan, kemudian data diolah secara manual, dengan bantuan komputer dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel. HASIL Pada penelitian ini terkumpul 61 responden yang terdiri dari 23 orang ibu rumah tangga dan 38 orang ibu yang bekerja. Karakteristik sosiodemografik responden terlampir pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik sosiodemografik. Karakteristik N Usia ibu 20–25 26–30 31–35 36 5 25 17 14 Pendapatan keluarga/ bulan Rp1.0000.000 Rp.1.000.000–Rp.3.000.000 Rp.3.000.000–Rp.5.000.000 Rp.5.000.000 8 21 14 18 Ibu bekerja Ya Tidak (IRT) 38 23 Pendidikan orangtua Tidak sekolah Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama/Atas Diploma/Sarjana 0 1 24 36 diperkenalkan pada usia dini akan menyebabkan IRT: Ibu Rumah Tangga lamanya bayi menyusui berkurang.13 Mengenai pemberian ASI, terdapat 6 orang menyatakan tidak memberikan ASI pada anaknya. Empat orang dar mereka mengatakan bahwa ASI tidak diberikan karena tidak keluar/tidak ada, 2 orang lagi menyatakan ASI hanya sedikit. Sisanya memberikan ASI dengan atau tanpa disertai pemberian PASI. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran pola makan pada anak usia 1 sampai 5 tahun dari murid suatu sekolah taman kanakkanak. Penelitian dilakukan terhadap murid taman kanak-kanak Regency di daerah Jatinegara, Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi berupa murid berusia 1–5 tahun dan orangtua menyetujui mengisi kuesioner yang dibagikan. Prosedur penelitian yang dilakukan sebagai berikut murid taman kanak-kanak yang berusia dibawah lima Tabel 2. Pemberian ASI dan ASI eksklusif. N (%) ASI Ya 55 (90,1%) Tidak 6 (9,8%) ASI Eksklusif Ya 13 (21,3%) Tidak 48 (78,6%) tahun, diberikan kuesioner untuk diisi oleh orang- 20 DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011 Pola pemberian makan kurun waktu 5 tahun terakhir pada Balita di sebuah taman kanak-kanak Pemberian PASI pada 32 responden (52,45%) dimulai sejak lahir sampai dengan usia dibawah 4 bulan. Empat orang responden baru memberikan PASI pada saat usia anak 24 bulan. Alasan pemilihan jenis PASI yang terbanyak adalah atas anjuran dari dokter (26 responden). Pemberian makanan pendamping pada 9 responden dimulai sejak usia 0–4 bulan, usia termuda diberikan makanan tambahan, pada usia 1 bulan (3 responden) dengan jenis makanan tambahan yang diberikan berupa buah. Jenis makanan tambahan yang pertama kali diberikan yang tersering adalah berupa bubur susu, diikuti oleh buah;jus buah dan biskuit bayi (Tabel 3). sebesar 66,7%. Sementara itu, ada sebanyak 20,8% yang memulai pemberian PASI pada usia di atas 4 bulan. Dari data pada tabel 4. didapatkan sebagian besar ibu yang bekerja tidak memberikan ASI eksklusif (86% dari jumlah ibu yang bekerja). Ibu berpendidikan diploma atau sarjana berjumlah 36 (56% dari jumlah responden), ternyata sebagian besar (83%), tidak memberikan ASI eksklusif . Pada tabel 4 juga terlihat masih terdapat 9 responden yang memberikan makanan tambahan/pendamping pada rentang usia 0– 4 bulan (14,75%). dapatkan jumlah ibu bekerja yang memberikan ASI Tabel 5 menunjukkan dengan jelas bahwa sebagian besar kelompok yang memilih untuk tidak memberikan ASI eksklusif memberikan PASI sejak usia awal, yakni dilakukan oleh ibu yang ingin menyusui sambil terus Kelompok yang tidak memberikan ASI eksklusif akan memulai pemberian makanan pendamping lebih awal lebih awal (tabel 6). DISKUSI Pada penelitian kami, 78,6% tidak mendapatkan ASI eksklusif. Sebanyak 9 responden (14,75%) memulai makanan pendamping lebih awal dari yang dianjurkan, yaitu pada usia 0 – 4 bulan. Pada penelitian kami dieksklusif lebih sedikit dari ibu yang tidak bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Fein dkk menyim-pulkan pada wanita yang bekerja penuh (= 35 jam dalam seminggu) cenderung tidak melakukan inisiasi ASI dan menyusui lebih singkat dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja atau bekerja paruh waktu. Bekerja paruh waktu merupakan salah satu strategi yang dapat bekerja.15 Ryan dkk juga mendapatkan bahwa bekerja di rumah merupakan salah satu pendorong bagi ibu Tabel 3. Pola pemberian PASI dan Makanan Tambahan N (%) Pemberian PASI dimulai 0 – 4 bulan 32 (52,45%) 4-5 bulan 10 (16,3%) = 6 bulan 19 (31,1%) Alasan memilih jenis PASI Membaca dari artikel 6 (9,8%) Mengikuti apa yang dikatakan orangtua/saudara/tetangga 7 (11,4%) Petunjuk dokter 26 (42,6%) Petunjuk petugas posyandu/puskesmas 8 (13,1%) Dari iklan di media massa 7 (11,4%) Dari artikel dan petunjuk dokter 7 (11,4%) Pemberian makanan pendamping 0–4 bulan 9 ( 14,8%) 5–6 bulan 45 (73,7%) = 6 bulan 7 (11,5%) Alasan memilih jenis makanan pendamping ASI Membaca dari artikel 13 (21,3%) Mengikuti apa yang dikatakan orangtua/saudara/tetangga 4 (6,5%) Petunjuk dokter 16 (26,2%) Petunjuk petugas posyandu/puskesmas 9 (14,7%) Dari iklan di media massa 8 (13,1%) Artikel dan petunjuk dokter 6 (9,8%) Artikel dan iklan media massa 5 (8,2%) DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011 21 DAMIANUS Journal of Medicine (14%) berpendidikan sekolah menengah ke atas mem- untuk memberikan ASI.9 Tingkat pendapatan keluarga berikan makanan pendamping pada usia kurang dari 4 tidak terlalu menentukan pola pemberian ASI eksklusif, bulan. Hal ini mencerminkan rendahnya tingkat penge- sedangkan data yang cukup mengejutkan adalah tahuan terhadap pemberian pola makan yang baik. Bila semakin tinggi taraf pendidikan menunjukkan keeng- dilihat dari tingkat pendidikan mereka, pada umumnya ganan para ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif orang tua dari kelompok ini adalah lulusan sekolah kepada bayi mereka. Penelitian oleh Ryan dkk9 menda- menengah (66,7%) dan sarjana (33,3%). Secara umum, patkan bahwa tingkat pendidikanyang tinggi dengan tingkat pendidikannya, mereka menunjukkan merupakan faktor prediksi yang positif bagi seorang kecerdasan rata-rata, namun pemahaman yang diberi- ibu untuk menyusui sampai selama 6 bulan. Hal ini kan tidak mencukupi sehingga pemberian pola makan berbeda dengan yang kami temukan dalam penelitian pada anak tidak tepat. Pada penelitian kami pula, di- ini. dapatkan 83,3% responden yang berpendidikan diplo- Pada penelitian kami, pada kelompok yang tidak ma/sarjana tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini memberikan ASI eksklusif didapatkan 9 responden hampir serupa dengan penelitian pada residen di Tabel 4. Sebaran pola makan anak berdasarkan sosiodemografik keluarga ASI eksklusif Pemberian PASI Makanan pendamping Ya tidak 0–4 bln 4-5 bln =6 bln 0–4 bln 4–5 bln = 6 bln Tidak 8 15 7 3 13 4 8 11 Ya 5 33 25 7 6 5 15 18 5 4 1 4 2 1 Ibu bekerja Usia ibu 20–25 26–30 6 19 10 3 11 2 8 13 31–35 5 12 10 2 6 2 7 8 =36 2 12 8 3 3 1 7 6 Pendapatan keluarga/bulan Rp.1 juta 0 8 6 1 1 5 3 0 Rp.1–3 juta 4 17 14 2 6 3 6 13 Rp.3–5 juta 7 7 5 2 7 0 4 10 Rp. 5 juta 2 16 7 5 5 1 12 14 Tidak sekolah 0 0 0 0 0 0 0 0 Sekolah Dasar 0 1 0 0 1 1 0 0 SMP/SMA 7 17 12 3 9 6 5 14 Diploma/Sarjana 6 30 20 7 9 3 19 14 Pendidikan orangtua Tabel 5. Pemberian ASI eksklusif dibandingkan dengan saat dimulainya pemberian PASI . Pemberian PASI 0–4 bulan 4–5 bulan = 6 bulan ASI eksklusif (n/13) 0 0 13 ASI tidak eksklusif (n /48) 32 (66,7%) 10 (20,8%) 6 (12,5%) Tabel 6. Pemberian ASI eksklusif dibandingkan dengan saat dimulainya pemberian makanan pendamping. Pemberian Makanan Pendamping 22 0–4 bulan 5–6 bulan 6 bulan ASI eksklusif (n/13) 0 0 13 ASI tidak eksklusif (n/48) 10 (20,8%) 24 (50%) 14 (29,1%) DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011 Pola pemberian makan kurun waktu 5 tahun terakhir pada Balita di sebuah taman kanak-kanak Amerika Serikat.10 Penelitian tersebut memperlihatkan DAFTAR PUSTAKA para residen paham menge-nai manfaat pemberian ASI 1. Starting solid food for infant. Diakses tanggal 15 Agustus 2008. Diunduh dari: www. FRAMINGHAMpediatircs.com. 2. Butte N, Cobb K, Dwyer J, Graney L, Heird W, Richard K. The start healthy feeding guidelines for infants and toddlers. J Am Diet Assoc. 2006;106:528-42. 3. Suraatmaja S. Aspek gizi air susu ibu. Dalam :Soetjiningsih.editor. ASI. Petunjuk untuk tenaga kesehatan. EGC 1997:16-28. 4. Kleinman R. Pediatric nutrition handbook. Edisi ke5. American academy of pediatrics.2004. h. 103-14. 5. Krebs NF, Hambidge KM. Complementary feeding: clinically relevant factors affecting timing and composition. Am J Clin Nutr. 2007;85:639-45. 6. Li Ruowei, Darlin N, Maurice E, Barker L, GrummerStrawn LM. Breastfeeding rates in the United States by characteristics of the child, mother, or family: the 2002 national immunization survey. Pediatrics. 2005;115:e 31-7. 7. Ryan A, Wenjun Z, Acosta A. Breastfeeding continues to increase into the new millennium. Pediatrics. 2002;110:1103-9. 8. Provisional Section on Breastfeeding. WIC program. Pediatrics. 2001;108:1216-7. 9. Ryan AS, Zhou W. Lower breastfeeding rates persist among the special supplemental nutrition program for women, infants, and children participants, 19782003. Pediatrics. 2006;117:1136-46. namun tidak memberikan ASI eksklusif karena kesibukan mereka. Dalam hal ini kami melihat tingkat pendidikan/kecerdasan tidak semata-mata menjadi faktor pemberian pola makan yang baik, dan dipengaruhi faktor lain seperti budaya, gaya hidup, dan ketersediaan sumber informasi yang didapat. Dokter memegang peranan penting dalam memberikan edukasi bagi ibu menyusui. Seorang dokter, khususnya dokter anak diharapkan dapat menjawab permasalahan dan keresahan yang dialami ibu dalam menyusui. Pengaruh iklan dan kebijaksanaan rumah sakit terhadap pemberian ASI eksklusif memegang peranan penting. Dalam melakukan promosi, sudah seharusnya produsen ASI turut mempromosikan pemberian ASI dan tidak semata produk yang mereka jual. Rumah sakit sebagai sarana institusi kesehatan juga harus melakukan promosi ASI kepada para pasien yang dirawat atau melahirkan di rumah sakit. KESIMPULAN Pada penelitian ini didapatkan cakupan untuk memberikan ASI eksklusif sebesar 30% dari jumlah responden. Pemberian makanan tambahan masih banyak dilakukan pada usia 0–4 bulan. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi petugas kesehatan untuk memberikan perhatian lebih dalam edukasi bagi masyarakat. Peranan tenaga kesehatan khususnya dokter anak dapat meningkatkan ASI eksklusif dan memberikan informasi yang tepat dan edukasi mengenai pem-berian makanan pendamping. Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan ini, kami menyarankan perlunya penelitian lanjutan dengan target yang lebih spesifik, misalnya pada ibu yang bekerja; wanita karier untuk mengetahui hambatan atau kendala dalam pemberian ASI eksklusif. 10. Miller NH, Miller DJ, Chism M. Breastfeeding practices among resident physician. Pediatrics. 1996;98:434-7. 11. Ryan AS. The resurgence of breastfeeding in the United States. Pediatrics. 1997;99:e12. 12. Meyerink RO, Marquis GS. Breastfeeding initiation and duration among low-income women in Alabama: the improtance of personal and familial experiences in making infant-feeding choices. J Hum lact. 2002;18:38-45. 13. Hornell A, Hofvander Y, Kylberg E. Solids and formula: association with pattern and duration of breastfeeding. Pediatrics. 2001;107:38-43. 14. Ertem IO, Votto N, Leventhal JM. The timing and predictors of the early termination of breastfeeding. Pediatrics. 2001;107:543-8. 15. Fein SB, Roe B. The effect of work status on initiation and duration of breast-feeding. Am J Public Health. 1998;88:1042-46. 16. Jackson DA, Imong SM, Wongsawasdii L. Weaning practicesand breast-feeding duration in Nothen Thailand. Br J Nutr. 1992;67:149-64. DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011 23