ANALISIS PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA DUA JURUSAN DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Ilham Maulana Ardiansyah1 Mufti Aspiyah2 Hesty Ayu Anggraeni3 Sriwati4 Rizky Marisa Utami5 Sariwijiningsih6 Universitas Negeri Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan kecerdasan emosional pada dua jurusan yaitu Manajemen dan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara penyebaran kuesioner. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 150 responden yang terdiri dari 75 responden untuk masing-masing jurusan dan berada di rentan semester awal. Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling dan metode analisis data yang digunakan adalah uji one sample t-test dengan bantuan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan kecerdasan emosional yang meliputi dimensi inter-personal dan intra-personal antara Jurusan Manajemen dan Akutansi terdapat perbedaan. Abstract This study aimed to analyze the existence of differences in emotional intelligence on two departments of Management and Accounting at the Faculty of Economics, State University of Semarang. Research method that used in this study was descriptive research using a quantitative approach. Data collection method that been used for this study was by distributing questionnaires. The sample who used in this study amounted to 150 respondents consisting of 75 respondents for each department and they were in the beginning of the semester vulnerable. The sampling technique used was proportionate stratified random sampling and data analysis method which used in this research was the test of one sample ttest with SPSS. The results showed that that the overall dimensions of emotional intelligence which includes inter-personal and intra-personal between the Department of Management and Accounting there is a difference. Keywords: Emotional Intelligence, Interpersonal, Intrapersonal. Seminar and call for paper 2015 Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015 MADIC 2015 PENDAHULUAN Universitas Negeri Semarang (UNNES) merupakan salah satu perguruan tinggi di Jawa Tengah. Mahasiswa yang menuntut ilmu di UNNES memiliki latar belakang dan budaya yang berbeda-beda. Menurut Setiawati (2009), belajar di perguruan tinggi merupakan pilihan strategik untuk mencapai tujuan individual bagi individu yang menyatakan diri untuk belajar melalui jalur formal tersebut. Menurut Sarwono (1998), mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Sedangkan berdasarkan peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990, mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Pada dasarnya mahasiswa adalah pelajar yang telah menempuh pendidikan Sekolah Tinggi Tingkat Atas (SLTA) dan belajar di perguruan tinggi tingkat atas. Transisi ke perguruan tinggi ditandai dengan periode penyesuaian sosial, emosional, dan akademik (Chickering, 1969), yang merupakan indikator penting dari keberhasilan akademik dan karir (Gerdes & Mallinckrodt, 1994; Robbins, Oh, Le, & Button, 2009). Pada proses penyesuaian emosional, mahasiswa dituntut untuk memiliki kecerdasan emosional yang baik. Kecerdasan emosional mahasiswa memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang mengatur Seminar and call for paper kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intellegence), menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini yang mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Hasil penelitian Goleman (2002) memperlihatkan bahwa kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20% terhadap kesuksesan hidup seseorang. Sisanya, 80% bergantung pada kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritualnya. Tingkat pemahaman seorang mahasiswa dalam memahami mata kuliah tidak hanya ditujukan dari nilai-nilai yang didapatkannya dalam mata kuliah tersebut, tetapi juga apabila mahasiswa mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep terkait. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wilkerson et al. (2013) menunjukkan adanya perbedaan diantara kedua universitas yang tidak berpengaruh secara jelas pada kemampuan EI dari mahasiswa sarjana dan pascasarjana. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari studi komparasi yang 2015 Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015 MADIC 2015 dilakukan oleh Wilkerson et al. (2013). Studi kali ini menggunakan dua sampel yaitu dari Jurusan Manajemen dan Akuntansi. Kedua jurusan tersebut merupakan peminatan terbesar di Fakultas Ekonomi (www.republika.co.id). Selain itu mahasiswa Manajemen dituntut untuk memiliki kecerdasan emosi yang lebih tinggi, karena manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Follet, 2003). Mahasiswa Akuntansi juga memerlukan kecerdasan emosi, tetapi dalam tingkat yang berbeda dengan Jurusan Manajemen. Jurusan Akuntansi sangat terkait dengan pencatatan dan pelaporan data serta aktivitas ekonomi dari suatu perusahaan, sehingga dalam penyelesaian tugasnya lebih kepada seorang individu (Reeve et al., 2009). Maka dari itu penelitian ini berjuan untuk menguji adanya perbedaan pada kecerdasan emosi yang dimiliki Jurusan Manajemen dan Jurusan Akuntansi. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : H1 : Ada perbedaan kecerdasan emosional antara mahasiswa Manajemen dan mahasiswa Akuntansi di Universitas Negeri Semarang. Beberapa studi menunjukkan korelasi positif antara kecerdasan emosional dan keberhasilan akademis antara perguruan tinggi siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Wilkerson et al. (2013:18) menunjukkan hasil bahwa siswa Rockport mencetak skor kecerdasan emosional lebih tinggi daripada siswa Seminar and call for paper Whitmore, namun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik. H2 : ada perbedaan kecerdasan emosional antara mahasiswa manajemen dan akuntansi di universitas negeri semarang dalam keterampilan interpersonal (empati dan keterampilan sosial). Kecerdasan interpersonal berfokus pada peristiwa eksternal dan melibatkan pengakuan serta evaluasi dari perasaan orang lain. Empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain serta berfikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan pendapat orang mengenai berbagai hal. Kemampuan untuk berempati serta mengelola hubungan interpersonal merupakan alat yang efektif untuk memotivasi orang lain. Kecerdasan emosional tersebut memungkinkan mereka untuk memperlakukan orang lain sebagai individu dengan kebutuhan unik dan kemampuan yang berbeda-beda. Mahasiswa yang empati memanfaatkan keterampilan sosial mereka untuk membantu rekannya untuk mengembangkan perasaan emosi yang positif dalam mencapai tujuan mereka, yang pada akhirnya, membuat peningkatan prestasi akademiknya. Sedangkan keterampilan sosial (social skills), merupakan kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi serta jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan untuk bekerja sama dalam tim. 2015 Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015 MADIC 2015 Wilkerson et al. (2013:18) melakukan analisis terhadap kecerdasan emosional dalam keterampilan interpersonal menemukan bahwa ada perbandingan nilai rata-rata kecerdasan emosional untuk mahasiswa pascasarjana dari kedua sekolah. Hasil tersebut menunjukan adanya perbedaan total kecerdasan emosional dalam keterampilan interpersonal yang memprediksi bahwa mahasiswa pascasarjana Rockport akan memiliki skor yang lebih tinggi untuk total kecerdasan emosional dalam keterampilan interpersonal daripada siswa Whitmore. H3 : Ada perbedaan kecerdasan emosional antara mahasiswa Manajemen dan mahasiswa Akuntansi di Universitas Negeri Semarang dalam keterampilan intrapersonal (kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi). Kecerdasan intrapersonal terdiri dari kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi. Menurut Goleman kesadaran diri yaitu mengetahui apa yang ia rasakan pada saat itu, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri, dan kepercayaan diri yang kuat. Pengaturan diri merupakan suatu pengelolaan impuls dan perasaan yang menekan. Lima kemampuan pengaturan diri yang umumnya dimiliki adalah pengendalian diri, dapat dipercaya, kehati-hatian, adaptabilitas, dan inovasi. Apabila mahasiswa memiliki sikap pengaturan diri yang baik, maka akan muncul sikap yang baik pula seperti kejujuran dan membangun kehidupan menjadi lebih baik. Seminar and call for paper Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting yang berkaitan dengan memberi perhatian, memotivasi diri sendiri, menguasai diri sendiri, dan berkreasi. Wilkerson et al. (2010) melakukan analisis terhadap kecerdasan emosional dalam pengaturan akademik dan menemukan bahwa skor kecerdasan emosional dapat meningkatkan kognitif individu sebagai hasil dari intervensi kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Wilkerson et al. (2013:18) menunjukkan hasil bahwa perbedaan terbesar yang ditemukan adalah siswa Rockport mencetak skor kecerdasan emosional lebih tinggi dari siswa Whitmore pada komponen kesadaran diri. TINJAUAN PUSTAKA Salovey dan Mayer (1990) mengidentifikasikan kecerdasan emosional sebagai suatu jenis kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk mengontrol emosi sendiri dan orang lain, untuk membedakan antara mereka, dan menggunakan informasi untuk memandu pemikiran seseorang dan tindakan. Mayer et al. (2004:210) menyebutkan ciri-ciri dari bentuk dasar kecerdasan emosional adalah individu yang (a) mampu mengelola emosi yang lebih baik daripada yang lain, (b) lebih terbuka dan menyenangkan daripada yang lain, (c) dapat memecahkan masalah emosional dengan sedikit usaha kognitif, dan (d) cenderung kurang terlibat dalam masalah perilaku. Guss (2005) juga menyebutkan bahwa tidak seperti IQ yang relatif tetap dan tidak berubah sepanjang hidup, kecerdasan emosional dapat dipelajari sepanjang hidup dengan potensi hampir terbuka. 2015 Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015 MADIC 2015 Goleman (2002) menyebutkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intellegence), menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial. Goleman (2002) juga menyebutkan bahwa kecerdasan emosional terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal dari seseorang. Faktor internal mencakup struktur dari otak manusia. Sedangkan untuk faktor eksternal mencakup faktor keluarga dan non keluarga. Faktor keluarga berhubungan erat dengan sifat orang tua yang diidentifikasi kemudian diinternalisasi oleh anak, sehingga kecerdasan emosional dipengaruhi juga oleh hal ini. Untuk faktor non keluarga terdiri dari lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan, dan bisa juga karena pengalaman sebelumnya, yaitu pelatihan asertivitas yang didapatkan sebelumnya. Giardini & Frese (2006) mengidentifikasikan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali dan mengatur emosi dalam diri sendiri dan orang lain serta memanfaatkan informasi untuk membimbing pemikiran dan tindakan seseorang. Boyatizis et al. (2000: hal. 243) mengelompokkan kecerdasan emosional ke dalam empat kategori utama yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan keterampilan sosial. Farkhaeni (2011) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional dapat memberikan emosi-emosi kita untuk menjadi sumber Seminar and call for paper dari informasi yang berguna dan peristiwa yang bijak, seperti dilawan untuk mengalihkan gangguan-gangguan dan karena itu dapat secara signifikan meningkatkan kapasitas individu untuk sukses. Dan hal itu membantu seorang individu untuk lebih sabar dalam kenyataan tekanan hidup. Berikut ciri-ciri individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi menurut Dapsari (2001) , antara lain : 1. Optimal dan selalu positif pada saat menangani situasi-situasi dalam hidupnya, seperti saat menangani peristiwa dalam hidupnya dan menangani tekanan masalahmasalah pribadi yang dihadapi. 2. Terampil dalam membina emosinya, di mana orang tersebut terampil di dalam mengenali kesadaran emosi diri dan ekspresi emosi, juga kesadaran emosi terhadap orang lain. 3. Optimal pada kecakapan kecerdasan emosi, di mana hal ini meliputi kecakapan intensionalitas, kreativitas, ketangguhan, hubungan antarpribadi dan ketidakpuasan konstruktif. 4. Optimal pada nilai-nilai belas kasihan atau empati, intuisi, radius kepercayaan, daya pribadi, dan integritas. 5. Optimal pada kesehatan secara umum, kualitas hidup, relationship quotient dan kinerja optimal. Cooper & sawaf (2000) menyebutkan bahwa terdapat empat aspek kecerdasan emosional, antara lain : 2015 Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015 MADIC 2015 1. Kesadaran emosi (emotional literacy), yang bertujuan membangun rasa percaya diri pribadi melalui pengenalan emosi yang dialami dan kejujuran terhadap emosi yang dirasakan. Kesadaran emosi yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, sekaligus kemampuan untuk mengelola emosi yang sudah dikenalnya, membuat seseorang dapat menyalurkan energi emosinya ke reaksi yang tepat dan konstruktif. 2. Kebugaran emosi (emotional fitness), yang bertujuan mempertegas antusiasme dan ketangguhan untuk menghadapi tantangan dan perubahan. Hal ini mencakup kemampuan untuk mempercayai orang lain serta mengelola konflik dan mengatasi kekecewaan dengan cara yang paling konstruktif. 3. Kedalaman emosi (emotional depth), yaitu mencakup komitmen untuk menyelaraskan hidup dan kerja dengan potensi serta bakat unik yang dimiliki. Komitmen yang berupa rasa tanggungjawab ini, pada gilirannya memiliki potensi untuk memperbesar pengaruh tanpa perlu menggunakan kewenangan untuk memaksakan otoritas. 4. Alkimia emosi (emotional alchemy), yaitu kemampuan kreatif untuk mengalir bersama masalah-masalah dan tekanantekanan tanpa larut di dalamnya. Hal ini mencakup ketrampilan bersaing dengan lebih peka terhadap kemungkinan solusi yang masih bersembunyi dan peluang yang masih terbuka untuk mengevaluasi masa lalu, menghadapi masa kini, dan mempertahankan masa depan. Seminar and call for paper Dalam penelitian ini terdapat lima aspek yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional menurut Goleman et al. (2002) yaitu : 1. Kesadaran diri (self-awareness) Self-awareness diartikan sebagai kemampuan untuk mengenali dan memahami suasana hati, emosi, serta efeknya pada orang lain. Aspek mengenali emosi diri terjadi dari : kesadaran diri, penilaian diri, dan percaya diri. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosi, para ahli psikologi menyebutkan bahwa kesadaran diri merupakan kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. 2. Motivasi (motivation) Motivasi adalah semangat bekerja untuk sebuah alasan yang melebihi uang dan status serta kecenderungan untuk mencapai tujuan dengan energi dan ketekunan. Dalam mengerjakan sesuatu, memotivasi diri sendiri adalah salah satu kunci keberhasilan. Mampu menata emosi guna mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Keterampilan sosial (social skills) Keterampilan sosial merupakan kemahiran dalam mengelola hubungan dan membangun jaringan sosial. Kemampuan membina hubungan sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang yang dapat membina hubungan dengan orang lain akan sukses 2015 Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015 MADIC 2015 dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. 4. Pengaturan diri (self-regulation) Sedangkan pengaturan diri yaitu kemampuan untuk mengontrol atau mempengaruhi suasana hati secara tidak langsung dan kecenderungan untuk mempertahankan penilaian dan berpikir sebelum bertindak. 5. Empati (emphaty) Yaitu kemampuan untuk memahami emosional orang lain. Empati merupakan salah salah satu kemampuan mengenali emosi orang lain, dengan ikut merasakan apa yang dialami oleh orang lain. Menurut Goleman, kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi dan mengisyaratkan apaapa yang dibutuhkan oleh orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. menggambarkan variabel kecerdasan emosional dari aspek ketrampilan interpersonal dan ketrampilan intrapersonal (Gardner, 1983). Metode pengumpulan data ini mengunakan kuesioner atau angket. Kuesioner atau angket adalah metode pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan tertulis pada responden untuk dijawab. Untuk menjawab pertanyaan ini menggunakan skala Likert dengan rentang jawaban 1-5. Kuesioner ini terdiri dari empati, kemampuan social (interpersonal), dan kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi (intrapersonal). Variabel dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional yang terdiri dari keterampilan interpersonal dan intrapersonal. Interpersonal masih terbagi menjadi 2 aspek yaitu empati dan kemampuan social, sedangkan intrapersonal terbagi menjadi 3 aspek yaitu kesadaran diri, pengaturan diri dan motivasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji one sampel t-test dengan menggunakan SPSS 20. HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN Uji Validitas Sampel dalam penelitian ini berjumlah 150 mahasiswa dari jurusan Manajemen dan Akuntansi Universitas Negeri Semarang. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling. Jenis data yang digunakan adalah data primer, data primer diperoleh dari jawaban kuesioner yang diisi mahasiswa jurusan Manajemen dan mahasiswa jurusan Akuntansi yang akan Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS dengan tingkat signifikansi 5%. Instrumen yang diuji dikatakan valid apabila nilai probabilitas < 0,05. Semua instrumen yang diuji pada tiap dimensi dalam penelitian ini valid. Artinya semua pertanyaan dalam kuesioner yang dibagikan teruji keabsahannya. Seminar and call for paper 2015 Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015 MADIC 2015 Uji Reliabilitas Instrumen yang diuji dikatakan valid apabila nilai cronbach alpha > 0,60. Semua instrumen yang diuji pada tiap dimensi dalam penelitian ini reliabel. Artinya semua pertanyaan dalam kuesioner yang dibagikan teruji keandalannya. Uji One Sampel T-test Hasil uji one sampel t-test dari penelitian ini dapat dilihat dari table mean difference uji one sampel t-test sebagai berikut : Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat bahwa kecerdasan emosional Mahasiswa Jurusan Manajemen (161,737) dan Mahasiswa Jurusan Akutansi (165,816) yang dilihat dari total mean difference uji one sampel t-test. H1 didukung, hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecerdasan emosional pada Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Mahasiswa Jurusan Akutansi secara keseluruhan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Labhane Seminar and call for paper dan Baviskar (2015) yang menyatakan adanya perbedaan tingkat kecerdasan emosional antara fakultas seni dan ilmu pengetahuan. H2 didukung yang ditunjukkan dengan total mean difference dari aspek interpersonal Mahasiswa Jurusan Manajemen (46,289) dan Mahasiswa Jurusan Akutansi (45,763) sehingga terdapat perbedaan empati dan kemampuan sosial dari kedua jurusan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Burgess-Wilkerson et al. (2013:18) menunjukan adanya perbedaan total kecerdasan emosional dalam keterampilan interpersonal dalam dua universitas. Aspek intrapersonal menunjukkan total mean difference kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi dari Mahasiswa Jurusan Manajemen (115,447) dan Mahasiswa Jurusan Akutansi (120,53). H3 didukung, yang berarti terdapat perbedaan aspek intrapersonal dari Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Mahasiswa Jurusan Akutansi. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan BurgessWilkerson et al. (2013:18) yang membahas aspek kecerdasan emosioal yang ditinjau dari ketrampilan intrapersonal. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis variabel penelitian yang berjudul “ Analisis Perbedaan Kecerdasan Emosional pada Dua Jurusan di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang” dari analisis variabel pada Bab IV yang telah dibahas 2015 Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015 MADIC 2015 sebelumnya, maka akan dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : tingkat tinggi emosional. 1. Adanya perbedaan tingkat kecerdasan emosional Mahasiswa Jurusan Manajemen (161,737) dengan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (165,816) yang dilihat dari total Mean Difference pada Uji One Sample Ttest. Keterbatasan Penelitian 2. Adanya perbedaan tingkat kecerdasan emosional dari aspek keterampilan interpersonal pada Mahasiswa Jurusan Manajemen (46,289) dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (45,763) yang artinya bahwa Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Akuntansi memiliki cara yang berbeda dalam memahami dan memperlakukan orang lain. rendahnya kecerdasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut : 1. Pada penelitian ini data yang digunakan kurang mencukupi dikarenakn banyak data yang masih tidak valid padahal sudah banyak data yang tersebar. 2. Pada penelitian ini masih belum mengukur tingkat skor kecerdasan emosional, karena belum menggunakan instrumen pengukuran yang bisa mengukur tingkat skor kecerdasan emosional. DAFTAR PUSTAKA 3. Adanya perbedaan tingkat kecerdasan emosional dari aspek keterampilan intrapersonal pada Mahasiswa Jurusan Manajemen (115,447) dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (120,53) yang berarti bahwa Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Akuntansi mempunyai cara yang berbeda dalam mengenali dan mengevaluasi perasaan pada diri sendiri. Behjat, Saeed , Mohammmed S. Chowdhury. 2012. Emotional Intelligence, Self-efficacy and Diversity Receptiveness of University Students: A Correlation Study. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences April 2012, Vol. 2, No. 4 Saran Boyatizis, R. E., Goleman, D., & Rhee, K. S. (2000). Clustering competencies in emotional intelligence: Insights from the emotional competence inventory. In R. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka saran yang dapat peneliti berikan untuk penelitian masa depan adalah sebagai berikut : 1. Peneliti diharapkan menggunakan sampel dengan cakupan yang lebih luas agar bisa digeneralisasi. 2. Peneliti selanjutnya diharapkan menguji tingkat perbedaan untuk mengetahui Seminar and call for paper Chamundeswari, S.. 2013. Emotional Intelligence and Academic Achievement among Students at the Higher Secondary Level. International Journal of Academic Research in Economics and 2015 Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015 MADIC 2015 Management Sciences July 2013, Vol. 2, No. 4 Chaplin, J. P.. 2008. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Chickering, A. 1969. Education and identity. San Francisco: JosseyBass. Cooper, R.K. dan Sawaf, A. 2000. Excecutive EQ: Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan Organisasi.Terjemahan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Corina Dapsari, Dasht, Seminar N. Slaff, Ph.D. 2011. The Emotional Intelligence Of College And University Presidents: An Exploratory Study. Misericordia University, International Journal of Humanities and Social Science Vol. 1 No. 11 Indri. 2001. Perbedaan Kecerdasan Emosi pada Mahasiswa Eksakta dan Non Eksakta di UGM. Yogyakarta:Fakultas Psikologi UGM. Moradi Shamin, Noorbakhsh, Mahvash, & Sepasi, Hossein. 2013. The Relationship Between Emotional Intelligence and Communication Skills with Burnout in Iranian International Table Tennis Coaches. Islamic Azad University, Karaj Branch, Karaj, Iran, Scholars Research Library Annals of Biological Research, 2013, 4 (9):49-56 and call for paper Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Follett, Mary Parker, and P. Graham. "Mary Parker Follett”. 1996. Prophet of Management: A Celebration of Writings from the 1920s. Boston:Harvard Business School Press Gerdes, H., & Mallinckrodt, B. 1994. Emotional, social, and academic adjustment of college students: A longitudinal study of retention. Journal of Counseling & Development, 72(3): 281-288. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro Giardini, A. and M. Frese. 2006. Reducing the negative effects of emotion work in service occupations: Emotional competence as a psychological resource. Occup. Health Psychol., 11(1): 63-75. Goleman, D.. 2002. Emotional intelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D., Boyatzis, R., & McKee, A. 2002. Primal leadership: Realizing the power of emotional intelligence. Boston: Harvard Business School Press. 2015 Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015 MADIC 2015 Goleman, D., Boyatzis, R., & McKee, A. 2002. Primal leadership: Realizing the power of emotional intelligence. New York: Bantam Books. Guss, E. (2005). Emotional intelligence: Our most versatile tool for success. SHRM White Paper. Retrieved April 10, 2010 from: www.shrm.org/hrresources/whitepapers. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE : Yogyakarta Labhane, C. P.. P. A. Baviskar. 2015. Self Concept And Emotional Intelligence: A Comparative Study Of Arts And Science College Students. The International Journal of Indian Psychology | ISSN 2348-5396 Volume 2, Issue 2, Paper ID: B00311V2I22015 Mayer, J.D., Salovey, P., and Caruso, D. (2004). Emotional intelligence: Theories, findings and implications. Psychological Inquiry. 14, 197-215. Nelson, D & Low, G. (2003). Emotional intelligence: Achieving academic and career excellence. Upper Saddle, NJ: Pearson Education, Inc. Reeve et al.. 2009. Pengantar AkuntansiAdaptasi Indonesia. Jakarta : Salemba Empat Salovey, P. and Mayer, J.D. (1990). Emotional intelligence. Seminar and call for paper Imagination, Cognition, and Personality, 9, 185-211. Sarwono, S.W. 1998. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : N.V Bulan Sekaran, Sadili. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jilid 1. Edisi 4. Salemba Empat, Jakarta Setiawati, Eka. 2009. “Pengaruh Perilaku Belajar, Minat Belajar, dan Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”. Skripsi Sarjana tak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Gresik. Virginia K. Bratton, Nancy G. Dodd and F. William Brown. 2011. The Impact Of Emotional Intelligence On Accuracy Of Self-Awareness And Leadership Performance. Leadership & Organization Development Journal Vol. 32 No. 2, 2011 pp. 127-149 © Emerald Group Publishing Limited Wilkerson, B., Benson, K., & Frankforter, S. 2010. Does feedback increase students' emotional intelligence? Advances in Business Research, 1(1): 133-141. Wilkerson, Burgess, Anna Lampe, & Steve Frankforter. 2013. Emotional Intelligence: A Comparative Analysis Of Two College Business Administration Program. Winthrop University, Rockhurst University Advances in Business Research, Vol. 4, No. 1, 13-23. 2015 Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015 MADIC 2015