analisis perbedaan kecerdasan emosional pada dua - E

advertisement
ANALISIS PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL
PADA DUA JURUSAN DI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Ilham Maulana Ardiansyah1
Mufti Aspiyah2
Hesty Ayu Anggraeni3
Sriwati4
Rizky Marisa Utami5
Sariwijiningsih6
Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan kecerdasan emosional pada dua
jurusan yaitu Manajemen dan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Jenis
penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara penyebaran kuesioner. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 150 responden yang terdiri dari 75 responden untuk masing-masing
jurusan dan berada di rentan semester awal. Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate
stratified random sampling dan metode analisis data yang digunakan adalah uji one sample t-test
dengan bantuan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan kecerdasan
emosional yang meliputi dimensi inter-personal dan intra-personal antara Jurusan Manajemen dan
Akutansi terdapat perbedaan.
Abstract
This study aimed to analyze the existence of differences in emotional intelligence on two departments
of Management and Accounting at the Faculty of Economics, State University of Semarang. Research
method that used in this study was descriptive research using a quantitative approach. Data collection
method that been used for this study was by distributing questionnaires. The sample who used in this
study amounted to 150 respondents consisting of 75 respondents for each department and they were in
the beginning of the semester vulnerable. The sampling technique used was proportionate stratified
random sampling and data analysis method which used in this research was the test of one sample ttest with SPSS. The results showed that that the overall dimensions of emotional intelligence which
includes inter-personal and intra-personal between the Department of Management and Accounting
there is a difference.
Keywords: Emotional Intelligence, Interpersonal, Intrapersonal.
Seminar
and call for
paper
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
PENDAHULUAN
Universitas
Negeri
Semarang
(UNNES) merupakan salah satu perguruan
tinggi di Jawa Tengah. Mahasiswa yang
menuntut ilmu di UNNES memiliki latar
belakang dan budaya yang berbeda-beda.
Menurut Setiawati (2009), belajar di
perguruan tinggi merupakan pilihan
strategik untuk mencapai tujuan individual
bagi individu yang menyatakan diri untuk
belajar melalui jalur formal tersebut.
Menurut Sarwono (1998), mahasiswa
adalah setiap orang yang secara resmi
terdaftar untuk mengikuti pelajaran di
perguruan tinggi dengan batas usia sekitar
18-30 tahun.
Sedangkan berdasarkan peraturan
pemerintah RI No.30 tahun 1990,
mahasiswa adalah peserta didik yang
terdaftar dan belajar di perguruan tinggi
tertentu. Pada dasarnya mahasiswa adalah
pelajar yang telah menempuh pendidikan
Sekolah Tinggi Tingkat Atas (SLTA) dan
belajar di perguruan tinggi tingkat atas.
Transisi ke perguruan tinggi ditandai
dengan periode penyesuaian sosial,
emosional, dan akademik (Chickering,
1969), yang merupakan indikator penting
dari keberhasilan akademik dan karir
(Gerdes & Mallinckrodt, 1994; Robbins,
Oh, Le, & Button, 2009). Pada proses
penyesuaian
emosional,
mahasiswa
dituntut untuk memiliki kecerdasan
emosional yang baik.
Kecerdasan emosional mahasiswa
memiliki pengaruh terhadap prestasi
belajar mahasiswa. Menurut Goleman
(2002), kecerdasan emosional merupakan
kemampuan seseorang mengatur
Seminar
and call for
paper
kehidupan emosinya dengan inteligensi (to
manage our emotional life with
intellegence), menjaga keselarasan emosi
dan
mengungkapkannya
(the
appropriateness of emotion and its
expression)
melalui
keterampilan
kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi
diri, empati, dan keterampilan sosial.
Kecerdasan emosional ini mampu melatih
kemampuan untuk mengelola perasaannya,
kemampuan untuk memotivasi dirinya,
kesanggupan
untuk
tegar
dalam
menghadapi
frustasi,
kesanggupan
mengendalikan dorongan dan menunda
kepuasan sesaat, mengatur suasana hati
yang reaktif, serta mampu berempati dan
bekerja sama dengan orang lain.
Kecerdasan ini yang mendukung seorang
mahasiswa dalam mencapai tujuan dan
cita-citanya.
Hasil penelitian Goleman (2002)
memperlihatkan
bahwa
kecerdasan
intelektual hanya memberi kontribusi 20%
terhadap kesuksesan hidup seseorang.
Sisanya, 80% bergantung pada kecerdasan
emosi, kecerdasan sosial dan kecerdasan
spiritualnya. Tingkat pemahaman seorang
mahasiswa dalam memahami mata kuliah
tidak hanya ditujukan dari nilai-nilai yang
didapatkannya dalam mata kuliah tersebut,
tetapi juga apabila mahasiswa mengerti
dan dapat menguasai konsep-konsep
terkait. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Wilkerson et al. (2013)
menunjukkan adanya perbedaan diantara
kedua universitas yang tidak berpengaruh
secara jelas pada kemampuan EI dari
mahasiswa sarjana dan pascasarjana.
Penelitian ini merupakan penelitian
replikasi dari studi komparasi yang
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
dilakukan oleh Wilkerson et al. (2013).
Studi kali ini menggunakan dua sampel
yaitu dari Jurusan Manajemen dan
Akuntansi. Kedua jurusan tersebut
merupakan peminatan terbesar di Fakultas
Ekonomi (www.republika.co.id). Selain itu
mahasiswa Manajemen dituntut untuk
memiliki kecerdasan emosi yang lebih
tinggi, karena manajemen merupakan seni
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain (Follet, 2003). Mahasiswa
Akuntansi juga memerlukan kecerdasan
emosi, tetapi dalam tingkat yang berbeda
dengan Jurusan Manajemen. Jurusan
Akuntansi sangat terkait dengan pencatatan
dan pelaporan data serta aktivitas ekonomi
dari suatu perusahaan, sehingga dalam
penyelesaian tugasnya lebih kepada
seorang individu (Reeve et al., 2009).
Maka dari itu penelitian ini berjuan untuk
menguji
adanya
perbedaan
pada
kecerdasan emosi yang dimiliki Jurusan
Manajemen dan Jurusan Akuntansi.
Berdasarkan uraian diatas maka
hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut :
H1 : Ada perbedaan kecerdasan emosional
antara mahasiswa Manajemen dan
mahasiswa Akuntansi di Universitas
Negeri Semarang.
Beberapa
studi
menunjukkan
korelasi
positif
antara
kecerdasan
emosional dan keberhasilan akademis
antara perguruan tinggi siswa. Penelitian
yang dilakukan oleh Wilkerson et al.
(2013:18) menunjukkan hasil bahwa siswa
Rockport mencetak skor kecerdasan
emosional lebih tinggi daripada siswa
Seminar
and call for
paper
Whitmore, namun perbedaan ini tidak
signifikan secara statistik.
H2 : ada perbedaan kecerdasan emosional
antara
mahasiswa
manajemen
dan
akuntansi di universitas negeri semarang
dalam keterampilan interpersonal (empati
dan keterampilan sosial).
Kecerdasan interpersonal berfokus
pada peristiwa eksternal dan melibatkan
pengakuan serta evaluasi dari perasaan
orang lain. Empati adalah memahami
perasaan dan masalah orang lain serta
berfikir dengan sudut pandang mereka,
menghargai perbedaan pendapat orang
mengenai berbagai hal. Kemampuan untuk
berempati serta mengelola hubungan
interpersonal merupakan alat yang efektif
untuk memotivasi orang lain. Kecerdasan
emosional tersebut memungkinkan mereka
untuk memperlakukan orang lain sebagai
individu dengan kebutuhan unik dan
kemampuan
yang
berbeda-beda.
Mahasiswa yang empati memanfaatkan
keterampilan
sosial
mereka
untuk
membantu
rekannya
untuk
mengembangkan perasaan emosi yang
positif dalam mencapai tujuan mereka,
yang pada akhirnya, membuat peningkatan
prestasi akademiknya.
Sedangkan keterampilan sosial
(social skills), merupakan kemampuan
untuk menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan
dengan cermat membaca situasi serta
jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,
menggunakan
keterampilan
untuk
mempengaruhi
dan
memimpin,
bermusyawarah,
menyelesaikan
perselisihan untuk bekerja sama dalam tim.
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Wilkerson et al. (2013:18) melakukan
analisis terhadap kecerdasan emosional
dalam
keterampilan
interpersonal
menemukan bahwa ada perbandingan nilai
rata-rata kecerdasan emosional untuk
mahasiswa pascasarjana dari kedua
sekolah. Hasil tersebut menunjukan adanya
perbedaan total kecerdasan emosional
dalam keterampilan interpersonal yang
memprediksi
bahwa
mahasiswa
pascasarjana Rockport akan memiliki skor
yang lebih tinggi untuk total kecerdasan
emosional
dalam
keterampilan
interpersonal daripada siswa Whitmore.
H3 : Ada perbedaan kecerdasan emosional
antara mahasiswa Manajemen dan
mahasiswa Akuntansi di Universitas
Negeri Semarang dalam keterampilan
intrapersonal (kesadaran diri, pengaturan
diri, dan motivasi).
Kecerdasan intrapersonal terdiri
dari kesadaran diri, pengaturan diri, dan
motivasi. Menurut Goleman kesadaran diri
yaitu mengetahui apa yang ia rasakan pada
saat itu, dan menggunakannya untuk
memandu pengambilan keputusan diri
sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis
atas kemampuan diri, dan kepercayaan diri
yang kuat. Pengaturan diri merupakan
suatu pengelolaan impuls dan perasaan
yang
menekan.
Lima
kemampuan
pengaturan diri yang umumnya dimiliki
adalah pengendalian diri, dapat dipercaya,
kehati-hatian, adaptabilitas, dan inovasi.
Apabila mahasiswa memiliki sikap
pengaturan diri yang baik, maka akan
muncul sikap yang baik pula seperti
kejujuran dan membangun kehidupan
menjadi lebih baik.
Seminar
and call for
paper
Menata emosi sebagai alat untuk
mencapai tujuan adalah hal yang sangat
penting yang berkaitan dengan memberi
perhatian, memotivasi diri sendiri,
menguasai diri sendiri, dan berkreasi.
Wilkerson et al. (2010) melakukan analisis
terhadap kecerdasan emosional dalam
pengaturan akademik dan menemukan
bahwa skor kecerdasan emosional dapat
meningkatkan kognitif individu sebagai
hasil dari intervensi kelas. Penelitian yang
dilakukan oleh Wilkerson et al. (2013:18)
menunjukkan hasil bahwa perbedaan
terbesar yang ditemukan adalah siswa
Rockport mencetak skor kecerdasan
emosional lebih tinggi dari siswa
Whitmore pada komponen kesadaran diri.
TINJAUAN PUSTAKA
Salovey dan Mayer (1990)
mengidentifikasikan kecerdasan emosional
sebagai suatu jenis kecerdasan sosial yang
melibatkan kemampuan untuk mengontrol
emosi sendiri dan orang lain, untuk
membedakan
antara
mereka,
dan
menggunakan informasi untuk memandu
pemikiran seseorang dan tindakan. Mayer
et al. (2004:210) menyebutkan ciri-ciri dari
bentuk dasar kecerdasan emosional adalah
individu yang (a) mampu mengelola emosi
yang lebih baik daripada yang lain, (b)
lebih terbuka dan menyenangkan daripada
yang lain, (c) dapat memecahkan masalah
emosional dengan sedikit usaha kognitif,
dan (d) cenderung kurang terlibat dalam
masalah perilaku. Guss (2005) juga
menyebutkan bahwa tidak seperti IQ yang
relatif tetap dan tidak berubah sepanjang
hidup, kecerdasan emosional dapat
dipelajari sepanjang hidup dengan potensi
hampir terbuka.
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Goleman (2002) menyebutkan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang mengatur kehidupan emosinya
dengan inteligensi (to manage our
emotional life with intellegence), menjaga
keselarasan emosi dan mengungkapkannya
(the appropriateness of emotion and its
expression)
melalui
keterampilan
kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi
diri, empati, dan keterampilan sosial.
Goleman (2002) juga menyebutkan bahwa
kecerdasan emosional terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal dari
seseorang. Faktor internal mencakup
struktur dari otak manusia. Sedangkan
untuk faktor eksternal mencakup faktor
keluarga dan non keluarga. Faktor keluarga
berhubungan erat dengan sifat orang tua
yang
diidentifikasi
kemudian
diinternalisasi oleh anak, sehingga
kecerdasan emosional dipengaruhi juga
oleh hal ini. Untuk faktor non keluarga
terdiri dari lingkungan masyarakat,
lingkungan pendidikan, dan bisa juga
karena pengalaman sebelumnya, yaitu
pelatihan asertivitas yang didapatkan
sebelumnya.
Giardini
&
Frese
(2006)
mengidentifikasikan kecerdasan emosional
adalah kemampuan untuk mengenali dan
mengatur emosi dalam diri sendiri dan
orang lain serta memanfaatkan informasi
untuk membimbing pemikiran dan
tindakan seseorang. Boyatizis et al. (2000:
hal. 243) mengelompokkan kecerdasan
emosional ke dalam empat kategori utama
yaitu kesadaran diri, manajemen diri,
kesadaran sosial, dan keterampilan sosial.
Farkhaeni (2011) menjelaskan bahwa
kecerdasan emosional dapat memberikan
emosi-emosi kita untuk menjadi sumber
Seminar
and call for
paper
dari informasi yang berguna dan peristiwa
yang bijak, seperti dilawan untuk
mengalihkan gangguan-gangguan dan
karena itu dapat secara signifikan
meningkatkan kapasitas individu untuk
sukses. Dan hal itu membantu seorang
individu untuk lebih sabar dalam
kenyataan tekanan hidup.
Berikut ciri-ciri individu yang
memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi menurut Dapsari (2001) , antara lain
:
1. Optimal dan selalu positif pada saat
menangani situasi-situasi dalam hidupnya,
seperti saat menangani peristiwa dalam
hidupnya dan menangani tekanan masalahmasalah pribadi yang dihadapi.
2. Terampil dalam membina emosinya, di
mana orang tersebut terampil di dalam
mengenali kesadaran emosi diri dan
ekspresi emosi, juga kesadaran emosi
terhadap orang lain.
3. Optimal pada kecakapan kecerdasan
emosi, di mana hal ini meliputi kecakapan
intensionalitas, kreativitas, ketangguhan,
hubungan antarpribadi dan ketidakpuasan
konstruktif.
4. Optimal pada nilai-nilai belas kasihan
atau empati, intuisi, radius kepercayaan,
daya pribadi, dan integritas.
5. Optimal pada kesehatan secara umum,
kualitas hidup, relationship quotient dan
kinerja optimal.
Cooper
&
sawaf
(2000)
menyebutkan bahwa terdapat empat aspek
kecerdasan emosional, antara lain :
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
1. Kesadaran emosi (emotional literacy),
yang bertujuan membangun rasa percaya
diri pribadi melalui pengenalan emosi yang
dialami dan kejujuran terhadap emosi yang
dirasakan. Kesadaran emosi yang baik
terhadap diri sendiri dan orang lain,
sekaligus kemampuan untuk mengelola
emosi yang sudah dikenalnya, membuat
seseorang dapat menyalurkan energi
emosinya ke reaksi yang tepat dan
konstruktif.
2. Kebugaran emosi (emotional fitness),
yang bertujuan mempertegas antusiasme
dan ketangguhan untuk menghadapi
tantangan dan perubahan. Hal ini
mencakup
kemampuan
untuk
mempercayai orang lain serta mengelola
konflik dan mengatasi kekecewaan dengan
cara yang paling konstruktif.
3. Kedalaman emosi (emotional depth),
yaitu
mencakup
komitmen
untuk
menyelaraskan hidup dan kerja dengan
potensi serta bakat unik yang dimiliki.
Komitmen
yang
berupa
rasa
tanggungjawab ini, pada gilirannya
memiliki potensi untuk memperbesar
pengaruh tanpa perlu menggunakan
kewenangan untuk memaksakan otoritas.
4. Alkimia emosi (emotional alchemy),
yaitu kemampuan kreatif untuk mengalir
bersama masalah-masalah dan tekanantekanan tanpa larut di dalamnya. Hal ini
mencakup ketrampilan bersaing dengan
lebih peka terhadap kemungkinan solusi
yang masih bersembunyi dan peluang yang
masih terbuka untuk mengevaluasi masa
lalu, menghadapi masa kini, dan
mempertahankan masa depan.
Seminar
and call for
paper
Dalam penelitian ini terdapat lima aspek
yang
digunakan
untuk
mengukur
kecerdasan emosional menurut Goleman et
al. (2002) yaitu :
1. Kesadaran diri (self-awareness)
Self-awareness
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
mengenali
dan
memahami suasana hati, emosi, serta
efeknya pada orang lain. Aspek mengenali
emosi diri terjadi dari : kesadaran diri,
penilaian diri, dan percaya diri.
Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosi, para ahli psikologi
menyebutkan bahwa kesadaran diri
merupakan kesadaran seseorang akan
emosinya sendiri.
2. Motivasi (motivation)
Motivasi adalah semangat bekerja untuk
sebuah alasan yang melebihi uang dan
status serta kecenderungan untuk mencapai
tujuan dengan energi dan ketekunan.
Dalam mengerjakan sesuatu, memotivasi
diri sendiri adalah salah satu kunci
keberhasilan. Mampu menata emosi guna
mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Keterampilan sosial (social skills)
Keterampilan sosial merupakan kemahiran
dalam
mengelola
hubungan
dan
membangun jaringan sosial. Kemampuan
membina hubungan sebagian besar
merupakan keterampilan mengelola emosi
orang lain. Keterampilan ini merupakan
keterampilan yang menunjang popularitas,
kepemimpinan, dan keberhasilan antar
pribadi. Orang yang dapat membina
hubungan dengan orang lain akan sukses
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
dalam bidang apapun yang mengandalkan
pergaulan yang mulus dengan orang lain.
4. Pengaturan diri (self-regulation)
Sedangkan
pengaturan
diri
yaitu
kemampuan untuk mengontrol atau
mempengaruhi suasana hati secara tidak
langsung dan kecenderungan untuk
mempertahankan penilaian dan berpikir
sebelum bertindak.
5. Empati (emphaty)
Yaitu kemampuan untuk memahami
emosional orang lain. Empati merupakan
salah salah satu kemampuan mengenali
emosi orang lain, dengan ikut merasakan
apa yang dialami oleh orang lain. Menurut
Goleman, kemampuan seseorang untuk
mengenali orang lain atau peduli,
menunjukkan empati seseorang. Individu
yang memiliki kemampuan empati lebih
mampu menangkap sinyal-sinyal sosial
yang tersembunyi dan mengisyaratkan apaapa yang dibutuhkan oleh orang lain
sehingga ia lebih mampu menerima sudut
pandang orang lain, peka terhadap perasan
orang lain dan lebih mampu untuk
mendengarkan orang lain.
menggambarkan
variabel
kecerdasan
emosional
dari
aspek
ketrampilan
interpersonal
dan
ketrampilan
intrapersonal (Gardner, 1983).
Metode pengumpulan data ini
mengunakan kuesioner atau angket.
Kuesioner atau angket adalah metode
pengumpulan data dengan memberikan
pertanyaan tertulis pada responden untuk
dijawab. Untuk menjawab pertanyaan ini
menggunakan skala Likert dengan rentang
jawaban 1-5. Kuesioner ini terdiri dari
empati, kemampuan social (interpersonal),
dan kesadaran diri, pengaturan diri,
motivasi (intrapersonal).
Variabel dalam penelitian ini
adalah kecerdasan emosional yang terdiri
dari keterampilan interpersonal dan
intrapersonal. Interpersonal masih terbagi
menjadi 2 aspek yaitu empati dan
kemampuan
social,
sedangkan
intrapersonal terbagi menjadi 3 aspek yaitu
kesadaran diri, pengaturan diri dan
motivasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah uji one sampel t-test
dengan menggunakan SPSS 20.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Uji Validitas
Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 150 mahasiswa dari jurusan
Manajemen dan Akuntansi Universitas
Negeri Semarang. Teknik pengambilan
sampel
menggunakan
proportionate
stratified random sampling. Jenis data yang
digunakan adalah data primer, data primer
diperoleh dari jawaban kuesioner yang
diisi mahasiswa jurusan Manajemen dan
mahasiswa jurusan Akuntansi yang akan
Pengujian
validitas
dalam
penelitian ini menggunakan SPSS dengan
tingkat signifikansi 5%. Instrumen yang
diuji dikatakan valid apabila nilai
probabilitas < 0,05. Semua instrumen yang
diuji pada tiap dimensi dalam penelitian ini
valid. Artinya semua pertanyaan dalam
kuesioner
yang
dibagikan
teruji
keabsahannya.
Seminar
and call for
paper
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Uji Reliabilitas
Instrumen yang diuji dikatakan
valid apabila nilai cronbach alpha > 0,60.
Semua instrumen yang diuji pada tiap
dimensi dalam penelitian ini reliabel.
Artinya semua pertanyaan dalam kuesioner
yang dibagikan teruji keandalannya.
Uji One Sampel T-test
Hasil uji one sampel t-test dari
penelitian ini dapat dilihat dari table mean
difference uji one sampel t-test sebagai
berikut :
Berdasarkan tabel diatas bisa
dilihat bahwa kecerdasan emosional
Mahasiswa Jurusan Manajemen (161,737)
dan
Mahasiswa
Jurusan
Akutansi
(165,816) yang dilihat dari total mean
difference uji one sampel t-test. H1
didukung, hasil ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kecerdasan emosional
pada Mahasiswa Jurusan Manajemen dan
Mahasiswa Jurusan Akutansi secara
keseluruhan. Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Labhane
Seminar
and call for
paper
dan Baviskar (2015) yang menyatakan
adanya perbedaan tingkat kecerdasan
emosional antara fakultas seni dan ilmu
pengetahuan.
H2 didukung yang ditunjukkan
dengan total mean difference dari aspek
interpersonal
Mahasiswa
Jurusan
Manajemen (46,289) dan Mahasiswa
Jurusan Akutansi (45,763) sehingga
terdapat perbedaan empati dan kemampuan
sosial dari kedua jurusan. Penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Burgess-Wilkerson et al. (2013:18)
menunjukan adanya perbedaan total
kecerdasan emosional dalam keterampilan
interpersonal dalam dua universitas.
Aspek intrapersonal menunjukkan
total mean difference kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi dari Mahasiswa
Jurusan Manajemen (115,447) dan
Mahasiswa Jurusan Akutansi (120,53). H3
didukung, yang berarti terdapat perbedaan
aspek intrapersonal dari Mahasiswa
Jurusan Manajemen dan Mahasiswa
Jurusan Akutansi. Penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan BurgessWilkerson et al. (2013:18) yang membahas
aspek kecerdasan emosioal yang ditinjau
dari ketrampilan intrapersonal.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis variabel
penelitian yang berjudul “ Analisis
Perbedaan Kecerdasan Emosional pada
Dua Jurusan di Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang” dari analisis
variabel pada Bab IV yang telah dibahas
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
sebelumnya, maka akan dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
tingkat tinggi
emosional.
1. Adanya perbedaan tingkat kecerdasan
emosional Mahasiswa Jurusan Manajemen
(161,737) dengan Mahasiswa Jurusan
Akuntansi (165,816) yang dilihat dari total
Mean Difference pada Uji One Sample Ttest.
Keterbatasan Penelitian
2. Adanya perbedaan tingkat kecerdasan
emosional dari aspek keterampilan
interpersonal pada Mahasiswa Jurusan
Manajemen (46,289) dan Mahasiswa
Jurusan Akuntansi (45,763) yang artinya
bahwa Mahasiswa Jurusan Manajemen dan
Akuntansi memiliki cara yang berbeda
dalam memahami dan memperlakukan
orang lain.
rendahnya
kecerdasan
Penelitian
ini
memiliki
beberapa
keterbatasan yaitu sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini data yang digunakan
kurang mencukupi dikarenakn banyak data
yang masih tidak valid padahal sudah
banyak data yang tersebar.
2. Pada penelitian ini masih belum
mengukur tingkat skor kecerdasan
emosional, karena belum menggunakan
instrumen pengukuran yang bisa mengukur
tingkat skor kecerdasan emosional.
DAFTAR PUSTAKA
3. Adanya perbedaan tingkat kecerdasan
emosional dari aspek keterampilan
intrapersonal pada Mahasiswa Jurusan
Manajemen (115,447) dan Mahasiswa
Jurusan Akuntansi (120,53) yang berarti
bahwa Mahasiswa Jurusan Manajemen dan
Akuntansi mempunyai cara yang berbeda
dalam mengenali dan mengevaluasi
perasaan pada diri sendiri.
Behjat, Saeed , Mohammmed S.
Chowdhury.
2012.
Emotional
Intelligence,
Self-efficacy
and
Diversity
Receptiveness
of
University Students: A Correlation
Study. International Journal of
Academic Research in Business and
Social Sciences April 2012, Vol. 2,
No. 4
Saran
Boyatizis, R. E., Goleman, D., & Rhee, K.
S. (2000). Clustering competencies
in emotional intelligence: Insights
from the emotional competence
inventory. In R.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan sebelumnya, maka saran yang
dapat peneliti berikan untuk penelitian
masa depan adalah sebagai berikut :
1. Peneliti diharapkan menggunakan
sampel dengan cakupan yang lebih luas
agar bisa digeneralisasi.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan menguji
tingkat perbedaan untuk mengetahui
Seminar
and call for
paper
Chamundeswari, S.. 2013. Emotional
Intelligence
and
Academic
Achievement among Students at the
Higher
Secondary
Level.
International Journal of Academic
Research in Economics and
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Management Sciences July 2013, Vol. 2,
No. 4
Chaplin, J. P.. 2008. Kamus Lengkap
Psikologi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Chickering, A. 1969. Education and
identity. San Francisco: JosseyBass.
Cooper, R.K. dan Sawaf, A. 2000.
Excecutive
EQ:
Kecerdasan
Emosional dalam Kepemimpinan
Organisasi.Terjemahan. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Corina
Dapsari,
Dasht,
Seminar
N. Slaff, Ph.D. 2011. The
Emotional Intelligence Of College
And University Presidents: An
Exploratory Study. Misericordia
University, International Journal
of Humanities and Social Science
Vol. 1 No. 11
Indri.
2001.
Perbedaan
Kecerdasan
Emosi
pada
Mahasiswa Eksakta dan Non
Eksakta
di
UGM.
Yogyakarta:Fakultas
Psikologi
UGM.
Moradi Shamin, Noorbakhsh,
Mahvash, & Sepasi, Hossein.
2013. The Relationship Between
Emotional
Intelligence
and
Communication
Skills
with
Burnout in Iranian International
Table Tennis Coaches. Islamic
Azad University, Karaj Branch,
Karaj, Iran, Scholars Research
Library Annals of Biological
Research, 2013, 4 (9):49-56
and call for
paper
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode
Penelitian Manajemen: Pedoman
Penelitian untuk Skripsi, Tesis dan
Disertasi
Ilmu
Manajemen,
Semarang:
Badan
Penerbit
Universitas Diponegoro
Follett, Mary Parker, and P. Graham.
"Mary Parker Follett”. 1996.
Prophet of Management: A
Celebration of Writings from the
1920s. Boston:Harvard Business
School Press
Gerdes, H., & Mallinckrodt, B. 1994.
Emotional, social, and academic
adjustment of college students: A
longitudinal study of retention.
Journal
of
Counseling
&
Development, 72(3): 281-288.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program
SPSS.
Semarang:
Universitas
Diponegoro
Giardini, A. and M. Frese. 2006. Reducing
the negative effects of emotion
work in service occupations:
Emotional competence as a
psychological resource. Occup.
Health Psychol., 11(1): 63-75.
Goleman, D.. 2002. Emotional intelligence
(terjemahan).
Jakarta:
PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, D., Boyatzis, R., & McKee, A.
2002. Primal leadership: Realizing
the
power
of
emotional
intelligence.
Boston:
Harvard
Business School Press.
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Goleman, D., Boyatzis, R., & McKee, A.
2002. Primal leadership: Realizing the
power of emotional intelligence. New
York: Bantam Books.
Guss, E. (2005). Emotional intelligence:
Our most versatile tool for success. SHRM
White Paper. Retrieved April 10, 2010
from:
www.shrm.org/hrresources/whitepapers.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.
1999. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE
: Yogyakarta
Labhane, C. P.. P. A. Baviskar. 2015. Self
Concept
And
Emotional
Intelligence: A Comparative
Study Of Arts And Science
College
Students.
The
International Journal of Indian
Psychology | ISSN 2348-5396
Volume 2, Issue 2, Paper ID:
B00311V2I22015
Mayer, J.D., Salovey, P., and Caruso, D.
(2004). Emotional intelligence:
Theories,
findings
and
implications.
Psychological
Inquiry. 14, 197-215.
Nelson, D & Low, G. (2003). Emotional
intelligence: Achieving academic
and career excellence. Upper
Saddle, NJ: Pearson Education,
Inc.
Reeve et al.. 2009. Pengantar AkuntansiAdaptasi Indonesia. Jakarta :
Salemba Empat
Salovey, P. and Mayer, J.D. (1990).
Emotional intelligence.
Seminar
and call for
paper
Imagination, Cognition, and Personality, 9,
185-211.
Sarwono, S.W. 1998. Pengantar Psikologi
Umum. Jakarta : N.V Bulan
Sekaran, Sadili. 2006. Metodologi
Penelitian untuk Bisnis. Jilid 1.
Edisi 4. Salemba Empat, Jakarta
Setiawati, Eka. 2009. “Pengaruh Perilaku
Belajar, Minat Belajar, dan
Kecerdasan Emosional Terhadap
Tingkat Pemahaman Akuntansi”.
Skripsi Sarjana tak diterbitkan.
Universitas
Muhammadiyah
Gresik.
Virginia K. Bratton, Nancy G. Dodd and F.
William Brown. 2011. The Impact
Of Emotional Intelligence On
Accuracy Of Self-Awareness And
Leadership
Performance.
Leadership
&
Organization
Development Journal Vol. 32 No.
2, 2011 pp. 127-149 © Emerald
Group Publishing Limited
Wilkerson, B., Benson, K., & Frankforter,
S. 2010. Does feedback increase
students' emotional intelligence?
Advances in Business Research,
1(1): 133-141.
Wilkerson, Burgess, Anna Lampe, & Steve
Frankforter.
2013.
Emotional
Intelligence:
A
Comparative
Analysis Of Two College Business
Administration Program. Winthrop
University, Rockhurst University
Advances in Business Research,
Vol. 4, No. 1, 13-23.
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Download